analysis of mathematical creative thinking ability viewed from...

9
© 2017 Universitas Negeri Semarang p-ISSN 2252-6927 e-ISSN 2460-5840 Info Artikel Abstrak Abstract UJME 6 (3) (2017) http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Treffinger dengan pendekatan openended dapat mencapai ketuntasan belajar dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas VII serta untuk mengetahui bagaimana deskripsi kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ditinjau dari gaya belajar. Gaya belajar yang dimaksud adalah gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Metode penelitian yang digunakan adalah mixed methods. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN 3 Ungaran dan pengambilan sampel dilakukan dengan random sampling. Sampelnya adalah kelas VII-F dan subjek penelitian dipilih dengan teknik purposive, diperoleh 6 subjek yang terbagi menjadi 2 subjek pada setiap tipe gaya belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) siswa yang menggunakan model pembelajaran Treffinger dengan pendekatan openended telah mencapai ketuntasan belajar, (2) Model pembelajaran Treffinger dengan pendekatan openended dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis kelas VII dengan indeks gain sebesar 0,47 kriteria sedang (3) kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan gaya belajar visual mencapai level 4 (sangat kreatif), (4) kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan gaya belajar auditorial dan gaya belajar kinestetik mencapai level 3 (kreatif). Sejarah Artikel: Diterima: September 2017 Disetujui: Oktober 2017 Dipublikasikan November 2017 Alamat korespondensi: email: [email protected] Kata Kunci: The Ability of Creative Thinking, Learning Styles, Treffinger Learning Model, Open-Ended Approach This study purpose to determine whether the application of Treffinger learning model with openended approach can reach the completeness learning and increase the ability of mathematical creative thinking student of grade VII, and also to know how the description of creative thinking ability reviewed from student learning style. Learning style in this study reviewed from learning style of visual, auditorial, and kinestetic. The research method which be used is mixed methods. The population in this study were students of grade VII SMPN 3 Ungaran and sampling was done by random sampling. The sample is VIIF class and the research subjects were chosen by purposive technique, which obtained by 6 subjects divided into 2 subjects in each learning style. The result of this study shows that (1) students which use the Treffinger learning model with openended approach have achieved learning mastery, (2) Treffinger learning model with openended approach can improve the ability of mathematical thinking grade VII with index gain of 0.47 which include medium criteria (3) student’s creative thinking ability with visual learning style reached level 4 (very creative), (4) student's creative thinking ability with auditorial learning style and kinesthetic learning style reach level 3 (creative). Analysis of Mathematical Creative Thinking Ability Viewed from Students Learning Styles in Seventh Grader Through Treffinger Learning Model with Open-Ended Approach Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa Kelas VII Melalui Model Pembelajaran Treffinger dengan Pendekatan Open-Ended Z. Triwibowo , N. K. Dwidayati, Sugiman Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang, Indonesia Gedung D7 Lt 1. Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang 50229 To cite this article: Triwibowo, Z., Dwidayati, N.K. & Sugiman. (2017). Analysis of Mathematical Creative Thinking Ability Viewed from Students Learning Styles in Seventh Grader Through Treffinger Learning Model with Open-Ended Approach. Unnes Journal of Mathematics Education, 6(3), Page 391-399. doi: 10.15294/ujme.v6i3.17987

Upload: others

Post on 17-Jan-2020

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

© 2017 Universitas Negeri Semarangp-ISSN 2252-6927e-ISSN 2460-5840

Info Artikel Abstrak

Abstract

UJME 6 (3) (2017)

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan modelpembelajaran Treffinger dengan pendekatan open­ended dapat mencapaiketuntasan belajar dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatifmatematis siswa kelas VII serta untuk mengetahui bagaimana deskripsikemampuan berpikir kreatif matematis siswa ditinjau dari gaya belajar. Gayabelajar yang dimaksud adalah gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik.Metode penelitian yang digunakan adalah mixed methods. Populasi dalampenelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN 3 Ungaran dan pengambilan sampeldilakukan dengan random sampling. Sampelnya adalah kelas VII-F dan subjekpenelitian dipilih dengan teknik purposive, diperoleh 6 subjek yang terbagi menjadi2 subjek pada setiap tipe gaya belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1)siswa yang menggunakan model pembelajaran Treffinger dengan pendekatanopen­ended telah mencapai ketuntasan belajar, (2) Model pembelajaran Treffingerdengan pendekatan open­ended dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatifmatematis kelas VII dengan indeks gain sebesar 0,47 kriteria sedang (3)kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan gaya belajar visualmencapai level 4 (sangat kreatif), (4) kemampuan berpikir kreatif matematis siswadengan gaya belajar auditorial dan gaya belajar kinestetik mencapai level 3(kreatif).

