ancova 3

16
Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id 464 PENYESUAIAN DIRI LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DENGAN MENGENDALIKAN VARIABEL SENSE OF HUMOR Rahmawaty Parman Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang [email protected] Penyesuaian diri merupakan kemampuan individu dalam berperilaku karena tuntutan untuk pemenuhan kebutuhan agar mendapat ketentraman dalam hubungan dengan lingkungan sekitar. Kemampuan ini dilandasi oleh sejauh mana individu dapat mempertahankan batas antara tingkat emosi positif dan negatif yang dimiliki. Humor merupakan salah satu bentuk dari emosi positif berhubungan dengan ciri individu yang memiliki kemampuan penyesuaian diri yang baik. Seseorang yang dikatakan humoris tentu harus memiliki Sense of Humor (kepekaan humor). Namun demikian, penyesuaian diri laki-laki dan perempuan berbeda karena perbedaan perlakuan di masyarakat yang dilihat dari ciri-ciri kepribadian yang berbeda. Penelitian ini dilakukan pada 384 subjek, dengan menggunakan tekhnik sampel insidental pada mahasiswa dengan rentang usia 17 tahun keatas. Hasil penelitian menunjukkan dengan mengontrol variabel kepekaan humor, terdapat perbedaan penyesuaian diri antara laki-laki dan perempuan dengan nilai F=5,446 dan p=0,020 (p<0,05), serta terdapat hubungan antara Sense of Humor dengan penyesuaian diri dengan signifikansi sebesar 0,000<0,05. Kata kunci: Penyesuaian diri, sense of humor, jenis kelamin Self adjustment is individual’s ability in behaving because of demand to fulfill needs in order to get comfort in relations with environment. The skill based on how far individual is able to defend limit between positive and negative emotion level had. Humor is one of positive form related with individual characteristics who have excellent self adjusment. Someone who considered as humorist should have good sense of humor. The research is done to 384 subject by using incidental samples in undergraduate students above 17 years old. The research shows, by controlling sense of humor, there’s a difference in self adjusment between male and female with F=5,446 and p=0,020 (p<0,05) values, also there’s a relation between sense of humor with self adjusment with 0,000<0,05 significance. Keyword: Self adjustment, sense of Humor, male and Female

Upload: rezza-hary

Post on 11-Sep-2015

237 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

av

TRANSCRIPT

  • Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id

    464

    PENYESUAIAN DIRI LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DENGAN

    MENGENDALIKAN VARIABEL SENSE OF HUMOR

    Rahmawaty Parman

    Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

    [email protected]

    Penyesuaian diri merupakan kemampuan individu dalam berperilaku karena

    tuntutan untuk pemenuhan kebutuhan agar mendapat ketentraman dalam

    hubungan dengan lingkungan sekitar. Kemampuan ini dilandasi oleh sejauh

    mana individu dapat mempertahankan batas antara tingkat emosi positif dan

    negatif yang dimiliki. Humor merupakan salah satu bentuk dari emosi

    positif berhubungan dengan ciri individu yang memiliki kemampuan

    penyesuaian diri yang baik. Seseorang yang dikatakan humoris tentu harus

    memiliki Sense of Humor (kepekaan humor). Namun demikian, penyesuaian

    diri laki-laki dan perempuan berbeda karena perbedaan perlakuan di

    masyarakat yang dilihat dari ciri-ciri kepribadian yang berbeda. Penelitian

    ini dilakukan pada 384 subjek, dengan menggunakan tekhnik sampel

    insidental pada mahasiswa dengan rentang usia 17 tahun keatas. Hasil

    penelitian menunjukkan dengan mengontrol variabel kepekaan humor,

    terdapat perbedaan penyesuaian diri antara laki-laki dan perempuan dengan

    nilai F=5,446 dan p=0,020 (p

  • Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id

    465

    Kualitas hidup individu terkadang dipengaruhi oleh kemampuan mereka menyesuaikan

    diri dengan lingkungannya. Banyak individu yang menderita dan tidak mampu

    mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, karena ketidakmampuannya dalam

    menyesuaikan diri baik dengan kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan dalam

    masyarakat pada umumnya. Penyesuaian diri adalah kemampuan individu menghadapi

    perubahan yang terjadi dalam hidupnya, untuk mempertemukan tuntutan diri dan

    lingkungan agar tercapai keadaan atau tujuan yang diharapkan oleh diri sendiri dan

    lingkungannya. Sunarto dan Hartono (2007) menyebutkan bahwa terdapat dua

    pembagian dalam penyesuaian diri, yakni penyesuaian diri yang positif dan penyesuaian

    diri negatif. Individu yang mempunyai penyesuaian diri yang positif adalah individu

    yang mampu mengarahkan dan mengatur dorongan-dorongan dalam pikiran, kebiasaan,

    emosi, sikap dan perilaku individu dalam menghadapi tuntutan dirinya dan masyarakat,

    mampu menemukan manfaat dari situasi baru dan memenuhi segala kebutuhan secara

    sempurna dan wajar, sedangkan individu yang mengalami penyesuaian diri negatif tidak

    mampu melakukan hal-hal tersebut.

    Kemampuan penyesuaian diri ini jika gagal dimiliki oleh seorang individu maka ia akan

    mengalami hubungan sosial yang problematik dimana ia tidak dapat menyesuaikan diri

    dengan lingkungan barunya dan tidak menutup kemungkinan untuk melakukan

    kenakalan remaja bahkan pula dapat memunculkan gangguan perilaku. Hasil penelitian

    menunjukkan, anak-anak yang mengalami gangguan perilaku memiliki keterampilan

    sosial yang rendah. (Cartledge & Milburn, 1995; Choie, Dodge & Kupersmidt dalam

    Conduct Problem Prevention Research Group (CPPRG), 1999). Mereka cenderung

    menunjukkan prasangka permusuhan yang merujuk pada tindakan agresi (Crick &

    Dodge, dalam Carr, 2001).

    Disamping mengalami gangguan perilaku dan agresi, kemampuan penyesuaian diri

    yang rendah juga bisa mengakibatkan seorang individu terisolasi. Hasil penelitian

    Sunarya (1999) menunjukkan bahwa terdapat 67 orang siswa terisolasi atau 22,79 %

    dari 294 siswa. Permasalahan yang paling banyak muncul pada siswa terisolasi adalah

    perasaan susah bergaul, tidak akrab dengan teman, ingin lebih populer, merasa tidak ada

    orang yang bisa dijadikan tempat mengeluh.

