antara/anis efizudin 1 warga tewas dianiaya 7 anggota tni filedi sana, pihak keluarga menya-takan...

1
9 SELASA, 15 MARET 2011 | MEDIA INDONESIA N USANTARA PALCE AMALO J ENAZAH Charles Mali, warga Kelurahan Fa- tubenao, Kecamatan Kota Atambua, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang tewas dianiaya ok- num TNI pada Minggu (13/3), diusung ke Gedung DPRD setempat, kemarin. Jenazah Charles yang sebe- lumnya disemayamkan di Rumah Sakit (RS) Atambua, dijemput keluarga untuk dibawa ke gedung dewan. Di sana, pihak keluarga menya- takan sikap yang antara lain menuntut pemerintah mem- bubarkan Batalion 744/Satya Yudha Bhakti (SYB). “Keluarga menyatakan sikap mereka dan menuntut agar Markas Batalion 744 dibubarkan,” ujar Romo Leo Mali, kerabat korban ketika dihubungi, kemarin. Alasannya, penganiayaan yang menewaskan Charles dilakukan tujuh anggota TNI Batalion 744. Jenazah korban lalu dibawa ke rumah orang tuanya di Ke- lurahan Fatubenao, Kecamatan Kota Atambua. Ribuan warga terus berdatangan ke rumah duka untuk memberikan peng- hormatan terakhir. Peristiwa itu berawal dari pe- malakan yang dilakukan tujuh permuda Fatubenao, termasuk Charles, terhadap seorang ang- gota TNI Batalion 744 bernama Praka Bahrun Sah. Para pemuda tersebut mem- bawa parang dan pisau se- hingga memaksa Praka Bahrun melarikan diri meninggalkan sepeda motor yang diken- darainya. Sepeda motor itu dirusak para pemuda itu. Setelah peristiwa itu, ada anggota TNI yang mendatangi rumah Charles dan kawan- kawan. Oleh keluarga, enam pemuda yang melakukan pe- malakan dibawa ke Markas Yonif 744 di Desa Tobir, Keca- matan Tasifeto Timur. Modesta Dau, orang tua Charles, mengaku bersedia membawa anak-anaknya ke- pada TNI karena sudah ada jaminan bahwa mereka akan diperlakukan secara baik-baik. Ternyata di markas yang sempat dikunjungi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Februari 2011 itu, mereka mengalami penganiayaan oleh tujuh anggota TNI. Penganiayaan itu menyebab- kan Charles tewas. Semen- tara Andreas Pires, Tobias Moy, Tomi, Osme, Wily, dan Heri Mali, dirawat di RS Atambua karena menderita luka parah. Sesalkan Romo Leo Mali menjelaskan, para pemuda tersebut dianiaya secara bergantian oleh anggota TNI hingga pingsan. Akibat kematian anak mere- ka, orang tua Charles berusaha bunuh diri karena merasa bersalah telah menyerahkan anaknya kepada TNI untuk dianiaya sampai tewas. Komandan Korem (Danrem) Wirasakti I Dewa Ketut Siangan menyesalkan peristiwa itu. Ia mengatakan akan membawa para tersangka pelaku kekeras- an ke Kupang untuk diperiksa lebih lanjut di Detasemen POM Wirasakti Kupang, karena pe- nyidik militer di Sub Den POM Atambua masih sangat minim. “Saya sudah mengutus Kepala Staf Korem 161/Wirasakti Let- kol Yulius Wijayanto ke Atam- bua untuk membawa para tersangka ke Kupang, selain untuk menenangkan situasi setelah insiden tersebut.” Saat menanggapi kasus itu, Kepala Bidang Humas Polda NTT Komisaris Antoneta Pah mengutarakan polisi belum bersedia mengusut kasus itu. “Polisi bisa mengusut apabila kasusnya dilaporkan ke pidana umum. Yang kita pertanya- kan adalah kasusnya sudah dilaporkan ke pidana umum atau belum. Jika tidak, nanti kita ditanya apa urusannya,” kata Antoneta Pah. (N-1) [email protected] KORBAN lumpur Lapindo, yang berada di 45 rukun te- tangga (RT) meminta Panitia Khusus (Pansus) DPRD Sido- arjo, Jawa Timur, memfasilitasi mereka untuk bertemu dengan Menteri Pekerjaan Umum (PU) Djoko Kirmanto, yang juga