Sejarah Artikel:Diterima: September 2017Disetujui: Oktober 2017Dipublikasikan November2017

Alamat korespondensi:email: [email protected]

Kata Kunci:The Ability of CreativeThinking, Learning Styles,Treffinger Learning Model,Open-Ended Approach

This study purpose to determine whether the application of Treffinger learning model withopen­ended approach can reach the completeness learning and increase the ability ofmathematical creative thinking student of grade VII, and also to know how the descriptionof creative thinking ability reviewed from student learning style. Learning style in this studyreviewed from learning style of visual, auditorial, and kinestetic. The research methodwhich be used is mixed methods. The population in this study were students of grade VIISMPN 3 Ungaran and sampling was done by random sampling. The sample is VII­F classand the research subjects were chosen by purposive technique, which obtained by 6 subjectsdivided into 2 subjects in each learning style. The result of this study shows that (1) studentswhich use the Treffinger learning model with open­ended approach have achieved learningmastery, (2) Treffinger learning model with open­ended approach can improve the ability ofmathematical thinking grade VII with index gain of 0.47 which include medium criteria(3) student’s creative thinking ability with visual learning style reached level 4 (verycreative), (4) student's creative thinking ability with auditorial learning style and kinestheticlearning style reach level 3 (creative).

Analysis of Mathematical Creative Thinking Ability Viewed from Students LearningStyles in Seventh Grader Through Treffinger Learning Model with Open-EndedApproach

Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Ditinjau dari Gaya Belajar SiswaKelas VII Melalui Model Pembelajaran Treffinger dengan Pendekatan Open-Ended

Z. Triwibowo , N. K. Dwidayati, Sugiman

Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Negeri Semarang, IndonesiaGedung D7 Lt 1. Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang 50229

To cite this article:Triwibowo, Z., Dwidayati, N.K. & Sugiman. (2017). Analysis of Mathematical Creative Thinking Ability Viewed fromStudents Learning Styles in Seventh Grader Through Treffinger Learning Model with Open-Ended Approach. Unnes Journalof Mathematics Education, 6(3), Page 391-399. doi: 10.15294/ujme.v6i3.17987

392

Z. Triwibowo et al., Analysis of Mathematical Creative Thinking Ability ...

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan hal yangpenting bagi kemajuan suatu negara, karenamerupakan salah satu faktor yang mendukungperubahan intelektual manusia. Dengan sistempendidikan yang baik akan dihasilkan sumberdaya manusia yang baik pula. Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, pendidikanadalah usaha sadar dan terencana untukmewujudkan suasana belajar dan prosespembelajaran agar peserta didik secara aktifmengembangkan potensi dirinya untukmemiliki kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,akhlak mulia, serta keterampilan yangdiperlukan dirinya, masyarakat bangsa dannegara.

Matematika merupakan salah satu matapelajaran yang diberikan di dalam berbagaitingkat sekolah, mulai dari tingkat dasar sampaitingkat atas. Dalam Permendikbud Nomor 21tahun 2016 pemberian mata pelajaran inibertujuan untuk membekali kompetensi siswauntuk menunjukkan sikap logis, kritis, analitis,kreatif, cermat dan teliti, bertanggung jawab,responsif, dan tidak mudah menyerah dalammemecahkan masalah, memiliki rasa ingintahu, semangat belajar yang kontinu, rasapercaya diri, dan ketertarikan pada matematika.Berdasarkan Permendikbud Nomor 20 tahun2016 tentang standar kompetensi lulusanpendidikan dasar dan menengahmengungkapkan bahwa salah satu standarkompetensi lulusan siswaSMP/MTs/SMPLB/Paket B dalam dimensiketerampilan adalah memiliki keterampilanberpikir dan bertindak kreatif.

Dengan mengembangkan kemampuanberpikir kreatif, siswa akan mampumenyelesaikan masalah matematika denganberbagai alternatif cara. Selain itu siswa dapatjuga mengaplikasikannya untuk menyelesaikanpermasalahan matematis yang rumit di dunianyata dengan berbagai alternatif cara. Silver(1997) menyatakan bahwa indikator berpikirkreatif terdiri dari indikator kefasihan (fluency),keluwesan (flexibility), dan kebaruan (novelty).Sejalan dengan hal itu, Nadem sebagaimanadikutip Lestari et al. (2014) menyatakan berpikirkreatif adalah cara baru untuk melihat hal-halyang ditandai dengan empat komponen, yaknifluency, flexibility, originality, dan elaboration.

Berdasarkan hasil observasi danwawancara dengan salah satu guru matematikaSMP Negeri 3 Ungaran pada tanggal 8 Februari

2017, menunjukkan bahwa kemampuan berpikirkreatif matematis siswa belum dikembangkansecara optimal. Siswa sudah diasah untukmengerjakan soal dengan beberapa cara yangberbeda, namun hanya sebatas itu saja dan tidakdilakukan secara rutin oleh guru. Soal yangbiasa diberikan guru masih berupa soal rutinyang menuntut jawaban tunggal.

