analisis yuridis tentang pembagian harta bersama...

81
ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA DAN WARISAN PERKAWINAN POLIGAMI (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor 489/K/Ag/2011) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh: Ahmad Ferizqo Achdan (1113044000090) PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M / 1439 H

Upload: lenhu

Post on 12-Jul-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA

DAN WARISAN PERKAWINAN POLIGAMI

(Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor 489/K/Ag/2011)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

Ahmad Ferizqo Achdan

(1113044000090)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M / 1439 H

Page 2: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata
Page 3: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata
Page 4: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata
Page 5: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

ii

ABSTRAK

Ahmad Ferizqo Achdan. NIM 1113044000090. ANALISIS YURIDIS

TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA DAN WARISAN

PERKAWINAN POLIGAMI ( STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH

AGUNG NOMOR 489/K/Ag/2011. Program Studi Hukum Keluarga (Ahwal

Syakhshiyyah), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 1439 H/2018 M. lx+ 83 halaman 5 halaman lampiran.

Studi ini bertujuan untuk menjelaskan pertimbangan hukum Hakim

mengenai pembagian harta bersama dan warisan dari perkawinan poligami.

Dalam pembagian harta warisan selain yang sudah dijelaskan dan diatur dalam

agama Islam juga ada peraturan yang tidak mengakomodir orang yang tidak

termasuk dalam orang yang berhak menerima waris yaitu melalui wasiat wajibah.

Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 489/K/Ag/2011 membuat

suatu fenomena yang baru dimana dalam putusan tersebut terdapat asas hukum

baru tentang pemberian harta warisan kepada anak tiri . Kompilasi Hukum Islam

memberikan bagian kepada anak angkat sehingga masuk dalam jajaran orang

yang bisa menerima harta warisan orang tua angkatnya dengan jalur wasiat

wajibah besar bagiannya 1/3 dari harta warisan orang tua angkatnya (Pasal 209

KHI) tetapi tidak mengatur tentang kedudukan anak tiri baik dalam hukum

perkawinan maupun dalam hukum kewarisan..

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yuridis normatif dan library

reasearch dengan melakukan pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan,

buku-buku, dan kitab-kitab fiqih yang berkaitan dengan judul skripsi ini.

Hasil penelitian tentang pertimbangan hukum Hakim mengenai pembagian

harta bersama dan warisan dari perkawinan poligami pada Putusan Mahkamah

Agung Nomor 489/K/Ag/2011 dapat dianalisis bahwa pada prinsipnya hakim

memiliki kewenangan menggunakan fungsinya sebagai rechtsvinding atau dalam

hukum Islam disebut ijtihad sebagai alternatif. Putusan tersebut diterbitkan untuk

memenuhi asas keadilan bagi para ahli waris yang memiliki hubungan emosional

nyata dengan pewaris. Hakim menjamin keadilan bagi orang-orang yang memiliki

hubungan emosional dengan pewaris tersebut . Seorang anak angkat ataupun anak

tiri dan telah hidup berdampingan dengan tentram dan damai serta tingkat

toleransi yang tinggi Penyimpangan yang dilakukan akan memberikan lebih

banyak kemaslahatan daripada mudarat.

Kata Kunci : Harta Bersama, Warisan, Perkawinan Poligami, Putusan, Mahkamah

Agung,

Pembimbing : Afwan Faizin, MA

Daftar Pustaka : 2011 s.d 2014

Page 6: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

iii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman Transliterasi menggunakan System Library of Congress. Secara garis

besar uraian sebagai berikut:

b = ب

t = ت

th = ث

j = ج

h{ = ح

kh = خ

d = د

dh = ذ

r = ر

z = ز

s = س

sh = ش

s{ = ص

d{ = ض

ṭ ط =

z{ = ظ

ع = „

gh = غ

f = ف

q = ق

k = ك

l = ل

m = م

n = ن

h = ه

w = و

y = ي

Vokal Pendek Vokal Panjang

<>>>a () = a = ___ آ ___

<i () = i = ___ إ ___

<u () = u = ___ أ ___

Diftong Pembauran

al = (ال) aw (او)

al-sh = (الص) ay (اى)

-wa al = (وال)

Page 7: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

iv

Ketentuan penulisan kata sandang al ( ali>f la>m), baik ali>f la>m qamariyyah

maupun ali>f la>m shamsiyah ditulis apa adanya (al) contoh:

Al-tafsi>r = التفسىر الحدىج = Al-h}adi>th

Ta’Marbutah di akhir kata

1. Bila dimatikan ditulis “h”,

حكمة = h}ikmah

Ketentuan ini tidak berlaku pada kosakata Bahasa Arab yang sudah

terserap ke dalam Bahasa Indonesia seperti zakat, salat dan lain-lain

kecuali memang dikehendaki sesuai lafal aslinya.

2. Bila dihidupkan karena berangkaian dengan kata lain, ditulis “t”

نعمة اهلل = ni‟matullah

زكاة الفطر = zaka>t al-fit}ri

Istilah keislaman (serapan) : istilah keislaman ditulis dengan berpedoman kepada

Kamus Besar Bahasa Indonesia, sebagai berikut contoh:

No Transliterasi Asal Dalam KBBI

1 Al-Qur‟a>n Alquran

2 Al-H}adi>th Hadis

3 Sunnah Sunah

4 Nas{ Nas

5 Tafsi>r Tafsir

6 Sharh{ Syarah

7 Matn Matan

Page 8: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

v

8 S{ala>t Salat

9 Tas{awwuf Tasawuf

10 Fiqh Fikih

Dan lain-lain (lihat KBBI)

Catatan:

Jenis Font yang digunakan untuk transilterasi Arab-Indonesia menggunakan

Times New Arabic dengan ketentuan unkuran Font 12 pt untuk tulisan pada

artikel dan daftar Pustakan, ukuran 10 pt untuk catatan kaki.

1. Untuk membuat titik di bawah:

a. Huruf Kapital (H{) dengan menekan tombol “H” diikuti {

b. Huruf kecil (h{) dengan menekan tombol “h” diikuti {

2. Untuk membuat garis di atas huruf:

a. Huruf kapital (A<) dengan menekan “A” diikuti <

b. Huruf kecil (a<) dengan menekan “a” diikuti <

Page 9: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-

Nya serta memberikan berkah, kasih sayang dan karunia-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Yuridis Tentang

Pembagian Harta Bersama Dan Perkawinan Poligami (Studi Kasus Putusan

Mahkamah Agung Nomor 489/K/Ag/2011)”. Shalawat dan salam kepada Nabi

Muhamad SAW yang telah mengantarkan umatnya dari kegelapan dunia ke

zaman peradaban ilmu pengetahuan seperti saat sekarang ini.

Penulis sangat bahagia dan bersyukur karena dapat menyelesaikan tugas

akhir dalam jenjang pendidikan Strata Satu (S1) yang penulis tempuh telah selesai.

Serta penulis tidak lupa meminta maaf apabila dalam penulisan skripsi ini ada yang

kurang berkenan dihati para pembaca, karena penulis menyadari bahwa penulis jauh

dari kesempurnaan.

Selanjutnya penulis menyadari bahwa skripsi ini tidaklah mungkin dapat

tercapai tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu sebagai

ungkapan rasa hormat yang amat mendalam, penulis mengucapkan terima kasih

kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Dede Rosada, M.A., Rektor Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

2. Dr. H. Asep Saepudin Jahar, M.A., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta berikut para Wakil

Dekan I, II dan III Fakultas Syariah dan Hukum.

Page 10: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

vii

3. Dr. H. Abdul Halim, M.Ag dan Indra Rahmatullah, S.HI., M.H., selaku

Ketua Program Studi Hukum Keluarga dan Sekretaris Program Studi Hukum

Keluarga, yang harus mendukung dan memotivasi penulis untuk segera

menyelesaikan proses penyusunan skripsi ini.

4. Dr. H. Kamarusdiana, M.H., selaku Dosen Penasehat Akademik penulis yang

telah sabar mendampingi penulis hingga semester akhir dan telah membantu

penulis dalam perumusan desain judul skripsi ini.

5. Afwan Faizin, M.A., sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu

memberi pengarahan, pembelajaran baru bagi penulis dengan penuh

keikhlasan , kesabaran dan keistiqomahan dalam meyelesaikan skripsi ini.

6. Terkhusus kepada kedua orang tua yang sangat penulis cintai dan sayangi.

Ayahanda tercinta Drs. Asep Mohammad Ali Nurdin, M.H., dan Ibunda

tercinta Dra. Cholilah (Almh) yang selalu mendo‟akan dan memberikan

semangat kepada ananda untuk menyelesaikan skripsi ini, serta telah

mengorbankan seluruh hidupnya untuk mendidik, membahagiakan dan

membesarkan penulis sampai saat ini. Tidak akan pernah mustahil penulis

mampu membayar apa yang telah diberikan selama ini. Kedua orang tua

selalu menjadi sumber inspirasi penulis dalam menjalankan kehidupan dan

menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepada adik tercinta Ahmad Miftahul Fauzi, yang selalu memberi semangat

dan mendo‟akan penulis dalam setiap perjalanan studi penulis dan selalu

menjadi saudara yang terbaik bagi penulis.

Page 11: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

viii

8. Kepada para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum, yang telah memberikan

banyak ilmu pengetahuan kepada penulis sehingga tercapainya tugas akhir

ini.

9. Kepada para paman dan bibi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Terima kasih tak terhingga penulis sampaikan karena sudah membantu

penulis baik moril maupun materil sehingga penulis dapat memperoleh gelar

Strata Satu.

10. Kepada teman-teman IKADAM (Ikatan Abiturien Darul Arqam

Muhammadiyah Garut) yang telah memberikan semangat pada penulis.

11. Kepada Zayyin Abdul Quddus, Romario Fajar, Nurzaelani, tauziry, Rifqi M,

yang telah menjadi sahabat terbaik sepanjang hidup penulis karna selalu ada

saat suka maupun duka, dan telah banyak mengisi cerita dalam setiap hari

yang penulis lewati. Tetap menjadi sahabat yang terbaik bagi penulis.

12. Kepada sahabat-sahabat Muhamad Ihsan Muttaqin, Rahmat Hidayat, Saepul

Mupid, Abdul Malik dan teman-teman angkatan 2013 Hukum Keluarga yang

telah menjadi saksi dari perjuangan penulis baik berupa canda tawa, tangis

dan pengorbanan.

Semoga amal baik mereka semua dibalas berlipat ganda oleh Allah SWT.

Sungguh hanya Allah SWT yang dapat membalas kebaikan mereka dengan kebaikan

yang berlipat ganda.

Penulis berharap skripsi ini bermanfaat pada saat ini dan masa yang akan

datang. Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

Page 12: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

ix

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi

selanjutnya.

Jakarta, Maret 2018

Ahmad Ferizqo Achdan

Page 13: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

x

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. iii

ABSTRAK ............................................................................................................. iv

PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................................... v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... viii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................. 3

C. Pembatasan Masalah ................................................................ 3

D. Perumusan Masalah .................................................................. 4

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 4

F. Metode Penelitian ..................................................................... 4

G. Sistematika Pembahasan .......................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORI DAN KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Landasan Teori

1. Pengertian Waris ............................................................... 9

2. Pewaris dan Ahli Waris ..................................................... 10

3. Rukun dan Syarat-Syarat Waris ........................................ 12

B. Review Studi Terdahulu ........................................................... 14

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG HARTA BERSAMA

A. Harta Bersama

1. Pengertian Harta bersama .............................................. 16

2. Dasar Hukum Harta Bersama ........................................ 18

B. Kedudukan Anak Tiri Dalam Kompilasi Hukum Islam

1. Penegrtian Anak Tiri ..................................................... 23

2. Akibat Hukum Pernikahan ............................................ 25

3. Pandanagn „Ulama‟ Terhadap Kedudukan Anak Tiri ... 29

Page 14: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

xi

BAB IV ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN

HARTA BERSAMA DAN WARISAN

PERKAWINAN POLIGAMI (STUDI KASUS

PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR

489/K/Ag/2011)

A. Pertimbangan Hakim dalam Memutus Perkara

Nomor : 297/Pdt.G/2010/ PA. Mlg.

1. Duduk Perkara .............................................................. 33

2. Pertimbangan Hakim .................................................... 35

3. Amar Putusan ............................................................... 40

B. Pertimbangan Hakim dalam Memutus Perkara

Nomor : 104/Pdt.G/2011/ PTA. Sby

1. Duduk Perkara .............................................................. 41

2. Pertimbangan Hakim .................................................... 43

3. Amar Putusan ............................................................... 45

C. Pertimbangan Hakim dalam Memutus Perkara

Nomor : 489/K/Ag/2011.

1. Duduk Perkara .............................................................. 47

2. Pertimbangan Hakim .................................................... 52

3. Amar Putusan ............................................................... 54

4. Analisis / Telaah Putusan ............................................. 56

BAB V PENUTUP

A. SIMPULAN .............................................................................. 63

B. SARAN ..................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 65

Page 15: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah SWT telah menurunkan Al-Qur’an bertujuan untuk mengatur

kehidupan dan mewujudkan kebahagiaan di dunia ini dan untuk meraih

kebahagiaan di akhirat kelak. Di antara aturan yang mengatur hubungan antara

sesama manusia yang ditetapkan Allah SWT adalah aturan tentang kewarisan,

yaitu proses peralihan kepemilikan harta dari pewaris kepada ahli warisnya. Harta

yang ditinggalkan oleh pewaris memerlukan pengaturan siapa yang berhak

menerimanya, berapa bagiannya, dan bagaimana cara menyelesaikannya.

Hukum waris sangat erat kaitannya dengan ruang lingkup kehidupan

manusia, sebab setiap manusia pasti akan mengalami peristiwa hukum yang

dinamakan kematian. Akibat hukum yang selanjutnya timbul, dengan terjadinya

peristiwa hukum kematian seseorang, di antaranya ialah masalah bagaimana

pengurusan dan kelanjutan hak-hak dan kewajiban-kewajiban seseorang yang

meninggal dunia tersebut.1 Hukum kewarisan Islam adalah hukum yang mengatur

segala yang berkenaan dengan peralihan hak dan kewajiban atas harta kekayaan

seseorang setelah ia meninggal dunia kepada ahli warisnya.2

Seseorang yang meninggal dunia paling tidak akan meninggalkan dua hal.

Pertama meninggalkan ahli waris dan yang kedua meningggalkan harta

peninggalan. Harta peninggalan dari si mati, belum dapat dibagi sebab dalam hal

ini harus dikurangi biaya penyelenggaraan jenazah, melunasi hutang dan wasiat.3

Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata cara

pembagian dan peralihan harta warisan kepada ahli waris, harta warisan, serta hal-

hal yang menghalangi ahli waris mendapatkan harta warisan dari si pewaris.

Pembagian dan peralihan harta warisan kepada ahli waris antara lain

1 Eman Suparman, “Hukum Waris Indonesia”, (Bandung; Refika Aditama, 2007), h. 27.

2 Amir Syarifudin, “Hukum Kewarisan Islam”, (Jakarta: Kencana, 2000), h. 4. 3 Wahyu Muljono, Hukum Waris Islam dan Pemecahannya, (Yogyakarta: Magister IlHukum FH-

UJB 2010), h. 12.

Page 16: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

2

Dengan cara menyerahkan harta waris tersebut pada ahli waris yang berhak atau

dan dengan pembagian harta bersama apabila ahli waris seperti saudara atau

kerabat yang terhalang bisa mendapatkan harta bagiannya.

Dalam konsep perkawinan Indonesia, maka hukum perkawinan akan

mengacu pada pengaturan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 mengenai

Perkawinan. Dalam konsep UU No. 1 Tahun 1974 dikenal dengan asas monogami

akan tetapi tidak menutup kemungkinan untuk poligami jika agama yang

bersangkutan mengizinkan untuk itu dan pengaturannya melalui beberapa

ketentuan sebagai persyaratan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Pengaturan tersebut berbeda dengan konsep hukum perdata barat, dimana

pengaturannya sangat kaku (rigid) yang terbatas pada asas monogami dan tidak

ada pengecualiannya sebagaimana diatur dalam pasal 27 KUHPerdata.

Terdapat persinggungan dalam hal terjadinya perkawinan poligami dengan

harta warisan yang mengacu pada pengaturan harta bersama sebagaimana diatur

dalam Pasal 35 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974, dimana pembagian harta warisan

didasarkan pada harta yang didapatkan selama perkawinan berlangsung hingga si

pewaris meninggal dunia.

Dalam pembagian harta warisan dalam Kompilasi Hukum memberikan

bagian kepada anak angkat sehingga masuk dalam jajaran orang yang bisa

menerima harta warisan orang tua angkatnya dengan jalur wasiat wajibah besar

bagiannya 1/3 dari harta warisan orang tua angkatnya (Pasal 209 KHI) tidak

mengatur secara tuntas tentang kedudukan anak tiri baik dalam hukum

perkawinan maupun dalam hukum kewarisan.

Dari uraian diatas jelas permasalahan dalam kasus ini mengacu pada

pengaturan poligami yang berdampak pada persinggungan pembatasan harta

bersama dan pembagian harta warisan. Mengingat pengaturan hukum perkawinan

di Indonesia sudah di unifikasi, maka adanya penyeragaman penggunaan

permasalahan perkawinan menggunakan UU No. 1 Tahun 1974 dan bukanlah

Page 17: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

3

menggunakan konsep dari KUHPerdata selama UU No 1 Tahun 1974 masih

mengatur mengenai perkawinan. Akan tetapi, mengenai pengaturan hukum

kewarisan maka dalam konsep hukum di Indonesia masih menganut konsep dari

pengaturan KUHPerdata, karena belum ada pengaturan yang lex spesialis dari

ketentuan perundang-undangan di Indonesia.

Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 489/K/Ag/2011

membuat suatu fenomena yang baru dimana dalam putusan tersebut terdapat asas

hukum baru tentang pembagian harta warisan dari perkawinan poligami kepada

anak tiri.

Bertitik tolak dari uraian tersebut diatas, maka penulis ingin meneliti lebih

lanjut mengenai latar belakang pertimbangan hukum Majelis Hakim kasasi dalam

putusan nomor 489/K/Ag/2011 dan menyusunnya dalam Skripsi yang berjudul”

ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA DAN

WARISAN PERKAWINAN POLIGAMI ( Studi Kasus Putusan Mahkamah

Agung Nomor 489/K/Ag/2011).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,

maka penulis identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pembagian harta bersama dan warisan dari perkawinan

poligami?

2. Bagaimana pertimbangan hukum Hakim mengenai harta bersama dan

warisan dari perkawinan poligami pada Putusan Mahkamah Agung

Nomor 489/K/Ag/2011 ?

C. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini, penulis

membatasi masalah yang akan dibahas sehingga pembahasannya lebih jelas dan

terarah sesuai yang diharapkan penulis. Disini penulis hanya akan membahas

bagaimana pembagian harta bersama dan warisan dari perkawinan poligami,

Page 18: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

4

Bagaimana pertimbangan hukum Hakim mengenai pembagian harta bersama dan

warisan dari perkawinan poligami pada Putusan Mahkamah Agung Nomor

489/K/Ag/2011.

