web viewberdasarkan data yang diperoleh tentang nilai ulangan harian siswa kelas v dalam...

22
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013 PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Ratna Purwati Prodi PGSD, Jurusan Pedagogik, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia Rochdi Simon dan Ade Rohayati 1 Abstrak: Penerapan Pendekatan Realistic Mathematic Education Pada Pembelajaran Matematika Materi Pokok Pecahan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pendekatan Realistic Mathematic Education serta hasil belajar siswa. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan tiga siklus. Hasil Penelitian menunjukan perolehan nilai kognitif siswa pada siklus I mencapai 67,73 meningkat pada siklus II menjadi 76,92 dan pada siklus III mencapai 82,76. Dan perolehan nilai afektif siswa pada siklus I mencapai 64,90%, siklus II meningkat menjadi 71,85% dan siklus III mencapai 77,08%. Kata Kunci: Realistic Mathematic Education, hasil belajar. Abstract: Implementation of The Realistic Mathematic Education Approach on Learning Mathematic to Increase Student’s Learning Achievement The aim of the research is to describe teacher’s competence in planning and implementation of the realistic mathematic education and student’s learning achievement. This research used classroom action research, in three cycles. The techniques of collecting data were observation and test. The result of research indicated the score of cognitive in cycle I got 67,73, increase in cycle II became 76,92 and in cycle III got 82,76. And the score of affective in cycle I got 64,90%, in cycle II increase became 71,85% and cycle III got 77,08%. Keyword: Realistic Mathematic Education, Learning Achievement. PENDAHULUAN Di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional 1 Penulis Penanggung Jawab 1

Upload: vudung

Post on 30-Jan-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Web viewBerdasarkan data yang diperoleh tentang nilai ulangan harian siswa kelas V dalam menyelesaikan soal ... kelas VA SDN 3 Cibodas pada semester 2 ... bahasa

Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013

PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Ratna Purwati

Prodi PGSD, Jurusan Pedagogik, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia

Rochdi Simon dan Ade Rohayati1

Abstrak: Penerapan Pendekatan Realistic Mathematic Education Pada Pembelajaran Matematika Materi Pokok Pecahan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pendekatan Realistic Mathematic Education serta hasil belajar siswa. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan tiga siklus. Hasil Penelitian menunjukan perolehan nilai kognitif siswa pada siklus I mencapai 67,73 meningkat pada siklus II menjadi 76,92 dan pada siklus III mencapai 82,76. Dan perolehan nilai afektif siswa pada siklus I mencapai 64,90%, siklus II meningkat menjadi 71,85% dan siklus III mencapai 77,08%.Kata Kunci: Realistic Mathematic Education, hasil belajar.

Abstract: Implementation of The Realistic Mathematic Education Approach on Learning Mathematic to Increase Student’s Learning Achievement The aim of the research is to describe teacher’s competence in planning and implementation of the realistic mathematic education and student’s learning achievement. This research used classroom action research, in three cycles. The techniques of collecting data were observation and test. The result of research indicated the score of cognitive in cycle I got 67,73, increase in cycle II became 76,92 and in cycle III got 82,76. And the score of affective in cycle I got 64,90%, in cycle II increase became 71,85% and cycle III got 77,08%.Keyword: Realistic Mathematic Education, Learning Achievement.

PENDAHULUANDi dalam Undang-Undang Sistem

Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No.20 Tahun 2003, disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Seiring dengan pengertian tersebut, disebutkan pula di dalam

Undang-Undang Sistem Pendidikan nasional No.20 Tahun 2003, bahwa pendidikan harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah

1 Penulis Penanggung Jawab

1

Page 2: Web viewBerdasarkan data yang diperoleh tentang nilai ulangan harian siswa kelas V dalam menyelesaikan soal ... kelas VA SDN 3 Cibodas pada semester 2 ... bahasa

Ratna Purwanti, Penerapan Pendekatan Realistic Mathematic Educationpada Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

yang disebut dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Salah satu mata pelajaran dalam KTSP yaitu Matematika. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.

Dalam kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dinyatakan bahwa tujuan pembelajaran matematika agar siswa mempunyai kemampuan yaitu : (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dan membuat generalisasi, menyusaun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) Mengkomunikasikan gagasan dengan, simbol, tabel diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan data yang diperoleh tentang nilai ulangan harian siswa kelas V dalam menyelesaikan soal matematika menunjukan ada 20 anak yang tidak bisa mencapai KKM dan 17 anak yang sudah mencapai KKM dengan rata-rata nilai

matematika siswa kelas V adalah 51,38 belum mencapai KKM. Ini membuktikan bahwa siswa dalam satu kelas belum terampil dalam menyelesaikan soal pecahan dan memahami materi pecahan dengan baik

Permasalahan-permasalahan tersebut mengindikasikan bahwa proses pembelajaran matematika masih memerlukan inovasi dan pengembangan model, pendekatan atau metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam menemukan konsep dan memudahkan guru dalam pencapain tujuan pembelajaran. Melalui pendekatan Realistic Mathematic Education, siswa dapat membangun pengetahuan sendiri melalui interaksi guru dan siswa dengan hal-hal yang konkrit berupa permasalahan yang dapat dibayangkan oleh siswa, selanjutnya dengan hal-hal semi konkrit berupa gambar-gambar, denah ataupun grafik, dan pada akhirnya menuju pada konsep pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa berupa lambang-lambang.

Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik adalah suatu pendekatan pembelajaran yang tidak selalu menitikberatkan pada permasalahan sehari-hari tetapi lebih mengacu pada fokus Pendidikan Matematika Realistik dalam menempatkan penekanan penggunaan suatu situasi yang dapat dibayangkan oleh siswa. Jadi, pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik pada dasarnya adalah pemanfaatan realita atau lingkungan yang dipahami peserta didik untuk memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada masa yang lalu (Soedjadi, 2001: 2)

Adapun lima karakteristik PMR menurut Soedjadi (dalam Fauzi, 2002: 19) dalam blog Taufik di http://ofiick.blogspot.com/2012/11/pemb

2

Page 3: Web viewBerdasarkan data yang diperoleh tentang nilai ulangan harian siswa kelas V dalam menyelesaikan soal ... kelas VA SDN 3 Cibodas pada semester 2 ... bahasa

Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013

elajaran-konsep-dasar-matematika.html?m=10 adalah sebagai berikut.1. Menggunakan masalah kontekstual

(the use of context)Pembelajaran diawali dengan

menggunakan masalah kontekstual (dunia nyata), tidak dimulai dari sistem formal. Masalah kontekstual yang diangkat sebagai topik awal pembelajaran harus merupakan masalah sederhana yang “dikenal” oleh siswa. Melalui penggunaan konteks, siswa dilibatkan secara aktif untuk melakukan kegiatan eksplorasi permasalahan. Hasil eksplorasi siswa tidak hanya bertujuan untuk menemukan jawaban akhir dari permasalahan yang diberikan, tetapi juga diarahkan untuk mengembangkan berbagai strategi penyelesaian masalah yang bias digunakan.

Menurut Kaiser dalam De Lange, 1987 (Wijaya, 2012: 22) manfaat lain penggunaan konteks di awal pembelajaran adalah “untuk meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa dalam belajar matematika”.

2. Menggunakan model (use models, bridging by vertical instruments)

Istilah model berkaitan dengan model situasi dan model matematika yang dikembangkan sendiri oleh siswa, sebagai jembatan antara level pemahaman yang satu ke level pemahaman yang lain dengan menggunakan instrumen-instrumen vertikal seperti model-model, skema-skema, diagram-diagram, simbol-simbol dan sebagainya.

Hal yang perlu dipahami dari kata “model” adalah bahwa “model” tidak merujuk pada alat peraga. “Model” merupakan suatu alat “vertikal” dalam matematika yang tidak bisa dilepaskan dari proses matematisasi (yaitu matematisasi horizontal dan matematisasi vertikal)

karena model merupakan tahapan proses transisi level informal menuju level matematika formal (Wijaya, 2012: 22)

3. Menggunakan kontribusi siswa (students contribution)

Kontribusi yang besar pada proses pembelajaran diharapkan datang dari siswa, artinya semua pikiran (konstruksi dan produksi) siswa diperhatikan. Menurut Wijaya (2012: 22) karakteristik ketiga dari pendidikan matematika realistik ini tidak hanya bermanfaat dalam membantu siswa memahami konsep matematika, tetapi juga sekaligus mengembangkan aktivitas dan kreativitas siswa

4. Interaktivitas (interactivity)Mengoptimalkan proses

pembelajaran melalui interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan sarana dan prasarana merupakan hal yang penting dalam pembelajaran Realistic Mathematic Education, sampai proses konstruksi yang dilakukan siswa dengan siswa, siswa dengan guru diperoleh sehingga interaksi tersebut bermanfaat.

5. Terintegrasi dengan topik lainnya (intertwining)

Struktur dan konsep matematika saling berkaitan, oleh karena itu keterkaitan dan keterintegrasian antar topik (unit pelajaran) harus dieksplorasi untuk mendukung terjadinya proses pembelajaran yang lebih bermakna.

Adapun kelebihan dan kelemahan menurut Suwarsono (2001) dalam blog Taufik di http://ofiick.blogspot.com/2012/11/pembelajaran-konsep-dasar-matematika.html?m=10 adalah sebagai berikut.1.   PMR memberikan pengertian yang

jelas dan operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari dan

3

Page 4: Web viewBerdasarkan data yang diperoleh tentang nilai ulangan harian siswa kelas V dalam menyelesaikan soal ... kelas VA SDN 3 Cibodas pada semester 2 ... bahasa

Ratna Purwanti, Penerapan Pendekatan Realistic Mathematic Educationpada Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

kegunaan matematika pada umumnya bagi manusia.

2.   PMR memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa matematika adalah suatu bidang kajian yang dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa.

3. PMR memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus tunggal dan tidak harus  sama antara orang yang satu  dengan orang yang lain. Setiap orang dapat menemukan atau menggunakan cara sendiri, asalkan orang itu bersungguh-sumgguh dalam mengerjakan soal atau masalah tersebut. Dengan membandingkan cara penyelesaian yang satu  dengan yang lain akan dapat diperoleh cara penyelesaian yang paling tepat.

