ananda putri... · web viewdan motif remaja dalam melakukannya (studi deskriptif tentang perilaku...

38
JURNAL CYBERBULLYING DAN MOTIF REMAJA DALAM MELAKUKANNYA (Studi Deskriptif tentang Perilaku Cyberbullying dan Motif Remaja dalam Melakukannya di Jejaring Sosial Instagram) Disusun Oleh : ANANDA PUTRI OCTAVIANI D0211004 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Upload: others

Post on 20-Jan-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ananda putri... · Web viewDAN MOTIF REMAJA DALAM MELAKUKANNYA (Studi Deskriptif tentang Perilaku Cyberbullying dan Motif Remaja dalam Melakukannya di Jejaring Sosial Instagram) Disusun

JURNAL

CYBERBULLYING DAN MOTIF REMAJA DALAM

MELAKUKANNYA

(Studi Deskriptif tentang Perilaku Cyberbullying dan Motif Remaja dalam

Melakukannya di Jejaring Sosial Instagram)

Disusun Oleh :

ANANDA PUTRI OCTAVIANI

D0211004

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2017

Page 2: ananda putri... · Web viewDAN MOTIF REMAJA DALAM MELAKUKANNYA (Studi Deskriptif tentang Perilaku Cyberbullying dan Motif Remaja dalam Melakukannya di Jejaring Sosial Instagram) Disusun

1

CYBERBULLYING DAN MOTIF REMAJA DALAM MELAKUKANNYA

(Studi Deskriptif tentang Perilaku Cyberbullying dan Motif Remaja dalam

Melakukannya di Jejaring Sosial Instagram)

Ananda Putri Octaviani

Chatarina Heny Dwi Surwati

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

AbstractNetizen (internet users) especially teenagers, mostly considered Instagram

as their favorite social networking media. Instagram is a social networking platform that easy to access, so that the users could easily share a post, interact with other users in the comment section, until doing an online act of harassment or better known as cyberbullying. This online act of harassment including negative comments; such as mockery or harsh words, sarcasm in the photo caption, up to fake accounts that posts photos and videos which potentially ruin other people’s reputation. The rise of cyberbullying phenomenon make researcher interested to study the forms of cyberbullying behavior done by teenagers on Instagram and the motive of it.

This research analyzed using descriptive qualitative method. The informant of this research are teenagers who use Instagram and known as a cyber bully viewed by the content they’ve shared. Informant obtained from purposive sampling and snowball sampling technique. Content analysis and in depht interview used for the data collection technique.

This research begin with analyzing the content that teenagers share on Instagram. It represent how they interact through Instagram. Then, researcher also captures informant’s Instagram post (pictures and/or text) that represent their cyberbullying behavior and make a categorization. After that, researcher do the cross check with the interview outputs. Researcher also find out what motives that drives the informants to do cyberbullying acts through Instagram.

The result of this research shows that the forms of cyberbullying behavior done by teenagers are negative name calling, writing abusive words, threatened the victim, ignored/ excluded, slammed opinion, sarcasm in the photo caption, and make fake accounts which potentially ruin other people’s reputation. Then, teenagers motive in doing cyberbullying acts was for fun sake, carried by real life interaction, in need for peer approval, showing pique, humiliating others, want to interact, respond to prior bullying, showing hate, want the target to realize his/her mistake, dropping target’s self-esteem, and showing their feelings.Keyword : Instagram, cyberbullying, motive

Page 3: ananda putri... · Web viewDAN MOTIF REMAJA DALAM MELAKUKANNYA (Studi Deskriptif tentang Perilaku Cyberbullying dan Motif Remaja dalam Melakukannya di Jejaring Sosial Instagram) Disusun

2

Pendahuluan

Pada era modern seperti sekarang, teknologi informasi dan komunikasi

rasanya tumbuh dengan sangat pesat. Hal ini dapat kita lihat pada berkembangnya

produk teknologi baru yang terus muncul dengan kecanggihannya yang juga terus

diperbarui. Salah satu produk dalam perkembangan teknologi infomasi dan

komunikasi ini adalah perangkat elektronik portabel, seperti notebook, netbook,

smartphone, tablet PC dan Ipad yang sudah didukung dengan Sistem Operasi

Android dan iOS. Perangkat elektronik portabel ini biasanya identik dengan harus

adanya koneksi internet. Dengan terus mewabahnya tren penggunaan perangkat

elektronik portabel, maka pengguna internet tentunya akan semakin bertambah.

Menurut hasil survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa

Internet Indonesia (APJII), hingga akhir 2014 terdapat 88,1 juta pengguna internet

di Indonesia. Berdasarkan usia, mayoritas pengguna internet di Indonesia adalah

berusia 18-25 tahun dengan jumlah presentase mencapai 49%. APJII juga

melakukan survei terkait perilaku pengguna dalam mengakses konten, dimana

jejaring sosial memiliki presentase paling banyak, yaitu mencapai 87,4%.1

Merambahnya penggunaan jejaring sosial saat ini telah mengubah cara

seseorang dalam berperilaku. Intensitas komunikasi tatap muka sudah mulai

berkurang, digantikan oleh komunikasi secara online. Dengan tidak bertatap

muka, jejaring sosial juga lebih memudahkan kita dalam mengungkapkan

perasaan secara lebih terbuka.

Sayangnya, sifat terbuka yang dimiliki jejaring sosial ini justru sering

disalahgunakan oleh beberapa penggunanya. Perasaan kesal dan amarah tidak

jarang ditumpahkan oleh beberapa pengguna jejaring sosial di akun mereka.

Bahkan tidak jarang kata-kata yang digunakan adalah kata kasar dan tidak pantas

untuk diucapkan. Terlebih lagi, pengguna internet terbanyak di Indonesia adalah

mereka yang masih tergolong usia remaja dimana usia tersebut merupakan masa

puncak emosional.

1 Emanuel Kure, “Mayoritas Netizen di Indonesia Berusia 18-25 Tahun,” http://beritasatu.com/digital-life/261297-mayoritas-netizen-di-indonesia-berusia-1825-tahun.html (akses 22 September 2015)

Page 4: ananda putri... · Web viewDAN MOTIF REMAJA DALAM MELAKUKANNYA (Studi Deskriptif tentang Perilaku Cyberbullying dan Motif Remaja dalam Melakukannya di Jejaring Sosial Instagram) Disusun

3

Berdasarkan artikel Ciricara.com disebutkan bahwa tindakan bullying di

Indonesia cenderung lebih banyak dilakukan di media sosial.2 Bahkan pada tahun

2006, Badan Pusat Statistik mencatat angka cyberbullying yang terjadi di

Indonesia mencapai angka 25 juta kasus di mulai dari kasus dengan skala ringan

hingga skala berat. Hasil penelitian memasukkan kategori seseorang disebut

korban cyberbullying adalah apabila korban dihina, diabaikan, atau digosipkan di

dunia maya.3

Instagram sebagai salah satu jejaring sosial yang cukup populer di

kalangan masyarakat juga tidak lepas dari adanya kasus cyberbullying. Pada

Instagram, pengguna mengunggah foto yang ingin ia tampilkan di akunnya,

kemudian siapapun dapat melihat foto tersebut, memberi tanda ‘love’ apabila

menyukai foto tersebut, hingga meninggalkan komentar di foto pengguna lain

tanpa perlu meminta ijin dari pengguna yang bersangkutan. Dengan kebebasan

yang diberikan Instagram ini, tak jarang ditemukan komentar berisi kata-kata

kasar, ejekan, makian, ataupun kata-kata yang mengintimidasi.

