artikel
TRANSCRIPT
SKRIPSI
FAKTOR SOSIODEMOGRAFI YANG BERHUBUNGAN DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SMP DI PURWOKERTO
Oleh :
Astrid Indriatidr. Aditiyono, Sp.OG
dr. Agung S. D. L., MSc. PH.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU – ILMU KESEHATANJURUSAN KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2012
FAKTOR SOSIODEMOGRAFI YANG BERHUBUNGAN DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SMP DI PURWOKERTO
Astrid Indriati1, dr.Aditiyono, Sp.OG2, dr. Agung Saprasetya D. L., MSc. PH.3
1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Jenderal Soedirman2Dosen Fakultas Kedokteran, Universitas Jenderal Soedirman3Dosen Fakultas Kedokteran, Universitas Jenderal Soedirman
ABSTRAK
Menarche merupakan saat pertama kali seorang wanita mengalami haid (menstruasi). Usia menarche yang terjadi lebih awal dapat menimbulkan beberapa dampak negatif terhadap kesehatan remaja di masa yang akan datang. Faktor penting yang berhubungan dengan usia menarche pada remaja putri adalah faktor sosiodemografi, seperti faktor genetik (keturunan), ras/etnis, status gizi, aktivitas fisik, status sosial ekonomi keluarga, dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor sosiodemografi yang berhubungan dengan usia menarche pada siswi SMP di Purwokerto. Desain penelitian ini adalah cross-sectional, dengan jumlah responden 175 siswi kelas VII dan VIII yang berasal dari SMPN 8 dan SMP Susteran Purwokerto tahun ajaran 2011-2012. Teknik pengambilan sampel adalah simple random sampling. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah usia menarche dan variabel bebasnya adalah etnis, indeks massa tubuh (IMT), rasio lingkar pinggang-pinggul (RLPP), aktivitas fisik, status sosial ekonomi, serta paparan audiovisual seksual. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat, bivariat dengan uji chi-square, dan multivariat dengan uji regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata usia menarche pada penelitian ini adalah 150,42 bulan (12,54 tahun). Rata-rata usia menarche remaja putri beretnis non-Jawa lebih cepat dibandingkan dengan remaja putri beretnis Jawa, yaitu 146,84 bulan (12,2 tahun) dan 153,67 bulan (12,8 tahun). Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara etnis (X2=19,096, p=0,000), IMT (X2=5,508, p=0,019), dan status sosial ekonomi (X2=4,435, p=0,035) dengan usia menarche. Pada analisis multivariat didapatkan bahwa IMT (p=0,037, RP=2,898), RLPP (p=0,029, RP=2,397), dan etnis (p=0,000, RP=0,170) merupakan faktor yang mempengaruhi usia menarche dan faktor yang paling dominan adalah IMT. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa remaja putri dengan IMT ≥ 23,5 kg/m2 dan RLPP ≥ 0,8 merupakan faktor risiko terjadinya menarche lebih cepat. Etnis Jawa dapat menjadi faktor protektif terjadinya menarche lebih cepat.
__________________________________________________________________
Kata Kunci: Usia menarche, faktor sosiodemografi, etnis.
