rekrutmen pansel kpu domain pemerintah - ftp.unpad.ac.id filemenjadwalkan dan menugaskan...

1
kapkan, dalam rapat itu sempat muncul ide agar DPR dilibat- kan dalam penentuan anggota Pansel KPU. “Tadi kita berdebat bagaima- na kalau DPR ikut juga memilih anggota pansel. Saya usul su- paya pansel dipilih pemerintah. Kalau DPR ikut memilih juga, bagaimana kita mau menolak jika hasil pansel buruk sedang- kan kita juga ada di dalamnya,” papar Teguh, ditemui seusai rapat. Ia menuturkan, Demokrat melalui Taufik Effendi yang ikut di dalam rapat rupanya masih berkeras, agar DPR ikut memilih Pansel KPU. Tapi akhir- DPR tidak ingin kewenangan itu diberikan tanpa ada pengawasan ketat. Dinny Mutiah Kita sepakat untuk menyerahkan pemilihan pansel pada pemerintah, tapi tetap kita buat rambu dan di tahapan-tahapan kita buat alat kontrol.’’ Teguh Juwarno Wakil Ketua Komisi II DPR nya, Ganjar Pranowo mencoba memetakan persoalan jika DPR tetap bersikeras. Ganjar merujuk pada Pasal 191 Tata Tertib DPR. Secara lengkap bunyi pasal itu adalah sebagai berikut, ‘Da- lam hal peraturan perundang- undangan menentukan agar DPR mengajukan, memberikan persetujuan, atau memberikan pertimbangan atas calon untuk mengisi suatu jabatan, rapat paripurna menugaskan kepa- da Badan Musyawarah untuk menjadwalkan dan menugaskan pembahasannya kepada komisi terkait.’ “Baru setelah itu kita menya- dari bahwa itu ruwet. Kita sepa- kat untuk menyerahkan pemi- lihan pansel pada pemerintah, tapi tetap kita buat rambu dan di tahapan-tahapan kita buat alat kontrol,” sambung Teguh. Masih buntu Meski poin ini sudah dipecah- kan, menurut Teguh, penyerah- an draf usulan komisi tetap belum bisa dilakukan. Sebab, dua persoalan krusial lainnya belum juga mencapai kata se- pakat. Pertama, menyangkut susunan anggota KPU apakah bisa partisan atau nonpartisan. Kedua, susunan Dewan Kehor- matan KPU, apakah perlu diisi unsur partai politik (parpol) atau independen. Anggota Komisi II DPR dari F-PKB Abdul Malik Haramain A KHIRNYA, ada juga langkah maju yang dicapai DPR terkait dengan pembahas- an revisi Undang-Undang (UU) No 22 Tahun 2007 tentang Pe- nyelenggara Pemilu. Rapat Pimpinan Komisi II DPR RI pada Selasa (31/8) me- nyimpulkan, rekrutmen Panitia Seleksi (Pansel) Komisi Pemilih- an Umum (KPU) sepenuhnya menjadi kewenangan pemerin- tah. Rumusan itu dihasilkan per- wakilan tujuh anggota Komisi II DPR dari enam fraksi yang berbeda, setelah melalui perde- batan alot. Mereka terdiri dari Ke tua Komisi II dari F-PG Chairuman Harahap, Wakil Ketua Komisi II dari F-PDIP Ganjar Pranowo, Wakil Ketua Komisi II dari F-PAN Teguh Ju- warno, dan Wakil Ketua Komisi II dari F-PD Taufik Effendy. Selain itu, turut hadir para anggota Komisi II dari F-PKB Abdul Malik Haramain, Agus Purnomo (F-PKS) dan H Juffrie (F-PD). Tiga fraksi lainnya tidak hadir dalam rapat itu, yakni PPP, Gerindra, dan Hanura. Teguh Juwarno mengung- beranggapan posisi Dewan Kehormatan harus diisi oleh perwakilan parpol. “Itu merupakan bagian dari pengawasan ke KPU. Apalagi, dengan status kemarin, terjadi banyak penyimpangan, diragu- kan netralitasnya.” Sementara itu, mengenai po- sisi terakhir dari persoalan ang- gota KPU juga masih terbelah dua. Ada yang menginginkan agar semua warga negara ber- hak mengajukan diri, termasuk dari unsur parpol, meski mere- ka akhirnya harus mengundur- kan diri ketika melamar. Namun, ada fraksi yang tetap menginginkan agar netralitas itu diwujudkan tidak adanya unsur partisan sama sekali. “Tidak ada perbedaan anta- ra yang nonparpol dan parpol karena jika