Tak hanya itu, kemudahan yang diberikan Instagram dalam membuat akun

juga menjadikan banyak orang membuat akun palsu. Akun palsu yang dibuat

bahkan banyak yang berupa akun untuk menyebarkan foto, video serta berbagai

informasi lainnya yang mampu merusak reputasi seseorang.

Melihat dari makin banyaknya kasus cyberbullying di Instagram ini

menjadikan peneliti tertarik untuk meneliti apa saja bentuk perilaku cyberbullying

yang dilakukan oleh remaja dan apa saja motif remaja dalam melakukannya.

Rumusan Masalah

Peneliti merumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk perilaku cyberbullying di Instagram yang dilakukan oleh

remaja?

2 Ms. Terius, “Indonesia Masuk Daftar Negara dengan Kasus Bullying Tertinggi,” http://ciricara.com/2012/10/19/indonesia-masuk-daftar-negara-dengan-kasus-bullying-tertinggi/ (akses 23 Februari 2016).

3 Dina Satalina, “Kecenderungan Perilaku Cyberbullying Ditinjau Dari Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert,” Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, Vol. 02, No. 02 (Januari 2014), hal. 294-310.

Page 5: ananda putri... · Web viewDAN MOTIF REMAJA DALAM MELAKUKANNYA (Studi Deskriptif tentang Perilaku Cyberbullying dan Motif Remaja dalam Melakukannya di Jejaring Sosial Instagram) Disusun

4

2. Apa saja motif remaja dalam melakukan cyberbullying di Instagram?

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan dan menganalisa bentuk perilaku cyberbullying di

Instagram yang dilakukan oleh remaja

2. Mendeskripsikan dan menganalisa motif remaja dalam melakukan

cyberbullying di Instagram

Landasan Teori

1. Komunikasi

Komunikasi bersumber dari kata communis yang berarti sama.4

Komunikasi terjadi bila ada pertukaran pesan atau informasi antara pengirim

dan penerima pesan sehingga diharapkan penerima pesan mengerti isi pesan

yang disampaikan kepadanya dan memberikan respon, maka proses

komunikasi dapat dikatakan berlangsung.5

Harold Lasswell dalam The Structure and Function of Communication

in Society menerangkan bahwa cara yang tepat untuk memahami komunikasi

adalah dengan menjawab pertanyaan “Who, Says What, In Which Channel, To

Whom, With What Effect?” Rumusan pertanyaan ini mengandung lima unsur

komunikasi, yaitu:6

1. Siapa yang mengatakan? (komunikator, pengirim, atau sumber)

2. Apa yang disampaikan? (pesan, ide, gagasan)

3. Dengan saluran mana? (media atau sarana)

4. Kepada siapa? (komunikan atau penerima)

5. Apa dampaknya? (efek atau hasil komunikasi)

4 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), hal. 9.

5 Siti Amanah, Komunikasi, Perubahan Sosial dan Dehumanisasi (Surakarta: Pustaka Rumpun Ilalang, 2005), hal. 45.

6 Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi: Sebuah Pengantar Ringkas (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 26.

Page 6: ananda putri... · Web viewDAN MOTIF REMAJA DALAM MELAKUKANNYA (Studi Deskriptif tentang Perilaku Cyberbullying dan Motif Remaja dalam Melakukannya di Jejaring Sosial Instagram) Disusun

5

Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah

proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media

yang menimbulkan efek tertentu.

2. Komunikasi Massa

Secara sederhana, Bittner merumuskan Komunikasi massa sebagai pesan

yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.7

Komunikasi massa ini diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan

kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media

cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak

dan sesaat.8

Komunikasi massa ini cukup berbeda dengan jenis komunikasi lainnya.

Disini, media menjadi hal yang penting dalam proses penyampaian pesan. Untuk

lebih jelas, berikut unsur-unsur penting dalam komunikasi massa:9

1. Komunikator, merupakan pihak yang menggunakan media massa dengan

teknologi informasi modern sehingga dalam menyebarkan suatu informasi

dapat ditangkap dengan cepat oleh publik.

2. Media Massa, merupakan media komunikasi dan informasi yang melakukan

penyebaran secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal.

3. Informasi Massa, merupakan informasi yang diperuntukan kepada

masyarakat secara massal.

4. Gatekeeper, merupakan penyeleksi informasi.

5. Khalayak, merupakan massa yang menerima informasi yang disebarkan oleh

media massa.

6. Umpan Balik, umumnya bersifat tertunda. Tetapi, konsep ini telah dikoreksi

karena semakin majunya teknologi.

3. Media Baru (New Media)

7 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 185-186.

8 Ibid., hal. 1879 Prof. Dr. H.M. Burhan Bungin, S.Sos. M.Si, Op. Cit., hal. xxxx

Page 7: ananda putri... · Web viewDAN MOTIF REMAJA DALAM MELAKUKANNYA (Studi Deskriptif tentang Perilaku Cyberbullying dan Motif Remaja dalam Melakukannya di Jejaring Sosial Instagram) Disusun

6

Potter dalam Alkhajar mengungkapkan bahwa kita hidup di dua dunia;

dunia nyata dan dunia media.10 Media adalah sarana untuk memproduksi,

mereproduksi, mendistribusikan atau menyebarkan dan menyampaikan informasi.

Contohnya koran, majalah, radio, televisi, film, hingga media baru yang

merupakan digital media atau sering disebut dengan internet.

New media telah merubah banyak bentuk komunikasi yang dilakukan

manusia selama ini. Tidak hanya itu, bentuk interaksi baru dari masyarakat juga

muncul seiring dengan berkembangnya new media di tengah-tengah masyarakat.11

New Media juga telah merombak konsep audien lama yang awalnya merupakan

pengguna pasif dari media menjadi pengguna aktif. Keaktifan tersebut

ditunjukkan dengan penggunaan media oleh audien dimana media digunakan

untuk menyampaikan pesan yang telah mereka produksi, edit, dan unggah sendiri.

Mengutip Kurnia, Dennis Mc Quail dalam bukunya yang berjudul Mc

Quail’s Communication Theory (4th edition) membagi media baru kedalam empat

kategori, yaitu (1) media komunikasi interpersonal yang terdiri dari telpon,

handphone, dan e-mail; (2) media bermain interaktif seperti komputer,

videogame, dan permainan dalam internet; (3) media pencarian informasi yang

berupa portal/ search engine; (4) media partisipasi kolektif seperti penggunaan

internet untuk berbagi dan pertukaran informasi, pendapat, pengalaman dan

menjalin melalui komputer dimana penggunaannya tidak semata-mata untuk alat

namun juga dapat menimbulkan afeksi dan emosional.12

Internet adalah sesuatu yang tidak memiliki ruang dan waktu atau dapat

dikatakan sebagai “dunia tanpa batas” sehingga yang dapat membatasinya

sesungguhnya hanyalah sebuah nilai; apakah kita akan menggunakan secara arif

atau sebaliknya.13

4. Media Sosial

10 Eka Nada Shofa Alkhajar, “Televisi, Hiperealitas Remaja dan Medialiteracy,” dalam Dr. Widodo Muktiyo, SE, M.Com (ed.), Anomi Media Massa (Cet. I; Surakarta: KATTA dan Program Pascasarjana Ilmu Komunikasi UNS, 2009), hal. 21-22.

