anl-struktur
TRANSCRIPT
4-1 L a p o r a n F a k t a A n a l i s i s
RTRW Provinsi Papua Barat
4.9 ANALISIS STRUKTUR TATA RUANG WILAYAH
Berdasarkan kesesuaian lahan dan arahan penggunaan lahan, dapat dilihat wilayah yang
mempunyai potensi aglomerasi aktivitas ekonomi. Adanya potensi aglomerasi tersebut dan
dengan mempertimbangkan jarak dan ketersediaan sarana prasarana yang memungkinkan
adanya interaksi antar wilayah produksi dan wilayah distribusinya. Selain itu, kebijakan
pemerintah dalam pengembangan pusat-pusat aktivitas di Papua Barat, seperti yang
ditunjukkan dalam RTRW Pulau, memungkinkan pusat-pusat aktivitas saat ini untuk
dikembangkan secara terstruktur agar tercapai keseimbangan dan optimalitas interaksi antar
wilayah dan pengembangan pusat-pusat aktivitas sebagai pusat pertumbuhan baik pada
kawasan perkotaan maupun kawasan sentra produksi.
Analisis struktur tata ruang dimaksudkan untuk mengidentifikasi struktur pemanfaatan ruang
yang ada di Papua Barat. Berdasarkan analisis ini, diharapkan dapat diperoleh masukan bagi
perumusan konsepsi dan struktur tata ruang Provinsi Papua Barat sesuai dengan materi yang
diarahkan dalam Pedoman Penyusunan RTRW.
Di dalam analisis ini, tercakup penelaahan terhadap pola pusat-pusat permukiman (sistem kota-
kota), sistem jaringan prasarana perhubungan, serta wilayah-wilayah strategis.
4.9.1 Pola Pusat-Pusat Permukiman/Sistem Kota-Kota
Analisis pola pusat-pusat permukiman atau sistem kota-kota di Provinsi Papua Barat mencakup
analisis:
A. Hierarki Kota-Kota
Analisis hierarki kota-kota dapat dilakukan melalui analisis fungsi wilayah. Analisis fungsi
wilayah merupakan analisis terhadap fungsi-fungsi pelayanan yang terdapat di wilayah amatan
yaitu Papua Barat. Analisis yang dilakukan menggunakan cara analisis fungsi pemukiman.
Melalui analisis ini diharapkan akan diketahui mengenai tata jenjang dan distribusi pusat-pusat
pelayanan dalam suatu wilayah (Riyadi, 2003). Analisis yang dilakukan di Papua Barat
menggunakan instrumen-instrumen pendidikan, kesehataan, dan jasa. Tingkat layanan
diketahui dari jumlah unit setiap instrumen layanan dan presentasenya di setiap kabupaten atau
kota. Wilayah dengan total nilai skor merupakan wilayah dengan tingkat layanan tertinggi.
Wilayah dengan nilai lebih tinggi juga menunjukkan bahwa wilayah tersebut lebih bersifat
perkotaan dibandingkan dengan wilayah lainnya. Perhitungan analisis fungsi wilayah untuk
Provinsi Papua Barat terdapat pada tabel berikut ini.
4-2 L a p o r a n F a k t a A n a l i s i s
RTRW Provinsi Papua Barat
Hasil dari analisis berupa total nilai tingkat pelayanan tiap wilayah. Total nilai tiap wilayah
kemudian dapat digolongkan ke dalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Hasilnya
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.52 Hasil Klasifikasi Fungsi Wilayah
Kategori Nilai Kabupaten/Kota
Orde 3 0-11 Raja Ampat Teluk Wondama Kaimana Teluk Bintuni Sorong Selatan
Orde 2 11-22 Sorong Fak-Fak
Orde 1 22-33 Manokwari Kota Sorong
Analisis tersebut menempatkan Kota Sorong di posisi pertama, menandakan kota ini memiliki
tingkat pelayanan paling tinggi dibandingkan dengan wilayah lainnya. Fungsi Kota Sorong bagi
Papua Barat selama ini adalah sebagai jendela untuk berhubungan dengan wilayah lain di
Indonesia. Kota Sorong merupakan simpul kegiatan transportasi bagi Papua Barat.
Selain sebagai gerbang tranportasi Papau Barat, Kota Sorong juga merupakan pusat kegiatan
jasa dan perdagangan. Kondisi ini telah ada sejak jaman pendudukan Belanda. Di sekitar Kota
Sorong banyak terdapat kegiatan pertambangan dimana pengolahan dan perdagangannya
terkonsentrasi di Kota Sorong. Wilayah yang juga tergolong wilayah dengan tingkat layanan
tinggi di Papua Barat adalah Manokwari. Manokwari merupakan ibukota dari Papua Barat.
Untuk itu, tentu saja untuk menjalankan fungsinya sebagai ibukota, harus terdapat berbagai
jenis layanan yang memadai.
