aplikasi praktis imunologi

19
APLIKASI PRAKTIS IMUNOLOGI DRH MARIA AEGA GELOLODO BAGIAN KESMAVET DAN ILMU PENYAKIT HEWAN PRODI KEDOKTERAN HEWAN UNDANA 2013

Upload: ervin

Post on 23-Dec-2015

106 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

aaa

TRANSCRIPT

Page 1: APLIKASI PRAKTIS IMUNOLOGI

APLIKASI PRAKTIS IMUNOLOGI DRH MARIA AEGA GELOLODO

BAGIAN KESMAVET DAN ILMU PENYAKIT HEWAN PRODI KEDOKTERAN HEWAN UNDANA

2013

Page 2: APLIKASI PRAKTIS IMUNOLOGI

Pendahuluan

• Prinsip dasar sistem imun adalah kemampuan tubuh untuk mengenali senyawah asing yang masuk ke dalam tubuh.

• Respon tubuh terhadap masuknya antigen tersebut adalah dengan membentuk antibodi yang spesifik terhadap antigen.

• Pada umunya respon tubuh terhadap antigen yang pertama kali masuk belum terlalu kuat karena tubuh belum mengenali antigen tersebut. Tetapi bila tubuh terpapar untuk yang kediua kalinya, maka sel memori akan mengenali antigen sehingga pembentukan antibodi dapat terjadi dengan cepat dalam jumlah yang besar

• Dengan demikina imunitas spesifik meerupakan elemen yang penting dalam pertahan tubuh terhadap masuknya mikroorganisme patogen.

Page 3: APLIKASI PRAKTIS IMUNOLOGI

Vaksin dan Imunisasi

• Vaksin adalah suatu suspensi mikroorganisme atau substansi mikroorganisme yang digunakan untuk menginduksi sistem imunitas.

• Pencegahan penyakit infeksi dengan cara imunopropilaksis atau imunisasi atau vaksinasi merupakan kemajuan besar dalam bidang kesehatan.

• Imunisasi meruapakan suatu cara untuk meningkatkan imunitas organisme dari invasi mikroorganisme patogen atau toksin.

• Imunisasi dapat terjadi secara alamiah dan buatan dimana masing-masing dapat diperoleh secara aktif maupun secara pasif .

Page 4: APLIKASI PRAKTIS IMUNOLOGI

Imunisasi

Aktif Pasif

Aktif buatan: vaksinasi

Aktif Alamiah: Infeksi

Pasif buatan: Pemberian antitoksin, antibodi

Pasif Alamiah: Antibodi didapat melalui plasenta dan kolostrum

Page 5: APLIKASI PRAKTIS IMUNOLOGI

Imunisasi Aktif

• Imunisasi aktif adalah pemberian suspensi, substansi atau toksin mikroorganisme yang sudah dimatikan atau dilemahkan untuk merangsang agar tubuh dapat memproduksi antibodi sendiri.

• Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan vaksin adalah:

a) Vaksin harus efektif dalam merangsang sistem imun sehingga dapat mempertahankan tubuh darai serangan mikroorganisme patogen.

b) Vaksin harus stabil dan imunogenesitasnya tidak gampang berkurang

c) Mudah didapat dengan harga yang terjangkau

d) Memenuhi syarat kualitas mutu yang baik dan aman

Page 6: APLIKASI PRAKTIS IMUNOLOGI

Imunisasi Pasif Imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat, imunisasi pasif dapat terjadi secara alamiah dan buatan

1. Imunisasi pasif secara alamiah dapat terjadi melalui:

• Imunisasi maternal melalui plasenta

Antibodi dari induk yang sedang bunting merupakan proteksi pasif bagi janin yang dikandung. Ig G dari induk dapat ditarnsfer melalui plasenta, sehingga anak yang baru lahir mempunyai kekebalan terhadap beberapa mikroorganisme patogen. Kadar Ig G pada anak ini bersifat semetara dan tidak dapat bertahan lama sehingga perlu dilakukan imunisasi aktif sesegera mungkin agar anak dapat memproduksi antibodinya sendiri

Page 7: APLIKASI PRAKTIS IMUNOLOGI

• Imunisasi maternal melalui kolostrum.

Air susu induk mengandung komponen sistem imun, terutama dalam kolostrum yaitu air susu ibu yang pertama keluar segera setelah kelahiran. Anti bodi dalam air susu mampu melindungi anak dari mikroorganisme patogen tertentu.

