anfis bab ii gabungan autosivefd

68
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sistem Saraf 2.1.1 Pengertian Sistem Saraf Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh. Sistem saraf memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan cepat terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan luar maupun dalam. Untuk menanggapi rangsangan, ada tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf, yaitu: a Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang bertindak sebagai reseptor adalah organ indera. 1

Upload: pande-setia

Post on 18-Dec-2015

274 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

hvhjsvxhhas

TRANSCRIPT

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Sistem Saraf2.1.1 Pengertian Sistem Saraf

Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh. Sistem saraf memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan cepat terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan luar maupun dalam. Untuk menanggapi rangsangan, ada tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf, yaitu:

a Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang bertindak sebagai reseptor adalah organ indera.

b Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari berkas serabut penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus yang memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron.

c Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh penghantar impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot dan kelenjar.

2.1.2 Fungsi sarafFungsi saraf adalah sebagai berikut : a Menerima rangsangan (oleh indera) b Meneruskan impuls saraf ke sistem saraf pusat (oleh saraf sensorik) c Mengolah rangsangan untuk menentukan tanggapan (oleh sistem saraf pusat) d Meneruskan rangsangan dari sistem saraf pusat ke efektor (oleh saraf motorik). 2.1.3 Sel Saraf

1. Neuron Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron bergabung membentuk suatu jaringan untuk mengantarkan impuls (rangsangan). Satu sel saraf tersusun dari badan sel, dendrit, dan akson. a Badan sel Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf. Badan sel berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson. Pada badan sel saraf terdapat inti sel, sitoplasma, mitokondria, sentrosom, badan golgi, lisosom, dan badan nisel. Badan nisel merupakan kumpulan retikulum endoplasma tempat transportasi sintesis protein. b Dendrit Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang-cabang. Dendrit merupakan perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan mengantarkan rangsangan ke badan sel. c Akson Akson disebut neurit. Neurit adalah serabut sel saraf panjang yang merupakan perjuluran sitoplasma badan sel. Di dalam neurit terdapat benang-benang halus yang disebut neurofibril. Neurofibril dibungkus oleh beberapa lapis selaput mielin yang banyak mengandung zat lemak dan berfungsi untuk mempercepat jalannya rangsangan. Selaput mielin tersebut dibungkus oleh sel-sel sachwann yang akan membentuk suatu jaringan yang dapat menyediakan makanan untuk neurit dan membantu pembentukan neurit. Lapisan mielin sebelah luar disebut neurilemma yang melindungi akson dari kerusakan. Bagian neurit ada yang tidak dibungkus oleh lapisan mielin. Bagian ini disebut dengan nodus ranvier dan berfungsi mempercepat jalannya rangsangan. Ada tiga macam sel saraf yang dikelompokkan berdasarkan struktur dan fungsinya, yaitu: 1. Sel saraf sensorik, adalah sel saraf yang berfungsi menerima rangsangan dari reseptor yaitu alat indera. 2. Sel saraf motorik, adalah sel saraf yang berfungsi mengantarkan rangsangan ke efektor yaitu otot dan kelenjar. Rangsangan yang diantarkan berasal atau diterima dari otak dan sumsum tulang belakang. Perbedaan struktur dan fungsi dari ketiga jenis sel saraf tersebut lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel Perbedaan sel saraf sensorik, penghubung, dan motorik.3. Sel saraf penghubung adalah sel saraf yang berfungsi menghubungkan sel saraf satu dengan sel saraf lainnya. Sel saraf ini banyak ditemukan di otak dan sumsum tulang belakang. Sel saraf yang dihubungkan adalah sel saraf sensorik dan sel saraf motorik.Saraf yang satu dengan saraf lainnya saling berhubungan. Hubungan antara saraf tersebut disebut sinapsis. Sinapsis ini terletak antara dendrit dan neurit. Bentuk sinapsis seperti benjolan dengan kantung-kantung yang berisi zat kimia seperti asetilkolin (Ach) dan enzim kolinesterase. Zat-zat tersebut berperan dalam mentransfer impuls pada sinapsis. 2. Impuls Impuls adalah rangsangan atau pesan yang diterima oleh reseptor dari lingkungan luar, kemudian dibawa oleh neuron. Impuls dapat juga dikatakan sebagai serangkaian pulsa elektrik yang menjalari serabut saraf. Contoh rangsangan adalah sebagai berikut: a Perubahan dari dingin menjadi panas. b Perubahan dari tidak ada tekanan pada kulit menjadi ada tekanan. c Berbagai macam aroma yang tercium oleh hidung. d Suatu benda yang menarik perhatian. e Suara bising. f Rasa asam, manis, asin dan pahit pada makanan. Impuls yang diterima oleh reseptor dan disampaikan ke efektor akan menyebabkan terjadinya gerakan atau perubahan pada efektor. Gerakan tersebut adalah sebagai berikut.2.2 Gerak Sadar dan Gerak Tak Sadar

2.2.1 Gerak SadarGerak Sadar dan Gerak Refleks Gerak sadar adalah gerakan yang terjadi karena proses yang disadari. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor. Skema gerak sadar adalah sebagai berikut:

2.2.2 Gerak Refleks (Tidak Sadar)

Gerak refleks merupakan gerakan yang terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan. Rangkaian (jalur) saraf yang terlibat dalam aktivitas refleks disebut lengkung refleks, yaitu terdiri dari 5 komponen dasar: (1) reseptor, (2) jalur aferen sensorik, (3) pusat pengintegrasi, (4) jalur aferen motorik, (5) efektor. Respon merespon stimulus yang merupakan suatu perubahan atau kimia dalam lingkungan reseptor. Dalam merespon stimulus, reseptor mengubah energi stimulus menjadi energi bioelektrik disebut potensial reseptor yang berbentuk potensial bertingkat. Potensial reseptor ini akan dirambatkan ke pusat pengintegrasi refleks-refleks dasar, sedangkan bagian otak yang lebih tinggi memproses refleks yang dipelajari. Pusat pengintegrasian memproses semua informasi yang dapat diperoleh dari reseptor tersebut termasuk semua informasi dari input lain, kemudian membuat suatu keputusan tentan respon yang sesuai. Instruksi dari pusat pengintegrasi diteruskan melalui lintasan eferen ke efektor (suatu otot atau kelenjar) yang melaksanakan respon yang diinginkan. Berikut adalah macam-macam gerak refleks berdasarkan pengklasifikasiannya, antara lain: a. Gerak Refleks Berdasarkan Prosesnya (dipelajari/tidak dipelajari). Terdapat dua tipe refleks menurut prosesnya, yaitu: Refleks sederhana atau refleks dasar: refleks yang menyatu tanpa dipelajari, seperti mengedipkan mata pada saat ada benda yang menuju ke arahnya. Refleks yang dipelajari atau dikondisikan: refleks yang dihasilkan dari berbuat dan belajar, seperti membelokkan mobil kalau mau menabrak benda. Kita mengerjakan hal tersebut secara otomatis, tetapi hanya setelah banyak berlatih secara sadar. b. Gerak Refleks Berdasarkan Pusat Pengintegrasinya. Terdapat dua tipe refleks menurut pusat pengintegrasinya, yaitu: Refleks Kranial: refleks yang diintegrasikan oleh otak. Semua komponen yang diperlukan untuk menyambung input aferen ke respon aferen pada otak. Contoh: refleks mengedipkan mata. Refleks Spinal: refleks yang diintegrasikan oleh sumsum tulang belakang, semua komponen yang diperlukan untuk menyambung input aferen ke respon aferen berada dalam sumsum tulang belakang. c. Gerak Refleks Berdasarkan Jumlah sinaps dalam lengkung refleksnya. Terdapat dua tipe refleks menurut jumlah sinapsnya, yaitu: Refleks Monoseptik: refleks yang melibatkan satu sinaps. Contoh: refleks regangan pada patela yang melibatkan satu sinaps, yaitu antara neuron aferen yang berasal dari reseptor regangan dalam otot kerangka, yang bersinapsis dengan neuron eferen untuk otot rangka yang sama. Contoh salah satu gerak refleks monosinaptik adalah ketika kaki kita meregang.

Mekanisme Gerak Refleks Monosinaptik dapat diskemakan sebagai berikut: Refleks Polisinaptik: refleks yang melibatkan banyak sinaps. Contoh: refleks menarik tangan ketika terkena api