Wilayah yang termasuk ke dalam kategori rendah adalah kabupaten-kabupaten baru hasil dari
pemekaran wilayah. Sebagai wilayah otonomi baru, fungsi-fungsi layanan yang semestinya ada
kemungkinan besar belum berdiri. Fungsi-fungsi layanan yang ada merupakan layanan yang
telah ada selama masih menginduk ke kabupaten asalnya, sehingga fungsi-fungsi layanan
tersebut masih bersifat pelengkap, bukan utama. Contohnya adalah tidak ada rumah sakit di
ketiga wilayah yang termasuk ke dalam kategori rendah. Kantor pos yang ada di wilayah-
wilayah tersebut juga hanya berupa kantor pos pembantu. Teluk Wondama merupakan
kabupaten dengan tingkat layanan terendah, di kabupaten ini bahkan hanya terdapat satu
sekolah tingkat atas berupa SMA.
B. Fungsi Kota-Kota
Dalam lingkup wilayah, secara umum kota-kota mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Pusat pelayanan wilayah belakang (hinterland services).
4-3 L a p o r a n F a k t a A n a l i s i s
RTRW Provinsi Papua Barat
2. Pusat komunikasi antar wilayah (international communication).
3. Pusat kegiatan industri (good processing.manufacturing).
4. Pusat permukiman (residensial subcenter).
Selain fungsi di atas, terdapat pula fungsi kota sebagai pusat administrasi pemerintahan.
Fungsi ini terkait langsung dengan status administrasi tiap kota, maka perlu adanya indikator
kelengkapan fasilitas perkotaaan di tiap kota sesuai dengan pengelompokkan fungsi yang akan
diidentifikasi. Berarti makin lengkap fungsi pelayanan kota yang dimiliki, akan menunjukkan
tingkat hierarki kota yang makin tinggi. Indikator untuk menunjukkan tiap fungsi di atas adalah
kelengkapan atau ketersediaan fasilitas.
Untuk menentukan hierarki fungsional kota-kota di Papua Barat secara eksisting, terdapat
keterbatasan data mengenai kelengkapan fasilitas perkotaan di tiap kota/distrik. Karena
keterbatasan ini, hierarki kota-kota di Papua Barat semata-mata didasarkan pada ukuran jumlah
penduduk dan status administrasi kota yang bersangkutan. Dalam hal ini, ukuran jumlah
pendudukl tiap kota dianggap dapat menunjukkan skala atau cakupan pelayanan kegiatan
pemerintahan dan social kemasyarakatan dari kota bersangkutan.
C. Pertumbuhan Kota-Kota Strategis
Dalam konteks pengembangan wilayah provinsi serta pengembangan kota-kota secara
nasional, identifikasi terhadap struktur dan pertumbuhan kota-kota dimaksudkan sebagai dasar
bagi perumusan strategi pengembangan kota-kota tersebut. Potensi fungsional kota-kota
merupakan titik tolak bagi rekomendasi kebijakan dan program untuk kota-kota kunci atau yang
dianggap strategis sebagai simpul-simpul pertumbuhan.
Didasarkan pada fungsinya sekarang, dalam konteks strategi pengembangan kota secara
nasional, untuk masa yang akan datang ditetapkan fungsi potensial kota yang akan
dikembangkan. Mengacu pada NUDS, ada tiga jenis kota strategis menurut kategori kebijakan
yang dapat diterapkan di Papua Barat, yaitu:
1. National Development Centers (NDC).
2. Inter-Regional Development Centers (IDC).
3. Regional Development Centers (RDC).
4. Local Services Center (LSC).
Pengembangan fungsi kota NDC pada dasarnya lebih dititikberatkan pada perdagangan inter-
regional sekaligus juga pelayanan ke wilayah hinterland, yang memungkinkan terjadinya
aglomerasi ekonomi. Sementara itu, kota IDC akan lebih berperan dalam kaitannya dengan
fungsi komunikasi antar wilayah (inter-regional).
4-4 L a p o r a n F a k t a A n a l i s i s
RTRW Provinsi Papua Barat
Gam
bar
4.2
4
Pe
ta S
tru
ktu
r R
ua
ng
Eksis
tin
g P
rovin
si
Pap
ua B
ara
t
4-5 L a p o r a n F a k t a A n a l i s i s
RTRW Provinsi Papua Barat
4.9.2 Tinjauan Transportasi Wilayah
Penentuan Struktur Ruang tidak bisa dilepaskan dari kondisi transportasi wilayah.
Transportasi wilayah menentukan tingkat aksesibilitas wilayah. Transportasi antar
wilayah di Papua Barat terutama menggunakan transportasi laut dan udara. Daerah
dengan perairan yang dominan seperti Raja Ampat dan Kaimana sepenuhnya
bergantung pada transportasi laut. Sementara itu, transportasi udara menjadi
penghubung antar wilayah melalui penerbangan perintis.