ASSOCIATION BETWEEN SOCIODEMOGRAPHIC FACTORS AND MENARCHE AGE IN JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENT
IN PURWOKERTO
Astrid Indriati1, dr.Aditiyono, Sp.OG2, dr. Agung Saprasetya D. L., MSc. PH.3
1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Jenderal Soedirman2Dosen Fakultas Kedokteran, Universitas Jenderal Soedirman3Dosen Fakultas Kedokteran, Universitas Jenderal Soedirman
ABSTRACT
Menarche is the first time woman is having periods (menstruation). Menarche age may vary between individuals. Early menarche age may cause some negative impact on adolescent health in the future. Important factors related to menarche age in girls are the sociodemographic factors, such as genetic factors (heredity), ethnicity, nutritional status, physical activity, family socioeconomic’s status, and environment. This study aims to determine the sociodemographic factors associated with menarche age in junior high school students in Purwokerto. The study design was cross-sectional, with the number of respondents 175 level VII and VIII students at SMP N 8 and SMP Susteran Purwokerto in academic year 2011-2012. The sampling technique was simple random sampling. Dependent variable in this study was the menarche age and the independent variables were ethnicity, body mass index (BMI), waist-hip ratio (WHR), physical activity, socioeconomic status, and exposure to sexual audivisual. Data analyses used in this research were univariate, bivariate with chi-square test, and multivariate with logistic regression test. The results showed that the average menarche age in this study was 150,42 months (12,54 years). The average menarche age in non-Javanese ethnic girls was lower than that of the Javanese ethnic girls, 146,84 months (12,2 years) and 153,67 months (12,8 years) respectively. Chi-square test results showed that there were significant associations between ethnicity (X2=19,096, p=0,000), BMI (X2=5,508, p=0,019), and socioeconomic’s status (X2=4,435, p=0,035) and the menarche age. The multivariate analyses found that BMI (p=0,037, RP=2,898), WHR (p=0,029, RP=2,397), and ethnicity (p=0,000, RP=0,170) were factors that influenced the menarche age, whereas the most dominant factor was the IMT. According to the result can be concluded that young women with BMI ≥ 23.5 kg/m2 and WHR ≥ 0.8 are risk factors for the lower menarche age. Javanese ethnic was a protective factor of lower menarche age.
__________________________________________________________________
Key words: Menarche age, sociodemographic factors, ethnicity.
PendahuluanMasa remaja merupakan periode transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa
yang ditandai dengan adanya percepatan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.
Menurut World Health Organization (WHO) (2011), remaja adalah anak yang usianya
mencapai 10-19 tahun. Pada masa ini, para remaja akan mengalami pubertas yang ditandai
dengan adanya tanda-tanda fisiologis pematangan remaja. Salah satu tanda-tanda tersebut
adalah menarche (Dhamayanti, 2009).
Menarche merupakan saat pertama kali seorang wanita mengalami haid (menstruasi).
Usia menarche dapat bervariasi pada setiap individu. Semakin lama usia menarche semakin
menurun, hal ini berlaku untuk semua kaum. Pada penelitian di Amerika Serikat
menunjukkan bahwa rata-rata usia menarche telah berkurang dari 12.75 tahun menjadi 12.54
tahun dalam kurun waktu 25 tahun. Selain itu, dilaporkan juga rata-rata usia menarche pada
remaja kulit hitam lebih rendah dibanding remaja kulit putih. Pada penelitian lain di Inggris
menunjukkan hasil rata-rata usia menarche adalah 12 tahun 11 bulan, sedangkan penelitian di
Belanda menunjukkan pada tahun 1985 sampai 1997 usia menarche berkurang dari 11 tahun
menjadi 10.7 tahun (Edward, 2007). Begitu pula di Indonesia, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia melaporkan bahwa usia menarche di Indonesia juga mengalami
penurunan (Prawiroharjo, 2007).
Usia menarche yang terjadi lebih awal dapat menimbulkan beberapa implikasi negatif
terhadap kesehatan remaja. Implikasi-implikasi tersebut antara lain penyakit kardiovaskular,
gangguan metabolik, gangguan psikologis, serta peningkatkan mortalitas akibat terjadinya
kanker payudara (Karapanou dan Papadimitriou, 2010). Pada penelitian Koprowski (1999)
dalam Ginarhayu (2002) menunjukkan bahwa risiko terjadinya kanker payudara lebih tinggi
pada wanita yang mengalami menarche kurang dari 12 tahun.
Faktor penting yang berhubungan dengan usia menarche pada remaja putri adalah
faktor sosiodemografi. Dalam hal ini faktor sosiodemografi yang dapat mempengaruhi usia
menarche antara lain faktor genetik (keturunan), ras/ etnis, status gizi, aktivitas fisik, status
sosial ekonomi keluarga, dan lingkungan (Karapanou dan Papadimitrio, 2010). Oleh karena
itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini.