Refleks menarik diri dapat dijelaskan sebagai berikut: Stimulus panas yang mengenai jari, oleh reseptor panas akan diubah menjadi potensial aksi yang akan dirambatkan melalui saraf aferen masuk ke sumsum tulang belakang. Saraf aferen bersinapsis dengan beberapa interneuron dan akan terjadi rangkaian peristiwa, sebagai berikut ini: 1) Potensial aksi akan menstimulus beberapa saraf interneuron yang pada gilirannya menstimulus saraf eferen motorik yang menginervasi triseps, suatu oto ekstensor pada persendian siku. Akibat dari konstraksi triseps maka tangan tertarik dari benda panas tersebut. 2) Potensial aksi pada saat yang sama juga menstimulus interneuron lain, yang pada gilirannya menghambat neuron eferen yang menginervasi biseps, sehingga biseps tidak berkontraksi. Biseps adalah otot-otot pada lengan atas yang menggerakkan lengan bawah sehingga siku lebih menekuk (menutup). Jika triseps sedang berkontaksi membuka lengan bawah, ini akan diimbangi oleh relaksasi dari biseps. Tipe hubungan saraf yang melibatkan stimulasi saraf yang menginervasi satu otot dan secara bersama-sama melakukan penghambatan pada otot antagonisnya diketahui sebagai inervasi resiprokal. 3) Potensial aksi juga stimulus interneuron yang lain lagi yang membawa sinyal ke atas ke otak melalui jalur naik. Pada impuls mencapai daerah korteks sensori otak, maka orang yang bersangkutan merasa sakit dan menyadari apa yang sedang terjadi. Juga bila impuls mencapai otak, maka informasi dapat disimpan sebagai memori, dan seseorang dapat mulai berpikir tentang situasi yang terjadi, apa yang harus dilakukan untuk menghindari kejadian yang sama, dsb.2.3 Sistem Saraf OtonomDivisi eferen sistem saraf perifer adalah penghubung komunkasi dengan susunan saraf pusat yang mengontrol aktivitas otot dan kelenjar. SSP mengatur organ-organ efektor ini dengan menimbulkan potensial aksi di badan-badan sel neuron eferen yang akson-aksonnya berakhir di organ-organ tersebut. Otot jantung, otot polos, sebagian besar kelenjar eksokrin, dan sebgaian kelenjar endokrin dipersarafi oleh sistem saraf otonom, yang dianggap merupakan cabang involunter divisi eferen perifer. Otot-otot rangka dipersarafi oleh sistem saraf somatik, yaitu cabang volunter divisi eferen perifer. Jalur saraf otonom terdiri dari suatu rantai dua neuron, dengan neurotransmiter terakhir yang berbeda antara saraf simpatis dan parasimpatis. Setiap jalur saraf otonom yang berjalan dari SSP ke suatu organ terdiri dari satu rantai yang terdiri dari dua neuron. Badan sel neuro pertama dirantai tersebut terletak di SSP. Aksonnya, serat praganglion, bersnaps dengan badan sel neuron kedua, yang terdapat di dalam suatu ganglion di luar SSP. Akson neuron kedua, serat pasca ganglion, mempersarafi organ-organ efektor.Sistem saraf otonom terdiri dari dua divisi sistem saraf simpatis dan parasimpatis. (Tabel 7-1). Serat-serat saraf simpatis berasal dari daerah torakal dan lumbal korda spinalis (Gbr.7-1). Sebagian besar saraf praganglion simpatis berukuran sangat pendek, bersinaps dengan badan sel neuron pasca ganglion di dalam ganglion yang terdapat di rantai ganglion simpatis (sympatetic trunk) yang terletak dikedua sis korda spinalis. Saraf pasca ganglion panjang yang berasal dari rantai ganglion itu berakhir di organ-organ efektor. Sebagian saraf praganglion melewati rantai ganglion tanpa membentuk sinaps dan kemudian berakhir di ganglion kolateral simpatis yang terletak sekitar separuh jalan antara SSP dan organ-organ yang dipersarafi, dengan serat pasca ganglion menjalani jarak sisanya. Serat-serat praganglion parasimpatis berasal dari daerah kranial dan sakral SSP. (Sebagian saraf kranialis mengandung serat parasimpatis). Serat-serat ini berukuran lebih panjang dibandingkan dengan sera praganglion simpatis karena serat-serat itu tidak terputus sampai mencapai ganglion terminal yang terletak di dalam atau dekat organ efektor. Serat-serat pasca ganglion yang sangat pendek berakhir di sel-sel organ yang bersangkutan itu sendiri.Serat-serat praganglion simpatis dan parasimpatis mengeluarkan neuro transmiter yang sama, yaitu asetilkolin (Ach), tetapi ujung-ujung pasca ganglion kedua sistem ini mengeluarkan neurotransmiter yang berlainan (neurotransmitter yang mempengaruhi organ efektor). Serat-serat pasca ganglion parasimpatis mengeluarkan asetilkolin. Dengan demikian, serat-serat itu, bersama dengan semua saraf praganglion otonom disebut serat kolinergik. Sebaliknya, sebagian besar saraf pascaganglion simpatis disebut saraf adrenergik, karena mengeluarkan noradrenalin, lebih umum dikenal sebagai, norepinefrin. Baik asetilkolin maupun norepinefrin juga berfungsi sebagai zat perantara kimiawi dibagian tubuh lainnya (Tabel 7-2)Serat-serat otonom pascaganglion tidak berakhir di sebuah tonjolan seperti kepala sinaps (synaptib knop), namun cabang-cabang terminal dari serat otonom mengandung banyak tonjolan, atau varicosities, yang secara simultan mengeluarkan neurotransmiter ke daerah luas pada organ yang dipersarafi dan bukan ke sebuah sel. Pelepasan neurotransmitter yang bersifat difus ini disertai kenyataan bahwa di otot polos dan jantung setiap perubahan aktivitas listrik akan disebarkan melalui gap juction, memiliki arti bahwa keseluruhan organ biasanya dipengaruhi aktivitas otonom bukan sel satu per satu.

2.3.1 Sistem Saraf Otonom Mengontrol Aktivitas Organ Viseral Involunteer.Sistem saraf otonom mengatur aktivitas alat-alat dalam (viseral) yang dalam keadaan normal diluar kesadaran dan kontrol volunteer, misalnya sirkulasi, perencanaan, berkeringat, dan ukuran pupil. Dengan demikian, sistem ini dianggap sebagai cabang involunteer divisi eferen, berbeda dengan cabang volunteer somatik, yang mempersarafi otot rangka dan dapat dikontrol secara volunteer. Namun, tidaklah seluruhnya benar bahwa individu tidak memiliki kontrol terhadap aktivitas yang diatur oleh sistem otonom. Informasi aferen viseral biasanya tidak mencapai tingkat kesadaran, sehingga individu tidak mungkin secara sadar mengontrol keluaran eferen yang timbul. Namun, dengan teknik-teknik biofeedback (umpan-balik hayati), individu dapat diberi suatu sinyal sadar mengenai informasi aferen viseral, misalnya dalam bentuk suara, cahaya, atau tampilan grafik pada layar komputer. Sinyal ini memungkinkan individu yang bersangkutan sedikit banyak melakukan kontrol volunter atas kejadian-kejadian yang dalam keadaan normal dianggap sebagai aktivitas bawah sadar. Sebagai contoh, orang-orang tertentu telah belajar untuk secara sengaja menurunkan tekanan darah mereka ketika mereka mendengar bahwa tekanan darah meningkat melalui suatu alat khusus yang mengubah tingkat tekanan darah menjadi sinyal suara. Akhir-akhir ini teknik umpan-balik hayati semacam itu semakin luas diterima dan digunakan.2.3.2 Sistem Saraf Simpatis Dan Parasimpatis Bersama-Sama Mempersarafi Sebagian Besar Organ Viseral.

Sebagian besar organ viseral dipersarafi oleh serat-serat simpatis dan parasimpatis. Sistem saraf simpatis dan parasimpatis menimbulkan efek yang bertentangan pada organ tertentu. Stimulasi simpatis meningkatkan kecepatan denyut jantung, sementara stimulasi parasimpatis menurunkannya, stimulasi simpatis memperlambat gerakan saluran pencernaan, sedangkan stimulasi parasimpatis meningkatkan motilitas saluran pencernaan. Kedua sistem meningkatkan aktivitas beberapa organ dan menurunkan aktivitas organ-organ lain.

Biasanya kedua sistem aktif secara parsial, yaitu dalam keadaan normal serat-serat simpatis dan parasimpatis yang mempersarafi suatu organ memiliki potensial aksi. Aktivitas yang berlangsung terus menerus ini disebut tonus simpatis dan parasimpatis atau aktivitas tonik. Pada keadaan tertentu, aktivitas salah satu divisi dapat mendominasi yang lain. Dominansi simpatis pada suatu organ timbul jika kecepatan pembentukan potensial aksi serat-serat simpatis meningkat melebihi tingkat melebihi tingkat tonik, disertai oleh penurunan simultan frekuensi potensial aksi serat parasimpatis ke organ yang sama. Hal yang sebaliknya berlaku untuk dominansi parasimpatis. Pergeseran keseimbangan antara aktivitas simpatis dan parasimpatis dapat berlangsung secara terpisah di setiap organ untuk memenuhi kebutuhan spesifik tertentu, atau berlangsung secara lebih menyeluruh dengan salah satu sistem mengalahkan sistem yang lain untuk mengontrol banyak fungsi tubuh. Pelepasan muatan masif yang menyeluruh lebih serng terjadi pada sistem simpatis. Manfaat dari potensial pelepasan muatan simpatis yang masif ini terlihat pada situasi-situasi pada saat sistem ini biasanya mendominasi.

Sistem simpatis meningkatkan respon-respon yang mempersiapkan tubuh untuk melakukan aktivitas fisik yang berat dalam menghadapi situasi penuh stres atau darurat, misalnya ancaman fisik dari lingkungan luar. Respons semacam ini biasanya disebut sebagai disebut sebagai fight-or-flight response karena sistem simpatis mempersiapkan tubuh untuk melawan atau melarikan diri dari ancaman. Jantung berdenyut lebih cepat dan lebih kuat, tekanan darah meningkat karena konstriksi umum pembuluh darah, saluran pernapasan terbuka lebar untuk memungkinkan aliran udara maksimal glikogen (simpanan gula) dan simpanan lemak dipecah untuk menghasilkan bahan bakar tambahan dalam darah dan pembuluh darah yang memperdarahi otot-otot rangka berdilatasi (terbuka lebih lebar). Semua respons ini ditujukan untuk meningkatkan aliran darah yang kaya oksigen dan nutrisi ke otot-otot rangka sebagai antisipasi terhadap aktivitas fisik yang berat. Selanjutnya pupil berdilatasi dan mata menyesuaikan diri untuk melihat jauh, yang memungkinkan individu membuat penilaian visuak yang ceoat mengenai situasi keseluruhan yang mengancam. Terjadi peningkatan keringat sebagai antisipasi terhadap peningkatan produksi panas yang berlebihan akibat aktivitas fisik. Karena aktivitas pencernaan dan berkemih kurang penting dalam menghadapi ancaman, sistem simpatis menghambat aktivitas-aktivitas ini.

