analisis wacana pemikiran dakwah kh.ahmad rifa’i...
TRANSCRIPT
ANALISIS WACANA PEMIKIRAN DAKWAH
KH.AHMAD RIFA’I ARIEF DALAM BUKU
KIPRAH KIAYI ENTREPRENEUR KARYA
DRS. H. SHOLEH ROSYAD, M.M.
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)
Disusun Oleh
Ferdy Rizky Saputra
NIM 1112051000140
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU
KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H./2019 M.
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Ferdy Rizky Saputra
NIM : 1112051000140
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ANALISIS
WACANA PEMIKIRAN DAKWAH KH. AHMAD RIFA’I
ARIEF DALAM BUKU KIPRAH KIYAI ENTREPRENEUR
KARYA DRS. SOLEH ROSYAD, M.M. adalah benar
merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan
plagiat dalam penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam
penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya
dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku jika ternyata
skripsi ini sebagian atau keseluruhan merupaka plagiat dari karya
orang lain. Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan
seperlunya.
Jakarta, 27 Mei 2019
Ferdy Rizky Saputra
NIM 1112051000140
i
ABSTRAK
Ferdy Rizky Saputra, 1112051000140, Analisis Wacana Pemikiran
Dakwah KH. Ahmad Rifa’i Arief dalam Buku Kiprah Kiayi “Entrepreneur”
Karya Drs. H. Soleh Rosyad, M.M., di bawah bimbingan Rubiyanah, MA.
Perkembangan media massa dari waktu ke waktu semakin pesat.
Sebagian besar manusia menjadikan media massa sebagai kebutuhan
hidupnya. Dalam kajian media komunikasi, buku mampu memberikan
pengaruh kuat dalam menyampaikan pesan-pesan kepada masyarakat. Bahasa
menjadi unsur penting dalam sebuah karya tulis karena pemlihan bahasa yang
baik akan berpengaruh pada kualitas penulisan. Buku biografi yang
mengandung unsur kebahasaan yang menarik dan memiliki unsur pemikiran
dakwah yang kuat adalah buku biografi Kiprah Kiyai Entrepreneur, diadaptasi
dari kisah kehidupan seorang KH. Ahmad Rifa’i Arief dalam
mengembangkan sistem pendidikan pondok pesantren. Oleh karena itu,
penulis meneliti lebih dalam kisah pada buku biografi KH. Ahmad Rifa’i
Arief.
Adapun masalah yang ingin diungkap dalam penelitian ini adalah ingin
melihat sebuah perjalanan seorang kiyai mumtaz dalam buku biografi Kiprah
Kiyai Entrepreneur karya Sholeh Rosyad yang mengandung unsur pemikiran
dakwah, dengan menggunakan teori analisis wacana model Teun A Van Dijk
yang meninjau bagaimana struktur penyampaian pesan dilihat dari struktur
teks, dimensi kognisi sosial dan dilihat dari dimensi konteks sosial?.
Selanjutnya pada penelitian ini, metodologi penelitian yang digunakan
ialah pendekatan kualitatif, karena dalam pelaksanaannya lebih dilakukan
pada pemaknaan teks. Pengumpulan data melalui analisis dokumen dan di
analisis melalui struktur wacana model Teun A Van Dijk.
Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa pemikiran-pemikiran beliau
mngenai dakwah yang dituangkan dalam buku biografi Kiprah Kiyai
Entrepreneur. Melalui analisa penulis bahwasanya pemikiran dakwah beliau
sangat menunjukan pada kesungguhannya dalam menuntut ilmu umum dan
agama, hasil dari buah pemikirannya mengenai dakwah seorang kiyai Rifai
Arif dengan berdakwah melalui sistem pendidikan pesantren.
Dari hasil analisa penulis terhadap pemikiran Kyai Rifai Arif yang
disampaikan melalui teks dalam buku biografi tersebut, saling membentuk
kesatuan arti. Sehingga melalui analisis wacana Van Dijk ditemukan bahwa
komunikator melakukan strategi wacana melalui komposisi jumlah teks yang
memperesentasikan pemikiran utama yang hendak di usung melalui
penguatan karakter tokoh utama.
Kata Kunci : Buku, Biografi, Tokoh, Pemikiran.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil alamin
Segala puji bagi Allah Subhanu wa Ta’ala yang telah
memberikan kasih sayang-Nya serta kemudahan dan kelancaran
bagi penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Analisis Wacana Pemikiran Dakwah KH. Ahmad Rifa’i Arief
dalam Buku Kiprah Kiayi “Entrepreneur” Karya Drs. H.
Soleh Rosyad, M.M.. Sholawat serta salam dipanjatkan kepada
junjungan Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi wa sallam beserta
keluarga, para sahabat dan pengikutnya.
Dalam proses pembuatan skripsi ini terdapat kendala yang
penulis alami, namun atas izin Allah subhanu wa Ta’ala dan
semangat untuk membahagiakan orangtua akhirnya semua
hambatan dan ujian dapat diatasi dan diselesaikan dengan baik.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan berbagai pihak, baik dari masa perkuliahan hingga
akhir penulisan skripsi ini selesai. Atas bantuan dan dukungannya
maka penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada yang terhormat:
1. Dr. Suparto, M. Ed, Ph. D selaku Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Dr. Siti Napsiyah,
MSW. Selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik. Dr.
Ruli Nasrullah, M.Si. selaku Wakil Dekan II Bidang
iii
Administrasi Umum, serta Drs. Cecep Sastrawijaya,
MA. Selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.
2. Drs. Masran, MA., selaku Ketua Jurusan Program
Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) dan Fita
Fathurokhmah, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi
Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI).
3. Rubiyanah, M.A., selaku Dosen Pembimbing Skripsi
yang tidak bosan-bosannya meluangkan waktu dan
selalu memberikan motivasi kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan
memberikan ilmu yang sangat bermanfaat.
5. Dr. Gun Gun Heryanto, S.Ag, M.Si, selaku Dosen
Pembimbing Akademik.
6. Seluruh Staf Perpustakaan Utama dan Fakultas, serta
bagian Tata Usaha yang telah membantu penulis
dalam mempergunakan buku-buku dan pembuatan
surat menyurat.
7. Kedua orangtua tercinta, Samsu Mahri dan Ibu Eti
Kusmiati (Alm), Adik tunggal yaitu Zikri Ridho
Sumahri terima kasih atas segala do’a, kasih sayang,
perhatian, dan motivasi yang tiada henti sehingga
iv
penulis terus semangat dan dapat menyelesaikan
skripsi ini.
8. Seluruh Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam
tahun angkatan 2012, terkhsusus KPI E yang telah
mewarnai hari-hari semasa di perkuliahan sehingga
banyak sekali cerita indah yang akan terkenang
sepanjang hidup penulis.
9. Lembaga Pondok Pesantren Modern La Tansa, serta
KH. Sholeh Rosyad, M.M. dan Nur Habibah yang
telah menjadi narasumber sehingga dapat
menyelesaikan skripsi. Terima kasih telah membantu
serta mendo’akan dalam kelancaran skripsi ini,
semoga mendapatkan kebaikan dari Allah Subhanu wa
Ta’ala.
10. The Last Boy, ucapan terima kasih ini teruntuk Ridho
Andriansyah, Aidillah Putra, Ahmad Hilman
Zulfahmi, Rachmat Agung Aditya, Trisaka Octarian,
Ega Ramadhan. Semoga kalian akan sukses di masa
mendatang dan tetap menjadi sahabat terbaik.
11. Seluruh Anggota INI KKN 2016 yaitu Ahmed,
Taufik, Ichsan, Umam, Djulhijjah, Nurul, Azizzah,
Istiqomah, dan Ligar yang telah berbagi pengalaman
berharga dan menjadi keluarga baru. Semoga
Silaturahim akan tetap terjaga.
v
12. Segenap Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan
(HMJ) Komunikasi dan Penyiaram Islam periode
2014-2015 yang telah memberikan pelajaran dan
pengalaman yang berharga saat berada di kampus.
13. Keluarga Alumni Latansa (KAL), Terkhusus Wilayah
Ciputat yaitu Iqbal Nasyaruddin, Saepu Alawi, Yudi
Putra Handika, Iqbal Nurhuda, Siti Fatimah, Furqon,
Jejen Hermawan, Iis, dan Rian, yang telah
memberikan pelajaran seputar kepondokan sehingga
banyak ilmu yang didapatkan.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam kelancaran skripsi ini. Semoga Allah Subhnahu wa Ta’ala
memberikan kebaikan dan karunia yang tidak terhingga kepada
kita semua.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang
membacanya dan dapat memberikan kontribusi positif bagi
bidang keilmuan.
Jakarta, 27 Mei 2018
Ferdy Rizky Saputra
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................. 1
B. Batasan Masalah ......................................................... 7
C. Rumusan Masalah ...................................................... 7
D. Tujuan Penelitian ........................................................ 8
E. Manfaat Penelitian ...................................................... 9
F. Tinjauan Pustaka ........................................................ 9
G. Metodologi Penelitian ................................................ 11
H. Sistematika Penulisan ................................................. 13
BAB II LANDASAN TEORI ................................................... 15
A. Analisis Wacana dan Konsep Wacana Teun A. Van Dijik
.................................................................................... 15
1. Pengertian Wacana ................................................ 15
2. Konsep Wacana ..................................................... 17
3. Kerangka Wacana Teun A. Van Dijk .................... 21
B. Pengertian Pemikiran Dakwah ................................... 33
1. Pemikiran ............................................................... 33
2. Pengertian Dakwah ................................................ 35
C. Buku Sebagai Media Dakwah ................................... 43
D. Kiyai Entrepreneur ................................................ 45
vii
BAB III GAMBARAN UMUM GAMBARAN UMUM BUKU
KIPRAH KIAYI ENTREPRENEUR ..................................... 49
A. Profil KH Sholeh Rosyad, MM. ................................. 49
B. Profil KH Ahmad Rifa’i Arief .................................... 51
C. Gambaran Umum Buku
Kiprah Kiyai Entrepreneur ......................................... 59
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA .......................... 68
A. Analisis Wacana Pemikiran Dakwah
dilihat dari Analisis Teks ............................................ 68
1. Struktur Makro ....................................................... 68
2. Suprastruktur/Skematik ......................................... 83
3. Struktur Mikro ....................................................... 90
B. Analisis Wacana Pemikiran Dakwah dilihat dari Kognisi
Sosial .......................................................................... 114
C. Analisis Wacana Pemikiran Dakwah dilihat dari Konteks
Sosial........................................................... ............... 116
BAB V PENUTUP ..................................................................... 119
A. Kesimpulan ................................................................. 119
B. Saran dan Rekomendasi.............................................. 123
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN –LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Model Wacana Teun A. Van Dijk ...................... 23
Tabel 2.2 : Elemen Wacana Teun A. Van Dijk .................... 31
Tabel 4.1 : Temuan Data 1 ................................................... 80
Tabel 4.2 : Temuan Data 2 ................................................... 88
Tabel 4.3 : Temuan Data 3 ................................................... 91
Tabel 4.4 : Temuan Data 4 ................................................... 100
Tabel 4.5 : Temuan Data 5 ................................................... 105
Tabel 4.6 : Temuan Data 6 ................................................... 108
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan media massa dari waktu ke waktu semakin pesat.
Sebagian besar manusia menjadikan media massa sebagai kebutuhan
hidupnya. Maka, sudah seharusnya umat islam memanfaatkan media-
media tersebut untuk mendakwahkan ajaran agama Islam.1
Pada sebuah media cetak, tulisan merupakan sebuah hasil karya
yang tidak akan lekang termakan usia. Berbeda jika hanya
mendengarkan pidato atau ceramah. Pada saat mendengarkan ceramah
mungkin seseorang menjadi lebih bersemangat dan memahami isi dari
pidato tersebut. Akan tetapi lama kelamaan esensi dakwah yang
disampaikan akan hilang karena keterbatasan manusia dalam
mengingat maka akan ada perubahan makna dalam dalam setiap orang
yang mendengar.
KH. Isa Anshari dalam bukunya yang berjudul Mujahid Dakwah
mengatakan bahwa pidato lisan dari seorang orator sesaat dapat
memikat jutaan masa tetapi bisa lepas kemudian tiada membekas dan
1 M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif, (Jakarta: CV Pedoman, 1997), h.
33.
2
menyerap dalam hati. Tulisan atau pena seseorang pengarang cukup
bicara satu kali namun melekat terus dalam hati menjadi buah tutur
setiap hari.2
Buku hadir dalam beberapa model baru yang digunakan sebagai
media untuk menyampaikan sebuah pesan. Sebagian besar buku ditulis
oleh pengarang untuk media pembelajaran, namun tidak sedikit para
penulis yang memanfaatkan buku sebagai media dakwah. Media
dakwah pada buku diyakini memiliki pengaruh bagi sikap dan perilaku
manusia. Buku mampu mengarahkan, membimbing, dan memengaruhi
kehidupan di masa kini dan masa datang. Terkait dengan itu, mayoritas
para ulama telah memanfaatkan karya tulisan dalam aktivitas
dakwahnya. Ulama-ulama besar cukup banyak yang telah
mengabadikan namanya dengan melulis serta mengarang buku sebagai
kegiatan dakwahnya. Seperti halnya, Imam Malik dengan karya
fenomenalnya Al Muwattha, Imam Syafi‟i dengan kitab Al-Umm,
hingga Buya Hamka dengan tafsir Al-Azharnya.
Salah satu buku yang terinspirasi dari kisah perjalanan hidup
seorang tokoh adalah buku “Kiprah Kiyai Entrepreneur” karya Drs. H.
2 Isa Anshori, Mujahid Dakwah, (Bandung : Diponegoro, 1991), h. 34.
3
Sholeh Rosyad, M.M. buku ini menjelaskan perjalanan seorang kiyai
mumtaz dalam menerapkan sebuah pembaharuan dunia pesantren di
Banten.
Buku yang berjudul Kiprah Kiayi “Entrepreneur” karya Drs. H.
Soleh Rosyad berisikan tentang perjalanan dan perjuangan hidup
almarhum bapak Drs. KH. Ahmad Rifa‟i Arief dalam mendidik
masyarakat dan mengembangkan sistem pendidikan pondok pesantren.
Langkah-langkah beliau dalam mengembangkan pendidikan pondok
pesantren patut dicermati bahkan ditauladani. Beliau telah melahirkan
karya besar, bukan dengan kekayaan harta, tapi dengan ilmu dan iman
disertai usaha keras (juhd) yang berorientasi pada pengabdian yang
utuh. Suatu perjuangan yang melelahkan, semoga menjadi contoh baik
bagi generasi muda agar tetap dalam mengembangkan amanat estafet
perjuangan Rasulullah SAW.3
Pada zaman kepemimpinan Rasulullah SAW setiap aktifitas
beliau merupakan proses pendidikan islam itu sendiri. Rasulullah SAW
memiliki peranan penting, beliau dapat merubah masyarakat jahiliyah
menjadi umat terbaik melalui pendidikan. Seperti yang diungkapkan
3 Soleh Rosyad, Kiprah Kiayi Entrepreneur,(Rangkasbitung: La Tansa
Mashiro, 2005), h.7.
4
oleh Ibrahim Amini dalam bukunya bahwa setiap utusan Allah SWT
layaknya para guru sekolah. Yang satu diutus setelah yang lainnya
untuk mengajak manusia berserah diri di hadapan Allah SWT.4
Pendidikan menjadi kunci penting untuk membuka jalan bagi
kehidupan manusia. Dengan demikian, Islam sangat berhubungan erat
dengan pendidikan. Hubungan antara keduanya bersifat organis-
fungsional; pendidikan berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan
Islam, dan Islam menjadi kerangka dasar pengembangan pendidikan
Islam.5 Hasil dari pendidikan Islam akan membentuk jiwa yang tenang,
akal yang cerdas dan fisik yang kuat serta banyak beramal.
Mengenai buku yang diteliti, buku Kiprah Kiyai “Entrepreneur”
mencontohkan sikap istiqomah K.H. Ahmad Rifa‟i Arief dalam
mengembangkan pendidikan. Kata “Kiyai Entrepeneur” mengesankan
bahwa Kiyai Rifa‟i sebagai pedagang (saudagar, pengusaha,
bussinessman, usahawan, wirausahawan) selaras arti kata Entrepeneur
diadopsi dari bahasa Inggris. Istilah inipun terkesan negatif bahwa
Kiyai Rifa‟i “jualan agama” melalui ilmu dan ponpes-ponpesnya. Atau
4 Ibrahim Amini, Mengapa Nabi Diutus,(Jakarta : Alhuda, 2006), h.149.
5 Tedi Priatna, Reaktualisasi Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka
Bani Quraisy, 2004), h. 1.
5
bisa juga Kiyai “Entrepeneur” dimaksudkan bahwa Kiyai Rifa‟i adalah
seorang kiyai dan pedagang, atau seorang pedagang tapi kiayi. Namun
sebenarnya posisi kiyai Rifa‟i teramat sulit dikatakan hanya dalam satu
sisi saja, riwayat lebih menunjukan bahwasannya beliau sebagai
“penuntut ilmu gigih.6
Drs. H. Sholeh Rosyad, M.M. merupakan guru besar sekaligus
pemimpin pondok pesantren La Tansa. Karya tulis yang beliau
terbitkan telah banyak menghiasi berbagai majalah intern pondok
pesantren La Tansa hingga surat kabar harian Banten. Diantaranya,
Majalah Rekayasa BAPEDA Provinsi Banten, Buku ulangtahun
Kabupaten Lebak 2004, serta surat kabar harian Fajar Banten.7
Memahami sebuah tulisan pada buku tentunya tidak akan lepas
dari unsur kebahasaan. Sebagai unsur yang penting, bahasa pada karya
tulis sangat berpengaruh pada kualitas penulisan. Pemilihan bahasa
pada karya tulis merupakan suatu bentuk interaksi sosial. Bahasa dalam
biografi atau perjalanan hidup seseorang biasanya menggunakan bahasa
6 Sholeh Rosyad, Kiprah Kiyai Entrepreneur, (Rangkasbitung : La Tansa
Mashiro, 2005), h.2. 7 Soleh Rosyad, Kiprah Kiyai Entrepreneur, (Rangkasbitung : La Tansa
Mashiro, 2005), h.356.
6
sehari-hari yang merujuk pada kisah seseorang tokoh yang akan
dijadikan sebuah buku.
Buku Kiprah Kiyai “Entrepreneur” karya Drs. H. Sholeh
Rosyad, M.M. mengandung unsur pemikiran dakwah yang harus kita
pahami, dan persamaan perbedaan dalam berbagai pandangan yang
ditulis oleh Drs. H. Sholeh Rosyad, M.M.. Pada gagasan dan pemikiran
Drs. K.H. Ahmad Rifa‟i Arief dalam buku Kiayi Entrepreneur.
Terdapat didalamnya pemikiran dakwah yaitu prinsip-prinsip dakwah
dalam pendidikan harus mengacu kepada Qur‟an dan Sunah Rasul.
Penulis tertarik dengan teori analisis wacana, karena tulisan Drs. H.
Sholeh Rosyad, M.M. lebih bisa dikritisi menggunakan teks.
Adanya suatu keinginan dan dorongan pada penulis lebih jauh
mengenai cara penyajian dan menganalisa suatu pesan dakwah yang
terdapat pada buku tersebut, maka penulis tertarik untuk mengangkat
buku ini dengan judul:
Analisis Wacana Pemikiran Dakwah KH. Ahmad Rifa’i Arief
dalam Buku Kiprah Kiayi “Entrepreneur” Karya Drs. H. Soleh
Rosyad, M.M.
7
B. Batasan Masalah
Agar peneliti lebih terarah dan mempermudah dalam penyusunan,
maka penelitian penulis hanya membatasi pada pemikiran dakwah
dalam buku Kiprah Kiayi “Entrepreneur” karya Drs. H Soleh Rosyad,
M.M. peneliti hanya meneliti pada judul-judul yang terdapat di BAB I
diantaranya pesan dan tekad keras Ayahanda dan Ibunda KH. Ahmad
Rifa‟i Arief, Lilip kecil berbakat memimpin, cita-cita orangtua dan doa
guru, Rifa‟i seorang Kiayi Entrepeneur. Alasan pembatasan masalah
pada lima judul karena peneliti ingin membahas struktur tulisan Drs. H
Soleh Rosyad, M.M serta ingin mengetahui makna serta pemikiran
dakwah “Kiyai Entrepreneur” KH. Ahmad Rifa‟i Arief pada buku
tersebut.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas maka peneliti merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana wacana pemikiran dakwah dilihat dari analisis teks
yang terdapat dalam buku Kiprah Kiayi “Entrepreneur”?
8
2. Bagaimana wacana pemikiran dakwah dilihat dari analisis
kognisi sosial yang terdapat dalam buku Kiprah Kiayi
“Entrepreneur”?
3. Bagaimana wacana pemikiran dakwah dilihat dari analisis
konteks sosial yang terdapat dalam buku Kiprah Kiayi
“Entrepreneur”?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui wacana pemikiran dakwah berdasarkan
analisis teks yang terdapat dalam buku Kiprah Kiayi
“Entrepreneur”.
2. Untuk mengetahui wacana pemikiran dakwah berdasarkan
analisis kognisi sosial yang terdapat dalam buku Kiprah Kiayi
“Entrepreneur”.
3. Untuk mengetahui wacana pemikiran dakwah berdasarkan
analisis konteks sosial yang terdapat dalam buku Kiprah Kiayi
“Entrepreneur”.
9
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini untuk memperkarya ilmu komunikasi
khususnya studi tentang analisis wacana dengan fokus pada
karya sastra. Sehingga secara umum dapat memberi kontribusi
bagi kajian komunikasi dan penyiaran Islam.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini untuk memberikan informasi
pemikiran dakwah yang terkandung dalam buku Kiprah Kiayi
“Entrepreneur”. Serta memberikan inspirasi bagi para peminat
peminat karya sastra dengan muatan pesan dakwah yang
bermanfaat bagi masyarakat Indonesia seperti yang dilakukan
Drs. H. Soleh Rosyad, M.M.
