ancova 3
DESCRIPTION
avTRANSCRIPT
-
Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id
464
PENYESUAIAN DIRI LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DENGAN
MENGENDALIKAN VARIABEL SENSE OF HUMOR
Rahmawaty Parman
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang
Penyesuaian diri merupakan kemampuan individu dalam berperilaku karena
tuntutan untuk pemenuhan kebutuhan agar mendapat ketentraman dalam
hubungan dengan lingkungan sekitar. Kemampuan ini dilandasi oleh sejauh
mana individu dapat mempertahankan batas antara tingkat emosi positif dan
negatif yang dimiliki. Humor merupakan salah satu bentuk dari emosi
positif berhubungan dengan ciri individu yang memiliki kemampuan
penyesuaian diri yang baik. Seseorang yang dikatakan humoris tentu harus
memiliki Sense of Humor (kepekaan humor). Namun demikian, penyesuaian
diri laki-laki dan perempuan berbeda karena perbedaan perlakuan di
masyarakat yang dilihat dari ciri-ciri kepribadian yang berbeda. Penelitian
ini dilakukan pada 384 subjek, dengan menggunakan tekhnik sampel
insidental pada mahasiswa dengan rentang usia 17 tahun keatas. Hasil
penelitian menunjukkan dengan mengontrol variabel kepekaan humor,
terdapat perbedaan penyesuaian diri antara laki-laki dan perempuan dengan
nilai F=5,446 dan p=0,020 (p
-
Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id
465
Kualitas hidup individu terkadang dipengaruhi oleh kemampuan mereka menyesuaikan
diri dengan lingkungannya. Banyak individu yang menderita dan tidak mampu
mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, karena ketidakmampuannya dalam
menyesuaikan diri baik dengan kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan dalam
masyarakat pada umumnya. Penyesuaian diri adalah kemampuan individu menghadapi
perubahan yang terjadi dalam hidupnya, untuk mempertemukan tuntutan diri dan
lingkungan agar tercapai keadaan atau tujuan yang diharapkan oleh diri sendiri dan
lingkungannya. Sunarto dan Hartono (2007) menyebutkan bahwa terdapat dua
pembagian dalam penyesuaian diri, yakni penyesuaian diri yang positif dan penyesuaian
diri negatif. Individu yang mempunyai penyesuaian diri yang positif adalah individu
yang mampu mengarahkan dan mengatur dorongan-dorongan dalam pikiran, kebiasaan,
emosi, sikap dan perilaku individu dalam menghadapi tuntutan dirinya dan masyarakat,
mampu menemukan manfaat dari situasi baru dan memenuhi segala kebutuhan secara
sempurna dan wajar, sedangkan individu yang mengalami penyesuaian diri negatif tidak
mampu melakukan hal-hal tersebut.
Kemampuan penyesuaian diri ini jika gagal dimiliki oleh seorang individu maka ia akan
mengalami hubungan sosial yang problematik dimana ia tidak dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan barunya dan tidak menutup kemungkinan untuk melakukan
kenakalan remaja bahkan pula dapat memunculkan gangguan perilaku. Hasil penelitian
menunjukkan, anak-anak yang mengalami gangguan perilaku memiliki keterampilan
sosial yang rendah. (Cartledge & Milburn, 1995; Choie, Dodge & Kupersmidt dalam
Conduct Problem Prevention Research Group (CPPRG), 1999). Mereka cenderung
menunjukkan prasangka permusuhan yang merujuk pada tindakan agresi (Crick &
Dodge, dalam Carr, 2001).
Disamping mengalami gangguan perilaku dan agresi, kemampuan penyesuaian diri
yang rendah juga bisa mengakibatkan seorang individu terisolasi. Hasil penelitian
Sunarya (1999) menunjukkan bahwa terdapat 67 orang siswa terisolasi atau 22,79 %
dari 294 siswa. Permasalahan yang paling banyak muncul pada siswa terisolasi adalah
perasaan susah bergaul, tidak akrab dengan teman, ingin lebih populer, merasa tidak ada
orang yang bisa dijadikan tempat mengeluh.
Individu yang mengalami ketidakpuasan dalam menjalani kehidupan sosial, akan
cenderung mengisolasi diri, melakukan kekerasan dalam menjalani hubungan sosial,
depresi dan tragisnya ialah bertekad mengakhiri hidup. Kepala Bagian Ilmu Kedokteran
Jiwa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ( UMY ) menyatakan bahwa sebagian
besar orang yang mengalami bunuh diri pada usia 15-35 tahun yang sebagian besar
pelaku bunuh diri tersebut adalah remaja (http://ddaryanti.blogspot.com). Pusat Psikiatri
Universitas Texas (2007) dan sumber lain menyebutkan bahwa faktor-faktor penyebab
bunuh diri disebabkan karena diabaikan atau ditolak oleh lingkungan keluarga dan
pertemanan. Individu yang ditolak dan diabaikan oleh kelompoknya akan menjadi
individu yang cemas, dan tidak bahagia (Dinkmeyer & Caldwell, 2007). Disaat
inidividu mengalami gangguan perasaan tersebut, ia di dominasi oleh emosi negatif
sehingga memungkinkan terjadi kesulitan dalam menyesuaikan diri dan menyelesaikan
permasalahan.
Salah satu ciri kepribadian yang sehat yaitu kemampuan mengenali dirinya sendiri
secara objektif dan mampu menangkap humor terutama yang berkaitan dengan dirinya
-
Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id
466
sendiri (Schultz, 2005). Hasanat dan Subandi (1998) mengatakan humor dinilai dapat
menimbulkan emosi positif, sebab humor menjadikan seseorang dapat tersenyum
ataupun tertawa dan memunculkan ekspresi wajah positif. Humor dan kepekaan humor
yang tinggi dapat membuat seseorang menjadi lebih rileks, tidak tegang lagi, sehingga
pikiran pun dapat lebih berkonsentrasi untuk menyelesaikan masalah. Emosi positif
yang ditimbulkan humor tersebut adalah tanda terjalinnya hubungan interpersonal yang
baik. Humor memiliki fungsi di antaranya fungsi secara fisiologik yang tentunya
memberikan dampak yang baik untuk kesehatan, selain itu fungsi psikologi yang dapat
meningkatkan kesehatan mental seseorang. Fungsi lain humor yaitu dalam hal
pendidikan dan sosial sehingga memudahkan seseorang untuk berinteraksi dengan
lingkungannya.