4. PMR memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa dalam mempelajari matematika, proses pembelajaran merupakan sesuatu yang utama, dan untuk mempelajari matematika orang harus menjalani proses itu dan berusaha untuk menemukan sendiri konsep-konsep matematika, dengan bantuan pihak lain yang sudah lebih tahu  (guru). Tanpa kemauan untuk menjalami sendiri proses tersebut, pembelajaran yang bermakna tidak akan terjadi

Belajar dan pembelajaran merupakan proses yang memiliki sebuah tujuan yakni perubahan tingkah laku, dimana seseorang yang memiliki perubahan tingkah laku tersebut berupa pengetahuan, kecakapan dan keterampilan dan sebagainya, sehingga seseorang tersebut telah berhasil melakukan pembelajaran. Perubahan tingkah laku tersebut merupakan hasil belajar. Seperti yang dikemukakan oleh Menurut Oemar Hamalik dalam Munawar di http://indramunawar.blogspot.com/2009/

06/hasil-belajar-pengertian-dan-definisi.html hasil belajar adalah sebagai berikut.

Bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.

Namun, hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai atau skor yang diperoleh siswa kelas V setelah proses pembelajaran melalui tes matematika pada materi pecahan dengan penerapan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dan proses pembelajaran yaitu pada ranah afektif siswa.

Seperti yang dikemukakan oleh Benyamin Bloom dalam (Sudjana, 2011: 22) mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu : (1) domain kognitif (pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi), (2) domain afektif berkenaan dengan sikap (penerimaan, jawaban, penilaian, organisasi, dan internalisasi), dan (3) domain psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan (gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif)

4

Page 5: Web viewBerdasarkan data yang diperoleh tentang nilai ulangan harian siswa kelas V dalam menyelesaikan soal ... kelas VA SDN 3 Cibodas pada semester 2 ... bahasa

Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013

Sedangkan hasil belajar menurut Mujiono dan Dimyati dalam Widayati (2012) adalah “hasil proses belajar yang diperoleh siswa berupa angka- angka atau skor, setelah diberikannya tes hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran”. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa yang dinyatakan dengan skor yang diperoleh melalui serangkaian tes hasil belajar setelah pembelajaran.

METODEPenelitian ini dilakukan dengan

menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK), yang terdiri dari tiga siklus. Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti mengadopsi model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Model ini menurut Kemmis dan Mc Taggart dalam Kunandar (2012: 75-76) mencakup empat komponen, yaitu : perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Siklus prosedur penelitian ini dapat divisualisasikan sebagai berikut :

Gambar 1.Model Siklus PTK dari Kemmis dan

Taggart(Sumber. Proposal Skripsi, Meidiana P,

2012)Penelitian ini dilaksanakan di

SDN 3 Cibodas Kp.Cibodas, Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Adapun subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VA SDN 3 Cibodas pada semester 2 tahun ajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa 37 yang terdiri dari laki-laki 18 orang dan perempuan 19 orang. Nilai rata-rata kelas yang diharapkan adalah 80 dengan persentase ketuntasan 80%.

Secara keseluruhan, penelitian tindakan kelas ini berlangsung selama lima bulan, mulai bulan Februari sampai Juni tahun 2013, dengan jadwal sebagai berikut :

Tabel 1.Jadwal Penelitian Tindakan Kelas

No Kegiatan Pelaksanaan1 Observasi

awal25 Februari-10 Maret 2013

2 Pembuatan 11-31 Maret 2013

5

Page 6: Web viewBerdasarkan data yang diperoleh tentang nilai ulangan harian siswa kelas V dalam menyelesaikan soal ... kelas VA SDN 3 Cibodas pada semester 2 ... bahasa

Ratna Purwanti, Penerapan Pendekatan Realistic Mathematic Educationpada Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Proposal3 Pembuatan

Instrumen22 April-10 Mei 2013

4 Pelaksanaan PenelitianSiklus ISiklus IISiklus III

15 dan 16 Mei 201324 Mei 201329 Mei 2013

5 Pengolahan dan Analisis Data

30 April – 9 Mei 2013

6 Penyusunan Laporan Hasil Penelitian

10 – 28 Juni 2013

Data dikumpulkan melalui teknik observasi dan tes. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas guru dan siswa, lembar observasi afektif siswa, lembar kerja siswa dan lembar soal pre-test dan post-test berbentuk essay (uraian).

HASIL DAN PEMBAHASAN1. Temuan Hasil Penelitian Siklus I

Pada tahap perencanaan siklus I untuk tindakan I dan II ini dituangkan dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan mengacu pada langkah-langkah pembelajaran pendekatan matematika realistik dengan standar kompetensi (SK) : 5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah dan kompetensi dasar (KD) : 5.1 menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan dengan materi penjumlahan pecahan berpenyebut sama untuk tindakan I dan materi penjumlahan pecahan berpenyebut beda. Pembelajaran ini dirancang dengan alokasi waktu 3 x 35 menit. Indikator yang digunakan mencakup kemampuan kognitif pengetahuan (C1) dan pemahaman (C2). Selain RPP guru mempersiapakan: media pembelajaran (jeruk, roti tawar dan kertas lipat), lembar kerja siswa, lembar observasi aktivitas guru dan siswa,

lembar observasi afektif siswa serta soal pre-test dan post-test.

Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru melakukan kegiatan pembelajaran seperti yang terdapat dalam RPP, yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti (eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi) dan kegiatan penutup. Untuk hasil belajar siswa pada siklus I berdasarkan hasil nilai ulangan dan post-test di siklus I, maka diperoleh data sebagai berikut:1. Skor post-test tertinggi yaitu 100 dan

skor post-test terendah yaitu 182. Perolehan gain ternormalisasi dalam

pembelajaran siklus I yaitu 0,45 dengan kategori sedang.

3. Nilai rata-rata siswa pada observasi awal mencapai 49,68. Sedangkan pada post-test perolehan rata-rata kelas mencapai 67,73

4. Dari data hasil observasi awal siklus I menunjukan 12 siswa atau 32,43% siswa dinyatakan tuntas (lulus) dan sisanya sebanyak 25 siswa atau 67,57% siswa dinyatakan belum lulus.

5. Dari data hasil post-test siklus I menunjukan 26 siswa atau 70,27% siswa dinyatakan tuntas (lulus) dalam post-test dan sisanya sebanyak 11 siswa atau 29,73% siswa dinyatakan belum lulus dalam post-test

020406080

49.6867.73

Hasil Belajar Kognitif

Nila

i Rat

a-ra

ta

Gambar 2.Grafik Peningkatan Hasil Rata-rata Nilai

Ulangan dan Post-test Siklus I

6

Page 7: Web viewBerdasarkan data yang diperoleh tentang nilai ulangan harian siswa kelas V dalam menyelesaikan soal ... kelas VA SDN 3 Cibodas pada semester 2 ... bahasa

Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013

Dari hasil belajar kognitif siswa terlihat adanya peningkatan dari pra siklus ke siklus I, terlihat dari nilai rata-rata kelas dan ketuntasan belajar. Pada masa pra siklus nilai rata-rata siswa mencapai 49,68, sedangkan pada post-test perolehan rata-rata kelas mencapai 67,73. Untuk ketuntasan belajar pada pra siklus menunjukan 12 siswa atau 32,43% siswa dinyatakan tuntas (lulus) dan sisanya sebanyak 25 siswa atau 67,57% siswa dinyatakan belum lulus, sedangkan pada siklus I menunjukan 26 siswa atau 70,27% siswa dinyatakan tuntas (lulus) dalam post-test dan sisanya sebanyak 11 siswa atau 29,73% siswa dinyatakan belum lulus dalam post-test.

Sedangkan untuk ketercapaian hasil belajar siswa pada ranah afektif ditunjukan pada tabel berikut ini.

Tabel 2.Hasil Belajar Aspek Afektif

Siswa Siklus INo Aspek Ranah

AfektifPersentase Ket

1 Bersungguh-sungguh dalam menemukan strategi penyelesaian masalah dengan melakukan tanya jawab dengan guru.

75,23% Baik

2 Dengan inisiatif sendiri, siswa mencari sumber lain selain yang digunakan oleh guru dalam menyelesaikan soal.

58,5% Cukup

3 Siswa mengerjakan soal

65,33% Cukup

sesuai dengan petunjuk pengerjaan pada LKS.

4 Siswa memeriksa kembali hasil pekerjaan kelompoknya.

60,56% Cukup

Data yang disajikan pada tabel menunjukan bahwa rata-rata ranah afektif siswa telah mencapai kategori cukup. Sementara, hasil observasi aktivitas guru dan siswa pada siklus I mencapai 85% dan 77,8%. Berdasarkan hasil pengamatan dari proses pembelajaran hingga hasil tes siklus I dtemukan kekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran untuk dijadikan refleksi (perbaikan) dalam perencanaan siklus II. Refleksi kegiatan siklus I sebagai berikut:1. Pada tindakan II guru tidak

mengabsen siswa2. Guru harus selalu melihat kesiapan

belajar siswa dan memotivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran

3. Alokasi waktu dperhatikan kembali agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana dan siswa tidak banyak mengeluh ingin cepat selesai.

4. Ketika suasana kelas tidak terkontrol (gaduh), guru harus memiliki cara agar kelas kembali kondusif.

5. Pada tindakan kedua kesiapan siswa dalam belajar masih kurang konsentrasi, setelah diberikan permainan konsentrasi oleh guru, sebagian besar siswa sudah siap untuk belajar.

6. Ketika guru memberikan masalah kontekstual, beberapa siswa yang duduknya berada paling belakang banyak yang asik mengobrol sendiri, tidak memperhatikan penjelasan guru. Sehingga hanya 3 orang siswa yang mampu memahami masalah kontekstual dan menjawab dengan benar.

7

Page 8: Web viewBerdasarkan data yang diperoleh tentang nilai ulangan harian siswa kelas V dalam menyelesaikan soal ... kelas VA SDN 3 Cibodas pada semester 2 ... bahasa

Ratna Purwanti, Penerapan Pendekatan Realistic Mathematic Educationpada Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

7. Siswa masih perlu bimbingan untuk menemukan pemecahan masalah, karena siswa sudah terbiasa langsung diberikan rumus. Sehingga siswa sedikit kebingungan ketika dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan sendiri.

