appendicitis

25
Struktur dan Mekanisme Pencernaan di Intestinum Tria Puspa Ningrum 102013110 triapusspa@gmailcom Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No. 6 JakBar 11510. Telephone : (021) 5694- 2061, fax : (021) 563-1731 Pendahuluan Latar Belakang Dalam tubuh manusia terdapat berbagai jenis sistem yang berlangsung secara bersamaan. Hal ini di lakukan dengan tujuan agar setiap jaringan di dalam tubuh tetap dapat melangsungkan kegiatan dan dapatmempertahankan kehidupan. Salah satunya adalah Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus). Sistem gastro intestinal adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Dalam skenario akan membahas organ yang terkait. Salah satu organ yang melakukan pencernaan adalah intestinum tenue dan yang melakukan pengturan pembusukan kimus serta kadar air dalam feses adalah intestinum crassum. Pada usus besar terdapat appendix vermiformis. Appendix vermiformis (usus buntu) merupakan struktur kecil berbentuk satu jari menempel pada caecalis abdomen bagian kuadran kanan bawah. Fungsi Appendix vermiformis sampai saat ini belum di ketahui, namun Appendix vermiformis juga sering kali terkena infeksi 1

Upload: tria-itu-ridut-ningnang-ningrum

Post on 20-Nov-2015

8 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

maklah blok 9

TRANSCRIPT

Struktur dan Mekanisme Pencernaan di IntestinumTria Puspa Ningrum102013110triapusspa@gmailcomFakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Arjuna Utara No. 6 JakBar 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731PendahuluanLatar Belakang Dalam tubuh manusia terdapat berbagai jenis sistem yang berlangsung secara bersamaan. Hal ini di lakukan dengan tujuan agar setiap jaringan di dalam tubuh tetap dapat melangsungkan kegiatan dan dapatmempertahankan kehidupan. Salah satunya adalah Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus). Sistem gastro intestinal adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Dalam skenario akan membahas organ yang terkait. Salah satu organ yang melakukan pencernaan adalah intestinum tenue dan yang melakukan pengturan pembusukan kimus serta kadar air dalam feses adalah intestinum crassum. Pada usus besar terdapat appendix vermiformis. Appendix vermiformis (usus buntu) merupakan struktur kecil berbentuk satu jari menempel pada caecalis abdomen bagian kuadran kanan bawah. Fungsi Appendix vermiformis sampai saat ini belum di ketahui, namun Appendix vermiformis juga sering kali terkena infeksi yang disebabkan oleh feses yang tidak bisa keluar ataupun agent lainnya. Sehingga menyebabkan appendicitis atau yang sering di kenal radang usus buntu.Skenario Seorang anak berusia 14 tahun dibawa oleh ibunya ke IGD RS karena mual, muntah, dan demam di sertai nyeri perut kanan bawah. Setelah di lakukan pemeriksaan, dokter mendiagnosis anak mengalami appendicitis dan di anjurkan untuk operasi. Pasca operasi dokter menyarankan agar anak mengkonsumsi makanan yang lunak untuk sementara waktu sampai fungsi pencernaannya kembali seperti sebelum operasi. Rumusan MasalahSeorang anak berusia 14 tahun di bawa ke IGD RS karena mengaai mual, muntah dan demam di sertai nyeri perut kanan bawahHipotesaSeorang anak berusia 14 tahun di anjurkan memakan makanan lunak setelah operasi karena sistem pencernaan pada anak tersebut belum stabil seperti sebelum operasi khususnya pada daerah caecumPembahasanMakroskopis Intestinum Tenue1, 2,3,4Duodenum Duodenum merupakan bagian teratas usus halus. Panjangnya sekitar 25-28 cm dan berliku di sekitar caput pankreas. Duodenum adalah organ penting karena merupakan tempat muara dari ductus choledochus dan ductus pancreaticus. Dudoneum melengkung menyerupai huruf C di sekitar caput pancreatis. Satu inci (2,5 cm) pertama duodenum menyerupaigaster, yang permukaan anterior dan posteriornya diliputi oleh peritoneum dan mempunyai omentum minus yang melekat pada pinggir atasnya dan omentum majus yang melekat padapinggir bawahnya. Bursa omentalis terletak di belakang segmen yang pendek ini. Sisa duodenum yang lain terletak retroperitoneal, dan hanya sebagiansaja yang diliputi oleh peritoneum. Duodenum terletak pada regio epigstrica dan umbilicalis dan dibagi menjadi empat bagian. Yang pertama adalah Pars Superior Duodenum, panjangnya 5 cm mulai dari pylorus dan berjalan ke atas dan belakang sisi kanan vertebra lumbalis I. Bagian ini terletak pada planumtransploricum. Bagian kedua adalah pars Descendens duodenum, bagian ini memiliki panjang sekitar 8 cm dan berjalan vertikal ke bawah di depan hilum renale dextra, di sebelah kanan vertebrae lumbalis II. Yang ketiga adalah Pars Horizontalis Duodenum, panjangnya 8 cm dan berjalan horizontal ke kiri pada planum subcostale, berjalan di depan columna vertebralis dan mengikuti pinggir bawah caput pancreatis. Yang terakhir adalah Pars Ascendens Duodenum panjangnya 5 cm dan berjalan ke atas dan ke kiri ke flexura doudenojejunalis. Flexura ini di fiksasi oleh lipatan peritonium, ligamentum treitz, yang melekat pada crus dextrum diphragma. Yang memperdarahi dudodenum adalah arrteri gastroduodenalis yang merupakan cabang dari arteri hepatica communis pada arteri ini akan memperdarahi duodenum bagian posterior. Sedangkan arteri pancreaticoduodenalis superior (anterior dan posterior) yang akan berjalan antara pars descendens duodeni dan caput pancreas, arteri ini merupakan cabang dari arteri gastroduodenalis yang akan beranastomosis dengan arteri pancreaticoduodenalis inferior.

