ansos'09

Upload: dian-ayu-angling-sari

Post on 17-Jul-2015

134 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

KOMUNITAS ORANG MUDA KATOLIK

Disusun oleh: Dian Ayu Angling Sari I0109022

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga paper ini dapat terselesaikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan paper ini. Beberapa pihak yang telah turut andil dalam pembuatan paper ini adalah dosen agama Katolik, para asisten agama Katolik yang sejak awal telah membimbing dan mengarahkan supaya penulis dapat menyusun paper ini dengan baik dan sesuai dengan ketentuan yang ada, orang tua yang telah memberi dukungan doa dan semangat, teman-teman satu kelompok yang sudah bekerjasama dengan baik dalam survei, dan juga nara sumber yang telah bersedia untuk diwawancarai terkait dengan pencarian data yang diperlukan dalam penyusunan paper ini. Adapun maksud dan tujuan dalam penyusunan paper ini adalah untuk lebih menggali serta memahami pandangan remaja Katolik menurut agama Katolik tentang orang muda Katolik ( mudika ). Agar kita sebagai orang Katolik mampu memahami lebih jauh tentang mudika. Akhir kata penulis mengucapkan maaf atas kekurangan ataupun

ketidaksempurnaan dalam paper ini. Saran, kritik, dan komentar dari pembaca akan sangat berarti untuk perbaikan paper ini.

Surakarta, Desember 2009 Penulis

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Di ujung terdepan dari gereja muda hadirlah komunitas dan individu-individu bernama mudika, atau yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan orang muda katolik (OMK). Mudika adalah komunitas dan pribadi muda Katolik yang menyatukan dirinya sebagai satu komunitas iman dan yang secara personal percaya bahwa Bapa, melalui Kristus dan segenap ciptaan di alam semesta, teramat mengasihi mereka, dan dalam kasih ini, mengundang mereka untuk terlibat langsung dalam karya agung penciptaanNya. Karya Agung ini hanya akan terwujud, kalau Mudika senantiasa mengolah dan menyempurnakan dirinya, dalam panggilan dan kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan untuk mewujudkan panggilan itu, dalam talenta-talenta kehidupan yang dipercayakan pada dirinya secara khusus dan unik. Namun dewasa ini Mudika di sejumlah paroki terkesan mati suri. Dalam hal ini adalah minimnya kegiatan yang diadakan serta ketidakaktifan pengurus serta anggota dari mudika itu sendiri. Contohnya adalah mudika paroki Santo Paulus (Kleco). Masalah ketidakaktifan dari para pengurus mudika di paroki ini adalah yang terparah dari paroki-paroki yang ada di Solo. Hal inilah yang mendorong penulis untuk memilih komunitas mudika Santo Paulus untuk dibahas dalam paper ini. Dari masalah-masalah yang penulis temukan melalui survei di lapangan, penulis mengangkat masalah ketidakaktifan pengurus mudika suatu paroki sebagai masalah yang akan dibahas dalam paper ini. Mengingat bahwa pemuda katolik adalah ujung tombak Gereja Katolik di masa depan, maka sedini mungkin para remaja Katolik melalui mudika harus mempunyai semangat untuk menjalani hidup dengan landasan iman Katolik sedini mungkin. Permasalahan yang diangkat penulis ini dapat dijumpai

hampir di setiap paroki. Oleh karena itu, jalan keluar harus segera dicari agar masalah ini tidak sampai berlarut-larut.

1.2 Batasan Masalah Terdapat berbagai masalah yang dijumpai dalam OMK atau mudika di berbagai paroki. Dalam paper ini saya akan membahas salah satu dari berbagai masalah tersebut. Masalah yang akan saya bahas adalah tentang ketidakaktifan serta kurangnya minat remaja katolik yang tergabung dalam mudika untuk berpartisipasi secara aktif di dalam mudika itu sendiri. Penulis memilih masalah ini karena masalah tersebut relevan dengan kenyataan yang terjadi dalam mudika.

1.3 Rumusan Masalah Dari batasan masalah yang ada, maka penulis dapat merumuskan masalah yang akan dibahas dalam paper ini adalah sebagai berikut: Bagaimana cara meningkatkan minat remaja Katolik yang tergabung dalam mudika agar dapat berperan aktif dalam mudika?