    Individu yang mengalami ketidakpuasan dalam menjalani kehidupan sosial, akan

    cenderung mengisolasi diri, melakukan kekerasan dalam menjalani hubungan sosial,

    depresi dan tragisnya ialah bertekad mengakhiri hidup. Kepala Bagian Ilmu Kedokteran

    Jiwa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ( UMY ) menyatakan bahwa sebagian

    besar orang yang mengalami bunuh diri pada usia 15-35 tahun yang sebagian besar

    pelaku bunuh diri tersebut adalah remaja (http://ddaryanti.blogspot.com). Pusat Psikiatri

    Universitas Texas (2007) dan sumber lain menyebutkan bahwa faktor-faktor penyebab

    bunuh diri disebabkan karena diabaikan atau ditolak oleh lingkungan keluarga dan

    pertemanan. Individu yang ditolak dan diabaikan oleh kelompoknya akan menjadi

    individu yang cemas, dan tidak bahagia (Dinkmeyer & Caldwell, 2007). Disaat

    inidividu mengalami gangguan perasaan tersebut, ia di dominasi oleh emosi negatif

    sehingga memungkinkan terjadi kesulitan dalam menyesuaikan diri dan menyelesaikan

    permasalahan.

    Salah satu ciri kepribadian yang sehat yaitu kemampuan mengenali dirinya sendiri

    secara objektif dan mampu menangkap humor terutama yang berkaitan dengan dirinya

  • Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id

    466

    sendiri (Schultz, 2005). Hasanat dan Subandi (1998) mengatakan humor dinilai dapat

    menimbulkan emosi positif, sebab humor menjadikan seseorang dapat tersenyum

    ataupun tertawa dan memunculkan ekspresi wajah positif. Humor dan kepekaan humor

    yang tinggi dapat membuat seseorang menjadi lebih rileks, tidak tegang lagi, sehingga

    pikiran pun dapat lebih berkonsentrasi untuk menyelesaikan masalah. Emosi positif

    yang ditimbulkan humor tersebut adalah tanda terjalinnya hubungan interpersonal yang

    baik. Humor memiliki fungsi di antaranya fungsi secara fisiologik yang tentunya

    memberikan dampak yang baik untuk kesehatan, selain itu fungsi psikologi yang dapat

    meningkatkan kesehatan mental seseorang. Fungsi lain humor yaitu dalam hal

    pendidikan dan sosial sehingga memudahkan seseorang untuk berinteraksi dengan

    lingkungannya.

    Martin, et al. (dalam Nezu, Arthur, Nezu, Christine, Blisset, & Sonia, 1999)

    menyebutkan tentang afiliatif humor yakni bentuk interpersonal humor yang melibatkan

    penggunaan humor (misalnya menceritakan lelucon, mengatakan hal-hal lucu, atau

    olok-olok cerdas) untuk membuat orang lain nyaman, menghibur orang lain, dan untuk

    meningkatkan hubungan. Humor berkorelasi positif dengan keintiman, dan memiliki

    keterbukaan (Martin, et al., 2003; Saraglou & Scariot, 2002)

    Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan Sense of Humor dengan

    kemampuan menyesuaikan diri sebagai aspek keterampilan sosial. Humor sangat erat

    dengan perasaan senang yang dirasakan individu. Sense of Humor yang tinggi

    menunjukkan perasaan senang, sementara rendahnya Sense of Humor menunjukkan

    perasaan tidak senang. Hubungan Sense of Humor dengan perasaan individu

    menentukan bagaimana perspektif individu dalam menghadapi masalah. Menghadapi

    masalah dalam kehidupan yang dirasakan mengancam, individu dengan Sense of Humor

    yang tinggi mempunyai lebih banyak kesempatan untuk lebih santai dan senang

    sehingga memiliki keseimbangan emosional yang membantu penyesuaian diri.

    Penelitian tersebut melibatkan 90 siswa kelas X sebagai subjek penelitian (Pralina,

    2005). Hal tersebut senada dengan yang disampaikan Hartanti & Rahaju (2002) tentang

    Sense of Humor, yaitu dapat memanfaatkan humor dalam menyelesaikan masalah,

    memiliki keterampilan dalam menciptakan humor, dan mampu menghargai atau

    menanggapi humor yang disampaikan oleh orang lain.

    OConnell (2002) menyatakan bahwa humor merupakan kemampuan untuk mengubah perseptual-kognitif secara tepat pada kerangka berpikir. Sense of humor dapat

    digunakan sebagai salah satu alternatif bentuk katarsis yang cukup praktis, efektif, dan

    efisien sebab hampir setiap individu memiliki sense of humor ini, meskipun dengan

    kadar atau tingkatan yang berbeda antara individu yang satu dengan individu lainnya.

    Hasil wawancara peneliti dengan 20 mahasiswa di lingkungan Universitas

    Muhammadiyah Malang mengenai Sense of Humor dengan kemampuan penyesuaian

    diri, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penyesuaian diri antara mahasiswa laki-

    laki dan perempuan, rata-rata mahasiswa laki-laki menyatakan bahwa, humor

    membantu memfasilitasi mereka dalam menyesuaiakan diri. Mereka lebih mudah

    mengekspresikan kemampuan mereka untuk mengikat individu lain dalam berinteraksi.

    Laki-laki cenderung produktif dalam menghasilkan humor didalam kehidupan

    sosialnya. Rata-rata mahasiswa perempuan lebih cenderung menikmati humor sebagai

    respon saja terhadap kelucuan materi humor. Mereka mengatakan bahwa mereka lebih

  • Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id

    467

    senang mengapresiasi humor daripada menciptakan humor. Sehingga peneliti berasumsi

    bahwa laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki Sense of Humor.

    Berkaitan dengan hal diatas Squire ( Sihapti, 1995) menyebutkan bahwa penyesuaian

    diri antara laki-laki dan perempuan berbeda, hal ini disebabkan karena adanya

    perbedaan perlakuan antara perempuan dan laki-laki di masyarakat. Perbedaan ini

    terlihat dari ciri-ciri kepribadian antara laki-laki dan perempuan. Sementara Erikson

    berpendapat bahwa, karena struktur jenis kelamin, laki-laki lebih aktif dan agresif,

    perempuan lebih inklusif dan pasif (Santrock, 2002). Pada situasi tertekan dilingkungan

    sosial, perempuan menggunakan humor sebagai respon (penikmat humor). Hal ini

    berbeda dengan laki-laki yang menjadikan humor sebagai alternatif dalam penyesuaian

    diri (pencipta humor). Keadaan hormonal antara laki-laki dan perempuan merupakan

    salah satu hal penting dalam penyesuaian diri pada kondisi fisik dan psikis. Brizendine

    (2007) menyatakan hormon testosteron dan progesteron diduga mampu mempengaruhi

    peningkatan agresifitas sehingga laki-laki cenderung stabil ketika beraktivitas,

    sedangkan hormon estrogen diduga mempengaruhi psikis dan perasaan perempuan pada

    kondisi tertentu. Kondisi-kondisi tertentu ini akan berpengaruh secara psikis terhadap

    perilaku perempuan dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi maupun dalam

    menghadapi situasi sosial tertentu.

