anestetik
TRANSCRIPT
OLEH:
KELOMPOK
TRISWAN MEWAN
SRI RAHAYU SANRA
SURIYANTI
ULFA INDRA WAHYUNI
YENNI KURBAYA
YURIKE PRATIWI
AKPER SAWERIGADING PEMDA LUWU
TAHUN 2011
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya yang telah diberikan kepada kami sehingga pembuatan makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah ini dibuat agar para mahasiswa dapat belajar secara mandiri dan untuk
memudahkan mahasiswa mengingat apa yang telah dipelajari.
Penjelasan materi di dalamnya tidak saja membantu mahasiswa dalam
memahami materi, melainkan juga dalam rangka memperluas wawasan mahasiswa.
Dalam proses belajar, kegiatan memegang peranan penting dalam menanam sikap
dan keterampilan mahasiswa, seperti semboyan berikut : “Dengan membaca aku bisa
lupa, dengan melihat aku hanya tahu dan dengan melakukan aku akan lebih
memahami”.
Adapun pembuatan dan penyusunan makalah ini tentu tidaklah luput dari suatu
kesalahan. Oleh karena itu, kami dari tim penulis berharap pembaca dapat
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga untuk penulisan
selanjutnya dapat lebih baik lagi.
Palopo, Mei 2011
PENYUSUN
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I OBAT ANESTETIK............................................................................. 1
A. Anestetik Umum......................................................................................... 1
B. Anestetik Lokal........................................................................................... 8
BAB II PEMILIHAN TEKNIK ANESTETI................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 12
BAB I
OBAT ANESTETIK
Anestetik (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan
aesthētos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan
menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur
lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama
kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846.
Anestetik dibedkan menjadi 2 kelompok yaitu:
1. Anestetik lokal yaitu penghilang rasa sakit tanpa disertai hilang kesadaran
2. Anestetik umum yaitu penghilang rasa sakit yang disertai hilangnya
kesadaran.
Sejak dahulu sudah dikenal tindakan anestesi yang digunakan untuk
mempermudah tindakan operasi. Orang Mesir dahulu menggunakan narkotik,
sedangkan orang cina menggunakan Canabis indica dan pemukulan kepala dengan
tongkat untuk menghilangkan kesadaran. Hal ini tidak memberikan keuntungan.
Tahun 1776 ditemukan anestetik gas pertama yaitu N2O, tetapi anestetik gas ini
kurang efektif sehingga diusahakan mencari zat lain.
A. Anestetik Umum
Anestetik umum yaitu penghilang rasa sakit yang disertai hilangnya
kesadaran.
Mekanisme kerja obat anestesi umum sampai sekarang belum jelas,
meskipun mekanisme kerja susunan saraf pusat dan susunan saraf perifer
mengalami banyak kemajuan pesat, maka timbullah berbagai teori. Beberapa teori
yang dikemukan adalah
1. teori koloid
zat anestesi akan menggumpalkan sel koloid yang menimbulkan anestesi yang
bersifat reversibel diikuti dengan proses pemulihan. Christiansen (1965)
membuktikan bahwa pemberian eter dan halotan akan menghambat gerakan
dan aliran protoplasma dalam amuba
2. teori lipid
Ada hubungan kelarutan zat anestetik dalam lemak dan timbulnya anestesi.
Makin tinggi klerutan dalam lemak makin kuat sifat anestestetiknya. Teori ini
cocok untk obat anestetik yang larut dalam lemak
3. teori adsorpsi dan tegangan permukaan
Pengumpulan zat anestesi pada permukaan sel menyebabkan proses
metabolisma dan transmisi neural terganggu sehingga timbul anestesi.
4. teori biokimia
pemberiaan zat anestesi invitro menghambat pengambilan oksigen di otak
dengan cara menghambat sistem fosforilasi oksidatif. Akan tetapi hal ini
mungkin hanya menyertai anestesi bukan penyebab anestesi.
5. teori neurofisiologi
pemberian zat anestesi akan menurunkan transmisi sinaps di ganglion
cervicalis superior dan menghambat formatio retikularis asenden untuk
berfungsi mempertahankan kesadaran.
6. teori fisika
zat anestesi dengan air di dalam susunan saraf pusat dapat membentuk
mikrokristal sehingga menggangu fungsi sel otak.