Metode penelitian
Populasi target penelitian ini adalah siswi SMP. Populasi terjangkau penelitian ini adalah
Siswi SMP di Purwokerto Tahun Ajaran 2011 – 2012. Responden yang diteliti dalam
penelitian ini adalah 93 siswi SMP N 8 dan 82 siswi SMP Susteran Purwokerto kelas VII dan
VIII tahun ajaran 2011-2012. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random
sampling.
Kriteria Inklusi meliputi Bersedia menjadi responden penelitian yang dinyatakan dengan
menandatangani lebar informed concent dan sudah mengalami menstruasi kurang dari 1
tahun. Kriteria Eksklusi yaitu responden yang mengidap penyakit kronis/ keganasan yang
dapat mempengaruhi berat badan setelah menarche
Responden berjumlah 175 siswi SMP. Cara pengukuran usia menarche, aktivitas fisik,
paparan audiovisual seksual dan status sosial ekonomi melalui wawancara. Alat ukur yang
digunakan adalah kuesioner (khusus untuk aktivitas fisik menggunakan kuesioner Baecke et
al.). Cara pengukuran IMT dan RLPP dengan cara pengukuran tinggi badan, berat badan,
lingkar pinggang, dan lingkar pinggul. Alat ukur yang digunakan timbangan injak digital,
microtoise, body measuring tape.
Hasil Penelitian
A. Analisis Univariat
Tabel 4.1 Karakteristik Responden
Variabel Etnis n % p 95% CIJawa Non-Jawa
Usia menarche < 144 bulan ≥ 144 bulan
1083
3250
42133
2476
0,085 2,406-11,728
IMT (kg/m2) < 23,5 ≥ 23,5
8310
6913
15223
86,913,1
0,319 0,646-3,786
RLPP < 0,8 ≥ 0,8
3459
2755
61114
34,965,1
0,347 0,400-1,381
Aktivitas fisik Tinggi (≥ 8,03) Rendah (< 8,03)
5439
3448
8887
50,349,7
0,072 0,280-0,934
Status sosial ekonomi Pendapatan ≥ Rp750.000 Pendapatan < Rp750.000
8013
820
16213
92,67,4
0,078 0,423-0,577
Paparan visual seksual Ya Tidak
5043
6220
11263
6436
0,057 1,394-5,098
B. Analisis Bivariat
Tabel 4.2 Hasil uji Chi-square antara variabel etnis dengan usia menarche
Tabel 4.3.1 Hasil uji Chi-square antara variabel IMT dengan usia menarche
Tabel 4.4.1 Hasil uji Chi-square antara variabel RLPP dengan usia menarche
Tabel 4.5.1 Hasil uji Chi-square antara variabel aktivitas fisik dengan usia menarcheAktivitas
fisikUsia menarche N (%) X2 p RP 95% CI
< 144bln ≥ 144blnTinggi≥ 8,03
22(25,3%)
65(74,7%)
87 0,157 0,692 0,869 0,434-1,740
Rendah <8,03
20(22,7%)
68(77,3%)
88
Total 42 133 175
Tabel 4.6.1 Hasil uji Chi-square antara variabel status sosial ekonomi dengan usia menarcheStatus sosial
ekonomiUsia menarche N (%) X2 p RP 95%
CI< 144bln ≥ 144blnPendapatan ≥Rp750.000
42(25,9%)
120(74,1%)
162 4,435 0,035 0,741 0,676-0,811
Pendapatan <Rp750.000
0(0%)
13(100%)
13
Total 42 133 175
Etnis Usia menarche N (%) X2 p RP 95% CI< 144bln ≥ 144bln
Non-Jawa
32(39%)
50(61%)
82
19,096 0,000 5,312 0,085-0,416
Jawa 10(10,8%)
83(89,2%)
93
Total 42 133 175
IMT(kg/m2)
Usia menarche N (%) X2 P RP 95% CI< 144bln ≥ 144bln
≥ 23,5 10(43,5%)
13(56,5%)
23 5,508 0,019 2,885 0,139-0,863
< 23,5 32(21,1%)
120(78,9%)
152
Total 42 133 175
RLPP Usia menarche N (%) X2 p RP 95% CI< 144bln ≥ 144bln
≥ 0,8 22(19,8%)
89(80,2%)
111 2,908 0,088 1,839 0,909-3,722
< 0,8 20(31,3%)