8. Pada saat mengerjakan LKS secara berkelompok, sebagian besar siswa acuh tak acuh dalam kelompok dan sering melakukan aktivitas diluar diskusi kelompok bahkan ada yang berpindah kelompok.

9. Suasana kelas tidak terkontrol disebabkan karena beberapa kelompok tidak mengerti dengan LKS yang diberikan guru. Hal ini dapat terjadi karena tidak mendengarkan instruksi dari guru.

10. Media yang digunakan kurang variatif dan melibatkan siswa yang duduk didepan saja. Bagi siswa yang duduk dibelakang kurang dapat perhatian dari peneliti

2. Temuan Hasil Penelitian Siklus IIPada tahap perencanaan siklus II

ini dituangkan dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan mengacu pada langkah-langkah pembelajaran pendekatan matematika realistik dengan standar kompetensi (SK) : 5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah dan kompetensi dasar (KD) : 5.1 menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan dengan materi pengurangan pecahan berpenyebut sama dan materi pegurangan pecahan berpenyebut beda. Pembelajaran ini dirancang dengan alokasi waktu 3 x 35 menit. Indikator yang digunakan mencakup kemampuan kognitif pengetahuan (C1) dan pemahaman (C2). Selain RPP guru mempersiapakan: media pembelajaran (jeruk, roti tawar dan mika), lembar kerja siswa, lembar observasi aktivitas guru dan siswa, lembar observasi afektif siswa serta soal pre-test dan post-test.

Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru melakukan kegiatan pembelajaran seperti yang terdapat dalam RPP, yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti (eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi) dan kegiatan penutup. Untuk hasil belajar siswa pada siklus II berdasarkan hasil nilai ulangan dan post-test di siklus I, maka diperoleh data sebagai berikut:a. Skor post-test tertinggi yaitu 100 dan

skor post-test terendah yaitu 34b. Perolehan gain ternormalisasi dalam

pembelajaran siklus II yaitu 0,46 dengan kategori tinggi.

c. Nilai rata-rata siswa pada siklus I mencapai 67,73. Sedangkan pada post-test perolehan rata-rata kelas meningkat menjadi 76,92.

d. Dari data hasil siklus I menunjukan 26 siswa atau 70,27% siswa dinyatakan tuntas (lulus) dan pada sikus II ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 78,37% atau 29 siswa dinyatakan tuntas (lulus) dalam post-test.

e. Sedangkan siswa yang tidak tuntas belajar atau belum mencapai KKM berkurang dari 11 siswa atau 29,73% pada siklus I menjadi 8 siswa atau 21,67% siswa dinyatakan belum lulus dalam post-test.

Siklus I

Siklus II

020406080

100

67.73 76.92

Hasil Belajar Kognitif

Nila

i Rat

a-ra

ta

Gambar 3.Grafik Peningkatan Hasil Belajar kognitif

Siklus I dan Siklus IIDari hasil belajar kognitif siswa

terlihat adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II, terlihat dari nilai rata-rata kelas dan ketuntasan belajar. Pada siklus I nilai rata-rata siswa mencapai 67,73, sedangkan pada post-test siklus II

8

Page 9: Web viewBerdasarkan data yang diperoleh tentang nilai ulangan harian siswa kelas V dalam menyelesaikan soal ... kelas VA SDN 3 Cibodas pada semester 2 ... bahasa

Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013

perolehan rata-rata kelas mencapai 76,92. Untuk ketuntasan belajar pada siklus I menunjukan 26 siswa atau 70,27% siswa dinyatakan tuntas (lulus) dan sisanya sebanyak 11 siswa atau 29,73% siswa dinyatakan belum lulus, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 29 siswa atau 78,73% siswa dinyatakan tuntas (lulus) dalam post-test dan sisanya sebanyak 8 siswa atau 21,67% siswa dinyatakan belum lulus dalam post-test.

Sedangkan untuk ketercapaian hasil belajar siswa pada ranah afektif ditunjukan pada tabel berikut ini.

Tabel 3.Hasil Belajar Aspek Afektif

Siswa Siklus IINo Aspek Ranah

AfektifPersentase Ket

1 Bersungguh-sungguh dalam menemukan strategi penyelesaian masalah dengan melakukan tanya jawab dengan guru.

77,24% Baik

2 Dengan inisiatif sendiri, siswa mencari sumber lain selain yang digunakan oleh guru dalam menyelesaikan soal.

64,36% Cukup

3 Siswa mengerjakan soal sesuai dengan petunjuk pengerjaan pada LKS.

70,62% Cukup

4 Siswa memeriksa kembali hasil pekerjaan kelompoknya.

75,2% Baik

Sementara, hasil observasi aktivitas guru dan siswa pada siklus I mencapai 95% dan 95%. Berdasarkan hasil pengamatan dari proses pembelajaran hingga hasil tes siklus I dtemukan kekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran untuk dijadikan refleksi (perbaikan) dalam perencanaan siklus II. Refleksi kegiatan siklus I sebagai berikut:a. Perbaikan RPP pembelajaran agar

lebih baik pada siklus III terutama dalam langkah pembelajaran dan pengelolaan kelas meliputi menggunakan media konkret dan pengerjaan LKS.

b. Penggunaan media yang lebih mudah dipahami siswa agar pembelajaran lebih bermakna.

c. Guru lebih efisien lagi dalam menggunakan waktu pada saat kerja kelompok mengerjakan LKS, sehingga siswa dapat melakukan diskusi kelompok dan menyimpulkan hasil diskusi

d. Guru memberi perhatian merata untuk semua kelompok. Sehingga siswa yang tidak mengerjakan tugas dapat terkontrol

e. Ketika melakukan pergaan dengan menggunakan media konkret, guru sebaiknya membimbing siswa dan memberikan penjelasan lebih jelas dengan menggunakan bahasa anak yang mudah dipahami.

