“perspektif keadilan upaya peninjauan · 2020. 3. 6. · “perspektif keadilan upaya peninjauan...

15
“PERSPEKTIF KEADILAN UPAYA PENINJAUAN KEMBALI PUTUSAN PIDANA” STUDI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. 34/PUU-XI/2013 TENTANG PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI LEBIH DARI SATU KALI TESIS Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister Hukum Melita Tamara Usmany NPM : 322016018 PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2019

Upload: others

Post on 06-Feb-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • “PERSPEKTIF KEADILAN UPAYA PENINJAUAN

    KEMBALI PUTUSAN PIDANA”

    STUDI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO.

    34/PUU-XI/2013 TENTANG PERMOHONAN

    PENINJAUAN KEMBALI LEBIH DARI SATU KALI

    TESIS

    Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar

    Magister Hukum

    Melita Tamara Usmany

    NPM : 322016018

    PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

    FAKULTAS HUKUM

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2019

  • KATA PENGANTAR

    Peraturan perundang-undangan dibentuk dengan tujuan

    memberikan kepastian bagi seluruh bagi setiap pengemban hak

    dan kewajiban untuk tercapainya ketertiban di dalam suatu negara

    yang berlandaskan pada prinsip kepastian hukum. Kepastian

    hukum yang tidak dapat dipisahkan dari norma hukum yang

    tertulis dan dijadikan sebagai pedoman bagi setiap orang.

    Kepastian hukum pula memberikan kejelasan bahwa hal-hal apa

    saja yang diperbolehkan, dan yang tidak diperbolehkan menurut

    hukum dalam setiap peraturan perundang-undangan.

    Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

    memuat aturan dasar tentang kekuasaan kehakiman.diatur dalam

    Pasal 24 Ayat (1).Berdasarkan pasal tersebut, dalam melaksanakan

    penegakan hukum serta keadilan sepenuhnya berada di tangan

    lembaga kehakiman, dan diatur selanjutnya berdasarkan peraturan

    perundang-undangan. Lembaga yang bertugas untuk

    menjalankankekuasaan kehakiman tersebut berdasarkan pasal

    Pasal 24 Ayat (1) UUD NRI 1945 yaitu Mahkamah Agung serta

    lembaga-lembaga peradilan yang ada di bawahnya, dan sebuah

    Mahkamah Konstitusi. Dasar hukum yang mengatur tentang

  • lembaga peradilan tersebut di atas adalah dalam Pasal 24 Ayat (2)

    UUD NRI 1945.

    Mahkamah Konstitusi sebagai salah satu pelaku kekuasaan

    kehakiman yang salah satu kewenangannya disebutkan dalam

    pasal 24 c ayat (1) Undang-undang Dasar Negara Republik

    Indonesia Tahun 1945, disebutkan mempunyai kewenangan

    mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya

    bersifat final untuk menguji undang undang terhadap Undang

    Undang Dasar.Seringkali mendapat sorotan publik terutama terkait

    masalah putusan yang dikeluarkan.Putusan Mahkamah konstitusi

    terkadang menimbulkan kontroversi, dan menimbulkan pro kontra

    dalam masyarakat khususnya para ahli hukum. Dianggap

    kontroversial karena pertimbangan pertimbangan hakim dalam

    putusannya yang terkadang dianggap ganjil dan tidak sejalan

    dengan apa yang tertulis dalam suatu perundangundangan

    sehingga tidak dapat diterima.

    Selain Mahkamah Konstitusi sebagai pelaksana kekuasaan

    kehakiman juga terdapat Mahkamah Agung seperti dua sisi mata

    uang yang berbeda tapi sama putusan Mahkamah Agung juga

    terkadang menjadi sorotan publik dan menuai kontroversi, dunia

  • hukum digemparkan oleh putusan MK nomor 34/PUU-XI/2013

    mengenai pengajuan permohonan peninjauan kembali (PK) yang

    diputuskan dalam rapat permusyawaratan dantelah dikeluarkan

    dalam sidang pleno MK pada tanggal 6 Maret hari kamis 2014,

    menyatakan bahwasanya pasal 268 ayat( 3) KUHAP bertentangan

    dengan UUD N RI tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan

    hukum mengikat, itu artinya Pk tidak hanya bisa diajukan sekali

    tetapi boleh berkali – kali. Putusan dikabulkanya permohonan uji

    materiil UU No.8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

    (KUHP) terahadap Undang – Undang Dasar Negara Republik

    Indonesia Tahun 1945( UUD N RI) yang diajukan oleh Antasari

    Azhar kepada Mahkamah konstitusi, tak terelakkan lagi menuai

    pro dan kontra oleh beberapa pihak kususnya ahli hukum

    indonesia, Pasalnya putusan ini membawa imbas bagi dunia

    peradilan indonesia. Beberapa pihak mempertanyakan Pengajuan

    PK berkali berkali dapatkah memenuhi kepastian hukum ataukah

    hanya alat untuk menunda perkara. Selebihnya fenomena putusan

    MK No. 34/PUU-XI/2013 dikhawatirkan akan berimplikasi pada

    terganggunya keseimbangan antara proses keadilan dengan

    kepastian hukum sebagai tujuan hukum.

