angin matahari dan interaksinya dengan tata surya-maknyos.com
DESCRIPTION
Solar wind and its Interaction with the Solar SystemTRANSCRIPT
ANGIN MATAHARI DAN INTERAKSINYA
DENGAN TATA SURYA
Oleh:
SaefulAkhyar
Gabriela KeziaHaans
FalahuddinArif
10309002
10309012
10309023
Program Studi Astronomi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Bandung
Bandung
2010
1
ANGIN MATAHARI DAN INTERAKSINYA
DENGAN TATA SURYA
SaefulAkhyar
Gabriela KeziaHaans
FalahuddinArif
10309002
10309012
10309023
Bandung, 28 Oktober 2010
Dosen Pembimbing
2
ABSTRACT
This paper will be explaining the mechanism that caused the emission of solar
wind and its impact to the solar system. It will begin by giving a definition of solar
wind, followed by the explanation of corona, sunspots, and solar flares along with
its role in solar wind emission. The characteristic of solar wind and it range of
emission will also be explained. It will then proceed to describe the effects of solar
wind on the objects in solar system, starting from the sun itself, followed by a
picture of its effect it system-wide scale and a more detailed description on its
effects to comets and planets, including Earth.
Keynote : Sun, magnetic field, sunspot, solar wind, magnetosphere.
3
SARI
Makalah ini akan membahas mengenai mekanisme pemancaran angin matahari
dan dampaknya terhadap tata surya. Dimulai dengan memberikan definisi angin
matahari yang diikuti dengan pembahasan mengenai korona, bintik Matahari,
dan solar flare serta peranannya dalam pemancaran angin matahari.
Karakteristik angin dan jangkauan pemancarannya juga akan dibahas. Kemudian
akan dilanjutkan dengan mendeskripsikan efek angin matahari terhadap benda-
benda dalam tata surya, dimulai dari Matahari itu sendiri, diikuti dengan
gambaran efeknya dalam skala yang mencakup seluruh sistem dan penjelasan
yang lebih mendetail mengenai efeknya terhadap komet dan planet-planet,
termasuk Bumi.
Kata kunci:Matahari, medanmagnetik, sunspot,anginmatahari, magnetosfer
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATARBELAKANG
5
BAB II
ANGIN MATAHARI
2.1 Definisi Angin Matahari
Angin matahari merupakan aliran partikel-partikel bermuatan yang
dilepaskan dari lapisan atas atmosfer matahari. Sebagian besar dari partikel-
partikel ini berwujud elektron dan proton.
Angin matahari memancar ke segala arah dari matahari ke seluruh tata surya,
dengan kecepatan, temperatur, dan kerapatan yang bervariasi, memenuhi
ruang antarplanet dengan aliran partikel-partikel bermuatan. Angin matahari
suatu bentuk seperti gelembung yang disebut dengan heliosphere, yaitu
ruang di sekitar matahari yang dipenuhi dengan aliran angin matahari. Aliran
partikel bermuatan ini menciptakan berbagai fenomena mulai dari
pembentukan ekor komet hingga badai geomagnetis di Bumi.
Keberadaan angin matahari telah diperkirakan sejak lebih dari seabad yang
lalu. Richard C. Carrinton di tahun 1859 mengamati terjadinya solar flare atau
letusan matahari yang disusul dengan badai geomagnetis di bumi keesokan
harinya dan Carrington menduga ada hubungan antara keuda peristiwa
tersebut. George Fitzgerald kemudian mengusulkan adanya akselerasi materi
dari matahari secara regular. Ide kemudian dikembangkan oleh Kristian
Birkeland dan Frederick Linemann yang menyimpulkan dari pengamtan
6
aurora bahwa terjadi aliran partikel bermuatan dari matahari secara terus
menerus. Di tahun 1950, Ludwig Biegermann mengusulkan bahwa aliran
partikel bermuatan inilah yang menyebabkan ekor komet.
2.2 Mekanisme Pemancaran Angin Matahari
2.2.1 Bintik Matahari dan Flare
Bintik matahari merupakan daerah yang terlihat gelap di permukaan
matahari dan memiliki medan magnetik yang sangat kuat. Medan magnetik
kuat di daerah bintik tersebut menghalangi arus konveksi dari bawah
fotosfer, menyebakan suhu yang lebih rendah, dan konswekensinya
kecerlangan yang lebih rendah. Hal inilah yang menyebabkan bintik matahari
terlihat gelap.
