anggaran daerah-artikel kr

6
MENGKAJI URGENSI AUDIT ANGGARAN DAERAH Mohamad Mahsun, SE, M.Si, Ak * Anggaran Daerah pada hakekatnya merupakan rencana finansial yang menyatakan berapa biaya atas rencana-rencana yang dibuat (pengeluaran / belanja) dan berapa banyak serta bagaimana caranya memperoleh uang untuk mendanai rencana tersebut (pendapatan). Melalui anggaran daerah tersebut tercermin rencana alokasi dan proporsi pengeluaran daerah dalam satu tahun ke depan, baik rencana pengeluaran untuk pegawai negeri (public servant) maupun untuk pelayanan publik (public services). Begitu anggaran daerah ditetapkan, maka pokok-pokok yang tercantum di dalamnya menjadi acuan utama semua kebijakan pengeluaran daerah dalam satu periode ke depan. Kedudukan anggaran daerah menjadi sangat fundamental. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah pernahkah anggaran daerah ini diaudit oleh pihak independen sebelum ditetapkan dan dilaksanakan. Kenapa anggaran daerah perlu diaudit, bukankah audit itu ditujukan terhadap kegiatan yang sudah berlalu?. Pertanyaan seperti ini sangat wajar, karena umumnya memang audit ditujukan untuk menilai kewajaran atas suatu kegiatan yang sudah terjadi dibandingkan dengan kriteria yang ditetapkan. Audit kinerja dilakukan dengan cara membandingkan realisasi anggaran dengan kriterianya yaitu anggaran itu sendiri. Jika kriteria (anggaran) dibuat dengan tidak wajar maka

Upload: wild-robert

Post on 27-Jun-2015

161 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Anggaran Daerah-Artikel Kr

MENGKAJI URGENSI AUDIT ANGGARAN DAERAH

Mohamad Mahsun, SE, M.Si, Ak *

Anggaran Daerah pada hakekatnya merupakan rencana finansial yang menyatakan berapa

biaya atas rencana-rencana yang dibuat (pengeluaran / belanja) dan berapa banyak serta

bagaimana caranya memperoleh uang untuk mendanai rencana tersebut (pendapatan).

Melalui anggaran daerah tersebut tercermin rencana alokasi dan proporsi pengeluaran

daerah dalam satu tahun ke depan, baik rencana pengeluaran untuk pegawai negeri

(public servant) maupun untuk pelayanan publik (public services). Begitu anggaran

daerah ditetapkan, maka pokok-pokok yang tercantum di dalamnya menjadi acuan utama

semua kebijakan pengeluaran daerah dalam satu periode ke depan. Kedudukan anggaran

daerah menjadi sangat fundamental. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah

pernahkah anggaran daerah ini diaudit oleh pihak independen sebelum ditetapkan dan

dilaksanakan.

Kenapa anggaran daerah perlu diaudit, bukankah audit itu ditujukan terhadap kegiatan

yang sudah berlalu?. Pertanyaan seperti ini sangat wajar, karena umumnya memang audit

ditujukan untuk menilai kewajaran atas suatu kegiatan yang sudah terjadi dibandingkan

dengan kriteria yang ditetapkan. Audit kinerja dilakukan dengan cara membandingkan

realisasi anggaran dengan kriterianya yaitu anggaran itu sendiri. Jika kriteria (anggaran)

dibuat dengan tidak wajar maka pelaksanaannya juga pasti tidak wajar. Namun,

ketidakwajaran tersebut tidak akan terlihat manakala realisasi sudah sesuai dengan

anggaran. Apa yang terjadi, penyimpangan terhadap tujuan penganggaran daerah tidak

bisa dideteksi.

Harus disadari, proporsi penerimaan daerah yang berasal dari pajak cukup besar. Artinya,

masyarakat secara tidak langsung memiliki saham terhadap keuangan daerah yang harus

dikelola dan dipertanggungjawabkan. Anggaran daerah sebagai pedoman pengalokasian

keuangan daerah harus menjamin tersalurkannya pengeluaran untuk pembangunan dan

pelayanan publik. Karenanya APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) harus

benar-benar dapat mencerminkan kebutuhan masyarakat dengan memperhatikan potensi

dan keanekaragaman daerah. Pemerintah daerah harus mampu menjawab tuntutan

Page 2: Anggaran Daerah-Artikel Kr

masyarakat melalui berbagai program dan kegiatan yang tercantum dalam APBD yang

mencakup upaya peningkatan kualitas dan kuantitas layanan jasa publik, seperti

pendidikan, kesehatan, kebersihan, keamanan, ketertiban, transportasi dan lain

sebagainya.

Adalah hak dari setiap masyarakat untuk memperoleh pelayanan publik dengan baik.

Bagaimana proporsi rencana pengeluaran untuk belanja pegawai jika dibandingkan

dengan yang dialokasikan untuk  pengeluaran pembangunan,  pemeliharaan dan

pembangunan infrastruktur serta peningkatan pelayanan publik. Siapa yang menjamin

semua rencana pengeluaran diformulasikan secara proporsional, obyektif dan wajar.

Apakah wakil rakyat mampu memberikan jaminan atas permasalahan itu jika beliau juga

memperoleh jatah plafon dari anggaran daerah tersebut. Banyak kepentingan yang ikut

bermain dalam proses penganggaran daerah ini yang pada akhirnya dicapai konsensus

politis yang happy-happy solution.

