article review of marketing management
DESCRIPTION
review of journal internationalTRANSCRIPT
CAN AFTER SALE SERVICE GENERATE
BRAND EQUITY?
1. Latar belakang permasalahan
Konsep dasar yang mendasari penelitian ini adalah masih pentingnya consumer
based brand equity (CBBE) untuk dunia usaha, terlebih di era seperti sekarang ini. CBBE
adalah nilai tambah yang unik dalam produk / jasa, dikaitkan dengan pengetahuan yang
menguntungkan konsumen dan asosiasi dengan merek (Farquhar, 1989, Farquhar et al,
1991, Keller, 1993). Penelitian sebelumnya dibidang CBBE berkisar pada kosep Aaker
yang mengusulkan lima dimensi CCBE yaitu kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi
kualitas, loyalitas merek dan asset kepemilikan lainnya (seperti hak paten, merek dagang,
dan hubungan saluran), akan tetapi aspek kelima diabaikan dalam penelitian dengan alas
an bahwa hal itu berada di luar konsep persepsi konsumen. Namun, pandangan lebih
dekat dari kepemilikan asset merek menunjukkan bahwa hubungan saluran merupakan
salah satu unsur tersebut yang mungkin dapat dilihat, ditafsirkan, dan diukur dari
perspektif konsumen. Hal ini sangat penting dan sangat relevan untuk perusahaan yang
beroperasi sebagai modal bisnis hybrid.
Dalam model bisnis hybrid, hubungan saluran menjadi penting bagi keberhasilan
organisasi sebagai hasil dari pergeseran strategis suatu perusahaan yang dominan
manufaktur menjadi dominan bisnis melayani. Hubungan saluran adalah penting untuk
keberhasilan perusahaan hybrid pada umunya dan khususnya merek mereka, dimana
saluran distribusi tidak hanya sumber dari distribusi produk/jasa tetapi jembatan yang
menghubungkan perusahaan dan konsumen dalam hubungan jangka panjang. Penelitian
terakhir juga menemukan bahwa saluran eksklusif berhubungan dengan merek (seperti
dealer resmi dan penyedia layanan disektor otomotif dan elektronik) memainkan peran
penting dalam menjaga operasional, dan dianggap sebagai manifestasi dari merek itu
sendiri. Akhirnya, keinginan pelanggan untuk membayar harga resmi untuk
meningkatkan jaminan dan dapat diandalkan layanan purna jual dari merek, hal ini jelas
menunjukkan bahwa layanan purna jual adalah sumber penting dan signifikan dari
konsep CCBE.
Sejumlah sektor industri ekonomis penting beroperasi pada model bisnis hibrida
seperti elektronik, produsen peralatan original dan otomotif. Penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa merek pelanggan pengetahuan yang terkait sangat tergantung pada
ketentuan yang berlaku dari layanan purna jual dealer resmi oleh (Ehinlanwo dan Zairi,
1996a, 1996b). Selain itu, layanan purna jual menjadi penting pada tahap selanjutnya dari
kepemilikan kendaraan secara signifikan mempengaruhi keputusan pembelian untuk
kendaraan berikutnya (Mittal et al, 2004). Dengan demikian, adalah logis untuk
menyatakan bahwa dalam industri otomotif atau pengaturan bisnis lainnya hybrid, di
mana penyediaan layanan purna jual adalah tanggung jawab penting dari saluran
distribusi, sebagian besar CBBE positif/negatif mungkin adalah hasil dari konsumen dan
berwenang hubungan penyedia layanan. Namun, para peneliti di bidang CBBE umumnya
produk atau jasa sentris, mengabaikan kemungkinan bahwa temuan mereka mungkin
tidak sepenuhnya relevan untuk organisasi hybrid (Christodoulides et al, 2006;
Christodoulides et al, 2006; De Chernatony et al, 2004, Washburn dan Plank, 2002; Yoo
dan Donthu, 2001). Oleh karena itu, akan lebih logis untuk menunjukkan bahwa untuk
perusahaan hybrid model CBBE secara terpisah harus mencerminkan persepsi konsumen
baik produk dan kualitas layanan sebagai manifestasinya.
Mengingat sifat unik dari organisasi bisnis hybrid, akan tidak pantas untuk
menegaskan bahwa model generik CBBE akan memberikan, mekanisme pengukuran
dapat diandalkan dan valid. Sebuah pengukuran yang objektif dan dapat diandalkan
CBBE memberikan kriteria yang layak untuk menilai efektivitas jangka panjang dari
keputusan pemasaran organisasi (Atilgan et al, 2005; Simon dan Sullivan, 1993).
Penelitian ini, berupaya untuk memperluas CBBE empiris yang ada dalam konteks
industri otomotif, dengan menggabungkan layanan purna jual sebagai dimensi kelima.
Industri otomotif dipilih karena merupakan salah satu contoh tertua dan klasik dari model
bisnis hybrid dalam ekonomi modern. Selain itu, sektor otomotif selalu tetap sebagai
kekuatan pendorong utama di balik ekonomi industri (Chattopadhyay et al, 2010;..
