anatomi dan fisiologi sistem pernafasan

17
A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan 1. Anatomi pernafasan Sistem pernafasan berfungsi sebagai pendistribusi udara dan pertukaran gas sehingga oksigen dapat disuplai dan karbon dioksida dikeluarkan dari sel-sel tubuh (Asih, 2003 : 2). Secara sistematis saluran pernafasan dibagi menjadi saluran pernafasan atas dan saluran pernafasan bawah. Organ saluran pernafasan atas terletak di luar toraks atau rongga dada, sementara saluran pernafasan bawah terletak hampir seluruhnya di dalam toraks (Asih, 2003 : 2). a. Saluran pernafasan atas terdiri dari : 1) Hidung Hidung adalah pintu masuk pertama udara yang kita hirup. Udara keluar melalui sistem pernafasan yaitu hidung yang terbentuk atas dua tulang hidung dan beberapa kartilago. Terdapat dua pipi pada dasar hidung- nostril (lubang hidung), atau nares eksternal yang dipisahkan oleh septum nasal di bagian tengah. Lapisan

Upload: ade-muhamad-sofyan

Post on 09-Dec-2015

26 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

pathway

TRANSCRIPT

Page 1: Anatomi Dan Fisiologi Sistem Pernafasan

A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan      

1. Anatomi pernafasan

Sistem pernafasan berfungsi sebagai pendistribusi udara dan pertukaran gas sehingga oksigen dapat disuplai dan karbon dioksida dikeluarkan dari sel-sel tubuh (Asih, 2003 : 2).

Secara sistematis saluran pernafasan dibagi menjadi saluran pernafasan atas dan saluran pernafasan bawah. Organ saluran pernafasan atas terletak di luar toraks atau rongga dada, sementara saluran pernafasan bawah terletak hampir seluruhnya di dalam toraks (Asih, 2003 : 2).

a. Saluran pernafasan atas terdiri dari : 

1) HidungHidung adalah pintu masuk pertama udara yang kita hirup. Udara

keluar melalui sistem pernafasan yaitu hidung yang terbentuk atas dua tulang hidung dan beberapa kartilago. Terdapat dua pipi pada dasar hidung-nostril (lubang hidung), atau nares eksternal yang dipisahkan oleh septum nasal di bagian tengah. Lapisan mukus hidung adalah sel epitel bersila yang menghasilkan lendir dan juga sebagai sistem pembersih pada hidung(Asih, 2003 : 2). Zat mukus yang disekresi hidung mengandung enzim lisosom yang dapat membunuh bakteri (Alsagaff, 2006 : 9).

Page 2: Anatomi Dan Fisiologi Sistem Pernafasan

2) Faring      Faring atau tenggorokan adalah tuba muskular yang terletak di posterior rongga nasal dan oral dan di anterior vertebra servikalis. Faring dapat dibagi menjadi tiga segmen, setiap segmen dilanjutkan oleh segmen lain nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Nasofaring terletak di belakang rongga nasal, orofaring terletak di belakang mulut sedangkan laringofaring terletak di belakang laring (Asih , 2003 : 5). 

3) LaringLaring menghubungkan trakhea dengan faring (Underwood,

J.C.E, :1999 : 14). Laring sering disebut kotak suara fungsinya untuk berbicara, selain itu juga untuk mencegah benda padat agar tidak masuk ke dalam trakhea. Dinding laring dibentuk oleh tulang rawan (kartilago) dan bagian dalamnya dilapisi oleh membran mukosa bersilia, kartilago laring tersusun 9 buah, kartilago yang terbesar adalah kartilago tiroid atau disebut dengan buah jakun pada pria, terkait di puncak tulang rahang tiroid terdapat epiglotis yang fungsinya membantu menutup laring sewaktu orang menelan makanan. Pita suara terletak di kedua sisi selama bernafas, pita suara tertahan di kedua sisi glotis sehingga untuk dapat masuk dan keluar dengan bebas dari trakhea. Selama berbicara otot intrinsik laring menarik pita suara untuk menghasilkan bunyi yang selanjutnya diubah menjadi kata-kata. Saraf kranial motorik yang mempersarafi faring untuk berbicara adalah nervus vagus dan nervus aksesorius(Asih , 2003 : 5).

b. Saluran pernafasan bawah terdiri atas 

1) Trakhea (pipa udara)     Adalah saluran udara tubular yang mempunyai panjang sekitar 13 cm. Trakhea terletak di depan esofagus, tepat di permukaan leher. Dinding trakhea disangga oleh cincin-cincin kartilago, otot polos dan serat elastik. Cincin kartilago berbentuk kaku guna mencegah agar tidak kolaps dan menutup jalan udara. Bagian dalam trakhea dilapisi membran mukosa bersilia (Asih, 2003 : 5). 

