aplikasi gis untuk klasifikasi iklim schmidt

Upload: tatang-kurniawan

Post on 17-Oct-2015

107 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

  • 5/27/2018 Aplikasi GIS Untuk Klasifikasi Iklim Schmidt

    1/12

    Aplikasi GIS untuk Klasifikasi Iklim Schmidt-Ferguson15 Juni 2007 La An

    http://mbojo.wordpress.com/2007/06/15/aplikasi-gis-untuk-klasifikasi-iklim-schmidt-ferguson/

    Seperti yang ditulisdisini, GIS adalah suatu sistem Informasi yang dapatmemadukan antara data grafis (spasial) dengan data teks (atribut) objek yangdihubungkan secara geogrfis di bumi (georeference). Apapun data yang berhubungandengan georeferencedapat di analisis dengan GIS. Begitu juga dengan pembuatanpeta Klimatologi dengan klasifikasi Schmidt-Ferguson.

    Pemanfaatan SIG didasarkan pada analisis keputusan yang membutuhkan sistemrefrensi geografi dunia nyata dalam bentuk format digital, dimana hal ini disebabkanoleh sistem geografi dunia nyata terlalu kompleks untuk dikembangkan sehingga harusdisederhanakan. Penyederhanaan ini dalam bentuk pemetaan suatu wilayah dimanadata spasial dan informasi atribut diintegrasikan dengan berbagai tipe data dalam

    suatu analisis dan bentuk.

    Untuk membuat peta ini kita hanya menggunakan program ArcView GIS dalamanalisisnya. Data2 yang diperlukanpun tidak terlalu banyak, hanya data pos penakarcurah hujan yang berisi data atribut koordinat X dan Y serta nilai Q (lihat disini), danpeta digital wilayah sebagai batasan analisis. Semakin banyak jumlah pos penakarcurah hujan, akan semakin baik hasil analisisnya. Pemasukkan data2 atribut lain daridua peta digital di atas sangat tergantung dari kebutuhan penggunaan danpemanfaatannya. Tp untuk kepentingan analisis pembutan peta Klimatologi, hanyadata2 itu yg diperlukan.

    Untuk merubah data koordinat tabel menjadi point dalam bentuk *.shp dapatdilihatdi sini(modul hal 11). Dan dalam melakukan analisis ini extension ygdigunakanan adalah spasial analyst. Setelah kedua peta tersebut dan extension spasialanalystnya aktif, maka langkah selanjutnya adalah melakukan interpolasi titik penakarcurah hujan melalui menu surface => interpolate grid (ikuti hal. 20 pada modul).

    Setelah itu akan muncul hasil dengan klasifikasi nilai Q beraturan. Rubahlahklasifikasi pada kotak dialog legend editor (lihat modul hal. 13) sesuai dengan urutanklasifikasi nilai Qdisini.Misalnya bila nilai Q berkisar 0.143 0.333 berarti masuk padatipe iklim B (basah).

    Selamat mencoba. Bila tidak memiliki data digital, gunakan aja data2 hasil buatansendiri

    Sistem Informasi Geografi (SIG)/Geographic Information System (GIS)

    8 April 2007La An

    Tulisanku yang mangkrak lg, mending aku upload disini

    http://mbojo.wordpress.com/2007/04/08/sistem-informasi-geografi-sig/http://mbojo.wordpress.com/2007/04/08/sistem-informasi-geografi-sig/http://mbojo.wordpress.com/2007/04/08/sistem-informasi-geografi-sig/http://mbojo.wordpress.com/2007/05/02/klasifikasi-iklim/http://mbojo.wordpress.com/2007/05/02/klasifikasi-iklim/http://mbojo.wordpress.com/2007/05/02/klasifikasi-iklim/http://mbojo.wordpress.com/2007/04/11/modul-arcview/http://mbojo.wordpress.com/2007/04/11/modul-arcview/http://mbojo.wordpress.com/2007/04/11/modul-arcview/http://mbojo.wordpress.com/2007/05/02/klasifikasi-iklim/http://mbojo.wordpress.com/2007/05/02/klasifikasi-iklim/http://mbojo.wordpress.com/2007/05/02/klasifikasi-iklim/http://mbojo.wordpress.com/2007/05/02/klasifikasi-iklim/http://mbojo.wordpress.com/2007/04/11/modul-arcview/http://mbojo.wordpress.com/2007/05/02/klasifikasi-iklim/http://mbojo.wordpress.com/2007/04/08/sistem-informasi-geografi-sig/
  • 5/27/2018 Aplikasi GIS Untuk Klasifikasi Iklim Schmidt