Studi pendahuluan di SMP Negeri 3Ungaran yang dilaksanakan pada tanggal 29April 2017 bertujuan untuk mengetahuibagaimana kemampuan berpikir kreatifmatematis siswa. Indikator yang digunakanadalah indikator berpikir kreatif menurut Silver(1997) yaitu kefasihan, keluwesan dankebaruan. Kegiatan dalam studi ini adalahpemberian tes pendahuluan kepada siswa kelasVII-F. Secara keseluruhan indikator kefasihan,keluwesan, dan kebaruan yang dimiliki siswadalam menyelesaikan soal tes pendahuluanmasih tergolong rendah. Dari tes pendahuluanyang sudah dilakukan, diperoleh nilai rata-ratasebesar 62,29 untuk nilai terendah 36 dan nilaimaksimal 76.

Analisa awal, rendahnya pencapaianmatematika dipengaruhi oleh kesalahan dalambelajar siswa. Siswa masih terpola dengan gayabelajar yang mengandalkan hafalan dan aplikasirumus sehingga ketika dihadapkan dengan soal-soal non­routin akan mengalami kesulitan.DePorter & Hernacki (2007) menyatakan bahwasetiap orang mempunyai satu atau kombinasidari tiga tipe gaya belajar, yaitu gaya belajarvisual, auditorial dan kinestetik. Denganmengetahui gaya belajar setiap siswa, guru akanlebih mudah menentukan strategi, metode,pendekatan yang akan digunakan untukmembantu siswa belajar secara optimal. Salahsatu inovasi model pembelajaran yang dapatdigunakan adalah dengan menggunakan modelpembelajaran Treffinger. Pembelajaran denganmenggunakan pembelajaran kreatif modelTreffinger dinggap dapat meningkatkankemampuan berpikir kreatif siswa karenamelatih siswa untuk mengungkapkangagasannya secara kreatif yang pada akhirnyasiswa akan mampu menemukan cara yangpaling efektif untuk memecahkan sebuahmasalah.

Dalam penelitian yang dilakukan olehPomalato (2006) terbukti bahwa pembelajaranmodel Treffinger dalam pembelajaranmatematika memberikan kotribusi positifterhadap peningkatan kreativitas matematissiswa dalam pembelajaran matematika.

393

Unnes Journal of Mathematics Education Vol. 6 No. 3 November 2017

Pengembangan kemampuan berpikir kreatifdiperlukan juga pendekatan yang tepat dalampembelajaran. Salah satu pendekatan yangdapat digunakan untuk mengembangkankemampuan berpikir kreatif siswa adalahpendekatan open­ended. Menurut Nohdasebagaimana dikutip oleh Suherman et al.(2003), tujuan dari pendekatan open­endedadalah membantu mengembangkan kegiatankreatif dan pola pikir matematika siswa melaluipemecahan masalah secara simultan. Hasilpenelitian yang dilakukan yang dilakukanLambertus et al. (2013) tentang penerapanpendekatan open­ended untuk meningkatkankemampuan berpikir kreatif matematis siswaSMP menunjukkan bahwa kemampuan berpikirkreatif matematis siswa yang diajar denganmenggunakan pendekatan open­ended lebih baiksecara signifikan peningkatannya dari padakemampuan berpikir kreatif matematis siswayang di ajar dengan menggunakan pendekatankonvensional. Model Pembelajaran Treffingerdengan pendekatan open­ended merupakanpembelajaran yang dapat digunakan untukmeningkatkan kemampuan berpikir kreatifsiswa.

Berdasarkan uraian pendahuluan diatas, rumusan masalah dalam penelitian iniadalah (1) apakah kemampuan berpikir kreatifmatematis pada siswa kelas VII yang diajarmelalui model pembelajaran Treffinger denganpendekatan open­ended dapat mencapaiketuntasan belajar yang ditentukan. (2) apakahmodel pembelajaran Treffinger denganpendekatan open­ended dapat meningkatkankemampuan berpikir kreatif matematis siswakelas VII materi persegi panjang dan persegi,dan (3) bagaimana kemampuan berpikir kreatifmatematis siswa kelas VII ditinjau dari gayabelajar pada model pembelajaran Treffingerdengan pendekatan open­ended.

METODE

Metode yang digunakan dalampenelitian ini adalah mixed methods atau yanglebih akrab dikenal dengan metode kombinasidengan desain penelitian yang digunakanadalah desain concurrent triangulation. desainconcurrent triangulation adalah metode penelitianyang menggabungkan metode penelitiankualitatif dan kuantitatif dengan caramencampur kedua metode tersebut secaraseimbang (Sugiyono, 2013).