Martin, et al. (dalam Nezu, Arthur, Nezu, Christine, Blisset, & Sonia, 1999)
menyebutkan tentang afiliatif humor yakni bentuk interpersonal humor yang melibatkan
penggunaan humor (misalnya menceritakan lelucon, mengatakan hal-hal lucu, atau
olok-olok cerdas) untuk membuat orang lain nyaman, menghibur orang lain, dan untuk
meningkatkan hubungan. Humor berkorelasi positif dengan keintiman, dan memiliki
keterbukaan (Martin, et al., 2003; Saraglou & Scariot, 2002)
Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan Sense of Humor dengan
kemampuan menyesuaikan diri sebagai aspek keterampilan sosial. Humor sangat erat
dengan perasaan senang yang dirasakan individu. Sense of Humor yang tinggi
menunjukkan perasaan senang, sementara rendahnya Sense of Humor menunjukkan
perasaan tidak senang. Hubungan Sense of Humor dengan perasaan individu
menentukan bagaimana perspektif individu dalam menghadapi masalah. Menghadapi
masalah dalam kehidupan yang dirasakan mengancam, individu dengan Sense of Humor
yang tinggi mempunyai lebih banyak kesempatan untuk lebih santai dan senang
sehingga memiliki keseimbangan emosional yang membantu penyesuaian diri.
Penelitian tersebut melibatkan 90 siswa kelas X sebagai subjek penelitian (Pralina,
2005). Hal tersebut senada dengan yang disampaikan Hartanti & Rahaju (2002) tentang
Sense of Humor, yaitu dapat memanfaatkan humor dalam menyelesaikan masalah,
memiliki keterampilan dalam menciptakan humor, dan mampu menghargai atau
menanggapi humor yang disampaikan oleh orang lain.
OConnell (2002) menyatakan bahwa humor merupakan kemampuan untuk mengubah perseptual-kognitif secara tepat pada kerangka berpikir. Sense of humor dapat
digunakan sebagai salah satu alternatif bentuk katarsis yang cukup praktis, efektif, dan
efisien sebab hampir setiap individu memiliki sense of humor ini, meskipun dengan
kadar atau tingkatan yang berbeda antara individu yang satu dengan individu lainnya.
Hasil wawancara peneliti dengan 20 mahasiswa di lingkungan Universitas
Muhammadiyah Malang mengenai Sense of Humor dengan kemampuan penyesuaian
diri, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penyesuaian diri antara mahasiswa laki-
laki dan perempuan, rata-rata mahasiswa laki-laki menyatakan bahwa, humor
membantu memfasilitasi mereka dalam menyesuaiakan diri. Mereka lebih mudah
mengekspresikan kemampuan mereka untuk mengikat individu lain dalam berinteraksi.
Laki-laki cenderung produktif dalam menghasilkan humor didalam kehidupan
sosialnya. Rata-rata mahasiswa perempuan lebih cenderung menikmati humor sebagai
respon saja terhadap kelucuan materi humor. Mereka mengatakan bahwa mereka lebih
-
Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id
467
senang mengapresiasi humor daripada menciptakan humor. Sehingga peneliti berasumsi
bahwa laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki Sense of Humor.
Berkaitan dengan hal diatas Squire ( Sihapti, 1995) menyebutkan bahwa penyesuaian
diri antara laki-laki dan perempuan berbeda, hal ini disebabkan karena adanya
perbedaan perlakuan antara perempuan dan laki-laki di masyarakat. Perbedaan ini
terlihat dari ciri-ciri kepribadian antara laki-laki dan perempuan. Sementara Erikson
berpendapat bahwa, karena struktur jenis kelamin, laki-laki lebih aktif dan agresif,
perempuan lebih inklusif dan pasif (Santrock, 2002). Pada situasi tertekan dilingkungan
sosial, perempuan menggunakan humor sebagai respon (penikmat humor). Hal ini
berbeda dengan laki-laki yang menjadikan humor sebagai alternatif dalam penyesuaian
diri (pencipta humor). Keadaan hormonal antara laki-laki dan perempuan merupakan
salah satu hal penting dalam penyesuaian diri pada kondisi fisik dan psikis. Brizendine
(2007) menyatakan hormon testosteron dan progesteron diduga mampu mempengaruhi
peningkatan agresifitas sehingga laki-laki cenderung stabil ketika beraktivitas,
sedangkan hormon estrogen diduga mempengaruhi psikis dan perasaan perempuan pada
kondisi tertentu. Kondisi-kondisi tertentu ini akan berpengaruh secara psikis terhadap
perilaku perempuan dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi maupun dalam
menghadapi situasi sosial tertentu.
Berdasarkan penjabaran masalah diatas, dapat diasumsikan bahwa penyesuaian diri
antara laki-laki dan perempuan berbeda. Selanjutnya Sense of Humor secara bersamaan
berhubungan dengan penyesuaian diri. Melihat hal ini maka tujuan dari penelitian yakni
melihat perbedaan penyesuaian diri laki-laki dan perempuan dengan mengendalikan
variabel Sense of Humor. Manfaat dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan
kontribusi berupa wawasan baru dalam ranah Psikologi sosial terkait Sense of Humor
dan kemampuan penyesuaian diri.
Sense Of Humor
Berbicara mengenai Sense of Humor, maka terlebih dahulu akan membahas mengenai
humor. Suyasa (2012) menyebutkan bahwa definisi humor dapat dibagi menjadi tiga,
pertama, humor sebagai stimulus. Humor sebagai stimulus dapat diartikan bahwa
humor adalah objek (kata-kata/perilaku dalam bentuk audio &visual), baik dalam
bentuk konkret maupun imajinasi (abstrak), yang berpotensi menimbulkan perilaku
tersenyum atau tertawa. Kedua, humor sebagai respon (sense of humor). Sebagai respon
humor adalah kecenderungan individu untuk bersikap positif pada lingkungan atau
individu lain, dengan menampilkan perilaku tersenyum atau tertawa. Dengan kata lain
hal ini berarti kecenderungan individu untuk tampil ceria. Ketiga, humor sebagai istilah.