9

Page 10: Web viewBerdasarkan data yang diperoleh tentang nilai ulangan harian siswa kelas V dalam menyelesaikan soal ... kelas VA SDN 3 Cibodas pada semester 2 ... bahasa

Ratna Purwanti, Penerapan Pendekatan Realistic Mathematic Educationpada Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

f. Jarak antara siklus sebaiknya tidak terlalu jauh, agar siswa mudah mengingat pelajaran sebelumnya.

3. Temuan Hasil Penelitian Siklus IIIPada tahap perencanaan siklus III

ini dituangkan dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan memperhatikan kekurangan-kekurangan pada RPP siklus I sehingga bisa lebih baik dari siklus II. Standar kompetensi untuk siklus III adalah (SK) : 5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah dan kompetensi dasar (KD) : 5.1 mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan dengan materi perkalian berbagai bentuk pecahan. Pembelajaran ini dirancang dengan alokasi waktu 3 x 35 menit. Indikator yang digunakan mencakup kemampuan kognitif pengetahuan (C1) dan pemahaman (C2). Selain RPP guru mempersiapakan: media pembelajaran (jeruk, roti tawar dan mika), lembar kerja siswa, lembar observasi aktivitas guru dan siswa, lembar observasi afektif siswa serta soal pre-test dan post-test.

Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru melakukan kegiatan pembelajaran seperti yang terdapat dalam RPP, yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti (eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi) dan kegiatan penutup. Untuk hasil belajar siswa pada siklus II berdasarkan hasil nilai ulangan dan post-test di siklus I, maka diperoleh data sebagai berikut:a. Skor post-test tertinggi yaitu 100 dan

skor post-test terendah yaitu 30b. Perolehan gain ternormalisasi dalam

pembelajaran siklus I yaitu 0,72 dengan kategori tinggi.

c. Nilai rata-rata siswa pada siklus II adalahi 76,92. Sedangkan pada post-test siklus III perolehan rata-rata kelas meningkat menjadi 82,76 sesuai dengan harapan peneliti.

d. Dari data hasil siklus II menunjukan 29 siswa atau 78,37% siswa dinyatakan tuntas (lulus) dan pada

sikus III ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 83,78% atau 31 siswa dinyatakan tuntas (lulus) dalam post-test.

e. Sedangkan siswa yang tidak tuntas belajar atau belum mencapai KKM berkurang dari 8 siswa atau 21,67% pada siklus II, menjadi 6 siswa atau 16,22% siswa dinyatakan belum lulus dalam post-test.

Siklus I

Siklus II

020406080

100

76.92 83.78

Hasil Belajar KognitifN

ilai R

ata-

rata

Gambar 4.Grafik Peningkatan Hasil Belajar kognitif

Siklus II dan Siklus IIIDari hasil belajar kognitif siswa

terlihat adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II, terlihat dari nilai rata-rata kelas dan ketuntasan belajar. Pada siklus II nilai rata-rata siswa mencapai 76,92, sedangkan pada post-test siklus III perolehan rata-rata kelas mencapai 82,76. Untuk ketuntasan belajar pada siklus II menunjukan 29 siswa atau 78,73% siswa dinyatakan tuntas (lulus) dan sisanya sebanyak 8 siswa atau 21,67% siswa dinyatakan belum lulus, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 31 siswa atau 83,78% siswa dinyatakan tuntas (lulus) dalam post-test dan sisanya sebanyak 6 siswa atau 16,22% siswa dinyatakan belum lulus dalam post-test.

Sedangkan untuk ketercapaian hasil belajar siswa pada ranah afektif ditunjukan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.Hasil Belajar Aspek Afektif

Siswa Siklus IINo Aspek Ranah

AfektifPersentase Ket

1 Bersungguh-sungguh

82,16% Baik

10

Page 11: Web viewBerdasarkan data yang diperoleh tentang nilai ulangan harian siswa kelas V dalam menyelesaikan soal ... kelas VA SDN 3 Cibodas pada semester 2 ... bahasa

Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013

dalam menemukan strategi penyelesaian masalah dengan melakukan tanya jawab dengan guru.