11 Eka Nada Shofa Alkhajar, Op. Cit., hal. 25-26.12 Novi Kurnia, Loc. Cit.13 Yunus Ahmad Syaibani, Op. Cit., hal.14-15.

Page 8: ananda putri... · Web viewDAN MOTIF REMAJA DALAM MELAKUKANNYA (Studi Deskriptif tentang Perilaku Cyberbullying dan Motif Remaja dalam Melakukannya di Jejaring Sosial Instagram) Disusun

7

Media sosial merupakan sebuah media online dimana para penggunanya

dapat dengan mudah berpartisipasi, berbagi informasi; menciptakan content/isi

yang ingin disampaikan kepada orang lain; serta memberi komentar terhadap

masukan yang diterimanya dan seterusnya.14

Sesuai dengan namanya, media sosial berfungsi untuk mendukung

interaksi sosial penggunanya. Dalam konteks ini, media sosial bisa digunakan

untuk mempertahankan/mengembangkan relasi atau interaksi sosial yang sudah

ada dan bisa digunakan untuk mendapatkan teman-teman baru.

Media sosial memiliki karakteristik interaksi yang berbeda dengan

interaksi media lain, yaitu:15

1. Karakteristik ruang dan waktu. Dalam media sosial, interaksi yang

dihadirkan merupakan interaksi termediasi dan termediasi semu. Interaksi

ini memiliki pembedaan konteks dan bisa dilakukan pada ruang waktu yang

lebih luas.

2. Ragam isyarat simbolis. Pada media konvensional, isyarat simbolis yang

dipertukarkan dalam interaksi tatap muka banyak yang tidak tertangkap.

Namun dengan kemunculan media sosial, simbol-simbol verbal yang

terkadang sulit dimengerti bisa tergantikan.

3. Sasaran komunikasi. Media sosial memberikan kemudahan bagi

penggunanya untuk mengontrol sasaran komunikasinya melalui settingan

privacy. Pengguna dapat memilih siapa saja yang bisa melihat informasi

tertentu dalam profilnya, siapa saja yang bisa mengomentari statusnya,

bahkan siapa saja yang boleh melihat unggahannya.

4. Dialogis/monologis. Media sosial didesain untuk memudahkan interaksi

sosial bersifat interaktif yang mampu melakukan pola penyebaran informasi

baik berupa monologis (dari satu ke banyak audiens) maupun dialogis (dari

banyak audiens ke banyak audiens).

14 Prahastiwi Utari, “Media Sosial, New Media dan Gender Dalam Pusaran Teori Komunikasi,” dalam Fajar Junaedi (ed.), Komunikasi 2.0 Teoritisasi dan Implikasi. (Yogyakarta: Aspikom, 2011), hal. 49.

15 Ezmieralda Melissa dan Anis Hamidati, “Teknologi Media Baru dan Interaksi Sosial Antar Manusia,” dalam Fajar Junaedi (ed.), Komunikasi 2.0 Teoritisasi dan Implikasi. (Yogyakarta: Aspikom, 2011) hal. 146 – 512.

Page 9: ananda putri... · Web viewDAN MOTIF REMAJA DALAM MELAKUKANNYA (Studi Deskriptif tentang Perilaku Cyberbullying dan Motif Remaja dalam Melakukannya di Jejaring Sosial Instagram) Disusun

8

C. Jejaring Sosial

Edwi Arief Sosiawan dalam jurnalnya mengutarakan arti situs jejaring

sosial sebagai sebuah web berbasis pelayanan yang memungkinkan penggunanya

untuk dapat membuat profil, melihat list pengguna lain, serta mengundang

maupun menerima teman untuk bergabung di dalam situs tersebut.16

Secara garis besar, media sosial dan jejaring sosial sebenarnya mengacu

pada sistem yang sama yaitu media untuk terkoneksi dengan banyak orang tanpa

terhalang waktu dan tempat/ jarak dan berfungsi untuk berkomunikasi, berbagi

sesuatu dan mengungkapkan pendapat secara online. Namun sebenarnya,

keduanya memiliki arti yang berbeda. Yang menjadi pembeda terletak pada

medianya. Media sosial adalah suatu media interaksi online yang meliputi blog,

forum, aplikasi chating, hingga jejaring sosial. Sedangkan jejaring sosial lebih

mengacu pada situs atau website yang digunakan sebagai tempat berkumpulnya

banyak orang tanpa pembatasan dan memiliki jalur ikatan seperti keluarga, teman,

rekan bisnis dan lain sebagainya.17 Secara lebih sederhana, jejaring sosial

dimaksudkan untuk membangun hubungan dan berkomunikasi dengan pengguna

lain, sedangkan media sosial merupakan wadah untuk menampung sebuah konten

(foto, video, podcast, slideshow, dan lain sebagainya).18

D. Instagram

Instagram adalah sebuah aplikasi berbagi foto yang memungkinkan

penggunanya untuk mengambil foto, memberikan filter digital, serta membagi

foto tersebut ke berbagai layanan media sosial, termasuk Instagram itu sendiri.19

16 Edwi Arief Sosiawan, “Penggunaan Situs Jejaring Sosial sebagai Media Interaksi dan Komunikasi di Kalangan Mahasiswa,” Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 9, No. 1, (Januari – April, 2011), hal. 60–75.

17 Dwi Andi Susanto, “Perbedaan Sosial Media dan Jejaring Sosial,” www.merdeka.com/teknologi/perbedaan-sosial-media-dan-jejaring-sosial.html (akses 2 Maret 2017).

18 Yuriantin, “Apa Bedanya Media Sosial Dengan Jejaring Sosial?,” http://aura.tabloidbintang.com/articles/tekno/40520-apa-bedanya-media-sosial-dengan-jejaring-sosial (akses 30 Mei 2017)

19 Eryta Ayu Putri S., Op. Cit.

Page 10: ananda putri... · Web viewDAN MOTIF REMAJA DALAM MELAKUKANNYA (Studi Deskriptif tentang Perilaku Cyberbullying dan Motif Remaja dalam Melakukannya di Jejaring Sosial Instagram) Disusun

9

Selain itu, Instagram juga memungkinkan penggunanya untuk berbagi video

pendek.

Instagram merupakan contoh dari media sosial dan juga jejaring sosial.

Dikatakan media sosial karena pengguna Instagram dapat membagikan konten

berupa foto dan video, dan dikatakan jejaring sosial karena pengguna dapat saling

berinteraksi dengan cara berbagi komentar, saling mengirim pesan, dan lain

sebagainya.

Pada Instagram, pengguna mengunggah foto yang ingin ia tampilkan di

akunnya, kemudian siapapun dapat melihat foto tersebut, memberi tanda ‘love’

apabila menyukai foto tersebut, ataupun meninggalkan komentar di foto pengguna

lain tanpa perlu meminta ijin dari pengguna yang bersangkutan.