2) Bronkhial      Ujung distal trakhea terbagi menjadi bronkhus primer kanan dan kiri yang terletak di dalam rongga dada. Bronkhus kanan lebih pendek dan lebih besar daripada yang kiri. Fungsi percabangan bronkhial untuk memberikan saluran bagi udara antara trakhea dan alveoli agar jalan udara tetap terbuka dan bersih (Pearce, 2006 : 215).

3) Alveoli      Alveoli berjumlah sekitar 300 sampai 500 juta di dalam paru-paru orang dewasa. Fungsinya adalah sebagai satu-satunya tempat pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan aliran darah. Alveoli dikelilingi oleh dinding yang tipis yang terdiri atas satu lapis epitel skuamosa. Di antara sel epitel terdapat cairan khusus yang menyekresi lapisan molekul lipid yang disebut surfaktan.

Page 3: Anatomi Dan Fisiologi Sistem Pernafasan

Cairan ini dibutuhkan untuk menjaga agar permukaan alveolar tetap lembab, tanpa surfaktan tekanan permukaan akan menjadi demikian besar sehingga membutuhkan upaya muskular yang sangat besar untuk mengembangkan alveoli (Asih, 2003 : 3-8). Surfaktan adalah suatu zat campuran antara lemak fosfat, lemak jenis lain, protein dan karbohidrat yang disekresi oleh epitel alveol tipe II, surfaktan berperan menurunkan tegangan permukaaan pada cairan alveol sehingga alveol lebih mudah berkembang pada waktu inspirasi dan mencegah alveol menutup pada akhir respirasi. Faktor yang dapat mempengaruhi sintesa surfaktan adalah hormon tiroid dan hormon kortikosteroid.(Alsagaff, 2006 :12).

4) Paru-paru        Paru-paru terletak di kedua sisi jantung di dalam rongga dada dan dikelilingi serta dilindungi oleh sangkar iga. Bagian dasar setiap paru terletak atas diafragma, bagian apeks paru (ujung superior) terletak setinggi klavikula . Pada permukaan tengah dari setiap paru terdapat identasi yang disebut hilus tempat bronkus primer dan masuknya arteri serta vena pulmonasi ke dalam paru. Bagian kanan dan kiri paru terdiri atas percabangan saluran yang membentuk jutaan alveoli, jaring-jaring kapiler dan jaringan ikat.        Setiap paru dibagi menjadi kompartemen yang lebih kecil pembagian pertama disebut lobus. Paru kanan terdiri atas 3 lobus dan lebih besar dari kiri yang hanya terdiri 2 lobus. Lapisan yang membatasi antara lobus disebut fisura. Lobus kemudian dibagi lagi menjadi segmen. Setiap segmen terdiri atas banyak lobulus yang masing-masing mempunyai bronkhiale, arterioale, venula dan pembuluh limfatik.        Dua lapis membran serosa mengelilingi setiap paru dan disebut sebagai pleura. Lapisan terluar disebut pleura parietal yang melapisi dinding dada dan mediastinum. Lapisan dalamnya disebut pleura viseral yang mengelilingi paru. Rongga pleura ini mengandung cairan yang dihasilkan sel-sel serosa di dalam pleura. Jika cairan yang dihasilkan berkurang atau membran pleura membengkak, akan terjadi suatu kondisi yang disebut pleuritis dan terasa sangat nyeri karena membran pleura saling bergesekan (Asih, 2003 : 9).

5) Toraks        Rongga toraks terdiri atas rongga pleura kanan dan kiri dan bagian tengah yang disebut mediastinum. Satu-satunya organ dalam rongga toraks yang tidak terletak di dalam mediastinum adalah paru-paru. (Asih, 2003 : 9).