merupakan Ketua Dewan Pe- ngarah Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) di Jakarta. Desakan itu disampaikan saat audensi antara warga dan anggota Pansus Lumpur di ruang rapat DPRD Sidoarjo. Dalam audensi itu warga me- negaskan agar mereka segera difasilitasi bertemu Menteri PU untuk menyampaikan tun- tutan. Tuntutan yang akan disampaikan adalah memasuk- kan wilayah 45 RT ini ke dalam areal peta terdampak. Wilayah 45 RT ini terdiri dari Desa Pamotan dan Min- di, Kecamatan Porong, Desa Ketapang, Kecamatan Tanggu- langin, dan Desa Besuki Timur, Kecamatan Jabon. Menurut warga, wilayah di 45 RT ini sudah tidak layak huni karena dampak dari sem- buran lumpur Lapindo. Tidak layaknya wilayah ini menjadi tempat huni juga sudah diper- kuat dengan hasil kajian Tim Independen Provinsi Jawa Timur. Tidak itu saja, semburan gas liar juga bermunculan hingga menyebabkan rumah warga rusak dan menimbulkan bau menyengat. “Kami minta pe- merintah mengeluarkan Perpres seperti korban lumpur sebelum- nya,” kata Suprapto, warga Desa Ketapang, kemarin. Dalam menanggapi desakan warga, Ketua Pansus lumpur DPRD Sidoarjo Zainul Lutfi mengatakan akan menam- pung aspirasi tersebut. Namun sebelum difasilitasi ke Jakarta, Pansus Lumpur ingin me- nyampaikan keinginan warga ini ke Gubernur Jawa Timur terlebih dulu. Pada kesempatan terpisah, Vice President PT MLJ Andi Darusalam Tabusala menjan- jikan pada Desember 2012 pembayaran ganti rugi korban lumpur akan lunas. Menurut dia, pihaknya sudah melunasi pembayaran 69% dari total 13.127 berkas. Sementara sisanya 31% masih dalam pro- ses pembayaran dengan sistem dicicil per bulan. (HS/N-1) Alat Peringatan Dini Tsunami Rusak Ahmadiyah di Bogor dan Cianjur Jadi Sasaran Lagi PERALATAN peringatan dini ( early warning system/EWS) gempa dan tsunami di Cilacap, Jawa Tengah (Jateng), masih jauh dari memadai. Bahkan, dua alat EWS yang ada tengah mengalami kerusakan akibat disambar petir. ‘’Dua pekan lalu receiver dan antena disambar petir sehingga membuat sirene tidak dapat berbunyi. Kami sudah coba pada 10 Maret lalu, tetapi masih belum bisa. Namun, kami ber- harap supaya perbaikannya cepat diselesaikan, maksimal pada akhir bulan ini,’’ kata Sek- retaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cila- cap, Suherman, kemarin. Dua peralatan itu dipasang di Pantai Teluk Penyu dan Tegalkamulyan, Cilacap. Ia menjelaskan, selain per- baikan dua alat itu, tahun ini pihaknya bakal menambah tiga lagi peralatan yang akan dipasang di pesisir pantai. ‘’Meski nantinya akan ada penambahan peralatan EWS, sebetulnya alat tersebut masih kurang. Secara ideal Cilacap membutuhkan 18 alat EWS, tetapi kini yang dimiliki hanya dua. Tahun ini penambahannya hanya tiga unit lagi,’’ ungkap- nya. Sementara itu, EWS yang ditempatkan di Gedung Pusat Pengendalian Operasi Penang- gulangan Bencana (Pusdalops PB) BPBD Sumatra Barat di- nonaktifkan karena gedung tersebut sedang diruntuhkan. Kepala Pusdalops PB BPBD Sumbar Ade Edward mengu- tarakan alat itu dinonaktifkan sejak 16 Februari lalu. Penon- aktifan alat tersebut juga sebab- kan terputusnya sistem komu- nikasi darurat yang terpasang di Mentawai. “Akses untuk Mentawai saat ini terintegrasi langsung dengan BNPB di pusat,” ujar Ade. Dengan mengisi kekosongan peralatan peringatan dini terse- but, BPBD memberdayakan satelit very small aperture terminal (VSAT) dan communication mo- bile (commob) secara bergantian. “Akses VSAT berakhir bulan April ini. Untuk mengaktifkan