syaratnya seseorang harus berhenti lima tahun sebe- lum melamar, itu kan sama saja,” tukas Chairuman Hara- hap dari F-PG. Dengan kondisi ini, semua pihak masih memandang opti- mistis. Mereka tetap meng- inginkan agar ada usulan komisi bisa diselesaikan pada tahun 2010. “Yang paling mungkin ada- lah mengajukan usulan dengan catatan. Kalau voting, ini kan masih usulan, masa voting?” pungkas Teguh. (P-4) [email protected] Rekrutmen Pansel KPU Domain Pemerintah ANTARA/BASRUL HAQ KOBARKAN BELA TANAH AIR: Anggota Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia membawa poster Presiden Soekarno saat unjuk rasa di Manado, Sulawesi Utara, kemarin. Mereka mengimbau masyarakat untuk siap membela NKRI jika terjadi konfrontasi dengan Malaysia. Berita Hlm. 12 Komisioner KY tidak Lolos Seleksi tinggal di Jakarta. Tuti menjelaskan, Pansel KY ti- dak hanya menyeleksi berdasar- kan hasil profile assessment yang dilakukan lembaga eksternal bernama Prakarsa Consulting. Namun, mereka juga melihat dari dokumen hasil rekam jejak dari Koalisi Pemantau Peradilan (KPP) dan dari curriculum vitae tiap-tiap calon. Pansel akan memilih 14 nama dari 24 orang calon, dan akan diserahkan kepada presiden pada 17 September nanti. Dari 24 nama yang diumumkan ter- sebut, nama komisioner KY yang masih menjabat, Soekotjo Soeprapto dan Chatamarrasjid ternyata tidak lolos seleksi profile assessment. Menurut Tuti, ke- duanya tidak lolos juga karena rekam jejak mereka yang buruk. Pansel pun berharap, dengan seleksi komisioner kali ini, akan didapatkan komisioner KY yang lebih baik lagi. “Kita ingin KY yang punya ge reget, berwibawa,” tegas Tuti. (CC/S-4) Selain itu, tambahnya, dari 24 nama yang lolos, hanya seorang perempuan yang berhak masuk ke tahapan selanjutnya. Dia ada- lah Hermayulis, yang terdaftar berprofesi sebagai dosen dan konsultan hukum dan bertempat adalah seorang hakim, seorang pensiunan hakim, tujuh advokat dengan empat di antaranya me- rangkap dosen. “Ada juga yang dari komisi kejaksaan dan konsultan hu- kum,” papar Tuti. PANITIA seleksi calon komi- sioner Komisi Yudisial (Pansel KY) meloloskan 24 nama dari 40 yang telah melewati seleksi profile assessment . Beberapa nama yang lolos masih berafi- liasi dengan partai politik. Demikian diakui Ketua Pan- sel KY yang juga Direktur Jen- deral Hak Asasi Manusia Ke- menterian Hukum dan HAM Harkristuti Harkrisnowo di Jakarta, kemarin. Namun, Tuti, panggilan akrab Harkristuti, tidak mau menye- butkan calon-calon komisioner KY yang berafiliasi pada parpol itu. Tuti juga menyebutkan ada beberapa calon yang masih rangkap jabatan. “Kita akan minta mereka mengundurkan diri kalau dite- rima,” cetus Tuti. Calon yang lolos tahapan seleksi kali ini akan mengikuti tahapan seleksi wawancara pada 15, 16, dan 17 September men- datang. Sebanyak 10 nama dari 24 orang yang lolos berprofesi sebagai dosen. Calon lainnya partai Islam selama ini dicitra- kan kalah dalam mengusung program untuk kepentingan rakyat,” katanya. Ia lantas mencontohkan hasil Pemilu 2009, hanya empat par- tai Islam yang lolos parliamen- tary threshold, yakni PKB, PPP, PKS, dan PAN, dengan total suara kurang dari 25%. “Dari sisi kedekatan dan afiliasi dengan ormas Islam, pemilih Nahdlatul Ulama (NU) sebagian besar justru memilih Partai Demokrat, PDIP, dan Golkar,” ujarnya. Muhammadiyah pun, lanjut dia, mendistribusikan ke Partai Demokrat, PAN, dan PKS. Ini menunjukkan partai Islam ga- gal memperlihatkan dominasi di kalangan ormas Islam. Menurutnya, turunnya suara partai Islam juga disebabkan partai nasionalis