aplikasi nanomaterial katalis pada enhanced oil recovery (eor)

Upload: nico-rahmat

Post on 02-Mar-2016

38 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

enhanced

TRANSCRIPT

  • Prosiding Seminar Nasional Material 2012 Fisika Institut Teknologi Bandung

    1

    Aplikasi Nanomaterial Katalis pada Enhanced Oil Recovery

    (EOR)

    F. Iskandar*, T.P. Pratiwi, dan A.Y. Nuryantini

    Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

    Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesa 10 Bandung, 40132

    * Email: [email protected]

    Abstrak. Minyak berat (heavy oil) merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi krisis energi yang dihadapi dunia

    termasuk Indonesia. Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk memproduksi minyak berat adalah dengan metode

    injeksi uap panas. Injeksi uap panas ke dalam sumur minyak akan menimbulkan reaksi aquathermolysis, yaitu reaksi

    antara uap air panas dengan minyak berat yang menghasilkan minyak dengan viskositas lebih rendah. Penambahan

    katalis akan lebih mengefektifkan proses reaksi aquathermolysis tersebut. Paper ini akan membahas aplikasi

    nanomaterial sebagai bahan katalis pada Enhanced Oil Recovery (EOR) untuk mengurangi kekentalan minyak berat,

    sehingga minyak berat dapat diangkat/diproduksi secara ekonomis. Beberapa material seperti nano-nikel, NiO, Fe2O3, Fe3O4, dan Co3O4 merupakan contoh katalis nanomaterial yang akan dibahas pada paper ini.

    Kata kunci: Nanomaterial, Katalis, Aquathermolysis

    PENDAHULUAN

    Dengan meningkatnya kebutuhan akan minyak

    bumi, maka produksi minyak bumi semakin hari

    semakin perlu untuk ditingkatkan. Permasalahan

    utama dalam peningkatan produksi minyak ini adalah

    faktor menipisnya cadangan minyak bumi yang dapat

    diproduksi secara ekonomis.

    Minyak berat (heavy oil) merupakan salah satu

    alternatif minyak yang dapat memenuhi kebutuhan

    tersebut. Akan tetapi dikarenakan biaya produksinya

    yang tinggi, maka diperlukan satu teknologi baru

    untuk mengangkat minyak berat tersebut secara

    ekonomis.

    Beberapa metode telah dicoba digunakan untuk

    mengangkat minyak berat. Misalnya metode injeksi

    uap panas, electromagnetic heating, dan thermal

    stimulation [1][2]. Akan tetapi cara yang paling

    populer pada saat ini adalah dengan menginjeksikan

    uap panas ke dalam sumber minyak [3-6]. Hyne dkk

    melaporkan untuk pertama kali bahwa injeksi uap

    panas akan menghasilkan reaksi antara uap panas dan

    minyak berat yang dikenal dengan reaksi

    aquathermolysis [3-7].

    Cara untuk menginjeksikan uap panas dikenal

    dengan metode Huff and Puff [8], seperti ditunjukkan

    pada GAMBAR 1. Metode ini terdiri dari 3 tahap :

    pertama, uap panas diinjeksikan ke dalam sumur

    minyak. Kemudian setelah itu sumur ditutup dan

    didiamkan selama beberapa hari untuk proses

    aquathermolysis. Kemudian sumur dibuka kembali

    dan minyak yang telah bereaksi dengan uap panas

    tersebut diangkat ke permukaan (proses produksi).

    GAMBAR 1. Injeksi uap panas Huff and Puff

    (reproduksi dari Taylor & Francis group, 2006)

    1 : Minyak berat

    2 : Daerah pemanasan

    3 : Daerah kondensasi uap air

    4 : Uap panas

    5 : Aliran minyak dan kondensasi

    Reaksi aquathermolysis akan menyebabkan rantai

    ikatan molekul yang besar pada minyak berat pecah

    menjadi ikatan yang lebih kecil sehingga viskositas

    minyak akan turun dan mobilitas dalam pori di dalam

    bebatuan menjadi meningkat. Berikut ini adalah reaksi

    kimia yang terjadi pada proses aquathermolysis :

    RCH2CH2SCH3 + 2H2O = RCH3 + CO2 +H2 + H2S + CH4

    Dari persamaan reaksi di atas, diketahui bahwa

    ikatan C-C pada minyak berat terputus. Dapat diamati

    juga bahwa terdapat karbondioksida dan hidrogen

    sebagai hasil reaksi. Karbondioksida dapat dihasilkan

    dari minyak berat, atau berasal dari logam karbonat

  • Prosiding Seminar Nasional Material 2012 Fisika Institut Teknologi Bandung

    2

    yang ada di dalam sumur minyak seperti siderite

    FeCO3 atau berasal dari senyawa thiophene dan

    thiolane. Hidrogen yang dihasilkan pada peristiwa

    aquathermolysis berguna untuk meningkatkan

    kualitas minyak yang dihasilkan dan karbon dioksida

    berguna juga untuk mengurangi kekentalan minyak

    berat [3].