Semua zat anestesi umum menghambat susunan saraf secara bertahap,
mula-mula fungsi yang kompleks akan dihambat dan yang paling akhir adalah
medula oblongata yang mengandung pusat vasomotor dan pusat pernafasan yang
vital. Guedel (1920) membagi anestesi umum dengan eter menjadi 4 stadia:
1. Stadium I (analgesia) yaitu stadia mulai dari saat pemberian zat anestesi
hingga hilangnya kesadaran. Pada stadia ini penderita masih bisa mengikuti
perintah tetapi rasa sakit sudah hilang
2. Stadium II (delirium/eksitasi) yaitu hilangnya kesadaran hingga permulaan
stadium pembedahan. Pada stadium ini terlihat jelas adanya eksitasi dan
gerakan yang tidak menurut kehendak, seperti tertawa, berteriak, menangis,
menyanyi, gerakan pernafasan yang tak teratur, takikardia, hipertensi hingga
terjadinya kematian, sehingga harus segera dilewati
3. Stadium III yaitu stadia sejak mulai teraturnya lagi pernafasan hingga
hilangnya pernafasan spontan. Stadia ini ditandai oleh hilangnya pernafasan
spontan, hilangnya refleks kelopak mata dan dapat digerakkannya kepala ke
kiri dan kekanan dengan mudah. Stadia ini dibagi lagi menjadi 4 tingkat yaitu
a. Tingkat I : pernafasn teratur, spontan, gerakan bola mata tak teratur,
miosis, pernafasan dada dan perut seimbang. Belum tercapai relaksasi otot
lurik yang sempurna
b. Tingkat II : pernafasan teratur tetapi kurang dalam dibandingkan tingkat I,
bola mata tak bergerak, pupil melebar, relaksasi otot sedang, refleks laring
hilang.
c. Tingkat III: pernafasan perut lebih nyata daripada pernafasan dada karena
otot interkostal mulai mengalami paralisis, relaksasi otot lurik sempurna,
pupil lebih lebar tetatpi belum maksimal
d. Tingkat IV: pernafasan perut sempurna karena kelumpuhan otot
interkostal sempurna, tekanan darah mulai menurun, pupil sangat lebar
dan refleks cahaya menghilang.
4. Stadium IV (Paralisis mediula oblongata) yaitu stadium dimulai dengan
melemahnya pernafasan perut dibanding stadoium III tingkat 4, tekanan darah
tak terukur, jantung berhenti berdenyut dan akhirnya penderita meninggal.
Sebelum diberikan zat anestesi pada pasien diberikan medikasi preanestesi
dengan tujuan untuk mengurangi kecemasan, memperlancar induksi, merngurangi
keadaan gawat anestesi, mengurangi timbulnya hipersalivasi, bradikardia dan
muntah sesudah atau selama anestesia. Untuk tindakan ini dapat digunakan :
a. analgesia narkotik untuk mengurangi kecemasan dan ketegangan, mengurangi
rasa sakit dan menghindari takipneu. Misalnya morfin atau derivatnya
misalnya oksimorfin dan fentanil
b. barbiturat biasanya diguankan untuk menimbulkan sedasi. Misalnya
pentobarbital dan sekobarbital.
c. Antikolinergik untuk menghindari hipersekresi bronkus dan kelenjar liur
terutama pada anestesi inhalasi. Obat yang dapat digunakan misalnya sulfas
atropin dan skopolamin.
d. Obat penenang digunakan untuk efek sedasi, antiaritmia, antihistamin dan enti
emetik. Misalnya prometazin, triflupromazin dan droperidol
Obat-obat anestesi umum yang digunakan dapat dikelompokkan menjadi:
1. kelompok inhalasi (gas) : Nitrous oksida (N2O), siklopropan, eter, enfluran,
isofluran, halaotan, metoksifluran, trikoretilen, etil klorida, fluroksen
2. anestesi parenteral (injeksi) dibagi menjadi beberapa golongan yaitu
a. Barbiturat, bekerja dengan blokade sistem stimulus di formasio retikularis
sehingga kesadaran akan hilang. Efek samping yang dapat terjadi adalah
depresi pusat nafas dan menurunnya kontraktilitas otot jantung. Contoh
obatnya adalah natrium tiopental, ketamin
b. Droperidol dan Fentanil digunakan untuk menimbulkan analgesia
neuroleptik dan anestesia neuroleptik (bila digunakan bersama N2O)
c. Diazepam, obat ini menyebabkan tidur dan penurunan kesadaran yang
disertai nistagmus dan bicara lambat, tetapi tidak berefek analgesia
sehingga harus dikombinasi dengan obat-obat analgesia.
