anti diabetik oral

9
Anti Diabetik Oral 1. golongan sulfonylurea a) terdapat 2 generasi yaitu, generasi 1 (tolbutamid, tolazamid, asetoheksimid dan klorpropamid) dan genereasi 2 (glibenklamid, glipizid, gliklazid dan glimepirid) yang potensi hipoglikemiknya lebih besar. b) Mekanisme kerja : golongan obat ini sering disebut insulin secretagogeus, kerjanya merangsang sekresi insulin dari granul sel-sel ß langeerhans pancreas. Pada penggunaan jangka panjang atau dengan dosis yang besar, akan menyebabkan hipoglikemia. Interaksi dengan ATP-sensitive K channel Pada membrane sel-sel ß Depolarisasi membrane Membuka kanal Ca Ion Ca ++ masuk ke sel-ß Merangsang granula berisi insulin Terjadi sekresi insulin c)Farmakokinetik : sulfonylurea dengan masa paruh pendek akan lebih efektif bila diminum 30 menit sebelum makan. Masa paruh dan metabolism sulfonylurea generasi 1 bervariasi: 1) Klorpropamid : dalam darah terikat dengan albumin, masa paruhnya panjang 24-48 jam, efeknya masih terlihat setelah pemakaian

Upload: ola-dwi-nanda

Post on 11-Aug-2015

144 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Anti Diabetik Oral

Anti Diabetik Oral

1. golongan sulfonylurea

a) terdapat 2 generasi yaitu, generasi 1 (tolbutamid, tolazamid, asetoheksimid dan

klorpropamid) dan genereasi 2 (glibenklamid, glipizid, gliklazid dan glimepirid) yang

potensi hipoglikemiknya lebih besar.

b) Mekanisme kerja :

golongan obat ini sering disebut insulin secretagogeus, kerjanya merangsang

sekresi insulin dari granul sel-sel ß langeerhans pancreas. Pada penggunaan

jangka panjang atau dengan dosis yang besar, akan menyebabkan hipoglikemia.

Interaksi dengan ATP-sensitive K channelPada membrane sel-sel ß

↓Depolarisasi membrane

↓Membuka kanal Ca

↓Ion Ca++ masuk ke sel-ß

↓Merangsang granula berisi insulin

↓Terjadi sekresi insulin

c) Farmakokinetik :

sulfonylurea dengan masa paruh pendek akan lebih efektif bila diminum 30

menit sebelum makan.

Masa paruh dan metabolism sulfonylurea generasi 1 bervariasi:

1) Klorpropamid : dalam darah terikat dengan albumin, masa

paruhnya panjang 24-48 jam, efeknya masih terlihat setelah

pemakaian dihentikan. Metabolismenya dihepar tidak lengkap,

20% diekskresi utuh diurin.

2) Tolbutamid : mula kerjanya cepat, masa paruhnya sekitar 4-7

jam. Terikat protein plasma didarah sekitar 91-96% dan dihepar

diubah menjadi karboksitolbutamid dan ekskresinya melalui

ginjal.

3) Tolazamid : absorpsinya lebih lambat dari pada yang lain. Masa

paruhnya sekitar 7 jam, dihepar diubah menjadi p-

Page 2: Anti Diabetik Oral

karboksitolazamid, 4-hidroksimetiltolazamid dan senyawa

lainnya yang memiliki sifat hipoglikemik cukup kuat.

Sulfonylurea generasi 2 umumnya berpotensi hipoglikemiknya 100x lebih besar

dari pada generasi 1. Meski masa paruhnya pendek (3-5 jam) tetapi efek

hipoglikemiknya berlangsung 12-24 jam oleh karena itu sering diberikan cukup

1x sehari, alas an ini belum diketahui.

1) Glipizid : absorpsinya lengkap, masa paruhnya 3-4 jam. Didalam

darh 98% terikat dengan protein plasma. Metabolismenya

dihepar menjadi metabolit yang tidak aktif, sekitar 10%

diekskresi melalui ginjal dalam keadaan utuh. Potensinya 100x

lebih kuat dibandingkan dengan tolbutamid.

2) Gliburid (glibenklamid) : potensinya 200x lebih kuat

dibandingkan tolbutamid, masa paruhnya sekitar 4 jam,

metabolismenya dihepar.

Karena semua sulfonylurea dimetabolisme dihepar dan diekskresi melalui ginjal,

sediaan ini tidak boleh diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan

fungsi hepar atau ginjal yang berat.

d) Efek samping :

insiden efek samping generasi 1 sekitar 4%.

