analisis wacana kritis kesetaraan gender pada...

170
ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA AKUN INSTAGRAM WOMEN’S MARCH INDONESIA 2018 Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: WAFA NIM: 11140510000008 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2018

Upload: phamkhanh

Post on 10-Mar-2019

239 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER

PADA AKUN INSTAGRAM WOMEN’S MARCH

INDONESIA 2018

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

(S.Sos)

Oleh:

WAFA

NIM: 11140510000008

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2018

Page 2: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

 

Page 3: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

 

Page 4: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

 

Page 5: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

i

ABSTRAK

Wafa

11140510000008

Analisis Wacana Kritis Kesetaraan Gender dalam Akun

Instagram Women’s March Indonesia pada 2018”

Media sosial bukanlah hal yang tabu bagi masyarakat generasi

milenial. Tidak jarang media sosial digunakan untuk menggiring

opini atau mengenalkan sebuah ideologi. Media sosial mempunyai

pengaruh besar dalam beberapa gerakan, salah satunya adalah

gerakan Women’s March. Gerakan ini pertama kali digelar di

Amerika Serikat pada tahun 2017, sebelum akhirnya

diselenggrakan di Indonesia pada tahun yang sama. Isu-isu yang

diangkat adalah isu mengenai perempuan, kelompok minoritas

serta berbagai permasalahannya. Pada tahun 2018 Women’s March

Indonesia kembali diselenggrakan dengan mengusung tema

kekerasan berbasis gender.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana

teks, praktik wacana dan praktik sosial budaya mengenai

kesetaraan gender diwacanakan pada akun Instagram Women’s

March Indonesia 2018? Bagaimana perbandingan wacana

kesetaraan gender dalam akun Instagram Women’s March

Indonesia dengan konsep gender dalam Islam?

Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif

dengan model deskriptif. Metode penelitian digunakan adalah

Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough. Fairclough membagi

analisis wacana menjadi tiga dimensi, yaitu analisis teks, analisis

praktik kewacanaan dan analisis praktik sosial budaya.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan konsep gender dan

manifestasi ketidakadilannya menurut Mansour Fakih. Manifestasi

ketidakadilan gender menurut Mansour Fakih adalah terjadinya

marginalisasi terhadap perempuan, subordinasi, pelabelan negatif

atau stereotip, kekerasan berdasarkan gender dan ketimpangan

beban kerja.

Hasil dari peneltian yang dilakukan menunjukkan bahwa dalam

memproduksi teksnya, Women’s March Indonesia bekerjasama

dengan organisasi dan kelompok yang berkaitan dengan isu

 

Page 6: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

ii

perempuan dan kelompok rentan lainnya. Tema kekerasan berbasis

gender yang diusung pada tahun 2018 berdasarkan keadaan sosial

masyarakat di Indonesia yang rawan terjadi kekerasan. Hal ini

diperkuat dengan adanya rencana pengesahan RKHUP yang

dinilai mengandung pasal-pasal bermasalah dan merugikan kaum

perempuan dan kelompok-kelompok minoritas. Terjadinya

kekerasan terhadap perempuan menjadi salah satu akibat dari

suburnya budaya patriarki di Indonesia.

Islam merupakan agama yang membawa kedamaian. Nabi

Muhammad datang mengangkat derajat kaum perempuan. Islam

tidak memandang laki-laki atau perempuan ketika memerintahkan

untuk mencari ilmu. Islam juga tidak memandang laki-laki atau

perempuan ketika memberi tugas sebagai khalifah fil ardh kepada

manusia.

Kata kunci: Gender, Analisis, Kekerasan, Perempuan dan

Women’s March

 

Page 7: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirahiim

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah

SWT atas karunia dan rida-Nya yang memberikan kenikmatan,

kekuatan, kemudahan dan ilmu pengetahuan hingga peneliti dapat

menyelesaikan penelitian skripsi, serta selalu memberi harapan

kepada peneliti bahwa selalu ada jalan keluar yang tak disangka-

sangka ketika peneliti merasa tersesat dan resah. Sholawat beserta

salam senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW

yang telah menjadi teladan terbaik bagi manusia dan membawa

cahaya di tengah kegelapan jahiliyah.

Dalam menyelesaikan penelitian ini, peneliti banyak

mendapat bantuan, baik yang disengaja maupun tidak disengaja.

Berbagai bantuan, baik berupa dukungan, motivasi maupun

arahan, sangat berharga bagi peneliti. Oleh karena itu, peneliti

ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan, M.A, sebagai Dekan Fakultas Ilmu

Dakwah dan Komunikasi.

2. Drs. Masran, M.A, sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam dan Fita Fathurrahmah, M.Si, sebagai

Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

3. Siti Napsiyah, S.Ag., MSW, sebagai Dosen Pembimbing yang

telah meluangkan waktunya dalam memberikan arahan, saran

dan kritik yang membangun.

 

Page 8: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

iv

4. Dr. H. A. Ilyas Ismail, M.A sebagai Dosen Pembimbing

Akademik yang senantiasa memberikan masukan-masukan

dan nasihat dalam bimbingan akademik.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan bagi peneliti.

Semoga ilmu yang telah diberikan bermanfaat bagi peneliti

dalam menjalani kehidupan serta mejadi amal soleh bagi ibu

dan bapak sekalian.

6. Segenap staff dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi yang telah membantu peneliti menjalani

kehidupan perkuliahan.

7. Orangtua peneliti, Papap H. Abdul Halim Jauhari dan Mamah

Hj. Nanan Munawaroh. Terima kasih telah menjadi orangtua

terbaik di dunia. Terima kasih atas doa, kasih sayang,

perjuangan, dukungan dan pelukan yang telah diberikan.

Semoga peneliti bisa memberikan alasan bagi kalian untuk

selalu bahagia dan tersenyum.

8. Keluarga peneliti, Shofa dan Irfan yang telah menjadi kakak

yang baik dan menyebalkan bagi peneliti. Terima kasih atas

doa dan motivasinya. Keponakan-keponakan peneliti, Nadwa

Helima dan Rifqi yang selalu membuat peneliti tersenyum dan

bahagia. Terima kasih atas tawanya yang selalu membuat lelah

dan sedih peneliti hilang.

9. Kate Walton dan Skolastika serta Jakarta Feminist Discussion

Group yang telah bersedia memberikan informasi dan

pengetahuan kepada peneliti. Terima kasih juga karena telah

 

Page 9: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

v

menjadi inspirasi bagi peneliti dan memberikan banyak

kesempatan dan pintu bagi peneliti untuk belajar.

10. Ibu Ala’i Nadjib, M.A, yang bersedia menjadi narasumber

penelitian.

11. Sahabat terbaik peneliti, Sarah Azzahra. Terima kasih telah

menjadi tempat yang paling aman bagi peneliti.

12. Demi Lovato, your music has helped me through so much. You

made me realize that I’m not alone and I’m worthy of being

happy, and so are you. Thank you for being such an amazing

role model. Keep fighting!

13. Sahabat seperjuangan peneliti dari awal masuk kuliah hingga

sekarang, Inne Pujianti, Safira Firstiani Hidayat, Prabamurti

Kunarni Handayani, Izzah Dinillah dan Hilmiyatillah

Mokhsen. Terima kasih atas canda tawa dan telah menemani

peneliti di tanah rantau. Kenangan-kenangan indah tersebut

tidak akan pernah terlupakan.

14. Ria Umala, Luciana Amanda dan Mutia Saura yang selalu

membuat peneliti terhibur dan tertawa. Kalian adalah sumber

tawa peneliti di kostan.

15. Teman-teman KPI tahun 2014. Terima kasih atas segala canda

tawa, bantuan, sapaan dan perjuangannya selama ini

16. Rekan-rekan RDK FM. Terima kasih telah menjadi rumah

yang menyenangkan dan mengedukasi bagi peneliti. Kalian

telah memberikan pelajaran hidup yang sangat berharga.

17. Teman-teman peneliti, Siti Sakhinah yang selalu menjadi

teman berdiskusi, Dini Islami Hanifah yang selalu menemani

peneliti menyantap junkfood, Fitria Zahwa Aula sahabat kecil

 

Page 10: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

vi

peneliti di dua negara, Dian Rahmasari yang selalu menemani

di twitter, Ulfah Nurazijah teman satu daerah peneliti, Kak Ida

yang telah menemani peneliti berdiskusi, Agung Apriliani

yang selalu bersedia menjadikan kost-nya tempat tidur siang,

dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

dari awal peneliti memulai penelitian ini.

18. Rekan-rekan KKN 140 Jupiter dan warga desa Kertajaya,

Rumpin, Bogor. Terima kasih telah memberikan pelajaran

hidup yang berharga. Terima kasih atas 30 hari yang

menyenangkan.

19. Serta kepada seluruh pihak yang secara tidak langsung telah

membantu peneliti menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti hanya bisa mengucapkan terima kasih dan bersyukur

atas kebaikan-kebaikan mereka dan semoga Allah membalasnya.

Peneliti juga memohon maaf kepada pihak-pihak yang merasa

dirugikan dan disakiti selama penelitian ini. Peneliti menyadari

masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan

penelitian ini. Oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan

saran agar peneliti dapat melakukan penelitian yang lebih baik di

masa depan. Semoga apa yang peneliti tuliskan dalam penelitian

ini bermanfaat.

Jakarta, 27 September 2018

Wafa

 

Page 11: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................. i

KATA PENGANTAR .......................................................................... iii

DAFTAR ISI........................................................................................ vii

DAFTAR TABEL ................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

B. Batasan Masalah ...................................................................... 8

C. Rumusan Masalah ................................................................... 8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 9

1. Tujuan Penelitian ................................................................... 9

2. Manfaat Penelitian ................................................................. 9

E. Tinjauan Pustaka ................................................................... 10

F. Metodologi Penelitian ............................................................ 12

1. Paradigma Penelitian ........................................................... 12

2. Pendekatan Penelitian .......................................................... 12

3. Metode Penelitian ................................................................ 13

4. Subjek dan Objek Penelitian ................................................ 13

5. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 13

6. Teknik Analisis Data ............................................................ 16

G. Sistematika Penulisan ........................................................ 17

BAB II KAJIAN TEORITIS ............................................................. 19

A. Landasan Teori ...................................................................... 19

1. Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough ........................ 19

2. Semiotika Roland Barthes .................................................... 22

3. Gender .................................................................................. 25

 

Page 12: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

viii

4. New Media ........................................................................... 46

B. Kerangka Berpikir ................................................................. 54

BAB III GAMBARAN UMUM ....................................................... 57

A. Women’s March ...................................................................... 57

B. Women’s March Indonesia..................................................... 60

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA .................................. 70

A. Analisis Wacana Norman Fairclough Kesetaraan Gender

dalam Akun Instagram Women’s March Indonesia .................... 71

1. Analisis Level Teks .............................................................. 71

2. Analisis Praktik Wacana ...................................................... 79

3. Analisis Sosial Budaya......................................................... 85

B. Perbandingan Wacana Kesetaraan Gender dalam Akun

Instagram Women’s March Indonesia Dengan Konsep Gender

dalam Islam .................................................................................... 98

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................... 109

A. Kesimpulan ........................................................................... 109

B. Saran ..................................................................................... 111

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 113

LAMPIRAN...................................................................................... 118

 

Page 13: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Peta Roland Barthes ………………………………………... 23

 

Page 14: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Logo Women’s March Global ………………………...… 57

Gambar 2. Aksi Women’s March di Washington DC pada tahun 2017

…………………………………………………….……………...….. 58

Gambar 3. Aksi Women’s March 2018 di Cheyenne, Amerika …….. 60

Gambar 4. Logo Women’s March Indonesia …………...…………... 60

Gambar 5. CNN memberitakan aksi Women’s March Jakarta 2018... 63

Gambar 6. Salah satu poster yang dibawa peserta Women’s March

Jakarta 2018 ……………….………………………………………... 63

Gambar 7. Screenshot tuntutan Women’s March Indonesia 2018 pada

akun Instagram WMI ………………………...……….………...……. 66

Gambar 8. Kerri Na Basaria ………………………..……….…...….. 67

Gambar 9. Naila Rizqi Zakiah …………………..………..…………. 68

Gambar 10. Anindiya “Vivi” Restuviani ……………………...……. 68

Gambar 11. Emily Lawsen ……………………….…………............. 69

Gambar 12. Kate Walton ………………..…………….…………….. 69

Gambar 13. Unggahan Women’s March Indonesia pada tanggal 25

Februari 2018 ……………...………………………………………... 71

Gambar 14. Unggahan Women’s March Indonesia pada tanggal 04

Maret 2018 ……………………………...…………………………... 75

Gambar 15. Unggahan Women’s March Indonesia pada tanggal 08

Maret 2018 ………………………………………………………….. 77

Gambar 16. Contoh judul berita yang cenderung melakukan victim

blaming ……………………………………….……………………... 97

 

Page 15: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era milenial, internet sudah menjadi bagian dari

kehidupan. Kehadiran internet mempermudah berbagai

aktivitas manusia, termasuk dalam proses komunikasi. Internet

memberi pengertian baru terhadap ruang dan waktu. Kita bisa

melihat peristiwa dari berbagai penjuru dunia dan

berkomunikasi dengan orang lain tanpa dibatasi ruang dan

waktu. Kehadiran internet sebagai bentuk media baru

memberikan pengaruh positif dalam kehidupan manusia,

seperti yang diuraikan oleh Jeff Jarvis (2009) bahwa kehadiran

internet memungkinkan kita untuk berbicara kepada dunia,

untuk mengatur diri kita sendiri, untuk menemukan dan

menyebarkan informasi, untuk menantang cara-cara lama dan

untuk merebut kembali kontrol tersebut. Seperti ilustrasi yang

digambarkan oleh Jeff Jarvis mengenai kekuatan blogosphere

yang dapat memicu sebuah gerakan populer. Dengan adanya

internet, blog dapat diakses oleh semua orang di seluruh dunia

dan dapat menjadi alat dalam gerakan sosial.