Jejunum dan Ileum Intestinum tenue terletak intra peritoneal dan berkelok-kelok. Jejunum mengisi rongga perut kiri atas sedangkan ileum mengisi rongga perut kanan bawah. Kelokan ileum mengisi sampai ke pelvis minor untuk kemudian bermuara pada caecum (kantung buntu). Proyeksi muara ileum pada caecum pada dinding abdomen di sebut titik Mc Burney yang dapat di tentukan dengan titik potong tepi lateral muskulus rectus abdominis kanan dengan garis monro (garis yang menghubungkan SIAS kanan dan umbilikalis) atau dengan lateral 1/3 tengah garis monro. Besarnya penampang dari jejunum ke arah ileum makin mengecil. Intestinu tenue berhubungan dengan dinding belakang perut melalui lipatan peritonium yang di sebut mesostenium, mulai dari dari flexura duodenojejunalis setinggi vertebra lumbal II berjalan kearah kanan miring ke bawah, menyilang garis tengah setinggi vertebra lumbai III di depan pars inferior duodeni dan vena cava inferior, berakhir ke bawah pada fossa iliaca dextra di depan articulatio sacroiliaca dextra.Banyak perbedaan antara jejenum dan ileum , Lengkung-lengkung jejunum terletak pada bagian atas cavitas peritonealis di bawah sisikiri mesocolon transversum sedangkan ileum terletak pada bagian bawah cavitas peritonealis dan di dalam pelvis. Jejunum juga lebih lebar, berdinding lebih tebal, dan lebih merah dibandingkan ileum. Itu di karenakan lipatan yang lebih permanen pada tunicamucosa, plicae circulares lebih besar, lebih banyak, dan tersusun lebih rapat padajejunum sedangkanpadabagianatasileum plicacirculares lebihkecildanlebihjarang dan di bagian bawah ileum tidak ada plicae circulares. Mesenterium jejunum melekat pada dinding posterior abdomen di atas dan kiri aorta,sedangkan mesenterium ileum melekat di bawah dan kanan aorta. Pembuluh darah mesenterium jejunum hanya membentuk satu atau dua arcade dengancabang- cabang panjang dan jarang yang berjalan ke dinding intestinum tenue. Ileum menerima banyak pembuluh darah pendek yang berasal dari tiga atau empat atau lebiharcade. Pada ujung mesenterium jejunum, lemak disimpan dekat radix dan jarang ditemukan didekat dinding jejunum. Pada ujung mesenterium ileum, lemak disimpan di seluruhbagian sehingga lemak ditemukan mulai dari radix sampai dinding ileum. Kelompok jaringan limfoid (lempeng Peyer) terdapat pada tunica mucosa ileum bagianbawah sepanjang pinggir antimesenterica. Pada orang hidup, lempeng Peyer dapat dilihatdari luar pada dinding ileum.Arteri yang memperdarahi jeunum dan ileum berjumlah 15-18 arteri, arteri ini merupakan cabnag dari arteri mesenterika superior, saling beranastomosis dan memberikan cabang-cabang lurus (vasa recta) dan cabang legkung (arcae). Pada jejunum memiliki vasa recta yang panjang dan arcade yang hanya satu tingkat saja. Sedangkan pada ileum memiliki vasa recta yng pendek tetapi memiliki arcade yang bertingkat.Makroskopis Intestinum Crassum1,2,3,4Intestinum crassum terbentang dari ileum sampai anus, Intestinum crassum terbagi menjadi caecum, appendix vermiformis, colon ascendens, colon transversum, colon descendens, dan colon sigmoideum. Caecum adalah bagian intestinum crassum yang terletak di perbatasan ileum dan intestinum crassum. Caecum merupakan kantong buntu yang terletak pada fossa iliaca dextra.Panjang caecum sekitar 6 cm dan seluruhnya diliputi oleh peritoneum. Caecum mudahbergerak,walaupuntidakmempunyaimesenterium.Adanyalipatanperitoneumdisekitarcaecum membentuk recessus ileocaecalis superior, recessus ileocaecalis inferior, dan recessus retrocaecalis.7Pars terminalis ileum masuk ke intestinum crassum pada tempat pertemuan caecum dengan colon ascendens. Lubangnya mempunyai dua katup yang membentuk sesuatu yangdinamakan papilla ilealis. Appendix vermiformis berhubungan dengan rongga caecum melalui lubang yang terletak di bawah dan belakang ostium ileale.7Perdarahan caecum adalah arteria caecalis anterior dan arteria caecalis posteriormembentuk arteria ileocolica, sebuah cabang arteria mesenterica superior. Venae mengikuti arteriae yang sesuai dan mengalirkan darahnya ke vena mesenterica superior. 7

