analisis yuridis terhadap pelaku tindak pidana …

96
ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN (STUDI PUTUSAN NO: 1240/PID.B/2016/PN-MDN) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat- Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Oleh : JOHANNES PR SIBORO NIM : 140200406 DEPARTEMEN HUKUM PIDANA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018 Universitas Sumatera Utara

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA

PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN

(STUDI PUTUSAN NO: 1240/PID.B/2016/PN-MDN)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-

Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

JOHANNES PR SIBORO

NIM : 140200406

DEPARTEMEN HUKUM PIDANA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

Universitas Sumatera Utara

Page 2: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

i

Universitas Sumatera Utara

Page 3: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sebab

atas berkat dan kasih karunia-Nya kepada Penulis sehingga Penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Yuridis Terhadap Pelaku

Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan (Studi Putusan

No:1240/Pid.B/2016/PN-MDN)” yang merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Hukum (Strata-1) pada Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini Penulis banyak mendapatkan bantuan,

dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala

kerendahan hati Penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof.Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum., selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara, Medan.

2. Bapak Prof.Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum., selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan.

3. Bapak Prof. Dr. OK.Saidin, SH, M.Hum., selaku Wakil Dekan I Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan.

4. Ibu Puspa Melati, SH,M.Hum., selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara, Medan.

5. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum selaku Wakil dekan III Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan.

6. Bapak Dr.M.Hamdan.,SH, M.H selaku Ketua Departemen Hukum Pidana

di Fakultas Hukum Sumatera Utara, Medan.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

iii

7. Ibu Liza Erwina.,SH.M.Hum sebagai Sekretaris Departemen Hukum

Pidana dan Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan

waktunya untuk membimbing dan mengarahkan pembuatan skripsi ini.

8. Bapak Alwan.,SH.,M.Hum sebagai Dosen Pembimbing II yang telah

meluangkan waktu, dan saran serta memberikan ilmunya dan

mengarahkan penulis dalam pembuatan skripsi ini baik secara materi

maupun moril.

9. Bapak Makdin Munthe.,SH.M.Hum selaku Dosen Penasihat Akademik

atas bimbingan dan motivasinya selama Penulis Kuliah di Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara, Medan.

10. Seluruh Staf Pengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

yang telah mengajar dan membimbing Penulis selama menempuh

pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan.

11. Seluruh Staf Administrasi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

yang telah membantu Penulis dalam bidang Administrasi selama

menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

12. Teristimewa untuk Orang Tua Ibunda Tercinta Kostiana Br Pangaribuan

yang selalu mendukung dan membantu baik moral, moril, materil, maupun

imateril selaku penyemangat hidup serta doa-doa nya sehingga Penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

13. Untuk Abang dan Kakak Tersayang K.V Immanuel Siboro.,SP dan istri

Henny Octaviani Sibuea.,SE, Meylina YA Siboro.,AMKeb dan suami

Aipda J Naibaho.,SH, Noni Mariana Siboro.,SE dan suami Trisno

Bangun.,ST, Junita HT Siboro.,SE dan suami Bripka Julianto Barus, dan

Universitas Sumatera Utara

Page 5: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

iv

Rohani Afrida.,AMKep dan suami Rahwata Pinawan.,SPsi yang selalu

memberikan dukungan moral, moril, materil dan tiada hentinya

mengingatkan sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

14. Untuk teman-teman seperjuangan di kampus tercinta Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara, Medan yaitu Nathalia Indriyani, Sri Rossa

Tiurma Pakpahan, Winda Agustini Rambe, Risti Rahma Chaniago,

Khairani Sembiring, M.Handoko, Rizky Dwi Putra, Fery syahputra, Mitra

Sejati Ginting, dan Randy Manik yang telah bersedia memberikan waktu

luang sebagai penghiburan semata di kala Penulis membutuhkan masukan-

masukan dalam pembuatan skripsi ini.

15. Untuk adik-adik stambuk di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

yaitu Syafirah Hasanah, Lucy Karenina, Ummiattiyah, Ibnu Khairansyah,

dan Rezky Sitinjak yang telah membantu memberikan tempat dan jasa,

Untuk membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

16. Untuk Abang-abang di Fakultas Hukum USU, Lois Sion Tarigan SH,

Gabeta Solin, SH, Ade Fajar Rezki SH, Mahesa Rhamulo SH, Syahruddin

Sahlan Bintang SH, M. Syahrizki Ritonga SH, dan Zacky Batubara SH

yang memberikan penulis masukan dan motivasi dalam proses

penyelesaian skripsi ini.

17. Untuk Temen – Teman Dari BPH IMABATO FH USU Sarah Desideria

Panjaitan, Karunia Tobing dan Fernando Simbolon serta Teman-teman

IMABATO FH USU yang telah memberikan dukungan dan semangat

serta tempat untuk Penulis menyelesaikan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

v

18. Untuk teman-teman dari SMA Negeri 49 Jakarta Selatan Alfonso

Hutabarat, Jordy H Malonda, Raynaldy Wiratama, Ogi Wicaksono, Iqbal

afkar azam, Kemal Aditya, Raydeaz, Hadde Dinar, Irawan, dan Rahmat

Andi yang telah memberika motivasi dan penghiburan untuk Penulis

menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang

tidak mungkin disebutkan satu persatu dan diharapkan oleh Penulis skripsi ini

dapat bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan, terkhusus kepada Penulis

sendiri dan para pengajar dibidang hukum sebagai bahan pertimbangan dalam

penerapan dan pengembangan Ilmu Hukum di Indonesia.

Medan, Agustus 2018

Johannes PR Siboro

Universitas Sumatera Utara

Page 7: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

vi

ABSTRAK

Johannes Siboro*

Liza Erwina**

Alwan***

Hukum mengatur masyarakat secara patut dan bermanfaat dengan

menempatkan apa yang diharuskan ataupun yang diperbolehkan dan sebaliknya.

Hukum dapat mengkualifikasikan sesuatu perbuatan sesuai dengan hukum atau

mendiskualifikasikan sebagai melawan hukum. Tindak pidana pencurian dengan

pemberatan termasuk pencurian istimewa, maksudnya suatu pencurian dengan

cara tertentu dan dalam keadaan tertentu, sehingga bersifat lebih berat dan

diancam dengan sanksi yang maksimalnya lebih tinggi.

Adapun beberapa rumusan masalah yang terdapat dalam skripsi ini yaitu

Bagaimana pengaturan hukum tindak pidana pencurian pemberatan, Bagaimana

pertanggung jawaban pidana pelaku pencurian pemberatan, Bagaimana analisis

yuridis terhadap tindak pidana pencurian pemberatan (Studi Putusan No:

1240/Pid.B/2016/PN-MDN).

Spesifikasi penelitian hukum yang digunakan dalam penelitian yang

dilakukan adalah metode penelitian hukum Yuridis Normatif dinamakan juga

dengan penelitian hukum doktrinal. Pada penelitian normatif data sekunder

sebagai sumber/bahan informasi dapat merupakan bahan hukum primer, bahan

hukum sekunder dan bahan hukum tirtier.

Berdasar pasal 363 KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana), orang

yang melakukan pencurian dengan pemberatan (Curat) diancam dengan pidana

penjara paling lama 7 tahun.Hal ini tak lain karena selain memenuhi unsur-unsur

pencurian biasa dalam pasal 362 KUHP, juga disertai dengan hal yang

memberatkan, yakni dilakukan dalam kondisi tertentu atau dengan cara tertentu.

Tindak pidana pencurian diatur dan dibagi beberapa jenis dalam KUHP.

Pengaturan hukum yang mengatur tindak pidana pencurian pemberatan hanya

terdapat di dalam KUHP, sebab Indonesia hanya memiliki satu kitab undang-

undang mengenai hukum pidana yang sudah terkodifikasi.

Kata kunci: Tindak Pidana, Pencurian, Pemberatan

*Mahasiswa Fakultas Hukum Departemen Hukum Pidana

**Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Departemen Hukum Pidana

***Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Departemen Hukum Pidana

Universitas Sumatera Utara

Page 8: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ...ii

ABSTRAK ............................................................................................................ vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ........................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 5

E. Keaslian Penulisan ............................................................................. 6

F. Tinjauan Kepustakaan ........................................................................ 6

1. Tindak Pidana............................................................................ 6

2. Tindak Pidana Pencurian......................................................... 12

3. Tindak Pidana Pencurian Pemberatan ..................................... 18

G. Metode Penelitian ............................................................................ 23

H. Sistematika Penulisan ...................................................................... 25

BAB II : PENGATURAN HUKUM TINDAK PIDANA PENCURIAN

PEMBERATAN

A. Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ........................... 27

B. Pasal 363 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ............................ 30

C. Sanksi ............................................................................................... 35

Universitas Sumatera Utara

Page 9: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

viii

BAB III : PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK

PIDANA PENCURIAN PEMBERATAN

A. Asas Kesalahan Dalam Tindak Pidana Pencurian Pemberatan ...... 46

1. Kesengajaan ........................................................................ 48

2. Kelalaian ............................................................................. 51

B. Kemampuan Bertanggung Jawab Pelaku Tindak Pidana Pencurian

Pemberatan ..................................................................................... 54

BAB IV : ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA

PENCURIAN PEMBERATAN (STUDI PUTUSAN NO :

1240/PID.B/2016/PN/MDN)

A. Posisi Kasus..................................................................................... 60

1. Kronologi .............................................................................. 60

2. Dakwaan ............................................................................... 63

3. Tuntutan ................................................................................ 65

4. Fakta Hukum ........................................................................ 66

5. Pertimbangan Hakim ............................................................ 68

6. Putusan.................................................................................. 77

B. Analisis Penulis Terhadap Tindak Pidana Pencurian Pemberatan

(Studi Putusan No.1240/Pid.B/2016/PN-MDN ................................ 7

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan..................................................................................... 81

B. Saran ............................................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara

Page 10: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum mengatur masyarakat secara patut dan bermanfaat dengan

menempatkan apa yang diharuskan ataupun yang diperbolehkan dan

sebaliknya. Hukum dapat mengkualifikasikan sesuatu perbuatan sesuai

dengan hukum atau mendiskualifikasikan sebagai melawan hukum.

Perbuatan yang sesuai dengan hukum tidak merupakan masalah dan tidak

perlu dipersoalkan; yang menjadi masalah ialah perbuatan yang melawan

hukum. Bahkan yang diperhatikan dan dianggap oleh hukum ialah justru

perbuatan yang disebut terakhir ini, baik perbuatan melawan hukum yang

sungguh-sungguh terjadi (onrecht inactu) maupun perbuatan hukum yang

mungkin akan terjadi (onrecht in potentie). Perhatian dan penggarapan

perbuatan inilah yang merupakan penegakan hukum. Terhadap perbuatan

yang melawan hukum tersedia sanksi.1

Sehubungan dengan masalah penegakan hukum pidana Sudarto,

mengemukakan bahwa penegakan hukum di bidang hukum pidana di

dukung oleh alat perlengkapan dan peraturan yang relatif lebih lengkap dari

penegakan hukum di bidang-bidang lainnya. Aparatur yang dimaksud di sini

ialah Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan aparat eksekusi pidana, sedang

peraturan-peraturan yang dikatakan lebih lengkap ialah antara lain

ketentuan-ketentuan hukum acara pidana, Undang-undang Kekuasaan

1Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana.Alumni, Bandung. 1986.hlm.111.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

2

Kehakiman, Undang-undang tentang Kepolisian, Undang-undang tentang

Kejaksaan dan Gestichtenreglement.2

Dalam kehidupan masyarakat modern yang serba kompleks sebagai

produk kemajuan teknologi, mekanisasi, industrialisasi dan urbanisasi

memunculkan banyak masalah sosial. Maka usaha adaptasi atau penyesuaian

diri terhadap masyarakat modern yang sangat kompleks itu menjadi tidak

mudah. Kesulitan mengadakan adaptasi dan adjustment menyebabkan

banyak kebimbangan, kebingungan dan konflik - baik konflik eksternal yang

terbuka, maupun yang internal dalam batin sendiri yang tersembunyi dan

tertutup sifatnya. Sebagai dampaknya orang lalu mengembangkan pola

tingkah laku menyimpang dari norma-norma umum, dengan jalan berbuat

semau sendiri demi keuntungan sendiri dan kepentingan pribadi, kemudian

mengganggu dan merugikan pihak lain.3

Suatu perbuatan yang merupakan delik hukum (kejahatan), jika

perbuatan itu bertentangan dengan asas-asas hukum positif yang hidup

dalam rasa hukum di kalangan masyarakat, terlepas dari pada hal apakah

asas-asas tersebut dicantumkan dalam undang-undang pidana. Sebaliknya

delik undang-undang (pelanggaran) itu adalah merupakan peristiwa-

peristiwa pidana yang ancaman pidananya lebih ringan dari pada kejahatan

dan tidak mudah dimengerti atau dirasakan bahwa perbuatan semacam itu

dilarang.4

2Ibid.,hlm.112.

3Kartono, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja.Rajawali Pres,Jakarta.1992.hlm.5.

4R. Soesilo, Pokok-Pokok Hukum Pidana Peraturan Umum Deli-delik Khusus. Politea, Bogor.

1984.hlm. 19.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

3

Perbuatan-perbuatan yang dilarang di sini adalah

dimaksudkan sebagai perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan

diancam pidana sehingga disebut tindak pidana. Terhadap pengertian

tindak pidana R. Soesilo mengemukakan pendapatnya sebagai berikut

: ”Tindak pidana juga disebut delik atau perbuatan yang boleh

dihukum, atau peristiwa pidana itu adalah suatu perbuatan yang

melanggar atau bertentangan dengan undang-undang yang dilakukan

dengan kesalahan oleh orang yang dapat dipertanggungjwabkan”.5

Tindak pidana pencurian yang diatur dalam Pasal 363 dan

Pasal 365 KUHP dinamakan pencurian dengan kualifikasi

(gequalificeerd diefstal).Wirjono Prodjodikoro menerjemahkan

dengan ”pencurian khusus” sebab pencurian tersebut dilakukan

dengan cara tertentu. Istilah yang dirasa tepat adalah yang digunakan

oleh R. Soesilo (dalam bukunya Kitab Undang-undang Hukum

Pidana) yaitu ”pencurian dengan pemberatan” sebab dari istilah

tersebut sekaligus dapat dilihat, bahwa karena sifatnya maka

pencurian itu diperberat ancaman pidananya.6

Menurut M. Sudradjat Bassar, tindak pidana pencurian

dengan pemberatan termasuk pencurian istimewa, maksudnya suatu

pencurian dengan cara tertentu dan dalam keadaan tertentu, sehingga

bersifat lebih berat dan diancam dengan yang maksimalnya lebih

5Ibid.,hlm.26.

6Hermien Hediati Koeswadji, Delik Harta Kekayaan, Asas-Asas, Kasus

danPermasalahan Cetakan Pertama. Sinar Wijaya, Surabaya, 1984.hlm.25.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

4

tinggi.7

Pencurian pada waktu malam, unsur ’waktu malam’ ini

memang bernada memberikan sifat lebih jahat pada pencurian.

Pencurian oleh dua orang atau lebih bersama-sama seperti misalnya

mereka bersama-sama mengambil barang-barang dengan kehendak

bersama. Pengertian ’bekerja sama’ adalah apabila setelah mereka

merencanakan niatnya untuk bekerja sama dalam melakukan

pencurian, kemudian hanya seorang yang masuk rumah dan

mengambil barang, dan kawannya hanya tinggal di luar rumah untuk

menjaga, mengawasi, kalau-kalau perbuatan mereka diketahui orang.

Tindak pidana pencurian dengan pemberatan menimbulkan

kerugian dan penderitaan yang dialami oleh korban kejahatan, hal

tersebut telah menarik perhatian penulis untuk meneliti dan

membahas skripsi dengan judul ”Analisis Yuridis Terhadap Pelaku

Tindak Pidana Pencurian dengan Pemberatan (Studi Putusan No:

1240/Pid.B/2016/PN-MDN)“

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana pengaturan hukum tindak pidana pencurian dengan

pemberatan?

2. Bagaimana pertanggung jawaban pidana pelaku pencurian dengan

pemberatan?

3. Bagaimana analisis yuridis terhadap tindak pidana pencurian dengan

pemberatan (Studi Putusan No: 1240/Pid.B/2016/PN-MDN)?

7Sudrajat Bassar, Tindak Pidana Tertentu di Dalam KUHP. Cetakan Kedua,Remadja Karya,

Bandung, 1986. hlm.70.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

5

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah sebagaimana dikemukakan

di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan hukum tindak pidana

pencurian dengan pemberatan?

2. Untuk mengetahui bagaimana pertanggung jawaban pidana pelaku

pencurian dengan pemberatan?

3. Untuk mengetahui bagaimana analisis yuridis terhadap tindak pidana

pencurian dengan pemberatan (Studi Putusan No:

1240/Pid.B/2016/PN-MDN)?

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara

teoritis dibidang ilmu hukum dan menambah bahan kepustakaan

hukum, khususnya yang berkaitan dengan tindak pidana pencurian

dalam keadaan memberatkan.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan pula untuk dapat memberikan

sumbangan pemikiran sebagai masukan dalam praktik penegakan

hukum, khususnya dalam penegakan hukum yang menyangkut

masalah tindak pidana pencurian dalam keadaan memberatkan.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

6

E. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi ini berjudul “Analisis Yuridis Terhadap Pelaku

Tindak Pidana Pencurian dengan Pemberatan (Studi Putusan No:

1240/Pid.B/2016/PN-MDN)” merupakan hasil pemikiran penulis sendiri

tanpa adanya suatu proses penjiplakan atas karya tulis manapun. Tulisan

dengan judul: “Analisis Yuridis Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pencurian

dengan Pemberatan (Studi Putusan No: 1240/Pid.B/2016/PN-MDN)” belum

pernah ditulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Hal tersebut

dibuktikan dengan adanya bukti uji bersih dari pihak Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara. Walaupun ada, sudut pandang dan

pembahasanya pasti berbeda. Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini

dapat dipertanggung jawabkan oleh penulis, terutama secara ilmiah atau

secara akademik.