  • PutusanMK dinilai memberikan keadilan dan perhargaan

    Hak asasi manusia (HAM) mengingat permohonan uji materiil

    KUHP diajukan oleh Antasari Azhar yang telah divonis selama 18

    tahun penjara akibat didakwa membunuh direktur PT. Rajawali

    Putra Banjaran. Sebagaimana diputuskan di tingkat pertama oleh

    pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 1532/Pid.

    B/2009/PN.Jkt.Sel tanggal 11 februari 2010 dan telah mempunyai

    kekuatan hukum tetap ( inkrahct van gewisde ) dengan putusan

    Mahmakah Agung (MA) No. 1429K/Pid/2010 tanggal 21

    september 2010 yang kemudian diajukan peninjuan kembali (PK)

    dan telah diputus oleh MA dengan putusan No. 117PK/Pid/2011

    tanggal 13 februari 2012. Putusan MK tersebut berlaku untuk

    seluruh rakyat indonesia dan harus ditaati oleh siapapun meskipun

    permohonan uji materil dalam MK No.34/PUU-XI/2013

    diajukanoleh terpidana Antasari Azhar karena berdasarkan Pasal

    24C ayat (1) UUD N RI 1945 putusan MK bersifat final dan

    mengikat (Final and Binding).

    Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwa upaya hukum

    luar biasa Peninjauan Kembali secara historis dan filosofis

    merupakan upaya hukum yang lahir demi melindungi kepentingan

  • terpidana.Hal itu berbeda dengan upaya hukum biasa yang berupa

    banding atau kasasi yang harus dikaitkan dengan prinsip kepastian

    hukum. Sebab, jika tidak adanya limitasi waktu pengajuan upaya

    hukum biasa itu, maka akan menimbulkan ketidakpastian hukum

    yang melahirkan ketidakadilan karena proses hukum tidak

    selesai.Selain itu, alasan lain Mahkamah Konstitusi ialah upaya

    hukum luar biasa bertujuan untuk menemukan keadilan dan

    kebenaran materil.Keadilan tidak dapat dibatasi oleh waktu atau

    ketentuan formalitas yang membatasi upaya hukum luar biasa

    Peninjauan Kembali, yang di dalam KUHAP, hanya dapat

    diajukan satu kali.

    Pada prinsipnya upaya hukum peninjauan kembali yang

    diajukan oleh terdakwa sendiri ataupun ahli warisnya terhadap

    putusan yang berkekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde)

    tidak menunda eksekusi.Namun apabila dalam pengajuan bukti

    baru (novum) yang dapat membuktikan terdakwa tidak bersalah

    dan ternyata terdakwa telah dieksekusi, hal ini yang dapat

    mencederai rasa keadilan di mana tujuan hukum acara pidana

    adalah untukmemberikan keadilan.Namun, menurut pemahaman

    penulis, perlu dipertimbangkan lagi untuk memberikan batasan

  • terhadap upaya hukum peninjauan kembali karena pembatasan

    pengajuan peninjauan kembali dapat memberikan kepastian

    hukum tapi tidak bagi setiap pencari keadilan di negeri ini.

    Studi ini diberi judul “Perspektif Keadilan Upaya

    Peninjauan Kembali Putusan Pidana” (Studi Putusan Mahkamah

    Konstitusi No. 34/PUU-XI/2013 Tentang Permohonan Peninjauan

    Kembali Lebih dari Satu Kali).” Akan mengkaji uraian mengenai

    Kasus Posisi, Fakta dalam Persidangan, Pertimbangan Hakim, dan

    Amar Putusan, memaparkan tentang Hasil Analisis mengenai

    Dasar Pertimbangan Mahkamah Mengabulkan Permohonan

    Pengujian Pasal 268 ayat (3) KUHAP dalam Putusan Mahkamah

    Konstitusi No.34/PUU-XI/2013 tentang Pengujian Syarat

    Peninjauan Kembali dari Aspek Yuridis maupun Filosofis, serta

    menjelaskan mengenai akibat hukum di kabulkannya Putusan MK

    No.34/PUU-XI/2013 tentang Pengujian Syarat Peninjauan

    Kembali tersebut.

