apa pandangan gereja katolik tentang bedah kosmetik

12
Apa Pandangan Gereja Katolik tentang Bedah Kosmetik? Sejujurnya, Gereja Katolik tidak membahas hal bedah kosmetik secara khusus di dalam dokumen-dokumen Magisterium. Namun Katekismus Gereja Katolik hanya mengajarkan prinsip dasarnya, yaitu: KGK 2288 Kehidupan dan kesehatan merupakan hal-hal yang bernilai, yang dipercayakan Tuhan kepada kita. Kita harus merawatnya dengan cara yang bijaksana dan bersama itu juga memperhatikan kebutuhan orang lain dan kesejahteraan umum…. KGK 2289 Memang ajaran susila menuntut menghormati kehidupan jasmani, tetapi ia tidak mengangkatnya menjadi nilai absolut. Ia [ajaran susila] melawan satu pendapat kafir baru, yang condong kepada pendewaan badan, mengurbankan segala sesuatu untuknya dan mendewakan keterampilan badan dan sukses di bidang olahraga…. KGK 2293 ….Ilmu pengetahuan dan teknik merupakan sarana- sarana yang bernilai kalau mengabdi kepada manusia dan memajukan perkembangannya secara menyeluruh demi kebahagiaan semua orang …Ilmu pengetahuan dan teknik ditujukan kepada manusia, olehnya mereka diciptakan dan dikembangkan; dengan demikian mereka menemukan, baik kesadaran mengenai tujuannya maupun batas-batasnya, hanya di dalam pribadi manusia dan nilai susilanya. KGK 2294 Pendapat bahwa penelitian ilmiah dan pemanfaatannya adalah bebas nilai, merupakan satu ilusi. Juga

Upload: marisa-mahardhika

Post on 27-Dec-2015

244 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Catholic

TRANSCRIPT

Page 1: Apa Pandangan Gereja Katolik Tentang Bedah Kosmetik

Apa Pandangan Gereja Katolik tentang Bedah Kosmetik?

Sejujurnya, Gereja Katolik tidak membahas hal bedah kosmetik secara khusus di dalam

dokumen-dokumen Magisterium.

Namun Katekismus Gereja Katolik hanya mengajarkan prinsip dasarnya, yaitu:

KGK 2288    Kehidupan dan kesehatan merupakan hal-hal yang bernilai, yang

dipercayakan Tuhan kepada kita. Kita harus merawatnya dengan cara yang bijaksana dan

bersama itu juga memperhatikan kebutuhan orang lain dan kesejahteraan umum….

KGK 2289    Memang ajaran susila menuntut menghormati kehidupan jasmani, tetapi ia

tidak mengangkatnya menjadi nilai absolut. Ia [ajaran susila] melawan satu pendapat kafir

baru, yang condong kepada pendewaan badan, mengurbankan segala sesuatu untuknya

dan mendewakan keterampilan badan dan sukses di bidang olahraga….

KGK 2293    ….Ilmu pengetahuan dan teknik merupakan sarana-sarana yang bernilai

kalau mengabdi kepada manusia dan memajukan perkembangannya secara menyeluruh

demi kebahagiaan semua orang …Ilmu pengetahuan dan teknik ditujukan kepada

manusia, olehnya mereka diciptakan dan dikembangkan; dengan demikian mereka

menemukan, baik kesadaran mengenai tujuannya maupun batas-batasnya, hanya di dalam

pribadi manusia dan nilai susilanya.

KGK 2294    Pendapat bahwa penelitian ilmiah dan pemanfaatannya adalah bebas nilai,

merupakan satu ilusi. Juga kriteria untuk pengarahan penelitian tidak dapat begitu saja

disimpulkan secara sempit dari daya guna teknis atau dari manfaatnya, yang dinikmati oleh

yang satu sambil merugikan yang lain; atau lebih lagi tidak bisa disimpulkan dari ideologi

yang berlaku. Ilmu pengetahuan dan teknik sesuai dengan artinya menuntut

penghormatan mutlak akan nilai-nilai dasar moral. Mereka harus melayani manusia, hak-

haknya yang tidak boleh diganggu gugat, kebahagiaannya yang benar dan menyeluruh, sesuai

dengan rencana dan kehendak Allah.