E. Cyberbullying

Cyberbullying terdiri atas kata cyber dan bullying. Bullying sendiri atau

yang dalam bahasa indonesia disebut penindasan, merupakan perilaku agresif dan

negatif yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang secara berulang

kali dengan tujuan untuk menyakiti korban baik secara fisik maupun psikis.20

Dengan semakin majunya teknologi informasi dan komunikasi, perilaku bullying

sekarang juga terjadi di dunia internet atau cyber, yaitu dengan menggunakan

sarana komunikasi Teknologi Informasi.21

Burgess-Proctor, Hinduja, dan Patchin dalam Rastati, mendefinisikan

cyberbullying sebagai perbuatan merugikan yang dilakukan secara sengaja dan

berulang-ulang melalui komputer, telepon genggam, dan pe-rangkat elektronik

lainnya yang mana dilakukan dengan cara mengirimkan pesan berupa ancaman

atau yang mempermalukan seseorang melalui pesan teks, surel atau email,

menulis komentar menghina seseorang di website atau media sosial, mengancam

atau mengintimidasi seseorang melalui berbagai bentuk daring atau dalam

jaringan, serta menyebarkan rumor tentang seseorang, mengintai, atau

mengancam orang lain melalui komunikasi elektronik. 22

20 Sukma Ari Ragil Putri, Loc. Cit.21 Flourensia Sapty Rahayu, Loc. Cit.22 Ranny Rastati, “Bentuk Perundungan Siber di Media Sosial dan Pencegahannya Bagi

Korban dan Pelaku (Forms Of Cyberbullying in Social Media and Its Prevention For Victims and Perpetrators),” Jurnal Sosioteknologi, Vol. 15, No. 2, (Agustus 2016), hal. 169-186.

Page 11: ananda putri... · Web viewDAN MOTIF REMAJA DALAM MELAKUKANNYA (Studi Deskriptif tentang Perilaku Cyberbullying dan Motif Remaja dalam Melakukannya di Jejaring Sosial Instagram) Disusun

10

Tindakan cyberbullying lebih mudah dilakukan dibandingkan kekerasan

secara fisik (traditional bullying). Hal ini dikarenakan identitas pelaku bisa saja

tidak diketahui oleh korban. Pelaku tidak perlu bertatap muka bahkan bisa saja

pelaku sebenarnya tidak mengenal korban. Siapa saja yang memiliki akses

internet bisa menjadi pelaku ataupun korban dari cyberbullying.

Dalam penelitiannya, Price dan Dalgleish (2010) seperti yang dituliskan

oleh Agrippina, menjelaskan bentuk cyberbullying yang banyak terjadi, yaitu: (1)

Called name (pemberian nama negatif); (2) abusive comments (komentar kasar);

(3) rumour spread (menyebarkan rumor atau desas desus); (4) threatened physical

harm (mengancam keselamatan fisik); (5) ignored atau exclude (pengabaian atau

pengucilan); (6) opinion slammed (pendapat yang merendahkan); (7) online

impersonation (peniruan secara online); (8) sent upsetting image (mengirim

gambar yang mengganggu); dan (9) Image of victim spread (penyebaran foto

korban).23

F. Motif

Motif berasal dari bahasa latin yaitu movore yang artinya bergerak. Secara

lebih jelas, motif diartikan sebagai suatu penggerak, alasan, atau dorongan dalam

diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu.24

Motif timbul karena adanya kebutuhan/need. Kebutuhan (need) dapat

dipandang sebagai kekurangan adanya sesuatu, dan ini menuntut segera

pemenuhannya, untuk segera mendapatkan keseimbangan. Situasi kekurangan ini

berfungsi sebagai suatu kekuatan atau dorongan alasan, yang menyebabkan

seseorang bertindak untuk memenuhi kebutuhan.

Apabila merujuk pada faktor personal yang mempengaruhi perilaku

manusia. Ada dua motif yang menjadi pembahasan. Motif tersebut adalah motif

biologis (motif manusia sebagai makhluk biologis) dan motif sosiogenis (motif

manusia sebagai makhluk sosial). 25 Motif sosiogenis berasal dari lingkungan 23 Yunika Ayu Agrippina, “Hubungan Kematangan Emosi dan Kecenderungan Perilaku

Cyberbullying pada Dewasa Awal,” (Skripsi Sarjana, Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 2016), hal. 4.

24 Rahayu Ginintasasi, “Motif Sosial,” http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/195009011981032-RAHAYU_GININTASASI/MOTIF_SOSIAL.pdf (akses 23 Maret 2016)

25 Jalaluddin Rakhmat, Op., Cit., hal. 36-39.

Page 12: ananda putri... · Web viewDAN MOTIF REMAJA DALAM MELAKUKANNYA (Studi Deskriptif tentang Perilaku Cyberbullying dan Motif Remaja dalam Melakukannya di Jejaring Sosial Instagram) Disusun

11

kebudayaan tempat orang tersebut berada dan berkembang. Motif sosiogenis

dapat timbul sebagai akibat dari interaksi dengan orang lain maupun hasil dari

kebudayaan, dapat juga dikatakan bahwa motif ini bergantung pada lingkungan.

Secara singkat, motif sosiogenis dapat dijelaskan sebagai berikut:

Motif ingin tahu: mengerti, menata, dan menduga (predictability). Setiap

orang berusaha memahami dan memperoleh arti dari dunianya.

Motif kompetensi: setiap orang ingin membuktikan bahwa ia mampu

mengatasi persoalan kehidupan apapun.

Motif cinta: sanggup mencintai dan dicintai adalah hal esensial bagi

pertumbuhan kepribadian.

Motif harga diri dan kebutuhan untuk mencari identitas: erat kaitannya

dengan kebutuhan untuk memperlihatkan kemampuan dan memperoleh

kasih sayang, yang mana merupakan kebutuhan untuk menunjukkan

eksistensi di dunia.

Kebutuhan akan nilai, kedambaan dan makna kehidupan. Termasuk ke

dalam motif ini ialah motif keagamaan.

Kebutuhan pemenuhan diri. Kebutuhan akan pemenuhan diri dilakukan

dalam berbagai bentuk: Mengembangkan dan menggunakan potensi kita

dengan cara yang kreatif konstruktif, misalnya dengan seni, musik, sains,

atau hal-hal yang mendorong ungkapan diri yang kreatif.

G. Remaja

Istilah remaja atau dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari

bahasa Latin adolescere yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh untuk mencapai

kematangan”.26 Secara lebih luas, kematangan disini mencakup kematangan

mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa remaja dapat dikatakan sebagai masa

penghubung atau masa peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa.27

Konopka (Pikunas, 1976) dalam Yusuf menuturkan rentang usia masa

remaja berada antara usia 12-22 tahun dan membaginya kedalam tiga bagian,

26 Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik,(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), hal. 9.

27 Kartini Kartono, Op. Cit.

Page 13: ananda putri... · Web viewDAN MOTIF REMAJA DALAM MELAKUKANNYA (Studi Deskriptif tentang Perilaku Cyberbullying dan Motif Remaja dalam Melakukannya di Jejaring Sosial Instagram) Disusun

12

yaitu: (a) remaja awal: 12-15 tahun; (b) remaja madya: 15-18 tahun; dan (c)

remaja akhir:19-22 tahun.28

Pada masa remaja, terjadi beberapa perkembangan dari masa kanak-kanak

menuju masa dewasa. Perkembangan tersebut berupa perkembangan fisik,

perkembangan kognitif (Intelektual), perkembangan emosi, perkembangan sosial,

perkembangan moral, perkembangan kepribadian, serta perkembangan kesadaran

beragama.29

Metodologi

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk deskriptif

kualitatif. Dengan metode penarikan subyek penelitian berupa purposive sampling

disertakan dengan snowball sampling. Subyek dalam penelitian ini adalah remaja

pengguna jejaring sosial Instagram yang merupakan pelaku tindakan

cyberbullying dilihat dari isi pesan yang dibagikan.

Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah

analisis isi (content analysis) dan wawancara mendalam. Pada proses analisis isi,

yang diteliti adalah komentar yang dibagikan di Instagram oleh subjek penelitian,

caption yang menyertai unggahan, serta foto dan video yang diunggah oleh

subjek. Kemudian peneliti melakukan wawancara mendalam, dimana peneliti

ingin mengetahui hal-hal dari responden terkait interaksi mereka di instagram

secara lebih mendalam serta untuk melakukan cross check atas temuan saat proses

analisis isi. Peneliti juga mencari tahu apa saja motif yang melatarbelakangi

informan dalam melakukan cyberbullying di jejaring sosial Instagram.

Sajian dan Analisis Data

A. Bentuk Interaksi Remaja di Instagram

28 Dr. H. Syamsu Yusuf LN., M.Pd., Op. Cit.29 Ibid., hal. 193-209.

Page 14: ananda putri... · Web viewDAN MOTIF REMAJA DALAM MELAKUKANNYA (Studi Deskriptif tentang Perilaku Cyberbullying dan Motif Remaja dalam Melakukannya di Jejaring Sosial Instagram) Disusun

13

Instagram merupakan sebuah aplikasi berbagi foto dan video dimana

penggunanya dapat mengambil foto, memberikan filter digital, serta membagi

foto tersebut ke berbagai layanan media sosial, termasuk Instagram itu sendiri.

Adanya Instagram memungkinkan penggunanya untuk dapat berbagi cerita

mengenai apa yang kita lakukan melalui foto sebagai mediumnya.

Melihat pada beberapa pendapat informan dalam penelitian ini, dapat

dijadikan dasar bagaimana remaja menggunakan Instagram. Yaitu sebagai tempat

untuk berbagi foto dan video yang berupa kegiatan sehari-hari dimana kegiatan

tersebut dapat memberikan kesan tertentu bagi mereka yang membagikannya.

Merujuk pada namanya, Instagram berasal dari pengertian dari

keseluruhan fungsinya. Kata insta berasal dari kata instan sedangkan kata gram

berasal dari kata telegram. Hal ini dimaksudkan bahwa Instagram dapat

menampilkan foto secara instan dan informasi yang ingin disampaikan dapat

diterima dengan cepat seperti telegram.

Berdasarkan apa yang disampaikan oleh informan, kemudahan dalam

penggunaan Instagram menjadikan jejaring sosial ini sebagai salah satu new

media yang digemari oleh remaja. Selain itu, tujuan informan menggunakan

Instagram adalah karena ingin mengikuti tren yang ada, agar sama seperti orang

lain disekitar mereka, serta untuk menambah pertemanan. Dengan demikian,

dapat dikatakan bahwa remaja menggunakan Instagram sebagai wadah

menunjukkan eksistensi diri mereka agar diakui oleh lingkungan sekitarnya.

Dikatakan demikian karena informan disini menggunakan Instagram untuk

mengikuti lingkungannya agar dapat menjadi bagian dari mayoritas.

Bentuk pengakuan diri di Instagram juga dapat dilihat dari seberapa

banyak like pada unggahan dan seberapa banyak pengikut (followers) yang

dimiliki. Jumlah like dan followers menjadi sesuatu yang penting apabila kita

membicarakan eksistensi diri di Instagram.

Lima dari delapan informan pada penelitian mengakui bahwa jumlah like

dan followers merupakan hal yang penting. Bagi mereka, dengan banyak yang

mengikuti dan menyukai unggahan mereka, maka mereka merasa bahwa mereka

diakui oleh lingkungan mereka. Mereka merasa diapresiasi dan mereka diakui.

Page 15: ananda putri... · Web viewDAN MOTIF REMAJA DALAM MELAKUKANNYA (Studi Deskriptif tentang Perilaku Cyberbullying dan Motif Remaja dalam Melakukannya di Jejaring Sosial Instagram) Disusun

14

Selain itu, mereka juga mengatakan bahwa banyaknya followers dan like

menandakan bahwa mereka eksis/populer.

Dalam menggunakan Instagram, kesemua informan menyatakan bahwa

orang yang mereka follow (ikuti) adalah teman-teman mereka di dunia nyata,

namun ada beberapa juga yang mengikuti akun official, artis atau public figure,

online shop, serta orang-orang yang saling mengikuti karena meminta untuk

diikuti kembali. Tujuannya adalah mereka ingin mengetahui hal-hal yang

berkaitan dengan orang yang mereka ikuti.

Dalam berinteraksi di Instagram biasa dilakukan dengan saling

memberikan love pada unggahan, saling bertukar komentar, atau juga dapat

melalui direct message. Empat informan pada penelitian menyebutkan bahwa

interaksi yang biasa mereka lakukan adalah melemparkan candaan yang berisi

hinaan dan ejekan kepada komunikannya yang mana hal tersebut termasuk

kedalam perilaku cyberbullying.

Cyberbullying terdiri dari kata cyber dan bullying, yang berarti adalah

perilaku bullying di dunia cyber, dimana bullying memiliki arti penindasan, yaitu

perilaku agresif dan negatif dengan tujuan untuk menyakiti seseorang.

Apabila merujuk pada jawaban seluruh informan, dapat dikatakan bahwa

mereka cukup paham arti dari bullying maupun cyberbullying. Selain itu, mereka

juga cukup paham dampak dari perilaku cyberbullying. Cyberbullying dikatakan

berbahaya karena seperti yang kita ketahui bahwa internet dapat diakses oleh

siapapun, di manapun dan kapanpun. Selain itu, apapun yang tersimpan di internet

maka selamanya akan tersimpan.

Perilaku cyberbullying ini menjadi semakin berbahaya karena bukan hanya

dapat berpengaruh pada kehidupan kita di dunia nyata ataupun karena akan terus

tersimpan di internet, tapi juga karena identitas pelaku bisa tidak diketahui oleh

korban. Pelaku tidak perlu bertatap muka bahkan bisa saja pelaku sebenarnya

tidak mengenal korban. Siapa saja yang memiliki akses internet bisa menjadi

pelaku ataupun korban dari cyberbullying ini.

Page 16: ananda putri... · Web viewDAN MOTIF REMAJA DALAM MELAKUKANNYA (Studi Deskriptif tentang Perilaku Cyberbullying dan Motif Remaja dalam Melakukannya di Jejaring Sosial Instagram) Disusun

15

Namun menariknya, meskipun paham akan arti dan dampak dari

cyberbullying, perilaku ini tetap saja banyak dilakukan. Perilaku ini dianggap

sesuatu yang wajar dan seru.

B. Bentuk-bentuk Perilaku cyberbullying yang Dilakukan

Disa dalam Satalina menuliskan bahwa cyberbullying merupakan

penyalahgunaan dari teknologi dimana seseorang menulis teks ataupun

mengunggah gambar maupun video mengenai orang tertentu dengan tujuan untuk

mempermalukan, menyiksa, mengolok-olok, atau mengancam mereka.30

Pada Instagram, pengguna dapat mengunggah foto dan video yang ingin ia

tampilkan di akunnya. Siapapun dapat melihat foto dan video tersebut, memberi

tanda ‘love’ apabila menyukai foto tersebut, ataupun memberikan komentar di

bawah foto. Seluruh pengguna dapat dengan mudah mengakses bahkan

memberikan ‘love’ serta meninggalkan komentar di foto pengguna lain tanpa

perlu meminta ijin dari pengguna yang bersangkutan.