    2/12

    Sistem Informasi Geografi (SIG) atau Geographic Information System (GIS) adalah suatu sistem informasi

    yang dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial atau berkoordinat geografi atau dengan kata lain

    suatu SIG adalah suatu sistem basis data dengan kemampuan khusus untuk menangani data yang bereferensi

    keruangan (spasial) bersamaan dengan seperangkat operasi kerja (Barus dan Wiradisastra, 2000). Sedangkan

    menurut Anon (2001) Sistem Informasi geografi adalah suatu sistem Informasi yang dapat memadukan antara data

    grafis (spasial) dengan data teks (atribut) objek yang dihubungkan secara geogrfis di bumi (georeference).

    Disamping itu, SIG juga dapat menggabungkan data, mengatur data dan melakukan analisis data yang akhirnya akan

    menghasilkan keluaran yang dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan pada masalah yang berhubungan

    dengan geografi.

    Sistem Informasi Geografis dibagi menjadi dua kelompok yaitu sistem manual (analog), dan sistem otomatis

    (yang berbasis digital komputer). Perbedaan yang paling mendasar terletak pada cara pengelolaannya. Sistem

    Informasi manual biasanya menggabungkan beberapa data seperti peta, lembar transparansi untuk tumpang

    susun (overlay), foto udara, laporan statistik dan laporan survey lapangan. Kesemua data tersebut dikompilasi dan

    dianalisis secara manual dengan alat tanpa komputer. Sedangkan Sistem Informasi Geografis otomatis telah

    menggunakan komputer sebagai sistem pengolah data melalui proses digitasi. Sumber data digital dapat berupa citra

    satelit atau foto udara digital serta foto udara yang terdigitasi. Data lain dapat berupa peta dasar

    terdigitasi (Nurshanti, 1995).

    Pengertian GIS/SIG saat ini lebih sering diterapkan bagi teknologi informasi spasial atau geografi yang

    berorientasi pada penggunaan teknologi komputer. Dalam hubungannya dengan teknologi komputer, Arronoff

    (1989) dalam Anon (2003) mendifinisikan SIG sebagai sistem berbasis komputer yang memiliki kemampuan dalam

    menangani data bereferensi geografi yaitu pemasukan data, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilankembali), memanipulasi dan analisis data, serta keluaran sebagai hasil akhir (output). Sedangkan Burrough, 1986

    mendefinisikan Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai sistem berbasis komputer yang digunakan untuk

    memasukkan, menyimpan, mengelola, menganalisis dan mengaktifkan kembali data yang mempunyai referensi

    keruangan untuk berbagai tujuan yang berkaitan dengan pemetaan dan perencanaan. Komponen utama Sistem

    Informasi Geografis dapat dibagi kedalam 4 komponen utama yaitu: perangkat keras (digitizer,scanner, Central

    Procesing Unit(CPU), hard-disk, dan lain-lain), perangkat lunak (ArcView, Idrisi, ARC/INFO, ILWIS, MapInfo,

    dan lain-lain), organisasi (manajemen) dan pemakai (user). Kombinasi yang benar antara keempat komponen utama

    ini akan menentukan kesuksesan suatu proyek pengembangan Sistem Informasi Geografis.

    Aplikasi SIG dapat digunakan untuk berbagai kepentingan selama data yang diolah memiliki refrensi geografi,

    maksudnya data tersebut terdiri dari fenomena atau objek yang dapat disajikan dalam bentuk fisik serta memiliki

    lokasi keruangan (Indrawati, 2002).

    Tujuan pokok dari pemanfaatan Sistem Informasi Geografis adalah untuk mempermudah mendapatkan

    informasi yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut suatu lokasi atau obyek. Ciri utama data yang bisadimanfaatkan dalam Sistem Informasi Geografis adalah data yang telah terikat dengan lokasi dan merupakan data

    dasar yang belum dispesifikasi (Dulbahri, 1993).

    Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri dari data spasial dan data atribut dalam bentuk digital,

    dengan demikian analisis yang dapat digunakan adalah analisis spasial dan analisis atribut. Data spasial merupakan

    data yang berkaitan dengan lokasi keruangan yang umumnya berbentuk peta. Sedangkan data atribut merupakan

    data tabel yang berfungsi menjelaskan keberadaan berbagai objek sebagai data spasial.

    Penyajian data spasial mempunyai tiga cara dasar yaitu dalam bentuk titik, bentuk garis dan bentuk area

    (polygon). Titik merupakan kenampakan tunggal dari sepasang koordinat x,y yang menunjukkan lokasi suatu obyek

    berupa ketinggian, lokasi kota, lokasi pengambilan sample dan lain-lain. Garis merupakan sekumpulan titik-titik

    yang membentuk suatu kenampakan memanjang seperti sungai, jalan, kontus dan lain-lain. Sedangkan area adalah

    kenampakan yang dibatasi oleh suatu garis yang membentuk suatu ruang homogen, misalnya: batas daerah, batas

    penggunaan lahan, pulau dan lain sebagainya.

    Struktur data spasial dibagi dua yaitu model data raster dan model data vektor. Data raster adalah data yangdisimpan dalam bentuk kotak segi empat (grid)/sel sehingga terbentuk suatu ruang yang teratur. Data vektor adalah

    data yang direkam dalam bentuk koordinat titik yang menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial

    dengan menggunakan titik, garis atau area (polygon) (Barus dan Wiradisastra, 2000).

    Lukman (1993) menyatakan bahwa sistem informasi geografi menyajikan informasi keruangan beserta

    atributnya yang terdiri dari beberapa komponen utama yaitu:

    1.Masukan datamerupakan proses pemasukan data pada komputer dari peta (peta topografi dan peta tematik), data

    statistik, data hasil analisis penginderaan jauh data hasil pengolahan citra digital penginderaan jauh, dan lain-

    lain. Data-data spasial dan atribut baik dalam bentuk analog maupun data digital tersebut dikonversikan

    kedalam format yang diminta oleh perangkat lunak sehingga terbentuk basisdata (database). Menurut Anon

    http://mbojo.wordpress.com/2007/04/11/arcview-gis/http://mbojo.wordpress.com/2007/04/11/arcview-gis/http://mbojo.wordpress.com/2007/04/11/arcview-gis/http://mbojo.wordpress.com/2007/08/04/pemasukkan-data-dalam-sisitem-informasi-geografi-sig/http://mbojo.wordpress.com/2007/08/04/pemasukkan-data-dalam-sisitem-informasi-geografi-sig/http://mbojo.wordpress.com/2007/08/04/pemasukkan-data-dalam-sisitem-informasi-geografi-sig/http://mbojo.wordpress.com/2007/08/04/pemasukkan-data-dalam-sisitem-informasi-geografi-sig/http://mbojo.wordpress.com/2007/04/11/arcview-gis/
  • 5/27/2018 Aplikasi GIS Untuk Klasifikasi Iklim Schmidt

    3/12

    (2003) basisdata adalah pengorganisasian data yang tidak berlebihan dalam komputer sehingga dapat dilakukan

    pengembangan, pembaharuan, pemanggilan, dan dapat digunakan secara bersama oleh pengguna.

    2. Penyimpanan data dan pemanggilan kembali (data storage danretrieval)ialah penyimpanan data pada komputer

    dan pemanggilan kembali dengan cepat (penampilan pada layar monitor dan dapat ditampilkan/cetak pada

    kertas).

