artikel 5302410034

12
PENINGKATAN KOMPETENSI MENGGUNAKAN PROGRAM APLIKASI MICROSOFT WORD MELALUI PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING DI SMA NEGERI 2 UNGARAN Artikel Disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer oleh Khoirun Nisa Nurul Fitri 5302410034 PRODI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014

Upload: khoirun-nisa-nurul-fitri

Post on 27-Dec-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

PTK STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING

TRANSCRIPT

Page 1: ARTIKEL 5302410034

PENINGKATAN KOMPETENSI MENGGUNAKAN PROGRAM APLIKASI MICROSOFT

WORD MELALUI PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING DI

SMA NEGERI 2 UNGARAN

Artikel

Disajikan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer

oleh

Khoirun Nisa Nurul Fitri

5302410034

PRODI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014

Page 2: ARTIKEL 5302410034
Page 3: ARTIKEL 5302410034

1  

PENINGKATAN KOMPETENSI MENGGUNAKAN PROGRAM APLIKASI MICROSOFT WORD MELALUI PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING

Khoirun Nisa Nurul Fitri, H. Noor Hudallah

Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer, Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang, Semarang, Indonesia, 50229

e-mail: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah ada peningkatan hasil belajar siswa dalam menggunakan program aplikasi Microsoft Word kelas X.3 di SMA Negeri 2 Ungaran tahun ajaran 2013/2014 melalui penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terselesaikan dalam dua siklus. Setiap siklusnya terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu metode tes, observasi, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif dalam bentuk persentase untuk dilihat peningkatannya dari kegiatan prasiklus, siklus I, dan siklus II. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan hasil belajar siswa, dilihat dari rata-rata hasil belajar siswa ranah kognitif pada kegiatan pra siklus sebesar 65,50, meningkat pada siklus I menjadi 71,61 dan meningkat pada siklus II menjadi 80,28. Rata-rata hasil belajar siswa ranah afektif pada siklus I sebesar 68,68 meningkat pada siklus II menjadi 78,19. Sedangkan rata-rata hasil belajar siswa ranah psikomotorik pada siklus I sebesar 71,88 dan meningkat pada siklus II menjadi 78,94. Simpulan dari penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam menggunakan program aplikasi Microsoft Word, yang meliputi kompetensi siswa pada ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

Kata kunci: Student Facilitator and Explaining, Microsoft Word, kompetensi

Abstract

The aim of this study was to analyze whether there is improvement of the students’ study result in using Microsoft Word application program at class X.3 of SMA Negeri 2 Ungaran in academic year 2013/2014 through applying Student Facilitator and Explaining learning model. This research is Classroom Action Research (CAR) which was done on two cycles. Every cycle consist of four steps were planning, action, observation and reflection. The method used to of collect data were test, observation and documentation. The method of analyzing which used was Quantitatif Descriptive in form of presentation to showed the improvement of pre-cycle, first cycle and second cycle activity. The result of the research showed there was improvement in students’ achievement, it was seen from the average of students’ cognitive achievement in pre-cycle activity was 65.50, improved in cycle 1 to 71.61 and in cycle 2 reached 80.28. the average of students’ affective achievement in cycle 1 was 68.68 increased in cycle 2 to 78.19. Then, the average of students’ psychomotor achievement in cycle 1 was 71.88 then increased to 78.94 in cycle 2. The conclusion of this research was the implementation of Student Facilitator and Explaining learning method can improve student competence in using Microsoft Word application program, which involved student competence in cognitive, affective and psychomotor domains.

Keywords: Student Facilitator and Explaining, Microsoft Word, competence

Page 4: ARTIKEL 5302410034

2  

A. PENDAHULUAN

Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang saling mempengaruhi antara

guru dan siswa. Dalam hal ini, kegiatan yang terjadi adalah guru mengajar dan siswa

belajar. Menurut E. Mulyasa (2006: 101), pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas

apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif,

baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan

kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya diri sendiri.

Berdasarkan hal tersebut di atas, upaya guru dalam mengembangkan keaktifan belajar

siswa sangatlah penting sebab keaktifan belajar siswa menjadi penentu bagi keberhasilan

pembelajaran yang dilaksanakan.

Menurut Oemar Hamalik (2005: 172), belajar tidak cukup hanya dengan

mendengar dan melihat tetapi harus dengan melakukan aktivitas yang lain diantaranya:

membaca, bertanya, menjawab, berpendapat, mengerjakan tugas, menggambar,

mengkomunikasikan, presentasi, diskusi, menyimpulkan, dan memanfaatkan peralatan.