Selain itu, saat pengguna mengunggah foto dan video, Instagram

memberikan kolom keterangan gambar (caption) dimana pengguna dapat

menuliskan keterangan unggahan. Pengguna dapat menuliskan tulisan apapun

yang diinginkan tanpa adanya filter dari pihak Instagram. Dengan kebebasan

yang diberikan Instagram inilah, tak jarang kita menemukan tulisan yang

berisikan kata-kata kasar, ejekan, makian, ataupun kata-kata yang mengintimidasi,

serta unggahan-unggahan yang dapat merusak reputasi orang lain.

Dalam analisis isi yang peneliti lakukan, peneliti mendapati berbagai

contoh perilaku cyberbullying yang dilakukan oleh informan di jejaring sosial

Instagram. Perilaku cyberbullying ini kemudian peneliti kelompokkan

berdasarkan bentuk-bentuknya. Kemudian untuk lebih mempertegas hasil analisis

isi, peneliti melakukan wawancara dan mencari tau bentuk interaksi dan

mendapatkan penjelasan yang lebih terkait perilaku cyberbullying yang biasa

dilakukan informan, serta alasan mengapa informan melakukan hal tersebut.

30 Dina Satalina, “Kecenderungan Perilaku Cyberbullying Ditinjau Dari Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert,” Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, Vol. 02, No. 02 (Januari 2014), hal. 294-310.

Page 17: ananda putri... · Web viewDAN MOTIF REMAJA DALAM MELAKUKANNYA (Studi Deskriptif tentang Perilaku Cyberbullying dan Motif Remaja dalam Melakukannya di Jejaring Sosial Instagram) Disusun

16

Dalam penelitian, peneliti menemukan bentuk cyberbullying dalam kolom

komentar berupa called name (pemberian nama negatif). Pemberian nama negatif

(called name) yang dilakukan oleh informan terdiri dari pemberian nama hewan

yang dilakukan oleh dua informan, pemberian nama asu/ anjing yang dilakukan

oleh lima informan, pemberian nama babi yang dilakukan oleh seorang informan,

pemberian nama bajing dan bajingan yang dilakukan oleh seorang informan,

pemberian nama bangsat yang dilakukan oleh seorang informan, serta pemberian

nama jablay yang dilakukan oleh seorang informan.

Selain memberi nama negatif kepada korban, salah seorang informan juga

sering kali meninggalkan komentar berupa kata-kata kasar (abusive comments).

Kemudian ada juga temuan komentar yang mengancam keselamatan fisik

(threatened physical harm) yang dilakukan oleh seorang informan, pengucilan

(exclude) seorang informan kepada korban, serta ditemukannya banyak komentar

berupa pendapat yang merendahkan (opinion slammed).

Komentar yang berisi pendapat merendahkan ini antara lain merendahkan

kemampuan/ kecerdasan seseorang yang mana dilakukan oleh empat informan;

merendahkan bentuk fisik berupa wajah yang dilakukan oleh tiga informan,

merendahkan bentuk fisik berupa rambut yang dilakukan oleh seorang informan,

merendahkan bentuk fisik berupa tubuh yang dilakukan oleh tiga informan, dan

merendahkan bentuk fisik berupa penampilan yang dilakukan oleh tiga informan;

merendahkan status sosial seseorang yang dilakukan oleh seorang informan, serta

merendahkan jenis kelamin tertentu yang dilakukan oleh seorang informan.

Selain kolom kometar, peneliti juga menemukan contoh perilaku

cyberbullying lainnya yaitu caption yang berisi sindiran. Fungsi caption

sebenarnya adalah untuk memberikan judul atau keterangan pada unggahan.

Namun, tak sedikit caption yang justru tidak sesuai dengan apa yang ada di foto.

Kebebasan yang diberikan Instagram dalam menuliskan caption menjadikan

pengguna bisa menulis apa saja yang ia inginkan. Bahkan banyak juga yang

menjadikan kolom caption sebagai tempat untuk menyindir, atau menghina orang

lain.

Page 18: ananda putri... · Web viewDAN MOTIF REMAJA DALAM MELAKUKANNYA (Studi Deskriptif tentang Perilaku Cyberbullying dan Motif Remaja dalam Melakukannya di Jejaring Sosial Instagram) Disusun

17

Biasanya, caption sindiran tersebut merupakan caption no mention (tidak

menyinggung nama orang yang disindir) sehingga bisa berakibat lebih luas.

Misalnya saja apabila ada orang lain yang merasa disindir padahal sebenarnya dia

bukanlah orang yang dituju oleh orang yang menuliskan sindiran itu. Dalam

penelitian, didapati sedikitnya tiga informan yang diketahui pernah menuliskan

caption berupa kalimat sindiran kepada seseorang.

Kemudian ada pula perilaku cyberbullying berupa membuat akun palsu

yang unggahannya dapat merusak reputasi seseorang. Admin dari akun palsu

tersebut cukup banyak yang mana dua diantaranya adalah informan dalam

penelitian.

Dalam akun tersebut, kita dapat melihat berbagai video tingkah laku

korban yang aneh dan tidak biasa. Misalnya saja video saat korban menyanyi lagu

India dengan sangat ekspresif, atau video dimana ia dikerjai teman-temannya

seolah-olah ia terlihat seperti sedang kesurupan. Selain itu, ada juga foto dengan

caption yang menyebarkan gosip bahwa objek dalam foto adalah pacar korban.

Tak hanya itu, dalam akun tersebut masih banyak lagi unggahan-unggahan yang

sebenarnya tidak pantas untuk disebarkan.

C. Motif Remaja Dalam Melakukan Cyberbullying

Perilaku cyberbullying seolah menjadi sesuatu yang biasa ditemukan di

sosial media, khususnya Instagram. Namun, tentunya dengan melihat saja kita

belum bisa mengetahui alasan sebenarnya mengapa remaja melakukan

cyberbullying. Apakah perilaku tersebut hanya dilakukan sebagai bentuk candaan

saja, atau memang karena ketidaksukaan pelaku terhadap korban. Mengenai

alasan mengapa mereka melakukan cyberbullying disini akan peneliti kaitkan

dengan apa motif informan dalam melakukan cyberbullying.