Dengan demikian, bedah plastik dapat dikatakan dibenarkan, jika dapat menjadi langkah

penyembuhan, entah secara fisik, contoh untuk bedah rekonstruktif untuk memperbaiki

fungsi bagian tubuh akibat cacat bawaan atau kecelakaan, atau secara psikologis. Tentu

Page 2: Apa Pandangan Gereja Katolik Tentang Bedah Kosmetik

asalkan prosedurnya tidak menimbulkan resiko kerusakan yang sama atau bahkan yang lebih

besar, dan kalau prosedurnya secara mendasar dapat diterima secara moral.

Nampaknya, bedah plastik dapat diizinkan -walaupun tanpa efek penyembuhan- asalkan hal

itu tidak merusak tubuh/ tidak berpotensi besar merusak tubuh dan asalkan prosedurnya

secara mendasar dapat diterima secara moral, mungkin contohnya seperti mengoperasi tahi

lalat, atau operasi kecil lainnya yang sifatnya kosmetik dan relatif tidak berbahaya. Namun

sejujurnya, tentang hal ini, prudence/ kebijaksanaan diperlukan, untuk menentukan apakah

operasi tersebut layak dilakukan. Mengingat biaya bedah plastik juga umumnya tidak murah,

maka diperlukan kebijaksanaan untuk menimbang apakah biaya itu lebih baik digunakan

untuk keperluan lain yang lebih bermanfaat; atau diberikan kepada mereka yang lebih

membutuhkan. Selain itu, ada nilai-nilai lain yang juga patut dipertimbangkan, yaitu jangan

sampai melalui operasi tersebut, orang yang bersangkutan mendewakan kecantikan tubuh.

Namun bedah plastik tidak dapat diizinkan jika itu merusak kebaikan lebih besar daripada

apa yang dapat dicapai, dan apabila tujuan dan prosedurnya secara mendasar tidak dapat

diterima secara moral, seperti transgender/ ganti jenis kelamin.

Tanggapan di atas memang bukan tanggapan yang baku, karena tidak ada dokumen Gereja

Katolik yang secara tegas mengatur hal bedah kosmetik. Namun semoga dengan prinsip dasar

di atas, kita dapat, dengan hati nurani yang bersih menentukan penilaian tentang hal ini,

sesuai dengan keadaan dan kasusnya. Dengan prinsip ini, silahkan sang dokter dan calon

pasiennya itu menilai, dengan hati nuraninya masing-masing, apakah tindakan operasi

kosmetik itu dapat/ layak dilakukan.

http://katolisitas.org/8776/apa-pandangan-gereja-katolik-tentang-bedah-kosmetik

Page 3: Apa Pandangan Gereja Katolik Tentang Bedah Kosmetik

Operasi payudara: bolehkah?

Dewasa ini, ada banyak wanita menghabiskan uang untuk hal-hal kecantikan,

termasuk di antaranya breast augmentation (operasi memperbesar payudara) atau liposuction

(sedot lemak) dan operasi-operasi kecantikan lainnya. Tanggapan dari Gereja Katolik adalah

demikian: sebagai aturan umumnya adalah, jika operasi dilakukan untuk alasan

“therapeutic“/ pengobatan maka langkah operasi ini dapat diperbolehkan secara moral.

Namun demikian, karena operasi yang melibatkan pembiusan selalu melibatkan resiko, maka

perlu dipertimbangkan masak-masak. (Lain halnya jika operasi kecantikan tersebut karena

maksud pengobatan, seperti operasi plastik untuk terapi setelah luka bakar, atau cacat bawaan

seperti bibir sumbing/ kelainan yang mengganggu fungsi tubuh. Jika ini yang dimaksud, 

tentu secara moral diperbolehkan).

Namun yang dibicarakan di sini adalah breast augmentation (operasi memperbesar

payudara), yang memiliki resiko-resiko yang cukup serius, seperti: 1) silikon yang

dimasukkan dapat pecah, 2) mengakibatkan kontraksi kapsular 3) kantong silikon tersebut

dapat bocor dan jika ini terjadi akan mempengaruhi kesehatan badan. Selanjutnya, “implant”

ini juga bukan solusi yang permanen, sebab setelah beberapa waktu harus diganti, maka jika

dilakukan pada usia muda, berarti akan ada lagi operasi-operasi selanjutnya. “Implant” ini

juga dapat mempengaruhi fungsi payudara, menyebabkan kurangnya kemampuan menyusui

anak, dan komplikasi lainnya sehubungan dengan hal menyusui.