yang sukses mengubah paradigma partai menjadi lebih aspiratif dengan umat. Wakil Sekjen PKS Mahfudz Shiddiq mengakui, untuk me- ningkatkan suara perlu ada perubahan dengan tidak hanya mencitrakan sebagai partai Islam, tetapi mengangkat isu tentang realitas masyarakat. “Ini pernah dilakukan PKS pada beberapa tahun lalu. Pada 1999, PKS hanya memperoleh suara sebanyak 1,3 juta suara, namun pada Pemilu 2004 PKS berhasil menambah suara men- jadi 7 juta suara. Ini merupakan lonjakan terbesar,” katanya. (EP/Ant/P-1) PARTAI politik (parpol) berba- sis Islam harus melakukan pembenahan dengan menjual isu nonagama agar terjadi pe- ningkatan suara pada pemilu mendatang. “Partai Islam harus keluar dari captive market dengan me- rambah konstituen baru yang selama ini bernaung di parpol nasionalis,” kata peneliti senior dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) Burhanuddin Muhtadi di Jakarta, kemarin. Ia mengatakan itu dalam dis- kusi bertema Preferensi agama dalam perilaku politik pemilih di Indonesia. Menurutnya, pemilih muslim semakin rasional melihat isu yang diangkat parpol. Karena itu, partai Islam harus meng- eksplorasi dan menawarkan program untuk kesejahteraan rakyat yang lebih terukur. “Tidak lagi mengandalkan retorika yang menguatkan sen- timen keagamaan. Pasalnya, Politik Aliran sudah tidak Laku Lagi Namun, hingga kini belum ada satu pun dari 106 anggota Fraksi Partai Golkar di DPR yang menggulirkan tanda ta- ngan dukungan hak interpela- si. Sedikitnya 25 anggota de- wan sudah dapat mengajukan usul hak interpelasi ke Rapat Paripurna DPR. Dalam menyikapi hal itu, fraksi-fraksi partai koalisi meng- ingatkan Fraksi Partai Golkar soal wacana interpelasi terse- but. Mereka tidak ingin Golkar melupakan posisi sebagai bagian dari koalisi dan berada berse- berangan. Ketua Fraksi PKS Mustafa Ka- mal mengingatkan agar usulan interpelasi itu tidak dimanfaat- kan untuk tujuan politik jangka pendek. Ia sendiri mengaku kaget karena interpelasi tak per- nah diutarakan Golkar meski PARTAI Golkar tidak akan menarik usul menggunakan hak interpelasi tentang sikap Indonesia terhadap Malaysia. Bahkan akan menggalang du- kungan dari fraksi partai lain. Demikian disampaikan Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar yang juga Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Priyo Budi San- toso kepada pers di Gedung Parlemen, Jakarta, kemarin. Priyo mengemukakan tidak ada yang salah dari usul peng- gunaan hak interpelasi karena hal itu merupakan hak anggota DPR. “Akan tetap digulirkan,” katanya menegaskan. Penggunaan hak itu, kata dia, untuk mempertanyakan me- ngapa posisi Indonesia seolah berada di inferior, sedangkan Malaysia seolah di atas angin. Golkar Ngotot Usung Interpelasi Burhanuddin Muhtadi Peneliti senior LSI MI/RAMDANI 4 | Politik & HAM RABU, 1 SEPTEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA mereka bergabung dalam sek- retariat gabungan. “Saya kaget Partai Golkar berubah. Sebelumnya tidak ada pembicaraan interpelasi, tapi sekarang ada interpelasi, per- lu ada konfirmasi lagi. Jangan memanfaatkan persoalan ini untuk tujuan jangka pendek,” ujar Mustafa. Ia memilih tak berkomentar ketika ditanya apakah F-PKS menilai Golkar memiliki agenda tersembunyi. “Sebagai koalisi, kita punya mekanisme internal untuk mengoreksi, tidak seperti orang lain,” tukasnya. Ketua F-Demokrat Jafar Haf- sah menyatakan pembicaraan interpelasi tidak pernah dibicara- kan di Sekretariat Gabungan se- cara khusus. Semestinya, usulan Golkar tersebut dibicarakan di koalisi dulu. (Din/Ant/P-3)

