anemia deff fe
TRANSCRIPT
R E F E R A T
ANEMIA DEFISIENSI BESI
Oleh :
Elly Ferial ( 97 - 128 )
Runi Asmarani (97 – 151 )
Pembimbing : dr.Kriston Silitonga SpA
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak
Periode 12 Januari – 20 Maret 2004
Falkutas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
J A K A R T A
2004
BAB I
P E N D A H U L U A N
Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang disebabkan oleh
kurangnya mineral besi sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan sel
darah merah.
Anemia defisiensi besi menjadi salah satu masalah gizi utama di
Indonesia. Resiko anemia ini dapat menyebabkan produktifitas kerja rendah,
daya tahan tubuh terhadap penyakit menurun, kemampuan belajar anak sekolah
rendah, peningkatan bobot badan ibu hamil rendah dan kelahiran bayi prematur.
Hubungan langsung antara defesiensi ini dan gangguan perkembangan
tidak begitu diketahui, namun efek ini tidak terjadi sampai defisiensi besi menjadi
parah dan cukup kronik untuk menjadi anemia.
Kebutuhan zat besi terbesar adalah selama 2 (dua) tahun kehidupan
pertama, selama masa pertumbuhan yang cepat dan kenaikan Hb di usia remaja,
serta masa kehamilan.
Jalan pintas untuk penentuan anemia menggunakan Hb sebagai indikator
telah disarankan oleh WHO dan anemia defesiensi besi ditetapkan sebagai
masalah kesehatan masyarakat Indonesia secara universal.
Kekurangan asupan zat besi ini dapat ditangani dengan pemberian
supplement gizi dan pengaturan makanan yang benar.
Adapun tujuan dari pembuatan referat ini adalah untuk menerangkan
secara singkat mengenai apa itu anemia defisiensi besi, gejala klinis, gambaran
laboraturium, sehingga penyakit anemia defisiensi besi dapat di cegah atau
dideteksi lebih dini mengingat anemia defisiensi besi merupakan urutan anemia
yang terbanyak di Indonesia.
BAB II
P E M B A H A S A N
Besi (Fe) adalah unsur mineral yang paling penting dibutuhkan oleh tubuh
karena peranannya dalam pembentukkan hemoglobin. Senyawa ini bertindak
sebagai pembawa oksigen dalam darah dan juga berperan dalam transfer CO2
dan H+ pada rangkaian transpor elektron.
Besi juga terlibat dalam bemacam-macam tingkatan proses metabolik
seperti sintesis DNA. Bila sel mengambil besi lebih dari pada yang diperlukan
untuk kebutuhan metabolisme khusus maka kelebihan ini akan merangsang
sintesis feritin dan sejumlah kecil disimpan dalam sel.
Selama 3 – 4 bulan pertama kehidupan bayi pengeluaran akan zat besi
rendah, zat besi tersebut digunakan kembali untuk pembentukan hemoglobin.
Setelah 6 bulan pertama , maka sumber zat besi dibutuhkan meningkat karena
pertumbuhan yang cepat dapat menurunkan persediaan besi. Syarat pemberian
besi untuk anak dengan umur 6 – 12 bulan diberikan 9 mg/kgbb. Setelah umur
satu tahun, pertumbuhan kembali menjadi lambat, jadi kebutuhan akan besi
menurun kembali seiring dengan terjadinya hal tersebut ( Tabel 1 )
Dibandingkan dengan bayi berat badan lahir normal, pada bayi berat
badan lahir rendah (BBLR) mempunyai persediaan besi yang rendah pula,
persediaan besi pada anak dengan BBLR akan menurun pada usia 2-3 bulan dan
bahkan lebih cepat. Untuk itulah pada bayi dengan BBLR membutuhkan zat besi
pada usia yang lebih dini, terkadang sejak usia 2 bulan.