2. Imunisasi pasif secara buatan

Imunisasi pasif buatan dapat dilakukan dengan cara menyuntikan antibodi tertentu kedalam tubuh hewan , untuk mengatasi keadaan defisiensi antibodi dalam tubuhnya.

Page 8: APLIKASI PRAKTIS IMUNOLOGI

Jenis Vaksin

Sesuai dengan cara pembuatan dan pengembangannya, jenis vaksin dapat digolongkan menjadi:

1) Vaksin mengandung mikroorganisme yang dilemahkan.

Jenis ini mengandung mikroorganisme hidup yang sudah dilemahkan sehingga tidak lagi virulen. Vaksin mengandumg organiseme yang dimatikan. Kelemahan dari vaksin tipe ini adalah adanya kemungkinan untuk bermutasi kembali menjadi virulen sehingga menimbulkan efek yang tidak diinginkan

Page 9: APLIKASI PRAKTIS IMUNOLOGI

2. Vaksin mengandung mikroorganisme yang dimatikan.

Vaksin ini menggunakan mikroorganisme yang telah dimatikan

3. Toksoid

Toksoid merupakan toksin yang telah diinaktifkan atau dimatikan guna menjaga tubuh dari efek negafit toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme

3. Vaksin rekombinan

Vaksin rekombinan yang disebut juga vaksin sub unit adalah vaksin yang mengandung fragmen antigenik dari suatu mikroorganisme yang dapat merangsang respon imun. Vaksin ini dibuat melalui teknik rekayasa genetik, untuk memperoleh fragmen antigenik dari ikroorganisme, sehingga disebut vaksin rekombinan. Vaksin ini relatif lebih aman dibandingkan vaksin yang mengandung seluruh fragemen virus. Dan umumnya tidak menimbulkan efek samping.

Page 10: APLIKASI PRAKTIS IMUNOLOGI

4. Vaksin konjugasi

Vaksin ini dibuat untuk meningkatkan efektifitas vaksin yang terbuat dari komponen polisakarida. Umumnya vaksin ini dikombinasikan dengan toxoid difteri sehingga bersifat polivalen, dimana dalam satu kemasan vaksin terdapat dua atau tiga jenis fragmen antigenik.

5. Vaksin DNA,

Merupakan vaksin yang mengandung satu gen atau lebih, yang diisolasi dari virus dan mengkodekan ekspresi dari protein inti virus atau protein selubung virus. Sel hospes yang diimunisasi akan menggunakan DNA yang terdapat pada vaksin DNA tersebut untuk memproduksi protein virus yang bersifat antigenik. Vaksin DNA dapat meningkatkan reaksi imun selular terhadap adanya infeksi virus. Vaksin ini masih dikembangkan bersama dengan pengembangan vaksin RNA.

Page 11: APLIKASI PRAKTIS IMUNOLOGI

Keuntungan & kelemahan vaksin yang dilemahkan

Beberapa keuntungan dari vaksin yang dilemahkan adalah:

• dapat mengaktifkan seluruh proses sistem imun untuk memproduksi Ig G dan Ig A

• dapat meningkatkan respon imun untuk melindungi tubuh terhadap antigen

• kekebalan tubuh berlangsung dalam waktu yang lebih lama dan dapat bereaksi silang, sehingga menstimulasi pembentukan antibodi yang mempunyai sifat multiple epitop yang memiliki kemiripan dengan mikroorganisme sekerabat

Page 12: APLIKASI PRAKTIS IMUNOLOGI

• biaya produksi vaksin lebih murah

• respon imunnya lebih cepa t

• lebih mudah digunakan

• lebih mudah untuk didistribusikan

Kelemahan dari vaksin yang dilemahkan antara lain:

• Kemungkinan dapat terjadi mutasi, sehingga dapat kembali menjadi virulen

• Penyebaran vaksin virus yang tidak terstandarisasi dengan baik dan kemungkinan bermutasi