New Media atau media baru saat ini sangat popular

digunakan tidak hanya sebagai media komunikasi tetapi juga

sebagai media untuk melakukan gerakan perubahan atau

demokrasi. Platform yang digunakan pun beragam, mulai dari

media sosial hingga petisi-petisi online. Media sosial sebagai

bagian dari media baru, turut menjadi alat yang digunakan

 

Page 16: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

2

untuk melakukan gerakan perubahan sosial, salah satunya

adalah Instagram. Lim dalam Dwi Retno Hapsari (2014:227)

menyatakan bahwa gerakan sosial pada media baru cenderung

cepat, ramping dan banyak. Dengan kata lain, gerakan sosial

yang dilakukan pada media baru terlihat beberapa menit dan

dengan cepat menghilang tanpa arah.

Salah satu isu yang sedang popular di media sosial adalah

isu gender. Adanya ketidakadilan gender (gender inequality)

menyebabkan banyaknya gerakan-gerakan yang menyerukan

kesetaraan gender. Indikator-indikator ketidakadilan dalam

gender terlihat dari manifestasi keadilan tersebut, yakni

marginalisasi atau proses pemisikinan ekonomi, subordinasi

atau anggapan tidak penting dalam keputusan politik,

stereotype atau pelabelan negatif, kekerasan (violence) dan

beban kerja lebih panjang dan lebih banyak (burden) serta

sosialisasi ideology nilai peran gender.1

Manifestasi ketidakdilan gender ini terjadi di berbagai

tingkat2. Yang pertama, di manifestasi ketidakadilan gender

terjadi di tingkat negara, baik pada satu negara maupun

antarnegara. Banyak kebijakan dan hukum negara, perundang-

undangan serta program kegiatan yang masih mencerminkan

sebagian dari manifestasi ketidakadilan gender. Di Peru,

terdapat hukum yang menyatakan bahwa pelaku perkosaan

1 Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial. (Yogyakarta,

Putaka Pelajar, 1999), h.12-13

2 Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, h.22

 

Page 17: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

3

akan dimaafkan jika pelaku menawarkan untuk menikahi

korban dan korbannya menerima. Kedua, manifestasi

ketidakdilan gender terjadi di dunia kerja, organisasi maupun

pendidikan. Ketiga, manifestasi tersebut terjadi di dalam adat

istiadat masyarakat di banyak kelompok etnik, kultur suku-

suku atau dalam tafsiran keagaamaan. Keempat, manifestasi

ketidakadilan gender terjadi di rumah tangga. Kelima,

manifestasi tersebut telah mengakar di dalam keyakinan dan

menjadi ideology kaum perempuan maupun laki-laki.

Salah satu gerakan sosial yang menyuarakan dan menuntut

kesetaraan gender adalah gerakan Women’ March. Women’s

March pertama digelar pada tanggal 21 Januari 2017, sehari

setelah upacara inagurasi Donald J. Trump. Gerakan ini tidak

hanya terjadi di Amerika. Sebanyak 673 gerakan terjadi di 7

benua dan 81 negara, termasuk Indonesia. Total dari peserta

women’s march mencapai 5 juta orang.3

Di Indonesia, gerakan Women’s March pertama kali

digelar pada tanggal 4 maret 2017 di Jakarta. Pada aksi

pertamanya, gerakan ini hanya dilaksanakan di dua kota, yaitu

Jakarta dan Yogyakarta. Aksi selanjutnya dilakukan pada

tanggal 4 maret 2018. Pada aksi keduanya, Women’s March

digelar di 15 kota yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang,

Kupang, Yogyakarta, Pontianak, Lampung, Salatiga, Malang,

3 https://en.wikipedia.org/wiki/2017_Women%27s_March. Diakses pada

tanggal 31 Januari 2018, pukul 18:30.

 

Page 18: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

4

Serang, Sumba, Pasuruan, Ternate dan Tondano. Beberapa

kota melaksanakan aksinya di waktu yang berbeda, seperti

Bandung dan Surabaya menggelar aksi ini pada tanggal 4

maret 2018, Pontianak pada tanggal 8 maret 2018 dan

Yogyakarta pada tanggal 10 maret 2018 Aksi ini juga

sekaligus memperingati hari perempuan internasional yang

diadakan oleh sejumlah kelompok perempuan untuk menuntut

adanya perubahan.4 Gerakan ini dilatarbelakangi oleh

banyaknya permasalahan sosial di Indonesia yang berbasis

pada gender.

Pada tahun 2018 gerakan Women’s March menjadi lebih

populer di Indonesia, terlihat dari jumlah kota dan peserta yang

mengikuti gerakan ini semakin bertambah. Meskipun sama-

sama menyuarakan 8 tuntutan, namun tuntutan-tuntutan yang

disuarakan pada tahun 2018 lebih terfokus pada isu kesetaraan

gender, seperti tuntutan untuk menghapus hukum dan

kebijakan yang diskriminatif dan menghapus stigma dan

diskriminasi berbasis gender.

Pada akhir tahun 2017, isu kesetaraan gender menjadi

perhatian yang sangat besar setelah terungkapnya beberapa

orang di industri film dan musik Hollywood terbukti

melakukan kekerasan seksual terhadap rekan kerjanya.

Terungkapnya kasus-kasus kekerasan seksual di Hollywood

kemudian melahirkan sebuah gerakan di media sosial dengan

4 https://id.wikipedia.org/wiki/Women%27s_March_Jakarta. Diakses pada

tanggal 31 Januari 2018, pukul 18:55

 

Page 19: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

5

menggunakan tagar #MeToo. Gerakan di media sosial ini

bertujuan untuk menyebarkan kesadaran mengenai kekerasan

seksual dan mengajak para korban kekerasan seksual agar

bersuara dan melaporkan kekerasan seksual yang mereka

alami. Gerakan #MeToo kemudian menjadi salah satu isu yang

mendapat perhatian besar pada gelaran Women’s March tahun

2018 di seluruh dunia.

Di Indonesia kasus kekerasan berbasis gender masih sangat

banyak terjadi, mulai dari pernikahan anak di bawah umur,

kekerasan seksual, kesenjangan sosial di bidang pendidikan

dan ekonomi hingga kekerasan rumah tangga. Namun topik

mengenai kesetaraan gender masih dianggap tabu untuk

diperbincangkan. Tidak sedikit orang yang dilabeli SJW

(social justice warrior) atau feminis ketika mereka berbicara

mengenai isu gender. Istilah “feminis” dianggap sebagai kata

yang memiliki konotasi negatif.

Dalam Islam laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan

kewajiban yang berbeda-beda, namun memiliki kedudukan

yang sama, tidak ada yang lebih mulia dari yang lainnya.

Sebelum Islam datang, kedudukan perempuan dianggap lebih

rendah dari laki-laki. Perempuan dijadikan budak dan anak

perempuan dikubur hidup-hidup, sebagaimana dalam surat

An-Nahl ayat 58 dan 59.

يم ظ و ك ا وه ود س ه م ه ل وج ى ظ ث الن م ب ه د ح ر أ ش ا ب ذ وإ

 

Page 20: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

6

58. Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar

dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah

padamlah) mukanya, dan dia sangat marah.

وم م ق ل ن ا وارى م ت ه ي ر ب ش ا ب وء م ي ن س ى أ ى ه ل ه سراب ه ف الت س د م ي ون أ ون ه م ا يه اء م ل س أ

59. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak,

disebabkan buruknya berita yang disampaikan

kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan

menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya

ke dalam tanah (hidup-hidup)?. Ketahuilah, alangkah

buruknya apa yang mereka tetapkan itu.

Ketika Islam datang, derajat wanita ditinggikan dan

disamakan dengan laki-laki. Namun terdapat pemikiran yang

menjadi tradisi dan tafsir keagamaan, yang meletakkan

kedudukan perempuan lebih rendah dari laki-laki. Ada banyak

hal yang memperkokoh kedudukan perempuan yang dianggap

mewakili pandangan resmi Islam, diantaranya pengaruh kultur

Timur Tengah abad pertengahan.5 Kultur tersebut turut

memberikan andil dalam kultur patriarki dan langgengnya

ketidakadilan gender.

Gerakan Women’s March Indonesia menjadi salah satu

wadah aspirasi masyarakat Indonesia yang ingin berbicara

mengenai isu gender. Melalui unggahan di media sosial

maupun poster, para peserta menyuarakan pengalaman dan

tuntutan seputar isu gender. Pada gerakan tahun 2018, topik

yang mendapat perhatian besar adalah mengenai kasus

5 Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, h.132.

 

Page 21: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

7

kekerasan seksual dan sistem patriarki yang masih sangat

kental di Indonesia.

Dalam aksinya, Women’s March mengajak para peserta

untuk berkumpul dan menyuarakan tuntutan-tuntuannya. Para

peserta dianjurkan untuk membawa poster yang berisi

tuntutan-tuntutan mereka. Sebelum pelaksanaan long march,

gerakan ini menggelar berbagai macam pra-event seperti

dialog, diskusi, pemutaran film dan garage sale. Women’s

March Indonesia diawali dengan long march lalu dilanjutkan

dengan orasi, pembacaan puisi dan penampilan seni musik dan

tari. Orasi dilakukan oleh perwakilan dari komunitas-

komunitas yang turut serta menjadi sponsor ataupun

pendukung dalam aksi ini. Pembacaan puisi dilakukan oleh

para aktivis yang mempunyai perhatian atau fokus terhadap

isu-isu yang disuarakan oleh gerakan ini.

Untuk mengajak dan menyuarakan gerakan ini, Women’s

March Indonesia juga menggunakan media sosial, yaitu

Instagram, Facebook dan Twitter. Namun semua konten dalam

Facebook dan Twitter merupakan unggahan yang dibagikan

dari akun Instagram @womensmarchindo. Tercatat hingga

tanggal 24 April 2018, akun Instagram @womensmarchindo

mempunyai 2196 pengikut, mengikuti 73 akun, dan telah

menggugah 330 unggahan, baik berupa foto maupun video.

Akun Instagram @womensmarchindo selain digunakan

untuk mempromosikan gerakan Women’s March Indonesia,

juga mengunggah berbagai informasi mengenai isu-isu yang

 

Page 22: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

8

menjadi fokus mereka, yaitu kesejahteraan wanita. Informasi

tersebut berupa data-data mengenai kekerasan seksual,

tuntutan-tuntutan utama gerakan Women’s March, tuntutan-

tuntutan peserta Women’s March, hingga kisah perempuan

Indonesia.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan

menganalisis wacana kesetaraan gender dalam akun Instagram

@womensmarchindo. Untuk itu penulis memberi judul

“ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN

GENDER PADA AKUN INSTARGRAM WOMEN’S

MARCH INDONESIA 2018 ”.

B. Batasan Masalah

Agar pembatasan masalah ini lebih terarah dan fokus,

maka permasalahan yang dikaji dibatasi terhadap Analasis

Wacana Kritis yang akan dianalisis dalam unggahan-unggahan

akun @womensmarchindo mengenai kesetaraan gender.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka peneliti

merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana teks, praktik wacana dan praktik sosial budaya

mengenai kesetaraan gender diwacanakan pada akun

Instagram Women’s March Indonesia?