Humor sebagai istilah yang digunakan untuk mendefinisikan perilaku tersenyum /
tertawa yang terjadi karena hal yang positif. Perilaku yang terjadi karena hal yang
negatif, misalnya meledek, merendahkan orang lain, atau menggoda, adalah bukan
humor.
Berkaitan dengan hal diatas, Sense of humor adalah kemampuan seseorang untuk
menggunakan humor sebagai cara menyelesaikan masalah, keterampilan menciptakan
humor, kemampuan menghargai atau menanggapi humor (Hartanti & Rahaju, 2002).
Baughman (Komaryatun & Hannah, 2008) mengemukakan bahwa sense of humor
merupakan kualitas manusia yang sangat berharga untuk membantu dalam memahami
-
Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id
468
ketidaksesuaian. Menurut O Connell (Martin dan Lefcourt, 1983) sense of humor adalah kemampuan untuk mengubah perseptual kognitif secara cepat pada kerangka
berpikir. Sense of humor dapat mengubah sudut pandang seseorang, merubah sesuatu
yang dianggap negatif menjadi lebih positif. Menurut Hurlock (1990), melalui sense of
humor yang dimiliki, individu dapat memperoleh perspektif yang lebih baik tentang diri
sendiri. Individu yang memiliki sense of humor dapat mengembangkan pemahaman diri
pengembangan, penerimaan diri dan menambah kematangan psikisnya. Sense of humor
yang baik dapat dikatakan hanya dimiliki oleh individu yang berkepribadian yang
matang (Kartono, 1979). Hal ini dikarenakan individu yang berkepribadian matang
mengerti kapan saat yang tepat untuk menganggap sesuatu itu lucu atau tidak lucu, perlu
ditertawakan atau tidak perlu ditertawakan. Menurut Sarwono (1996) kesan lucu
menuntut persyaratan tertentu, yaitu terdapat sense of humor atau kepekaan terhadap
humor pada individu yang melihat kejadian humor. Jika individu tidak cukup peka,
maka kejadian seperti apapun tidak akan menimbulkan kesan lucu. Sense of humor
berbeda pada setiap orang dan dipengaruhi oleh beberapa hal seperti pengetahuan, latar
belakang sosial budaya, sehingga tidak tergantung pada stimulus luar saja. Sense of
humor juga merupakan faktor internal untuk menciptakan ataupun menghargai suatu
humor tanpa stimulasi dari luar. Akan tetapi faktor internal ini lebih dipengaruhi oleh
faktor eksternal (Hartanti & Rahaju, 2002).
Berdasarkan uraian diatas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa sense of humor
merupakan kemampuan yang dimiliki individu untuk menangkap dan mengungkapkan
atau menciptakan humor serta menggunakannya dalam menyelesaikan berbagai
permasalahan. Sehingga dapat memandang dirinya secara realistik.
Fungsi Humor
Meskipun mungkin tampak tidak serius dan sembrono, humor tampaknya memiliki
beberapa fungsi psikososial yang penting (Hughes, 2008).
Memunculkan emosi positif
Fredrickson telah mengusulkan untuk "memperluas-dan-membangun" model psikologis
fungsi emosi positif, termasuk humor yang berhubungan dengan kegembiraan. Tidak
seperti emosi negatif seperti marah atau takut, yang cenderung mempersempit fokus
individu.
Emosi positif dalam hal ini berfungsi untuk memperluas lingkup fokus perhatian
individu, memungkinkan untuk lebih kreatif dalam pemecahan masalah dan berbagai
peningkatan respon perilaku, membangun sumber daya fisik, intelektual, dan sosial
yang tersedia bagi individu untuk menghadapi tantangan hidup. Manfaat psikologis
lainnya dari humor yakni dapat menginduksi emosi positif dalam suatu masyarakat yang
cenderung individual dan membangun hubungan sosial yang efektif.
Membangun Komunikasi Interpersonal
Fungsi lain dari humor yakni berkaitan dengan peran pentingnya dalam komunikasi
interpersonal dan pembentukan, pemeliharaan, dan pengaturan hubungan sosial.
Pengalaman tertawa bersama-sama dapat meningkatkan perasaan tertarik antara
masyarakat dan memperluas ikatan interpersonal dan kohesi kelompok. Selain itu,
-
Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id
469
humor sering digunakan untuk mengkomunikasikan pesan yang mungkin sulit untuk
disampaikan menggunakan modus yang lebih serius dari komunikasi. Yang penting
adalah pesan dinyatakan dalam cara yang lucu dapat ditarik kembali jika tidak baik
diterima, sehingga kedua pembicara dan pendengar bisa saling memahami.
Mengatasi Stres dan Kesulitan
Fungsi selanjutnya dari humor adalah perannya dalam mengatasi stres dan kesulitan.
Kemampuan untuk menemukan humor, bahkan dalam situasi kehidupan yang paling
sulit sering dilihat sebagai mekanisme koping.
Karena inheren melibatkan keganjilan dan multitafsir, humor menyediakan cara bagi
individu untuk menggeser perspektif tentang situasi stres, menilai kembali dari sebuah
titik yang baru. Selain itu, emosi positif kegembiraan yang menyertai humor
menggantikan perasaan kecemasan, depresi, atau kemarahan yang seharusnya terjadi.
Aspek-aspek Sense Of Humor
Aspek -aspek Sense of Humor menurut Thorson, Powell, dan Brdar (Miller, 2004),
antara lain :
1. Menciptakan humor yaitu, membuat, menghasilkan humor dari buah pikiran sendiri, bukan sekedar mencontoh atau meniru.
2. Mengatasi masalah dengan humor yaitu, penggunaan humor sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah yang menimpa diri seorang individu.
3. Penghargaan terhadap humor yaitu, memberikan perhatian lebih terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan humor.
4. Sikap menyenangi humor yaitu, menerima segala sesuatu yang berhubungan dengan humor.
Eysenck menyatakan bahwa batasan-batasan yang digunakan dalam sense of humor
terdiri dari tiga cara, yaitu:
1. The Conformist Sense, yaitu tingkat kesamaan antara individu satu dengan lainnya dalam mengapresiasi materi-materi humor. Hal ini menunjukkan kemampuan
individu dalam menanggapi atau pun memberikan penghargaan terhadap humor.