Dari hasil wawancara, maka ditemukan beberapa alasan remaja dalam

melakukan cyberbullying di jejaring sosial Instagram, yaitu sebagai berikut:

1.) Keinginan informan untuk mencari kesenangan melalui perilaku

cyberbullyingdi Instagram;

2.) Terbawa dengan suasana interaksi tatap muka;

3.) Keinginan untuk dapat diakui oleh lingkungan sekitar;

Page 19: ananda putri... · Web viewDAN MOTIF REMAJA DALAM MELAKUKANNYA (Studi Deskriptif tentang Perilaku Cyberbullying dan Motif Remaja dalam Melakukannya di Jejaring Sosial Instagram) Disusun

18

4.) Keinginan untuk menunjukkan dirinya bahwa ia lebih baik dari orang

lain/korban;

5.) Keinginan informan untuk menunjukkan perasaan kesalnya;

6.) Ingin mempermalukan korban;

7.) Cyberbullying dijadikan sebagai bahan obrolan dengan korban;

8.) Keinginan untuk membalas orang yang membully dirinya;

9.) Keinginan informan untuk menunjukkan ketidaksukaannya kepada

orang lain/korban;

10.) Keinginan informan agar korban menyadari kesalahan atas sikapnya;

11.) Keinginan untuk menjatuhkan harga diri korban;

12.) Keinginan untuk menyatakan apa yang informan rasakan tentang si

korban;

Melihat pada motif remaja dalam melakukan cyberbullying di jejaring

sosial Instagram diatas, dapat dikatakan bahwa motif-motif tersebut muncul

sebagai akibat dari hasil interaksi dengan orang lain atau hasil kebudayaan,

dengan kata lain motif ini bergantung pada lingkungan (Motif Sosiogenis menurut

Jalaluddin Rakhmat, 2011: 37). Motif informan dalam melakukan cyberbullying

di jejaring sosial Instagram sejalan dengan motif sosiogenis. Hal ini dijelaskan

seperti berikut:

Motif kompetensi, yaitu terlihat dari keinginan informan untuk

menunjukkan dirinya bahwa ia lebih baik dari orang lain/ korban; keinginan untuk

mempermalukan korban; dan keinginan untuk membalas orang yang membully

dirinya. Pada motif ini remaja mencoba memenuhi kebutuhan akan kemampuan

dirinya. Remaja ingin memperlihatkan kepada lingkungannya bahwa mereka

adalah individu yang tangguh/hebat dengan cara melakukan cyberbullying. Selain

itu, motif ini juga dapat dikatakan sebagai pertahanan diri dimana erat

hubungannya dengan kebutuhan akan rasa aman. Hal ini dapat kita lihat pada

remaja yang melakukan cyberbullying dengan motif untuk membalas orang yang

membully dirinya.

Motif cinta, dimana remaja tentunya ingin merasakan kasih sayang dan

cinta dari setiap orang. Kurangnya rasa kasih sayang dapat menimbulkan remaja

Page 20: ananda putri... · Web viewDAN MOTIF REMAJA DALAM MELAKUKANNYA (Studi Deskriptif tentang Perilaku Cyberbullying dan Motif Remaja dalam Melakukannya di Jejaring Sosial Instagram) Disusun

19

menjadi agresif, misalnya dengan melakukan cyberbullying karena perasaan

marah, kesal, atau benci yang dirasakan oleh remaja itu sendiri. Motif informan

dalam melakukan cyberbullying yang sejalan dengan motif cinta terdiri dari

keinginan informan untuk menunjukkan perasaan kesalnya; keinginan untuk

menjadikan cyberbullying sebagai bahan obrolan dengan korban; keinginan untuk

menunjukkan ketidak sukaan informan terhadap orang lain/korban; keinginan

informan agar korban menyadari kesalahan atas sikapnya; dan keinginan untuk

menyatakan perasaan informan tentang korban.

Motif harga diri dan kebutuhan untuk mencari identitas,ini erat

kaitannya dengan kebutuhan untuk memperlihatkan kemampuan dan memperoleh

kasih sayang, yang mana merupakan kebutuhan untuk menunjukkan eksistensi di

dunia. Motif ini terlihat dari adanya keinginan untuk diakui oleh lingkungan

sekitar; dan keinginan untuk menjatuhkan hargadiri korban. Disini remaja pelaku

cyberbullying ingin menunjukkan kemampuan dan mendapatkan pengakuan dari

lingkungan agar dapat meningkatkan hargadirinya dan menunjukka

neksistensinya. Adanya alasan melakukan cyberbullying karena terbawa oleh

interaksi tatap muka juga masuk ke dalam motif ini. Dikatakan demikian karena

dengan berkata kasar di Instagram– misalnya, remaja merasa bahwa ia sedang

menunjukkan identitas/ siapadirinya yang sesungguhnya

Kebutuhan pemenuhan diri, yaitu berkaitan dengan bagaimana kita

memuaskan diri kita sendiri, misalnya dengan bersenang-senang. Membentuk

hubungan yang hangat dan berarti dengan orang-orang lain disekitar kita.

Keinginan untuk mencari kesenangan melalui perilaku cyberbullying di Instagram

sejalan dengan motif jenisini. Remaja mencoba memenuhi kebutuhan dirinya

untuk dapat bersenang-senang, dan bergembira dengan cara saling ledek atau hina

di Instagram. Perilaku cyberbullying ini diharapkan oleh remaja untuk dapat

membentuk suatu hubungan yang hangat dengan korban atau dengan sesame

pelaku cyberbullying.

Page 21: ananda putri... · Web viewDAN MOTIF REMAJA DALAM MELAKUKANNYA (Studi Deskriptif tentang Perilaku Cyberbullying dan Motif Remaja dalam Melakukannya di Jejaring Sosial Instagram) Disusun

20

Kesimpulan

Berdasarkan analisa penulis terhadap perilaku cyberbullying yang

dilakukan remaja di Instagram dan motif remaja dalam melakukan cyberbullying

di Instagram, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Para remaja yang menjadi informan dalam penelitian ini menggunakan

instagram untuk berinteraksi dengan pengguna lainnya. Interaksi yang

dilakukan diakui mengandung cyberbullying. Beberapa informan

menjadikan instagram sebagai wadah untuk mengejek dan menghina

temannya yang mana mereka menganggap bahwa perilaku tersebut hanyalah

berupa candaan. Selain itu meskipun informan cukup paham arti dan

dampak dari cyberbullying, perilaku ini tetap saja banyak dilakukan karena

dianggap seru, lucu, dan juga dianggap sebagai bentuk candaan belaka.

2. Perilaku cyberbullying oleh remaja di jejaring sosial Instagram sering

ditemukan pada kolom komentar dimana remaja biasanya: (a) memanggil

nama korbannya dengan panggilan atau sebutan negatif, (b) menuliskan

komentar berupa kata-kata kasar atau umpatan, (c) mengancam korbannya

melalui pesan cyberbullying, (d) mengucilkan atau mengabaikan korbannya,

dan (e) memberikan opini-opini yang merendahkan korbannya. Selain

kolom komentar, perilaku ini juga bisa ditemukan dikolom judul/ keterangan

unggahan (caption). Pada caption, remaja kerap menuliskan kalimat sindiran

yang ditujukan untuk korbannya. Selain itu, membuat akun palsu yang berisi

unggahan (foto, video, dan informasi lainnya) yang dapat merusak reputasi

seseorang juga termasuk bentuk dari perilaku cyberbullying.

3. Pada penelitian yang dilakukan terkait motif remaja dalam melakukan

cyberbullying menyimpulkan bahwa remaja melakukan cyberbullying

karena: (a) motif ingin mencari kesenangan, (b) terbawa suasana interaksi

tatap muka, (c) ingin diakui oleh lingkungan, (d) ingin menunjukkan diri, (e)

ingin menunjukkan rasa kesal, (f) ingin membuat korban malu, (g) ingin

ngobrol/ berinteraksi, (h) ingin balas membully, (i) ingin menunjukkan

ketidak sukaannya, (j) ingin korban menyadari kesalahannya, (k) ingin

menjatuhkan harga diri korban, serta (l) ingin menyatakan perasaannya.

