appendicitis
DESCRIPTION
bedah umumTRANSCRIPT
Nama : Gabby RachediaNPM : 1102010107Kepaniteraan klinik bag. Bedah, sub bag. Bedah UmumPeriode Agustus – Oktober 2015
Penanganan Peritonitis ec. Appendicitis perforasi
Apendicitis adalah sumbatan lumen appendiks yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, hiperplasia jaringan limf, fekalit, tumor appendiks, cacing askaris dan erosi mukosa appendiks akibat parasit seperti E. Histolytica.
Appendicitis dapat dimulai di mukosa dan kemudian melibatkan seluruh lapisan dinding appendiks dalam waktu 24-48 jam pertama. Upaya pertahanan tubuh berusaha membatasi proses radang ini dengan omentum, usus halus, atau adneksa sehingga terbenuk massa periappendikuler yang dikenal dengan istilah infiltrat appendiks dan dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat menjadi perforasi.
Tata laksana paling tepat pada appendicitis akut jika diagnosis klinis terbukti dengan jelas adalah dengan appendiktomi. Penundaan tindakan bedah pada appendicitis akut dengan memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses atau perforasi. Appendiktomi bisa dilakukan secara terbuka atau dengan laparaskopi. Pada appendiktomi terbuka, dapat melakukan insisi McBurney.
Tabel perjalan alami appendisitis akut
Komplikasi dari appendicitis akut adalah perforasi, yaitu perforasi bebas maupun perforasi pada appendik yang telah mengalami perdindingan berupa massa yang terdiri atas kumpulan apendiks, sekum, dan lekuk usus halus.
Adanya fekalit didalam lumen, umur, dan keterlambatan diagnosis merupakan faktor yang berperan dalam terjadinya perforasi apendiks. Perforasi appendiks
Appendicitis mukosa
SembuhAppendicitis flagmentosa
Appendicitis nekrosis setempat
Appendicitis supurativa Perforasi
Appendicitis gangrenosa
tersebut akan mengakibatkan peritonitis purulenta yang ditandai dengan demam tinggi, nyeri hebat yang meliputi seluruh perut, dan perut menjadi tegang dan kembung. Nyeri tekan dan defens muskuler terjadi diseluruh lapang perut dan mungkin dapat disertai dengan pungtum maksimum diregio illiaca kanan; peristaltik usus dapat menurun hingga menghilang karena adanya ileus paralitik.
Pemeriksaan dengan Ultasonografi dan foto rontgen dapat membantu mendeteksi adanya pus/nanah.
Pada pra-operasi, perbaikan keadaan umum dapat dilakukan dengan pemasangan infus, pemberian antibiotik khusus gram negatif dan positif serta kuman aerob, dan dapat dilakukan pemasangan pipa nasogastrik (NGT).
Terapi pembedahan yang dilakukan adalah dengan Laparatomi menggunakan insisi panjang. Insisi panjang tersebut dimaksudkan untuk dapat dilakukan pencucian rongga peritonium dari pus maupun pengeluaran fibrin yang adekuat sehingga dapat secara mudah melakukan pembersihan pus/ nanah.
Terdapat 2 macam tipe insisi yang dapat dilakukan pada laparatomi, yaitu transversal dan medial. Insisi transversal memiliki beberapa keuntungan jika dibandingkan dengan insisi median, karena insisi transversal tidak terlalu nyeri dan parut yang ditimbulkan minimal.
Infeksi pada luka operasi dapat terjadi, sehingga dilakukan pemasangan penyalir subfasia; kulit dibiarkan terbuka dan akan dijahit bila dipastikan sudah tidak ada infeksi.