Demikian pula dengan operasi-operasi lainnya seperti operasi “sedot lemak”,

“memperindah bokong”, atau sejenisnya, juga memiliki resikonya tersendiri. Tindakan

operasinya sendiri bukan merupakan dosa, namun intensi/ maksudnya dapat menjadikannya

secara moral dapat dipertanyakan. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan demikian:

KGK 2289     Memang ajaran susila menuntut menghormati kehidupan jasmani, tetapi ia

tidak mengangkatnya menjadi nilai absolut. Ia melawan satu pendapat kafir baru, yang

condong kepada pendewaan badan, mengurbankan segala sesuatu untuknya dan

mendewakan kesempurnaan badan dan sukses di bidang olahraga. Melalui pemilihan

orang-orang kuat secara berat sebelah, pendapat ini dapat menggerogoti hubungan antar

manusia.

Page 4: Apa Pandangan Gereja Katolik Tentang Bedah Kosmetik

KGK 2290     Kebajikan penguasaan diri menjauhkan segala bentuk keterlaluan: tiap

penggunaan makanan, minuman, rokok, dan obat-obatan yang berlebihan. Siapa yang

dalam keadaan mabuk atau dengan kecepatan tinggi membahayakan keamanan orang lain

dan keamanannya sendiri di jalan, di air, atau di udara, membuat dosa besar.

Maka yang perlu dipertanyakan di sini adalah apa maksudnya melakukan operasi

tersebut (misalnya breast augmentation)? Sebab ada kecenderungan bahwa operasi

kosmetika ini tidak dilakukan pada seorang yang sakit ataupun untuk mengobatinya. Dalam

keadaan sehat, para wanita ini menggunakan obat-obatan secara berlebihan, dalam hal ini

obat bius, yang sesungguhnya tidak diperlukan jika operasi tidak dilakukan. Selanjutnya,  kita

mengetahui biaya untuk melakukan operasi ini tidaklah murah. Di Amerika, biaya operasinya

konon mencapai 8000- 9000 US $. Tentu uang sejumlah ini dapat digunakan untuk sesuatu

yang lebih berguna, terutama jika motivasi pelaku adalah sekedar untuk menambah percaya

diri, mengagungkan kecantikan badan, atau ingin dikagumi orang atau ingin mengagumi

bentuk tubuh sendiri. Sikap yang memusatkan perhatian pada diri sendiri secara berlebihan

ini menggantikan posisi Tuhan di dalam hati, dan ini adalah bentuk yang baru dari berhala.

Jika seorang wanita kesal karena diolok-olok oleh teman-teman, bahwa payudaranya “rata”,

ia membutuhkan teman- teman yang baru dan bukannya payudara yang baru.

Seandainya operasinya berhasilpun, tidak menjadi jaminan bahwa hal itu tidak

berpengaruh buruk pada kesehatan pada masa yang akan datang. Jadi dapat dikatakan

kebahagiaan yang diperoleh sifatnya sementara dan semu, dan bahkan dapat berakhir tragis,

jika untuk satu dan lain hal resiko/ efek negatif tersebut terjadi. Maksud mula-mula adalah

supaya bahagia, namun yang terjadi kemudian adalah mengundang celaka. Awalnya tidak

bermaksud negatif terhadap tubuh, namun jika terjadi kasus yang tidak diinginkan,  dapat

berakhir dengan maut.

Akhirnya, mungkin perlu disadari bersama bahwa kecantikan seorang wanita tidak

melulu ditunjukkan dari kecantikan fisik, namun terutama dari kecantikan hati; yang

menyadari bahwa dirinya dikasihi oleh Allah dan diciptakan sesuai dengan gambaran Allah.