Kondisi transportasi darat untuk menghubungkan antar wilayah masih sangat minim,
kondisinya juga masih sangat memprihatinkan. Transportasi laut dan udara tersebut
menjadi transportasi utama antar wilayah. Kota Sorong menjadi gerbang transportasi
bagi semua wilayah di Papua Barat, bahkan juga di Pulau Papua. Wilayah-wilayah lain
hanya bisa dicapai oleh transportasi laut dan/atau udara, setelah terlebih dahulu
melewati Kota Sorong. Pelabuhan laut dan udara yang ada di Kota Sorong merupakan
yang terbesar di Provinsi Papua Barat.
4.9.3 Struktur Tata Ruang Provinsi Papua Barat
Penentuan struktur ruang dilakukan berdasarkan analisis hierarki kota-kota yang
dilengkapi dengan tingkat aksesibilitas wilayah. Struktur ruang provinsi Papua Barat
dibagi ke dalam tiga kategori yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.53 Struktur Tata Ruang Wilayah Provinsi Papua Barat
Kategori Kabupaten Fungsi
PKN Kota Sorong Pusat layanan primer: transportasi, jasa, dan perdagangan
PKW Manokwari Pusat layanan primer: pemerintahan
Fak-Fak Pusat layanan sekunder
Sorong Pusat layanan sekunder
PKL Sorong Selatan Pusat layanan tersier
Teluk Bintuni Pusat layanan tersier
Kaimana Pusat layanan tersier
Teluk Wondama Pusat layanan tersier
Raja Ampat Pusat layanan tersier
PKN
PKN merupakan pusat kegiatan nasional. Perannya sebagai pusat layanan primer di
wilayah Papua Barat.
Kota Sorong merupakan PKN di Papua Barat. Analisis hierarki kota-kota
menunjukkan Kota Sorong memiliki posisi tertinggi yang juga ditunjang dari tingkat
4-6 L a p o r a n F a k t a A n a l i s i s
RTRW Provinsi Papua Barat
aksesibilitas tertinggi dibandingkan wilayah lain di Papua Barat. Kota Sorong akan
memiliki fungsi PKN terkait dengan bidang transportasi dan perdagangan. Kota
Sorong merupakan pintu gerbang Papua Barat dan penggerak perekonomian Papua
Barat.
PKW
PKW atau pusat kegiatan wilayah memiliki fungsi layanan sekunder. Hakekatnya,
PKW memiliki sebagian fungsi yang dimiliki oleh PKN sehingga dapat membantu
memenuhi layanan tanpa bergantung kepada PKN.
Manokwari merupakan ibukota dari Papua Barat. Walaupun sebagai pusat
pemerintahan provinsi, Manokwari ditetapkan sebagai PKW, mengingat keterbatasan
perkembangan Manokwari yang didominasi oleh kawasan lindung.
Fak-Fak dan Kabupaten Sorong tergolong dalam kategori PKW. Sebagai kabupaten
yang telah berdiri lebih awal, kedua kabupaten ini telah memiliki berbagai sarana
pendukung yang relatif lebih lengkap dari PKL.
PKL
PKL merupakan pusat kegiatan lokal yang berfungsi sebgai penyedia layanan tersier.
Kabupaten bentukan baru di Papua Barat termasuk dalam kategori ini. Kabupaten-
kabupeten ini memiliki fungsi memenuhi layanan lokal di wilayah masing-masing.
Selain penentuan pusat-pusat kegiatan seperti dijelaskan di atas, Kota Sorong ditetapkan
sebagai Kawasan Strategis di mana secara eksisting, kota ini menjadi pintu gerbang
akses untuk masuk Pulau Papua terutama untuk Papua Barat. Pintu bagi orang maupun
barang yang berasal dari luar dan dalam. Kota ini juga secara potensi perikanan dan
kelautan sangat tinggi karena akses ke perairan laut ketiga wilayah pengembangan laut.
Penetapan Kota Sorong menjadi Kawasan Strategis karena kriteria-kriteria berikut ini:
1. Pengembangannya tidak hanya mempunyai dampak lokal, tetapi juga dalam lingkup
regional bahkan, nasional.
2. Pengembangan sarana-prasarana di atasnya akan membutuhkan lahan dalam skala
besar.
3. Sektor yang akan dikembangkan di atasnya mempunyai prioritas tinggi dalam skala
besar.
4. Pengembangannya mempunyai prospek ekonomi yang cerah atau untuk memacu
daerah miskin/kritis dan terbelakang.
4-7 L a p o r a n F a k t a A n a l i s i s
RTRW Provinsi Papua Barat
5. Adanya dukungan minat kecenderungan investasi swasta dan pemerintah yang
cukup tinggi.