d. Etomidat merupakan anestetik non barbiturat yang digunakan untuk
induksi anestesi tetapi tidak berefek analgesia. Etomidat hanya
menimbulkan efek minimal terhadap sistem kardiovaskular dan
pernafasan. Efek anestesinya berlangsung segera, dalam waktu 1 menit
pasien sudah tidak sadar.
e. Ketamin. Ketamin adalah suatu rapid acting nonbarbiturat general
anaesthetic. Indikasi pemakaian ketamin adalah prosedur dengan
pengendalian jalan napas yang sulit, prosedur diagnosis, tindakan
ortopedi, pasien risiko tinggi, tindakan operasi sibuk, dan asma
Kontraindikasinya adalah tekanan sistolik 160 mmHg dan diastolik 100
mmHg, riwayat penyakit serebrovaskular, dan gagal jantung. Dosis
induksi 14 mg/kgBB intravena dengan dosis rata-rata 2 mg/kgBB untuk
lama kerja 15-20 menit, dosis tambahan 0,5 mg/kgBB sesuai kebutuhan.
Dosis pemberian intramuskular 6-13 mg/kgBB, rata-rata 10 mg/kgBB
untuk lama kerja 10-25menit.
3. Anestetik Menguap
a. golongan eter misalnya eter = dietil eter
b. golongan hidrokarbon halogen misalnya metoksifluran, fluroksen.
Halotan. Halotan merupakan cairan tidak berwarna, berbau enak, tidak
iritatif, mudah menguap, tidak mudah terbakar/meledak, tidak bereaksi dengan
soda lime, dan mudah diuraikan cahaya. Halotan merupakan obat anestetik
dengan kekuatan 4-5 kali eter atau 2 kali kloroform. Keuntungan penggunaan
halotan adalah induksi cepat dan lancar, tidak mengiritasi jalan napas,
bronkodilatasi, pemulihan cepat, proteksi terhadap syok, jarang menyebabkan
mual/muntah, tidak mudah terbakar dan meledak. Kerugiannya adalah sangat
poten, relatif mudah terjadi overdosis, analgesi dan relaksasi yang kurang, harus
dikombinasi dengan obat analgetik dan relaksan, harga mahal, menimbulkan
hipotensi, aritmia, meningkatkan tekanan intrakranial, menggigil pascaanestesi,
dan hepatotoksik. Overdosis relatif mudah terjadi dengan gejala gagal napas dan
sirkulasi yang dapat menyebabkan kematian. Dosis induksi 2-4% dan
pemeliharaan 0,5-2%.
Etil klorida. Etil klorida merupakan cairan tidak berwarna, sangat mudah
menguap, dan mudah terbakar. Anestesi dengan etil klorida cepat terjadi namun
cepat hilang. Induksi dapat dicapai dalam 0,5-2 menit dengan waktu pemulihan 2-
3 menit sesudah pemberian anestesi dihentikan. Etil klorida sudah tidak
dianjurkan lagi untuk digunakan sebagai anestesi umum, namun hanya untuk
induksi dengan memberikan 20-30 tetes pada masker selama 30 detik. Pada
sistem tetes terbuka (open drop), etil klorida disemprotkan ke sungkup dengan
volume 3-20 ml yang menghasilkan uap _+ 3,5-5% sehingga pasien tidak sadar
dan kemudian dilanjutkan dengan penggunaan obat lain seperti eter. Etil klorida
juga digunakan sebagai anestetik lokal dengan cara menyemprotkannya pada kulit
sampai beku.
Efek samping anestesi umum yang dapat terjadi adalah depresi
miokardium dan hipotensi (anestesi inhalasi), depresi nafas (terutama anestesi
inhalasi), gangguan fungsi hati ringan, gangguan fungsi ginjal, hipotermia dan
menggigil pasca operasi, batuk dan spasme laring serta delirium selama masa
pemulihan.
B. Anestetik Lokal
Anestetik lokal yaitu penghilang rasa sakit tanpa disertai hilang kesadaran.