Page 22: ananda putri... · Web viewDAN MOTIF REMAJA DALAM MELAKUKANNYA (Studi Deskriptif tentang Perilaku Cyberbullying dan Motif Remaja dalam Melakukannya di Jejaring Sosial Instagram) Disusun

21

Motif ini sejalan dengan motif sosiogenis, yaitu motif kompetensi, motif

cinta, motif harga diri dan kebutuhan untuk mencari identitas, serta

kebutuhan pemenuhan diri.

Saran

Melalui penelitian pada remaja Kota Surakarta mengenai motif dalam

melakukan cyberbullying di jejaring sosial Instagram, terdapat saran sebagai

berikut:

1. Bagi para pengguna jejaring sosial khusunya yang berusia remaja,

kemudahan yang dimiliki jejaring sosial khususnya Instagram memang akan

memungkinkan penggunanya untuk memproduksi pesan yang mengandung

cyberbullying. Karenanya peneliti menyarankan para pengguna jejaring

sosial untuk lebih berhati-hati dalam memproduksi pesan, karena pesan

yang kita kira hanya berupa candaan bisa saja merupakan tindakan

cyberbullying dan menyakiti perasaan dari orang yang kita ajak bercanda.

Pengguna jejaring sosial juga harus lebih bijak dalam menggunakan jejaring

sosial, sehingga ketika pengguna merasa kesal, kecewa, marah, dan

sebagainya, pengguna tidak serta merta menyebarkan emosi, menuliskan

hate speach dan meluapkan amarahnya di jejaring sosial.

2. Bagi orang tua yang memiliki anak yang sudah beranjak remaja, penelitian

ini memperlihatkan motif remaja dalam melakukan cyberbullying di jejaring

sosial Instagram. Penting bagi orang tua untuk lebih memperhatikan

anaknya. Dengan perhatian dan kasih sayang yang didapat, diharapkan

remaja tidak terlibat dalam perilaku cyberbullying serta remaja mampu

menyalurkan ekspresi dan emosinya dengan positif, bukan dengan

cyberbullying.

3. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini disadari peneliti memiliki beberapa

kekurangan maupun keterbatasan pada penelitian. Untuk penelitian

selanjutnya diharapkan untuk dapat melakukan persiapan yang lebih matang,

terutama dalam mempersiapkan wawancara, agar selanjutnya dapat

dilakukan penyempurnaan dari sisi in-depth interview.

Page 23: ananda putri... · Web viewDAN MOTIF REMAJA DALAM MELAKUKANNYA (Studi Deskriptif tentang Perilaku Cyberbullying dan Motif Remaja dalam Melakukannya di Jejaring Sosial Instagram) Disusun

22

Daftar Pustaka

Agrippina, Yunika Ayu. “Hubungan Kematangan Emosi dan Kecenderungan Perilaku Cyberbullying pada Dewasa Awal.” Skripsi Sarjana, Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 2016.

Ali, Mohammad., Mohammad Asrori. Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004.

Alkhajar, Eka Nada Shofa. “Televisi, Hiperealitas Remaja dan Medialiteracy,” Anomi Media Massa, ed. Dr. Widodo Muktiyo, SE, M.Com. Cet. I; Surakarta: KATTA dan Program Pascasarjana Ilmu Komunikasi UNS, 2009.

Amanah, Siti. Komunikasi, Perubahan Sosial dan Dehumanisasi. Surakarta: Pustaka Rumpun Ilalang, 2005.

Anonim. “Stop School Bullying Wujudkan School Well-Being.” http://situsbk.blogspot.com/2012/04/stop-school-bulying-wujudkan-school.html. (akses 23 Februari 2016).

Arifin, Anwar. Ilmu Komunikasi: Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.

Bungin, S.Sos. M.Si., Prof. Dr. H.M. Burhan. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Cet.III. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006.

Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990.

Ginintasasi, Rahayu. “Motif Sosial,” http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/195009011981032-RAHAYU_GININTASASI/MOTIF_SOSIAL.pdf (akses 23 Maret 2016).

Kartono, Kartini. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung: CV Mandar Maju, 1995.

Kure, Emanuel. “Mayoritas Netizen di Indonesia Berusia 18-25 Tahun.” http://beritasatu.com/digital-life/261297-mayoritas-netizen-di-indonesia-berusia-1825-tahun.html (akses 22 September 2015).

Kurnia, Novi. “Perkembangan Teknologi Komunikasi dan Media Baru: Implikasi terhadap Teori Komunikasi,” MEDIATOR, Vol. 6, No. 2 (Desember, 2005), hal. 291-296.

Melissa, Ezmieralda., Anis Hamidati. “Teknologi Media Baru dan Interaksi Sosial Antar Manusia,” Komunikasi 2.0 Teoritisasi dan Implikasi, ed. Fajar Junaedi. Yogyakarta: Aspikom, 2011.

Putri, Sukma Ari Ragil. “Minoritisasi LGBT di Indonesia: Cyber Bullying pada Akun Instagram @denarachman.” JURNAL INTERAKSI, Vol. 4 No. 1 (Januari, 2015), hal. 73-81.

Rahayu, Flourensia Sapty. “Cyberbullying Sebagai Dampak Negatif Penggunaan Teknologi Informasi.” Journal of Systems, Vol. 8. Issue 1 (April, 2012), hal. 22-31.

Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011.

Rastati, Ranny. “Bentuk Perundungan Siber di Media Sosial dan Pencegahannya Bagi Korban dan Pelaku (Forms Of Cyberbullying in Social Media and Its

Page 24: ananda putri... · Web viewDAN MOTIF REMAJA DALAM MELAKUKANNYA (Studi Deskriptif tentang Perilaku Cyberbullying dan Motif Remaja dalam Melakukannya di Jejaring Sosial Instagram) Disusun

23

Prevention For Victims and Perpetrators).” Jurnal Sosioteknologi, Vol. 15. No. 2, (Agustus, 2016), hal. 169-186.

Satalina, Dina. “Kecenderungan Perilaku Cyberbullying Ditinjau Dari Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert.” Jurnal Ilmiah Psikologi Terpan. Vol. 02. No. 02, (Januari, 2014), hal. 294-310.

Soesanto, Eryta Ayu Putri. “Aplikasi Instagram Sebagai Media Komunikasi Pemasaran Online Shop (Studi Deskriptif Kualitatif Aplikasi Instagram Sebagai Media Komunikasi Pemasaran Online Shop).” Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, Surabaya, 2013.

Sosiawan, Edwi Arief. “Penggunaan Situs Jejaring Sosial sebagai Media Interaksi dan Komunikasi di Kalangan Mahasiswa,” Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 9, No. 1, (Januari – April, 2011), hal. 60–75.

Syaibani, Yunus Ahmad. “New Media: Teori dan Perkembangannya,” New Media: Teori dan Aplikasi, ed. Sri Hastjarjo Ph.D. Surakarta: Lindu Pustaka, 2011.

Terius, Ms. “Indonesia Masuk Daftar Negara dengan Kasus Bullying Tertinggi.” http://ciricara.com/2012/10/19/indonesia-masuk-daftar-negara-dengan-kasus-bullying-tertinggi/ (akses 23 Februari 2016).

Utari, Prahastiwi. “Media Sosial, New Media dan Gender Dalam Pusaran Teori Komunikasi,” Komunikasi 2.0 Teoritisasi dan Implikasi, ed. Fajar Junaedi. Yogyakarta: Aspikom, 2011.

Yusuf LN., M.Pd., Dr. H. Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.