Sistem parasimpatis di pihak lain, mendominasi pada situasi yang tenang dan rileks. Pada keadaan-keadaan yang tidak mengancam tubuh dapat lebih memusatkan diri pada aktivitas rumah tangga umum-nya sendiri, misalnya pencernaan dan pengosongan kandung kemih. Sistem parasimpatis mendorong fungsi-fungsi tubuh seperti ini, sementara memperlambat aktivitas-aktivitas yang ditingkatkan oleh sistem simpatis. Sebagai contoh tatkala seorang sedang dalam keadaan tenang,jantung tidak perlu berdenyut dengan cepat dan kuat. Peningkatan kecepatan denyut jantung akibat stimulasi simpatis dapat secara bertahap diturunkan ke tingkat normal setelah situasi yang menegangkan dengan menurukan kecepatan pembentukan potensial aksi di saraf simpatis jantung, tetapi denyut jantung tersebut dapat dikurangi lebih cepat apabila secara bersamaan terjadi peningkatan stimulasi parasimpatik ke jantung.

Terdapat beberapa kekecualian terhadap sifat umum persarafan timbal balik ganda oleh kedua cabang sistem saraf otonom tersebut, yang paling menonjol adalah sebagai berikut:a Pembuluh darah yang dipersarafi (sebagian besar arteriol dan vena dipersaraf, arteri dan kapiler tidak hanya menerima serat-serat saraf simpatis. Pengaturan dilaksanakan dengan meningkatkan atau menurunkan kecepatan pembentukan potensial aksi di atas atau di bawah tingkat tonik serat simpatis tersebut. Satu-satunya pembuluh darah yang mendapatkan persarafan parasimpatis adalah pembuluh darah yang memperdarahi penis dan klitoris. Kontrol vaskuler yang akurat di kedua organ ini oleh persarafan ganda penting untuk menimbulkan ereksi.

b Kelenjar keringat hanya dipersarafi oleh saraf simpatis. Serat-serat pascaganglion saraf-saraf ini tidak lazim karena mereka mengeluarkan asetilkolin dan bukan norepinefrin.

c Kelenjar liur dipersarafi oleh kedua divisi otonom, tetapi tidak seperti di tempat lain, aktivitas simpatis dan parasimpatis tidak antagonistik. Keduanya merangsang sekresi air liur, tetapi komposisi dan volume air liur yang terbentuk berbeda, bergantung pada cabang otonom mana yang lebih dominan. 2.3.3 Medula Adrenal, Suatu Kelenjar Endokrin, Adalah Sistem Saraf Simpatis Yang Mengalami Modifikasi

Medula adrenal, bagian dalam suatu kelenjar endokrin yang dikenal sebagai kelenjar adrenal, dianggap sebgai suatu modifikasi ganglion simpatis yang tidak membentuk serat pascaganglion. Bahkan, medula adrenal mengeluarkan hormon-hormon ke dalam darah apabila dirangsang oleh serat praganglion yang berasal dari SSP. Tidak mengherankan bila hormon-hormon tersebut identik/serupa dengan neurotransmiter simpatis pascaganglion. Sekitar 20% dari hormon yang dikeluarkan oleh medula adrenal adalah norepinefrin, dan 80% sisanya adalah zat terkait erat, yaitu epinefrin (adrenalin). Hormon ini secara umum bekerja untuk memperkuat aktivitas sistem saraf simpatis. 2.3.4 Terdapat Beberapa Jenis Protein Reseptor Membran Untuk Setiap Neurotransmiter Otonom

Karena setiap neurotransmiter dan hormon medula menimbulkan respon yang berbeda, yaitu merangsang aktivitas di sebagian jaringan, tetapi menghambat aktivitas di jaringan lain, perbedaan respon tersebut pastilah bergantung pada spesialisasi sel-sel jaringan dan bukan pada sifat zat perantara kimiawi itu sendiri. Sel-sel jaringan sasaran memiliki satu atau beberapa jenis protein reseptor membran plasma untuk zat-zat perantara kimiawi tersebut. Pengikatan suatu neurotransmiter ke suatu reseptor menginduksi respon spesifik jaringan melalui sistem perantara kedua yang terdapat di dalam sel.

Telah diketahui adanya 2 jenis reseptor aseptilkolin (kolinergik)-reseptor nicotinik dan muskarinik-berdasarkan responnya terhadap obat tertentu. Reseptor nicotinik (diaktifkan oleh turunan tanaman tembakau, nikotin) ditemukan di semua ganglion otonom. Reseptor ini berespon terhadap asetilcolin yang dikeluarkan oleh kedua serat praganglion simpatis dan parasimpatis. Reseptor muskarininik (diaktifkan oleh racun jamur, muskarin) ditemukan di membran sel efektor (otot polos, otot jantung, dan kelenjar eksokrin). Reseptor ini berikatan dengan asetilcolin yang dikeluarkan dari serat-serat pascaganglion parasimpatis.

Terdapat 2 kelas utama reseptor adrenergik untuk norepinefrin dan epinefrin berdasarkan kemampuan berbagai obat untuk memulai/mencegah respon di organ efektor. Reseptor-reseptor tersebut dirancang sebagai reseptor alfa () dan beta (), yang kemudian diklasifikasikan lebih lanjut menjadi reseptor-reseptor 1 dan 2. Reseptor-reseptor ini tersebar dengan jelas diantara organ-organ efektor. Reseptor jenis 2 berikatan terutama dengan epinefrin, sementara reseptor 1 dan memiliki afinitas yang kira-kira setara untuk berikatan dengan norepinefrin dan epinefrin. Pengaktifan reseptor biasanya menimbulkan respon eksitatorik di organ efektor sebagai contoh, kontraksi arteriol yang disebabkan oleh peningkatan kontraksi otot polos di dinding pembuluh darah ini. Stimulasi reseptor 1, yang terutama dijumpai pada jantung, juga menimbukan respons eksitatorik, yaitu peninhgkatan kecepatan dan kekuatan denyut jantung . respon terhadapa pengaktifan reseptor 2 biasanya bersifat inhibitorik, misalnya dilatasi arterior atau bronkeoulus (saluran napa) akibat relaksasi otot di dinding saluran-saluran tersebut.Jenis ReseptorTempat ReseptorBerespon Terhadap Asetilkolin yang Dikeluarkan dari :

Reseptor nikotinikSemua ganglion otonomSerat praganglion simpatis dan parasimpatis

Motor End-plate serat otot rangka Neuron motorik

Sebagian dendrit dan badan sel SSP Sebagian terminal prasinaps SSP

Reseptor muskarinikSel-sel efektor (otot jantung, otot polos, kelenjar)Serat pascaganglion parasimpatis

Sebagian dendrit dan badan sel SSP Sebagian terminal prasinaps SSP

Tabel : Letak Reseptor Kolinergik Nikotinik dan Muskarinik

Karena pengaktifan berbagai jenis reseptor menimbulkan respon yang berbeda-beda terhadap zat perantara (pembawa pesan) yang sama, reseptor-reseptor ini dapat dimanipilsi secara cukup selektif oleh obat-obatan. Obat-obatan yang tersedia secara selektif meningkatkan atau menyerupai (agonis) atau menghambat (antagonis) respon otonom di setiap jenis reseptor. Sebagian hanya untuk kepentingan eksperimental, tetapi sebagian lainnya sangat penting untuk pengobatan. Sebagai contoh, atropin menghambat efek asetilkolin di reseptor muskarinik, tetapi tidak mempengaruhi reseptor nikotinik. Karena asetil kolin yang dikeluarkan oleh serat-serat praganglion parasimpatis dan simpatis berikatan dengan reseptor nikotinik, penghambatan pada sinaps nikotinik akan melumpuhkan kedua cabang otonom ini. Dengan bekerja secara selektif hanya untuk mengganggu kerja asetilkolin di taut muskarinik, yaitu tempat kerja paskaganglion parasimpatis, atrofin secara efektif menghambat efek parasimpatis, tetapi sama sekali tidak mempengaruhi aktifitas fisik. Prinsip ini digunakan untuk menekan sekresi air liur dan bronkus sebelum pembedahan untuk mengurangi risiko pasien menghirup sekresi tersebut ke dalam paru mereka. Obat-obat yang bekerja secara selektif di reseptor adrinergik dan baik mengaktifkan atau menghambat efek simpatis spesifik digunakan secara luas. Salbutamol adalah suatu contoh yang baik. Obat ini pada dosis rendah mengaktifkan reseptor adrenergik 2 secar selektif, sehingga dalam terapi asma kita dapat mendilatasi bronkeoulus tanpa merangsang jantung (jantung memiliki reseptor 1 ). Obat-obat lain yang bekerja secar selektif di reseptor dan bermanfaat untuk memanipulasi tekanan darah dan kecepatan denyut jantung dalam pengobatan hipertensi dan aritmia jantung.

2.3.5 Banyak Bagian Di Susunan Saraf Pusat Terlibat Dalam Mengontrol Aktivitas Otonom.

Pesan-pesan dari SSP disampaikan ke otot jantung, otot polos, dan kelenjar melalui saraf otonom, tetapi bagian-bagian mana dari SSP yang mengatur keluaran otonom?a Sebagian refleks otonom, misalanya berkemih, defekasi, dan ekskresi, terintegrasi di tingkat korda spinalis, tetapi semua refleks spinal ini dapat dikontrol oleh tingkat kesadaran yang lebih tinggi.

b Medula di dalam batang otak adalah bagian yang secara langsung paling bertanggungjawab untuk keluaran otonom. Pusat-pusat untuk mengontrol aktivitas kardiovaskular, respirasi, dan pencernaan melalui sistem otonom terletak di sini.

c Hipotalamus berperan penting dalam mengintegrasikan respon otonom, somatik, dan endokrin yang otomatis menyertai berbagai keadaan emosi dan perilaku. Sebagai contoh, peningkatan kecepatan denyut jantung, tekanan darah, dan aktivitas pernapasan yang berkaitan dengan rasa marah atau takut ditimbulkan oleh hipotalamus yang bekerja melalui medula.

d Aktivitas otonom juga dapat dipengaruhi oleh korteks frontalis melalui keterlibatannya dalam ekspresi emosi yang khas untuk kepribadian individu. Suatu contoh adalah timbulnya kemerahan pada wajah saat seseorang merasa malu, yang disebabkan oleh dilatasi pembuluh darah kulit di daerah pipi. Respon seperti ini diperantarai oleh jalur-jalur hipotalamus-medula.