Maka pandangan yang mengurangi kecantikan wanita hanya sebatas pada bentuk luar tubuh,

sesungguhnya merupakan kegagalan untuk menangkap esensi ini. Bahwa yang terpenting

bagi kita adalah hidup sesuai dengan panggilan kita sebagai anak-anak Allah di dunia ini,

dengan tidak memusatkan hati dan pikiran kita kepada hal-hal duniawi, tetapi kepada

“perkara-perkara yang di atas” (Kol 3:2). Maka seharusnya yang menjadi pusat perhatian kita

Page 5: Apa Pandangan Gereja Katolik Tentang Bedah Kosmetik

adalah bagaimana supaya kita dapat memelihara kecantikan rohani, yaitu dengan hidup kudus

di dunia ini? Sebab kekudusan inilah yang menghantar kita kepada kebahagiaan kita yang

sesungguhnya, pada kehidupan kekal di surga kelak.

http://katolisitas.org/3648/operasi-payudar-bolehkah

Page 6: Apa Pandangan Gereja Katolik Tentang Bedah Kosmetik

Operasi Plastik Menurut Agama Katolik

Untuk menge t ahu i baga imana pandangan agama ka to l i k mengena i

bedah p l a s t i k , ada s ebuah wawanca ra an t a r a mahas i swa FK Un ive r s i t a s

Kr i s t en Du ta Wacana dengan seorang Pastor bernama Rm. Asodo, beliau

adalah pastor dari ordo Oblat MariaImmaculata Yogyakarta. Mora l pe r t ama yang

ha rus d ipegang ada l ah “manus i a c i t r a A l l ah” . Manus i a d i c ip t akan sesuai

citra Allah. Sehingga mempunya akal budi untuk mencintai sang pencipta.

Karena manusia itu citra Allah maka pada dasarnya ia adalah baik. (Gaudium Et Spes,

1965). Moral berikutnya bahwa manusia dirusak oleh dosa. Salah satu dosa manusia mengalir

dari kebebasan. Meskipun manusia yang secitra dengan Allah diberi akal budi dan

diberi kebebasan penuh sebagai manusia, tetapi dia menyelewengkan

kebebasannya dan akhirnya dia melakukan dosa . Sa l ah s a tu dosa yang d i a

l akukan ada l ah menca r i apa yang d i a suka i . Sepe r t i pada k i t a Ke j ad i an ,

j a t uhnya manus i a ke da l am dosa . Sebena rnya d i a sudah t ahu ka l au

pohon t e r l a r ang  buahnya tidak boleh dimakan, tapi karena kebebasannya

akhirnya manusia mengambil keputusan un tuk memakan buah da r i pohon

t e r l a r ang dan menya l ahkan s e t an . Maka manus i a memi l i k i kebebasan tetapi

dia salah gunakan, meskipun pada dasarnya dia secitra dengan Allah. Pangkal dari dosa itu

ketika ia menentukan bagaimana hidup untuk dirinya. Gereja pada dasarnya pro-

life, pro-life itu memihak kehidupan. Sedangkan manusia pada umumnya pro-choice, jadi ia

memiliki pilihan, saya manusia bebas maka saya bebas menentukan pilihan untuk hidup saya.

Tap i ka r ena ge r e j a s e l a lu memi l i h p ro - l i f e yang mendukung keh idupan ,

maka ge re j a s e l a lu menentang sesuatu yang sifatnya pro-choice. Seperti misalnya kasus

aborsi karena sesorang merasa ia tidak perlu punya anak, dan dia berhak memilih untuk

menggugurkan kandungannya. Hal seperti itu jelas ditentang gereja karena gereja

melihat janin yang belum lahir itu adalah kehidupan yang harus dipertahankan

dan tidak boleh ada seorang pun yang mengakhiri suatu kehidupan kecuali

A l l a h . K a s u s l a i n a d a l a h p e r k a w i n a n s e s a m a j e n i s , l e s b i a n

a t a u p u n g a y m e r e k a m e n u n t u t  perkawinan tetapi gereja menentang karena

mereka merasa punya hak untuk menikah, tetapi gereja menganggap itu adalah pro-choice.

Termasuk juga mengenai operasi plastik. Memang harus dipisahkan operasi

plastik karena ha l med i s dan ka rena a l a san kosme t ik . Yang d ipe rbo l ehkan

Page 7: Apa Pandangan Gereja Katolik Tentang Bedah Kosmetik

ge re j a ada l ah ope ra s i p l a s t i k yang mendukung kehidupan agar menjadi lebih baik.

Tetapi kata mendukung kehidupan itu tidak selalu disamakan artinya, kadang orang

menganggap berbeda. Misal operasi plastik terkait perubahan kelamin. Hal ini

masih menjadi perdebatan yang tak kunjung menemui titik akhir. Secara

genetik orang itu misalnya seorang laki-laki, tubuhnya laki-laki, tetapi jiwanya perempuan.