    3. Manipulasi data dan analisis ialah kegiatan yang dapat dilakukan berbagai macam perintah misalnya overlay

    antara dua tema peta, membuat buffer zonejarak tertentu dari suatu area atau titik dan sebagainya. Anon (2003)

    mengatakan bahwa manipulasi dan analisis data merupakan ciri utama dari SIG. Kemampuan SIG dalam

    melakukan analisis gabungan dari data spasial dan data atribut akan menghasilkan informasi yang berguna

    untuk berbagai aplikasi

    4. Pelaporan data ialah dapat menyajikan data dasar, data hasil pengolahan data dari model menjadi bentuk peta atau

    data tabular. Menurut Barus dan wiradisastra (2000) Bentuk produk suatu SIG dapat bervariasi baik dalam hal

    kualitas, keakuratan dan kemudahan pemakainya. Hasil ini dapat dibuat dalam bentuk peta-peta, tabel angka-

    angka: teks di atas kertas atau media lain (hard copy), atau dalam cetak lunak (sepertifileelektronik).

    Menurut Anon (2003) ada beberapa alasan mengapa perlu menggunakan SIG, diantaranya adalah:

    1. SIG menggunakan data spasial maupun atribut secara terintegrasi

    2. SIG dapat digunakansebagai alat bantu interaktif yang menarik dalam usaha meningkatkan pemahaman

    mengenai konsep lokasi, ruang, kependudukan, dan unsur-unsur geografi yang ada dipermukaan bumi.

    3. SIG dapat memisahkan antara bentuk presentasi dan basis data

    4. SIG memiliki kemampuan menguraikan unsur-unsur yang ada dipermukaan bumi kedalam

    beberapa layer atau coverage data spasial5. SIG memiliki kemapuan yang sangat baik dalam memvisualisasikan data spasial berikut atributnya

    6. Semua operasi SIG dapat dilakukan secara interaktif

    7. SIG dengan mudah menghsilkan peta-peta tematik

    8. semua operasi SIG dapat di costumize dengan menggunakan perintah-perintah dalam bahaa script.

    9. Peragkat lunak SIG menyediakan fasilitas untuk berkomunikasi dengan perangkat lunak lain

    10. SIG sangat membantu pekerjaan yang erat kaitannya dengan bidang spasial dan geoinformatika.

    Barus dan Wiradisastra (2000) juga mengungkapkan bahwa SIG adalah alat yang handal untuk menangani

    data spasial, dimana dalam SIG data dipelihara dalam bentuk digital sehingga data ini lebih padat dibanding dalam

    bentuk peta cetak, tabel atau dalam bentuk konvensional lainnya yang akhirnya akan mempercepat pekerjaan dan

    meringankan biaya yang diperlukan.

    Sarana utama untuk penanganan data spasial adalah SIG. SIG didesain untuk menerima data spasial dalam

    jumlah besar dari berbagai sumber dan mengintergrasikannya menjadi sebuah informasi, salah satu jenis data ini

    adalah data pengindraan jauh. Pengindraan jauh mempunyai kemampuan menghasilkan data spasial yang susunangeometrinya mendekati keadaan sebenarnya dengan cepat dan dalam jumlah besar. Barus dan Wiradisastra (2000)

    mengatakan bahwa SIG akan memberi nilai tambah pada kemampuan pengindraan jauh dalam menghasilkan data

    spasial yang besar dimana pemanfaatan data pengindraan jauh tersebut tergantung pada cara penanganan dan

    pengolahan data yang akan mengubahnya menjadi informasi yang berguna.

    Klasifikasi Iklim2 Mei 2007 La An

    Unsur-unsur iklim yang menunjukan pola keragaman yang jelas merupakan dasar dalam

    melakukan klasifikasi iklim. Unsur iklim yang sering dipakai adalah suhu dan curah hujan

    (presipitasi). Klasifikasi iklim umumnya sangat spesifik yang didasarkan atas tujuan

    penggunaannya, misalnya untuk pertanian, penerbangan atau kelautan. Pengklasifikasian iklimyang spesifik tetap menggunakan data unsur iklim sebagai landasannya, tetapi hanya memilih

    data unsur-unsur iklim yang berhubungan dan secara langsung mempengaruhi aktivitas atauobjek dalam bidang-bidang tersebut (Lakitan, 2002).

    Thornthwaite (1933) dalam Tjasyono (2004) menyatakan bahwa tujuan klasifikasi iklim adalahmenetapkan pembagian ringkas jenis iklim ditinjau dari segi unsur yang benar-benar aktif

  • 5/27/2018 Aplikasi GIS Untuk Klasifikasi Iklim Schmidt

    4/12

    terutama presipitasi dan suhu. Unsur lain seperti angin, sinar matahari, atau perubahan tekananada kemungkinan merupakan unsur aktif untuk tujuan khusus.