44(68,8%)
64
Total 42 133 175
Tabel 4.7.1 Hasil uji Chi-square antara variabel paparan audiovisual seksual dengan usia menarche
Paparan visual
seksual
Usia menarche N (%) X2 p RP 95% CI< 144bln ≥ 144bln
Ya 32(28,6%)
80(71,4%)
112 3,564 0,059 2,120 0,962-4,673
Tidak 10(15,9%)
53(84,1%)
63
Total 42 133 175
C. Analisis Multvariat
Tabel 4.8.1 Hasil uji regresi logistik antara variabel etnis, IMT, RLPP, status sosial ekonomi, paparan
visual seksual dengan usia menarche
Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan rerata usia menarche pada 175 remaja putri, khususnya
siswi SMP di Purwokerto, adalah 150,42 bulan (12,54 tahun). Hasil penelitian ini memiliki
rerata usia menarche lebih cepat dibanding dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Kristanti, 2011 (12,8 tahun) tetapi lebih lambat dibanding penelitian Viyantimala, 2001
(11,93 tahun) dan Dahliansyah, 2008 (12,3 tahun). Hasil dari ketiga penelitian yang
dilakukan di Indonesia ini tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian yang dilakukan di
SMPN 8 dan SMP Susteran di Purwokerto dan masih dalam batas normal usia menarche.
Hubungan antara etnis dengan usia menarche pada siswi SMP di Purwokerto
menunjukkan hasil siswi beretnis Jawa memiliki usia menarche lebih lambat dibanding
dengan siswi beretnis non-Jawa, dengan rerata usia menarche 153,67 bulan (12,8 tahun) dan
146,84 bulan (12,2 tahun). Pada dasarnya etnis Jawa dan non-Jawa (Cina) berasal dari satu
ras yang sama, yaitu ras mongoloid yang terdiri dari populasi yang berkulit kuning dan
cokelat. Pada hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan yang bermakna antara remaja putri
beretnis Jawa dan non-Jawa terhadap usia menarche. Hal ini mungkin disebabkan oleh
karena pengaruh status gizi dan status sosial ekonomi responden (Paracada et al., 2007).
Status sosial ekonomi dapat menyebabkan asupan makanan yang berbeda secara kualitas dan
kuantitas.
Hubungan antara IMT dengan usia menarche pada siswi SMP di Purwokerto
menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik. Selain itu, hasil dari penelitian ini
Variabel p RP 95% CIEtnis 0,000 0,170 0,074 0,387IMT 0,037 2,898 1,068 7,869
RLPP 0,029 2,397 1,095 5,248
menunjukkan bahwa remaja putri dengan IMT ≥23,5 kg/m2 memiliki risiko mengalami
menarche lebih cepat dibandingkan dengan remaja putri dengan IMT < 23,5 kg/m2.
Hubungan antara IMT dan usia menarche berkaitan dengan jaringan adiposa (hormon leptin)
dan sekresi gonadotropin (Karapanou dan Papadimitrio, 2010). Penelitian ini sesuai dengan
pernyataan Rah et al. (2009) yang berpendapat bahwa usia menarche pada remaja yang lebih
berat dan lebih tinggi disertai dengan massa lemak tubuh yang lebih besar cenderung lebih
cepat. Leptin berperan dalam kontrol sekresi gonadotropin oleh hipothalamus dan hipofisis
(Yu dalam Kristanti, 2011). Leptin dapat mempercepat pulsatil GnRH di neuron
hipothalamus (Gosman, 2006; Shalitin dan Phillip, 2003).
Hubungan antara RLPP dengan usia menarche pada siswi SMP di Purwokerto.