Upload: phungcong

Post on 28-Apr-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Rekrutmen Pansel KPU Domain Pemerintah - ftp.unpad.ac.id filemenjadwalkan dan menugaskan pembahasannya kepada komisi terkait.’ “Baru setelah itu kita menya-dari bahwa itu ruwet

kapkan, dalam rapat itu sempat muncul ide agar DPR dilibat-kan dalam penentuan anggota Pansel KPU.

“Tadi kita berdebat bagaima-na kalau DPR ikut juga memilih anggota pansel. Saya usul su-paya pansel dipilih pe me rintah. Kalau DPR ikut me milih juga, bagaimana kita mau menolak jika hasil pansel buruk sedang-kan kita juga ada di dalamnya,” papar Teguh, di temui seusai rapat.

Ia menuturkan, Demokrat me lalui Taufik Effendi yang ikut di dalam rapat rupanya ma sih berkeras, agar DPR ikut memilih Pansel KPU. Tapi akhir-

DPR tidak ingin kewenangan itu diberikan tanpa ada pengawasan ketat.

Dinny Mutiah “Kita sepakat untuk menyerahkan pemilihan pansel pada pemerintah, tapi tetap kita buat rambu dan di tahapan-tahapan kita buat alat kontrol.’’Teguh JuwarnoWakil Ketua Komisi II DPR

nya, Ganjar Pranowo mencoba memetakan persoalan jika DPR tetap bersikeras. Ganjar merujuk pada Pasal 191 Tata Tertib DPR.

Secara lengkap bunyi pasal itu adalah sebagai berikut, ‘Da-lam hal peraturan perundang-undangan menentukan agar DPR mengajukan, memberikan persetujuan, atau memberikan pertimbangan atas calon untuk mengisi suatu jabatan, rapat paripurna menugaskan kepa-da Badan Musyawarah untuk menjadwalkan dan menugaskan pembahasannya kepada komisi terkait.’

“Baru setelah itu kita menya-dari bahwa itu ruwet. Kita sepa-kat untuk menyerahkan pemi-lihan pansel pada pemerintah, tapi tetap kita buat rambu dan di tahapan-tahapan kita buat alat kontrol,” sambung Teguh.

Masih buntuMeski poin ini sudah dipecah-

kan, menurut Teguh, penyerah-an draf usulan komisi tetap belum bisa dilakukan. Sebab, dua persoalan krusial lainnya belum juga mencapai kata se-pa k at. Pertama, menyangkut susunan anggota KPU apakah bisa partisan atau nonpartisan. Kedua, susunan Dewan Kehor-matan KPU, apakah perlu diisi unsur partai politik (parpol) atau independen.

Anggota Komisi II DPR dari F-PKB Abdul Malik Haramain

AKHIRNYA, ada juga langkah maju yang dicapai DPR terkait dengan pembahas-

an revisi Undang-Undang (UU) No 22 Tahun 2007 tentang Pe-nyelenggara Pemilu.

Rapat Pimpinan Komisi II DPR RI pada Selasa (31/8) me-nyim pulkan, rekrutmen Panitia Seleksi (Pansel) Komisi Pemilih-an Umum (KPU) sepenuhnya men jadi kewenangan pemerin-tah.

Rumusan itu dihasilkan per-wakilan tujuh anggota Komisi II DPR dari enam fraksi yang berbeda, setelah melalui perde-batan alot. Mereka terdiri dari Ke tua Komisi II dari F-PG Chairuman Harahap, Wakil Ke tua Komisi II dari F-PDIP Ganjar Pranowo, Wakil Ketua Komisi II dari F-PAN Teguh Ju-warno, dan Wakil Ketua Komisi II dari F-PD Taufi k Effendy.

Selain itu, turut hadir para anggota Komisi II dari F-PKB Abdul Malik Haramain, Agus Purnomo (F-PKS) dan H Juffrie (F-PD). Tiga fraksi lainnya tidak hadir dalam rapat itu, yakni PPP, Gerindra, dan Hanura.

Teguh Juwarno mengung-

beranggapan posisi Dewan Ke hormatan harus diisi oleh perwakilan parpol.

“Itu merupakan bagian dari pengawasan ke KPU. Apalagi, dengan status kemarin, terjadi banyak penyimpangan, diragu-kan netralitasnya.”

Sementara itu, mengenai po-sisi terakhir dari persoalan ang-gota KPU juga masih terbelah dua. Ada yang menginginkan agar semua warga negara ber-hak mengajukan diri, termasuk dari unsur parpol, meski mere-ka akhirnya harus mengundur-kan diri ketika melamar.