    Berdasarkan penjabaran masalah diatas, dapat diasumsikan bahwa penyesuaian diri

    antara laki-laki dan perempuan berbeda. Selanjutnya Sense of Humor secara bersamaan

    berhubungan dengan penyesuaian diri. Melihat hal ini maka tujuan dari penelitian yakni

    melihat perbedaan penyesuaian diri laki-laki dan perempuan dengan mengendalikan

    variabel Sense of Humor. Manfaat dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan

    kontribusi berupa wawasan baru dalam ranah Psikologi sosial terkait Sense of Humor

    dan kemampuan penyesuaian diri.

    Sense Of Humor

    Berbicara mengenai Sense of Humor, maka terlebih dahulu akan membahas mengenai

    humor. Suyasa (2012) menyebutkan bahwa definisi humor dapat dibagi menjadi tiga,

    pertama, humor sebagai stimulus. Humor sebagai stimulus dapat diartikan bahwa

    humor adalah objek (kata-kata/perilaku dalam bentuk audio &visual), baik dalam

    bentuk konkret maupun imajinasi (abstrak), yang berpotensi menimbulkan perilaku

    tersenyum atau tertawa. Kedua, humor sebagai respon (sense of humor). Sebagai respon

    humor adalah kecenderungan individu untuk bersikap positif pada lingkungan atau

    individu lain, dengan menampilkan perilaku tersenyum atau tertawa. Dengan kata lain

    hal ini berarti kecenderungan individu untuk tampil ceria. Ketiga, humor sebagai istilah.

    Humor sebagai istilah yang digunakan untuk mendefinisikan perilaku tersenyum /

    tertawa yang terjadi karena hal yang positif. Perilaku yang terjadi karena hal yang

    negatif, misalnya meledek, merendahkan orang lain, atau menggoda, adalah bukan

    humor.

    Berkaitan dengan hal diatas, Sense of humor adalah kemampuan seseorang untuk

    menggunakan humor sebagai cara menyelesaikan masalah, keterampilan menciptakan

    humor, kemampuan menghargai atau menanggapi humor (Hartanti & Rahaju, 2002).

    Baughman (Komaryatun & Hannah, 2008) mengemukakan bahwa sense of humor

    merupakan kualitas manusia yang sangat berharga untuk membantu dalam memahami

  • Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id

    468

    ketidaksesuaian. Menurut O Connell (Martin dan Lefcourt, 1983) sense of humor adalah kemampuan untuk mengubah perseptual kognitif secara cepat pada kerangka

    berpikir. Sense of humor dapat mengubah sudut pandang seseorang, merubah sesuatu

    yang dianggap negatif menjadi lebih positif. Menurut Hurlock (1990), melalui sense of

    humor yang dimiliki, individu dapat memperoleh perspektif yang lebih baik tentang diri

    sendiri. Individu yang memiliki sense of humor dapat mengembangkan pemahaman diri

    pengembangan, penerimaan diri dan menambah kematangan psikisnya. Sense of humor

    yang baik dapat dikatakan hanya dimiliki oleh individu yang berkepribadian yang

    matang (Kartono, 1979). Hal ini dikarenakan individu yang berkepribadian matang

    mengerti kapan saat yang tepat untuk menganggap sesuatu itu lucu atau tidak lucu, perlu

    ditertawakan atau tidak perlu ditertawakan. Menurut Sarwono (1996) kesan lucu

    menuntut persyaratan tertentu, yaitu terdapat sense of humor atau kepekaan terhadap

    humor pada individu yang melihat kejadian humor. Jika individu tidak cukup peka,

    maka kejadian seperti apapun tidak akan menimbulkan kesan lucu. Sense of humor

    berbeda pada setiap orang dan dipengaruhi oleh beberapa hal seperti pengetahuan, latar

    belakang sosial budaya, sehingga tidak tergantung pada stimulus luar saja. Sense of

    humor juga merupakan faktor internal untuk menciptakan ataupun menghargai suatu

    humor tanpa stimulasi dari luar. Akan tetapi faktor internal ini lebih dipengaruhi oleh

    faktor eksternal (Hartanti & Rahaju, 2002).

    Berdasarkan uraian diatas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa sense of humor

    merupakan kemampuan yang dimiliki individu untuk menangkap dan mengungkapkan

    atau menciptakan humor serta menggunakannya dalam menyelesaikan berbagai

    permasalahan. Sehingga dapat memandang dirinya secara realistik.

    Fungsi Humor

    Meskipun mungkin tampak tidak serius dan sembrono, humor tampaknya memiliki

    beberapa fungsi psikososial yang penting (Hughes, 2008).

    Memunculkan emosi positif

    Fredrickson telah mengusulkan untuk "memperluas-dan-membangun" model psikologis

    fungsi emosi positif, termasuk humor yang berhubungan dengan kegembiraan. Tidak

    seperti emosi negatif seperti marah atau takut, yang cenderung mempersempit fokus

    individu.

    Emosi positif dalam hal ini berfungsi untuk memperluas lingkup fokus perhatian

    individu, memungkinkan untuk lebih kreatif dalam pemecahan masalah dan berbagai

    peningkatan respon perilaku, membangun sumber daya fisik, intelektual, dan sosial

    yang tersedia bagi individu untuk menghadapi tantangan hidup. Manfaat psikologis

    lainnya dari humor yakni dapat menginduksi emosi positif dalam suatu masyarakat yang

    cenderung individual dan membangun hubungan sosial yang efektif.

    Membangun Komunikasi Interpersonal

    Fungsi lain dari humor yakni berkaitan dengan peran pentingnya dalam komunikasi

    interpersonal dan pembentukan, pemeliharaan, dan pengaturan hubungan sosial.

    Pengalaman tertawa bersama-sama dapat meningkatkan perasaan tertarik antara

    masyarakat dan memperluas ikatan interpersonal dan kohesi kelompok. Selain itu,

  • Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id

    469

    humor sering digunakan untuk mengkomunikasikan pesan yang mungkin sulit untuk

    disampaikan menggunakan modus yang lebih serius dari komunikasi. Yang penting

    adalah pesan dinyatakan dalam cara yang lucu dapat ditarik kembali jika tidak baik

    diterima, sehingga kedua pembicara dan pendengar bisa saling memahami.

    Mengatasi Stres dan Kesulitan

    Fungsi selanjutnya dari humor adalah perannya dalam mengatasi stres dan kesulitan.

    Kemampuan untuk menemukan humor, bahkan dalam situasi kehidupan yang paling

    sulit sering dilihat sebagai mekanisme koping.