2. Fisiologi pernafasan 

        Fisiologi pernafasan adalah serangkaian proses interaksi dan koordinasi yang kompleks yang mempunyai peranan sangat penting dalam mempertahankan kestabilan atau homeostasis lingkungan internal tubuh kita. Ventilasi pulmonal adalah istilah teknis dari bernafas terdiri dari inspirasi yaitu gerakan perpindahan udara masuk ke dalam paru-paru dan ekspirasi yaitu gerakan udara meninggalkan paru-paru. Adapun prosesnya adalah sebagai berikut :

Page 4: Anatomi Dan Fisiologi Sistem Pernafasan

a. Inspirasi         Diafragma berkontraksi, bergerak ke arah bawah dan mengembangkan rongga dada dari atas ke bawah. Otot-otot interkosta eksternal menarik iga dari atas keluar yang mengembangkan rongga dada ke arah samping kiri dan kanan, dengan begitu pleura parietal ikut mengembang diikuti oleh pleura viseral, yang menyebabkan tekanan intrapulmonal turun di bawah tekanan atmosfer dan udara masuk melalui hidung dan akhirnya sampai alveoli (Asih, 2003: 11). Otot – otot yang digunakan untuk inspirasi adalah difragma (paling utama), muskulo intercostalis externus, muskulo scaleneus, muskulo sternocleidomastoideus dan muskulo pectoralis minor (Alsagaff, 2006 :13).

b. Ekspirasi        Diafragma dan otot-otot interkosta rileks, karena rongga menjadi lebih sempit, paru-paru terdesak dan jaringan elastiknya meregang selama inhalasi, mengerut dan juga mendesak alveoli. Dengan meningkatnya tekanan intrapulmonal di atas tekanan atmosfir, udara didorong keluar paru sampai kedua tekanan sama kembali(Asih, 2003 : 10 -11). . Otot-otot yang digunakan untuk ekspirasi adalah intercostalis internus dan otot-otot dinding perut (Alsagaff, 2006 : 13).

B. Definisi

Bronchopneumonia adalah pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbecak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronkhi dan meluas ke parenkim paru, (Smeltzer, 2001 : 215). Seperti yang terlihat pada gambar diatas dimana pada penyakit bronchopneumonia yang terkena adalah pada bagian bronkhusnya (Gambar 1.2).

Bronchopneumonia adalah bercak-bercak konsolidasi, terpusat pada bronkiolus atau bronkus, sebagian besar terjadi pada bayi atau anak, biasanya sekunder terhadap penyakit yang ada sebelumnya (Underwood, J.C.E, : 1999 : 14).

 C. Etiologi

Penyebab dari bronchopneumonia hampir mirip dengan pneumonia diantaranya disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur. Bakteri (streptokokkus pneumonia, streptokokkus piogenes, stafilokokkus aureus, klebsiela pneumonia, eschericia coli, sedangkan dari virus yaitu (influenza virus, Respiratory Syntial Virus (RSV), jamur yaitu (aspergillus, fikomisetes, blastomises dermatitidis, selain itu dapat juga disebabkan bahan lain misalnya inhalasi bahan-bahan organik dan anorganik atau uap kimia seperti berilium, inhalasi bahan debu yang mengandung alergen, radiasi, daya tahan tubuh yang menurun (Alsagaff, 2006 : 122-123). Penyebab dari bronchopneumonia adalah bakteri dengan virulensi rendah, seperti yang ditemukan pada penderita dengan imunosupresi dimana bakteri tidak akan menyebabkan sakit yang serupa pada individu sehat dan sakit, organisme penyebab adalah stafilokokkus, streptokokkus, haemophyilus influenzae koliform dan jamur (Underwood, J.C.E, 1999 : 13-14).

Page 5: Anatomi Dan Fisiologi Sistem Pernafasan

Selain faktor di atas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh untuk terjadinya bronkopneumonia. Menurut sistem imun pada penderita-penderita penyakit yang berat seperti AIDS dan respon imunitas yang belum berkembang pada bayi dan anak merupakan faktor predisposisi terjadinya penyakit ini.