Berdasarkan hasil analisis bivariat tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara
RLPP dengan usia menarche. Hal tersebut dimungkinkan karena adanya bias saat pengukuran
RLPP. Pada pengukuran lingkar pinggul, idealnya seluruh pakaian yang menutupi daerah
tersebut harus ditanggalkan, akan tetapi pada penelitian ini banyak responden yang menolak
untuk menanggalkan pakaiannya. Akan tetapi hasil akhir penelitian ini menunjukkan
hubungan yang bermakna secara statistik pada uji multivariat. Selain itu, hasil dari penelitian
ini menunjukkan bahwa remaja putri dengan RLPP ≥0,8 memiliki risiko mengalami
menarche lebih cepat dibandingkan dengan remaja putri dengan RLPP <0,8 kg/m2. Penelitian
ini sesuai dengan penelitian Rahmawati (2010) dan Lassek et al. (2007) yang mengemukakan
bahwa terdapat hubungan antara RLPP dengan usia menarche.
Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan yang tidak bermakna antara aktivitas fisik
dengan usia menarche secara statistik. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Kristanti (2011) pada 81 siswi SMP di Purwokerto dan
Hartini (2009) pada 160 siswi SMP di Yogyakarta. Menurut penelitian sebelumnya,
penundaan menarche yang berhubungan dengan aktivitas fisik ini diakibatkan oleh adanya
penundaan sekresi dari hormon-hormon spesifik yang ada di dalam tubuh yang berkaitan
dengan pematangan seksual remaja putri (Putri dalam Ramadani, 2012).
Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik antara status
sosial ekonomi dengan usia menarche, akan tetapi rasio prevalensi dari variabel status sosial
ekonomi rendah. Hal ini menunjukkan data yang diperoleh kurang reliabel mengingat data
mengenai penghasilan orang tua hanya ditanyakan kepada responden dan tidak ditanyakan
kepada orang tua. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Paracada et al. (2008) yang
juga menunjukkan hubungan yang bermakna antara status sosial ekonomi dengan usia
menarche. Penelitian lain yang dilakukan oleh Rokade dan Mane (2009) pada 742 remaja
putri juga menunjukkan hasil yg sama..
Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan yang tidak bermakna secara statistik antara
paparan visual seksual dengan usia menarche. Hasil penelitian ini sama seperti penelitian
yang dilakukan oleh Ginarhayu (2002) yang menyatakan tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara paparan media informasi seksual dengan usia menarche. Terdapat
perbedaan hasil antara penelitian ini dengan penelitian di Amerika oleh Brown et al. (2005)
yang membuktikan bahwa keterpaparan media informasi seksual dapat mempercepat
pubertas yang berkaitan pula dengan usia menarche remaja putri. Perbedaan hasil pada
penelitian ini dan penelitian yang dilakukan oleh Brown et al. mungkin disebabkan karena
perbedaan karakteristik responden yang memiliki kebudayaan yang berbeda, yaitu budaya
timur dan barat.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian
ini adalah : faktor sosiodemografi yang berhubungan dengan usia menarche pada siswi
SMP di Purwokerto adalah faktor etnis, status gizi (IMT dan RLPP), dan status sosial
ekonomi keluarga. Rata-rata usia menarche seluruh responden adalah 12,54 tahun. Rata-
rata usia menarche pada siswi beretnis non-Jawa lebih cepat dibandingkan dengan siswi
beretnis Jawa, yaitu 12,2 tahun dan 12,8 tahun. Terdapat hubungan yang bermakna
antara etnis dengan usia menarche. Etnis non-Jawa memiliki risiko mengalami menarche
lebih cepat dibandingkan dengan etnis Jawa. Terdapat hubungan yang bermakna antara
IMT dengan usia menarche.
Semakin besar IMT remaja putri (≥23,5 kg/m2) akan semakin mempercepat terjadinya
menarche. Terdapat hubungan yang bermakna antara RLPP dengan usia menarche.
