anti mikotika (anti jamur)

15
BAB I ANTI MIKOTIKA (ANTI JAMUR) A. Latar Belakang Seperti diketahui, anti mikotika (anti jamur) digunakan untuk mengobati infeksi jamur, pada jamur. Khususnya pada Mykosis kulit oleh demotofi serat infeksi apa mukosa mulut, bronchia dan lain-lain pengunaan anti jamur/anti mikotika di dalam anti biotik berspektrum luas. Pada pengunaan anti jamur (anti mikotika) hakikatnya, semua tersebut berhasiat fungistatis. Di bawah ini, kami dari kelompok tiga membahas tentang anti mikotika (anti jamur) baik itu melalui infeksi, atau berbagai penularan dan sebagainya. Pada pembahasan ini bersangkutan berbagai macam penyakit, gejalanya, serta pengobatan dan trafi yang diberikan sesuai dengan penyakit yang dideritanya. 1

Upload: izzuddin-al-qassam

Post on 22-Oct-2015

86 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

aaaa

TRANSCRIPT

Page 1: Anti Mikotika (Anti Jamur)

BAB I

ANTI MIKOTIKA (ANTI JAMUR)

A. Latar Belakang

Seperti diketahui, anti mikotika (anti jamur) digunakan untuk mengobati

infeksi jamur, pada jamur. Khususnya pada Mykosis kulit oleh demotofi serat

infeksi apa mukosa mulut, bronchia dan lain-lain pengunaan anti jamur/anti

mikotika di dalam anti biotik berspektrum luas. Pada pengunaan anti jamur (anti

mikotika) hakikatnya, semua tersebut berhasiat fungistatis.

Di bawah ini, kami dari kelompok tiga membahas tentang anti mikotika

(anti jamur) baik itu melalui infeksi, atau berbagai penularan dan sebagainya.

Pada pembahasan ini bersangkutan berbagai macam penyakit, gejalanya, serta

pengobatan dan trafi yang diberikan sesuai dengan penyakit yang dideritanya.

B. Pembahasan

a. Definisi obat annti jamur

Anti jamur ialah obat pembasmi jamur, khususnya jamur yang merugikan

manusia.

Jamur atau fungi merupakan tumbuhan yang tidak memiliki krolofil,

sehingga tidak mampu melakukan fotosintesis untuk memelihara sendiri

kehidupanya. Oleh karena itu, jamur hanya bisa hidup sebagai parasid pada

organisme hidup lain atau sebagai sapropil pada benda organisme mati.

1

Page 2: Anti Mikotika (Anti Jamur)

Dasar farmakologis dari pengobatan infeksi jamur belum sepenuhnya

dimengerti. Secara umum infeksi jamur dibedakan atas infeksi jamur sistemik dan

infeksi jamur topikal (dermatotif dan mukokutan). Cara penularan spora dan

serpih kulit penderita infeksi fungi (dermatomycocis) merupakan sumber utama

penularan.

Setelah terjadi infeksi, spora tumbuh dan membentuk mycelium dengan

mengunakan serpih kulit sebagai bahan makanan. Enzim-enzim yang diproduksi

oleh jamur mampu menembus kulit dan menimbulkan pradangan. Bila fungi ini

tumbuh kedalam tabung rambut (folikel) maka rambut akan rontok. Fungi yang

menembus kedalam kuku mengakibatkan apa yang disebut kuku kapur

(onychomycosis) yang berwarna keputih-putihan dan kuku menjadi regas.

b. Macam-Macam Obat Anti Jamur

Yang digunakan untuk mengobati infeksi jamur dapat. Digolongkan

sebagai berikut:

a. Antibiotika: griseofuluin dan antibiotika polyen (amfoterisin B, nistatin dan

natamisin), yang pada umumnya bekerja fugistatis. Mekanisme kerjanya

adalah melalui pengikatan diri pada ergosterol yang mutlak dibutuhkan jamur

untuk membentuk dinding selnya. Akibatnya adalah kerusakan memberan sel

dan peningkatan permiabilitasnya, sehinga komponen intrasiluler yang

penting untuk kehidupan sel merembas keluar akhirnya sel-sel tersebut mati.

2

Page 3: Anti Mikotika (Anti Jamur)

b. Derivat imidazol: mukanazol, ketonazol, klotrimazol, bitonazol, ekonazol

isokonazol dan tiokanazol, mekanisme kerjanya berdasarkan pengikatan pada

enzim sitokrom paso. Sehinga sintesa ergosterol dirintangi dan terjadi.

Kerusakan membran sel. Pada penggunaan sistemis, sistematis enzim manusia

juga dapat dirintangi , yang bertangung jawab atas asfek saping tententu.