D. Manifestasi Klinis 

        Menurut Smeltzer (2001 : 460) manifestasi klinis dari bronchopneumonia adalah menggigil mendadak, demam yang meningkat dengan cepat dan berkeringat sangat banyak, nyeri dada seperti ditusuk yang diperburuk dengan pernafasan dan batuk, sakit parah dengan takipnea jelas (25-45 x/menit) dypsnea, nadi cepat, sakit kepala, nyeri otot, anoreksia, sputum purulen.

        Menurut Asih (2003 : 65) temuan subyektif meliputi dipsneu demam, menggigil, batuk produktif dengan sputum purulen. Temuan obyektif termasuk demam, hipoksemia, bunyi pekak saat perkusi. Menurut Alsagaff (2006 : 125) gejala bersifat akut, penderita merasa badannya dingin disertai menggigil dan disusul dengan peningkatan panas badan 40°C, panas badan meninggi pada pagi dan sore, mialgia.

E. Patofisiologi

Menurut Smeltzer (2001 : 211) virus, jamur, bakteri masuk ke alveoli dan ke bronkioli melalui inhalasi mikroba yang ada di udara, aspirasi organisme dari nasofaring, sirkulasi dari infeksi sistemik, invasi bakteri ke bronkioli dan alveolar menyebabkan inflamasi saluran pernapasan maka akan terjadi peningkatan jumlah kapiler dan peningkatan sekresi kelenjar mukosa. Peningkatan jumlah kapiler akan terjadi oedema pada mukosa dan bila terlalu lama maka akan terjadi hipoventilasi dan pasien akan sesak nafas dikarenakan pada saat terjadi hipoventilasi terjadi ketidakseimbangan masukan oksigen ke dalam darah. Pada saat terjadi peningkatan sekresi kelenjar mukosa akan meningkatkan produksi mukosa yang bila tidak segera diatasi lama kelamaan sekret itu akan semakin bertambah, yang akan menyebabkan penyumbatan di saluran pernafasan.

Menurut Asih (2003 : 65) virus, jamur,protozoa, atau riketsia masuk melalui beberapa jalur yaitu ketika individu yang terinfeksi batuk, bersin, berbicara, mikroorganisme dilepaskan ke dalam udara dan terhirup oleh orang lain, mikroorganisme dapat juga terinspirasi dengan aerosol (gas nebulasi) dari peralatan terapi pernapasan yang terkontaminasi, melalui sirkulasi infeksi sistemik. Pada individu yang sehat, patogen yang mencapai paru dikeluarkan atau melalui mekanisme pertahanan diri seperti refleks batuk, klirens mukosiliaris, dan fagositosis oleh makrofag alveolar. Pada individu yang rentan, patogen yang masuk ke dalam tubuh memperbanyak diri, melepaskan toksin yang bersifat merusak dan menstimulasi respon inflamasi dan respon imun yang keduanya mempunyai efek samping merusak. Reaksi antigen-antibodi dan endotoksin yang dilepaskan oleh beberapa mikroorganisme merusak membran mukosa bronkhial dan membran alveolar kapiler. Inflamasi dan edema menyebabkan sel-sel acini dan bronkhiolar terminalis terisi oleh debris infeksius dan eksudat, yang menyebabkan abnormalitas ventilasi-perfusi.

Page 6: Anatomi Dan Fisiologi Sistem Pernafasan
Page 7: Anatomi Dan Fisiologi Sistem Pernafasan

F. Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan penunjang menurut Tucker (1998 : 247) adalah :

1. Pemeriksaan sinar X dada bercak atau infiltrat difus.

2. Leukosit

3. Kultur darah

4. Gas darah arteri

5. Bronkoskopi 

Menurut Alsagaff (2006 : 132) meliputi :

1.    Kultur sputum.Pada kultur sputum kuman dengan media agar darah bila ada stafilokokkus hemolitik akan terlihat yellow pigmented colonies dalam.24 jam

2.    Kultur darah.Bila leukosit meningkat sampai 20.000 pertanda prognosis.jelek

3.    Foto thorax terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau streptokokkus beberapa lobus.

G. Penatalaksanaan

        Penatalaksanaan bronkopneumoni menurut Baughman (2000 : 461) yaitu :

1. Pemberian antibiotik yaitu penisilin G merupakan antibiotik untuk infeksi oleh streptokokkus. pneumonia yang lainnya eritromisin, klindamisin.