F. Tinjauan Kepustakaan

1. Tindak Pidana

Istilah tindak pidana merupakan terjemahan dari “strafbaar

feit”perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan dengan

mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang

siapa yang melanggar larangan tersebut. Kitab Undang-undang Hukum

Pidana tidak terdapat penjelasan mengenai apa sebenarnya yang dimaksud

dengan strafbaar feit itu sendiri. Tindak pidana biasanya disamakan dengan

delik, yang berasal dari bahasa latin yakni kata delictum. Delik tercantum

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai berikut : “Delik adalah

Universitas Sumatera Utara

Page 16: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

7

perbuatan yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran

terhadap undang-undang tindak pidana”.8

Pengertian tindak pidana adalah tindakan yang tidak hanya

dirumuskan oleh KUHP.9Istilah tindak pidana sebagai terjamahan dari

strafbaarfeit menunjukkan pengertian gerak-gerik tingkah laku seseorang.

Hal-hal tersebut terdapat juga seseorang untuk tidak berbuat, akan tetapi

dengan tidak berbuatnya dia, dia telah melakukan tindak pidana. Mengenai

kewajiban untuk berbuat tetapi tidak berbuat, yang di dalam undang-undang

menentukan pada Pasal 164 KUHP, ketentuan dalam pasal ini

mengharuskan seseorang untuk melaporkan kepada pihak yang berwajib

apabila akan timbul kejahatan, ternyata dia tidak melaporkan, maka ia dapat

dikenai sanksi.

Seperti diketahui istilah strafbaarfeit telah diterjemahkan ke dalam

bahasa Indonesia yang menimbulkan berbagai arti, umpamanya saja dapat

dikatakan sebagai perbuatan yang dapat atau boleh dihukum, peristiwa

pidana, perbuatan pidana, tindak pidana. Para sarjana Indonesia

mengistilahkan strafbarfeit itu dalam arti yang berbeda, diantaranya

Moeljatno menggunakan istilah perbuatan pidana, yaitu : “perbuatan yang

dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai ancaman sanksi

yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa larangan tersebut”10

Sementara perumusan strafbarfeit menurut Van Hamel dalam buku Satochid

Kartanegara adalah kelakuan orang yang dirumuskan dalam Undang-

8Depdikbud Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. ke-2 , Jakarta, Balai Pustaka, 1989. hlm.219.

9S.R. Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapan, Cet. 3, Jakarta, Storia

Grafika, 2002. hlm.204. 10

C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Pokok-Pokok Hukum Pidana, Jakarta, Pradnya

Paramita, 2004.hlm.54.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

8

undang, bersifat melawan hukum yang patut dipidana dan dilakukan dengan

kesalahan.11

Istilah tindak pidana ini timbul dan berkembang dari pihak

Kementrian Kehakiman yang sering dipakai dalam perundang-undangan

meskipun lebih pendek dari pada perbuatan, akan tetapi tindak pidana

menunjukkan kata yang abstrak seperti perbuatan, tetapi hanya

menunjukkan hal yang konkrit.12

Menurut Moeljatno yang dimaksud dengan ”tindak pidana” adalah

perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana

disertaiancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa

yangmelanggar aturan tersebut. Terkait dengan masalah pengertian tindak

pidana,lebih lanjut Moeljatno mengemukakan bahwa terdapat 3 (tiga) hal

yang perludiperhatikan:

a. Perbuatan pidana adalah perbuatan oleh suatu aturan hukum

dilarang dan diancam pidana

b. Larangan ditujukan kepada perbuatan yaitu suatu keadaan atau

kejadian yang ditimbulkan oleh kelakuan orang, sedangkan

ancaman pidana ditujukan kepada orang yang menimbulkan

kejadian itu.

Antara larangan dan ancaman pidana ada hubungan yang erat,

oleh karena antara kejadian dan orang yang menimbulkan kejadian itu

ada hubungan erat pula. ”Kejadian tidak dapat dilarang jika yang

11

Satochid Kartanegara, Hukum Pidana Bagian Pertama, Jakarta, Balai Lektur Mahasiswa, 1955,

hlm.4. 12

Wiryono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Bandung, PT.Refika

Aditama.2003, hlm.79.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

9

menimbulkan bukan orang, dan orang tidak dapat diancam pidana jika

tidak karena kejadian yang ditimbulkan olehnya.13

Menurut Moeljatno, pada dasarnya tindak pidana merupakan

suatu pengertian dasar dalam hukum pidana. Tindak pidana adalah

suatu pengertian yuridis seperti halnya untuk memberikan definisi atau

pengertian terhadap istilah hukum, maka bukanlah hal yang mudah

untuk memberikan definisi atau pengertian terhadap istilah tindak

pidana. Pembahasan hukum pidana dimaksudkan untuk memahami

pengertian pidana sebagai sanksi atas delik, sedangkan pemidanaan

berkaitan dengan dasar-dasar pembenaran pengenaan pidana serta

teori-teori tentang tujuan pemidanaan. Perlu disampaikan di sini

bahwa, pidana adalah merupakan suatu istilah yuridis yang

mempunyai arti khusus sebagai terjemahan dari Bahasa Belanda

”straf” yang dapat diartikan sebagai ”hukuman”14

Pembentuk undang-undang telah menggunakan perkataan

”strafbaarfeit” untuk mengganti istilah tindak pidana di dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tanpa memberikan penjelasan

tentang apa yang dimaksud dengan perkataan strafbaarfeit, sehingga

timbulah di dalam doktrin berbagai pendapat tentang apa yang sebenarnya

yang dimaksud dengan strafbaarfeit tersebut, seperti yang dikemukakan

oleh Hamel dan Pompe. Pendapat yang dikemukakan oleh Hamel tentang

Strafbaarfeit adalah sebagai berikut: Strafbaarfeit adalah kelakuan orang

13

Moeljatno, Fungsi dan Tujuan Hukum Pidana Indonesia, Bina Aksara, Jakarta,1985. hlm.34. 14

Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana. Bina Aksara, Jakarta. 1987.hlm. 37.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

10

(menselijke gedraging) yang dirumuskan dalam wet, yang bersifat melawan

hukum, yang patut dipidana (strafwaardig) dan dilakukan dengan

kesalahan.15

Sedangkan pendapat Pompe mengenai Strafbaarfeit adalah

sebagai berikut :Strafbaarfeit itu dapat dirumuskan sebagai suatu

pelanggaran norma yangsengaja atau tidak sengaja dilakukan oleh pelaku.16

Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Sudarto bahwa untuk

mengenakan pidana itu harus dipenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat

tertentu ini lazimnya disebut dengan unsur-unsur tindak pidana. Jadi

seseorang dapat dikenakan pidana apabila perbuatan yang dilakukan

memenuhi unsur-unsur tindak pidana (strafbaarfeit). Hal ini sesuai dengan

pengertian tindak pidana, yaitu suatu perbuatan yang memenuhi syarat-

syarat tertentu, yang dilakukan oleh orang yang memungkinkan adanya

pemberian pidana.17

Unsur-unsur (strafbaarfeit) atau unsur-unsur tindak pidana menurut

Simonsialah:

a. Perbuatan manusia (positif atau negatif; berbuat atau tidak

berbuat atau membiarkan);

b. Diancam dengan pidana (strafbaar gesteld);

c. Melawan hukum (onrechtmatig);

15

Ibid.,hlm.38. 16

Lamintang, Dasar - Dasar Hukum Pidana Indonesia. Sinar Baru, Bandung, 1984. hlm.173-174. 17

Ibid., hlm.36.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

11

d. Dilakukan dengan kesalahan (met schuld in verband staand);Oleh

orang yang mampu bertanggung jawab

(toerekeningsvatbaarpersoon)18

Menurut Lamintang, bahwa setiap tindak pidana dalam KUHP

pada umumnya dapat dijabarkan unsur-unsurnya menjadi dua macam,

yaitu unsur-unsur subyektif dan obyektif. Yang dimaksud dengan unsur-

unsur ”subyektif” adalah unsur-unsur yang melekat pada diri si pelaku

atau yang berhubungan dengan diri si pelaku dan termasuk kedalamnya

yaitu segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya. Sedangkan yang

dimaksud dengan unsur ”obyektif” itu adalah unsur-unsur yang ada

hubungannya dengan keadaan-keadaan, yaitu keadaan-keadaan di mana

tindakan dari si pelaku itu harus dilakukan.

Pemidanaan merupakan bagian terpenting dalam hukum pidana,

karena merupakan puncak dari seluruh proses mempertanggung

jawabkan seseorang yang telah bersalah melakukan tindak pidana.19

Menurut Van Hamel arti dari pidana atau straf menurut hukum positif

adalah suatu penderitaan yang bersifat khusus, yang telah dijatuhkan

oleh kekuasaan yang berwenang untuk menjatuhkan pidana atas nama

Negara sebagai penanggung jawab dari ketertiban hukum umum bagi

seorang pelanggar, yakni semata-mata karena orang tersebut telah

melanggar suatu peraturan hukum yang harus ditegakkan oleh Negara.

Dari rumusan tersebut dapat diketahui bahwa pidana itu sebenarnya

18

Ibid.,hlm.32. 19

Chairul Huda, Tinjauan Kritis Terhadap Teori Pemisahan Tindak Pidana dan

Pertanggungjawaban Pidana,Jakarta, 2011.hlm.129.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

12

hanya merupakan suatu penderitaan atau suatu alat belaka.20

Menurut

Sudarto, kata pemidanaan itu adalah sinonim dengan kata

penghukuman. Penghukuman itu berasal dari kata dasar hukum,

sehingga dapat diartikan sebagai menetapkan hukum atau memutuskan

tentang hukumnya (berechten). Menetapkan hukum untuk suatu

peristiwa itu tidak hanya menyangkut bidang hukum pidana saja, akan

tetapi juga hukum perdata. Penghukuman itu adalah sinonim dengan

pemidanaan atau pemberian atau penjatuhan pidana oleh hakim.21

2. Tindak Pidana Pencurian

Salah satu bentuk kejahatan yang tercantum dalam Bukum

Kedua KUHP adalah tindak pidana pencurian yang secara khusus

diatur dalam Bab XXII Pasal 362 – 367 KUHP.Mengenai tindak

pidana pencurian ini ada salah satu pengkualifikasian dengan bentuk

pencurian dengan pemberatan, khususnya yang diatur dalam Pasal 363

dan 365 KUHP. Pencurian secara umum dirumuskan dalam Pasal 362

KUHP yang berbunyi sebagai berikut:

”Barangsiapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau

sebagaian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara

melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara

paling lama lima tahun atau denda paling banyak enam puluh

rupiah”.22

20

Lamintang, Hukum Penitensier Indonesia, Bandung,1984.hlm.47& 49. 21

Ibid. hlm.49. 22

Lamintang, Delik-Delik Khusus Kejahatan-Kejahatan Terhadap Kekayaan, Cetakan Pertama,

Sinar Baru, Bandung,1989,hlm.1.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

13

Kaitannya dengan masalah kejahatan pencurian, di Indonesia

mengenai tindak pidana pencurian diatur dalam KUHP, yang

dibedakan atas 5 (lima) macam pencurian:

a. Pencurian biasa (Pasal 362 KUHP)

Perumusan pencurian biasa diatur dalam Pasal 362 KUHP

yang menyatakan sebagai berikut : ”Barangsiapa mengambil

barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang

lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum,

diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama

lima tahun atau denda paling banyak enam puluh rupiah”.23

Berdasarkan rumusan tersebut di atas, maka unsur-

unsur tindak pidana pencurian (biasa) adalah sebagai berikut:

1) Unsur obyektif, yang meliputi unsur-unsur:

a) mengambil;

b) suatu barang; yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain

2) Unsur subyektif, yang meliputi unsur-unsur:

a) dengan maksud;

b) untuk memiliki barang/benda tersebut untuk dirinya sendiri;

c) secara melawan hukum.

b. Pencurian dengan pemberatan (Pasal 363 KUHP)

Istilah ”pencurian dengan pemberatan” biasanya secara

doctrinal disebut sebagai ”pencurian yang dikualifikasikan”.

23

Moeljatno, Op. cit. 1985.hlm.128.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

14

Pencurian yang dikualifikasikan ini menunjuk pada suatu

pencurian yang dilakukan dengan cara-cara tertentu atau dalam

keadaan tertentu, sehingga bersifat lebih berat dan karenanya

diancam dengan pidana yang lebih berat pula dari pencurian biasa.

Oleh karena pencurian yang dikualifikasikan tersebut merupakan

pencurian yang dilakukan dengan cara-cara tertentu dan dalam

keadaan tertentu yang bersifat memberatkan, maka pembuktian

terhadap unsur-unsur tindak pidana pencurian dengan pemberatan

harus diawali dengan membuktikan pencurian dalam bentuk

pokoknya. Berdasarkan rumusan yang terdapat dalam Pasal 363

KUHP, maka unsur-unsur tindak pidana pencurian dengan

pemberatan adalah:

1) Unsur-unsur pencurian Pasal 362 KUHP

2) Unsur yang memberatkan, dalam Pasal 363 KUHP

yang meliputi:

a) Pencurian ternak (Pasal 363 ayat (1) ke-1

KUHP);

b) Pencurian pada waktu ada kebakaran,

peletusan, banjir, gempa bumi atau

gempa laut, peletusan gunung api,

kapal karam, kapal terdampar,

kecelakaan kereta api, huru-hara,

pemberontakan, atau bahaya perang

(Pasal 363 ayat (1) ke-2 KUHP);

Universitas Sumatera Utara

Page 24: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

15

c) Pencurian di waktu waktu malam

dalam sebuah rumah atau pekarangan

tertutup yang ada rumahnya, yang

dilakukan oleh orang yang adanya

disitu tidak diketahui atau tidak

dikehendaki oleh yang berhak (Pasal

363 ayat (1) ke-3 KUHP);

c. Pencurian ringan (Pasal 364 KUHP)

Pencurian ringan adalah pencurian yang memiliki unsur-

unsur dari pencurian di dalam bentuknya yang pokok, yang karena

ditambah dengan unsur-unsur lain (yang meringankan), ancaman

pidananya menjadi diperingan. Perumusan pencurian ringan diatur

dalam Pasal 364 KUHP yang menyatakan:

”Perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 362 dan pasal 363 ke-4,

begitupun perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 363 ke-5,

apabila tidak dilakukan dalam sebuah rumah atau pekarangan

tertutup yang ada rumahnya, jika harga barang yang dicuri tidak

lebih dari puluh lima rupiah, dikenai, karena pencurian ringan,

pidana penjara paling lama tiga bulan atau denda paling banyak

enam puluh rupiah”.

Berdasarkan rumusan pada Pasal 364 KUHP di atas, maka

unsur-unsur dalam pencurian ringan adalah:

1) Pencurian dalam bentuknya yang pokok (Pasal 362 KUHP);

Universitas Sumatera Utara

Page 25: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

16

2) Pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara

bersama-sama (Pasal 363 ayat (1) ke-4 KUHP);

3) Pencurian yang dilakukan dengan membongkar, merusak

atau memanjat, dengan anak kunci, perintah palsu atau

seragam palsu;

4) Tidak dilakukan dalam sebuah rumah;

5) Tidak dilakukan dalam pekarangan tertutup yang ada rumahnya;

dan

6) Apabila harga barang yang dicurinya itu tidak lebih dari

dua puluh lima rupiah.

d. Pencurian dengan kekerasan (Pasal 365 KUHP)

Jenis pencurian yang diatur dalam Pasal 365 KUHP lazim disebut

dengan istilah ”pencurian dengan kekerasan” atau populer dengan

istilah

”curas”. Ketentuan Pasal 365 KUHP selengkapnya adalah sebagai

berikut:

1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan

tahun, pencurian yang didahului, disertai atau diikuti

dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, terhadap

orang, dengan maksud untuk mempersiapkan atau

mempermudah pencurian, atau dalam hal tertangkap

tangan, untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau

peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai barang yang

dicurinya.

Universitas Sumatera Utara

Page 26: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

17

2) Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun:

ke-1 jika perbuatan dilakukan pada malam hari dalam

sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada

rumahnya, dijalan umum, atau dalam kereta api

atau trem yang sedang berjalan;

ke-2 jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih

dengan bersekutu;

ke-3 jika masuknya ke tempat melakukan kejahatan,

dengan merusak atau memanjat atau dengan

memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau

pakaian seragam palsu;

ke-4 jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat.

3) Jika perbuatan mengakibatkan mati, maka dikenakan

pidana penjara paling lama lima belas tahun.24

e. Pencurian dalam keluarga (Pasal 367 KUHP)

Pencurian sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 367 KUHP

ini merupakan pencurian di kalangan keluarga. Artinya baik pelaku

maupun korbannya masih dalam satu keluarga. Pencurian dalam Pasal

367 KUHP akan terjadi apabila seorang suami atau istri melakukan

(sendiri) atau membantu (orang lain) pencurian terhadap harta benda

isteri atau suaminya.

Berdasarkan ketentuan Pasal 367 ayat (1) KUHP apabila suami

– isteri tersebut masih dalam ikatan perkawinan yang utuh, tidak

24

Ibid,hlm.130.

Universitas Sumatera Utara

Page 27: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

18

terpisah meja atau tempat tidur juga tidak terpisah harta kekayannya,

maka pencurian atau membantu pencurian yang dilakukan oleh

mereka mutlak tidak dapat dilakukan penuntutan. Tetapi apabila

dalam pencurian yang dilakukan oleh suami atau isteri terhadap harta

benda isteri atau suami ada orang lain (bukan sebagai anggota

keluarga) baik sebagai pelaku maupun sebagai pembantu, maka

terhadap orang ini tetap dapat dilakukan penuntutan, sekalipun tidak

ada pengaduan.25

3. Tindak Pidana Pencurian Pemberatan

Pencurian yang diatur dalam Pasal 363 KUHP dan Pasal 365

KUHP dinamakan pencurian dengan kualifikasi (gequalificeerd diefstal).