Populasi dalam penelitian ini adalahseluruh siswa kelas VII SMP Negeri 3 Ungaran

tahun pelajaran 2016/2017 meliputi kelas VII-A, VII-B, VII-C, VII-D, VII-E, VII-F, VII-G, VII-H, VII-I, dan VII-J. Pengambilan sampel dalampenenelitian ini ditentukan dengan teknikrandom sampling pada populasi yang telahdilakukan uji homogenitas. Untuk menentukanapakah populasi bersifat homogen, maka dalampopulasi dilakukan uji normalitas, kemudiansetelah itu dilakukan uji homogenitas. Padapenelitian ini nilai UAS mata pelajaranmatematika semester gasal kelas VII SMPNegeri 3 Ungaran tahun pelajaran 2016/2017digunakan sebagai data untuk menentukansampel. Dari analisis data yang telah dilakukan,populasi yang meliputi seluruh kelas VIIberdistribusi normal dan homogen, sehinggadiambil satu kelas yaitu kelas VII-F sebagaisampel penelitian yang diberi pembelajarandengan model pembelajaran Treffinger denganpendekatan open­ended.

Selanjutnya dipilih beberapa subjekpenelitian dari kelas VII-F. Moleong (2012)mendeskripsikan subjek penelitian sebagaiinforman, yang artinya orang pada latarpenelitian yang dimanfaatkan untukmemberikan informasi tentang situasi dankondisi latar penelitian. Dalam penelitian ini,subyek penelitiannya adalah siswa kelas VII diSMP Negeri 3 Ungaran tahun pelajaran2016/2017. Penentuan subjek dalam penelitianini menggunakan teknik purposive sampling,Menurut Sugiyono (2010), purposive samplingmerupakan teknik penentuan sampel sumberdata dengan pertimbangan tertentu.Keseluruhan siswa dalam kelas penelitiantersebut merupakan subjek tes kemampuanberpikir kreatif matematis dan subjek angketgaya belajar siswa. Dalam penelitian ini, subjekpenelitian yang menjadi sumber informasiadalah 6 siswa kelas VII-F SMP Negeri 3Ungaran, yaitu masing-masing 2 siswa darikelompok gaya belajar visual, gaya belajarauditorial, dan gaya belajar kinestetik agardiperoleh data deskripsi kemampuan berpikirkreatif matematis yang valid.

Teknik pengumpulan data yangdigunakan dalam penelitian ini, untukpengumpulan data kuantitatif denganmenggunakan pretest dan posttest kemampuanberpikir kreatif matematis siswa, pretest danposttest diberikan dalam bentuk soal uraian padamateri persegi panjang dan persegi. Sedangkanuntuk data kualitatif menggunakan observasipartisipatif, wawancara, dan dokumentasi.Observasi partisipatif digunakan untuk

394

Z. Triwibowo et al., Analysis of Mathematical Creative Thinking Ability ...

mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran,wawancara digunakan untuk mengumpulkandata mengenai kemampuan berpikir kreatifmatematis siswa ditinjau dari gaya belajar.Sedangkan dokumentasi digunakan untukmemperoleh data-data tertulis atau gambartentang daftar nama siswa, jumlah siswa, fotokegiatan siswa dan data lain yang akandigunakan untuk kepentingan penelitian.

Instrumen penelitian yang digunakandalam penelitian ini meliputi peneliti itu sendiri,lembar angket, instrumen tes, dan wawancara,serta perangkat pembelajaran yang terdiri dariRencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),Lembar Kerja Siswa (LKS), penggalan silabus.Peneliti dalam penelitian ini terjun ke lapangansendiri, baik pada grand tour question, tahapfocused and selection, melakukan pengumpulandata, analisis serta membuat kesimpulan.Lembar angket digunakan untuk memperolehdata gaya belajar siswa. Instrumen teskemampuan berpikir kreatif matematisberbentuk soal uraian digunakan untuk melihatkemampuan berpikir kreatif matematis, apakahsiswa yang diajar melalui model pembelajaranTreffinger dengan pendekatan open­endedmencapai standar ketuntasan yang telahditentukan atau tidak. Instrumen wawancarayang bersifat terstruktur digunakan untukmengetahui kemampuan berpikir kreatifmatematis siswa.

Analisis yang dilakukan meliputianalisis kuantitatif dan analisis kualitatif.Analisis kuantitatif yang digunakan adalah ujiketuntasan tes kemampuan berpikir kreatif yangmeliputi uji ketuntasan individual menggunakanuji-t dan uji ketuntasan klasikal menggunakanuji-z dan uji peningkatan menggunakan uji n­gain. Analisis data kualitatif menggunakanreduksi data, penyajian data, triangulasi dansimpulan.