Pada proses penuaan timbul berbagai macam gangguan fungsi otonom. Penelitian-penelitian pendahuluan mengisyaratkan bahwa terjadi penurunan kontrol otonom seiring dengan pertambahan usia.

2.4 Sistem Saraf Somatik2.4.1 Neuron Motorik Mempersarafi Otot RangkaOtot rangka dipersarafi oleh neuron motorik, yang akson-aksonnya membentuk system saraf somatic. Badan sel dari neuron-neuron motoric ini terletak di dalam tanduk ventral korda spinalis. Tidak seperti rantai dua-neuron pada saraf-saraf otonom, akson suatu neuron motoric berjalan dari asalnya di korda spinalis sampai tempat terakhirnya di otot rangka. Bagian terminal akson neuron motoric mengeluarkan asetilkolin, yang menimbulkan eksitasi dan kontraksi serat-serat otot yang dipersarafi. Neuron motoric hanya dapat merangsang otot-otot rangka, berbeda dengan serat otonom yang dapat merangsang atau menghambat organ-organ efektor mereka. Inhibisi aktivitas otot rangka hanya dapat dilakukan di dalam SSP melalui pengaktifan masukan sinaps inhibitorik ke dalam sel dan dendrit dari neuron-neuon motoric yang mempersarafi otot-otot tertentu. 2.4.2 Neuron Motorik adalah Jalur Bersama Terakhir Neuron motoric dipengaruhi oleh banyak masukan prasinaps konvergen, baik yang bersifat eksitagorik maupun inhibitorik. Sebagian dari masukan ini adalah bagian dari jalur reflex spinal yang berasal dari reseptor-reseptor sensorik perifer. Yang lain adalah bagian dari jalur-jalur desendens yang berasal dari otak. Daerah-daerah di otak yang mengontrol gerakan otot rangka meliputi daerah-daerah motoric korteks, nucleus basal, serebelum, dan batang otak. Neuron motoric dianggap sebagai jalur bersama terakhir (final common pathway) karena satu-satunya jalan bagi setiap bagian lain di system saraf untuk dapat mempengaruhi aktivitas otot rangka adalah dengan bekerja pada neuron motoric ini. Tingkat aktivitas di suatu neuron motoric serta keluaran yang dihasilkannya ke serat otot rangka yang dipersarafi bergantung pada keseimbangan relative antara EPSP dan IPSP yag ditimbulkan oleh masukan-masukan prasinaps yang berasal dari berbagai daerah di otak. Sistem somatic dianggap berada di bawah control kesadaran (volunteer) ttapi banyak aktivitas otot rangka yang melibatkan postur, keseimbangan, dan gerakan-gerakan stereotipik dikontrol di alam bawah sadar (involunter). Seseorang dapat memutuskan untuk memulai berjalan tetapi seseorang tidak perlu secara sadar melakukan kontraksi dan relaksasi bergantian pada otot-otot yang berperan karena gerakan tersebut sudah dikoordinasikan secara involunter oleh pusat-pusat otak yang lebh rendah. 2.4.3 . Perbandingan Antara Sistem Saraf Otonom dan Sistem Saraf Somatik

SifatSistem Saraf OtonomSistem Saraf Somatik

Tempat AsalOtak atau tanduk lateral korda spinalisTanduk ventral korda spinalis

Jumlah Neuron dari Tempat Asal di SSP sampai ke organ efektorRantai dua-neuron (praganglion dan pascaganglion) Neuron tunggal (neuron motoric)

Organ yang DipersarafiOtot jantung, otot polos, kelenjar eksokrin dan sebagian kelenjar endokrin.Otot angka

Jenis PersarafanSebagian besar organ efektor dipersarafi secara ganda oleh kedua cabang system yang antagonistic ini (simpatis dan parasimpatis) Organ efektor dipersarafi hanya oleh neuron motoric

Neurotransmiter di Organ EfektorMungkin asetilkolin (ujung parasimpatis) atau norepinefrin (ujung simpatis)Hanya asetilkolin

Efek pada Organ EfektorStimulasi atau inhibisi (efek antagonistic dari kedua cabang)Hanya stimulasi (inhibisi hanya dapat terjadi secara sentral melalui IPSP di badan sel dari neuron motoric)

Jeni KontrolDikontrol oleh bawah sadar (involunter) dapat dikontrol secara volunteer degan teknik umpan balik hayati dan latihanDikontrol oleh kesadaran (volunteer), banyak aktivitas yang dikoordinasikan secara bawah sadar

Pusat-Pusat yang Lebih Tinggi di otak yang Ikut MengontrolKorda spinalis, medulla, hipotalamus, korteks frontalisKorda spinalis, korteks motoric, nucleus basal, serebelum, batang otak.

2.5 Masukan Sensori dan Keinginan untuk Bergerak2.5.1 Proses Masukan SensoriHampir seluruh informasi sensorik yang berasal dari segmen somatik tubuh memasuki medula spinalis melalui saraf-saraf spinal pada radiks dorsalis. Biarpun begitu, dari titik masuk kedalam medula spinalis dan kemudian ke otak, sinyal sensorik akan dibawa melalui salah satu dari dua jaras sensorik bolak-balik, yaitu sistem kolumna dorsalis - lemniskus medialis atau sistem anterolateral. Kedua sistem ini sebagian akan kembali bertemu pada tingkat talamus. Sistem kolumna dorsalis-lemniskus medialis, menjalarkan sinyal naik ke medula otak terutama dalam kolumna dorsalis medula spinalis. Lalu, setelah sinyal bersinaps dan menyilang ke sisi berlawanan di dalam medula, sinyal tersebut akan naik melalui lemniskus medialis di batang otak menuju talamus. Sebaliknya, sinyal dalam sistem anterolateral, segera memasuki medula spinnalis dari radiks saraf spinalis dorsali, bersinaps di dalam kornu dorsalis substansiagrisea medula spinalis, lalu menyilang ke sisi yang berlawanan dan naik melalui substansia alba anterior dan lateral medula spinalis. Sinyal tersebut lalu berakhir pada seluruh tingkat batang otak yang lebih rendah dan juga talamus. Struktur subkorteks dan hubungannya dengan korteks dalam fungsi luhur otak.

Daerah-daerah subkorteks (dibawah korteks) otak berinteraksi secara luas dengan korteks dalam melaksanakan fungsi mereka. Daerah-daerah ini mencakup nukleus basal yang terletak di serebrum serta thalamus dan hipothalamus yang terletak di diensepalon. Nukleus basal (juga dikenal sebagai ganglia basal) terdiri dari beberapa massa substansi greycia yang terletak jauh di dalam substansia alba serebrum. Dalam sistem saraf, nujleus (jamak, nuklei) mengacu kepada agregasi fungsional badan-badan neuron. Nukles basal memiliki peran kompleks dalam mengontrol gerakan selain memiliki fungsi-fungsi non motorik yang masih belum diketahui. Secara khusus, nukleus basal penting dalam: 1. Menghambat tonus otot diseluruh tubuh (tonus otot yang sesuai biasanya dipertahankan oleh keseimbangan antara masukan inhibitorik dan eksitatorik ke neuron-neuron yang mempersarafi otot rangka)

2. Memilih dan mempertahankan aktivitas motorik bertujuan sementara menekan pola gerakan yang tidak berguna atau tidak diinginkan

3. Membantu memantau dan mengkoordinasi kontraksi-kontraksi menetap yang lambat, terutama kontraksi yang berkaitan dengan fostur dan penunjang.

Nukleus basal tidak secara langsung mempengaruhi neuron motorik eferon yang menyebabkan kontraksi otot, tetapi bertindak dengan memodifikasi aktivitas-aktivitas yang sedang berlangsug dijalur-jalur motorik.Untuk melaksanakan peran-peran integratif yang kompleks itu, nukleus basal menerima dan mengirim banyak informasi, seperti diisyaratkan oleh banyaknya jumlah serat yang berhubungan dengan mereka ke daerah lain di otak. Sutau jalur penting yang terdiri dari interkoneksi-interkoneksi strategis yang membentuk lengkung umpan balik kompleks menghubungkan korteks serebrum (terutama daerah motorik), nukleus basal, dan thalamus. Diperkirakan bahwa thalamus secara positif memperkuat prilaku motorik volunter yang telah dimulai oleh korteks serebrum, sedangkan nukleus basal memodulasikan aktivitas-aktivitas ini menggunakan efek inhibisi terhadap thalamus untuk menghilangkan gerakan-gerakan antagonistik atau tidak diperlukan. Nukleus basal juga menggunakan efek inhibisi pada neuron motorik dengan bekerja melalui neuron-neuron di batang otak.