2 Dengan inisiatif sendiri, siswa mencari sumber lain selain yang digunakan oleh guru dalam menyelesaikan soal.

70,36% Cukup

3 Siswa mengerjakan soal sesuai dengan petunjuk pengerjaan pada LKS.

76,52% Baik

4 Siswa memeriksa kembali hasil pekerjaan kelompoknya.

79,28% Baik

Sementara, hasil observasi aktivitas guru dan siswa pada siklus I mencapai 95% dan 95%. Berdasarkan hasil pengamatan dari proses pembelajaran hingga hasil tes siklus III, observer mengidentifikasikan hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran kegiatan siklus III sebagai berikut:a. Penggunaan media sudah lebih

menarik dan dipahami siswa, namun dalam pemberian soal yang menggunakan media dikemas lebih efisien.

b. Pada saat kerja kelompok mengerjakan LKS, guru harus memberikan petunjuk lebih jelas sehingga siswa dapat melakukan diskusi kelompok dan menyimpulkan hasil diskusi

c. Guru memberi perhatian merata untuk semua kelompok. Sehingga siswa yang tidak mengerjakan tugas dapat terkontrol

d. Ketika melakukan pergaan dengan menggunakan media konkret, guru

11

Page 12: Web viewBerdasarkan data yang diperoleh tentang nilai ulangan harian siswa kelas V dalam menyelesaikan soal ... kelas VA SDN 3 Cibodas pada semester 2 ... bahasa

Ratna Purwanti, Penerapan Pendekatan Realistic Mathematic Educationpada Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

sebaiknya membimbing siswa dan memberikan penjelasan lebih jelas dengan menggunakan bahasa anak yang mudah dipahami.

Meskipun masih ada kekurangan yang harus diperbaiki, namun pada siklus III ini peneliti sudah mencapai target yang diharapkan. Maka penelitian dilakukan sampai siklus III.

Pembahasan Penelitian1. Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran menjadi bagian yang cukup penting untuk menciptakan pembelajaran yang kondusif. Untuk itu perencanaan setiap siklus disusun secara sistematis. RPP yang disusun dalam penelitian ini mengacu pada langkah-langkah dan prinsip pendekatan matematika realistik dengan menggunakan masalah kontekstual sebagai awal permulaan dari pembelajaran. Perubahan lebih terlihat dari persiapan guru dalam mengajar terutama penggunaan media pembelajaran yang lebih variatif, menarik, dan mudah dipahami siswa. Perubahan juga dilakukan alam RPP dengan merubah langkah kegiatan inti agar sesuai dengan alokasi waktu dan tercapai target dari peneliti. Perubahan perencanaan dari setiap setiap siklus berdasarkan hasil observasi dan refleksi ini memberikan hasil pembelajaran yang semakin meningkat dari setiap siklusnya. Sehingga peneliti dapat mencapai target hasil belajar yang diharapkan.2. Pelaksanaan Pembelajaran

Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru pada dasarnya sudah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah dan prinsip pendekatan matematika realistik. Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat kekurangan yang dialami oleh peneliti sebagai perbaikan untuk tindakan selanjutnya. Pelaksanaan aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran ini berpengaruh terhadap hasil belajar siswa

dari hasil post-test baik siklus I, II maupun siklus III. Pelaksanaan aktivitas guru dan siswa merupakan merupakan hasil observasi dari observer. Dari hasil observasi dapat dilihat secara keseluruhan proses pembelajaran baik aktivitas guru maupun siswa sudah baik dan mengalami peningkatan dari siklus I, II hingga siklus III.3. Peningkatan Hasil Belajar Siswa

a. Hasil Belajar KognitifBerdasarkan data yang diperoleh

pada pembelajaran di siklus I, II, dan III, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kognitif siswa yang ditunjukan melalui nilai post-test pada setiap siklus mengalami peningkatan yang signifikan setelah dilakukan tindakan dengan penerapan pendekatan matematika realistik. Peningkatan hasil belajar siswa ditunjukkan melalui rata-rata nilai post-test yang meningkat pada setiap siklus. Pada siklus I, nilai rata-rata siswa hanya mencapai 67.73, namun di siklus ke II mengalami peningkatan menjadi 76.92. Setelah dilakukan pembelajaran yang lebih baik dengan perbaikan-perbaikan dari siklus I dan II, hasil belajar siswa pun kembali meningkat menjadi 82.76.

Begitupun dengan skor gain ternormalisasi <g> di setiap siklus yang mengalami peningkatan berdasarkan hasil pre-tes dan post-test. Di siklus I, gain ternormalisasi mencapai 0,45 dengan kategori sedang, di siklus II mencapai 0,46 dengan kategori sedang dan meningkat pada siklus III menjadi 0,72 dengan kategori tinggi.

Hasil Belajar siswa pun ditunjukkan dengan siswa yang telah mencapai KKM pada setiap pembelajaran. KKM pada pembelajaran matematika di SDN 3 Cibodas adalah 58. Di siklus I siswa yang lulus KKM hanya mencapai 25 siswa, namun pada siklus II meningkat menjadi 29 siswa. Sedangkan di siklus III terjadi peningkatan yang cukup signifikan, 32 siswa telah lulus KKM.

12

Page 13: Web viewBerdasarkan data yang diperoleh tentang nilai ulangan harian siswa kelas V dalam menyelesaikan soal ... kelas VA SDN 3 Cibodas pada semester 2 ... bahasa

Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013

Dalam pembelajaran pada siklus ke I hingga siklus ke III ini, pembelajaran matematika dikemas kedalam situasi belajar yang menuntut siswa menemukan dan mengkonstruksi konsep matematika yang bermanfaat dalam membantu siswa memahami konsep matematika. Hal tersebut sejalan dengan karakteristik pendidikan matematika realistik yaitu pemanfaat hasil konstruksi siswa menurut Treffers (dalam Wijaya, 2012) mengemukakan bahwa:

Matematika tidak diberikan kepada siswa sebagai suatu produk yang siap dipakai tetapi sebagai suatu konsep yang dibangun oleh siswa. Hasil Kerja dan konstruksi siswa selanjutnya digunakan untuk landasan pengembangan konsep matematika.