Dalam pembelajaran, guru menyajikan permasalahan dan mendorong siswa untuk

mengidentifikasi permasalahan, mencari pemecahan, menyimpulkan hasilnya, kemudian

mempresentasikannya. Tugas guru sebagai fasilitator dan pembimbing adalah memberikan

bantuan dan arahan kepada siswa ketika siswa menemukan permasalahan dalam

penyelesaian tugas, selain berinteraksi dengan guru, siswa juga dapat bertanya dan

berdiskusi dengan siswa lain. Aktivitas dalam suatu pembelajaran bukan hanya siswa yang

aktif belajar tetapi dilain pihak, guru juga harus mengorganisasikan suatu kondisi yang

dapat mengaktifkan siswa dalam belajar. Oleh karena itu, salah satu usaha yang dapat

dilakukan guru adalah dengan merencanakan dan menggunakan model pembelajaran yang

dapat mengkondisikan siswa agar belajar secara aktif.

Menurut Anita Lie (2004: 8), salah satu model pembelajaran yang dapat

mengaktifkan siswa adalah pembelajaran kooperatif. Terdapat beberapa tipe dalam

pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah tipe Student Facilitator and Explaining.

Pada tipe ini, siswa atau peserta didik belajar mempresentasikan ide/ pendapat pada rekan

peserta didik lainnya. Model pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara untuk

menyampaikan ide, gagasan, atau pendapatnya kepada siswa lain.

Menurut penelitian yang dilakukan Yeni Saraswati (2009) penerapan

pembelajaran kooperatif model Student Facilitator and Explaining (SFAE) dapat

Page 5: ARTIKEL 5302410034

3  

meningkatkan minat dan hasil belajar siswa dilihat dari peningkatan rata-rata minat belajar

siswa yang cukup baik yaitu pada siklus I sebesar 74, pada siklus II meningkat menjadi 89.

Peningkatan nilai rata-rata prestasi belajar siswa sebelum diberi tindakan sebesar 66, pada

siklus I meningkat sebesar 76, pada siklus II meningkat sebesar 87. Sedangkan Rosida

Ilmiyah (2012) dalam penelitiannya mengatakan bahwa penerapan model Student

Facilitator and Explaining terbukti dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan di kelas X.3 di SMA Negeri

2 Ungaran, saat penulis melaksanakan kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL)

diperoleh gambaran kondisi siswa pada saat proses pembelajaran TIK berlangsung, di

kelas X.3 menunjukan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar masih rendah dan

pasif, yaitu siswa cenderung hanya sebagai penerima saja. Pada saat guru memberikan

pertanyaan, siswa menjawab pertanyaan guru secara bersama-sama. Seorang siswa akan

menjawab pertanyaan guru jika ditunjuk oleh guru untuk menjawab. Jika diberi

kesempatan untuk bertanya, siswa hanya berbisik-bisik dengan teman bahkan sebagian

besar hanya diam. Siswa tidak mempunyai keberanian untuk bertanya maupun menjawab

pertanyaan.

Selain itu, pemahaman siswa terhadap materi TIK khususnya pokok bahasan

menggunakan perangkat lunak pengolah kata juga masih kurang dikarenakan guru tidak

pernah menanyakan kesulitan siswa, dan setiap ada penugasan baik tugas rumah maupun

tugas sekolah tidak ada penilaian dari guru sehingga siswa merasa tidak penting untuk

belajar.

Hasil belajar kelas X pada pokok bahasan menggunakan perangkat lunak pengolah

kata dilihat dari hasil ulangan harian didapatkan masih banyak siswa yang tidak tuntas

dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dan ketuntasan belajar belum sesuai dengan

indikator yang ditetapkan. KKM di sekolah tersebut yaitu 72 dan ketuntasan belajar

dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik

seluruhnya atau setidak-tidaknya kurang lebih 75% (E. Mulyasa, 2006: 102).

Metode pembelajaran yang biasa digunakan guru adalah metode ceramah dan

tanya jawab. Berdasarkan keterangan yang diberikan guru, guru pernah menerapkan

pembelajaran kooperatif. Siswa dikelompokkan dan diberikan tugas untuk mengerjakan

soal. Hasilnya siswa lebih aktif dalam kelas tetapi terdapat beberapa kendala, diantaranya

guru mengalami kesulitan mengkondisikan siswa karena siswa ingin selalu diperhatikan

sementara guru harus berkeliling pada semua kelompok satu persatu. Pada hal ini guru

Page 6: ARTIKEL 5302410034

4  

tidak merancang kegiatan pembelajaran kelompok sebelumnya sehingga guru mengalami

kesulitan. Guru tidak mempresentasikan materi terlebih dahulu sehingga waktu banyak

digunakan untuk menjelaskan materi pada setiap kelompok. Guru juga tidak mengadakan

evaluasi untuk mengetahui apakah siswa memahami materi yang dipelajari pada saat

belajar kelompok. Evaluasi dilaksanakan pada mid semester saja. Hal ini menunjukan guru

belum melaksanakan pembelajaran kooperatif dengan baik.