kembali, harus dibayar kembali dan itu perlu waktu lama agar bisa diakses kembali. Untuk itu, commob akan diberdayakan un- tuk mengisi kekosongan akses VSAT,” jelas Ade. Dari Manado, Kepala Kan- tor Pusat Gempa Regional X, Slamet Suyitno, memastikan kondisi alat peringatan dini gempa dan tsunami masih ber- fungsi dengan baik. Peralatan tersebut dipasang di sejumlah titik wilayah Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), Maluku Utara, dan Provinsi Gorontalo. Sementara itu, ratusan per- sonel Amerika Serikat (AS) ikut ambil bagian dalam kegiatan latihan gabungan bersama pe- nanggulangan bencana ASEAN Regional Forum Disaster Re- lief Exercise (ARF-DiREx) di Manado, Sulawesi Utara (Su- lut), yang berlangsung 15-20 Maret mendatang. (LD/VL/ YH/HR/OL/N-1) RUMAH dan masjid warga jemaah Ahmadiyah di Kabu- paten Bogor dan Cianjur, Jawa Barat, terus jadi sasaran penye- rangan dan perusakan. Minggu (13/3) malam, se- jumlah rumah di Kampung Ci- manggu, Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dilempari batu. Empat rumah anggota jemaah Ahmadiyah ru- sak. Jendela dan genting rumah mereka hancur berantakan. “Rumah itu milik Usman, 47, Ari, 38, M Nasir, 28, dan Ayub, 38. Saat ini, anggota polres dan polsek sudah mengamankan lokasi,” kata Camat Cibungbu- lang Iwan Setiawan, kemarin. Sebelumnya, pada Jumat (11/3), masih di desa yang sama, massa juga melempari empat rumah milik jemaat Ah- madiyah. Aksi dilakukan tidak lama setelah salat Jumat. Di Cianjur, pada Minggu (13/3) malam, ratusan warga di Kampung Cisaar RT 02/09, Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, menyatroni masjid jemaah Ahmadiyah di desa itu. Massa membakar kitab Ahmadiyah yang tersimpan di dalam Masjid Ar Rahman itu. Kedatangan massa ke lokasi masjid, semula berniat ingin bertemu tokoh Ahmadiyah di lingkungan itu. Namun, keinginan mereka tidak ter- penuhi. Karena kesal, ratusan kitab yang berada di dalam masjid dikeluarkan dan dibakar di pinggir jalan. “Untungnya aksi tidak me- luas. Massa tidak melakukan tindakan brutal,” kata Ketua RT 02, Udin. Pengurus Masjid Ar Rah- man, Hasan Suwandi, mengaku tidak bisa berbuat apa-apa saat warga menyita dan menge- luarkan kitab dari dalam masjid. “Saya sudah berusaha mengajak mereka bicara, tetapi massa menginginkan bertemu tokoh Ahmadiyah,” ungkap Hasan. Kapolsek Bojong Picung, Ajun Komisaris Asep Setiawan, mengatakan aksi itu dilakukan oleh warga sekitar. “Kami masih menyelidiki motif pem- bakaran ini. Kami juga masih memintai keterangan sejumlah saksi. Kesimpulan sementara warga melakukan ini secara spontan,” kata Asep. Untuk antisipasi, sampai tadi malam, puluhan polisi masih disiagakan di lokasi. Dari Bandung, Kabid Humas Polda Jawa Barat Komisaris Besar Agus Irianto mengata- kan polisi tetap berkomitmen mengamankan anggota jemaah Ahmadiyah. “Kami akan me- lindungi seluruh warga di dae- rah ini.” (DD/BK/EM/N-2) Aksi pemalakan yang dilakukan warga di Atambua, dibalas pengeroyokan oleh oknum TNI. 1 Warga Tewas Dianiaya 7 Anggota TNI Kami masih menyelidiki motif pembakaran ini. Kami juga masih memintai keterangan sejumlah saksi.” Asep Setiawan Kapolsek Bojong Picung Korban Lumpur Lapindo Minta Bertemu Menteri PU ANTARA/ANIS EFIZUDIN EMPAT BULAN MENGUNGSI: Satu keluarga pengungsi banjir lahar dingin Merapi sudah sekitar empat bulan tinggal di shelter box di lapangan Jumoyo, Salam, Magelang, Jawa Tengah, kemarin. Mereka berharap pemerintah segera memindahkan ke tempat yang lebih layak.