Hipoglikemia bahkan sampai koma dapat terjadi pada pasien yang usia lanjut

dengan gangguan fungsi hepar atau ginjal.

Efek samping lain adalah reaksi alergi, mual, muntah, diare, gejala hematologic,

system syaraf pusat, mata, dsb.

Gangguan saluran ceran dapat berkurang dengan mengurangi dosis.

Gejala gangguan system syaraf pusat berupa vertigo, bingung, ataksia, dsb.

Efek samping lain gejala hipotiroidisme yaitu ikterus, obstruktuf yang bersifat

sementara dan lebih sering timbul akibat tolbutamid dan klorpropamid.

Hipoglikemia dapat terjadi pada pasien yang tidak mendapat dosis tepat, tidak

makan cukup atau ada gangguan fungsi hepar atau ginjal. Pada orang tua dapat

menimbulkan disfungsi otak sampai koma.

e) Indikasi :

Page 3: Anti Diabetik Oral

memilih sulfonylurea yang tepat untuk pasien tertentu dan sangat penting

untuk suksesnya terapi.

Yang menentukan bukanlah umur pasien sewaktu terapi dimulai tetapi usia

pasien sewaktu DM mulai timbul.

Pada umumnya hasil yang baik diperoleh pada pasien yang diabetesnya mulai

timbul pada usia 40 tahun.

Kegagalan terapi salah satu derivate sulfonylurea mungkin juga disebabkan oleh

perubahan farmakokinetik obat, misalnya penghancuran yang terlalu cepat.

f) Peringatan :

sulfonylurea tidak boleh diberikan sebagai obat tunggal pada pasien DM

juvenile, pasien yang kebutuhan insulinnya tidak stabil, pasien yang DM berat,

pasien DM dengan kehamilan dan keadaan gawat.

Penggunaan ini harus berhati-hati pada alkoholisme akut serta pasien yang

mendapat diuretiktiazid.

g) Interaksi :

obat yang dapat meningkatkan resiko hipoglikemia sewaktu menggunakan

sulfonylurea adalah insulin, alcohol, fenformin, sulfonamide, salisilat dosis

besar, fenilbutazon, probenezid, dikumarol, kloramfenikol, penghambat MAO,

guanetidin, anabolic steroid, fenfluramin dan klofibrat.

Propanolol dan penghambat adrenoreseptor ß lainnya menghambat reaksi

takikardi, berkeringat dan tremor pada hipoglikemia oleh berbagai sebab

sehingga keadaan hipoglikemi tidak menunjukkan tnada-tnada dan tidak mudah

diketahui.

2. Golongan meglitinid

Repaglinid dan nateglinid merupakan golongan dari meglitinid.

Mekanisme kerjanya sama dengan sulfonylurea tetapi strukturnya yang

berbeda.

Golongan ADO ini merangsang insulin dengan menutup kanal K yang ATP-

independent di sel ß pancreas.

Pada pemebrian oral, absorpsinya cepat dan kadar puncak dicapai dalam waktu

1 jam.

Page 4: Anti Diabetik Oral

Masa paruhnya 1 jam dan diberikan beberapa kalai sehari sebelum makan.

Metabolism utamanya di hepar dan metabolitnya tidak aktif.

10% dimetabolisme di ginjal.

Efek samping utamanya adalah hipogikemia dan gangguan saluran cerna dan

juga reaksi alergi.

3. Golongan biguanid

a) Sebenarnya terdapat 3 jenis yaitu : fenformin, bunformin dan metformin tetapi yang

banyak digunakan adalah metformin karena yang lainnya memiliki efek samping asidosis

laktat.

b) Mekanisme kerja :

Biguanid sebenarnya bukan obat hipoglikemik tetapi suatu antihiperglikemik

yang tidak menyebabkan rangsangan sekresi insulin dan umumnya tidak

menyebabkan hipoglikemia.

Metformin menurunkan produksi glukosa di hepar dan meningkatkan

sensitivitas jaringan otot dan adipose terhadap insulin.

Biguanid tidak merangsang ataupun menghambat perubahan glukosa menjadi

lemak.

Biguanid dapat menurunkan berat badan pada pasien diabetes yang gemuk

dengan mekanisme yang belum jelas pula.

Metformin oral akan mengalami absorpsi di intestine, dalam darah tidak terikat

oleh protein plasma, ekskresinya melalui urin dalam keadaan utuh. Masa

paruhnya sekitar 2 jam.