Seperti semua bagian struktur matahari, bintik matahari merupakan sesuatu
yang dinamis dan berubah-ubah, hilang dan timbul secara terus menerus.
Dalam siklus yang berulang setiap sekitar 11 tahun, bintik matahari
mengalami perubahan jumlah seiring dengan peningkatan dan penuruna
aktifitas matahari.
Medan magnet dari bintik matahari berpeeran penting dalam terjadinya
fenomena-fenomena lain di atmosfer matahari, seperti flare, prominensa,
perubahan bentuk korona dan lain-lain.
Bintik matahari membentuk kutub-kutub medan magnet di sekitar
permukaan tampak matahari. Prominesa merupakan filamen gas yang
terbawa dalam lengkungan medan magnet ini.
7
Flare, adalah peristiwa yang terjadi akibat magnetic reconnection dari medan
magnet bintik matahari. Terkadan medan-magnet magnet yang terbentuk
dapat mengalami penyususunan ulang menjadi medan magnet baru.
Penyusunan ulang ini disertai dengan pelepasan mendadak energi yang
mengakibatkan solar flare. Energi yang dilepaskan dapat mencapai 6 ×
1025joule. Flare mengakibatkan akselarasi sejumlah besar partikel dan
pancaran gelombang elektromagnetik di segala panjang gelomabang.
2.2.2 Korona
Korona merupakan bagian dari lapisan atas atmosfer matahari. Kerapatan
korona sangat tipis dan jauh lebih redup diandingkan fotosfer matahari,
sekitar 10-12 lebih renggang dan dan menghasilkan cahaya jutaan kali lebih
sedikit. Hal ini mengakibatkan korona hanya dapat diamati saat gerhana
matahari atau dengan menggunakan perlengkapan khusus yang
coronagraph. Suhu di korona sangat panas, jauh lebih panas daripada
fotosfer. Suhu tinggi ini diduga disebabkan oleh konversi energi magnetik.
Suhu panas ini menyebakan korona cenderung utuk mengembang jauh ke
luar angkasa. Di sekitar daerah equator matahari, korona membentuk apa
yang disebut streamers belt. Materi korona yang mengembang dari daerah
ini memancar menjauh dari matahari dan menjadi angin matahari.
Korona memiliki bentuk yang sangat dinamis yang dipengeruhi oleh medan
magnet matahari. Di sebagian tempat, korona membentuk menyerupai
simpul, mengikuti kontur medan magnet. Medan magnet yang kuat menjadi
seperti pipa, memerangkap gas yang panas di dalamnya. Di daerah-daerah
terutama sekitar kutub matahari, medam magnet cenderung lebih lemah dan
bersifat terbuka. Di sini, dibandingkan dengan daerah terbentuknya simpul,
korona cenderung lebih renggang dan kurang terang. Daerah ini disebut
8
coronal hole atau lubang korona. Medan magnet yang lemah dan terbuka
juga memungkinkan partikel-partikel gas untuk meloloskan diri ke luar
angkasa, dibandingkan gas dalam simpul, di mana tekanan medan magnet,
jauh melebihi tekanan gas akibat panas, sehingga materi korona tetap
terperangkap. Materi yang lolos ini juga merupakan salah satu sumber aliran
materi yang menjadi angin matahari.
Karena medan magnet matahari berubah-ubah sesuai siklus 11 tahunan,
bentuk korona juga mengalami perubahan sesuai dengan siklus aktivitas
matahari.
Terkadang dari korona terjadi pelepasan sejumlah besar materi dalam waktu
singkat. Fenomena ini diebut dengan coronal mass ejection (CME). CME
umumnya terjadi dari atas daerah aktif matahari, seperti daerah di mana
banyak terdapat bintik matahari. CME sering terjadi mengikuti aktivitas di
permukaan matahari, seperti flare, walaupun CME dapat juga terjadi dari
daerah di matahari yang tenang. Pelontaran materi ini dapat meningkatkan
intensitas angin matahari selama beberapa saat pada arah ejeksi. Untuk CME
yang terjadi mengikuti terjadinya flare, partikel yang dilepaskan akan
memeliki energi kinetik yang lebih besar karena terdorong oleh energi yang
ditimbulkan dari flare.