TABEL I Jumlah masukkan zat besi yang dianjurkan dalam makanan
UMUR BESI ( mg/hari )
0-6 bulan ( ASI ) 0,5
0-6 bulan ( dengan makanan
tambahan )
3
7-12 bulan 9
1- 11 tahun 6-8
12-18 tahun 10-13
Absorbsi Besi
Besi diabsorbsi terutama di dalam duodenum dalam bentuk fero dan
dalam suasana asam. Absorbsi besi ini dipengaruhi oleh faktor endogen, faktor
eksogen dan usus sendiri. Faktor endogen mengatur jumlah besi yang akan
diabsorbsi dan tergantung dari jumlah cadangan besi di dalam tubuh, aktivitas
eritropoiesis dan kadar hemoglobin.
Bila cadangan besi berkurang atau aktifitas eritropoiesis meningkat, atau
kadar Hb rendah, maka jumlah besi yang diabsorbsi akan meningkat dan
sebaliknya bila cadangan besi cukup, aktifitas eritropoiesis kurang atau Hb
normal akan mengurangi absorbsi besi.
Faktor eksogen ditentukan oleh komposisi, sumber, zat kimia, dan cara
proses makanan. Sumber hewani lebih mudah diabsorbsi dari pada sumber
nabati dan vit C mempermudah absorbsi karena mereduksi besi dari bentuk feri
menjadi bentuk fero yang lebih mudah diabsorbsi. Sebaliknya kalsium, fosfor dan
asam fitat menghambat absorbsi karena besi membentuk suatu persenyawaan
yang tidak larut.
Faktor usus juga berpengaruh karena asam klorida lambung
mempermudah absorbsi untuk melepaskan besi dari kompleks feri sedang sekret
pankreas menghanbat absorbsi besi. Pada pankreatitis, dan sirosis hepatis,
absorbsi besi bertambah karena sekresi pankreas berkurang.
Metabolisme besi
Setelah absorbsi, besi memasuki sirkulasi portal kemudian berikatan
hingga menjadi transferin, kemudian diredistribusi ke jaringan terutama paling
banyak ke sumsum tulang untuk memproduksi Hemoglobin dalam sel darah
merah. Sebagian dari transferin yang tidak terpakai akan disimpan sebagai labile
iron pool.
Eksresi besi
Berbeda dengan mineral lainnya tubuh tidak dapat mengatur
keseimbangan besi melalui eksresi. Besi dikeluarkan dari tubuh relative konstan
berkisar antara 0.5 – 1.0 mg setiap hari melalui rambut, kuku, keringat, air kemih
dan terbanyak melalui deskuamasi sel epitel saluran pencernaan. Pengeluaran
besi dari tubuh yang normal ialah : bayi 0.3 – 0.4 mg/hari, anak 4 – 12 tahun 0.4 –
1mg/hari, laki – dewasa 1.0 – 1.5 mg/hari, wanita dewasa 1.0 – 2.5 mg/hari,
wanita hamil 2.7 mg/hari
DEFINISI
Anemia defisiensi besi adalah anemia mikrositik hipokrom yang terjadi
akibat defisiensi besi dalam gizi disertai penurunan kuantitatif pada sintesis
hemoglobin.
EPIDEMIOLOGI
Diperkirakan penderita anemia defisiensi besi diseluruh dunia lebih kurang
sebanyak 500 juta orang. Dapat mengenai semua umur dan golongan ekonomi ,
yang terbanyak pada anak dalam masa pertumbuhan dan terutama dinegara
berkembang. Berdasarkan studi dari Australia ditemukan bahwa defisiensi besi
sering terjadi pada anak-anak dengan angka kejadian 30% pada anak dibawah
umur 2 (dua ) tahun. Tidak seperti pada defisiensi gizi lainnya, defisiensi besi ini
terjadi walaupun pada anak dengan tingkat ekonomi tinggi.
Di Indonesia ada perbedaan yang nyata antara pedesaan dan kota.