    PERANAN KATALIS DALAM

    AQUATHERMOLYSIS

    Beberapa penelitian sebelum ini menyatakan

    bahwa proses aquathermolysis akan bertambah efektif

    jika ditambahkan katalis [3][7]. Untuk pertama kalinya

    pada tahun 1982, Hyne dkk melaporkan bahwa

    terdapat beberapa logam yang dapat digunakan untuk

    mempercepat reaksi aquathermolysis. Ketika katalis

    ditambahkan pada sistem reaksi, kekentalan minyak

    berat semakin berkurang. Umumnya katalis yang

    digunakan pada peristiwa aquathermolysis adalah

    mineral, katalis yang larut dalam air (water-soluble),

    larut dalam minyak (oil-soluble), dan katalis

    terdispersi pada larutan. Masalah yang dihadapi dari

    katalis ini adalah harga yang masih relatif tinggi dan

    efisiensi aktivitas katalis yang berkurang saat berada di

    dasar sumur minyak dikarenakan suhu yang rendah

    dibandingkan saat di permukaan minyak. Aktivitas

    katalis tersebut bergantung pada kehomogenan

    temperatur [3] [9].

    Fan dkk mempelajari efek katalis mineral pada

    minyak berat. Dilaporkan bahwa tanpa air, mineral

    tidak akan bereaksi dengan minyak [4-5] Di samping

    itu, Li dkk juga meneliti efek katalis nikel dalam

    mereduksi viskositas minyak berat. Mereka

    menemukan bahwa katalis nikel menimbulkan efek

    yang sama dengan penelitian sebelumnya yang

    menggunakan mineral [10].

    Katalis nanopartikel lebih efektif daripada katalis

    konvensional berskala mikro karena ukuran katalis

    nano yang sangat kecil memberikan perbandingan

    yang besar antara luas permukaan dengan volume

    katalis tersebut. Hal ini cukup penting karena saat

    ukuran benda semakin besar, maka luas permukaannya

    juga lebih besar tetapi tidak sebanding atau sebanyak

    penambahan volumenya. Selain itu, sebagai partikel

    dalam skala nano mereka cenderung dipengaruhi oleh

    sifat atom atau molekul-molekulnya dan

    memperlihatkan sifat yang berbeda dengan ukuran

    bulk dari material yang sama [11].

    Konduktivitas termal partikel berukuran nano lebih

    besar daripada yang berukuran mikro. Hal ini juga

    telah dirumuskan dalam korelasi Hamilton-Crosser

    (model H-C) (Hamilton, 1962) [3]:

    (1)

    3n (2)

    Keterangan :

    keff : konduktivitas termal efektif

    kf : konduktivitas termal partikel fasa yang tidak

    kontinu

    kp : konduktivitas termal fluida

    : fraksi volume partikel n : faktor bentuk empiris partikel

    : rasio dari luas permukaan bidang dengan volume partikel

    Pada model H-C dapat diketahui bahwa nano

    partikel bekerja lebih baik dalam mentransfer panas.

    Sehingga dengan kondutivitas termal nanopartikel

    yang lebih tinggi dapat mempercepat distribusi panas

    selama proses aquathermolysis.

    NANO KATALIS BERBASIS NIKEL

    Nikel merupakan golongan logam transisi yang

    memiliki konfigurasi elektron pada orbital d. Tahan

    terhadap korosi pada lingkungan alkali yang kuat.

    Logam jenis ini memiliki daya adsorpsi yang sangat

    kuat. Hal ini berhubungan dengan adanya karakteristik

    orbital d yang memiliki pasangan elektron belum

    penuh sehingga dapat menjadi komponen aktif sebagai

    katalis. Peranan komponen aktif logam nikel pada

    permukaan katalis adalah untuk mengadsorpsi reaktan

    yang telah terdifusi pada permukaan katalis, sehingga

    dapat mempercepat reaksi antar reaktan. Selain itu,

    nikel tergolong murah, mudah didapat dan diolah,

    serta efektif sebagai katalis.

    Untuk menghasilkan nikel dalam skala nano

    terdapat beberapa metoda sintesis. Antara lain metoda

    sputtering, electrodeposition, hydrogen plasma

    treatment, solid-state, flame spray, dan mikroemulsi.

    Dalam uji laboratorium yang telah dilaporkan oleh Li

    Wei dkk, katalis nano-nikel yang digunakan

    merupakan hasil sintesis metode mikroemulsi [11].