9
Gambar 2.1
Kecepatan angin surya yang dipancarkan dari
daerah-daerah berbeda di matahari
2.3 Karakteristik dan Jangkauan Angin Matahari
10
Angin matahari seperti disebutkan di atas merupakan aliran partikel-partikel
bermuatan (plasma). Sebagian besar penyusunnya berupa elektron dan
proton dengan sebagian kecil berupa ion-ion. Angin matahari bersuhu sangat
tinggi (1,4 -1,6 x 10^6 K) namun memiliki kerapatan yang sangat kecil (3-6
partikel/cm^3 di sekitar orbit bumi). Dari kecepatannya, secara garis besar
angin matahari dibagi menjadi dua, angin cepat dan angin lambat.
Angin matahari lambat memiliki kecepatan sekitar 300 km/sekon. Energi
untuk mencapai kecepatan ini berasal dari suhu korona yang tinggi. Sumber
angin matahari lambat adalah ekspansi korona dari streamers belt di sekitar
ekuator.
Angin matahari cepat berasal dari coronal hole di sekitar kutub. Kontur
medan magneti terbuka di daerah ini membentuk semacam jalur seperti
selang untuk mengalirnya partikel bermuatan. Jalur medan magnetik ini
mempercepat arus materi yang melaluinya, analog dengan arus air melalui
selang semakin cepat bila ujung selang dirapatkan. Kecepatan angin cepat
dapat mencapai 700-800 km/sekon. Menariknya, angin matahari cepat
memiliki kerapatan yang lebih kecil daripada angin matahari lambat,
sehingga total energi yang dibutuhkan untuk mengatasi gravitasi dan
mensuplai energi kinetik setara antara angin cepat dan lambat.
Angin matahari cepat dan lambat merupakan tipe angin matahari regular.
Terkadang dapat terjadi peningkatan intensitas dan kecepatan angin
matahari secara drastis yang disebabkan oleh Flare dan coronal mass
ejection.
Besaran-besaran yang diberikan di atas merupakan nilai rata-rata.
Temperatur, kerapatan, dan kecepatan angin matahari sangat bervariasi dari
waktu ke waktu. Perubahan ini mencerminkan perubahan aktivitas matahari
11
yang terus menerus dengan waktu siklus yang sama seperti siklus bintik
matahari dan korona.
Angin matahari memancar hingga jarak yang sangat jauh. Heliosphere,
seperti disebutkan di awal bab merupakan ruang sekitar matahari yang
dipenuhi dengan aliran angin matahari. Di dalam heliosphere, kondisi fisis
didominasi dan dipengaruhi terutama oleh matahari.
Gambar 2.2
Ilustrasi heliosphere
12
Semakin jauh dari matahari, angin matahari semakin renggang dan lemah.
Interaksi dengan materi antar bintang mengakibatkan angin matahari
semakin melambat hingga akhirnya berhenti. Daerah di mana angin matahari
mulai melambat disebut termination shock. Wilayah di mana tekanan angin
matahari dan materi antar bintang mencapai keseimbangan disebut
heliopause dan dianggap sebagai perbatasan dari tata surya. Di luar
heliopause, terdapat bow shock, yaitu wilayah di mana materi antar bintang
mulai melambat dan berubah arah karena pengaruh angin matahari.
Termination shock diperkirakan berada pada sekitar jarak 75 sampai dengan
90 AU dari matahari berubah-ubah sesuai intensitas angin surya. Di daerah
ini angin matahari mulai melambat hingga kecepatan subsonik akibat
pengaruh materi antar bintang. Interaksi ini mengakibatkan pemampatan,
pemanasan, dan perubahan medan magnetis. Gelombang kejut yang
dihasilkan terdeteksi melalui wahana Voyager 1 dan Voyager 2 sebagai noise
pada gelombang radio.
Heliosheath adalah wilayah antara heliopause dan termination shock.
Heliosheath memiliki bentuk menyerupai ekor komet seperti terlihat pada
gambar 2.2. Di daerah ini angin matahari semakin melambat dan mengalami
turbulensi. Heliopause sendiri diperkirakan berada pada jarak sekitar 100-160
AU dari matahari.
Bow shock adalah wilayah di mana angin matahari menyebabkan pergeseran
arus materi antar bintang. Bentuknya menyerupai gelombang pada
permukaan air saat dilalui oleh kapal.