Upload: dangkhue

Post on 07-Apr-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

9SELASA, 15 MARET 2011 | MEDIA INDONESIA NUSANTARA

PALCE AMALO

JENAZAH Charles Mali, warga Kelurahan Fa-tubenao, Kecamatan Kota Atambua, Kabupaten

Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang tewas dianiaya ok-num TNI pada Minggu (13/3), diusung ke Gedung DPRD setempat, kemarin.

Jenazah Charles yang sebe-lumnya disemayamkan di Rumah Sakit (RS) Atambua, di jemput keluarga untuk dibawa ke gedung dewan. Di

sana, pihak keluarga menya-takan sikap yang antara lain menuntut pemerintah mem-bubarkan Batalion 744/Satya Yudha Bhakti (SYB). “Keluarga menyatakan sikap mereka dan menuntut agar Markas Batalion 744 dibubarkan,” ujar Romo Leo Mali, kerabat korban ketika dihubungi, kemarin.

Alasannya, penganiayaan yang menewaskan Charles dilakukan tujuh anggota TNI Batalion 744.

Jenazah korban lalu dibawa ke rumah orang tuanya di Ke-lurahan Fatubenao, Kecamatan Kota Atambua. Ribuan warga terus berdatangan ke rumah duka untuk memberikan peng-hormatan terakhir.

Peristiwa itu berawal dari pe-malakan yang dilakukan tujuh permuda Fatubenao, termasuk Charles, terhadap seorang ang-gota TNI Batalion 744 bernama

Praka Bahrun Sah. Para pemuda tersebut mem-

bawa parang dan pisau se-hingga memaksa Praka Bahrun melarikan diri meninggalkan sepeda motor yang diken-darainya. Sepeda motor itu dirusak para pemuda itu.

Setelah peristiwa itu, ada anggota TNI yang mendatangi rumah Charles dan kawan-kawan. Oleh keluarga, enam pemuda yang melakukan pe-malakan dibawa ke Markas Yonif 744 di Desa Tobir, Keca-matan Tasifeto Timur.

Modesta Dau, orang tua Charles, mengaku bersedia membawa anak-anaknya ke-pada TNI karena sudah ada jamin an bahwa mereka akan diperlakukan secara baik-baik.

Ternyata di markas yang sempat dikunjungi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Februari 2011 itu, mereka

mengalami penganiayaan oleh tujuh anggota TNI.

Penganiayaan itu menyebab-kan Charles tewas. Semen-tara Andreas Pires, Tobias Moy, Tomi, Osme, Wily, dan Heri Mali, dirawat di RS Atambua karena menderita luka parah.

SesalkanRomo Leo Mali menjelaskan,

para pemuda tersebut dianiaya secara bergantian oleh anggota TNI hingga pingsan.

Akibat kematian anak mere-ka, orang tua Charles ber usaha bunuh diri karena merasa bersalah telah menyerahkan anaknya kepada TNI untuk dianiaya sampai tewas.

Komandan Korem (Danrem) Wirasakti I Dewa Ketut Siangan menyesalkan peristiwa itu. Ia mengatakan akan membawa para tersangka pelaku kekeras-an ke Kupang untuk diperiksa

lebih lanjut di Detasemen POM Wirasakti Kupang, karena pe-nyidik militer di Sub Den POM Atambua masih sangat minim. “Saya sudah mengutus Kepala Staf Korem 161/Wirasakti Let-kol Yulius Wijayanto ke Atam-bua untuk membawa para tersangka ke Kupang, selain untuk menenangkan situasi setelah insiden tersebut.”

Saat menanggapi kasus itu, Kepala Bidang Humas Polda NTT Komisaris Antoneta Pah mengutarakan polisi belum bersedia mengusut kasus itu.

“Polisi bisa mengusut apabila kasusnya dilaporkan ke pidana umum. Yang kita pertanya-kan adalah kasusnya sudah dilaporkan ke pidana umum atau belum. Jika tidak, nanti kita ditanya apa urusannya,” kata Antoneta Pah. (N-1)

[email protected]

KORBAN lumpur Lapindo, yang berada di 45 rukun te-tangga (RT) meminta Panitia Khusus (Pansus) DPRD Sido-arjo, Jawa Timur, memfasilitasi mereka untuk bertemu dengan Menteri Pekerjaan Umum (PU) Djoko Kirmanto, yang juga merupakan Ketua Dewan Pe-ngarah Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) di Jakarta.