1.4 Metode Pengumpulan Data Dalam penulisan paper ini penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data yang diperlukan dalam paper ini, yaitu: 1. Metode Eksposur

Penulis melakukan kunjungan ke komunitas mudika. Penulis melakukan wawancara kepada narasumber terkait dengan tema yang diangkat dalam pembuatan paper ini. 2. Metode Pustaka Penulis mengambil data dengan mengutip dari buku serta internet yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dan menunjang untuk pembuatan paper.

BAB II KERANGKA BERPIKIR

Mudika adalah ujung tombak Gereja masa depan. Melalui mudika, mereka secara langsung terlibat dalam karya agungNya. Karya agung ini adalah sebuah tugas perutusan, untuk bersama-sama membaktikan dirinya, bagi kemanusiaan dan kehidupan, bagi kemudaan, bagi Indonesia dan bagi GerejaNya. Dalam tugas perutusannya, dengan karya-karya hidup seorang Mudika, dikuduskanlah pula masyarakat, tata politik-sosial-dan-ekonomi, kebudayaan, kemanusiaan, dan segenap kehidupan, dalam martabat tertingginya, adalah buah dan tanda kasih Allah yang terindah dan suci. Dalam tantangan kehidupan yang semakin berat, mudika harus berdiri dengan kokoh. Namun, keaktifan mudika di beberapa paroki mulai dipertanyakan. Mereka terkesan mati suri, dalam artian bahwa mudika itu ada, tapi kurang terdengar gaungnya. Hal ini dilatarbelakangi oleh berbagai masalah yang ada.. Karena kekurangaktifan mudika dalam suatu paroki bukan hanya kurangnya partisipasi dari anggotanya, tetapi juga minimnya pengurus mudika yang aktif dalam mudika tersebut..Pada awalnya masalah ini kelihatan sepele. Tapi apabila dibiarkan terus menerus, lama-lama pasti akan menjadi masalah yang kompleks. Lalu, bagaimana masalah ini dapat teratasi? Itu menjadi pertanyaan tersendiri bagi kaum muda katolik agar masalah ini tidak berlarut-larut. Memang, diperlukan partisipasi dari masing-masing anggota maupun pengurus mudika untuk berperan aktif dalam mudika. Namun hal ini tentu tidaklah mudah. Diperlukan niat yang sungguh-sungguh serta kesadaran penuh untuk melakukannya. Tapi hal itu saja tidaklah cukup, diperlukan dukungan pula dari anggota Gereja pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Deskripsi Lokasi dan Komunitas Masyarakat yang Dikunjungi Sekitar 4 sampai 5 tahun yang lalu, mudika Gereja Santo Paulus (Kleco) Surakarta tergolong mudika yang aktif dalam mengikuti ataupun mengadakan kegiatan bagi orang muda Katolik. Tapi seiring berjalannya waktu, keaktifan anggota maupun pengurusnya semakin menurun hingga sekarang. Regenerasi yang berlangsung setiap 2 tahun sekali pun sepertinya kurang mampu menyaring bibit-bibit mudika yang mau dan mampu berpartisipasi secara aktif dalam setiap kegiatannya. Albertus Agung Dananto, salah satu pengurus mudika yang aktif memaparkan bahwa sebenarnya ada beberapa kegiatan yang rutin dilaksanakan oleh mudika Santo Paulus ini. Seperti misalnya tugas jaga parkir gereja dan tugas koor. Dalam melaksanakan tugas jaga parkir, biasanya mereka melakukannya secara bergiliran. Tetapi untuk koor, mereka tidak rutin berlatih melainkan hanya berlatih jika mendapatkan tugas koor dalam misa di Gereja saja. Di luar kegiatan rutin tersebut, ada pula kegiatan yang tidak rutin tetapi terencana setiap tahunnya. Seperti misa muda Katolik, bakti sosial, pendalaman Kitab Suci, dan lain-lain. Tetapi dalam pelaksanaannya, minat dari anggota mudika sangat kurang, bahkan hanya beberapa pengurus saja yang ikut mempersiapkan acara ini. Sehingga agenda untuk melaksanakan kegiatan ini mulai terhapus karena peminatnya kurang. Para pengurus mudika baru datang menghadiri rapat atau acara ketika ada acara penting Gereja. Seperti perayaan Paskah dan Natal saja. Tentang kepengurusannya pun tidak jelas. Mana anggota yang masih aktif dalam kepengurusan dan mana anggota yang sudah tidak aktif ( dalam hal ini sudah tidak