Berdasarkan hasil penelitian di desa Sumatera Barat, Jawa Tengah dan Bali
penduduk yang menderita anemia , 50% disebabkan anemia defisiensi besi dan
40% dari anemia ini disertai dengan infestasi cacing tambang.
Jumlah anemia defisiensi besi diperkirakan meningkat lebih dari 15 – 40%
dari jumlah penduduk Indonesia usia 0 – 14 tahun, lebih – lebih semenjak bangsa
ini dilanda krisis ekonomi.
ETIOLOGI
Defisiensi besi dapat terjadi akibat adanya:
1. Gangguan absorbsi.
2. Asupan besi yang tidak cukup.
3. Kebutuhan yang meningkat.
4. Kehilangan darah yang menetap.
5. Sintesis kurang.
Gangguan absorbsi
Misalnya terjadi pada anak yang mengalami diare kronis, sindrom
malabsorbsi.
Asupan besi yang tidak cukup
Misalnya pada bayi yang hanya diberi makan susu saja sampai usia 12 –
24 bulan dan pada individu tertentu yang hanya memakan sayur-sayuran saja.
Kebutuhan yang meningkat
Pertumbuhan yang cepat ( BBLR, premature, bayi kembar ) dan infeksi.
Kehilangan darah yang menetap
Seperti pada saluran cerna yang lambat karena polip, neoplasma,
gastritis, varises esophagus, makan aspirin, hemoroid, ankilotomiasis dan
amubiasis yang menahun.
Sintesis kurang
Dalam hal ini terjadi hipotransferinemia congenital (transferin kurang).
Di tinjau dari segi umur penderita , etiologi anemia defisiensi besi dapat
digolongkan menjadi :
1. Bayi dibawah usia 1 tahun
- kekurangan depot besi dari lahir, misalnya pada prematuritas,
bayi kembar, bayi yang dilahirkan oleh ibu yang anemia.
- Pemberian makanan tambahan yang terlambat, yaitu karena
bayi hanya diberi ASI saja.
2. Anak umur 1-2 tahun
- infeksi yang berulang seperti enteritis, bronchopneumonia dan
sebagainya.
- Diet yang tidak adekuat.
3. Anak umur lebih dari 5 tahun
- kehilangan darah kronis karena infeksi parasit misalnya
ankilostomiasis, amubiasis.
- Diet yang tidak adekuat.
SUMBER BESI
Jenis – jenis zat besi dalam makanan :
1. Zat besi yang berasal dari Hem
2. Zat besi yang bukan Hem
Zat besi yang berasal dari Hem merupakan penyusun Hemoglobin,
mioglobin, sitokrom dan enzim – enzim Metalloflavoprotein yang berfungsi untuk
pengangkutan, penyimpanan dan pemakaian oksigen. Zat besi dari Hem
terhitung sebagai fraksi yang relatif kecil dari seluruh masukan zat besi, biasanya
kurang dari 1 – 2 mg per hari, atau sekitar 10 – 15 % dari zat besi dalam
makanan yang dikonsumsi di negara – negara Industri.
Zat besi jenis ini terkandung didalam daging, ikan dan unggas serta hasil
olahan darah
Zat besi yang bukan Hem merupakan sumber yang lebih penting, yang
ditemukan dalam tingkat yang berbeda – beda pada seluruh makanan yang
berasal dari tumbuhan. Sebagai besi bukan Hem besi terdapat dalam bentuk
transferin, ferritin dan hemosiderin.
Besi bukan Hem dapat ditemukan pada :
Rendah Sedang Tinggi
Sereal
Buah
Sayuran
Protein – Hewani
Jagung, beras,
gandum
Apel, pisang, pear,
plum, strawberry
Bayam
Keju, telur, susu
sapi
Mangga, nenas
Wortel, kentang
Jeruk, tomat
Brokoli, kubis,
kembang kol,
selada
Ayam, ikan,
daging, hati, ASI
Selain diperoleh dari bahan makanan, makanan dapat pula mengandung
zat besi eksogen yang berasal dari tanah, debu, air atau panci tempat memasak.