Appendix vermiformis Appendix vermiformis merupakan sisa apex caecalis yang belum di ketahui fungsinya pada manusia. Appendix vermiformis berupa saluran cerna yang buntu yang terbentuk seperti cacing dan berhubungan dengan caecum di sebelah kaudal peralihan ileosekal (ileocecal junction). Appendix vermiformis memiliki meso-appendix yang menggantungnya pada mesenterium bagian akhir ileum. Appendix vermiformis terletak pada regio iliaca kanan. Dasar Appendix vermiformis terletak pada 1/3 atas garis yang menghubungkan spina iliaca anterior superior dengan umbilicus (titik MC Burney) dan pangkal Appendix vermiformis lebih kedalam dari titik pada batas antara bagian 1/3 lateral dan 2/3 medial garis miring antara spina iliaca anterior superior dan anulus umbilicalis (titik Mc Burney) posisi ujung Appendix vermiformis yang bebas sangat berbeda-beda. Letak Appendix vermiformis juga berubah-rubah, tetapi biasanya Appendix vermiformis terletak pada retrocaecal namun sering juga di temukan dalam posisi lain. Macam-macam letak Appendix vermiformis :1. Appendix vermiformis Retrocaecalis2. Appendix vermiformis Retroilealis3. AppendixPelvicum4. Appendix vermiformis Epiploika5. Appendix vermiformis Subcaecal6. Appendix vermiformis Pre- ilealAppendix vermiformis memiliki panjang yang bervariasi namun pada orang dewasa sekitar 5-15 cm. Pangkal Appendix vermiformis keluar dari aspek posteromedial caecalis akan tetapi , arah Appendix vermiformis itu sendiri sangat bervariasi. Pada sebagian besar orang Appendix vermiformis terletak pada posisi retrosekal. Appendix vermiformis memiliki gambaran karakteristik yang pertama adalah Memiliki mesenterium kecil yang menurun di belakang ileum terminalis. Satu-satunya pasokan darah appendix, arteri appendikularis (salah satu cabang ileokolika), berjalan dalam mesenterium pada kasus apendisitis, akhirnya terjadi trombosis arteri appendikularis. Bila terjadi hal ini, komplikasi gangren dan perforasi Appendix vermiformis tidak terelakkan. Dan yang kedua Appendix vermiformis memiliki lumen yang relatif lebar pada bayi dan perlahan-lahan akan menyempit dengan bertambahnya usia, seringkali menghilang pada manula.Mikroskopis Intestinum Tenue 5,6

Duodenum Dinding duodenum terdiri atas empat lapisan: mukosa dengan epitel pelapisnya, lamina propria, dan mukosa muskularis; jaringan ikat submukosa di bawahnya dengan kelenjar duodenal (Brunner) mukosa; kedua lapisan otot polos muskularis eksterna; dan serosa (peritoneum viseral). Lapisan-lapisan ini menyatu dengan lapisan yang serupa pada gaster, usus halus, dan usus besar.Usus halus ditandai banyak tonjolan mirip jari yang disebut vili; epitel pelapis berupa selapis sel silindris dengan mikrovili yang membentuk striated borders; sel-sel goblet yang terpulas pucat; dan kelenjar intestinal tubular pendek (kripti Lieberkuhn) di dalam lamina propria. Kelenjar duodenal di dalam submukosa menjadi ciri duodenum bagian awal. Kelenjar ini tidak terdapat pada bagian lain usus halus maupun usus besar. Vili merupakan modifikasi permukaan mukosa. Ruang antarvili terlihat di antara vili. Epitel pelapis menutupi setiap vilus dan berlanjut ke dalam kelenjar intestinal. Setiap vilus berpusatkan lamina propria, berkas serat otot polos yang berasal dari muskularis mukosa dan sebuah pembuluh limf sentral disebut lakteal.Lamina propria mengandung kelenjar intestinal; kelenjar ini bermuara ke dalam ruang antarvili. Pada irisan tertentu suatu duodenum, kelenjar submukosa duodenal terlihat meluas sampai ke dalam lamina propria. Lamina propria juga mengandung serat-serat jaringan ikat halus dengan sel retikulum, jaringan limfoid difus. Di duodenum, hampir seluruh submukosanya diisi oleh kelenjar duodenal tubular yang sangat bercabang. Kelenjar duodenal mencurahkan isinya ke bagian dasar kelenjar intestinal. Pada potongan melintang sediaan duodenum biasa, muskularis eksterna terdiri atas lapisan sirkular dalam dan lapisan longitudinal luar otot polos. Juga tampak sarang sel-sel ganglion parasimpatis pleksus saraf mienterikus (Auerbach) di dalam jaringan ikat di antara kedua lapisan otot muskularis eksterna. Pleksus saraf di antara kedua lapisan otot ini ditemukan di seluruh usus halus dan besar. Sarang sel ganglion serupa, namun dalam jumlah lebih kecil, ditemukan di submukosa di usus halus dan besar. Pada Serosa (peritoneum viseral) mengandung sel-sel jaringan ikat, pembuluh darah, dan sel-sel lemak) serosa adalah lapisan terluar duodenum.