Obat anestetik lokal adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan
secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup. Obat ini bekerja pada setiap
bagian saraf. Pemberian anestetik lokal pada kulit akan menghambat transmisi
impuls sensorik, sebaliknya pemberian anestetik lokal pada batang saraf
menyebabkan paralisis sensorik dan motorik di daerah yang dipersarafinya.
Mekanisme kerja anestetik lokal adalah mencegah konduksi dan timbulnya
impuls saraf. Tempat kerjanya terutama di membran sel. Obat anestetik lokal
dikelompokkan menjadi
1. Kokain
2. Anestetik lokal sintetik seperti prokain, lidokain , butetamid, dibukain,
mepivakain, tetrakain dan sebagainya.
Lidokain. Lidokain (lignokain, xylocain) adalah anestetik lokal kuat yang
digunakan secara topikal dan suntikan. Efek anestesi terjadi lebih cepat, kuat, dan
ekstensif dibandingkan prokain. Larutan lidokain 0,25-0,5% dengan atau tanpa
adrenalin digunakan untuk anestesi infiltrasi sedangkan larutan 1-2% untuk
anestesi blok dan topikal. Untuk anestesi permukaan tersedia lidokain gel 2%,
Sedangkan pada analgesi/anestesi lumbal digunakan larutan lidokain 5%.
Bupivakain. Bupivakain adalah anestetik golongan amida dengan mula
kerja lambat dan masa kerja panjang. Untuk anestesi blok digunakan larutan 0,25-
0,50% sedangkan untuk anestesi spinal dipakai larutan 0,5%.
Mepivakain, digunakan digunakan untuk anestesi innfiltrasi, blockade saraf
regional dan anestesi spinal. Sediaan untuk suntikan tersedia dalam larutan 1,0 ;
1,5 dan 2.
Tetrakain, untuk pemakaian topical pada mata digunakan larutan
tetrakain 0,5%. Untuk hidung dan tenggorokan larutan 2%. Pada anesthesia
spinal, dosis total 10-20 mg.
Prilokain, digunakan untuk berbagai macam anesthesia suntikan dengan
sediaan berkadar 1,0 ; 2,0 dan 3,0%.
Dibukain, merupakan anestesi local yang paling kuat, paling toksik dan
masa kerja yang panjang. Dibukain digunakan untuk anestesi suntikan pada kadar
0,05-0,1% ; untuk anesthesia tropical kornea 0,10%; hidung dan tenggorok 0,5-
2%; uretra 0,05-0,2%; dan untuk kulit berupa salep 0,5-1%. Dosis total pada
anesthesia spinal ialah 7,5-10mg.
Tehnik pemberian anestetik lokal dapat berupa:
1. anestetik permukaan yaitu penyuntikan obat anestetik secara permukaan
misalnya pada kulit, selaput lendir mulut, faring dan esofagus
2. anestetik infiltrasi yaitu penyuntikan untuk menimbulkan anestesi pada ujung
saraf melalui kontak langsung dengan obat. Cara anestesi infiltrasi yang sering
digunakan adalah ring block.
3. anestetik blok yaitu anestesi bertujuan untuk mempengaruhi konduksi saraf
otonom maupun somatis dengan anestesi lokal. Hal ini bervariasi dari blokade
pada saraf tunggal misalnya saraf oksipital, pleksus brachialis, sampai ke
anestesia epidural dan spinal.
4. anestetik spinal yaitu anestesi blok yang lebih luas.
BAB II
PEMILIHAN TEKNIK ANESTESI
Pemilihan teknik anestesi adalah suatu hal yang kompleks, memerlukan
kesepakatan dan pengetahuan yang dalam baik antara pasien dan faktor-faktor
pembedahan. Dalam beberapa kelompok populasi pasien, pembiusan regional
ternyata lebih baik daripada pembiusan total.Blokade neuraksial bisa mengurangi
risiko thrombosis vena, emboli paru, transfusi, pneumonia, tekanan pernafasan, infark
miokardial dan kegagalan ginjal.
DAFTAR PUSTAKA
Martaningtyas, Tsemol (2005): "Terbius memburu paten gas tertawa"
Suryanto,dr (1998): "Trauma selama dan setelah operasi"
http://id.wikipedia.org/wiki/Anestesi#Dua_kelompok_anestesi
http://moveamura.wordpress.com/farmakologi/