2. Oksigen untuk hipoksemia, gas darah arteri 

3. Tirah baring sampai tanda infeksi yang diperlihatkan.menghilang

4. Tindakan dukungan pernafasan seperti intubasi endotrakeal, inspirasi oksigen konsentrasi tinggi, ventilasi mekanis, dan tekanan ekspirasi akhir positif

H. Komplikasi

        Menurut Tucker (1998 : 247) komplikasi bronchopneumonia adalah

1. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.

2. Emfisema adalah suatu keadaan di mana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.

3. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.

4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.

Page 8: Anatomi Dan Fisiologi Sistem Pernafasan

I. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial, peningkatan produksi sekret.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar kapiler, hipoventilasi.

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan utama.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplay dan kebutuhan oksigen, kelemahan umum.

4. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru.5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

peningkatan kebutuhan metabolik, : anoreksia.6. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan

cairan yang berlebihan (demam, berkeringat banyak, muntah), penurunan masukan oral.

J. Fokus Intervensi Keperawatan 

    Menurut Doenges (1999 : 166-174) fokus intervensi bronchopneumonia adalah: 

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial, peningkatan produksi sekret.

Tujuan    :    Setelah dilakukan tindakan keperawatan bersihan jalan nafas efektif.

Kriteria hasil    :    Jalan nafas paten dengan bunyi napas bersih, tidak ada dipsnea, sianosis.

Intervensi  Rasionalisasi 

a.    Kaji frekuensi atau kedalaman pernafasan dan gerakan dada 

a.    Takipnea, pernapasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi ketidaknyamanan gerakan dinding dada atau cairan paru

b.    Auskultasi area paru, catat area penurunan atau tak ada aliran udara dan bunyi nafas adventisius, misal krekels 

b.    Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan, bunyi nafas bronkial dapat juga terjadi pada area konsolidasi

c.    Bantu pasien latihan nafas sering, bantu pasien mempelajari melakukan batuk efektif 

c.    Nafas dalam memudahkan ekspirasi maksimum paru-paru atau jalan nafas lebih kecil 

d.    Berikan minum air hangat d.    Air hangat dapat memobilisasi mengeluarkan sekret 

Page 9: Anatomi Dan Fisiologi Sistem Pernafasan

2.    Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar kapiler, hipoventilasi.

Tujuan    :    Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi gangguan pertukaran gas.

Kriteria hasil    :    Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi dengan GDA dalam rentang normal, tidak ada tanda distres pernafasan.

Intervensi  Rasionalisasi 

a.    Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas 

a.    Manifestasi distres pernafasan tergantung pada derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum

b.    Observasi warna kulit dan membran mukosa, kuku catat adanya sianosis perifer 

b.    Sianosis kuku menunjukkan vasokonstriksi atau respon tubuh terhadap demam namun sianosis membran mukosa kulit menunjuk-kan hipoksemia sistemik

c.    Awasi frekuensi dan irama jantung 

c.    Takikardi biasanya ada sebagai akibat demam atau dehidrasi atau hipoksia 

d.    Pertahankan istirahat tidur  d.    Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan atau konsumsi oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi

e.    Kolaborasi dalam pemberian O2 e.    Untuk mempertahankan PaO2diatas 60 mmHg

3.    Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan utama.

Tujuan    :    Setelah dilakukan tindakan keperawatan infeksi tidak terjadi.

Kriteria hasil    :    Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi.