Saat ini, para astronom berusaha melakukan pengamatan untuk menentukan
struktur heliopause dengan menggunakan wahana Interstellar Boundary
Explorer (IBEX). Sejauh data-data pengamatan paling signifikan mengenai
wilayah perbatasan tata surya ini berasal dari misi Voyager.
13
2.3InteraksiAnginmatahari
2.1.1 Interaksi dengan Komet, Bulan, Venus, Marsdan Jupiter
A. Komet
Bagian terpenting dari komet adalah inti, koma dan dan ekor. Inti komet
dinggap sebagai bagian padatan yang memiliki radius sekitar 1-10 km dan
diperkirakan memiliki masa yang tidak pasti berkisar antara 1016-1021 gram.
Postulat mengnai inti komet diterang kan oleh Whipple model icy-
conglomerate; relative kompleks dengan penyusun utama berupa H2O,
CH4,CO2, C2N2, dll.
Angin matahari berinteraksi dengan komet yang menyebabkan komponen
penyusunnya menyublim dalam vakum pada suhu ratusan Kelvin. Saat
komponen komet mengalami disosiasi, dihasilkan molekul-molekul yang bisa
diamati sebagai spektra.
Komet memiliki dua tipe ekor. Jenis ekor komet yang pertama adalah ekor
yang memanjang dan hampir lurus, memiliki struktur yang mirip serabut yang
terdiri dari gas yang ter-ionisasi. Tipe ini digolongkan sebagai ekor Tipe I.
Sedangkan tipe ekor komet lainnya yang tergolong sebagai Tipe II, atau "ekor
debu" berbentuk kelokan yangtajam dan lebih kabur. Tipe ini tersusun atas
debu yang diterpa oleh cahaya Matahari.
14
Tahun 1957 Hannes Alfvén mengusulkan bentuk dasar interaksi komet
dengan angin matahari. Berdasarkan penelitiannya, molekul netral dari
komet terionosasi oleh pertukaran muatan dengan proton dari angin
matahari atau dengan radiasi surya ultraviolet. Ion yang baru saja dihasilkan
terperangkap dalam medan magnetic angin matahari, dan bergerak dari
kepala komet membentuk garis medan magnetic yang menyelimuti komet
dan membentuk sumbu ekor komet. Ekor komet yang dihasilkan selalu
menjauhi matahri dengan panjang mencapai 1 AU
B. Bulan
Medan magnetic intrinsic Bulan sangat kecil bakan bisa dikatakan tidak
ada,sehingga partikel angin matahari sampai ke permukaan Bulan secara
langsung dan kemudian diabsoprsi. Absorpsi partikel proton dan alpha dari
angin matahari disebabkan oleh rendahnya nilai albedo Bulan (ikatan albedo
= 0.073). Absorpsi angin matahari pada permukaan Bulan menyebabkan
adanya rongga pada angin matahari namun tidak menimbulkan kejut pada
angin matahari.
15
Gambar Tipe ekor komet
C. Venus dan Mars
Berdasarkan hasil pengukuran oleh instrument luar angkasa menunjukan
bahwa medan magnetic Venus dan Mars sangat kecil. Sehingga angin
matahari akan berinteraksi langsung dengan atmosfer yang menyelimutinya.
Ionosfer Mars dan Venus akan mencegah angin matahari berinteraksi
langsung dengan planet. Angin matahari yang cukup kuat akan memberikan
tekanan terhadap ionosfer sehingga terdorong pada posisi yang lebih rendah
(dekat ke permukaan planet). Interaksi angin matahari dengan ionosfer
Venus dan Mars menghasilkan kejut pada angin matahari
D. Jupiter
Observasi radio pada Jupiter menunjukan adanya kumpulan partikel energy
pada Jovian magnetosfer. Dapat dipastikan bahwa angin matahari adalah
sumber utama dari energy tersebut. Energi tersebut kembali dipancarkan
dalam bentuk emisi radio.
2.1.2 Interaksi Dengan Bumi
Angin matahari berinteraksi dengan medan magnetik Bumi menghasilkan
berbagai fenomena, termasuk aktivitas geomagnetik dan aurora. Gelombang
kejut angin matahari atau selanjutnya kita sebut dengan shock bow terjadi
karena adanya aliran supersonik dari angin matahari yang terhalang oleh
medan magnetik Bumi. Ketebalan shock bow sekitar 100 km sampai dua kali
jari-jari Bumi. Ketika angin matahri melewatinya, gelombang ini akan
diperlambat, terkompresi dan dipanaskan. Daerah antara shock bow dan
magnetopause disebut magnetosheath.