WirjonoProdjodikoro menerjemahkan dengan ”pencurian khusus”

sebab pencuriantersebut dilakukan dengan cara tertentu. Istilah yang

dirasa tepat adalah yang digunakan oleh R. Soesilo (dalam bukunya Kitab

Undang-undang Hukum Pidana) yaitu ”pencurian dengan pemberatan”

sebab dari istilah tersebut sekaligus dapat dilihat, bahwa karena sifatnya

maka pencurian itu diperberat ancaman pidananya.26

Kata ”pencurian” dalam rumusan pencurian dengan kualifikasi

seperti yang diatur dalam Pasal 363 KUHP dan Pasal 365 KUHP tersebut

mempunyai arti yang sama dengan kata ”pencurian” sebagai pencurian

dalam bentuk pokok yang dirumuskan dalam Pasal 362 KUHP, dengan

25

Moeljatno, Loc. Cit. 26

Hermien Hediati Koeswadji, Op. cit. 1984.hlm. 25.

Universitas Sumatera Utara

Page 28: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

19

demikian antara pencurian dengan pemberatan dan pencurian biasa

mempunyai unsur-unsur yang sama,

yaitu:

a. Unsur subyektif

Dengan maksud untuk menguasai benda tersebut secara

melawan hukum.

b. Unsur obyektif

1) barangsiapa

2) mengambil

Sebuah benda Yang sebagaian atau seluruhnya kepunyaan orang

lain. 80

Menurut Moch. Anwar, mengenai pencurian dengan

pemberatan, berpendapat sebagai berikut : ”Perumusan Pasal 363

ayat (1) KUHP menunjukkan pencurian yang gequqlificeerd atas

pencurian dalam bentuk pokok sebagaimana dirumuskan dalam

Pasal 362 KUHP adalah karena hanya disebut nama kejahatannya

saja yaitu pencurian, ditambah unsur lain yang memberatkan”.27

Lebih lanjut tentang pencurian dengan pemberatan

Sudradjat Bassar mengemukakan bahwa ”Pencurian ini termasuk

pencurian istimewa maksudnya suatu pencurian dengan cara-cara

bersifat lebih berat dan diancam dengan hukuman yang

27

Moch.Anwar, Op. cit. 1989.hlm.20.

Universitas Sumatera Utara

Page 29: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

20

maksimalnya lebih tinggi, yaitu lebih dari hukuman penjara lima

tahun”.28

Karena mengenai kata ”pencurian” di dalam rumusan Pasal 363

KUHP itu dipandang sudah cukup diartikan sebagai ”pencurian dalam

bentuk pokok”, maka untuk selanjutnya akan dibicarakan unsur-unsur

selebihnya yang pada umumnya merupakan ”unsur-unsur yang

memberatkan”. Unsur-unsur yang memberatkan pidana, dalam doktrin

juga sering disebut sebagai ”strafverzwarevde omstandigheden” atau

”keadaan-keadaan yang memberatkan pidana”. Keadaan-keadaan yang

memberatkan pidana di dalam putusan tindak pidana yang diatur dalam

Pasal 363 KUHP dan Pasal 365 KUHP itu oleh Van Bemmelen dan Van

Hattum disebut sebagai ”objectiefverzwarende omstandigheden” atau

”keadaan-keadaan yang memberatkan secara obyektif”, yang berlaku bagi

setiap ”peserta” dalam tindak pidana.29

Tindak pidana pencurian yang diatur dalam Pasal 365 KUHP itu

juga merupakan suatu ”gequalificeerde diefstal” atau suatu pencurian

dengan kualifikasi ataupun merupakan suatu pencurian dengan unsur-

unsur yang memberatkan. Dengan demikian maka yang diatur dalam

Pasal 365 KUHP itu sesungguhnya hanyalah ”satu kejahatan” dan bukan

”dua kejahatan” yang terdiri dari kejahatan ”pencurian” dan kejahatan

”pemakaian kekerasan terhadap orang”, ataupun bukan merupakan suatu

28

Sudradjat Bassar, Op. Cit.,1986. hlm.68. 29

Lamintang.Op. cit.1989.hlm.48.

Universitas Sumatera Utara

Page 30: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

21

”samenloop” dari kejahatan ”pencurian” dengan kejahatan ”pemakaian

kekerasan terhadap orang”.30

Kekerasan atau ancaman kekerasan itu harus ditujukan

kepada orang-orang, akan tetapi tidaklah perlu bahwa orang

tersebut merupakan pemilik dari benda yang akan dicuri atau telah

dicuri.31

Menurut pendapat Simons, kekerasan itu tidaklah perlu

merupakan sarana atau cara untuk melakukan pencurian,

melainkan cukup jika kekerasan tersebut tercaji

”sebelum”,”selama” dan ”sesudah” pencurian itu dilakukan dengan

maksud seperti yang dikatakan di dalam rumusan Pasal 365 ayat

(1) KUHP, yaitu:

1) untuk mempersiapkan atau untuk memudahkan pencurian yang

akan dilakukan;

2) jika kejahatan yang mereka lakukan itu ”o pheterdaad betrap” atau

”diketahui pada waktu sedang dilakukan”, untuk memungkinkan

dirinya sendiri atau lain-lain peserta kejahatan dapat melarikan diri;

3) untuk menjamin tetap dikuasainya benda yang telah mereka curi.32

Unsur-unsur yang memberatkan pidana pada tindak pidana

pencurian yang diatur dalam Pasal 365 ayat (2) KUHP menurut

Moch. Anwar adalah sebagai berikut:

”Pencurian yang dirumuskan adalah Pasal 365 ayat (1) KUHP

dengan disertai masalah-masalah yang memberatkan yaitu:

30

Ibid.,hlm.52. 31

Ibid.,hlm.55. 32

Lamintang, Loc. Cit.,1989.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

22

ke- 1 - pada waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan

tertutup di mana berdiri sebuah rumah: di jalan umum;

ke-1 di dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan;

ke-2 dilakukan bersama-sama oleh 2 orang atau lebih;

ke-3 yang bersalah memasuki tempat kejahatan dengan cara

membongkar, memanjat, anak kunci palsu,perintah palsu,

pakaian jabatan palsu”.33

Mengenai apa yang dimaksud dengan jalan umum sebagai

salah satu unsur yang terdapat dalam Pasal 365 ayat (2) sub 1

KUHP menurut R. Soesilo, adalah sebagai berikut : ”Jalan umum

adalah semua jalan, baik mlik pemerintah maupun partikelir, asal

dipergunakan untuk umum (siapa saja boleh berjalan di situ).

Dalam Pasal 365 ayat (3) KUHP disebutkan apabila perbuatan

pencurian dengan kekerasan ini menimbulkan matinya orang.

Dalam ayat ini matinya orang lain merupakan akibat yang timbul

karena penggunaan kekerasan dan kematian di sini bukan

dimaksudkan oleh si pembuat. Apabila kematian ifu dimaksud

(diniafi) oleh si pembuat maka ia dikenakan Pasal 339 KUHP.34

Alasan memberatkan hukuman terhadap pencurian di jalan umum,

dikereta api yang sedang berjalan, mobil atau bus umum seperti

termuat dalam Pasal 365 ayaf (2) KUHP adalah karena pada

33

Moch. Anwar,.Op. cit.1986, hlm.27.

34R. Soesilo, Op. cit.1986, hlm.254.

Universitas Sumatera Utara

Page 32: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

23

tempat-tempat tadi korban tidak mudah mendapat pertolongan dari

orang lain.35

Dengan melihat pengertian dan unsur-unsur yang

terdapaftdalam Pasal 365 KUHP ini dapat dikatakan bahwa pasal

tersebut merupakan pembatasan antara delik harta benda

(vermogens delict) dan delik terhadap nyawa (levensdelict).Lebih-

lebih apabila kejahatan tersebut mengakibatkan matinya seseorang

yang menurut KUHP Indonesia diancam dengan hukuman mati,

sedangkan menuruf WvS Nederland hanya ancaman penjara

selama-lamanya 15 fahun.36

G. Metode Penelitian

1. Spesifikasi penelitian

Spesifikasi penelitian hukum yang digunakan dalam penelitian yang

dilakukan adalah metode penelitian hukum Yuridis Normatif dinamakan juga

dengan penelitian hukum doktrinal. Pada penelitian normatif data sekunder

sebagai sumber/bahan informasi dapat merupakan bahan hukum primer, bahan

hukum sekunder dan bahan hukum tirtier. Pelaksanaan penelitian normatif secara

garis besar ditujukan kepada:37

a. Penelitian terhadap asas-asas hukum.

b. Penelitian terhadap sistematika hukum.

c. Penelitian terhadap sinkronisasi hukum.

35

Sudradjaf Bassar, Op. cit. 1986.hlm.72. 36

Hermien Hediafi Koeswadji, Op. cit.,1984.hlm.44. 37

Ediwarman.Monograf Metodologi Penelitian Hukum Panduan penulisan skripsi, Tesis dan

Disertasi, PT. Sofmedia, Medan, 2015, hlm.94.

Universitas Sumatera Utara

Page 33: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

24

d. Penelitian terhadap sejarah hukum.

e. Penelitian terhadap perbandingan hukum.

Dalam hal penelitian hukum normatif, dilakukan penelitian terhadap

peraturan perundang-undangan dan berbagai literature yang berkatian dengan

permasalahan skripsi ini.

2. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan pendekatan Yuridis Normatif.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian penulis dalam menyusun skripsi adalah

Pengadilan Negeri Medan karena mengingat banyak terjadinya tindak

pidana pencurian dalam keadaan memberatkan.

4. Alat Pengumpulan Data

Pada umumnya para peneliti menggunakan alat pengumpulan data

berupa :

Studi Kepustakaan/studi dokumen (documentary study)

Wawancara (interview)

Daftar pertanyaan (questioner angket)

Pengamatan (observasi)

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini berupa studi

kepustakaan/studi dokumen (Documentary Study) yaitu dengan melakukan

peneltian terhadap data sekunder yang meliputi Peraturan-peraturan Nasional

yang berhubungan dengan tulisan ini, Yurisprudensi yaitu putusan Pengadilan

Universitas Sumatera Utara

Page 34: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

25

Negeri Medan, serta penelitian terhadap Bahan Sekunder, yang meliputi

karya penelitian, karya dari kalangan hukum lainnya, dan hasil penelitian, dan

bahan-bahan penunjang yang mencakup bahan-bahan yang memberi

petunjuk-petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan

sekunder, seperti kamus hukum dan sebagainya.

5. Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

Prosedur pengambilan dan pengumpulan data diperoleh dengan cara

melakukan studi kepustakaan (library research) dengan tujuan mencari

konsep-konsep, teori-teori, pendapat-pendapat atau penemuan-penemuan

yang relevan dengan pokok permasalahan melalui peraturan perundang-

undangan yang mengatur tindak pidana pencurian dalam keadaan

memberatkan.

6. Analisis Data

Tekhnik analisis data yang digunakan dalam penulisan hukum ini adalah

menggunakan deskriptif analisis yaitu data yang diperoleh kemudian

disusun secara sistematis dan selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk

mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas. Analisa kualitatif adalah

menganalisa secara lengkap dan komperehensif keseluruhan data sekunder

yang diperoleh sehingga dapat menjawab permasalahan-permasalahan

dalam penulisan hukum ini.

H. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini di bagi menjadi 5 (lima) bab, yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Universitas Sumatera Utara

Page 35: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

26

Bab ini akan dimulai dengan memaparkan latar belakang

penulisan,perumusan masalah, tujuan dan manfaat tulisan, keaslian

penulisan, tinjauan pustaka, metode penulisan, dan sistematika Penulisan

yang dilakukan dalam penulisan skripsi.

BAB II :PENGATURAN HUKUM TINDAK PIDANA PENCURIAN

PEMBERATAN

Bab ini berisi pengaturan hukum tindak pidana pencurian

pemberatan yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

(KUHP). Dalam bab ini di bahas beberapa jenis pencurian serta sangsi

bagi masing-masing tindak pidananya.

BAB III :PERTANGGUNG JAWABAN PELAKU TINDAK PIDANA

PENCURIAN PEMBERATAN

Dalam bab ini dijelaskan beberapa sub bab mengenai pertanggung

jawaban pidana pencurian pemberatan, asas kesalahan yang terdapat dalam

hukum pidana,yaitu kelalaian dan kesengajaan.

BAB IV :ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK

PIDANA PENCURIAN PEMBERATAN TERHADAP PUTUSAN NO :

1240/Pid.B/2016/PN-MDN

BAB V : PENUTUP

Bab ini adalah bab terakhir yang terdapat dalam skripsi ini dan juga

sekaligus sebagai bab penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan saran

terhadap bab-bab sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara

Page 36: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

27

BAB II

PENGATURAN HUKUM TINDAK PIDANA PENCURIAN

PEBERATAN

A. Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Pencurian dengan pemberatan, maksudnya adalah pencurian

biasa yangdiatur dalam pasal 362 disertai dalam keadaan

memberatkan. Pencurian biasa yang diatur dalam pasal 362 KUHP

memiliki pengertian yaitu :38

“Barang siapa mengambil sesuatu barang yang sama sekali atau

sebagian termasuk kepunyaan orang lain, dengan maksud akan

memiliki barang itu dengan melawan hak, dihukum, karena

pencurian dengan hukuman penjara, selama -lamanya lima tahun

atau sebanyak-banyaknya Rp.900- (K.U.H.P. 35, 364, 366, 486)”

Pasal 362 ini merupakan bentuk pokok dari pencurian, dengan unsur-

unsuryaitu :39

1. Obyektif

a. Mengambil

b. Barang

c. Yang seluruhnya atau sebahagian kepunyaan

orang lain

38

R.Soesilo, Loc.Cit 39

Mochamad Anwar. Hukum Pidana Bagian Khusus, KUHP Buku II. Bandung : 1980, hlm.7.

Universitas Sumatera Utara

Page 37: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

28

2. Subyektif

a. Dengan maksud

b. Untuk memiliki

c. Secara melawan hukum.

A.d.1. Mengambil

Mengambil semula diartikan memindahkan barang dari tempat

semula ke tempat lain. Ini berarti membawa barang dibawah

kekuasaannya yang nyata.Perbuatan mengambil berarti perbuatan yang

mengakibatkan barang dibawah kekuasaan yang melakukan atau yang

mengakibatkan barang berada diluar kekuasaan pemiliknya.40

A.d.2. Barang yang seluruhnya atau sebahagian kepunyaan orang

lain.

Pengertian barang telah mengalami juga proses

perkembangannya. Dari arti barang yang berjudul menjadi setiap

barang menjadi bagian dari kekayaan. Semula barang ditafsirkan

sebagai barang-barang yang berwujud dan dapat dipindahkan (barang

bergerak). Tetapi kemudian ditafsirkan sebagai setiap bahagian dari

harta benda seorang. Dengan demikian barang itu harus ditafsirkan

sebagai sesuatu yang mempunyai nilai didalam kehidupan ekonomi

dari seseorang. Perubahan pendapat ini disebabkan dengan peristiwa

pencurian aliran listrik, dimana aliran listrik termasuk pengertian

barang yang dapat menjadi obyek pencurian. Barang harus selurunya

atau sebahagian kepunyaan orang lain. Barang tidak perlu kepunyaan

40

Ibid

Universitas Sumatera Utara

Page 38: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

29

orang lain pada keseluruhannya, sedangkan sebahagian dari barang

saja dapat menjadi obyek pencurian. Jadi sebahagian lagi adalah

kepunyaan pelaku sendiri. Barang yang tidak ada pemiliknya tidak

dapat dijadikan obyek pencurian, yaitu barang-brang dalam keadaan

res nullius dan res derelictae.41

A.d.3. Dengan Maksud Untuk Memiliki Barang Bagi Diri Sendiri

SecaraMelawan Hukum Dengan Maksud.

Istilah ini terwujud dalam kehendak, keinginan atau tujuan dari

pelaku untuk memiliki barang secara melawan hukum.42

A.d.4. Melawan Hukum.

Perbuatan memiliki yang dikehendaki tanpa hak atau

kekuasaan sendiri dari pelaku. Pelaku harus sadar, bahwa barang yang

diambilnya adalah milik orang lain.43

A.d.5. Memiliki Barang Bagi Diri Sendiri.

Memiliki bagi diri sendiri adalah setiap perbuatan penguasaan

atas barang tersebut, melakukan tindakan atas barang itu seakan-akan

pemiliknya, sedangkan ia bukan pemiliknya.

Maksud memiliki barang bagi diri sendiri itu terwujud dalam

berbagai jenis perbuatan, yaitu menjual, memakai, memberikan kepada

orang lain, menggadaikan, menukarkan, merubahnya, dan sebagainya.

Pendeknya setiap penggunaan atas barang yang dilakukan pelaku

seakan-akan pemilik, sedangkan ia bukan pemilik.

41

Ibid, halaman.18. 42

Ibid, halaman.19. 43

Ibid

Universitas Sumatera Utara

Page 39: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

30

Maksud untuk memiliki barang itu tidak perlu terlaksana,

cukup apabila maksud itu ada.Meskipun barang itu belum sempat

dipergunakan, misalnya sudah tertangkap dulu, karena kejahatan

pencurian telah selesai terlaksana dengan selesainya perbuatan

mengambil barang.44

B. Pasal 363 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Pencurian dengan pemberatan memiliki unsur-unsur pencurian

biasa yang pokok, pencurian dengan pemberatan merupakan

(gequalificeerde diefstal) yang diterjemahkan sebagai pencurian husus

dimaksudnka sebagai suatu pencurian dengan cara tertentu dan bersifat

lebih berat.45

Pencurian dengan pemberatan diatur dalam pasal 363 Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana yaitu :

1. Dipidana dengan penjara selama-lamanya tujuh tahun :46

a. Pencurian ternak.

b. Pencurian pada waktu kebakaran, peletusan, banjir, gempa

bumi atau gempa laut, peletusan gunung berapi, kapal karam

terdampar, kecelakaan kereta-api, huru-hara, pemberontakan

atau bahaya perang.

c. Pencurian waktu malam dalam sebuah rumah atau di

perkarangan tertutup yang ada rumahnya, dilakukan oleh orang

44

Ibid, hlm.20. 45

Wirjono Prodjodikoro¸ Op.Cit., hlm.19. 46

R.Sugandhi. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana K.U.H.P enganPenjelasannya.Surabaya :

Usaha Nasional,1981. hlm.377.