+

++

--

+

+

Pentingnya nukleus basal dalam kontrol motorik tampak jelas pada penyakit-penyakit yang mengenai daerah ini, yang tersering adalah penyakit Parkinson. Penyakit ini berkaitan dengan difisiensi dopamin, suatu neurotransmitter penting dinukleus basal. Akibat kekurangan dopamin untuk menjalankan peran normalnya, timbul 3 jenis gangguan motorik yang khas untuk penyakit parkinso :

1. Peningkatan tonus otot atau rigiditas (kekakuan)

2. Gerakan-gerakan involunter yang tidak berguna dan tidak diinginkan, misalnya tremer istirahat (sebagai contoh, tangan secara ritmis bergetar sehingga pasien sulit atau tidak mungkin memegang secangkir kopi)

3. Perlambatan inisiasi dan pelaksanaan prilaku-prilaku motorik yang berbeda.

Para pengidap penyakit Parkinson sulit menghentikan suatu aktivitas yang sedang berjalan. Apabila sedang duduk, pasien cenderung tetap duduk, dan juga berdiri, mereka melakukannya dengan sangat lambat. Talamus adalah stasiun penyambung sensorik dan penting dalam kontrol motorik. Jauh di dalam otak dekat dengan nukleus basal terdapat diensipalon, suatu struktur garis tengah (midline) yang membentuk dinding-dinding rongga ventrikel ketiga, salah satu ruang tempat lewatnya cairan serebro spinalis. Diensipalon terdiri dari dua bagian utama, thalamus dan hipothalamus. Thalamus berfungsi sebagai stasiun penyambung dan pusat integrasi sinaps untuk pengolahan pendahuluan semua masukan sensorik dalam perjalanannya ke korteks. Bagian ini menyaring sinyal-sinyal yang tidak bermakna dan mengarahkan impuls-impuls sensorik penting ke daerah korteks somatosensorik yang sesuai, serta ke daerah-daerah lain. Thalamus, bersama dengan batang otak dan daerah asosiasi korteks, penting untuk kemampuan kita mengarahkan perhatian ke rangsangan yang menarik. Sebagai contoh, orang tua dapat tidur nyenyak walaupun di luar rumah bising karena lalu lintas ramai, tetapi cepat terbangun mendengar rengekan kecil bayi mereka. Thalamus juga mampu menentukan kesadaran kasar berbagai jenis sensasi tetapi tidak dapat membedakan lokasi atau intensitasnya. Kesadaran dengan derajat tertentu juga terdapat disini. Seperti dijelaskan di bagian sebelumnya, thalamus juga berperan penting dalam kontrol motorik denga secara positif memperkuat prilaku motorik volunter yang dimulai oleh korteks. Hipotalamus mengatur banyak fungsi homeostatik. Hipotalamus adalah kumpulan nukeus spesifik dan serat-serat terkait yang terletak dibawah talamus. Daerah ini merupakan pusat integrasi untuk banyak fungsi homeostatik penting dan berfungsi sebagai penghubung penting antara sistem saraf otonom dan sistem saraf endokrin. Secara spesifik, hipotalamus memiliki fungsi :

1. Mengontrol suhu tubuh

2. Mengontrol rasa haus dan pengeluaran urine

3. Mengontrol asuhan makanan

4. Mengontrol sekresi hormon-hormon hipofisis anterior

5. Menghasilkan hormon-hormon hipofisis posterior

6. Mengontrol kontraksi uterus dan pengeluaran susu

7. Berfungsi sebagai pusat koordinasi sistem saraf otonom utama, yang kemudia mempengaruhi semua otot polos, otot jantung, dan kelenjar eksokrin

8. Berperan dalam pola perilaku dan emosi

Hipotalamus adalah daerah otak yang paling jelas terlibat dalam pengaturan langsung lingkungan internal. Sebagai contoh, apabila tubuh dingin, hipotalamus mencetuskan respon-respon internal untuk meningkatkan pembentukan panas (misalnya menggigil) dan untuk menurunkan pengeluaran panas (misalnya kontriksi pembuluh darah kulit untuk mengurangi aliran darah hangat ke permukaan tubuh, karena panas dapat hilang ke lingkungan eksternal). Daerah-daerah lain di otak, misalnya koretks serebrum, bekerja secara lebih tidak langsung untuk mengatur lingkungan internal. Sebagai contoh, seseorang yang merasa dingin akan termotivasi untuk secara sadar memakai baju yang lebih hangat, menutup jendela, menyalakan pemanas, dan seterusnya. Bahkan aktivitas perilaku volunter ini sangat dipengaruhi oleh hipotalamus, yang sebagai bagian dari sitem limbik, berfungsi bersama korteks mengontrol emosi dan perilkau yang dimotivasi.Fungsi Serebelum dalam Seluruh Pengatur Motorik

Sistem saraf menggunakan serebelum untuk mengkoordinasikan fungsi pengatur motoriknya pada tiga tingkatan, sebagai berikut :1. Vestibuloserebelum. Bagian ini pada prinsipnya terdiri dari lobus flokulonoduular serebelar kecil (yang terletak di bawah serebelum posterior) dan bagian vermis yang berdekatan. Vestibuloserebelum secara filogenetik dimulai pada saaat yang sama dengan saat terbentuknya aparatus vestibular (alat keseimbangan). Bila lobus flokulonodular dan bagian vermis serebelum d dekatnya yang membantu vestibuloserebelum, hilang, maka timbul gangguan keseimbangan dan gerakan tubuh yang ekstrem petunjuk yang nyata adalah bahwa seseorang dengan disfungsi vestibuloserebelum keseimbangannya jauh lebih terganggu selam melakukan gerakan cepat daripada sewaktu dalam keadaan diam, terutama sekali bila gerakan tersebut melibatkan perubahan arah gerakan tubuh yang merangsang kanalis semisirkularis. Hal ini memberikan kesan bahwa vestibulo serebelum sangat berguna untuk mengatur keseimbangan antara kontraksi otot agonis dan otot antagonis pada punggung, pinggul, dan bahu sewaktu posisi tubuh berlabuh cepat seperti yang diperlukan oleh aparatus vestibular. Salah satu masaa utam dalm mengatur keseimbangan in i adalah berapa waktu yang diperlukan untuk menjalankan sinyal posisi dan berapa kecepatan sinyal gerakan dari berbagai bagian tubuh ke otak. Bahkan bila digunakan jaras penghantar sensosris yang paling cepat sekalipun, yakni antara 120 m per detik pada traktus aferen spinoserebelar, tetap masih ada perlambatan yang diperlukan untuk penjalaaran impuls dari kaki sampai otak, yakni antara 15-20 milidetik selama waktu ini, kaki seseorang yang sedang berlari cepat dapat bergerak selebar 10 inchi. Oleh karena itu, sinyal-sinyal kembali yan berasal dari bagian perifer tubuh tidak mungkin mencapai otak pada saat yang bersamaan dengan gerakan yang sedang terjadi. Otak mengetahui kapan harus menghentikan gerakan untuk membentuk urutan gerakan terutama bila gerakan dibentuk secara ceoat yaitu melalui sinyal sinyal dari daerah perifer tida hanya memberi tahu ke otak mengenai posisi berbagai bagian tubuh, tetapi juga berapa cepat dan dalam arah apa tubuh ini bergerak. Diduga, inilah yang kemudian menjadi fungsi vestibuoserebelum untuk menghitung kecepatan dan pada arah apa berbagai bagian tibuh akan berada selama beberapa mili detik yang akan datang. Hasil dari perhitungan inilah adalah kunci untuk kemajuan otak bagi urutan gerak selanjutnya. Jadi, selama ada pengaturan keseimbangan, diperkirakan bahwa informasi dari aparatus vestibular digunakan oleh lingkaran pengaturan umpan balik yang khusus guna menjalarkan sinyal motorik untuk koreksi sikap yang cepat, seperti yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan sewaktu ada gerakan yang sangat cepat termasuk perubahan arah gerakan yang cepat. Sinyal umpan balik dari daerah perifer tubuh dapat membantu proses ini. Bantuannya terutama diperantarai melalui vermis sereberal yang fungsinya berikatan dengan otot-otot aksial dan pinggang tubuh ; ini adalah kerja vestibuloserebelum dalam membantu nukeli vestibular dan retikular batang otak untuk menentukan posisi yang dibutuhkan untuk bagian-bagian tubuh setiap saat, meskipun terjadi pada waktu perlambatan yang panjang dari bagian perifer ke serebelum.

2. Spinoserebelum. Bagian ini sebagian besar terdiri dari vermis dari posterior dan anterior serebelum ditambah logo intermediet yang berdekatan pada kedua sisi vermis. Bagian ini terutama merupakan lintasan untuk mengkoordinasikan geraka- gerakan bagian distal anggota tubuh, khususnya tangan dan jari-jari. seperti yang tamak dalam gambar dibawah ini :

Zone intermediat pada setiap hemisfer serebelar menerima dua jenis infi=ormaasi ketika gerakan dilakukan (1) Informasi langsung dari korteks motorik dan nukleus merah, yang memberitahu serebelum mengenai urutan rencana gerakan yang diinginkan untuk sepersekian detik yang akan datang, dan (2) informasi umpan balik dari bagian perifer tubuh, terutama dari bagian distal anggota tubuh, yang memberitahu serebelum mengennai hasil gerakan yang sekarang setelah zona intermediat serebelum membandingkan gerakan yang diinginkan dengan gerakan yang sekarang, maka sel nuklear dalam pada nukleus interpositus mengirimkan sinyal output yang bersifat korektif (a) kembali ke korteks motorik melalui nuklei pemancar di talamus dan (b) kebagian magnuselular (bagian lebih bawah) pada nukleus merah, yang menjulurkan traktus rubrospinal. Traktus rubrospinal kemudian bergabung dengan traktus kortikospinal untuk mempersyarafi neuron motorik yang paling lateral pada radik anterior substansia gricea medula spinalis, yaitu neuron yang mengatur bagian distal anggota tubuh, terutam tangan dan jari-jari.

Bagian dari sistem pengatur motorik serebelar ini menimbulkan gerakan yang halus dan terkoordinasi pada otot-otot agonis dan antagonis anggota tubuh bagian distal, untuk membentuk gerakan terpola dengan tujuan tertentu yang bersifat segera. Tampaknya, serebelum membandingkan maksud tujuan dari sistem pengatur motorik tingkat yang lebih tinggi, ketika dijalarkan ke zone serebelar intermediat melalui traktur kortikopontoserebelar, dengan perbuatan bagian-bagian tubuh, seperti yang dijalarkan kembeli ke serebelum dari daerah perifer. Pada kenyataannya, traktus spiniserebelar ventral bahkan menjalarkan kembali suatu salinan eference dari sinyal pengatur motorik ( yang sedang terjadi) yang mencapai neuron motorik anterior ke serebelum, dan sinyal-sinyal ini juga terintregasikan dengan sinyal yang tibavdari kumparan otot dan organ sensorik proprioreseptor lainnya, yang pada prinsipnya dijalarkan pada traktus dalam traktus spinpsereberal dorsalis. Kita telah mempelajari bahwa twrdapat juga sinyal sebanding yang mirip ynag menjalar ke kompleks olifarius inferior, jika sinyal-sinyal tersebut tidak sebanding, maka sistem sel purkinye-oli-varius bersama dengan mekanisme pembelajaran serebelar lainnya akan mengoreksi gerakan sampai terbentuk yang diharapkan.