berdomisili di Solo ). Hal ini semakin mengaburkan kepengurusan mudika. Salah satu pengurus yang penulis jumpai pun mengeluhkan hal ini. Ditambah dengan tidak adanya pertemuan yang rutin antar pengurus serta anggota mudika menjadikan kekompakan diantara mereka kurang terjalin. Berbagai upaya mulai dilakukan oleh para pengurus yang masih aktif untuk mengajak pengurus maupun anggota untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang diadakan mudika. Seperti menyebar undangan sampai menghubungi satu per satu individunya. Tetepi upaya itu juga belum berhasil. Sampai sekarang, para pengurus terus berusaha mencari solusi untuk mengatasi hal ini. 3.2 Analisa Masalah Setiap mudika pasti akan menemui halangan maupun tantangan dalam perjalanannya. Dan permasalahan yang timbul dapat dibagi menjadi 3 bidang. Yaitu bidang politik, sosial budaya, dan ekonomi. Masalah dalam bidang politik adalah belum ada undang-undang di negara kita yang mengatur OMK/mudika. Tetapi di tingkat Gereja, peraturan tersebut sudah ada. Sayangnya, peraturan tersebut hanya mentinggung tentang struktur kepengurusan di dalam mudika dan sama sekali tidak menyinggung tentang bagaimana prosedur untuk bergabung ataupun keluar dari kepengurusan mudika. Hal ini membuat beberapa orang muda Katolik yang telah bergabung dengan mudika seakan berperilaku seenak hatinya dalam mengikuti kegiatan-kegiatan mudika. Sebagai contoh, dalam kegiatan atau acara penting seperti Natal dan Paskah, semua pengurus mau ikut mempersiapkannya. Tetapi ketika diadakan kegiatan rutin seperti pendalaman Kitab Suci, ataupun Taize, pengurus mudika yang peduli untuk mempersiapkan acara ini sangatlah sedikit. Begitu juga dengan peminatnya yang sangat minim. Contoh lain, muda-mudi yang telah bergabung dengan kepengurusan mudika lebih sibuk dan atau lebih senang mengikuti kegiatan di luar mudika, sehingga mereka menjadi pengurus yang tidak aktif. Dan tak jarang, lama kelamaan pengurus yang tidak aktif tersebut keluar dari kepengurusan mudika tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada pihak-pihak yang terkait.

Masalah dalam bidang ekonomi juga ditemui mudika dalam beberapa kegiatannya. Sebab beberapa kegiatan tersebut membutuhkan dana. Tetapi sayangnya, dana pembinaan untuk kaum muda tidak menjadi prioritas. Hal inilah yang menjadi kendala. Ditambah lagi karena Gereja Santo Paulus beberapa waktu yang lalu sedang dalam tahap pembangunan, maka dana yang diberikan untuk keberlangsungan kegiatan mudika menjadi berkurang. Dana yang diberikan dari paroki kepada mudika hanya beberapa ratus ribu saja untuk kegiatan tertentu. Sisanya mudika harus mencari sendiri kekurangan dana untuk suatu kegiatan. Karena tidak semua pengurus aktif dalam penggalangan dana, maka dana yang didapat pun tidak sesuai dengan yang diharapkan. Dan tentu saja, karena dana belum tercukupi, maka kegiatan tersebut harus berjalan dengan seadanya. Masalah dalam bidang sosial budaya menjadi masalah yang penting dalam keberlangsungan mudika paroki Santo Paulus selanjutnya. Sebagian pengurus beranggapan bahwa apabila mereka tidak ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan mudika, itu merupakan hal yang biasa. Pada awalnya, mungkin hanya satu atau dua pengurus yang berpikir seperti itu. Tetapi lama kelamaan hal ini semakin membudaya di kalangan pengurus mudika. Hingga sekarang hanya beberapa gelintir pengurus saja yang masih aktif dalam mudika. Alasan yang sering dikemukakan adalah mereka sibuk dan atau tertarik dengan kegiatan lain yang menurut anggapan mereka lebih menyenangkan daripada mengikuti kegiatan-kegiatan mudika, ada juga yang beralasan bahwa mereka malu karena di mudika bellum ada teman yang mereka kenal. Dari masalah-masalah yang ada, secepatnya harus dicari jalan keluar yang terbaik. Bila tidak, maslah-masalah yang ada akan semakin berlarut-larut. Bahkan mungkin mudika paroki Santo Paulus bisa benar-benar mati. Sejauh ini, pengurus mudika yang masih aktif berusaha membangkitkan kembali kegiatan-kegiatan yang penah dilakukan oleh mudika. Kali ini, mereka sedang mengadakan lomba koor antar wilayah. Tetapi, hasilnya belum diketahui. Tampaknya minat dari para pesertanya kurang. Sebenarnya, untuk membangkitkan kembali mudika, harus dimulai dulu dari