Universitas Sumatera Utara

Page 40: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

31

yang ada di situ tiada dengan setahunya atau tiada dengan

kemauannya yang berhak.

d. Pencurian dilakukan oleh dua orang atau lebih bersama-sama.

e. Pencurian yang dilakukan, untuk dapat masuk ke tempat

kejahatan atau untuk dapat mengambil barang yang akan dicuri

itu dengan jalan membongkar, memecah atau memanjat atau

memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian-

pakaian palsu.

2. Jika pencurian yang diterangkan dalam No. 3 disertai dengan salah

satu hal yang diterangkan dalam No. 4 dan 5, maka dijatuhkan

pidana penjara selama - lamanya Sembilan tahun.

Dengan begitu pencurian dalam pasal tersebut dinamakan

“pencurian berat” dan ancaman hukumannya pun lebih berat.

(1) Pencurian ternak, hewan sebagaimana diatur diterangkan dalam

pasal 101 ialah semua jenis binatang yang memamah biak (kerbau

lembu, kambing dan sebagainya), binatang yang berkuku satu

(kuda, keledai) dan babi. Anjing, kucing ayam, itik dan angsa tidak

termasuk hewan, karena tidak memamah biak, tidak berkuku satu

dan bukan pula sejenis babi47

(2) Jika dilakukan pada waktu sedang terjadi bermacam-macam

bencana, seperti kebakaran, peletusa, banjir, gempa bumi atau

gempa laut, peletusan gunung berapi, kapal karam, kecelakaan

47

Ibid, hlm.378.

Universitas Sumatera Utara

Page 41: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

32

kereta api, huru-hara pemberontakan atau bahaya perang.pencurian

yang dilakukan dalam waktu seperti ini diancam hukuman lebih

berat, karena pada waktu semua sedang menyelamatkan jiwa dan

raganya serta harta bendanya, si pelaku mempergunakan

kesempatan itu untuk melakukan kejahatan, yang menandakan

bahwa orang itu adalah rendah budinya.48

Pencurian yang dilakukan dalam waktu seperti ini perlu

dibuktikan, bahwa antara terjadinya bencana dengan pencurian itu

ada kaitan yang erat, sehingga dapat dikatakan bahwa pencuri

tersebut mempergunakan kesempatan itu untuk mencuri, berbeda

halnya seorang pencuri di dalam sebuah rumahbagian kota, yang

kebetulan saja di bahagian kota itu terjadi kebakaran. Tindak

pidana ini tidak dapat digolongkan dengan pencurian yang

dimaksud oleh pasal ini, karena disini pencuri tidak sengaja

menggunakan kesempatan peristiwa kebakaran yang terjadi waktu

itu.

(3) Pada waktu malam di dalam sebuah rumah atau perkarangan

tertutup yang ada rumahnya dilakukan oleh orang yang berada di

situ tanpa setahu atau tanpa izin yang berhak. Waktu malam

sebagaimana dimaksud oleh pasal 98, adalah waktu antara

matahari terbenam dan terbit kembali. Pengertian rumah di sini

ialah bangunan yang dipergunakan sebagai tempat tinggal siang

dan malam. Gudang dan toko yang didiami pada waktu siang dan

48

Ibid, hlm.379.

Universitas Sumatera Utara

Page 42: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

33

malam, tidak termasuk pengertian rumah. Sebaliknya gubug,

garbing, kereta-api dan petak-petak kamar di dalam perahu, apabila

didiami siang dan malam, termasuk dalam pengertian rumah.

Perkarangan tertutup disini ialah dataran tanah yang pada

disekelilingnya ada pagarnya (tembok, bambu, pagar tumbuh-

tumbuhan yang hidup) dan tanda-tanda lain yang dapat dianggap

sebagai batas. Untuk dapat dituntut dengan pasal ini si pelaku pada

waktu melakukan pencurian itu harus masuk ke dalam rumah atau

perkarangan tersebut. Apabila hanya menggaet saja dari jendela,

tidak dapat digolongkan dengan pencurian dimaksud di sini.49

(4) Jika dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama -sama.

Supaya dapat dituntut menurut pasal ini, maka dua orang (atau

lebih) itu harus bertindak bersama-sama sebagaiana dimaksud oleh

pasal 55, dan tidak seperti halnya yang dimaksud oleh pasal 56,

yakni yang seorang bertindak, sedang seorang lainnya hanya

sebagai pembantu saja.50

(5) Masuk ke tempat kejahatan atau untuk dapat mengambil barang

yang akan dicuri itu, pencurian tersebut dilakukan dengan jalan

membongkar, memecah, memanjat atau memakai anak kunci

palsu, perintah palsu atau pakaian palsu. Membongkar ialah

mengadakan perusakan yang agak besar, misalnya membongkar

tembok, pintu dan jendela dan sebagainya. Dalam hal ini harus ada

sesuatu yang rusak, pecah dan sebagainya. Apabila pencuri hanya

49

Ibid

50Ibid, hlm.380.

Universitas Sumatera Utara

Page 43: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

34

mengangkat daun pintu dari engselnya dan tidak terdapat

kerusakan apa-apa, tidak dapat diartikan “membongkar”.

Memecah ialah membuat kerusakan yang agak ringan, misalnya

memcah kaca jendela dan sebagainya. Memanjat, dalam pasal 99

KUHP adalah ke dalam rumah dengan melalui lubang yang sudah

ada tetapi tidak untuk tempat orang lalu, atau dengan melalui

lubang dalam tanah yang sengaja digali, demikian juga melalui

selokan atau parit, yang gunanya sebagai penutup jalan.

Anak kunci palsu , dalam pasal 100 KUHP adalah segala macam

anak kunci yang tidak diperuntukan membuka kunci dari sesuatu

barang yang dapat dikunci, seerti lemari, peti dan sebagainya, oleh

yang berhak atas barang itu. Demikian juga anak kunci duplikat

yang penggunaannya bukan oleh yang berhak, dapat dikatakan

anak kunci palsu. Anak kunci asli yang telah hilang dari tangan

yang berhak, apabila orang yang berhak itu telah membuat anak

kunci lain untuk membuka kunci tersebut, dapat dikatakan pula

anak kunci palsu. Dalam sebutan anak kunci palsu menurut pasal

100 ini, termasuk juga sekalian perkakas, walaupun bentuk tidak

menyerupai anak kunci, misalnya kawat atau paku yang lazimnya

tidak untuk membuka kunci, apabila alat itu digunakan oleh

pencuri untuk membuka kunci, masuk pula dalam sebutan anak

kunci palsu. Perintah palsu ialah perintah yang dibuat sedemikian

rupa, seolah-olah perintah itu asli dan dikeluarkan oleh yang

berwajib, padahal tidak asli.Pakaian palsu ialah pakaian yang

Universitas Sumatera Utara

Page 44: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

35

dikenakan oleh orang yang tidak berhak itu. Misalnya seorang

pencuri yang mengenakan pakaian seragam polisi dapat masuk ke

dalam rumah seseorang, kemudian mencuri barang.Pakaian palsu

di sini tidak saja pakaian jabatan pemerintah, tetapi boleh juga

pakaian seragam perusahaan swasta.51

(6) Dalam ayat 1 sub (5) pasal ini antara lain dikatakan bahwa

untuk dapat masuk ke tempat kejahatan itu pencuri tersebut

melakukan perbuatan dengan jalan membongkar. Bukan yang

diartikan jalan untuk ke luar. Jadi apabila si pencuri di dalam

rumah sejak petang hari ketika pintu-pintu rumah itu sedang

dibuka, kemudian ke luar pada malam harinya, setelah para

penghuni rumah itu tidur nyenyak, dengan jalan membongkar,

tidak dapat digolongkan dengan pencurian yang dimaksudkan

di sini.52

C. Sanksi

Dari pengertian hukum pidana (pemidanaan) yang lebih sempit

menjadi pidana di samping penindakan dan kebijaksanaan maka hukum

pidana dapat disebut sebagai Hukum Sanksi. Pengertian sanksi dalam

pembahasan ini adalah yang berupa penderitaan, nestapa, atau segala

sesuatu yang tidak menguntungkan secara jasmani. Penjatuhan tentang

penderitaan, nestapa atau segala sesuatu yang tidak menguntungkan tadi,

akan dirasakan kepada setiap orang yang karena perbuatannya telah

51

Ibid

52Ibid, hlm.381.

Universitas Sumatera Utara

Page 45: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

36

dinyatakan sebagai pihak yang merampas kemerdekaan orang lain.

Penentuan apakah seseorang itu telah dinyatakan sebagai pihak yang

merampas kemerdekaan orang lain dinyatakan di dalam putusan hakim.

Mengenai putusan hakim yang melegalkan sesuatu yang tidak legal itu

sering disebut sebagai putusan yang condemnatoir, yaitu putusan hakim

yang berisi penghukuman kepada salah satu pihak.53

Menurut Sudarto, sanksi atau pemidanaan itu kerap kali disebut

penghukuman. Penghukuman berasal dari kata dasar hukum, sehingga

dapat diartikan sebagai menetapkan hukum atau memutuskan tentang

hukumnya (berechten). Penghukuman dalam perkara pidana, sinonim

dengan pemidanaan atau pemberian atau penjatuhan pidana oleh hakim.54

Berikut beberapa Teori Pemidanaan,55

1. Teori Absolut

Dasar dari pijakan teori ini adalah pembalasan. Inilah dasar

pembenar dari penjatuhan penderitaan berupa pidana itu pada penjahat.

Negara berhak menjatuhkan pidana karena penjahat tersebut telah

melakukan penyerangan dan perkosaan pada hak dan kepentingan

umum (pribadi, masyarakat atau negara) yang telah dilindungi. Oleh

karena itu, ia harus diberikan pidana yang setimpal dengan perbuatan

(berupa kejahatan) yang dilakukannya. Penjatuhan pidana yang pada

dasarnya penderitaan pada penjahat dibenarkan karena penjahat telah

53

Waluyadi.Hukum Pidana Indonesia.Jakarta : Djambatan,2003. hlm.29.

54Abul Khair Dan Mohammad Ekaputra. Pemidanaan.Medan : USU Press,Medan, 2011.

hlm.7. 55

Adami Chazawi. Pelajaran Hukum Pidana 1. Jakarta : PTRajaGrafindo Persada,2002. hlm. 157.

Universitas Sumatera Utara

Page 46: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

37

membuat penderitaan bagi orang lain. Setiap kejahatan tidak boleh

dan tidak harus diikuti oleh pidana bagi pembuatnya, tidak dilihat

akibat-akibat apa yang dapat timbul dari penjatuhan pidana itu, tidak

memperhatikan masa depan, baik terhadap diri penjahat maupun

masyarakat. Menjatuhkan pidana tidak dimaksudkan untuk mencapai

sesuatu yang praktis, tetapi bermaksud satu-satunya memberikan

penderitaan bagi penjahat.

2. Teori Relatif atau Teori Tujuan

Teori relatif atau teori tujuan berpokok pangkal pada dasar

bahwa pidana adalah alat untuk menegakkan tata tertib (hukum) dalam

masyarakat. Tujuan pidana ialah tata tertib masyarakat, dan untuk

menegakan tata tertib itu diperlukan pidana.

Pidana adalah alat untuk mencegah timbulnya suatu kejahatan,

dengan tujuan agar tata tertib masyarakat tetap terpelihara. Ditinjau

dari sudut pertahanan masyarakat itu tadi, pidana merupakan sesuatu

yang perlu diadakan (noodzakelijk).

Untuk mencapai tujuan ketertiban masyarakat tadi, maka pidana itu

mempunyai tiga macam sifat, yaitu:56

a. Bersifat menakuti-nakuti

b. Bersifat memperbaiki

c. Bersifat membinasakan

Oleh sebab itu terbagi menjadi 2 (dua) macam teori, yaitu:57

56

Ibid, hlm.162.

57Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 47: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

38

1) Teori pencegahan umum

Pidana yang dijatuhkan pada penjahat ditujukan agar

orang-orang (umum) menjadi takut untuk berbuat

kejahatan. Penjahat yang dijatuhi pidana itu dijadian contoh

oleh masyarakat agar masyarakat tidak meniru dan

melakukan pebuatan yang serupa dengan penjahat itu.

2) Teori pencegahan khusus

Tujuan pidana ialah mencegah pelaku kejahatan yang

dipidana agar ia tidak mengulang lagi kejahatan, dan

mencegah agar orang yang telah berniat buruk untuk tidak

mewujudkan niatnya itu ke dalam bentuk perbuatan nyata.

Tujuan ini dapat dicapai dengan jalan menjatuhkan pidana,

yang sifatnya terbagi dalam 3 (tiga) bentuk, yaitu:58

a) Menakuti-nakutinya

b) Memperbaikinya, dan

c) Membuatnya menjadi tidak berdaya

Menakut-nakuti ialah bahwa pidana harus dapat memberi rasa

takut bagi orang-orang tertentu yang masih ada rasa takut agar ia tidak

lagi mengulangi kejahatan yang dilakukannya. Akan tetapi, ada juga

orang-orang tertentu yang tidak lagi merasa takut untuk mengulangi

kejahatan yang pernah dilakukannya, pidana yang dijatuhkan kepada

orang yang seperti ini haruslah bersifat memperbaikinya. Sementara

itu, orang-orang yang ternyata tidak dapat diperbaiki lagi, pidana yang

58

Ibid, hlm.165.

Universitas Sumatera Utara

Page 48: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

39

dijatuhkan terhadapnya haruslah bersifat membuatnya tidak berdaya

atau bersifat membinasakan.

3. Teori Gabungan

Teori gabungan ini mendasarkan pidana pada asas pembalasan

dan asas pertahanan tata tertib masyarakat, dengan kata lain dua alasan

itu menjadi dasar dari penjatuhan pidana. Teori gabungan ini dapat

dibedakan menjadi dua golongan besar, yaitu sebagai berikut :59

a. Teori gabungan yang mengutamakan pembalasan, tetapi

pembalasan tidak boleh melampaui batas dari apa yang perlu dan

cukup untuk dapat dipertahankanya tata tertib masyarakat.

b. Teori gabungan yang mengutamakan perlindungan tata tertib

masyarakat, tetapi penderitaan atas dijatuhinya pidana tidak boleh

lebih berat daripada perbuatan yang dilakukan terpidana.

Ted Honderich berpendapat, bahwa pemidanaan harus memuat tiga

unsurberikut :60

a. Pemidanaan harus mengandung semacam kehilangan (deprivation)

atau kesengsaraan (distress) yang biasanya secara wajar

dirumuskan dari tindakan pemidanaan. Unsur pertama ini pada

dasarnya merupakan kerugian atau kejahatan yang diderita subjek

yang menjadi korban sebagai akibat dari tindakan sadar subjek lain.

Secara actual, tindakan subjek lain dianggap salah bukan saja

59

Ibid. hlm.166.

60Abul Khair Dan Mohammad Ekaputra, Op.cit, hlm.10.

Universitas Sumatera Utara

Page 49: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

40

karena mengakibatkan penderitaan bagi orang lain, tetapi juga

karena melawan hukum yang berlaku secara sah.

b. Setiap pemidanaan harus datang dari institusi yang berwenang

secara hukum pula. Jadi, pemidanaan tidak merupakan konsekuensi

alamiah suatu tindakan, melainkan sebagai hasil keputusan pelaku-

pelaku personal suatu lembaga yang berkuasa. Karenanya,

pemidanaan bukan merupakan tindakan balas dendam dari korban

terhadap pelanggar hukum yang mengakibatkan penderitaan.

Penguasa yang berwenang, berhak untuk menjatuhkan pidana

hanya kepada subjek yang telah terbuti secara sengaja melanggar

hukum atau peraturan yang berlaku dalam masyarakat. Unsur yang

ketiga ini memang mengandung pertanyaan tentang “hukuman

kolektif”, misalnya embargo ekonomi yang dirasakan oleh orang-

orang yang tidak bersalah. Meskipun demikian, secara umum

pemidanaan dapat dirumuskan terbukti sebagai denda (penalty) yang

diberikan oleh instansi yang berwenang kepada pelanggar hukum atau

peraturan. Lebih lanjut, sanksi atau hukuman mengenai pencurian

dengan pemberatan terdapat dalam KUHP dimana menurut pasal 363

ayat (1) yang menyebutkan : “Dengan hukuman penjara selama-

lamanya 7 tahun apabila :

1. Pencurian ternak.

Universitas Sumatera Utara

Page 50: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

41

2. Pencurian pada waktu kebakaran, peletusan, banjir, gempa bumi

atau gempa laut, peletusan gunung berapi, kapal karam terdampar,

kecelakaan kereta-api, huru-hara, pemberontakan atau bahaya

perang.

3. Pencurian pada waktu malam dalam sebuah rumah atau di

perkarangan tertutup yang ada rumahnya, dilakukan oleh orang

yang ada disitu tiada dengan setahunya atau bertentangan dengan

kemauannya orang yang berhak.

4. Pencurian dilakukan oleh dua orang atau lebih bersama-sama.

5. Pencurian yang dilakukan, untuk dapat masuk ke tempat kejahatan

atau untuk dapat mengambil barang yang akan dicuri itu dengan

jalan membongkar, memecah atau memanjat atau memakai anak

kunci palsu, perintah palsu atau pakaian-pakaian palsu.