Ketika serebelum telah mempelajari perannya dalam setiap pola gerakan, maka hal tersebut menyebabkan aktivitas otot agonis dapat dihidupkan dengan cepat pada saat dimulainya setiap gerakan sementara itu juga mengahambat otot-otot antagonis. Kemudian mendekati akhir dari pergerakan, lintasan serebelar memainkan lagi peran pentingnya dalam mematikan otot-otot agonis dengan cepat dan menghidupkan otot-otot antagonis. Saat kapan terjadinya perangsangan terbalik ini antara otot agonis dan antagonis tergantung pada (1) kecepatan gerakan dan (2) pengetahuan yang telah dipelajari sebelumnya mengenai kelembaman atau inersia dari sisem. Semakin cepat gerakan dan semakin besar kelembamannya, maka semakin awal pula rangsangan terbalik yang harus terjadi pada saat gerakan sedang berlagsung, untuk menghentikan gerakan pada saat yang sesuai.

3. Serebroserebelum. Bagian ini terdiri dari zona lateral dari hemisfer serebelar yang luas, disebelah lateral lobus intermediat. Bagian ini sebenarnya menerima semua inutnya dari korteks motorik dan korteks premotorik serta korteks somatosensorik yang berdekatan. Bagian ini menjalarkan informasi outputnya ke arah atas, kembali ke otak ; bagian ini berfungsi sebagai alat umpan balik bersama dengan seluruh sistem sensori motorik kortikal untuk merencanakan gerakan volunter tubuh dan anggota tubuh yang berurutan, ,merencanakan semua ini secepat sepersepuluh detik sebelum gerakan terjadi. Pada manusia zone lateral kedua hemsfer serebeli terbentuk sangat sempurna dan sangat besar, sesuai dengan kemampuan manusia untuk merencanakan dan mengadakan pola gerakan yang berurutan, terutama pada tangan dan jari-jari, serta untuk bicara. Namun, anehnya, zone lateral yang luas pada hemisfer serebeli ini tidak mempunyai informasi masukan langsung dari bagian perifer tubuh. Juga, hampir semua hubungan antara area lateral serebeli dan korteks tidak berhubungan dengn korteks motorik primer sendiri, tetapi malahan dengan area premotorik dan area asosiasi somatosensorik dan area asosiasi primer. Walaupun demikian, bila ada kerusakan pada bagian lateral hemisfer serebeli sepanjang nuklei dalam, buklwi dentatus.nya, maka dapata terjadi inkoordinasi yang ekdtrem dari gerakan-gerakan kompleks yang bertujuan pada tangan, jari-jari, kaki, dan alat bicara. Keadaan ini sukar dimengerti karena kurangnya hubungan langsung antara bagian serebelum ini dengan korteks motorik primer. Namun dari penelitian eksperimental disuga bahwa bagian serebelum ini berkaitan dengan dua aspek pengaturan motorik yang penting tetapi bersifat tidak langsung (1) perencanaan gerakan yang beruntun dan (2) pengaturan waktu dari gerakan yang beruntun. Perencanaan gerakan yang beruntun berkaitan dengan kenyataan bahwa zone lateral hemisfer berhubungan dengan bagian premotorik dan bagian sensorikm korteks serebri serta ada hubungan timbal balik (hubungan dua jalur) antara daerah korteks yang sama dengan daerah di daerah ganglia basalis yang berhubungan dengan daerah tersebut. Tampaknya rencana gerakan yang beruntun ini dijalarkan dari area sensorik dan area premotorik korteks ke zone lateral hemisfer serebeli, dan jalur dua-jalan antara serebelum dan korteks berguna untuk menyediakan transisi yang sesuai dari satu gerakan ke gerakan berikutnya. Ada suatu observasi yang sangat menarik yang mendukung gambaran ini, yaitu banyaknya neuron neuron dalam nuklei nutatus yang memperlihatkan pola aktivitas gerakan beruntun berikutnya yang belum terjadi sementara masih ada gerakan yang sedang berlangsung saat itu. Jadi, hemisfer lateral tidak ikut terlibat dalam peristiwa yang terjadi pada saat itu tetapi dengan apa yang akan terjadi selam gerakan beruntun berikutnya. Ringkasnya, salah satu gambaran terpenting dari fungsi motorik yang normal adalah kemapuan seseorang untuk mengembangkan dengan yang lancar gerakan yang satu dengan gerakan yang satunya. Bila zone lateral hemisfer serebeli yangb luas ini tidak ada maka kemapuannya terjadi saangat terganggu, khususnya untuk gerakan cepat yang terjadi setelah gerakan lainnya yang dalam waktu sepersepuluh detik.

Fungsi pemgaturan waktu, fungsi lain yang penting dari hemisfer lateral serebeli adalah untuk menentukan waktu yang sesuai bagi setiap gerakan selanjutnya. Bila zne lateral serebeli ini tidak ada, seseorang akan kehilangan kemampuan bawah sadar untuk memperkirakan sebelumnya seberapa jauh bagian-bagian tubuh akan digerakkan pada suatu saat. Bila kemampuan untuk menentukan waktu ini tidak ada, maka orang menjadi tidak mampu menentukan kapan gerakan berikutnmya dimulai. Akibatnya, rangkaina gerakan mungkin dimulai terlalu awal atau lebih sering, malah terlambat. Oleh karena itu lesi serebelar menimbulkan gerakan kompleks (seperti yang diperlukan sewaktu menulis, berkari, atau abhkan berbicara) menjadi tidak terkoordinsi, kemampuan untuk mengembangkan rangkaian dari satu gerakan ke gerakan berikutnya benar-benar hilang. Lesi serebelar semacam ini dikatakan menyebabkan kegagalan mengembangkan gerakan-gerakan secara lancar fungsi serebroserebelum belum meramalkan ekstra motorik. Disamping gerakan gerakan tubuh, serebroserebelum juga berperan meramalkan peristiwa-peristiwa lainnya contohnya mampun meramalkan kecepatan pengembangan fenomena auditorik dan fenomena visual dan kedua fenomena ini memerlukan partisipasi serebelar. Sebagai contoh, seseorang dapat meramalkan perubahan gambar visual secepat ia mendekati suatu objek. Ada suatu penelitian yang mencolok yang dapat memperagakan peran serebelum dalm kemampuam ini yaitu pada pengangkatan bagian serebelum monyet. Monyet-monyet tersebut kadang menyerang suatu lorong, dan otaknya keluar dari tempurung kepala karena ia tidak mampu kapan mencapai akan dinding tersebut. Sekarang ini kita baru mulai mempelajari mengenai fungsi meramal ekstra motr dari serebelum ini hal ini mungkin sekali karena serebelum sebagai suatu basis waktu mungkin memakai lingkaran perlambatan waktu dimana sinyal-sinyal dari bagian sistem saraf pusat lainnya. Sering dinyatakan bahwa serebelum terutama berguna untuk menafsirkan aanya hubungan spasio temporal dalam informasi sensorik.

Ganglia Basalis Fungsi Motoriknya

Ganglia basalis, seperti sebelum merupakan sistem asesori motorik lain yang kerjanya tidak melalui diri sendiri tetapi selalu berkaitan erat dengan korteks serebri dan sistem motorik kortikospinal. Pada kenyataannya, sebenarnya ganglia basalis menerima semua sinyal inputnya dari korteks itu sendiri dan kemudian mengembalikan hampir seluruh sinyal outputnya ke korteks juga.

Ganglia ini terdiri dari nukleus kaudatus, futamen, globus palidus, substansi anigra, dan nukleus subtalamikus. Semuanya ini terutama teretak disebelah lateral dari talamus, menempati daerah yang luas dari regio yang lebih dalam pada kedua hemisfer sereberi. Perhatikan juga bahwa hampir semua saraf-saraf motorik dan sensorik yang menghubungkan korteks serebri dan medula spinalis berjalan diantara bagian utama ganglia basalis, yaitu nukleus kaudatus dan futamen. Masa serat saraf ini disebut kapsula interna dari otak. masa ini penting untuk pembicaraan kita selanjutnya, karena adanya kaitan erat antara ganglia basalis dengan sistem kortikospinal guna pengaturan motorik.

Satu prinsip utama dari ganglia basalis dalam pengaturan motorik adalah kerjanya yang berkaitan dengan sistem kortikospinal untuk mengatur pola-pola aktivitas motorik yang kompleks. Sebagai contoh adalah pada waktu menulis huruf. Bila terjadi kerusakan yang serius terhadap ganglia basalis, maka sistem kortikal dari pengatur motorik tidak dapat lagi menyediakan pola-pola ini. Tentunya orang tersebut dapat menulis dengan kasar, sperti jika seseorang baru pertama kali diajari bagaimana pertama kali menulis.

Pola lain yang memerlukan ganglia basalis adalah memotong kertas dengan gunting, memotong kuku, memasukkan bola basket dengan melompa, menendang bola kaki, memukul bola kasti, gerakan mengibaskan kotoran beberapa aspek vokalisasi, gerakan-gerakan mata yang terkendari dan gerakan terlatih yang lain.