    Karena inheren melibatkan keganjilan dan multitafsir, humor menyediakan cara bagi

    individu untuk menggeser perspektif tentang situasi stres, menilai kembali dari sebuah

    titik yang baru. Selain itu, emosi positif kegembiraan yang menyertai humor

    menggantikan perasaan kecemasan, depresi, atau kemarahan yang seharusnya terjadi.

    Aspek-aspek Sense Of Humor

    Aspek -aspek Sense of Humor menurut Thorson, Powell, dan Brdar (Miller, 2004),

    antara lain :

    1. Menciptakan humor yaitu, membuat, menghasilkan humor dari buah pikiran sendiri, bukan sekedar mencontoh atau meniru.

    2. Mengatasi masalah dengan humor yaitu, penggunaan humor sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah yang menimpa diri seorang individu.

    3. Penghargaan terhadap humor yaitu, memberikan perhatian lebih terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan humor.

    4. Sikap menyenangi humor yaitu, menerima segala sesuatu yang berhubungan dengan humor.

    Eysenck menyatakan bahwa batasan-batasan yang digunakan dalam sense of humor

    terdiri dari tiga cara, yaitu:

    1. The Conformist Sense, yaitu tingkat kesamaan antara individu satu dengan lainnya dalam mengapresiasi materi-materi humor. Hal ini menunjukkan kemampuan

    individu dalam menanggapi atau pun memberikan penghargaan terhadap humor.

    2. The Quantitative Sense, yaitu seberapa sering idividu tersenyum dan tertawa, serta seberapa mudah individu merasa gembira. Hal ini menunjukkan kemampuan

    individu dalam menggunakan humor sebagai cara dalam menyelesaikan masalah,

    karena efek senyum dan tertawa akan dapat mengurai ketegangan atau kekakuan.

    The Productive Sense, yaitu seberapa banyak individu menceritakan ceritacerita lucu

    dan membuat individu lain gembira. Dalam hal ini menunjukkan kemampuan atau

    keterampilan individu dalam menciptakan suatu humor.

    Penyesuaian Diri

    Penyesuaian diri individu terhadap lingkungan tidak bisa terlepas dari tuntutan-tuntutan

    yang ditujukan padanya sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinterkasi dengan

    lingkungan, ketika individu berperilaku dalam memenuhi kebutuhan dan dapat diterima

  • Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id

    470

    lingkungan menandakan bahwa dia berkompoten menyesuaikan diri dan mengalami

    keseimbangan hidup.

    Menurut Schneiders (1964) penyesuaian diri memiliki empat unsur. Pertama,

    adaptation artinya penyesuaian diri dipandang sebagai adaptasi. Penyesuaian diri dalam

    hal ini diartikan dalam konotasi fisik, misalnya untuk menghindari ketidaknyamanan

    akibat cuaca yang tidak diharapkan, maka orang membuat sesuatu untuk bernaung.

    Kedua, conformity artinya seseorang yang dikatakan mempunyai penyesuaian diri baik

    bila memenuhi kriteria sosial dan hati nuraninya. Ketiga, mastery artinya orang yang

    mempunyai penyesuaian diri baik mempunyai kemampuan membuat rencana dan

    meengorganisasikan suatu respon diri sehingga dapat menyusun dan menanggapi segala

    masalah dengan efisien. Keempat, individual variation artinya ada perbedaan

    individual pada perilaku dan responsnya dalam menanggapi masalah.

    Worchel dan Goethals (1985) mengatakan penyesuaian diri sebagai Adjusment

    involves the everyday task of coping with ourselves, our environment, and the people we

    ecounter. Penyesuaian diri diartikan sebagai kegiatan sehari-hari untuk mengatasi

    kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan diri sendiri, lingkungan kita, dan orang-orang

    yang kita temui. Worchel dan Goethals (1985) mengatakan bila sesorang telah

    menyesuaikan diri secara positif terhadap lingkungannya, ia tetap akan mendapatkan

    pengalaman dari setiap masalah-masalahnya. Berbagai pengalaman atas masalah yang

    dihadapi menandakan bahwa itu semua merupakan bagian yang normal dari kehidupan

    sehari-hari. Individu tidak bisa mengetahui seberapa baik telah menyesuaikan diri hanya

    dengan melihat statusnya ditengah lingkungan sosialnya.

    Proses penyesuaian diri menurut Worchel dan Goethals (1985) terbagi menjadi 4 bagian

    yaitu memahami dan menerima diri pribadi, memiliki kendali atas kehidupan pribadi,

    menyusun tujuan hidup, dan berinteraksi dengan orang lain.

    Dari pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri adalah

    kemampuan individu dalam berperilaku karena tuntutan untuk pemenuhan kebutuhan

    agar mendapat ketentraman dalam hubungan dengan lingkungan sekitar.

    Schneiders (1964) memberikan kriteria individu dengan penyesuaian diri yang baik,

    yaitu sebagai berikut :

    1. Pengetahuan tentang kekurangan dan kelebihan dirinya. 2. Objektivitas diri dan penerimaan diri 3. Kontrol dan perkembangan diri 4. Integrasi pribadi yang baik 5. Adanya tujuan dan arah yang jelas dari perbuatannya 6. Adanya perspektif, skala nilai, filsafat hidup yang adekuat 7. Mempunyai rasa humor 8. Mempunyai rasa tanggung jawab 9. Menunjukkan kematangan respon 10. Adanya perkembangan kebiasaan yang baik 11. Adanya adaptabilitas 12. Bebas dari respon-respon yang simtomatis atau cacat 13. Memiliki kemampuan bekerjasama dan menaruh minat terhadap orang lain

  • Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id

    471

    14. Memiliki minat yang besar dalam bekerja dan bermain 15. Adanya kepuasan dalam bekerja dan bermain 16. Memiliki orientasi yang adekuat terhadap realitas

    Aspek-aspek Penyesuaian Diri

    Penyesuaian diri memiliki dua aspek secara umum seperti yang dikemukakan oleh

    Schneiders (1964). Dua aspek itu yakni, penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial :

    1. Penyesuaian pribadi Penyesuaian pribadi adalah kemampuan seseorang untuk menerima diri demi

    terciptanya hubungan yang harmonis antara dirinya dan lingkungan sekitarnya.

    Penyesuaian diri ini meliputi :

    a. Penyesuaian diri fisik dan emosi Penyesuaian diri ini melibatkan respon-respon fisik dan emosional sehingga

    dalam penyesuaian diri fisik ini kesehatan fisik merupakan pokok untuk

    pencapaian penyesuaian diri yang sehat. Berkaitan dengan hal ini, ada hal

    penting berupa edukasi emosi, kematangan emosi, dan kontrol emosi.

    b. Penyesuaian diri seksual Penyesuaian diri seksual merupakan kapasitas bereaksi terhadap realitas

    seksual (impuls-impuls, nafsu, pikiran, konflik-konflik, frustasi perasaan salah,

    dan perbedaan seks)

    c. Penyesuaian diri moral dan religius Dikatakan moralitas dan kapasitas untuk memenuhi moral kehidupan secara

    efektif dan bermanfaat yang dapat memberikan kontribusi ke dalam kehidupan

    yang baik dari individu.