    Metode ini dipilih karena memiliki sifat yang stabil

    secara termodinamika (tidak akan pecah atau

    memisah), transparan, ukuran serta morfologi dari

    sampel dapat dikontrol oleh pilihan komposisi yang

    cocok dari sistem mikroemulsinya. Selain itu proses

    pembuatan mikroemulsi ini mudah karena terbentuk

    secara spontan tanpa membutuhkan pengadukan

    intensif dan suhu tinggi, homogen, serta berbentuk

  • Prosiding Seminar Nasional Material 2012 Fisika Institut Teknologi Bandung

    3

    cairan isotropik dengan droplet air berukuran nano

    yang didispersi dengan minyak dan distabilkan oleh

    molekul surfaktan [12].

    Dari hasil sintesis nano-nikel tersebut Li Wei dkk

    menggunakan 100 gram minyak berat, 10 mL katalis

    nano-nikel, dan 50 gram air. Bahan-bahan ini

    dipanaskan dengan suhu 280oC pada tekanan 6,4 Mpa

    selama 24 jam. Hasilnya viskositas minyak berat

    menurun dari 138.900 u/mPa menjadi 2.400

    u/mPa.selain itu asphaltenes tereduksi 16%, resin

    15%, dan sulfur 49% [10].

    Selain nano-nikel, dapat digunakan pula katalis

    NiO yang telah dilakukan oleh Nassar dkk. Pada

    percobaan tersebut katalis NiO mereduksi asphaltene

    sebanyak 37 % pada suhu reaksi 300 oC, sedangkan

    untuk mereduksi 30 % asphaltene, NiO membutuhkan

    suhu 296 oC [14]. Selain itu suhu yang dibutuhkan

    NiO untuk mengurangi massa minyak berat lebih

    rendah dibandingkan katalis metal oksida yang lain.

    Hal ini menunjukkan bahwa NiO sangat aktif dan baik

    digunakan sebagai katalis untuk mereduksi viskositas

    minyak berat.

    KATALIS Fe2O3

    Fe2O3 (maghemite) mempunyai struktur kristal

    yang sama dengan magnetite dan juga termasuk ferit

    spinel serta bagian dari feromagnetik. Mineral ini

    mempunyai warna abu-abu (grey shade), putih dan

    coklat. Fasa-fasa pada (Fe2O3) yaitu fasa alpha -Fe2O3 memiliki struktur rhombohedral [13].

    Penggunaan katalis besi oksida (Fe3+

    ) untuk

    mengurangi minyak berat sudah dilakukan oleh Wang

    dkk, hasilnya menunjukkan kekentalan minyak berat

    berkurang sampai 95,6% [6].

    Zhong menggunakan Fe sebagai katalis dalam

    peristiwa aquathermolysis minyak berat, hasilnya

    menunjukkan kekentalan minyak berat berkurang

    sampai 60%. Penelitannya juga menunjukkan bahwa

    dengan ditambahnya konsentrasi Fe sebagai katalis,

    menyebabkan semakin tinggi pula kekentalan minyak

    berat berkurang.

    KATALIS Fe3O4

    Fe3O4 memiliki sifat magnetik yang lebih kuat

    dibandingkan dengan Fe2O3. Nassar dkk telah

    melakukan percobaan dengan menggunakan katalis

    Fe3O4 [14]. Sama seperti yang dilakukan dengan

    katalis NiO, kemampuan Fe3O4 sebagai katalis diuji

    pada suhu 300 oC. Hasilnya Fe3O4 dapat mereduksi

    aspalthene sebesar 21 %. Dan untuk mengkonversi

    asphaltene hingga 30 % Fe3O4 membutuhkan suhu

    332oC [14].

    KATALIS Co3O4

    Katalis metal osida lainnya yaitu Co3O4 yang

    diketahui dari percobaan Nassar dkk [14]. Mereka

    memperoleh hasil bahwa pada suhu 300 oC uap dengan

    katalis Co3O4 mereduksi asphaltene sebanyak 32 %.

    Lebih banyak jika dibandingkan dengan katalis Fe3O4.

    Sedangkan untuk mereduksi 30 % asphaltene katalis

    ini memerlukan suhu 298 oC. Dengan mereduksi

    asphaltene maka viskositas minyak berat berkurang.

    Karena asphaltene merupakan salah satu kandungan

    yang terdapat dalam minyak berat.

    Pengaruh katalis terhadap reduksi asphaltene

    ditunjukkan oleh grafik pada GAMBAR 2. Grafik

    tersebut menunjukkann efek katalis NiO, Co3O4, dan

    Fe3O4 pada proses reaksi aquathermolysis yang

    dibandingkan dengan proses aquathermolysis pada

    virgin asphaltenes tanpa katalis. Hasilnya, tanpa

    katalis nanopartikel reaksi gasifikasi/pemecahan

    asphaltenes terjadi di atas suhu 350 oC. Sedangkan

    dengan katalis nano partikel, reduksi asphaltene terjadi

    di atas suhu 200 oC.