.

D. Perumusan Masalah

Rumusan masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan penelitian

sebagai berikut :

1. Bagimana pembagian harta bersama dan warisan perkawinan poligami

menurut Kompilasi Hukum Islam ?

2. Bagaimana pertimbangan hukum Hakim mengenai harta bersama bagi anak

tiri pada Putusan Mahkamah Agung Nomor 489/K/Ag/2011 ?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian antara lain adalah:

a. Untuk mengetahui pembagian harta bersama dan warisan perkawinan

poligami menurut Kompilasi Hukum Islam.

b. Untuk mengetahui pertimbangan hukum Hakim mengenai harta bersama

bagi anak tiri pada Putusan Mahkamah Agung Nomor 489/K/Ag/2011.

2. Kegunaan Penelitian ini antara lain adalah:

a. Agar dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam upaya penyesuaian

permasalahan-permasalahan hukum Islam kontemporer yang sedang

dihadapi umat Islam.

b. Menambah pengetahuan penulis tentang hukum warisan dan sebagai

wacana bagi pembaca.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang akan digunakan oleh penulis merupakan jenis penelitian

literatur atau kepustakaan (library research)4Karena sumber data yang diambil

4 Moh. Nasir, “Metodelogi Penelitian” (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), h. 65.

Page 19: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

5

oleh peneliti ini merupakan data yang terdapat pada bahan pustaka Islam, yaitu al-

Qur’an, al-Hadits, fiqh, buku-buku lain yang berkaitan.

Penelitian ini bersifat deskriptif-analitik, yaitu memaparkan, menggambarkan,

dan mengklarifikasikan secara obyektif data-data yang dikaji kemudian dianalisis5

Data yang digunakan dalam penelitian terbagi menjadi dua dengan penjelasan

sebagai berikut :

a. Data primer, yakni data yang berkaitan langsung dengan wasiat wajibah

untuk anak tiri Adapun data primer penelitian ini adalah Purusan MA

Nomor :489/K/Ag/2011.

b. Data sekunder, yakni data yang dapat mendukung dan melengkapi data

primer dan diperoleh tidak dari sumber primer. Data sekunder tersebut

dapat berupa buku, majalah, maupun arsip yang membahas tentang

kewarisan, wasiat dan wasiat wajibah.

2. Metode Pengumpulan Data

Karena penelitian ini merupakan penelitian literer, maka metode yang

digunakan yakni dengan cara pengumpulan data yang terdapat dalam buku-buku

atau pustaka-pustaka tertentu. Dalam penelitian ini, objek kepustakaan meliputi

putusan Mahkamah Agung, buku atau jurnal yang membahas tentang mawaris

sebagai sumber primer penelitian.

3. Pendekatan Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan pendekatan normatif,

yaitu pendekatan yang menggunakan rumusan-rumusan berdasarkan al-Qur’an

dan as-Sunnah6 dengan cara menemukan ayat-ayat al-Qur’an, hadits-hadits, dan

kaidah-kaidah fiqih yang berhubungan dengan wasiat wajibah dan kemudian

dianalisis.

5 Winarno Surakmad, “Pengantar Penelitian-penelitian: Metode, Tehnik” (Bandung: Tarsiti, 1994,

cet. ke-5), h. 139-140.

6Winarto Surakhmad, “Pengantar Penelitian Ilmiah” (Bandung: Tarsito,1985 ) h. 140.

Page 20: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

6

4. Analisis Data

Dalam menganalisa data yang terkumpul, penulis menggunakan metode

deduktif, yaitu mengetengahkan data yang umum dan kemudian ditarik

kesimpuan yang bersifat khusus.7 Dalam hal ini penulis menganalisis

menggunakan qiyas.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini, maka sistematika

pembahasanya disusun sebagai berikut :

Bab pertama, memuat Pendahuluan, Bab ini mencakup latar belakang

masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab kedua, memuat Kajian Kepustakaan, bab ini landasan teori dan review

studi terdahulu.

Bab ketiga, memuat Gambaran Umum tentang Harta Bersama. Bab ini

mencakup : pengertian Harta Bersama , dasar hukum Harta Bersama, syarat dan

rukun Harta Bersama

Bab keempat, Analisis Yuridis tentang Wasiat Wajibah Bagi Anak Tiri, Bab

ini menguraikan tentang : Pertimbangan Hakim dalam memutus perkara nomor:

297/Pdt.G/2010/PA.Mlg, Pertimbangan Hakim dalam memutus perkara nomor:

104/Pdt.G/2011/PTA.Sby, Pertimbangan Hakim dalam memutus perkara nomor:

489/K/Ag/2011.

Bab kelima, merupakan bagian penutup dari skripsi ini yang berisi

kesimpulan dan saran-saran.

7 Sutrisno Hadi, “Metodologi Research”, (Yogyakarta: Andi, 2000), h. 24.

Page 21: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

7

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Landasan Teori

Landasan teori yang digunakan oleh penyusun dan untuk dapat memecahkan

dan menyelesaikan mengenai masalah-masalah tentang status anak tiri.

Sebagaimana yang sudah dipaparkan di atas hukum kewarisan merupakan hukum

yang mengatur tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan kekayaan seseorang

yang telah meninggal dunia dan peralihan hak atau kewajiban atas harta kepada

ahli waris yang telah ditinggalkannya.

Dalam Kompilasi Hukum Islam disebutkan hukum kewarisan adalah hukum

yang mengatur tentang pemindahan hak kepemilikan harta peninggalan (tirkah)

pewaris, menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa

bagiannya masing-masing.

Mereka yang mendapatkan bagian tertentu dalam keadaan tertentu dalam Al-

Qur’an pada kelompok ayat kewarisan inti sebanyak delapan orang, ditambah

dengan empat orang yang disebutkan dalam hadits Rasulullah, sehingga menjadi

dua belas orang.1

1. Anak perempuan tunggal

2. Ibu

3. Bapak

4. Duda

5. Janda

6. Saudara laki-laki (dalam hal kalalah)

7. Saudara laki-laki dan saudara bersyirkah (dalam hal kalalah)

8. Saudara ( dalam hal kalalah)

9. Cucu perempuan dari putra

10. Kakek

1 Abdul Ghofur Anshor, “Hukum Kewarisan Islam di Indonesia Eksistansi dan Adaptabilitas”

(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012, cet. Ke-1), h. 48.

Page 22: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

8

11. Nenek

12. Saudara seayah

Dalam KHI pengelompokan ahli waris diatur pada pasal 174, selengkapnya

pasal tersebut berbunyi:

1. Kelompok-kelompok ahli waris terdiri dari:2

a. Menurut hubungan darah: golongan laki-laki terdiri dari, ayah,

anak laki-laki, saudara laki-laki, paman, dan kakek. Golongan

perempuan terdiri dari, ibu, anak perempuan, saudara perempuan

dan nenek.

b. Menurut hubungan perkawinan terdiri dari: duda, atau janda

Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 174 ayat (2) apabila semua ahli waris

ada, maka yang berhak mendapat warisan hanya: anak, ayah, ibu, janda, duda.3

Wasiat adalah suatu ucapan atau pernyataan dimulainya suatu perbuatan,

biasanya perbuatan itu dimulai setelah orang yang mengucapkan atau menyatakan

itu meninggal dunia. 4

Sedangkan wasiat wajibah menurut Kompilasi Hukum Islam adalah wasiat

yang ditetapkan oleh perundang-undangan yang diberikan kepada orang tua

angkat atau anak angkat yang tidak menerima wasiat dari anak angkat atau orang

tua angkatnya yang telah meninggal dunia (pewaris).

Pada dasarnya Penguasa atau Hakim sebagai aparat Negara tertinggi,

mempuyai wewenang untuk memaksa atau memberi surat putusan wajib wasiat

yang terkenal dengan istilah wasiat wajibah kepada orang tertentu dalam keadaan

tertentu.5 Hal ini sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang Mesir No. 71

tahun 1946 undang-undang ini lahir dikarenakan kecemasan terhadap cucu yang

orang tuanya meninggal lebih dahulu, sebelum kakeknya meninggal dan si cucu

terhijab oleh pamannya. menetapkan besarnya wasiat wajibah ialah sebesar yang

2 Abdurrahman“ Kompilasi Hukum Islam Pasal 174 ayat (1)”(Jakarta : Akamedika Pressindo, 1995,

Cet. 4).

3 Abdurrahman“ Kompilasi Hukum Islam Pasal 174 ayat (2)”(Jakarta : Akamedika Pressindo,1995,

Cet. 4).

4 Zakiyah Darajah, “Ilmu Fiqh” (Jakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995, cet. ke-1), h. 161.

5 Mardani, “Hukum Kewarisan Islam di Indonesia” (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2014) h. 120

Page 23: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

9

diterima oleh orang tuanya sekiranya orang tuannya masih hidup dengan

ketentuan tidak boleh melebihi 1/3.

Agar dapat memahami konsep wasiat perlu diketahui terlebih dahulu apa

yang dimaksud dengan Harta Bersama, dasar hukum Harta Bersama serta syarat

dan rukun Harta Bersama, sebagai berikut :

1. Pengertian Waris

Dalam sistem hukum Islam, kata waris merupakan kata yang diambil

dari bahasa Arab yang artinya mewarisi.6 Jika dikaitkan dengan kondisi yang

berkembang di masyarakat Indonesia, istilah waris dapat diartikan sebagai suatu

perpindahan berbagai hak dan kewajiban serta harta kekayaan seorang yang

telah meninggal dunia kepada orang yang masih hidup.7 Hukum yang mengatur

pembagian harta warisan yang ditinggalkan oleh ahli waris, mengetahui bagian-

bagian yang diterima dari peninggalan setiap ahli waris yang berhak

menerimanya.8

Adapun dalam istilah umum, waris adalah perpindahan hak kebendaan

dari orang yang meninggal dunia kepada ahli waris yang masih hidup. Dengan

demikian secara garis besar definisi warisan yaitu perpindahan berbagai hak dan

kewajiban tentang kekayaan seorang yang meninggal dunia kepada orang lain

yang masih hidup dengan memenuhi syarat dan rukun dalam mewarisi.

Selain kata waris tersebut, kita juga menemukan istilah lain yang berhubungan

dengan warisan, diantaranya adalah:

1. Al-Warist, adalah orang yang termasuk ahli waris yang berhak menerima

warisan.

2. Muwaris, adalah orang diwarisi harta bendanya (orang yang meninggal)

baik secara hakiki maupun hukmi karena adanya penetapan pengadilan.

6 Ahmad Warsom Al-Munawir, Kamus Almunawir Arab Indonesia Terlengkap, Yogyakarta :

Pustaka Progesif,1997, hlm. 1655. 7 Muslih Maruzi, Pokok-Pokok Ilmu Waris, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra. Cet, ke- I,1997,

hlm. 6. 8 Ah. Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo, cet. Ke-4,2000, hlm 355

Page 24: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

10

3. Al-Iris, adalah harta warisan yang telah diterima oleh ahli waris yang

berhak setelah diambil untuk kewajiban, diantaranya pengurusan jenazah,

melunasi hutang dan menunaikan wasiat.

4. Warasah, yaitu harta warisan yang diterima oleh ahli waris.

5. Tirkah, seperti dalam Pasal 171 huruf d KHI, yaitu seluruh harta

peninggalan orang yang meninggal dunia sebelum diambil untuk

pemeliharaan jenazah, melunasi hutang dan menunaikan wasiat.9

2. Pewaris dan Ahli Waris

a. Pewaris

Tentang pewaris tercantum dalam Pasal 171 huruf b : “Pewaris adalah orang

yang pada saat meninggalnya atau yang dinyatakan meninggal berdasarkan

putusan pengadilan beragama Islam, meninggalkan ahli waris dan harta

peninggalan.”

Dari redaksi di atas tampak bahwa untuk terjadinya pewarisan disyaratkan

untuk pewaris adalah telah meninggal dunia, baik secara hakiki maupun hukum.

Hal ini sebagaimana telah ditentukan oleh ulama tentangn syarat-syarat

terjadinya pewarisan antara lain meninggalnya pewaris baik secara hakiki,

hukum atau takdir. Selain disyaratkan telah meninggal dunia, pewaris juga

disyaratkan beragama Islam dan mempunyai ahli waris serta memiliki harta

peninggalan.

b. Ahli Waris

Kriteria sebagai ahli waris tercantum di dalam Undang-undang

Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 171 huruf c yang berbunyi :

“Ahli waris ialah orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai

hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama

Islam dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris”

Dari Pasal 174, 181, 182 dan 185 KHI dapat dilihat bahwa ahli waris

terdiri atas :

9 Arsumi A. Rahman, et al, Ilmu Fiqh 3, Jakarta IAIN Jakarta, 1986, Cet ke 2, hlm. 1

Page 25: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

11

1. Ahli waris laki-laki, ialah ayah, anak laki-laki, saudara laki-laki, paman,

kakek dan suami.

2. Ahli waris perempuan, yaitu ibu, anak perempuan, saudara perempuan,

nenek dan isteri.

3. Ahli waris yang dimungkinkan sebagai ahli waris pengganti adalah

seperti cucu laki-laki atau perempuan dari anak laki-laki atau

perempuan.

Dari penjelasan tentang ahli waris menurut KHI ini, dapat

disimpulkan bahwa syarat-syarat sebagai ahli waris adalah; mempunyai

hubungan darah atau hubungan perkawinan, beragama Islam dan tidak

terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris. Tentang beragama

Islam bagi ahli waris ini lebih lanjut diatur dalam Pasal 172 KHI : “Ahli

waris dipandang beragama Islam apabila diketahui dari kartu identitas atau

pengakuan atau amalan atau kesaksian, sedangkan bagi bayi yang baru

lahir atau yang belum dewasa, beragama menurut ayahnya atau

lingkungannya.”

Jadi menurut Kompilasi Hukum Islam, ahli waris adalah seseorang

yang dinyatakan mempunyai hubungan kekerabatan baik hubungan darah

(nasab), hubungan sebab semenda atau perkawinan dan beragama Islam

serta tidak terhalang mewarisi seperti yang disebutkan di dalam pasal 173

KHI. Meskipun demikian tidak secara otomatis setiap anggota keluarga

dapat mewarisi harta peninggalan pewarisnya, meskipun kriteria dalam

pasal 173 KHI telah terpenuhi. Karena ada ahli waris yang lebih dekat

hubungannya dengan si mati dan ada juga hubunganya lebih jauh dengan

si mayit. Didalam hal ini, para ahli waris harus mengingat urutannya

masing-masing, dan didalam urut-urutan penerimaan harta warisan

seringkali yang dekat menghalangi yang jauh, atau ada juga yang dekat

hubungannya dengan pewaris akan tetapi tidak tergolong sebagai ahli

waris karena dari kelompok dzawil arham yaitu orang yang mempunyai

hubungan kekerabatan dengan pewaris tetapi tidak menerima warisan

karena terhijab oleh ahli waris utama.

Page 26: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

12

Apabila dicermati, hukum waris Islam membagi ahli waris menjadi

dua macam, yaitu :

1) Ahli waris nasabiyah, yaitu ahli waris yang hubungan

kekeluargaannya timbul karena adanya hubungan darah. Maka sebab

nasab menunjukkan hubungan kekeluargaan antara pewaris dengan

ahli waris.

2) Ahli waris sababiyah, yaitu hubungan kewarisan yang timbul karena

sebab tertentu, yaitu :

a. Al mushoharoh yaitu perkawinan yang sah

b.Memerdekakan hamba sahaya (al wala’) atau karena adanya

perjanjian tolong menolong.

3. Syarat dan Rukun Waris

Pada dasarnya persoalan waris mewarisi selalu identik dengan perpindahan

kepemilikan sebuah benda, hak dan tanggung jawab dari pewaris kepada ahli

warisnya. Dan di dalam hukum waris Islam penerimaan harta warisan

didasarkan pada asas ijbari, yaitu harta warisan berpindah dengan sendirinya

menurut ketetapan Allah SWT tanpa digantungkan pada kehendak pewaris atau

ahli waris.10

Pengertian tersebut akan terwujud jika syarat dan rukun mewarisi

telah terpenuhi dan tidak terhalang mewarisi.

Dalam KHI, ketentuan tentang kewarisan diatur dalam Buku II, yang terdiri

dari 23 pasal, dari Pasal 171 sampai dengan Pasal 193. Dalam berbagai

ketentuan tersebut terdapat beberapa hal yang tidak ada didalam fiqih klasik,

tetapi ada dalam KHI, maupun ketentuan yang seharusnya ada, tetapi tidak

dicantumkan dalam KHI. Adapun beberapa ketentuan yang dimaksud

diantaranya:

a. Besarnya bagian laki-laki dan perempuan tetap dipertahankan sesuai dengan

dalil Al-Qur’an, yaitu bagian laki-laki dua kali bagian perempuan;

b. Adanya prinsip musyawarah dalam pembagian warisan (Pasal 183), bahwa

para ahli dapat bersepakat melakukan perdamaian dalam pembagian harta

warisan, setelah masing-masing menyadari bagiannya;

10

Muhammad Daud Ali, Asas Hukum Islam, Jakarta, Rajawali Press, 1990, hlm. 129

Page 27: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

13

c. Pembagian waris tidak mesti harus membagikan bendanya secara fisik. Pasal

189 mengatur tentang pembagian warisan yang berupa lahan pertanian yang

luasnya kurang dari 2 hektar yang harus dipertahankan dan dimanfaatkan

bersama atau dengan membayar harga tanah sehingga tanahnya tetap dipegang

oleh seorang ahli waris saja;

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi di dalam pembagian harta

warisan, Syarat-syarat tersebut selalu mengikuti rukun, akan tetapi sebagian ada

yang berdiri sendiri.

Di dalam hal ini penulis menemukan tiga syarat warisan yang telah

disepakati oleh para ulama, tiga syarat tersebut adalah :

1) Meninggalnya seseorang (pewaris) baik secara haqiqi, hukmnya,

(misalnya dianggap telah meninggal) maupun secara taqdiri.

2) Adanya ahli waris yang hidup secara haqiqi pada waktu pewaris

meninggal dunia.

3) Seluruh ahli waris diketahui secara pasti bagian-bagian masingmasing.

Adapun rukun waris harus terpenuhi pada saat pembagian harta warisan.

Rukun waris dalam hukum kewarisan Islam ada tiga macam, yaitu :

1. Al- Muwarrits, yaitu orang yang diwarisi harta peninggalannya atau orang

yang mewariskan hartanya. Syaratnya muwaris benar-benar telah

meninggal dunia. Kematian seorang muwaris itu dapat dibedakan menjadi

3 macam, yaitu :

a. Mati Haqiqi (mati sejati).