para pengurus mudika itu sendiri. Struktur kepengurusannya tampaknya harus dibenahi, agar pengurus dapat bekerja lebih optimal lagi. Selain itu, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga harus dibuat, sebab hal ini penting mengingat adanya pengurus yang dengan seenaknya keluar dari mudika tanpa pemberitahuan. Diperlukan peraturan yang jelas tentang kepengurusan ini, sebab berawal dari merekalah anggota mudika akan aktif berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan mudika. Selain itu, kegiatankegiatan yang diadakan sebaiknya lebih variatif, kreatif, menyenangkan, tanpa melupakan unsur keimanan terhadap Tuhan. Kekurangan-kekurangan yang ada harus menjadi motivasi bagi mereka agar mudika paroki santo Paulus semakin berkembang. Dalam tugas perutusannya, bagi kaum miskin dan tersingkir, bagi yang lemah dan tertindas, bagi alam lingkungan dan segenap kehidupan, bagi Indonesia dan Gerejanya, mudika terus melangkah maju. Belajar dan berjuang adalah keniscayaan, berhenti dan berdiam diri adalah bumerang. Tantangan adalah kesempatan mengolah potensi, ruang dan waktu adalah papan menuliskan sejarah. Belajar dan bekerja adalah kesempatan untuk memuliakan Allah, dan dengan ini mengkuduskan berkat kemanusiaan yang ada padanya yang sepenuhnya dipercayakan pada dirinya sebagai orang muda Katolik. Dan dengan semangat cinta kasih Allah, semoga karya-karya mereka menjadi garam dan terang bagi lingkungan di sekitar mereka.

BAB IV TANGGAPAN IMAN

4.1 Prinsip Dasar Keberlangsungan mudika harus tetap dijaga. Sebagai orang muda Katolik, sudah sepantasnya kita senantiasa hidup menurut jalanNya. Mudika harus melahirkan karyakarya yang nyata, mereka harus terus hidup dan tak berhenti berjuang di dalam keterpurukan. Mudika harus berbuat sesuatu agar mudika tetap hidup, dan jangan hanya berdiam diri saja. Sebab, Tuhan Allah berfirman, Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? (Markus9:50). Di pundak kaum muda Katolik, terpikul masa depan Gereja. Allah berkarya dalam diri mereka agar mereka melalui tangan-tangan mereka, karya-karya Allah dapat dinyatakan. Dan melalui karya-karyanya, mudika harus mampu menjadi garam dan terang dunia seperti firman Allah, Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung, tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga. (Matius5:1316)

4.2 Tuntutan Iman

Dengan memahami prinsip-prinsip dasar tersebut, kita harus memahami bahwa sebagai utusan Allah, kita harus menjadi garam dan terang dunia. Sebenarnya, dengan melibatkan diri melalui mudika atau kegiatan Gereja yang lain, kita dapat semakin mengembangkan diri sehingga dapat bermanfaat bagi sesama dan lingkungan di sekitar kita. Sebab melalui mudika, kita dapat bersentuhan langsung dengan lingkungan, masyarakat, serta kehidupan bergereja dan bernegara. Berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam paper ini, sebagai umat Katolik, kita hendaknya melakukan apa yang diperintahkan Allah pada kita, yaitu agar kita menjadi garam dan terang dunia. Marilah kita mulai dari hal yang kecil dulu, yaitu dalam lingkup keluarga. Setelah itu baru berkembang lebih luas lagi. Seperti misalnya dengan ikut menjadi bagian dari kegiatan-kegiatan Gereja serta berperan aktif di dalamnya. Tujuan dari semua itu adalah agar kehadiran Gereja Allah secara nyata dapat dirasakan manfaatnya bukan hanya bagi umat katolik saja, melainkan juga bagi sesama dan lingkungan di sekitarnya.