Pada penelitian kualitatif, untukmenentukan keabsahan data diperlukan teknikpemeriksaan yang didasarkan atas sejumlahkriteria tertentu yaitu dengan melakukantriangulasi. Triangulasi dalam penelitian iniadalah membandingkan data hasil pekerjaan teskemampuan berpikir kreatif siswa dengan datahasil wawancara kemampuan berpikir kreatif(triangulasi metode), dan membandingkan sertamemeriksa data wawancara dari subjek yangberbeda dalam satu kategori gaya belajar yangsama (triangulasi sumber data).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan Pembahasan Kuantitatif

Pada penelitian kuantitatif, terlebihdahulu dilakukan uji normalitas dan ujihomogenitas untuk menentukan apakah analisisdatanya dapat menggunakan statistikparametrik atau tidak. Karena data berdistribusinormal dan homogen maka analisis data yangdigunakan adalah statistik parametrik yaitudengan melakukan uji hipotesis.

Uji hipotesis I adalah uji ketuntasanbelajar, dalam penelitian ini meliputi ketuntasanindividual dan ketuntasan klasikal. Ketuntasansecara individual digunakan untuk mengetahuirata-rata nilai posttest kemampuan berpikirkreatif matematis di kelas VII-F memenuhiketuntasan individual atau tidak. Uji ketuntasanbelajar secara individual menggunakan uji t satupihak yaitu uji pihak kanan. Berdasarkan hasilperhitungan diperoleh thitung= 5,1297 dan ttabel= 1,691. Karena thitung ≥ ttabel maka H0 ditolak,artinya siswa kelas VII-F yang mendapatpembelajaran melalui model pembelajaranTreffinger dengan pendekatan open­endedmenghasilkan rata-rata nilai posttest kemampuanberpikir kreatif matematis minimal 75 atau telahmencapai ketuntasan individual.

Untuk mengetahui pembelajaranmelalui model pembelajaran Treffinger denganpendekatan open­ended dapat mencapaiketuntasan belajar secara klasikal pada aspekkemampuan berpikir kreatif matematis, makadilakukan uji proporsi satu pihak yaitu pihakkanan. Dalam penelitian ini, belajar dikatakantuntas secara klasikal jika lebih dari 80% hasiltes berpikir kreatif matematis siswa mencapainilai 75. Pada kelas penelitian diperoleh Zhitung =1,691 ≥ Ztabel = 1,64 sehingga H0 ditolak. Jadidapat disimpulkan bahwa kelas VII-F telahdikatakan tuntas secara klasikal karenapersentase siswa yang memperoleh nilai tesberpikir kreatif matematis lebih dari 75 telahmencapai 80% atau lebih.

Uji hipotesis II adalah untukmengetahui peningkatan kemampuan berpikirkreatif matematis siswa, dilakukan melalui dualangkah, langkah yang pertama adalah denganmelakukan uji paired samples t­test untukmengetahui ada tidaknya perbedaan antara rata-rata nilai pretest dan nilai posttest serta apakahada peningkatan kemampuan berpikir kreatifmatematis dari nilai pretest dengan nilai posttest.Kemudian langkah yang kedua adalahmelakukan uji n­gain untuk mengetahui

395

Unnes Journal of Mathematics Education Vol. 6 No. 3 November 2017

besarnya peningkatan nilai pretest terhadap nilaiposttest. Uji paired samples t­test berbantuan SPSS16.0 yang dilakukan memberikan hasilsebagaimana dijelaskan pada Tabel 1 dan Tabel2.

Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwathitung = -9,883 dan ttabel yang dicarimenggunakan program Ms Excel diperoleh ttabel= 2,032. Dapat diketahui bahwa -thitung < -ttabelatau -9,883 < -2,032 jadi H0 ditolak. Dapatdisimpulkan bahwa terdapat perbedaan nilaipretest dengan nilai posttest. Dari nilai meandapat diketahui bahwa rata-rata nilai posttestlebih tinggi dari pada nilai pretest, dengan inimaka dapat disimpulkan bahwa dengandigunakannya model pembelajaran Treffingerdengan pendekatan open­ended dapatmeningkatkan kemampuan berpikir kreatifmatematis siswa pada materi persegi panjangdan persegi. Hipotesis II untuk mengatahuiseberapa besar peningkatan nilai pretestkemampuan berpikir kreatif matematis siswadengan nilai posttest kemampuan berpikir kreatifmatematis siswa maka dilakukan uji n­gain.Berdasarkan perhitungan menggunakan rumusrata-rata diperoleh nilai rata-rata nilai pretestsebesar 62,29 dan rata-rata nilai posttest sebesar80,06 dengan nilai maksimumnya adalah 100.Dan berdasarkan perhitungan menggunakanrumus uji n­gain yang dikemukanan oleh Hake(1998) diperoleh hasil sebesar 0,47. Hal inimenjelaskan bahwa peningkatan kemampuanberpikir kreatif matematis siswa adalah sebesar0,47 yang termasuk kedalam kategoripeningkatan sedang sedang.

