anna farida - f451140081-tugas tpsda pengendalian banjir dan kekeringan

3
ANNA FARIDA F451140081 Tugas TPSDA 1 Pengendalian Banjir dan Kekeringan Fenomena banjir dan kekeringan adalah bagian dari siklus hidrologi air yang terjadi di suatu wilayah tropis yang hanya mempunyai dua musin yaitu musim hujan dan musim kemarau. Alih fungsi penggunaan lahan merupakan salah satu kegiatan yang berdampak negatif yaitu terjadinya banjir dimusim hujan dan kekeringan di musim kemarau. Banjir didefinisikan sebagai peristiwa terjadinya genangan karena limpasan air dari alur sungai yang disebabkan oleh debit sungai yang melebihi kapasitas pengalirannya. Banjir dapat disebabkan oleh adanya peristiwa alam seperti curah hujan yang tinggi, terjadi debit puncak yang bersamaan antara sungai utama dan anak sungai, naiknya air laut, aliran anak sungai tertahan oleh sungai utamanya, terjadi penyempitan di beberapa alur, morfologi sungai dan kemiringan sungai yang terlalu landai. Namun perbuatan manusia memiliki kontribusi yang paling besar terjadinya banjir seperti Berkembangkan daerah pemukiman di hulu dan bantaran sungai, Penggundulan hutan sehingga terjadi erosi dan agradasi, perubahan Tata guna lahan yang menyebabkan terjadinya limpasan besar, Bangunan sepanjang sungai (back water), Bangunan pengendali yang tidak berfungsi, Kesadaran masyarakat sekitar bantaran, dan Kebijakan serta peraturan yang selalu dilanggar.

Upload: anna-farida

Post on 04-Oct-2015

5 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

pengendalian banjir dan kekeringan

TRANSCRIPT

ANNA FARIDAF451140081Tugas TPSDA 1Pengendalian Banjir dan KekeringanFenomena banjir dan kekeringan adalah bagian dari siklus hidrologi air yang terjadi di suatu wilayah tropis yang hanya mempunyai dua musin yaitu musim hujan dan musim kemarau. Alih fungsi penggunaan lahan merupakan salah satu kegiatan yang berdampak negatif yaitu terjadinya banjir dimusim hujan dan kekeringan di musim kemarau. Banjir didefinisikan sebagai peristiwa terjadinya genangan karena limpasan air dari alur sungai yang disebabkan oleh debit sungai yang melebihi kapasitas pengalirannya. Banjir dapat disebabkan oleh adanya peristiwa alam seperti curah hujan yang tinggi, terjadi debit puncak yang bersamaan antara sungai utama dan anak sungai, naiknya air laut, aliran anak sungai tertahan oleh sungai utamanya, terjadi penyempitan di beberapa alur, morfologi sungai dan kemiringan sungai yang terlalu landai. Namun perbuatan manusia memiliki kontribusi yang paling besar terjadinya banjir seperti Berkembangkan daerah pemukiman di hulu dan bantaran sungai, Penggundulan hutan sehingga terjadi erosi dan agradasi, perubahan Tata guna lahan yang menyebabkan terjadinya limpasan besar, Bangunan sepanjang sungai (back water), Bangunan pengendali yang tidak berfungsi, Kesadaran masyarakat sekitar bantaran, dan Kebijakan serta peraturan yang selalu dilanggar.

Untuk mengatasi persoalan banjir, maka dapat dilakukan beberapa tindakan baik berupa tindakan yang bersifat fisik (srtuctural measures) yaitu dengan pengaturan alur air sungai dengan memperhatikan daya tampung, koefisian hambatan dan arah aliran. Selain itu juga dapat dilakukan pembuatan tanggul untuk mengatasi limpasan, pembuatan jalur atau alur banjir, membuat tampungan banjir seperti waduk dan daerah retensi, dan memperbaiki lahan dengan cara reboisasi, terasering dan pengendalian sedimen. Pengendalian banjir juga dapat ditanggulangi dengan tindakan non fisik yaitu pengaturan dataran bajir. Pengendalian banjir dilakukan berdasarkan pada topografi, karakteristik sungai, tata guna lahan, lokasi genangan dan bangunan yang sudah ada. Pelaksanaannya dapat dilakukan secara priodik yaitu jangka pendek yaitu dengan melakukan pengaturan alur sungai tanpa merubah pola aliran, Penyempurnaan/perbaikan tanggul-tanggul, Pembuatan tanggul banjir, Perbaikan lahan. Pelaksanaan selanjutnya yaitu dalam jangka menengah seperti Pengaturan alur sungai dan pembuatan pelindung tebing, Pembuatan tanggul, Pembuatan kanal dan bangunan pembagi banjir, Perbaikan lahan, Penyiapan daerah retensi dan bangunan pelimpah. Untuk jangka panjang hampir sama dengan jangka menengah dan membuat bangunan waduk serbaguna.

