tinjauan yuridis terhadap tindak pidana aborsi

24
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Aborsi merupakan suatu tindakan yang sangat fenomenal dalam masyarakat yang menimbulkan banyak kontroversi, meskipun aborsi sudah terjadi sejak puluhan tahun lalu atau bahkan ratusan tahun lalu, tetapi kajian tentang aborsi di kalangan agamawan maupun di kalangan para pembelajar dan juga para penegak hukum tetap belum selesai atau bisa dikatakan tidak akan pernah berujung dan akan tetap menjadi perdebatan yang sangat hebat. Para penegak hukum beranggapan bahwa aborsi merupakan tindak pidana,karena KUHP sebagai dasar hukum pidana memandang aborsi sebagai suatu tindak pidana, begitupun juga golongan agamawan tidak jauh beda pula pemikirannya, mereka beranggapan bahwa aborsi merupakan tindakan yang sudah keluar dari koridor keagamaan, dan termasuk dalam kategori pembunuhan serta merupakan suatu tindakan yang diharamkan. Sedangkan dilain pihak banyak juga yang beranggapan bahwa aborsi merupakan suatu hak yang dimiliki perempuan 1

Upload: samsul-huda

Post on 02-Dec-2015

1.149 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Aborsi

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Aborsi merupakan suatu tindakan yang sangat fenomenal dalam masyarakat yang

menimbulkan banyak kontroversi, meskipun aborsi sudah terjadi sejak puluhan tahun lalu

atau bahkan ratusan tahun lalu, tetapi kajian tentang aborsi di kalangan agamawan maupun

di kalangan para pembelajar dan juga para penegak hukum tetap belum selesai atau bisa

dikatakan tidak akan pernah berujung dan akan tetap menjadi perdebatan yang sangat

hebat. Para penegak hukum beranggapan bahwa aborsi merupakan tindak pidana,karena

KUHP sebagai dasar hukum pidana memandang aborsi sebagai suatu tindak pidana,

begitupun juga golongan agamawan tidak jauh beda pula pemikirannya, mereka

beranggapan bahwa aborsi merupakan tindakan yang sudah keluar dari koridor

keagamaan, dan termasuk dalam kategori pembunuhan serta merupakan suatu tindakan

yang diharamkan.

Sedangkan dilain pihak banyak juga yang beranggapan bahwa aborsi merupakan

suatu hak yang dimiliki perempuan terhadap dirinya, mereka beranggapan bahwa hal

tersebut adalah hak dasar yang dimiliki perempuan yang tidak bisa diganggu gugat, karena

hal tersebut berkaitan dengan tubuhnya, dan semuanya terserah kepada diri pribadinya

masing – masing tanpa ada yang bisa mempertanyakan maupun melarangnya, serta dalam

kondisi tertentu perempuan punya hak untuk mendapatkan pelayanan aborsi yang sehat

dan aman.

Hal tersebut membuat aborsi menjadi suatu tindakan yang dilematis terhadap

perempuan yang menghendaki aborsi maupun orang yang dimintai pertolongan untuk

1

Page 2: Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Aborsi

aborsi. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah bagaimanakah hukum aborsi apakah

dilarang, dibolehkan serta aborsi yang seperti apa yang dilarang dan dalam kondisi yang

seperti apa aborsi itu dibolehkan. Oleh karena itu makalah ini bermaksud untuk

menguraikan tentang tinjauan yuridis mengenai tindak aborsi dari berbagai sudut kajian

yuridis.

B. RUMUSAN MASALAH

Untuk mempermudah dalam pembahasan makalah ini serta memfokuskan materi

yang akan dibahas maka dalam makalah ini kami akan membahas mengenai

A. Pengertian dan Macam Aborsi

B. Aborsi dari sudut Hukum Islam

C. Aborsi dari sudut Yuridis (Hukum Positif Indonesia)

D. Aborsi dari sudut Sosiologis

2

Page 3: Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Aborsi

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DAN MACAM ABORSI

Dalam mendefenisikan aborsi, terdapat sejumlah pendapat yang berbeda satu sama

lain, tetapi pada prinsipnya adalah saling berkaitan dan mendukung satu dengan yang lain,

diantaranya adalah:

1. Menurut Fact About Abortion, info Kit on Woman‟s Health, aborsi

didefenisikan sebagai penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum)

yang telah dibuahi dalam rahim (uterus), sebelum usia janin (fetus) mencapai

usia 20 minggu.

2. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Aborsi adalah (1) Terpancarnya

embrio yang tidak mungkin lagi hidup (sebelum bulan keempat kehamilannya);

keguguran atau keluron; (2) Keadaan terhentinya pertumbuhan yang normal

(untuk makhluk hidup); (3) guguran (janin) (Tim Penyusun,1994:2)

3. Sedangkan menurut istilah kedokteran adalah pengakhiran kehamilan sebelum

masa gestasi (kehamilan) 28 minggu atau sebelum janin mencapai berat 1000 gr.

Dari beberapa definisi diatas secara umum dapat diambil kesimpulan istilah aborsi

diartikan sebagai pengguguran kandungan, yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya,

baik itu secara sengaja ataupun tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda

(sebelum bulan keempat masa kehamilan).

Sedangkan macam - macam aborsi dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu:

1. Aborsi spontan atau alamiah (Abortus spontaneous)

3

Page 4: Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Aborsi

Yaitu Aborsi yang terjadi secara sendirinya dan alamiah tanpa campur

tangan dari luar atau tindakan, dimana hal ini bisa terjadi karena faktor

kecelakaan, penyakit syphilis, dan sebagainya.

2. Aborsi buatan atau disengaja (Abortus Provokatus atau Abortus artecifiallis)

Yaitu aborsi yang dilakukan secara sengaja. Aborsi jenis ini dibagi menjadi

2 macam:

a) Abortus provokatus thorapheuticus yaitu aborsi yang dilakukan atas dasar

pertimbangan yang sungguh – sungguh, dan pada umumnya dilakukan atas

dasar alasan untuk menyelamatkan jiwa ibu yang mengandung.

b) Abortus provokatus criminalis yaitu aborsi yang dilakukan tanpa ada dasar

indikasi medis tertentu dan alasan – alasan lain yang tidak bisa dihindari.

Berdasarkan macam – macam aborsi diatas, jenis aborsi yang paling terakhirlah

(Abortus provokatus criminalis) yang akan kami kaji selanjutnya dalam makalah ini dari

beberapa sudut pandang yang berbeda, karena hanya jenis aborsi yang terakhir inilah yang

berakibat hukum karena lebih sering disebut ilegal dan diancam hukuman baik dari hukum

positif Indonesia (KUHP) maupun hukum Islam.

B. ABORSI DALAM HUKUM ISLAM

Aborsi yang merupakan suatu pembunuhan terhadap hak hidup seorang manusia,

jelas merupakan suatu dosa besar, tidak ada ayat baik dalam Al-Quran maupun Al-Kitab

yang menyatakan bahwa aborsi boleh dilakukan oleh umat manusia, hal tersebut

menunjukkan betapa sangat dilarangnya aborsi oleh Allah SWT. Dimana larangan

tersebut semua termaktub dalam Al – Qur’an diantaranya

4

Page 5: Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Aborsi

1. Surat Al Maidah ayat 32 yang berbunyi :

Artinya :

Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena sebab-sebab yang

mewajibkan hukum qishash, atau bukan karena membuat kerusuhan di muka bumi, maka

seakan-akan telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara

keselamatan nyawa seorang manusia, maka seolah-olah ia telah memelihara keselamatan

seluruh manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul

Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara

mereka sesudah itu, sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka

bumi.

Surat Al Isra’ ayat 31 yang berbunyi :

Artinya:Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang

akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka

adalah suatu dosa yang besar.

5

Page 6: Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Aborsi

Berdasarkan dua ayat tersebut diatas sudah sangat jelas bahwa perbuatan aborsi

sangat dilarang meskipun dengan alasan takut kemiskinan atau tidak mampu

membesarkannya secara layak, karena semua riski makluk hidup yang ada di dunia ini

sudah diatur oleh Allah SWT, dimana kita hanya diwajibkan untuk berusaha saja.

Disamping dua ayat diatas sebenarnya masih banyak ayat yang melarang

dilakukannya aborsi. Sedangkan dalam studi hukum Islam, terdapat perbedaan satu sama

lain dari keempat mazhab Hukum Islam yang ada, dalam memandang persoalan aborsi,

dimana secara garis besar yaitu:

1. Mazhab Hanafi merupakan paham yang paling fleksibel, dimana sebelum masa

empat bulan kehamilan, aborsi bisa dilakukan apabila mengancam kehidupan si

perempuan (pengandung).

2. Mazhab Maliki melarang aborsi setelah terjadinya pembuahan.

3. Menurut mazhab Syafii, apabila setelah terjadi fertilisasi zygote tidak boleh

diganggu, dan intervensi terhadapnya adalah sebagai kejahatan.

4. Mazhab Hambali menetapkan bahwa dengan adanya pendarahan yang

menyebabkan miskram menunjukkan bahwa aborsi adalah suatu dosa.

Dengan melihat perbandingan keempat mazhab diatas, secara garis besar bahwa

perbuatan aborsi tanpa alasan yang jelas, dalam pandangan hukum Islam tidak

diperbolehkan dan merupakan suatu dosa besar karena dianggap telah membunuh nyawa

manusia yang tidak bersalah dan terhadap pelakunya dapat diminta pertanggungjawaban

atas perbuatannya tersebut. Sedangkan menurut mazhab Hanafi, ketentuannya lebih

fleksibel yang mana aborsi hanya dapat dilakukan apabila kehamilan tersebut benar-benar

mengancam atau membahayakan nyawa si wanita hamil dan hal ini hanya dibenarkan

untuk dilakukan terhadap kehamilan yang belum berumur empat bulan.

6

Page 7: Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Aborsi

C. ABORSI DALAM HUKUM POSITIF INDONESIA

Dalam hukum positif di Indonesia, ketentuan yang mengatur masalah aborsi terdapat

di dalam KUHP dan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan dimana

sudah diperbaharui dengan Undang – Undang Nomor 36 tahun 2009. Ketentuan di dalam

KUHP yang mengatur masalah tindak pidana aborsi terdapat di dalam Pasal 346, 347, 348,

dan 349.

Pasal 346 KUHP :

“Seorang wanita yang dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya

atau menyuruh orang lain untuk itu diancam dengan pidana penjara paling lama empat

tahun penjara”.

Pasal 347 KUHP :

“(1) Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang

wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas bulan;

(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara

paling lama lima belas tahun”.

Pasal 348 KUHP :

“(1) Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang

wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun

enam bulan; (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan

pidana penjara paling lama tujuh tahun”.

Pasal 349 KUHP :

“Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang

tersebut Pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan

yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu

7

Page 8: Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Aborsi

dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian

dalam mana kejahatan itu dilakukan”.

Di dalam KUHP sendiri, istilah „aborsi‟ lebih dikenal dengan sebutan “pengguguran

dan pembunuhan kandungan” yang merupakan perbuatan aborsi yang bersifat kriminal

(abortus provokatus criminalis). Istilah kandungan dalam konteks tindak pidana ini

menunjuk pada pengertian kandungan yang sudah berbentuk manusia maupun kandungan

yang belum berbentuk manusia. Karena adanya dua kemungkinan bentuk kandungan

tersebut maka tindak pidana yang terjadi dapat berupa :

1. Pengguguran yang berarti digugurkannya atau dibatalkannya kandungan yang

belum berbentuk manusia; atau

2. Pembunuhan yang berarti dibunuhnya atau dimatikannya kandungan yang sudah

berbentuk manusia

Tindak pidana pengguguran dan pembunuhan kandungan sebagaimana yang diatur

dalam KUHP terdiri dari 4 (empat) macam tindak pidana, yaitu:

1. Tindak pidana pengguguran atau pembunuhan kandungan yang dilakukan sendiri,

yang diatur dalam Pasal 346 KUHP.

2. Tindak pidana pengguguran dan pembunuhan kandungan yang dilakukan oleh

orang lain tanpa persetujuan dari wanita itu sendiri, yang diatur dalam Pasal 347

KUHP.

3. Tindak pidana pengguguran dan pembunuhan kandungan yang dilakukan oleh

orang lain dengan persetujuan wanita yang mengandung, yang diatur dalam Pasal

348 KUHP.

4. Tindak pidana pengguguran dan pembunuhan kandungan yang dilakukan oleh

orang lain yang mempunyai kualitas tertentu, yaitu dokter, bidan, atau juru obat

8

Page 9: Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Aborsi

baik yang dilakukan atas persetujuan dari wanita itu atau tidak atas persetujuan dari

wanita tersebut, yang diatur dalam Pasal 349 KUHP.

Berdasarkan aturan-aturan yang terdapat dalam KUHP terlihat jelas bahwa tindakan

aborsi disini merupakan suatu tindakan yang melanggar hukum meskipun dengan alasan

apapun. Jadi jika melihat pada ketentuan yang terdapat dalam KUHP, perbuatan aborsi

(baik pengguguran maupun pembunuhan kandungan) harus dapat dipertanggungjawabkan

secara pidana oleh wanita hamil yang melakukan aborsi maupun orang yang membantu

proses aborsi tersebut. Dengan demikian, baik pelaku maupun yang membantu perbuatan

aborsi dapat dikenakan sanksi pidana.

Sedangkan di lain pihak tindakan aborsi tidak sepenuhnya dilarang dengan ketentuan

– ketentuan tertentu sebagaimana diatur dalam Undang – Undang No.36 Tahun 2009. Jadi

dengan mengedepankan azas “lex specialis derogat lex generalis” maka tindakan aborsi

yang telah dilakukan dengan berdasarkan pada ketentuan – ketentuan pasal Pasal 75, Pasal

76 dan Pasal 77 dapat menjadi pengecualian. Dimana ketentuan – ketentuan tersebut

adalah sebagai berikut :

Pasal 75

(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.

(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan:

a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik

yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik

berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga

menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau

b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi

korban perkosaan.

9

Page 10: Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Aborsi

(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui

konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca

tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan,

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 76

Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:

a) sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid

terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;

b) oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki

sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;

c) dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;

d) dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan

e) penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 77

Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak

bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Jadi berdasarkan Hukum Positif Indonesia (KUHP dan Undang – Undang No.36

Tahun 2009) dapat diambil kesimpulan: Pertama, secara umum praktik aborsi dilarang;

Kedua, larangan terhadap tindakan aborsi dikecualikan pada beberapa keadaan yang telah

ditentukan.

10

Page 11: Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Aborsi

D. ABORSI DARI SUDUT PANDANG SOSIOLOGIS

Aborsi apabila dipandang dari sudut sosiologis atau pandangan masyarakat

merupakan suatu hal yang fenomenal, karena jika diteliti secara mendetail, masyarakat

memiliki beberapa pandangan yang berbeda, setidaknya ada dua pendapat yang berbeda

mengenai aborsi yaitu yang membolehkan dan melarang atau mengharamkannya.

Sebelumnya kita harus menegaskan dulu bahwa kasus aborsi yang dijadikan pokok

permasalahan disini adalah aborsi yang dilakukan tanpa ada alasan medis yang jelas atau

bisa dikatakan ilegal.

Mengapa perbedaan pendapat itu terjadi, karena pada prinsipnya lokasi tempat

tinggal serta faktor pergaulan seseorang yang berbeda. Penduduk daerah perkotaan dengan

penduduk daerah desa akan memiliki penilaian yang berbeda mengenai aborsi, disamping

itu tingkat pendidikan juga membuat perbedaan pandangan tersebut.

Sebelum kita menelaah lebih jauh mengenai aborsi dari sisi sosiologis, kita harus

mengetahuai beberapa alasan mengapa kaum wanita melakukan aborsi, dimana banyak

alasan mengapa wanita melakukan aborsi, diantaranya disebabkan oleh hal-hal sebagai

berikut :

1. Alasan sosial ekonomi untuk mengakhiri kehamilan dikarenakan tidak mampu

membiayai atau membesarkan anak.

2. Adanya alasan bahwa seorang wanita tersebut ingin membatasi atau menangguhkan

perawatan anak karena ingin melanjutkan pendidikan atau ingin mencapai suatu karir

tertentu.

3. Alasan usia terlalu muda atau terlalu tua untuk mempunyai bayi.

4. Akibat adanya hubungan yang bermasalah (hamil diluar nikah) atau kehamilan karena

perkosaan dan incest sehingga seorang wanita melakukan aborsi karena menganggap

kehamilan tersebut merupakan aib yang harus ditutupi.

11

Page 12: Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Aborsi

Alasan – alasan tersebut diatas sebenarnya merupakan alasan yang bisa dipikir secara

nalar dan tidak bisa juga serta merta dipersalahkan karena pada prinsipnya itu merupakan hak

bagi perempuan tersebut untuk melakukan sesuatu hal terhadap tubuh dan pribadinya sendiri

tanpa intervensi orang lain, karena pada kenyataannya negarapun belum mampu untuk

menjamin kesejahteraan bagi warga negaranya yang berada digaris kemiskinan, meskipun hal

tersebut sudah dicanangkan sejak tahun 1945 lewat Undang – Undang Dasar.

Sekarang yang perlu kita ketahui yaitu, bahwa kita semua tinggal di negara yang

menjunjung tinggi etika dan agama, dimana seperti telah dijelaskan diatas bahwa aborsi

merupakan pembunuhan terhadap hak hidup makhluk Tuhan. Disamping itu meskipun ada

sebagian golongan yang menganggap aborsi adalah bukan hal yang tabu atau biasa – biasa saja

dan lumrah, tetapi mayoritas masyarakat menganggap aborsi adalah merupakan aib yang harus

ditutupi, mungkin kalau bisa malah dihilangkan sama sekali. Dengan demikian dapat

ditegaskan bahwa aborsi kalau dipandang dari sudut sosiologis adalah dilarang dan merupakan

suatu tindakan yang tercela serta aib baik pelaku maupun keluarga dan masyarakat sekitarnya.

E. PEMBAHASAN MENGENAI PUTUSAN PENGADILAN No. 297/ Pid.B/ 2007/

PN.Jpr. (Putusan terlampir)

Berdasarkan surat putusan tersebut (terlampir) kalau kita teliti lebih jelas akan terasa

sekali ada kejanggalan terhadap penanganan kasus tersebut. Mengapa ?, karena dalam

surat putusan tersebut yang dijadikan terdakwa hanya satu orang, padahal dalam kasus

aborsi yang dilakukan oleh MARIYANA DWININGSIH Binti AMAR dengan bantuan

dukun pijat yaitu MURTI Binti TUKAT secara jelas dan terbukti ada dua pihak yang

terlibat didalamnya yaitu pihak perempuan yang melakukan tindakan aborsi dan pihak

kedua yaitu dukun pijat yang melakukan tindakan aborsi atas dasar persetujuan perempuan

yang bersangkutan.

12

Page 13: Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Aborsi

Jadi dalam kasus tersebut seharusnya memenuhi unsur 2 (dua) pasal dalam KUHP

yaitu pasal 346 dan pasal 348. Dalam ketentuan pasal 346 secara jelas menjelaskan bahwa

“Seorang wanita yang dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau

menyuruh orang lain untuk itu diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun

penjara”, maka berdasarkan pasal tersebut seharusnya MARIYANA DWININGSIH Binti

AMAR juga berstatus sebagai tersangka yang akhirnya meningkat menjadi terdakwa

karena secara jelas dia yang berprofesi sebagai psk, secara sengaja menggugurkan

kandungannya dengan ancaman pidana paling lama empat tahun penjara, tapi kenyataanya

dia hanya menjadi saksi dalam kasus tersebut.

Sedangkan untuk pasal yang dijadikan dasar penuntutan yaitu pasal 348 KUHP,

untuk menuntut MURTI Binti TUKAT sudah benar, karena secara jelas dan terbukti dia

membantu melakukan aborsi dengan persetujuan perempuan yang hendak digugurkan

dengan ancaman hukuman penjara paling lama lima tahun enam bulan.

Kalau dilihat dari sisi keadilan dari pihak MURTI Binti TUKAT, putusan tersebut

sudah memenuhi sedikit rasa keadilan karena meskipun telah terbukti secara sah telah

membantu melakukan aborsi dengan persetujuan perempuan yang bersangkutan, tetapi

dengan dasar pertimbangan – pertimbangan yang rasional, maka putusan tersebut tidak

mencapai lima tahun lebih tetapi hanya satu tahun. Sedangkan kalau dari sisi masyarakat

sekitar menurut kami tidak sama sekali memenuhi rasa keadilan, karena seharusnya

MARIYANA DWININGSIH Binti AMAR juga ikut menanggung akibatnya karena

secara jelas dan sah telah menggugurkan kandungannya dengan keadaan sengaja, tetapi

pada kenyataannya dia hanya dijadikan sebagai saksi dan bebas melenggang kemana –

mana.

13

Page 14: Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Aborsi

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari penjelasan mengenai aborsi tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

aborsi yang dilakukan atas dasar bukan alasan medis tertentu atau ilegal meskipun ditinjau

dari berbagai sudut pandang yang berbeda, baik yuridis, sosiologis, maupun agama adalah

memiliki pandangan yang sama yaitu dilarang.

Sedangkan dari sudut yuridis suatu tindakan aborsi yang dilakukan bisa

mengenakan pidana bagi dua pihak sekaligus yaitu bagi pihak perempuan yang diaborsi

serta dukun bayi atau dokter yang melakukan aborsi, tetapi pada kenyataanya dalam suatu

tindakan aborsi hanya satu pihak saja yang dipidana yaitu pihak dokter atau pihak yang

dimintai bantuan, dan pelaku bebas melenggang dengan bebas tanpa pidana apapun dan

hanya dijadikan sebagai seorang saksi saja.

B. SARAN

Jadi berdasarkan kenyataan tersebut diatas maka seharusnya kita sebagai masyarakat

dan bersama – sama dengan pemerintah melakukan hal – hal sebagai berikut :

1. Penegakan hukum sebagaimana mestinya, maksudnya yaitu menjerat para pihak –

pihak yang tersangkut dalam kasus aborsi termasuk juga bagi perempuan yang

melakukan tindakan aborsi.

2. Pendidikan Kesehatan Reproduksi termasuk pendidikan seks diberikan sejak usia

dini sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangannya.

14

Page 15: Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Aborsi

3. Upaya legalisasi aborsi semestinya segera diberlakukan, dengan membentuk sarana

layanan aborsi yang dikontrol secara intens oleh sebuah lembaga mungkin dalam

bentuk komisi yang terdiri dari berbagai unsur seperti pemerintah, LSM, tokoh

agama, dan tokoh masyarakat atau sebaliknya dilarang sama sekali melalui law

enforcement.

4. Dalam upaya menekan angka kematian ibu (AKI) akibat aborsi tidak aman, perlu

digencarkan konseling kontrasepsi di setiap sarana kesehatan baik privat maupun

pemerintah.

5. Pentingnya digalakkan upaya diseminasi informasi tentang kesehatan reproduksi

khususnya aborsi melalui seminar, penyuluhan, diskusi, kampanye, dan ceramah

keagamaan baik melalui media cetak maupun elektronik.

Disamping semua hal tersebut sebenarnya ada satu hal yang paling utama, yaitu

penguatan moral masyarakat melalui agamanya, sehingga bukan lagi masalah bagaimana

mengobati aborsi yang rata – rata tejadi karena hamil diluar nikah, tetapi bagaimana

mencegah terjadinya kehamilan diluar nikah, bukan dengan menggunakan alat kontrasepsi,

tetapi dengan menebalkan keyakinan terhadap agamanya masing – masing, sehingga

bukan hanya aborsi yang bisa dihindari tetapi perbuatan – perbuatan tercela lainnya.

15

Page 16: Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Aborsi

Bibliografi

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 2005

Abdul Wahab Khallaf. Kaidah-kaidah hukum Islam (Ushul Fiqh).Risalah.

Bandung,1985

Afnil Guza,SS. KUHP dan KUHAP,Asa Mandiri, Jakarta,2005

16