analogi osilasi lc-pegas
TRANSCRIPT
-
7/26/2019 Analogi Osilasi LC-pegas
1/4
Jurnal Pengajaran Fisika Sekolah Menengah ISSN 1979-4959Vol. 1, No.4, November 2009
105
Analisis RangkaianLCMenggunakan Analogi
Gerakan Pegas-Massa
Neny Kurniasih, Nurhasan, dan Euis Sustini
Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Bandung
Jalan Ganeca 10 Bandung 40132
E-mail: [email protected]
Diterima Editor : 6 Oktober 2009
Diputuskan Publikasi : 30 Oktober 2009
Abstrak
Penggunaan analogi dapat membantu siswa untuk memvisualisasikan konsep yang abstrak, membangun keterkaitan
antara sesuatu yang baru dipelajari dengan sesuatu yang sudah dipahami, berinteraksi lebih baik terhadap suatu topik
yang baru, dan mengatasi adanya kesalahan dalam konsep. Model Pengajaran dengan Analogi (ADAGlynn) pada topikresonansi dalam rangkaian LC telah dilaporkan dalam tulisan ini. Pada umumnya, pemahaman siswa terhadap mekanika
lebih baik dibandingkan terhadap listrik. Dengan demikian, gerakan pegas-massa dapat dijadikan konsep analogi
sedangkan konsep rangkaian LC sebagai targetnya. Dari model tersebut dapat disimpulkan bahwa rangkaian LC memiliki
analogi dengan gerakan pegas-massa dalam hal mengaitkan antar besaran fisisnya, kecuali dalam dimensinya.
Kata Kunci: Pengajaran dengan Analogi (ADA-Glynn), rangkaian LC, gerakan pegas-massa.
Abstract
Use of analogy can help student to visualize abstract concepts, to relate their new information to their prior knowledge, to
result in better interaction with a topic, and to overcome existing misconceptions. The Teaching-with-Analogies (TWA-
Glynn) Model in LC resonance has been reported here. Generally, students have a better understanding in mechanics than
electricity. Therefore, a spring-mass motion can be considered as an analogy concept while an LC circuit as a target. From
this model, it is concluded that an LC circuit has analogies with a spring-mass motion in relating their physical variables,
except in their dimension.
Key words: Teaching-with-Analogies (TWA-Glynn),LC circuit, spring-mass motion.
1. PendahuluanAnalogi merupakan keserupaan cara memandang
dua konsep yang berbeda [1]. Konsep yang pertama
adalah konsep yang dikenal dengan baik sedangkan
konsep yang kedua adalah konsep yang baru atau tidak
begitu dikenal.
Sebagian ilmu fisika merupakan konsep yang
abstrak sehingga tidak mudah untuk dipahami, kecuali
jika dikaitkan dengan pengalaman sehari-hari. Pemakaian
analogi merupakan jembatan untuk mencapai tujuan diantaranya membantu siswa dalam memvisualisasikan
konsep yang abstrak, membangun keterkaitan antara
sesuatu yang sudah dipahami dengan sesuatu yang baru
dipelajari [2], berinteraksi lebih baik terhadap suatu topik
yang baru, dan mengetahui adanya kesalahan dalam
konsep. Dengan demikian, siswa akan lebih termotivasi
dan lebih percaya diri dalam menyelesaikan permasalahan
yang baru.
Para ilmuwan terdahulu, seperti Maxwell, Keppler,
dan Rutherford, sudah menggunakan analogi ketika
mencetuskan teori-teori barunya. Hingga kini, pemakaian
konsep analogi banyak dipopulerkan oleh peneliti barat di
bidang pengajaran sains. Di Indonesia, tidak banyak
jurnal pengajaran yang memuat konsep analogi.
Walaupun demikian, beberapa penulis telah mulai
mempromosikan kembali pemakaian konsep analogi
dalam pengajaran [3-8].
Resonansi merupakan salah satu peristiwa yang
erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sebagai
contoh, resonansi mekanik seperti mendorong ayunan danmemetik dawai gitar serta resonansi listrik seperti mencari
gelombang radio. Resonansi mekanik biasanya terkait
dengan tetapan pegas dan massa atau panjang dawai dan
percepatan gravitasi. Resonansi listrik terkait dengan
rangkaian induktor-kapasitor (LC). Ketika frekuensi yang
diberikan sesuai dengan frekuensi alamiah dari sistem
yang diberi gangguan, sistem akan memiliki amplitudo
yang besar. Pada makalah ini akan dibahas bagaimana
menganalisis rangkaian LCdengan menggunakan konsep
analogi gerakan pegas-massa.