2. The Quantitative Sense, yaitu seberapa sering idividu tersenyum dan tertawa, serta seberapa mudah individu merasa gembira. Hal ini menunjukkan kemampuan
individu dalam menggunakan humor sebagai cara dalam menyelesaikan masalah,
karena efek senyum dan tertawa akan dapat mengurai ketegangan atau kekakuan.
The Productive Sense, yaitu seberapa banyak individu menceritakan ceritacerita lucu
dan membuat individu lain gembira. Dalam hal ini menunjukkan kemampuan atau
keterampilan individu dalam menciptakan suatu humor.
Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri individu terhadap lingkungan tidak bisa terlepas dari tuntutan-tuntutan
yang ditujukan padanya sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinterkasi dengan
lingkungan, ketika individu berperilaku dalam memenuhi kebutuhan dan dapat diterima
-
Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id
470
lingkungan menandakan bahwa dia berkompoten menyesuaikan diri dan mengalami
keseimbangan hidup.
Menurut Schneiders (1964) penyesuaian diri memiliki empat unsur. Pertama,
adaptation artinya penyesuaian diri dipandang sebagai adaptasi. Penyesuaian diri dalam
hal ini diartikan dalam konotasi fisik, misalnya untuk menghindari ketidaknyamanan
akibat cuaca yang tidak diharapkan, maka orang membuat sesuatu untuk bernaung.
Kedua, conformity artinya seseorang yang dikatakan mempunyai penyesuaian diri baik
bila memenuhi kriteria sosial dan hati nuraninya. Ketiga, mastery artinya orang yang
mempunyai penyesuaian diri baik mempunyai kemampuan membuat rencana dan
meengorganisasikan suatu respon diri sehingga dapat menyusun dan menanggapi segala
masalah dengan efisien. Keempat, individual variation artinya ada perbedaan
individual pada perilaku dan responsnya dalam menanggapi masalah.
Worchel dan Goethals (1985) mengatakan penyesuaian diri sebagai Adjusment
involves the everyday task of coping with ourselves, our environment, and the people we
ecounter. Penyesuaian diri diartikan sebagai kegiatan sehari-hari untuk mengatasi
kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan diri sendiri, lingkungan kita, dan orang-orang
yang kita temui. Worchel dan Goethals (1985) mengatakan bila sesorang telah
menyesuaikan diri secara positif terhadap lingkungannya, ia tetap akan mendapatkan
pengalaman dari setiap masalah-masalahnya. Berbagai pengalaman atas masalah yang
dihadapi menandakan bahwa itu semua merupakan bagian yang normal dari kehidupan
sehari-hari. Individu tidak bisa mengetahui seberapa baik telah menyesuaikan diri hanya
dengan melihat statusnya ditengah lingkungan sosialnya.
Proses penyesuaian diri menurut Worchel dan Goethals (1985) terbagi menjadi 4 bagian
yaitu memahami dan menerima diri pribadi, memiliki kendali atas kehidupan pribadi,
menyusun tujuan hidup, dan berinteraksi dengan orang lain.
Dari pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri adalah
kemampuan individu dalam berperilaku karena tuntutan untuk pemenuhan kebutuhan
agar mendapat ketentraman dalam hubungan dengan lingkungan sekitar.
Schneiders (1964) memberikan kriteria individu dengan penyesuaian diri yang baik,
yaitu sebagai berikut :
1. Pengetahuan tentang kekurangan dan kelebihan dirinya. 2. Objektivitas diri dan penerimaan diri 3. Kontrol dan perkembangan diri 4. Integrasi pribadi yang baik 5. Adanya tujuan dan arah yang jelas dari perbuatannya 6. Adanya perspektif, skala nilai, filsafat hidup yang adekuat 7. Mempunyai rasa humor 8. Mempunyai rasa tanggung jawab 9. Menunjukkan kematangan respon 10. Adanya perkembangan kebiasaan yang baik 11. Adanya adaptabilitas 12. Bebas dari respon-respon yang simtomatis atau cacat 13. Memiliki kemampuan bekerjasama dan menaruh minat terhadap orang lain
-
Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id
471
14. Memiliki minat yang besar dalam bekerja dan bermain 15. Adanya kepuasan dalam bekerja dan bermain 16. Memiliki orientasi yang adekuat terhadap realitas
Aspek-aspek Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri memiliki dua aspek secara umum seperti yang dikemukakan oleh
Schneiders (1964). Dua aspek itu yakni, penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial :
1. Penyesuaian pribadi Penyesuaian pribadi adalah kemampuan seseorang untuk menerima diri demi
terciptanya hubungan yang harmonis antara dirinya dan lingkungan sekitarnya.
Penyesuaian diri ini meliputi :
a. Penyesuaian diri fisik dan emosi Penyesuaian diri ini melibatkan respon-respon fisik dan emosional sehingga
dalam penyesuaian diri fisik ini kesehatan fisik merupakan pokok untuk
pencapaian penyesuaian diri yang sehat. Berkaitan dengan hal ini, ada hal
penting berupa edukasi emosi, kematangan emosi, dan kontrol emosi.
b. Penyesuaian diri seksual Penyesuaian diri seksual merupakan kapasitas bereaksi terhadap realitas
seksual (impuls-impuls, nafsu, pikiran, konflik-konflik, frustasi perasaan salah,
dan perbedaan seks)
c. Penyesuaian diri moral dan religius Dikatakan moralitas dan kapasitas untuk memenuhi moral kehidupan secara
efektif dan bermanfaat yang dapat memberikan kontribusi ke dalam kehidupan
yang baik dari individu.
2. Penyesuaian sosial Dalam kehidupan di masyarakat terjadi proses saling mempengaruhi satu sama lain
yang terus menerus dan silih berganti. Menandakan individu dengan lingkungan
saling mempengaruhi dalam aspek psiko-sosial. Penyesuaian diri ini meliputi :
a. Penyesuaian diri terhadap rumah tangga dan keluarga Penyesuaian diri ini menekankan hubungan yang sehat antar-anggota keluarga,
otoritas orang tua, kapasitas tanggung jawab berupa pembatasn, dan larangan.
b. Penyesuaian diri terhadap sekolah Penyesuaian diri seorang individu ditempat mereka menempuh pendidikan.
c. Penyesuaian diri terhadap masyarakat Kehidupan di masyarakat menandakan kapasitas untuk bereaksi secara efektif
dan sehat terhadap realitas.