    Indonesia adalah negara yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani,

    oleh sebab itu pengklasifikasian iklim di Indonesia sering ditekankan pada pemanfaatannya

    dalam kegiatan budidaya pertanian. Pada daerah tropik suhu udara jarang menjadi faktorpembatas kegiatan produksi pertanian, sedangkan ketersediaan air merupakan faktor yang paling

    menentukan dalam kegiatan budidaya pertanian khususnya budidaya padi.

    Variasi suhu di kepulauan Indonesia tergantung pada ketinggian tempat (altitude/elevasi), suhu

    udara akan semakin rendah seiring dengan semakin tingginya ketinggian tempat dari permukaan

    laut. Suhu menurun sekitar 0.6oC setiap 100 meter kenaikan ketinggian tempat. Keberadaan

    lautan disekitar kepulauan Indonesia ikut berperan dalam menekan gejolak perubahan suhu udara

    yang mungkin timbul (Lakitan, 2002). Menurut Hidayati (2001) karena Indonesia berada di

    wilayah tropis maka selisih suhu siang dan suhu malam hari lebih besar dari pada selisih suhu

    musiman (antara musim kemarau dan musim hujan), sedangkan di daerah sub tropis hingga

    kutub selisih suhu musim panas dan musim dingin lebih besar dari pada suhu harian. Kadaan

    suhu yang demikian tersebut membuat para ahli membagi klasifikasi suhu di Indonesia

    berdasarkan ketinggian tempat.

    Hujan merupakan unsur fisik lingkungan yang paling beragam baik menurut waktu maupun

    tempat dan hujan juga merupakan faktor penentu serta faktor pembatas bagi kegiatan pertanian

    secara umum, oleh karena itu klasifikasi iklim untuk wilayah Indonesia (Asia Tenggara

    umumnya) seluruhnya dikembangkan dengan menggunakan curah hujan sebagai kriteria utama

    (Lakitan, 2002). Tjasyono (2004) mengungkapkan bahwa dengan adanya hubungan sistematik

    antara unsur iklim dengan pola tanam dunia telah melahirkan pemahaman baru tentang

    klasifikasi iklim, dimana dengan adanya korelasi antara tanaman dan unsur suhu atau presipitasi

    menyebabkan indeks suhu atau presipitasi dipakai sebagai kriteria dalam pengklasifikasian iklim.

    Beberapa sistem klasifikasi iklim yang sampai sekarang masih digunakan dan pernah digunakan

    di Indonesia antara lain adalah:

    a.Sistem Klasifikasi Koppen

    Koppen membuat klasifikasi iklim berdasarkan perbedaan temperatur dan curah hujan.

    Koppen memperkenalkan lima kelompok utama iklim di muka bumi yang didasarkan kepadalima prinsip kelompok nabati (vegetasi). Kelima kelompok iklim ini dilambangkan dengan lima

    huruf besar dimana tipe iklim A adalah tipe iklim hujan tropik (tropical rainy climates), iklim Badalah tipe iklim kering (dry climates), iklim C adalah tipe iklim hujan suhu sedang (warm

    temperate rainy climates), iklim D adalah tipe iklim hutan bersalju dingin (cold snowy forestclimates) dan iklim E adalah tipe iklim kutub (polar climates) (Safii, 1995).

    b.Sistem Klasifikasi Mohr

  • 5/27/2018 Aplikasi GIS Untuk Klasifikasi Iklim Schmidt

    5/12

    Klasifikasi Mohr didasarkan pada hubungan antara penguapan dan besarnya curah hujan, dari

    hubungan ini didapatkan tiga jenis pembagian bulan dalam kurun waktu satu tahun dimana

    keadaan yang disebut bulan basah apabila curah hujan >100 mm per bulan, bulan lembab bilacurah hujan bulan berkisar antara 100 60 mm dan bulan kering bila curah hujan < 60 mm perbulan (Anon, ?).

    c.Sistem Klasifikasi Schmidt-Ferguson

    Sistem iklim ini sangat terkenal di Indonesia. Menurut Irianto, dkk (2000) penyusunan peta iklimmenurut klasifikasi Schmidt-Ferguson lebih banyak digunakan untuk iklim hutan.