Pasal 363 ayat (2) KUHP Menyatakan dihukum selama-

lamanya 9 tahun. Jika yang diterangkan dalam No. 3 disertai dengan

salah satu hal yang tersebut dalam No. 4 dan 5.

Universitas Sumatera Utara

Page 51: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

42

BAB III

PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA

PENCURIAN PEMBERATAN

Pertanggungjawaban pidana dalam bahasa asing di sebut sebagai

“toereken-baarheid”, “criminal reponsibilty”, “criminal liability”,

pertanggungjawaban pidana disini di maksudkan untuk menentukan apakah

seseorang tersebut dapat di pertanggungjawabkan atasnya pidana atau tidak

terhadap tindakan yang di lakukanya itu.61

Dalam konsep KUHP tahun 1982-1983, pada pasal 27 menyatakan bahwa

pertanggungjawaban pidana adalah di teruskanya celaan yang objektif ada pada

tindak pidana berdasarkan hukum yang berlaku, secara obyektif kepada pembuat

yang memenuhi syarat-syarat undang-undang untuk dapat di kenai pidana karena

perbuatanya.62

Hukum pidana di Indonesia memberikan konsep pertanggungjawaban

pidana bahwa untuk dapat mempertanggungjawabkan pidana seseorang meskipun

telah melakukan perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana dan bersifat

melawan hukum, serta tidak ada alasan pembenar, hal tersebut belum memenuhi

syarat bahwa orang yang melakukan tindak pidana harus mempunyai kesalahan.

Adanya kesalahan yang mengakibatkan dipidanya terdakwa, maka terdakwa harus

memenuhi kriteria yaitu:

61

S.R Sianturi .Asas-asas Hukum Pidana Indonesia dan Penerapanya,Cet IV, Jakarta :Alumni

Ahaem-Peteheam,1996,hlm .245. 62

Djoko Prakoso .Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia . Edisi Pertama , Yogyakarta : Liberty

Yogyakarta , 1987 ,hlm.75.

Universitas Sumatera Utara

Page 52: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

43

a. Melawan perbuatan pidana;

b. Mampu bertaggung jawab;

c. Dengan sengaja atau kealpaan, dan

d. Tidak ada alasan pemaaf.63

Pertanggungjawaban pidana adalah seseorang itu dapat dipidana atau

tidaknya karena kemampuan dalam mempertanggungjawabakan perbuatannya.

Dalam bahasa asing dikenal dengan Toerekeningsvatbaarheid dan terdakwa akan

dibebaskan dari tanggung jawab jika itu tidak melanggar hukum. Untuk adanya

pertanggungjawaban pidana, harus jelas terlebih dahulu siapa yang dapat

dipertanggungjawabkan.Ini berarti harus dipastikan dahulu yang dinyatakan

sebagai pembuat suatu tindak pidana.

Dipidananya seseorang tidaklah cukup dengan membuktikan bahwa orang

itu telah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hukum atau bersifat

melawan hukum.Untuk dapat dipertanggungjawabkan orang tersebut perlu adanya

syarat bahwa orang yang melakukan perbuatan itu mempunyai kesalahan atau

bersalah (subjective guilt).64

Perbuatan melawan hukum belum cukup untuk

menjatuhkan hukuman. Harus ada pembuat (dader) yang bertanggung jawab atas

perbuatannya. Pembuat harus ada unsur kesalahan dan bersalah itu adalah

pertanggungjawaban yang harus memenuhi unsur :

a. Perbuatana yang melawan hukum.

63

Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana, Aksara Baru, Jakarta,

1999, hlm. 47. 64

Nikmah ,Rosidah, Asas-Asas Hukum Pidana, Pustaka Magister, Semarang, 2011, hlm.40.

Universitas Sumatera Utara

Page 53: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

44

b. Pembuat atau pelaku dianggap mampu bertanggung jawab atas

perbuatannya (unsur kesalahan).65

Pertanggungjawaban dalam hukum pidana merupakan

pertanggungjawaban menurut hukum pidana. Setiap orang bertanggung jawab atas

segala perbuatannya, hanya kelakuannya yang menyebabkan hakim menjatuhkan

hukuman yang dipertanggungjawabkan pada pelakunya.

Pertanggungjawaban pidana melihat pada adanya unsur kesalahan.

Apabila orang yang melakukan perbuatan itu memang melakukan kesalahan,

maka ia akan dipidana. Berarti orang yang melakukan tindak pidana akan

dikenakan pidana atas perbuatannya. Seseorang harus bertanggung jawab

terrhadap sesuatu yang dilakukan sendiri atau bersama orang lain, karena

kesengajaan atau kelalaian secara aktif atau pasif, dilakukan dalam wujud

perbuatan melawan hukum, baik dalam tahap pelaksanaan maupun tahap

percobaan. Konsep Asas Legalitas menyatakan bahwa seseorang baru dapat

dikatakan melakukan perbuatan pidana apabila perbuatannya tersebut telah sesuai

dengan rumusan dalam undang-undang hukum pidana. Meskipun demikian, orang

tersebut belum tentu dapat dijatuhi pidana, karrena masih harus dibuktikan

kesalahannya, apakah dapat dipertanggungjawabakan pertanggungjawaban

tersebut. Agar seseorang dapat dijatuhi pidana, harus memenuhi unsur-unsur

perbuatan pidana dan pertanggungjawaban pidana.

Seseorang telah melakukan atau tidak melakukan perbuatan yang dilarang

undang-undang dan tidak dibenarkan oleh masyarakat atau tidak patut menurut

65

R. Abdussalam, Sistem Peradilan Pidana, Restu Agung, Jakarta, 2007, hlm.27.

Universitas Sumatera Utara

Page 54: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

45

pandangan masyarakat. Melawan hukum dan kesalahan adalah unsur-unsur

peristiwa pidana atau perbuatan pidana (delik) yang mempunyai hubungan erat.

Tanggung jawab itu selalu ada, meskipun belum pasti dituntut oleh pihak yang

berkepentingan jika pelaksanaan peranan yang telah berjalan itu ternyata tidak

mencapai tujuan yang diinginkan. Demikian pula dengan masalah terjadinya

perbuatan pidana dengan segala faktor-faktor yang menjadi pertimbangan

melakukan pertanggungjawaban dalam hukum pidana. Atas faktor-faktor itulah

tanggung jawab dapat lahir dalam hukum pidana. Tanggungjawab pidana dapat

diartikan sebagai akibat lebih lanjut yang harus ditanggung oleh orang yang telah

bersikap tindak, baik bersikap tindak yang selaras dengan hukum maupun yang

bertentangan dengan hukum.

Tanggung jawab pidana adalah akibat lebih lanjut yang harus

diterima/dibayar/ditanggung oleh seseorang yang melakukan tindak pidana secara

langsung atau tidak langsung. Untuk dapat dipidana, maka perbuatannya harus

memenuhi unsur-unsur tindak pidana. Apabila perbuatannya memenuhi unsur-

unsur tindak pidana, maka kepada yang bersangkutan dapat dimintakan

pertanggungjawaban pidana secara yuridis.

Menurut Roeslan Saleh, dalam pengertian perbuatan pidana tidak termasuk

pertanggungjawaban. Perbuatan pidana menurut Roeslan Saleh mengatakan,

orang yang melakukan perbuatan pidana dan memang mempunyai kesalahan

merupakan dasar adanya pertanggungjawaban pidana. Asas yang tidak tertulis

Universitas Sumatera Utara

Page 55: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

46

mengatakan, “tidak di ada pidana jika tidak ada kesalahan,” merupakan dasar dari

pada di pidananya si pembuat.66

Seseorang melakukan kesalahan, menurut Prodjohamidjojo, jika pada

waktu melakukan delik, dilihat dari segi masyarakat patut di cela. Telah di

maklumi bahwa perbuatan pidana memiliki konsekuensi pertanggungjawaban

serta penjatuhan pidana, maka setidaknya ada dua alasan. Dengan demikan,

menurutnya seseorang mendapatkan pidana tergantung pada dua hal, yaitu (1)

harus ada perbuatan yang bertentangan dengan hukum, atau dengan kata lain,

harus ada unsur melawan hukum. Jadi harus ada unsur objektif. Dan (2) terhadap

pelakunya ada unsur kesalahan dalam bentuk kesengajaan dan atau kealpaan,

sehingga perbuatan yang melawan hukum tersebut dapat di pertanggungjawabkan

kepadanya, jadi ada unsur subjektif.

A. Asas Kesalahan Dalam Tindak Pidana Pencurian dengan Pemberatan

Perbuatan-perbuatan pidana menurut sistem KUHP kita bagi atas

kejahatan dan pelanggaran. Pelanggaran yang dimaksud yaitu perbuatan-

perbuatan yang sifat melawan hukumnya baru dapat diketahui setelah ada

peraturan yang menentukan. Perbuatan pidana tidak termasuk pengertian

pertanggungjawaban pidana. Perbuatan pidana hanya merujuk kepada dilarang

dan diancamnya perbuatan dengan suatu ancaman pidana. Apakah orang yang

melakukan perbuatan kemudian dijatuhi pidana, tergantung kepada apakah

dalam melakukan perbuatan itu orang tersebut memiliki kesalahan.67

66

Ibid. 67

Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, hlm.71.

Universitas Sumatera Utara

Page 56: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

47

Dengan demikian, membicarakan pertanggungjawaban pidana mau

tidak mau harus didahului dengan penjelasan tentang perbuatan pidana. Sebab

seseorang tidak bisa dimintai pertanggungjawaban pidana tanpa terlebih dahulu

ia melakukan perbuatan pidana. Adalah dirasakan tidak adil jika tiba-tiba

seseorang harus bertanggung jawab atas suatu tindakan, sedang ia sendiri tidak

melakukan tindakan tersebut.68

Pertanggungjawaban pidana diartikan sebagai diteruskannya celaan

yang objektif yang ada pada perbuatan pidana dan secara subjektif yang ada

memenuhi syarat untuk dapat dipidana karena perbuatannya itu. Dasar adanya

perbuatan pidana adalah asas legalitas, sedangkan dasar dapat dipidananya

pembuat adalah asas kesalahan. Ini berarti pembuat perbuatan pidana hanya

akan dipidana jika ia mempunyai kesalahan dalam melakukan perbuatan pidana

tersebut. Kapan seseorang dikatakan mempunyai kesalahan menyangkut

masalah pertanggungjawaban pidana. Dari uraian di atas ternyata bahwa untuk

adanya suatu kesalahan harus dipikirkan dua hal sebelum melakukan perbuatan

pidana, yaitu:

1. Adanya keadaan psychis (bathin) yang tertentu.

2. Adanya hubungan tertentu antara keadaan bathin tersebut dengan

perbuatan yang dilakukan, hingga menimbulkan sebuah celaan.

Pertanggungjawaban pidana adalah pertanggungjawaban seseorang

terhadap tindak pidana yang dilakukannya. Yang dipertanggungjawabkan

seseorang itu adalah tindak pidana yang dilakukannya. Terjadinya

pertanggungjawaban pidana karena telah ada tindak pidana yang dilakukan

68

Mahrus Ali, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, 2011, hlm.155.

Universitas Sumatera Utara

Page 57: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

48

oleh seseorang. Pertanggungjawaban pidana pada hakikatnya merupakan

suatu mekanisme yang dibangun oleh hukum pidana untuk bereaksi terhadap

pelanggaran atas, kesepakatan menolak‟ suatu perbuatan tertentu.69

Kesalahan dalam arti yang seluas-luasnya, dapat disamakan dengan

pengertian pertanggungjawaban pidana dimana di dalamnya terkandung

makna dapat dicelanya si pembuat atas perbuatannya. Tentang kesalahan ini

Bambang Poernomo menyebutkan bahwa :

“Kesalahan itu mengandung segi psikologis dan segi yuridis. Segi psikologis

merupakan dasar untuk mengadakan pencelaan yang harus ada terlebih, baru

kemudian segi yang kedua untuk dipertanggungjawabkan dalam hukum

pidana. Dasar kesalahan yang harus dicari dalam psikis orang yang

melakukan perbuatan itu sendiri dengan menyelidiki bagaimana hubungan

batinnya itu dengan apa yang telah diperbuat”.70

Berdasarkan pendapat Bambang Poernomo tersebut dapat diketahui

untuk adanya suatu kesalahan harus ada keadaan psikis atau batin tertentu,

dan harus ada hubungan yang tertentu antara keadaan batin tersebut dengan

perbuatan yang dilakukan sehingga menimbulkan suatu celaan, yang pada

nantinya akan menentukan dapat atau tidaknya seseorang di

pertanggungjawabkan secara pidana.

1. Kesengajaan

Dalam kebanyakan rumusan tindak pidana, unsur kesengajaan

atau yang disebut dengan opzet merupakan salah satu unsur yang

terpenting. Dalam kaitannya dengan unsur kesengajaan ini, maka

69

Mahrus Ali, Asas-Asas Hukum Pidana, hlm.155. 70

Bambang Poernomo,Asas-Asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, , 1985, hlm.145.

Universitas Sumatera Utara

Page 58: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

49

apabila didalam suatu rumusan tindak pidana terdapat perbuatan

dengan sengaja atau biasa disebut dengan opzettelijk, maka unsur

dengan sengaja ini menguasai atau meliputi semua unsur lain yang

ditempatkan dibelakangnya dan harus dibuktikan. Disini dikaitkan

dengan teori kehendak yang dirumuskan maka dapat dikatakan

bahwa yang dimaksudkan dengan sengaja adalah kehendak membuat

suatu perbuatan dan kehendak untuk menimbulkan suatu akibat dari

perbuatan itu atau akibat dari perbuatannya itu yang menjadi maksud

dari dilakukannya perbuatan itu. Jika unsur kehendak atau

menghendaki dan mengetahui dalam kaitannya dengan unsur

kesengajaan tidak dapat dibuktikan dengan jelas secara materiil -

karena memang maksud dan kehendak seseorang itu sulit untuk

dibuktikan secara materiil- maka pembuktian adanya unsur

kesengajaan dalam pelaku melakukan tindakan melanggar hukum

sehingga perbuatannya itu dapat dipertanggungjawabkan kepada si

pelaku seringkali hanya dikaitkan dengan keadaan serta tindakan si

pelaku pada waktu ia melakukan perbuatan melanggar hukum yang

dituduhkan kepadanya tersebut.

Tentang apa arti dari kesengajaan, tidak ada keterangan sama

sekali dalam KUHP Indonesia, lain halnya dengan Swiss di mana

dalam Pasal 18 KUHP Swiss dengan tugas memberikan pengertian

tentang kesengajaan yaitu, “barang siapa melakukan perbuatan

Universitas Sumatera Utara

Page 59: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

50

dengan mengetahui dan menghendakinya, maka dia melakukan

perbuatan itu dengan sengaja.71

Kesengajaan sebagai maksud / tujuan (opzet als oogmerk)

Bentuk kesengajaan sebagai maksud sama artinya dengan

menghendaki (willens) untuk mewujudkan suatu perbuatan (tindak

pidana aktif), menghendaki untuk tidak berbuat / melalaikan

kewajiban hukum (tindak pidana pasif) dan tahu juga menghendaki

timbulnya akibat dari perbuatan itu (tindak pidana materiil).72

Kesengajaan sebagai kepastian (opzet bij zekerheidsbewustzijn)

Kesadaran seseorang terhadap suatu akibat yang menurut akal orang

pada umumnya pasti terjadi oleh dilakukannya suatu perbuatan

tertentu. Apabila perbuatan tertentu yang disadarinya pasti

menimbulkan akibat yang tidak dituju itu dilakukan juga maka disini

terdapat kesengajaan sebagai kepastian.73

Kesengajaan sebagai kemungkinan (opzet bij

mogelijkheidsbewustzijn) disebut juga dengan dolus eventualis

Kesengajaan sebagai kemungkinan adalah kesengajaan untuk

melakukan perbuatan yang diketahuinya bahwa ada akibat lain yang

mungkin dapat timbul yang ia tidak inginkan dari perbuatan, namun

begitu besarnya kehendak untuk mewujudkan perbuatan, ia tidak

mundur dan siap mengambil resiko untuk melakukan perbuatan.74

71

Moeljatno, op.cit, hlm.171. 72

Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana I, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, Selanjutnya

disingkat Adami Chazawi I, 2002, hlm.96. 73

Ibid, hlm.97. 74

Ibid, hlm.96.

Universitas Sumatera Utara

Page 60: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

51

2. Kelalaian (Kealpaan)

Mengenai kealpaan ini keterangan resmi dari pihak pembentuk

Weet Boek Van Straffright yang di singkat dengan W.v.S. (Smidt 1-

825) adalah sebagai berikut: “pada umumnya bagi kejahatan-

kejahatan wet mengharuskan kehendak seseorang ditujukan pada

perbuatan yangdilarang dan diancam dengan pidana. Kecuali itu

keadaan yang dilarang mungkin sebagian besar berbahayanya

terhadap keamanan umum mengenai orang atau barang dan jika

terjadi menimbulkan banyak kerugian, sehingga wet harus bertindak

pula terhadap mereka yang tidak berhati-hati, yang teledor yang

menimbulkan keadaan itu karena kealpaaannya. Disini sikap batin

orang yang menimbulkan keadaan yang dilarang itu bukanlah

menentang larangan-larangan tersebut, dia tidak menghendaki atau

menyetujui timbulnya hal terlarang, tetapi kesalahannya,

kekelirihannya dalam batin suwaktu ia berbuat sehingga

menimbulkan hal yang dilarang ialah bahwa ia kurang

mengindahkan larangan itu.