BAB V PERANAN KAUM MUDA

Kaum muda memegang peranan penting dalam kehidupan Gereja. Berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam paper ini, daripada mengikuti kegiatan/ perkumpulan yang tidak jelas manfaatnya, kaum muda sebaiknya ikut ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan Gereja, seperti mudika. Melalui mudika, orang muda Katolik dapat belajar bersosialisasi, berpendapat serta berbicara di depan umum, melatih jiwa kepemimpinan dan berorganisasi. Hal ini bertujuan agar suatu saat nanti ketika mereka sudah dewasa dan bergerak dalam bidang pekerjaannya masing-masing, mereka dapat memperjuangkan aspirasi serta hak-hak orang Katolik serta Gereja. Selain itu agar mereka dapat lebih menonjol dari yang lain serta menjadi pribadi yang baik dan unggul, serta beriman kuat. Oleh sebab itu, sekarang di kebanyakan Gereja dan juga organisasi-organisasi Katolik telah banyak mengadakan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk membangun karakter muda-mudi Katolik. Seperti misalnya, sering diadakan seminar, pelatihan, hingga kegiatan-kegiatan rohani. Kegiatan-kegiatan seperti ini harus dijaga dan dilestarikan terus, agar kita dapat menyemai bibit-bibit remaja Katolik dan mereka dapat tumbuh dengan kualitas yang baik dari masa ke masa.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Pada umumnya, setiap mudika dalam suatu paroki pasti mempunyai masalah di dalamnya. Demikian juga yang terjadi dengan Santo Paulus. Dan masalah-masalah yang ada dapat dikelompokkan menjadi 3 bidang. Yaitu bidang politik, ekonomi, dan sosial budaya. Dalam bidang politik,masalahnya adalah belum adanya undang-undang negara yang mengatur tentang orang muda Katolik atau mudika. Sedangkan di tingkat Gereja, peraturan yang ada hanya menyangkut tentang struktur kepengurusan saja, tanpa adanya Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Masalah dalam bidang ekonomi adalah kurangnya dana sehingga kegiatan-kegiatan yang dilakukan mudika hanya berjalan seadanya. Dalam bidang sosial budaya, masalah yang ada ialah ketidakaktifan pengurus yang semakin membudaya di dalam tubuh mudika.

Saran Untuk mengaktifkan kembali mudika, struktur kepengurusan harus dibenahi terlebih dahulu. Agar dalam merencanakan dan melaksanakan suatu kegiatan dapat dilakukan secara optimal. Selain itu, untuk menarik minat muda-mudi Katolik agar mau ikut berpartisipasi secara aktif dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan mudika, maka kegiatan yang diadakan pun harus lebih variatif, kreatif, menyenangkan, serta tentunya dengan tidak meninggalkan unsur keimanan terhadap Tuhan Yesus Kristus. Misalnya dengan mengadakan camping rohani, kunjungan-kunjungan, seminar, dan lain-lain. Dalam hal ini, dibutuhkan pula pendampingan dari senior mudika ataupun romo atau frater, agar kegiatan yang diadakan dapat lebih terarah dan bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA http://id.wikipedia.org/wiki/mudika http://nerahky.com/identitasmudakatolikindonesia http://www.pondokrenungan.com

LAMPIRAN

Definisi Umum Mudika adalah semua orang Muda Katolik Indonesia, yang baik bersama-sama maupun sebagai pribadi memiliki, mengolah, dan mengembangkan dalam dirinya empat kualitas dasar : 1. 2. 3. 4. Kemanusiaan Kemudaan Kekatolikan Keindonesiaan