Semakin besar RLPP remaja putri (≥0,8) akan semakin mempercepat terjadinya
menarche.
Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan usia menarche.
Terdapat hubungan yang bermakna antara status sosial ekonomi dengan usia menarche.
Remaja putri dengan status sosial ekonomi menengah-atas memiliki risiko mengalami
menarche lebih cepat dibandingkan dengan remaja putri dengan status sosial ekonomi
rendah.
Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara paparan visual seksual dengan usia
menarche. Faktor sosiodemografi yang paling berhubungan dengan usia menarche pada
siswi SMP di Purwokerto adalah faktor status gizi (IMT).
Penelitian ini memiliki banyak kelemahan, antara lain tidak dapat menyaring remaja
putri yang mengalami menarche tidak normal (menarche <8 tahun dan >16 tahun). Oleh
karena itu, diharapkan adanya penelitian lebih lanjut yang mencakup periode sebelum
menarche yaitu rentang usia responden 8-16 tahun (siswi SD, SMP, SMA) dan dalam
jumlah sampel yang lebih besar. Selain itu data mengenai penghasilan orang tua untuk
mengetahui status sosial ekonomi tidak ditanyakan kepada orang tua, melainkan hanya
ditanyakan kepada responden penelitian. Oleh karena itu, diharapkan adanya penelitian
lebih lanjut yang mengambil data status sosial ekonomi langsung dari orang tuanya.
Daftar Pustaka
Asgharnia, M., R. Faraji, H. Sharami, M. Yadak, dan M. Oudi. 2009. A Study Of Menarcheal Age In Northern Iran (Rasht). Oman Medical Journal. 24 (2): 95-98. Available at URL : www.omjournal.org . Diakses pada tanggal 14 Maret 2012.
Baecke, J.A.H., J. Burema, E.R. Frijters. 1992. The Questionnaire of Baecke et al for Measurement of a Person's Habitual Physical Activity. Available at URL : www.cebp.nl/vault_public/filesystem/?ID
Bagga, A. dan S. Kulkarni. 2000. Age at Menarche and Secular Trend in Maharashtrian (Indian) girls. Acta Biologica Szegediensis. 44 (1-4): 53-57. Available at URL : http://www.sci.u-szeged.hu/ABS. diakses pada tanggal 17 Maret 2012.
Brown, J.D., C.T. Halpern, K.L. L'Engle. 2005. Mass Media as a Sexual Super Peer for Early Maturing Girls. Journal of Adolescent Health. 36 : 420–427. Available at URL : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15837346
Casazza, Krista, P.B. Higgins, J.R. Fernández, M.I. Goran, and B.A. Gower. 2008. Longitudinal Analysis of the Insulin-Like Growth Factor System in African-American and European American Children and Adolescents. J Clin Endocrinol Metab. 93 (12): 4917–4923. Available at URL : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2626444/. Diakses pada tanggal 16 maret 2012.
Dhamayanti, Meita. 2009. Overview adolescent health problems and services. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Available at URL : http://www.idai.or.id . Diakses pada tanggal 12 Maret 2012.
Dahliansyah. 2008. Hubungan Indeks Massa Tubuh Dan Persentase Lemak Tubuh Dengan Usia Menarche Dan Keteraturan Siklus Menstruasi (Studi pada Siswi SMPN I Hulu Gurung Kabupaten Kapuas Hulu Kalimantan Barat tahun 2007). Skripsi. Available at URL : http://www.fkm.undip.ac.id/ data/index.php?action=4&idx=3335. Diakses pada tanggal 15 Maret 2012.
Kristanti, Oki. 2011. Hubungan Antara Overweight dengan Menars (11-13 tahun) Pada Siswi SMPN 1 Purwokerto. Skripsi.
Viyantimala, Lena. 2001. Hubungan Antara Status Gizi dengan Kejadian Menarche (Studi Kasus pada Siswi SLTP Perkotaan dan SLTP Pedesaan di Pekalongan. Skripsi. Available at URL : http://www.fkm.undip.ac.id/ data/index.php?action=4&idx=1514