2. Bagaimana perbandingan wacana kesetaraan gender dalam

akun Instagram Women’s March Indonesia dengan konsep

gender dalam Islam?

 

Page 23: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

9

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas

maka tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini

adalah:

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan

penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui bagaimana teks, praktik wacana

dan praktik sosial budaya mengenai kesetaraan

gender diwacanakan pada akun Instagram

Women’s March Indonesia

b. Untuk mengetahui perbandingan wacana

kesetaraan gender dalam akun Instagram Women’s

March Indonesia dengan konsep gender dalam

Islam

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

acuan ilmiah dalam pengembangan Ilmu Komunikasi

secara umum serta pengembangan Komunikasi

Penyiaran dan Islam khususnya kajian mengenai

gender dalam media sosial.

b. Manfaat Praktis

 

Page 24: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

10

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

konstribusi yang positif terhadap pekembangan studi

tentang New Media saat ini, khusunya bagi peneliti dan

akademisi, umumnya bagi masyarakat luas.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam menentukkan judul proposal ini mengadakan

tinjauan pustaka ke perpustakaan yang terdapat di Fakultas

Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan Utama UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk menghindari plagiat,

penulis mengamati penelitian yang sedikit memiliki kesamaan,

yaitu

1. Skripsi Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Jakarta, Rista Dwi Septiani yang

berjudul “Representasi Perempuan dalam Film

(Analisis Wacana Kritis Sara Mills dalam The Herd)”.

Hasil dari penelitian ini adalah representasi perempuan

dalam film The Herd adalah perempuan sebagai korban

kekerasaan, biasnya kesetaraan dan keadilan gender dan

perempuan sebagai objek ekploitasi. Kelebihan dari

penelitian ini adalah belum banyak penelitian yang

menggunakan analisis wacana kritis model Sara Mills,

sedangkan kelemahannya adalah tidak adanya analisis

lebih mendalam mengenai isu gender dalam film ini.

Persamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti

adalah teori yang digunakan, yaitu teori Analisis Wacana

Kritis sedangkan perbedaannya adalah subjeknya berupa

 

Page 25: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

11

film dan model analisis penelitiannya menggunakan model

Sara Mills.

2. Skripsi Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Astuti yang berjudul “Analisis Wacana Isu

Gender dalam Film ‘7 Hati 7 Cinta 7 Wanita’ karya

Robby Ertanto”. Hasil dari penelitian ini adalah dalam

realitanya, banyak perempuan Indonesia yang menjadi

korban kekerasan, pelecehan seksual, woman trafficking

yang jumlahnya terus mengalami peningkatan. Kelemahan

dari penelitian ini adalah tidak disebutkan secara mendetail

isu gender apa yang menjadi fokus peneliti sementara

kelebihannya adalah data wawancara serta lampiran

berupa scene dalam film disajikan secara lengkap.

Persamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti

adalah isu yang diangkat mengenai gender dan

menggunakan teori Analisis Wacana Kritis. Sedangkan

perbedaannya adalah subjek penelitiannya berupa film dan

model analisis penelitian yang menggunakan model Teun

A. Van Djik.

3. Artikel pada e-jurnal Muwazah yang diterbitkan oleh IAIN

Pekalongan karya Mursidah yang berjudul “Pendidikan

Berbasis Kesetaraan dan Keadilan Gender”. Dalam

tulisannya, Mursidah membahas mengenai Kurikulum

Kesetaraan Gender (KKG) dan menyerukan pemerintah

untuk merumuskan KKG dan kebijakan gender dalam

pendidikan nasioanal agar peserta didik dapat memahami

lebih dalam pentingnya kesetaraan gender.

 

Page 26: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

12

F. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini

adalah paradigma kritis. Pandangan kritis tidak hanya

memandang bahasa sebagai alat untuk memahami realitas

belaka dan hanya melihat wacana-wacana tertentu.

Paradigma kritis jauh meneliti aspek sosial, sejarah dan

budaya dari wacana tersebut.6

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian

kualitatif dengan pendekatan subjektif. Pendekatan

kualitatif adalah penelitian yang bermaksud memahami

tentang apa yang dialami subjek penelitian, perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistic

dan cara deskriptif dalam bentuk kata dan bahasa pada

konteks khusus dengan memanfaatkan berbagai metode

ilmiah. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi

kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati7

6 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 5-6.

7 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2006), h. 3

 

Page 27: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

13

3. Metode Penelitian

Jenis metode penelitian yang penulis gunakan

adalah Analisis Wacana Kritis yang dikemukakan oleh

Norman Fairclough. Fairclough membangun suatu model

yang mengintegrasikan secara bersama-sama analisis

wacana yang didasarkan pada linguistic dan pemikiran

sosial dan politik, dan secara umum diintegrasikan pada

perubahan sosial. Model ini juga sering disebut sebagai

model perubahan sosial (social change)8

4. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah akun Instagram

@womensmarchindo. Adapun objek dalam penelitian ini

adalah unggahan mengenai kesetaraan gender dalam akun

Instagram @womensmarchindo.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:

a. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan aktivitas

pencatatan fenomena yang dilakukan secara

sistematis.9 Menurut Creswell (2012) menyatakan

8 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. (Yogyakarta:

LKis Group, 2011), h. 286.

9 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan

Kuantitatif. (Yogyakarta: PT GELORA AKSARA PRATAMA, 2009), h. 101.

 

Page 28: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

14

bahwa “observation is the process of gathering

firsthand information by observing people and places

at research site”. observasi merupakan proses unutk

memperoleh data dari tangan pertama dengan

mengamati orang dan tempat pada saat dilakukan

penelitian10

Sutrisno Hadi (1986) menyatakan bahwa observasi

merupakan suatu proses yang kompleks, dimana proses

tersebut tersebut dari berbagai proses baik biologis

maupun psikologis. Dua hal yang penting dalam proses

ini adalah pengamatan dan ingatan.11 Penelitian ini

menggunakan metode observasi tidak berstruktur

dengan cara peneliti terjun langsung pada kegiatan

women’s march di Jakarta dan mengamati aktivitas-

aktivitas yang dilakukan di media sosial Instagram.

Berikut tabel observasi yang peneliti gunakan dalam

penelitian ini:

Catatan observasi

No. Tanggal Nama dan

Tempat

Kegiatan

Aktivitas Catatan

10 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed

Methods). (Bandung: ALFABETA, 2014), h.197 11 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed

Methods), h.196

 

Page 29: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

15

b. Wawancara

Larry Cristense (2004) mengemukakan bahwa

“interview is a data collection methods in which an

interviewer (the researcher or someone working for the

researcher) asks question of an interviewee (the

research participant)”. Wawancara merupakan teknik

pengumpulan data dimana pewawancara (peneliti atau

seseorang yang diberi tugas untuk mengumpulkan

data) dalam mengumpulkan data mengajukan suatu

pertanyaan kepada yang diwawancarai.12

Penelitian ini menggunakan metode wawancara In

Deep Interview atau wawancara mendalam.

Wawancara mendalam adalah sebuah proses

memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian

dengan cara tanya jawab dengan bertatap muka antara

pewawancara dengan orang yang diwawancarai.13

Dalam menentukan informan peneliti menggunakan

prosedur purposive, dimana peneliti langsung

menentukan kriteria tertentu. Kriteria informan yang

peneliti tetapkan adalah penyelenggara gerakan

Women’s March Indonesia 2018. Dalam penelitian ini

peneliti akan mewawancarai Kate Walton selaku media

12 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed

Methods), h.188 13 Moh. Nazim, Metode Penelitian (Bandung: Ghalia Indonesia , 1999), h. 234.

 

Page 30: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

16

coordinator pada gerakan Women’s March Indonesia

2018.

c. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dokumentasi dengan

menginfestasi dokumen-dokumen yang sesuai dan

terkait dengan permasalahan yang diteliti. Metode

dokumentasi banyak digunakan pada penelitian ilmu

sejarah, namun kemudian penelitian-penelitian ilmu

sosial banyak menggunakan metode ini karena banyak

sejumlah besar fakta dan data sosial tersimpan dalam

bahan yang berbetuk dokumentasi.14

6. Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis

sesuai dengan Analisis Wacana Kritis yang dikemukakan

oleh Norman Fairclough. Fairclough membagi analisis

wacana menjadi 3 dimensi:

a. Analisis teks, yaitu menganalisis kosakata, tata bahasa,

sintaksis dan koherensi kalimat. Dalam analisis teks,

peneliti menggunakan semiotika model Roland

Barthes.

b. Analisis praktik kewacanaan, yaitu menganalisis

bagaimana sebuah teks tersebut diproduksi.

14 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. (Jakarta: Kencana,2011), h.124

 

Page 31: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

17

c. Analisis praktik sosial budaya, yaitu peneliti

menganalisis peristiwa komunikatif (sosial) yang lebih

luas, yang memengaruhi wacana.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi dibagi menjadi lima bab, dalam setiap bab

meliputi:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab I terdapat latar belakang masalah,

batasan dan rumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, tinjauan pustaka,

metodologi penelitian, serta sistematika

penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pada bab II memuat pengertian analisis

wacana kritis, analisis wacana model

Norman Fairclough, gender dan new media

serta instagram.

BAB III GAMBARAN UMUM LATAR

PENELITIAN

Dalam bab ini menjelaskan sejarah gerakan

Women’s March dan Women’s March

Indonesia serta profil orang-orang dibalik

Women’s March Indonesia

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Bab IV akan diuraikan hasil temuan di

lapangan dan analisis data yaitu berupa

 

Page 32: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

18

analisis wacana kritis Norman Fairclough

kesetaraan gender pada akun Instagram

Women’s March Indonesia dan

perbandingannya dalam Islam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini peneliti akan memberikan

kesimpulan dan saran berdasarkan hasil

penelitian

 

Page 33: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

19

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Landasan Teori

1. Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough

Analisis wacana kritis adalah sebuah upaya atau proses

(penguraian) untuk memberi penjelasan dari sebuah teks

(realitas sosial) yang akan atau sedang dikaji oleh

seseorang atau kelompok dominan yang

kecenderungannya mempunyai tujuan tertentu untuk

memperoleh apa yang diinginkan. Oleh karena itu, analisis

yang akan terbentuk nantinya disadari telah dipengaruhi

oleh si penulis dari berbagai faktor. Di balik wacana

tersebut terdapat makna dan citra yang diinginkan serta

kepentingan yang sedang diperjuangkan.

Dalam analisis wacana kritis, wacana tidak hanya tidak

dipahami semata sebagai suatu bahasa. Bahasa dianalisis

bukan dengan menggambarkan semata dari aspek

kebahasaan, tetapi juga menghubungkan dengan konteks.

Konteks disini berarti bahasa dipakai untuk tujuan dan

praktik tertentu, termasuk praktik kekuasaan.15

Titik perhatian Norman Fairclough adalah melihat

bahasa sebagai praktik kekuasaan. Bahasa secara sosial

dan historis adalah bentuk tindakan, dalam hubungan

15 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. (Yogyakarta:

LKis Group, 2011), h. 7.

 

Page 34: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

20

dialektik dengan struktur sosial. Oleh karena itu, analisis

harus dipusatkan pada bagaimana bahasa itu terbentuk dan

dibentuk dari relasi sosial dan konteks sosial tertentu.

Menurut Fairclough gejala linguistic juga merupakan

gejala sosial, baik secara tertulis maupun lisan. Manusia

melakukan itu karena mereka memiliki tekad secara sosial

dan agar terjadi efek sosial.16

Fairclough membangun sebuah model yang

mengintegrasikan secara bersama-sama analisis wacana

yang didasarkan pada linguistic dan pemikiran sosial dan

politik, dan secara umum diintegrasikan pada perubahan

sosial. Fairclough menggunakan wacana menunjuk pada

pemakaian bahasa sebagai praktik sosial, lebih daripada

aktivitas individu atau merefleksikan sesuatu

Fairclough juga menerapkan konsep wacana dengan

menggunakan tiga hal yang berbeda. Dalam pengertian

yang paling abstrak, wacana mengacu pada penggunaan

bahasa sebagai praktik sosial. Kedua, wacana dipahami

sebagai jenis bahasa yang digunakan dalam suatu bidang

khusus, seperti wacana politik atau ilmiah. Ketiga, dalam

penggunaan yang paling kongkret, wacana digunakan

sebagai suatu benda yang bisa dihitung, yang mengacu

pada cara bertutur yang memberikan makna yang berasal

dari pengalaman-pengalaman yang dipetik dari perspektif

16 Norman Fairclough, Language and Power (New York: Longman, 1989)

h.23

 

Page 35: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

21

tertentu.17 Fairclough membagi analisis wacana menjadi

tiga dimensi:

1) Teks (text), dipusatkan pada ciri-ciri formal (kosakata,

tata bahasa, sintakis dan koherensi kalimat).