F. Tinjauan Pustaka
1. Sahabudin mahasiwa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dengan
NIM 12051025614 menulis Analisis Wacana Kumpulan
Cerpen BH Karya Emha Ainun Najib, kesamaan teori yaitu
menggunakan teori analisis wacana Teun A. Van Dijk.
10
Penelitian tersebut menggunakan metode kualitatif. Kemudian
teknik pengumpulan data menggunakan research document.
Analisis data menggunakan interpretasi8. Perbedaannya
menggunakan wacana pesan dakwah sedangkan penelitian ini
wacana nilai-nilai Islam.
2. Hasna Fikriyani Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dengan NIM
1111051000125 menulis Analisis Wacana Pesan Moral
Dalam Novel Ada Surga Di Rumahmu Karya Oka Aurora,
kesamaan teori menggunakan teori analisis wacana Teun A.
Van Dijk. Kemudian teknik pengolahan data menggunakan
interpretasi. Perbedaannya, menggunakan wacana pesan moral
sedangkan penelitian ini wacana pesan dakwah9.
3. Ricca Junia Ilprima Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dengan
NIM 1112051000026 menulis Analisis Wacana Pesan
Toleransi Antarumat Beragama dalam Novel Ayat-Ayat Cinta
8Sahabudin, Analisis Wacana Kumpulan Cerpen BH Karya Emha Ainun Najib,
(Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008). 9Hasna Fikriyani, Analisis Wacana Pesan Moral Dalam Novel Ada Surga Di
Rumahmu Karya Oka Aurora (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2016).
11
2 Karya Habiburrahman El Shirazy, kesamaan teori yaitu
menggunakan teori analisis wacana Teun A. Van Dijk.
Penelitian tersebut menggunakan metode kualitatif deskriptif
dengan paradigma kritis. Penelitian ini menggunakan
observasi teks untuk menganalisis Wacana toleransi antarumat
beragama yang terdapat pada teks tersebut10
.
G. Metodologi Peneltian
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan deskriptif
kualitatif yang merupakan suatu teknik yang objektif,
sistematik dengan metode observasi serta menggambarkan
secara kualitatif pernyataan komunikasi yang diungkapkan11
.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah Drs. H. Soleh Rosyad, M.M.
selaku penyusun buku Kiprah Kiayi “Entrepreneur”,
sedangkan objeknya adalah pesan dakwah pada buku tersebut.
10
Ricca Junia Ilprima, Analisis Wacana Pesan Toleransi Antarumat Beragama
dalam Novel Ayat-Ayat Cinta 2 Karya Habiburrahman El Shirazy, (Jakarta:U
niversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016). 11
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 215.
12
3. Tahapan Penelitian
a. Pengumpulan Data
1.) Observasi teks, yaitu pengamatan untuk menganalisis
makna pemikiran dakwah yang terdapat dalam teks
tersebut. Peneliti menghimpun data-data dan literatur.
2.) Wawancara, untuk mengumpulkan dan menguatkan data
dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada
penulis atau tim manajemen buku Kiprah Kiayi
“Entrepreneur” karya Drs. H. Soleh Rosyad, M.M. dan
juga kepada beberapa pembaca buku Kiprah Kiayi
“Entrepreneur”.
b. Pengolahan Data
Pengolahan data disesuaikan dengan kerangka
analisis wacana Teun A. Van Dijk. Dilihat dari struktur teks
yang masing-masing bagian saling mendukung.12
Dalam
dimensi kognisi sosial difokuskan bagaimana suatu teks
diproduksi, sedangkan konteks sosial difokuskan
bagaimana suatu teks dihubungkan lebih jauh dengan
12
Alex Sobur, Analisis Teks Medi, (Bandung: Rosdakarya, 2004) h. 70
13
struktur sosial dan pengetahuan yang berkembang dalam
publik atas suatu wacana.13
Kemudian peneliti akan
melakukan interpretasi berdasarkan temuan data dalam
teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.
c. Analisis Data
Menafsirkan temuan data dianalisis berdasarkan
kerangka teori.
H. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini peneliti membagi pembahasan
menjadi lima bab yang meliputi:
BAB I : Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang,
Batasan danm Rumusan Masalah, Tujuan
Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka,
Kajian Teori, Metodologi Penelitian, dan
Sistematika Penulisan.
BAB II : Kajian Teori, membahas tentang Analisis
Wacana, Analisis Wacana Teun A. Van Dijk,
13
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media,(Yogyakarta:
LKsi, 2001). h. 221
14
pengertian Dakwah, dan pengertian Pemikiran
Dakwah.
BAB III : Gambaran Umum, berisi tentang Profil Drs. H.
Soleh Rosyad, M.M, Latar Belakang Keluarga
Pengalaman Kerja Drs. H. Soleh Rosyad, M.M,
Karya-Karya Drs. H. Soleh Rosyad, M.M,
Sinopsis Buku Kiprah Kiayi “Entrepreneur”.
BAB IV : Temuan dan Analisis Data, berisi Analisis
Wacana Pemikiran Dakwah dalam buku Kiprah
Kiayi “Entrepreneur” Dilihat dari Aspek-
Aspek Pemikiran Dakwah, Kognisi Sosial,
Konteks Sosial, dan Pemikiran Dakwah dalam
buku Kiprah Kiayi “Entrepreneur”.
BAB V : Penutup, berisi tentang kesimpulan dari
paparan jawaban dari hasil penelitian secara
menyeluruh. dan berisi saran dari hasil penelitian
yang telah ditemukan.
15
BAB II
KAJIAN TEORITIS ANALISIS WACANA DAN PEMIKIRAN
DAKWAH
A. Analisis Wacana dan Konsep Wacana Teun A. Van Dijik
1. Pengertian Wacana
Wacana dalam bahasa inggris adalah discourse. Kata
discourse berasal dari kata latin, yang berarti kian-kemari
(yang diturunkan dari dis-„ dari, dalam arah yang berbeda‟.
Dub currer „lari‟). Secara etimologi istilah wacana berasal dari
bahasa sangsakerta yaitu wac/wak/vak yang artinya „berkata‟
atau „berucap‟. Kemudian kata „ana‟ yang berada dibelakang
adalah bentuk sifiks (akhiran) yang bermakna „membedakan‟
(nominalisasi). Kata tersebut mengalami perubahan menjadi
wacana. Jadi, kata wacana sendiri dapat diartikan sebagai
perkataan atau tuturan.14
Secara terminologi, wacana memiliki arti yang sangat
luas. Luasnya makna wacana disebabkan oleh perbedaan
14
Mulyana, Kajian Wacana : Teori, Metode dan Aplikasi, Prinsip-prinsip
Analisis Wacana (Yogyakarta : Tiara Wacana, 2005), h.3.
16
lingkup dan disiplin ilmu yang memakai istilah wacana
tersebut, mulai dari studio bahasa, psikologi, politik,
komunikasi, dan sastra. Dari segi formal, wacana mencakup
aneka macam yang klarifikasinya kadang-kadang kontrovesial
sehingga banyak orang cenderung menganggap semua bentuk
ekspresi verbal sebagai wacana.15
Analisis wacana adalah studi tentang struktur pesan
dalam komunikasi, menelaah mengenai aneka fungsi
(pragmatik) bahasa.16
Kita menggunakan bahasa dalam
kesinambungan atau untaian wacana. Analisis wacana juga
dapat diartikan sebagai suatu pencarian prinsip-prinsip yang
digunakan oleh komunikator aktual prespektif mereka; tidak
mempedulikan ciri/sifat psikologis tersembunyi atau fungsi
otak, namun terhadap problema percakapan sehari-hari yang
kita kelola dan kita pecahkan.
15
Alex Sobur, Analisis Teks Media,( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001),
h.9. 16
Alex Sobur, Analisis Teks Media,( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001),
h.48.
17
Analisis wacana secara konseptual merujuk kepada
upaya mengkaji pengaturan bahasa atas kalimat, mengkaji
suatu kebahasaan yang lebih luas. Jadi analisi wacana adalah
studi tentang pengkajian fungsi bahasa secara sistematis
antara kalimat, teks, dan konteks, sehingga makna atau pesan
yang terkandung dalam kalimat tersebut dapat diungkap
dengan jelas.17
2. Konsep Wacana
Analisis wacana dalam studi lingusitik merupakan reaksi
dari bentuk lingusitik formal yang lebih memperhatikan pada
unit kara, frase, atau kalimat semata tanpa melihat
keterkaitan diantara unsur tersebut. Analisis wacana adalah
kebalikan dari linguistik formal, karena memusatkan
perhatian pada level di atas kalimat, seperti hubungan
gramatikal yang terbentuk pada level yang lebih besar dari
kalimat dan bahasa adalah aspek sentral dari penggambaran
17 Hery Guntur Tarigan, Pengajaran Wacana, (Bandung : Angkasa, 1993),
h.24.
18
suatu objek dan lewat bahasa ideologi terserap didalamnya,
maka aspek inilah yang dipelajari dalam analisis wacana.18
Analisis wacana merupakan suatu metode yang
menitikberatkan pada kajian tentang teks yang memiliki
fungsi untuk mengetahui struktur pesan dalam komunikasi
suatu teks. Analisis wacana menekankan pada, bagaimana
pentingnya ideologi berita merupakan bagian paket dari
metode yang digunakan untuk memproses berita “how the
idheologival significance of news is part of parcel of the
methods used to process news.”19
Sebuah produksi tulisan yang digunakan pada buku
Kiprah Kiayi “Entrepreneur” karya Drs. H Soleh Rosyad,
M.M. mengandung pemikiran-pemikiran yang sarat makna
dan tidak hanya terlihat pada serangkaian struktur kalimat.
Tetapi terdapat pada seluruh badan teks. Serangkaian makna
inilah yang menjadi tujuan dari analisis wacana, karena
18 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media, (Yogyakarta : Lkis
Yogyakarta, 2001), h. 5.
19
Tuchman dalam Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2004), h. 48.
19
makna yang terdapat dalam suatu teks tidak menutup
kemungkinan menyimpan makna tersembunyi yang kerap
menimbulkan bias, dalam makna tersembunyi inilah ada
pergulatan ideologi.
Wacana merupakan praktik sosial (mengkonstruksi
realitas) yang menyebabkan sebuah hubungan dialektis
antara peristiwa yang diwacanakan dengan konteks sosial,
budaya, ideologi tertentu.20
Dalam tulisan Zhondang Pan
Gerald M. Kosicki yang berjudul Framing Analysis : an
Approach to News Discourse dikatakan bahwa wacana media
merupakan proses kesadaran sosial yang meliatkan tiga
pemain yaitu sumber-sumber berita, para wartawan dan
khalayak.21
Menurut Collins English Dictionary, wacana adalah
komunikasi verbal, ucapan dan percakapan. Sedangkan
menrut J.S. Badudu, wacana merupakan rentetan kalimat
20Rachmat Kriyantono, Teknik & Praktik Riset Komunikasi, (Jakarta :
Kencana, 2006), h.
258.
21
Fathudin Zen, NU Politik – Analisis Wacana Media, (Yogyakarta : LKIS,
2004), h. 91.
20
yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu
dengan yang lainnya, membentuk satuu kesatuan sehingga
terbetuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu.22
Hubungan antarunsur yang membentuk wacana
dinyatakan oleh Moeliono, dkk adalah apa yang disebut
rentetan kalimat yang berkaitan sehingga terbentuklah makna
yang serasi di antara kalimat-kalimat itu. Pemahaman
wacana yang menekankan unsur kerkaitan kalimat-kalimat,
di samping hubungan proposisi sebagai landasan berpijak,
mengisyaratkan bahwa konfigurasi makna yang menjelaskan
isi komunikasi pembicaraan sangat berperan dalam informasi
yang ada pada wacana.
Wacana dikatakan pula sebagai salah satu istilah umum
dalam contoh pemakaian bahasa, yakni bahasa yang
dihasilkan oleh tindak komunikasi. Tata bahasa dikatakannya
mengacu pada kaidah-kaidah pemakaian bahasa, pada bentuk
unit-unit gramatikal, seperti ; frase, klausa dan kalimat,
22Abdul Rani, Analisis Wacana Sebuah Kajian, (Malang, Bayu Media,
2004), h. 4.
21
sedangkan wacana mengacu pada unit-unit bahasa yang lebih
besar, seperti paragraf-paragraf, percakapan dan
wawancara.23
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
wacana adalah bentuk komuikasi yang disusun dengan
kalimat yang sistematis dan memiliki makna yang tidak bisa
terlepas dari teks dan konteks.
3. Kerangka Wacana Teun Van Dijk
Banyak model yang dikembangkan oleh para ahli
bahasa dalam pembahasaan wacana. Eriyanto dalam buku
Analisis Wacana sempat menyebutkan beberapa model
analisis wacana yang dikembangkan oleh Roger Fowler dkk,
Theo Van Leeuween, Sara Mils, Norman Fairloch dan model
Van Dijk. Model terakhir inilah yang sering digunakan untuk
menganalisis suatu media karena Van Dijk mengelaborasi
elemen-elemen sehingga bisa diaplikasikan secara praktis.24
23Prof. Dr. Hj. T. Fatimah Djajasudama, Wacana : Pemahaman dan
Hubungan Antarunsur ,(Bandung: Mengger Girang, 2006), h. 3.
24
Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001),
h. 73.
22
Dalam penelitian ini model yang digunakan untuk
menganalisis teks pada buku Kiprah Kiayi “Entrepreneur”
adalah model Teun Van Dijk.
Model yang dipakai Van Dijk ini sering disebut sebagai
“kognisi sosial”. Menurut Van Dijk penelitian atas wacana
tidak hanya didasarkan atas analisis teks semata, karena teks
merupakan hasil dari suatu praktik produksi yang harus
diamati.
Kelebihan analisis wacana dari model Van Dijk
merupakan penelitian wacana yang tidak menganalisis teks
semata namun melihat bagaimana struktur sosial, dominasi
dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan
bagaimana kognisi atau pikiran serta kesadaran yang
membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu.25
Wacana model Van Dijk mengutamakan tiga dimensi yaitu
teks sosial, kognisi sosial, dan konteks sosial yang
membentuk satu kesatuan.
25Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta :
Lkis Yogyakarta, 2001), h. 224.
23
Konteks Sosial
Kognisi Sosial
Teks
Model analisis Van Dijk digambarkan sebagai berikut :
Tabel 2.1
a. Kerangka Analisis Wacana dalam Dimensi Teks
Kerangka analisis wacana dalam dimensi teks dibedakan
menjadi tiga tingkatan yaitu sebagai berikut :
1) Struktur Makro
Struktur Makro mengamati apa yang dikatakan oleh para
tokoh dalam buku Kiprah Kiayi “Entrepreneur”. Struktur
makro merupakan makna global/ umum dari suatu teks yang
dapat diamati dengan melihat topik dari topik suatu teks. Van
Dijk mendefinisikan topik sebagai struktur makro dari suatu
24
wacana. Dari topik kita dapat mengetahui tindakan yang
diambil dari komunikator dalam mengatasi suatu masalah.
Tema wacana ini bukan hanya isi, tetapi juga sisi tertentu
dari suatu peristiwa.
Tingkatan pertama ini diamati dari segi tematik. Secara
harfiah tema berarti “sesuatu yang telah diuraikan” atau
sesuatu yang telah ditempatkan. Kata ini berasal dari kata
Yunani tithenai yang berarti ”menempatkan” atau
“meletakkan”. Tema adalah suatu amanat utama yang
disampaikan oleh penulis melalui tulisannya. Kata tema
sering dibandingkan dengan topik. Topik dari suatu wacana
memainkan peranan penting yang menunjukkan informasi
atau inti pesan yang ingin disampaikan oleh komunikator.
Elemen tematik menunjukkan gambaran umum dari suatu
teks.26
Teks tidak hanya didefinisikan untuk mencerminkan
suatu pandangan tertentu tetapi semua pandangan yang
26Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001),
h. 75.
25
koheren. Van Djijk menyebut hal ini sebagai koherensi
global yaitu bagian-bagian teks yang saling mendukung satu
sama lain untuk menggambarkan topik.27
2) Superstruktur
Tingkatan kedua ini merupakan kerangka suatu teks
yang mengamati bagaimana struktur dan elemen disusun
secara utuh dalam suatu teks atau bisa disebut dengan
skematik.28
Dalam sebuah buku umumnya memiliki alur dari
pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan
bagaimana bagian-bagian teks disusun dan diurutkan
sehingga membentuk kesatuan arti.29
Bagian superstruktur
yang diamati adalah skematik.
Struktur skematik ini memberikan penekanan pada apa
yang ingin didahulukan dalam suatu teks dan bagian mana
yang bisa dijadikan sebagai strategi untuk menyembunyikan
27 Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta
: Lkis Yogyakarta, 2001), h. 230.
28
Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001),
h. 74.
29
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta :
Lkis Yogyakarta, 2001), h. 230.
26
informasi penting. Skematik mungkin merupakan strategi
dari komunikator untuk mendukung makna umum dengan
memberikan sejumlah alasan pendukung. Bentuk wacana
skematik ini disusun dengan pembagian umum seperti
pendahuluan, isi dan kesimpulan.30
Dalam sebuah buku
biasanya diistilahkan sebagai berikut :
a) Babak Awal
b) Konflik
c) Resolusi
3) Struktur Mikro
Struktur Mikro merupakan makna wacana yang dapat
diamati dengan menganalisis kata, kalimat, proposisi, anak
kalimat, parafrase yang dipakai dan sebagainya. Tingkatan
ketika ini mencari makna dengan mengamati semantik,
sintaksis, stilistik, dan retoris.
30Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001),
h. 76.
27
a) Semantik
Semantik adalah disiplin ilmu bahasa yang menelaah
makna satuan lingual, baik makna leksikal maupun
gramatikal. Makna leksikal adalah makna unit semantik
terkecil yang disebut dengan leksem sedangkan gramatikal
adalah makna yang terbentuk dari penggabungan satuan
kebahasaan. semantik dalam skema Van Dijk dikategorikan
sebagai makna lokal yakni makna yang muncul dari
hubungan antarkalimat, hubungan antarproposisi, yang
membangun makna tertentu dalam sebuah teks.
Elemen yang terdapat dalam semantik adalah Latar,
detail dan maksud. Latar merupakan elemen wacana yang
dapat menjadi alasan pembenar gagasan yang diajukan dalam
suatu teks. Latar sebuah peristiwa dipakai untuk
menyediakan latar belakang hendak kemana makna suatu
teks akan dibawa. Elemen wacana detail behubungan dengan
kontrol informasi yang ditampilkan seorang komunikator.
Elemen maksud melihat apakah teks itu disampaikan secara
ekspilist atau tidak, apakah fakta disajikan secara telanjang
28
atau tidak. Umumnya informasi yang menguntungkan
komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas.31
b) Sintaksis
Kata sintaksis berasal dari kata Yunani (sun = “dengan”
+ tattein = “menempatkan”) yang berarti memiliki makna
menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok
kata atau kalimat. Sintaksis ialah bagian atau cabang dari
ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana,
kalimat, klausa dan frase.32
Dalam elemen sintaksis ada beberapa strategi elemen
yang mendukung. Pertama, koherensi yaitu pertalian atau
jalinan antarkata, proposisi, atau kalimat. Dua buah kalimat
atau proposisi yang menggambarkan fakta yang berbeda
dapat dihubungkan dengan memakai koherensi sehingga
fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi
berhubungan ketika komunikator menhubungkannya.
31 Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta
: Lkis Yogyakarta, 2001), h. 235.
32
Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001),
h. 76.
29
Kedua, bentuk kalimat yaitu bentuk sintaksis yang
berhubungan dengan cara berpikir logis yaitu prinsip
kausalitas dan logika kausalitas. Bentuk kalimat ini bukan
hanya persoalan teknis kebenaran tata bahasa, tetapi
menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat.
Ketiga, elemen lain adalah kata ganti yaitu elemen untuk
memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas
imajinatif. Dalam analisis wacana, kata ganti merupakan alat
yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukkan di mana
posisi seseorang dalam wacana.
c) Stilistik
Stilistik adalah cara yang digunakan seorang penulis
untuk menyatakan maksudnya dengan menggunakan bahasa
sebagai sarana atau bisa diartikan sebagai gaya bahasa. Gaya
bahasa terdapat dalam segala ragam bahasa lisan dan tulisan,
ragam nonsastra dan sastra karena gaya bahasa adalah cara
menggunakan bahasa dalam konteks tertentu oleh orang
tertentu untuk maksud tertentu. Gaya bahasa mencakup diksi
30
atau pilihan leksikal, struktur kalimat, majas dan citraan, pola
rima, matra yang terdapat dalam sastra.33
d) Retoris
Strategi dalam level retoris ini adalah gaya yang
diungkapkan ketika seseorang berbicara atau menulis.
Retoris mempunyai fungsi persuasif. Strategi retoris ini
muncul dalam bentuk interaksi, yakni bagaimana pembicara
menempatkan atau memposisikan dirinya di antara khalayak.
Apakah memakai gaya formal, informal atau santai.
Dalam suatu wacana, seorang komunikator tidak hanya
menyamapikan pesan pokok, tapi juga kiasan, ungkapan,
metafora sebagai ornamen atau bumbu dari petunjuk utama
untuk mengerti makna suatu teks.
Dari elemen wacana yang dikemukakan oleh Van Dijk
ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Tabel 2.2
33 Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001),
h. 83.
31
Struktur Wacana Hal Yang Diamati Elemen
Struktur Makro Tematik, (Apa yang
dikatakan)
Topik
Superstruktur Skematik,
(Bagaimana pendapat
disusun dan dirangkai)
Skema
Struktur Mikro Sinteksis, (Bagaimana
pendapat disampaikan)
Latar, Detil, Maksud,
Peranggapan
Struktur Mikro Stalastik, (Bagaimana
pilihan kata yang
dipakai dalam teks
berita/buku)
Leksikon
Struktur Mikro Retoris, (Bagaimana
dan dengan cara apa
penekanan dilakukan)
Grafis, Metafora,
Ekspresi
32
b. Analisis Wacana dari Dimensi Kognisi Sosial
Analisis wacana dari dimensi kognisi sosial adalah
memahami proses terbentuknya teks. Proses terbentuknya
teks tidak hanya bermakna bagaimana suatu teks itu
dibentuk, tetapi juga proses ini memasukan informasi yang
digunakan untuk menulis dari suatu bentuk wacana tertentu.