Desakan itu disampaikan saat audensi antara warga dan anggota Pansus Lumpur di ruang rapat DPRD Sidoarjo. Dalam audensi itu warga me-

negaskan agar mereka segera difasilitasi bertemu Menteri PU untuk menyampaikan tun-tutan. Tuntutan yang akan disampaikan adalah memasuk-kan wilayah 45 RT ini ke dalam areal peta terdampak.

Wilayah 45 RT ini terdiri dari Desa Pamotan dan Min-di, Kecamatan Porong, Desa Ketapang, Kecamatan Tanggu-langin, dan Desa Besuki Timur,

Kecamatan Jabon.Menurut warga, wilayah di

45 RT ini sudah tidak layak huni karena dampak dari sem-buran lumpur Lapindo. Tidak layaknya wilayah ini menjadi tempat huni juga sudah diper-kuat dengan hasil kajian Tim Independen Provinsi Jawa Timur.

Tidak itu saja, semburan gas liar juga bermunculan hingga

menyebabkan rumah warga rusak dan menimbulkan bau menyengat. “Kami minta pe-merintah mengeluarkan Perpres seperti korban lumpur sebelum-nya,” kata Suprapto, warga Desa Ketapang, kemarin.

Dalam menanggapi desakan warga, Ketua Pansus lumpur DPRD Sidoarjo Zainul Lutfi mengatakan akan menam-pung aspirasi tersebut. Namun

sebelum difasilitasi ke Jakarta, Pansus Lumpur ingin me-nyampaikan keinginan warga ini ke Gubernur Jawa Timur terlebih dulu.

Pada kesempatan terpisah, Vice President PT MLJ Andi Darusalam Tabusala menjan-jikan pada Desember 2012 pembayaran ganti rugi korban lumpur akan lunas.

Menurut dia, pihaknya sudah melunasi pembayaran 69% dari total 13.127 berkas. Sementara sisanya 31% masih dalam pro-ses pembayaran dengan sistem dicicil per bulan. (HS/N-1)

Alat Peringatan Dini Tsunami Rusak

Ahmadiyah di Bogor dan Cianjur

Jadi Sasaran Lagi

PERALATAN peringatan dini (early warning system/EWS) gempa dan tsunami di Cilacap, Jawa Tengah (Jateng), masih jauh dari memadai. Bahkan, dua alat EWS yang ada tengah mengalami kerusakan akibat disambar petir.

‘’Dua pekan lalu receiver dan antena disambar petir sehingga membuat sirene tidak dapat berbunyi. Kami sudah coba pada 10 Maret lalu, tetapi masih belum bisa. Namun, kami ber-harap supaya perbaikannya cepat diselesaikan, maksimal pada akhir bulan ini,’’ kata Sek-retaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cila-cap, Suherman, kemarin.

Dua peralatan itu dipasang di Pantai Teluk Penyu dan Tegalkamulyan, Cilacap.

Ia menjelaskan, selain per-baikan dua alat itu, tahun ini pihaknya bakal menambah tiga lagi peralatan yang akan dipasang di pesisir pantai.

‘’Meski nantinya akan ada penambahan peralatan EWS, sebetulnya alat tersebut masih kurang. Secara ideal Cilacap membutuhkan 18 alat EWS, tetapi kini yang dimiliki hanya dua. Tahun ini penambahannya hanya tiga unit lagi,’’ ungkap-nya.

Sementara itu, EWS yang ditempatkan di Gedung Pusat Pengendalian Operasi Penang-gulangan Bencana (Pusdalops PB) BPBD Sumatra Barat di-nonaktifkan karena gedung tersebut sedang diruntuhkan.

Kepala Pusdalops PB BPBD

Sumbar Ade Edward mengu-tarakan alat itu dinonaktifkan sejak 16 Februari lalu. Penon-aktifan alat tersebut juga sebab-kan terputusnya sistem komu-nikasi darurat yang terpasang di Mentawai. “Akses untuk Mentawai saat ini terintegrasi langsung dengan BNPB di pusat,” ujar Ade.

Dengan mengisi kekosongan peralatan peringatan dini terse-but, BPBD memberdayakan satelit very small aperture terminal (VSAT) dan communication mo-bile (commob) secara bergantian. “Akses VSAT berakhir bulan April ini. Untuk mengaktifkan kembali, harus dibayar kembali dan itu perlu waktu lama agar bisa diakses kembali. Untuk itu, commob akan diberdayakan un-tuk mengisi kekosongan akses VSAT,” jelas Ade.