Mati haqiqi atau mati sejati adalah matinya muwaris yang diyakini

tanpa membutuhkan putusan hakim dikarenakan kematian tersebut

disaksikan oleh orang banyak dengan panca indera dan dapat

dibuktikan dengan alat bukti yang nyata dan jelas.

b. Mati Hukmiy (mati menurut putusan hakim atau yuridis)

Mati Hukmiy atau mati menurut putusan Hakim atau yuridis

adalah suatu kematian yang dinyatakan atas dasar putusan hakim

karena adanya beberapa pertimbangan. Maka dengan putusan

Page 28: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

14

hakim secara yuridis muwaris dinyakan sudah meninggal

meskipun terdapat kemungkinan muwaris masih hidup.

c. Mati Taqdiry (mati menurut dugaan)

Mati taqdiri atau mati menurut dugaan adalah sebuah kematian

muwaris berdasar dugaan keras. Misalnya, dugaan seorang ibu

hamil yang dipukul perutnya atau dipaksa minum racun. Ketika

bayinya lahir dalam keadaan mati, maka dengan dugaan keras

kematian itu diakibatkan oleh pemukulan terhadap ibunya.11

2. Warist (ahli waris), yaitu orang yang dinyatakan mempunyai hubungan

kekerabatan baik hubungan darah (nasab), hubungan sebab semenda atau

perkawinan, atau karena memerdekakan hamba sahaya. Syaratnya adalah

pada saat meninggalnya muwaris, ahli waris diketahui benar-benar dalam

keadaan hidup. Termasuk dalam hal ini adalah bayi yang masih dalam

kandungan (al-haml). Terdapat juga syarat lain yang harus dipenuhi, yaitu

antara muwaris dan ahli waris tidak ada halangan saling mewarisi.

Al Mauruts atau al-miras, yaitu harta benda yang menjadi warisan atau

peninggalan si mati setelah dikurangi biaya perawatan jenazah, pelunasan

hutang dan pelaksanaan wasiat.

B. Review Study Terdahulu

Review Study Terdahulu sebagai salah satu etika ilmiah yang berguna

untuk memberikan kejelasan informasi yang digunakan dan diteliti melalui

khazanah pustaka, dan seputar jangkauan yang didapat untuk memperoleh

kepastian orisinalitas dari tema yang akan dibahas. Dari hasil survei yang

dilakukan penulis belum ada karya ilmiah yang membahas secara khusus yang

membahas tentang harta bersama untuk anak tiri. Penyusun juga melakukan

penelusuran dan pengkajian terhadap Karya-karya ilmiah yang ada baik berupa

buku maupun skripsi yang berkenaan dengan status anak tiri tentang harta

bersama. Di antaranya adalah :

11

Muslih Maruzi, Pokok-Pokok Ilmu Waris, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra. Cet, ke- I,1997, hlm.

21-22

Page 29: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

15

Pertama, Skripsi yang disusun oleh Hernasari yang berjudul “Analisis

Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : 193 K/AG/2004, tentang

Pembagian Harta Bersama”.12

Skripsi ini menjelaskan bahwa Mahkamah Agung

memperbaiki amar putusan PA dan PTA yang mana hokum atas kasus pembagian

harta gono-gini yang diteliti cenderung kurang adil karena berdasarkan analisis

deret waktu lebih banyak harta yang diperoleh atas hasil jerih payah penggugat,

baik sebelum maupun selama pernikahan.

Kedua, Skripsi yang disusun olehMarsiani yangberjudul “Wasiat Wajibah

Untuk Anak Tiri (Analisis Terhadap Ketentuan Dalam KHI”.13

Dalam skripsi ini

hanya fokus membahas anak tiri dalam persektif Hukum Islam Sedangkan

peneliti menyusun lebih meneliti tentang pertimbangan hukum Hakim dalam

memutus harta bersama untuk anak tiri.

Ketiga,Skripsi yang disusun oleh Hamzah Ikat dengan Judul

“Penyelesaian Harta Bersama Akibat Perceraian Perspektif Hukum Islam (Studi

Putusan Nomor:393/PDT.G/2007/PA. TNG)”.14

Skripsi ini memaparkan tentang

Pertimbangan Majelis Hakim pada putusan perkara Nomor 393/Pdt. G/2007/PA.

Tng, Hakim hanya menerapkan apa yang terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam

sepanjang sudah dijelaskan atau disesuaikan dengan kasus baru, hakim menafsir

kan pasal tersebut, sedangkan penulis tidak membahas harta Bersama akibat

perceraian tetapi membahas harta bersama dari sisi setelah pemilik harta

meninggal.

Dari ketiga penelitian terdahulu, tampak bahwa penelitian tersebut berbeda

dengan penelitian yang peneliti lakukan. Meski topik penelitiannya masih sama-

sama terkait harta bersama, namun obyek dan focus penelitiannya berbeda.

Karena obyek dan focus penelitian dalam skripsi ini adalah mengkaji

pertimbangan hukum hakim dalam memutus anak tiri mendapat harta bersama.

12

Hernasari“AnalisisPutusanMahkamah AgungRepublik Indonesia Nomor : 193

K/AG/2004, tentangPembagianHarta Bersama” (Jakarta :Fakultas Syariah danHukumUIN

SyarifHidayatullah, 2009). 13

Marsiani ,“WasiatWajibahUntukAnakTiri (AnalisisTerhadapKetentuanDalam KHI”.( Yogyakarta :

Fakultas Syariah danHukum UIN SunanKalijaga , 2016) t.d. 14

Hamzah Ikat“PenyelesaianHarta Bersama AkibatPerceraianPerspektifHukum Islam

(StudiPutusanNomor:393/PDT.G/2007/PA. TNG)”(Jakarta :Fakultas Syariah danHukumUIN

SyarifHidayatullah, 2009).

Page 30: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

16

BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG HARTA BERSAMA DAN ANAK TIRI

A. Harta Bersama

1. Pengertian Harta Bersama

Harta Bersama Menurut Kompilasi Hukum Islam

Hukum Islam tidak mengatur tentang harta bersama dan harta bawaan ke

dalam ikatan perkawinan, yang ada hanya menerangkan tentang adanya hak

milik pria atau wanita serta maskawin ketika perkawinan

berlangsung.1Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia harta adalah barang-

barang atau uang, sedangkan benda adalah barang-barang kekayaan.Kemudian

harta bersama adalah harta yang diperoleh laki bini selama hidup berlaki bini.2

Hukum Islam mengenal harta kekayaan dalam perkawinan atau syirkah

adalah harta yang diperoleh baik sendiri-sendiri atau bersama suami istri

selama dalam ikatan perkawinan berlangsung dan selanjutnya disebut harta

bersama, tanpa mempersoalkan terdaftar atas nama siapa.3

Di dalam Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, harta bersama dijelaskan

pada pasal 97, yaitu: Janda atau duda cerai hidup masing-masing berhak

seperdua dari harta bersama sepanjang tidak ditentukan lain dalam perjanjian

perkawinan.4

Harta Bersama Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

Di dalam KUH Perdata (BW), tentang harta bersama menurut

Undangundang dan pengurusnya, diatur dalam Bab VI Pasal 119-138, yang

terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama tentang harta bersama menurut

Undangundang (Pasal 119-123), Bagian kedua tentang pengurusan harta

bersama (Pasal 124-125) dan Bagian ketiga tentang pembubaran gabungan

harta bersama dan hak untuk melepaskan diri dari padanya (Pasal 126-138).5

1 Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan h.117.

2 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2007), h. 407. 3 Departemen Agama RI,Kompilasi Hukum Islam, 2001.

4 Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama , KHI, h. 47-50.

5 Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan…, h. 113.

Page 31: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

17

Harta benda dalam perkawinan diatur dalam Undang-undang No. 1 Tahun

1974. Termuat dalam bab VII yang terdiri dari tiga Pasal, yaitu Pasal 35, Pasal

36 dan Pasal 37.

1. Pasal 35 ayat (1) menyatakan bahwa harta benda yang diperoleh selama

perkawinan, menjadi harta bersama. Ayat (2) menjelaskan bahwa harta

bawaan dari masing-masing suami dan istri dan harta benda yang

diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan, adalah di bawah

pengawasan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain.

2. Pasal 36 ayat (1) menetapkan bahwa mengenai harta bersama, suami atau

istri dapat bertindak atas persetujuan kedua belah pihak. Ayat (2) bahwa

mengenai harta bawan masing-masing, suami dan istri mempunyai hak

sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta bendanya.

3. Pasal 37 menetapkan bahwa apabila perkawinan putus karena perceraian,

maka harta bersama diatur menurut hukum masing-masing.

Kalau kita memperhatikan Undang-undang No. 1 Tahun 1974, bahwa

undang-undang tersebut hanya mengatur hal-hal yang pokok saja mengenai

penjabarannya lebih lanjut didasarkan atas ketentuan lain. Adapun asas

penting Undang-undang perkawinan yang berhubungan dengan hukum harta

perkawinan adalah:

1. Tidak menutup kemungkinan untuk adanya pelaksanaan hukum harta

perkawinan yang berbeda untuk golongan tertentu (Pasal 37).

2. Asas monogami, dengan kemungkinan adanya poligami sebagai

perkecualian (Pasal 3 ayat 1).

3. Persamaan kedudukan antara suami istri, keduanya mempunyai hak

dan kedudukan yang seimbang (Pasal 31 ayat 1).

4. Istri sepanjang perkawinan tetap cakap untuk bertindak (Pasal 31 ayat

2).

5. Harta yang diperoleh selama perkawinan masuk dalam harta bersama,

kecuali yang diperoleh dari hibah atau warisan, yang jatuh diluar harta

bersama (Pasal 35 ayat 1).

Page 32: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

18

6. Harta yang dibawa ke dalam harta perkawinan (dalam hukum Adat:

harta asal) dan harta yang diperoleh sebagai hibah atau dasar atas

warisan tetap dalam penguasaan masing-masing yang

membawa/memperolehnya (Pasal 35 ayat 2).

7. Dimungkinkan adanya penyimpangan atas bentuk harta perkawinan

melalui perjanjian kawin sebelum atau pada saat perkawinan dan

sepanjang perkawinan, asal dipenuhi syarat-syarat tertentu

dimungkinkan adanya perubahan perjanjian kawin.

8. Atas harta bersama suami istri dapat mengambil tindakan hukum atas

persetujuan suami/istri (Pasal 36 ayat 1).

9. Atas harta bawaan masing-masing suami/istri mempunyai hak

sepenuhnya.6

Dari uraian di atas apabila kita simak pada Undang-undang No.1 Tahun

1974, maka harta perkawinan itu terdiri dari harta bersama, harta bawaan.

Harta bersama adalah harta yang didapat suami istri selama perkawinan (harta

pencaharian). Sedangkan harta bawaan adalah harta yang dibawa masing-

masing suami istri ke dalam ikatan perkawinan.7

2. Dasar Hukum Harta Bersama

Pada dasarnya tidak ada percampuran harta kekayaan dalam perkawinan

antara suami dan isteri. Konsep harta bersama pada awalnya berasal dari

adatistiadat atau tradisi yang berkembang di Indonesia. Konsep ini kemudian

didukung oleh Hukum Islam dan hukum positif yang berlaku di negara kita.8

Dasar hukum tentang harta bersama dapat ditelusuri melalui Undang-

Undang dan peraturan berikut:

1. Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 pasal 35 ayat (1),

disebutkan bahwa yang dimaksud dengan harta bersama adalah “Harta

benda yang diperoleh selama masa perkawinan”. Artinya, harta

6 J Satrio, Hukum Harta Perkawinan, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1991), h. 6-7. 7 Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan ..., h. 123.

8 Happy Susanto, Pembagian Harta Gono-Gini Setelah Terjadinya Perceraian. h. 8

Page 33: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

19

kekayaan yang diperoleh sebelum terjadinya perkawinan tidak disebut

sebagai harta bersama.

2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 119, disebutkan bahwa

“Sejak saat dilangsungkannya perkawinan, maka menurut hokum

terjadi harta bersama antara suami isteri, sejauh tentang hal itu tidak

diadakan ketentuan-ketentuan lain dalam perjanjian perkawinan. Harta

bersama itu, selama perkawinan berjalan, tidak boleh ditiadakan atau

diubah dengan suatu persetujuan antara suami isteri”.

3. Kompilasi Hukum Islam pasal 85, disebutkan bahwa “Adanya harta

bersama di dalam perkawinan itu tidak menutup kemungkinan adanya

harta milik masing-masing suami isteri”. Di dalam pasal ini disebutkan

adanya harta bersama dalam perkawinan, akan tetapi tidak menutup

kemungkinan adanya harta milik masing-masing suami-isteri.

Hukum Islam mengakui adanya harta yang merupakan hak milik bagi

setiap orang, baik mengenai pengurusan dan penggunaannya maupun untuk

melakukan perbuatan-perbuatan hukum atas harta tersebut sepanjang tidak

bertentangan dengan syari‟at Islam. Disamping itu juga diberi kemungkinan

adanya suatu serikat kerja antara suami isteri dalam mencari harta kekayaan.

Oleh karenanya apabila terjadi perceraian antara suami isteri, harta kekayaan

tersebut dibagi menurut Hukum Islam dengan kaidah hukum “Tidak ada

kemudaratan dan tidak boleh memudaratkan”. Dari kaidah hukum ini jalan

terbaik untuk menyelesaikan harta bersama adalah dengan membagi harta

tersebut secara adil.

Dalam Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974, masalah harta

bersama hanya diatur secara singkat dan umum dalam Bab VII terdiri dari

pasal 35 sampai pasal 37. Kemudian diperjelas oleh Kompilasi Hukum Islam

dalam Bab XIII mulai dari pasal 85 sampai pasal 97.

Dalam Al-Quran dan Sunnah serta berbagai kitab-kitab hukum fiqih, harta

bersama tidak diatur dan tidak ada pembahasannya. Seolah-olah harta

bersama kosong dan vakum dalam Hukum Islam. Ayat “lirrijali” sangatlah

Page 34: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

20

bersifat umum dan bukan menjadi acuan bagi suami isteri saja melainkan

untuk semua pria dan wanita. Jika mereka berusaha dalam kehidupannya

sehari-hari maka hasil usaha mereka merupakan harta pribadi dan dikuasai

oleh pribadi masing-masing.9 Ayat tersebut menjelaskan adanya persamaan

antara kaum pria dan wanita. Kaum wanita disyariatkan untuk mendapat mata

pencaharian sebagaimana kaum pria. Keduanya dibimbing kepada karunia

dan kebaikan yang berupa harta dengan jalan beramal dan tidak merasa iri

hati.10

Akan tetapi sebaliknya, dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Islam di

Indonesia, sejak dari dulu hukum adat mengenal adanya harta bersama dan

diterapkan terusmenerus sebagai hukum yang hidup. Dari hasil pengamatan,

lembaga harta bersama lebih besar mas{ahatnya daripada mudaratnya. Maka

atas dasar metodologi Istislah, „urf serta kaidah al-‟adatu al-muhakkamah,

Kompilasi Hukum Islam melakukan pendekatan kompromistis terhadap

hukum adat.11

„Urf ialah sesuatu yang telah sering dikenal oleh manusia dan telah

menjadi tradisinya, baik berupa ucapan atau perbuatan, atau dalam

meninggalkan sesuatu. „Urf juga disebut dengan adat. „Urf yang sifatnya baik

harus dipelihara sebagai pembentukan hukum dalam lembaga peradilan.

Maka dari itu ulama berkata “ adat itu adalah syari‟at yang dikukuhkan

sebagai hukum” atau lebih dikenal dengan istilah al-‟adatu al-muhakkamah.

Semua ulama mazhab mendasarkan hukumnya kepada kebiasaan penduduk

dimana ulama mazhab itu tinggal. Sebagai salah satu contoh dalam madzhab

Syafi‟i terdapat dua mazhab, mazhab qadim dan mazhab jadid. Hal tersebut

dikarenakan ketika imam al- Syafi‟i membukukan mazhab qadim beliau

tinggal di Irak, namun ketika memBukukan mazhab jadid beliau telah pindah

ke Mesir dimana kedua kota tersebut memiliki dua kebiasaan atau adat yang

berbeda. „Urf menurut penelitian adalah bukan merupakan dalil syara‟ yang

9 Hilman Hadi Kusuma, Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Perundang-Undangan Hukum Adat

dan Hukum Agama. h. 127. 10

M Syaltut, Tafsir al-Quran Karim, jilid. 2, h. 335 11

Mahfud MD, Peradilan Agama dan KHI Dalam Tata Hukum Indonesia, h. 88

Page 35: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

21

berdiri sendiri. Pada dasarnya „urf berfungsi untuk memelihara maslahah

sebagaimana maslahah dipelihara dalam pembentukan hukum. Terkadang

„urf dipakai juga dalam membuat penafsiran terhadap suatu nash, oleh karena

itu maka dikhususkanlah kata-kata yang sifatnya umum dan dibatasi dengan

mutlak. Bahkan terkadang qiyas ditinggalkan lantaran adanya „urf.12

Harta bersama merupakan masalah ijtihadiyyah dan di dalam kitab-kitab

fiqih belum ada pembahasannya, begitu pula nas-nya tidak ditemukan dalam

al- Quran dan sunnah. Padahal apa yang terjadi di lingkungan masyarakat

Indonesia tentang harta bersama telah lama berkenbang dan berlaku dalam

kehidupan kehidupan mereka sehari-hari. Oleh karena itu adanya ketentuan

hukum tentang harta bersama dalam KHI banyak dipengaruhi berbagai faktor

yang berkembang dan berlaku dalam masyarakat.

Harta bersama diangkat menjadi Hukum Islam dalam KHI berdasarkan

dalil „urf serta sejalan dengan kaidah al-„adatu al-muhakkamah, yaitu bahwa

ketentuan adat bisa dijadikan sebagai hukum yang berlaku dalam hal ini

adalah harta bersama, maka haruslah dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Harta bersama tidak bertentangan dengan nas yang ada.

Dalam al-Quran maupun sunnah tidak ada satupun nas yang melarang atau

memperbolehkan harta bersama. Padahal kenyataan yang berlaku dalam

masyarakat Indonesia adalah bahwa harta bersama telah lama dipraktekkan.

Bahkan manfaatnya dapat dirasakan begitu besar dalam kehidupan mereka.

Sehingga ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia dalam hal ini

KHI menjadikan harta bersama sebagai hukum yang berlaku di Indonesia

melalui proses ijtihadiyyah.

2. Harta bersama harus senantiasa berlaku.

Harta bersama haruslah menjadi lembaga yang telah lama berkembang dan

senantiasa berlaku dalam kehidupan masyarakat. Dalam kehidupan

masyarakat Indonesia yang mempunyai semboyan Bhineka Tunggal Ika, harta

bersama merupakan lembaga yang penerapannya hampir berlaku di seluruh

12

Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, terjemahan Tolhah Mansoer. h. 135-137

Page 36: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

22

Indonesia. Tidak hanya pada zaman yang lalu, akan tetapi harta bersama tetap

ditaati dan terpelihara penerapannya hingga saat ini.