Sense of Humor dan Penyesuaian Diri
Schneider (1964) berpendapat bahwa dasar terbentuknya suatu pola penyesuaian diri
adalah kepribadian. Perkembangan kepribadian pada dasarnya dipengaruhi oleh
interaksi fakta internal dan eksternal individu. Seperti ciri-ciri penyesuaian diri oleh
Schneiders yang telah dipaparkan pada pembahasan sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa penyesuaian diri yang baik memiliki ciri-ciri pengetahuan tentang
kekurangan dan kelebihan dirinya, objektivitas diri dan penerimaan diri, kontrol dan
perkembangan diri integrasi pribadi yang baik, adanya tujuan dan arah yang jelas dari
perbuatannya, adanya perspektif, skala nilai, filsafat hidup yang adekuat, mempunyai
rasa humor, mempunyai rasa tanggung jawab, menunjukkan kematangan respon, adanya
-
Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id
472
perkembangan kebiasaan yang baik, adanya kemampuan beradaptasi, bebas dari respon-
respon yang simptomatis atau cacat, memiliki kemampuan bekerjasama dan menaruh
minat terhadap orang lain, memiliki minat yang besar dalam bekerja dan bermain,
adanya kepuasan dalam bekerja dan bermain, memiliki orientasi yang adekuat terhadap
realitas. Ong , et al. (2006) juga memaparkan kemampuan penyesuaian diri adalah
dengan membangun daya tahan dan mempertahankan batas antara tingkat emosi positif
dan negatif yang menggambarkan kekuatan yang mendasari individu dalam kelenturan
menyesuaikan diri. Hal ini berarti humor sebagai salah satu bentuk emosi positif
berhubungan dengan penyesuaian diri individu.
Dari paparan diatas, dapat dipahami bahwa humor merupakan salah satu ciri yang
dimiliki oleh individu yang memiliki kemampuan penyesuaian diri. Karena secara sosial
humor dapat mengikat seseorang atau kelompok yang disukai (Webb dalam Jones,
2006). Humor dapat menciptakan suasana lebih rileks, sehingga akan lebih memacu
komunikasi pada persoalan-persoalan sensitif, sumber wawasan suatu konflik,
mengatasi pola sosial yang kaku dan formal,mempermudah penggunaan perasaan atau
implus dengan cara aman dan tidak mengancam (Hershkowitz, dalam Hartanti &
Rahaju, 2002). Gross & Munoz (1995) menyatakan bahwa humor tidak hanya
memfasilitasi suasana hati yang positif namun juga melawan emosi negatif.
Sejumlah pakar menyatakan bahwa humor bukan semata berisi lelucon untuk konyol
yang diikuti tawa yang terpingkal-pingkal. Humor lebih merupakan suatu cara melihat,
bereaksi, dan berinteraksi terhadap lingkungannya. Keahlian mengkemas humor
menjadi ciri utama bagi individu yang sukses, kreatif, dan sehat. Setiap manusia
memiliki Sense of humor dengan kadar berbeda-beda. Pada hakekatnya Sense of humor
ini merupakan faktor internal untuk menciptakan ataupun menghargai suatu humor
tanpa stimulasi dari luar. Berdasarkan hal ini peneliti berasumsi bahwa Sense of Humor
yang dimiliki oleh individu berhubungan dengan kemampuan penyesuaian diri yang
dimilikinya.
Jenis Kelamin dan Penyesuaian Diri
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa penyesuaian diri berhubungan dengan
Sense of Humor. Penyesuaian diri ternyata berbeda antara laki-laki dan perempun hal ini
di sebabkan karena adanya perbedaan perlakuan antara perempuan dan laki-laki di
dalam masyarakat (Squire, dalam Suhapti, 1995 ; Risveni, 2006). Perbedaan antara
perempuan dan laki-laki ini juga terlihat dari ciri-ciri kepribadian yang berbeda di mana
Erikson (Santrock, 2002) berpendapat bahwa, karena struktur jenis kelamin, laki-laki
lebih aktif dan agresif, perempuan lebih inklusif dan pasif (Sears et al., 1991). Dalam
hal ini peneliti berasumsi bahwa laki-laki lebih mudah melakukan penyesuaian diri
dengan menggunakan kemampuan Sense of Humor yang dimilikinya dari pada
perempuan.
Hipotesa
Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah ada perbedaan penyesuaian diri
laki-laki dan perempuan dengan mengendalikan variabel Sense of Humor.
-
Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id
473
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian menggunakan penelitian kuantitatif antara dua variabel dengan
menggunakan metode penghitungan statistik tertentu sehingga akan diketahui ada atau
tidak hubungan antara dua variabel yang diteliti. Peneliti akan melihat terlebih dahulu
hubungan variable sense of humor dengan penyesuaian diri, kemudian menguji
perbedaan penyesuaian diri antara laki-laki dan perempuan.
Subjek Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, karena itu untuk melaksanakan
penelitian tentu ada subjek penelitian yang dijadikan sumber untuk menggali data.
Karena dalam penelitian ini akan menyelidiki tentang perbedaan penyesuaian diri laki-
laki dengan perempuan dengan mengendalikan variable sense of humor mahasiswa.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Karena populasi mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Malang berjumlah 18.646 mahasiswa, maka pengambilan
sampel menggunakan tabel morgan didapatkan didapatkan sampel penelitian berjumlah
384 mahasiswa. Sedangkan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik
insidental.
Variabel dan Instrumen Penelitian
Terdapat dua variabel yang dikaji, yaitu variabel bebas berupa jenis kelamin dan sense
of humor. Sedangkan variable terikat yaitu penyesuaian diri. Sense of humor adalah
kemampuan yang dimiliki individu untuk menangkap, mengungkapkan atau
menciptakan humor serta menggunakannya dalam menyelesaikan permasalahan, serta
dapat memandang dirinya secara realistis. Penyesuaian diri adalah kemampuan
individu dalam berperilaku karena tuntutan untuk pemenuhan kebutuhan agar mendapat
ketentraman dalam hubungan dengan lingkungan sekitar.