Jejunum dan IleumJejunum dan ileum serupa dengan duodenum bagian atas. Perkecualiannya adalah tidak ada kelenjar duodenal (Brunner) yang hanya terbatas pada bagian atas duodenum. Vili memiliki ukuran dan bentuk yang bervariasi pada bagian-bagian usus halus berbeda, namun hal ini tidak selalu jelas pada sediaan histologik. Di bagian akhir ileum, terdapat kumpulan limfonoduli (plak Peyer) dengan interval tertentu.Banyak vili yang membentuk sebuah lipatan permanen besar usus halus, yaitu plika sirkularis. Baik mukosa maupun submukosa ikut membentuk plika sirkularis. Di dalam lumen, setiap vilus memiliki struktur khas: epitel pelapis silindris dengan mikrovili dan sel goblet, pusat lamina propria dengan jaringan limfoid difus, dan berkas-berkas serat otot polos mukosa muskularis. Di dalam vili juga terdapat sebuah lakteal sentral dan pembuluh darah kecil. Kelenjar intestinal (kripti Lieberkuhn) meluas ke dalam lamina propria. Kelenjar ini berhimpitan, dan pada gambar terlihat terpotong memanjang dan melintang. Kelenjar intestinal bermuara ke dalam ruang antarvili. Tampak sebuah limfonodulus meluas dari lamina propria mukosa ke dalam submukosa, menerobos mukosa muskularis di sekitarnya.

Mikroskopis intestinum Crassum 5,6Keempat lapisan dinding pada colon adalah mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan serosa. Lapisan-lapisan ini berlanjut dengan lapisan yang terdapat di usus halus. Sediaan ini menampakkan sebuah lipatan temporer mukosa dan submukosa.Tak ada vili pada kolon. Mukosanya berlekuk-lekuk oleh kelenjar intestinal tubular panjang (kripti Lieberkuhn) yang menerobos lamina propria sampai muskularis mukosa.Lamina propria, seperti pada usus halus, mengandung banyak jaringan limfoid difus. Sebuah limfonodus terlihat di lamina propria bagian dalam. Limfonodus yang lebih besar dapat menembus mukosa muskularis, masuk ke dalam submukosa.Tampilan dan distribusi mukosa muskularis, submukosa, dan serosa sesuai untuk saluran cerna. Lapisan memanjang muskularis eksterna disusun berupa untaian serat otot polos yang disebut taenia koli. Serosa menutupi kolon transversum dan kolon sigmoid; tetapi kolon asendens dan desendens letaknya retroperitoneal dan lapisan luar permukaan posteriornya adalah adventisia. Pada appendix vermiformis secara struktural mirip kolon , terdapat empat lapisan yaitu, mukosa, submukosa, tunika muskularis, dan tunika serosa. kecuali beberapa modifikasi yang khas untuk appendix, terdapat beberapa persamaan antara mukosa appendix dan kolon, yaitu epitel selapis dengan bayak goblet, lamina propria di bawahnya yang mengandung kelenjar intestinal (crypti liberkuhn) dan mukosa muskularis. Kelenjar intestinal pada appendix kurang berkembang, lebih pendek dan sering terlihat berjauhan letaknya. Jaringan limfoid diffus di dalam lamina propria sangat banyak dan sering terlihat sampai ke submukosa berdekatan. Disini terdapat sangat banyak limfonoduli dengan pusat germinal, dan sangat khas untuk appendix. Noduli ini berawal di lamina propria namun karena ukurannya besar, noduli ini meluas dari epitel permukaan sampai ke submukosa. Di tunika muskularis terdapat tempat pertemuan gabungan dari taenia coli. Submukosanya sangat vaskular dengan banyak pembuluh darah. Muskularis eksterna terdiri atas lapisan sirkular dalam dan longitudinal luar. Ketebalan lapisan otot ini bervariasi. Ganglia parasimpatis pleksus meienterikus Auerbach terlihat di antara lapisan sirkular dalam dan longitudinal luar. Lapisan terluar appendix adalah serosa.