Analisis kognisi sosial dipaparkan dengan tujuan untuk
menemukan struktur mental komunikator ketika memahami
suatu peristiwa yang dibuat.
Menurut Van Dijk, analisis kognisi sosial memusatkan
perhatian pada struktur mental, proses pemaknaan dan
mental komunikator dalam memahami sebuah fenomena dari
proses produksi sebuah teks (berita, cerita dan sebagainya).34
c. Analisis Wacana dari Dimensi Konteks Sosial
Menurut Van Dijk, wacana yang terdapat dalam sebuah
teks merupakan bagian dari wacana yang berkembang dalam
masyarakat, sehingga untuk meneliti suatu teks perlu
34 Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta
: Lkis Yogyakarta, 2001), h. 266-267.
33
dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana
wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikontruksi dalam
masyarakat.35
Analisis wacana model Van Dijk dailihat dari kognisis
sosial dan konteks sosial memiliki dua arti yang menunjukan
bagaimana proses pembuatan novel dan menggambarkan
bagaimana nilai-nilai masyarakat yang diserap oleh penulis.
B. Pengertian Pemikiran Dakwah
1. Pemikiran
Pemikiran dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia,
diartikan sebagai cara atau hasil berfikir. Berasal dari kata
dasar “pikir”, yang dalam kamus bahasa Indonesia berarti akal
budi, ingatan, angan-angan. Dengan mendapatkan imbuhan
pe-an dalam tata Bahasa Indonesia menunjukkan suatu atau
perbuatan, maka “pemikiran” dapat diartikan cara atau hasil
35 Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta
: Lkis Yogyakarta, 2001), h. 271.
34
berfikir terhadap sesuatu, sehingga melahirkan gagasan,
ideide, atau konsep yang tertuang dalam bentuk tulisan.36
Menurut Poespoprodjo dalam bukunya menjelaskan
bahwa pemikiran adalah aksi (act) yang menyebabkan pikiran
mendapatkan pengertian baru dengan perantara hal yang sudah
diketahui.37
Sebenarnya yang beraksi disini bukanlah hanya
pikiran atau akal budi, melainkan sesungguhnya keseluruhan
diri manusia (the whole man). Selanjutnya, proses pemikiran
adalah suatu pergerakan mental dari satu hal menuju hal lain
dari apa yang sudah diketahui menuju hal yang belum
diketahui.
Pemikiran merupakan suatu buah, dimana sumbernya
terdapat dalam akal, dalam kalbu, dalam jiwa, dalam roh,
dalam batin. Yang terpenting dari pemikiran adalah hasil guna
dan buahnya. Firman Allah QS. Ar-Ra‟ad: 19.
36
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,( Jakarta:
Balai Pustaka, 2002), h.767. 37
W. Poespoprodjo, Filsafat Moral, (CV Pustaka Grafika, 1999), h.178.
35
ا ا اعمى هو كمن الق ربك من اليك انزل افمن ي علم ان اولوا ي تذكر ان
اللباب
Artinya: “Maka apakah orang yang mengetahui bahwa
apa yang diturunkan Tuhan kepadamu adalah kebenaran, sama
dengan yang buta? Hanya orang yang berakal saja yang dapat
mengambil pelajaran” (QS. Ar-Ra‟ad: 19).38
2. Pengertian Dakwah
Secara bahasa dakwah berasal dari kata yang berarti
memanggil, mengundang, minta tolong kepada berdoa,
memohon, mengajak kepada sesuatu, mengubah dengan
perkataan, perbuatan, dan amal. Secara istilah, para ahli
memiliki tafsir yang berbeda sesuai dengan sudut pandang
dalam memberikan pengertian dakwah. Berikut pengertian
menurut pendapat, diantaranya:
1) Menurut M. Abu al-Fath al-Bayanuni, dakwah adalah
menyampaikan dan mengajarkan Islam kepada
38
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya: edisi yang disempurnaka,
(Jakarta: Departemen Agama RI, 2009), h.93.
36
manusia serta menerapkannya dalam kehidupan
manusia.
2) Menurut Taufik Al-Wa‟i, dakwah adalah mengajak
kepada pengesaan Allah dengan menyatakan dua
kalimat syahadat dan mengikuti manhaj Allah di
muka bumi baik perkataan maupun perbuatan,
sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan
Sunnah, agar memperoleh agama yang diridhai-Nya
dan manusia memperoleh kebahagiaan dunia dan
akhirat.
3) Menurut Al-Bahy al-Khuli, dakwah adalah mengubah
situasi kepada yang lebih baik dan sempurna, baik
terhadap individu maupun masyarakat
Islam adalah agama dakwah yaitu agama yang
menugaskan umatnya untuk menyebarkan dan menyiarkan
Islam kepada seluruh umat manusia.39
Usaha untuk
menyebarluaskan Islam begitu pula untuk merealisir ajarannya
ditengah-tengah kehidupan manusia adalah merupakan usaha
39 Shaleh, Management Dakwah Islam, (Jakarta : Bulan Bintang,1977), h.1.
37
dakwah, yang dalam keadaan bagaimanapun dan di manapun
harus dilaksanakan oleh umat manusia.
Peran dakwah sebagai fungsi kerisalahan, berarti setiap
usaha untuk mengkonstruksikan suatu tatanan masyarakat
yang mengandung unsur-unsur jahiliyah agar menjadi
masyarakat yang islami, sehingga dakwah juga sebagai
islamisasi seluruh kehidupan manusia.
Dalam berdakwah, kita selalu meneladani Rasulluah
SAW, sebagai pembawa rahmat dan hidayah. Dakwah
melanjutkan kehidupan Islami bertujuan untuk
mengembalikan kaum muslimin kepada pengalaman seluruh
hukum Islam di bidang aqidah, ibadah, akhlak, makanan,
minuman, pakaian, muamalah, (politik pemerintah, ekonomi,
pendidikan, sosial). Dari segi individu, dakwah atau
pembinaan kepada umat bertujuan untuk membentuk seorang
Muslim yang berkepribadian Islam.40
40
M. Ismail Yustanto, Islam ideologi: refleksi cendikiawan muda,( Jakarta :
Al-Izzah 1998), h.2
38
Sesungguhnya dakwah merupakan urusan besar dan
agung, karena ia selalu mengawasi manusia, hidup dan
matinya, bahagia dan celaka serta pahala dan siksanya. Yang
menjadi masalah, apakah risalah ini telah disampaikan kepada
manusia untuk kemudian diterima dan diikuti, sehingga
menjadi alasan bagi manusia dihadapan Rabb-nya, dan
menjadi penyebab kecelakaannya di dunia. Mereka beralasan
bahwa kesesatannya tergantung pada pundak orang yang
diberi amanah dan telah menyampaikan risalah dan mereka
terus berjalan menuju Rabb-nya dengan tulus (ikhlas).
Dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu da‟a-yad‟u-
da‟watan, artinya mengajak, menyeru, memanggil. Amin
mengutip pendapat Warson Munawwir, menyebutkan bahwa
dakwah artinya adalah memanggil (to call), mengundang (to
invite), mengajak (to summon), menyeru (to propose),
mendorong (to urge) dan memohon (to pray).41
Sementara itu
menurut istilah Saputra mengutip pendapat para tokoh
diantaranya, Prof. Toha Yahya Oemar menyatakan bahwa
41
Amin Samsul Munir, IIlmu Dakwah,( Jakarta : Amzah, 2009), h.1.
39
dakwah Islam sebagai upaya mengajak umat dengan cara
bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah
Tuhan untuk kemaslahatan di dunia dan akhirat.42
Pengertian dakwah menurut para ahli;
1) Syaikh Ali Makhfudz, dalam kitabnya Hidayatul
Mursyidin memberikan definisi dakwah sebagai
berikut; yaitu, mendorong manusia agar berbuat
kebaikan dan mengikuti petunjuk (hidayah), menyeru
mereka berbuat kebaikan dan mencegah dari
kemungkaran, agar mereka mendapat kebahagian di
dunia dan akhirat.
2) Prof. Dr. Hamka mendefinisikan, dakwah adalah
seruan panggilan untuk menganut suatu pendirian
yang ada dasarnya berkonotasi positif dengan
subtansi terletak pada aktivitas yang mementingkan
amar ma‟ruf nahi munkar.
42
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2011), h. 1-2
40
3) Prof. H.M. Arifin, M. Ed mendefinisikan dakwah
sebagai ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan,
tingah laku dan sebagaimana secara sadar dan
berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain
baik secara individual maupun secara kelompok agar
timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran,
sikap, penghayatan serta pengamalan terhadap ajaran
agama sebagai messege yang di sampaikan kepadanya
dengan tanpa adanya unsur-unsur pemaksaan.43
4) Amrullah Ahmad mengatakan bahwa, dakwah Islam
merupakan aktualisasi imani (theologis) yang
dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan
manusia beriman dalam bidang kemasyarakatan yang
dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara
mereka, berfikir, bersikap, dan bertindak manusia
pada tataran kenyataan individual dan sosio-kultural
dalam rangka mengusahakan terwujudnya Islam
43
Amin Samsul Munir, IIlmu Dakwah,( Jakarta : Amzah, 2009), h.3.
41
dalam semua segi kehidupan dengan menggunakan
cara tertentu.44
5) Menurut Dr. M. Quraisy Shihab dakwah adalah
seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha
mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan
sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyrakat.
Perwujudan dakwah bukan sekadar usaha
peningkatan pemahaman dalam tingkah laku dan
pendangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran
hidup yang lebih luas.
6) Menuru Ibnu Taimiyah, dakwah merupakan suatu
proses usaha untuk mengajak agar orang beriman
kepada Allah, percaya dan mentaati apa yang telah
diberikan oleh rasul serta mengajak agar dalam
menyembah kepada Allah seakanakan melihat-Nya.45
Apabila diperhatikan hakikat dakwah terdapat tiga unsur
pokok yaitu: Pertama, At-Taujih, yaitu memberikan tuntutan
dan pedoman serta jalan hidup mana yang harus dilalui oleh
44
Amin Samsul Munir, IIlmu Dakwah,( Jakarta : Amzah, 2009), h.3-4. 45
Samsul Munir Amin, IIlmu Dakwah,( Jakarta : Amzah, 2009), h.5.
42
manusia dan jalan mana yang harus dihindari, sehingga
nyatalah jalan hidayah dan jalan yang sesat. Kedua, At-
Taghyir, yaitu mengubah dan memperbaiki keadaan seseorang
atau masyarakat kepada suasana hidup yang yang baru yang
didasarkan pada nilai-nilai Islam. Ketiga, At-Tarjib, yaitu
memberikan pengharapan akan sesuatu nilai agama yang
disampaikan.
Dalam hal ini dakwah harus mampu menunjukkan nilai
apa yang terkandung di dalam suatu perintah agama sehingga
dirasakan sebagai suatu kebutuhan vital dalam kehidupan
masyarakat. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa pemikiran
dakwah merupakan suatu format pembinaan bagi suatu
program dakwah transmisi, transformasi, dan sosialisasi.
Dalam setiap pemikiran dakwah harus memiliki landasan yang
sesuai dengan tuntunan dan ajaran islam guna menjadikan
perilaku muslim dalam menjalankan syariat Islam sebagai
agama rahmatan lil alamin yang harus didakwahkan kepada
seluruh manusia, yang dalam prosesnya melibatkan unsur: da‟i
(subjek), maadah (materi), Thorigoh (metode), washilah
43
(media), dan mad‟u (objek) dalam mencapai maqashid
(tujuan) dakwah yang melekat dengan tujuan Islam yaitu
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Sebagaimana Allah SWT dan Rasulullah Saw telah
memerintahkan kepada umatnya agar percaya pada Islam dan
mewujudkan ajaran yang dipercayainya itu dalam segala segi
kehidupan.46
C. Buku Sebagai Media Dakwah
Kata media berasal dari bahasa Latin median yang
merupakan bentuk jamak dari medium. Secara etimologi yang
berarti alat perantara. Wilbur Schramn mendefinisikan media
sebagai teknologi informasi yang dapat digunakan dalam
pengajaran. Secara lebih spesifik, yang dimaksud dengan media
adalah alat-alat fisik yang menjelaskan isi pesan atau pengajaran,
seperti buku, film, video kaset, slide, dan sebagainya.47
Salah satu
alat atau sarana untuk menyampaikan sesuatu pesan (Message)
atau informasi adalah media cetak.
46
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2011), h.2-3. 47
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), hal. 113.
44
Media cetak memiliki arti yaitu sebuah alat atau sarana
untuk menyampaikan pesan atau informasi, dalam sebuah tulisan.
Salah satunya adalah buku. Buku dalam bentuk yang paling
sederhana dikenal sebagai sarana komunikasi dalam ragam
tulisan. Pada awalnya buku dirancang dan dipergunakan sebagai
media komunikasi yang dibuat dengan simbol-simbol tersendiri
yang bermaknakan perasaan, pikiran, gagasan, atau pengetahuan
penulisnya untuk disampaikan kepada orang lain atau untuk
dirinya sendiri. Adapun dari segi fungsinya, buku sebagai sarana
untuk melestarikan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni. Adapun yang dimaksud dengan media
(wasilah) dakwah yaitu alat yang dipergunakan untuk
menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam) kepada mad‟u.48
Dengan demikian, para uama terdahulu telah memanfaatkan
sarana tersebut untuk melakukan aktivitas dakwahnya. Sebagian
besar para ulama menyampaikan pemikiran dakwahnya dalam
bentuk karya tulisan, mengajak kepada kebaikan sesuai dengan
ajaran Allah. Keunggulan media tersebut digunakan para ulama
48
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hal. 120.
45
dalam menyampaikan pesan dakwah secara halus dan menyentuh
hati tanpa merasa digurui.
Pada keunggulan lainnya, media cetak dalam bentuk buku
dapat bertahan lama, dan menjangkau masyarakat secara luas
menembus ruang dan waktu. Para da‟i atau ulama penulis cukup
banyak yang telah mengabadikan namanya dengan menulis dan
mengarang buku sebagai kegiatan dakwahnya. Seperti halnya
Imam Al-Ghazali menulis Ihya‟ „Ulumuddin, Imam Nawawi
menulis Riyadh Ash-Shalihin, dan lain-lain.49
Buku dapat
dibedakan dari jenis isinya, penggunaan, dan sasarannya. Maka,
dengan demikian berbagai macam kemasan dibentuk oleh para
ulama dalam menyampaikan pesan dakwahnya, sehingga isi
pesan tersebut dapat mencapai sasaran dan tujuannya kepada
khalayak.
D. Kiyai Entrepreneur
Kiyai merupakan sebutan dari seorang tokoh agama. Peran
seorang kiyai pada umumnya adalah sebagai panutan bagi umat
muslim, penuntun serta pengarah dalam segi keagamaan. Oleh
49
Maya Rini Handayani, Teknologi Informasi Dan Komunikasi, (Semarang,
CV. Karya Abadi Jaya : 2015), h.153-154.
46
karenanya, masyarakat muslim memberikannya gelar kiyai
kepada seorang tokoh yang ahli dalam ilmu keagamaan. Kiyai
adalah seorang pemimpin dalam bidang ilmu agama islam dengan
ilmu agama yang plus. Kiyai memberikan tuntunan kepada
masyarakat dengan berakhlak baik sesuai dengan ajaran agama
Islam.
Saiful Akhyar Lubis, menyatakan dalam bukunya bahwa
“Kyai adalah tokoh sentral dalam suatu pondok pesantren, maju
mundurnya pondok pesantren ditentukan oleh wibawa dan
kharisma sang kyai. Karena itu, tidak jarang terjadi, apabila sang
kyai disalah satu pondok pesantren wafat, maka pamor pondok
pesantren tersebut merosot karena kyai yang menggantikannya
tidak sepopuler kyai yang telah wafat itu”.50
Entrepreneur dalam bahasa indonesia adalah
kewirausahaan. Secara umum entrepreneur dapat diartikan
sebagai proses yang diterapkan oleh seseorang dengan kreativitas
dan inovasi untuk memecahkan persoalan serta memperbaiki
50 Saiful Akhyar Lubis, Konseling Islami Kyai dan Pesantren, (Yogyakarta,
eLSAQ Press, 2007), h. 169.
47
kehidupannya.51
Seorang wirausaha memiliki jiwa yang berani
mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai
kesempatan. Mental mandiri dan berani dalam memulai usaha
merupakan kunci sukses seorang wirausaha.
KH Ahmad Rifa‟i Arief adalah seorang kiyai sekaligus
pendiri beberapa pondok pesantren modern serta perguruan tinggi
di daerah Banten. KH Ahmad Rifa‟i Arief melalui pemikiran dan
ideologinya berhasil mengaplikasikan sebuah pembaharuan dunia
pesantren di Banten. Karya-karya dalam membangun pondok
pesantren modern serta pondok pesantren wisata menunjukan KH
Ahmad Rifa‟i Arief memiliki jiwa entrepreneur.52
Kata “Kiyai Entrepreneur” pada judul buku biografi KH.
Ahmad Rifa‟i Arief menegaskan bahwa beliau sebagai seorang
pedagang, selaras arti kata dari Entrepreneur yang diadopsi dari
bahasa inggris. Istilah seperti ini terkesan negatif bahkan pejoratif
bahwa Kiyai Rifa‟i “jualan agama” melalui ilmu dan pondok
pesantrennya. Namun makna tersebut tidak tertuju hanya pada
51
Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta : Rajawali Pers, 2006), h.20.
52 Soleh Rosyad, Kiprah Kiayi Entrepreneur,(Rangkasbitung: La Tansa
Mashiro, 2005), h. 3.
48
pemaknaan dalam bahasa saja. Akan tetapi, sejarah hidupnya
lebih menunjukan kterlibatannya memperjuangkan dan
menyiarkan ilmu pengetahuan, baik sebagai pelajar (Thalib),
pengajar (mu‟alim), pendiri lembaga pendidikan, pemikir visi-
misi pendidikan, maupun peletak dasar falsafah pendidikan.
Dalam riwayatnya menjelaskan perjuangan keras kiyai
Rifai dalam upaya mendirikan pusat pendidikan di sekitar
wilayah tempat tinggalnya. Guna menciptakan generasi penerus
bangsa yang berakhlakul karimah. Dengan bermodalkan ilmu,
pengalaman, dan dukungan keluarga Kiyai Rifa‟i telah
mendirikan beberapa lembaga pendidikan yang kemudian
membuktikan bahwa beliau adalah “penuntut ilmu yang gigih”.
49
BAB III
PROFIL KH SHOLEH ROSYAD, MM. DAN GAMBARAN
UMUM BUKU KIAYI ENTREPRENEUR
A. Profil KH Sholeh Rosyad, MM.
KH. Sholeh Rosyad, MM. Semenjak kecil akrab disapa “Enceh”,
menjadi seorang hakim dan dosen merupakan keinginan yang beliau
cita-citakan. Beliau adalah putra terakhir dilahirkan di Pandeglang pada
tanggal 15 Oktober 1966 bertepatan dengan 1 Rajab 1386 Hijriah.53
Dari enam bersaudara (berurutan : KH. Sanusi, Hj. Embay Aisyah, Hj.
Siti Aminah, H. Sofwani, A. Muslih, KH. Sholeh, S. Ag, MM).
Ayahanda beliau bernama H. Rosyad dan Ibu Hj. Siti Ambiah (Alm).
Tahun 1979 beliau menyelesaikan Sekolah Dasarnya, yang
berlokasi di desa Cilaja Pandeglang tepatnya di SDN 1 Cilaja,
kemudian beliau melanjutkan studinya ke SMPN 1 Pandeglang pada
periode 1979-1982, setelah itu beliau meneruskannya ke SMAN 1
Pandeglang periode 1982-1985. Demi impian yang beliau cita-citakan,
dengan semangat “Never Too Old To Learn” (Red) beliau menimba
53 Soleh Rosyad, Kiprah Kiayi Entrepreneur,(Rangkasbitung: LPPM La
Tansa Mashiro, 2005), h. 356
50
ilmu di pondok pesantren ternama di Indonesia Gontor Ponorogo Jawa
Timur selama empat tahun, beliau masuk pada kelas intensif pada
periode 1985-1989. Di OPPM (Organisasi Pelajar Pondok Modern)
beliau mengemban amanat sebagai staf administrasi Pondok Gontor.
Setelah menyelesaikan studinya di Gontor pada tahun 1989 beliau
mengabdikan ilmunya di SMU Abul Yatama Banda Aceh.
Lebih dari satu tahun mengabdi pada sekolah pesantren tersebut,
beliau melanjutkan studinya di IAIN Sunan Gunung Djati Serang-
Banten dan meraih gelar Sarjana Agama pada fakultas perbandingan
madzhab dengan judul skripsi “Negara Hukum Berdasarkan Al-Qur‟an
Dan Pancasila” (Study Comperative pada tahun 1994). Semasa kuliah
beliau memiliki aktivitas privat dan bergabung dengan BPR Bank
Syariah Muamalat yang berada di kota Cilegon-Banten. Setelah lulus
dan menjadi seorang sarjana, beliau tidak merasa puas untuk terus
menuntut ilmu. Hingga akhirnya, beliau melanjutkan studi S2 di Institut
Pengembangan Wirausaha Indonesia (IPWI) dan mendapat gelar S2
Megister Management (MM) pada tahun 2000 dengan judul Tesisnya
“Strategi Pemasaran Produk PT. BPR Syariah Baitul Muawanah,
Cilegon”. Di kampusnya beliau sangat aktif dalam berorganisasi.