Secara moral ini semua mendukung hidup atau tidak, pro-life atau pro-choice, alasan

memang sangat mempengaruhi pengambilan keputusan. Pada hakikatnya manusia

diciptakan laki-laki atau perempuan, tidak ada ke l amin ke t i ga s epe r t i b i a sa

d i s ebu t , maa f , ' b encong ' . Maka ka l au ada ope ra s i p l a s t i k

un tuk  mendukung l eb ih s empurnanya s e so rang men j ad i l ak i - l ak i a t au

l eb ih s empurnanya men j ad i   p e r e m p u a n , b e b e r a p a m o r a l i s

m e n g a t a k a n h a l t e r s e b u t m e r u p a k a n p r o - l i f e s e h i n g g a b i s a

didiskusikan dan bisa saja disetujui oleh gereja. Tetapi ada juga yang

mengatakan hal tersebut m e n y a l a h i k o d r a t . K a r e n a s e s e o r a n g y a n g

l a h i r s e b a g a i s e o r a n g l a k i - l a k i t e n t u n y a A l l a h menghendaki dia hidup

sebagai laki-laki, bila dia merubah dirinya menjadi perempuan tentu saja hal tersebut tidak

sesuai dengan kehendak Allah. Namun gereja tetap berpegang teguh pada pro-life

,demi sempurnanya sebuah kehidupan. Sehingga melihat motivasi seseorang saat

akan melakukan operasi plastik adalah hal yang sangat penting. Dan pedomannya

manusia adalah secitra denganAllah dan kebebasan yang dimiliki manusia adalah untuk

memuliakan Allah. Untuk operasi plastik minor seperti operasi kelopak mata,

operasi implan silikon, memang d i s i t u l eb ih menampakkan bukan pe r t ama-

t ama p ro - l i f e t e t ap i p ro - cho i ce yang s eo l ah -o l ah mengatakan saya punya

kuasa atas tubuh saya. Hal itu lah yang dilarang oleh gereja. Contoh dari  pro-

choice adalah seperti ini, saya punya kuasa atas tubuh saya jadi mau saya buat

jadi putih, jadigelap, jadi coklat, it's my bussiness. Seseorang sudah punya hidung

normal kemudian dibuat lebih mancung lagi, berarti dia tidak menerima dirinya secitra

dengan Allah. Berbeda dengan orang tidak  punya hidung kemudian diambilkan kulit

dari bagian tubuh lain dan dipasang sebagai hidung. Jadi, ope ra s i p l a s t i k ha rus

d i l i ha t a l a sannya , w h a t ' s t h e r e a s o n b e h i n d , j angan - j angan s e seo rang

melakukan operasi plastik hanya untuk mendewakan diri. Maksud mendewakan diri disini

misalnya, seseorang yang mengatakan saya punya hak atas tubuh saya sendiri,

saya punya kuasa atas tubuhsaya sendiri, sehingga terserah saya tubuh saya ini

mau diapakan. Hal seperti itu masih belum disetujui Gereja Katolik. Seseorang

Page 8: Apa Pandangan Gereja Katolik Tentang Bedah Kosmetik

mendewakan diri jelas bertentangan dengan kebebasan yangdiberikan untuk

memuliakan Tuhan. Orang yang melakukan operasi plastik juga akan menyebabkan

krisis kepercayaan diri.

 

Sehingga jauh dari mempercantik diri dalam taraf yang wajar. Hal itu justru akan

sangat merugikanorang yang melakukan operasi plastik tersebut, sehingga jelas-jelas arahnya

tidak untuk mendukung keh idupan a t au p ro - l i f e . Apa l ag i s epe r t i s eo rang

a r t i s yang t u juannya un tuk d ikomer s i l kan , “Memangnya tubuhmu untuk dijual?”

Kalau dikatakan operasi plastik dengan alasan pro-choice itu dosa atau tidak, tentu saja dosa.

Tetapi hal tersebut sama sekali bukan wewenang dokter. Yang menjadi

wewenang dokter adalah melihat apakah operasi yang akan dilakukan nantinya

mendukung hidup pasien atau tidak.

http://www.scribd.com/doc/64058575/OPERASI-PLASTIK