Berdasarkan hasil uji hipotesis di atas,siswa tuntas secara individual maupun klasikaldan terdapat peningkatan kemampuan berpikirkreatif matematis siswa yang menunjukkanbahwa pembelajaran menggunakan modelpembelajaran Treffinger dengan pendekatan

open­ended pada kelas penelitian dalam upayamembiasakan siswa untuk berpikir kreatifsehingga dapat mengembangkan kemampuanberpikir kreatif matematis siswa. Hal ini sejalandengan penelitian Pomalato (2006) bahwa hasilpenelitiannya menunjukkan bahwa kelas yangdiajar dengan model pembelajaran Treffingermencapai ketuntasan klasikal. Penerapan modelpembelajaran Treffinger dalam pembelajaranmatematika memberikan kontribusi positifterhadap pengembangan atau peningkatankemampuan kreatif matematis dan kemampuanpemecahan masalah.

Keterlaksanaan pembelajaran denganmodel pembelajaran Treffinger denganpendekatan open­ended berjalan dengan sangatbaik. Hal ini ditunjukkan dengan hasilpengamatan oleh observer pada lembarpengamatan keterampilan guru saat mengajarpada 3 pertemuan dengan masing-masingpersentasenya adalah sebesar 76% padapertemuan pertama termasuk dalam kategorisangat baik, 84% pada pertemuan keduatermasuk dalam kategori sangat baik, dan 88%pada pertemuan ketiga termasuk dalam kategorisangat baik. Siswa juga terlihat semangat dalampembelajaran saat menyelesaikan permasalahandalam LKS untuk mengembangkankemampuan berpikir kreatif mereka. Gambaranaktivitas siswa kelas penelitian secara klasikalini sejalan dengan hasil pengamatan yang telahdilakukan pada tiap-tiap pertemuan yaitupersentase keaktifan siswa pada pembelajaranpertemuan pertama adalah sebesar 75%,persentase keaktifan siswa pada pembelajaranpertemuan kedua adalah sebesar 83,33%, danselanjutnya persentase keaktifan siswa padapembelajaran pertemuan ketiga adalah sebesar89,58%. Rata-rata peningkatan aktivitas siswadari pertemuan pertama sampai pertemuanketiga sebesar 7,29%. Berdasarkan persentase

Tabel 1. Hasil Uji

Tabel 2. Hasil Uji Paired Sampel T­Test

396

Z. Triwibowo et al., Analysis of Mathematical Creative Thinking Ability ...

aktivitas siswa pada model pembelajaranTreffinger dengan pendekatan open­endedtergolong aktif. Model pembelajaran Treffingerdengan pendekatan open­ended membuat siswalebih aktif dan lebih bisa mengembangkankemampuan berpikir kreatifnya. Guru tidaksekadar memberikan pengetahuan tetapi jugamemfasilitasi siswa untuk membangunpengetahuannya sendiri melalui LKS.

Hasil dan Pembahasan Kualitatif

Kemampuan Berpikir Kreatif MatematisSiswa dengan Gaya Belajar Visual

Pada penelitian ini, subjek wawancarauntuk kemampuan berpikir kreatif matematis

dengan gaya belajar visual adalah V-1 dan V-2.Indikator kefasihan subjek V-1 ditunjukkan padaGambar 1 untuk soal nomor 1 sedangkan V-2ditampilkan pada Gambar 2 untuk soal nomor2. Indikator keluwesan subjek V-1 ditunjukkanpada Gambar 3 untuk soal nomor 3 sedangkanV-2 ditampilkan pada Gambar 4 untuk soalnomor 5. Indikator kebaruan subjek V-1ditunjukkan pada Gambar 5 untuk soal nomor 4sedangkan V-2 ditampilkan pada Gambar 6untuk soal nomor 6.

Berdasarkan triangulasi data yangdilakukan didapatkan bahwa tingkatkemampuan berpikir kreatif siswa dengan gayabelajar visual berada pada Tingkat Berpikir

Gambar 4. Keluwesan Subjek V-2 untuk Soal 5

Gambar 6. Kebaruan Subjek V-2 untuk Soal 6

Gambar 5. Kebaruan Subjek V-1 untuk Soal 4

Gambar 3. Keluwesan Subjek V-1 untuk Soal 3

Gambar 2. Kefasihan Subjek V-2 untuk Soal 2

Gambar 1. Kefasihan Subjek V-1 untuk Soal 1

397

Unnes Journal of Mathematics Education Vol. 6 No. 3 November 2017

Kreatif Matematis Level 4 atau sangat kreatif.Siswa dengan gaya belajar visual mampumenyelesaikan masalah dengan fasih dan lancarserta dapat memberikan beragam jawaban yangbenar. Selain itu siswa dengan gaya belajarvisual mampu menyelesaikan masalah denganberbagai cara yang berbeda serta mampumeyelesaikan masalah dengan cara yang barudan dengan pemikiran sendiri. Hal ini sejalandengan penelitian oleh Sari (2014) yangmenyatakan bahwa untuk mengembangkankemampuan berpikir kreatif siswa bergayabelajar visual yaitu dengan membuatpembelajaran dengan menggunakan diagram-diagram atau gambar-gambar yang membuatsiswa lebih tertarik sehingga mampu menambahminat belajar siswa.

