annisa ajeng maharani
DESCRIPTION
jbdsnv,lmznxlkv nzxl.mn ;kzxn lkTRANSCRIPT
Annisa Ajeng Maharani / 13135
TUGAS TPMHP REVIEW
’Texture is a Sensory Property”
Tekstur adalah properti sensorik yang memberikan orientasi yang tepat untuk aspek
penelitian. Tekstur mulai muncul paling lambat abad 19 dan paling cepat pada abad ke-20, yang
paling mendapat perhatian besar mengenai tekstur adalah roti, daging, buah-buahan dan sayuran.
Beberapa contoh tekstur diantaranya adalah lembut, keras dan renyah tergantung dengan jenis
produk yang diuji, tiap produk memiliki tekstur yang berbeda-beda. Prinsipnya adalah tidak
adanya cacat produk menunjukkan kesegaran produk tersebut.
Definisi tekstur berdasarkan kesepakatan umum adalah sensorik dan manifestasi,
fungsional structural, sifat mekanik dan permukaan makanan terdeteksi melalui indera
penglihatan, pendengaran, sentuhan dan kinestetik. Terdapat konsep-konsep penting diantaranya
adalah:
1. Tekstur adalah properti sensorik yang hanya bisa dirasakan, dipahami dan dijelaskan oleh
manusia. Disebut instrumen tekstur pengujian karena dapat mendeteksi dan mengukur
parameter fisik tertentu kemudian ditafsirkan dalam hal persepsi sensorik
2. Sebagai atribut multi- parameter, tidak hanya menjelaskan kelembutan tetapi juga
menjelaskan beberapa karakteristik lain
3. Berasal dari struktur makanan
4. Terdeteksi oleh beberapa indera seperti perabaan dan tekanan
Tekstur sebagai atribut multi parameter dan dapat dibuktikan dari table 1 pada jurnal.
Tabel 1, 2 dan 3 berisi tentang tekstur padat, semi padat dan cair. Pada table 1 terdapat dua
karakteristik yaitu mekanik dan geometrical. Pada karakteristik mekanik terdapat parameter
utama yang terdiri dari kekerasan, kepaduan, viskositas, kekenyalan, dan kerekatan. Parameter
kedua terdiri dari kerapuhan, chewi dan gummi. Terdapat pula istilah populernya yaitu halus,
keras, renyah, dll. Tabel 3 berisi tentang cairan yang diklasifikasikan berdasarkan rasanya di
mulut yang terdiri dari smooth, krimi, panas, dingin, basah, kering, dll.
Metode texture description (TPA) merupakan metode yang digunakan untuk kedua
sensorik. Selain dengan menggunakan merode TPA terdapat pula metode evaluasi sensori.
Dimulai dari gigitan pertama dengan pengunyahan, menelan dan masuk ke tenggorokan.
Tabel 4 menunjukkan skala standar asli untuk kekerasan. Produk yang digunakan adalah krim
keju, putihan telur, keju, kacang, wortel, dan gula batu. Berdasarkan table diatas krim keju
memiliki kekerasan paling rendah dan gula batu meiliki kekerasan tertinggi.
Beberapa parameter sensorik, terutama mekanik tidak selalu lurus ke depan contohnya
kekerasan / ketegasan / kelembutan. Beberapa parameter sensorik lainnya , misalnya creaminess
dan juiciness. Peneliti mendefinisikan creaminess terkait ketebalan ( yang tergantung pada
viskositas fisik ) dan kelembutan ( yang tergantung pada gaya gesek fisik).
Persepsi
Meskipun beberapa penilaian tekstur dilakukan visual, evaluasi utama terjadi di dalam
mulut. Berbeda dengan atribut makanan sensorik lainnya seperti rasa dan warna. Tidak ada
reseptor tunggal dan khusus untuk tekstur karena sifat multiparameter nya . Beberapa parameter
dirasakan ketika makanan pertama ditempatkan di mulut. Kebanyakan dirasakan saat
makanan dikunyah dengan gigi, dimanipulasi dan digerakkan oleh lidah di sekitar rongga mulut
kemudian dicampur dengan air liur. Sensasi kinestetik mungkin yang paling penting untuk
makanan lunak dan taktil. Informasi didaftarkan oleh reseptor adalah langsung dibawa ke sistem
saraf pusat dan kemudian ke otak oleh saraf trigeminal. Beberapa factor yang mempengaruhi
adalah suhu mulut , tingkat pengunyahan dan air liur. Selama proses pengunyahan di mulut,
makanan dipecah menjadi partikel-partikel kecil melalui kombinasi dari tekanan, geseran dan
kekuatan tarikan, dibasahi dan dilumasi dengan air liur sehingga manjadi halus yang cocok
untuk ditelan. Variasi jalan makanan dapat dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya
konsumen (lambat / pemakan pasif vs cepat / pemakan saraf), usia mereka (anak-anak vs dewasa
vs orang tua), kondisi fisiologis (lapar vs kenyang) dan makan kesempatan (bergegas vs makan
santai).
Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap tekstur dapat dibagi
menjadi beberapa golongan. Faktor utama yang terkait dengan konsumen adalah
usia, khususnya bayi, anak-anak dan usia. Bayi dan anak-anak menolak tekstur yang sulit untuk
dikunyah dalam mulut pada tahap tertentu perkembangan fisik. Beberapa orang tua mengalami
kesulitan mengunyah karena gigi yang buruk atau karena otot yang lemah. Terdapat masalah
dengan menelan dan kering mulut karena produksi air liur berkurang. Gangguan menelan yang
paling umum adalah dysphasia.
Faktor-faktor dalam makanan yang mempengaruhi penerimaan tekstur adalah ' citra '.
Sebuah produk yang diposisikan sebagai makanan bergizi adalah yang menenangkan, santai dan
memanjakan seperti lembut dan creamy. Jika karakteristik tekstur menyimpang dari yang
diharapkan, terdapat toleransi tekstur. Beberapa produk seperti keju cottage memiliki toleransi
tekstur cukup besar, sementara produk lain seperti keripik kentang memliki toleransi tekstur
cukup kecil karena kerenyahan atau kegaringannya.
Karakteristik yang disukai atau tidak disukai tergantung pada faktor fisiologis
masyarakat dan faktor budaya yang mungkin berbeda-beda. Umumnya yang banyak disukai
adalah renyah dan garing sedangkan yang umumnya tidak disukai adalah kental dan berlendir.
Kemajuan penelitian tekstur dimulai oleh George W. Scott Blair’s time dengan kerjasama antara
perwakilan fisik kimia, reologi dan psikologi. Kemudian dilakukan oleh para ilmuwan makanan,
ilmuwan sensorik dan praktisi, sosiolog dan insinyur / rheologists. Selain ahli kimia fisik dan
fisiologi, diperkuat dengan penambahan ilmuwan komputer dan matematika.