51
Diantaranya, HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), Forum Komunikasi
Remaja Masjid di Pandeglang dan ISTADA di Aceh, yang sekarang
menjadi ketua STIE La Tansa Mashiro Rangkasbitung, Banten.54
Pada tahun 1995 diusianya yang ke-29 tahun, KH. Soleh Rosyad,
MM. menikah dengan putri sulung Drs. KH. Ahmad Rifa‟i Arief
(Alm) yaitu Al Ustadzah Ernawati Shulhatul Imamah, S. Ag yang saat
itu berumur 24 tahun. Saat ini keluarga beliau dikaruniai dengan dua
orang putra dan satu orang putri. Yakni: Ahmad Zulfi Ali Dawwas,
Dzikri Adzkia Arief, dan Risna Amania. Maka semenjak itu beliau
mengabdi di Pondok Pesantren La Tansa dengan mendampingi Al-
Ustadz KH. Adrian Mafatihullah Kariem, S. Ag. untuk memimpin
Pondok Pesantren La Tansa dan mengembangkan kampus pergruan
tinggi La Tansa Mashiro di Rangkasbitung-Banten hingga sekarang.
B. Profil KH. Ahmad Rifa’i Arief
Drs. KH. Ahmad Rifa‟I Arief ialah seorang pendiri pondok
pesantren La Tansa. Beliau dilahirkan di Gintung, sebuah desa di
Jayanti, Tangerang-Banten, Pada penghujung tahun tepat 31 Desember
54Latansa.sch.id, Profil KH. Sholeh Rosyad, artikel diakses pada 10
November 2018 dari http://latansa.sch.id/kh-sholeh-s-agmm/
52
1942. Sejak kecil beliau akrab disapa oleh orang tuanya dengan
panggilan Lilip. Sang ayah yang bernama H. Kasad Mansyur telah
mendidiknya dalam suasana religius. Hingga pada saat Lilip kecil, sang
ayah lah yang menjadi guru Al-Qur‟an pertama baginya. Diusianya
yang berumur 7 tahun, Lilip di masukkan ke Sekolah Rakyat oleh
ayahnya yang lokasinya tidak jauh dari tempat tinggalnya. Namun,
karena Beliau Memiliki jiwa yang telah melekat dengan dien (Agama),
tepat di tahun ketiga beliau memilih pindah ke sekolah agama.55
Pada tahun 1958 setelah menuntaskan pendidikannya di MMA,
kemudian beliau melanjutkan studi agamanya di pondok modern
Gontor, Ponorogo-Jawa Timur. Dengan tekad dan niatnya yang bulat
untuk memperdalam dan terus belajar ilmu agama, serta semangat yang
membara telah beliau tanamkan dalam diri demi tegaknya agama Allah
SWT. Disamping itu, ketabahan dan kesabaran menjadi pondasi saat
beliau menuntut ilmu di pondok pesantren modern Gontor-Jawa Timur.
Sifat bijaksana dan wibawa tinggi yang beliau miliki kemudian
menghantarkan beliau untuk menjadi ketua persatuan pelajar Indonesia
55 Pondok Pesantren Daar El-Qolam,
http://www.daarelqolam.ac.id/Pages/ahmad-rifai-arief.aspx/
konten/2019/01/29/Profil-KH-Drs-Ahmad-Rifa‟i-Arief.
53
(PPI) pada periode 1963-1964. Saat itu beliau duduk di bangku kelas
lima dan kelas enam pondok pesantren Gontor, Ponorogo-Jawa Timur.
Setelah lulus dari KMI pada tahun 1964 beliau mengabdi di
Gontor selama satu tahun, selain itu juga beliau aktif mengkaji kitab-
kitab kuning di luar Gontor. Pada masa itulah jiwa Jihad Fi Sabilillah
yang terus menggelora demi membuahkan cita-cita besar, luhur dan
agung. Yakni, beliau ingin mendirikan sebuah lembaga pendidikan
Pondok Pesantren di kemudian hari.
Drs. KH. Ahmad Rifa‟I Arief yang memiliki sifat haus ilmu
serta kerja keras yang tak kenal lelah kemudian meneruskan studinya
ke perguruan tinggi IAIN Sunan Gunung Jati Serang-Banten pada
tahun 1967 di Fakultas Syariah. Setahun kemudian, tepatnya pada
tanggal 20 Januari 1968 beliau mendirikan Pondok Pesantren Daar El-
Qolam dengan berharap pada ridha dan tuntunan Ilahi Rabbi. Dengan
pengalaman dan ilmu yang beliau dapatkan semasa studinya, beliau
menerapkan sistem pendidikan pondok pesantren Daar El-Qolam sama
persis dengan sistem yang diterapkan pada Pondok Modern Gontor.56
56 Pondok Pesantren La Tansa, http://www.latansa2.sch.id/kh-ahmad-rifai-
arief , diakses 10 Desember 2018.
54
Pada awal berjalannya pondok pesantren yang beliau didirikan,
beliau kurang mendapat sambutan yang baik dari masyarakat luas di
sekitarnya. Masyarakat menganggap bahwa KH. Ahmad Rifa‟i Arief
telah meniru kepada kebudayaan barat dengan menerapkan sistem
pendidikan moderen yang mengharuskan memakai dasi dan berbahasa
Inggris. Namun, ketegaran dan ketabahan dimiliki oleh KH. Ahmad
Rifa‟I Arief dalam membimbing, membina dan mencetak santri-
santrinya jualah akhirnya yang mampu membuat pondok pesantren
Daar El-Qolam mampu berkembang pesat hingga saat ini.
Pengalamannya dalam berorganisasi, salah satunya sebagai Ketua
Umum Pelajar Islam Indonesia (PII) Cabang Pondok Modern Gontor
(1963-1964) membuat Rifa‟i terlatih sehingga berhasil menghadapi
berbagai tantangan tersebut. Berawal hanya memiliki 22 santri,
pesantren ini kemudian semakin berkembang dan kini jumlah santri di
Daar El-Qolam mencapai 4300-an yang bersal dari pelosok nusantara
hingga dari Malaysia dan Brunei Daarussalam.
Disamping itu, sifat bijaksana dan ilmunya yang mampu
menunjukkan beliau adalah seorang kyai besar. Pengalaman dan
pendidikan yang cukup baik serta disiplin yang tinggi selama di
55
Gontor. Meski dalam usia yang relatif muda beliau berhasil mendirikan
beberapa lembaga pendidikan yang berpotensi setelah Pondok
Pesantren Daar El-Qolam yaitu :
1. Mendirikan Pondok Pesantren La Tansa, Cipanas, Lebak,
Banten. Dengan kurikulum SMP dan SMA Plus.
2. Mendirikan STIE ( Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ) dan STAI
( Sekolah Tinggi Agama Islam ) La Tansa Mashiro di
Rangkasbitung.
3. Merintis Pesantren wisata sakinah La Lahwa di Citeureup,
Panimbang, Pandeglang.
Selain mendirikan Lembaga-lembaga pendidikan KH. Ahmad
Aifa‟i Arief juga memiliki banyak karya tulis yang dibuat olehnya
sendiri serta bersama santrinya sebagai materi pembelajaran santri-
santri pondok pesantrennya. Diantaranya adalah;
1. Karya Tulis Sendiri
a. Al-Tafsir Al-Yasir, Buku ini merupakan pengenalan kepada
santri tentang bagaimana menerapkan metode tafsir.
Sistematikanya, dengan cara menyebutkan ayat Al-Qur‟an,
membahas kosakata yang sulit dengan sinonimnya atau
56
mendefinisikannya. Kemudian membahas tafsir (bayan)
dengan bahasa Arab yang sederhana dan mudah difahami
santri. Buku ini ditulis untuk santri kelas empat dan lima
pondok pesantren Daar El-Qolam.
b. Al-Qowaid Al-Asasiyah Fi Al-Ilmi Al-Sharfi, Buku yang
membahas kumpulan ta‟rif (definisi) dan kaidah ilmu
sharaf, disertakan pula sekelumit sejarahnya dan dilengkapi
dengan contoh tashrif baik secara lughowi maupun
istilakhi. Buku ini ditulis untuk santri kelas tiga sampai
kelas enam pondok pesantren Daar El-Qolam.
c. Taysir Al-Ma‟sur Fi Fiqhi Al-Mawarits, Buku ini
merupakan pengenalan awal kaidah-kaidah syar‟iyah dan
fiqhiyah tentang pembagian harta warisan. Pembahasan
disertai dengan dasar-dasar hukumnya (Al-Qur‟an dan Al-
Hadits), diperjelas dengan teknis operasionalnyadan
dilengkapi dengan contoh-contoh kasusnya. Buku ini ditulis
untuk santri kelas tiga pondok pesantren Daar El-Qolam.
d. Pedoman Khutbatul Arsy, Buku ini merupakan pedoman
bagi seluruh santri pondok pesantren Daar El-Qolam.
57
Menjelaskan tentang pengertian pesantren, sejarah
pesantren secara umum, motto pondok, panca jiwa pondok,
cara berorganisasi dan cara hidup di pondok, agar santri
tidak salah niat dan salah sasaran.
2. Karya Tulis Bersama
a. Al-Ushul Al-Sharfiyah, Buku ini merupakan pengertian
(definisi) baik secara etimologis maupun terminologis
istilah-istilah yang masyhur dalam ilmu sharaf.
Dilengkapi dengan pembagian kata kerja (fi‟il), dan
diberikan pula contoh-contoh isim dan fi‟il-nya untuk
mempermudah pemahaman. Buku ini ditulis bersama
dengan santrinya al-ustad Ahmad Nawasi, untuk santri
kelas tiga pondok pesantren Daar El-Qolam.
b. Kamus Amtsilah Al-Tashrifiyah, Buku ini merupakan
kamus yang menjelaskan kata-kata atau istilah-istilah
yang banyak dipakai dalam ilmu sharaf. Buku ini ditulis
bersama dengan santrinya al-ustad Ahmad Nawasi untuk
seluruh santri pondok pesantren Daar El-Qolam.
58
c. Ilmu Al-Fiqh, Buku ini merupakan pembahasan Fiqih
dasar untuk mengenalkan teori dan peraktik dan
mendirikan shalat. Buku ini ditulis bersama dengan
santrinya al-ustad Ahmad Nawasi untuk santri kelas dua
pondok pesantren Daar El-Qolam.
d. Buku Tajwid, Buku ini merupakan teori ringkas dan
peraktik membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar.
Buku ini ditulis bersama dengan santrinya al-ustad Ahmad
Nawasi untuk seluruh santri pondok pesantren Daar El-
Qolam.
e. Durus Al-Hadits, Buku ini merupakan kumpulan hadits-
hadits yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, agar
dapat dipahami, dijiwai, dan dilaksanakan.
Sistematikanya, dengan cara menyebutkan hadits,
membahas kosakata yang sulit dengan sinonimnya atau
mendefinisikannya. Kemudian membahas pengertiannya
(bayan) dengan bahasa Arab yang sederhana dan mudah
difahami santri. Buku ini ditulis bersama dengan santrinya
59
al-ustad Ahmad Nawasi untuk santri kelas tiga dan satu
extension pondok pesantren Daar El-Qolam.57
Selama perjalanan hidupnya yang terasa begitu singkat,
terutama bagi orang-orang yang mencintainya, KH. Ahmad
Rifa‟i Arief telah banyak melahirkan pemikiran karya-karya
demi menciptakan generasi-generasi masyarakat ke arah
perbaikan-perbaikan yang berarti bagi kehidupan masyarakat
berbangsa, bernegara, dan siap menjadi anggota masyarakat
dunia yang megglobal. Hingga pada tanggal 15 Juni 1997,
seusai memberikan petuah-petuah terakhirnya pada acara
penglepasan santriwan dan santriwati untuk liburan akhir
tahun, KH. Drs. Ahmad Rifa‟i Arief meninggal dunia. Beliau
pulang ke sisi Allah SWT dengan tenang setelah sukses
mendidik dan mencetak santri-santrinya yang berkualitas dan
berakhlak karimah.
C. Gambaran Umum Buku Kiprah Kiyai Entrepreneur
Buku “Kiprah Kiyai Entrepreneur” Adalah sebuah buku biografi
seorang kiyai atau ulama besar yang bernama KH. Ahmad Rifa‟i Arief
57 Soleh Rosyad, Kiprah Kiayi Entrepreneur,(Rangkasbitung: LPPM La
Tansa Mashiro, 2005), h.113
60
dalam perjalanannya membangun beberapa pesantren yang terletak di
wilayah Banten. Sejak kecil KH. Ahmad Rifa‟i Arief akrab dipanggil
dengan sebutan “Lilip” oleh keluarganya. Lilip tidak lahir dari kelurga
menak atau priyai. Ayahnya seorang ustad yang hidup dari hasil
pertanian atau persawahan. Akan tetapi keluarga memiliki cita-cita
besar untuk menciptakan masyarakat berpendidikan dan peradaban di
kampungnya dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Saat lilip lahir,
perbedaan antara masyarakat desa dan kota sangat diametral.
Kehidupan perkotaan terus mengalami kemajuan yang sangat pesat
sementara kehidupan pedesaan semakin terpuruk dan tertinggal.58
Lilip menjadi tumpuan masa depan orang tuanya, ia menjadi
ujung tombak cita-citanya yang mulia, diharapkan menjadi cikal bakal
untuk membangun desanya kelak. Sebuah cita-cita yang jarang dimiliki
orang desa pada saat itu. karena pada saat itu orang desa umumnya
orang desa suka pergi ke kota untuk mengadu nasib dan nantinya
setelah sukses mereka enggan kembali ke desanya.
58 Soleh Rosyad, Kiprah Kiayi Entrepreneur,(Rangkasbitung: LPPM La
Tansa Mashiro, 2005), h.6.
61
Cita-cita besar ayahanda untuk mendirikan pondok pesantren
Daar El Qolam dapat terwujud diawali dengan rampungnya studi dan
pengabdian Lilip dari pondok modern Gontor pada tahun 1967. Yang
kemudian didukung penuh gurunya KH. Abdullah Sahl dan KH. Imam
Zarkasyi. Qasad Mansur adalah sosok bapak yang bijak, sederhana dan
penuh pengorbanan. Ia berjuang untuk menggapai harapannya itu
dengan mendidik maksimal anak-anaknya dari pesantren ke pesantren.
Pada saat itu dunia pesantren baik secara sosiologis maupun
politis sangat terpinggirkan, dianggap tidak mampu menjawab
tantangan zaman sehingga kebanyakan orang memalingkan diri dari
dunia pesantren yang identik dengan kekumuhan dan ketertinggalan.
Qasad Mansur dengan tekad, keyakinan dan istiqomah terus
memperjuangkan cita-citanya itu, walaupun berbagai tantangan datang
bertubi-tubi terutama dari masyarakat sekitar yang memiliki cara
pandang yang berbeda dengan keluarganya.
Tahun 1949-1952 Lilip belajar di Sekolah Rakyat, Sumur
Bandung hanya sampai kelas tiga. Ayahnya memindahkan Lilip ke
pesantren di daerah Caringin karena alasan pentingnya pendidikan
pesantren. Pagi hari lilip belajar di Sekolah Rakyat, Labuan
62
Pandeglang, sore harinya Lilip belajar di Madrasah Masyarikul Anwar,
dan malamnya ngaji dengan KH. Syihabuddin Makmum dilingkungan
pesantren.
Setelah Rifa‟i menyelesaikan studinya di sekolah dasar Qasad
Mansur mengambil inisiatif untuk terus meningkatkan kemampuan
putranya. Qasad Mansur menginginkan putranya lebih digembleng
dalam kemandirian, keberanian, dan kepemimpinannya. Allah maha
tahu apa yang dibutuhkan hamba-Nya, rupanya mengirim hidayah
melalui ustad Sukarta yang dikenal dengan Ja‟far Hadi dari Baros
Serang. Pada saat itu ustad Sukarta merupakan seorang santri Pondok
Modern Gontor. Ia menceritakan banyak hal tentang sistem pengajaran
Pondok Modern Gontor. Dari ceritanya itu Qasad Mansur sangat
tertarik, terbayang dibenaknya, cocok dengan rencana dan cita-citanya
kelak. Sehingga Qasad Mansur memutuskan untuk memberangkatkan
Rifa‟i ke Gontor, Jawa Timur di tahun 1958.
Di Pondok Modern Gontor Rifa‟i dikenal sebagai santri yang
cerdas, Khatat (kaligrapher) dan pandi berpidato, serta mampu
membaca kitab kuning dengan baik. Rifa‟i memiliki keterampilan
memimpin sejak belajar di MMA Caringin. Kemampuannya dalam
63
kepemimpinan mengantarkannya menjadi ketua umum Pelajar Islam
Indonesia (PII) cabang Pondok Modern Gontor (1963-1964). Setamat
dari KMI Gontor tahun 1965, beliau diberi kesempatan oleh gurunya
KH. Imam Zarkasyi untuk mengabdi di almamaternya dan bahkan
menjadi sekertaris pribadi sang kiyai.
Pengalaman Rifa‟i memimpin Pelajar Islam Indonesia (PII)
cabang Pondok Modern Gontor membuatnya sangat piawai dalam
berorganisasi. Ditambah lagi pengalamannya menjadi sekertaris
Pondok Modern Gontor dibawah koordinasi KH. Imam Zarkasyi juga
membuat Rifa‟i semakin matang dalam manajemen organisasi.
Ahmad Rifa‟i tamat dari Kulliyatul Mu‟allimin Al-Islamiyah
Pondok Modern Gontor pada tahun 1965, dan kemudian beliau
mengabdi selama dua tahun atas restu kiyainya. Sementara sang ayah
menunggu dengan penuh kerinduan, kapan Lilip bisa berkumpul
kembali bersamanya untuk melanjutkan cita-cita mulianya. Penantian
ini selalu membisiki Qasad Mansur untuk segera datang ke Gontor,
menemui putra kesayangannya dan menyampaikannya serta
mempertegas kembali cita-citanya.
64
Menjelang akhir tahun ajaran 1966, abah Qasad Mansur
berangkat ke Gontor, menemui Lilip dan Kiayinya KH. Imam Zarkasyi
untuk menyampaikan niatnya mendirikan pesantren di Gintung. KH.
Imam Zarkasyi sangat mendukung cita-cita mulia Qasad Mansur, yang
juga mengenal Rifa‟i dari dekat, dan yakin bahwa santrinya ini akan
mampu mengemban amanat untuk melanjutkan dakwah dan syiar Islam
dalam rangka menegakan kalimat “Tauhid” di bumi Persada ini.
Kedekatan Ahmad Rifa‟i dengan guru dan kiyainya menjadi doa
yang mengalir setiap saat mengiringi perkembangan dan perjuangan
dalam mendirikan pondok pessantren Daar El Qolam. Pada awal
pendirian pondok pesantren Daar El Qolam KH. Imam Zarkasyi datang
untuk berkunjung ke Gintung, mendukung, mendorong dan berdo‟a
untuk perjuangan sang murid tercinta. Pada saat itu Gintung merupakan
sebuah kampung kecil yang terletak ditengah persawahan yang
membentang luas.
Pada saat dekade enampuluhan usaha yang dilakuakn Rifa‟i
mendirikan pesantren modern ala Gontor di Gintung sangat
kontroversial. Masyarakat sulit menerima kehadirannya yang
membawa hal-hal baru dan asing bagi mereka. Begitu pula almamater
65
Gontor kurang mendukung dalam hal disatukannya santri putra dan
putri pada saat belajar di kelas, dan kurang setuju dengan
penggabungan kurikulum pesantren dan kurikulum pemerintah, apalagi
berijasah negri, khawatir menghilangkan tujuan utama.
Cara berfikir seorang Entrepreneur tentu berbeda dengan orang
pada umumnya, lebih maju, kreatif, inovatif, dan lebih jauh
memandang kedepan. Terbukti sekarang bermunculan banyak
pesantren dengan varian MTs, MA, SMP dan SMA, dan itu sangat
dibutuhkan masyarakat. Rifa‟i punya visi jauh, ia ingin banyak santri di
berbagai lapisan masyarakat. Ada birokrat santri, pejabat santri,
pengusaha santri, perwira santri, anggota parlemen santri dan lain-
lain.59
Kata “Kiyai Entrepreneur” pada judul buku biografi KH. Ahmad
Rifa‟i Arief menegaskan bahwa beliau sebagai seorang pedagang,
selaras arti kata dari Entrepreneur yang diadopsi dari bahasa inggris.
Istilah seperti ini terkesan negatif bahkan pejoratif bahwa Kiyai Rifa‟i
“jualan agama” melalui ilmu dan pondok pesantrennya. Namun makna
59 Soleh Rosyad, Kiprah Kiayi Entrepreneur,(Rangkasbitung: LPPM La
Tansa Mashiro, 2005), h.19.
66
tersebut tidak tertuju hanya pada pemaknaan dalam bahasa saja. Akan
tetapi, sejarah hidupnya lebih menunjukan kterlibatannya
memperjuangkan dan menyiarkan ilmu pengetahuan, baik sebagai
pelajar (Thalib), pengajar (mu‟alim), pendiri lembaga pendidikan,
pemikir visi-misi pendidikan, maupun peletak dasar falsafah
pendidikan. Dalam riwayatnya menjelaskan perjuangan keras kiyai
Rifai dalam upaya mendirikan pusat pendidikan di sekitar wilayah
tempat tinggalnya. Guna menciptakan generasi penerus bangsa yang
berakhlakul karimah. Dengan bermodalkan ilmu, pengalaman, dan
dukungan keluarga Kiyai Rifa‟i telah mendirikan beberapa lembaga
pendidikan yang kemudian membuktikan bahwa beliau adalah
“penuntut ilmu yang gigih”.
Predikat kiyai Entrepreneur, menurut penulis sangat layak bagi
seorang Drs. KH. Ahmad Rifa‟i Arief. Pemilihan kata tersebut atas
dasar Entrepreneur bukan hanya dalam arti wirausahawan,
sebagaimana dikatakan kamus populer kontemporer, disusun Yose
Rizal dkk. Tetapi atas dasar karakteristik entrepreneur sejati seperti
67
memiliki strategi dalam memanage resiko (organizer), atau mandiri
dalam gerak, langkah dan fikiran.60
Pemahaman ini dikuatkan pula oleh penelitian akademis. Dalam
Kernerman semi bilingual dictionaries, disusun oleh Joseph A. Reif.