Kemampuan Berpikir Kreatif MatematisSiswa dengan Gaya Belajar Auditorial

Pada penelitian ini, subjek wawancarauntuk kemampuan berpikir kreatif matematisdengan gaya belajar auditorial adalah A-1 danA-2. Indikator kefasihan subjek A-1 ditunjukkanpada Gambar 7 untuk soal nomor 1 sedangkanA-2 ditampilkan pada Gambar 8 untuk soalnomor 2. Indikator keluwesan subjek A-1

ditunjukkan pada Gambar 9 untuk soal nomor 3sedangkan A-2 ditampilkan pada Gambar 10untuk soal nomor 5. Indikator kebaruan subjekA-1 ditunjukkan pada Gambar 11 untuk soalnomor 4 sedangkan A-2 ditampilkan padaGambar 12 untuk soal nomor 6.

Berdasarkan triangulasi data, A-1 danA-2 memenuhi indikator kefasihan dankeluwesan. Siswa dengan gaya belajar auditorialmampu menyelesaikan masalah dengan fasihdan dengan cara yang berbeda-beda. Hal inisejalan dengan penelitian oleh Sari (2014) yangmenyatakan bahwa siswa dengan gaya belajarauditorial akan lebih mengembangkankemampuan berpikir kreatifnya apabila materiyang disampaikan disertai dengan pengulangantertentu untuk lebih memberi pemahaman padasiswa tersebut. Berdasarkan pemaparanmengenai penguasaan indikator kemampuanberpikir kreatif, A-1 dan A-2 mampu memenuhiindikator kefasihan dan indikator keluwesan.Namun untuk indikator kebaruan belummemenuhi untuk subjek A-1 dan A-2. Dapatdikatakatan bahwa A-1 dan A-2 termasukdalam Tingkat Berpikir Kreatif Matematis Level3 atau kreatif.

Gambar 7. Kefasihan Subjek A-1 untuk Soal 1

Gambar 8. Kefasihan Subjek A-2 untuk Soal 2

Gambar 10. Keluwesan Subjek A-2 untuk Soal 5

Gambar 11. Kebaruan Subjek A-1 untuk Soal 4

Gambar 9. Keluwesan Subjek A-1 untuk Soal 3

Gambar 12. Kebaruan Subjek A-2 untuk Soal 6

398

Z. Triwibowo et al., Analysis of Mathematical Creative Thinking Ability ...

Kemampuan Berpikir Kreatif MatematisSiswa dengan Gaya Belajar Kinestetik

Pada penelitian ini, subjek wawancarauntuk kemampuan berpikir kreatif matematisdengan gaya belajar kinestetik adalah K-1 danK-2. Indikator kefasihan subjek K-1 ditunjukkanpada Gambar 13 untuk soal nomor 1 sedangkanK-2 ditampilkan pada Gambar 14 untuk soalnomor 2. Indikator keluwesan subjek K-1ditunjukkan pada Gambar 15 untuk soal nomor3 sedangkan K-2 ditampilkan pada Gambar 16untuk soal nomor 5. Indikator kebaruan subjekK-1 ditunjukkan pada Gambar 17 untuk soalnomor 4 sedangkan K-2 ditampilkan padaGambar 18 untuk soal nomor 6.

Berdasarkan triangulasi data yangdilakukan, K-1 mampu memenuhi indikatorkefasihan dan indikator keluwesan. Namununtuk indikator kebaruan, K-1 tidak memenuhiindikator tersebut. Dapat dikatakatan K-1termasuk dalam Tingkat Berpikir KreatifMatematis Level 3 atau kreatif. Begitu puladengan subjek K-2, subjek K-2 sudah mampumemenuhi indikator kefasihan dan indikatorkeluwesan. Namun untuk indikator kebaruan,

K-2 tidak memenuhi indikator tersebut. Dapatdikatakatan K-2 juga termasuk dalam TingkatBerpikir Kreatif Matematis Level 3 atau kreatif.Hal ini sejalan dengan penelian yang dilakukanoleh Sari (2014) menyatakan bahwa siswadengan gaya belajar kinestetik dapat lebihmengembangkan kemampuan berpikirkreatifnya apabila guru memberikan tugasberupa praktek langsung atau berupa proyekterapan.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian danpembahasan, maka diperoleh simpulan sebagaiberikut. (1) Kemampuan berpikir kreatifmatematis siswa melalui model pembelajaranTreffinger dengan pendekatan open­endedmencapai ketuntasan individual dan ketuntasanklasikal. (2) Model pembelajaran Treffingerdengan pendekatan open­ended dapatmeningkatkan kemampuan berpikir kreatifmatematis siswa kelas VII pada materi persegipanjang dan persegi dengan indeks gain sebesar0,47 kriteria sedang. (3) Kemampuan berpikirkreatif matematis siswa dengan gaya belajarvisual berada pada Tingkat Berpikir Kreatif