Mekanisme Intestinum Tenue dan Intestinum Crassum 2,3,7

Intestinum TenueSegmentasi, metode motilitas utama usus halus sewaktu pencernaan makanan, mencampur dan mendorong kimus secara perlahan. Segmentasi terdiri dari kontraksi otot polos sirkular yang berulang dan berbentuk cincin di sepanjang usus halus; di antara segmen-segmen yang berkontraksi terdapat daerah-daerah rileks yang mengandung sedikit bolus kimus. Cincin kontraktil terbentuk setiap beberapa sentimeter, membagi usus halus menjadi segmen-segmen seperti rangkaian sosis. Cincin kontraktil ini tidak menyapu di sepanjang usus seperti halnya gelombang peristaltik. Setelah suatu periode singkat, segmen-segmen yang berkontraksi melemas, dan kontraksi berbentuk cincin ini muncul di bagian-bagian yang sebelumnya melemas. Kontraksi baru mendorong kimus di bagian yang semula rileks untuk bergerak ke kedua arah ke bagian-bagian yang kini melemas di sampingnya. Karena itu, segmen yang baru melemas menerima kimus dari kedua segmen yang berkontraksi tepat di belakang dan depannya. Segera setelah itu, bagian-bagian yang berkontraksi dan melemas kembali berganti. Dengan cara ini, kimus dipotong, digiling, dan dicampur secara merata.Pencampuran yang dilakukan oleh segmentasi memiliki fungsi rangkap yaitu mencampur kimus dengan getah pencernaan yang disekresikan ke dalam lumen usus halus dan memajankan semua kimus ke permukaan absorptif mukosa usus halus. Segmentasi tidak saja melakukan pencampuran tetapi juga secara perlahan menggerakkan kimus menelusuri usus halus. Bagaimana hal ini dapat terjadi, ketika setiap kontraksi segmental mendorong kimus ke kedua arah. Kimus secara perlahan bergerak maju karena frekuensi segmentasi menurun di sepanjang usus halus. Sel-sel pemacu di duodenum secara spontan mengalami depolarisasi lebih cepat daripada sel-sel serupa yang ada di bagian hilir usus, dengan kontraksi segmentasi terjadi di duodenum pada kecepatan 12 kali per menit dibandingkan dengan hanya 9 kali per menit di ileum terminal. Karena segmentasi terjadi lebih sering di bagian atas usus halus daripada di bagian bawah, maka secara rerata, lebih banyak kimus yang terdorong maju daripada yang terdorong mundur. Karenanya, kimus secara perlahan bergerak dari bagian atas ke bagian bawah usus halus, dengan terdorong maju-mundur selama perjalanannya agar terjadi pencampuran yang merata dan penyerapan Mekanisme propulsif yang lambat ini menguntungkan karenag menyediakan cukup waktu bagi berlangsungnya proses pencernaan dan penyerapan. Isi usus halus biasanya memerlukan 3 sampai 5 jam untuk melintasi usus halus.Di pertemuan antara usus halus dan usus besar, bagian terakhir ileum mengalirkan isinya ke dalam sekum. Dua faktor berperan dalam kemampuan bagian ini berfungsi sebagai sawar antara usus halus dan usus besar. Pertama, susunan anatomiknya sedemikian sehingga terbentuk lipatan jaringan berbentuk katup menonjol dari ileum ke dalam lumen sekum. Ketika isi ileum terdorong maju, katup ileosekum ini dengan mudah terbuka, tetapi lipatan jaringan ini akan tertutup erat ketika isi sekum berupaya mengalir balik. Kedua, otot polos di beberapa sentimeter terakhir dinding ileum menebal, membentuk sfingter yang berada di bawah kontrol saraf dan hormon. Sfingter ileosekum ini hampir selalu berkonstriksi, paling tidak dengan kekuatan ringan. Tekanan di sisi sekum sfingter menyebabkan otot ini berkontraksi lebih kuat peregangan di sisi ileum menyebabkan sfingter melemas, suatu reaksi yang diperantarai oleh pleksus intrinsik di daerah ini. Dengan cara ini, pertemuan ileosekum mencegah isi usus besar yang penuh bakteri mencemari usus halus dan pada saat yang sama memungkinkan isi ileum masuk ke dalam kolon. Jika bakteri kolon memperoleh akses ke usus halus kaya nutrien maka mereka akan cepat berkembang biak. Relaksasi sfingter ditingkatkan oleh pelepasan gastrin pada permulaan makan, saat terjadi peningkatan aktivitas lambung. Relaksasi ini memungkinkan serat yang tidak tercerna dan zat terlarut yang tidak diabsorbsi dari makanan sebelumnya terdorong maju waktu makanan baru masuk ke saluran cerna.

Intestinum CrassumKolon normalnya menerima sekitar 500 ml kimus dari usus halus per hari. Karena sebagian besar pencernaan dan penyerapan telah diselesaikan di usus halus maka isi yang disalurkan ke kolon terdiri dari residu makanan yang tak tercerna, komponen empedu yang tidak diserap, dan cairan. Kolon mengekstraksi H2O dan garam dari isi lumennya. Apa yang tertinggal dan akan dikeluarkan disebut feses. Fungsi utama usus besar adalah untuk menyimpan tinja sebelum defekasi. Selulosa dan bahan lain yang tak tercerna di dalam diet membentuk sebagian besar massa dan karenanya membantu mempertahankan keteraturan buang air.Lapisan otot polos longitudinal luar tidak mengelilingi usus par secara penuh. Lapisan ini terdiri dari tiga pita otot longitudinal yang terpisah, taeniae coli, yang berjalan di sepanjang usus besar. Taeniae coli ini lebih pendek daripada otot polos sirkular dan lapisan mukosa di bawahnya jika kedua lapisan ini dibentangkan datar. Karena itu, lapisan- lapisan di bawahnya disatukan membentuk kantung atau haustra, seperti rok panjang mengembang yang diikat di bagian pinggang yang menyempit. Haustra bukanlah sekedar kumpulan permanen yang pasif; haustra secara aktif berganti lokasi akibat kontraksi lapisan otot polos sirkular.Umumnya gerakan usus besar berlangsung lambat dan tidak mendorong sesuai fungsinya sebagai tempat penyerapan dan penyimpanan. Motilitas utama kolon adalah kontraksi haustra yang dipicu oleh ritmisitas otonom sel-sel otot polos kolon. Kontraksi ini, yang menyebabkan kolon membentuk haustra, serupa dengan segmentasi usus halus tetapi terjadi jauh lebih jarang. Waktu di antara dua kontraksi haustra dapat mencapai tiga puluh menit, sementara kontraksi segmentasi di usus halus berlangsung dengan frekuensi 9 sampai 12 kali per menit. Lokasi kantung haustra secara bertahap berubah sewaktu segmen yang semula melemas dan membentuk kantung mulai berkontraksi secara perlahan sementara bagian yang tadinya berkontraksi melemas secara bersamaan untuk membentuk kantung baru. Gerakan ini tidak mendorong isi usus tetapi secara perlahan mengaduknya maju-mundur sehingga isi kolon terpajan ke mukosa penyerapan. Kontraksi haustra umumnya dikontrol oleh refleks- refleks lokal yang melibatkan pleksus intrinsik.Ketika makanan masuk ke lambung, terjadi refleks gastrokolon yang diperantarai dari lambung ke kolon oleh gastrin dan saraf otonom ekstrinsik, yang menjadi pemicu utama gerakan massa di kolon. Pada banyak orang, refleks ini paling jelas setelah sarapan dan sering diikuti oleh keinginan untuk buang air besar. Karena itu, ketika makanan masuk ke saluran cerna, terpicu refleks-refleks yang memindahkan isi yang sudah ada ke bagian distal untuk menyediakan tempat bagi makanan yang baru masuk. Refleks gas- troileum memindahkan isi usus halus yang masih ada ke dalam usus besar, dan refleks gastrokolon mendorong isi kolon ke dalam rektum, memicu refleks defekasi.