2) Praktik kewacanaan (discourse practice), yang

melibatkan pemroduksian dan pengosumsian teks.

3) Praktik sosial (sociocultural practice), yang mencakup

peristiwa komunikatif

Dalam model Fairclough, teks ini dianalisis secara

linguistik dengan melihat kosakata, semanti, dan tata

kalimat. Ia juga memasukkan koherensi dan kohesivitas,

bagaimana antarkata tersebut digabung sehingga

membentuk sebuah pengertian. Semuanya digunakan

untuk menganlisis tiga masalah yaitu ideasional yang

merujuk pada representasi tertentu yang ingin ditampilkan

dalam teks, relasi yang merujuk pada seperti apa teks

disampaikan dan identitas yang merujuk pada konstruksi

tertentu dari identitas pembuat teks dan bagaimana

personal dan identitas ini hendak ditampilkan.18

Dimensi praktik kewacanaan berhubungan dengan

proses produksi dan konsumsi teks. Sebuah teks biasanya

dihasilkan melalui proses produksi yang meliputi pola

17 Marrianne W. Jorgensen dan Louise J. Phillips, ANALISIS WACANA Teori

& Metode, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2010), h.125

18 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h.287

 

Page 36: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

22

kerja, bagan kerja, dan rutinitas dalam menghasilkan teks.

Dimensi praktik sosial budaya berhubungan dengan

konteks di luat teks seperti konteks situasi yang

hubungannya dengan masyarakat, budaya, dan politik

tertentu.

Hubungan antara teks dan praktik sosial diperantarai

oleh praktik kewacanaan. Oleh sebab itu hanya melalui

praktik kewacanaanlah teks bisa membentuk dan dibentuk

oleh praktik sosial.19

2. Semiotika Roland Barthes

Roland Barthes dikenal sebagai salah seorang pemikir

strukturalis yang getol mempraktikkan model linguistik

dan semiologi Saussurean. Ia juga intelektual dan kritikus

sastra Prancis yang ternama; eksponen penerapan

strukturalisme dan semiotika pada studi sastra. Bartens

menyebutnya sebagai tokoh yang memainkan peranan

sentral dalam strukturalisme tahun 1960-an dan 70-an.20

Semiotik Roland Barthes bertumpu pada tiga hal yaitu:

denotasi, konotasi, dan mitos. Barthes mengembangkan

dua tingkatan pertanda yang digunakan untuk

menghasilkan sebuah makna bertingkat, yaitu tingkat

konotasi dan denotasi. Ia menggunaka istilah “orders of

19 Marrianne W. Jorgensen dan Louise J. Phillips, ANALISIS WACANA Teori

& Metode, h.129

20 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2013, hal. 63

 

Page 37: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

23

signification”. First of signification yang berarti makna

denotasi. Sedangkan second order of signification

merupakan makna konotasi.

Tabel 2. Peta Roland Barthes21

Dari peta Barthes tersebut dapat dilihat bahwa tanda

denotatif (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Tetapi

pada saat yang bersamaan tanda denotative adalah penanda

konotatif juga (4). Jadi dalam konsep Barthes tanda

konotatif tidak hanya sekedar memiliki makna tambahan

namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif

yang melandasi keberadaannya. 22

Denotasi yaitu makna paling nyata dari tanda (sign).

Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan

hubungan antara penanda dan petanda, atau antara tanda

dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan makna

21 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, hal. 69 22 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, hal. 69

1.Signifier

(penanda)

2. Signified

(petanda)

3.Denotative sign

(tanda denotatif)

4.CONNOTATIF

SIGNIFIER (PENANDA

KONOTATIF)

5. CONNOTATIVE

SIGNIFIED (PETANDA

KONOTATIF)

6.CONNOTATIVE SIGN (TANDA KONOTATIF)

 

Page 38: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

24

yang eksplisit, langsung dan pasti. Makna denotasi dalam

hal ini, adalah makna pada apa yang tampak. Denotasi

adalah tanda yang penandanya mempunyai tingkat

konvensi atau kesepakatan yang tinggi.23

Makna konotasi yaitu makna yang mengandung arti

tambahan, atau dengan kata lain konotasi merupakan

makna yang bukan sebenarnya atau berupa kata kiasan.

Konotasi mempunyai makna yang subjektif atau paling

tidak intersubjektif. Dengan kata lain, denotasi adalah apa

yang digambarkan tanda terhadap sebuah objek, sedangkan

makna konotasi adalah bagaimana cara

menggambarkannya. Misalnya, tanda bunga

mengkonotasikan ‘kasih sayang’ atau tanda tengkorak

mengkonotasikan ‘bahaya’.24

Mitos merupakan hubungan antara satu mytheme

dengan mytheme yang lain sehingga membentuk suatu

cerita yang lama-kelamaan menjadi kepercayaan budaya

tertentu25. Mitos merupakan produksi kelas sosial yang

sudah mempunyai suatu dominasi. Mitos primitif, misalnya

mengenai hidup dan mati, manusia dan dewa. Sedangkan

23 Tommy Christomy, Semiotika Budaya, Depok: Pusat Penelitian

Kemasyarakatan dan Budaya, 2004, hal. 94 24 Tommy Christomy, Semiotika Budaya, hal. 94 25 M. Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi Teori dan Aplikasi,

(Yogyakarta,Perpustakaan nasional RI: Katalog Dalam Terbitan, 2004), h.56-

60.

 

Page 39: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

25

mitos masa kini misalnya mengenai feminimitas,

maskulinitas, ilmu pengetahuan, dan kesuksesan.26

3. Gender

Kata gender sudah tidak asing lagi di telinga

masyarakat. Namun gender kerap kali disamakan

pengertiannya dengan sex atau jenis kelamin. Kata gender

dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris yaitu

“gender”. Dilihat dari kamus bahasa Inggris, tidak secara

jelas dibedakan pengertian sex dan gender. Sex (jenis

kelamin) merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis

kelamin manusia yang ditentukan secara biologis. Laki-

laki memiliki penis, jakala dan memproduksi sperma,

sedangkan perempuan alat reproduksi seperti rahim,

memproduksi sel telur dan memiliki vagina. Alat-alat

tersebut secara biologis melekat selamanya dan tidak dapat

ditukarkan atau sering dikatakan sebagai ketentuan Tuhan

atau kodrat.27

a. Konsep Gender

1) Nature (Perbedaan Alami Laki-Laki dan

Perempuan)

Perbedaan alami antara laki-laki dan perempuan

banyak diungkapkan oleh beberapa ilmuwan.

Perbedaan ini mulai diungkapkan secara ilmiah

26 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi , Jakarta: Mitra

Wacana Media, 2013, hal. 22 27 Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial. h. 8

 

Page 40: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

26

oleh Charles Darwin dalam bukunya The Descent

of Man. Darwin meyatakan bahwa “pria berbeda

dengan wanita dalam hal ukuran, kekuatan tubuh,

dan seterusnya, juga dalam hal pemikiran”. Carl

Degler mengadakan kajian pustaka dalam hal

aplikasi teori Darwin tentang perbedaan ini. Degler

mengutip pendapat Willian Thomas dalam

artikelnya pada tahun 1897 yang mengatakan

bahwa otak wanita lebih kecil daripada otak pria.

M.A. Hardaker, seorang ilmuwan wanita, juga

memercayai teori Darwin dan menulis di majalah

Popular Science Monthly pada tahun 1882 dan

menyatakan bahwa “wanita mempunyai

kemampuan berpikir dan kreativitas yang lebih

rendah dari pria, namun mempunyai kemampuan

intuisi dan persepsi yang lebih unggul”.

Keadaan biologis manusia dianggap dapat

memengaruhi tingkah laku manusia. Mereka yang

berorientasi biologis mengatakan bahwa factor

genetis yang membentuk perbedaan peran antara

laki-laki dan perempuan adalah factor dimorphism

seksual yang terdapat pada homo sapiens.28

2) Nurture (Faktor Budaya dalam Pembentukan

Konsep Gender)

28 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda?: Sudut Pandang Baru Tentang

Relasi Gender, (Bandung, Mizan, 1999), h.96

 

Page 41: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

27

Mereka yang berorientasi budaya berargumntasi

bahwa perbedaan peran (division of labor) antara

laki-laki dan perempuan bukan disebabkan oleh

nature, melainkan oleh budaya. Secara etimologi

nurture berarti kegiatan perawatan atau

pemeliharaan, pelatihan, serta akumulasi dari

faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi

kebiasaan dan ciri-ciri yang nampak. Nurture dapat

diartikan sebagai suatu faktor kepribadian tentang

kekuatan lingkungan yang mengatur

perkembangan manusia. Nurture dapat berupa

lingkungan keluarga, masyarakat bahkan faktor

ekonomi dan budaya.

Dalam kajian gender, nurture sebagai teori atau

argumen yang menyatakan bahwa perbedaan sifat

maskulin dan feminim bukan ditentukan oleh

perbedaan biologis, melainkan konstruk sosial dan

pengaruh faktor budaya. Dinyatakan sebagai teori

nurture karena faktor-faktor social dan budaya

menciptakan atribut gender serta membentuk

stereotip dari jenis kelamin tertentu, hal tersebut

terjadi selama masa pengasuhan orang tua atau

masyarakat terulang secara turun temurun.

b. Gender dalam Konsep Barat

Gender, sebagaimana dikemukakan oleh Oaklay

dalam Sex, Gender and Society (1972) berarti

 

Page 42: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

28

perbedaan yang bukan biologis dan bukan kodrat

Tuhan. Gender adalah perbedaan perilaku (behavioral

difference) antara laki-laki dan perempuan yang

dikonstruksi secara sosial melalui proses sosial dan

kultural yang panjang. Hillary M. lips dalam Sex and

Gender: An Introduction mengartikan bahwa gender

sebagai harapan-harapan budaya terhadap laki-laki dan

perempuan (cultural expectations for woman and

man).

Istilah “gender” pertama kali dikemukakan oleh

Robert Stoller (1968) untuk memisahkan pencirian

manusia yang didasarkan pada pendefinisian yang

bersifat sosial budaya dengan pendefinisian yang

berasal dari ciri-ciri fisik biologis. H.T. Wilson dalam

Sex and Gender (1989) mengartikan bahwa gender

sebagai suatu dasar untuk menentukan perbedaan

sumbangan laki-laki dan perempuan pada kebudayaan

dan kehidupan kolektif yang sebagai akibatnya mereka

menjadi laki-laki dan perempuan. Di dalam Women’s

Studies Encyclopedia dijelaskan bahwa gender adalah

konsep kultural yang berupaya membuat pembedaan

(distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan

 

Page 43: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

29

karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan

yang berkembang dalam masyarakat.29

Donelson G. dalam bukunya Women, a

Psychological Perspective memberikan suatu hipotesis

dalam distribusi bimodal dari karakteristik gender yang

menggambarkan bahwa derajat feminitas dan

maskulinitas merupakan kombinasi dari karakteristik

biologis, dimana perilaku dan sikap yang digambarkan

merentang pada suatu skala gender.30

Dalam skala Donelson jika seseorang berada pada

salah satu sisi yang ektrem, maka seseorang tersebut

sangat feminim atau sangat maskulin. Namun jika

terdapat seseorang yang mempunyai karakteristik,

sikap, dan perilaku yang tidak sesuai dengan harapan

sosial maka disebut androgynous.

Pandangan mengenai perbedaan identitas gender

atau peran gender yang menyatakan berawal dari

perbedaan secara biologi maupun merupakan hasil dari

konstruksi sosial, teknologi, lingkungan dan sejarah

masih menjadi perdebatan diantara para antropolog dan

sosiolog. Dari semua pandangan mengenai awal

29 Riant Nugroho, Gender dan Strategi: Pengarus-utamaannya di Indonesia,

(Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2008), h.5

30 Riant Nugroho, Gender dan Strategi: Pengarus-utamaannya di Indonesia,

h.19

 

Page 44: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

30

mulanya perbedaan gender, terdapat kesepakatan

bahwa kultur adalah kunci untuk mengerti adanya

perbedaan sikap antara laki-laki dan perempuan.