Dari Manado, Kepala Kan-tor Pusat Gempa Regional X, Slamet Suyitno, memastikan kondisi alat peringatan dini gempa dan tsunami masih ber-fungsi dengan baik. Peralatan tersebut dipasang di sejumlah titik wilayah Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), Maluku Utara, dan Provinsi Gorontalo.

Sementara itu, ratusan per-sonel Amerika Serikat (AS) ikut ambil bagian dalam kegiatan latihan gabungan bersama pe-nanggulangan bencana ASEAN Regional Forum Disaster Re-lief Exercise (ARF-DiREx) di Manado, Sulawesi Utara (Su-lut), yang berlangsung 15-20 Maret mendatang. (LD/VL/YH/HR/OL/N-1)

RUMAH dan masjid warga jemaah Ahmadiyah di Kabu-paten Bogor dan Cianjur, Jawa Barat, terus jadi sasaran penye-rangan dan perusakan.

Minggu (13/3) malam, se-jumlah rumah di Kampung Ci-manggu, Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dilempari batu. Empat rumah anggota jemaah Ahmadiyah ru-sak. Jendela dan genting rumah mereka hancur berantakan.

“Rumah itu milik Usman, 47, Ari, 38, M Nasir, 28, dan Ayub, 38. Saat ini, anggota polres dan polsek sudah mengamankan lokasi,” kata Camat Cibungbu-lang Iwan Setiawan, kemarin.

Sebelumnya, pada Jumat (11/3), masih di desa yang sama, massa juga melempari empat rumah milik jemaat Ah-madiyah. Aksi dilakukan tidak lama setelah salat Jumat.

Di Cianjur, pada Minggu (13/3) malam, ratusan warga di Kampung Cisaar RT 02/09, Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, menyatroni masjid jemaah Ahmadiyah di desa itu. Massa membakar kitab

Ahmadiyah yang tersimpan di dalam Masjid Ar Rahman itu.

Kedatangan massa ke lokasi masjid, semula berniat ingin bertemu tokoh Ahmadiyah di lingkungan itu. Namun, ke ingin an mereka tidak ter-penuhi.

Karena kesal, ratusan kitab yang berada di dalam masjid dikeluarkan dan dibakar di pinggir jalan.

“Untungnya aksi tidak me-luas. Massa tidak melakukan tindakan brutal,” kata Ketua RT 02, Udin.

Pengurus Masjid Ar Rah-man, Hasan Suwandi, menga ku tidak bisa berbuat apa-apa saat warga menyita dan menge-luarkan kitab dari dalam masjid. “Saya sudah berusaha mengajak mereka bicara, tetapi massa menginginkan bertemu tokoh Ahmadiyah,” ungkap Hasan.

Kapolsek Bojong Picung, Ajun Komisaris Asep Setiawan, mengatakan aksi itu dilakukan oleh warga sekitar. “Kami masih menyelidiki motif pem-bakaran ini. Kami juga masih memintai keterangan sejumlah saksi. Kesimpulan sementara warga melakukan ini secara spontan,” kata Asep.

Untuk antisipasi, sampai tadi malam, puluhan polisi masih disiagakan di lokasi.

Dari Bandung, Kabid Humas Polda Jawa Barat Komisaris Besar Agus Irianto mengata-kan polisi tetap berkomitmen mengamankan anggota jemaah Ahmadiyah. “Kami akan me-lindungi seluruh warga di dae-rah ini.” (DD/BK/EM/N-2)

Aksi pemalakan yang dilakukan warga di Atambua, dibalas pengeroyokan oleh oknum TNI.

1 Warga Tewas Dianiaya 7 Anggota TNI

Kami masih menyelidiki motif

pembakaran ini. Kami juga masih memintai keterangan sejumlah saksi.”Asep SetiawanKapolsek Bojong Picung

Korban Lumpur LapindoMinta Bertemu Menteri PU

ANTARA/ANIS EFIZUDIN

EMPAT BULAN MENGUNGSI: Satu keluarga pengungsi banjir lahar dingin Merapi sudah sekitar empat bulan tinggal di shelter box di lapangan Jumoyo, Salam, Magelang, Jawa Tengah, kemarin. Mereka berharap pemerintah segera memindahkan ke tempat yang lebih layak.