Penyerapan Karbohidrat2,7,8 Karbohidrat makanan dicerna di usus halus untuk diserap terutama dalam bentuk disakarida maltosa, sukrosa, dan laktosa. Disakaridase yang terletak di membran brush border sel epitel usus meneruskan penguraian disakarida ini menjadi unit-unit monosakarida yang dapat diserap yaitu glukosa, galaktosa, dan fruktosa.Glukosa dan galaktosa diserap oleh transpor aktif sekunder, di mana pembawa kotranspor di membran luminal memindahkan monosakarida dan Na+ dari lumen ke dalam interior sel usus. Bekerjanya pembawa kotranspor ini, yang tidak secara langsung menggunakan energi, bergantung pada gradien konsentrasi Na+ yang tercipta oleh pompa Na+-K+ basolateral yang menggunakan energi. Glukosa setelah dipekatkan di sel oleh pembawa kotranspor, meninggalkan sel menuruni gradien konsentrasi melalui pembawa pasif di membran basolateral untuk masuk ke darah di dalam vilus. Selain terjadi penyerapan glukosa melalui sel oleh pembawa kotranspor, terdapat bukti bahwa cukup banyak glukosa melintasi sawar epitel melalui taut erat yang bocor di antara sel-sel epitel. Fruktosa diserap ke dalam darah hanya dengan difusi terfasilitasi.

Penyerapan Protein 2,7,8Baik protein yang dicerna (dari makanan) maupun protein endogen (di dalam tubuh) yang masuk ke lumen saluran cerna dari tiga sumber berikut dicerna dan diserap:1. Enzim pencernaan, yang semuanya adalah protein, yang disekresikan ke dalam lumen.2. Protein di dalam sel yang terdorong hingga lepas dari vilus ke dalam lumen selama proses pertukaran mukosa.3. Sejumlah kecil protein plasma yang normalnya bocor dari kapiler ke dalam lumen saluran cerna.Sekitar 20 sampai 40 g protein endogen masuk ke lumen setiap hari dari ketiga sumber ini. Jumlah ini dapat berjumlah lebih dari jumlah protein yang berasal dari makanan. Semua protein endogen harus dicerna dan diserap bersama dengan protein makanan untuk mencegah terkurasnya simpanan protein tubuh. Asam-asam amino yang diserap dari protein makanan dan endogen terutama digunakan untuk membentuk protein baru di tubuh. Protein yang disajikan ke usus halus untuk diserap terutama berada dalam bentuk asam amino dan beberapa potongan kecil peptida. Asam amino diserap menembus sel usus oleh transpor aktif sekunder, serupa dengan penyerapan glukosa dan galaktosa. Karena itu, glukosa, galaktosa, dan asam amino semuanya mendapat tumpangan gratis untuk masuk dari transpor Na+ yang membutuhkan energi. Peptida kecil memperoleh jalan masuk melalui pembawa yang berbeda dan diuraikan menjadi asam-asam amino konstituennya oleh aminopeptidase di membran brush border atau oleh peptidase intrasel. Seperti monosakarida, asam amino masuk ke anyaman kapiler di dalam vilus.

Penyerapan Lemak2,7,8Misel adalah partikel larut air yang dapat mengangkut produk-produk akhir pencernaan lemak di dalam interiornya yang larut lemak. Setelah misel mencapai membran luminal sel epitel, monogliserida dan asam lemak bebas secara pasif berdifusi dari misel menembus komponen lemak membran sel epitel untuk masuk ke interior sel ini. Setelah produk-produk lemak meninggalkan misel dan diserap menembus membran sel epitel, misel dapat menyerap monogliserida dan asam lemak bebas lain, yang telah dihasilkan dari pencernaan molekul molekul trigliserida lain dalam emulsi lemak.2 Garam-garam empedu secara terus-menerus mengulangi fungsi melarutkan lemak di sepanjang usus halus sampai sel mua lemak terserap. Kemudian garam-garam empedu itu sendiri direabsorpsi di ileum terminal oleh transpor aktif khusus. Ini adalah suatu proses yang efisien, karena garam empedu dalam jumlah relatif sedikit sudah dapat mempermudah pencernaan dan penyerapan lemak dalam jumlah besar, dengan setiap garam empedu melakukan fungsi pengangkutannya berulang-ulang sebelum akhirnya direabsorbsi.2Setelah berada di interior sel epitel, monogliserida dan asam lemak bebas diresintesis menjadi trigliserida. Trigliserida-trigliserida ini menyatu menjadi butiran-butiran lalu dibungkus oleh suatu lapisan lipoprotein, yang menyebabkan butiran lemak tersebut larut air. Butiran lemak besar yang telah dibungkus ini, dikenal dengan kilomikron, dikeluarkan oleh eksositosis dari sel epitel ke dalam cairan interstisium di dalam vilus. Kilomikron kemudian masuk ke lakteal sentral dan bukan ke kapiler karena perbedaan struktural antara kedua pembuluh ini. Kapiler memiliki membran basal yang mencegah kilomikron masuk, tetapi pembuluh limfe tidak memiliki penghalang ini. Karena itu, lemak dapat diserap ke dalam pembuluh limfe tetapi tidak dapat langsung ke dalam darah.Penyerapan atau transfer sebenarnya monogliserida dan asam lemak bebas dari kimus menembus membran luminal sel epitel usus adalah suatu proses pasif, karena produk- produk akhir lemak yang larut lemak hanya larut dan melewati bagian lemak membran. Namun, keseluruhan rangkaian kejadian yang diperlukan untuk absorpsi lemak memerlukan energi. Sebagai contoh, garam empedu disekresikan secara aktif oleh hati, dan resinstesis trigliserida dan pembentukan kilomikron di dalam sel epitel adalah proses yang aktif.