Perbedaan gender adalah hasil dari sosialisasi,

diskriminasi dan bentuk-bentuk lain dari kontrol sosial

(Bem, 1993; Epstein, 1988).31

Bentuk lain dari perbedaan gender adalah adanya

ideologi sexism. Ideologi ini percaya bahwa laki-laki

dan perempuan berbeda secara bawaan, dan perbedaan

itu menghasilkan pemikiran bahwa perempuan

memiliki pemikiran yang lebih rendah daripada laki-

laki.32 Pada abad ke-19 terdapat kepercayaan yang

meyakini bahwa ukuran otak perempuan lebih kecil

daripada laki-laki dan kecerdasan laki-laki adalah

sebuah pemberian yang alami. Dominasi laki-laki di

berbagai bidang di kehidupan sosial kemudian

menghasilkan pemikiran bahwa unggulnya laki-laki di

berbagai bidang ini adalah natural.

Adanya perbedaan gender kemudian menghasilkan

adanya peran gender. Perbedaan gender tidak akan

menjadi masalah selama tidak terjadi ketimpangan

31 Martin N. Marger, Social Inequaity: patterns and processes, fourth edition

(New York, McGraw-Hill, 2008) h.325

32 Martin N. Marger, Social Inequaity: patterns and processes, fourth edition,

h.328

 

Page 45: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

31

diantara keduanya. Namun pada realitanya terjadi

ketidakadilan gender diantara laki-laki dan perempuan.

Manifestasi-manifestasi ketidakadilan dalam

gender banyak ditemukan di masyarakat, yaitu:

1) Marginalisasi terhadap kaum perempuan

2) Terjadinya subordinasi yang umumnya terjadi

pada perempuan

3) Pelabelan negative atau stereotype terhadap

jenis kelamin tertentu yang kemudian

melahirkan diskriminasi

4) Terjadinya kekerasan pada jenis kelamin

tertentu, umumnya perempuan, akibat

perbedaan gender

5) Adanya ketimpangan beban kerja

c. Gender dalam Konsep Islam

Pada dasarnya inti dari semua agama, termasuk

Islam, menganjurkan dan menegakkan keadilan.33 Al-

Quran, sebagai prinsip-prinsip dasar atau pedoman

moral tentang keadilan tersebut, mencakup berbagai

anjuran untuk menegakkan keadilan ekonomi, politik,

kultural, termasuk keadilan gender.

Dalam konteks agama samawi, sejarah tentang

kehidupan dan peran perempuan telah tertuang dalam

33 Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial. h. 135

 

Page 46: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

32

Kitab Perjanjian Lama yang diyakini sebagai kitab suci

untuk kaum Yahudi.34 Dalam kitab ini perempuan

ditempatkan sebagai sumber utama kesalahan. Hal ini

dikisahkan dalam kisah-kisah yang diyakini

kebenarannya, diantarnya bahwa Hawa merupakan

penyebab Adam dikeluarkan dari surga karena telah

merayunya untuk memakan buah khuldi dan terpesona

oleh iblis. Dalam Kitab Perjanjian Lama posisi

perempuan dianggap lebih rendah dari laki-laki.

Perempuan tidak memiliki hak waris, laki-laki

mempunyai hak veto untuk menceraikan istrinya yang

dianggap melakukan zina namun tidak sebaliknya,

perempuan dianggap sebagai makhluk yang najis

hingga apapun yang disentuhnya menjadi kotor dan

najis bahkan mereka menyandarkan perbuatan amoral

laki-laki menjadi tanggung jawab perempuan.

Dalam Perjanjian Baru yang merupakan kitab suci

yang diyakini oleh kaum Nasrani, mereka meyakini

kebenaran posisi kaum perempuan yang terdapat dalam

Kitab Perjanjian Lama. Mereka meyakini bahwa Yesus

diutus ke Bumi untuk menebus dosa-dosa Adam yang

disebabkan oleh Hawa. Perempuan tidak

diperbolehkan untuk mengangkat suaranya di dalam

gereja dan meyakini bahwa di atas kepala perempuan

34 Zaitunah Subhan, AL-QURAN DAN PEREMPUAN: Menuju Kesetaraan

Gender dalam Penafsiran, h.4

 

Page 47: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

33

terdapat setan, sehingga harus menutupinya dan jika

menolak, maka harus digundul. Perempuan juga

dijadikan sumber kesesatan dan kecantikannya

merupakan senjata ampuh bagi iblis untuk

menyesatkan manusia.

Dalam sejarah Arab pra-Islam sebagian hak

perempuan dihapuskan. Husayn Muhammad Yusuf

dalam bukunya Ahdaf al-Usrah fi al-Islam mengatakan

bahwa seorang perempuan pada masa jahiliyah dapat

diwariskan seperti harta benda.35

Salah satu spirit yang dibawa Islam pada awal

kelahirannya yaitu melakukan perbandingan posisi dan

kondisi perempuan pada zaman sebelum dan sesudah

Islam. Al-Quran sebagai rujukan prinsip masyarakat

Islam, pada dasarnya mengakui kedudukan laki-laki

dan perempuan adalah sama. Keduanya diciptakan dari

satu nafs (living entity), dimana yang satu tidak

memiliki keunggulan terhadap yang lain36. Dalam Al-

Quran peristiwa keluarnya Adam dan Hawa adalah

karena tipu daya setan tanpa adanya justifikasi kepada

Hawa maupun Adam.

35 Zaitunah Subhan, AL-QURAN DAN PEREMPUAN: Menuju Kesetaraan

Gender dalam Penafsiran, h.7

36 Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial. h. 130

 

Page 48: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

34

Prinsip Al-Quran terhadap laki-laki dan perempuan

adalah sama, dimana hak istri diakui sederajat dengan

hak suami. Dengan kata lain, laki-laki memiliki hak

dan kewajiban terhadap perempuan, dan sebaliknya

perempuan juga memiliki hak dan kewajiban terhadap

laki-laki, apalagi jika dikaitkan dengan konteks

masyarakat pra-Islam yang ditransformasikannya.

Islam menjunjung kesetaraan dengan memosisikan

perempuan sebagai makhluk yang memiliki derajat

yang sama di hadapan Tuhan.

Mahmud Shaltut berpendapat bahwa Islam

memosisikan perempuan sebagai mitra bagi kaum laki-

laki, sehingga Islam memberikan kesetaraan hak dan

kewajiban bagi perempuan dan laki-laki. Syekh

Mahmud Abu Shuqqah dalam Tahrir al-Mar’ah si ‘Asr

al-Risalah membutikan bahwa Islam sebagai pelopor

emansipasi.37 Setelah mempelajari literatur Islam

Klasik, ia menyimpulkan bahwa datangnya Islam

menyebabkan revolusi gender pada abad ke-7 Masehi.

Islam datang memerdekakan perempuan dari dominasi

kultur Jahiliah dan mulai diakui hak-haknya sebagai

manusia dan warga negara.

37 Zaitunah Subhan, AL-QURAN DAN PEREMPUAN: Menuju Kesetaraan

Gender dalam Penafsiran, h.10

 

Page 49: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

35

Pada dasarnya istilah gender bukanlah masalah

yang datang dari agama Islam, namun Islam seringkali

dituding sebagai agama yang melanggengkan

ketidakadilan gender. Berikut merupakan makna

kesetaraan gender dalam Islam38:

1) Prinsip kesetaraan/persamaan hak. Islam

memberi peluang yang sama kepada laki-laki dan

perempuan untuk memperoleh hak-hak politik,

pendidikan, waris, persaksian dan lain-lain.

Dinyatakan dalam sebuah hadits, “Menuntut ilmu

itu wajib bagi setiap muslim dan muslimah”.

Hadits ini memberi peluang kepada setiap umat

Islam, baik laki-laki maupun perempuan dan

memiliki hak yang sama atas potensi yang

dimilikinya dan hak untuk mengembangkan

potensinya.

2) Prinsip kemerdekaan/kebebasan. Prinsip ini

bukan berarti bebas bertindak dan sewenang-

wenang, namun berkaitan dengan relasi antar

manusia yang harus menjaga kepentingan dan

kehormatan orang lain. Islam mengecam keras

segala macam penindasan baik berdasarkan jenis

kelamis, warna kulit, ras, dan lain-lain.

Berdasarkan pinsip ini, tidak ada pembatasan

38 Ngudi Astusti, Feminisme Muslimah : Eksistensi Perempuan dalam Pentas

Politik dan Penegakan Peradaban Islam, (Jakarta, Media Bangsa, 2010), h.25

 

Page 50: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

36

bagi kaum perempuan hanya memainkan peran-

peran di sektor domestik. Dalam surat An-Nisaa’

[4]: 75, Islam menegaskan bahwa diskriminasi

peran dan relasi gender merupakan suatu

pelanggaran hak asasi manusia yang harus

dieliminasi.

لىه يل ا ب ون ف س ى ت ا ق م ل ت ه ا ل وم

ان د ول ل اء وا ال والنس ن الرج ني م ف ع ض ت س م ل وا

ة ري ق ل ه ا ذ ن ه ا م ن رج خ ا أ ون رب ن ول ق ين ي الذ

ل ع يا واج ك ول ن د ن ل ا م ن ل ل ع ا واج ه ى ه الظال أ

ريا ص ك ن ن د ن ل ن ا م ل

75. “Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan

Allah dan (membela) orang-orang yang lemah

baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak

yang semuanya berdoa: "Ya Tuhan kami,

keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang

zalim penduduknya dan berilah kami pelindung

dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari

sisi Engkau!".”

3) Prinsip persaudaraan. Dalam prinsip ini semangat

muncul dari realitas sosial bahwa setiap manusia

adalah bersaudara. Semangat persaudaraan akan

mengekalkan persaudaraan (ukhuwah

Islamiyah), karena dengan moral ini akan tercipta

kedamaian yang abadi.

 

Page 51: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

37

4) Prinsip keadilan. Prinsip ini berarti Islam sangat

menentang struktur sosial yang tidak adil. Al-

Quran mengakui adanya perbedaan (distinction)

antara laki-laki dan perempuan, tetapi perbedaan

tersebut bukanlah pembedaan (discrimination)

yang menguntungkan satu pihak dan merugikan

lainnya. Islam menempatkan perempuan pada

posisi yang sama dengan laki-laki. Kesamaan

tersebut dilihat dari tiga hal, pertama, dari

hakekat kemanusiaannya. Dalam meningkatkan

kualitasnya, Islam memberikan sejumlah hak

kepada perempuan, antara lain hak waris.

Kedua, Islam mengajarkan bahwa baik

perempuan mendapat pahala yang sama atas amal

saleh yang dibuatnya dan mendapat azab yang

sama atas pelanggaran yang dibuatnya (QS. At-

Taubah [9]:72)

ن نات تري م ات ج ن ؤم م ل ني وا ن ؤم م ل د الىه ا ول

ة ف يب ن ط اك س ا وم يه ين ف د ال ار خ ه ا الن ه ت ت

ك ل ذ ر ب ك ن الىه أ وان م ورض ن د نات ل ج

يم ظ ع ل وز ا ف ل و ا ه

72. “Allah menjanjikan kepada orang-orang

mukmin, lelaki dan perempuan, (akan

mendapat) surga yang dibawahnya mengalir

sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan

 

Page 52: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

38

(mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga

'Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar;

itu adalah keberuntungan yang besar.”

Ketiga, Islam tidak mentolerir adanya perbedaan

dan perlakuan yang tidak adil (QS. Al-Hujurat

[49]:13)

ى ث ن ر وأ ن ذك م م اك ن ق ى نا خ ا الناس إ ي ه ا أ ي

ن إ وا ارف ع ت ل ل ائ ب ق ا و وب ع م ش اك ن ى ع وج

يم ى ن الىه ل إ م اك ق ت د الىه أ ن م ل ه رم ك أ

ري ب خ

13. “Hai manusia, sesungguhnya Kami

menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan

seorang perempuan dan menjadikan kamu

berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya

kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya

orang yang paling mulia diantara kamu disisi

Allah ialah orang yang paling takwa diantara

kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui

lagi Maha Mengenal.”