Keadaan ini lebih sering terjadi dinegara yang sedang berkembang. Jumlah zat
besi cemaran didalam makanan mungkin beberapa kali lebih besar di bandingkan
dengan jumlah besi dalam makanannya sendiri.
Kandungan besi dalam makanan anak
Makanan Jumlah besi (mg) Unit
Susu
Telur
Sereal
Sayur-sayuran (serat)
Kuning
Hijau
Daging
Sapi,Kambing, Hati
sapi, Babi, Hati babi
Buah-buahan
0.5 – 1.5
1.2
3.0 – 5.0
0.1 – 0.3
0.3 – 0.4
0.4 – 2.0
6.6
0.2 – 0.4
Liter
Buah
Ons
Ons
Ons
Ons
Ons
Ons
GEJALA KLINIS
1. Traktus Gastrointestinal :
a. Anoreksia
b. Pica-pagophagia (es), geophagia (pasir)
c. Papil lidah atrofi
d. Disfagia
e. Esophageal webs (sindrom Kelly- Patterson)
f. Penurunan asam lambung
g. Sindrom malabsorbsi
2. Sistem Saraf Pusat :
a. Iritabel
b. Lemas
c. Lekas lelah
d. Sakit kepala
e. Pucat (terutama pada mukosa bibir dan faring, telapak tangan dan
dasar kuku)
f. Fungsi neurologist dan intelektual menurun
g. Papilla edema
h. Konjungtiva okular berwarna kebiruan atau putih mutiara (pearly
white)
3. Sistem Kardiovaskuler :
a. Pembesaran jantung
b. Takikardia
c. Murmur sistolik
4. Sistem Muskuloskeletal :
Pemeriksaan radiologis tulang tengkorak : pelebaran diploe dan penipisan
tabula eksterna.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan darah menunjukkan jumlah sel darah merah normal atau
hampir normal dan kadar hemoglobin berkurang. Pada sediaan hapus darah
perifer, eritrosit mikrositik hipokrom (MCV, MCH dan MCHC berkurang) disertai
poikilositosis. Jumlah Retikulosit mungkin normal atau berkurang. Kadar besi
berkurang walaupun kapasitas mengikat besi serum total meningkat, saturasi
iron berkurang, dan serum feritin menurun, free eritrosit protoporphyrin (FEP)
meningkat.
Nilai normal Anemia defisiensi besi
Eritrosit (juta/mm3)
Hemoglobin (g%)
MCV (cu)
MCH (cu)
MCHC (cu)
Retikulosit (%)
SI (ug/dL)
TIBC (ug/dL)
Saturasi besi (%)
Laki-laki : 4.5 – 5.5
Wanita : 4 – 5
Laki-laki : 13 – 16
Wanita : 12 – 14
76 – 69
27 – 32
32 – 37
0.5 – 1.5
90 – 150 ug/dL
250 – 350
30 %
Normal
Menurun
< 76
< 27
< 32
normal / menurun
30 ug/dL
350 – 500
< 20%
Secara laboratoris, defisiensi besi dibagi menjadi 3 stadium sesuai dengan
derajat defisiensinya, yaitu :
1. Stadium 1 : deplesi cadangan besi, ditandai dengan penurunan serum ferritin
dan pemeriksaan sitokimia jaringan hati dan sumsum tulang
2. Stadium 2 : defisiensi besi tanpa anemia, ditandai dengan penurunan Serum
Iron (SI) dan saturasi transferin
3. Stadium 3 : anemia defisiensi besi, ditandai dengan penurunan kadar
Hemoglobin, MCV, Hematokrit dan peningkatan kadar FEP
DIAGNOSIS
Diagnosis dari anemia defisiensi besi biasanya ditegakkan setelah
bermanifestasi sebagai anemia dan gejala klinis, yang berhubungan dengan
defisiensi besi, pemeriksaan fisik, gambaran eritrosit mikrositik hipokrom, kadar
SI rendah, IBC meningkat, tidak terdapatnya besi dalam sum-sum tulang dan
reaksi yang baik terhadap pengobatan dengan besi.
