aplikasi sig terkait kajian kkop bandara pattimura ambon

Upload: adinulamal

Post on 06-Jul-2015

172 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

APLIKASI SIG UNTUK PENGHITUNGAN VOLUME GALIAN BUKIT KERBAU TERKAIT KAJIAN KKOP PADA BANDARA PATTIMURA AMBONOleh : Dimas Hanityawan S., ST, Suryanto, ST, Yofri Furqani Hakim, ST, Ir. Edwin Hendrayana Bidang Pemetaan Dasar Kedirgantaraan, PDKK, Bakosurtanal Telp/Faks:021-87901255, [email protected]

Abstrak Menurut PP nomor 70 tahun 2001 tentang Kebandarudaraan, Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) adalah wilayah daratan dan/atau perairan dan ruang udara di sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk kegiatan operasi penerbangan dalam rangka menjamin keselamatan penerbangan. Agar kawasan udara di sekitar bandara terbebas dari segala bentuk hambatan yang dapat mengganggu pergerakan pesawat udara, maka dalam KKOP ditetapkan batasan ketinggian tertentu terhadap objek-objek di sekitar bandar udara. Bandara Pattimura terletak di Pulau Ambon, pulau dengan kondisi topografi yang berbukit. Bukit-bukit yang berada di sekeliling bandara itu cukup tinggi sehingga dikhawatirkan dapat mengganggu operasional penerbangan. Kajian KKOP pada Bandara Pattimura Ambon berguna untuk mendapatkan gambaran secara jelas bagaimana kondisi keamanan penerbangan yang berlangsung di bandara tersebut. Hasil kajian KKOP yang dibuat dalam Sistem Informasi Geografis (SIG) menunjukkan sebagian besar bukit memiliki ketinggian di atas batas ketinggian yang ditetapkan pada KKOP, salah satunya adalah Bukit Kerbau yang terletak pada kawasan pendekatan lepas landas di perpanjangan landas pacu 22. Analisa yang dilakukan pada tulisan ini adalah penghitungan volume galian untuk pemotongan Bukit Kerbau yaitu diperoleh volume galian sebesar 1.179.481.297 m3 dengan luas area yang harus digali 23.082.100 m2. Pendahuluan UU 1 Tahun 2009 Penerbangan pasal 208 ayat 1 menyatakan, Untuk mendirikan, mengubah, atau melestarikan bangunan, serta menanam atau memelihara pepohonan di dalam kawasan keselamatan operasi penerbangan tidak boleh melebihi batas ketinggian kawasan keselamatan operasi penerbangan. UU ini dengan jelas membatasi ketinggian bangunan dan benda tumbuh lainnya pada daerah KKOP Bandara demi kepentingan umum yang lebih luas yaitu operasional penerbangan. Berdasarkan tempat kejadian, kecelakaan pesawat udara dapat terjadi pada fase perjalanan (enroute), pada fase pendekatan (approach) dan pada daerah kawasan approach yang hampir mendekati landasan pacu atau dalam istilah KKOP disebut kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan. Berikut adalah contoh kecelakaan pesawat yang terkait dengan KKOP, yaitu sebuah pesawat Fokker F-28 Garuda Indonesia terlibat musibah pada 11 Juli 1979. Pesawat bernama Mamberamo itu dalam penerbangan dari Bandara Talang Betutu (Lampung) menuju Medan dipiloti Kapten A.E. Lontoh menabrak dinding Gunung Pertektekan, anak Gunung Sibayak dalam pendekatan (approaching) untuk mendarat di Bandara Polonia, Medan. Kesemua 4 awak dan 57 penumpangnya tewas. Untuk mengantisipasi kemungkinan kecelakaan penerbangan itulah pemerintah menetapkan KKOP agar operasional penerbangan diForum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia Pekan Baru, 10 - 11 November 2010

sekitar bandar udara bisa aman dan selamat. Tujuannya adalah untuk menjamin keamanan dan keselamatan penerbangan dan juga melindungi masyarakat disekitar bandara terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan pesawat udara. KKOP dibagi menjadi beberapa kawasan antara lain kawasan pendekatan pendaratan dan lepas landas, kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan, kawasan di bawah permukaan transisi, kawasan di bawah permukaan horizontal dalam, kawasan di bawah permukaan kerucut dan kawasan di bawah permukaan horizontal luar. Masing masing kawasan mempunyai karakteristik tersendiri dalam batasan ketinggian. Semakin dekat dengan landasan maka semakin rendah dan sebaliknya. Demikian juga pada daerah pendekatan dan lepas landas, batasan ketinggiannya lebih rendah daripada daerah di kanan/kiri landasan yaitu kawasan di bawah permukaan horisontal luar. Petunjuk pelaksanaan untuk pembuatan KKOP di Bandara dan sekitarnya tertuang dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No. SKEP/110/VI/2000. Tahapan pembuatan KKOP yang harus dilalui antara lain inventarisasi data, analisis data, dan proses pembuatan KKOP. Penentuan kawasan keselamatan operasi penerbangan di bandar udara dan sekitarnya berdasarkan pada klasifikasi landas pacu. Klasifikasi landas pacu ditentukan berdasarkan kelengkapan alat bantu navigasi penerbangan dan dimensi landas pacu. Penggunaan SIG dalam kajian KKOP Bandara Pattimura Ambon bertujuan untuk mempermudah analisa data yang dapat digunakan dalam pengambilan kebijakan dalam bentuk peraturan daerah (perda) tentang pengaturan bangunan tinggi untuk mendukung peraturan tentang kawasan keselamatan operasional penerbangan (KKOP). Peraturan daerah (Perda) yang dibuat oleh dinas terkait (pemkab/pemko) ini bertujuan agar terjadi keselarasan antara pihak penerbangan, perhubungan dan dinas tata ruang tata bangunan (TRTB). KKOP Bandara Pattimura Ambon Untuk menentukan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan, landasan dibagi menjadi beberapa klasifikasi yang ditentukan berdasarkan kelengkapan alat-alat bantu navigasi penerbangan pada bandar udara dan dimensi landasan. Ketentuan ini berdasarkan pada ketentuan ICAO yang tertuang dalam Annex 14 Volume 1 Aerodrome Design and Operations. Klasifikasi landasan tersebut disajikan dalam tabel berikut: Alat Bantu Navigasi Penerbangan Instrument Precision Kategori I Instrument Precision Kategori I Instrument Precision Kategori I Instrument Precision Kategori I Instrument Precision Kategori II atau III Instrument Precision Kategori II atau III Instrument Non Precision Instrument Non Precision Instrument Non Precision Instrument Non Precision Dimensi Landasan