-
7/26/2019 Analogi Osilasi LC-pegas
2/4
-
7/26/2019 Analogi Osilasi LC-pegas
3/4
JPFSM Vol. 1, No. 4, Ferbuari 2009 107
dengan dan E berturut-turut adalah permitivitas listrik(satuan coulomb
2/newton.meter
2, C
2/N.m
2) dan kuat
medan listrik (satuan newton/coulomb, N/C) di antara
pelat kapasitor sedangkan dan B berturut-turut adalah
permeabilitas magnetik (satuan tesla.meter/ampere,
T.m/A) dan kuat medan magnetik (satuan tesla, T) di
dalam induktor.Persamaan (1) hingga (3) menunjukkan bahwa
frekuensi osilasi LC sebanding dengan C-1/2 dan
berbanding terbalik dengan L1/2
, energi yang tersimpan
dalam kapasitor sebanding dengan C-1
dan Q2, energi
yang tersimpan dalam induktor sebanding dengan L dan
I2.
Selanjutnya akan dibahas konsep analisis gerakan
pegas-massa pada Gambar 2 sebagai konsep analog.
Kasus (a) menggambarkan sistem pegas-massa dalamkeadaan diam dan teregang maksimum sehingga energi
tersimpan seluruhnya dalam bentuk energi potensial
pegas. Selanjutnya, sistem dilepas hingga bergerak.
Akibatnya, energi potensial sistem berkurang secara
bertahap karena sebagian berubah menjadi energi kinetik.Akhirnya pada kasus (b), sistem akan memiliki energi
kinetik maksimum sedangkan energi potensialnya nol
karena sistem pegas-massa pada keadaan tidak teregang
(setimbang). Karena sifat inersia, sistem pegas-massa
akan bergerak terus hingga termampatkan maksimum
seperti pada kasus (c). Pada keadaan ini, seluruh energi
kinetik sistem berubah kembali menjadi energi potensial.Kasus (d) merupakan pengulangan kasus (b) tetapi dalam
arah gerakan yang berlawanan. Gerakan bolak-balik ini
akan terus berlanjut sehingga terjadi perubahan antara
energi potensial pegas dan energi kinetik sistem secara
bergantian.
Gambar 2 Osilasi sistem pegas-massa.
Peristiwanya disebut osilasi sistem pegas-massa yang
memiliki frekuensi (satuan hertz, Hz) resonansi [12]
m
kf
2
12 = (6)
dengan kdan mberturut-turut menyatakan tetapan pegas
(satuan newton/meter, N/m) dan massa benda (satuan
kilogram, kg).
Energi potensial pegas (satuan joule, J) dan energi
kinetik (satuan joule, J) sistem pegas-massa berturut-turut
diberikan oleh
2
EP
2xk= (7)
dan
2
EK
2vm= (8)
dengan x dan v berturut-turut adalah simpangan (satuan
meter, m) sistem dari keadaan setimbang dan kecepatan
(satuan meter/sekon, m/s) sistem.
Persamaan (6) hingga (8) membuktikan bahwa
frekuensi osilasi pegas-massa sebanding dengan k1/2
dan
berbanding terbalik dengan m1/2, energi potensial pegas
sistem sebanding dengan k dan x2, energi kinetik sistem
sebanding dengan mdan v2.
4. DiskusiPersamaan (1), (2), (3) dalam analisis rangkaian
LC dan Persamaan (6), (7), (8) dalam analisis gerakanpegas-massa memiliki keserupaan besaran-besaran yang
terlibat di dalamnya. Analogi besaran-besaran tersebut
dapat dilihat dalam Tabel 1.
Tabel 1Analogi besaran-besaran dalam rangkaianLC
dan gerakan pegas-massa.
RangkaianLC Gerakan pegas-massa
Induktansi,L Massa benda, m
Kapasitansi, C (Tetapan pegas)-1, k-1
Muatan pelat kapasitor, Q Simpangan,x
Arus,I Kecepatan, v
Walaupun dimensi besaran yang terkandung dalam ruas
kiri Persamaan (1), (2), (3) berturut-turut memiliki
dimensi yang sama dengan besaran dalam ruas kiri
Persamaan (6), (7), (8), dimensi besaran-besaran dalam
lajur kiri Tabel 1 tidak sama dengan dimensi besaran-
besaran dalam lajur kanan Tabel 1.
Secara keseluruhan, perbandingan keterkaitan
besaran-besaran dalam analisis rangkaianLCdan besaran-
besaran dalam analisis gerakan pegas-massa ditunjukkan
oleh Tabel 2, Tabel 3, dan Tabel 4.
Tabel 2 Analogi frekuensi osilasi dalam rangkaianLC
dan gerakan pegas-massa.
Frekuensi osilasi LC Frekuensi osilasi pegas
Sebanding dengan akar
(kapasitansi)-1
Sebanding dengan akar
tetapan pegas
Berbanding terbalik dengan
akar induktansi
Berbanding terbalik
dengan akar massa
Memiliki tetapan
kesebandingan (2)-1
Memiliki tetapan
kesebandingan (2)-1
(a) (c)
(b) (d)
-
7/26/2019 Analogi Osilasi LC-pegas
4/4
JPFSM Vol. 1, No. 4, Ferbuari 2009 108
Tabel 3Analogi energi dalam kapasitor dengan energi
potensial pegas.