Pauwels et al, 2004).
2. Tujuan
Tujuan dilakukan kajian ini adalah untuk memperluas CBBE empiris yang ada
dalam konteks industri otomotif, dengan menggabungkan layanan purna jual sebagai
dimensi baru. Selain itu, diharapkan kajian ini dapat mengeksplorasi dan memahami
pembentuk CBBE dalam konteks bisnis hybrid yang akan membantu dalam mengatasi
hambatan dalam membangun industri yang kompetitif dan menghasilkan kekayaan
merek.
3. Teori/konsep dasar untuk membangun model
Loyalitas adalah pilar di mana gagasan ekuitas merek berdiri. Dengan demikian,
membangun dan mempertahankan jangka panjang ekuitas merek konsumen berbasis
adalah mustahil tanpa investasi dalam pelanggan setia (Aaker, 1991, 1996a, b, c, Gil et al,
2007; Xu dan Chan, 2011; Yoo et al, 2000). Memahami, membangun dan mengukur
ekuitas merek adalah aspek yang paling penting dari proses manajemen merek. Ekuitas
merek positif mengarah pada pendapatan yang lebih tinggi dan margin yang lebih baik
untuk perusahaan, dengan memungkinkan mereka untuk mengisi harga premium,
memperluas nama merek untuk kategori produk lain yang terkait atau tidak terkait dan
peluang perizinan mengoptimalkan (Keller, 1993; Kim dan Kim, 2004). Selain itu,
membangun merek yang sukses berfungsi sebagai sumber keunggulan kompetitif yang
berfungsi sebagai kekuatan melawan dalam lingkungan bisnis yang terus berubah (Aaker,
1989, Adams, 1995; Raja, 1991; Lannon, 1993).
Penelitian ini dibangun dari kajian teori tentang ekuitas merek dan mengarahkan
kepada konsep besar Aaker (1991, 1996a, b, c) yang mengusulkan lima dimendi CBBE,
yaitu kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi kualitas, loyalitas merek dan asset
kepemilikan lainnya (seperti hak paten, merek dagang, dan hubungan saluran) dalam
membangun perpektif konsumen terhadap merek. Dimana dalam kajian ini, layanan
purna jual dijadikan dimensi baru dalam pengembangan model Aaker sebelumnya.
Kajian ini juga dibangun atas dasar konsep layanan purna jual. Konsep ini
mengungkapkan lima aspek yang penting dalam memenuhi harapan pelanggan untuk
tingkat layanan yang dapat diterima (Asugman et al, 1997; Ehinlanwo dan Zairi, 1996a,
b, Simon, 1993). Konsep ini termasuk ketersediaan suku cadang, garansi dan cakupan,
luasnya dukungan teknis, kebijakan harga dan bantuan pelayanan teknis.
4. Jenis penelitian
Jenis penelitian dalam kajian ini adalah deskriptif kuantitatif. Jenis penelitian ini
menggunakan data sekunder dari sumber yang dianggap valid dan reliable, penelitian ini
membutuhkan alat analisis statistik dalam mengolah data. Penelitian ini mengadopsi
pendekatan langsung untuk mengukur CBBE karena memberikan penilaian yang lebih
baik dari evaluasi pelanggan dari sebuah merek.
5. Tempat penelitian, responden, dan pengumpulan data
a. Tempat penelitian
Kajian ini dilakukan di empat kota besar di Pakistan yaitu di kota Islamabad, kota
Rawalpindi, kota Lahore dan kota Peshawar.
b. Responden
Sampel responden yang digunakan dalam kajian ini dipilih non-mahasiswa
sebanyak 250 responden, dengan alasan untuk membantu mengatasi kekurangan
umum di sebagian besar penelirian sebelumnya yang banyak menggunakan
mahasiswa. Dengan mayoritas responden yang digunakan adalah laki-laki dengan usia
rata-rata empat puluh empat dengan pendapatan rata-rata berkisar antara 50.000
sampai 100.000 rupee Pakistan.
c. Pengumpulan data
Data dikumpulkan menggunakan serangkaian pertanyaan untuk tiga merek mobil
(Suzuki, Toyota, dan Honda) dalam kuisioner yang bagikan kepada responden. Dalam
proses pengumpulannya responden (non-mahasiswa) yang memiliki mobil pribadi
dengan salah satu merek tersebut diberikan kuisioner, sebanyak 213 kuisioner dari 205
kuisioner dikembalikan dan sisanya hilang.