Islam sangat memperhatikan konsep keseimbangan,

keserasian dan keselarasan. Tidak ada makhluk yang

tidak seimbang. Konsep relasi gender dalam Islam lebih

dari sekedar mengatur keadilan gender dalam

masyarakat, namun juga secara teologis mengatur pola

 

Page 53: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

39

hubungan manusia (mikrokosmos) dan alam

(makrokosmos) dan Tuhan.39

Dalam Al-Quran ada beberapa variable yang

menjadi standar dalam menganalisa prinsip-prinsip

kesetaraan gender40:

1) Laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai

hamba. Hamba ideal dalam Al-Quran biasa

diistilahkan dengan orang-orang yang bertakwa,

dan untuk mencapai ketakwaan ini tidak dikenal

adanya perbedaan jenis kelamin, suku bangsa

atau etnis tertentu.

2) Laki-laki dan perempuan sebagai khalifah di

bumi.

3) Laki-laki dan perempuan menerima perjanjian

primordial. Menurut Fakhr al-Razi, tidak ada

seorangpun anak manusia lahir di muka bumi ini

yang tidak berikrar akan keberadaan Tuhan dan

ikrar mereka disaksikan oleh malaikat.

4) Adam dan Hawa terlibat secara aktif dalam

drama kosmis. Semua ayat yang menceritakan

tentang drama kosmis, yaitu cerita tentang

Adam dan pasangannya di surge sampai keluar

39 Zaitunah Subhan, AL-QURAN DAN PEREMPUAN: Menuju Kesetaraan

Gender dalam Penafsiran, h.31

40 Nasaruddin Umar, Bias Jender dalam Penafsiran Kitab Suci, (Jakarta, PT.

Fikahati Aneska, 2000) h. 17.

 

Page 54: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

40

ke bumi, selalu menekankan kedua belah pihak

secara aktif dengan menggunakan kata ganti

untuk dua orang.

5) Laki-laki dan perempuan berpotensi meraih

prestasi.

d. Kesetaraan Gender

Konsep kesetaraan gender merupakan konsep yang

kompleks. Dougles Rae berpendapat bahwa “Equality

is the simplest and most abtract of notions, yet the

practices ofe the world are irremediably concrete and

complex. How, imaginably, could the former govern

the later?” (Kesetaraan adalah pernyataan yang paling

simple dan abstrak, tapi dalam praktiknya sulit dan

kompleks untuk menjadi kenyataan, dapatkan teori

mengatur praktik?)41

Pengertian dan konsep mengenai kesetaraan ini

sangat beragam. Sejak 1990 United Nations

Development Program (UNDP) dalam menilai

keberhasilan pembangunan suatu negara diukur dari

GDP (Growth Domestic Product) lalu HDI (Human

Development Index). Pada tahun 1995 konsep HDI ini

diberi tambahan yaitu konsep kesetaraan gender

(gender equality). Dalam konsep ini perhitungan yang

dipakai yaitu GDI (Gender Development Index), yaitu

kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam usia

41 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda?: Sudut Pandang Baru Tentang

Relasi Gender . h.53

 

Page 55: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

41

harapan hidup, pendidikan, jumlah pendapatan dan

GEM (Gender Empowerment Measure) yang

mengukur kesetaraan dalam partisipasi politik dan

sektor lainnya. Ukuran konsep ini adalah kesetaraan

yang sama rata atau konsep kesetaraan kuantitatif yang

“perfect equality” (50/50).42

Konsep kesetaraan lainnya adalah konsep

kesetaraan konstektual dimana dalam konsep ini

mengakui adanya keberagaman biologis antara laki-

laki dan perempuan. Konsep konstektual mengakui

adanya keberagaman manusia, walaupun setiap

manusia berhak mendapatkan lot yang sama, namun

bukan berarti setiap manusia mendapatkan tingkat

kesejahteraan atau kebahagiaan yang berbeda-beda

karena aspirasi, keinginan, dan kebutuhan manusia

yang berbeda-beda. Dougles Rae menawarkan konsep

kesetaraan yang lebih membumi daripada konsep

50/50, yaitu kesetaraan dalam kesempatan (equality of

opportunity). Rae mengatakan bahwa kesempatan

untuk meraih lot seperti kekuasaan, hak-hak,

pendidikan, dan kekayaan memang harus setara, tapi

lot itu sendiri tidak bisa setara. Contohnya adalah

kesempatan perempuan untuk menjadi anggota

parlemen adalah sama. Namun “alat” yang dimiliki

laki-laki dan perempuan untuk meraih keanggotaan

42 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda?: Sudut Pandang Baru Tentang

Relasi Gender. h.24

 

Page 56: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

42

parlemen tidak sama. “Alat” ini bisa saja menyangkut

masalah pendidikan, bakat, aspirasi dan sebagainya.

Oleh karena itu, kebijakan untuk kesetaraan dalam

mendapatkan “alat” adalah hal yang perlu agar konsep

equality of opportunity, dapat mewujudkan kesetaraan

50/50.43

e. Teori Feminis

Beberapa dekade belakangan, teori feminis menjadi

suatu disiplin ilmu tersendiri yang mempunyai

pertanyaan dan diskusinya sendiri. Perspektif ini

berfokus pada upaya menanggapi tertindasnya posisi

kaum perempuan dalam berbagai sektor di masyarakat.

Pemikiran feminis memiliki sejarah yang panjang,

dimulai dari abad ke-19 dengan perspektif yang

berbeda.44 Berikut perspektif-perspektif dalam feminis:

1) Feminisme sosialis.

Feminisme ini berpandangan bahwa agar

terciptanya kesetaraan, maka harus ada

transformasi sosial. Ketimpangan gender

disebabkan oleh system kapitalisme yang

menimbulkan adanya kelas-kelas sosial dan

division of labour, termasuk keluarga45. Feminisme

43 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda?: Sudut Pandang Baru Tentang

Relasi Gender. h.48-49 44 Malcom Payne, Teori Pekerjaan Sosial Modern (Yogyakarta, Building

Professional Social Work Indonesia, 2016) h.295 45 Marzuki, “Kajian Awal Tentang Teori-Teori Gender”. Jurnal Civics: Media

Kajian Kewarganegaraan, Vol.4 No.2, 2007, h.9.

 

Page 57: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

43

sosialis mengadopsi teori praxis Marxisme, yaitu

teori penyadaran pada kaum tertindas, agar para

perempuan sadar bahwa mereka adalah ”kelas”

yang tidak diuntungkan.46 Proses penyadaran ini

bertujuan agar perempuan bangkit untuk mengubah

keadaannya.

2) Woman of color feminism

Woman of color feminism atau womanism

bermula dari kritik terhadap gerakan kaum

perempuan berkulit putih yang tidak

mengikutseratakn perempuan dari ras lain beserta

isu yang penting bagi mereka, seperti kemiskinan,

rasisme dan kebutuhan pekerjaan, healthcare,

pendidikan yang bagus dan lingkungan yang aman.

Pada dasarnya womanism tidak menganggap laki-

laki kulit berwarna sebagai penindas tetapi sebagi

saudara yang sama-sama merasakan efek dari

rasisme. Orang-orang yang mengadopsi perspektif

ini sering menunjukkan dukungan dan nilai-nilai

positive kepada komunitas kaum minoritas.47

3) Feminisme radikal

46 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda?: Sudut Pandang Baru Tentang

Relasi Gender. h.133 47 Mary Crawford dan Rhonda Unger, Women and Gender: a Feminist

Pshycology (New York, McGraw Hill, 2004) h.7

 

Page 58: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

44

Feminisme radikal berkembang pesat di

Amerika pada kurun waktu 1960-an 1970-an.

Feminisme radikal lebih fokus menyerang institusi

keluarga karena dianggap sebagai institusi yang

melahirkan system patriarki dan mengakibatkan

tertindasnya perempuan. Feminisme radikal

cenderung membenci kaum pria, bahkan membuat

mereka ingin memisahkan diri dari budaya

maskulin dan membentuk budaya kelompoknya

sendiri yang disebut “sisterhood”. Elsa Gildow

mengemukakan bahwa menjadi lesbian adalah

terbebas dari dominasi laki-laki. Hubungan

heteroseksual dianggap oleh feminisme radikal

sebagai factor utama terjadinya penindasan kepada

perempuan, dan pasti akan menimbulkan

perbedaan peran, diferensiasi kekuasaan, dan kelas-

kelas dalam masyarakat.48

4) Cultural feminism

Perspektif ini menekankan kepada perbedaan

laki-laki dan perempuan. Cultural feminism juga

menekankan pada kualitas dan karakteristik

perempuan yang direndahkan dan seharusnya

dihormati dan dihargai di masyarakat. Perspektif

ini sangat berguna dalam memahami pentingnya

48 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda?: Sudut Pandang Baru Tentang

Relasi Gender. h.180

 

Page 59: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

45

pekerjaan tidak berbayar yang dilakukan oleh

perempuan, seperti merawat anak. Perpektif ini

juga sering digunakan untuk mendiskusikan

perbedaan gender berupa nilai-nilai dan perilaku

sosial.49

5) Feminisme liberal.

Feminisme liberal berkembang di Barat pada

abad ke-18 bersamaan dengan populernya

pemikiran “zaman pencerahan” (enlightment atau

age of reason)50. Perspektif ini berasumsi bahwa

pada dasarnya tidak ada perbedaan antara laki-laki

dan perempuan. Para feminisme liberal lebih

memfokuskan perjuangannya terhadap undang-

undang dan hukum yang dianggap dapat

melanggengkan system patriarki, karena menurut

mereka agar persamaan hak antara laki-laki dan

perempuan dapat terlaksana, maka harus ditunjang

oleh dasar hukum yang kuat.

6) Ekofeminisme

Ekofeminisme timbul karena adanya

ketidakpuasan terhadap arah perkembangan

ekologi dunia yang semakin bobrok. Pandangan ini

49 Mary Crawford dan Rhonda Unger, Women and Gender: a Feminist

Pshycology. h.7 50Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda?: Sudut Pandang Baru Tentang

Relasi Gender. h.118

 

Page 60: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

46

bertolakbelakang dengan sosialis, radikal dan

liberal. Mereka percaya bahwa perbedaan gender

bukan semata-mata konstruksi sosial, tetapi juga

intrinsic. Ekofeminisme adalah teori yang melihat

individu secara komprehensif, yaitu makhluk yang

terikat dan berinteraksi dengan lingkungannya.51

4. New Media

Marshall McLuhan dalam bukunya understanding

Media mengemukakan bahwa teknologi komunikasi

memainkan peran penting dalam tatanan sosial dan

budaya baru membawa perubahan dari media cetak ke

media elektronik. Ada tiga bagian penting dari konsep ini,

yaitu Global Village (desa global), sebuah bentuk baru

organisasi sosial yang muncul ketika media elektronik

mengikat seluruh dunia dalam satu tatanan. Kondisi ini

akan membawa perubahan proses distribusi pesan, bentuk

media baru mentransformasi pengalaman individu dan

masyarakat tentang pesan media. Kemudian menjadi

perpanjangan tangan manusia, media telah

memperpendek pandangan dan sentuhan melalui ruang

dan waktu.52

a. Media Sosial

51 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda?: Sudut Pandang Baru Tentang

Relasi Gender. h.189 52 Apriadi Tamburaka, Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak Media

Massa, (Jakarta, Rajawali Pers, 2013), h.71

 

Page 61: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

47

Salah satu bentuk dari keberadaan media baru

adalah fenomena jejaring sosial atau media sosial.

Mengapa disebut jejaring sosial karena ternyata

aktivitas sosial tidak hanya dilakukan di dunia nyata,

tetapi juga di dunia maya. Media sosial merupakan

bentuk dari perkembangan teknologi yang beroperasi

dengan menggunakan internet yang menghubungkan

manusia di dunia baru atau biasa disebut dengan dunia

maya. Kehadiran media sosial telah merubah proses

komunikasi manusia yang sebelumnya terjadi hanya

sebatas komunikasi tatap muka, komunikasi kelompok

dan komunikasi massa yang kini telah berubah.

Menurut Mandibergh media sosial adalah media

yang mewadahi kerja sama antarpengguna yang

menghasilkan konten (user-generated content).

Menurut Van Dijk (2013) media sosial adalah platform

media yang memfokuskan pada eksistensi pengguna

yang memfasilitasi mereka dalam dalam beraktivitas

atau berkolaborasi. Media sosial juga dapat dilihat

sebagai medium (fasilitator) online yang menguatkan

hubungan antarpengguna sekaligus sebuah ikatan sosial.

Rulli Nasrullah kemudian menyimpulkan bahwa media

sosial adalah medium di internet yang memungkinkan

pengguna mempresentasikan dirinya maupun

berinteraksi, bekerja sama, berbagi, berkomunikasi

 

Page 62: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

48

dengan pengguna lain, dan membentuk ikatan sosial

secara virtual53

Adapun karakteristik media sosial yaitu54:

1) Jaringan (network)

Media sosial memiliki karakter jaringan sosial.

Media sosial terbangun dari struktur sosial yang

terbentuk di dalam jaringan atau internet. Castells

(2002) menekankan bahwa struktur atau organisasi

sosial yang terbentuk di internet berdasarkan

jaringan informasi yang pada dasarnya beroperasi

berdasarkan teknologi informasi dalam

mikroelektronik . Jaringan yang terbentuk

antarpengguna (users) merupakan jaringan yang

secara teknologi dimediasi oleh perangkat

teknologi, seperti computer, telepon genggam atau

tablet.

Jaringan yang terbentuk antarpengguna ini

akhirnya membentuk komunitas atau masyarakat

yang secara sadar atau tidak sadar akan

memunculkan nilai-nilai yang ada di masyarakat,

sebagaimana ciri masyarakat dalam teori sosial.

2) Informasi (information)

53 Rulli Nasrullah, Media Sosial: Prosedur, Tren, dan Etika (Bandung,

Simbiosa Rekatama Media, 2015) h.11

54 Rulli Nasrullah, Media Sosial: Prosedur, Tren, dan Etika, h.16

 

Page 63: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

49

Informasi menjadi entitas yang penting dari

media sosial, karena pengguna media sosial

mengkreasikan representasi identitasnya,

memproduksi konten dan melakukan interaksi

berdasarkan informasi. Informasi diproduksi,

dipertukarkan, dan dikonsumsi yang menjadikan

informasi itu menjadi komoditas bernilai sebagai

bentuk baru dari kapitalisme yang dalam

pembahasan seringkali disebut dengan berbagai

istilah, seperti informational (Castells, 2004) serta

pengetahuan atau knowledge (Thrift, 2005 dalam

Gane & Beer, 2008).

3) Arsip (archive)

Infromasi yang ada di dalam sosial media telah

tersimpan dan bisa dikases dimanapun dan

kapanpun melalui perangkat apapun. Munculnya

teknologi komunikasi membuat perubahan

terhadap arsip tersebut, yaitu kemampuan setiap

pengguna dalam mengakses dan melakukan

perubahan serta arsip menjadi berubah, seperti

yang apa disebutkan oleh Appadurai sebagai the

nature and distribution of its user55.

4) Interaksi (interactivity)

Karakter dasar dari sosial media adalah

terbentuknya jaringan antarpengguna. Jaringan ini

55 Rulli Nasrullah, Media Sosial: Prosedur, Tren, dan Etika, h.23

 

Page 64: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

50

dibangun dengan interaksi antarpengguna, baik

berupa saling mengikuti dan memperluas

hubungan pertemanan atau berupa saling

mengomentari dan memberi tanda like pada

unggahan pengguna lain.

5) Simulasi sosial (simulation of society)

Media sosial dapat menjadi medium

berlangsungnya masyarakat (society) di dunia

virtual. Pengguna media sosial bisa dikatakan

sebagai warga negara digital (digital citizenship)

atau yang biasa disebut netizen (internet citizen)

yang berlandaskan keterbukaan tanpa adanya

batasan-batasan. Namun seperti masyarakat di

sebuah negara, media sosial juga memiliki aturan

dan etika yang mengikat penggunanya.

6) Konten oleh pengguna (user-generated content)

User-generated content (UGC) menunjukkan

bahwa di media sosial konten sepenuhnya milik

dan berdasarkan kontribusi pemilik akun. Menurut

Jenkins media baru, termasuk media sosial,

menawarkan perangkat atau alat serta teknologi

baru yang memungkinkan khalayak (konsumen)

untuk mengarsipkam, memberi keterangan,

menyesuaikan, dan menyirkulasi ulang media.

 

Page 65: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

51

Jenis-jenis sosial media56:

1) Media jejaring sosial (social networking), jenis

sosial media inimerupakan medium yang

paling populer. Jenis ini merupakan sarana

yang bisa digunakan pengguna untuk

melakukan hubungan sosial di dunia virtual.

Contoh jenis ini adalah Facebook dan

LinkedIn.com.

2) Blog. Blog atau jurnal pribadi online

merupakan sosial media yang memungkinkan

penggunanya unutk menggugah aktivitas

keseharian, saling mengomentari dan berbagi,

baik tautan web lain, informasi, dan

sebagainya.

3) Microblogging. Microblogging tidak berbeda

jauh dengan Blog, namun microblogging

memiliki batasan untuk menulis, seperti Twitter

yang pada awalnya menyediakan 140 karakter

lalu kini bertambah menjadi 280 karakter.

4) Media Sharing. Media sosial jenis ini adalah

medium yang memfasilitasi penggunanya

untuk berbagi media, seperti dokumen, video,

audio, gambar dan sebagainya. Contoh media

jenis ini adalah Youtube, Flickr, Instagram dan

Snapchat.

56 Rulli Nasrullah, Media Sosial: Prosedur, Tren, dan Etika, h.39

 

Page 66: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

52

5) Social Bookmarking. Social Bookmarking atau

penanda sosial merupakan media sosial yang

bekerja unutk mengorganisasi, menyimpan,

mengelola, dan mencari informasi atau berita

tertentu secara online. Contoh media sosial

jenis ini adalah Reddit, Delicious.com dan

LintasMe.

Media sosial memungkinkan penggunanya

berpartisipasi langsung dan saling berbagi informasi

dengan siapapun yang mereka percayai. Adanya

kepercayaan antarpengguna ini memiliki potensi dalam

mendorong lahirnya gerakan-gerakan sosial.

Media sosial dipercaya menjadi instrument

meluasnya beberapa revolusi di Timur Tengah, seperti

Revolusi Mesir dan aksi protes di Tunisia. Gerakan-

gerakan tersebut merupakan gambaran bahwa media

sosial dapat menjadi instrument dalam gerakan sosial.

Media sosial dapat menjadi mekanisme penting dalam

menghimpun aksi, protes, dan gerakan sosial.57

Komunikasi yang terjadi di media sosial tidak lagi

komunikasi dengan aliran yang linier, namun

sepenuhnya berada di tangan pengguna. Pengguna

57 Hermin I. Wahyuni, Kebijakan Media Baru di Indonesia (Harapan,

Dinamika dan Capaian Kebijakan Baru di Indonesia), (Yogyakarta, Gadjah

Mada University Press, 2013), h.72

 

Page 67: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

53

menggunakan media sosial untuk membangun respons

atas ketidakadilan yang terjadi di masyarakat.

b. Instagram

Instagram adalah sebuah aplikasi berbagi foto dan

video yang memungkinkan penggunanya mengambil

foto, video, menerapkan fitur digital dan membaginya

ke berbagai layanan jejaring sosial, termasuk milik

Instagram sendiri.58

Instagam termasuk dalam jenis sosial media Media

Sharing karena Instagram memungkinkan penggunanya

unutk berbagi media. Dengan adanya berbagai fitur

tambahan seperti Instagram Story¸ Instagram Live

hingga Boomerang membuat Instagram menjadi salah

satu media sosial paling populer.

Menurut hasil survei WeAreSocial.net dan Hootsuite

Instagram merupakan platform media sosial dengan

pengguna terbanyak ketujuh di dunia. Pada Januari 2018

total pengguna Instagram di dunia mencapai 800 juta

pengguna. Indonesia menjadi negara dengan pengguna

Instagram terbanyak ketiga di dunia setelah Amerika

58 https://id.wikipedia.org/wiki/Instagram. Diakses pada hari selasa, 31 Januari

2108, pukul 17:19.

 

Page 68: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

54

Serikat dan Brazil dengan angka lebih dari 50 juta

pengguna aktif.59

B. Kerangka Berpikir

Sosial media menjadi salah satu hal yang tidak bisa

dipisahkan dengan generasi muda. Kuatnya pengaruh dan efek

yang ditimbulkan oleh sosial media tak jarang menjadikannya

sebagai alat untuk menyebarkan bahkan menggiring sebuah

opini maupun ideologi. Hal ini bisa dilihat dari gerakan-

gerakan yang bermula dari sosial media lalu kemudian menjadi

gerakan yang masif dan viral di kehidupan nyata. Pengaruh dan

dampak dari sosial media ini tidak lepas dari bagaimana

pengguna membuat unggahan berupa teks dengan

menggunakan bahasa-bahasa yang dapat memengaruhi

pengguna lain.

Dalam paham analisis wacana kritis, teks bukanlah sesuatu

yang bebas nilai dan menggambarkan realitas sebagaimana

adanya. Kecenderungan pribadi dari sang produsen teks dan

struktur sosial yang melingkupi sang produsen teks ikut

mewarnai isi teks. Bahasa tidak netral melainkan membawa

pesan ideologi tertentu yang dipengaruhi oleh sang pembuat

teks. Analisis ini memahami wacana tidak semata-mata

sebagai suatu studi bahasa, tetapi analisis wacana kritis juga

menghubungkannya dengan konteks. Konteks yang dimaksud

59 https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/02/09/berapa-pengguna-

instagram-dari-indonesia. Diakses pada hari minggu, 29 April 2018, pukul

00:12

 

Page 69: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

55

adalah konteks praktik kekuasaan yang bertujuan untuk

memarginalkan individu atau kelompok tertentu60.

Women’s March Indonesia merupakan gerakan protes

yang menuntut berbagai kebijakan yang dirasa melenceng dan

merugikan beberapa pihak. Melalu Instagram, Women’s

March Indonesia mengunggah 8 tuntutan yang mereka ajukan

dalam aksinya. Tuntutan-tuntutan ini dibuat berdasarkan isu

apa yang sedang terjadi dan sangat mendesak.

Model analisis wacana yang dikembangkan oleh

Fairclough disebut dengan Pendekatan Relasi Dialektik

(Dialectical-Relational Approach / DRA) atau biasa juga

disebut dengan pendekatan perubahan sosial.61 Fairclough

berpendapat ada dialektik antara sosial dan wacana. Wacana

mempengaruhi tatanan sosial, demikian juga tatanan sosial

mempengaruhi wacana. Pertama, discourse membentuk dan

dibentuk oleh masyarakat. Kedua, discourse membantu

membentuk dan mengubah pengetahuan beserta objek-

objeknya, hubungan sosial, dan identitas sosial. Ketiga,

discourse dibentuk oleh hubungan kekuasaan dan terkait

dengan ideologi. Keempat, pembentukan discourse menandai

adanya tarik ulur kekuasaan62.

60 Umar Fauzan, “Analisis Wacana Kritis dari Model Fairclough hingga

Mills”. Jurnal PENDIDIK Vol. 6 No. 1, 2004, h.3 61 Umar Fauzan, “Analisis Wacana Kritis dari Model Fairclough hingga

Mills” h.9 62 Norman Fairclough, Language and Power. h.22-23

 

Page 70: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

56

Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough

1. Teks

2. Produksi Teks

3. Sosial Budaya

Kesetaraan Gender pada

Women’s March Indonesia

Bentuk Ketidaksetaraan menurut

Mansour Faqih:

1. Marginalisasi perempuan

2. Subordinasi dalam keputusan

politik

3. Strereotip

4. Kekerasan berdasarkan

perbedaan gender

5. Beban kerja lebih banyak

Konsep Kesetaraan:

1. Konsep 50/50

2. Konsep kesetaraan

konstekstual

 

Page 71: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

57

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Women’s March

Women’s March pertama kali digelar pada tanggal

21 Januari 2017, sehari setelah upacara inagurasi Donald J.

Trump. Gerakan ini tidak hanya digelar di Amerika.

Sebanyak 673 gerakan terjadi di 7 benua dan 81 negara,

termasuk Indonesia. Total dari peserta Women’s March

mencapai 5 juta orang.63

Awalnya gerakan ini digelar sebagai protes kepada

Donald Trump atas pernyataan-pernyataannya yang dinilai

tidak pantas terhadap kaum wanita atau dianggap sebagai

anti-wanita dan juga sebagai aksi yang menyuarakan

63 https://en.wikipedia.org/wiki/2017_Women%27s_March. Diakses pada

tanggal 31 Januari 2018, pukul 18:30.

Sumber: womensmarchglobal.com

Gambar 1. Logo Women’s March Global

 

Page 72: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

58

bahwa hak asasi manusia sama dengan hak asasi wanita.