Jadi bukanlah semata-mata menentang larangan tersebut dengan

justru melakukan yang dilarang itu.Tetapi dia tidak begitu

mengindahkan larangan. Ini ternyata dari perbuatannya dia alpa,

lalai, teledor dalam melakukan perbuatannya tersebut, sebab jika dia

mengindahkan adanya larangan waktu melakukan perbuatan yang

secara obyektif kausal menimbulkan hal yang dilarang dia tentu tidak

alpa atau kurang berhati-hati agar jangan sampai mengakibatkan hal

Universitas Sumatera Utara

Page 61: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

52

yang dilarang tadi. Oleh karena bentuk kesalahan ini juga disebut

dalam rumusan delik, maka juga harus dibuktikan.

Ada juga yang mengatakan bahwa kesengajaan adalah

kesalahan yang berlainan jenis daripada kealpaan. Dasarnya adalah

sama, yaitu:

a. Adanya perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana;

b. Adanya kemampuan bertanggung jawab

c. Tidak ada alasan pemaaf.

Dalam kesengajaan sikap batin orang menentang larangan,

sedangkan dalam kealpaan kurang mengindahkan larangan sehingga

tidak berhati-hati dalam melakukan sesuatu perbuatan yang obyektif

kausal menimbulkan keadaan yang dilarang. Dengan mengatakan

bahwa kealpaan adalah suatu bentuk kesalahan, maka dikatakan pula

bahwa sikap batin yang demikian itu adalah berwarna.Artinya selalu

kita hubungkan dengan sikap batin terhadap perbuatan yang

dipandang dari sudut hukum adalah keliru. Sama saja dengan

kesengajaan, bahkan lebih dari itu, lebih berwarna dari kesengajaan,

kalau masih mungkin mengatakan “dengan sengaja berbuat baik”

atau “dengan sengaja berbuat jahat”, dengan kata lain tidaklah

mungkin mengatakan “karena kealpaannya berbuat baik”. Sebabnya

tidak mungkin menyatakan demikian karena dalam istilah kealpaan

itu sendiri sudah terkandung makna kekeliruan.

Kesengajaan dan kealpaan pada dasarnya sama, sama dalam arti

di dalam lapangan hukum pidana, kealpaan itu mempunyai

Universitas Sumatera Utara

Page 62: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

53

pengertian yang khusus. Menurut Noyon-Langemeyer: “kealpaan

adalah suatu struktur yang sangat susah diartikan. Dia mengandung

dalam satu puhak kekeliruhan dalam perbuatan lahir dan menunjuk

kepada keadaan batin yang tertentu, dan dilain pihak keadaan

batinnya itu sendiri”. Selanjutnya dikatakan, jika dimengerti

demikian, maka culpa mencakup semua makna kesalahan dalam arti

luas yang bukan berupa kesengajaan. Beda kesengajaan daripada

kealpaan ialah bahwa dalam kesengajaan ada sifat yang positif yaitu

adanya kehendak dan penyetujuan yang disadari daripada bagian-

bagian delik yang meliputi oleh kesengajaan, sedang sifat positif ini

tidak ada dalam kealpaan. Oleh karena itu dapat dimengerti, bahwa

dipakai istilah yang sama untuk kesalahan dalam arti yang luas dan

kesalahan dalam arti yang sempit, meskipun ini tidak praktis.

Sekarang perlu kita selidiki lagi apakah artinya atau isinya ke alpaan

itu. Sebagaimana halnya dengan kesengajaan mengenai kealpaan ini

juga diterangkan dalam KUHP tentang artinya. Karena itu maka kita

harus melihat pada teori atau ilmu pengetahuan untuk memberi

pengertiannya ini. Van Hamel mengatakan bahwa kealpaan itu

mengandung dua syarat yaitu:75

a. Tidak mengadakan penduga-duga sebagaimana diharuskan oleh

hukum.

b. Tidak mengadakan penghati-hatian sebagaimana diharuskan

oleh hukum.

75

Ibid,hlm.201.

Universitas Sumatera Utara

Page 63: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

54

Pada waktu Wet Boek Van Straffright yang disingkat dengan

W.v.S., dibentuk, maka corok yang lebih berat daripada kealpaan yang

tidak disadari. Hal ini ternyata dalam ucapan Modderman yang

mengatakan: “corak kealpaan yang paling ringan ialah bahwa orang

menggunakan pelanggaran hukum dengan tidak diinsyafi sama sekali”76

Tetapi corak kealpaan yang lebih berat ialah yang dinamakan

Bewuste Schuld yaitu kalau pada waktu berbuat kemungkinan

menimbulkan akibat yang dilarang itu telah diinsyafi, tetapi karena

kepandaiannya atau diadakannya tindakan tindakan yang mencegahnya

kemungkinan itu diharapkan tidak akan timbul. Pandangan ini pada

waktu sekarang sudah dilepas karena:

a. Tidak mempunyai kegunaan yang praktis dalam masyarakat

b. Belum tentu kalau kealpaan yang tidak disadari adalah kesalahan

yang lebih ringan daripada yang disadari.

B. Kemampuan Bertanggung Jawab Pelaku Tindak Pidana Pencurian

dengan Pemberatan

Pertanggungjawaban pidana mengandung asas kesalahan (asas

culpabilitas), yang didasarkan pada keseimbangan monodualistik bahwa

asas kesalahan yang didasarkan pada nilai keadilan harus disejajarkan

berpasangan dengan asas legalitas yang didasarkan pada nilai kepastian.

Walaupun Konsep berprinsip bahwa pertanggungjawaban pidana

berdasarkan kesalahan, namun dalam beberapa hal tidak menutup

76

Ibid,hlm.210.

Universitas Sumatera Utara

Page 64: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

55

kemungkinan adanya pertanggungjawaban pengganti (vicarious

liability) dan pertanggungjawaban yang ketat (strict liability). Masalah

kesesatan (error) baik kesesatan mengenai keadaannya (error facti)

maupun kesesatan mengenai hukumnya sesuai dengan konsep

merupakan salah satu alasan pemaaf sehingga pelaku tidak dipidana

kecuali kesesatannya itu patut dipersalahkan kepadanya.77

Pertanggungjawaban pidana (criminal responsibility) adalah

suatu mekanisme untuk menentukan apakah seseorang terdakwa atau

tersangka dipertanggungjawabkan atas suatu tindakan pidana yang

terjadi atau tidak. Untuk dapat dipidananya si pelaku, disyaratkan

bahwa tindak pidana yang dilakukannya itu memenuhi unsur-unsur

yang telah ditentukan dalam Undang-undang.

Pertanggungjawaban pidana mengandung makna bahwa setiap

orang yang melakukan tindak pidana atau melawan hukum,

sebagaimana dirumuskan dalam undang-undang, maka orang tersebut

patut mempertanggungjawabkan perbuatan sesuai dengan

kesalahannya. Dengan kata lain orang yang melakukan perbuatan

pidana akan mempertanggungjawabkan perbuatan tersebut dengan

pidana apabila ia mempunyai kesalahan, seseorang mempunyai

kesalahan apabila pada waktu melakukan perbuatan dilihat dari segi

masyarakat menunjukan pandangan normatif mengenai kesalahan yang

telah dilakukan orang tersebut.78

77

Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan,

Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2001, hlm.23. 78

Moeljatno, Op Cit. hlm.41.

Universitas Sumatera Utara

Page 65: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

56

Pertanggungjawaban pidana pencurian pemberatan diterapkan

dengan pemidanaan, yang bertujuan untuk untuk mencegah

dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan norma hukum demi

pengayoman masyarakat; menyelesaikan konflik yang ditimbulkan

tindak pidana; memulihkan keseimbangan; mendatangkan rasa damai

dalam masyarakat; memasyarakatkan terpidana dengan mengadakan

pembinaan sehingga menjadi orang baik dan membebaskan rasa

bersalah pada terpidana.

Pertanggungjawaban pidana harus memperhatikan bahwa

hukum pidana harus digunakan untuk mewujudkan masyarakat adil dan

makmur merata materiil dan spirituil. Hukum pidana tersebut digunakan

untuk mencegah atau menanggulangi perbuatan yang tidak dikehendaki.

Selain itu penggunaan sarana hukum pidana dengan sanksi yang negatif

harus memperhatikan biaya dan kemampuan daya kerja dari insitusi

terkait, sehingga jangan sampai ada kelampauan beban tugas

(overbelasting) dalam melaksanakannya.79

Kemampuan bertanggung jawab merupakan unsur kesalahan,

maka untuk membuktikan adanya kesalahan unsur tadi harus dibuktikan

lagi. Mengingat hal ini sukar untuk dibuktikan dan memerlukan waktu

yang cukup lama, maka unsur kemampuan bertanggung jawab dianggap

diam-diam selalu ada karena pada umumnya setiap orang normal

bathinnya dan mampu bertanggung jawab, kecuali kalau ada tanda-

tanda yang menunjukkan bahwa terdakwa mungkin jiwanya tidak

79

Ibid, hlm.23.

Universitas Sumatera Utara

Page 66: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

57

normal. Dalam hal ini, hakim memerintahkan pemeriksaan yang khusus

terhadap keadaan jiwa terdakwa sekalipun tidak diminta oleh pihak

terdakwa. Jika hasilnya masih meragukan hakim, itu berarti bahwa

kemampuan bertanggung jawab tidak berhenti, sehingga kesalahan

tidak ada dan pidana tidak dapat dijatuhkan berdasarkan asas tidak

dipidana jika tidak ada kesalahan.80

Masalah kemampuan bertanggung jawab ini terdapat dalam

Pasal 44 Ayat 1 KUHP yang mengatur: “Barangsiapa melakukan

perbuatan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya karena

jiwanya cacat dalam pertumbuhan atau terganggu karena cacat, tidak

dipidana”. Menurut Moeljatno, bila tidak dipertanggungjawabkan itu

disebabkan hal lain, misalnya jiwanya tidak normal dikarenakan dia

masih muda, maka Pasal tersebut tidak dapat dikenakan.apabila hakim

akan menjalankan Pasal 44 KUHP, maka sebelumnya harus

memperhatikan apakah telah dipenuhi dua syarat yaitu syarat psikiatris

dan syarat psikologis.

1. Syarat psikiatris yaitu pada terdakwa harus ada kurang

sempurna akalnya atau sakit berubah akal, yaitu keadaan

kegilaan (idiote), yang mungkin ada sejak kelahiran atau karena

suatu penyakit jiwa dan keadaan ini harus terus menerus.

2. Syarat psikologis ialah gangguan jiwa itu harus pada waktu si

pelaku melakukan perbuatan pidana, oleh sebab itu suatu

gangguan jiwa yang timbul sesudah peristiwa tersebut, dengan

80

Ibid hlm.49.

Universitas Sumatera Utara

Page 67: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

58

sendirinya tidak dapat menjadi sebab terdakwa tidak dapat

dikenai hukuman.81

Kemampuan untuk membeda-bedakan antara perbuatan yang

baik dan yang buruk, adalah merupakan faktor akal (intelektual factor)

yaitu dapat membedakan perbuatan yang diperbolehkan dan yang tidak.

Kemampuan untuk menentukan kehendaknya menurut keinsyafan

tentang baik buruknya perbuatan tersebut adalah merupakan faktor

perasaan (volitional factor) yaitu dapat menyesuaikan tingkah lakunya

dengan keinsyafan atas mana yang diperbolehkan dan mana yang tidak.

Sebagai konsekuensi dari dua hal tersebut maka orang yang tidak

mampu menentukan kehendaknya menurut keinsyafan tentang baik

buruknya perbuatan, dia tidak mempunyai kesalahan kalau melakukan

tindak pidana, orang demikian itu tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dinyatakan bahwa

pertanggungjawaban pidana mengandung makna bahwa setiap orang

yang melakukan tindak pidana atau melawan hukum, sebagaimana

dirumuskan dalam undang-undang, maka orang tersebut patut

mempertanggungjawabkan perbuatan sesuai dengan kesalahannya.

Orang yang melakukan perbuatan pidana pencurianakan

mempertanggungjawabkan perbuatan tersebut dengan pidana apabila ia

mempunyai kesalahan, seseorang mempunyai kesalahan apabila pada

waktu melakukan perbuatan dilihat dari segi masyarakat menunjukan

81

Ibid, hlm.51.

Universitas Sumatera Utara

Page 68: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

59

pandangan normatif mengenai kesalahan yang telah dilakukan orang

tersebut.

Hal yang mendasari pertangungjawaban tindak pidana

Pencurian pemberatan adalah pemahaman bahwa setiap manusia

dianugerahi Tuhan Yang Maha Esa dengan akal budi dan nurani yang

memberikan kepadanya kemampuan untuk membedakan yang baik dan

yang buruk yang akan membimbing dan mengarahkan sikap dan

perilaku dalam menjalani kehidupannya. Dengan akal budi dan

nuraninya itu, maka manusia memiliki kebebasan untuk memutuskan

sendiri perilaku atau perbuatannya. Selain untuk mengimbangi

kebebasan, manusia memiliki kemampuan untuk bertanggung jawab

atas semua tindakan yang dilakukannya.

Universitas Sumatera Utara

Page 69: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

60

BAB IV

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA

PENCURIAN PEMBERATAN (STUDI PUTUSAN NO:

1240/Pid.B/2016/PN/MDN)

A. Posisi Kasus

1. Kronologi

Bahwa terdakwa Rendy Misba Surbakti bersama-sama dengan

ARIF (DPO/belum tertangkap) pada hari Kamis tanggal 31

Desember 2015 sekira pukul 21.00 WIB atau setidak-tidaknya

pada suatu waktu dalam tahun 2015, bertempat di Jalan Abadi

No. 8/C Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal

Kota Medan atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang

masih termasuk daerah hukum Pengadilan Negeri Medan,

mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian

kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara

melawan hukum, pada waktu malam hari dalam sebuah rumah

atau pekarangan yang tertutup yang ada rumahnya, dilakukan

oleh orang yang ada disitu tiada dengan setahunya atau

bertentangan dengan kemauannya orang yang berhak (yang

punya), yang dilakukan oleh dua orang bersama-sama atau

lebih, dengan masuk ketempat kejahatan itu atau dapat mencapai

barang untuk diambilnya, dengan jalan membongkar, memecah

atau memanjat atau dengan jalan memakai kunci palsu, perintah

palsu atau pakaian jabatan palsu, perbuatan mana yang

Universitas Sumatera Utara

Page 70: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

61

dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut : Bahwa

sebelumnya pada hari Kamis tanggal 31 Desember 2015 sekira

pukul 13.00 WIB terdakwa pergi kerumah saksi korban Agata

Murroisa Purba di Jalan Abadi No. 8/C Kelurahan Tanjung Rejo

Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan untuk menemui

abangkorban yang bernama ALOI, namum terdakwa tidak

bertemu dengan ALOI dan pada saat itu terdakwa melihat

bahwa rumah korban dalam keadaan kosong, selanjutnya

terdakwa pergi menemui teman teredakwa yang bernama ARIF

di Jalan Mandala, kemudian setelah bertemu dengan ARIF,

terdakwa mengajak ARIF untuk melakukan pencurian dirumah

korban tersebut dan pada saat itu juga ARIF mengajak seorang

temannya yang tidak terdakwa kenal, selanjutnya dengan

mengendarai sepeda motor milik ARIF, terdakwa bersama

dengan ARIF dan temannya berangkat dari rumah ARIF dengan

membawa alat berupa 1 (satu) buah gunting besar serta 2 (dua)

buah plat besi, kemudian sekira pukul 21.00 WIB setibanya di

depan rumah korban lalu ARIF menggunting gembok pagar

dengan menggunakan gunting besar tersebut dan setelah terbuka

terdakwa bersama dengan ARIF dan temannya masuk ke

pekarangan rumah korban, selanjutnya dengan menggunakan

plat besi ARIF mencongkel pintu depan rumah korban dan

setelah pintu rumah tersebut terbuka terdakwa bersama-sama

dengan ARIF dan temannya masuk kedalam rumah, dan di

Universitas Sumatera Utara

Page 71: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

62

dalam rumah tersebut terdakwa melihat 2 (dua) unit sepeda

motor masing-masing 1 (satu) unit sepeda motor Yamaha RX

King BK 1434 ZAC warna hitam dan 1 (satu) unit sepeda motor

Honda Supra X 125 BK 5124 ZV wana abu-abu hitam.

selanjutnya terdakwa bersama dengan ARIF menggeledah

seluruh isi kamar korban dan menemukan 2 (dua) kunci kontak

masing-masing sepeda motor tersebut, Uang tunai sebesar

Rp.1.100.000,- (satu juta seratus ribu rupiah), 1 (satu) unit

senapan angin warna coklat, 10 (sepuluh) buah batu Liontin, 50

(lima puluh) buah batu cincin bermacam model, 1 (satu) bilah

pisau komando merek Konsina dan 1 (satu) pasang sepatu merek

Max Berens, selanjutnya terdakwa bersama dengan ARIF dan

temannya membawa pergi barang-barang milik korban tersebut

menuju rumah ARIF dimana pada saat itu terdakwa

mengemudikan sepeda motor Honda Supra X 125 sedangkan

ARIF mengemudikan sepeda motor RX King dan teman ARIF

mengemudikan sepeda motor milik ARIF, kemudian setibanya

dirumah ARIF terdakwa langsung pulang kerumah dan dua hari

kemudian terdakwa kembali menemui ARIF untuk meminta

bagian terdakwa, dan dari seluruh hasil penjualan barang-barang

tersebut sebesar Rp.4.000.000,- (empat juta rupiah) terdakwa

mendapat bagian sebesar Rp.1.5 00.000,- (satu juta lima ratus

ribu rupiah), sehingga akibat kejadian tersebut saksi korban

Agata Murroisa Purba mengalami kerugian sebesar

Universitas Sumatera Utara

Page 72: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

63

Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah). Sebagaimana diatur dan

diancam pidana dalam Pasal 363 ayat (2) KUHP.82

2. Dakwaan

Jaksa Penuntut Umum dalam kasus ini mendakwakan dengan

dakwaan tunggal yaitu pasal 303 ayat (2) KUHP.

Menimbang, bahwa dakwaan Penuntut Umum tersebut

mengandung unsur-unsur sebagai berikut :

1. Barang Siapa ;

2. Mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian

kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara

melawan hukum, pada waktu malam hari dalam sebuah rumah

atau pekarangan yang tertutup yang ada rumahnya, dilakukan

oleh orang yang ada disitu tiada dengan setahunya atau

bertentangan dengan kemauannya orang yang berhak (yang

punya), yang dilakukan oleh dua orang bersama-sama atau

lebih, dengan masuk ketempat kejahatan itu atau dapat mencapai

barang untuk diambilnya, dengan jalan membongkar, memecah

atau memanjat atau dengan jalan memakai kunci palsu, perintah

palsu atau pakaian jabatan palsu;

ad.1 Barang Siapa;Menimbang, bahwa unsur pertama dakwaan

Kedua Penuntut Umum ini menunjuk kepada subyek hukum

pelaku tindak pidana ;

82

Putusan pengadian No: 1240/Pid.B/2016/PN-MDN.

Universitas Sumatera Utara

Page 73: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

64

Menimbang, bahwa dalam perkara ini Penuntut Umum telah

mengajukan 1 (satu) orang Terdakwa, yang atas pertanyaan

Majelis Hakim pada awal persidangan telah menerangkan

bahwa benar ia Terdakwa adalah orang yang identitasnya secara

lengkap telah disebutkan di dalam dakwaan Penuntut Umum ;

Menimbang, bahwa dari keterangan saksi-saksi telah ternyata

benar pula, bahwa saksi tersebut mengenal Terdakwa RENDY

MISBA SURBAKTI sebagai orang yang dimaksudkan dalam

dakwaan Penuntut Umum, sehingga oleh karenanya tidak terjadi

adanya kesalahan subyek hukum pelaku tindak pidana (error in

persona) antara orang yang dimaksudkan sebagai Terdakwa

dalam dakwaan Penuntut Umum dengan orang yang diajukan

sebagai Terdakwa di persidangan ; Menimbang, bahwa

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan hukum tersebut, maka

unsur pertama dakwaan Kedua Penuntut Umum harus

dipandang telah cukup terpenuhi dalam diri Terdakwa ;

Menimbang, bahwa selanjutnya akan dipertimbangkan unsur

kedua pada dakwaan tunggal Penuntut Umum ;

ad.2. mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian

kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara

melawan hukum, pada waktu m alam hari dalam sebuah rumah

atau pekarangan yang tertutup yang ada rumahnya, dilakukan

oleh orang yang ada disitu tiada dengan setahunya atau

bertentangan dengan kemauannya orang yang berhak (yang

Universitas Sumatera Utara

Page 74: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

65

punya), yang dilakukan oleh dua orang bersama-sama atau

lebih, dengan masuk ketempat kejahatan itu atau dapat mencapai

barang untuk diambilnya, dengan jalan membongkar, memecah

atau memanjat atau dengan jalan memakai kunci palsu, perintah

palsu atau pakaian jabatan palsu.

3. Tuntutan

a. Menyatakan Terdakwa Rendy Misba Surbakti telah

terbukti secara sah dan Meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana “Pencurian dalam keadaan memberatkan“

sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 303

bis ayat (2) KUH Pidana.

b. Agar menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Rendy Misba

Surbakti berupa pidana penjara selama 2 (dua) tahun dan 6

(enam) bulan dikurangi selama terdakwa berada dalam

tahanan dengan perintah terdakwa tetap berada dalam

tahanan.

c. Menyatakan barang bukti berupa1 (satu) buah plat besi alat,

dirampas untuk dimusnakan dan uang Rp. 25.000,- (dua

puluh lima ribu rupiah), dikembalikan kepada saksi korban

atas nama Agata Murroisa Purba.

d. Menetapkan agar terdakwa dibebani membayar biaya

perkara sebesar Rp.1.000, -

(seribu rupiah) ;

Universitas Sumatera Utara

Page 75: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

66

4. Fakta Hukum

Bahwa Terdakwa mengambil barang saksi pada hari Kamis

tanggal 31 Desember2015 sekira pukul 21.00 WIB, bertempat di

Jalan Abadi No. 8/C Kelurahan TanjungRejo Kecamatan Medan

Sunggal Kota Medan.

Bahwa sebelumnya pada hari Kamis tanggal 31 Desember 2015

sekira pukul 13.00Wib terdakwa pergi kerumah saksi korban Agata

Murroisa Purba di Jalan Abadi No.8/C Kelurahan Tanjung Rejo

Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan untuk menemui abang

korban yang bernama ALOI,

Bahwa pada saat itu terdakwa tidak bertemu dengan ALOI lalu

terdakwa melihat bahwa rumah korban dalam keadaan kosong,

selanjutnya terdakwa pergi menemui teman teredakwa yang

bernama ARIF di Jalan Mandala, kemudian setelah bertemu

dengan ARIF, terdakwa mengajak ARIF untuk melakukan

pencurian dirumah korban tersebut.

Bahwa pada saat itu juga ARIF mengajak seorang temannya yang

tidak terdakwa kenal, selanjutnya dengan mengendarai sepeda

motor milik ARIF, terdakwa bersama dengan ARIF dan temannya

berangkat dari rumah ARIF dengan membawa alat berupa 1 (satu)

buah gunting besar serta 2 (dua) buah plat besi,

Bahwa kemudian sekira pukul 21.00 Wib setibanya di depan

rumah korban lalu ARIF menggunting gembok pagar dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 76: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

67

menggunakan gunting besar tersebut dan setelah terbuka terdakwa

bersama dengan ARIF dan temannya masuk ke pekarangan rumah

korban, selanjutnya dengan menggunakan plat besi ARIF

mencongkel pintu depan.

Bahwa setelah tiba di dalam rumah tersebut terdakwa melihat 2

(dua) unit sepeda motor masing-masing 1 (satu) unit sepeda motor

Yamaha RX King BK 1434 ZAC warna hitam dan 1 (satu) unit

sepeda motor Honda Supra X 125 BK 5124 ZV wana abu-abu

hitam,

Bahwa selanjutnya terdakwa bersama dengan ARIF menggeledah

seluruh isi kamar korban dan menemukan 2 (dua) kunci kontak

masing-masing sepeda motor tersebut,Uang tunai sebesar

Rp.1.100.000,- (satu juta seratus ribu rupiah), 1 (satu) senapan

angin warna coklat, 10 (sepuluh) buah batu Liontin, 50 (lima

puluh) buah batu cincin bermacam model, 1 (satu) bilah pisau

komando merek Konsina dan 1 (satu) pasang sepatu merek Max

Berens, Bahwa selanjutnya terdakwa bersama dengan ARIF dan

temannya membawa pergi barang-barang milik korban tersebut

menuju rumah ARIF dimana pada saat itu terdakwa mengemudikan

sepeda motor Honda Supra X 125 sedangkan Arif mengemudikan

sepeda motor RX King dan teman ARIF mengemudikan sepeda

motor milik ARIF.

Bahwa kemudian setibanya dirumah ARIF terdakwa langsung

pulang kerumah dan dua hari kemudian terdakwa kembali

Universitas Sumatera Utara

Page 77: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

68

menemui ARIF untuk meminta bagian terdakwa dan dari seluruh

hasil penjualan barang-barang tersebut sebesar Rp.4.000.000

(empat juta rupiah) terdakwa mendapat bagian sebesar

Rp.1.500.000, - (satu juta lima ratus ribu rupiah),

Bahwsa akibat kejadian tersebut saksi korban Agata Murroisa

Purba mengalami kerugian sebesar Rp.100.000.000,- (seratus juta

rupiah).83

5. Pertimbangan Hakim

Menimbang, bahwa atas surat dakwaan tersebut Terdakwa tidak

mengajukan eksepsi/Keberatan

-Menimbang, bahwa Terdakwa di persidangan telah memberikan

keterangan yang pada pokoknya sebagai berikut:

-Bahwa pada hari Kamis tanggal 31 Desember 2015 sekitar pukul

13.00 WIB terdakwa pergi kerumah saksi korban Agata Murroisa

Purba di Jalan Abadi No. 8/C KelurahanTanjung Rejo Kecamatan

Medan Sunggal Kota Medan untuk menemui abang korban yang

bernama ALOI,

-Bahwa pada saat itu terdakwa tidak bertemu dengan ALOI lalu

terdakwa melihat bahwa rumah korban dalam keadaan kosong,

selanjutnya terdakwa pergi menemui teman terdakwa yang

bernama ARIF di Jalan Mandala, kemudian setelah bertemu

dengan ARIF, terdakwa mengajak ARIF untuk melakukan

pencurian dirumah korban tersebut.

83

Putusan Pengadian No: 1240/Pid.B/2016/PN-MDN.

Universitas Sumatera Utara

Page 78: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

69

-Bahwa pada saat itu juga ARIF mengajak seorang temannya yang

tidak terdakwa kenal, selanjutnya dengan mengendarai sepeda

motor milik ARIF, terdakwa bersama dengan ARIF dan temannya

berangkat dari rumah ARIF dengan membawa alat berupa 1 (satu)

buah gunting besar serta 2 (dua) buah plat besi,

-Bahwa kemudian sekira pukul 21.00 WIB setibanya di depan

rumah korban lalu ARIF menggunting gembok pagar dengan

menggunakan gunting besar tersebut dan setelah terbuka terdakwa

bersama dengan ARIF dan temannya masuk ke pekarangan rumah

korban, selanjutnya dengan menggunakan plat besi ARIF

mencongkel pintu depan rumah korban dan setelah pintu rumah

tersebut terbuka terdakwa bersama-sama dengan ARIF dan

temannya masuk kedalam rumah,

-Bahwa setelah tiba di dalam rumah tersebut terdakwa melihat 2

(dua) unit sepeda motor masing-masing 1 (satu) unit sepeda motor

Yamaha RX King BK 1434 ZAC warna hitam dan 1 (satu) unit

sepeda motor Honda Supra X 125 BK 5124 ZV wana abu-abu

hitam,

-Bahwa selanjutnya terdakwa bersama dengan ARIF menggeledah

seluruh isi kamar korban dan menemukan 2 (dua) kunci kontak

masing-masing sepeda motor tersebut, Uang tunai sebesar

Rp.1.100.000,- (satu juta seratus ribu rupiah), 1 (satu) unit senapan

angin warna coklat, 10 (sepuluh) buah batu Liontin, 50 (lima

puluh) buah batu cincin bermacam model, 1 (satu) bilah pisau

Universitas Sumatera Utara

Page 79: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

70

komando merek Konsina dan 1 (satu) pasang sepatu merek Max

Berens,

-Bahwa selanjutnya terdakwa bersama dengan ARIF dan temannya

membawa pergi barang-barang milik korban tersebut menuju

rumah ARIF dimana pada saat itu terdakwa mengemudikan sepeda

motor Honda Supra X 125 sedangkan ARIF mengemudikan sepeda

motor RX King dan teman ARIF mengemudikan sepeda motor

milik ARIF.

Menimbang, bahwa di persidangan telah diperiksa dan diteliti

barang bukti berupa 1 (satu) buah plat besi alat dan uang Rp.

25.000,- (dua puluh lima ribu rupiah). Menimbang, bahwa

Terhadap barang bukti tersebut, para terdakwa memberikan

pendapat tidak merasa keberatan dengan barang bukti yang

diajukan oleh Penuntut Umum tersebut.

Menimbang, bahwa barang bukti tersebut telah disita secara sah

menurut hukum, dan di persidangan telah diperlihatkan kepada

saksi-saksi dan para terdakwa, sehingga formil dapat diterima dan

dipertimbangkan sebagai barang bukti dalam perkara ini ;

Menimbang, bahwa segala sesuatu yang terungkap di persidangan

sebagaimana tersebut dalam Berita Acara Sidang, sepanjang belum

termuat dalam putusan ini, untuk singkatnya harus dipandang telah

tercakup, telah dipertimbangkan serta merupakan bagian yang

tidak terpisahkan dari putusan ini ;

Universitas Sumatera Utara

Page 80: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

71

Menimbang bahwa dakwaan Penuntut Umum tersebut mengandung

unsur-unsur berikut:

a. Barang Siapa ;

b. Mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian

kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara

melawan hukum, pada waktu malam hari dalam sebuah rumah

atau pekarangan yang tertutup yang ada rumahnya, dilakukan

oleh orang yang ada disitu tiada dengan setahunya atau

bertentangan dengan kemauannya orang yang berhak (yang

punya), yang dilakukan oleh dua orang bersama-sama atau

lebih, dengan masuk ketempat kejahatan itu atau dapat

mencapai barang untuk diambilnya, dengan jalan membongkar,

memecah atau memanjat atau dengan jalan memakai kunci

palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu;

ad.1 Barang Siapa ; Menimbang, bahwa unsur pertama dakwaan

Kedua Penuntut Umum ini menunjuk kepada subyek hukum

pelaku tindak pidana ;

Menimbang, bahwa dalam perkara ini Penuntut Umum telah

mengajukan 1 (satu) orang Terdakwa, yang atas pertanyaan

Majelis Hakim pada awal persidangan telah menerangkan

bahwa benar ia Terdakwa adalah orang yang identitasnya secara

lengkap telah disebutkan di dalam dakwaan Penuntut Umum

;Menimbang, bahwa dari keterangan saksi-saksi telah ternyata

benar pula, bahwa saksi tersebut mengenal Terdakwa RENDY

Universitas Sumatera Utara

Page 81: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

72

MISBA SURBAKTI sebagai orang yang dimaksudkan dalam

dakwaan Penuntut Umum, sehingga oleh karenanya tidak terjadi

adanya kesalahan subyek hukum pelaku tindak pidana (error in

persona) antara orang yang dimaksudkan sebagai Terdakwa

dalam dakwaan Penuntut Umum dengan orang yang diajukan

sebagai Terdakwa di persidangan ; Menimbang, bahwa

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan hukum tersebut, maka

unsur pertama dakwaan Kedua Penuntut Umum harus

dipandang telah cukup terpenuhi dalam diri Terdakwa ;

Menimbang, bahwa selanjutnya akan dipertimbangkan unsur

kedua pada dakwaan tunggal Penuntut Umum ;

ad.2. mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian

kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara

melawan hukum, pada waktu m alam hari dalam sebuah rumah

atau pekarangan yang tertutup yang ada rumahnya, dilakukan

oleh orang yang ada disitu tiada dengan setahunya atau

bertentangan dengan kemauannya orang yang berhak (yang

punya), yang dilakukan oleh dua orang bersama-sama atau

lebih, dengan masuk ketempat kejahatan itu atau dapat mencapai

barang untuk diambilnya, dengan jalan membongkar, memecah

atau memanjat atau dengan jalan memakai kunci palsu, perintah

palsu atau pakaian jabatan palsu.

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi dan

Terdakwa dipersidangan serta diperkuat oleh adanya barang

Universitas Sumatera Utara

Page 82: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

73

bukti bahwa pada hari Kamis tanggal 31 Desember 2015 sekira

pukul 13.00 WIB terdakwa pergi kerumah saksi korban Agata

Murroisa Purba di Jalan Abadi No. 8/C Kelurahan Tanjung Rejo

Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan untuk menemui abang

korban yang bernama ALOI, namum terdakwa tidak bertemu

dengan ALOI dan pada saat itu terdakwa melihat bahwa rumah

korban dalam keadaan kosong, selanjutnya terdakwa pergi

menemui teman terdakwa yang bernama ARIF di Jalan

Mandala, kemudian setelah bertemu dengan ARIF, terdakwa

mengajak ARIF untukmelakukan pencurian dirumah korban

tersebut dan pada saat itu juga ARIF mengajak seorang

temannya yang tidak terdakwa kenal, selanjutnya dengan

mengendarai sepeda motor milik ARIF, terdakwa bersama

dengan ARIF dan temannya berangkat dari rumah ARIF dengan

membawa alat berupa 1 (satu) buah gunting besar serta 2 (dua)

buah plat besi, kemudian sekira pukul 21.00 WIB setibanya di

depan rumah korban lalu ARIF m enggunting tembok pagar

dengan menggunakan gunting besar tersebut dan setelah terbuka

terdakwa bersama dengan ARIF dan temannya masuk ke

pekarangan rumah korban, selanjutnya dengan menggunakan

plat besi ARIF mencongkel pintu depan rumah korban dan

setelah pintu rumah tersebut terbuka terdakwa bersama-sama

dengan ARIF dan temannya masuk kedalam rumah, dan di

dalam rumah tersebut terdakwa melihat 2 (dua) unit sepeda

Universitas Sumatera Utara

Page 83: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

74

motor masing-masing 1 (satu) unit sepeda motor Yamaha RX

King BK 1434 ZAC warna hitam dan 1 (satu) unit sepeda motor

Honda Supra X 125 BK 5124 ZV wana abu-abu hitam,

selanjutnya terdakwa bersama dengan ARIF menggeledah

seluruh isi kamar korban dan menemukan 2 (dua) kunci kontak

masing-masing sepeda motor tersebut, Uang tunai sebesar

Rp.1.100.000,- (satu juta seratus ribu rupiah), 1 (satu) unit

senapan angin warna coklat, 10 sepuluh) buah batu Liontin, 50

(lima puluh) buah batu cincin bermacam model, 1 (satu) bilah

pisau komando merek Konsina dan 1 (satu) pasang sepatu merek

Max Berens, selanjutnya terdakwa bersama dengan ARIF dan

temannya membawa pergi barang -barang milik korban tersebut

menuju rumah ARIF dimana pada saat itu terdakwa

mengemudikan sepeda motor Honda Supra X 125 sedangkan

ARIF mengemudikan sepeda motor RX King dan teman ARIF

mengemudikan sepeda motor milik ARIF, kemudian setibanya

dirumah ARIF terdakwa langsung pulang kerumah dan dua hari

kemudian terdakwa kembali menemui ARIF untuk meminta

bagian terdakwa, dan dari seluruh hasil penjualan barang-barang

tersebut sebesar Rp.4.000.000,- (empat juta rupiah) terdakwa

mendapat bagian sebesar Rp.1.500.000, - (satu juta lima ratus

ribu rupiah), sehingga akibat kejadian tersebut saksi korban

Agata Murroisa Purba mengalami kerugian sebesar

Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah).