Kata tersebut dimaknai “a person who starts or organizes a buissiness
company especially one involving risk”. Lebih luas lagi pada beberapa
kamus menejemen, pengertian entrepreneurship dimaknai kemandirian.
Jadi dengan judul “Kiyai Entrepreneur” yang dimaksud oleh penulis
diantaranya adalah sebagai orang mandiri dalam melahirkan ide,
berbuat dan berkarya.
Oleh karenanya, buku Kiyai Entrepreneur dijadikan sebagai awal
untuk buku-buku selanjutnya. Karena jika ditinjau dari analisis pada
buku tersebut, ternyata KH. Rifa‟i memiliki banyak kemampuan.
Sebagai sebuah literatur, dari segi pandang yang berbeda KH. Rifa‟i
dapat diteliti dari segi pionir, pembaru, filasuf, intelektual dan sebagian
lainnya.
60
Soleh Rosyad, Kiprah Kiayi Entrepreneur,(Rangkasbitung: La Tansa
Mashiro, 2005), h. 5.
68
BAB IV
WACANA PEMIKIRAN DAKWAH DALAM BUKU KIPRAH
KIYAI “ENTREPRENEUR” KARYA DRS. H. SHOLEH
ROSYAD, MM.
A. Analisis Wacana Pemikiran Dakwah dilihat dari Analisis
Teks
Sesuai dengan model Teun Van Dijk, wacana teks terdiri dari 3
struktur atau tingkatan, yaitu sturuktur makro, superstruktur, struktur
mikro, yang masing-masing saling mendukung.61
1. Struktur Makro
a. Tematik
Salah satu bagian terpenting dalam memahami suatu teks adalah
dengan mengetahui tema atau disebut dengan gagasan inti. Dalam
sebuah karya tulis atau buku, gagasan utama menjadi dasar dalam
penentuan sebuah karya untuk menemukan tujuan dan pemikiran
dakwah yang ingin disampaikan oleh pengarang.
61 Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta :
LkiS, 2001), h. 224
69
Secara umum, tema yang ingin disampaikan pada buku Kiprah
Kiyai Entrepreneur menunjukan perjalanan seorang kiyai mumtaz yang
bersungguh-sungguh dalam mendirikan lembaga pondok pesantren di
Provinsi Banten, Entrepreneur pada judul buku tersebut berartikan
seorang (Rifa‟i) yang mandiri, bekerja keras, dan beristiqomah dijalan
Allah Swt.
Berikut merupakan tema pada buku yang diteliti :
a) Pesan dan Tekad Keras Ayahanda Abah Qasad Mansyur
Dalam tema ”Pesan dan Tekad Keras Ayahanda Abah
Qasad Mansyur” terdapat pemikiran dakwah. Pemikiran
dakwah yang paling dominan dalam teks ini ialah pemikiran
dakwah yang berkaitan dengan aspek “Istiqomah”. Teks ini
memiliki gagasan seorang ayahanda abah Qasad untuk
mengubah pemikiran masyarakat dalam mengkedepankan
pendidikan dengan mendirikan sebuah lembaga pendidikan
Madrasah Masyarikul Anwar (MMA) di Gintung. Tujuan
Abah Qasad mendirikan lembaga MMA Gintung ialah untuk
meningkatkan pendidikan, derajat dan martabat masyarakat
70
desa Pasir Gintung yang merupakan desa tempat Abah Qasad
tinggal. Popaganda penjajah pada saat itu mengakibatkan
kebodohan masyarakat serta kemiskinan.62
Gagasan inti yang ingin disampaikan Sholeh Rosyad
dalam teks di atas ingin menerangkan bahwa memerangi
penjajah tidak hanya dengan senjata saja, akantetapi
menanamkan ilmu pendidikan pada masyarakat agar tidak
terus-menerus dibodohi oleh para penjajah. Dalam perjalanan
Abah Qasad berdakwah, berbagaimacam tantangan dihadapi
olehnya dengan istiqomah dan bersungguh-sungguh dalam
mensyiarkan dakwahnya. Disamping itu, niat yang ikhlas
menjadi kunci utama Abah Qasad dalam berdakwah.
b) Pesan Ibunda Tercinta Hindun Mastufah
Pada tema ini Pemikiran dakwah yang terdapat dalam
teks “Pesan Ibunda Tercinta Hindun Mastufah” ialah
disiplinan berpendidikan. Dalam judul ini Sholeh Rosyad
menjelaskan pemikiran dari seorang ibunda Hindun Mastufah
62 Soleh Rosyad, Kiprah Kiayi Entrepreneur,(Rangkasbitung: LPPM La
Tansa Mashiro, 2005), h. 26.
71
bahwa dalam dunia pendidikan yang paling utama ialah sikap
kedisiplinan. Hal tersebut diterapkan oleh Ibunda Hindun
dalam mendidik anak-anaknya agar selalu berdisiplin dalam
menuntut ilmu. Seorang tidak akan memiliki ilmu pendidikan
melalui warisan, melainkan dengan disiplin dan sungguh-
sungguh dalam menuntut ilmu. Menuntut ilmu dalam Islam
merupakan kewajiban bagi setiap individu. Oleh karenanya,
kedisiplinan mendidik murid-muridnya menjadi hal yang
penting dalam pengabdiannya kepada anak-anaknya serta
masyarakat..
Gagasan inti yang ingin disampaikan penulis dalam teks
di atas menggambarkan bagaimana menuntut ilmu dan
meningkatkan pendidikan dengan menerapkan sikap disiplin.
Ilmu hanya bisa didapat dengan kesungguhan dan kedisiplinan
dalam segala hal.
c) Lilip Kecil Berbakat Memimpin
Pemikiran dakwah yang dikembangkan dalam teks ini
mengandung nilai-nilai kepemimpinan. Gagasan umum atau
72
tema yang terdapat dalam teks ini menerangkan tentang bakat
kepemimpinan Rifa‟i yang biasa dipanggil Lilip pada masa
kecilnya. Lilip selalu terampil dalam segala hal. Seperti yang
dijelaskan dalam judul ini, Lilip selalu menjadi panutan
kawan-kawannya. Kecerdasan serta keterampilannya menurut
ayahnya Abah Qasad sebagai bentuk adanya bakat yang
tumbuh dijiwa Lilip sebagai seorang pemimpin. Abah Qasad
memilih pesantren untuk melanjutkan Lilip menuntut ilmu
yang juga sebagai bentuk dukungannya kepada Lilip, agar
kelak Lilip bisa menjadi seorang pemimpin yang bisa
membaca perkembangan zaman.
Gagasan inti dari teks di atas ingin menggambarkan
bagaimana sikap kecerdasan serta keterampilan Lilip telah
muncul bakat kepemimpinan semenjak Lilip masih kecil.
Disamping itu adanya dukungan dari ayahnya Abah Qasad
dalam mendidiknya serta memasukannya ke Pesantren Modern
Gontor. Karena di Pesantren Modern Gontor Lilip akan
mendapatkan ilmu duniawi dan agamawi.
73
d) Nyantri Ke Gontor
Pada judul ini pemikiran dakwah yang paling dominan
ialah pesan dakwah yang mengandung nilai Kesungguhan
dalam menuntut ilmu. Teks ini menjelaskan kunci utama
kesungguhan dalam menuntut ilmu dengan usaha dan doa.
Kesungguhan Lilip dalam menuntut ilmu berbuahkan hasil,
diterimanya Lilip pada tes masuk pesantren Modern Gontor
tak luput dari usahanya yang sangat besar serta diiringi oleh
doa.
Gagasan inti yang ingin disampaikan penulis dalam teks
di atas ingin memotivasi kita agar mendapatkan hasil yang
baik dengan berusaha dan berdoa. Usaha dilakukan oleh Abah
Qasad membiayai Lilip sekolah di Gontor dengan harapan
didirikannya lembaga pendidikan di desanya Gintung seperti
Pesantren Modern Gontor.
74
e) Rifa‟i Arief Sekretaris Pribadi Pak Kiyai Imam Zarkasyi
Dalam teks pada judul ini pemikiran dakwah yang paling
dominan ialah pemikiran dakwah dengan nilai ketaatan Lilip
terhadap gurunya. Selain itu, kesungguhannya dalam menuntut
ilmu di Pesanttren Modern Gontor. Lilip selalu
mendengarkkan nasihat bijak kiyainya dan selalu
mengamalkannya dengan ikhlas untuk beribadah. Karena itu
tujuan hidup yang paling utama ialah beribadah kepada Allah
SWT.
Gagasan inti yang ingin disampaikan dalam teks di atas
ialah menceritakan bagaimana Lilip mampu menjadi sekertaris
pribadi kiayinya. Setiap nasihat kiyai dan guru-gurunya selalu
Lilip amalkan untuk ibadah. Karena pada hakikatnya apapun
yang dilakukan seorang muslim dalam hidupnya harus dengan
sesuai dengan tujuan hidupnya yaitu ibadah.
75
f) Cita-cita Orangtua dan Do‟a Guru
Pada judul ini pemikiran dakwah yang dijelaskan pada
teks adalah cita-cita yang mulia Abah Qasad untuk mendirikan
sebuah lembaga pendidikan di sebuah kampung kecil ditengah
persawahan yang membentang luas yaitu desa Gintung. Doa
kiayi serta guru-gurunya menjadikan Rifa‟i selalu
beristiqomah dalam cita-cita mendirikan sebuah lembaga
pesantren di desa Gintung.
Gagasan inti dari teks di atas ialah ingin
menggambarkan tujuan hidup setiap muslim adalah beribadah
kepada Allah, bekerja setiap saat tanpa membiarkan ada waktu
yang terbuang sia-sia, serta berdoa dan memohon kepada
Allah.
g) Rifa‟i Seorang Kiyai Entrepreneur
Pada judul ini pemikiran dakwah yang dijelaskan adalah
pemikiran dakwah yang memiliki nilai-nilai usaha yang besar
akan melahirkan karya yang besar. Rifa‟i sebagai seorang
entrepreneur dapat menciptakan ide dalam mendirikan sebuah
76
lembaga dengan hal yang baru. Dengan pemikiran dakwahnya,
Rifa‟i mampu mengubah pola fikir masyarakat desa yang
tertinggal agar kehidupan masyarakat lebih baik lagi.
Cara berfikir Rifa‟i lebih maju, kreatif dan inovatif.
Gaya berfikir tersebut diadopsinya dari kiyainya Pak Imam
Zarkasyi yang telah menciptakan suatu sistem dan pendidikan
dan pengajaran yang ternyata dibutuhkan umat beberapa puluh
tahun kedepan.
Gagasan inti dari teks di atas ialah ingin
menggambarkan bagaimana seorang entrepreneur melahitrkan
ide-ide baru yang dibutuhkan oleh masyarakat. Setiap proses
selalu ada usaha yang besar karena segala sesuatu tidak terjadi
secara kebetulan melainkan dengan kerja keras dan berdoa.
h) Rifa‟i Seorang Arsitek Autodidak
Pada judul ini pemikiran dakwah yang dijelaskan adalah
pemikiran dakwah yang memiliki nilai-nilai pengalaman Rifa‟i
dalam mendirikan beberapa lembaga pendidikan, terbukti dari
beberapa pesantren yang Rifa‟i dirikan yang pada mulanya
lembaga tersebut sebelum didirikan berupa sawah dan rawa-
77
rawa. Rifa‟i sering membuat site plan dan gambar teknis
sebuah bangunan asrama, perumahan guru atau kelas dengan
oret-oretan tangan sendiri.
Gagasan inti dari teks di atas ialah ingin
menggambarkan bagaimana Rifa‟i mengambil pelajaran dari
setiap pengalamannya mendirikan beberapa lembaga
pendidikan. Menjadi seorang arsitek autodidak semakin
ditunjukannya dalam mendirikan sebuah pesantren wisata
yang didesain dengan nuansa islami. Hal tersebut dilakukan
dalam rangka mewujudkan keluarga sejahtera dan sakinah,
dengan meningkatkan fungsi keluarga, yaitu fungsi
keagamaan.
i) Kiyai Rifai dimata Istri Tercinta
Pada judul ini terdapat pemikiran dakwah yang memiliki
nilai-nilai perjuangan Rifa‟i yang tidak pernah putus asa dan
selalu berpasrah diri pada Allah. Keberanian dan keyakinan
Rifa‟i saat mengajukan pinangan kepada Nenah (istri) sempat
ditolak oleh Hj. Sema Mamah (ibu Neneah), namun dengan
78
niat yang ikhlas dan penuh keyakinan lilip tetap berjuang dan
berpasrah pada Allah. perjuangan itu pun membuahkan hasil
yang manis. Rifa‟i mendapat restu dari ibu kandung Nenah Ibu
Nyi Mas Kulsum.
Rifa‟i sebagai kepala keluarga yang sangat
bertanggungjawab terhadap keluarganya, bijaksana dan
berwibawa. Dalam mendidik anak-anaknya, hubungan Rifa‟i
sangat dekat dengan anak-anaknya. Rifa‟i selalu bersikap
mengayomi, mengarahkan, dan tidak memaksa keinginan dan
pendapat anak-anaknya.
Gagasan inti dari teks di atas ialah ingin
menggambarkan bagaimana kesungguhan Rifa‟i dalam
meminang istri dan sangat bertanggungjawab dalam urusan
rumah tangganya. Rifa‟i selalu mendidik anak-anaknya tanpa
memaksakan keinginan dan pendapat anak-anaknya.
j) Kiyai Rifa‟i Sebagai Kepala Keluarga Besar
Pada judul ini terdapat pemikiran dakwah yang memiliki
nilai-nilai sikap adil Rifa‟i sebagai kepala keluarga besar.
79
Rifa‟i merupakan sosok bapak yang tidak berlebihan. Sifat
qona‟ah selalu merasa cukup dan puas terhadap rezeki yang
beliau dapatkan. Sikap adil Rifa‟i dalam menegakan disiplin
dirasakan oleh anak-anaknya untuk membangun optimisme
dalam kepribadian anak-anaknya.
Gagasan inti dari teks di atas ialah ingin
menggambarkan bagaimana sikap Rifa‟i dalam membimbing
keluarganya untuk selalu disiplin, demi membentuk generasi
penerus yang bijaksana.
80
Tabel 4.1
Hal Yang Diamati Temuan Data
Tema atau topik yang
dikedepankan dalam suatu teks
pada buku “Kiprah Kiyai
Entrepreneur” karya Sholeh
Rosyad.
Tema yang diambil pada
judul Perjalanan Seorang Kiyai
Mumtaz dari buku Kiprah Kiyai
Entrepreneur tersebut adalah
“beristiqomah dan bersungguh-
sungguh dalam mengapai cita-
cita”. Dalam perjalanannya, Rifa‟i
selalu bersungguh-sungguh dalam
segala hal. Rifa‟i juga
beristiqoomah dijalan Allah pada
pemikiran dakwahnya.
Hal tersebut telah diajarkan
oleh Rasulullah SAW, Dari Abu
Hurairah radhiyallahu „anhu,
Rasulullah shallaLlahu „alaihi wa
sallam bersabda:
81
فعك واستعن باهلل ول احرص على ما ي ن
ت عجزن , وإن أصابك شيء فال ت قل : لو أن
ف علت كذا لكان كذا و كذا , ولكن قل :
قدر اهلل و ما شاء ف عل , فإن لو ت فتح عمل
الشيطان
Artinya: “Bersungguh-
sungguhlah dalam hal-hal yang
bermanfaat bagimu dan mohonlah
pertolongan kepada Allah (dalam
segala urusan), serta janganlah
sekali-kali kamu bersikap lemah.
Jika kamu tertimpa sesuatu
(kegagalan), maka janganlah
kamu mengatakan, „seandainya
aku berbuat demikian, pastilah
82
tidak akan begini atau begitu‟.
Tetapi katakanlah, „ini telah
ditakdirkan oleh Allah dan Allah
berbuat sesuai dengan apa yang
dikehendaki”.
Karena sesungguhnya
perkataan seandainya akan
membuka (pintu) perbuatan
setan.”. (HR. Muslim).
Sebagai umat muslim
diperintahkan untuk selalu
bersungguh-sungguh dalam
berbuat yang bermanfaat bagi
sesama muslim serta beristiqomah
dijalan Allah SWT.
83
2. Suprastruktur/Skematik
Skematik merupakan Strategi penulis dalam mengemas pesannya
dengan memberikan tekanan bagian mana yang didahulukan, dan
bagian mana yang diakhirkan63
. Alur tersebut menunjukkan bagaimana
bagian- bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk
kesatuan arti. Secara struktur, bangunan buku yang diteliti ini
menjelaskan kepada pembaca pada suatu nilai pemikiran, bahwa tujuan
hidup seseorang pada hakikatnya adalah ibadah kepada Allah. maka
sudah seharusnya pada setiap individu melakukan hal yang bermanfaat
bagi sesama.
. Dalam buku Kiprah Kiyai Entrepreneur Karya Sholeh Rosyad,
BAB yang akan diteliti telah menjelaskan proses perjalanan seorang
kiyai mumtaz “Rifa‟i” dan mengandung banyak pemikiran dakwah.
Struktur bangunan atau skema pada teks dalam buku Kiprah Kiyai
Entrepreneur ini dikemas dalam alur maju-mundur, sehingga membuat
pembaca harus mendeskripsikan sendiri setiap kisah yang diceritakan.
63 Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotok dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 50
84
Pada skema awal, fase-fase awal bab dalam buku ini
menceritakan latar belakang kehidupan kedua orang tua Rifa‟i dan cita-
cita ayahnya mendirikan lembaga pendidikan di desanya. Tujuan cita-
cita yang mulia itu bertujuan untuk menyelamatkan masyarakat yang
telah lama dibodohi oleh penjajah pada saat itu.
Sebelum mengisahkan kehidupan seorang kiyai Entrepreneur,
penulis menceritakan latar dan kehidupan orang tuanya. Abah Qasad
menghabiskan waktu pada masa mudanya di pondok pesantren dan
madrasah Jam‟iyatul Khair Tanah Abang Jakarta. Madrasah yang
menggunakan sistem klasikal dan mempunyai kurikulum. Pada saat itu
masih langka pesantren yang sekaligus melaksanakan madrasah. Di
Banten tepatnya di daerah Caringin Labuan berdiri madrasah serupa
yaitu madrasah Masyarikul Anwar, dengan pondok pesantren yang
didirikan oleh kiyai Agung Syekh Asnawi Caringin.
Abah Qasad melanjutkan sekolahnya sambil nyantri di MMA
Caringin dengan keterbatasan biaya. Qasad banyak dibantu oleh
uwaknya yaitu Ibu Hj. Pengki yang sangat mengerti bakat cita-cita
Qasad. Selanjutnya Qasad menuntaskan belajarnya di pesantren
85
Cibeber Serang Banten. Keinginan Qasad dalam mendirikan lembaga
pendidikan merupakan ide yang sangat maju pada saat itu, terutama
dalam hal “berijtihad dalam pendidikan”.
Tekad keras Qasad dilakukan dengan penuh keikhlasan. Pada
tahun 1936 Qasad menikahi gadis bernama Hindun Mastufah. Setelah
menikiah Qasad dan Hindun sering mendapatkan cemoohan, cercaan
masyarakat dalam upaya dakwahnya. Berbekal dengan keikhlasan
adalah modal yang dapat membangkitkan semangat juang dan tekad
keras adalah kunci kemenangannya dalam setiap menyelesaikan
persoalan. Seperti kutipan berikut : “Dalam keikhlasan ada semangat
juang beratnya tantangan dan besarnya masalah menjadi kecil dan
ringan selama memiliki semangat pengabdian dan jiwa keikhlasan.”
Pasangan Abah Qasad dan Hindun Mastufah baru memiliki
keturunan setelah lima tahun setelah pernikahannya. Rifa‟i sebagai
anak sulung menjadi harapan Abah Qasad dalam melanjutkan cita-
citanya mendirikan lembaga pendidikan di desanya. Keseharian Ibu
Hindun Mastufah adalah ibu yang gesit, sabar, tekun, dan penuh
tanggung jawab terhadap anak-anaknya. Hindun selalu menegakan
86
disiplin dalam mendidik anak-anaknya dalam kehidupan sehari-hari.
Kedisiplinan yang Ibu Hindun terapkan merupakan pesan yang selalu
di amalkan oleh anak-anaknya hingga saat ini.
Kemudian pada skema tengah, buku ini mengkisahkan tentang
sepak terjang dan kesungguhan seorang Rifa‟i dalam menuntut ilmu.
Demi harapan dan cita-cita Abah Qasad dalam mendirikan lembaga
pendidikan, maka setelah beristiqarah Abah Qasad menyekolahkan
Rifa‟i ke Pondok Modern Gontor. Abah Qasad menginginkan putra
sulungnya dapat menjadi seorang pemimpin yang mampu membaca
perkembangan zaman.
Disamping keterbatasan ekonomi keluarganya, Rifa‟i sangat
bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu di Pondok Modern Gontor.
Rifa‟i sangat mematuhi nasihat-nasihat yang diberikan oleh kiyainya,
sehingga ketika lulus studinya Rifa‟i menjadi sekertaris pribadi kiyaiya
yaitu Imam Zarkasyi. Kesungguhan Rifa‟i dalam menuntut ilmu
menjadi bekal dalam mendirikan lembaga pendidikan. Doa orang tua
dan gurunya membuahkan lembaga pendidikan di desa Gintung yaitu
Pondok Pesantren Daar El Qolam.
87
Seiring berjalannya waktu, kerja keras dan pengalaman Rifa‟i
dapat mengembangkan lembaga pendidikan dibeberapa tempat, Pondok
Pesantren La Tansa Cipanas Banten, Pesantren Wisata La Lahwa di
bilangan Pantai Panimbang Pandeglang. Selain itu, demi
memperhatikan guru-guru dan pengajar pada lembaga pendidikan yang
didirikannya Rifa‟i mendirikan perguruan tinggi La Tansa Mashiro,
tujuannya agar guru-guru pengabdian dapat menambah wawasan
dengan adanya perguruan tinggi La Tansa Mashiro.
Pada skema akhir, BAB ini mengakumulasikan kisah dari awal
hingga akhir perjalanan hidup seorang Kiyai Mumtaz (Rifa‟i), berbagai
lembaga pendidikan yang didirikannya tidak semata-mata berbekal
ilmu saja, segala sesuatu yang ia lakukan melalui tekad kerja keras dan
kesungguhannya dalam upaya mendirikan lembaga pendidikan. rifa‟i
sangat mengartikan kehidupan yang hakiki yaitu tujuan kehidupan yang
sebenarnya adalah ibadah kepada Allah. Mendirikan lembaga
pendidikan adalah sebuah proses untuk mengangkat harakat dan
martabat masyarakat.
88
Tabel 4.2
Hal Yang Diamati Temuan Data
Elemen ini menunjukan
bagaimana bagian-bagian dari
pendahuluan sampai akhir, dalam
teks disusun dan di urutkan
menjadi satu kesatuan arti
Menuntut ilmu adalah suatu
usaha yang dilakukan oleh seseorang
untuk merubah tingkah laku dan perilaku
kearah yang lebih baik,karena pada
dasarnya ilmu menunjukkan jalan
menuju kebenaran dan meninggalkan
kebodohan.
Menuntut ilmu adalah ibadah,
bahkan merupakan Ibadah yang paling
agung dan paling utama, sehingga Allah
menjadikannya sebagai bagian dari jihad
fisabilillah, sebagaimana firmanNya
dalam surat At Taubah Ayat:122
فة كا وما كان ٱلمؤمنون لينفروا
89
ليت فقهوا ئفة هم طامن فرقة كل من ن فر ف لول
ين ولينذروا ف إليهم ا رجعو إذا ق ومهم ٱلد
يذرون لعلهم
Artinya :tidak sepatutnya bagi
mu‟min itu pergi semuanya (medan
perang), mengapa tidak pergi dari tiap-
tiap golongan diantara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan
mereka tentang agama dan untuk
member peringatan pada kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya
supaya mereka itu dapat menjaga
dirinya.
Pada ayat tersebut menjelaskan
bahwasannya ilmu pengetahuan yang
menjaga diri kita dari pembodohan,
90
seperti yang pernah dilakukan oleh
kolonial Belanda dan Jepang dalam
menjajah negeri kita. Maka tekad keras
Rifa‟i dalam mendirikan lembaga
pendidikan, agar negeri kita bangkit dari
pembodohan tersebut.
3. Struktur Mikro
a. Semantik
Semantik adalah makna yang ingin ditekankan dalam teks dari
hubungan antar kalimat, hubungan antar preposisi yang membangun
makna tertentu dalam bangunan teks. Makna yang ingin ditekankan
dalam skema Van Dijk, disebut hubungan antar kalimat, hubungan
antar preposisi yang membangun makna tertentu dalam struktur
wacana.64
64 Eriyanto, anilisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h.232
91
Tabel 4.3
Hal Yang Diamati Temuan Data
Semantik makna yang ingin
ditekankan dalam buku Kiprah
Kiyai Entrepreneur karya Sholeh
Rosyad.
Dalam hal ini perjalanan seorang
kiyai mumtaz pada buku Kiprah Kiyai
Entrepreneur menekankan sebuah pola
pikir dari penulis untuk memberikan
informasi, bimbingan, arahan ataupun
ajakan kepada masyarakat luas untuk
selalu beristiqomah dalam beribadah
kepada Allah SWT, bersungguh-sungguh
dalam bekerja yang bermanfaat bagi
orang lain. segala hal bersujud kepada
Allah SWT. Ada beberapa pengulangan
kata beristiqomah dalam puisi tersebut,
hal itu menunjukan adanya penekanan
terhadap kata istiqomah, yang berarti
sebuah makna yang jelas ingin
disampaikan kepada khalayak.
92
Elemen-elemen strategi semantik adalah sebagai berikut;
1) Latar
Latar merupakan bagian teks yang bisa mempengaruhi
semantik (arti kata) dan makna yang ingin ditampilkan, dari 10
sub judul pada buku Kiprah Kiyai Entrepreneur ini dalam setiap
kisahnya rata-rata mengisahkan tentang latar belakang
keluarganya yang sangat sederhana. Latar yang terdapat dalam
buku ini adalah latar historis yaitu latar yang banyak
mengisahkan kejadian kelam di masa lalu dalam kehidupan
keluarga yang sederhana. Historis seringkali ditemui dengan
kilas balik atau flashback di setiap kisah yang sedang
berlangsung.
“Pada saat itu Gintung adalah sebuah kampung kecil
ditengah persawahan yang membentang luas. Manakala
matahari terbenam, orang-orang kembali dari sawah, bebek-
bebek digiring dari rawa-rawa, binatang piaraan kembali ke
kandang-kandang, gelapnya malam menambah kesunyian
kampung Gintung.”
93
“Di rumah yang sederhana, di pondok yang masih
darurat, di kampung yang masih sepi dan tertinggal, KH. Imam
Zarkasyi berdoa‟ dengan khusyu‟ dan penuh keikhlasan untuk
Lilip, umat dan syiar Islam. Kunjungan gurunya yang bijak
menambah semangat Rifa‟i untuk memperjuangkan harapan
dan cita-cita besar ayahnya yang telah dijiwainya dan
dipersiapkannya.”
Kutipan di atas sangat jelas menggambarkan bahwa
daerah tempat tinggal seorang Rifa‟i pada masa lalu tinggal
disebuah kampung yang bernama Gintung, kampung yang
terletak di tengah persawahan yang membentang luas. Gintung
pada saat itu merupakan kampung yang tertinggal, dalam segi
ekonomi masyarakat gintung tidak mungkin dibebani oleh biaya
pendidikan, selain itu sarana pendukung juga sangat minim.
Masih langka pada saat itu yang mau mendirikan pesantren.
Tidak ada harapan apa-apa yang menjanjikan. Pesantren yang
dianggap penyebab ketertinggalan, kekumuhan dan kemiskinan
mulai ditinggalkan oleh masyarakat Gintung. Hal tersebut tidak
mematahkan semangat Rifa‟i dalam meneruskan cita-cita besar
94
ayahnya untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan
pesantren di kampung Gintung.
2) Detail
Pengertian detail menurut kerangka analisis van Dijk
adalah teks mana yang disampaikan secara mendetail dan teks
mana yang ditampilkan secukupnya saja. Detail berhubungan
dengan kontrol informasi yang ditampilkan komunikator atau
pengarang. Pengarang akan menampilkan secara berlebihan
informasi yang menguntungkan dirinya atau citra yang baik.
Sebaliknya, ia akan menampilkan informasi dalam jumlah
sedikit, hal yang merugikan dirinya.65
Detail yang terdapat pada buku ini banyak menampilkan
sosok Rifa‟i yang sangat bersungguh-sungguh dalam kerja
kerasnya demi mewujudkan cita-cita besar ayahnya untuk
mendirikan lembaga pesantren di desa Gintung, hal tersebut
tentu menjadi tujuan disusunnya buku biografi ini agar dapat
65 Eriyanto, anilisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h.238
95
memberikan motivasi kepada para pembaca serta generasi
selanjutnya. Seperti kutipan di bawah ini:
“Rifa‟i merupakan sosok santri yang meyakini kebenaran
aksiomatis konsep ibadah tersebut. Beliau menjadikannya
sebagai jalan hidupnya menuju Allah. Sehingga ia bekerja,
berbuat tiada henti, tidak mengenal lelah, tidak mengenal
waktu, tidak pernah membiarkan waktunya kosong, istiqomah
dalam menggapai cita-citanya, dan terus berdoa mengharap
pertolongan dan ridha-NYA. Dengan demikian pondok yang
didirikannya Dar El-Qolam maju pesat dan mendapat
kepercayaan masyarakat yang luar biasa. Berbuatlah dan
bekerjalah setiap saat, jangan biarkan ada waktu yang kosong
dan rutinkanlah shalat malam serta berdo‟alah sampai
menagis.“
Dalam kutipan tersebut terdapat sebuah pemikiran Rifa‟i
yang mendorong motivasi kepada khalayak, bahwa dalam
menjalani hidup kita harus banyak bekerja. Tujuan utama hidup
adalah untuk beribadah, maka dalam kehidupan dianjurkan
96
untuk kita bekerja setiap saat dengan tujuan untuk beribadah.
Perjuangan Rifa‟i dalam mendirikan pondok Daar El-Qalam
sering menghadapi sejumlah persoalan yang rumit dan tidak
terselesaikan, namun Allah memberikan kemudahan setelah
Rifa‟i istiqomah dalam berbuat dan bekerja serta berdoa
memohon kemudahan dan keridhaan-NYA. Berbuat adalah
ajaran syari‟ah yang mengajarkan hukum sebab akibat, dan
berdoa adalah ajaran tauhid yang mengajarkan kepasrahan diri
kepada Allah.
3) Maksud
Elemen wacana maksud hampir sama dengan elemen
detail. Elemen maksud melihat informasi yang menguntungkan
komunikator atau pengarang akan diuraikan secara eksplisit
dan jelas. Sebaliknya, informasi yang merugikan akan diuraikan
secara tersamar, implisit, dan tersembunyi. Berikut ini dua
kutipan yang diambil dari dua sub judul yang berbeda namun
masih dalam ranah usaha yang sama :
97
“Pada saat akhir dekade enampuluhan usaha yang
dilakukan Rifa‟i mendirikan pesantren moderen ala Gontor di
Gintung sangat kontroversial. Masyarakat sulit menerima
kehadirannya yang membawa hal-hal baru dan asing bagi
mereka. Sebagai seorang yang memiliki jiwa kemandirian
(Entrepreneurship), Rifa‟i dengan tegar menghadapi semua
persoalan dan rintangan. Ia senantiasa berfikir tentang
bagaimana meyakinkan masyarakat terhadap ide-ide yang
digulirkannya. Strategi apa yang harus digunakannya, agar
kemudian program dapat dijalankan dengan baik tanpa
menimbulkan resiko yang besar. Memanaj resiko tentu sebuah
keniscayaan dalam manajemen, tapi menghidarinya akan lebih
baik jika itu memungkinkan.”
Kutipan di atas merupakan usaha keras Rifa‟i dalam
mendirikan pondok pesantren moderen di desa Gintung. Elemen
maksud di dalam kutipan tersebut terlihat secara jelas dan
eksplisit, kutipan di atas menjelaskan jiwa kemandirian Rifa‟i
dalam menghadapi persoalan yang kontroversial bagi
masyarakat dengan didirikan sebuah pesantren moderen di
98
Gintung. Tersirat juga pemikiran-pemikiran dan ide-ide Rifa‟i
dalam memecahkan sebuah persoalan. Rifa‟i memiliki dalam
menghadapi rintangannya tanpa menimbulkan resiko yang
besar. Jiwa kemandirian (Entrepreneurship) dan usaha keras
merupakan kunci kesuksesan dalam menghadapi tantangan dan
rintangan
Selain elemen maksud yang menjelaskan secara jelas dan
eksplisit, terdapat beberapa kutipan yang penjelasannya implisit
dan cenderung samar, seperti kutipan di bawah ini :
“Setelah ditinggal ayahanda tercinta, pak Rifa‟i
menghadapi berbagai persoalan internal dan eksternal
sendirian. Dengan bersungguh-sungguh ia terus berbuat dan
istiqomah. Sehingga setahap demi setahap situasi berubah ,
pandangan buruk telah berbalik membenarkan , rintangan telah
berbalik menjadi dukungan, keraguan berbalik menjadi
kepercayaan, kekurangan dan kemiskinan telah berbalik
menjadi kesejahteraan.”
99
“Semua orang bertanyatanya, apakah pak Rifa‟i mau
meng-SMP dan SMA kan pesantren, mau menjual pesantren?,
demikianlah sejumlah pertanyaan dilontarkannya.”
Kutipan di atas adalah cara berfikir seorang entrepreneur
yang lebih maju, kreatif, dan inovatif. Rifa‟i pandai membaca
kebutuhan masyarakat sekian puluh tahun kedepan.
Mengembangkan sistem pondok pesantren belum lumrah pada
waktu itu, tabu dan sakral. Pak Rifa‟i terus berkreasi bahkan
mendirikan pesantren dengan sekolah formal SMP dan SMA di
Cipanas Lebak Banten. Peneliti melihat penjelasan tantangan
dan rintangan Rifa‟i terlalu implisit dan samar karena dalam
kutipan tersebut tidak menunjukan proses Rifa‟i dalam
menghadapi tantangannya.
Dari kedua kisah yang dikutip di atas menunjukkan
perbedaan elemen maksud yang terdapat dalam buku Kiprah
Kiyai Entrepreneur, namun kedua kegiatan Rifa‟i dalam
menghadapi persoalan dilakukan demi mendirikan lembaga
pendidikan pesantren yang sangat dibutuhkan masyarakat.
100
b. Sintaksis
Sintaksis adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan
seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase. Dalam hal ini
menerangkan tentang bagaimana pengarang menggunakan kalimat
hingga menjadi satu kesatuan.
Tabel 4.4
Hal Yang Diamati Temuan Data
Bagaimana pendapat
disampaikan dalam suatu berita
ataupun wacana, sintaksis dibagi
menjadi tiga bagian yaitu:
koherensi, bentuk kalimat dan
kata ganti.
Dalam buku Kiprah Kiyai Entrepreneur,
cara penyampaian, pemilihan kata demi
kata dan penggabungan kalimat dapat
mempengaruhi minat masyarakat untuk
membaca ataupun mengaplikasikan apa
yang diperintahkan atau diinformasikan
dalam buku tersebut. Penggabungan kata
yang mudah dimengerti dan pemilihan
bahasa yang tinggi membuat buku
tersebut semakin menarik.
101
1) Koherensi
Koherensi merupakan pertalian antar kata atau kalimat,
menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga
tampak koheren. Koherensi biasanya dapat diamati dengan
memakai kata penghubung (konjungsi) seperti : dan, atau, tetapi,
namun, seperti, karena, meskipun, jika, demikian pula, agar, dan
sebagainya. Hal tersebut dapat terlihat pada kutipan di bawah ini :
“Lilip ke Gontor diiringi do‟a diantar derai airmata
keprihatinan karena politik, ekonomi dan sosial budaya negri yang
carut meraut. Ekonomi keluarga yang sederhana dan terbatas.”
Pada kutipan di atas, penempatan kata “karena”,‟dan”,
“akibat‟, mempunyai fungsi sebagai kata penghubung antar kalimat
satu dengan kalimat lainnya. Kata penghubung “karena‟ yang
pertama menjadi penghubung antara kalimat sebab-akibat “Lilip ke
Gontor diiringi do‟a diantar derai airmata keprihatinan karena
politik, ekonomi dan sosial budaya negri yang carut meraut ”, kata
hubung “karena” menunjukan sebab-akibat. Faktor politik,
ekonomi, dan sosial budaya menyebabkan keprihatinan keluarga
102
Rifa‟i ketika hendak berangkat menuntut ilmu di pondok modern
Gontor. Kemudian kata “dan” menjadi penghubung pada kalimat
pernyataan. “Ekonomi keluarga yang sederhana dan terbatas”,
pernyataan tersebut menjelaskan bagaimana saat itu ekonomi
keluarga Rifa‟i yang sederhana ditegaskan oleh penghubung “dan”,
yang mengartikan bahwa keadaan ekonomi keluarga Rifa‟i tidak
hanya sederhana tetapi dinyatakan juga keadaan ekonomi Rifa‟i
yang terbatas.
2) Bentuk Kalimat
Bentuk kalimat adalah sintaksis yang berhubungan dengan
cara berpikir logis. Menjelaskan tentang proposisi-proposisi yang
diatur dalam satu rangkaian kalimat. Maksudnya, proposisi-
proposisi mana yang akan ditempatkan di awal atau akhir kalimat.
Kutipan berikut dapat menjelaskan dan membedakan mana subjek,
predikat, objek, dan keterangan.
“Kiranya tempat, pakaian, makan dan minum saya lebih
mewah, lebih bagus, lebih enak dari tempat, pakaian, makanan
103
dan minum anak-anakku santri sekalian, maka kalian boleh
protes.”
“setelah lama saya mempertimbangkan banyak hal, akhirnya
saya memutuskan untuk berangkat menemani Ibu pergi ke Tanah
Suci. Setelah tiba di sana, saya justru menjadi khusyuk
menunaikan ibadah haji bersama Ibu”.
Pada kutipan diatas Kata “saya” dikategorikan sebagai
subjek yakni KH. Imam Zarkasyi (pengasuh pondok modern
Gontor). Kemudian kalimat “lebih mewah, lebih bagus, lebih
enak” merupakan predikat yang dilakukan oleh subjek. Kalimat
“dari tempat, pakaian, makanan dan minum anak-anakku santri
sekalian” adalah sebagai objek yakni seluruh santri pondok modern
Gontor.
3) Kata Ganti
Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator
untuk menunjukan di mana posisi seseorang dalam wacana. Kata
ganti yang banyak digunakan dalam buku Kiprak Kiyai
104
Entrepreneur ialah kata ganti “saya” dan “kami”. Kata ganti “saya”
dalam buku biografi yang diteliti menggambarkan pada seorang
tokoh yang diceritakan dalam kisah buku ini. Salah satu kutipan
yang menggunakan kata ganti “saya” sebagai berikut;
“Saya mendirikan pesantren untuk ibadah”
Kutipan tersebut menjelaskan kata ganti “saya” yang
memiliki kata tunggal dan menggambarkan sebagai tokoh utama
dalam buku biografi Kiprah Kiyai Entrepreneur. Pemakaian kata
ganti “saya” memiliki implikasi seorang tokoh yang diceritakan
dalam buku tersebut (Rifa‟i) pada pernyataan yang ingin beribadah
dalam mendirikan pondok pesantren. Karena menurutnya, segala
sesuatu yang dilakukan oleh manusia dalam hidupnya adalah
bertujuan untuk beribadah kepada Allah SWT. Hal ini tercantum
dalam Al Qur‟an surat Adz-Dzariyat yang berbunyi:
نس إل لي عبدون وما خلقت الن وال
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)
105
Ayat tersebut secara gamblang memberikan penjelasan
bahwasannya Allah Swt tidak akan menciptakan jin dan manusia,
kecuali agar jin dan manusia beribadah kepada Allah.
c. Stilistik
Stilistik merupakan cara yang digunakan pengarang untuk
menyatakan maksud melalui pilihan kata yang digunakan. Fokus utama
stilistik adalah menjawab kepada apa gaya bahasa yang digunakan,
gaya bahasa merujuk terus kepada gaya unik seseorang penulis dalam
menyampaikan idea kepada pembaca mengikut pandangannya. Selain
itu, tupuan stilistik melingkupi kenapa gaya bahasa sedemikian
digunakan penulis menggunakan gaya bahasa tersebut yang terbahagi
kepada dua unsur iaitu gaya menurut sistem bahasa dan gaya menurut
seni bahasa.
Tabel 4.5
Hal Yang Diamati Temuan Data
Stalistik, Cara komunikator dalam
menyampaikan maksudnya dengan
Hal ini sangat penting diperhatikan,
karena tutur bicara dan gaya bahasa sang
106
menggunakan gaya bahasa yang
diinginkan oleh komunikator.
penulis sangat mempengaruhi
keberlangsungan dakwah itu sendiri,
dalam buku ini penulis sangat
memperhatikan secara detail pemakaian
kata-kata yang mudah dimengerti dan
diingat. Sehingga hal tersebut, dapat
memberikan sugesti yang positif bagi
pembacanya untuk dijadikan contoh
dalam berkehidupan, serta memberikan
manfaat bagi pembacanya, ataupun
sekedar menambah pengetahuan.
Pilihan kata yang dipakai pengarang dalam buku Kiprah Kiyai
Entrepreneur karya Sholeh Rosyad menunjukkan ideologi dan
religiutasnya. Seperti kutipan berikut ini:
“Karya besar lahir dari usaha yang besar, usaha yang besar lahir dari
jiwa yang besar. Jiwa yang besar dapat terbentuk karena komitmen
yang utuh, ikhtiar yang berkesinambungan dan istiqomah akan nilai-
nilai ketuhanan (Tauhid). Komitmen seseorang terhadap nilai-nilai
107
ketuhanan akan membuatnya fokus dalam bekerja dan berkarya, jelas
dalam menentukan tujuan (visi), cermat dalam menetapkan strategi.
Keberhasilan, kesuksesan dan kegemilangan adalah buahnya.”
Kutipan di atas menunjukkan sikap jiwa besar seorang Rifa‟i
berkomitmen dalam menentukan tujuannya mendirikan lembaga
pendidikan islam tepatnya disebut pondok pesantren. Karena pada
dasarnya komitmen seseorang terhadap nilai-nilai ketuhanan akan
membuatnya fokus dalam bekerja.
Elemen leksikon atau pemilihan kata yang digunakan pada
kutipan di atas adalah kata “kegemilangan‟ dapat diartikan sebagai
“kemasyhuran”, kemudian kata “menetapkan‟ yang dapat diganti
dengan kata “memilih‟, pemilihan kata tersebut digunakan sesuai
dengan pemaknaan terhadap realitas yang dihadapi.
d. Retoris
Elemen retoris adalah gaya yang diungkapkan pengarang untuk
menyatakan sesuatu dengan sebuah intonasi dan penekanan, serta
bagaimana dan dengan cara apa penekanan dilakukan.
108
Retoris menyangkut penggunaan repetisi, alitersi, metafora yang
dapat berfungsi sebagai “idiologi control” manakalah sebuah informasi
yang kurang baik tentang aktor tertentu dibuat kurang mencolok
sementara informasi tentang aktor lain ditekankan.
Pada buku Kiprah Kiyai Entrepreneur karya Sholeh Rosyad,
pesan yang disampaikan oleh penulis yaitu melalui penekanan pada
beberapa kalimat yang diperkuat oleh bahasa kiasan, serta bahasa atau
ungkapan sehari-hari.
Tabel 4.6
Hal Yang Diamati Temuan Data
Retoris, Bagaimana cara penulis
menyampaikan pesan melalui
penekanan pada kalimat yang di
perkuat oleh kiasan, ungkapan
sehari-hari.
Dalam hal ini, penulis sengaja
memberikan beberapa kiasan pada buku
Kiprah Kiyai Entrepreneur. Seperti
metafora, dapat dijadikan sebagai suatu
landasan berfikir oleh pembaca buku
tersebut.
109
Elemen-elemen retoris diantaranya :
1) Grafis
Elemen Grafis merupakan bagian untuk memeriksa apa yang
ditekankan atau ditonjolkan oleh seseorang yang dapat diamati dari
teks. Elemen grafis ini biasanya muncul lewat bagian tulisan yang
dibuat lain dibandingkan tulisan lain. pemakaian huruf tebal, cetak
miring, pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran
lebih besar (kapital) termasuk di dalamnya adalah pemakaian
caption, raster, grafik, gambar, atau tabel untuk mendukung arti
penting suatu pesan.66
Elemen grafis itu juga muncul dalam bentuk foto, gambar,
atau tabel untuk mendukung gagasan, serta pemakaian angka-
angka yang diantaranya untuk mensugestikan kebenaran dan
ketelitian, serta dengan penggunaan huruf besar dan kecil. Salah
satunya pada kutipan berikut:
“Rifa‟i Arief dipanggil “Lilip” ketika dilahirkan 30 Desember
1942, Jepang mendaratkan pasukannya di Merak Banten. Keadaan
66 Eriyanto, anilisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h.257.
110
Indonesia semakin kritis, Lilip kecil tumbuh ditengah problematika
hidup yang menantang, semakin sering menghadapi problem dan
tantangan, semakin tumbuh seni memimpin.”
Pada kutipan di atas terdapat perbedaan ukuran huruf yang
berarti ada penekanan makna yang dilakukan. Pernyataan diatas
menekankan jiwa kepemimpinan Rifa‟i muncul karena Rifa‟i
sering menghadapi problematika dengan istiqomah kepada Allah
Swt.
2) Metafora
Elemen metafora merupakan kalimat yang mendukung
kiasan, ungkapan sehari-hari, pepatah, nasihat agama, semuanya
digunakan untuk memperjelas pesan utama, agar orang yang
membaca akan mudah mengingat dan memahami isi pesan
tersebut.
Metafora berusaha membandingkan dua hal yang dinyatakan
sesecara eksplisit.67
67 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Gadjah Mada University
Press: 2005), h. 299
111
Pada buku “Kiprah Kiyai Entrepreneur”, penulis menuliskan
kalimat yang mengandung muatan informasi untuk menguatkan
pesan utama. Berikut kutipannya:
“Penolakan itu sempat membuat Lilip sedikit merana, tapi ia
berkata dalam hatinya tidak boleh putus asa. Sekali dayung
dikayuh tak boleh berhenti dengan datangnya oombak”
Kutipan di atas mengandung kata kiasan yang
menggambarkan betapa besar ketulusan hati Rifa‟i ketika niat
meminang sang istri sempat ditolak oleh kedua orang tua Nenah,
namun Lilip tidak menyerah begitu saja hingga akhirnya jodoh
mempertemukan Rifa‟i dan Nenah dalam pelaminan.
Tekad keras seorang abah Qasad dalam upaya mendirikan
lembaga pendidikan di Gintung yang pada saat itu masih terbilang
pelosok. Pemikiran tersebut muncul karena abah Qasad tidak ingin
bangsa Indonesia dibodohi oleh kolonial penjajah. Abah Qasad
menaruh cita-citanya tersebut kepada anak sulungnya yaitu Rifa‟i
Arief, kemudian menyekolahkan Rifa‟i di pondok pesantren
moderen Gontor Jawa Timur yang merupakan hasil
112
istiqomahannya kepada Allah dalam hal kebaikan Rifa‟i.
Kemudian tekad keras Rifa‟i untuk melanjutkan pemikiran dakwah
ayahnya dalam hal pendidikan.
Sikap kemandirian Rifa‟i yang berpengalaman dalam
berorganisasi menunjukan seorang kepemimpinan, banyak
pemikiran-pemikiran dakwahnya pada dunia pendidikan, salah
satunya yaitu sebuah pembaharuan dunia pesantren yang pada
masa itu pesantren hanya santri putra saja atau hanya santri
perempuan saja. Dengan istiqomahnya dijalan Allah Swt Rifa‟i
pada pemikirannya menggabungkan santri putra dan santri putri
dalam satu pondok pesantren.
Pesan moral yang dapat diambil adalah jika seseorang
mempunyai kemauan untuk mengubah sesuatu dan berusaha sekuat
mungkin maka pintu kebaikan terbuka lebar-lebar untuknya.
Sebagaimana firman Allah SWT :
إن الله ل ي غي ر ما بقوم حت ي غي روا ما بأن فسهم
113
Artinya: "sesungguhnya Allah tidak merubah nasib suatu kaum
sehingga mereka merubah sendiri keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri" (Q.S. Ar-Ra'd: 11).
Ayat tersebut berbicara tentang dua pelaku perubahan.
Pelaku yang pertama adalah Allah SWT, yang mengubah nikmat
yang dianugerahkan-Nya kepada suatu masyarakat. sedang pelaku
kedua adalah manusia yang melakukan perubahan untuk dirinya
sendiri.
Tuhan tidak megijinkan manusia untuk putus asa, dan itu
sudah dicontohkan ketika penciptaan manusia pertama Adam dan
Hawa, ketika kegagalan dialaminya, Adam dan Hawa dengan
segala kemauan.68
Selanjutnya ayat tersebut menekankan bahwa perubahan
yang dilakukan oleh Allah haruslah didahului oleh perubahan yang
68 Salim Bahreesy, Terjemah Singkat Ibnu Katsir, (Surabaya: Bina Ilmu,
1988), h.455.
114
dilakukan oleh masyarakat / individu menyangkut sisi dalam
mereka sendiri.69
B. Analisis Wacana Pemikiran Dakwah dilihat dari Kognisi
Sosial
Dalam kerangka analisis wacana Teun A. Van Dijk analisis
wacana tidak hanya dibatasi pada struktur teks, karena struktur wacana
itu sendiri menunjukan atau menandakan sejumlah makna, pendapat
dan ideologi. Untuk membongkar bagaimana makna tersembunyi dari
teks, kita membutuhkan suatu analisis kognisi dan konteks sosial.70
Pada analisis kognisi sosial difokuskan bagaimana sebuah teks
diproduksi, dipahami dan ditafsirkan.
Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak
mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa,
atau lebih tepatnya oleh kesadaran mental pemakai bahasa. Buku
biografi “Kiprah Kiyai Entrepreneur” sebenarnya merupakan hasil
musyawarah keluarga besar pondok pesantren Daar El-Qolam dan La
Tansa, yang memberikan kepercayaan kepada Sholeh Rosyad untuk
69 Quraish Shihab. Tafsir Al-Mishbah Vol. 6: Pesan, Kesan dan Keserasian
Al-Qur‟an,
(Jakarta : Lentera Hati: 2002), h. 233.
70
Eriyanto, anilisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h.260
115
membukukan perjalanan hidup seorang pendiri lembaga pondok
pesantren Daar El-Qolam dan La Tansa Ahmad Rifa‟i Arief.71
Istilah “Entrepreneur” menurut Sholeh Rosyad adalah sikap
kemandirian seorang Ahmad Rifa‟i Arief dalam berusaha dan
berkarya.72
Hal tersebut telah dibuktikan pada riwayat hidupnya
sebagai “penuntut ilmu gigih”. Sejarah hidupnya lebih menunjukan
keterlibatan dalam ilmu pengetahuan, baik sebagai pelajar, pengajar,
pendiri lembaga pendidikan, pemikir visi-misi pendidikan, maupun
peletak dasar falsafah pendidikan. Oleh karena itu penting untuk
dijadikan inspiratif dan tauladan bagi santri-santrinya, keluarga, serta
masyarakat luas sebagai generasi penerus.
Pada kalimat-kalimat atau cerita yang mengandung pemikiran-
pemikiran dakwah pada buku “Kiprah Kiyai Entrepreneur” tersebut,
Sholeh Rosyad sebagai penulis merupakan seseorang yang berperan
dalam mengkomunikasikan data sehingga terbentuknya teks. Dalam hal
sistematika penulisan, Sholeh Rosyad membuat draft dan
71 Wawancara Pribadi dengan Sholeh Rosyad, penulis buku biografi “Kiprah
Kiyai Entrepreneur”, pada tanggal 7 Februari 2019.
72
Wawancara Pribadi dengan Sholeh Rosyad, penulis buku biografi “Kiprah
Kiyai Entrepreneur”, pada tanggal 7 Februari 2019.
116
mewawancarai orang-orang yang mengenal baik Drs. KH. Ahmad
Rifa‟i Arief.
Dari hasil wawancara tersebut, Sholeh Rosyad mengenalkan
kepribadian beliau, prinsip-prinsip hidupnya, idealismenya, perjuangan
dan pengorbanannya dalam melakukan syi‟ar Islam dan
mengembangkan sistem pendidikan pondok pesantren di Banten. Hal
tersebut diutarakan oleh penulis agar perjalanan seorang kiyai Rifa‟i
serta pemikiran-pemikiran dakwahnya dapat dijadikan sebagai contoh
inspiratif bagi masyarakat.
C. Analisis Wacana Pemikiran Dakwah dilihat dari Konteks
Sosial
Dimensi ketiga dari analisis wacana Van Dijk adalah analisis
sosial. Wacana adalah bagian wacana yang berkembang dalam
masyarakat. Analisis sosial melihat bagaimana teks itu dihubungkan
lebih jauh dengan struktur sosial dan pengetahuan yang berkembang
dalam masyarakat atas satu wacana. Titik penting dari analisis ini
117
adalah untuk menunjukkan bagaimana makna yang di hayati bersama,
kekuasaan sosial diproduksi lewat praktik diskursus dan legitimasi.73
Analisis konteks sosial dimaksudkan untuk melihat konteks atau
latar belakang terbentuknya teks tersebut. Jadi ini berkaitan pula
dengan keadaan situasional yang terjadi pada tulisan atau sebuah teks
dibuat. Penulisan perjalanan Rifa‟i Arief dalam menetapkan visi dan
misi dalam nilai-nilai ketuhanan bertujuan untuk menjadi contoh bagi
generasinya, anak-cucu abah Qasad dan selanjutnya para alumninya,
agar menjadikan inspirasi serta tauladan.
Dalam proses penyusunan buku “Kiprah Kiyai Entrepreneur”
sampai diterbitkannya, buku biografi ini menuai banyak presepsi dari
kalangan masyarakat. Sebagian memandang dari kata “Entrepreneur”
yang mereka anggap KH. Rifa‟i adalah seorang yang menjual ilmu
khususnya ilmu keagamaan. Kemudian ada juga yang mempresepsikan
bahwa buku tersebut hanya untuk kepentingan lembaga pendidikan
yang didirikannya.
73 Eriyanto, anilisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h.271
118
Orang-orang yang sering bercerita pengalaman personalnya
terhadap Rifa‟i seperti guru-gurunya, tokoh-tokoh agama, santri-
santrinya serta masyarakat luas mengenal Rifa‟i sebagai sosok yang
sangat berkomitmen terhadap nilai-nilai ketuhanan sehingga
membuatnya fokus dalam bekerja dan berkarya, jelas dalam
menentukan tujuan (visi), cermat dalam menetapkan strategi.74
Keberhasilan, kesuksesan, dan kegemilangan Rifa‟i sangat memberikan
inspiratif kepada pembaca dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
Tulisan-tulisan pada buku “Kiprah Kiyai Entrepreneur” memberikan
pemikiran-pemikiran yang bermakna dalam kehidupan, serta
memberikan spiritual dalam menlengkapi tujuan hidup. Di kalangan
sastra pun, pikiran-pikiran Rifa‟i bisa dijadikan sebuah pandangan
tersendiri.
74 Wawancara Pribadi dengan Nur Habibah, pembaca buku biografi “Kiprah
Kiyai Entrepreneur”, pada tanggal 11 Februari 2019.
119
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Buku “Kiprah Kiyai Entrepreneur” mengangkat tema perjalanan
seorang kiyai mumtaz yang mampu menggugah seluruh lapisan
masyarakat agar menjunjung tinggi pentingnya bersungguh-sungguh
dalam segala hal, serta mengajak pembaca untuk selalu beristiqomah
dijalan Allah SWT.
Dalam bab ini penulis mencoba memberikan beberapa
kesimpulan yaitu, sebagai berikut:
1. Dilihat dari struktur teks, pada buku “Kiprah Kiyai
Entrepreneur” penulis menyimpulkan bahwa :
a. Struktur makro atau Tematik yang terdapat dalam buku
Kiprah Kiyai Entrepreneur mengisahkan tentang perjalanan
seorang kiyai mumtaz yang bersungguh-sungguh dalam
mendirikan lembaga pondok pesantren di Provinsi Banten.
Rifa‟i merupakan seorang entrepreneur, yang dapat
diartikan sebagai seorang yang mandiri, bekerja keras, dan
beristiqomah dijalan Allah Swt. Secara keseluruhan
120
pemikiran-pemikiran yang terkandung dalam buku Kiprah
Kiyai Entrepreneur meliputi : tentang keikhlasan pada
semangat juang, kesungguhan dalam menuntut ilmu, tujuan
hidup adalah ibadah kepada Allah SWT, serta
keistiqomahan dalam bekerja.
b. Suprastruktur atau Skematik atau alur dalam buku Kiprah
Kiyai Entrepreneur, pada babak awal; buku ini
menceritakan latar belakang kehidupan kedua orang tua
Rifa‟i dan cita-cita ayahnya mendirikan lembaga
pendidikan di desanya. Tujuan cita-cita yang mulia itu
bertujuan untuk menyelamatkan masyarakat yang telah
lama dibodohi oleh penjajah pada saat itu. Kemudian pada
konflik; buku ini mengkisahkan tentang sepak terjang dan
kesungguhan seorang Rifa‟i dalam menuntut ilmu. Demi
harapan dan cita-cita Abah Qasad dalam mendirikan
lembaga pendidikan, maka setelah beristiqarah Abah Qasad
menyekolahkan Rifa‟i ke Pondok Modern Gontor. Abah
Qasad menginginkan putra sulungnya dapat menjadi
seorang pemimpin yang mampu membaca perkembangan
121
zaman. Pada skema resolusi; buku ini mengakumulasikan
kisah dari awal hingga akhir perjalanan hidup seorang kiyai
mumtaz (Rifa‟i), berbagai lembaga pendidikan yang
didirikannya tidak semata-mata berbekal ilmu saja, segala
sesuatu yang ia lakukan melalui tekad kerja keras dan
kesungguhannya dalam upaya mendirikan lembaga
pendidikan.
c. Struktur mikro membahas elemen-elemen buku Kiprah
Kiyai Entrepreneur yaitu memiliki latar, detail dan maksud
yang mudah dipahami pembaca. Koherensi antarkalimat
disusun dengan rapi dengan memakai kata penghubung
sebagai penguat. Pengarang juga memakai bentuk kalimat
dan kata ganti sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD). Elemen lainnya dalam struktur mikro adalah
stilistik atau pemakaian gaya bahasa. Dalam buku Kiprah
Kiyai Entrepreneur tidak terlalu banyak memakai gaya
bahasa yang dominan. Elemen selanjutnya adalah retoris,
pengarang menggambarkan elemen retoris ini dengan
menampilkan grafis yang menarik, memakai penekanan
122
secara implisit dan tidak terlalu banyak menggunakan
bahasa kiasan.
2. Dilihat dari Kognisi Sosial, pada buku Kiprah Kiyai
Entrepreneur pengarang berusaha menggambarkan kisah
seorang kiyai mumtaz yaitu Ahmad Rifa‟i Arief yang
berusaha dan berkarya dalam mendirikan beberapa lembaga
pondok pesantren di Banten. Hal tersebut telah dibuktikan
pada riwayat hidupnya sebagai “penuntut ilmu gigih”. Sejarah
hidupnya lebih menunjukan keterlibatan dalam ilmu
pengetahuan, baik sebagai pelajar, pengajar, pendiri lembaga
pendidikan, pemikir visi-misi pendidikan, maupun peletak
dasar falsafah pendidikan. Oleh karena itu penting untuk
dijadikan inspiratif dan tauladan bagi santri-santrinya,
keluarga, serta masyarakat luas sebagai generasi penerus. yang
sukses berkat kepatuhannya kepada orangtua. Pengarang juga
menunjukan betapa pentingnya pendidikan.
3. Dilihat dari Konteks Sosial, buku Kiprah Kiyai Entrepreneur
sudah cukup mewakili fenomena yang terjadi di Indonesia.
Tentang pentingnya moral dan pendidikan bagi anak-anak dan
123
generasi penerus bangsa. Pengarang juga memaparkan
kehidupan yang dilematis dan dramatis. Sebuah cerita yang
sudah umum di kalangan masyarakat Indonesia tentang
budaya materialisme yang tak kunjung hilang dari peradaban
manusia. Yaitu yang menjadikan materi sebagai sesuatu yang
harus dikejar. buku Kiprah Kiyai Entrepreneur merupakan
solusi yang baik untuk memberikan pemahaman tentang arti
kesungguhan dalam berbuat terutama memahami bagaimana
pentingnya pendidikan. Tulisan-tulisan pada buku Kiprah
Kiyai Entrepreneur memberikan pemikiran-pemikiran yang
bermakna dalam kehidupan, serta memberikan spiritual dalam
menlengkapi tujuan hidup.
B. Saran dan Rekomendasi
Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian penulis terhadap
buku biografi “Kiprah Kiyai Entrepreneur”, penulis ingin memberikan
serta rekomendasi. Diantaranya:
1. Beberapa kisah yang terdapat di buku biografi ini disarankan
agar lebih diperhatikan pada setiap alur kisahnya, demi
memudahkan pemahaman pembacanya.
124
2. Penulisan tanda bahasa titik, koma, dan sebagainya agar lebih
diperhatikan dalam setiap kisah yang diceritakan.
3. Dokumentasi foto yang terdapat pada buku biografi ini
sebaiknya disusun lebih rapih lagi, agar lebih membuat paham
pembaca.
4. Diharapkan menyusun buku khusus pemikiran-pemikiran KH.
Rifa‟i Arief.
5. Diharapkan ada penelitian lanjutan mengenai studi
perbandingan antara buku biografi dari tokoh yang berbeda
dan mencari pemikiran-pemikiran dakwah yang terdapat
didalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Amrullah. Dakwah dan Perubahan sosial, (Yogyakarta:
Prima Duta, 1983).
Ali Aziz, Moh, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004).
Amin, Samsul Munir, IIlmu Dakwah,( Jakarta : Amzah, 2009).
Amini, Ibrahim, Mengapa Nabi Diutus, (Jakarta : Alhuda, 2006).
Anshori, Isa, Mujahid Dakwah, (Bandung : Diponegoro, 1991).
Arnold, Thomas W. Sejarah Dakwah Islam : Terjemahan dari
The Preacing of Islam, (Jakarta: Wijaya, 1983.).
Aziz, Moh. Ali, Ilmu Dakwah : Edisi Revisi, (Jakarta : Kencana
2004).
Aziz, Moh. Ali, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004).
Bahreesy, Salim, Terjemah Singkat Ibnu Katsir, (Surabaya: Bina
Ilmu, 1988).
Cangara, Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2006).
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya: edisi yang
disempurnaka, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2009).
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa
Indonesia,( Jakarta: Balai Pustaka, 2002).
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media,
(Yogyakarta : Lkis Yogyakarta, 2001).
Fikriyani, Hasna. Analisis Wacana Pesan Moral Dalam Novel
Ada Surga Di Rumahmu Karya Oka Aurora (Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2016).
Ghazali, M. Bahri, Dakwah Komunikatif, (Jakarta: CV Pedoman,
1997).
Guntur Tarigan, Hery, Pengajaran Wacana, (Bandung : Angkasa,
1993).
HAMKA. Prinsip dan kebijaksanaan dakwah Islam, (Jakarta:
Pustaka Panjimas, 1984).
Handayani, Maya Rini, Teknologi Informasi Dan Komunikasi,
(Semarang, CV. Karya Abadi Jaya : 2015).
Ilaihi, Wahyu. Komunikasi Dakwah, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010).
Illahi, Wahyu, Manejemen Dakwah, (Jakarta : Kencana, 2006).
Ilprima, Ricca Junia. Analisis Wacana Pesan Toleransi
Antarumat Beragama dalam Novel Ayat-Ayat Cinta 2
Karya Habiburrahman El Shirazy, (Jakarta: Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016).
Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta : Rajawali Pers, 2006).
Kriyantono, Rachmat, Teknik & Praktik Riset Komunikasi,
(Jakarta : Kencana, 2006).
Lubis, Saiful Akhyar, Konseling Islami Kyai dan Pesantren,
(Yogyakarta, eLSAQ Press, 2007).
Mulyana, Kajian Wacana : Teori, Metode dan Aplikasi, Prinsip-
prinsip Analisis Wacana (Yogyakarta : Tiara Wacana,
2005).
Nurgiyantoro, Burhan, Teori Pengkajian Fiksi, (Gadjah Mada
University Press: 2005).
Poespoprodjo, W., Filsafat Moral, (CV Pustaka Grafika, 1999).
Priatna, Tedi, Reaktualisasi Paradigma Pendidikan Islam,
(Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004).
Prof. Dr. Hj. T. Fatimah Djajasudama, Wacana : Pemahaman
dan Hubungan Antarunsur ,(Bandung: Mengger Girang,
2006).