    Pengklasifikasian iklim menurut Schmidt-Ferguson ini didasarkan pada nisbah bulan basah dan

    bulan kering seperti kriteria bulan basah dan bulan kering klsifikasi iklim Mohr. Pencarian rata-rata bulan kering atau bulan basah (X) dalam klasifikasian iklim Schmidt-Ferguson dilakukan

    dengan membandingkan jumlah/frekwensi bulan kering atau bulan basah selama tahunpengamatan ( f ) dengan banyaknya tahun pengamatan (n) (Anon, ? ; Safii, 1995).

    Schmidt-Fergoson membagi tipe-tipe iklim dan jenis vegetasi yang tumbuh di tipe iklim tersebutadalah sebagai berikut; tipe iklim A (sangat basah) jenis vegetasinya adalah hutan hujan tropis,

    tipe iklim B (basah) jenis vegetasinya adalah hutan hujan tropis, tipe iklim C (agak basah) jenis

    vegetasinya adalah hutan dengan jenis tanaman yang mampu menggugurkan daunnya dimusim

    kemarau, tipe iklim D (sedang) jenis vegetasi adalah hutan musim, tipe iklim E (agak kering)

    jenis vegetasinya hutan savana, tipe iklim F (kering) jenis vegetasinya hutan savana, tipe iklim G

    (sangat kering) jenis vegetasinya padang ilalang dan tipe iklim H (ekstrim kering) jenis

    vegetasinya adalah padang ilalang (Syamsulbahri, 1987).

    Table Klasifikasi Iklim Menurut Schmidt-Ferguson

    d.Sistem Klasifikasi Oldeman

    Klasifikasi iklim yang dilakukan oleh Oldeman didasarkan kepada jumlah kebutuhan air olehtanaman, terutama pada tanaman padi. Penyusunan tipe iklimnya berdasarkan jumlah bulanbasah yang berlansung secara berturut-turut.

  • 5/27/2018 Aplikasi GIS Untuk Klasifikasi Iklim Schmidt

    6/12

    Oldeman, et al(1980) mengungkapkan bahwa kebutuhan air untuk tanaman padi adalah 150 mm

    per bulan sedangkan untuk tanaman palawija adalah 70 mm/bulan, dengan asumsi bahwa

    peluang terjadinya hujan yang sama adalah 75% maka untuk mencukupi kebutuhan air tanamanpadi 150 mm/bulan diperlukan curah hujan sebesar 220 mm/bulan, sedangkan untuk mencukupi

    kebutuhan air untuk tanaman palawija diperlukan curah hujan sebesar 120 mm/bulan, sehingga

    menurut Oldeman suatu bulan dikatakan bulan basah apabila mempunyai curah hujan bulananlebih besar dari 200 mm dan dikatakan bulan kering apabila curah hujan bulanan lebih kecil dari100 mm.

    Lamanya periode pertumbuhan padi terutama ditentukan oleh jenis/varietas yang digunakan,

    sehingga periode 5 bulan basah berurutan dalan satu tahun dipandang optimal untuk satu kalitanam. Jika lebih dari 9 bulan basah maka petani dapat melakukan 2 kali masa tanam. Jika

    kurang dari 3 bulan basah berurutan, maka tidak dapat membudidayakan padi tanpa irigasitambahan (Tjasyono, 2004).

    Oldeman membagi lima zona iklim dan lima sub zona iklim. Zona iklim merupakan pembagian

    dari banyaknya jumlah bulan basah berturut-turut yang terjadi dalam setahun. Sedangkan subzona iklim merupakan banyaknya jumlah bulan kering berturut-turut dalam setahun. Pemberian

    nama Zone iklim berdasarkan huruf yaitu zone A, zone B, zone C, zone D dan zone E sedangkan

    pemberian nama sub zone berdasarkana angka yaitu sub 1, sub 2, sub 3 sub 4 dan sub 5.