Kekeringan dapat didefinisikan sebagai periode tanpa air hujan yang cukup atau suatu periode kelangkaan air. Periode tanpa air hujan disebut juga sebagai kekeringan secara meteorologis atau klimatologis, sedangkan untuk periode kelangkaan air disebut juga kekeringan secara hidrologis, pertanian dan sosial ekonomi. Kekeringan merupakan suatu bentuk kondisi ekstrim dalam kejadian alam yang menyebabkan ketersediaan air lebih kecil dari kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan. Indeks Kekeringan adalah suatu ukuran dari perbedaan kebutuhan dan ketersediaan sumber air. Dalam wilayah DAS, dapat dirumuskan:I = Indeks = Bel + Jumlah (Bi)Dimana:Bel = perbedaan elevasi dalam tampungan saat ini dengan periode yang panjangB = perbedaan curah hujan rata-rata saat ini dengan rata-rata bulanan periode yang panjang.i = angka 0 sampai 6 (masa musim hujan 6 bln dan musim kering 6 bln)Tipe kekeringanyang terjadi adalah Kekeringan Meteorologis, Kekeringan Hidrologi dan kekeringan pertanian. Suatu wilayah dapat dikatakan mengalami kekeringan meteorologis apabila hujan tahunan rerata yang terjadi tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk evapotranspirasinya atau dapat juga dibandingkan dengan temperaturnya. Kekeringan meteorologis didasarkan pada kriteria kuantitatif berupa indeks kekeringan. Kekeringan Hidrologi merefleksikan kondisi sistem air dalam suatu wilayah baik untuk air permukaan maupun air bawah permukaan. Kekeringan hidrologis dapat dilihat dari debit aliran rendah (lowflow), tampungan air di danau/waduk, tampungan dalam tanah dsb. Kekeringan pertanian merefleksikan kekurangan lengas tanah yang dibutuhkan oleh tanaman untuk hidup (evapotranspirasi). Penanggulangan kekurangan air dapat dilakukan dengan melakukan pembuatan sumur pantek atau sumur bor untuk memperoleh air, penyediaan air minum dengan mobil tangki, penyemaian hujan buatan di daerah tangkapan hujan, penyediaan pompa air, dan pengaturan pemberian air bagi pertanian secara darurat (seperti gilir giring). Strategi penanggulangan kekeringan dapat dilakukan dengan langkah berikut yaitu : 1) Identifikasi daerah rawan kekeringan, 2) Pemetaan detail daerah rawan kekeringan dari berbagai aspek: sebaran penduduk dan kebutuhan air baku, 3) Pemetaan kebutuhan dan ketersediaan air, 4) Sosialisasi kebutuhan dan ketersediaan air (berbagai stakeholder) 5) Sosialisasi pemakaian air secara efektif dan efisien, 6) Penyusunan rencana tindak yang komprehensif.

Penangangan banjir dan kekeringan memerlukan kerja sama dengan masyarakat sekitar yaitu berupa Respon masyarakat dan upaya mitigasi yang dapat dilakukan. Beberapa langkah mitigasi yang dapat dilakukan adalah Efesiensi penggunaan (penghematan) air, Pengelolaan sumber daya air secara efektif, Pemanfaatan simpanan air embung dan waduk secara selektif dan efektif, Penyesuaian pola dan tata tanam, Kegiatan yang mendukung kelestarian alam dan Analisia pengelolaan sumber daya air.