Individu Mudika Seorang Mudika adalah seorang Muda Katolik Indonesia yang sepenuhnya memiliki, siap untuk bertanggung jawab atas, sedia terlibat dan bekerja bersama-sama bagi masa depan yang bermartabat bagi diri pribadinya, masyarakat, bangsa, dan kemanusiaan itu sendiri. Panggilan Seorang Mudika Mudika adalah seorang Muda Katolik Indonesia yang : 1. sadar dan mampu mengemban peran dan tanggung jawabnya sebagai orang muda dalam tugas kebangsaan yang dipercayakan kepadanya sebagai anak negeri Indonesia, 2. sadar dan mampu mengemban tugas dan panggilan kemanusiaannya untuk selalu berpihak pada mereka yang kecil, lemah, miskin, dan tersingkir, mereka yang senantiasa menjadi korban dari ketidakadilan dan kerakusan kekuasaan, 3. sadar dan mampu mengemban tugas dan panggilannya sebagai warga Gereja, sebagai penerus tradisi iman beserta ajaran-ajarannya, sekaligus sebagai satu komunitas peziarahan dan perjuangan hidup bersama menuju sang Kasih Sejati, yakni Allah sendiri. 4. sadar dan mampu mengemban tugas hakikinya sebagai orang muda, dalam menyempurnakan diri pribadi dan semua talenta yang dipercayakan kepadanya, dalam memperjuangkan impian dan idealisme kemudaannya, dalam kesadaran penuh bahwa masa depan yang ia perjuangkan adalah pula masa depan dari masyarakat, bangsa, gereja, dan kemanusiaan itu sendiri. Maka, menjadi sebuah

keniscayaan baginya untuk bekerja bersama dengan semua sesama orang muda melintasi batas kebudayaan dan agama, menjadi daya gerak utama transformasi sejarah bangsanya, 5. maka, menjadi sebuah keniscayaan pula, seorang Mudika pertama-tama haruslah mengerti, mendalami, dan menghidupi semangat, teladan hidup, dan ajaran Sang Kasih sendiri, yakni Kristus, Sang Manusia Muda yang secara khusus disampaikan kepada jaman ini lewat perantaraan Gereja Kudus. Demikianlah, menggereja menjadi kesempatan pembelajaran hidup yang pertama bagi seorang Muda Katolik, tanpa menjadi mati dan beku di dalamnya.

Wawasan Dasar Seorang (penggerak) Mudika harus mengenal dan menguasai empat wawasan dasar ini (dibangun melalui materi-materi LKTD/kaderisasi di tiap-tiap basis) : 1. Analisa Sosial : Kemampuan untuk merumuskan pertanyaan dasar dari realitas sosial yang dihadapi - menganalisa konteks persoalan secara struktural - membangun komparasi dengan realitas/wacana pembanding - membangun pengetahuan dan teori baru atas dasar kenyataan sosial yang dihadapi - membangun kerangka aksi 2. Wawasan sosio-kemasyarakatan Pemahaman atas struktur masyarakat Pemahaman sejarah masyarakat dan logika historis Pemahaman atas isu-isu aktual/kontemporer 3. Wawasan dasar kegerejaan dan kemudikaan Pemahaman atas ajaran iman Pemahaman atas sejarah iman Pemahaman atas tanggung jawab, sejarah, dan identitas kemudikaan

4. dasar-dasar pengorganisasian sosial (community development/community organizing)