Perdebatan yang alot dalam merumuskan anggaran daerah menunjukkan terjadinya

pertarungan kepentingan individu dan atau golongan. Sekedar mengingatkan atas makna

pegawai negeri yang sebetulnya adalah public servant = pembantu (abdi) masyarakat.

Jadi tugas utama pegawai negeri memang membantu atau mengabdi atau melayani

masyarakat. Tentunya kalau menyadari posisinya seperti tersebut, dalam perdebatan

sengit penetapan anggaran daerah akan sangat bijak jika yang diributkan adalah seputar

bagaimana jatah anggaran untuk peningkatan pelayanan publik, untuk mengatasi banjir,

untuk penanganan musibah gempa/tsunami, untuk pembangunan jalan umum dan

sebagainya. Cukup ironis jika perdebatan tersebut mengarah pada kepentingan individu

atau golongan misalnya kenaikan kompensasi, kenaikan tunjangan, peningkatan

kesejahteraan, tunjangan komunikasi dan sebagainya.

Partisipasi masyarakat untuk mengawasi proses penetapan anggaran daerah dapat

dilakukan melalui audit oleh pihak independen non birokrat. Fenomena di atas

menunjukkan sangat pentingnya peran auditing terhadap perencanaan keuangan daerah

ini, bahkan bisa jadi lebih penting daripada audit laporan historis. Kesimpulan audit

Page 3: Anggaran Daerah-Artikel Kr

laporan historis menjadi kurang bermakna jika anggaran sebagai salah satu kriteria

pemeriksaan ternyata ditetapkan dengan tidak wajar.

Kebijakan penyusunan APBD tidak saja bertujuan mengembalikan pertumbuhan

ekonomi daerah dengan cepat, tetapi perlu dilakukan perbaikan terhadap kesalahan-

kesalahan di masa lalu, baik pada individu para penyelenggara kebijakan maupun

mekanisme institusional. Perbaikan terhadap kesalahan-kesalahan di masa lalu

diwujudkan dengan penyusunan anggaran yang bukan sekedar mengulang item mata

anggaran masa lalu (line item) dan menambah jumlahnya (incrementalism). Namun

dengan kajian yang menjunjung tinggi integritas dan obyektifitas, item mata anggaran

masa lalu bisa diganti, dimodifikasi atau muncul item baru dengan jumlah proporsional

prioritas kepentingan umum dan pembangunan.

Proporsi APBD idealnya adalah alokasi anggaran bagi program pembangunan dan

layanan publik yang berorientasi pada penyelesaian problem mendasar masyarakat lebih

besar daripada untuk belanja aparatur. Selama ini beban APBD lebih banyak digunakan

untuk belanja aparatur. Memang anggaran untuk belanja publik mengalami peningkatan,

namun sebagian dari peruntukkannya masih ditujukan pada belanja aparatur. Salah satu

cara untuk meningkatan alokasi anggaran bagi masyarakat adalah melakukan

penghematan dengan memangkas anggaran yang tidak berpihak pada peningkatan

kesejahteraan masyarakat.

Ada yang harus diwaspadai. Tuntutan agar anggaran daerah berpihak pada masyarakat

sering disiasati dengan ditetapkannya proyek-proyek yang berlabel atas nama rakyat.

Proyek pembangunan jalan, jembatan, pengentasan kemiskinan, peningkatan kesehatan,

pendidikan adalah proyek manis yang jelas berpihak pada masyarakat. Audit perlu

dilakukan terhadap rencana proyek pembangunan tersebut yang salah satunya bertujuan

untuk menjamin bahwa tidak ada komitmen yang terjadi antara pejabat pemerintahan

dengan vendor. Tidak fair jika motif menggoalkan anggaran tersebut dilandasi oleh

komisi yang bakal diterima dari vendor yang kelak disetting sebagai pelaksana.

Page 4: Anggaran Daerah-Artikel Kr

Pada tahap implementasi anggaran daerah juga masih sangat perlu dilakukan

pemeriksaan. Pada dasarnya audit anggaran daerah tidak mesti hanya dilakukan akhir

periode pada saat LPJ. Audit pada saat implementasi anggaran daerah sangat membantu

terutama untuk (1) mengetahui efisiensi dan efektifitas pelayanan jasa (service delivery)

yang diberikan oleh para abdi masyarakat; (2) penyalahgunaan  kekuasaan (abuse of

power) dan penyimpangan penggunaan dana; (3) mekanisme pencatatan dan pelaporan.

Dengan audit pada saat implementasi, berbagai penyimpangan tersebut dapat segera

dideteksi sehingga tidak terlambat dalam memberikan tindakan.

Resistensi cukup besar untuk berubah justru berasal dari lingkungan internal. Bisa jadi

sebagian besar menolak dilakukan audit terhadap tahap penyusunan dan implementasi

anggaran daerah. Lebih nyaman mempertahankan status quo daripada melakukan

perubahan. Kelompok anti perubahan ini tentunya cukup terganggu dengan ide audit

anggaran daerah ini. Cara ’bijak’ menanggapinya adalah dengan menyatakan bahwa ide

tersebut cukup ideal tetapi belum bisa dilaksanakan. Maka akhirnya gagasan audit

anggaran daerah akan direspon sebagai wacana. Kata-kata klasik untuk menggantikan

istilah menunda sampai batas waktu tidak menentu…!

* Mohamad Mahsun, SE, M.Si, Ak

Dosen Tetap STIE Widya Wiwaha Yogyakarta dan Associate Partner Kantor

Akuntan Publik JSA Jakarta