    2. Penyesuaian sosial Dalam kehidupan di masyarakat terjadi proses saling mempengaruhi satu sama lain

    yang terus menerus dan silih berganti. Menandakan individu dengan lingkungan

    saling mempengaruhi dalam aspek psiko-sosial. Penyesuaian diri ini meliputi :

    a. Penyesuaian diri terhadap rumah tangga dan keluarga Penyesuaian diri ini menekankan hubungan yang sehat antar-anggota keluarga,

    otoritas orang tua, kapasitas tanggung jawab berupa pembatasn, dan larangan.

    b. Penyesuaian diri terhadap sekolah Penyesuaian diri seorang individu ditempat mereka menempuh pendidikan.

    c. Penyesuaian diri terhadap masyarakat Kehidupan di masyarakat menandakan kapasitas untuk bereaksi secara efektif

    dan sehat terhadap realitas.

    Sense of Humor dan Penyesuaian Diri

    Schneider (1964) berpendapat bahwa dasar terbentuknya suatu pola penyesuaian diri

    adalah kepribadian. Perkembangan kepribadian pada dasarnya dipengaruhi oleh

    interaksi fakta internal dan eksternal individu. Seperti ciri-ciri penyesuaian diri oleh

    Schneiders yang telah dipaparkan pada pembahasan sebelumnya, maka dapat

    disimpulkan bahwa penyesuaian diri yang baik memiliki ciri-ciri pengetahuan tentang

    kekurangan dan kelebihan dirinya, objektivitas diri dan penerimaan diri, kontrol dan

    perkembangan diri integrasi pribadi yang baik, adanya tujuan dan arah yang jelas dari

    perbuatannya, adanya perspektif, skala nilai, filsafat hidup yang adekuat, mempunyai

    rasa humor, mempunyai rasa tanggung jawab, menunjukkan kematangan respon, adanya

  • Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id

    472

    perkembangan kebiasaan yang baik, adanya kemampuan beradaptasi, bebas dari respon-

    respon yang simptomatis atau cacat, memiliki kemampuan bekerjasama dan menaruh

    minat terhadap orang lain, memiliki minat yang besar dalam bekerja dan bermain,

    adanya kepuasan dalam bekerja dan bermain, memiliki orientasi yang adekuat terhadap

    realitas. Ong , et al. (2006) juga memaparkan kemampuan penyesuaian diri adalah

    dengan membangun daya tahan dan mempertahankan batas antara tingkat emosi positif

    dan negatif yang menggambarkan kekuatan yang mendasari individu dalam kelenturan

    menyesuaikan diri. Hal ini berarti humor sebagai salah satu bentuk emosi positif

    berhubungan dengan penyesuaian diri individu.

    Dari paparan diatas, dapat dipahami bahwa humor merupakan salah satu ciri yang

    dimiliki oleh individu yang memiliki kemampuan penyesuaian diri. Karena secara sosial

    humor dapat mengikat seseorang atau kelompok yang disukai (Webb dalam Jones,

    2006). Humor dapat menciptakan suasana lebih rileks, sehingga akan lebih memacu

    komunikasi pada persoalan-persoalan sensitif, sumber wawasan suatu konflik,

    mengatasi pola sosial yang kaku dan formal,mempermudah penggunaan perasaan atau

    implus dengan cara aman dan tidak mengancam (Hershkowitz, dalam Hartanti &

    Rahaju, 2002). Gross & Munoz (1995) menyatakan bahwa humor tidak hanya

    memfasilitasi suasana hati yang positif namun juga melawan emosi negatif.

    Sejumlah pakar menyatakan bahwa humor bukan semata berisi lelucon untuk konyol

    yang diikuti tawa yang terpingkal-pingkal. Humor lebih merupakan suatu cara melihat,

    bereaksi, dan berinteraksi terhadap lingkungannya. Keahlian mengkemas humor

    menjadi ciri utama bagi individu yang sukses, kreatif, dan sehat. Setiap manusia

    memiliki Sense of humor dengan kadar berbeda-beda. Pada hakekatnya Sense of humor

    ini merupakan faktor internal untuk menciptakan ataupun menghargai suatu humor

    tanpa stimulasi dari luar. Berdasarkan hal ini peneliti berasumsi bahwa Sense of Humor

    yang dimiliki oleh individu berhubungan dengan kemampuan penyesuaian diri yang

    dimilikinya.

    Jenis Kelamin dan Penyesuaian Diri

    Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa penyesuaian diri berhubungan dengan

    Sense of Humor. Penyesuaian diri ternyata berbeda antara laki-laki dan perempun hal ini

    di sebabkan karena adanya perbedaan perlakuan antara perempuan dan laki-laki di

    dalam masyarakat (Squire, dalam Suhapti, 1995 ; Risveni, 2006). Perbedaan antara

    perempuan dan laki-laki ini juga terlihat dari ciri-ciri kepribadian yang berbeda di mana

    Erikson (Santrock, 2002) berpendapat bahwa, karena struktur jenis kelamin, laki-laki

    lebih aktif dan agresif, perempuan lebih inklusif dan pasif (Sears et al., 1991). Dalam

    hal ini peneliti berasumsi bahwa laki-laki lebih mudah melakukan penyesuaian diri

    dengan menggunakan kemampuan Sense of Humor yang dimilikinya dari pada

    perempuan.

    Hipotesa

    Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah ada perbedaan penyesuaian diri

    laki-laki dan perempuan dengan mengendalikan variabel Sense of Humor.

  • Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id

    473

    METODE PENELITIAN

    Rancangan Penelitian

    Rancangan penelitian menggunakan penelitian kuantitatif antara dua variabel dengan

    menggunakan metode penghitungan statistik tertentu sehingga akan diketahui ada atau

    tidak hubungan antara dua variabel yang diteliti. Peneliti akan melihat terlebih dahulu

    hubungan variable sense of humor dengan penyesuaian diri, kemudian menguji

    perbedaan penyesuaian diri antara laki-laki dan perempuan.

    Subjek Penelitian

    Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, karena itu untuk melaksanakan

    penelitian tentu ada subjek penelitian yang dijadikan sumber untuk menggali data.

    Karena dalam penelitian ini akan menyelidiki tentang perbedaan penyesuaian diri laki-

    laki dengan perempuan dengan mengendalikan variable sense of humor mahasiswa.

    Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Karena populasi mahasiswa

    Universitas Muhammadiyah Malang berjumlah 18.646 mahasiswa, maka pengambilan

    sampel menggunakan tabel morgan didapatkan didapatkan sampel penelitian berjumlah

    384 mahasiswa. Sedangkan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik

    insidental.

    Variabel dan Instrumen Penelitian

    Terdapat dua variabel yang dikaji, yaitu variabel bebas berupa jenis kelamin dan sense

    of humor. Sedangkan variable terikat yaitu penyesuaian diri. Sense of humor adalah

    kemampuan yang dimiliki individu untuk menangkap, mengungkapkan atau

    menciptakan humor serta menggunakannya dalam menyelesaikan permasalahan, serta

    dapat memandang dirinya secara realistis. Penyesuaian diri adalah kemampuan

    individu dalam berperilaku karena tuntutan untuk pemenuhan kebutuhan agar mendapat

    ketentraman dalam hubungan dengan lingkungan sekitar.

    Untuk mengukur sense of humor menggunakan skala likert yang dibuat berdasarkan

    tiga aspek sense of humor, yaitu The Conformist Sense, The Quantitative Sense, dan

    Produktive Sense. Skala Sense of Humor yang digunakan pada penelitian ini adalah

    MSHS (Multidimensional Sense of Humor Scale) yang disusun oleh Thorson & Powell

    tahun 1994, untuk mengetahui tingkat Sense of Humor seseorang. MSHS pada

    penelitian ini telah diadaptasi serta telah di uji validitas dan reliabilitasnya ke dalam

    norma Indonesia oleh Hartanti pada tahun 2001. Pengujian validitas dan reliabilitasnya

    dilakukan pada kelompok dewasa dan remaja akhir. Pada penelitian ini, peneliti

    mengadopsi skala MSHS yang berjumlah 26 item, yang terdiri dari favorable dan

    unfavorable yang kemudian di uji validitas dan reliabilitas kembali pada subjek

    penelitian.

  • Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id

    474

    Tabel 1. Indeks Validitas Skala Multidimensional Sense of Humor

    Aspek Indeks Validitas

    The Conformist Sense

    0,132 0,578 The Quantitative Sense Produktive Sense

    Berdasarkan uji validitas terhadap 26 item MSHS diperoleh hasil 22 item valid,

    Berdasarkan perbandingan r hitung dan r tabel (r hitung > r tabel), indeks validitas dari

    skala MSHS yang diujikan berkisar antara 0,132 0,578.

    Tabel 2. Indeks Reliabilitas Skala Multidimensional Sense of Humor

    Aspek Indeks Reliabilitas

    The Conformist Sense

    0,821 The Quantitative Sense

    Produktive Sense

    Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa kedua instrumen yang dipakai dalam

    penelitian ini reliabel, dengan tingkat reliability 0, 821 > 0,7 untuk MSHS.

    Sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan untuk penyesuaian diri, peneliti

    menggunakan skala penyesuaian diri yang dibuat berdasarkan dua aspek dari Schneiders

    (1964) yaitu penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial. Item skala penyesuaian diri

    berjumlah 35 aitem, terdiri dari favorable dan unfavorable. Masing-masing aspek akan

    mendapatkan skor tinggi dan rendah sesuai dengan respon yang diberikan oleh subjek

    penelitian.

    Tabel 3. Indeks Validitas Skala Penyesuaian Diri

    Aspek Indeks Validitas

    Penyesuaian pribadi 0,145 0,479 Penyesuaian sosial

    Berdasarkan tabel 3 diatas didapatkan hasil dari uji validitas terhadap 35 item

    penyesuaian diri diperoleh hasil 32 item valid dan 3 item gugur. Indeks validitas dari

    skala penyesuaian diri berkisar antara 0,145 0,479. Adapun r tabel diperoleh dengan cara n 2 ( 370-2 = nilai r tabel 0,066) .

    Tabel 4. Indeks Reliabilitas Skala Penyesuaian Diri

    Aspek Indeks Reliabilitas

    Penyesuaian pribadi 0,796

    Penyesuaian sosial

    Dari tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa skala penyesuaian diri yang dipakai dalam

    penelitian ini reliable, dengan tingkat reliability 0,796 > 0,70.

  • Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id

    475

    Prosedur dan Analisa Data Penelitian

    Prosedur penelitian diawali dengan menyusun instrumen penelitian berupa skala likert,

    dilanjutkan dengan menyebarkan skala untuk try out terpakai pada tanggal 15-17 April

    2013 pada 370 subjek mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang. Dalam try out

    terpakai ini, data hasil try out sekaligus dianalisis sebagai hasil penelitian. Setelah

    didapatkan data hasil penelitian, kemudian dilakukan analisis hasil menggunakan uji

    Analisis Ko-Varians (ANCOVA) SS Type III dengan Test of Between Subjects Effects.

    HASIL PENELITIAN

    Penelitian dilakukan kepada 370 subjek yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

    Tabel 5. Deskripsi Subjek Penelitian

    Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

    Laki-laki 185 50%

    Perempuan 185 50%

    Total 370 100%

    Dari 370 subjek penelitian, sebanyak 185 orang (50%) berjenis kelamin laki-laki dan

    perempuan sebanyak 185 orang (50%).

    Tabel 6. Uji Analisis Co-Varians (ANCOVA)

    Penyesuaian diri (variable dependen) Mean square F Sig.

    Corected model 1686, 731 36,901 0,000

    Sense of humor 3158, 532 69,100 0,000

    Jenis kelamin 248, 948 5,446 0,020

    Dari tabel diatas terlihat bahwa Sense of Humor memiliki nilai signifikansi sebesar

    0,000 < 0,05. Hal ini berarti bahwa ada hubungan linier antara Sense of Humor dengan

    penyesuaian diri. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa asumsi ANCOVA telah

    terpenuhi. Pengujian ini dilakukan dengan menghilangkan pengaruh jenis kelamin.

    Selanjutnya dilakukan pengujian untuk mengetahui perbedaan penyesuaian diri laki-laki

    dan perempuan dengan mengendalikan variabel Sense of Humor. Dari hasil uji analisis

    tersebut diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,020 (p= < 0,05) . Sehingga dapat

    disimpulkan bahwa ada perbedaan penyesuaian diri antara laki-laki dan perempuan.

    Untuk mengetahui pengaruh dari Sense of Humor dan jenis kelamin terhadap

    penyesuaian diri secara simultan dapat dilihat dari angka signifikansi pada bagian

    corected model. Dari hasil uji analisis dapat dilihat bahwa nilai signifikansi sebesar

    0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa secara simultan Sense of Humor dan jenis

    kelamin berpengaruh terhadap penyesuaian diri.