Begitupun dengan adanya penerapan lima karakteristik pendekatan matematika realistik yang dijadikan landasan dalam langkah-langkah pembelajaran matematika ini secara tidak langsung mempermudah siswa dalam memahami suatu konsep dengan sistematis. Dalam pembelajaran ini guru telah menerapkan lima karakteristik tersebut sesuai yang telah dikemukakan Treffers (dalam Wijaya, 2012), yaitu :1. Menggunakan masalah kontekstual

(the use of context)2. Menggunakan model (use models,

bridging by vertical instruments)3. Menggunakan kontribusi siswa

(students contribution)4. Interaktivitas (interactivity)5. Terintegrasi dengan topik lainnya

(intertwining)

b. Hasil Belajar AfektifIndikator hasil belajar pada ranah

afektif mencakup ketekunan dan ketelitian siswa dalam mengerjakan LKS yang diuraikan kedalam empat aspek. Pada aspek tekun meliputi : A) Bersungguh-sungguh dalam menemukan strategi penyelesaian masalah dengan

melakukan tanya jawab dengan guru, B) Dengan inisiatif sendiri, siswa mencari sumber lain selain yang digunakan oleh guru dalam menyelesaikan soal. Dan pada aspek tekun meliputi: C) Siswa mengerjakan soal sesuai dengan petunjuk pengerjaan pada LKS, D) Siswa memeriksa kembali hasil pekerjaan kelompoknya. Maka dapat teramati bahwa hasil belajar afektif siswa di setiap siklusnya pada setiap aspek dan keseluruhan aspek semakin baik dan meningkat. Rata-rata pada aspek A, B, C, dan D di siklus I berturut-turut adalah 78.21% dengan kategori baik, 64.40% dengan kategori cukup, 70.82% dengan kategori baik dan 71.68% dengan kategori baik. Sedangkan rata-rata seluruh aspek pada siklus I mencapai 64.90% dengan kategori cukup, pada siklus II meningkat menjadi 71.85% dengan kategori cukup, dan pada siklus III meningkat menjadi 77.08% dengan kategori baik.

Maka dari itu, berdasarkan hasil yang telah diuraikan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan matematika realistik dapat dikatakan efektif sebagai upaya meningkatkan hasil belajar kognitif siswa dalam mata pelajaran matematika khusunya pada materi pokok operasi hitung pecahan.

SIMPULANBerdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education sudah baik hingga siklus III dengan mengacu pada KTSP. Terlihat pada penggunaan media pembelajaran yang mudah dipahami siswa, lembar observasi guru dan siswa yang sesuai dengan tahapan-tahapan dalam RPP, dan lembar kerja siswa serta tes evaluasi yang sesuai SK dan KD. Pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematic

13

Page 14: Web viewBerdasarkan data yang diperoleh tentang nilai ulangan harian siswa kelas V dalam menyelesaikan soal ... kelas VA SDN 3 Cibodas pada semester 2 ... bahasa

Ratna Purwanti, Penerapan Pendekatan Realistic Mathematic Educationpada Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Education pada materi pokok pecahan dikelas V sudah terlaksana dengan baik berdasarkan hasil observasi pada siklus I, II, dan III dengan mengacu pada tahapan-tahapan pendekatan Realistic Mathematic Education. Peningkatan hasil belajar matematika sudah mencapai target peneliti dengan peningkatan dari siklus I, II, dan III berdasarkan hasil belajar kognitif dan afektif siswa. Pada siklus I rata-rata hasil belajar kognitif siswa mencapai 67,73, siklus II meningkat menjadi 76,92 dan siklus III mencapai 82,76. Sedangkan untuk rata-rata ranah afektif siswa di siklus I mencapai 64,90%, pada siklus II meningkat menjadi 71,85% dan siklus III mencapai 77,08%. Selain itu terdapat pula peningkatan ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus. Pada siklus I terdapat 25 siswa atau 70,27% yang tuntas belajar, siklus II terdapat 29 siswa atau 78,73 yang tuntas belajar dan pada siklus III terdapat 32 siswa atau 86,49% yang tuntas.

DAFTAR RUJUKANArikunto, S. et al. (2009). Penelitian

Tindakan Kelas. Jakarta:Bumi Aksara.

Depdiknas. (2006). KTSP SD/MI. Jakarta: Depdiknas

Kunandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : Rajawali Pers.

Munawar, I. (2009). Hasil Belajar Pengertian dan Definisi. [Online]. Tersedia : http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-definisi.html [14 November 2012]

Prihardina, M. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Pembelajaran IPA Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya. Skripsi pada Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan

Taufik. (2012). Pembelajaran Konsep Dasar Matematika. [online]. Tersedia : http://ofiick.blogspot.com/2012/11/pembelajaran-konsep-dasar-matematika.html?m=10 [24 Februari 2013]

Wijaya, A. (2012). Pendidikan Matematika Realistik. Yogyakarta: Graha Ilmu

14