    Zone A dapat ditanami padi terus menerus sepanjang tahun. Zone B hanya dapat ditanami padi 2periode dalam setahun. Zone C, dapat ditanami padi 2 kali panen dalam setahun, dimana

    penanaman padi yang jatuh saat curah hujan di bawah 200 mm per bulan dilakukan dengan

    sistem gogo rancah. Zone D, hanya dapat ditanami padi satu kali masa tanam. Zone E,penanaman padi tidak dianjurkan tanpa adanya irigasi yang baik. (Oldeman, et al., 1980)

    Tabel Klasifikasi iklim menurut Oldeman

    KLASIFIKASI IKLIM OLDEMAN

    Kriteria bulan basah (wet month), bulan lembab (humid month) dan bulan kering (dry month) menurut

    Oldeman adalah sebagai berikut :

    1. Bulan Basah (BB)

    Bulan dengan rata-rata curah hujan > 200 mm

    2. Bulan Lembab (BL)

    Bulan dengan rata-rata curah hujan 100 mm200 mm

    3. Bulan Kering (BK)

    Bulan dengan rata-rata curah hujan < 100 mm

  • 5/27/2018 Aplikasi GIS Untuk Klasifikasi Iklim Schmidt

    7/12

    Dalam penentuan klasifikasi iklimnya, Oldeman menggunakan panjang periode bulan basah dan bulan

    kering berturut-turut. Bulan lembab tidak digunakan dalam penentuan klasifikasi iklimnya.

    Tipe Utama klasifikasi Oldeman dikelompokkan menjadi 5 tipe yang didasarkan pada jumlah bulan

    basah (BB) berturut-turut, sedangkan sub divisinya dikelompokkan menjadi 4 yang didasarkan pada jumlah

    bulan kering (BK) berturut-turut.

    Tabel 1. Kriteria Klasifikasi Oldeman

    Tipe Utama BB Berturut-turut Sub Divisi BK Berturut-turut

    A > 9 1 < 2

    B 79 2 23

    C 56 3 46

    D 34 4 > 6

    E < 3

    Oldeman juga menjelaskan hubungan antara klasifikasi iklim dengan pertanian khususnya tanaman

    pangan, seperti terlihat pada Tabel 2 di bawah ini :

    Tabel 2. Penjabaran Kegiatan Pertanian Berdasarkan Klasifikasi Oldeman

    Tipe Iklim Penjabaran Kegiatan Keterangan

    A1

    A2

    Sesuai untuk padi terus-menerus, produksi kurang,

    karena fluks radiasi surya rendah

    3 PS umur pendek atau 2 PS +

    1 PL

    B1 Sesuai untuk padi terus-menerus, dengan

    perencanaan yang baik, produksi tinggi bila panen

    musim kemarau

    3 PS umur pendek atau 2 PS +

    1 PL

    B2 Dua kali padi varietas umur pendek, musim

    kemarau yang pendek cukup untuk palawija

    2 PS + 1 PL

  • 5/27/2018 Aplikasi GIS Untuk Klasifikasi Iklim Schmidt

    8/12

    C1 Tanam Padi sekali dan palawija dua kali 1 PS + 2 PL

    C2

    C3

    C4

    Tanam padi sekali, palawija kedua jangan jatuh

    pada musim kemarau

    1 PS + 1 PL + 1 SK

    D1 Padi umur pendek satu kali, produksi tinggi,

    palawija

    1 PS + 1 PL

    D2

    D3

    D4

    Hanya mungkin satu kali padi atau satu kali

    palawija

    1 PS atau 1 PL

    E Terlalu kering, hanya mungkin satu kali palawija 1 PL

    Iklim Menurut SchmidtFerguson, Oldeman dan Junghuhn

    1. Iklim Menurut SchmidtFerguson

    SchmidtFerguson mengklasifikasikan iklim berdasarkan jumlah rata-rata

    bulan kering dan jumlah rata-rata bulan basah. Suatu bulan disebut bulan

    kering, jika dalam satu bulan terjadi curah hujan kurang dari 60 mm. Disebut

    bulan basah, jika dalam satu bulan curah hujannya lebih dari 100 mm.

    Iklim Schmidt dan Ferguson sering disebut juga Q model karena didasarkan

    atas nilai Q. Nilai Q merupakan perbandingan jumlah ratarata bulan kering

    dengan jumlah rata-rata bulan basah. Nilai Q dirumuskan sebagai berikut.