Hormon dan Enzim2,7,8Didalam tubuh, sistem pencernaan dipengaruhi oleh sistem syaraf otonom yang kerjanya dipengaruhi oleh hormon hormon ini. Efeknya dapat ke syaraf simpatis atau parasimpatis yang dapat meningkatkan atau menurunkan motilitas usus, meningkatkan atau menurunkan sekresi asam lambung dan efek efek lainya. Setiap hari sel-sel kelenjar eksokrin di mukosa usus halus mensekresikan ke dalam lumen sekitar 1,5 liter larutan cair garam dan mukus yang disebut sukus enterikus. Sekresi meningkat setelah makan sebagai respons terhadap stimulasi lokal mukosa usus halus oleh adanya kimus. Mukus di dalam sekresi berfungsi untuk melindungi dan melumasi. Selain itu, sekresi cair menyediakan banyak H2O untuk berperan dalam pencernaan makanan oleh enzim. Pencernaan melibatkan hidrolisis yang berlangsung paling efisien jika semua reaktan berada dalam larutan.Tidak ada enzim pencernaan yang disekresikan ke dalam getah usus ini. Usus halus memang mensintesis enzim pencernaan, tetapi enzim-enzim ini berfungsi di dalam membran brush border sel epitel yang melapisi bagian dalam lumen dan tidak disekresikan langsung ke dalam lumen. Pencernaan di lumen usus halus dilakukan oleh enzim-enzim pankreas, dengan pencernaan lemak ditingkatkan oleh sekresi empedu. Akibat aktivitas enzim-enzim pankreas, lemak direduksi secara sempurna menjadi unit-unit monogliserida dan asam lemak bebas yang dapat diserap, protein diuraikan menjadi fragmen-fragmen peptida kecil dan beberapa asam amino, dan karbohidrat diubah menjadi disakarida dan beberapa monosakarida. Karena itu, pencernaan lemak telah selesai di dalam lumen usus halus, tetapi pencernaan karbohidrat dan protein belum tuntas.Di permukaan luminal sel-sel epitel usus halus terdapat tonjolan-tonjolan khusus seperti rambut, mikrovilus, yang membentuk brush border. Membran plasma brush border mengandung tiga kategori enzim yang melekat ke membran. Yang pertama adalah Enterokinase, yang mengaktifkan enzim pankreas tripsinogen. Yang kedua adalah Disakaridase (maltase, sukrase, dan laktase), yang menuntaskan pencernaan karbohidrat dengan menghidrolisis disakarida yang tersisa (masing-masing maltosa, sukrosa, dan laktosa) menjadi monosakarida konstituennya. Dan yang terakhir Aminopeptidase, yang menghidrolisis fragmen-fragmen peptida kecil menjadi komponen-komponen asam aminonya sehingga pencernaan protein selesai.Karena itu, pencernaan karbohidrat dan protein dituntaskan di brush border. Semua produk pencernaan karbohidrat, lemak, dan protein, serta sebagian besar elektrolit, vitamin, dan air, normalnya diserap oleh usus halus. Hanya penyerapan kalsium dan besi yang biasanya disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Karena itu, semakin banyak makanan yang dikonsumsi, semakin banyak yang akan dicerna dan diserap, seperti yang telah dirasakan oleh orang-orang yang berupaya keras mengontrol berat badan mereka.Sebagian besar penyerapan terjadi di duodenum dan jejunum, hanya sedikit yang terjadi di ileum, bukan karena ileum tidak memiliki kemampuan menyerap tetapi karena sebagian besar penyerapan telah diselesaikan sebelum isi usus mencapai ileum. Usus halus memiliki kapasitas absorptif cadangan yang besar. Jika ileum terminal diangkat maka penyerapan vitamin B12 dan garam empedu akan terganggu, karena mekanisme transpor khusus untuk kedua bahan ini hanya terdapat di bagian ini.Sel-sel baru mengalami beberapa perubahan sewaktu bermigrasi ke atas vilus. Konsentrasi enzim-enzim brush border meningkat dan kapasitas untuk menyerap membaik, sehingga sel-sel di ujung vilus memiliki kemampuan mencerna dan menyerap tertinggi. Tepat setelah berada di puncak, sel-sel ini kemudian didorong oleh sel-sel baru yang bermigrasi. Karena itu, isi lumen terus-menerus terpajan ke sel-sel yang berperangkat optimal untuk menuntaskan proses. Pencernaan dan penyerapan secara efisien. Selain itu, seperti di lambung, pertukaran cepat sel-sel di usus halus adalah hal yang esensial karena kondisi lingkungan lumen usus yang keras. Sel-sel yang terpajan ke isi lumen yang abrasif dan korosif mudah rusak dan tidak berumur panjang sehingga mereka harus terus-menerus diganti oleh sel baru yang masih segar.2 Selain sel punca, sel Paneth juga ditemukan di kriptus. Sel Paneth memiliki fungsi pertahanan yaitu menjaga sel punca. Sel-sel ini menghasilkan dua bahan kimia yang