Pasien DM yang tidak memberikan respon dengan sulfonylurea dapat diatasi

dengan metformin, atau dapat pula diberikan sebagai terapi kombinasi dengan

insulin atau sulfonylurea.

c) Efek samping :

Hampir 20% pasien dengan metformin mengalami mual, muntah, diare serta

kecap logam tetapi dengan menurunkan dosis, keluhan-keluhan tersebut akan

hilang.

Page 5: Anti Diabetik Oral

Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau system kardiovaskuler,

pemberian biguanid dapat menimbulkan peningkatan kadar asam laktat dalam

darah sehingga dapat mengganggu keseimbangan elektrolit dalam cairan tubuh.

d) Indikasi :

Sediaan biguanid tidak dapat menggantikan fungsi insulin endogen dan dapat

digunakan pada terapi diabetes dewasa.

Dari berbagai derivate biguanid, dara fenformin paling banyak menimbulkan

asidosis laktat dan karena itu fenformin diganti dengan metformin yang

kerjanya serupa dengan fenformin tetapi diduga lebih sedikit menyebabkan

asidosis laktat.

Dosis metformin adalah 1-3g sehari dibagi dalam 2 atau 3 kali pemberian.

e) Kontraindikasi:

Biguanid tidak boleh diberikan pada kehamilan, pasien dengan penyakit hepar

berat, penyakit ginjal dengan uremia, penyakit jantung kongestif dan penyakit

paru dengan hipoksia kronik.

4. Golongan tiazolidinedion

Tiazolinidinedion merupakan agonis potent dan selektif PPARγ membentuk

kompleks PPARγ-RXR dan terbentuknya GLUT baru.

Glitazon juga menurunkan produksi glukosa hepar, menurunkan asam lemak

bebas di plasma dan remodeling jaringan adipose.

Pioglitazon dan rosiglitazon dapat menurunkan HBA1c (1-1,5%) dan

berkecendrungan menaikkan HDL sedangkan berefek pada trigliserida dan LDL

sangat bervariasi.

Pada pemberian oral, absorpsi tidak dipengaruhi oleh makanan dan berlangsung

sekitar 2 jam. Metabolismenya di hepar. Ekskresinya melalui ginjal.

Glitazon digunakan untuk DM tipe 2 yang tidak memberi respon dengan diet

dan latihan fisik.

Dosis awal rosiglitazon 4mg, bila dalam 3-4 minggu control dan gliserida belum

adekuat, maka dosis dinaikkan menjadi 8mg/hari.

Dosis awal pioglitazon adalah 15-30mg, bila belum adekuat, dapat ditingkatkan

sampai 45mg.

Page 6: Anti Diabetik Oral

Efek sampingnya antara lain: peningkatan berat badan, edema, menambah

volume plasma darah dengan memperburuk gagal jantung kongestif. Edema

dapat terjadi jika pemakaiannya bersamaan dengan insulin, kecuali penyakit

hepar, dan tidak dianjurkan kepada pasien gagal jantung.

5. Penghambat enzim α-glikosidase

Dapat memperlambat absorpsi polisakarida, dekstrin dan disakarida di intestine.

Dapat menghambat kerja enzim α-glikosidase di brush border intestine dan

dapat mencegah peningkatan glukosa plasma pada orang normal dan pasien

DM.

Tidak menyebabkan efek samping hipoglikemia.

Acarbose dapat digunakan sebagai monoterapi pada DM usia lanjut atau DM

yang glukosa PPnya sangat tinggi.

Obat golongan ini diberikan pada waktu mulai makan dan absorpsinya buruk.

Acarbose dan miglitol secara kompetitif juga menghambat glukoaminase dan

sukrase tetapi efeknya pada α-amilase pancreas lemah. Keduanya dapat

menurunkan glukosa plasma PP pada DM tipe 1 dan 2, dan pada DM tipe 2

dengan hiperglisemia yang hebat, dapat menurunkan HBA1C secara bermakna.

Efek samping yang bersifat dose-dependent, malabsorpsi, flatulen, diare, dan

abdominal bloating. Intuk mengurangi efek, sebaiknya dosis dititrasi.

Mulai dosis awal 25mg pada saat mulai makan untuk selama 4-8 minggu.

Acarbose paling efektif bila diberikan bersamaan dengan makanan berserat.

Bila acarbose diberikan bersama insulin atau dengan golongan sulfonylurea,

dapat menyebabkan hipoglikemia.