Gambar 13. Kefasihan Subjek K-1 untuk Soal 1Gambar 14. Kefasihan Subjek K-2 untuk Soal 2

Gambar 16. Keluwesan Subjek K-2 untuk Soal 5Gambar 15. Keluwesan Subjek K-1 untuk Soal 3

Gambar 17. Kebaruan Subjek K-1 untuk Soal 4 Gambar 18. Kebaruan Subjek K-2 untuk Soal 6

399

Unnes Journal of Mathematics Education Vol. 6 No. 3 November 2017

Matematis Level 4 yang berarti sangat kreatif.Hal ini ditunjukkan dengan kemampuan siswagaya belajar visual yang mampu memenuhi 3indikator kemampuan berpikir kreatif, yaitukefasihan (fluency), keluwesan (flexibility), dankebaruan (novelty). Siswa dengan gaya belajarvisual mampu menyelesaikan masalah denganfasih dan lancar serta dapat menyelesaikandengan cara yang berbeda-beda. Selain itu siswadengan gaya belajar visual mampumenyelesaikan masalah dengan cara yang barudan dengan pemikiran sendiri. (4) Kemampuanberpikir kreatif matematis siswa dengan gayabelajar auditorial berada pada TingkatKemampuan Berpikir Kreatif Matematis Level3 yang berarti kreatif. Hal ini ditunjukkandengan kemampuan siswa gaya belajarauditorial yang mampu memenuhi 2 indikatorkemampuan berpikir kreatif, yaitu kefasihan(fluency) dan keluwesan (flexibility). Siswadengan gaya belajar auditorial mampumenyelesaikan masalah dengan fasih dandengan cara yang berbeda-beda. (5)Kemampuan berpikir kreatif matematis siswadengan gaya belajar kinestetik berada padaTingkat Kemampuan Berpikir KreatifMatematis Level 3 yang berarti kreatif. Hal iniditunjukkan dengan kemampuan siswa gayabelajar kinestetik yang mampu memenuhi 2indikator kemampuan berpikir kreatif, yaitukefasihan (fluency) dan keluwesan (flexibility).Siswa dengan gaya belajar kinestetik mampumenyelesaikan masalah dengan fasih dandengan cara yang berbeda-beda.

DAFTAR PUSTAKA

DePorter, B., & Hernacki, M. (2007). QuantumLearning. Bandung: Kaifa.

Hake, R. R. (1998). Interactive-engagementversus traditional method: asixthousand student survey ofmechanics test data for introductoryphysics course. Am. J. Phys, 66(1), 64-74

Lambertus, L., Arapu, & Patih, T. (2013).Penerapan pendekatan open-endeduntuk meningkatkan kemampuankreatif matematik siswa SMP. JurnalPendidikan Matematika, 4(1), 73-82.

Lestari, D. I., Supriyono, Sugiharti, E. (2014).Kefektifan Pembelajaran MEBerbantuan Lembar Kegiatan PesertaDidik terhadap Kemampuan BerpikirKreatif. UNNES Journal of MathemticsEducation, 3(1).

Moleong, L.J. (2012). Metodologi Penelitian

Kualitatif. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.

Peraturan Menteri Pendidikan dan KebudayaanRepublik Indonesia Nomor 20 Tahun2016 Tentang Standar KompetensiLulusan Pendidikan Dasar danMenengah

Peraturan Menteri Pendidikan dan KebudayaanRepublik Indonesia Nomor 21 Tahun2016 Tentang Standar Isi PendidikanDasar dan Menengah

Pomalato, S. (2006). MengembangkanKreativitas Matematik Siswa dalamPembelajaran Matematika MelaluiPendekatan Model Treffinger. MimbarPendidikan, 1, 22-26.

Sari, A. K. (2014). Analisis Karakteristik GayaBelajar VAK (Visual, Auditorial,Kinestetik) Mahasiswa PendidikanInformatika Angkatan 2014. JurnalIlmiah Edutic, 1(1).

Silver, E. A. (1997). Fostering Creativitythrough Instruction Rich inMathematical Problem Solving andThinking in Problem Posing, 29(3),Electronic Edition. ISSN 1615-679X.

Suherman, E. Turmudi, Suryadi, D., Herman,T., Suhendra, Prabawanto, S.,Nurjanah, & Rohayati, A. (2003).Strategi Pembelajaran MatematikaKontemporer. Bandung: UniversitasPendidikan Indonesia

Sugiyono. (2010). Metode penelitian pendidikan(pendekatan kuantitatif, kualitatif, danR&D). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kombinasi.Bandung: Penerbit Alfabeta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20Tahun 2003 Tentang Sistem PendidikanNasional