Intervensi  Rasionalisasi 

a.    Pantau tanda-tanda vital  a.    Selama periode waktu ini potensial komplikasi fatal (hipotensi atau syok dapat terjadi) 

b.    Anjurkan pasien memperhatikan pengeluaran sekret dan melapor-kan perubahan warna, jumlah dan bau sekret

b.    Sputum harus dikeluarkan dengan cara aman, perubahan karakter sputum menunjukkan perbaikan pneumonia 

c.    Tunjukkan atau dorong teknik mencuci tangan yang baik 

c.    Efektif berarti menurunkan penyebaran atau tambahan infeksi

d.    Ubah posisi dengan sesering mungkin dan berikan pembuangan paru yang baik 

d.    Meningkatkan pengeluaran pembersihan infeksi 

e.    Kolaborasi dalam pemberian antibiotik  e.    Obat ini digunakan untuk membunuh kebanyakan mikrobial pneumoni

Page 10: Anatomi Dan Fisiologi Sistem Pernafasan

4.    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplay dan kebutuhan oksigen, kelemahan umum.

Tujuan    :    Setelah dilakukan tindakan keperawatan menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas.

Kriteria hasil    :    Tak adanya dipsnea, tanda-tanda vital kembali normal.

    Intervensi  Rasionalisasi 

a.    Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas  a.    Menetapkan kemampuan atau kekuatan pasien dan memudahkan pilihan 

b.    Berikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung 

b.    Menurunkan stres dan meningkatkan istirahat

c.    Beritahu arti pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat 

c.    Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik 

d.    Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat tidur

d.    Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi 

e.    Bantu aktivitas perawatan diri, yang diperlukan  e.    Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplay kebutuhan oksigen 

5.    Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru.

Tujuan    :    Setelah dilakukan tindakan keperawatan rasa nyeri berkurang.

Kriteria hasil    :    Pasien mengatakan nyeri hilang, pasien rileks.

Intervensi  Rasionalisasi 

a.    Tentukan karakteristik nyeri  a.    Nyeri dada, biasanya ada dalam beberapa derajat

b.    Pantau tanda-tanda vital  b.    Perubahan frekuensi jantung dan tekanan darah menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri 

c.    Berikan tindakan nyaman misal pemijatan, relaksasi 

c.    Tindakan non analgetik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan

d.    Kolaborasi dalam pemberian analgetik dan antitusif sesuai indikasi 

d.    Obat ini dapat digunakan untuk batuk, meningkatkan kenyamanan 

     

6.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik, : anoreksia.

Tujuan    :    Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi terpenuhi.

Kriteria hasil    :    a.    Menunjukkan peningkatan nafsu makan

Page 11: Anatomi Dan Fisiologi Sistem Pernafasan

         b.    Mempertahankan berat badan

Intervensi  Rasionalisasi 

a.    Identifikasi faktor yang menimbulkan mual muntah

a.    Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah 

b.    Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin 

b.    Menghilangkan tanda bahaya, bau dari lingkungan pasien yang dapat menurunkan mual 

c.    Auskultasi bunyi usus, observasi atau palpasi distensi abdomen

c.    Bunyi usus mungkin menurun, distensi abdomen terjadi akibat menelan udara 

d.    Berikan makan porsi kecil dan sering 

d.    Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali 

e.    Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar

e.    Adanya kondisi kronis dapat menimbulkan malnutrisi rendahnya tahanan terhadap infeksi. 

7.    Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan (demam, berkeringat banyak, muntah), penurunan masukan oral.

Tujuan    :    Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi kekurangan volume cairan.

Kriteria hasil    :    a.    Membran mukos lembab, turgor kulit baik

b. Pengisian kapiler cepat, tanda vital stabil

Intervensi  Rasionalisasi 

a.    Kaji perubahan tanda vital a.    Peningkatan suhu meningkatkan laju metabolik dan kehilangan cairan, takikardi menunjukkan kekurangan cairan sistemik 

b.    Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa 

b.    Indikator langsung keadekuatan volume cairan 

c.    Laporkan jika terjadi mual atau muntah

c.    Adanya gejala ini menurunkan masukan oral 

d.    Pantau masukan dan haluaran  d.    Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan pengganti 

e.    Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik dan antiemetik 

e.    Berguna menurunkan kehilangan cairan

f.    Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan 

f.    Pada adanya penurunan masukan atau banyak kehilangan, pengggunaan parenteral dapat mencegah kekurangan cairan 

8.    Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai penyakitnya.

Tujuan    :    Setelah dilakukan tindakan keperawatan pengetahuan pasien bertambah.

Kriteria hasil    :    a.    Menyatakan pemahaman kondisi, proses penyakit dan pengobatan.

         b.    Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan.