analisis yuridis tindak pidana penggelapan dan tindak

28
ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG (Studi Putusan Nomor 1491 K/Pid.Sus/2016) J U R N A L Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Oleh INDAH PRICILIA PURBA 140200478 DEPARTEMEN HUKUM PIDANA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019

Upload: others

Post on 02-Nov-2021

26 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DAN TINDAK

ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DAN TINDAK

PIDANA PENCUCIAN UANG

(Studi Putusan Nomor 1491 K/Pid.Sus/2016)

J U R N A L

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

INDAH PRICILIA PURBA

140200478

DEPARTEMEN HUKUM PIDANA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

Page 2: ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DAN TINDAK

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DAN TINDAK

PIDANA PENCUCIAN UANG

(Studi Putusan Nomor 1491 K/Pid.Sus/2016)

J U R N A L

Oleh

INDAH PRICILIA PURBA

140200478

Disetujui Oleh

Ketua

DEPARTEMEN HUKUM PIDANA

Dr. M. Hamdan, SH. M.H

NIP. 195703261986011001

EDITOR

Dr. M. Hamdan, SH. M.H Dr. M. Ekaputra, SH. M.Hum

NIP. 195703261986011001 NIP. 197110051998011001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

Page 3: ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DAN TINDAK

CURRICULUM VITAE

A. IDENTITAS DIRI

DATA PRIBADI

Nama : Indah Pricilia Purba

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 29 September 1995

Agama : Kristen Protestan

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl.Kuswari No. 60 C

Email : [email protected]

B. LATAR BELAKANG PENDIDIKAN

Formal

2001 – 2007 SD Methodist 1 Medan

2007 – 2010 SMP Methodist 1 Medan

2010 – 2013 SMA Methodist 1Medan

2014 – 2019 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

C. PENGALAMAN ORGANISASI

2008 – 2010 Koordinator Mading OSIS SMP Methodist 1 Medan

2011 – 2013 Bendahara Organisasi Siswa Methodist Anti Narkoba (SMANK)

2015 – 2017 Anggota Bidang Pemberdayaan Perempuan Dalam Pemerintahan Mahasiswa

(PEMA) FH USU

2017 – 2020 Bendahara Pemuda GKPS Resort Polonia

D. PENGALAMAN KERJA

Januari 2019 – April 2019 PT. KOLABORASI KREASI INDONESIA

Page 4: ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DAN TINDAK

ABSTRAK

ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DAN TINDAK

PIDANA PENCUCIAN UANG

(Studi Putusan Nomor 1491 K/Pid.Sus/2016)

Indah Pricilia Purba*)

M. Hamdan**)

M. Ekaputra***)

Tindak penggelapan dapat dilakukan oleh pihak yang berada di dalam

ataupun di luar lingkungan perusahan, namun pada umumnya dilakukan oleh pihak

yang berada di dalam lingkungan perusahaan. Undang-Undang No. 8 Tahun 2010

tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

(suplementary crimes), terdapat tidak kurang dari 26 macam yang menjadi

predicate crimes.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah pengaturan hukum tindak pidana

penggelapan. Pengaturan hukum tindak pidana pencucian uang dan penerapan

hukum terhadap pelaku tindak pidana penggelapan dan tindak pidana pencucian

uang (analisis putusan Nomor 1491 K/Pid.Sus/2016).

Jenis penelitian yang digunakan adalah hukum normatif yang dilakukan

dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif, yakni dengan

melakukan analisis terhadap permasalahan dan penelitian melalui

pendekatanterhadap asas-asas hukum yang mengacu pada norma-norma atau

kaidah-kaidahhukum positif yang berlaku.

Tindak pidana penggelapan diatur dalam BAB XXIV (Buku II)

KUHPidana, yaitu Pasal 372. Tindak pidana pencucian uang diatur dalam Pasal 3

UU No. 8 tahun 2010 Penerapan hukum terhadap pelaku tindak pidana penggelapan

dan tindak pidana pencucian uang (analisis putusan Nomor 1491 K/Pid.Sus/2016),

Terdakwa Joni Wijaya telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah

melakukan tindak pidana “ Penggelapan” dan tindak pidana “Pencucian Uang”,

oleh karena itu Majelis Hakim menjatuhkan pidana kepada Terdakwa,dengan

pidana penjara selama 8 (delapan) tahun dan pidana denda sebesar

Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dengan ketentuan apabila pidana denda

tersebut tidak dibayar, maka diganti dengan pidana kurungan selama 3 (tiga) bulan.

Penulis setuju dengan putusan yang diberikan oleh hakim hakim, karena Perbuatan

Terdakwa Joni Wijaya tersebut sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam

Pasal 372 KUHP dan tindak pidana pencucian uang sebagaimana diancam pidana

dalam Pasal 3 UU No.8 Tahun 2010.

Kata Kunci : Tindak Pidana, Penggelapan, Pencucian Uang1

*)Mahasiswa Fakultas Hukum USU

**) Dosen Pembimbing I

***) Dosen Pembimbing II

Page 5: ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DAN TINDAK

ABSTRACT

JURIDIS ANALYSIS OF CRIMINAL MEASUREMENT AND MONEY

LAUNDERING CRIMINAL ACTION

(Study Decision Number 1491 K/Pid.Sus/2016)

Indah Pricilia Purba*)

M. Hamdan**)

M. Ekaputra***)

The embezzlement can be carried out by parties inside or outside the

company's environment, but generally carried out by parties within the company

environment. Law No. 8 of 2010 concerning Prevention and Eradication of Crime

of Money Laundering (supplementary crimes), there are no less than 26 types that

become predicate crimes.

The problem in this study is the legal regulation of criminal acts of

embezzlement. Legal arrangements for crime of money laundering and legal

application of perpetrators of criminal acts of embezzlement and criminal acts of

money laundering (analysis of decisions Number 1491 K / Pid.Sus / 2016).

The type of research used is normative law carried out in this study using a

normative juridical approach, namely by analyzing problems and research through

approaching legal principles that refer to the applicable norms or positive rules.

The crime of embezzlement is regulated in CHAPTER XXIV (Book II) of

the Criminal Code, namely Article 372. Crime of money laundering is regulated

in Article 3 of Law No. 8 of 2010 Application of the law against perpetrators of

criminal acts of embezzlement and criminal acts of money laundering (analysis of

decisions Number 1491 K / Pid.Sus / 2016), Defendant Joni Wijaya has been

proven legally and convincingly guilty of committing a crime "Emblem" and

criminal acts "Washing Money ", therefore the Panel of Judges sentenced the

Defendant, with imprisonment for 8 (eight) years and a fine of Rp 50,000,000

(fifty million rupiahs) with the provision that the criminal fine was not paid, then

replaced with a criminal confinement for 3 (three) months. The author agrees with

the verdict given by the judge, because the Actions of the Defendant Joni Wijaya

are as regulated and threatened with crimes in Article 372 of the Criminal Code

and criminal acts of money laundering as threatened by criminal provisions in

Article 3 of Law No. 8 of 2010.

Keywords: Crime, Emblem, Money Laundering.2

*) USU Law Faculty students

**) Supervisor I

***) Supervisor II

Page 6: ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DAN TINDAK

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tindak pidana penggelapan merupakan salah satu jenis kejahatan terhadap

kekayaan manusia yang diatur didalam Kitab Undang-undang Pidana (selanjutnya

disebut KUHP). Tindak pidana penggelapan itu sendiri diatur didalam buku kedua

tentang kejahatan dalam Pasal 372 – Pasal 377 KUHP, yang merupakan kejahatan

yang sering sekali terjadi dan dapat terjadi di segala bidang bahkan pelakunya di

berbagai lapisan masyarakat, baik dari lapisan bawah sampai masyarakat lapisan

atas pun dapat melakukan tindak pidana penggelapan yang merupakan kejahatan

yang berawal dari adanya suatu kepercayaan pada orang lain, dan kepercayaan

tersebut hilang karena lemahnya suatu kejujuran. Pasal 374 KUHP pada dasarnya

hanyalah pemberatan dari Pasal 372 KUHP, yaitu apabila dilakukan dalam

hubungan jabatan, sehingga kalau Pasal 374 KUHP dapat dibuktikan, maka Pasal

372 KUHP dengan sendirinya dapat dibuktikan juga.3

Tindak penggelapan dapat dilakukan oleh pihak yang berada di dalam

ataupun di luar lingkungan perusahan, namun pada umumnya dilakukan oleh

pihak yang berada di dalam lingkungan perusahaan, karena biasanya pihak

tersebut memahami mengenai pengendalian internal yang berada di dalam

perusahan tempat ia bekerja, sehingga bukanlah hal yang sulit untuk melakukan

tindak penggelapan. Setiap perusahaan atau institusi apapun juga rentan akan

terjadinya penggelapan, terlebih-lebih dalam perusahaan. 4Dewasa ini berbagai

jenis kejahatan baik dilakukan oleh perorangan maupun oleh korporasi yang dapat

dilakukan dengan mudah serta menghasilkan harta kekayaan dalam jumlah yang

cukup besar, seperti korupsi, penyelundupan, kejahatan perbankan, narkotika,

penipuan, penggelapan, terorisme, kejahatan kejahatan tersebut tidak hanya

dilakukan dalam batas wilayah suatu negara, namun meluas melintasi batas

3Soenarto Soerodibroto, KUHP dan KUHAP, cetakan kelimabelas, (Jakarta:RajaGrafindo

Persada, 2011), h. 231-240. 4

Mahendri Massie. Tindak Pidana Penggelapan dalam Menggunakan Jabatan

Berdasarkan Pasal 415 KUHP. Jurnal Lex Crimen. Vol. VI/No. 7/Sep/2017, h 101

Page 7: ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DAN TINDAK

wilayah negara, yang dikenal dengan kejahatan transnasional, (transnasional

organized crime).5

Pencucian uang sebagai suatu kejahatan yang berdimensi internasional

merupakan hal baru di banyak negara termasuk Indonesia. Sebegitu besarnya

dampak negatif yang ditimbulkannya terhadap perekonomian suatu negara,

sehingga negara-negara di dunia dan organisasi internasional merasa tergugah dan

termotivasi untuk menaruh perhatian yang lebih serius terhadap pencegahan dan

pemberantasan kejahatan pencucian uang. Hal ini tidak lain, karena kejahatan

pencucian uang (money laundering) tersebut baik secara langsung maupun tidak

langsung dapat mempengaruhi sistem perekonomian, dan pengaruhnya tersebut

merupakan dampak negatif bagi perekonomian itu sendiri. 6

Di dalam pertimbangan hukumnya judex facti langsung menyimpulkan

bahwa apa yang dilakukan oleh Terdakwa Joni Wijaya merupakan masuk dalam

ruang lingkup perdata terhadap alasan yang ada di dalam pertimbangan hukum

tersebut Penuntut Umum tidak sependapat dengan Majelis Hakim dalam surat

dakwaannya khususnya dakwaan kesatu adalah penggelapan terhadap saham yang

dijaminkan (saham yang terpisah) dan bukan saham yang di-REPO-kan. Di dalam

perjanjian REPO antara korban (Gupta Yamin) dengan Terdakwa Joni Wijaya

disebutkan bahwa saham yang di REPO-kan adalah bukan 45.977.012 lembar

saham CNKO,Tbk tetapi 22.988.506 lembar saham dengan nilai

Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) sedangkan yang 22.988.506 lembar

saham hanya sebagai jaminan, jika terjadi penurunan nilai atas harga saham

CNKO tersebut. Dengan demikian, maka Penuntut Umum berpendapat bahwa

Terdakwa telah memiliki niat tidak baik/niat jahat, karena perjanjian REPO

tersebut hanyalah sebagai modus untuk mendapatkan keuntungan, karena

Terdakwa telah menjual seluruh saham baik yang di REPO-kan maupun yang

hanya sebagai jaminan saja dengan nilai uang yang ia terima dari hasil penjualan

tersebut adalah Rp17.066.365.018 ,00 sebagaimana dalam pertimbangan hukum

Majelis Hakim, dengan demikian, maka Terdakwa mendapat keuntungan dalam

5Mabes Polri, Pedoman Penyidikan Tindak Pidana Pencucian Uang, (Jakarta:Mabes

Polri 2003), h.1 6Bismar Nasution, Rezim Anti Money Laundering di Indonesia (Bandung: BooksTerrace

& Library, 2008), h 1

Page 8: ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DAN TINDAK

waktu kurang dari seminggu, sehingga tidaklah cukup beralasan kalau harga

saham mengalami penurunan dan Terdakwa dirugikan.

Di dalam pertimbangan hukumnya judex facti langsung menyimpulkan

bahwa apa yang dilakukan oleh Terdakwa Joni Wijaya adalah masuk dalam ruang

lingkup perdata,terhadap alasan yang ada di dalam pertimbangan hukum tersebut,

Penuntut Umum tidak sependapat mengingat apa yang dipersoalkan oleh Penuntut

Umum di dalam surat dakwaannya khususnya dakwaan Kesatu adalah

penggelapan terhadap saham yang dijaminkan (saham yang terpisah) dan bukan

saham yang di-REPO-kan. Di dalam perjanjian REPO antara korban (Gupta

Yamin) dengan Terdakwa Joni Wijaya disebutkan bahwa saham yang di REPO

kan adalah bukan 45.977.012 lembar saham CNKO Tbk, tetapi 22.988.506 lembar

saham dengan nilai Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), sedangkan yang

22.988.506 lembar saham hanya sebagai jaminan jika terjadi penurunan nilai atas

harga saham CNKO tersebut.7

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka dilakukan

penelitian dengan judul Analisis Yuridis Tindak Pidana Penggelapan dan

Tindak Pidana Pencucian Uang (Studi Putusan Nomor 1491 K/Pid.Sus/2016).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pengaturan hukum tindak pidana penggelapan ?

2. Bagaimanakah pengaturan hukum tindak pidana pencucian uang?

3. Bagaimanakah penerapan hukum terhadap pelaku tindak pidana penggelapan

dan tindak pidana pencucian uang (analisis putusan Nomor 1491

K/Pid.Sus/2016)?

C. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif.

Metode penelitian normatif merupakan prosedur penelitian ilmiah untuk

menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi

7Ibid

Page 9: ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DAN TINDAK

normatifnya.8

Penelitian hukum normatif merupakan penelitian hukum yang

meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma mengenai asas-asas,

norma, kaidah dari peraturan perundang-undangan, putusan pengadilan, perjanjian

serta doktrin.9

2. Sifat penelitian

Sifat penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

penelitian deskripstif analisis, yaitu penelitian bersifat pemaparan yang bertujuan

untuk memperoleh gambaran (deskriptif) lengkap tentang keadaan hukum yang

berlaku di tempat tertentu dan pada saat tertentu, atau peristiwa hukum yang

terjadi di dalam masyarakat.10

3. Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder

adalah data yang diperoleh dari hasil penelaahan kepustakaan atau penelaahan

terhadap berbagai literatur atau bahan pustaka yang berkaitan dengan masalah

atau materi penelitian yang sering disebut bahan hukum.11

4. Teknik pengumpulan data

Teknik penelitian hukum normatif atau kepustakaan. Teknik pengumpulan

data dalam penelitian hukum normatif dilakukan dengan studi pustaka terhadap

bahan-bahan hukum, baik bahan hukum primer, bahan hukum sekunder maupun

bahan hukum tersierdan atau bahan non hukum. Penelusuran bahan-bahan hukum

tersebut dapat dilakukan dengan membaca, melihat, mendengarkan maupun

sekarang banyak dilakukan bahan hukum tersebut dengan melalui media internet.

5. Analisa data

Analisis data merupakan kegiatan dalam penelitian yang berupa

melakukan kajian atau telaah terhadap hasil pengolahan data yang dibantu dengan

teori-teori yang telah didapatkan sebelumnya. Secara sederhana analisis data ini

disebut sebagai kegiatan memberikan telaah, yang dapat berarti menentang,

mengkritik, mendukung. Menambah atau memberi komentar dan kemudian

8

Johnny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Bayumedia

Publishing: Malang, 2011), h 57. 9Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Op.Cit, h. 34.

10 Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2010), h. 9.

11Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Op.Cit., h. 156

Page 10: ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DAN TINDAK

membuat suatu kesimpulan terhadap hasil penelitian dengan pikiran sendiri dan

bantuan teori yang telah dikuasainya.12

12

Ibid.,h. 180

Page 11: ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DAN TINDAK

II. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pengaturan Hukum Tindak Pidana Penggelapan

Istilah penggelapan sebagaimana yang lazim dipergunakan orang untuk

menyebut jenis kejahatan yang di dalam buku II Bab XXIV KUHP itu adalah

suatu terjemahan dari perkataan ”verduistering” dalam bahasa Belanda.13

Suatu

tindak pidana, mengetahui secara jelas tindak pidana yang terjadi adalah suatu

keharusan. Beberapa tindak pidana yang terjadi harus diketahui makna dan

definisinya termasuk tindak pidana penggelapan.

Tindak pidana penggelapan diatur dalam Buku II Bab XXIV KUHP yang

berjudul “Penggelapan”. Tindak pidana penggelapan diatur dalam beberapa pasal

yaitu Pasal 372 KUHP sampai dengan Pasal 377 KUHP yang isinya :

1. Pasal 372” Barangsiapa dengan sengaja dan dengan melawan hukum memiliki

barang, yang sama sekali atau sebagian kepunyaan orang lain, dan hanya ada

padanya bukan karena kejahatan dihukum dengan hukuman penjara selama-

lamanya empat tahun atau denda sebanyak-banyaknya 15 kali enam puluh

rupiah”.

2. Pasal 373 ”Perbuatan yang diterangkan pada Pasal 372, bilamana yang

digelapkan itu bukan ternak dan harganya tidak lebih dari dua ratus lima puluh

ribu rupiah, dihukum sebagai penggelapan ringan, dengan hukuman penjara

selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya 15 kali enam

puluh rupiah”.

3. Pasal 374 ”Penggelapan yang dilakukan oleh orang yang memegang barang

itu karena jabatannya sendiri atau karena pekerjaannya atau karena mendapat

upah uang, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun”.

4. Pasal 375 ”Penggelapan yang dilakukan orang kepadanya terpaksa diberikan

untukdisimpan, atau oleh wali, pengampu, pengurus, orang yang menjalankan

wasiat, pengurus lembaga derma atau yayasan terhadap barang yang ada pada

mereka karena jabatan mereka tersebut itu, dihukum dengan hukuman penjara

selama-lamanya enam tahun”.

13

Effendy Rusli, Asas-asas Hukum Pidana, Ujung Pandang,(LEPPEN-UMI, 2008) h. 49

Page 12: ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DAN TINDAK

5. Pasal 376”Aturan pada Pasal 376 berlaku bagi kejahatan diterangkan dalam

bab ini”.14

Pengaturan tindak pidana penggelapan diatur dalam Pasal 373 KUHP dari

titel XXIV buku II KUHP sebagai berikut, yaitu dengan sengaja memiliki dengan

melanggar hukum suatu barang yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang

lain dan yang ada di bawah kekuasaannya secara lain dari pada dengan melakukan

suatu kejahatan.15

B. Pengaturan Hukum Tindak Pidana Pencucian Uang

Berbagai kejahatan, baik yang dilakukan oleh orang persorangan maupun

oleh korporasi dalam batas wilayah suatu negara maupun yang dilakukan

melintasi batas wilayah negara lain makin meningkat. Kejahatan tersebut antara

lain berupa tindak pidana korupsi, penyuapan (bribery), narkotika, psikotropika,

penyelundupan tenaga kerja, penyelundupan migran, perdagangan orang,

perdagangan senjata gelap, terorisme, penculikan, pencurian, penggelapan,

penipuan, pemalsuan uang, dan perjudian, serta berbagai kejahatan kerah putih

(white collar crime). Kejahatan-kejahatan tersebut telah melibatkan atau

menghasilkan harta kekayaan yang sangat besar jumlahnya.Harta kekayaan yang

berasal dari berbagai kejahatan atau tindak pidana tersebut pada umumnya tidak

langsung dibelanjakan atau digunakan oleh para pelaku kejahatan, karena apabila

langsung digunakan akan mudah dilacak oleh penegak hukum mengenai sumber

diperolehnya harta kekayaan tersebut, sehingga biasanya para pelaku kejahatan

terlebih dahulu mengupayakan agar harta kekayaan yang diperoleh dari kejahatan

tersebut masuk ke dalam sistem keuangan (financial system).16

Pencucian uang sebagian besar mengandalkan sarana lembaga keuangan,

terutama perbankan dengan memanfaatkan ketentuan rahasia bank. Bila dipahami

semua tindak pidana ekonomi (kejahatan keuangan) akan bermuara pada

perbuatan pencucian uang, maka seharusnya penerapan undang-undang tindak

pidana pencucian uang terhadap perkara kejahatan ekonomi juga banyak,tetapi

14

Muhari Supa’at, Op.Cit, h 207-208 15

Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, (Bandung:

Aditama, 2012), h.31 16

Adrian Sutedi, Hukum Perbankan Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Merger, Likuidasi,

dan Kepailitan,Op.Cit., h.54

Page 13: ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DAN TINDAK

pada kenyataannya putusan pengadilan terhadap kejahatan keuangan yang

dikaitkan dengan UU No. 8 Tahun 2010, ada 20 (dua puluh) putusan.17

UU No. 8 Tahun 2010, hasil tindak pidana merupakan harta kekayaan

yang diperoleh dari tindak pidana: korupsi, penyuapan, narkotika, psikotropika,

penyelundupan tenagakerja, penyelundupan imigran, di bidang perbankan, di

bidang pasar modal, di bidang perasuransian, kepabeanan, cukai, perdagangan

rang, perdagangan senjata gelap, terorisme, penculikan, pencurian, penggelapan,

penipuan, pemalsuan uang, perjudian, prostitusi, bidang perpajakan, di bidang

kehutanan, di bidang lingkungan hidup, di bidang kelautan dan perikanan, atau

tindak pidana lain yang diancam dengan pidana penjara 4 (empat) tahun atau

lebih, yang dilakukan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

(selanjutnya disebut NKRI) atau diluar wilayah NKRI dan tindak pidana tersebut

juga merupakan tindak pidana menurut hukum Indonesia.18

Secara limitatif kejahatan-kejahatan yang menjadi tindak pidana asal

(predicate offence) dari TPPU yang merupakan follow up crime, hal ini

menunjukkan bahwa untuk terjadinya TPPU terlebih dahulu ada tindak

pidana/kejahatan lain yang telah dilakukan oleh pelaku TPPU sebagaimana yang

telah ditentukan secara limitatif dalam Pasal 2 UU No. 8 tahun 2010.19

Pasal 3 menyatakan:

Setiap orang yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan,

membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah

bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain

atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil

tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dengan tujuan

menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan dipidana karena

tindak pidana Pencucian Uang dengan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh)

tahun dan denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

Pasal 4 menyatakan:

Setiap orang yang menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber, lokasi,

peruntukan, pengalihan hak-hak, atau kepemilikan yang sebenarnya atas harta

kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana

17

Yenti Garnasih, “Kebijakan Kriminalisasi dalam Pemberantasan Tindak Pidana

Pencucian Uang, Mimbar Hukum”, Vol. 19, Yogyakarta: 2007, hlm. 166.` 18

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan

Tindak Pidana Pencucian Uang, Pasal 2 ayat (1) 19

Aprillani Arsyad, Analisis Yuridis Penegakan Hukum Tindak Pidana Pencucian Uang,

Jurnal Ilmu Hukum Universitas Jambi, Vol. 1 No. 1, 2014, h. 44

Page 14: ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DAN TINDAK

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana karena tindak pidana

Pencucian Uang dengan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan

denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Pasal 5 menyatakan :

i. Setiap orang yang menerima atau menguasai penempatan, pentransferan,

pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan

harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil

tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana dengan

pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak

Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

ii. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi Pihak

Pelapor yang melaksanakan kewajiban pelaporan sebagaimana diatur dalam

undang-undang ini.

Ketentuan pada Pasal 3, 4, dan 5 tersebut sejalan dengan ketentuan Pasal 2

yang menjelaskan adanya tindak pidana asal dalam TPPU. Dengan kata lain,

untuk menetapkan telah terjadi suatu TPPU dan pelakunya, maka terlebih dahulu

dibuktikan adanya tindak pidana asal.20

C. Penerapan Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana Penggelapan Dan

Tindak Pidana Pencucian Uang (Analisis Putusan Nomor 1491

K/Pid.Sus/2016)

1. Kasus Posisi

Gupta Yamin pada pertengahan bulan Desember 2012 datang ke Kantor

Andri Cahyadi di Wisma Metropolitan I lantai XVI Jalan Jenderal Sudirman

Jakarta Selatan, dalam pertemuan tersebut Andri Cahyadi menyampaikan

keinginannya memperluas usaha di bidang batubara, akan tetapi kekurangan dana,

sehingga membutuhkan dana tambahan, atas keinginan Andri Cahyadi tersebut

Gupta Yamin berkeinginan untuk berinvestasi dan menawarkan kepada Andri

Cahyadi dana tambahan dengan cara melakukan transaksi REPO (repurchase

agreement) atas saham CNKO milik Gupta Yamin yaitu perjanjian jual beli

dengan kewajiban membeli kembali dimana pihak penjual saham berkewajiban

untuk membeli kembali saham yang sudah dijual, dan pihak pembeli berjanji akan

menjual kembali kepada pihak penjual saham selama periode yang telah

ditentukan.

20

Ibid., h.45

Page 15: ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DAN TINDAK

Gupta Yamin selang beberapa hari bertemu kembali dengan Andri

Cahyadi di Wisma Metropolitan I lantai XVI Jalan Jenderal Sudirman Jakarta

Selatan yang dihadiri oleh Willy Herlambang yang merupakan rekan Andri

Cahyadi, di dalam pertemuan tersebut Andri Cahyadi menyampaikan kepada

Gupta Yamin bahwa Willy Herlambang memiliki teman yang bernama Hatta

Wijaya alias Alex dan dapat mencarikan Broker untuk melaksanakan penjualan

saham CNKO dengan mekanisme transaksi repurchase Agreement (REPO).

REPO merupakan transaksi jual beli instrumen efek antara dua belah pihak yang

didasari dengan perjanjian dimana pada tanggal yang telah ditentukan di

kemudian hari akan dilaksanakan pembelian kembali atas efek yang sama dengan

harga tertentu yang telah disepakati.21

2. Dakwaan

Terdakwa diajukan ke persidangan karena didakwatelah melakukan tindak

pidana sebagaimana tersebut dalam dakwaan PenuntutUmum, yaitu:

Dakwaan Kesatu

Perbuatan Terdakwa tersebut sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal

372 KUHP.

Dakwaan Kedua

Perbuatan Terdakwa tersebut sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal

Pasal 3 UU No. 8 Tahun 2010.

3. Tuntutan Jaksa Penutut Umum

Tuntutan pidana Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan

tanggal 7 Desember 2015 sebagai berikut :

a. Menyatakan Terdakwa Joni Wijaya terbukti secara sah dan meyakinkan

bersalah melakukan tindak pidana Penggelapan dan tindak pidana

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, dalam

Dakwaan Kesatu dan Kedua;

b. Menjatuhkan pidana penjara kepada Terdakwa Joni Wijaya selama 8

(delapan) tahun dan denda Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)

subsidair kurungan selama 3 (tiga) bulan dengan perintah supaya

Terdakwa segera ditahan.

21

Edilius dan Sudarsono, Kamus Ekonomi Uang dan Bank, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994),

h.239.

Page 16: ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DAN TINDAK

c. Barang bukti berupa 1 (satu) bendel asli Surat Perjanjian Jual Beli dengan

kewajiban pembelian kembali (REPO) atas saham antara Gupta Yamin

dan Joni Wijaya PT. Glory Mitra Investex dengan No.

022/REPOCNKO/XII/2012 yang ditandatangani sdr. Gupta Yamin selaku

penjual dengan sdr. Joni Wijaya/PT. Glory Mitra Investex selaku pembeli.

1 (satu) lembar asli Surat Transaksi REPO Saham CNKO dengan Nomor

0022/REPO-CNKO/XII/2012 dengan nominal Rp10.000.000.000 (sepuluh

miliar rupiah) Gupta Yamin selaku penjual dengan Joni Wijaya selaku

pembeli ………,dst.

4. Putusan Pengadilan

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 673/Pid.B/2015/PN Jkt

Selatan, tanggal 21 Januari 2016 yang amar selengkapnya sebagai berikut :

1. Menyatakan perbuatan Terdakwa Joni Wijaya sebagaimana yang

didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum telah terbukti, tetapi perbuatan

tersebut bukan merupakan tindak pidana;

2. Melepaskan Terdakwa tersebut dari segala tuntutan hukum (Onslag

vanrechtsvervolging);

3. Memulihkan hak Terdakwa dalam kemampuan, kedudukan dan harkat

serta martabatnya

d. Barang bukti berupa 1 (satu) bendel asli Surat Perjanjian Jual Beli dengan

kewajiban pembelian kembali (REPO) atas saham antara Gupta Yamin

dan Joni Wijaya PT. Glory Mitra Investex dengan No.

022/REPOCNKO/XII/2012 yang ditandatangani sdr. Gupta Yamin selaku

penjual dengan sdr. Joni Wijaya/PT. Glory Mitra Investex selaku pembeli.

1 (satu) lembar asli Surat Transaksi REPO Saham CNKO dengan Nomor

0022/REPO-CNKO/XII/2012 dengan nominal Rp10.000.000.000 (sepuluh

miliar rupiah) Gupta Yamin selaku penjual dengan Joni Wijaya selaku

pembeli,……dst.

Putusan Mahkamah Agung Nomor 1491 K/Pid.Sus/2016, yaitu

Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi /Penuntut Umum pada

Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan tersebut. Membatalkan Putusan Pengadilan

Page 17: ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DAN TINDAK

Negeri Jakarta Selatan Nomor 673/Pid.B/2015/PN Jkt. Sel., tanggal 21 Januari

2016 tersebut.

Mengadili Sendiri

a. Menyatakan Terdakwa Joni Wijaya telah terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “ Penggelapan” dan tindak

pidana “Pencucian Uang”;

b. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana

penjara selama 8 (delapan) tahun dan pidana denda sebesar

Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dengan ketentuan apabila pidana

denda tersebut tidak dibayar, maka diganti dengan pidana kurungan selama

3 (tiga) bulan.

c. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani oleh Terdakwa

dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan

5. Analisis Putusan

a. Analisis dakwaan

Putusan Nomor 1491 K/Pid.Sus/2016 Terdakwa Joni Wijaya didakwa

dengan dakwaan kumulatif yaitu tindak pidana Penggelapan (dakwaan Kesatu)

sebagaimana dalam Pasal 372 KUHP dan dakwaan Kedua yaitu Pasal 3 UU No. 8

Tahun 2010, dengan demikian, maka jika mengacu pada bunyi amar putusan

tersebut, maka semua unsur tindak pidana yang didakwakan kepada Terdakwa

dakwaan kesatu dan dakwaan kedua semuanya terpenuhi.

Di dalam pertimbangan hukumnya judex facti langsung menyimpulkan

bahwa apa yang dilakukan oleh Terdakwa Joni Wijaya merupakan masuk dalam

ruang lingkup perdata,terhadap alasan yang ada di dalam pertimbangan hakim

tersebut Penuntut Umum tidak sependapat mengingat apa yang dipersoalkan oleh

Penuntut Umum di dalam surat dakwaannya khususnya dakwaan Kesatu adalah

penggelapan terhadap saham yang dijaminkan (saham yang terpisah) dan bukan

saham yang di-REPO-kan. Di dalam perjanjian REPO antara korban (Gupta

Yamin) dengan Terdakwa Joni Wijaya disebutkan bahwa saham yang di REPO

kan adalah bukan 45.977.012 lembar saham CNKO Tbk, tetapi 22.988.506 lembar

saham dengan nilai sebesar Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)

Page 18: ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DAN TINDAK

sedangkan yang 22.988.506 lembar saham hanya sebagai jaminan jika terjadi

penurunan nilai atas harga saham CNKO tersebut.

Penuntut Umum berpendapat bahwa Terdakwa Joni Wijaya telah memiliki

niat jahat, karena perjanjian REPO tersebut hanyalah sebagai modus untuk

mendapatkan keuntungan, karena Terdakwa Joni Wijaya telah menjual seluruh

saham baik yang di REPO-kan maupun yang hanya sebagai jaminan saja dengan

nilai uang yang Terdakwa Joni Wijaya terima dari hasil penjualan tersebut sebesar

Rp17.066.365.018,00 sebagaimana dalam pertimbangan Majelis Hakim, dengan

demikian, maka Terdakwa Joni Wijaya mendapat keuntungan dalam waktu

kurang dari seminggu, sehingga tidaklah cukup beralasan kalau harga saham

mengalami penurunan dan terdakwa dirugikan.

Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana sebagaimana didakwakan oleh Penuntut Umum dalam dakwaan

Kesatu Pasal 372 KUHP dan dakwaan Kedua Pasal 3 UU No. 8 Tahun 2010, oleh

karena itu Terdakwa tersebut haruslah dijatuhi pidana.Menurut hemat penulis,

dasar pertimbangan yang digunakan hakim dalam menjatuhkan putusan perkara

tindak pidana penggelapan dan pencucian uang adalah bukti di dalam

persidangan, yaitu berupa adanya tanda tangan Terdakwa di dalam perjanjian

REPO No. 0022/REPO.CNKO/XII/ 2012 tanggal 26 Desember 2012. Barang

bukti berupa uang sejumlah Rp.117.414.316 (seratus tujuh belas juta empat ratus

empat belas ribu tiga ratus enam belas rupiah). Dikembalikan kepada Antonius

Gunawan GHO, faktor yang meringankan terdakwa dan paling menentukan yaitu

pengakuan terdakwa.

b. Analisis tuntutan

Tuntutan yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum, bahwa Jaksa penuntut

umum harus berusaha membuktikan bahwa Terdakwa Joni Wijaya bersalah dan

melakukan suatu tindak pidana penggelapan dan pencucian uang. Dalam

penyidikan harus ditemukan 2 dari 5 alat-alat bukti yang sah. Perbuatan Terdakwa

Joni Wijaya sebagaimana yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum telah

terbukti, tetapi perbuatan tersebut bukan merupakan tindak pidana. Melepaskan

Terdakwa tersebut dari segala tuntutan hukum.Jaksa Penuntut Umum karena tidak

terbukti dan salah dalam menerapkan hukum. Bahwa dengan tidak terbuktinya

Page 19: ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DAN TINDAK

unsur-unsur yang terkandung di dalam Pasal 372 KUHP tersebut, maka perbuatan

terdakwa adalah bukan merupakan tindak pidana melainkan perbuatan yang

tunduk pada hukum keperdataan sebagai perbuatan wanprestasi.

Alasan-alasan kasasi Penuntut Umum pada pokoknya tidak sependapat

Judex Facti dalam hal menyatakan perbuatan Terdakwa Joni Wijaya sebagaimana

dalam dakwaan telah terbukti tetapi perbuatan tersebut bukan merupakan tindak

pidana. Penuntut Umum berpendapat Terdakwa terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana melanggar Pasal 372 KUHP idana

dan Pasal 3 UU No. 8 tahun 2010. Alasan keberatan Penuntut Umum pada

pokoknya keberatan dengan alasan pertimbangan Judex Facti dalam melepaskan

Terdakwa dari segala tuntutan dengan menyatakan bahwa hubungan hukum

Terdakwa Joni Wijaya selaku Direktur PT. GIory Mitra Investex (selaku pembeli)

dengan saksi korban Gupta Yamin selaku penjual atas saham Exploitasi Energy

Indonesia, Tbk adalah hubungan hukum perdata yaitu perjanjian jual beli saham

secara REPO (Repurchase Agreement tertanggal 26 Desember 2016 keberatan ini

tidak dapat dibenarkan dengan alasan perbuatan yang dilakukan Terdakwa adalah

perbuatan pidana, sehingga dapat dibebani tanggung jawab pidana dan perdata.

Terdakwa Joni Wijaya telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah

melakukan tindak pidana “ Penggelapan” dan tindak pidana “Pencucian Uang”.

Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa, oleh karena itu dengan pidana penjara

selama 8 (delapan) tahun dan pidana denda sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh

juta rupiah) dengan ketentuan apabila pidana denda tersebut tidak dibayar, maka

diganti dengan pidana kurungan selama 3 (tiga) bulan. Menetapkan masa

penahanan yang telah dijalani oleh Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana

yang dijatuhkan.Berdasarkan tuntutan di atas penulis tidak setuju dengan tuntutan

yang diberikan Jaksa Penuntut Umum yaitu selama 8 tahun dan denda sebesar Rp.

50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

c. Analisis putusan

Analisis terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor1491 K/Pid.Sus/2016,

Mahkamah Agung yang mengabulkan permohonan kasasi dari Penuntut

Umumsudah tepat, karena dapat dilihat dalam pertimbangan sebagai berikut:

Page 20: ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DAN TINDAK

1. Majelis Hakim dalam amar putusannya menyatakan perbuatan Terdakwa Joni

Wijaya sebagaimana yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum telah

terbukti, tetapi perbuatan tersebut bukanmerupakan tindak pidana, namun di

dalam pertimbangan hukumnya Majelis Hakim tidak menguraikan unsur-

unsur tindak pidana yang mana yang dijadikan dasar bahwa perkara tersebut

adalah perkara perdata dan bukan perkara pidana, lazimnya dalam sebuah

pembuktian seharusnya Majelis Hakim menguraikan unsur-unsur mana yang

terpenuhi dan yang tidak terpenuhi.Di dalam amar putusannya Majelis Hakim

menyatakan perbuatan Terdakwa Joni Wijaya sebagaimana yang didakwakan

oleh Jaksa Penuntut Umum telah terbukti tetapi perbuatan tersebut bukan

merupakan tindak pidana. Terdakwa dengan dakwaan kumulatif yaitu tindak

pidana Penggelapan (dakwaan Kesatu) sebagaimana dalam Pasal 372 KUHP

idana dan dakwaan Kedua yaitu Pasal 3 UU No.8 Tahun 2010, dengan

demikian maka jika mengacu pada bunyi amar putusan tersebut, maka semua

unsur tindak pidana baik yang didakwakan kepada Terdakwa baik dakwaan

Kesatu dan Dakwaan Kedua semuanya terpenuhi, namun hal tersebut

bukanlah merupakan tindak pidana tetapi perdata.

2. Majelis Hakim telah menyimpulkan di dalam pertimbangan hukumnya bahwa

perbuatan Terdakwa merupakan ruang lingkup perdata; Hal tersebut menurut

Penuntut Umum adalah keliru mengingat jangka waktu perjanjian tersebut

belum habis (360 hari), sehingga apa yang dilakukan oleh Terdakwa tidak

dapat dipersamakan dengan melanggar dalam konteks perbuatan melawan

hukum kontraktuil, namun menurut Penuntut Umum hal tersebut adalah

perbuatan melawan hukum dalam konteks pidana, karena Terdakwa tidak

pernah meminta izin terlebih dahulu terkait dengan isi perjanjian, sehingga hal

tersebut adalah pelanggaran hukum pidana.

3. Majelis Hakim dalam amar putusannya menyatakan perbuatan Terdakwa Joni

Wijaya sebagaimana yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum telah

terbukti, tetapi perbuatan tersebut bukan merupakan tindak pidana, namun di

dalam pertimbangan hukumnya Majelis Hakim tidak menguraikan unsur-

unsur tindak pidana yang mana yang dijadikan dasar bahwa perkara tersebut

adalah perkara perdata dan bukan perkara pidana, lazimnya dalam sebuah

Page 21: ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DAN TINDAK

pembuktian seharusnya Majelis Hakim menguraikan unsur-unsur mana yang

terpenuhi dan yang tidak terpenuhi. Alasan-alasan kasasi Penuntut Umum

pada pokoknya tidak sependapat Majelis Hakim dalam hal menyatakan

perbuatan Terdakwa Joni Wijaya sebagaimana dalam dakwaan telah terbukti

tetapi perbuatan tersebut bukan merupakan tindak pidana. Penuntut Umum

berpendapat Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah

melakukan tindak pidana melanggar Pasal 372 KUHP dan melanggar Pasal 3

Jo. Pasal 2 ayat (1) huruf a UU No 8 tahun 2010 subsidair Pasal 4 Jo. Pasal 2

ayat (1) Huruf a UU No 8 tahun 2010 tentang pencegahan dan pemberantasan

tindak pidana pencucian uang.

4. Majelis hakimtelah keliru mengesampingkan dakwaan Jaksa Penuntut Umum

telah yang telah disertai dengan bukti-bukti yang sah, dan menetapkan

perbuatan tersebut bukan merupakan tindak pidana, namun di dalam

pertimbangan hukumnya Majelis Hakim tidak menguraikan unsur-unsur

tindak pidana yang mana yang dijadikan dasar bahwa perkara tersebut adalah

perkara perdata dan bukan perkara pidana, lazimnya dalam sebuah

pembuktian seharusnya Majelis Hakim menguraikan unsur-unsur mana yang

terpenuhi dan yang tidak terpenuhi.

5. Majelis Hakim langsung menyimpulkan bahwa apa yang dilakukan oleh

Terdakwa masuk dalam ruang lingkup perdata,terhadap alasan yang ada di

dalam pertimbangan hukum tersebut Penuntut Umum tidak sependapat

mengingat apa yang dipersoalkan oleh Penuntut Umum di dalam surat

dakwaannya khususnya dakwaan Kesatu adalah penggelapan terhadap saham

yang di jaminkan (saham yang terpisah) dan bukan saham yang di-REPO-kan;

Di dalam perjanjian REPO antara korban (Gupta Yamin) dengan Terdakwa

Joni Wijaya disebutkan bahwa saham yang di REPO kan adalah bukan

45.977.012 lembar saham CNKO tbk tetapi 22.988.506 lembar saham dengan

nilai Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) sedangkan yang

22.988.506 lembar saham hanya sebagai jaminan jika terjadi penurunan nilai

atas harga saham CNKO tersebut; Dengan demikian maka Penuntut Umum

berpendapat bahwa Terdakwa telah memiliki niat tidak baik/niat jahat karena

perjanjian REPO tersebut hanyalah sebagai modus untuk mendapatkan

Page 22: ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DAN TINDAK

keuntungan karena Terdakwa telah menjual seluruh saham baik yang di REPO

kan maupun yang hanya sebagai jaminan saja dengan nilai uang yang ia

terima dari hasil penjualan tersebut adalah Rp17.066.365.018 ,00 sebagaimana

dalam pertimbangan hukum Majelis Hakim pada halaman 56, dengan

demikian maka Terdakwa mendapat keuntungan dalam waktu kurang dari

seminggu, sehingga tidaklah cukup beralasan kalau harga saham mengalami

penurunan dan Terdakwa dirugikan.

Berdasarkan pertimbangan diatas majelis hakim Mahkamah Agung

berpendapat bahwa Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor

673/Pid.B/2015/PN Jkt. Sel., tanggal 21 Januari 2016 tersebut, yang mengubah

putusan Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi /Penuntut Umum

pada Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan tersebut. Membatalkan Putusan Pengadilan

Negeri Jakarta Selatan Nomor 673/Pid.B/2015/PN Jkt. Sel., tanggal 21 Januari

2016 tersebut, dengan amar putusan sebagai berikut:

1. Menyatakan Terdakwa Joni Wijaya telah terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “ Penggelapan” dan tindak

pidana “Pencucian Uang”;

2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana

penjara selama 8 (delapan) tahun dan pidana denda sebesar

Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dengan ketentuan apabila pidana

denda tersebut tidak dibayar, maka diganti dengan pidana kurungan

selama 3 (tiga) bulan;

3. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani oleh Terdakwa

dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.

4. Barang bukti berupa 1 (satu) bendel asli Surat Perjanjian Jual Beli dengan

kewajiban pembelian kembali (REPO) atas saham antara Gupta Yamin

dan Joni Wijaya PT. Glory Mitra Investex dengan No.

022/REPOCNKO/XII/2012 yang ditandatangani sdr. Gupta Yamin selaku

penjual dengan sdr. Joni Wijaya/PT. Glory Mitra Investex selaku pembeli.

1 (satu) lembar asli Surat Transaksi REPO Saham CNKO dengan Nomor

0022/REPO-CNKO/XII/2012 dengan nominal Rp10.000.000.000 (sepuluh

Page 23: ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DAN TINDAK

miliar rupiah) Gupta Yamin selaku penjual dengan Joni Wijaya selaku

pembeli,……dst.

Putusan Mahkamah Agung ini adalah sebuah putusan yang sangat

bijaksana dan mencerminkan keadilan, karena pertimbangan hukumnya tidak

hanya didasarkan pemenuhan unsur-unsur yuridis tetapi sekaligus memperhatikan

fakta-fakta yang menjadi kausalitas tindak pidana yang terjadi. Tampak disini

bahwa Mahkamah Agung telah melompat dari paradigma supremasi hukum (law

supremacy) kepada supremasi keadilan (justice supremacy) sebagai tujuan dari

hukum.

Tidak ada alasan untuk menyatakan perbuatan Terdakwa wanprestasi

dalam pelaksanaan perjanjian REPO Saham Terdakwa mempunyai niat jahat dan

perbuatan melawan hak atau melawan hukum dilakukan dengan cara

mengalihkan, memindahtangankan atau menjual saham milik saksi korban Gupta

Yamin dari PT. Eksploitasi Energi Indonesia (EEI) tanpa persetujuan atau izin

dari Gupta Yamin, Terdakwa mempunyai kesalahan dengan sengaja sebagai niat

untuk menjual saham milik saksi korban yang telah di REPO Saham kepada

Terdakwa guna

Putusan nomor 1491 K/Pid.Sus/2016, penulis sependapat dengan Putusan

Majelis Hakim yang menilai bahwa di antara dua dakwaan yang didakwakan

kepada Terdakwa, maka yang terbukti di depan persidangan adalah Dakwaan

Pertama yakni melanggar Pasal 372 KUHP, oleh karena unsur-unsur dalam pasal

inilah yang terbukti sebagai fakta di depan persidangan pengadilan, sehingga

tepatlah Amar/ Isi Putusan Majelis Hakim yang menyatakan Terdakwa Joni

Wijaya telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak

pidana “ Penggelapan” dan tindak pidana “Pencucian Uang”;

Putusan nomor 1491 K/Pid.Sus/2016, proses pengambilan keputusan yang

dilakukan oleh Majelis Hakim menurut penulis telah sesuai dengan aturan hukum

yang berlaku dan sesuai berdasarkan dengan alat bukti yang sah, dimana dalam

kasus ini, alat bukti yang digunakan oleh Hakim adalah keterangan terdakwa,

keterangan saksi, dan bukti berupa uang sejumlah Rp117.414.316 (seratus tujuh

belas juta empat ratus empat belas ribu tiga ratus enam belas rupiah);

Dikembalikan kepada Antonius Gunawan GHO. Kemudian mempertimbangkan

Page 24: ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DAN TINDAK

tentang pertanggungjawaban atas perbuatan yang dilakukan dengan pertimbangan

bahwa pada saat melakukan perbuatannya itu, Terdakwa sadar akan akibat yang

ditimbulkannya.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, Mahkamah

Agung berpendapat bahwa Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan

bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan oleh Penuntut Umum

dalam dakwaan Kesatu Pasal 372 KUHP dan dakwaan Kedua Pasal 3 Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 2010, oleh karena itu Terdakwa tersebut haruslah

dijatuhi pidana; Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, terdapat

cukup alasan untuk mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon

Kasasi/Penuntut Umum dan membatalkan putusan Putusan Pengadilan Negeri

Jakarta Selatan Nomor 673/Pid.B/2015/PN Jkt Sel , tanggal 21 Januari 2016.

Disamping itu, Majelis Hakim tidak melihat adanya alasan pembenar atau

alasan pemaaf untuk menjadi alasan penghapusan pidana terhadap perbuatan yang

dilakukan terdakwa. Hal-hal yang memberatkan yaitu perbuatan Terdakwa telah

menimbulkan kerugian finansial yang cukup besar terhadap saksi korban Gupta

Yamin, hal-hal yang meringankan Terdakwa Joni Wijaya belum pernah dihukum.

Berkaitan dengan perkara yang penulis bahas, maka penulis setuju dengan

Putusan Majelis Hakim yang menjatuhkan pidana penjara kepada Terdakwa Joni

Wijaya selama 8 (delapan) tahun dan denda Rp50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) subsidair kurungan selama 3 (tiga) bulan dengan perintah supaya

Terdakwa segera ditahan, hal ini mengacu pada hal-hal yang meringankan

terdakwa seperti, terdakwa belum pernah dihukum. Berdasarkan putusan hakim

tersebut di atas penulis setuju dengan putusan majelis hakim tersebut, karena

Terdakwa Joni Wijaya telah melanggar Pasal 372 KUHP dan Pasal 3 Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak

Pidana Pencucian Uang.

Putusan Mahkamah Agung ini adalah sebuah putusan yang sangat

bijaksana dan mencerminkan keadilan, karena pertimbangan hukumnya tidak

hanya didasarkan pemenuhan unsur-unsur yuridis tetapi sekaligus memperhatikan

fakta-fakta yang menjadi kausalitas tindak pidana yang terjadi. Tampak disini

Page 25: ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DAN TINDAK

bahwa Mahkamah Agung telah melompat dari paradigma supremasi hukum

kepada supremasi keadilan sebagai tujuan dari hukum.

Page 26: ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DAN TINDAK

III. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Tindak pidana penggelapan diatur dalam BAB XXIV (Buku II) KUHP, yaitu

Pasal 372yang berbunyi barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum

memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan

orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan

diancam karena penggelapan, dengan pidana penjara paling lama empat tahun

atau denda paling banyak sembilan ratus rupiah.

2. Tindak pidana pencucian uang diatur dalam Pasal 3 UU No.8 Tahun 2010

yang berbunyi Setiap Orang yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan,

membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar

negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga

atau perbuatan lain atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut

diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal

2 ayat (1) dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta

kekayaan dipidana karena tindak pidana Pencucian Uang dengan pidana

penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling banyak

Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

3. Penerapan hukum terhadap pelaku tindak pidana penggelapan dan tindak

pidana pencucian uang (analisis putusan Nomor 1491 K/Pid.Sus/2016),

Terdakwa Joni Wijaya telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah

melakukan tindak pidana “ Penggelapan” dan tindak pidana “Pencucian

Uang”, oleh karena itu Majelis Hakim menjatuhkan pidana kepada Terdakwa,

dengan pidana penjara selama 8 (delapan) tahun dan pidana denda sebesar

Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dengan ketentuan apabila pidana

denda tersebut tidak dibayar, maka diganti dengan pidana kurungan selama 3

(tiga) bulan. Penulis setuju dengan putusan yang diberikan oleh hakim hakim,

karena Perbuatan Terdakwa Joni Wijaya tersebut sebagaimana diatur dan

diancam pidana dalam Pasal 372 KUHP dan tindak pidana pencucian uang

sebagaimana diancam pidana dalam Pasal 3 UU No.8 Tahun 2010.

Page 27: ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DAN TINDAK

B. Saran

Setelah melakukan pembahasan dan memperoleh kesimpulan dalam

skripsi ini, maka saran-saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :

1. Dengan adanya pengaturan hukum tindak pidana penggelapan diharapkan

kepada segenap aparat penegak hukum agar setiap pelaku kejahatan

(khususnya tindak pidana penggelapan) sekiranya ditindak dengan tegas dan

dijatuhi sanksi yang mampu membuat para pelaku kejahatan jera. Pemberiaan

efek jera dan daya cegah, dengan maksud bahwa melalui pemberian sanksi

pidana yang tajam diharapkan dapat memberikan efek prevensi general yaitu

masyarakat akan berusaha mentaati hukum karena takut akansanksi

pidananya, disamping adanya efek jera bagi para terpidana agar tidak

melakukan tindak pidana lagi.

2. Diharapkan adanya pengaturan yang tegas di dalam undang-undang pencucian

uang bahwa apabila harta kekayaan tidak dapat dibuktikan hartanya tersebut

sebagai harta kekayaan yang diperoleh bukan berasal dari kejahatan ekonomi

sebagai tindak pidana asal, maka langsung dapat disita dan/atau langsung

dianggap terbukti berasal dari kejahatan.

3. Perlu ditetapkan suatu standar minimum pidana (standar pemidanaan) bagi

hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku tindak pidana penggelapan

dan pencucian uangjika terdakwa terbukti bersalah melakukan tindak pidana

itu, sehingga didapat putusan pidana yang tepat dan adil, serasi/sesuai serta

memenuhi rasa keadilan bagi semua pihak, baik pelaku, korban, maupun

masyarakat.

Page 28: ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DAN TINDAK

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Edilius dan Sudarsono, Kamus Ekonomi Uang dan Bank, Jakarta: Rineka Cipta,

1994.

Ibrahim, Johnny. Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia

Publishing: Malang, 2011.

Nasution, Bismar. Rezim Anti Money Laundering di Indonesia. Bandung:

BooksTerrace & Library, 2008.

Prodjodikoro, Wirjono. Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Bandung:

Aditama, 2012.

Rusli, Effendy. Asas-asas Hukum Pidana, Ujung Pandang. LEPPEN-UMI, 2008

Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 2010.

Soerodibroto, Soenarto. KUHP dan KUHAP, cetakan kelimabelas, Jakarta:

RajaGrafindo Persada, 2011.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan

Tindak Pidana Pencucian Uang.

Jurna/Artikel/Skripsi

Aprillani Arsyad, Analisis Yuridis Penegakan Hukum Tindak Pidana Pencucian

Uang, Jurnal Ilmu Hukum Universitas Jambi, Vol. 1 No. 1, 2014.

Mabes Polri, Pedoman Penyidikan Tindak Pidana Pencucian Uang,

Jakarta:Mabes Polri 2003.

Mahendri Massie. Tindak Pidana Penggelapan dalam Menggunakan Jabatan

Berdasarkan Pasal 415 KUHP. Jurnal Lex Crimen. Vol. VI/No.

7/Sep/2017.

Yenti Garnasih, “Kebijakan Kriminalisasi dalam Pemberantasan Tindak Pidana

Pencucian Uang, Mimbar Hukum”, Vol. 19, Yogyakarta: 2007.