Quthub, Sayyid. Konsepsi Sejarah Dalam Islam: Terjemahan
Nabhan Husein, (Jakarta: Pedoman ilmu Jaya , 1992, cet
II.).
Rani, Abdul, Analisis Wacana Sebuah Kajian, (Malang, Bayu
Media, 2004),
RI, Departemen Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya: edisi yang
disempurnaka, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2009).
Rini Handayani, Maya, Teknologi Informasi Dan Komunikasi,
(Semarang, CV. Karya Abadi Jaya : 2015).
Rosyad, Soleh, Kiprah Kiyai Entrepreneur, (Rangkasbitung : La
Tansa Mashiro, 2005).
Ruslan, Rosady, Metode Penelitian Public Relation dan
Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003).
Sahabudin, Analisis Wacana Kumpulan Cerpen BH Karya Emha
Ainun Najib, (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2008).
Samsul Munir, Amin, IIlmu Dakwah, ( Jakarta : Amzah, 2009).
Saputra, Wahidin, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2011).
Shaleh, Management Dakwah Islam, (Jakarta : Bulan
Bintang,1977).
Shihab, Quraish, Tafsir Al-Mishbah Vol. 6: Pesan, Kesan dan
Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta : Lentera Hati: 2002).
Sobur, Alex, Analisis Teks Media, (Bandung: Rosdakarya, 2004).
Tarigan, Hery Guntur, Pengajaran Wacana, (Bandung : Angkasa,
1993).
Tuchman dalam Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung :
Remaja Rosdakarya, 2004).
W. Poespoprodjo, Filsafat Moral, (CV Pustaka Grafika, 1999).
Wawancara Pribadi dengan Nur Habibah, pembaca buku biografi
“Kiprah Kiyai Entrepreneur”, pada tanggal 11 Februari
2019.
Wawancara Pribadi dengan Sholeh Rosyad, penulis buku biografi
“Kiprah Kiyai Entrepreneur”, pada tanggal 7 Februari
2019.
Wawancara Pribadi dengan Sholeh Rosyad, penulis buku biografi
“Kiprah Kiyai Entrepreneur”, pada tanggal 7 Februari
2019.
Yustanto, M. Ismail, Islam ideologi: refleksi cendikiawan muda,(
Jakarta : Al-Izzah 1998).
Yustanto, M. Ismail, Islam ideologi: refleksi cendikiawan muda,(
Jakarta : Al-Izzah 1998).
Zen, Fathudin, NU Politik – Analisis Wacana Media,
(Yogyakarta : LKIS, 2004).
Sumber Internet
Latansa.sch.id, Profil KH. Sholeh Rosyad, artikel diakses pada 10
November 2018 dari http://latansa.sch.id/kh-sholeh-s-
agmm/.
Pondok Pesantren Daar El-Qolam,
http://www.daarelqolam.ac.id/Pages/ahmad-rifai-
arief.aspx/ konten/2019/01/29/Profil-KH-Drs-Ahmad-
Rifa’i-Arief. diakses pada 10 Januari 2019.
Pondok Pesantren La Tansa, http://www.latansa2.sch.id/kh-
ahmad-rifai-arief, diakses 10 Desember 2018.
Hasil Wawancara Narasumber Pertama
Narasumber : Drs. KH. Soleh Rosyad, M.M.
(Pimpinan Pondok Pesantren Kun
Karima La Tansa 3)
Waktu : Kamis, 7 Februari 2019
Tempat : Pondok Pesantren Kun Karima La
Tansa 3 Jl. Stasiun Kadomas, Kp.
Ciekek hilir, Karaton, Majasari,
Kabupaten Pandeglang, Banten 42211.
Peneliti : Apa tujuan dalam penulisan buku
biografi Kiprah Kiyai Entrepreneur ?
Narasumber : Tujuan penulisan buku biografi ini
sebenarnya utuk mengingat jasa-jasa dan
karya besar kiyai Rifa’i Arief (alm) dalam
mendidik masyarakat dan
mengembangkan sistem pendidikan
pondok pesantren. Terutama dalam
mendirikan; Pertama, Pondok Pesantren
Daar El-Qolam Gintung. Kedua, Pondok
Pesantren La Tansa Parakansantri
Cipanas. Ketiga, Perguruan Tinggi La
Tansa Mashiro Rangkasbitung. Keempat,
Wisata Sakinah La Lahwa Labuan
Pandeglang. Seluruhnya berada di
Provinsi Banten. Penulisan ini tidak
bermaksud membesarkan nama tokoh
dalam buku biografi ini, tapi bertujuan
agar para santri dan para alumni serta
masyarakat, dan khususnya anggota
keluarga kiyai Rifa’i sebagai generasi
penerus. Kemudian, mengenal
kepribadian beliau, prinsip-prinsip
hidupnya, idealismenya, perjuangan dan
pengorbanannya dalam melakukan syi’ar
Islam dan mengembangkan sistem
pendidikan pondok pesantren di Banten.
Langkah-langkah kiyai Rifa’i selama
hidupnya dalam mengembangkan model
pendidikan pondok pesantren patut
dicermati bahkan ditauadani. Beliau telah
banyak melahirkan karya besar, bukan
semata dengan kekayaan harta, tetapi
beliau menjalankannya dengan ilmu dan
iman disertai usaha keras yang
berorientasi pada pengabdian yang utuh.
Suatu perjuangan yang melelahkan,
semoga menjadi contoh baik bagi
generasi kita untuk tetap istiqomah dalam
mengemban amanat estafet perjuangan
Rasulullah SAW. Sekali lagi, dalam
penulisan buku biografi ini sama sekali
tidak bermaksud untuk mengkultuskan
seseorang, tetapi lebih pada upaya
pembukuan sejarah perjalanan yang
bersifat dokumen untuk kepentingan
lembaga pendidikan yang didirikan oleh
Alm. Kiyai Rifa’i Arief.
Peneliti : Apa yang melatar belakangi untuk
menulis tema-tema dalam per-bab buku
biografi Kiprah Kiyai Entrepreneur?
Terutama pada bagian “Rifa’i Seorang
Kiyai Entrepreneur” yang terdapat dalam
BAB I?
Narasumber : ini hasil musyawarah keluarga besar
pondok pesantren Daar El-Qalam dan La
Tansa dibawah pimpinan KH. Ahmad
Syahiduddin (pengasuh Pondok Pesantren
Daar El-Qolam), beliau memutuskan pada
tahun 2000 untuk membukukan
perjalanan KH. Rifa’i Arief. Apa
landasannya? Yaitu, dengan harapan dan
tujuan seluruh perjalanan KH. Rifa’i
menjadi contoh bagi generasinya, anak-
cucu abah Qasad dan selanjutnya para
alumninya, agar menjadikan inspirasi
serta tauladan. Kemudian, sesuai dengan
perjalanan pondok pesantren Daar El-
Qolam menjelang tahun emasnya yaitu
usianya lebih dari 25 tahun, diasumsikan
alumninya sudah sangat besar banyak
yang tersebar di berbagai wilayah.
Artinya sudah besar dan mudah mudahan
menjadi kiprah alumninya lebih luas lagi
ketika suatu saat dicari siapa figur
sebenarnya Daar El-Qolam, pendidikan
dan sebagainya, maka ada rujukan awal
untuk mereka. Dengan segala
kekurangannya pada saat itu tahun 2000
kita putuskan untuk membuat buku
biografi ini, dan itu tumbuh karena
berkembangnya pondok pesantren Daar
El-Qolam yang secara kuantitatif
mmasyarakatnya juga lebih meluas. KH.
Rifa’i dimata pemerintah masuk dalam
kategori yang berperan pada lembaga
pendidikan. Sistematika penulisan, yang
pertama; kita membuat draft karena buku
ini tidak akan lahir tanpa metodologi
penulisannya sendiri, namun buku
biografi ini memiliki banyak kekurangan-
kekurangan karena kita tidak memiliki
data. Jadi, diawal ketika diputuskan
pembuatan buku biografi ini belum
seperti sekarang, dimana ada media sosial
yang mudah bagi orang untuk
mengapresiasi, mengomentari, serta
mengusulkan. Dalam mencari data tim
penulis terjun langsung “Door to door”.
Kemudian kita buatlah draft orang-orang
yang mengenal KH. Rifa’i, baik sebagai
teman SD, teman pesantren, teman di
Gontor, maupun teman-teman yang
mendukung dan mengetahui pendirian
MMI Daar El-Qolam. Dari situlah melalui
wawancara tersebut baru kita membuat
sistematika penulisan, pada saat itu kita
yang penting wawancara dulu dan kita
simpulkan apa yang bisa kita ambil untuk
penulisan buku ini. Pada saat proses
wawancara baru kita mendapatkan
referensi banyak dari mulut ke mulut.
Coba si “anu” wawancarai, mulai dari
Labuan Banten sampai ke Jawa Timur
dan Madura, karena di Madura ada
kerabat beliau pendiri pondok pesantren
Al-Amin yang kenal betul KH. Rifa’i
karena beliau teman sekelasnya di Gontor.
Sehingga dari awal kita mengetahui
bagaimana KH. Rifa’i dipersiapkan oleh
kedua orangtuanya terutama abah Qasad
dengan visi kedepan, makanya pada BAB
I saya beri judul “Perjalanan Hidup
Seorang Kiyai Mumtaz”, istilah kiyai
mumtaz sendiri saya dapatkan dari Cak
Nur yang pernah kita dengar dua kali
mengatakan Rifa’i seorang kiyai mumtaz,
pertama; di Jakarta pada acara
pemerintahan DKI Jakarta. kedua; di Daar
El-Qolam Gintung ketika beliau diundang
pada tahun 1996, Cak Nur pada
pembukaan ceramahnya
mengapresiasikan kepada KH Rifa’i
sebagai kiyai mumtaz, karena waktu itu
Cak Nur ingin sekali mendirikan pondok
pesantren yang mirip dengan pondok
pesantren yang didirikan KH. Rifa’i
menurut kualifikasi persepsi Cak Nur
sendiri yaitu SMU Madania.
Hubungan dengan problematik pada saat
itu pasca penjajahan yang telah
membodohi masyarakat bangsa Indonesia,
masyarakat pada saat itu berada ditengah
kebodohan. Hal tersebut mendapatkan
reaksi langsung dari Abah Qasad yang
memiliki wawasan dalam
mengembangkan dunia pendidikan, baik
dari segi keagamaan maupun umum.
Peneliti : Adakah kendala dalam proses
penyusunan buku Kiprah Kiyai
Entrepreneur ini?
Narasumber : Kendala dalam membuat buku biografi
ini teramat banyak kesulitan dalam
memperoleh data-data. Sebab, pada saat
metodenya masihh manual dan belum ada
sarana teknologi yang canggih seperti
pada saat ini. Penulis cenderung
kehilangan data bahkan tidak memperoleh
data yang tidak dapat dituangkan dalam
buku ini. Misalnya, ceramah beliau saat
itu tidak ada yang disiapkan di komputer
yang nantinya dapat diarsipkan, semua
serba manual saat itu.
Peneliti : Adakah perbedaan dari buku Kiprah
Kiyai Entrepreneur yang telah
diperbaharui sekarang?
Narasumber : Secara subtansif dan sistematiknya tidak
ada yang berubah, hanya ada beberapa
penyempurnaan pada ayat-ayat al-quran
yang dalam buku biografi cetakan
pertama kurang lengkap, jadi hanya
disempurnakan saja, karena buku biografi
ini kan awalnya hanya dokumen pondok
saja. Pembaharuan buku biografi ini
awalnya dilamar oleh Grasindo
(Gramedia Group) untuk dicetak ulang
dengan mereka, dan memang kalo sudah
ada di Gramedia kan jangkauan
pembacanya menjadi lebih luas.
Penelti : Sesuai dengan fokus peneliti, apakah
pemikiran dakwah seorang Rifa’i yang
terdapat dalam buku ini?
Narasumber : Pemikiran dakwah KH. Rifa’i dalam
buku ini terdapat 2 bagian. Bagian
pertama; gagasan dan pemikiran KH.
Rifa’i mengenai pendidikan yang
menciptakan sistem pendidikan pondok
pesantren moderen untuk menjadikan
suatu alternatif pendidikan manusia ideal
masa depan. Pondok pesantren adalah
tempat pendidikan yang layak untuk
masyarakat. Dakwah adalah tugas suci
setiap muslim sesuai dengan profesi dan
kemampuannya masing-masing dalam
upaya meningkatkan takwanya dan untuk
menciptakan diri sebagai Khoirul Ummah
yang mampu berperan untuk
kesejahteraan hidup manusia. Sesuai
perintah Rasulullah SAW “Sampaikanlah
ajaran dariku walaupun hanya satu ayat”.
Pendidikan merupakan suatu proses
pendekatan manusia menuju tingkat
kesempurnaan dan pengembangan
kemampuannya sesuai dengan pilar nilai
tertentu. Maka kita harus memandang
pendidikan sebagai bagian dari dakwah
yang dilaksanakan dengan seksama dan
penuh rasa tanggung jawab atas masa
depan umat kepada Allah Swt. Dengan
demikian prinsip-prinsip dakwah dalam
pendidikan harus mengacu kepada Qur’an
dan Sunnah Rasul. Bagian kedua;
Gagasan dan pemikiran KH. Rifa’i
mengenai sosial kemasyarakatan.
Perkembangan umat Islam di Indonesia
mendapat tempat yang baik dari segi
politik ekonomi sosial budaya
(Poleksosbud). Hal ini perlu disyukuri
dengan meningkatkan bakti kita kepada
Allah Swt. Selanjutnya kita menekuni
ajaran-ajaran risalah yang dinubuwatkan
kepada baginda Rasulullah SAW, untuk
memperbaiki dan meningkatkan taraf
hidup selanjutnya, baik moril maupun
materil. Sebenarnya masih ada banyak
lagi, karena dalam penulisan buku ini tim
penulis kekurangan data yang diperoleh.
Pemikiran dakwah KH. Rifa’i dapat
dilihat pada saat beliau ceramah
dihadapan santri-santrinya, serta karya-
karya tulis beliau sebagai media
pembelajaran para santrinya.
Peneliti : Adakah pendapat-pendapat atau
pemikiran-pemikiran penulis yang
dituangkan dalam buku ini?
Narasumber : Pemikiran-pemikiran dakwah yang
terdapat dalam buku ini adalah pemikiran
seorang KH. Rifa’i yang dibukukan sesuai
perjalanan hidupnya serta orang-orang
yang mengenal beliau. Jadi dari penulis
sendiri tidak sama sekali menyantumkan
presepsi apapun hanya
mengkomunikasikan data dan
menceritakan perjalanan seorang kiyai
mumtaz “Rifa’i”. Tetapi dari segi pengaruh
subjektif penulis dalam
mengkomunikasikan data tersebut tidak
mustahil ada unsur-unsur subjektif dari
penulis dalam berbagai pernyataan-
pernyataan yang menceritakan KH. Rifa’i.
Peneliti : Pada judul buku biografi ini terdapat
kata “Entrepreneur”, apakah perbedaan
pada seorang kiyai entrepreneur yang
diceritakan dalam buku ini dengan
seorang entrepreneur pada umumnya?
Narasumber : Pada umumnya orang mengartikan
“Entrepreneur” ini sebagai seorang
pengusaha. Tetapi saya (penulis)
mengartikan kata “Entrepreneur” ini
sebagai kemandirian dalam berusaha dan
berkarya. Jadi istilah “Entrepreneur” di
buku ini tidak sebagai pengusaha.
Mangkanya pada peluncuran buku ini
awalnya mengundang kontroversi dari
berbagai pihak, seakan-akan istilah
tersebut berartikan perjalanan kiyai
(pembisnis). Namun sebenarnya posisi
“Kiyai Entrepreneur” teramat sulit
dikatakan dalam satu sisi saja, sebagai
failasuf saja misalnya. Kehidupan KH.
Rifa’i sungguh multi-dimensional dan
multi-facet. Riwayat lebih membuktikan
beliau adalah “penuntut ilmu gigih”.
Sejarah hidupnya lebih menunjukan
keterlibatan dalam ilmu pengetahuan, baik
sebagai pelajar, pengajar, pendiri lembaga
pendidikan, pemikir visi-misi pendidikan,
maupun peletak dasar falsafah pendidikan.
beliau bisa dikatakan
“pembaharu/pembaru”, sejak melakukan
ide pencampuran santriwan-santriwati
dalam kelas. Ide ini membarui sistem
belajar yang sempat beliau nikmati saat
menuntut ilmu di Gontor, karena
almamaternya hanya untuk pesantren putra
saja begitupun sebaliknya. Sebab pada
dasarnya karya besar lahir dari usaha yang
besar, usaha besar lahir dari jiwa yang
bessar.
Peneliti : Menurut penulis, bagaimana peran dunia
sastra terutama buku inspiratif dalam
menjalankan nilai-nilai Islam untuk
masyarakat yang terbiasa dalam
kecanggihan teknologi seperti pada masa
sekarang ini?
Narasumber : Saya fikir, dalam menyampaikan nilai-
nilai Islam itu sangatlah luas, bisa melalui
karya-karya, ceramah/pidato, doktrin
(nilai-nilai keislaman), puisi, novel, atau
melalui narasi-narasi yang lebih bebas lagi
dan lain sebagainya. Kebetulan KH. Rifa’i
ini jika dilihat dari dunia sastra, beliau
sangat suka berdakwah melalui panggung
seni budaya, dan kakek-Nya itu seorang
yang sering berdakwah lewat panggung
seni juga. Jadi relevansinya dalam
menyampaikan nilai-nilai Islam sangatlah
luas, tidak hanya berdakwah “bil Qaul”
tapi bisa dengan berdakwah “bil Haal”
dalam berbagai bentuk termasuk seni.
Seperti contoh alumni La Tansa dengan
band Walinya yang menyampaikan pesan-
pesan religi lewat karya lagunya.
Narasumber
KH. Drs. Sholeh Rosyad, MM.
Foto bersama narasumber 1
Hasil Wawancara Naraumber Kedua
Nama : Nur Habibah
Waktu : Senin, 11 Februari 2019
Tempat : Jl. Persatuan Cinere
Peneliti : Sejak kapan mengetahui dan membaca
buku “Kiprah Kiyai Entrepreneur” ?
Narasumber : Sebenarnya saya mengetahui buku Kiprah
Kiyai Entrepreneur ini semenjak tahun
2010 dari saudara saya yang saat itu
memang sekolah di pondok pesantren La
Tansa. Tetapi saya membacanya kira-kira
sejak 2 tahun yang lalu. Saat itu saya
sedang berkunjung ke rumah saudara saya
untuk meminjam kamus bahasa arab, pas
saya cari kamus tersebut saya lihat buku
“Kiprah Kiyai Entrepreneur” yang
kebetulan berada disamping kamus yang
saya cari, lalu saya meminjamnya.
Awalnya, buku biografi itu saya pinjam
hanya untuk sekedar bahan bacaan saja.
Ketika say abaca ternyata buku biografi
tersebut saya ternyata didalamnya
berisikan inspiratif-inspiratif yang dapat
saya terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Peneliti : Apa yang membuat anda tertarik pada
buku biografi “Kiprah Kiyai Entrepreneur”
?
Narasumber : Yang membuat saya tertarik dari buku
biografi ini adalah perjuangan tekad
seorang ayah (Abah Qasad) yang sangat
peduli dalam memikirkan nasib masyarakat
pasca penjajahan. Yang say abaca disitu
KH. Rifa’i lahir pada zaman penjajahan,
harapan sang ayah (Abah Qasad) pada
waktu itu ingin sekali anaknya dapat
meneruskan perjuangan ayahnya untuk
mendirikan sebuah lembaga pendidikan
khususnya pesantren di desa tempat beliau
tinggal. Maka sang ayah mempersiapkan
KH. Rifa’I, menyekolahkannya ke pondok
pesantren Gontor agar cita-citanya dapat
terlaksana dalam diri KH. Rifa’i. Dalam
perjuangannya yang dibukukan tersebut
tidak semata cerita perjalanannya saja,
akan tetapi didalamnya terdapat banyak
sekali kisah-kisah inspiratif yang dapat
ditauladani oleh masyarakat luas.
Peneliti : Bagaimana pandangan serta tanggapan
anda setelah membaca buku biografi ini?
Terutama pada bagian BAB I yang
mengisahkan perjalanan seorang kiyai
mumtaz ?
Narasumber : Pandangan saya pada isi buku tersebut,
penulis sangat pandai dalam menyusun
tema-tema pada kisah perjalanan seorang
kiyai mumtaz, sehingga tidak ada kesulitan
dalam pemahaman isi kisah yang
dibukukan tersebut bagi para pembacanya.
Pada beberapa kisah terdapat kalimat atau
kata-kata kiasan yang menurut saya
membuat pembaca terbawa pada alur kisah
tersebut. Disamping itu terdapat pula dalil-
dalil yang memberikan motifasi untuk
pemb6aca buku biografi ini. Pesannya
yang disampaikan pada buku biografi ini
agar tetap istiqomah dalam melakukan
segala hal, dengan tujuan beribadah kepada
Allah Swt cukup mengena di hati saya
sebagai pembaca. Penjelasan dalam setiap
kalimat dibukunya tidak berat melainkan
sangat rasional, masuk akal sehingga dapat
dengan mudah dicerna.
Peneliti : Dalam buku “Kiprah Kiyai Entrepreneur”
terdapat banyak pemikiran-pemikiran
dakwah KH. Rifa’i Arief, Apakah
pemikiran-pemikiran tersebut ada yang
tidak sependapat dengan anda sebagai
pembaca?
Narasumber : Pemikiran-pemikiran dakwah pada buku
biografi ini sangat menjadikan sebuah
inspiratif untuk saya sebagai pembaca.
Hamper semuanya dapat saya tauladani
untuk menjalankan kehidupan sehari-hari
saya, pesan-pesan yang disampaikannya
pun sangat masuk dalam nalar dan
pemahaman saya.
Narasumber
Nur Habibah
Foto Bersama Narasumber 2