    GAMBAR 2. Grafik reduksi pemecahan asphaltene

    dengan dan tanpa nano katalis (reproduksi dari Nassar

    dkk, 2011) [8]

    KESIMPULAN

    Dari pembahasan di atas diketahui bahwa katalis

    nano-nikel, NiO, Fe2O3, Fe3O4, dan Co3O4 sangat

  • Prosiding Seminar Nasional Material 2012 Fisika Institut Teknologi Bandung

    4

    prospektif untuk diaplikasikan pada EOR (Enhanced

    Oil Recovery). Dalam proses injeksi uap panas, katalis

    nano tersebut dapat mereduksi viskositas minyak berat

    dengan suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan

    proses injeksi tanpa katalis. Hal ini terjadi karena

    dengan ukuran yang berskala nano, katalis memiliki

    konduktivitas termal yang lebih baik sehingga dapat

    mempercepat reaksi. Beberapa faktor yang dapat

    mempengaruhi performa katalis yaitu jenis katalis,

    besar partikel, jenis minyak berat, lama pemanasan,

    dan lama waktu reaksi.

    REFERENSI

    1. Hunter Herron. E, Heavy Oil : A solution to Dwindling Domestic Oil Supplies, Petroleum Equities Inc, 2000.

    2. Sahni, A., Kumar, M. And Knap, R.B. Electromagnetic Heating Methods for Heavy Oil

    Reservoir, SPE 62550, SPE/AAPG Western

    Regional Meeting, Long Beach, California, 2000. 3. Maity. S.K and Ancheyta. J and Marroquin. G,

    Catalytic Aquathermolysis Used for Viscosity Reduction

    of Heavy Crude Oils: A Review, Energy Fuels, 2010, 24,

    pp. 28092816. 4. Fan, H., Liu, Y., Zhang, L., and Zhao, X. 2002. The

    Study on Composition Changes of Heavy Oils During

    Steam Stimullation Processes. Fuel 81 (13) : 1733-1738.

    5. Fan, Hongfu. Zhang, Yi. Lin Yujuan. 2004. The catalytic effects of minerals on aquathermolysis of heavy

    oils. Scince Dircect Fuel 83 (2004) 20352039. 6. Wang, Yuanqing. Chen, Yanling. He, Jing. Li, Ping.

    Yang, Chao. (2010). Mechanism of Catalytic

    Aquathermolysis: Influences on Heavy Oil by Two Types

    of Efficient Catalytic Ions: Fe3+ and Mo6+. Energy

    Fuels , 24, 15021510. 7. Jiang, S. Liu, X. Liu, Y.Zhang, L .2005. In Situ

    Upgrading Heavy Oil by Aquathermolytic Treatment

    Under Steam Injection Conditions. SPE 91973.

    8. Speight, J.G. 2007. The Chemistry and Technology of Petroleum 4th Ed. CRC Press/Taylor & Francis

    Group : Boca Raton. FL. 9. Hyne, J. B., Greidanus, J.W., Tyrer, J.D., Verona, D.,

    Rizek, C., Clark, P.D., Clarke, R. A., Koo, J. 1982. The

    Second International Conference on Heavy Crude and

    Tar Sands. Caracas, Venezuela. P.25.

    10. Li, W., Zhu, J., adn Qi, J. 2007. Application of Nano-nickel Catalyst in the Viscosity Reduction of Liaohe

    Heavy Oil by Aquathermolysis. J Fuel Technol 35 (2):

    176-180.

    11. Yokoyama, T., Masuda, H., Suzuki, M., Ehara, K., Nogi, K., Fuji, M., Fukui, T. 2008. Basic Properties and

    Measuring Method of Nanoparticles. In Nanoparticle

    Technology Handbook. Chap 1, 5-48.

    12. Bakan, J.A. 1995. Microemulsion. Swarbrick, J., J.C. Boylan (eds.). 1995. Encyclopedia of

    pharmaceuticaltechnology. Volume Marcel Dekker

    Inc, New York: 335-369. 13. Hadi. Ariski Prasetio, Kajian Transformasi antar Fasa

    pada Komposit Fe3O4/Fe2O3 , Jurusan Fisika Institut

    Teknologi Sepuluh November Surabaya, 2009.

    14. Nassar, Nashaat N., Hassan, Azfar., Pereira-Almao, Pedro. Application of Nanotechnology for Heavy Oil

    Upgrading: Catalytic Steam Gasification/Cracking of

    Asphaltenes. Energy Fuels. 2011.

    13. KI PR ARISKI PRASETYO HADIO H ARISKI

    PRASETYO HADIADI