16
Gambar 2.3
Interaksi angin matahari dan magnestosfer bumi
Ketika angin matahari melewati medan magnetik Bumi, arus listrik terinduksi
sehingga mengubah konfigurasi medan magnetik. Medan magnetik dari
Matahari terkompresi dan dialihkan menghindari daerah sekitar Bumi.Karena
adanya tekanan angin matahari, magnetosfer berbentuk menyerupai komet.
Magnetosfer bumi berguna untuk menangkal radiasi berbahaya dari partikel-
partikel yang dipancarkan Matahari, seperti partikel alpha, beta, dan CME
dengan cara membelokkan partikel-partikel yang tersebut ke arah kutub-
kutub magnet. Di sana partikel-parikel ini akan berinteraksi dengan lapisan
ionosfer sehingga menghasilkan pendaran cahaya yang kuat di langin inilah
disebut dengan Aurora. Fenomena ini terjadi di kutub Utara dan Selatan
magnetik Bumi. Aurora yang terjadi di kutub utara Bumi disebut dengan
aurora Borealis, sedangkan Aurora yng muncul di kutub selatn Bumi disebut
dengan Aurora Australis.
17
Gambar 2.4
Proses terjadinya Aurora
Angin matahari mengandung partikel-partikel bermuatan listrik yang dapat
mempengruhi dinamika medan magnet ruang antarplanet. Saat puncak
aktivitas Matahari, angin matahari berhembus dengan kecepatan lebih tinggi
dan membawa partikel yang lebih besar dari biasanya.
Saat terjadi di puncak siklus, matahari biasanya semakin sering menghasiilkan
CME dan flare yang menyebabkan peningkatan angin matahari. Jika ini terjadi
akan mempengaruhi kondisi atmosfer dan kemagnetan Bumi. Peristiwa ini
sering disebut khalayak umum sebagai badai Matahari. Badai Matahari dapat
membahayakan astronot dan satelit di luar angkasa, serta mengganggu
perangkat elektronika dan teknologi komunikasi landas Bumi yang kerjanya
terpengaruh oleh kelistrikan dan kemagnetan Bumi.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Angin Matahari merupakan suatu fenomena yang sangat berpengaruh
terhadap tata surya. Angin matahari sangat dinamis dan mencerminkan
perubahan dalam tingkat aktivitas matahari.
Dari atmosfer matahari hingga bow shock , angin matahari menimbulkan
berbagai fenomena melalui interaksinya dengan benda-benda lain di tata
surya. Seperti ekor komet dan bentuk magnestofer bumi.
Pengaruh angin matahari yang paling penting bagi masyarakat di Bumi adalah
potensi gangguan terhadap perangkat elektronik dan komunikasi yang dapat
terjadi saat peningkatan angin matahari
19
Daftar Pustaka:
Morisson, David & Tobias Owen.The Planetary System.1988.Addison Wesley
Publishing Company, Inc.
Henbest, Nigel. The Planets: Potraits of New Worlds.
20
Situs:
http://teknologitinggi.wordpress.com/2008/10/30/listrik-petir-ditemukan-di-
titan-Bulan-saturnus-menandakan-ada-kehidupan-disana/feed/
http://ias.dhani.org/2008/03/27/lautan-di-bawah-permukaan-titan/feed/
http://main.man3malang.com/backend.php
http://langitselatan.com
http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0402/04/humaniora/803112.htm
http://www.kompas.com/read/xml/2008/10/29/23361298/
ada.petir.di.atmosfer.titan.adakah.kehidupan.di.sana
http://langitselatan.com/2009/08/13/badai-di-titan/
www.nasa.gov/.../media/methane20060302_prt.htm
http://langitselatan.com/2009/08/08/permukaan-titan-tampak-seperti-Bumi/
www.titanexploration.com/Titannews2009.htm
http://www.gemini.edu/node/11305
www.sciencedaily.com/.../12/081215194108.htm
www.dlr.de/.../tabid-307/467_read-320/
http://scopeweb.mit.edu/?p=189
21
22