Nilai dan kapasitas dasar seorang Mudika Untuk itu ada nilai dan kapasitas dasar yang harus dihidupi oleh seorang Mudika : 1. Sensus Catholicus, roh dan wawasan hidup Kristiani dan hidup menggereja 2. Spirit kemanusiaan, keberpihakan pada kaum lemah dan tertindas 3. Semangat Kemudaan, spontanitas, kegembiraan, persa-habatan, keberanian, ketahanan. 4. Sensus Kulturalis, kesadaran mendalam akan kebuda-yaan dan peradaban kemanusiaan, serta akan realitas sosial sehari-hari masyarakatnya 5. Kesadaran Kritis, peka dan cerdas membaca tantangan sosial riil dalam hidup kesehariannya 6. Man of Action, berani bersikap, terlibat, dan bertin-dak kongkrit 7. Manusia Proses, aksi-refleksi, pembela-jaran individual dan kolektif, spiral pastoral Komunitas Mudika Komunitas Mudika adalah rumah pembelajaran hidup bersama secara teritorial untuk memampukan kita mengemban tugas kebudayaan sebagai Orang Muda, Katolik, dan Indonesia. Komunitas Mudika adalah cara kita berkumpul, cara kita menyatukan diri, cara kita memadukan sumber-sumber daya di tengah kita, cara kita berjuang, cara kita bertanggung jawab atas panggilan kemanusiaan, bagi siapa saja yang lemah miskin dan tersingkir, cara kita bertanggung jawab atas panggilan iman, serta menjawab tantangan kebangsaan sebagai pemuda Indonesia. Tujuan Komunitas Hidup komunitas diarahkan pada : 1. Pembelajaran Diri dan Komunitas : Mudika adalah ruang tumbuh bagi diri dan komunitas lokalnya 2. Pembelajaran Iman dan Gereja : eksistensi spiritual dan praksis iman 3. Transformasi Sosial menuju Masyarakat Adil dan Manusiawi : ekstensi kemanusiaan dan kebangsaan. Ciri Khas dan Kekuatan Komunitas Mudika 1. Spirit kemudaan (spirit of youth), gembira, berani, nakal, dan spontan 2. Katolisitas dan tradisi menggereja 3. Kebangsaan-keindonesiaan 4. Komunitas proses-komunitas transformatif 5. Keterlibatan, persahabatan, dan persaudaraan 6. Lokal-teritorial dan jaringan 7. Perbedaan dan kesetaraan sebagai kekuatan 8. demokratik-partisipatif ke dalam & ke luar dirinya 9. berorientasi tindakan kongkrit, dan pergulatan hidup yang nyata

Nilai dasar pengorganisasian Nilai dasar pengorganisasian Komunitas Mudika adalah : 1. Demokratik-Partisipatif Saling kontrol, saling mengapresiasi, saling menumbuhkan Keterlibatan : dari, oleh, dan untuk semua 2. Emansipatoris-transformatif Merubah dan memberdayakan diri baik individual maupun kolektif dalam komunitas Merubah masyarakat dan dunia sekitar 3. See judge act : Merintis dan mendorong perubahan masyarakat berpijak pada Spiral Pastoral : Berpijak dan bersatu dengan kenyataan Merenungkan/merefleksikan kenyataan Merencanakan dan mempersiapkan perubahan Bertindak dan merubah kenyataan Mengevaluasi dan belajar dari kenyataan Prinsip Pengorganisasian Bersama Kalau Mudika begitu kaya bentuk dan wujudnya di tiap-tiap basis parokial bagaimana ia bisa disatukan ? Kita butuh prinsip pengaturan bersama, yakni cara komunitas kita bergaul dan hidup dalam masyarakat komunitas-komunitas kaum muda : 1. Setiap komunitas adalah lingkaran pemberdayaan : Setiap komunitas wajib membangun dirinya menjadi komunitas yang sekalipun kecil, tetapi lincah, hidup, kritis, bertindak kongkrit, dan visioner. Setiap komunitas harus terus berjuang untuk bertumbuh dan bergerak maju mewujudkan visi dan misi bersama, pertumbuhan iman, karakter, dan wawasan anggotanya, pertumbuhan gereja lokalnya, serta transformasi dunia sekitarnya. 2. Otonomi : otonomi tiap basis komunitas sangat dihargai, namun masing-masing basis harus memegang teguh prinsip-prinsip pengorganisasian bersama ini. 3. Jejaring, communion of communities : Setiap komunitas harus berjejaring dengan komunitas lain, terlebih komunitas-komunitas yang berdekatan secara geografis dan administratif kegerejaan. Bukan organisasi hirarkhis-teritorial, namun jejaring komunitas-komunitas, yang mengelompokkan diri berdasarkan kedekatan teritorial gerejawi (blok lingkungan wilayah/stasi paroki rayon kevikepan keuskupan). 4. Antar komunitas harus saling bekerja sama dan berkomunikasi secara rutin, demokratis, fair, dan terarah untuk mengkomunikasikan perkembangan, tantangan, dan hal-hal baru yang terjadi di masing-masing basis pengorganisasian Mudika. 5. Hubungan simpul-simpul komunitas Mudika adalah hubungan subsidiaritassolidaritas.