2.5.2 Jaras Kolumna Dorsalis Medula SpinalisSerabut-serabut saraf yang memasuki kolumna dorsalis akan melewati kolumna naik menuju medula dorsalis, tempat serabut-serabut ini akan bersinaps pada nuklei kolumna dorsalis (nuklei grasilis dan nuklei kuneatus). Dari nuklei tersebut, neuron tingkat kedua segera menyilang ke sisi yang berlawanan batang otak dan akan melewati batang otak ini, setiap lemniskus medialis bergabung dengan serabut-serabut tambahan yang bersal dari nukleus sensorik utama nervus trigeminal, serabut-serabut ini akan membantu fungsi sensorik yang sama untuk kepala seperti serabut kolumna dorsalis membantu untuk tubuh. Di talamus, serabut lemniskus medialis berakhir pada daerah penyiaran sensorik talamus, dikenal sebagai kompleks ventrobasal. Dari komples ventrobasal ini, ada penjuluran serabut saraf tingkat ketiga, seperti yakni yang terutama menuju girus postsentralis dari korteks serebri yang disebut area somatosensorik , sedangkan serabut-serabut yang menjulur menuju ke area yang lebih kecil pada korteks parietal latelarisyang disebut area somatosensorik I. 2.6 Kaitan Masukan Sensori dengan Area Motorik (Area Broadman)Daerah korteks serebral manusia, terbagi menjadi sekitar 50 daerah berbatas jelas yang disebut area broadmann berdasarkan atas berbagai struktur histologi yang berbeda. Dalam area broadmann terdapat daerah fisura sentralis yang besar , yang meluas secara horizontal menyilang otak. Pada umumnya, sinyal sensorik dari semua modalitas sensasi berakhir persis pada bagian posterior korteks serebri sampai fisura sentralis. Umumnya separuh bagian anterior lobus parietalis hampir seluruhnya dikaitkan dengan penerimaan dan interpretasi sinyal somatosensorik. Namun, separuh bagian posterior lobus parietalis menyediakan tingkat interpretasi yang lebih tinggi lagi. Sebaliknya, bagian anterior korteks serebri sampai fisura sentralis dan meliputi separuh bagian posterior lobus frontalis yang disebut korteks motorik, hampir seluruhnya bisa dikatakan bekerja mengendalikan kontraksi otot dan gerakan tubuh. Bagian utama pengendali motorik ini sebagai respon dari sinyal somatosensorik yang dari bagian sensorik korteks, yang membuat korteks motorik tetap mendapat informasi setiap saat mengenai posisi dan gerakan berbagai bagian tubuh yang berbeda. Secara fungsional, neouron-neuron korteks somatosensorik tersusun dalam suatu kolumna ventrikalis yang melewati keenam lapisan korteks menyebar ke segala arah , setiap kolumna ini mempunyai diamete 0,3 sampai 0,5 milimeter dan mengandung kira-kira 10.000 badan sel neuron. Pada lapisan IV, tempat sinyal sensorik masukan pertama-tama masuk korteks, fungsi neuron dalam kolumna hampir seluruhnya terpisah satu sama lain. Biarpun begitu, pada tingkat kolumna yang lainnya dapat terjadi suatu interaksi sehingga mengawali analisa arti dari sinyal sensorik. Pada jarak 5 sampai 10 milimeter paling anterior dari girus post sentralis, suatu daerah kolumna vertikalis yang tak begitu luas yang terletak di bagian dalam sulkus sentralis pada area 3a brodmann, bagian besar dari kolumna vertikalis yang khusus yang berhubungan pada reseptor regang di otot, tendon, dan sendi. Banyak sinyal yang berasal dari kolom sensoris ini kemudian menyebar ke anterior, langsung ke korteks motorik yang terletak tepat di depan sulkus sentralis. Sinyal ini berperan penting dalam mengatur aliran sinyal motorik yang mengaktifkan serangkaiang kontraksi otot. Area brodmann 5 dan 7 pada korteks serebri, terletak dalam korteks parietalis di belakang area somatosensorik I, berperan penting untuk menguraikan pengertian mendalam dari informasi sensorik pada area somatosensorik. Oleh karena itu, daerah ini disebut area asosiasi somatosensorik. 2.7 Proses Kerja Saraf dan Kaitannya dengan Sel Otot A. Penjalaran sinyal dari korteks motorik ke otot-ototSinyal motorik dijalarkan secara langsung dari korteks ke medula spinalis melalui traktus kortikospinal, dan secara tidak langsung melalui berbagai jaras asesorius yang melibatkan ganglia basalis, serebelum, dan banyak nuklei batang otak. Pada umumnya, jaras langsung lebih berkaitan dengan gerakan yang jelas dan detail, terutama gerakan dari segmen distal anggota gerak, khususnya tangan dan jari.Traktus Kortikospinal (Piramidal)Jaras keluar yang paling penting dari korteks motorik adalah traktus kortikospinal, disebut juga traktus piramidalis. Kira-kira 30 persen dari traktus kortikospinal berasal dari korteks motorik primer, 30 persen area premotorik, area motorik suplementer, dan 40 persen dari area somatosensorik yang terletak di sebelah posterior sulkus sentralis. Jaras ini setelah meninggalkan korteks akan melewati bagian posterior kapsula interna (di antara nukleus kaudatus dan putamen ganglia basalis) dan selanjutnya turun melewati batang otak, untuk membentuk bagian piramid dari medula. Sebagian besar serabut piramidal akan menyilang pada medula yang lebih rendah turun ke traktus kortikospinal lateralis medula spinalis, akhirnya berakhir terutama pada interneuron di regio intermediat dari substansia grisea medula, beberapa berakhir di neuron-neuron penyiar sensorik di radiks dorsalis, dan sedikit sekali yang berakhir secara langsung di neuron-neuron motorik anterior yang menyebabkan kontraksi otot. B. Umpan balik somatosensorik ke korteks motorik membantu mengatur ketepatan kontraksi ototSewaktu sinyal saraf dari korteks motorik menimbulkan kontraksi otot, sinyal somatosensorik kembali sepanjang jalan dari daerah tubuh yang teraktivasi menuju neuron-neuron dalam korteks motorikyang menimbulkan kerja. Kebanyakan sinyal somatosensorik ini timbul di kumparan otot, organ tendon otot, atau reseptor-reseptor taktil kulit yang meliputi otot. Sinyal somatik sering menyebabkan timbulnya peningkatan umpan balik yang positif dari kontraksi otot, yakni dengan cara : Pada kumparan otot, bila kontraksi serabut-serabut otot.

2.8 Proses Kerja Saraf sampai muncul Gerak dan Aktivitasa Penghantaran impuls dari saraf ke serabut otot rangka : hubungan saraf-ototOtot rangka dipersarafi oleh serabut saraf besar bermielin yang berasal dalam motor neuron besar cornu anterior medula spinalis. Dalam keadaan normal tiap-tiap serabut saraf bercabang-cabang dan merangsang 3 sampai 200 serabut otot-rangka. Ujung-ujung saraf membuat hubungan yang dinamakan hubungan saraf-otot atau myoneural junction, dengan serabut-serabut otot kira-kira pada pertengahan serabut, sehingga potensial aksi dalam serabut berjalan dalam dua arah. Dengan pengecualian sekitar 2% serabut saraf, dalam 1 serabut otot hanya terdapat satu hubungan seperti ini. b Fisiologi anatomi hubungan saraf-otot. Gambar dibawah ini bagian a dan b, melukiskan hubungan saraf-otot antara serabut saraf pusat bermielin dan serabut otot rangka. Serabut saraf pada ujungnya bercabang - cabang membentuk kompleks cabang - cabang saraf terminal yang dinamakan end - plate, yang mengadakan invaginasi ke dalam serabut otot tetapi secara keseluruhan terletak diluar membran plasma serabut otot keseluruhan struktur diliputi oleh satu sel schwaan atau lebih yang mengisolasi end - plate dari cairan sekitarnya. Gambar bagian yang c menunjukkan sketsa elektromikrograf hubungan antara ujung akson dan membran serabut otot. Membran yang mengalami invaginasi itu disebut parit sinaps atau palung sinaps, dan ruangan antara terminal dan membran serabut disebut celah sinaps atau ruang sinaps. Celah sinap tebalnya 20 30 nanometer dan diisi dengan zat dasar gelatin dimana berdifusi cairan ekstrasel. Pada bagian dasar parit terdapat banyak lipatan membran otot yang lebih kecil yang disebut celah subneural, yang sangat memperluas permukaan daerah tempat transmiter sinaptik bekerja.Di terminal akson terdapat banyak mitokondria yang menyediakan adenosin tri-fosfat (ATP), yaitu sumber energi yang digunakan untuk sintesis bahan transmiter pengeksipasi, yakni asetilkolin. Asetilkolin kemudian mengeksitasi serabut otot. Asetilkolin disintesis dalam sitoplasma bagian terminal, namun dengan cepat diabsorpsi kedalam sejumlah vesikel sinaps yang kecil, kira kira 300.000, yang dalam keadaan normal terdapat di bagian terminal suatu end- plate tunggal. Di ruang sinaps terdapat sejumlah besar enzim asetilkolinesterase, yang merusak asetilkolin beberapa milidetik setelah dikeluarkan dari vesikel sinaps.Sekresi asetilkolin oleh terminal sarafBila suatu impuls saraf tiba ditaut neuromuskular, sekitar 125 vesikel asetilkolin dilepaskan dari terminal dan masuk ke dalam ruang sinaps. Beberapa rincian dari mekanisme ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini, yang memperlihatkan suatu pandangan yang diperbesar dari ruang sinaps dengan membran saraf diatasnya dan membran otot serta celah subneural di bagian bawah.