PENCEGAHAN PRIMER
Masa-masa bayi dan balita merupakan masa penting bagi pertumbuhan
dan perkembangan. Pada masa ini asupan zat besi memiliki peranan yang
penting dan perlu mendapat perhatian, khususnya orangtua mengingat
kekurangan zat ini pada masa bayi dan anak berhubungan dengan penurunan
mental, motorik dan fungsi perilaku.
Pada saat tersebut tatalaksana dengan tambahan zat besi mengurangi
anemia dan mengembalikan kecukupan besi sebelum gangguan fungsi
perkembangan yang lebih buruk terjadi . oleh karena itu intervensi harus
difokuskan pada pencegahan primer daari defisiensi besi.
Pada tahun pertama kehidupan, untuk mencegah kekurangan zat ini
adalah pertama-tama dengan tidak terlalu dini menyapih anak dengan susu sapi,
mulai memberikan tambahan zat besi pada makanannya saat anak 4-6 bulan
menyusui, dan menggunakan susu formula yang mengandung cukup besi ketika
tidak menyusui .
Pada bayi pengenalan terhadap susu sapi ditahun pertamanya merupakan
salah satu factor resiko utama bagi kekurangan mineral ini. Susu sapi hanya
mengandung besi yang sedikit, dan kandungan besinya sulit diabsopsi. Perlu
diketahui bahwa air susu ibu megandung zat besi yang memadai bagi bayi.
Suatu penelitian menemukan bahwa pemberian ASI eksklusif yang diperpanjang
hingga 8-18 bulan memberikan status besi yang normal dalam tubuh.
Pada tahun kedua, defisiensi besi dapat dicegah dengan memberikan diet
makanan yang lebih beragam mengandung besi dan vitamin C, serta
menyediakan vitamin harian yang mengandung besi.
Pencegahan dengan suplemen oral biasanya diberikan dalam bentuk
tetes (drop) berisi ferrous sulfate atau bersamaan dengan vitamin. Vitamin drop
biasanya mengandung 10 mg besi per tetesnya, yang merupakan asupan optimal
untuk usia 6 bulan sampai 6 tahun.
PENGOBATAN
Jika anemia defisiensi besi sudah ditegakkan, pengobatan harus dilakukan
sambil mencari dan menghilangkan penyebab.
Makanan yang adekuat
Sulfas Ferosus 3 x 10 mg/KgBB/hari
Obat ini murah tapi kadang dapat menyebabkan enteritis.
Hasil pengobatan dapat terlihat dari kenaikan hitung retikulosit
(reticulocytte erisis) dan kenaikan kadar Hb 1 – 2 g% minggu. Terapi ini
harus diminum sampai 2 bulan setelah nilai hemoglobin mencapai normal
Preparat besi parenteral
Obat ini lebih mahal dan penyuntikan harus intramuskular atau ada pula
yang diberikan secara intravena.
Hanya diberikan bila pemberian peroral tidak berhasil.
Total dosis :
Mg iron = Jumlah Hb yang dibutuhkan – jumlah Hb awal x 80 x berat
badan x 3.4
100
Transfusi darah
Terapi transfusi hanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 5 g% dan
disertai dengan keadaan umum yag tidak baik, misalnya gagal jantungdan
bronkopneumonia. Pada anak, penurunan hemoglobin yang drastis akan
mengganggu fungsi kerja dari jantung dan menyebabkan Congestif Heart
Failure atau pada penyakit infeksi yang serius. Packed Red Cells (PRC) ini
dipakai dan diberikan dalam dosis secara perlahan tidak lebih dari 10
mL/kg. pada anak dengan penyakit yang berat, transfusi tukar
(isovolumetrik) dengan PRC harus diberikan.