Bekerja fungistatis dan bakteriostatus lemah terhadap kuman gram positif

obat ini terutama digunakan sebagai obat lokal, kecuali ketokonazol yang juga

dapat digunakan secara sistemis.

c. Derivat trizol: Flukonazol, itrakonazol dan terkonazol. Pada umumnya juga

bekeja fungitatis dengan mekanisme kerja sepeti imidazol, tetapi bersifat lebih

selektif bagi sistem enzim jamur manusia, maka kurang menghambat sintesa

steroid.

d. Asa-asam organis; asam benzoat, salisilat propionat, kaprilat dan

undesilinat.

C. Cara Kerja/Khasiat Obat Anti Jamur

Antimikotika terutama digunakan pada mycosa permukaan atau setempat

(topikal) antimikotika trutama digunakan pada mycosa permukaan atau setempat

(tropikal) pada mycose umum (sistemis) yang meliputi organ dalam (misalnya

candidiasis, actinomycosis, dan aspergillosis), sejumlah obat juga digunakan

secara sintemis, yakni peroral. Begitu pula lazimnya pada infeksi ditubuh dan

pityriasis versicolor (tinea corporis), juga pada kepala rambut mycose kuku.

3

Page 4: Anti Mikotika (Anti Jamur)

Antimikotika oral yang digunakan meliputi griseofulvin, (amfoterisin B,

nistatin, mikanazol) ketokonazol, itrakonazol dan flukonazol, terbinafim dan

flusitasin (ancotil).

- Ketokonazol tidak dianjurkan berhubungan resiko recrosis hati yang

dapat timbul dengan akut.

- Intrakonazol dianjurkan pada infeksi pytirosporum, intrakonazol dan

flukonazol pada candidiasis.

- Grisopuluin dan terbinafin layak digunakan pada tinea capitis pada

anak-anak.

- Terbinafin dan interakonazol ampuh terhadap onychomycosis pada

jari-jari kaki dan tangan.

Secara intravena (infus) dapat digunakan amfoterisin B, mikonazol dan

flukenazol. Untuk penggunaan setempat di dalam usus tersedia amfokrisin B dan

nestatin yang buruk absorptsinya di usus.

Untuk infeksi di kuku (onychonyacosis) khusus digunakan obat yang

ditimbun dalam lapisan tanduk (stratum corneum) yakni grifuluin, ketokonazol,

intrakonazl dan terbinafin.

Khasiatnya

Pada hakekatnya, semua anti jamur tersebut berkhasiat fungistatis pada

dosis digunakan. Pengecualian adalah intrakonazol dan terbinafin, yang bekerja

fungisid pada dosis tinggi, amfoterisin dan nistatin juga dapat berkhasiat

fungisid.

4

Page 5: Anti Mikotika (Anti Jamur)

Nistatin di amfoterisin B sering kali digunakan dalam kombinasi dengan

tetrasiklin guna menghindari terjadinya candiasis usus.

D. Indikasi Kontra Indikasi

Anti jamur untuk infeksi sistemik

a. Anfoterisin B

Anfoterisin A dan B merupakan hasil termintasi streptomyces nodosus.

Indikasi:

Amfoterisin B sebagai antibioka berspektrum lebar yang bersifat

fungsidal. Pasien yang diobati dengan amfoterisin B harus dirawat dirumah

sakit karena diperlukan pengawasan yang ketat selama pemberian obat

urinalisis, gambaran darah, ureum serta kreatinin plasma perlu dilakukan

trutama menjelang tercapainya dosis optimal.

Efek samping

Infus amfotirisin B sering kali menimbulkan kulit panas, kringatan,

sakit kepala, demam, mengigil, lesu, anokraksia, nyeri otot.

Dosis

Amfotirisin B untuk infeksi tersedia dalam pil berisi 50 mg bubuk

liofilik, dilarutkan dengan 10 ml akuades steril untuk kemudian diencerkan

dengan larutan dekstrosa 5 % dalam air sehingga didapatkan kadar 0,1 mg/ml.

5

Page 6: Anti Mikotika (Anti Jamur)

ANTI JAMUR UNTUK INFEKSI DERMATOFIT

Griseofuluin

Rriseofuluin diisolasi dari penicillium griseovuluum dierck x

Efeksamping

Efek samping yang berat jarang timbul akibat pemekaian griseovuluin

Indikasi

Griseofuluin memberikan hasil yang baik terhadap penyakit jamur di

kulit, rambut dan kuku yang disebabkan oleh jamur yang sensitif. Gejala pada

kulit akan berkurang dalam 40-96 jam setelah pengobatan dengan

Griseofuluin sedangkan penyembuhan sempurna baru terjadi setelah beberapa

mingu.