Energi dalam kapasitor Energi potensial pegas
Sebanding dengan
(kapasitansi)-1
Sebanding dengan tetapan
pegas
Sebanding dengan kuadratmuatan
Sebanding dengan kuadratsimpangan
Memiliki tetapan
kesebandingan 1/2
Memiliki tetapan
kesebandingan 1/2
Tabel 4Analogi energi dalam induktor dengan energi
kinetik benda.
Energi dalam induktor Energi kinetik benda
Sebanding dengan
induktansi
Sebanding dengan massa
Sebanding dengan kuadrat
arus
Sebanding dengan kuadrat
kecepatan
Memiliki tetapankesebandingan 1/2
Memiliki tetapankesebandingan 1/2
Pada Tabel 2 hingga Tabel 4 tampak sangat jelas
keserupaan besaran yang terkandung dalam frekuensi
osilasi dan energi, baik untuk rangkaian LC maupun
gerakan pegas-massa.
5. KesimpulanDengan melihat atribut-atribut yang dibandingkan
pada Tabel 1, Tabel 2, Tabel 3, dan Tabel 4 dapat
disimpulkan bahwa konsep rangkaian LC memiliki
analogi dengan konsep gerakan pegas-massa. Perlu
diperhatikan bahwa terdapat pula perbedaan dimensi dari
besaran-besaran dalam rangkaian LC dengan dimensi
besaran-besaran dalam gerakan pegas-massa walaupun
dimensi frekuensi osilasi dan energi pada keduanya sama.
Ucapan Terima KasihPara penulis mengucapkan terima kasih kepada
Prof. Dr. Eng. Khairurrijal, Prof. Dr. Eng. Mikrajuddin
Abdullah, dan anggota Kelompok Pendidikan Fisika,
Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung, yang
telah memberikan semangat, dukungan, dan atmosfer
diskusi yang konstruktif dalam melahirkan tulisan ini.
Referensi
[1] S.M. Glynn, Method and Strategies: The Teaching-
With-Analogies Model, Science and Children, 44(8),
52-55 (2007).
[2] S.M. Glynn and T. Takahashi, Learning from
analogy-enhanced science text, Journal of Research
in Science Teaching, 35, 1129-1149 (1998).
[3] Khairurrijal, N. Kurniasih, E.J. Mustopa, dan
M. Abdullah, Konsep Medan Listrik Menggunakan
Analogi Konsep Medan Gravitasi untuk Pengajaran
di Sekolah Menengah Atas, Jurnal Pengajaran Fisika
Sekolah Menengah, 1(3), 78-81 (2009).
[4] N. Kurniasih, Novitrian, dan W. Srigutomo,
Pengajaran Konduksi Termal Menggunakan Analogi
Konduksi Listrik, Jurnal Pengajaran Fisika Sekolah
Menengah, 1(3), 82-85 (2009).
[5] S. Viridi, S.N. Khotimah, E. Sustini, Analogi
Penyelesaian secara Kalkulus Hubungan KecepatanPercepatan dalam Kasus Rangkaian Gerak Lurus
Berubah Beraturan dan Hubungan Potensial Listrik
Medan Listrik dalam Kasus Susunan Pelat-pelat Luas
Sejajar Bermuatan Seragam, Jurnal Pengajaran Fisika
Sekolah Menengah, 1(4), 86-90 (2009).
[6] Khairurrijal, M. Abdullah, N. Surtiyeni, Widayani,
E. Sustini, Konsep Komponen Listrik (Kapasitor,
Induktor, dan Memristor) Menggunakan Analogi
Konsep Resistor untuk Pengajaran di Sekolah
Menengah Atas, Jurnal Pengajaran Fisika Sekolah
Menengah, 1(4), 91-95 (2009).
[7] S.N. Khotimah, S. Viridi, Novitrian, Konsep GerakRotasi Benda Tegar Menggunakan Analogi Konsep
Gerak Translasi 1-D, Jurnal Pengajaran FisikaSekolah Menengah, 1(4), 96-99 (2009).
[8] Widayani, Khairurrijal, S.N. Khotimah, S. Viridi,
Pemahaman Konsep Gelombang Elektromagnetik
dengan Analogi terhadap Konsep Gelombang
Mekanik, Jurnal Pengajaran Fisika Sekolah
Menengah , 1(4), 100-104 (2009).
[9] S. M. Glynn, Conceptual bridges: Using analogies to
explain scientific concepts, The Science Teacher,
62(9), 25-27 (1995).
[10]J. Budiyanto, Fisika: Untuk SMA/MA kelas XII,Pusat Perbukuan, Depdiknas (2009).
[11]B. Haryadi, Fisika: Untuk SMA/MA kelas XI, Pusat
Perbukuan, Depdiknas (2009).
[12]J.D. Cutnell and K.W. Johnson, Physics, 5th
edition.
John Wiley & Sons, Inc (2002).