3. Harta bersama merupakan adat yang sifatnya berlaku umum.

Hal ini dapat dilihat dari penerapan harta bersama yang berlaku hampir

menyeluruh dan menjadi suatu kebiasaan di Indonesia, sekalipun dalam

penyebutannya di setiap adat mempunyai penyebutan yang berbeda-beda.13

Ahmad Zaki Yamani mengisyaratkan bahwa syari‟at adalah mahluk atau

lembaga yang tumbuh dan berkembang dari kebutuhan masyarakat dengan

berbagai lingkungan. Mahluk atau lembaga itu terkadang berwujud sempurna

dan siap menyelesaikan persoalan-persoalan yang terjadi dalam masyarakat,

tetapi ia tidak tetap demikian jika tidak terus-menerus tumbuh dan

berkembang.14

Pertumbuhan dan perkembangan Hukum Islam tidak semata-mata

bersumber dari kebutuhan yang diakibatkan dinamika sosial, budaya, ilmu dan

teknologi. Tetapi pertumbuhan dan pengembangannya dapat didukung melalui

pendekatan kompromistis dengan hukum adat setempat. Yang paling penting

untuk diperhatikan dalam pendekatan kompromistis antara Hukum Islam

dengan hukum adat adalah hukum yang lahir dari perpaduan kompromistis itu

berada dalam kerangka maslahah mursalah. dengan demikian, ketentuan

hukum adat ini sudah selayaknya diambil berdasarkan „urf sebagai landasan

dalam Hukum Islam yang akan diterapkan di Indonesia.15

Al Quran dan Hadis

tidak memberikan ketentuan yang jelas bahwa harta benda yang diperoleh

suami selama berlangsungnya perkawinan sepenuhnya menjadi hak suami. Al

Quran juga tidak menerangkan secara jelas bahwa harta yang diperoleh suami

dalam perkawinan, maka secara tidak langsung isteri juga berhak terhadap

harta tersebut.

Atas dasar itulah, maka bisa dikatakan bahwa masalah harta bersama ini

tidak secara jelas disinggung dalam rujukan Hukum Islam, baik itu

13

M Abu Zahrah, Ushul Fiqh, terjemahan Syaifullah Ma‟sum, h. 417 14

Ahmad Zaki Yamani, Syariat Islam Yang Kekal dan Persoalan Masa Kini, h. 16 15

M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama,h. 36

Page 37: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

23

berdasarkan Al Quran maupun hadis|. Atau dengan kata lain, masalah ini

merupakan wilayah yang belum terpikirkan (gairu mufakkar fih ) dalam

Hukum Islam karena memang belum disinggung secara jelas dalam sumber-

sumber atau teks-teks keislaman. Yang bisa kita lakukan adalah berijtih ad.

Dalam ajaran Islam, ijtihad itu diperbolehkan asalkan berkenaan dengan

hukum-hukum yang belum ditemukan dasar hukumnya. Masalah harta

bersama merupakan wilayah keduniawian yang belum tersentuh Hukum Islam

klasik.

Hukum Islam Kontemporer tentang masalah ini diteropong melalui

pendekatan ijtihad, yaitu bahwa harta benda yang diperoleh oleh suami isteri

secara bersamasama selama masa perkawinan merupakan harta bersama.16

Jika kita pelajari pandangan-pandangan Hukum Islam di atas, kita bias melihat

kecenderungan dengan tidak dibedakannya antara harta bersama dengan harta

bawaan dan harta perolehan. Harta bawaan dan harta perolehan tetap menjadi

hak milik masing-masing suami isteri. Hukum Islam cenderung

mengeneralisasikan masalah ini. Artinya, Hukum Islam pada umumnya tidak

menjelaskan perbedaan antara harta bersama itu sendiri dengan yang bukan

harta bersama. Adapula kecenderungan lain, yaitu bahwa harta milik suami

dan harta milik isteri yang tidak bercampur (tidak disebut harta bersama)

dalam pandangan Hukum Islam lebih dimaksudkan sebagai harta bawaan dan

harta perolehan.

.

B. Kedudukan Anak Tiri Dalam Kompilasi Hukum Islam

1. Pengertian Anak Tiri

Anak tiri adalah anak salah seorang suami atau isteri sebagai hasil

perkawinannya dengan isteri atau suaminya terdahulu. Misalnya, anaktiri

seorang ayah, ialah anak isterinya sebagai hasil perkawinan isterinya itu

dengan suaminya terdahulu. Anak tiri seorang ibu, ialah anak suaminya

sebagai hasil perkawinan suaminya itu dengan isterinya terdahulu.17

16

Happy Susanto, Pembagian Harta Gono-Gini Setelah Terjadinya Perceraian. h. 52 17

Muchlis Marzuki,” Pokok-pokok Ilmu Waris” (Semarang : Pustaka amani,2009) h. 84.

Page 38: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

24

Pada dasarnya, anak tiri hanya memiliki hubungan kewarisan dan

keperdataan dengan orang tua sedarah. Adanya hubungan dengan orang

tua sedarah tersebut dibuktikan dengan akta kelahiran otentik yang

dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang sebagaimana disebutkan dalam

pasal 55 Undang-Undang Nomor. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan.

Istilah anak tiri, biasanya dalam cerita sehari-hari memberi

gambaran kesedihan dan kenakalan. Karena sejak dari dulu anak tiri

digambarkan sebagai anak yang tidak ada yang mendidik, yang selalu

serba kekurangan dalam segala-galanya. Kurang dari sudut kasih sayang,

pelayanan dan pemberian harta benda, anak tiri senantiasa tersisihkan

dalam keluarga ibu atau ayah tiri. Orang tiri kejam, tidak

berprikemanusiaan, ganas dan penuh dengan hasad dengki terhadap anak

tiri. Demikian juga hubungan dengan kakak beradik tidak ada yang

mengaku saudara tirinya sebagai saudara untuk mendapatkan sedikit

kebahagiaan dalam keluarga.18

Berpegang pada pengertian di atas dapat dijabarkan adanya 2 (dua)

kategori Anak tiri yaitu :

1. Anak bawaan isteri dan / atau suami akibat perkawinan sah, dan

2. Anak bawaan isteri yang lahir di luar perkawinan sah.

Anak tiri pada kategori kedua telah jelas ketentuannya bahwa dia

hanya mempunyai hubungan saling mewarisi dengan Ibunya dan keluarga

dari pihak Ibunya tersebut. (pasal 43 ayat (1) Undang-undang Nomor 1

Tahun 1974 Tentang Perkawinan jo. Pasal. 186 KHI).19

Anak tiri pada kategori pertama adalah yang dimaksudkan dalam

pembahasan di sini, karena memang belum ada ketentuannya secara

tektual dan jelas.

Pengertian anak tiri tersebut di atas, didasari pada kenyataan bahwa

pernikahan yang dilakukan tidak semua oleh mereka yang masih berstatus

18 Hasan Basri, “Persperktif Wasiat Wajibah Terhadap Anak Tiri”, Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana

Universitas Syiah Kuala II, 3, (Agustus 2014) h. 67 19Departemen Kehakiman RI., II/1985, “Undang-Undang Perkawinan Dan Peraturan

Pelaksanaannya”, Jakarta, h. 13 - Departemen Agama RI., 1991/1992, Kompilasi Hukum Islam, Jakarta.,

h. 95.

Page 39: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

25

perjaka dan perawan, melainkan juga “banyak” dilakukakn oleh seorang

Jejaka dengan seorang Janda yang telah mempunyai anak (dengan

suaminya dahulu), atau seorang Duda yang telah mempunyai anak (dengan

isterinya dahulu) dengan seorang Perawan, atau seorang Duda yang telah

mempunyai anak (dengan isterinya dahulu) dengan seorang Janda yang

juga telah mempunyai anak pula (dengan suaminya dahulu).

2. Akibat Hukum Pernikahan.

Suatu pernikahan yang dilakukan merupakan perbuatan hukum

yang menimbulkan multi dimensi hak dan kewajiban, termasuk di

dalamnya hak saling mewarisi dengan meninggalnya salah satu, suami

atau isteri. Ini merupakan ketentuan Qoth’i, sebagaimana ditentukan oleh

Allah SWT. Dalam Al Qur’an:

فإن كبن لهن ولكم نصف مب حسك أشوجكم إن لم يكن لهن ولد

يىصين بهب أو ممب حسكن من بعد وصيت ٱلسبعفلكم ولد

فإن كبن لكم دممب حسكخم إن لم يكن لكم ول ٱلسبع ولهن دين

حىصىن بهب أو ممب حسكخم من بعد وصيت ٱلثمنفلهن ولد

أخ أو ۥوله ٱمسأةيىزد كللت أو إن كبن زجل ودين

من ذلك فهم كثسفإن كبنىا أ ٱلسدسمنهمب فلكل وحد أخج

يىصى بهب أو دين غيس من بعد وصيت ٱلثلذشسكبء في

عليم حليم ٱللهو ٱللهمن صيت ومضبز

Artinya:

“Dan bagimu (suami-isteri) seperdua dari harta yang ditinggalkan

oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika isteri-

isterimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari

Page 40: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

26

harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat

atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh

seperempat yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika

kamu mempunyai anak, Maka para isteri memperoleh seperdelapan dari

harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau

(dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu”.

Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak

meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempeunyai

seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan

(seibu saja), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu

seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang,

Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat

yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak

memberi mudharat (kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang demikian

itu sebagai) syari‟at yang benar-benar dari Allah, dan Allah maha

mengetahui lagi Maha Penyantu.” (QS. An Nisaa‟ ayat 12).

Di dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, kedudukan anak tiri

dalam keluarga orang tua tiri termasuk hubungan keluarga semenda, yang

mengakibatkan larangan melakukan perkawinan. Sebagaimana disebutkan

dalam pasal 8 huruf a sampai huruf f yaitu: Perkawinan dilarang antara

dua orang yaitu:

1. Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus kebawah ataupun

keatas

2. Berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping

3. Berhubungan Semenda

4. Berhubungan Susuan

5. Berhubungan Saudara

6. Mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang

berlaku, dilarang kawin

Page 41: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

27

Batas dimulai timbulnya hak dan saling mewarisi antara suami-

isteri, dikemukakan oleh Ibnu Umar A‟lawiy, bahwa cukuplah dengan

telah terjadinya akad nikah yang sah antara keduanya, meskipun antara

keduanya belum terjadi persetubuhan (Qabla dukhul). Ini tetap dapat

saling mewarisi dengan meninggalnya salah satu (suami atau isterinya).

Karena akibat hukum pernikahan terhadap hak mewarisi berbeda dengan

akibat hukum terhadap timbulnya hak dan kewajiban nafkah dan giliran

(qasmu) diantara mereka.20

Jumhur Ulama’ sepakat bahwa nafkah isteri

timbul sebagai kompensasi terhadap adanya dukhul (persetubuhan) antara

mereka berdua. Sehingga bagi isteri yang nusyuz (membangkang, antara

lain: karena tidak bersedia digauli oleh suaminya) tidak berhak atas

nafkah.21

Pernikahan juga bisa menimbulkan adanya hubungan hukum,

bukan saja terhadap mereka berdua (suami-isteri), melainkan juga terhadap

Anak tiri mereka, antara lain:

1. Antara Anak tiri perempuan dengan Bapak tirinya atau Anak tiri laki-

laki dengan Ibu tirinya, diantara mereka ini tidak boleh saling

menikahi satu dengan lainnya, apabila Bapak kandung Anak tiri

tersebut sudah dukhul (bersetubuh), sebagaimana hal ini ditentukan

dalam Firman Allah SWT. Dalam Al Qur‟an :

عليكم أمهخكم وبنبحكم وأخىحكم وعمخكم وخلخكم وبنبث حسمج

أزضعنكم وأخىحكم من ٱلخيوأمهخكم ٱلأخجوبنبث ٱلأخ

خي في حجىزكم من نسبئكم ٱلوأمهج نسبئكم وزبئبكم ٱلسضعت

دخلخم بهن فإن لم حكىنىا دخلخم بهن فلب جنبح عليكم ٱلخي

20

Ibnu Husain bin Umar A‟lawiy, “Bughyatul Mustarsyidin”, (Darul Fikri : Bairut, 2004) h. 181. 21Ibnu Rusyd Qurthubiy, “Bidayatul Mujtahid”,( Singapura : Al Haramain, , juz II Cet. III) h. 52.

Page 42: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

28

إلب مب ٱلأخخينين من أصلبكم وأن حجمعىا ب ٱلرينوحلئل أبنبئكم

اا زحيمكبن غفىز ٱلله نقد سلف إ

Artinya:

“Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu

yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara

bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan;

anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki, anak-anak

perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang

menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu

(mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri

yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu

itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya;

(dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan

menghimpunkan (dalm perkawinan) dua perempuan yang bersaudara,

kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha

Pengampun lagi Maha penyayang”. (QS. An Nisaa‟ ayat 23)

Adanya kesepakatan secara sadar dalam bentuk kesediaan menerima

secara diam-diam, dengan pengertian bahwa dengan kesediaan menikahi

Ibu atau Bapak dari Anak tiri tersebut, berarti bersedia pula menerima

kehadiran Anak tiri tersebut dalam satu rumah tangga. Sehingga

keberadaan anak tiri ini, secara otomatis menjadi salah satu anggota

keluarga yang sekaligus menimbulkan tanggung jawab moril maupun

materil bagi Ibu maupun Bapak tirinya untuk mengasuh dan memupuk

pendidikan serta membiayai/menafkahi, dan lain-lainnya yang

menyangkut dengan kebutuhan/hajad hidup dan kehidupan Anak tiri ini,

masa kini dan masa depannya.22

22Ahmad Muntohar, Anak Tiri (dalam Perspektif Hukum Kewarisan Islam, www.pa-

banjarnegara.go.id/uploads/2011/01/anaq%20tiri.pdf, diakses pada : 20 januari 2018.

Page 43: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

29

Lebih lanjut lagi islam juga mengatur tentang hubungan dan pergaulan

anak tiri atau orang tua tiri dalam keluarga. Orang tua tiri terhadap anak

tiri mereka menjadi mahram demikian juga anak tiri terhadap orang tua tiri

mereka juga mahram. Pengharaman tersebut bersifat mengikat selama-

lamanya tanpa ada batas waktu, setiap pengharaman dalam syari‟at tentu

ada hikmah yang mungkin tidak dapat diketahui maslahahnya. Menurut

Sayyid Quthb, ada tiga hikmah dari pengharaman tersebut yaitu; pertama,

iateri ayah berkedudukan sebagai ibu. Kedua, agar jangan seorang

menggantikan posisi ayahnya, sehingga ia menghayalkan sebagai

tandingannya. Secara naluri kebanyakan seorang suami tidak suka kepada

bekas suami pertama isteri, sehingga si anak akan membenci ayahnya.

Ketiga, supaya tidak terjadi kesamaran dalam masalah kewarisan bagi

isteri ayah, yang hal ini sangat dominan telah terjadi dikalangan

masyarakat jahiliyah.23

3. Pandangan ‘Ulama’ Terhadap Kedudukan Anak Tiri

Ulama‟ sepakat menetapkan pengertian lafadl “walad” dalam Firman

Allah SWT. Q.S An Nisaa‟ ayat 12, yang sekaligus sebagai acuan dasar dalam

menentukan adanya hak saling mewarisi antara suami-isteri, seperti tersebut di

atas, mencakup:

1. Anak-anak kandung (shulbiy), baik laki-laki maupun perempuan, dan

2. Anaknya anak laki-laki, dan seterusnya ke bawah, jika tidak ada anak-anak

Kandung.24

Akibat hukum atas keberadaan Anak tiri bagi Ibu atau Bapak tiri dalam

menerima warisan sbb. :

1. Muhammad „Ali Ash Shabuniy; bahwa walaupun beliau berpendapat

dalam kasus Gharaqiy, bahwa Anak tiri tidak mendapat bagian apa-apa

dari harta warisan Ibu atau Bapak tirinya, seperti tersebut diatas, namun

23

Sayyid Quthb terj. As‟ad Yasin “Tafsir Fi Zhilal Al-Qur'an dibawah naungan Al-Qur'an” ( Jakarta :

Gema Insani, 2001) h. 9 24

Fatchur Rahman,” Ilmu Waris”,( Bandung : Al Ma‟arif, 1981Cet. II) h. 136.

Page 44: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

30

pada bagian lain beliau mengemukakan bahwa anak tiri juga bisa menjadi

Hajib Nuqshan (Penghalang yang berakibat berkurangnya bagian ahli

waris) terhadap Ibu atau Bapak tirinya, sebagaimana Firman Allah SWT.

QS. An Nisaa‟ ayat 12 tersebut di atas, dengan penjelasan bahwa suami

mendapat bagian ¼ apabila isteri mempunyai anak atau anak dari anak

laki-laki (cucu) dan seterusnya ke bawah, baik anak itu dari suami

tersebut, maupun dari lainnya (suami terdahulu). Isteri mendapat bagian ¼

apabila suami tidak mempunyai anak atau anak dari anak laki-laki (cucu)

dan seterusnya ke bawah, baik anak itu dari isteri tersebut maupun dari

isteri yang lainnya.25

2. Fatchur Rahman; bahwa isteri mendapat 1/8 bila yang diwariskannya

mempunyai far’u-warits, baik yang lahir melalui isteri pewaris ini maupun

melalui isterinya yang lain.26

Berpijak dari kedua pendapat tersebut di atas, maka kedudukan Anak

tiri dalam Hukum Kewarisan Islam semakin jelas bagi kita, meskipun masih

disayangkan belum ada tindak lanjut penyelesaiannya, dalam pengertian

apabila Anak tiri dapat menjadi Hajib Nuqshan terhadap Ibu atau Bapak

tirinya, maka apakah tidak mungkin apabila dia juga bisa mendapatkan bagian

dari harta warisan Ibu atau Bapak tirinya.

Dalam teori hukum Islam istilah qiyash juga digunakan untuk mencari

hukum yang tidak ada penjelasannya dalam Al-Qur‟an dan Al-Haadits, namun

terdapat beberapa kesamaan atau kemiripan dengan aturan hukum yang telah

ada. Secara etimologis, kata qiyash artinya mengukur, membandingkan

sesuatu dengan yang semisalnya, para ulama usul fiqh mendefinisikan qiyash

adalah penetapan hukum yang sama dari sesuatu kepada sesuatu yang lain,

karena adanya persamaan illat diantara keduanya (hukum) menurut pandangan

sang penetap hukum/mujtahid.27

25

Muhammad „Ali Ash Shabuniy, “Al Mawarits Fish Syari’ah Al Islamiyah” ( Makkah : Syirkah

Iqamah Ad Din, t.t) h. 48. 26

Fatchur Rahman, “Ilmu Waris” (Bandung : Al Ma‟arif , 1981, Cet. II) h. 136. 27

Muin Umar, dkk. “Ushul Fiqh 1”. (Jakarta : Departemen Agama, 1986 )h.107.

Page 45: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

31

Hakikat qiyash dalam hukum Islam terdapat empat unsur (rukun) pada

setiap qiyash, yaitu;

1. Suatu wadah atau hal yang telah ditetapkan sendiri hukumnya oleh

pembuat hukum. Ini disebut maqis’alaih atau ashal atau

musyabbah bihi.

2. Suatu wadah atau hal yang belum ditemukan hukumnya secara

jelas dalam nash syara‟. Ini disebut maqish atau furu’atau

musyabbah bihi.

3. Hukum yang disebut sendiri oleh para pembuat hukum (syar‟i)

pada ashal, berdasarkan kesamaan ashal itu dengan furu’ dalam

illat-nya para mujtahid dapat menetapkan hukum pada furu’. Ini

disebut hukum ashal.

4. Illat hukum yang terdapat dalam ashal dan terlihat pula oleh

mujtahin pada furu‟.28

Terhadap kasus anak tiri dapat diqiyas-kan (disamakan) dengan

anak angkat dari sudut pandang illat-nya dan furu’nya. Karena pada ashal

hukum kedua-duanya adalah sama-sama bukan dari keluarga kedua orang

tua mereka dan bukan keturunan (hubungan darah) dari suami isteri dalam

keluarga tersebuat. Namun kewajiban dan tanggung jawab serta hak-hak

lainnya dalam keluarga sama, sementara hukum hanya mengatur tentang

hak anak angkat atau orang tua angkat.

Seorang mujtahid yang menjadi anggota lembaga ahli al-Hall wa

al-‘Aqd dalam arti hakim, berhak melakukan ijtihad selama tidak

bertentangan dengan ijma‟ para mujtahid dan pendapatnya wajib diikuti

sebagai orang yang mempunyai kekuasaan. Setiap orang boleh melakukan

ijtihad apabila memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan menurut usul dan

yang penting adalah penguasaan bahasa Al-Qur‟an dan Hadits

pengetahuan tentang kaifiat merumuskan (istimbat) hukum dari sumber-

sumber perundang-undangan dan kepahaman tentang tujuan syari’at.

Semua itu dapat dicapai dengan kajian,diskusi-diskusi, penalaaran dan

28

Amir Syarifuddin, “Hukum Perkawinan Islam di Indonesia” (Jakarta: Kencana, 2009) h. 172.

Page 46: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

32

pengamalan ijtihad. Perkara-perkara yang boleh diijtihadkan ialah hukum-

hukum yang tidak ada nas dan ijma‟ mengenainya termasuk dalam perkara

yang boleh diijtihadkan.

Jika hakim tidak menemukan hukum yang tertulis maka hakim

harus menggali hukum yang tidak tertulis, hukum yang hidup dalam

masyarakat melalui hukum adat dan nilai-nilai agama, sebagaimana yang

disebutkan dalam pasal 16 ayat (1) dan (1) Undang-undang No. 14 Tahun

2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.

Page 47: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

33

BAB IV

ANALISIS YURIDIS TENTANG HARTA BERSAMA DAN WARISAN

PERKAWINAN POLIGAMI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH

AGUNG NOMOR 489/K/Ag/2011)

Sebelum Penulis memaparkan Analisis Yuridis tentang Pembagian Harta

Bersama dan Perkawinan Poligami (studi kasus Putusan Mahkamah Agung

Nomor 489/K/Ag/2011). Penulis akan paparkan dulu kronologi kasus tersebut

sampai upaya kasasi ke Mahkamah Agung. Dari mulai putusan Pengadilan

Agama Malang Nomor : 297/Pdt.G/2010/PA.Mlg kemudian banding ke PTA

Surabaya dengan Putusan Nomor : 104/Pdt.G/2011/PTA.Sby.

A. Pertimbangan Hakim dalam Memutus Perkara Nomor : 297/Pdt.G/2010/

PA. Mlg.

1. Duduk Perkara

Gatot Subroto, Siti Sundari, Moch. Abdul Kadir Djaelani, Lianah

(yang selanjutnya disebut sebagai Penggugat) dalam hal ini menguasakan

kepada Yayan Riyanto, SH dan Diddin Syarifuddin, SH. dan Ny. Ngatmini,

Sri Hariyati, Sudarmaji (yang selanjutnya disebut sebagai Tergugat) dalam

hal ini menguasakan kepada Mochamad Mochtar, SH., Msi.

Dahulu Bu Rukini pernah menikah dengan H. Asnawi, yang di

karuniai 4 (empat) orang anak kandung yaitu Para Penggugat. Semasa

hidupnya sepasang suami ini (Bu Rukini dan H. Asnawi) memiliki usaha

penginapan di jalan Kolonel Sugiono No. 168 Malang, kemudian H. Asnawi

meninggal dunia dan usaha penginapan di jalan Kolonel Sugiono No. 168

kota Malang tersebut dikelola oleh istrinya Bu Rukini. Setelah itu pada tahun

1966 Bu Rukini menikah lagi dengan seorang laki-laki yang bernama Pak

Djuwadi, kemudian Bu Rukini melanjutkan usaha penginapan tersebut

dibantu oleh suami keduanya yaitu pak Djuwadi, yang pada saat menikah

dengan Bu Rukini pada tahun 1966 telah memiliki istri yang benama

Ngatmini (Tergugat I).

Page 48: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

34

Kemudian setelah berusaha serta jerih payah Bu Rukini dan Pak

Djuawadi kurang lebih pada tahun 1994 membeli sebidang tanah dan

kemudian didirikan Penginapan I Losmen Puspasari di Jl. Panglima Sudirman

No. 100 Desa Ngadilangkung Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang,

Sertifikat Hak Milik No. 98 luas tanah 1.220 meter persegi atas nama

Djuwadi, yang setelah berganti nama dan dikenal dengan Hotel PUSPASARI

II, untuk selanjutnya disebut sebagai obyek sengketa.

Bahwa kemudian pada tahun 2003 Bu Rukini meninggal dunia karena

sakit, dan diikuti Pak Djuwadi yang meninggal pada tahun 2005 karena sakit,

Setelah Pak Djuwadi meninggal dunia Tergugat III pernah mendatangi Para

Penggugat untuk membicarakan obyek sengketa, namun tanpa sepengetahuan

Para Penggugat akhirnya obyek sengketa beserta sertifikat tanahnya di kuasai

oleh Para Tergugat secara sepihak dan tanpa ijin kepada Para Penggugat

sebagai ahli waris yang sah. Penguasaan obyek sengketa oleh Para Tergugat

adalah tidak benar dan merupakan Perbuatan Melawan Hukum, karena obyek

sengketa adalah harta bersama (gono-gini) antara Bu Rukini dan Pak

Djuwadi, sehingga yang memiliki hak adalah bukan Para Tergugat,

melainkan hak dari Bu Rukini dan Pak Djuwadi, dan ternyata Bu Rukini

masih memiliki anak kandung yaitu Para Penggugat. Terlebih lagi Tergugat I

adalah istri pertama dari Pak Djuwadi yang secara hukum tidak memiliki hak

atas harta gono-gini Pak Djuwadi dengan istri kedua (Bu Rukini), dan

Tergugat II adalah anak angkat dari Tergugat I dan Tergugat III adalah suami

dari Tergugat II yang jelas-jelas orang lain yang tidak memiliki hubungan

hukum dengan Pak Djuwadi dan Bu Rukini.

Para Penggugat sudah sering sekali meminta secara baik-baik kepada

Para Tergugat untuk menyerahkan dan mengosongkan obyek sengketa untuk

di bagi kepada ahli warisnya dan bahkan sebelum gugatan ini diajukan sudah

pula diberikan Somasi / surat peringatan namun Para Tergugat tetap

bersikukuh untuk terus menempati dan menguasai obyek sengketa. Dan hal

ini patut dan wajar menurut hukum bahwa Tergugat I, tergugat II, Tergugat

III atau disebut juga Para Tergugat dan siapa saja yang menguasai obyek

Page 49: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

35

sengketa untuk mengosongkan dan menyerahkan obyek sengketa kepada Para

Penggugat.

2. Pertimbangan Hakim

Menimbang, bahwa atas jawaban Tergugat, Penggugat menyampaikan

tanggapan lewat replik tertanggal 31 Mei 2009 yang diserahkan pada tanggal

31 Mei 2010 pada pokoknya tetap pada gugatannya semula ;

Menimbang, bahwa atas replik Penggugat tersebut, Tergugat

menyampaikan tanggapan lewat duplik yang diserahkan pada tanggal 14 Juni

2010 yang pada pokoknya tetap pada jawabannya semula ;

Menimbang, bahwa selanjutnya Penggugat mencukupkan segala

sesuatunya dan selanjutnya Penggugat mohon Putusan;

Menimbang, bahwa sesuai pasal 171 Kompilasi Hukum Islam

didalam gugatan waris harus ditentukan adanya pewaris, ahli waris dan

harta warisan serta bagian masing-masing,;

Menimbang, bahwa perkara ini adalah perkara waris, dimana yang

dipersengketakan adalah harta peninggalan Djuwadi alm,;

Menimbang, bahwa penggugat telah mengajukan gugatan

pembagian harta peninggalan (tirkah) almarhum bertanggal 01 Maret 2010

atas gugatan tersebut Tergugat telah menyampaikan jawaban secara

tertulis tertanggal 10 Mei 2010 dan gugatan mana ada yang dibantah oleh

Tergugat, oleh karena itu dalil-dalil gugatan Penggugat belum menjadi

dalil yang tetap, maka Majelis Hakim harus menilai alat-alat bukti

Penggugat dan Tergugat,;

Menimbang, bahwa semasa hidupnya alm. Djuwadi telah membuat

surat wasiat (testament) terhadap obyek sengketa yang diberikan kepada

istrinya Ngatmini (istri pertama) yang dengan surat wasiat / testament No.

32 tanggal 5 Maret 2002 sebagaimana nukti T.4 ,;

Menimbang, bahwa berdasarkan pasal 195 Kompilasi Hukum

Islam ayat 2 dan 3 menyatakan wasiat hanya di perbolehkan sebanyak-

banyaknya 1/3 dari harta warisan kecuali semua ahli waris menyetujuinya

Page 50: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

36

( ayat 2 ) sedangkan ayat 3 menyatakan bahwa wasiat kepada ahli waris

hanya berlaku bila disetujui oleh semua ahli waris,;

Menimbang, bahwa harta yang diwasiatkan oleh alm. Djuwadi

kepada istri pertama Ngatmini lebih dari 1/3 harta tanpa ada persetujuan

dari ahli waris yang lain yaitu istri yang kedua Rukini, yang pada waktu

wasiat itu dibuat masih hidup,;

Menimbang, bahwa wasiat kepada ahli waris sendiri dan ahli waris

yang lain tidak ada persetujuan maka wasiat yang demikian tidak sah,

sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang artinya : Tidak berlaku wasiat

bagi ahli waris ,;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan

tersebut Majelis Hakim berpendapat, surat wasiat Djuwadi alm. Dengan

wasiat No. 32 tanggal 5 Maret 2002 yang ditujukan kepada istrinya

Ngatmini adalah tidak mempunyai kekuatan hukum,;

Menimbang, bahwa oleh karena surat wasiat No. 32 tanggal 5

Maret 2002 telah dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum, maka

Majelis Hakim menyatakan akta hibah No. 45/Kepanjen/2007 tanggal 16-

2-2007 dan sertifikat hak milik No. 98 atas nama Sri Hariyati, gambar

situasi No. 7302/1991 tanggal 26-12-1991 tidak mempunyai kekuatan

hukum pula,;

Menimbang, bahwa perkawinan alm. Djuwadi dengan Ngatmini

tidak mempunyai anak, akan tetapi alm. Djuwadi dan Ngatmini

mengangkat anak yaitu Sri Hariyati sebagai anak angkat, hal ini diakui

oleh Penggugat dan Tergugat yang menerangkan bahwa Sri Hariyati

adalah anak angkat dari alm. Djuwadi dengan Ngatmini,;

Menimbang, bahwa perkawinan alm. Djuwadi dengan Rukini

jugha tidak mempunyai anak akan tetapi Rukini mempunyai 4 orang anak

bawaan dari suami yang pertama yaitu para Penggugat, hal ini diakui oleh

Tergugat bahwa para Penggugat bukan anak dari alm. Djuwadi dengan

Rukini akan tetapi anak bawaan Rukini dari suami yang pertama,;

Page 51: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

37

Menimbang, bahwa dengan demikian alm. Djuwadi wafat dengan

meninggalkan ahli waris 2 orang istri yaitu Ngatmini dan Rukini,;

Menimbang, bahwa Rukini (istri ke 2) alm. Djuwadi telah

meninggal terlebih dahulu dari alm. Djuwadi pada tahun 2003, sedangkan

Ngatmini (istri 1) dari alm. Djuwadi masih hidup sampai saat ini,;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan diatas, Majelis

Hakim menetapkan ahli waris alm. Djuwadi yang masih hidup adalah

Ngatmini istri 1 alm. Djuwadi,;

Menimbang, bahwa disamping meninggalkan ahli waris tersebut

diatas, alm. Djuwadi meninggalkan harta peninggalan berupa : Hotel

Puspasari II yang terletak di Jalan Panglima Sudirman No. 100 Desa

Ngadilangkung Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang yang selanjutnya

disebut sebagai obyek sengketa,;

Menimbang, bahwa obyek sengketa tersebut dibeli dan dibangun

oleh alm. Djuwadi dengan kedua istrinya Ngatmini dan Rukini dan pada

saat alm. Djuwadi menikah dengan Rukini tidak ada penetapan /

pemisahan harta bersama alm. Djuwadi dengan istri yang pertama

(Ngatmini),;

Menimbang, bahwa oleh karena obyek sengketa diperoleh selama

dalam ikatan perkawinan alm. Djuwadi dengan istri kedua Rukini dan istri

pertama Ngatmini, maka harta tersebut (obyek sengketa) merupakan harta

bersama milik suami (alm. Djuwadi), istri pertama (Ngatmini) dan istri

kedua (Rukini) yang berdasarkan Kompilasi Hukum Islam pasal 94, maka

harus dibagi 1/3 bagian untuk alm. Djuwadi, 1/3 bagian untuk Ngatmini

dan 1/3 bagian untuk Rukini,;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan diatas Majelis

Hakim menetapkan bahwa obyek sengketa adalah harta bersama alm.

Djuwadi, Ngatmini dan Rukini dengan pembagian masing-masing

mendapatkan 1/3 bagian dan menghukum para tergugat untuk

menyerahkan 1/3 bagian dari harta bersama tersebut kepada Rukini, oleh

karena Rukini telah meninggal dunia maka 1/3 bagian dari harta bersama

Page 52: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

38

tersebut diserahkan kepada ahli waris dan Rukini sebagai harta warisan

yaitu suami (alm. Djuwadi) mendapat bagian ¼ dan anak-anak dari almh.

Rukini (para Penggugat) mendapatkan ashabah,;

Menimbang, bahwa bagian alm. Djuwadi sebanyak 1/3 bagian dari

harta bersama dan ditambah bagian dari warisan almh. Rukini sebesar ¼

bagian tersebut jatuh menjadi harta warisan alm. Djuwadi yang harus

dibagi kepada ahli warisnya yang masih hidup yaitu Ngatmini,;

Menimbang, bahwa oleh karena alm. Djuwadi tidak mempunyai

anak maka Ngatmini satu-satunya ahli waris alm. Djuwadi yang masih

hidup mendapatkan ¼ bagian dari harta warisan tersebut,;

Menimbang, bahwa disamping meninggalkan ahli waris yang

bernama Ngatmini, alm. Djuwadi juga meninggalkan anak angkat yang

bernama Sri Hariyati (Tergugat II), berdasarkan pasal 209 (2) Kompilasi

Hukum Islam anak angkat dapat menerima bagian harta warisan orang tua

angkatnya melalui jalur lembaga wasiat wajibah sebanyak-banyaknya 1/3

dari harta warisan orang tua angkatnya pasal 209 (2) Kompilasi Hukum

Islam tersebut dapat dipahami bahwa wasiat wajibah adalah wasiat yang

diperuntukkan bagi anak angkatnya dengan jumlah maksimal 1/3 dari

harta peninggalan orang tua angkatnya, oleh karenanya Majelis Hakim

berpendapat dan menetapkan bahwa bagian anak angkat alm. Djuwadi

yaitu Sri Hariyati adalah 1/3 bagian dari harta warisan alm. Djuwadi,;

Menimbang, bahwa ahli waris alm. Djuwadi adalah Ngatmini

mendapatkan ¼ bagian dari harta warisan alm. Djuwadi dan Sri Hariyati

sebagai anak angkat mendapatkan 1/3 bagian dari harta warisan alm.

Djuwadi dan tidak ada ahli waris lainnya dari keluarga alm. Djuwadi,;

Menimbang, bahwa harta warisan alm. Djuwadi terdapat kelebihan

harta warisan maka sesuai dengan ketentuan waris harus dibagi secara Rad

dengan syarat ash-habul furudl, tidak adanya orang yang mendapat

Ashabah dan adanya kelebihan harta psaka, dalam perkara ini tidak ada

ash-habul furudl akan tetapi ada seorang istri, sesuai dengan ketentuan

waris seorang istri tidak dapat memperoleh Rad karena hubungan

Page 53: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

39

kekerabatan mereka tidak termasuk kerabat nasabiyah, suami istri hanya

mempunyai hubungan kerabat sababiyah artinya hubungan kerabat yang

dihasilkan dari pernikahan dan hubungan kekerabatannya menjadi putus

dengan sebab salah seorang mati,;

Menimbang, bahwa oleh karena dalam perkara ini tidak ada ash-

habul furudl dan istri tidak memperoleh waris secara Rad, maka kelebihan

harta warisan alm. Djuwadi diperuntukan unruk Baitul Mal,;

Menimbang, bahwa di Indonesia keberadaan Baitul Mal tidak jelas

maka Majelis Hakim berpendapat bahwa kelebihan harta warisan alm.

Djuwadi diperuntukkan untuk LAZIS (Lembaga Zakat, Infaq dan

Shadaqah) di Kecamatan dimana harta tersebut berada karena LAZIS

dianggap masih diakui keberadaannya di tiap-tiap Kecamatan,;

Menimbang, bahwa dalam jawabannya tanggal 10 Mei 2010

Tergugat menyatakan bahwa semasa hidupnya Djuwadi telah membagi

harta-hartanya kepada istri-istrinya dan Rukini (istri II) telah diberi

Losmen Sampurna di Jalan Kolonel Sugiono 168 kota Malang, namun

dalam persidangan Tergugat tidak dapat membuktikan baik dengan bukti

surat maupun bukti saksi, sedangkan Penggugat dalam repliknya tanggal

31 Mei 2010 telah menolak jawaban Tergugat tersebut, bahwa alm.

Djuwadi semasa hidupnya tidak pernah membagi hartanya kepada istri-

istrinya dan Losmen Sampurna adalah harta bersama Rukini dengan H.

Asnawi (suami pertama Rukini), hal ini diperkuat oleh keterangan saksi

Penggugat yang bernama (ANIS alias BUANG RUSTAM dan SUTARJI

bin RUSTAM AJI) maupun saksi Tergugat (BAHRI bin Kyai

SAMSURI) oleh karenanya jawaban / bantahan Tergugat harus

dikesampingkan,;

Menimbang, bahwa mengenai bukti-bukti lain yang tidak ada

relevansinya dengan perkara ini tidak dapat dipertimbangkan lebih lanjut,;

Menimbang, bahwa perkara ini merupakan bagian dari perkawinan

yang menyangkut kebendaan yang masing-masing berhak oleh karena ini

Page 54: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

40

kepada Penggugat dan Tergugat dibebankan menanggung biaya perkara

ini secara tanggung renteng,;

Mengingat segala ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan

hukum syar’i yang berkaitan dengan perkara ini,;

3. Amar Putusan

1. Mengabulkan gugatan Penggugat sebagian,;

2. Menyatakan Surat Wasiat No. 32 tanggal 5 Maret 2002, akta Hibah

No. 45/Kepanjen/2007 tanggal 16-2-2007 dan Sertifikat Hak Milik

No. 98 atas nama Sri Hariyati, gambar situasi No. 7302/1991 tanggal

26-12-1991 tidak mempunyai kekuatan hukum,;

3. Menyatakan bahwa Hotel Puspasari II yang terletak di Jalan

Panglima Sudirman No. 100 Desa Ngadilangkung Kecamatan

Kepanjen Kabupaten Malang adalah harta bersama alm. Djuwadi

dengan kedua istrinya (Ngatmini dan Rukini),;

4. Menetapkan bagian masing-masing dari harta bersama tersebut

diatas sebagai berikut :

4.1.1. Alm. Djuwadi mendapat 1/3 bagian,;

4.1.2. Ngatmini mendapatkan 1/3 bagian,;

4.1.3. Rukini mendapatkan 1/3 bagian,;

5. Menghukum para Tergugat untuk menyerahkan 1/3 bagian dari

harta bersama tersebut diatas ( diktum No. 3 ) kepada ahli waris dari

Rukini yang suami (alm. Djuwadi) sebesar ¼ bagian dan anak-anak

dari alm. Rukini (para Penggugat) sebesar ¾ (Ashabah),;

6. Menyatakn bahwa 1/3 bagian dari harta bersama ditambah bagian

suami (alm. Djuwadi) sebesar ¼ bagian tersebut diatas sebagai harta

warisan (tirkah) dari alm. Djuwadi,;

7. Menetapkan bahwa Ngatmini (Tergugat I) adalah ahli waris dari

alm. Djuwadi dan Sri Hariyati (Tergugat II) adalah anak angkat dari

alm. Djuwadi,;

Page 55: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

41

8. Menetapkan bagian Ngatmini sebagai ahli waris sebesar ¼ dari harta

warisan alm. Djuwadi dan bagian Sri Hariyati sebagai anak angkat

sebesar 1/3 bagian dari harta warisan alm. Djuwadi dan sisa harta

warisan alm. Djuwadi diperuntukkan untuk LAZIS di Kecamatan

dimana benda tersebut berada,;

9. Menyatakn sita jaminan yang dilaksanakan Pengadilan Agama

Kabupaten Malang tanggal 9 Deaember 2010 adalah sah dan

berharga,;

10. Menolak gugatan Penggugat selain dan selebihnya,;

11. Menghukum Penggugat dan Tergugat untuk membayar biaya

perkara secara tanggung renteng sebesar Rp. 916.000,- (Sembilan

ratus enam belas ribu rupiah);

B. Pertimbangan Hakim dalam Memutus Perkara Nomor : 104/Pdt.G/2011/

PTA. Sby

1. Duduk Perkara

Ny. Ngatmini, Sri Hariyati, Sudarmaji yang semulanya para

Tergugat (selanjutnya disebut sebagai Pembanding) dalam hal ini

menguasakan kepada Mochamad Mochtar, SH., Msi. Dan Gatot Subroto,

Siti Sundari, Moch. Abdul Kadir Djaelani, Lianah yang semulanya disebut

sebagai Penggugat (selanjutnya disebut sebagai Terbanding) dalam hal ini

menguasakan kepada Yayan Riyanto, SH dan Diddin Syarifuddin, SH.

Mengutip segala uraian tentang hal ini sebagaimana termuat dalam

putusan Pengadilan Agama Malang tanggal 07 Pebruari 2011 M.

bertepatan dengan tanggal 03 Rabiu l Awal 1432 H. nomor : 297 /Pd t .G/

2 0 10 / PA.Mlg , yang amarnya berbunyi sebagai berikut :

1. Mengabulkan gugatan Penggugat sebagian,;

2. Menyatakan Surat Wasiat No. 32 tanggal 5 Maret 2002, akta Hibah

No. 45/Kepanjen/2007 tanggal 16-2-2007 dan Sertifikat Hak Milik

Page 56: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

42

No. 98 atas nama Sri Hariyati, gambar situasi No. 7302/1991

tanggal 26-12-1991 tidak mempunyai kekuatan hukum,;

3. Menyatakan bahwa Hotel Puspasari II yang terletak di Jalan

Panglima Sudirman No. 100 Desa Ngadilangkung Kecamatan

Kepanjen Kabupaten Malang dengan batas-batas :

Utara :Tanah milik H. Muhlis,;

Timur :Jalan Raya,;

Selatan :Jalan ke Makam,;

Barat :Tanah makam desa/parit,;

Adalah harta bersama alm. Djuwadi dengan kedua istrinya

(Ngatmini dan Rukini),;

4. Menetapkan bagian masing-masing dari harta bersama tersebut

diatas sebagai berikut :

4.1 Alm. Djuwadi mendapat 1/3 bagian,;

4.2 Ngatmini mendapatkan 1/3 bagian,;

4.3 Rukini mendapatkan 1/3 bagian,;

5. Menghukum para Tergugat untuk menyerahkan 1/3 bagian dari

harta bersama tersebut diatas ( diktum No. 3 ) kepada ahli waris

dari Rukini yang suami (alm. Djuwadi) sebesar ¼ bagian dan anak-

anak dari alm. Rukini (para Penggugat) sebesar ¾ (Ashabah),;

6. Menyatakn bahwa 1/3 bagian dari harta bersama ditambah bagian

suami (alm. Djuwadi) sebesar ¼ bagian tersebut diatas sebagai

harta warisan (tirkah) dari alm. Djuwadi,;

7. Menetapkan bahwa Ngatmini (Tergugat I) adalah ahli waris dari

alm. Djuwadi dan Sri Hariyati (Tergugat II) adalah anak angkat

dari alm. Djuwadi,;

8. Menetapkan bagian Ngatmini sebagai ahli waris sebesar ¼ dari

harta warisan alm. Djuwadi dan bagian Sri Hariyati sebagai anak

angkat sebesar 1/3 bagian dari harta warisan alm. Djuwadi dan sisa

Page 57: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

43

harta warisan alm. Djuwadi diperuntukkan untuk LAZIS di

Kecamatan dimana benda tersebut berada,;

9. Menyatakn sita jaminan yang dilaksanakan Pengadilan Agama

Kabupaten Malang tanggal 9 Deaember 2010 adalah sah dan

berharga,;

10. Menolak gugatan Penggugat selain dan selebihnya,;

11. Menghukum Penggugat dan Tergugat untuk membayar biaya

perkara secara tanggung renteng sebesar Rp. 916.000,- (Sembilan

ratus enam belas ribu rupiah);

Membaca Akta Permohonan Banding yang dibuat oleh Panitera

Pengadilan Agama Malang tertanggal 10 Pebruari 2011 nomor:

297/Pdt.G/2010/PA.Mlg.,bahwa Para Tergugat/Para Pembanding pada

tanggal 10 Pebruari 2011 telah mengajukan permohonan banding atas

putusan Pengadilan Agama Malang tanggal 07 Pebruari 2011 nomor:

297/Pdt.G/2010/PA.Mlg, permohonan banding tersebut telah

diberitahukan kepada pihak lawannya pada tanggal 14 Pebruari 2011 ;

Menimbang, bahwa Para Tergugat/Para Pembanding telah

mengajukan memori banding tertanggal 14 Maret 2011, sedangkan Para

Penggugat/Para Terbanding tidak mengajukan kontra memori banding

sebagaimana surat keterangan Panitera Pengadilan Agama Malang

tertanggal 1 April 2011 nomor: 297/Pdt.G/2010/PA.Mlg;

2. Pertimbangan Hakim

Menimbang, bahwa oleh karena permohonan banding yang diajukan

oleh Para Tergugat/Para Pembanding telah diajukan dalam tenggang waktu

dan dengan cara-cara sebagaimana menurut peraturan perundang-undangan

yang berlaku, maka permohonan banding tersebut harus dinyatakan dapat

diterima;

Menimbang , bahwa Pengadilan Tinggi Agama Surabaya setelah

membaca dan mempelajari dengan seksama semua surat yang berhubungan

Page 58: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

44

dengan perkara a quo termasuk memori banding tanpa kontra memori banding

dan salinan resmi putusan Pengadilan Agama Malang tanggal 07 Pebruari

2011 M. bertepatan dengan tanggal 03 Rabiul Awal 1432 H. nomor:

297/Pdt.G/2010/PA.Mlg,, maka Pengadilan Tinggi Agama selanjutnya

memberikan pertimbangan–pertimbangan sebagai berikut;

Menimbang, bahwa keberatan Pertama (1) Para Tergugat/Para

Pembanding dalam memori bandingnya , yang menyatakan bahwa putusan

Pengadilan Agama Malang salah menerapkan hukum, karena tidak memenuhi

prosedur hukum, sehingga menyatakan bahwa surat wasiat No. 32 tanggal 5

Maret 2002 (bukti T.4) dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum dan

seterusnya;

Menimbang, bahwa keberatan Kedua (2) Para Tergugat/Para

Pembanding menyatakan, bahwa pokok perkara

nomor:297/Pdt.G/2010/PA.Mlg, adalah gugatan waris bukan gugatan tentang

keberatan terhadap adanya akta wasiat (bukti T.2-T.4) bukan menguji produk

hukum yang sudah sah (akta wasiat) kemudian menyatakan tidak mempunyai

kekuatan hukum dan seterusnya;

Menimbang, bahwa keberatan Ketiga (3) Para Tergugat/Para

Pembanding menyatakan, bahwa putusan nomor: 297/Pdt.G/2010/PA.Mlg

telah terja di putusan supra petita/melebihi dari yang diminta, tidak ada satupun

yang meminta tentang akta wasiat No.32 tanggal 5 Maret 2002 dan akta hibah

No. 45/Kepanjen/2007 tertanggal 16-2-2007, sertifikat hak milik No. 98 atas

nama Sri Hariyati untuk dinyatakan batal atau tidak mempunyai kekuatan

hukum dan seterusnya;

Menimbang, bahwa keberatan Keempat (4) Para Pembanding

menyatakan, bahwa putusan Pengadilan Agama Malang tidak memenuhi rasa

keadilan dimana bagian yang dikumpulkan sendiri oleh Tergugat sebagai

obyek sengketa yang telah diwariskan kepada Para Pembanding melebihi 1/3

bagian dari harta warisan dan seterusnya;

Menimbang, bahwa keberatan Kelima (5) Para Pembanding

menyatakan, bahwa Sita Jaminan (Conservatoir Beslaag) telah salah obyek,

Page 59: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

45

karena hak atas tanah obyek sengketa telah terjadi pemindahan hak kepada

Terguga t III (Sri Hariyati) oleh karenanya Sita Jaminan salah obyek dan tidak

mempunyai kekuatan hukum dan harus diangkat; Berdasarkan keberatan-

keberatan tersebut diatas, mohon kepada Pengadilan Tinggi Agama Surabaya

untuk membatalkan putusan a quo dan mengadili sendiri dengan menolak

gugatan Penggugat;

Menimbang, bahwa atas keberatan-keberatan Para Pembanding

tersebut, Pengadilan Tinggi Agama berpendapat, bahwa keberatan tersebut

telah terjawab oleh pertimbangan-pertimbangan hukum Hakim tingkat pertama

yang terdapat pada halaman 22,23,24,25, 26,27 dan 28 putusan a quo dimana

pertimbangan-pertimbangan hukum tersebut telah tepat dan benar, karenanya

putusan tersebut harus dipertahankan dan keberatan-keberatan Para

Pembanding harus dikesampingkan;

Menimbang, bahwa untuk dapat terlaksana nya pembagian waris

tersebut, maka perlu ditambah amar putusan yang menyatakan apabila tidak

dapat dibagi secara natura, maka dapat dibagi secara innatura atau dijual lelang

dan hasilnya dibagi sesuai dengan bagian masing-masing;

Menimbang, bahwa berdasarkan tambahan pertimbangan tersebut

diatas, maka putusan a quo harus dikuatkan;

Menimbang, bahwa berdasarkan maksud Pasal 89 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1989 yang telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 50

Tahun 2009,biaya perkara pada tingkat banding dibebankan kepada Para

Tergugat/Para Pembanding;

Mengingat akan pasal-pasal peraturan perundang-undangan yang

berlaku dan dalil syar’i yang berkaitan dengan perkara ini;

3. Amar Putusan

- Menyatakan, permohonan banding yang diajukan oleh Para

Tergugat/Para Pembanding dapat diterima;

Page 60: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

46

- Menguatkan putusan Pengadilan Agama Malang nomor:

297/Pdt.G/2010/PA.Mlg tanggal 07 Pebruari 2011 M. bertepatan dengan

tanggal 03 Rabiul Awal 1432 H. dengan perbaikan amar putusan

sehingga bunyi selengkapnya sebagai berikut:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat sebagian;

2. Menyatakan Surat Wasiat No. 32 tanggal 5 Maret 2002, Akta Hibah

No. 45/kepanjen/2007 tanggal 16-2-2007 dan Sertifikat Hak Milik No.

98 atas nama Sri Hariyati, gambar situasi No. 7302/1991 tanggal 26-

12-1991 tidak mempunyai kekuatan hukum;

3. Menyatakan bahwa hotel Puspasari II yang terletak di Jalan Panglima

Sudirman No. 100 Desa Ngadilangkung Kecamatan Kepanjen

Kabupaten Malang dengan batas-batas:

Utara : Tanah milik. Muhlis;

Timur : Jalan raya;

Selatan : Jalan ke Makam;

Barat : Tanah makam desa/Parit;

Adalah harta bersama alm. Djuwadi dengan kedua istrinya ( Ngatmini

dan Rukini);

4. Menetapkan bagian masing-masing dari harta bersama tersebut diatas

sebagai berikut:

4.1 . Alm. Djuwadi mendapat 1/3 bagian ;

4.2 . Ngatmini mendapatkan 1/3 bagian ;

4.3 . Rukini mendapatkan 1/3 bagian ;

5 Menghukum para Tergugat untuk menyerahkan 1/3 bagian dari harta

bersama tersebut diatas (dictum No. 3) kepada ahli waris dari rukini

yaitu suami (alm. Djuwadi) sebesar ¼ bagian dan anak-anak dari

almh. Rukini (Para Penggugat) sebesar ¾ (Ashobah), dan apabila

tidak dapat dibagi sec ara natura, maka dapat dibagi secara innatura

atau dijual lelang dan hasilnya dibagi sesuai dengan bagian masing-

masing;

Page 61: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

47

6 Menyatakan bahwa 1/3 bagian dari harta bersama ditambah bagian

suami (Alm. Djuwadi) sebesar ¼ bagian tersebut diatas sebagai harta

warisan (tirkah) dari Alm. Djuwadi;

7 Menetapkan bahwa Ngatmini (Tergugat I) adalah ahli waris dari alm.

Djuwadi dan Sri Hariyati (Tergugat II) adalah anak angkat dari alm.

Djuwadi;

8 Menetapkan bagian Ngatmini sebagai ahli waris sebesar ¼ (=3/12

bagian) dari harta warisan alm. Djuwadi dan bagian Sri Hariyati

sebagai anak angkat sebesar 1/3 (= 4/12 bagian) dari harta warisan

alm. Djuwadi dan sisa harta warisan alm. Djuwadi diperuntukkan

untuk LAZIS (= 5/12 bagian) di Kecamatan dimana benda tersebut

berada;

9 Menyatakan sita jaminan yang dilaksanakan Pengadilan Agama

Kabupaten Malang tanggal 9 Desember 2010 adalah sah dan berharga;

10 Menolak gugatan Penggugat selain dan selebihnya;

Menghukum Penggugat dan Tergugat untuk membayar biaya perkara

tingkat pertama secara tanggung renceng sebesar Rp. 916.000,- (Sembilan

ratus enam belas ribu rupiah) dan menghukum Para Tergugat/Para

Pembanding untuk membayar biaya perkara tingkat banding sebesar Rp.

150.000,- (Seratus lima puluh ribu rupiah).

C. Pertimbangan Hakim dalam Memutus Perkara Nomor : 489/K/Ag/2011.

1. Duduk Perkara

Ny. Ngatmini, Sri Hariyati, Sudarmaji (dahulu para Tergugat/para

Pembanding yang selanjutnya disebut sebagai Pemohon Kasasi) dalam hal ini

menguasakan kepada Mochamad Mochtar, SH., Msi. Dan Gatot Subroto, Siti

Sundari, Moch. Abdul Kadir Djaelani, Lianah (dahulu para Penggugat/para

Terbanding yang selanjutnya disebut sebagai Termohon Kasasi) dalam hal

ini menguasakan kepada Yayan Riyanto, SH dan Diddin Syarifuddin, SH.

Page 62: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

48

Berdasarkan surat-surat yang bersangkutan, Mahkamah Agung

menimbang bahwa sekarang para Termohon Kasasi (dahulu sebagai para

Penggugat) telah menggugat terhadap sekarang para Pemohon Kasasi (dahulu

sebagai para Tergugat) di muka persidangan Pengadilan Agama Malang pada

pokoknya atas dalil-dalil ;

Dahulu Bu Rukini pernah menikah dengan H. Asnawi, yang di

karuniai 4 (empat) orang anak kandung yaitu Para Penggugat. Semasa

hidupnya sepasang suami ini (Bu Rukini dan H. Asnawi) memiliki usaha

penginapan di jalan Kolonel Sugiono No. 168 Malang, kemudian H. Asnawi

meninggal dunia dan usaha penginapan tersebut sekarang dikelola oleh

istrinya (Bu Rukini). Setelah itu pada tahun 1966 Bu Rukini menikah lagi

dengan seorang laki-laki yang bernama Pak Djuwadi, kemudian Bu Rukini

melanjutkan usaha penginapan tersebut dibantu oleh suami keduanya yaitu

pak Djuwadi, yang pada saat menikah dengan Bu Rukini pada tahun 1966

telah memiliki istri yang benama Ngatmini (Tergugat I).

Kemudian setelah berusaha serta jerih payah Bu Rukini dan Pak

Djuawadi kurang lebih pada tahun 1994 membeli sebidang tanah dan

kemudian didirikan Penginapan I Losmen Puspasari di Jl. Panglima Sudirman

No. 100 Desa Ngadilangkung Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang,

Sertifikat Hak Milik No. 98 luas tanah 1.220 meter persegi atas nama

Djuwadi, yang setelah berganti nama dan dikenal dengan Hotel PUSPASARI

II, untuk selanjutnya disebut sebagai obyek sengketa, dengan batas-batas

sebagai berikut;

Sebelah Utara berbatas dengan tanah milik H. Muklis ;

Sebelah Timur berbatas dengan jalan raya ;

Sebelah Selatan berbatasan dengan jalan ke makam ;

Sebelah Barat berbatasan dengan tanah makam desa / parit ;

Bahwa kemudian pada tahun 2003 Bu Rukini meninggal dunia karena

sakit, dan diikuti Pak Djuwadi yang meninggal pada tahun 2005 karena sakit,

Page 63: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

49

Bahwa kemudian Setelah Pak Djuwadi meninggal dunia Tergugat III

pernah mendatangi Para Penggugat untuk membicarakan obyek sengketa,

namun tanpa sepengetahuan Para Penggugat akhirnya obyek sengketa beserta

sertifikat tanahnya di kuasai oleh Para Tergugat secara sepihak dan tanpa ijin

kepada Para Penggugat sebagai ahli waris yang sah.

Penguasaan obyek sengketa oleh Para Tergugat adalah tidak benar dan

merupakan Perbuatan Melawan Hukum, karena obyek sengketa adalah harta

bersama (gono-gini) antara Bu Rukini dan Pak Djuwadi, sehingga yang

memiliki hak adalah bukan Para Tergugat, melainkan hak dari Bu Rukini dan

Pak Djuwadi, dan ternyata Bu Rukini masih memiliki anak kandung yaitu

Para Penggugat. Terlebih lagi Tergugat I adalah istri pertama dari Pak

Djuwadi yang secara hukum tidak memiliki hak atas harta gono-gini Pak

Djuwadi dengan istri kedua (Bu Rukini), dan Tergugat II adalah anak angkat

dari Tergugat I dan Tergugat III adalah suami dari Tergugat II yang jelas-

jelas orang lain yang tidak memiliki hubungan hukum dengan Pak Djuwadi

dan Bu Rukini.

Para Penggugat sudah sering sekali meminta secara baik-baik kepada

Para Tergugat untuk menyerahkan dan mengosongkan obyek sengketa untuk

di bagi kepada ahli warisnya dan bahkan sebelum gugatan ini diajukan sudah

pula diberikan Somasi / surat peringatan namun Para Tergugat tetap

bersikukuh untuk terus menempati dan menguasai obyek sengketa. Dan hal ini

patut dan wajar menurut hukum bahwa Tergugat I, tergugat II, Tergugat III

atau disebut juga Para Tergugat dan siapa saja yang menguasai obyek

sengketa untuk mengosongkan dan menyerahkan obyek sengketa kepada Para

Penggugat. Karena perbuatan Para Tergugat tersebut berakibat sangat

merugikan bagi Para Penggugat dan sudah sepatutnya Para Tergugat dihukum

untuk membayar ganti rugi kepada Para Penggugat secera tanggung renteng

dengan perincian sebagai berikut :

a) Kerugian Materil, tidak dapat dimanfaatkannya obyek sengketa oleh

Para Penggugat yaitu hasil dari pengelolaan hotel jika pertahunnya

menghasilkan Rp. 100.000.000,- ( seratus juta rupiah ) jika dikalikan

Page 64: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

50

4 tahun Rp. 400.000.000,- ( empat ratus juta rupiah ), yaitu sejak tahun

2009.

b) Biaya Pengurusan perkara oleh advokat sebesar 150.000.000,- ( seratus

lima puluh juta rupiah ).

c) Kerugian Immateril, yaitu perasaan malu beban moral yang dirasakan

oleh Penggugat selama obyek sengketa dikuasai Para Tergugat dan

selama proses pengurusan obyek sengketa, apabila dihitung dengan

uang maka kerugian Penggugat sebesar Rp. 500.000.000,- ( lima ratus

juta rupiah ).

Setiap hari keterlambatan dari Para Tergugat dalam melaksakan isi

putusan ini sudah sepatutnya dikenakan uang paksa atau dwangsom sebesar

Rp. 1.000.000,- ( satu juta rupiah ) setiap harinya yang harus dibayarkan

kepada Penggugat secara tunai dan seketika setelah perkara ini di putus dan

dibacakan oleh majelis hakim yang memeriksa dan memutus perkara ini.

Untuk menjamin gugatan Para Penggugat dan agar obyek sengketa dalam

perkara ini tidak dialihkan kepada pihak lain, maka sangat relevan apabila

Para Penggugat mengajukan Sita Jaminan terhadap obyek sengketa yang

dikuasai oleh Para Tergugat secara Melawan Hukum. Karena gugatan ini

telah didasarkan pada fakta-fakta dan bukti-bukti yang sah menurut hukum,

maka tidak berlebihan apabila Pengadilan Negeri Kabupaten Malang eq

Majelis Hakim yang memeriksa perkara ini untuk memutus perkara untuk

dapat dilaksakan terlebih dahulu meskipun ada upaya Verzet, Banding,

mapun Kasasi (Uitvoerbar bij voorbad).

Berdasarkan alasan-alasan gugatan yang telah diuraikan diatas,maka

Para Penggugat mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa untuk

mengadili dan memutus perkara sebagai berikut:

1. Menerima dan mengabulkan Gugatan Para Penggugat seluruhnya. ;

2. Menyatakan Para Penggugat adalah ahli waris yang sah dari Bu

Rukini. ;

Page 65: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

51

3. Menyatakan bahwa obyek sengketa adalah harta bersama ( gono-gini )

antara Bu Rukini dengan Pak Djuwadi. ;

4. Menyatakan penguasaan obyek sengketa oleh pera Tergugat adalah

perbuatan Melawan Hukum.;

5. Menghukum Para Tergugat atau siapapun yang menguasai obyek

sengketa untuk mengosongkan dan menyerahkan obyek sengketa

kepada Para Penggugat untuk di bagi waris, jika perlu dengan bantuan

aparat hukum.;

6. Menyatakan sah dan berharga Sita Jaminan yang dilakukan oleh

pengadilan Agama Malang.;

7. Menghukum Para Tergugat untuk membayar secara tanggung renteng

kerugian Materil tidak dapat dimanfaatkannya obyek sengketa oleh

Para Penggugat yaitu hasil dari pengelolaan hotel sebesar Rp.

400.000.000,- (empat ratus juta rupiah) dan akan bertambah sepanjang

perkara ini berjalan sejak didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan

Agama Malang sampai mempunyai kekuatan hukum tetap.;

8. Menghukum Para Tergugat untuk membayar secara tanggung renteng

kerugian materil kepada Para Penggugat sebesar Rp. 500.000.000,-

(lima ratus juta rupiah).;

9. Menghukum Para Tergugat untuk membayar secara tanggung renteng

biaya pengurusan perkara oleh Advokat sebesar Rp. 150.000.000,-

(seratus lima puluh juta rupiah).;

10. Menghukum Para Tergugat untuk membayar Uang Paksa (dwangsom)

sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) perhari setiap kali

keterlambatan dalam melaksakan isi putusan ini kepada Penggugat

secara Tunai dan seketika.;

11. Menyatakan putusan ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu

(Uitvoerbar bij voorbad) meskipun ada verzet, banding, maupun

kasasi.;

12. Menghukum Para Tergugat untukn membayar biaya Perkara.;

Page 66: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

52

Atau ;

Pengadilan Agama Malang berpendapat lain, mohon putusan yang adil

berdasarkan hukum sesuai dengan maksud gugatan ini,;

Bahwa terhadap gugatan tersebut Pengadilan Agama Malang telah

mengambil putusan, yaitu putusan No. 297/Pdt.G/2010/PA.Mlg tanggal 7

Februari 2011 M. bertepatan dengan tanggal 3 Rabiul Awal 1432 H.

2. Pertimbangan Hakim

Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung

berpendapat :

Mengenai alasan ke- 1 s/d ke- 5 :

Bahwa alasan-alasan ini tidak dapat dibenarkan, oleh karena judex

facti tidak salah menerapkan hukum, lagi pula hal ini mengenai penilaian hasil

pembuktian yang bersifat penghargaan tentang suatu kenyataan, hal tersebut

tidak dapat dipertimbangkan dalam pemeriksaan pada tingkat kasasi, karena

pemeriksaan dalam tingkat kasasi hanya berkenaan dengan adanya kesalahan

penerapan hukum, adanya pelanggaran hukum yang berlaku, adanya kelalaian

dalam memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-

undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang

bersangkutan, atau bila pengadilan tidak berwenang atau melampaui batas

wewenangnya, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 30 Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 1985 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2009

tentang Mahkamah Agung;

Menimbang, bahwa terlepas dari pertimbangan tersebut di atas,

menurut pendapat Mahkamah Agung amar putusan judex facti yang

menguatkan putusan Pengadilan Agama Malang harus diperbaiki sepanjang

mengenai sisa harta warisan setelah dikeluarkan bagian NGATMINI dengan

pertimbangan sebagai berikut:

Page 67: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

53

Bahwa judex facti sudah tepat dan benar, akan tetapi tentang harta warisan

setelah dikeluarkan bagian NGATMINI yang oleh judex facti

diperuntukkan LAZIS (lembaga amil zakat infaq dan shadaqoh) tidak

benar seharusnya diberikan kepada anak tiri almarhum DJUWADI yaitu

para Penggugat – anak angkat saja diberi tidak masuk akal anak bawaan

istrinya malah disingkirkan demikian saja;

Menimbang, bahwa terhadap kesimpulan di atas, ada pendapat yang

berbeda (dissenting opinion) dari Hakim Agung Mukhtar Zamzami dengan

pertimbangan sebagai berikut:

Bahwa anak tiri almarhum Djuwadi bukanlah ahli waris dan bukan pula

zawil arham dari almarhum Djuwadi, karena itu tidak ada alasan hukum

apapun untuk menyerahkan sisa harta warisan almarhum Djuwadi kepada

mereka, dan tidak bisa pula dibandingkan dengan anak angkat, karena

anak angkat yang sah, berdasarkan hukum yaitu Pasal 209 ayat (2)

Kompilasi Hukum Islam dan yurisprudensi tetap memang berhak terhadap

harta peninggalan melalui wasiat wajibah;

Bahwa berdasarkan hal di atas, putusan judex facti yang menyerahkan sisa

harta warisan almarhum Djuwadi kepada Lembaga Zakat, Infaq dan

Shadaqah (LAZIS) setempat adalah tepat dan karenanya permohonan

kasasi ini seharusnya ditolak;

Menimbang, bahwa walaupun demikian, karena suara terbanyak

berpendapat bahwa permohonan kasasi ditolak dengan perbaikan, yaitu

dengan menyerahkan sisa harta warisan almarhum Djuwadi kepada anak tiri,

maka permohonan kasasi ini akan diputus dengan tolak perbaikan;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut

di atas, maka permohonan kasasi yang diajukan oleh para Pemohon Kasasi

NGATMINI dan kawan-kawan tersebut harus ditolak dengan perbaikan amar

putusan judex facti sehingga amar selengkapnya sebagaimana akan disebutkan

di bawah ini;

Page 68: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

54

Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasasi dari para

Pemohon Kasasi ditolak, walaupun dengan perbaikan amar putusan, maka

para Pemohon Kasasi di hukum untuk membayar biaya dalam tingkat kasasi;

Memperhatikan Pasal-pasal dari Undang-Undang No. 48 Tahun 2009,

Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 sebagaimana yang telah diubah dengan

Undang-Undang No. 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-

Undang No. 3 Tahun 2009 dan Undang-Undang No. 7 Tahun 1989

sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2006

dan perubahan kedua dengan Undang-Undang No. 50 Tahun 2009 serta

peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan;

3. Amar Putusan

Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi: 1. NGATMINI, 2.

SRI HARIYATI, 3. SUDARMAJI tersebut;

Memperbaiki amar putusan Pengadilan Tinggi Agama Surabaya No.

104/Pdt.G/2011/PTA.Sby tanggal 31 Mei 2011 M. bertepatan dengan tanggal

27 Jumadil Akhir 1432 H. yang menguatkan putusan Pengadilan Agama

Malang No. 297/Pdt.G/2010/PA.Mlg tanggal 7 Februari 2011 M. Bertepatan

dengan tanggal 3 Rabiul Awal 1432 H. sehingga amar selengkapnya sebagai

berikut:

Menerima permohonan banding para Pembanding;

Memperbaiki amar putusan Pengadilan Agama Malang No. 297/Pdt.G/

2010/ PA.Mlg tanggal 7 Februari 2011 M. bertepatan dengan tanggal 3

Rabiul Awal 1432 H sehingga amar selengkapnya sebagai berikut:

1. Mengabulkan gugatan para Penggugat sebagian;

2. Menyatakan Surat Wasiat No. 32 tanggal 5 Maret 2002, Akta

Hibah No. 45/ Kepanjen/2007 tanggal 16-2-2007 dan Sertifikat

Hak Milik No. 98 atas nama Sri Hariyati, Gambar Situasi No.

7302/1991 tanggal 26-12-1991 tidak mempunyai kekuatan

hukum;

Page 69: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

55

3. Menyatakan bahwa hotel Puspasari II yang terletak di Jalan

Panglima Sudirman No. 100 Desa Ngadilangkung, Kecamatan

Kepanjen, Kabupaten Malang dengan batas-batas:

a. Utara : Tanah milik H. Muhlis;

b. Timur : Jalan Raya;

c. Selatan : Jalan ke Makam;

d. Barat : Tanah makam desa/Parit;

Adalah harta bersama alm. Djuwadi dengan kedua istrinya

(Ngatmini dan Rukini);

4. Menetapkan bagian masing-masing dari harta bersama tersebut di

atas sebagai berikut:

4.1 Alm. Djuwadi mendapat 1/3 bagian= 33.34 %;

4.2 Ngatmini mendapatkan 1/3 bagian = 33.33 %;

4.3 Rukini mendapatkan 1/3 bagian = 33,33 %;

5. Menghukum para Tergugat untuk menyerahkan bagian almh.

Rukini yang meninggal dunia pada tahun 2003, sebesar 33.33 %

tersebut di atas kepada para ahli warisnya sebagai berikut:

5.1 Djuwadi (suami) mendapat ¼ x 33,33 % = 8,33 %;

5.2 Gatot Subroto (anak) 2/6 x (33,33 % - 8,33 %) = 8,33 %;

5.3 Siti Sundari (anak) 1/6 x (33,33 % - 8,33%); = 4,17 %;

5.4 Moch. Abdul Kadir DJ 2/6 x (33,33 % - 8,33 %) = 8,33 %;

5.5 Lianah 1/6 x (33,33 % - 8,33 %) = 4,17 %;

6. Menyatakan alm. Djuwadi meninggal dunia tahun 2005,

meninggalkan ahli waris seorang istri nama Ngatmini (Tergugat

I), harta warisannya tersebut poin 4.1 dan 5.1 di atas 33.34 % +

8.33 % = 41.67%

6.1 Ngatmini (istri) 1/8 x 41.67 % = 5,21%

6.2 Sisa sebesar 36,46 % dibagikan kepada anak tiri (anak

bawaan istri alm. yaitu para Penggugat) dan seorang anak

Page 70: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

56

angkat (Sri Hariyati) dengan pembagian sama besar, yaitu

masing-masing = 1/5 x 36,46 % = 7,29 %.

7. Menyatakan sita jaminan yang dilaksanakan Pengadilan Agama

Kabupaten Malang tanggal 9 Desember 2010 adalah sah dan

berharga;

8. Menolak gugatan para Penggugat selain dan selebihnya;

9. Menghukum para Penggugat dan Tergugat untuk membayar biaya

perkara tingkat pertama secara tanggung renteng sebesar Rp

916.000,- (sembilan ratus enam belas ribu rupiah) dan

menghukum para Tergugat/ para Pembanding untuk membayar

biaya perkara tingkat banding sebesar Rp 150.000,- (seratus lima

puluh ribu rupiah);

10. Menghukum para Pemohon Kasasi/para Tergugat untuk

membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi sebesar Rp

500.000,- (lima ratus ribu rupiah);

4. Analisis / Telaah Putusan

Hukum waris dalam Islam adalah bagian dari Syariat Islam yang

sumbernya diambil dari Al-Qur’an dan Hadist Rasulullah SAW, kemudian

para ahli hukum Islam, khususnya para mujtahid dan fugoha (ahli fikih Islam)

mentransformasi melalui berbagai formulasi waris sesuai dengan pendapatnya

masing-masing. Hukum waris Islam pada dasaraya berlaku untuk seluruh

umat Islam didunia. Sungguhpun demikian corak suatu negara Islam dan

kehidupan di negara atau daerah tersebut memberi pengaruh atas hukum

waris di daerah itu.

Perkembangan hukum Islam di Indonesia telah melahirkan Kompilasi

Hukum Islam (KHI), setelah eksistensi Peradilan Agama diakui dengan

hadirnya Undang- Undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.

Kehadiran Kompilasi Hukum Islam ini dilatarbelakangi antara lain karena

ketidakpastian dan kesimpangsiuran putusan Pengadilan terhadap masalah-

Page 71: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

57

masalah yang menjadi kewenangannya, disebabkan dasar acuan putusannya

adalah pendapat para ulama yang ada dalam kitab-kitab fiqih yang sering

berbeda tentang hal yang sama antara yang satu dengan lainnya, sehingga

sering terjadi putusan yang berbeda antara satu Pengadilan Agama dengan

Pengadilan Agama lainnya dalam masalah yang sama. Dengan lahirnya

Kompilasi Hukum Islam, semua hakim di lingkungan Pengadilan Agama

diarahkan kepada persepsi penegakkan hukum yang sama.1

Kronologis perkara ini adalah Dahulu Bu Rukini pernah menikah

dengan H. Asnawi, yang di karuniai 4 (empat) orang anak kandung yaitu Para

Penggugat. Semasa hidupnya sepasang suami ini (Bu Rukini dan H. Asnawi)

memiliki usaha penginapan di jalan Kolonel Sugiono No. 168 Malang,

kemudian H. Asnawi meninggal dunia dan usaha penginapan tersebut

sekarang dikelola oleh istrinya (Bu Rukini). Setelah itu pada tahun 1966 Bu

Rukini menikah lagi dengan seorang laki-laki yang bernama Pak Djuwadi,

kemudian Bu Rukini melanjutkan usaha penginapan tersebut dibantu oleh

suami keduanya yaitu pak Djuwadi, yang pada saat menikah dengan Bu

Rukini pada tahun 1966 telah memiliki istri yang benama Ngatmini (Tergugat

I).