  • 5/27/2018 Aplikasi GIS Untuk Klasifikasi Iklim Schmidt

    9/12

    Nilai Q ditentukan dari perhitungan rata-rata bulan kering dan bulan basah

    selama periode tertentu, misalnya 30 tahun. Contoh penentuan iklim daerah X

    berdasarkan nilai Q.

    Diketahui:

    Selama 30 tahun, jumlah rata-rata bulan kering = 2 dan jumlah ratarata bulan

    basah = 8.

    Berdasarkan tabel 7.3, daerah X dengan nilai Q = 0,25 termasuk beriklim B

    atau basah.

    2. Iklim Menurut Oldeman

    Penentuan iklim menurut Oldeman menggunakan dasar yang sama dengan

    penentuan iklim menurut Schmidt-Ferguson, yaitu unsur curah hujan. Bulanbasah dan bulan kering dikaitkan dengan kegiatan pertanian di daerah

    tertentu sehingga penggolongan iklimnya disebut juga zona agroklimat.

    Misalnya, jumlah curah hujan sebesar 200 mm tiap bulan dipandang cukup

    untuk membudidayakan padi sawah. Sedang untuk membudidayakan

    palawija, jumlah curah hujan minimal yang diperlukan adalah 100 mm tiap

  • 5/27/2018 Aplikasi GIS Untuk Klasifikasi Iklim Schmidt

    10/12

    bulan. Selain itu, musim hujan selama 5 bulan dianggap cukup untuk

    membudidayakan padi sawah selama satu musim.

    Dalam metode ini, dasar penentuan bulan basah, bulan lembap, dan bulan

    kering sebagai berikut.

    a. Bulan basah, apabila curah hujannya > 200 mm.

    b. Bulan lembap, apabila curah hujannya 100200 mm.

    c. Bulan kering, apabila curah hujannya < 100 mm.

    Berdasarkan bulan basah, Oldeman menentukan lima klasifikasi iklim atau

    daerah agroklimat utama seperti tabel berikut ini.

    Berikut ini adalah tipe-tipe iklim menurut Oldeman.

    Iklim A : Jika terdapat lebih dari 9 bulan basah berurutan.

    Iklim B : Jika terdapat 79 bulan basah berurutan.

    Iklim C : Jika terdapat 56 bulan basah berurutan.

    Iklim D : Jika terdapat 34 bulan basah berurutan.

    Iklim E : Jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan.

    3. Iklim Menurut Junghuhn

    Junghuhn mengklasifikasikan iklim berdasarkan ketinggian tempat dan

    mengaitkan iklim dengan jenis tanaman yang tumbuh dan berproduksi optimal

    sesuai suhu di habitatnya. Junghuhn mengklasifikasikan iklim menjadi empat

    seperti yang ditunjukkan gambar berikut ini.

  • 5/27/2018 Aplikasi GIS Untuk Klasifikasi Iklim Schmidt

    11/12

    Pembagian daerah iklim tersebut adalah sebagai berikut.

    a. Daerah Panas/Tropis

    Tinggi tempat : 0600 m di atas permukaan laut.

    Suhu : 22 C26,3 C.

    Tanaman : padi, jagung, kopi, tembakau, tebu, karet, kelapa.

    b. Daerah Sedang

    Tinggi tempat : 600 m

    1500 m di atas permukaan laut.

    Suhu : 17,1 C22 C

    Tanaman : padi, tembakau, teh, kopi, kina, sayur-sayuran.

    c. Daerah Sejuk

    Tinggi tempat : 15002500 m di atas permukaan laut.

    Suhu : 11,1 C17,1 C

    Tanaman : kopi, teh, kina, sayur-sayuran.

    d. Daerah Dingin

    Tinggi tempat : lebih dari 2500 m di atas permukaan laut.

    Suhu : 6,2 C11,1 C

    Tanaman : Tidak ada tanaman budidaya.

  • 5/27/2018 Aplikasi GIS Untuk Klasifikasi Iklim Schmidt

    12/12

    - See more at: http://www.siswapedia.com/iklim-menurut-schmidt-ferguson-

    oldeman-dan-junghuhn/#sthash.gPeXJ1P7.dpuf