Untuk mengukur sense of humor menggunakan skala likert yang dibuat berdasarkan
tiga aspek sense of humor, yaitu The Conformist Sense, The Quantitative Sense, dan
Produktive Sense. Skala Sense of Humor yang digunakan pada penelitian ini adalah
MSHS (Multidimensional Sense of Humor Scale) yang disusun oleh Thorson & Powell
tahun 1994, untuk mengetahui tingkat Sense of Humor seseorang. MSHS pada
penelitian ini telah diadaptasi serta telah di uji validitas dan reliabilitasnya ke dalam
norma Indonesia oleh Hartanti pada tahun 2001. Pengujian validitas dan reliabilitasnya
dilakukan pada kelompok dewasa dan remaja akhir. Pada penelitian ini, peneliti
mengadopsi skala MSHS yang berjumlah 26 item, yang terdiri dari favorable dan
unfavorable yang kemudian di uji validitas dan reliabilitas kembali pada subjek
penelitian.
-
Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id
474
Tabel 1. Indeks Validitas Skala Multidimensional Sense of Humor
Aspek Indeks Validitas
The Conformist Sense
0,132 0,578 The Quantitative Sense Produktive Sense
Berdasarkan uji validitas terhadap 26 item MSHS diperoleh hasil 22 item valid,
Berdasarkan perbandingan r hitung dan r tabel (r hitung > r tabel), indeks validitas dari
skala MSHS yang diujikan berkisar antara 0,132 0,578.
Tabel 2. Indeks Reliabilitas Skala Multidimensional Sense of Humor
Aspek Indeks Reliabilitas
The Conformist Sense
0,821 The Quantitative Sense
Produktive Sense
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa kedua instrumen yang dipakai dalam
penelitian ini reliabel, dengan tingkat reliability 0, 821 > 0,7 untuk MSHS.
Sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan untuk penyesuaian diri, peneliti
menggunakan skala penyesuaian diri yang dibuat berdasarkan dua aspek dari Schneiders
(1964) yaitu penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial. Item skala penyesuaian diri
berjumlah 35 aitem, terdiri dari favorable dan unfavorable. Masing-masing aspek akan
mendapatkan skor tinggi dan rendah sesuai dengan respon yang diberikan oleh subjek
penelitian.
Tabel 3. Indeks Validitas Skala Penyesuaian Diri
Aspek Indeks Validitas
Penyesuaian pribadi 0,145 0,479 Penyesuaian sosial
Berdasarkan tabel 3 diatas didapatkan hasil dari uji validitas terhadap 35 item
penyesuaian diri diperoleh hasil 32 item valid dan 3 item gugur. Indeks validitas dari
skala penyesuaian diri berkisar antara 0,145 0,479. Adapun r tabel diperoleh dengan cara n 2 ( 370-2 = nilai r tabel 0,066) .
Tabel 4. Indeks Reliabilitas Skala Penyesuaian Diri
Aspek Indeks Reliabilitas
Penyesuaian pribadi 0,796
Penyesuaian sosial
Dari tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa skala penyesuaian diri yang dipakai dalam
penelitian ini reliable, dengan tingkat reliability 0,796 > 0,70.
-
Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id
475
Prosedur dan Analisa Data Penelitian
Prosedur penelitian diawali dengan menyusun instrumen penelitian berupa skala likert,
dilanjutkan dengan menyebarkan skala untuk try out terpakai pada tanggal 15-17 April
2013 pada 370 subjek mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang. Dalam try out
terpakai ini, data hasil try out sekaligus dianalisis sebagai hasil penelitian. Setelah
didapatkan data hasil penelitian, kemudian dilakukan analisis hasil menggunakan uji
Analisis Ko-Varians (ANCOVA) SS Type III dengan Test of Between Subjects Effects.
HASIL PENELITIAN
Penelitian dilakukan kepada 370 subjek yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
Tabel 5. Deskripsi Subjek Penelitian
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 185 50%
Perempuan 185 50%
Total 370 100%
Dari 370 subjek penelitian, sebanyak 185 orang (50%) berjenis kelamin laki-laki dan
perempuan sebanyak 185 orang (50%).
Tabel 6. Uji Analisis Co-Varians (ANCOVA)
Penyesuaian diri (variable dependen) Mean square F Sig.
Corected model 1686, 731 36,901 0,000
Sense of humor 3158, 532 69,100 0,000
Jenis kelamin 248, 948 5,446 0,020
Dari tabel diatas terlihat bahwa Sense of Humor memiliki nilai signifikansi sebesar
0,000 < 0,05. Hal ini berarti bahwa ada hubungan linier antara Sense of Humor dengan
penyesuaian diri. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa asumsi ANCOVA telah
terpenuhi. Pengujian ini dilakukan dengan menghilangkan pengaruh jenis kelamin.
Selanjutnya dilakukan pengujian untuk mengetahui perbedaan penyesuaian diri laki-laki
dan perempuan dengan mengendalikan variabel Sense of Humor. Dari hasil uji analisis
tersebut diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,020 (p= < 0,05) . Sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan penyesuaian diri antara laki-laki dan perempuan.
Untuk mengetahui pengaruh dari Sense of Humor dan jenis kelamin terhadap
penyesuaian diri secara simultan dapat dilihat dari angka signifikansi pada bagian
corected model. Dari hasil uji analisis dapat dilihat bahwa nilai signifikansi sebesar
0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa secara simultan Sense of Humor dan jenis
kelamin berpengaruh terhadap penyesuaian diri.