6

Page 7: Anti Mikotika (Anti Jamur)

BAB II

ANTI JAMUR UNTUK DERMATOFIT

A. Griseofulvin

Griseofulvin diisolasi dari penicilium Griseofulvin dierckx.

Indikasi

Griseofulvin memberikan hasil yang baik terhadap penyakit jamur dikulit,

rambut dan kuku yang disebabkan oleh jamur yang sensitif.

Gejala pada kulit akan berkurang dalam 48-96 jam setelah pengobatan

dengan Griseofulvin sedangkan penyembuhan sempurna baru terjadi setelah

beberapa minggu.

Efeksamping.

Efeksamping yang berat jarang timbul akibat pemakaian Griseofulvin.

Doisis

Di Indonesia Griseofulvin mikrokristal tersedia dalam bentuk tablet berisi

125 dan 500 mg dan tablet yang mengandung partikel ultramikrokristal tersedia

dalam takaran 330 mg.

Untuk anak griseofulvin diberikan 5 mg/kg BB/hari sedangkan untuk

dewasa 500-1000 mg/hari dosis tunggal.

7

Page 8: Anti Mikotika (Anti Jamur)

B. Imi Dazol Dan Triazol

Anti jamur golongan imidazol mempunyai spektrum yang luas. Karena

sifat dan pengunaanya praktis tidak berbeda, seperti.

Mikronazol

Merupakan turunan imidazol sintetik yang relaif stabil, mempunyai

spektrum anti jamur yang lebar. Obat ini bentuk kristal putih, tidak berwarna dan

tidak berbau.

Mikonazol ini masuk kedalam sel jamur dan menyebabkan kerusakan

dinding sel sehingga permeabilitas terhadap berbagai zat intrasel meningkat.

Mungkin pula terjadi ganguan sintesis asam mukleat atau penimbunan peroksido

dalam sel jamur yang akan menyebabkan kerusakan.

Indikasi

Mikronazol topikal diindikasikan untuk dermatofitosis sedang atau berat

yang mengenai kulit kepala, telapak dan kuku.

Efeksamping

Efeksamping berupa iritasi, rasa terbakar dan maserasi memerlukan

penghentikan terapi.

Dosis

Obat ini tersedia dalam bentuk krim 2 % dan bedak yang dipakai 2 xz

sehari, selama 2-4 minggu. Krim 2% untuk pengunaan intravaginal diberikan

sekali sehari pada malam hari selama 7 hari.

8

Page 9: Anti Mikotika (Anti Jamur)

BAB III

ANTI JAMUR TOPIKAL LAINNYA

A. Asam Benzuat Dan Asam Salisilat

Kombinasi asam benzoat dan asam slisilat dalam perbandingan 2:1

(biasanya 6% dan 3 %) ini dikenal sebagai salep whitfield.

Asam benzoat memberikan efek fungistatik sedangkan asam salisilat

memberikan efek keratolitik.

Salap ini banyak digunakan untuk pengobatan tinea pedis dan kadang-

kadang juga untuk tinea kapitis.

Efek samping dapat terjadi iritasi ringan pada tempat pemakaian, juga ada

keluhan kurang menyenangkan dari para pemakainya karena salap ini bertelapak.

B. Asam Undesilenat

Merupakan cairan kuning dengan bau khas yang tajam. Obat ini aktif

terhadap epidermophiton, trichopyton, dan microsporum. Tersedia dalam

bentuk salap campuran mengandung 5 % unclesilenat dan 20 % seng

undesilenat.

Dalam hal ini seng berperan untuk menekan luasnya peradangan,

pemakaian pada mukosa dapat menybabkan iritasi bila kadarnya lebih dari 1

% iritasi dan sensitivitas jarang terjadi pada pemakaian topikal.

9

Page 10: Anti Mikotika (Anti Jamur)

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa anti obat jamur

yang digunakan sebagai obat untuk mengobati berbagai infeksi pada jamur, yang

khususnya kasus utamanya pada mycosis kulit. Dan berbagai macam bentuk jamur

yang berkembang biak pada mikroorganisme, di dalam tubuh maupun diluar

tubuh.

B. Saran

1. Diharapkan agar selalu memperhatikan tentang personal higlens agar kita

terhindar dari berbagai jenis infeksi jamur.

2. Hendaknya dalam memberikan pengobatan, kita sesuaikan jenis obat mana

yang cocok yang terhadap infeksi jamur tersebut.

10