Namun, ada fraksi yang tetap menginginkan agar netralitas itu diwujudkan tidak adanya unsur partisan sama sekali.

“Tidak ada perbedaan anta-ra yang nonparpol dan parpol karena jika syaratnya seseorang harus berhenti lima tahun sebe-lum melamar, itu kan sama saja,” tukas Chairuman Hara-hap dari F-PG.

Dengan kondisi ini, semua pihak masih memandang opti-mistis. Mereka tetap meng-inginkan agar ada usulan komisi bisa diselesaikan pada tahun 2010.

“Yang paling mungkin ada-lah mengajukan usulan de ngan catatan. Kalau voting, ini kan masih usulan, masa vo ting?” pungkas Teguh. (P-4)

[email protected]

Rekrutmen Pansel KPUDomain Pemerintah

ANTARA/BASRUL HAQ

KOBARKAN BELA TANAH AIR: Anggota Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia membawa poster Presiden Soekarno saat unjuk rasa di Manado, Sulawesi Utara, kemarin. Mereka mengimbau masyarakat untuk siap membela NKRI jika terjadi konfrontasi dengan Malaysia. Berita Hlm. 12

Komisioner KY tidak Lolos Seleksitinggal di Jakarta.

Tuti menjelaskan, Pansel KY ti-dak hanya menyeleksi berdasar-kan hasil profi le assessment yang dilakukan lembaga eksternal bernama Prakarsa Consulting. Namun, mereka juga melihat dari dokumen hasil rekam jejak dari Koalisi Pemantau Peradilan (KPP) dan dari curriculum vitae tiap-tiap calon.

Pansel akan memilih 14 nama dari 24 orang calon, dan akan diserahkan kepada presiden pada 17 September nanti. Dari 24 nama yang diumumkan ter-sebut, nama komisioner KY yang masih menjabat, Soekotjo Soeprapto dan Chatamarrasjid ternyata tidak lolos seleksi profi le assessment. Menurut Tuti, ke-duanya tidak lolos juga karena rekam jejak mereka yang buruk. Pansel pun berharap, dengan seleksi komisioner kali ini, akan didapatkan komisioner KY yang lebih baik lagi.

“Kita ingin KY yang punya ge reget, berwibawa,” tegas Tuti. (CC/S-4)

Selain itu, tambahnya, dari 24 nama yang lolos, hanya seorang perempuan yang berhak masuk ke tahapan selanjutnya. Dia ada-lah Hermayulis, yang terdaftar berprofesi sebagai dosen dan konsultan hukum dan bertempat

adalah seorang hakim, seorang pensiunan hakim, tujuh advokat dengan empat di antaranya me-rangkap dosen.

“Ada juga yang dari komisi kejaksaan dan konsultan hu-kum,” papar Tuti.

PANITIA seleksi calon komi-sioner Komisi Yudisial (Pansel KY) meloloskan 24 nama dari 40 yang telah melewati seleksi profile assessment. Beberapa nama yang lolos masih berafi -liasi dengan partai politik.

Demikian diakui Ketua Pan-sel KY yang juga Direktur Jen-deral Hak Asasi Manusia Ke-menterian Hukum dan HAM Harkristuti Harkrisnowo di Jakarta, kemarin.

Namun, Tuti, panggilan akrab Harkristuti, tidak mau menye-butkan calon-calon komisioner KY yang berafi liasi pada parpol itu. Tuti juga menyebutkan ada beberapa calon yang masih rangkap jabatan.

“Kita akan minta mereka mengundurkan diri kalau dite-rima,” cetus Tuti.

Calon yang lolos tahapan seleksi kali ini akan mengikuti tahapan seleksi wawancara pada 15, 16, dan 17 September men-datang. Seba nyak 10 nama dari 24 orang yang lolos berprofesi sebagai dosen. Calon lainnya

par tai Islam selama ini dicitra-kan kalah dalam mengusung program untuk kepentingan rakyat,” katanya.

Ia lantas mencontohkan hasil Pemilu 2009, hanya empat par-tai Islam yang lolos parliamen-tary threshold, yakni PKB, PPP, PKS, dan PAN, dengan total suara kurang dari 25%.

“Dari sisi kedekatan dan afi liasi dengan ormas Islam, pemilih Nahdlatul Ulama (NU) sebagian besar justru memilih Partai Demokrat, PDIP, dan Gol kar,” ujarnya.

Muhammadiyah pun, lanjut dia, mendistribusikan ke Partai Demokrat, PAN, dan PKS. Ini menunjukkan partai Islam ga-gal memperlihatkan dominasi di kalangan ormas Islam.