Subsidiaritas : yang lebih besar menopang yang lebih kecil dengan mengisi hal-hal yang tidak mungkin digarap di tataran simpul yang lebih kecil (pelatihan penggerak Mudika Lingkungan oleh Mudika Paroki, pembentukan simpul-simpul Mudika se-paroki, dst). Solidaritas : mereka yang setara harus saling mendukung dan solider satu sama lain (antarlingkungan, antarstasi/wilayah, dan antarparoki) Maka hubungan kepengurusan Mudika antara Mudika Paroki yang bertanggung jawab antas kaum muda Katolik separoki dengan Mudika Wilayah/Stasi/Lingkungan tentu saja lebih bercorak fasilitasi untuk berjejaring, untuk peningkatan kapasitas, dan pelatihan pengkaderan, maupun bentuk support yang lain. Mudika Paroki adalah fasilitator, pembuat simpul jaringan, dan pendukung bagi dinamika komunitas Mudika di sekitarnya. 6. Serta kesepakatan-kesepakatan lain yang dibangun sebagai kearifan hidup bersama setempat secara adil dan demokratis dan dipelihara di masing-masing gereja setempat.

Hasil wawancara

Narasumber Jabatan

: Albertus Agung Dananto : Pengurus mudika Santo Paulus

T: Bagaimana situasi di mudika St. Paulus sekarang ini? J: Wah, sepertinya sedang mati suri. T: Mengapa demikian? J: Yaa, sebab jika dikatakan, mudika di paroki ini memang ada, tetapi terkesan mati. Dalam artian kurang adanya kegiatan. Tidak seperti 4 sampai 5 tahun yang lalu. Keadaannya berbeda sekali. Kalau dulu, setiap kegiatan pasti berjalan dengan sukses dan peminatnya juga banyak. Tapi sekarang kebalikannya. Jadi sepertinya, mudika kami sekarang seperti sedang berada dalam lingkaran setan. T: Mengapa hal tersebut bisa terjadi? J: Banyak hal yang menjadi masalahnya, seperti sekarang ini hanya beberapa pengurus saja yang aktif mengurusi mudika. Yang lain tidak jelas kemana, tidak pernah kelihatan. Biasanya hanya kalau ada acara-acara penting saja mereka mau datang. Tapi ketika acara-acara rutin, mereka jarang sekali datang. T : Apa yang menjadi penyebabnya? J: Mereka biasanya mengatakan malas, ada juga yang bilang malu sebab belum punya teman di mudika. Kebanyakan sih tertarik dengan kegiatan lain seperti main game dan juga pergi bersama teman-teman mereka. T: Apakah ada peraturan yang mengatur tentang mudika? J: Sebenarnya gereja mempunyai. Tapi hanya sebatas tentang struktur kepengurusan saja. Tentang AD dan ART nya belum ada. T: Apakah ada masalah lain yang menjadi kendala? J: Karena Gereja beberapa waktu yang lalu sedang dalam tahap pembangunan, maka suntikan dana ke mudika pun juga berkurang. T: Apakah hal tersebut berdampak serius?

J: Ya, mudika harus mencari sendiri kekurangan dananya. Kalau cukup ya syukur, tapi kalau tidak cukup ya sudah. Kegiatan harus berjalan dengan dana yang ada saja. T: Menurut anda, siapa yang harus membangkitkan mudika yang sedang mati suri ini? J: Yaa, dimulai dengan pengurusnya dulu, lalu anggotanya. Perlu juga dukungan dari Gereja dan masyarakat. T: Apakah upaya-upaya yang telah dilakukan dalam usaha membangkitkan kembali nafas kehidupan mudika? J: Kami sekarang sedang mencoba komunitas taize. Pada awalnya, peminatnya banyak. Bahkan mencapai 50 orang. Tetapi lama-lama hanya beberapa orang saja yang mau bergabung. Selain itu, kami juga sedang mengadakan lomba koor antar wilayah. Tapi kelihatannya, peminatnya juga kurang antusias.