Tabel 6. Tingkat Penyesuaian Diri
Jenis Kelamin Mean Tinggi (Upper Bound) Rendah (Lower Bound)
Laki-laki 89.369 90.346 88.391
Perempuan 91.010 91.987 90.032
-
Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id
476
DISKUSI
Berdasarkan penjabaran masalah pada bagian pendahuluan dan merujuk pada data
statistik diatas diketahui bahwa terdapat perbedaan penyesuaian diri antara laki-laki dan
perempuan dengan nilai F = 5,446 dan p=0,020 (p = 0,05). Pada penelitian ini
penyesuaian diri perempuan lebih tinggi dari pada laki-laki, dimana rerata penyesuaian
diri perempuan sebesar 91.010 dan laki-laki sebesar 89.369. Padahal jika ditinjau lebih
jauh dari struktur jenis kelamin, laki-laki lebih aktif dan agresif, perempuan lebih
inklusif dan pasif (Sears et al., 1991). Hal ini berarti bahwa, laki-laki di lingkungan
sosialnya lebih mudah untuk melakukan penyesuaian diri karena sifat dasar dan
kepribadian yang dimilikinya. Kecenderungan laki-laki untuk bersifat lebih aktif dengan
menggunakan aspek kepekaan humor yang dimiliki, akan mendukungnya untuk
menyesuaikan diri dengan lebih baik. Sementara perempuan yang bersifat pasif
cenderung hanya menggunakan humor untuk merespon sebagai alternatif penyesuaian
diri dilingkungan sosialnya.
Dalam konteks penyesuaian diri, laki-laki cenderung menggunakan humor stimulus,
artinya bahwa humor yang dilontarkan pria sebagai objek dari kelucuan, sementara
perempuan bertindak dengan cara menghargai dan menjadi pendengar bagi humor yang
dilontarkan (Freud, 1905 ; Ehrenzweig, 1957 ; McGhee, 1979). Sehingga baik pria
maupun perempuan sama-sama memiliki Sense of Humor.
Sense of Humor merupakan salah satu ciri yang dimiliki oleh individu yang memiliki
kemampuan penyesuaian diri. Karena secara sosial humor dapat mengikat seseorang
atau kelompok yang disukai (Webb, dalam Jones, 2006). Humor dapat menciptakan
suasana lebih rileks, sehingga akan lebih memacu komunikasi pada persoalan-persoalan
sensitif, sumber wawasan suatu konflik, mengatasi pola sosial yang kaku dan
formal,mempermudah penggunaan perasaan atau implus dengan cara aman dan tidak
mengancam (Hershkowitz, dalam Hartanti, 2002). Gross & Munoz (1995) menyatakan
bahwa humor tidak hanya memfasilitasi suasana hati yang positif namun juga melawan
emosi negatif
Hasil uji anlisis menunjukkan bahwa tanpa interaksi jenis kelamin, Sense of Humor
berhubungan dengan penyesuaian diri dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05.
Sense of Humor merupakan salah satu ciri yang dimiliki oleh individu yang memiliki
kemampuan penyesuaian diri. Karena secara sosial humor dapat mengikat seseorang
atau kelompok yang disukai (Webb, dalam Jones, 2006). Humor dapat menciptakan
suasana lebih rileks, sehingga akan lebih memacu komunikasi pada persoalan-persoalan
sensitif, sumber wawasan suatu konflik, mengatasi pola sosial yang kaku dan
formal,mempermudah penggunaan perasaan atau implus dengan cara aman dan tidak
mengancam (Hershkowitz, dalam Hartanti & Rahaju, 2002). Gross & Munoz (1995)
menyatakan bahwa humor tidak hanya memfasilitasi suasana hati yang positif namun
juga melawan emosi negatif. Ong , et al. (2006) memberikan pengertian bahwa
kemampuan penyesuaian diri adalah kemampuan untuk membangun daya tahan dan
mempertahankan batas antara tingkat emosi positif dan negatif, dimana hal ini
menggambarkan kekuatan yang mendasari individu dalam kelenturan menyesuaikan
diri.
Schneider (1964) berpendapat bahwa dasar terbentuknya suatu pola penyesuaian diri
adalah kepribadian. Perkembangan kepribadian pada dasarnya dipengaruhi oleh
-
Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id
477
interaksi fakta internal dan eksternal individu. Menurut Schneiders penyesuaian diri
yang baik memiliki ciri-ciri pengetahuan tentang kekurangan dan kelebihan dirinya,
objektivitas diri dan penerimaan diri, kontrol dan perkembangan diri integrasi pribadi
yang baik, adanya tujuan dan arah yang jelas dari perbuatannya, adanya perspektif,
skala nilai, filsafat hidup yang adekuat, mempunyai rasa humor, mempunyai rasa
tanggung jawab, menunjukkan kematangan respon, adanya perkembangan kebiasaan
yang baik, adanya kemampuan beradaptasi, bebas dari respon-respon yang simptomatis
atau cacat, memiliki kemampuan bekerjasama dan menaruh minat terhadap orang lain,
memiliki minat yang besar dalam bekerja dan bermain, adanya kepuasan dalam bekerja
dan bermain, memiliki orientasi yang adekuat terhadap realitas.
Pada penelitian ini Sense of Humor berpengaruh signifikan terhadap penyesuaian diri
yang ditunjukkan dengan nilai F = 69,100 dan probabilitas sebesar 0,000 < 0,05.
Melihat hal ini maka variable Sense of Humor perlu dikendalikan agar dapat terlihat
perbedaan penyesuaian diri laki-laki dan perempuan tanpa adanya pengaruh Sense of
Humor terhadap penyesuaian diri tersebut.
Perbedaan penyesuaian diri laki-laki dan perempuan terlepas dari Sense of Humor yang
dimiliki oleh masing-masing individu masih banyak dipengaruhi oleh faktor lain.
Streotype mengenai jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) dimasyarakat cenderung
mengarahkan mereka pada apa yang diharapkan bukan pada kenyataan yang ada. Laki-
laki dengan penyesuaian diri yang baik diharapkan untuk mandiri, agresif, dan
berorientasi pada kekuasaan, sementara perempuan diharapkan untuk tergantung pada
orang lain (Santrock, 2002). Penelitian ini menunjukkan bahwa streotype mengenai
karakteristik kelaki-lakian dan karakteristik keperempuanan yang diharapkan oleh
masyarakat tidak selalu sesuai dengan kenyataannya. Pada kenyataannya penyesuaian
diri perempuan lebih tinggi dibanding penyesuaian diri laki-laki. Hal ini dapat
disebabkan oleh berbagai macam faktor, diantaranya perubahan paradigma
dimasyarakat mengenai peran laki-laki dan perempuan tersebut. Sehingga kedepannya
perlu dikaji ulang apakah perbedaan jenis kelamin ini memiliki pengaruh terhadap
tingkat penyesuaian diri seseorang.