Universitas Sumatera Utara

Page 84: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

75

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan

hukum tersebut, makaunsur kedua pada dakwaan tunggal

Penuntut Umum harus dipandang telah cukup terpenuhi.

Menimbang, bahwa oleh karena seluruh unsur pada dakwaan

tunggal telah terpenuhi dari perbuatan Terdakwa dan

berdasarkan pengamatan Majelis, Terdakwa sebagai subjek

hukum mampu mempertanggungjawabkan atas perbuatannya

dan selama persidangan tidak menemukan hal-hal yang dapat

menghapus pertanggung jawaban pidana baik karena alasan

pembenar maupun karena alasan pemaaf, maka oleh karena itu

Terdakwa RENDY MISBA SURBAKTI harus dinyatakan telah

terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah “Pencurian dalam

keadaan memberatkan“ sebagaimana yang didakwakan dalam

dakwaan tunggal Pasal 363 ayat (2) KUHPidana;

Menimbang, bahwa selama pemeriksaan perkara berlangsung

ternyata tidak diketemukan adanya alasan pemaaf maupun

alasan pembenar dalam diri maupun perbuatan Terdakwa,

sehingga Terdakwa harus dinyatakan sebagai subyek hukum

yang mampu mempertanggung jawabkan kesalahannya.

Menimbang, bahwa oleh karena selama pemeriksaan perkara

berlangsung dari tingkat penyidikan hingga tingkat persidangan

Terdakwa telah ditahan berdasarkan Surat Perintah/Penetapan

Penahanan yang sah, maka masa penahanan yang telah dijalani

oleh Terdakwa harus dikurangkan seluruhnya dari pidana yang

Universitas Sumatera Utara

Page 85: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

76

akan dijatuhkan, dan oleh karena pidana yang akan dijatuhkan

lebih lama dari masa penahanan yang telah dijalani oleh

Terdakwa, maka Terdakwa harus diperintahkan untuk tetap

berada dalam tahanan hingga selesai menjalani hukuman,

kecuali apabila di kemudian hari terdapat perintah lain yang sah

yang memerintahkan agar Terdakwa dikeluarkan dari tahanan ;

Menimbang, bahwa mengenai barang bukti berupa 1 (satu) buah

plat besi alat, Dirampas untuk dimusnakan dan uang Rp.

25.000,- (dua puluh lima ribu rupiah), dikembalikan kepada

saksi korban atas nama Agata Murroisa Purba

Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa telah dinyatakan

bersalah dan dijatuhi pidana, maka harus dibebani untuk

membayar biaya yang timbul dalam perkara ini, yang besarnya

akan ditentukan dalam amar putusan ;

Menimbang, sebelum sampai pada amar putusan, terlebih

dahulu akan dipertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan

meringankan bagi Terdakwa sebagai berikut:

Keadaan memberatkan :

-Perbuatan Terdakwa meresahkan masyarakat khususnya saksi

korban

Keadaan Meringankan :

-Terdakwa belum pernah dihukum ;

-Terdakwa menyesali perbuatannya dan berjanji tidak akan

mengulanginya lagi.

Universitas Sumatera Utara

Page 86: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

77

Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa dijatuhi pidana , maka

haruslah dibebani pula untuk membayar biaya perkara ;

Menimbang, bahwa mengenai pidana yang akan dijatuhkan

terhadap Terdakwa, selain berpedoman pada hal yang

memberatkan dan meringankan tersebut diatas, juga maksudkan

sebagai upaya edukasi agar kedepan Terdakwa lebih berhati-hati

lagi dalam segala tindakan di masyarakat.84

6. Putusan

Setelah majelis hakim yang mulia memeriksa, menimbang dan

memutuskan perkara tersebut yaitu pencurian pemberatan, maka

diperoleh putusan sebagai berikut:

a. Menyatakan Terdakwa Rendy Misba Surbakti telah terbukti

secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

“ Pencurian dalam keadaan memberatkan “

b. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa Rendy Misba Surbakti

oleh karena itu dengan pidana penjara selama : 2 (dua) tahun

c. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah

dijalani oleh Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana

yang dijatuhkan ;

d. Memerintahkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan ;

e. Menyatakan barang bukti berupa 1 (satu) buah plat besi alat,

dirampas untuk dimusnakan dan uang Rp. 25.000,- (dua puluh

84

Putusan Pengadian No: 1240/Pid.B/2016/PN-MDN.

Universitas Sumatera Utara

Page 87: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

78

lima ribu rupiah), dikembalikan kepada saksi korban atas nama

Agata Murroisa Purba

f. Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya

perkara sebesar Rp. 1.000,-(seribu rupiah) ;

Demikianlah diputuskan dalam sidang permusyawaratan Majelis

Hakim Pengadilan.

B. Analisis Penulis Terhadap Tindak Pidana Pencurian dengan

Pemberatan (Studi Putusan No: 1240/Pid.B/2016/PN-MDN)

Berdasar pasal 363 KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana), orang yang melakukan pencurian dengan pemberatan

(Curat) diancam dengan pidana penjara paling lama 7 tahun.Hal ini

tak lain karena selain memenuhi unsur-unsur pencurian biasa

dalam pasal 362 KUHP, juga disertai dengan hal yang

memberatkan, yakni dilakukan dalam kondisi tertentu atau dengan

cara tertentu.

Dalam kasus ini terdakwa didakwa dengan pasal 363 ayat

(2) yaitu pencurian pemberatan. Secara keseluruhan penulis

sependapat dengan dakwaan dan putusan hakim, sebab jika dilihat

dari kronologi kasus, terdakwa telah memenuhi unsur 363 ayat (2)

KUHP karena telah melakukan pencurian pada malam hari yang

dilakukan dengan mencapai suatu objek barang yang akan dicuri

dengan cara membongkar kamar/ruangan rumah korban.

Universitas Sumatera Utara

Page 88: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

79

Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan berat ringannya

sanksi pidana penjara terhadap pelaku tindak pidana pencurian

dengan kekerasan juga harus mempertimbangkan latar belakang

dan sebab-sebab terdakwa melakukan tindak pidana pencurian

dengan kekerasan tersebut. Apabila terdakwa memiliki latar

belakang sebagai orang miskin hingga dirinya terpaksa mencuri

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, hal ini akan menjadi alasan

bagi hakim untuk memperingan sanksi pidana penjara yang akan

dijatuhkan, tetapi apabila terdakwa melakukan pencurian sebagai

mata pencaharian atau mencuri agar bisa mendapatkan uang untuk

melakukan hal-hal negatif seperti mabuk-mabukan tentu hal ini

akan dijadikan hakim sebagai alasan untuk memperberat sanksi

pidana penjara pada putusan yang akan dijatuhinya. Apabila

terdakwa saat melakukan pencurian disertai dengan kekerasan

untuk mempermudah pencurian, hakim dapat memperberat sanksi

pidana penjara pada putusan yang akan dijatuhinya.

Dalam hal dakwaan, penuntut umum menuntut terdakwa

agar di hukum 2 Tahun 6 bulan penjara, Namun pada putusan,

hakim hanya menjatuhkan vonis dua tahun kepada terdakwa.

Penulis sependapat dengan majelis hakim yang memberikan

hukuman lebih ringan dari tuntutan jaksa, sebab jika dilihat dari

keadaan yang meringankan ada dua hal yang menjadi

pertimbangan hakim, yaitu terdakwa belum pernah di hukum dan

Universitas Sumatera Utara

Page 89: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

80

terdakwa menyesali perbuatannya serta berjanji tidak akan

mengulanginya lagi.

Dalam kasus ini terdakwa divonis lebih ringan, menurut

penulis fakta terdakwa bukanlah residivis, mengakui dan menyesali

perbuatannya, serta terdakwa baru pertama kali melakukannya

mnejadi alasan hakim menjatuhkan vonis yang lebih ringan.

Penulis juga berpandangan bahwa tindak pidana pencurian

merupakan tindak pidana yang sering kali terjadi, sehingga para

pelaku tidak perlu mendapatkan sanksi yang berat namun lebih

baik mendapatkan sanksi yang akan mengarahkan para pelaku

untuk insaf dan tidak mengulangi perbuatannya kembali.

Universitas Sumatera Utara

Page 90: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

81

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah membahas bab-bab sebelumnya maka penulis membuat beberapa

kesimpulan terhadap bab-bab sebelumnya yaitu sebagai berikut:

1. Pengaturan hukum yang mengatur tindak pidana pencurian

pemberatan hanya terdapat di dalam KUHP, sebab Indonesia cuma

punya satu kitab undang-undang mengenai hukum pidana Yang sudah

terkodifikasi. Pencurian dengan pemberatan diatur dalam pasal

363 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yaitu :

(1) Dipidana dengan penjara selama-lamanya tujuh tahun :85

a. Pencurian ternak.

b. Pencurian pada waktu kebakaran, peletusan, banjir, gempa

bumi atau gempa laut, peletusan gunung berapi, kapal

karam terdampar, kecelakaan kereta-api, huru-hara,

pemberontakan atau bahaya perang.

c. Pencurian waktu malam dalam sebuah rumah atau di

perkarangan tertutup yang ada rumahnya, dilakukan oleh

orang yang ada di situ tiada dengan setahunya atau tiada

dengan kemauannya yang berhak.

d. Pencurian dilakukan oleh dua orang atau lebih bersama-sama.

e. Pencurian yang dilakukan, untuk dapat masuk ke tempat

kejahatan atau untuk dapat mengambil barang yang akan

85

R.Sugandhi. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (K.U.H.P) DenganPenjelasannya. Surabaya

: Usaha Nasional, 1981.hlm.377.

Universitas Sumatera Utara

Page 91: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

82

dicuri itu dengan jalan membongkar, memecah atau

memanjat atau memakai anak kunci palsu, perintah palsu

atau pakaian-pakaian palsu.

(2) Jika pencurian yang diterangkan dalam No. 3 disertai dengan

salah satu hal yang diterangkan dalam No. 4 dan 5, maka

dijatuhkan pidana penjara selama - lamanya sembilan tahun.

Dengan begitu pencurian dalam pasal tersebut dinamakan

“pencurian berat” dan ancaman hukumannya pun lebih berat.

2. Perbuatan-perbuatan pidana menurut sistem KUHP kita bagi atas

kejahatan dan pelanggaran. Pelanggaran yang dimaksud yaitu

perbuatan-perbuatan yang sifat melawan hukumnya baru dapat

diketahui setelah ada peraturan yang menentukan. Perbuatan pidana

tidak termasuk pengertian pertanggungjawaban pidana. Perbuatan

pidana hanya merujuk kepada dilarang dan diancamnya perbuatan

dengan suatu ancaman pidana. Apakah orang yang melakukan

perbuatan kemudian dijatuhi pidana, tergantung kepada apakah

dalam melakukan perbuatan itu orang tersebut memiliki

kesalahan.Dengan demikian, membicarakan pertanggungjawaban

pidana mau tidak mau harus didahului dengan penjelasan tentang

perbuatan pidana. Sebab seseorang tidak bisa dimintai

pertanggungjawaban pidana tanpa terlebih dahulu ia melakukan

perbuatan pidana. Adalah dirasakan tidak adil jika tiba-tiba

seseorang harus bertanggung jawab atas suatu tindakan, sedang ia

sendiri tidak melakukan tindakan tersebut.Pertanggungjawaban

Universitas Sumatera Utara

Page 92: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

83

pidana diartikan sebagai diteruskannya celaan yang objektif yang

ada pada perbuatan pidana dan secara subjektif yang ada memenuhi

syarat untuk dapat dipidana karena perbuatannya itu. Dasar adanya

perbuatan pidana adalah asas legalitas, sedangkan dasar dapat

dipidananya pembuat adalah asas kesalahan. Ini berarti pembuat

perbuatan pidana hanya akan dipidana jika ia mempunyai kesalahan

dalam melakukan perbuatan pidana tersebut. Kapan seseorang

dikatakan mempunyai kesalahan menyangkut masalah

pertanggungjawaban pidana.

3. Berdasar pasal 363 KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana),

orang yang melakukan pencurian dengan pemberatan (Curat) diancam

dengan pidana penjara paling lama 7 tahun.Hal ini tak lain karena

selain memenuhi unsur-unsur pencurian biasa dalam pasal 362 KUHP,

juga disertai dengan hal yang memberatkan, yakni dilakukan dalam

kondisi tertentu atau dengan cara tertentu.

Dalam kasus ini terdakwa didakwa dengan pasal 363 ayat (2) yaitu

pencurian pemberatan. Secara keseluruhan penulis sependapat dengan

dakwaan dan putusan hakim, sebab jika dilihat dari kronologi kasus,

terdakwa telah memenuhi unsur 363 ayat (2) KUHP karena telah

melakukan pencurian pada malam hari yang dilakukan dengan

mencapai suatu objek barang yang akan dicuri dengan cara

membongkar kamar/ruangan rumah korban.

Dalam hal dakwaan, penuntut umum menuntut terdakwa agar di

hukum 2 Tahun 6 bulan penjara, Namun pada putusan, hakim hanya

Universitas Sumatera Utara

Page 93: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

84

menjatuhkan vonis dua tahun kepada terdakwa. Penulis sependapat

dengan majelis hakim yang memberikan hukuman lebih ringan dari

tuntutan jaksa, sebab jika dilihat dari keadaan yang meringankan ada

dua hal yang menjadi pertimbangan hakim, yaitu terdakwa belum

pernah di hukum dan terdakwa menyesali perbuatannya serta berjanji

tidak akan mengulanginya lagi.

B. Saran

Adapun saran-saran penulis adalah sebagai berikut:

1. Pengaturan hukum yang mengatur tindak pidana pencurian dengan

pemberatan yang hanya terdapat di dalam KUHP sudah sangat

kompleks. Sebab tindak pidana pencurian sudah diatur sangat rinci di

dalam KUHP. Hanya saja para penegak hukum harus lebih bekerja

keras untuk menegakkan hukum demi terwujudnya kepastian hukum

dan rasa keadilan di dalam masyarakat. Untuk itu perlu diatur khusus

lenih rinci mengenai besaran objek curian yang menjadi faktor

keseimbangan antara tindak pidana dan hukuman dalam hukum

pidana.

2. Tindak pidana pencurian adalah suatu hal yang sangat meresahkan

dalam masyarakat, untuk itu perlu dilakukan suatu upaya preventif

oleh masyrakat untuk mencegah terjadinya pencurian. Di antara upaya

tersebut adalah mengaktifkan kembali atau memperbanyak pos pos

siskamling di tempat-tempat pemukiman warga.

Universitas Sumatera Utara

Page 94: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

85

3. Penulis sependapat dengan putusan majelis hakim, hanya saja penulis

memandang perlu dipertimbangkan objek curian sebagai faktor yang

memberatkan atau meringankan.

Universitas Sumatera Utara

Page 95: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

86

DAFTAR PUSTAKA

Arief, B.N. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan

Kejahatan, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Ali, A. 2011. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Sinar Grafika.

Anwar, M. 1980. Hukum Pidana Bagian Khusus (kuhp buku II). Bandung : PT

Alma`arif.

Bassar,S. 1986. Tindak Pidana Tertentu di Dalam KUHP. Cetakan Kedua,

Bandung: Remadja Karya.

Chazawi, A. 2002. Pelajaran Hukum Pidana 1. Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada.

Ediwarman. Monograf Metodologi Penelitian Hukum Panduan penulisan skripsi,

Tesis dan Disertasi, Medan: PT. Sofmedia.

Huda, Chairul. 2011. Tinjauan Kritis Terhadap Teori Pemisahan Tindak Pidana dan

Pertanggungjawaban Pidana, Jakarta.

Khair, A dan Mohammad Ekaputra. 2011. Pemidanaan. Medan : USU Press.

Koeswadji, H.H. 1984. Delik Harta Kekayaan, Asas-asas, Kasus dan

Permasalahan, Surabaya: Sinar Wijaya.

Kartono, 1992. Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali Pres.

Lamintang. 1984. Dasar - dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung: Sinar Baru.

Lamintang, 1984.Hukum Penitensier Indonesia, Bandung: Sinar Baru.

__________1989,Delik-delik khusus kejahatan-kejahatan terhadap kekayaan

,Bandung: Sinar baru.

Moeljatno, 1987. Asas-asas Hukum Pidana. Jakarta: Bina Aksara.

Universitas Sumatera Utara

Page 96: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA …

87

__________ 1985. Fungsi dan Tujuan Hukum Pidana Indonesia. Jakarta: Bina

Aksara.

Prakoso, D. 1987. Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia . Edisi Pertama.

Yogyakarta : Liberty Yogyakarta.

Poernomo, B. 1985, Asas-Asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia.

Rosidah, Nikmah .2011,Asas-Asas Hukum Pidana, Pustaka Magister, Semarang.

Saleh, Roeslan,1999. Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana,

Aksara Baru, Jakarta.

Sudarto, 1986. Kapita Selekta Hukum Pidana. Bandung: Alumni.

Soesilo, R 1984. Pokok-pokok Hukum Pidana Peraturan Umum Deli-delik

Khusus. Bogor: Politea.

Sugandhi, R. 1981. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (K.U.H.P) Dengan

Penjelasannya. Surabaya : Usaha Nasional.

Sianturi, S.R. 1996. Asas-asas Hukum Pidana Indonesia dan Penerapanya,Cet IV,

Jakarta :Alumni Ahaem-Peteheam.

Waluyadi. 2003. Hukum Pidana Indonesia. Jakarta : Djambatan.

UNDANG-UNDANG:

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Putusan pengadian No: 1240/Pid.B/2016/PN-MDN.

Universitas Sumatera Utara