    Tabel 6. Tingkat Penyesuaian Diri

    Jenis Kelamin Mean Tinggi (Upper Bound) Rendah (Lower Bound)

    Laki-laki 89.369 90.346 88.391

    Perempuan 91.010 91.987 90.032

  • Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id

    476

    DISKUSI

    Berdasarkan penjabaran masalah pada bagian pendahuluan dan merujuk pada data

    statistik diatas diketahui bahwa terdapat perbedaan penyesuaian diri antara laki-laki dan

    perempuan dengan nilai F = 5,446 dan p=0,020 (p = 0,05). Pada penelitian ini

    penyesuaian diri perempuan lebih tinggi dari pada laki-laki, dimana rerata penyesuaian

    diri perempuan sebesar 91.010 dan laki-laki sebesar 89.369. Padahal jika ditinjau lebih

    jauh dari struktur jenis kelamin, laki-laki lebih aktif dan agresif, perempuan lebih

    inklusif dan pasif (Sears et al., 1991). Hal ini berarti bahwa, laki-laki di lingkungan

    sosialnya lebih mudah untuk melakukan penyesuaian diri karena sifat dasar dan

    kepribadian yang dimilikinya. Kecenderungan laki-laki untuk bersifat lebih aktif dengan

    menggunakan aspek kepekaan humor yang dimiliki, akan mendukungnya untuk

    menyesuaikan diri dengan lebih baik. Sementara perempuan yang bersifat pasif

    cenderung hanya menggunakan humor untuk merespon sebagai alternatif penyesuaian

    diri dilingkungan sosialnya.

    Dalam konteks penyesuaian diri, laki-laki cenderung menggunakan humor stimulus,

    artinya bahwa humor yang dilontarkan pria sebagai objek dari kelucuan, sementara

    perempuan bertindak dengan cara menghargai dan menjadi pendengar bagi humor yang

    dilontarkan (Freud, 1905 ; Ehrenzweig, 1957 ; McGhee, 1979). Sehingga baik pria

    maupun perempuan sama-sama memiliki Sense of Humor.

    Sense of Humor merupakan salah satu ciri yang dimiliki oleh individu yang memiliki

    kemampuan penyesuaian diri. Karena secara sosial humor dapat mengikat seseorang

    atau kelompok yang disukai (Webb, dalam Jones, 2006). Humor dapat menciptakan

    suasana lebih rileks, sehingga akan lebih memacu komunikasi pada persoalan-persoalan

    sensitif, sumber wawasan suatu konflik, mengatasi pola sosial yang kaku dan

    formal,mempermudah penggunaan perasaan atau implus dengan cara aman dan tidak

    mengancam (Hershkowitz, dalam Hartanti, 2002). Gross & Munoz (1995) menyatakan

    bahwa humor tidak hanya memfasilitasi suasana hati yang positif namun juga melawan

    emosi negatif

    Hasil uji anlisis menunjukkan bahwa tanpa interaksi jenis kelamin, Sense of Humor

    berhubungan dengan penyesuaian diri dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05.

    Sense of Humor merupakan salah satu ciri yang dimiliki oleh individu yang memiliki

    kemampuan penyesuaian diri. Karena secara sosial humor dapat mengikat seseorang

    atau kelompok yang disukai (Webb, dalam Jones, 2006). Humor dapat menciptakan

    suasana lebih rileks, sehingga akan lebih memacu komunikasi pada persoalan-persoalan

    sensitif, sumber wawasan suatu konflik, mengatasi pola sosial yang kaku dan

    formal,mempermudah penggunaan perasaan atau implus dengan cara aman dan tidak

    mengancam (Hershkowitz, dalam Hartanti & Rahaju, 2002). Gross & Munoz (1995)

    menyatakan bahwa humor tidak hanya memfasilitasi suasana hati yang positif namun

    juga melawan emosi negatif. Ong , et al. (2006) memberikan pengertian bahwa

    kemampuan penyesuaian diri adalah kemampuan untuk membangun daya tahan dan

    mempertahankan batas antara tingkat emosi positif dan negatif, dimana hal ini

    menggambarkan kekuatan yang mendasari individu dalam kelenturan menyesuaikan

    diri.

    Schneider (1964) berpendapat bahwa dasar terbentuknya suatu pola penyesuaian diri

    adalah kepribadian. Perkembangan kepribadian pada dasarnya dipengaruhi oleh

  • Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id

    477

    interaksi fakta internal dan eksternal individu. Menurut Schneiders penyesuaian diri

    yang baik memiliki ciri-ciri pengetahuan tentang kekurangan dan kelebihan dirinya,

    objektivitas diri dan penerimaan diri, kontrol dan perkembangan diri integrasi pribadi

    yang baik, adanya tujuan dan arah yang jelas dari perbuatannya, adanya perspektif,

    skala nilai, filsafat hidup yang adekuat, mempunyai rasa humor, mempunyai rasa

    tanggung jawab, menunjukkan kematangan respon, adanya perkembangan kebiasaan

    yang baik, adanya kemampuan beradaptasi, bebas dari respon-respon yang simptomatis

    atau cacat, memiliki kemampuan bekerjasama dan menaruh minat terhadap orang lain,

    memiliki minat yang besar dalam bekerja dan bermain, adanya kepuasan dalam bekerja

    dan bermain, memiliki orientasi yang adekuat terhadap realitas.

    Pada penelitian ini Sense of Humor berpengaruh signifikan terhadap penyesuaian diri

    yang ditunjukkan dengan nilai F = 69,100 dan probabilitas sebesar 0,000 < 0,05.

    Melihat hal ini maka variable Sense of Humor perlu dikendalikan agar dapat terlihat

    perbedaan penyesuaian diri laki-laki dan perempuan tanpa adanya pengaruh Sense of

    Humor terhadap penyesuaian diri tersebut.

    Perbedaan penyesuaian diri laki-laki dan perempuan terlepas dari Sense of Humor yang

    dimiliki oleh masing-masing individu masih banyak dipengaruhi oleh faktor lain.

    Streotype mengenai jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) dimasyarakat cenderung

    mengarahkan mereka pada apa yang diharapkan bukan pada kenyataan yang ada. Laki-

    laki dengan penyesuaian diri yang baik diharapkan untuk mandiri, agresif, dan

    berorientasi pada kekuasaan, sementara perempuan diharapkan untuk tergantung pada

    orang lain (Santrock, 2002). Penelitian ini menunjukkan bahwa streotype mengenai

    karakteristik kelaki-lakian dan karakteristik keperempuanan yang diharapkan oleh

    masyarakat tidak selalu sesuai dengan kenyataannya. Pada kenyataannya penyesuaian

    diri perempuan lebih tinggi dibanding penyesuaian diri laki-laki. Hal ini dapat

    disebabkan oleh berbagai macam faktor, diantaranya perubahan paradigma

    dimasyarakat mengenai peran laki-laki dan perempuan tersebut. Sehingga kedepannya

    perlu dikaji ulang apakah perbedaan jenis kelamin ini memiliki pengaruh terhadap

    tingkat penyesuaian diri seseorang.