mengusir bakteri: lisozim, enzim pelisis bakteri yang juga terdapat di liur; dan defensin, protein kecil dengan kemampuan antibakteri. Pada Usus besar tidak mengeluarkan enzim pencernaan apapun. Tidak ada yang diperlukan karena pencernaan telah selesai sebelum kimus mencapai kolon. Sekresi kolon terdiri dari larutan mukus basa (NaHCO3) yang fungsinya adalah melindungi mukosa usus besar dari cedera mekanis dan kimiawi. Mukus menghasilkan pelumasan untuk mempermudah feses bergerak, sementara NaHCO3 menetralkan asam-asam iritan yang diproduksi oleh fermentasi bakteri lokal. Sekresi meningkat sebagai respons terhadap stimulasi mekanis dan kimiawi mukosa kolon yang diperantarai oleh refleks pendek dan persarafan parasimpatis.Karena gerakan kolon yang lambat maka bakteri memiliki waktu untuk tumbuh dan menumpuk di usus besar. Sebaliknya, di usus halus isi biasanya dipindahkan secara cepat sehingga bakteri tidak dapat tumbuh. Selain itu, mulut, lambung, dan usus halus mengeluarkan bahan-bahan antibakteri, tetapi kolon tidak. Namun, tidak semua bakteri yang tertelan dihancurkan oleh lisozim dan HCl. Bakteri yang bertahan hidup terus berkembang di usus besar. Jumlah bakteri yang hidup di kolon manusia adalah sekitar 10 kali lebih banyak daripada jumlah sel yang ada di tubuh manusia. Secara kolektif, massa bakteri ini memiliki berat 1000 g. Diperkirakan terdapat 500 sampai 1000 spesies bakteri yang berbeda hidup di kolon. Mikroorganisme kolon ini biasanya tidak saja tidak membahayakan tetapi pada kenyataannya dapat bermanfaat. Sebagai contoh, bakteri penghuni meningkatkan imunitas usus dengan berkompetisi memperebutkan nutrien dan ruang dengan mikroba yang berpotensi patogen; mendorong motilitas kolon; membantu memelihara integritas mukosa kolon; dan memberi kontribusi nutrisi. Sebagai contoh, bakteri mensintesis vitamin K yang dapat diserap dan meningkatkan keasaman kolon sehingga mendorong penyerapan kalsium, magnesium, dan seng. Selain itu, berbeda dari anggapan sebelumnya, sebagian dari glukosa yang dibebaskan selama pemrosesan serat makanan oleh bakteri diserap oleh mukosa kolon.Sebagian penyerapan berlangsung di dalam kolon, tetapi 3 dengan tingkatan yang lebih rendah daripada di usus halus. Karena permukaan lumen kolon cukup halus maka luas permukaan absorptifnya jauh lebih kecil daripada usus halus. Selain itu kolon tidak dilengkapi oleh mekanisme transpor khusus seperti yang dimiliki oleh usus halus. Jika motilitas usus halus yang tinggi menyebabkan isi usus cepat masuk ke kolon sebelum absorpsi nutrien tuntas maka kolon tidak dapat menyerap sebagian besar bahan ini dan bahan akan keluar sebagai diare.Kolon dalam keadaan normal menyerap garam dan H2O. Natrium diserap secara aktif, Cl- mengikuti secara pasif menuruni gradien listrik, dan H2O mengikuti secara osmosis. Kolon menyerap sejumlah elektrolit lain serta vitamin K yang disintesis oleh bakteri kolon.Melalui absorpsi garam dan H2O terbentuk massa 1 tinja yang padat. Dari 500 g bahan yang masuk ke kolon setiap hari dari usus halus, kolon normalnya menyerap sekitar 350 ml, meninggalkan 150 g feses untuk dikeluarkan dari tubuh setiap hari. Bahan feses ini biasanya terdiri dari 100 g H2O dan 50 g bahan padat, termasuk selulosa yang tidak tercerna, bilirubin, bakteri, dan sejumlah kecil garam.PenutupKesimpulanSeorang anak yang setelah di operasi kara appendicitis di anjurkan memakan makanan lunak karena setelah melakukan eppendictomi menyebabkan mekanisme pencernaa pada usus halus dan usus besar terganggu dan tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik sehingga tidak bisa mencerna lemak, karbohidrat, protein dan zat-zat lain dengan baik.

Daftar Pustaka 1. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta: EGC; 2006. H. 52. Moore KL . Anatomi Klinis Dasar. In : Agur AMR. Sistem Digestivus. Jakarta: EGC; 2002.h.83-73. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakatra: EGC; 2004. H.289-954. Wijjajanti IH. Anatomi abdomen. Jakarta: EGC;2009. H. 59-65 5. Eroschenko VP. Atlas histologi di fiore dengan korelasi fungsional. Edisi ke-9. Jakarta:EGC; 2003. H.148-.6 6. Hall, chapman. Buku ajar histologi. Edisi 12. Jakarta: EGC; 2002. H. 553-727. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2011.h.641-923 8. Suhardjo, Kusharto CM. Prinsip-prinsip ilmu gizi. Yogyakarta:kanisius; 2006. H. 101-13

2