Bertolak dari latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah yang akan

dikaji adalah: “apakah ada peningkatan hasil belajar siswa dalam menggunakan program

aplikasi Microsoft Word kelas X.3 di SMA Negeri 2 Ungaran tahun ajaran 2013/2014

melalui penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining”. Tujuan dari

penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar siswa dalam

menggunakan program aplikasi Microsoft Word kelas X.3 di SMA Negeri 2 Ungaran

melalui penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining.

Anita Lie (2004: 12) mengungkapkan bahwa suatu sistem pengajaran yang

memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam

tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem “pembelajaran gotong royong” atau

pembelajaran kooperatif. Sedangkan menurut Etin Solihatin (2008: 4) Cooperative

Learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja

atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok,

yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan sangat dipengaruhi oleh

keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.

Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning adalah

model pembelajaran dimana siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil atau tim yang

anggotanya bersifat heterogen, yang terdiri dari siswa dengan prestasi tinggi, sedang, dan

rendah, baik itu perempuan maupun laki-laki dengan latar belakang yang berbeda-beda

untuk saling membantu dan bekerja sama mempelajari materi pelajaran agar semua

anggota kelompok dapat belajar dengan maksimal.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terselesaikan

dalam dua siklus yang masing-masing siklusnya terdiri dari empat tahap, yaitu:

perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observation), dan refleksi

Page 7: ARTIKEL 5302410034

5  

(reflection). Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Ungaran yang beralamat di Jl.

Diponegoro No.277 Ungaran, Jawa Tengah. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas

X.3 yang terdiri dari 36 siswa dengan 12 siswa laki-laki dan 24 siswa perempuan. Metode

pengumpulan data yang digunakan meliputi: metode dokumentasi, metode tes untuk

mengukur hasil belajar siswa ranah kognitif, dan metode observasi untuk mengukur hasil

belajar siswa ranah afektif dan psikomotorik. Aspek-aspek afektif siswa yang diteliti

meliputi: tanggungjawab, kedisiplinan, perhatian siswa terhadap penjelasan guru, salaing

menghargai, dan percaya diri. Sedangkan aspek-aspek psikomotorik yang diteliti meliputi:

keterampilan menggunakan Microsoft Word, kemampuan mengidentifikasi menu-menu

dalam Microsoft Word, dan kerapian dalam mengerjakan tugas.

1. Perencanaan

Tahap perencanaan yang dilakukan diantaranya menyusun Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), menyususn soal-soal evaluasi, menyusun lembar observasi afektif

dan psikomotorik, dan menyusun Lembar Kerja Siswa.

2. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan yang dilakukan pada penelitian adalah menerapkan model pembelajaran

Cooperative Learning tipe Student Facilitator and Explaining pada mata pelajaran TIK

pokok bahasan menggunakan perangkat lunak pengolah kata.

Pada awal pertemuan diawali dengan mengadakan pre test untuk mengetahui tingkat

pemahaman dan kemampuan siswa dalam menggunakan program aplikasi Microsoft Word.

3. Pengamatan

Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran

berlangsung. Aktivitas siswa yang diamati yaitu aspek afektif dan aspek psikomotorik.

Aspek afektif meliputi: tanggungjawab, kedisiplinan, perhatian siswa terhadap penjelasan

guru, saling menghargai, dan aspek percaya diri. Sedangkan aspek psikomotorik yang

diamati meliputi: keterampilan menggunakan Microsoft Word, kemampuan

mengidentifikasi dan menggunakan menu dalam Microsoft Word, dan kerapian

mengerjakan tugas.

4. Refleksi

Refleksi dilaksanakan setelah pelaksanaan tindakan pada setiap siklus untuk

mengidentifikasikan kekurangan maupun kelebihan pelaksanaan pembelajaran.

Page 8: ARTIKEL 5302410034

6  

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil

Hasil penelitian berupa hasil belajar siswa pada kompetensi menggunakan

Microsoft Word yang terdiri dari kompetensi pada ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah

psikomotorik. Peningkatan hasil belajar siswa ranah kognitif dari kegiatan prasiklus, siklus

I, dan siklus II dapat dilihat pada tabel 1. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar

siswa meningkat tiap siklusnya.