    SIMPULAN DAN IMPLIKASI

    Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan penyesuaian

    diri laki-laki dan perempuan dengan nilai F=5,446 dan p=0,020 (p=0,05). Penelitian ini

    menunjukkan bahwa penyesuian diri perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Secara

    bersamaan Sense of Humor memiliki hubungan linier dengan penyesuaian diri individu

    dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Sumbangan efektik dari Sense of Humor

    untuk penyesuaian diri sebesar 16,7 % (R squared). Hal ini berarti penyesuaian diri

    individu secara umum masih di pengaruhi oleh faktor lain selain Sense of Humor.

    Implikasi dari penelitian tersebut, yaitu bagi mahasiswa dapat dijadikan acuan dan

    tambahan informasi bahwa dengan kemampuan Sense of Humor dapat dijadikan sebagai

    salah satu strategi yang digunakan untuk menyesuaikan diri dilingkungan manapun,

    baik dikampus maupun di lingkungan masyarakat/ tempat tinggal. Bagi peneliti

    selanjutnya yang ingin meneliti penyesuaian diri, variabel Sense of Humor dan jenis

    kelamin dapat diganti dengan variabel lain yang mempengaruhi kemampuan

    penyesuaian diri.

  • Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id

    478

    REFERENSI

    Azwar, S. (2010). Sikap manusia teori dan pengukurannya edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

    Cann, Arnie. Stilwell, Kelly & Humor Styles. Positive personality and health. Europes Journal of Psychology, 6(3), 213-235

    Desmita. (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosda

    Dowling, S. Jacqueline. Hockenberry, Marlyn, & Gregory, L Richard. Sense of humor,

    childhood cancer stressors, and outcomes of psychosocial adjustment, immune function,

    and infection. Journal of Pediatric Oncology Nursing, 20, (6) (November-December),

    271-292

    Edwards, R. Kim. Martin, & A. Rod. Humor creation ability and mental health: are funny

    people more psychologically healthy?. Europes Journal of Psychology, 6, (3), 196-212

    Fakultas Psikologi UMM. (2012). Pedoman penulisan skripsi. Malang: UMM Press

    Franzini, Louis. (2001). Humor in Therapy : The Case For Training Therapists in Its Uses anda

    Risks. The Journal of General Psycholgy, 128 (2). 170-193

    Ghufron, M.N & Risnawati, S.R . (2012). Teori-teori psikologi (cetakan ketiga). Yogjakarta :

    Ar-Ruzz media

    Hampes, P. William. The relation between humor styles and emphaty. Europes Journal of Psychology, 6(3), 34-45

    Hartanti dan Rahaju. (2003). Peran sense of humor pada dampak negatif stres kerja. Anima,

    Indonesian Psychological Journal.

    Hasanat, N. U., & Subandi. (1999). Pembakuan alat kepekaan terhadap humor. Laporan

    Penelitian. (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

    Hughes, W.Larry. A correlational study of the relationship between sense of humor and positive

    psychological capacities. Economics & Business Journal, 1(1).

    Hurlock, E. Psikologi perkembanagan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan manusia

    edisi kelima. Alih Bahasa: Istiwadayanti. Jakarta: Erlangga.

    Jennifer, Burgoyne, Julie Cole, & Gregory P, Hickman. (Tanpa tahun). The relationship

    between humorous coping skills and the initial personal-emotional adjustment of college

    freshmen enrolled in a small southwestern evangelical Christian University. The

    Pennsylvania State: University Fayette

    Keswara, Fadi. Hubungan antara sense of humor dengan penyesuaian diri pada mahasiswa baru

    Universitas Islam indonesia. Skripsi. (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Islam

    Indonesia

    Lopez, S.J. (ed 2009). Encyclopedia of positive psychology. - : -

    Liu, W & Katy. Humor styles, Self esteem, and subjective happyness. Discovery SS Student E-Journal, 1, (20), 21-41

  • Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id

    479

    Liza, Eripa. Hubungan antara sense of humor dengan kreativitas pada siswa kelas VIII SMP

    Negeri 13 malang. Skripsi. (tidak diterbitkan). Malang: Universitas Islam Negeri Malang.

    Mappiere, Andi. 1982. Psikologi remaja. Surabaya: Usaha Nasional

    Munawaroh, Mufidatul. Hubungan antara motivasi belajar dan penyesuaian diri pada santri baru

    Ponpes Putri Al- Islahiyah Singosari Malang. Skripsi. (tidak diterbitkan). Malang:

    Universitas Islam Negeri Malang.

    Nezu, M., Arthur., Nezu, M., Christine., Blisset, E., & Sonia. Sense of humor as a moderator of

    the relation between stressful events and psychological distress: A Prospective Analysis.

    Journal of Personality and Social Pshchology, 54, (3), 520-525

    Pralina, A. (2005). Hubungan sense of humor dengan penyesuaian diri di asrama pada remaja

    Kelas I SMA Pangamudi Lhur Van Lint Muntilan. Skripsi. (tidak diterbitkan). Bandung:

    Fakultas Psikologi Universitas Sanata Darma

    Purwanto. (2012). Metodologi penelitian kuantitatif untuk psikologi dan pendidikan.

    Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

    Rahmanadji, Didiek. (2009). Sejarah, teori, dan fungsi humor. Malang: hal 1 -9

    Santrock, J. W. (2002). Life-span development perkembangan masa hidup edisi kelima. Alih

    Bahasa: Juda Damanik, Achmad Chusairi. Jakarta: Erlangga.

    Schultz, D. (2005). Psikologi pertumbuhan model-model kepribadian sehat. Yogyakarta:

    Kanisius

    Schneiders, A.A. (1964). Personal adjustment andn mental health. New York: Halt Rinehart &

    winston.

    Skowron, A & Elizabeth. Differentiation of self, personal adjustment, problem solving, and

    ethnic group belonging among persons of color. Journal Of Counseling & Development,

    Fall 2004, 82.

    Soesilowindardini. (1990). Psikologi perkembangan masa remaja. Surabaya: Usaha Nasional

    Thorson, A., James., & Powell, F.C. Sense of humor and dimesion of personality. Jurnal of

    Clinical Psychology, 49, (6).

    Suyasa, S.Tomi . (2012). Identifikasi jenis humor. Tarumanegara.

    Winarsunu, T. (2007). Statistik dalam penelitian dan pendidikan. Malang: UMM Press.