Menurutnya, turunnya suara partai Islam juga disebabkan partai nasionalis yang sukses mengubah paradigma partai menjadi lebih aspiratif dengan umat.

Wakil Sekjen PKS Mahfudz Shiddiq mengakui, untuk me-ningkatkan suara perlu ada per ubahan dengan tidak hanya mencitrakan sebagai partai Islam, tetapi mengangkat isu tentang realitas masyarakat.

“Ini pernah dilakukan PKS pada beberapa tahun lalu. Pada 1999, PKS hanya memperoleh suara sebanyak 1,3 juta suara, namun pada Pemilu 2004 PKS berhasil menambah suara men-jadi 7 juta suara. Ini merupakan lonjakan terbesar,” katanya. (EP/Ant/P-1)

PARTAI politik (parpol) berba-sis Islam harus melakukan pem benahan dengan menjual isu nonagama agar terjadi pe-ningkatan suara pada pemilu mendatang.

“Partai Islam harus keluar dari captive market dengan me-rambah konstituen baru yang selama ini bernaung di parpol nasionalis,” kata peneliti senior dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) Burhanuddin Muhtadi di Jakarta, kemarin.

Ia mengatakan itu dalam dis-kusi bertema Preferensi agama dalam perilaku politik pemilih di Indonesia.

Menurutnya, pemilih muslim semakin rasional melihat isu yang diangkat parpol. Ka rena itu, partai Islam harus meng-eksplorasi dan menawarkan program untuk kesejahte raan rakyat yang lebih terukur.

“Tidak lagi mengandalkan retorika yang menguatkan sen-timen keagamaan. Pasalnya,

Politik Aliran sudah tidak Laku Lagi

Namun, hingga kini belum ada satu pun dari 106 anggo ta Fraksi Partai Golkar di DPR yang menggulirkan tanda ta-ngan dukungan hak interpela-si. Sedikitnya 25 anggota de-wan sudah dapat mengajukan usul hak interpelasi ke Rapat Paripurna DPR.

Dalam menyikapi hal itu, fraksi-fraksi partai koalisi meng-ingatkan Fraksi Partai Golkar soal wacana interpelasi terse-but. Mereka tidak ingin Golkar melupakan posisi sebagai bagian dari koalisi dan berada berse-berangan.

Ketua Fraksi PKS Mustafa Ka-mal mengingatkan agar usulan interpelasi itu tidak dimanfaat-kan untuk tujuan politik jangka pendek. Ia sendiri mengaku kaget karena interpelasi tak per-nah diutarakan Golkar meski

PARTAI Golkar tidak akan me narik usul menggunakan hak interpelasi tentang sikap Indonesia terhadap Malaysia. Bahkan akan menggalang du-kungan dari fraksi partai lain.

Demikian disampaikan Ke tua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar yang juga Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Priyo Budi San-toso kepada pers di Gedung Parlemen, Jakarta, kemarin.

Priyo mengemukakan tidak ada yang salah dari usul peng-gunaan hak interpelasi karena hal itu merupakan hak anggota DPR. “Akan tetap digulirkan,” katanya menegaskan.

Penggunaan hak itu, kata dia, untuk mempertanyakan me-ngapa posisi Indonesia seolah berada di inferior, sedangkan Malaysia seolah di atas angin.

Golkar Ngotot Usung Interpelasi

Burhanuddin MuhtadiPeneliti senior LSI

MI/RAMDANI

4 | Politik & HAM RABU, 1 SEPTEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA

mereka bergabung dalam sek-retariat gabungan.

“Saya kaget Partai Golkar berubah. Sebelumnya tidak ada pembicaraan interpelasi, tapi sekarang ada interpelasi, per-lu ada konfi rmasi lagi. Jangan memanfaatkan persoalan ini untuk tujuan jangka pendek,” ujar Mustafa.

Ia memilih tak berkomentar ketika ditanya apakah F-PKS menilai Golkar memiliki agenda tersembunyi. “Sebagai koalisi, kita punya mekanisme internal untuk mengoreksi, tidak seperti orang lain,” tukasnya.

Ketua F-Demokrat Jafar Haf-sah menyatakan pembicaraan interpelasi tidak pernah dibicara-kan di Sekretariat Gabungan se-cara khusus. Semestinya, usulan Golkar tersebut dibicarakan di koalisi dulu. (Din/Ant/P-3)