Kemudian setelah berusaha serta jerih payah Bu Rukini dan Pak

Djuawadi kurang lebih pada tahun 1994 membeli sebidang tanah dan

kemudian didirikan Penginapan I Losmen Puspasari di Jl. Panglima Sudirman

No. 100 Desa Ngadilangkung Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang,

Sertifikat Hak Milik No. 98 luas tanah 1.220 meter persegi atas nama

Djuwadi, yang setelah berganti nama dan dikenal dengan Hotel PUSPASARI

II, untuk selanjutnya disebut sebagai obyek sengketa, dengan batas-batas

sebagai berikut;

Sebelah Utara berbatas dengan tanah milik H. Muklis ;

Sebelah Timur berbatas dengan jalan raya ;

1Abdurrahman, Kompilasi Hukum Mam Di Indonesia, (Jakarta: Akademi Presindi, 1992), h. 21.

Page 72: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

58

Sebelah Selatan berbatasan dengan jalan ke makam ;

Sebelah Barat berbatasan dengan tanah makam desa / parit ;

Bahwa kemudian pada tahun 2003 Bu Rukini meninggal dunia karena

sakit, dan diikuti Pak Djuwadi yang meninggal pada tahun 2005 karena sakit,

Bahwa kemudian Setelah Pak Djuwadi meninggal dunia Tergugat III

pernah mendatangi Para Penggugat untuk membicarakan obyek sengketa,

namun tanpa sepengetahuan Para Penggugat akhirnya obyek sengketa beserta

sertifikat tanahnya di kuasai oleh Para Tergugat secara sepihak dan tanpa ijin

kepada Para Penggugat sebagai ahli waris yang sah.

Penguasaan obyek sengketa oleh Para Tergugat adalah tidak benar dan

merupakan Perbuatan Melawan Hukum, karena obyek sengketa adalah harta

bersama (gono-gini) antara Bu Rukini dan Pak Djuwadi, sehingga yang

memiliki hak adalah bukan Para Tergugat, melainkan hak dari Bu Rukini dan

Pak Djuwadi, dan ternyata Bu Rukini masih memiliki anak kandung yaitu

Para Penggugat. Terlebih lagi Tergugat I adalah istri pertama dari Pak

Djuwadi yang secara hukum tidak memiliki hak atas harta gono-gini Pak

Djuwadi dengan istri kedua (Bu Rukini), dan Tergugat II adalah anak angkat

dari Tergugat I dan Tergugat III adalah suami dari Tergugat II yang jelas-jelas

orang lain yang tidak memiliki hubungan hukum dengan Pak Djuwadi dan Bu

Rukini.

Para Penggugat sudah sering sekali meminta secara baik-baik kepada

Para Tergugat untuk menyerahkan dan mengosongkan obyek sengketa untuk

di bagi kepada ahli warisnya dan bahkan sebelum gugatan ini diajukan sudah

pula diberikan Somasi / surat peringatan namun Para Tergugat tetap

bersikukuh untuk terus menempati dan menguasai obyek sengketa. Dan hal ini

patut dan wajar menurut hukum bahwa Tergugat I, tergugat II, Tergugat III

atau disebut juga Para Tergugat dan siapa saja yang menguasai obyek

sengketa untuk mengosongkan dan menyerahkan obyek sengketa kepada Para

Penggugat. Karena perbuatan Para Tergugat tersebut berakibat sangat

merugikan bagi Para Penggugat dan sudah sepatutnya Para Tergugat dihukum

Page 73: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

59

untuk membayar ganti rugi kepada Para Penggugat secera tanggung renteng

dengan perincian sebagai berikut :

a) Kerugian Materil, tidak dapat dimanfaatkannya obyek sengketa oleh

Para Penggugat yaitu hasil dari pengelolaan hotel jika pertahunnya

menghasilkan Rp. 100.000.000,- ( seratus juta rupiah ) jika dikalikan

4 tahun Rp. 400.000.000,- ( empat ratus juta rupiah ), yaitu sejak tahun

2009.

b) Biaya Pengurusan perkara oleh advokat sebesar 150.000.000,- ( seratus

lima puluh juta rupiah ).

c) Kerugian Immateril, yaitu perasaan malu beban moral yang dirasakan

oleh Penggugat selama obyek sengketa dikuasai Para Tergugat dan

selama proses pengurusan obyek sengketa, apabila dihitung dengan

uang maka kerugian Penggugat sebesar Rp. 500.000.000,- ( lima ratus

juta rupiah ).

Setiap hari keterlambatan dari Para Tergugat dalam melaksakan isi

putusan ini sudah sepatutnya dikenakan uang paksa atau dwangsom sebesar

Rp. 1.000.000,- ( satu juta rupiah ) setiap harinya yang harus dibayarkan

kepada Penggugat secara tunai dan seketika setelah perkara ini di putus dan

dibacakan oleh majelis hakim yang memeriksa dan memutus perkara ini.

Untuk menjamin gugatan Para Penggugat dan agar obyek sengketa dalam

perkara ini tidak dialihkan kepada pihak lain, maka sangat relevan apabila

Para Penggugat mengajukan Sita Jaminan terhadap obyek sengketa yang

dikuasai oleh Para Tergugat secara Melawan Hukum. Karena gugatan ini telah

didasarkan pada fakta-fakta dan bukti-bukti yang sah menurut hukum, maka

tidak berlebihan apabila Pengadilan Negeri Kabupaten Malang eq Majelis

Hakim yang memeriksa perkara ini untuk memutus perkara untuk dapat

dilaksakan terlebih dahulu meskipun ada upaya Verzet, Banding, mapun

Kasasi (Uitvoerbar bij voorbad).

Page 74: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

60

Dari perkara tesebut hakim pada tingkat kasasi memutuskan untuk

memperbaiki putusan dari Pengadilan Tinggi Agama Malang. Yaitu dengan

menyatakan surat wasiat tidak sah. Lalu objek berupa hotel Puspasari II yang

menjadi objek sengketa dinyatakan merupakan harta bersama alm.Djuwadi

dan kedua istrinya meskipun hotel tersebut pada awalnya adlah usaha yang

dimiliki oleh Rukmini, namun setelah itu dikelola bersama-sama.Pembagian

atas harta bersama itu dibagi rata masing masing 1/3. Lalu Pengadilan juga

membuat bagian bagi ahli waris dari almarhum. Selain itu Mahkamah Agung

juga menyarankan apabila harta warisan tidak bisa dibagi dengan cara natura,

maka dapat dilakukan dengan cara innatura.

Dalam kewarisan hukum Islam terdapat beberapa asas-asas yang

dianut dalam pelaksanaan kewarisan yaitu:

1. Asas Ijbari, yang menyatakan bahwa peralihan harta dari pewaris kepada

ahli waris terjadi dengan sendirinya menurut ketetapan yang dibuat Allah

tanpa digantungkan pada kehendak pewaris atau ahli waris. Oleh karena

asas ini maka secara langsung tiap ahli waris diwajibkan menerima

peralihan harta peninggalan pewaris sesuai dengan bagiannya masing-

masing yang telah ditetapkan.

2. Asas bilateral, yang menyatakan bahwa ahli waris yang menerima harta

peninggalan pewaris adalah keturunan laki-laki maupun perempuan. Baik

laki-laki maupun perempuan memiliki bagian masing-masing dari harta

peninggalan pewaris

3. Asas individual, yaitu harta peninggalan pewaris dibagikan kepada ahli

waris untuk dimiliki secara perorangan. Masing-masing bagian ahli waris

adalah kepunyaannya secara perorangan.

4. Asas keadilan yaitu keseimbangan antara hak dan kewajiban antarahli

waris serta keseimbangan antara keperluan dan kegunaan yang diperoleh

dari harta peninggalan pewaris.

Dalam konsep perkawinan Indonesia, maka hukum perkawinan akan

mengacu pada pengaturan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 mengenai

Page 75: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

61

Perkawinan. Dalam konsep UU No. 1 Tahun 1974 dikenal dengan asas monogami

akan tetapi tidak menutup kemungkinan untuk poligami jika agama yang

bersangkutan mengizinkan untuk itu dan pengaturannya melalui beberapa

ketentuan sebagai persyaratan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Pengaturan tersebut berbeda dengan konsep hukum perdata barat, dimana

pengaturannya sangat kaku (rigid) yang terbatas pada asas monogami dan tidak

ada pengecualiannya sebagaimana diatur dalam pasal 27 KUHPerdata.

Terdapat persinggungan dalam hal terjadinya perkawinan poligami dengan

harta warisan yang mengacu pada pengaturan harta bersama sebagaimana diatur

dalam Pasal 35 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974, dimana pembagian harta warisan

didasarkan pada harta yang didapatkan selama perkawinan berlangsung hingga si

pewaris meninggal dunia.

Dari uraian diatas jelas permasalahan dalam kasus ini mengacu pada

pengaturan poligami yang berdampak pada persinggungan pembatasan harta

bersama dan pembagian harta warisan. Mengingat pengaturan hukum perkawinan

di Indonesia sudah di unifikasi, maka adanya penyeragaman penggunaan

permasalahan perkawinan menggunakan UU No. 1 Tahun 1974 dan bukanlah

menggunakan konsep dari KUHPerdata selama UU No 1 Tahun 1974 masih

mengatur mengenai perkawinan. Akan tetapi, mengenai pengaturan hukum

kewarisan maka dalam konsep hukum di Indonesia masih menganut konsep dari

pengaturan KUHPerdata, karena belum ada pengaturan yang lex spesialis dari

ketentuan perundang-undangan di Indonesia.

Akan tetapi, sebelum masuk ke dalam substansi dari pembagian harta

warisan, dapat dilihat pengaturan mengenai putusan kasasi dalam hal perbedaan

pembagian harta warisan, dimana Mahkamah Agung berwenang mengadili pada

tingkat kasasi terhadap putusan yang diberikan pada tingkat terakhir oleh semua

pengadilan di semua lingkungan peradilan yang berada di bawah Mahkamah

agung. Berdasarkan kewenangannya artinya Mahkamah Agung juga mempunyai

Page 76: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

62

andil dalam memutus dan mengadili kasus persengketaan harta warisan dalam

perkara aquo.

Berdasarkan ketentuan Pasal 35 jo. Pasal 37 UU No. 1 Tahun 1974 dan

mengingat salah satu sumber hukum yaitu yurisprudensi Mahkamah Agung No.

561 K/Sip/1968 yang menyatakan bahwa “Harta warisan yang bersifat gono-gini.

Barang sengketa sebagai peninggalan almarhum diputuskan harus dibagi antara

penggugat dan tergugat masing-masing separoh.”

Dalam kasus ini terjadi kekosongan hukum, dimana dalam KUHPerdata

tidak mengatur mengenai poligami dan pembagian harta warisan dalam keadaan

poligami, maka sesuai dengan Yurisprudensi tetap Mahkamah Agung diatas,

maka pembagian harta warisan yang seharusnya adalah sesuai dengan putusan

Mahkamah Agung bahwa pewaris yang mempunyai istri lebih dari seorang

(poligami), maka harta bersama pewaris harus dipisahkan satu sama lain, artinya

harta bersama yang diperoleh dengan istri yang terdahulu harus dipisahkan

dengan harta bersama yang diperoleh dengan istri kedua, dan seterusnya.

Page 77: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

63

BAB V

PENUTUP

A. SIMPULAN

Setelah mendeskripsikan dan mengkomparasikan konsep harta

bersama dan warisan dari perkawinan poligami , maka pada bab terakhir ini

penyusun mencoba menarik kesimpulan dari latar belakang masalah yang

sudah penyusun susun :

1. ahwa pewaris yang mempunyai istri lebih dari seorang (poligami), maka

harta bersama pewaris harus dipisahkan satu sama lain, artinya harta

bersama yang diperoleh dengan istri yang terdahulu harus dipisahkan

dengan harta bersama yang diperoleh dengan istri kedua, dan seterusnya.

Dalam pembagian warisan selain yang sudah jelas bagiannya menurut

hukum agama Islam juga dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI)

menetapkan bahwa antara anak angkat dan orang tua angkat terbina

hubungan saling berwasiat. Dalam pasal 209 ayat (1) dan ayat (2)

berbunyi: (1) Harta peninggalan anak angkat dibagi berdasarkan pasal 176

sampai dengan 193 tersebut di atas, sedangkan terhadap orang tua angkat

yang tidak menerima wasiat wajibah diberi wasiat wajibah sebanyak-

banyaknya 1/3 dari harta warisan anak angkatnya. (2) Terhadap anak

angkat angkat yang tidak menerima wasiat diberi wasiat wajibah

sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta warisan orang tua angkatnya

2. Pertimbangan hukum Hakim mengenai pembagian harta bersama dan

warisan dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 489/K/Ag/2011 dapat

dianalisis bahwa pada prinsipnya hakim memiliki kewenangan

menggunakan fungsinya sebagai rechtsvinding atau dalam hukum Islam

disebut ijtihad sebagai alternatif. Putusan tersebut diterbitkan untuk

memenuhi asas keadilan bagi para ahli waris yang memiliki hubungan

Page 78: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

64

emosional nyata dengan pewaris. Hakim menjamin keadilan bagi orang-

orang yang memiliki hubungan emosional dengan pewaris tersebut

melalui lembaga wasiat wajibah. Seorang anak angkat ataupun anak tiri

dan telah hidup berdampingan dengan tentram dan damai serta tingkat

toleransi yang tinggi Penyimpangan yang dilakukan akan memberikan

lebih banyak kemaslahatan daripada mudarat.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, Dari Putusan

Mahkamah Agung Nomor 489/K/Ag/2011 ada bagian anak tiri yang

mendapat warisan. Perlu adanya peninjauan mengenai hak dari anak tiri,

karena jika dilihat lebih dalam anak tiri memiliki kedudukan lebih dekat

dalam hubungan kekerabatan.

Perlu adanya aturan yang membahas kedudukan anak tiri didalam

keluarga dan sistem kewarisan Islam (KHI) dan wasiat wajibah bisa menjadi

jalan tersalurkannya harta warisan dari pewaris kepada anak tiri.

Karena menurut penulis wasiat wajibah sebagai produk kontemporer

dalam aturan hukum kewarisan maka diharapkan akan adanya kemajuan

dalam cakupan aturan KHI. Dan juga KHI menjadikan wasiat wajibah

sebagai bentuk tanggung jawab akhir dari pewaris kepada anak angkat karena

secara hukuman keperluan hidup anak angkat ditanggung oleh orang tua

angkat setelah proses pengangkatan anak sah walaupun tidak ada hubungan

darah, mengacu pada hal itu maka seharusnya anak tiri juga mendapat

kedudukan yang sama seperti anak angkat.

Page 79: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

65

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam , Jakarta : Akamedika Pressindo, 1995.

-----------------, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta: Akademi Pressindo,

1992.

Anshary, Hukum Waris Islam Dalam Teori dan Praktik Yogyakarta: Pustaka

Belajar, 2013.

Anshor, Abdul Ghofur, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia Eksistansi dan

Adaptabilitas, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012.

Ash Shabuniy, Muhammad „Ali, Al Mawarits Fish Syari’ah Al Islamiyah,

Makkah : Syirkah Iqamah Ad Din, t.t.

A‟lawiy, Ibnu Husain bin Umar, Bughyatul Mustarsyidin, Darul Fikri : Bairut,

2004.

Dahlan, Abdul Aziz, Ensiklopedi Hukum islam. Jakarta: PT Ikhtiar Baru Van

Hoeve, 2000.

Dahwal, Sirman, Beberapa Masalah Hukum dalam Konteks Peradilan Agama

(pdf).

Daradjat, Zakiyah, Ilmu Fiqh, Jakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995.

Departemen Agama RI, Al-Quran Tajwid dan Terjemahnya, Bandung : PT

Syaamil Cipta Media, tt.

Departemen Agama RI., 1991/1992, Kompilasi Hukum Islam, Jakarta., 1992.

Departemen Kehakiman RI., II/1985, Undang-Undang Perkawinan Dan

Peraturan Pelaksanaannya, Jakarta, 1985.

Lubis, Suhrawadi K. dan Simanjuntak, Komis , Hukum Waris Islam, Jakarta: Sinar

Grafika, 2007.

Mardani, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2014.

Marzuki, Muchlis, Pokok-pokok Ilmu Waris. Semarang : Pustaka amani, 2009.

Page 80: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

66

Marsiani , “Wasiat Wajibah Untuk Anak Tiri (Analisis Terhadap Ketentuan Dalam

KHI”, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta, 2016.

Mubarok, Jaih, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, Bandung : Remaja

Rosdakarya, 2003.

Muljono, Wahyu, Hukum Waris Islam dan Pemecahannya, Yogyakarta: Magister

IlHukum FH-UJB, 2010.

Muqhniyah, Muhammad Jawad, Al-Fiqh ‘Ala Al-Mazahib Al Khamsah,

terjemahan. Maskur, Afif Muhammad, Idrus Al-Kaff, Fiqh Lima Mazhab,

Jakarta: 2001.

Nasir, Moh., Metodelogi Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia, 2005.

Nasution, Harun, Teologi Islam Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan.

Jakarta : UI Press, 2002.

Qurthubiy, Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Singapura : Al Haramain, , juz II

Cet. III.

Quthb, Sayyid terj. As‟ad Yasin, Tafsir Fi Zhilal Al-Qur'an dibawah naungan Al-

Qur'an, Jakarta : Gema Insani, 2001.

Rahman, Fatchur , Ilmu Waris, Bandung: Pustaka Al Ma‟arif, 1975.

---------------------, Ilmu Waris, Bandung : Pustaka Al Ma‟arif, 1985.

---------------------, Ilmu Waris, Bandung : Pustaka Al Ma‟arif, 1981.

Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974

Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam, Bandung: Citra

Umbara, 2011.

Rofiq, Ahmad, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000.

Sabiq, Sayid, Fiqh Sunnah , Penerj. Abdurrahim dan Masrukhin, Jakarta:

Cakrawala Publishing, 2009.

Said, Umar, Hukum Islam di Indonesia tentang Waris, Wasiat, Hibah, dan Wakaf ,

Surabaya: Cempaka. 1997.

Suparman, Eman. Hukum Waris Indonesia. Bandung; Refika Aditama, 2007.

Page 81: ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Di dalam hukum kewarisan Islam sudah dijelaskan secara rinci tentang tata

67

Surakmad, Winarno, Pengantar Penelitian-penelitian: Metode, Tehnik,

Bandung: Tarsiti, 1994.

---------------------, Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung: Tarsito,1985.

Sutrisno, Hadi , Metodologi Research, Yogyakarta: Andi, 2000.

Syarifuddin, Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana,

2009.

---------------------, Hukum Kewarisan Islam. Jakarta: Kencana, 2000.

---------------------, Hukum Kewarisan Islam. Jakarta : Kencana, 2008.

Thalib, Sajuti, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 1981.

Umar, Muin, dkk. Ushul Fiqh 1, Jakarta : Departemen Agama, 1986.

Usman, Suparman, Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam, Jakarta: Gaya Media

Pratama, 2002.