6. Alat analisis dan Hasil
a. Alat analisis
Alat analisis yang digunakan dalam kajian ini untuk membantu pengolahan data
adalah AMOS 16.0. AMOS 16.0 adalah alat statistik yang berbasis komputer yang
digunakan dalam penelitian ini untuk menguji model pengukuran berbasis konsumen
ekuitas merek untuk tiga merek mobil di Pakistan.
b. Hasil
Berdasarkan data yang diperoleh dan diolah menggunakan AMOS 16.0 diperoleh
hasil sebagai beikut:
Table I. CFA model results – goodness of fit measures
Indices Suzuki Toyota Honda
Chi-square 316.7 239.193 339.34
Chi-square/df 2.90 2.99 3.11
Degrees of freedom (df) 109 80 109
Significance 0.001 0.001 0.001
Goodness of fit (GFI) 0.852 0.871 0.839
Adjusted GFI 0.793 0.802 0.774
Comparative Fit Index (CFI) 0.951 0.967 0.950
Root mean square error of approximation (RMSEA) 0.097 0.090 0.098
Tabel 2. Reliability results
Constructs Cronbach’s alpha CR AVE
S T H S T H S T H
Brand awareness 0.97 0.97 0.95 0.99 0.99 0.99 0.97 0.98 0.97
Brand association 0.93 0.96 0.95 0.99 0.99 0.99 0.97 0.97 0.97
Perceived quality 0.93 0.97 0.97 0.99 0.99 0.93 0.97 0.97 0.79
Brand loyalty 0.93 0.96 0.95 0.98 0.99 0.99 0.96 0.96 0.96
After sales service 0.92 0.89 0.91 0.96 0.99 0.99 0.96 0.96 0.95
Berdasarkan tabel diatas indeks Goodness of fit (GFI) menunjukkan penerimaan
moderat model. Berdasarkan hasil CFA, keandalan komponen sub ekuitas merek
berbasis konsumen dibangun dengan menggunakan alpha Cronbach, membangun
reliabiliti (CR) dan rata-rata ekstraksi varians (AVE). Koefisien alpha Cronbach untuk
semua skala yang digunakan berada di atas 0,90, menunjukkan konsistensi internal
yang kuat dari skala. Membangun reliabiliti dan rata-rata ekstraksi varians dihitung
dengan menggunakan rumus yang diusulkan oleh Fornell dan Larcker (1981). Nilai
dihitung untuk CR dan AVE berada di atas ambang batas minimal 0,6 dan 0,5 masing-
masing (Bagozzi dan Yi, 1988) mendukung reliabiliti dimensi ekuitas merek berbasis
konsumen (CBBE).
7. Temuan dari penelitian
Hasil mengindikasilan layanan purna jual sebagai dimensi yang unik dari CBBE
menyediakan pedoman penting bagi para manajer yang terlibat dalam melampaui sebuah
organisasi manufaktur menuju model hibrida. Munculnya layanan purna jual sebagai
dimensi terpisah juga memberikan bukti empiris dan objektif bahwa perusahaan setelah
penjualan kemampuan layanan secara signifikan dapat memberikan kontribusi dalam
membangun ekuitas merek. Dengan demikian, maka akan tepat untuk menunjukkan
bahwa merek manajer perusahaan hibrida harus memberikan perhatian lebih pada
penyediaan jasa dalam menghasilkan tingkat yang diinginkan CBBE untuk perusahaan
mereka.
Hasil juga berkontribusi terhadap literatur dengan memberikan hasil yang lebih
divalidasi dengan alasan bahwa tidak seperti banyak dari penelitian sebelumnya yang
tidak menggunakan sampel mahasiswa. Selain itu, kurangnya penelitian ekuitas merek di
Pakistan pada umumnya dan di sektor otomotif global juga menyoroti kontribusi yang
signifikan dari penelitian ini.
8. Kontribusi praktis dan ilmu pengetahuan
a. Kontribusi praktis
Kajian ini memberikan gambaran penting bagi para manajer untuk ikut
memperhitungkan dimensi layanan purna jual sebagai manifestasi merek merek dimata
konsumen. Kajian juga membantu para praktisi dalam mengidentifikasi faktor-faktor
yang ikut menentukan dalam pembentukan perspektif konsumen berkaitan dengan
ekuitas merek.
b. Kontribusi ilmu pengetahuan
Kajian ini memberikan sajian literatur tentang konsep CBBE, lebih khususnya
dalam pengembangan konsep Aaker dengan menambahkan dimensi layanan purnal
jual dalam membentuk perspektif konsumen. Selain itu, kajian juga memberikan
gambaran penting pengaplikasian konsep CBBE dalam industri otomotif di Pakistan.
9. Keterbatasan penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam hal ukuran sampelnya. Sebuah ukuran
sampel yang lebih besar dikumpulkan dari semua kota besar akan lebih representatif dari
pelanggan otomotif Pakistan. Selain itu, perbandingan di seluruh kategori produk yang
berbeda yang membutuhkan sifat dan intensitas layanan purna jual dapat membantu
dalam membangun validitas yang kuat dari skala.
10. Rekomendasi penelitian selanjutnya
Dalam kajian ini direkomendasikan untuk penelitian selanjutnya agar menguji
skala lintas budaya dan kategori produk untuk mengembangkan skala yang lebih kuat.
Artinya, peneliti disini mengharapkan kajian dengan memasukkan konsep layanan purna
jual dapat dikembangkan tidak hanya di industri otomotif saja tetapi juga di bidang
produk dan jasa lain. Selain itu, peneliti juga mengharapkan adanya pengembangan
kajian dalam lintas budaya misalnya dalam buaya masyarakat konsumtif dengan
masyarakat tidak konsumtif.