Antelmintik
Diberikan bila ditemukan cacing penyebab defisiensi besi.
Diberikan 3 kapsul dengan selang 1 jam, semalam sebelumnya anak
dipuasakan dan diberi laksan setelah 1 jam kapsul ketiga dimakan.
Pirantel Pamoat 10 mg/KgBB (dosis tunggal).
Antibiotika
Diberikan bila terdapat infeksi.
Diet
Sementara pengobatan dengan besi yang cukup diberikan, keluarga harus
diberi edukasi mengenai diet penderita, dan konsumsi susu harus dibatasi
sampai sejumlah yang bisa diterima, lebih baik 500 ml (0,568 liter)/24jam
atau kurang.
Pengurangan ini mempunyai pengaruh ganda : jumlah makanan yang
kaya akan besi bertambah,dan kehilangan darah karena intoleransi
protein susu sapi tercagah. Bila edukasi ulang anak dan keluarganya tidak
berhasil, pemberian besi dapat dicegah pada populasi beresiko tinggi
dengan pemberian formula atau bubur yang diperkaya besi selama masa
bayi. Serta peningkatan besi dalam makanan seperti daging, telur,
makanan sereal, dan sayur-sayuran berwarna hijau.
PROGNOSIS
Prognosis anemia defisiensi besi ini baik bila dilakukan terapi dengan
pemberian besi yang tepat yang akan meningkat cepat dan mengatasi anemia
dalam 2 – 4 minggu. Bila anemia defiesiensi besi yang sudah kronis, prognosisnya
buruk dan dapat menyebabkan kematian.
KESIMPULAN
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan
zat besi sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit. Anemia
defisiensi besi ini memerlukan suatu perhatian khusus karena khususnya pada
negara kita yang sedang berkembang anemia defisiensi besi ini merupakan
penyebab anemia yang tertinggi yang mana terjadi pada semua golongan umur.
Mengingat penyebab anemia defisiensi besi yang beraneka ragam, kita
dapat menegakkan diagnosa tersebut dari penyebab, gejala klinis dan
laboratorium. Karena baik secara klinis maupun laboratorium gejalanya mirip
dengan beberapa penyakit darah lainnya. Dari pengobatan yang sudah dijelaskan
diatas, anemia defisiensi besi bisa diatasi dengan baik dari pemberian obat oral
dengan dosis yang tepat, parenteral, transfusi darah dan edukasi pada keluarga
tentang diet.
DAFTAR PUSTAKA
1. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Buku kuliah Ilmu Kesehatan Anak
I. 1997; 432 – 6
2. Soeparman, Waspadji S. Buku Ilmu Penyakit Dalam jilid II FKUI, Balai
Penerbit FKUI. 1990; 404 – 9
3. Price S, Wilson C. Buku Patofisiologi jilid I, Konsep Klinis Proses – proses
Penyakit, edisi 14. Penerbit Buku Kedokteran ECG; 236 – 7
4. Allen R, Baur A. Iron deficiency in Infant and young children. In : Journal of
Paediatrics, obstetrics and gynaecology. 2001; 24 – 8
5. Thom R, Parnel W, Broadbent R. Predicting iron status in low birthweight
infants. Journal of Paediatrics and Child Health, 2003; 173 – 6
6. Anemia defisiensi besi. Available at : http://www.pediatrik.com
7. Pencegahan defisiensi besi pada bayi dan balita. Available at :
http://www.kalbe.co.id
8. Maeyer E.M. Pencegahan dan pengawasan anemia defisiensi besi. WHO
Jenewa,1993; 11 – 2
9. Wiratama P. Defisiensi besi dan prestasi belajar. 2004; 4 – 6