SIMPULAN DAN IMPLIKASI
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan penyesuaian
diri laki-laki dan perempuan dengan nilai F=5,446 dan p=0,020 (p=0,05). Penelitian ini
menunjukkan bahwa penyesuian diri perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Secara
bersamaan Sense of Humor memiliki hubungan linier dengan penyesuaian diri individu
dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Sumbangan efektik dari Sense of Humor
untuk penyesuaian diri sebesar 16,7 % (R squared). Hal ini berarti penyesuaian diri
individu secara umum masih di pengaruhi oleh faktor lain selain Sense of Humor.
Implikasi dari penelitian tersebut, yaitu bagi mahasiswa dapat dijadikan acuan dan
tambahan informasi bahwa dengan kemampuan Sense of Humor dapat dijadikan sebagai
salah satu strategi yang digunakan untuk menyesuaikan diri dilingkungan manapun,
baik dikampus maupun di lingkungan masyarakat/ tempat tinggal. Bagi peneliti
selanjutnya yang ingin meneliti penyesuaian diri, variabel Sense of Humor dan jenis
kelamin dapat diganti dengan variabel lain yang mempengaruhi kemampuan
penyesuaian diri.
-
Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id
478
REFERENSI
Azwar, S. (2010). Sikap manusia teori dan pengukurannya edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Cann, Arnie. Stilwell, Kelly & Humor Styles. Positive personality and health. Europes Journal of Psychology, 6(3), 213-235
Desmita. (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosda
Dowling, S. Jacqueline. Hockenberry, Marlyn, & Gregory, L Richard. Sense of humor,
childhood cancer stressors, and outcomes of psychosocial adjustment, immune function,
and infection. Journal of Pediatric Oncology Nursing, 20, (6) (November-December),
271-292
Edwards, R. Kim. Martin, & A. Rod. Humor creation ability and mental health: are funny
people more psychologically healthy?. Europes Journal of Psychology, 6, (3), 196-212
Fakultas Psikologi UMM. (2012). Pedoman penulisan skripsi. Malang: UMM Press
Franzini, Louis. (2001). Humor in Therapy : The Case For Training Therapists in Its Uses anda
Risks. The Journal of General Psycholgy, 128 (2). 170-193
Ghufron, M.N & Risnawati, S.R . (2012). Teori-teori psikologi (cetakan ketiga). Yogjakarta :
Ar-Ruzz media
Hampes, P. William. The relation between humor styles and emphaty. Europes Journal of Psychology, 6(3), 34-45
Hartanti dan Rahaju. (2003). Peran sense of humor pada dampak negatif stres kerja. Anima,
Indonesian Psychological Journal.
Hasanat, N. U., & Subandi. (1999). Pembakuan alat kepekaan terhadap humor. Laporan
Penelitian. (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Hughes, W.Larry. A correlational study of the relationship between sense of humor and positive
psychological capacities. Economics & Business Journal, 1(1).
Hurlock, E. Psikologi perkembanagan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan manusia
edisi kelima. Alih Bahasa: Istiwadayanti. Jakarta: Erlangga.
Jennifer, Burgoyne, Julie Cole, & Gregory P, Hickman. (Tanpa tahun). The relationship
between humorous coping skills and the initial personal-emotional adjustment of college
freshmen enrolled in a small southwestern evangelical Christian University. The
Pennsylvania State: University Fayette
Keswara, Fadi. Hubungan antara sense of humor dengan penyesuaian diri pada mahasiswa baru
Universitas Islam indonesia. Skripsi. (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Islam
Indonesia
Lopez, S.J. (ed 2009). Encyclopedia of positive psychology. - : -
Liu, W & Katy. Humor styles, Self esteem, and subjective happyness. Discovery SS Student E-Journal, 1, (20), 21-41
-
Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id
479
Liza, Eripa. Hubungan antara sense of humor dengan kreativitas pada siswa kelas VIII SMP
Negeri 13 malang. Skripsi. (tidak diterbitkan). Malang: Universitas Islam Negeri Malang.
Mappiere, Andi. 1982. Psikologi remaja. Surabaya: Usaha Nasional
Munawaroh, Mufidatul. Hubungan antara motivasi belajar dan penyesuaian diri pada santri baru
Ponpes Putri Al- Islahiyah Singosari Malang. Skripsi. (tidak diterbitkan). Malang:
Universitas Islam Negeri Malang.
Nezu, M., Arthur., Nezu, M., Christine., Blisset, E., & Sonia. Sense of humor as a moderator of
the relation between stressful events and psychological distress: A Prospective Analysis.
Journal of Personality and Social Pshchology, 54, (3), 520-525
Pralina, A. (2005). Hubungan sense of humor dengan penyesuaian diri di asrama pada remaja
Kelas I SMA Pangamudi Lhur Van Lint Muntilan. Skripsi. (tidak diterbitkan). Bandung:
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Darma
Purwanto. (2012). Metodologi penelitian kuantitatif untuk psikologi dan pendidikan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rahmanadji, Didiek. (2009). Sejarah, teori, dan fungsi humor. Malang: hal 1 -9
Santrock, J. W. (2002). Life-span development perkembangan masa hidup edisi kelima. Alih
Bahasa: Juda Damanik, Achmad Chusairi. Jakarta: Erlangga.
Schultz, D. (2005). Psikologi pertumbuhan model-model kepribadian sehat. Yogyakarta:
Kanisius
Schneiders, A.A. (1964). Personal adjustment andn mental health. New York: Halt Rinehart &
winston.
Skowron, A & Elizabeth. Differentiation of self, personal adjustment, problem solving, and
ethnic group belonging among persons of color. Journal Of Counseling & Development,
Fall 2004, 82.
Soesilowindardini. (1990). Psikologi perkembangan masa remaja. Surabaya: Usaha Nasional
Thorson, A., James., & Powell, F.C. Sense of humor and dimesion of personality. Jurnal of
Clinical Psychology, 49, (6).
Suyasa, S.Tomi . (2012). Identifikasi jenis humor. Tarumanegara.
Winarsunu, T. (2007). Statistik dalam penelitian dan pendidikan. Malang: UMM Press.