Pada sisi dalam permukaan membran saraf terdapat dense bar liniar, yang diperlihatkan dalam bentuk potongan melintang pada gambar diatas. Disetiap sisi dari setiap dense bar terdapat partikel protein yang menembus membran saraf; partikel protein ini merupakan kanal kalsium bergerbang voltase. Bila suatu potensial aksi menyebar ke seluruh terminal, kanal ini akan terbuka dan memungkinkan sejumlah ion kalsium untuk berdifusi dari ruang sinaps ke bagian dalam terminal saraf. Ion ion kalsium ini, kemudian diduga mempunyai pengaruh tarikan terhadap vesikel asetilkolin, dan menariknya ke membran saraf yang berdekatan dengan dense bar. Vesikel vesikel tersebut lalu berfusi dengan membran saraf dan mengeluarkan asetilkolinnya ke dalam ruang sinaps melalu proses eksositosis.Walau pun beberapa rincian yang telah disebut di atas masih merupakan dugaan, telah diketahui bahwa rangsangan yang efektif agar asetilkolin dapat dilepaskan dari vesikel adalah masuknya ion kalsium dan asetilkolin dalam vesikel tersebut lalu dikosongkan melalui membran saraf yag berdekatan dengan dense bar.Hubungan saraf otot dari otot polosFisiologi anatomi otot polos. Hubungan saraf-otot. Terdapat dua jenis utama hubungan saraf-otot pada otot polos :1. Jenis kontak

2. Jenis difusJenis kontak hubungan saraf-otot dilukiskan pada gambar di bawah ini.

Gambar ini menunjukkan serabut saraf bercabang-cabang ke dalam retikulum ujung-ujung fibril yang menyebar diantara serabut otot polos. Ujung-ujung serabut ini disekat oleh selubung sel schwann, tetapi dimana serabut-serabut mengadakan kontak dengan serabut-serabut otot selubung sarung terputus, memungkinkan akson telanjang menyentuh serabut otot. Juga, pada tempat ini serabut-serabut membentuk rentangan-rentangan yang mengandung vesikel-vesikel asetilkolin atau norepinefrin. Dalam keadaan jalan sedikit ujung saraf mengadakan invaginasi ke dalam membran serabut otot polos dan jadi sama seperti end-plate pada hubungan saraf-otot rangka. Akan tetapi, diduga bahwa sebagian besar pengantaran terjadi pada tempat-tempat kontak rentangan-rentangan dan serabut-serabut otot polos. Hubungan saraf-otot polos jenis difus ditandai oleh ujung fibril saraf yang tidak pernah berhubungan langsung dengan serabut otot polos. Sebagai gantinya, ujung serabut ini berjalan melalui massa otot polos, sebagian dilindungi oleh sel-sel schwann, atau mereka terletak dalam jaringan fibrosa yang berdekatan dengan massa otot polos, tidak pernah menembus seluruhnya. Serabut-serabut ini juga mempunyai rentangan-rentangan yang melepaskan zat transmiter, dan zat-zat ini kemudian berdifusi, sering sampai jauh, kedalam massa otot. Misalnya, persarafan bagian-bagian khusus dan beberapa pembuluh darah dicapai dengan cara sekresi sederhana zat transmiter ke dalam permukaan massa otot polos atau antara lapisan-lapisan otot polos dan transmiter kemudian berdifusi ke lapisan-lapisan lainnya. Zat transmiter perangsang dan penghambat pada hubungan saraf-otot polos. Dua jenis zat transmiter yang diketahui sekresi oleh saraf autonom yang mempersarafi otot polos adalah asetilkolin dan neropinefrin. Asetilkolin adalah zat rangsang untuk serabut-serabut otot polos dalam beberapa organ tetapi merupakan zat penghambat bagi otot polos pada organ lainnya. Dan bila asetilkolin merangsang serabut otot biasanya neropinefrin menghambatnya, atau bila asetilkolin menghambat serabut neropinefrin merangsangnya. Diduga bahwa reseptor zat-zat pada membran berbagai serabut otot polos menentukan aman yang akan merangsangnya, asetilkolin atau neropinefrin. Perangsangan potensional aksi pada serabut otot polos-junctional potensial. Penghantaran impuls dari ujung serabut saraf ke serabut otot polos terjadi dengan cara yang sangat mirip seperti pengantaran pada hubungan saraf otot pada serabut otot rangka kecuali perbedaan temporal. Bila potensial aksi mencapai ujung serabut saraf yang terangsang, terdapat masa laten sekitar 50 milidetik sebelum terjadi perubahan yang dapat dideteksi pada potensial membran serabut otot polos. Kemudian potensial meningkat sampai tingkat maksimal kira-kira dalam 100 milidetik. Bila potensial aksi tidak terjadi, potensial ini lambat laun menghilang dengan kecepatan kira-kira separuh setiap 200-500 milidetik. Rangkaian perubahan potensial seluruhnya ini dinamakan junctional potensial ; ini sama beserta potensial end-plate pada serabut otot rangka yang namanya 20-100 kali.Bila junctional potensional meningkat sampai tingkat ambang perangsangan membran otot polos, potensial aksi akan terjadi pada serabut otot polos dengan jalan yang tepat sama seperti terjadinya potensial aksi pada serabut otot rangka. Serabut otot polos mempunyai potensial membran istirahat normal -55 sampai -60 milivolt, dan ambang potensial dimana potensial aksi terjadi sekitar -30 sampai -40 milivolt. Penghambat pada hubungan saraf-otot otot polos. Bila zat transmiter penghambang dilepaskan sebagai ganti transmiter perangsang, potensial membran serabut otot menjadi lebih negatif daripada biasanya, misalnya -70 milivolt ; yaitu menjadi hiperpolarisasi dan karena itu menjadi jauh lebih sulit untuk dirangsang dari keadaan biasanya. Aktivitas motorik somatik sangat bergantung pada pola dan kecepatan pelepasan impuls neuron motorik spinnalis dan neuron homolog yang terdapat di nukleus motorik saraf kalnalis. Neuron neuron ini yang merupakan jaras bersama terakhir yang menuju ke otot rangka, mendapatkan masukan impuls dari berbagai jalur. Setiap neuron motorik spinnalis memiliki banyak masukan dari segmen spinal yang sama. Berbagai masukan suprasegmental juga bertemu di sel sel ini, yaitu dari segmen spinal lain, batang otak, dan korteks serebri. Sebagian masukan ini berakhir langsung di neuron motorik, tetapi sebagian besar memberikan efeknya melalui interneuron atau melali sistem eferen gamma ke kumparan otot dan kembali melalui serabut eferen Ia ke medula spinalis. Aktivitas terpadu berbagai masukan di tingkat spinal, medula oblongata, mesensepalon dan korteks inilah yang mengatur postur tubuh dan memungkinkan terjadinya gerakkan terkoordinasi. Msukan yang bertemu di neuron motorik melayani di tiga fungsi agak berbeda: menimbulkan aktivitas volunter, menyesuaikan postur tubuh untuk menghasilkan landasan yang kuat bagi gerakan, dan mengkoordinasi kerja berbagai otot agar gerakkan yang timbul halus dan tepat. Pola aktivitas volunter direncanakan di otak, lalu perintahnya dikirim ke otot terutama melalui sistem kortikospinalis dan kortikobulbaris. Gerakan diperhalus dan dikoordinasikan oleh serebelum bagian medial dan intermediat serebelum (spinoserebelum) serta hubungan hubungannya. Ganglia basalis dan serebelum bagian lateral (neuroserebelum) merupakan bagian dari sirkuit umpan balik yang menuju ke kortkes premotorik dan motorik yang mengurus perencanaan dan pengaturan gerakan volunter. Keluaran motorik terdiri atas 2 jenis, yaitu reflektif atau involunter, dan volunter. Beberapa pakar menambahkan cbang respons reflektif dengan respons ritmik sperti menelan, mengunyah, menggaruk, dan berjalan yang terutama bersifat involunter tetapi bergantung pada penyesuaian dan pengaturan volunter. Untuk menggerakkan ekstremitas, otak harus merencanakan gerakan, menyusun gerakan yang sesuai diberbagai sendi pada saat yang sama, dan menyesuaikan gerakan dengan membandingkan antara rencana dan pelaksanaannya. Perintah untuk gerakan volunter berasal dari area asosiasi korteks. Gerakan direncanakan di korteks serta ganglia basalis dan bagian lateral dari hemisfer serebelum yang ditandai oleh peningkatan aktivitas listrik sebelum gerakan. Ganglia basalis serta serebelum menyalurkan informasi ke korteks premotorik dan motorik melalui talamus. Perintah motorik dari korteks motorik sebagian besar di pancarkan melalui traktus kortikospinnalis ke medulaspinnalis dan sebagian lagi melalui traktus kortikobulbaris yang sesuia ke neuron motorik di batang otak. Namun kolateral dari jaras jaras ini dan beberapa hubungan langsung dari koteks motorik berakhir di nukleus nukleus batang otak, yang juga berproyeksi ke saraf otorik di batang otak di medulaspinnalis. Jaras jaras ini dapat juga memperantarai gerakan volunter. Gerakan menimbulkan perubahan pada masukan sensorik dari alat indra dan dari otot, tendon, sendi dan kulit. Informasi umpan balik ini yang menyesuaikan dan memuluskan gerakan, di pancarkan secara langsung ke korteks motorik dan ke spinoserebelum. Spinoserebelum selanjutnya memproyeksikan ke batang otak. Jaras batang otak utama yang berperan dalam postur tubuh dan koordinasi adalah traktus rubrospinnalis, retikulospinnalis, tektospinnalis, dan vestibulospinnalis serta proyeksi yang sesuai ke neuron motorik di batang otak. Bagan timbulnya gerakan

Mesensefalon,pons, dan medula

Traktus retikulospinal dan rubrospinal

Traktus kortikospinal

Traktus spinoserebelar

TALAMUS

OTOT

ZONE INTERMEDIAT PADA SEREBELUM

Tindakan

Rencana

Ganglia basalis

Area asosiasi korteks

Gerakan

Korteks premotorik dan motorik

Rangsangan

Serebelum intermediat

Serebelum lateral

NUKLEUS MERAH AHMERA

KORTEKS

MOTORIK

Gerakan

Otot rangka

Neuron motorik di korda spinalis

Neuron di batang otak

Nukleus basal

Talamus

Korteks serebrum

37