Tabel 1

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II

Keterangan Hasil Prasiklus

Hasil Siklus I

Hasil Siklus II

Nilai Tertinggi 78 82 90 Nilai Terendah 44 56 66 Rata-rata kelas 65,50 71,61 80,28

Ketuntasan Klasikal 36,11% 66,67% 91,67%

Gambar 1. Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif Prasiklus,

Siklus I, dan Siklus II

Data hasil belajar siswa ranah kognitif diperoleh dengan menggunakan metode tes

yang dilakukan pada tiap akhir siklus dengan menerapkan model Cooperative Learning

tipe Student Facilitator and Explaining.

Hasil belajar siswa ranah afektif dinilai menggunakan lembar observasi afektif yang

meliputi aspek tanggungjawab, kedisiplinan, perhatian siswa terhadap penjelasan guru,

saling menghargai, dan aspek percaya diri yang diamati selama proses pembelajaran di

kelas berlangsung. Berikut merupakan tabel dan grafik perbandingan hasil belajar siswa

ranah afektif siklus I dan siklus II.

Page 9: ARTIKEL 5302410034

7  

Tabel 2

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Siklus I, dan Siklus II

Keterangan Hasil Siklus I Hasil Siklus II Nilai Tertinggi 80 90 Nilai Terendah 50 70 Rata-rata kelas 68,68 78,19

Ketuntasan Klasikal 86,11% 100%

Gambar 2. Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Siklus I, dan Siklus II

Hasil belajar siswa ranah psikomotorik dinilai menggunakan lembar observasi

ranah psikomotorik yang meliputi aspek keterampilan mengaktifkan dan menonaktifkan

Microsoft Word, kemampuan mengidentifikasi dan menggunakan menu dalam Microsoft

Word, dan kerapian mengerjakan tugas. Berikut merupakan tabel dan grafik perbandingan

hasil belajar siswa ranah afektif siklus I dan siklus II.

Tabel 2

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotorik Siklus I, dan Siklus II

Keterangan Hasil Siklus I Hasil Siklus II Nilai Terendah 83 92 Nilai Tertinggi 50 63 Rata-rata kelas 71,88 78,94

Ketuntasan Klasikal 61,11% 94,44%  

Gambar 3. Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotorik Siklus I, dan

Siklus II

Page 10: ARTIKEL 5302410034

8  

2. Pembahasan

a. Siklus I

Pada siklus I, hasil belajar ranah kognitif, ranah afektif, maupun ranah

psikomotorik siswa masih belum dikatakan berhasil, hal itu dikarenakan belum memenuhi

indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Rata-rata hasil belajar ranah kognitif pada

siklus I sebesar 71,61 dengan persentase ketuntasan hanya 66,67%, rata-rata ranah afektif

siswa sebesar 68,68 dengan persentase ketuntasan mencapai 86,11%, dan rata-rata ranah

psikomotorik siswa pada siklus I sebesar 71,88 dengan persentase ketuntasan 61,11%.

Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan, ada beberapa faktor yang menyebabkan

rendahnya hasil belajar siswa pada siklus I, antara lain:

1. Pembagian kelompok yang dilakukan pada pertemuan pertama membuat keributan

dan menyita waktu pembelajaran.

2. Pada saat pengajar memberikan perintah untuk berdiskusi dan membuat bagan/ peta

konsep, siswa masih bingung untuk mengerjakannya. Hal tersebut disebabkan karena

siswa tidak terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru.

3. Kerjasama siswa dalam kegiatan diskusi kelompok belum terbangun dengan baik.

4. Siswa belum terbiasa untuk mengungkapkan pendapatnya di depan kelas sehingga

siswa masih sulit untuk dapat aktif dalam pembelajaran.

5. Minat siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan tekun masih rendah, hal ini terlihat

dari beberapa siswa yang masih berbicara sendiri dengan temannya ketika

pembelajaran berlangsung.

Dari kekurangan yang terjadi pada siklus I, guru dan peneliti melakukan

perbaikan dan merancang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada siklus II.

b. Siklus II

Hasil belajar ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa mengalami

peningkatan pada siklus II. Sebelum model pembelajaran Student Facilitator and

Explaining diterapkan rata-rata hasil belajar siswa ranah kognitif adalah 65,50 dan

mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 71,61 dan pada siklus II meningkat menjadi

80,28 dengan persentase ketuntasan sebesar 91,67%. Rata-rata hasil belajar ranah afektif

siswa pada siklus I sebesar 68,68 dan meningkat pada siklus II menjadi 78,19 dengan

persentase ketuntasan 100%. Sedangkan rata-rata hasil belajar siswa ranah psikomotorik

Page 11: ARTIKEL 5302410034

9  

pada siklus I sebesar 71,88 dan meningkat menjadi 78,94 pada siklus II dengan persentase

ketuntasan 94,44%.

Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan pada siklus II, peningkatan ini

disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Alokasi waktu pembelajaran sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan, hal ini

dikarenakan pengajar mengarahkan kepada siswa agar pada pertemuan selanjutnya

siswa sudah harus duduk dengan kelompoknya masing-masing sebelum pembelajaran

dimulai.

2. Siswa mulai aktif dalam kegiatan pembelajaran, hal ini dikarenakan adanya motivasi

dan penghargaan yang diberikan oleh pengajar yaitu bagi siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan tekun dan serius serta aktif dalam diskusi kelompok, mampu

membuat dan menjawab pertanyaan dengan baik akan ditambah nilainya. Akan tetapi

apabila ketika pembelajaran berlangsung siswa membuat kegaduhan dan tidak serius

mengikuti pembelajaran nilainya akan dikurangi.

3. Terciptanya suasana kelas yang menyenangkan sehingga meminimalisir kejenuhan

dalam belajar.

4. Siswa merasa senang jika mereka mendapat pujian dan penghargaan karena aktif

dalam kegiatan pembelajaran, terlihat dari antusias siswa pada saat kegiatan

pembelajaran berlangsung.

Dengan demikian, pada siklus II hasil penelitian telah terpenuhi sesuai dengan

indikator yang telah ditentukan yaitu rata-rata ranah kognitif siswa mencapai nilai ≥75, dan

nilai rata-rata persentase ranah afektif dan ranah psikomotorik siswa mencapai 75%.

Hal tersebut terlihat dari hasil pembelajaran yang dicapai pada siklus II yaitu

sebagai berikut:

1. Nilai rata-rata ranah kognitif pada siklus II yang dicapai sebesar 80,28 dengan

persentase ketuntasan mencapai 91,67%.

2. Nilai rata-rata ranah afektif pada siklus II yang dicapai sebesar 78,19 dengan

persentase ketuntasan mencapai 100%.

3. Nilai rata-rata ranah psikomotorik pada siklus II yang dicapai sebesar 78,94 dengan

persentase ketuntasan mencapai 94,44%.

Dengan tercapainya indikator tersebut, maka pelaksanaan tindakan kelas tidak

dilanjutkan ke siklus berikutnya, dan untuk siswa yang pada siklus II nilai post tes nya

masih berada di bawah KKM diadakan remidial untuk memperbaiki nilainya, sedangkan

Page 12: ARTIKEL 5302410034

10  

untuk siswa yang nilainya sudah di atas KKM dan siswa yang mengalami penurunan nilai

diadakan pengayaan.

D. PENUTUP

1. Penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining pada mata

pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) kelas X pada pokok bahasan

menggunakan perangkat lunak pengolah kata dapat meningkatkan kompetensi siswa

pada ranah kognitif, dilihat dari hasil post test yang diperoleh siswa pada siklus II.

2. Penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining dapat membuat

siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dan dapat membuat siswa menjadi lebih

percaya diri dalam mengungkapkan pendapatnya, hal itu dapat dilihat dari nilai ranah

afektif yang diperoleh siswa pada siklus II.

3. Penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining dapat

meningkatkan keterampilan siswa dalam menggunakan program aplikasi Microsoft

Word, hal itu dilihat dari nilai psikomotorik yang diperoleh siswa pada siklus II.

E. DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie. 2004. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di

Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo. E. Mulyasa. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan

Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Etin Solihatin,dkk. 2008 Cooperative Learning. Jakarta: Bumi Aksara. Oemar Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. Rosida Ilmiyah. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and

Explaining untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa (Study Kasus Sisa Kelas X APK SMK Wisnuwardhana Malang pada Mata Pelajaran Mengaplikasikan Keterampilan Dasar Komunikasi). Malang: Jurnal Universitas Negeri Malang.

On Line at: http://library.um.ac.id [didownload pada tanggal 5 Oktober 2013]. Yeni Saraswati. 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Student Facilitator

and Explaining (SFAE) Untuk Meningkatkan Minat Belajar Fisika dan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 1 Singosari. Malang: Jurnal Universitas Malang.

On line at: http://fisika.um.ac.id [didownload pada tanggal: 19 Oktober 2013].