  • DAFTAR ISI

    LEMBAR PERSETUJUAN ……………………….............

    LEMBAR PENGESAHAN ………………………..............

    PERNYATAAN ORISINILITAS TESIS ………….......…

    UCAPAN TERIMA KASIH……………………….......….I

    KATA PENGANTAR……………………………............. III

    DAFTAR ISI …………………………………….…..….... IX

    ABSTRAK ………………………………...………...……. XII

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang …………………….....………….. 1

    B. Rumusan Masalah ……………………….........… 14

    C. Tujuan Penelitian ……………………………....... 15

    D. Manfaat Penelitian …………………………….....15

    E. Landasan Teori ………………………………….. 16

    F. Kerangka Pemikiran ……………………………..20

    G. Metode Penelitian ……………………………...... 23

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Landasan Filosofis- Yuridis Lembaga Peninjauan Kembali

    (PK) Putusan Pengadilan

  • 1. Konsep Dasar Peninjauan Kembali (PK)…… 26

    2. Tujuan Peninjauan Kembali (PK) ……….....28

    3. Peninjauan Kembali (PK) Dalam Sistem Peradilan

    Di Indonesia ..................................................30

    B. Hubungan Hukum Dalam Keadilan

    1. Tujuan Hukum ……………………….…...… 33

    2. Konsep-Konsep Keadilan …………….……. 33

    BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

    A. Hasil Penelitian

    1. Kasus Posisi …………………………….….42

    2. Norma yang diajukan untuk diuji ……..….. 49

    3. Saksi-Saksi Pemohon …………………....... 52

    4. Fakta Persidangan ………………………... 60

    5. Pertimbangan Mahkamah Konstitusi …….. 62

    6. Amar Putusan ……………………………... 63

    B. Analisis

    1. Pertimbangan Mahkamah Konstitusi

    (MK)Mengabulkan Permohonan Pengujian Pasal 268

    Ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

    (KUHAP)Dalam Putusan Mahkamah Konstitusi (MK)

    No. 34/PUU-XI/2013 Tentang Permohonan Peninjauan

    Kembali (PK)Lebih Dari Satu Kali.

    a. Gambaran Putusan Mahkamah Konstitusi….64

    b. Aspek Yuridis ……………...…………....... 65

  • c. Aspek Filosofis ………..........………........71

    2. Akibat Hukum Dikabulkannya Permohonan Pengujian

    Pasal 268 Ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum

    Acara Pidana(KUHAP) Dalam Putusan Mahkamah

    Konstitusi (MK)No. 34/PUU-XI/2013 Tentang

    Permohonan Peninjauan Kembali (PK) Lebih Dari Satu

    Kali………………..........……….....……75

    BAB IV PENUTUP

    A. Kesimpulan……………………….………….…..78

    B. Saran………………………………………....…. 79

    Daftar Pustaka

  • ABSTRAK

    Peninjauan kembali pada dasarnya adalah upaya hukum

    luar biasa yang disediakan untuk semata-mata melindungi

    kepentingan terpidana, bukan kepentingan negara atau korban

    dalam rangka mencari kebenaran materiil.Perkembangan

    selanjutnya, Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi menyatakan

    bahwa Pasal 268 ayat (3) KUHAP, bertentangan dengan Undang-

    Undang Dasar 1945 karena membatasi PK oleh terdakwa hanya

    sekali. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan aturan

    hukum yang mengatur mengenai proses peninjauan kembali (PK)

    berdasarkan KUHAP dan untuk menjelaskan implikasi Putusan

    MK Nomor 34/PUU-XI/2013 terhadap upaya hukum peninjauan

    kembali lebih dari satu kali dalam hukum acara pidana. Dalam

    penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian hukum

    normatif yang dilakukan dengan jenis penelitian hukum (legal

    research) yang berorientasi pada dogmatik hukum, dengan

    melakukan kajian ilmiah dengan mempelajari isi dari tatanan

    hukum positif yang konkret serta meneliti bahan pustaka (library

    research), yang merupakan penelitian hukum yang dilakukan

    dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder atau

    dinamakan penelitian hukum kepustakaan. Yang pada akhirnya

    menemukan jawaban dari perumusan masalah yakni mengenai

    analisis dasar pertimbangan MK dalam Putusan Nomor 34/PUU-

    XI/2013 yang dikaji secara yuridis dan filosofis serta akibat hukum

    dari putusan MK tersebut.

    Kata Kunci: Putusan Mahkamah Konstitusi, Peninjauan

    Kembali, Upaya Hukum PK, Aspek Yuridis dan Aspek

    Filosofis.