• Virus yang dilemahkan tidak dapat diberikan pada penderita imunodefisiensi

• Kadangkala tidak dapat berfungsi optimal jika digunakan pada daerah tropis

Page 13: APLIKASI PRAKTIS IMUNOLOGI

Keuntungan & kelemahan vaksin yang dimatikan

Beberapa keuntungan dari vaksin yang dimatikan: • Dapat memberikan respon imun humoral jika diberikan vaksinasi

ulang • Tidak terjadi mutasi atau kembali menjadi virulen • Dapat digunakan untuk penderita imunodefisiensi • Dapat digunakan dengan baik pada daerah tropis Beberapa kelemahan vaksin yang dimatikan: • Kadang respon imun yang ditimbulkan kurang optimal • Memerlukan pengulangan vaksinasi (booster) • Kurang efektif dalam menstimulasi respon imun lokal Ig A • Biaya produksi vaksin mahal • Dalam beberapa kasus, terkadang gagal menimbulkan respon

imun

Page 14: APLIKASI PRAKTIS IMUNOLOGI

Imunoserologi

1. Reaksi Presipitasi

• Reaksi presipitasi adalah reaksi yang dilakukan untuk mengetahui kadar antibodi dalam tubuh.

• Presipitasi terjadi karena reaksi antara antigen yang larut dengan antibodi, dan membentuk kompleks berupa anyaman (lattice).

• Mekanisme reaksi presipitasi terjadi dalam dua tahap utama yaitu: (a) antigen dan antibodi dengan cepat membentuk kompleks antigen antibodi dan (b) membentuk anyaman yang mengendap

Page 15: APLIKASI PRAKTIS IMUNOLOGI

• Perbandingan antigen dan antibodi merupakan faktor penting dalam reaksi presipitasi, karena pembentukan presipitat hanya terjadi apabila konsentrasi antigen dan antibodi seimbang.

• Kondisi antigen berlebihan akan mengakibatkan kompleks yang terbentuk larut kembali (postzone effect), sedangkan antibodi yang berlebihan menyebabkan kompleks antigen antibodi tetap berada dalam larutan (prozone effect).

• Reaksi presipitasi umumnya terjadi apabila perbandingan antara antigen adan antibodi tersebut optimal (equivalence zone).

• Dapat dilakukan pada media cair dan semisolid

Page 16: APLIKASI PRAKTIS IMUNOLOGI

2. Reaksi Aglutinasi

• Reaksi aglutinasi ini dilakukan antuk antigen yang tidak larut, berbentuk partikel atau antigen yang larut tetapi tidak terikat dengan partikel atau sel

• Antigen akan bereaksi dengan antibodi membentuk suatu agregat yang disebut dengan aglutinasi

• Umumnya reaksi aglutinasi terjadi bila antigen yang berbentuk partikel direaksikan dengan antibodi spesifik

• Mekanisme terjadinya reaksi aglutinasi adalah reaksi antara antigen dengan salah satu resptor pengikat antigen (antigen binding site) yang terdapat pada antibodi.

Page 17: APLIKASI PRAKTIS IMUNOLOGI

• Reaksi aglutinasi sangat sensitif dan relatif mudah dilakukan, dimana teknik uji ini dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung,

• Reaksi aglutinasi langsung adalah reaksi antara antigen yang berbentuk partikel atau sel dengan antibodi.

• Sedangkan reaksi aglutinasi secara tidak langsung merupakan modifikasi teknik aglutinasi, dimana antigen yang larut diletakan dalam carrier (eritrosit dan lateks).

Page 18: APLIKASI PRAKTIS IMUNOLOGI

3. Reaksi Netralisasi

• Reaksi netralisasi adalah reaksi antara antigen dan antibodi untuk mencegah adanya efek yang berbahaya antara lain adanya eksotoksin bakteri atau virus.

• Reaksi antara antitoksin yang dapat menetralkan toksin bakteri disebut reaksi netralisasi

4. Reaksi fiksasi komplemen

• Reaksi ini dapat menentukan kadar antibodi yang rendah, yang tidak mampu ditentukan oleh uji presipitasi maupun aglutinasi

• Reaksi ini terjadi dalam 2 tahap yaitu: (a) pengikatan atau fiksasi sejumlah komplemen oleh kompleks antigen antibodi, (b) hemolisis sel darah merah sebagai indikator

Page 19: APLIKASI PRAKTIS IMUNOLOGI

5. Reaksi imunofluoroesensi

Merupakan cara untuk mendeteksi antigen atau antibodi dengan bantuan zat warna fluoresein yaitu fluorescein isothiocyanate (FITEC) sehingga antigen atau antibodi tersebut dapat dilihat dengan mikroskop ultraviolet