Selain itu, pernyataan-pernyataan Trump kontroversial dan

dianggap ofensif terhadap kelompok-kelompok minoritas,

seperti kelompok afrika-amerika, muslim, LGBTQ+, dan

kelompok pendatang dianggap bertentangan dengan hak

asasi manusia. Gerakan ini menjadi hari dengan protes

yang paling besar dalam sejarah Amerika.

Pada awalnya Teresa Hook membuat Facebook

Event dan mengundang teman-temannya untuk

melaksanakan march sebagai bentuk protes di Washington,

yang ternyata serupa dengan event yang akan digelar oleh

Evvie Harmon, Fortaine Pearson, Bob Bland, Breanne

Butler, dan masih banyak lagi.

Kedua pihak akhirnya memutuskan untuk

menggabungkan event mereka yang berhasil menarik

banyak perempuan mendaftar untuk mengikuti march yang

Sumber: abcnews.go.com

Gambar 2. Aksi Women’s March di Washington DC pada tahun 2017

 

Page 73: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

59

kemudian disebut Women’s March on Washington.

Penyelenggara Women’s March ini terdiri dari dari

berbagai latar belakang dan ras, seperti Vanessa Wrable,

salah satu pendiri dan presiden Okayafrica, Janaye Ingram,

mantan Miss New Jersey USA, dan Paola Mendoza,

seorang filmmaker.

Dalam penyelenggaraannya, lebih dari 400

organisasi tercatat mejadi partners dalam website resmi

Women’s March.Setahun setelah Women’s March yang

pertama digelar, penyelenggara dan para aktivis kemudian

membentuk dan meresmikan Women’s March menjadi

sebuah organisasi yang resmi dengan nama Women’s

March Inc. yang berbasis di Washington. Women’s March

memiliki misi yaitu “to harness the political power of

diverse women and their communities to create

transformative social change”.64

Selain terbentuknya Women’s March Inc. banyak

juga aktivis local yang membentuk organisasinya secara

independent seperti New York’s march yang diorganisisr

oleh Women’s March Alliance, Corp.; Philadelphia oleh

Philly Women Rally, Inc. – dan sebagian lagi memilih

bergabung dengan March On, sebuah grup yang dibentuk

dengan tujuan untuk menghubungkan gerakan protes di

dunia yang terjadi pada tahun sebelumnya65.

64 https://www.womensmarchglobal.com/mission/. Diakses pada tanggal 10

Juli 2018, pukul 23:45 65 https://www.rollingstone.com/culture/culture-features/who-owns-the-

womens-march-204038/. Diakses pada tanggal 10 Juli 2018, pukul 23:48

 

Page 74: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

60

B. Women’s March Indonesia

Di Indonesia, gerakan Women’s March pertama

kali digelar pada tanggal 4 maret 2017 di Jakarta. Pada aksi

pertamanya, gerakan ini hanya digelar Jakarta. Aksi

selanjutnya dilakukan pada tanggal 4 maret 2018. Pada aksi

keduanya, Women’s March digelar di 15 kota yaitu Jakarta,

Bandung, Surabaya, Malang, Kupang, Yogyakarta,

Gambar 3. Aksi Women’s March 2018 di Cheyenne, Amerika

Sumber: liputan6.com

Sumber: twitter.com

Gambar 4. Logo Women’s March Indonesia

 

Page 75: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

61

Pontianak, Lampung, Salatiga, Malang, Serang, Sumba

dan Tondano.

Beberapa kota melaksanakan aksinya di waktu

yang berbeda, seperti Bandung dan Surabaya menggelar

aksi ini pada tanggal 4 maret 2018, Pontianak pada tanggal

8 maret 2018 dan Yogyakarta pada tanggal 10 maret 2018

Aksi ini juga sekaligus memperingati hari

perempuan internasional yang diadakan oleh sejumlah

kelompok perempuan untuk menuntut adanya perubahan.66

Gerakan ini dilatarbelakangi oleh banyaknya permasalahan

sosial di Indonesia yang berbasis pada gender.

Walau tidak berafiliasi langsung dengan Women’s

March Global, Women’s March yang digelar di Indonesia

masih mendapat dukungan dari pusat. Women’s March

Indonesia mendapat izin untuk menggunakan nama

“Women’s March” dan logo, walaupun logo yang

digunakan Women’s March Indonesia terdapat perbedaan,

yaitu adanya siluet perempuan yang menggunakan jilbab.

Women’s March di Indonesia pertama kali digelar di

Jakarta atas inisiatif dari Jakarta Feminist Discusssion

Group (JFDG).

66 https://id.wikipedia.org/wiki/Women%27s_March_Jakarta. Diakses pada

tanggal 31 Januari 2018, pukul 18:55

 

Page 76: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

62

JFDG merupakan sebuah grup diskusi yang

bermula dari grup Facebook pada tahun 2014. Dalam kurun

waktu 4 tahun, anggota grup JFDG mencapai 2000 orang

dan 50 sukarelawan. JFDG seringkali menggelar acara-

acara yang berkaitan dengan berbagai isu yang sedang

terjadi. Acara tersebut berupa diskusi, festival dan juga

march.

Sumber: Koleksi Pribadi

Gambar 5. CNN memberitakan aksi Women’s March Jakarta 2018

 

Page 77: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

63

“Women’s March Jakarta awalnya dilakukan

sebagai respon dari Women’s March di Washington

sebagai respon mereka ketika terpilihnya Donald

Trump dan terasa sekali misogyni yang terjadi di

Amerika pada saat itu, JFDG melihat itu sebagai

momentum yang bagus dan pada saat itu JFDG

sebagai gerakan masih baru dan akhirnya kita

merasa mempunyai sumber daya yang cukup untuk

memobilisasi perempuan dan kaum-kaum

minoritas lainnya untuk melakukan Women’s

March yang sama, dan waktu itu kita liat bisa

disesauikan dengan hari perempuan sedunia, yaitu

tanggal 8 Maret. Itulah kenapa kita selalu

mengadakan Women’s March di bulan Maret

sebelum hari Perempuan sedunia.”67

Dalam setiap aksinya, Women’s March Indonesia

mempunyai 8 tuntutan. Tuntutan-tuntutan ini dirumuskan

oleh panitia yang bekerjasama organisasi, lembaga dan

67 Wawancara pribadi dengan Sekretaris Women’s March Jakarta 2018,

Skolastika Lupitawina, Jakarta, 24 Juni 2018

Sumber: Koleksi Pribadi

Gambar 6. Salah satu poster yang

dibawa peserta Women’s March

Jakarta 2018

 

Page 78: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

64

komunitas yang fokus terhadap kesejahteraan perempuan.

Berikut tuntutan pada Women’s March Indonesia pada

tahun 2017:

1. Menuntut Indonesia kembali ke toleransi dan

keberagaman

2. Menuntut pemerintah mengadakan infrastruktur

hukum yang berkeadilan gender

3. Menuntut pemerintah dan masyarakat memenuhi hak

kesehatan perempuan dan menghapus kekerasan

terhadap perempuan

4. Menuntut pemeintah dan masyarakat melindungi

lingkungan hidup dan pekerja perempuan

5. Menuntut pemerintah membangun kebijakan publik

yang pro-perempuan dan kelompok marginal lain

termasuk perempuan difabel

6. Menuntut pemerintah dan partai politik meningkatkan

keterwakilan dan keterlibatan perempuan di bidang

politik

7. Menuntut pemerintah dan masyarakat menghapus

diskriminasi dan kekerasan terhadap kelompok LGBT

8. Menuntut pemerintah dan masyarakat lebih

memperhatikan isu global yang berdampak pada

perempuan, serta membangun solidaritas dengan

perempuan di seluruh dunia

Berikut 8 tuntutan pada Women’s March Indonesia

pada tahun 2018:

 

Page 79: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

65

1. Menghapus hukum dan kebijakan yang diskriminatif

dan melanggengkan kekerasan berbasis gender

2. Mengesahkan hukum dan kebijakan yang melindungi

perempuan, anak, masyarakat adat, kelompok difabel,

kelompok minoritas gender dan seksual dari

diskriminasi dan kekerasan berbasis gender

3. Menyediakan akses keadilan dan pemulihan terhadap

korban kekerasan berbasis gender

4. Menghentikan intervensi Negara dan masyarakat

terhadap tubuh dan seksualitas warga negara

5. Menghapus stigma dan diskriminasi berbasis gender,

seksualitas, dan status kesehatan

6. Menghapus praktik dan budaya kekerasan berbasis

gender di lingkungan hukum, kesehatan, lingkungan

hidup, pendidikan dan pekerjaan

7. Menyelesaikan akar kekerasan yaitu pemiskinan

perempuan, khususnya perempuan buruh industry,

konflik SDA, transpuan, pekerja migran, pekerja seks

dan pekerja domestic

8. Mengajak masyarakat unutk berpartisipasi aktif

menghapus praktik dan budaya kekerasan berbasis

gender di lingkungan hukum, lingkungan hidup,

pendidikan dan pekerjaan

 

Page 80: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

66

Terlihat perbedaan yang cukup menonjol antara

tuntutan pada tahun 2017 dengan tahun 2018. Pada tahun

2017, tuntutan yang disuarakan masih bersifat general,

namun pada tuntutan tahun 2018 terlihat bahwa

tuntutannya fokus pada bidang hukum, terutama hukum

atau undang-undang yang dirasa masih merugikan kaum

perempuan.

Dibalik suksesnya gerakan Women’s March

Indonesia 2018, terdapat perempuan-perempuan hebat

yang menjadi penyelenggaranya. Berikut perempuan-

perempuan dibalik Women’s March Indonesia 201868:

68 http://jakartaglobe.id/features/women-behind-womens-march-jakarta/.

Diakses pada tanggal 5 Mei 2018, pukul 10:50

Sumber: Instagram WMI

Gambar 7. Screenshot tuntutan

Women’s March Indonesia 2018 pada

akun Instagram WMI

 

Page 81: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

67

1. Kerri Na Basaria sebagai Lead Organizer

Kerri Na Basaria merupakan seorang lulusan

University of Sidney dan University of St. Andrews yang

kini bekerja sebagai marketing executive di sebuah

perusahaan property. Kerri memulai aktivitasnya sebagai

aktivis untuk hak-hak perempuan sejak ia menjadi

volunteer di Women’s March Jakarta 2017 dan menjadi

bagian dari gelaran Feminism Festival 2017.

2. Naila Rizqi Zakiah sebagai Deputy Organizer

Naila Rizqi Zakiah sudah tidak asing dalam kegiatan

aktivis mengenai hak-hak peremuan. Naila seringkali

mengikuti konferensi baik di dalam dan luar negeri, salah

satunya Harm Reduction International di Montreal,

Sumber: jakartaglobe.id

Gambar 8. Kerri Na Basaria

 

Page 82: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

68

Canada. Pada tahun 2015 ia memenangkan JusticeMaker

fellowship dari International Bridges to Justice

.

3. Anindiya “Vivi” Restuviani sebagai Partnership

Coordinator

Anindiya Restuviani atau yang akrab disapa Vivi

merupaka seorang lulusan jurusan Hukum di Universitas

Diponegoro. Vivi telah meraih banyak penghargaan dan

pencapaian seperti menjadi member United Nations

Populations and Fund (UNFPA) Indonesia’s Youth

Advisory Panel dan kepala penyelanggara Feminist

Festival pada tahun 2017

.

Sumber: jakartaglobe.id

Gambar 9. Naila Rizqi Zakiah

Sumber: femfest.id

Gambar 10. Anindiya “Vivi” Restuviani

 

Page 83: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

69

4. Emily Lawsen sebagai Events Coordinator

Sebelum menjadi bagian dari penyelenggara Women’s

March Jakarta 2018, Emily Lawsen merupakan salah satu

komite di Feminist Festival.

5. Kate Walton sebagai Media Coordinator

Kate Walton merupakan seorang warga negara

Australia yang sudah tinggal di Indonesia sejak tahun 2011.

Selain sebagai media coordinator di Women’s March

Jakarta, ia juga menjadi media coordinator di Feminits

Festival. Pada tahun 2014 ia membuat sebuah grup di

Facebook dengan nama Jakarta Feminist Discussion

Group setelah beberapa kali ia mengalami pelecehan

seksual di jalan dan di tempat kerja.

Sumber: jakartaglobe.id

Gambar 11. Emily Lawsen

Sumber: abc.net.au

Gambar 12. Kate Walton

 

Page 84: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

70

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Pembahasan mengenai gender dan segala bentuk

ketidakadilannya tidak pernah berhenti. Tidak hanya satu ataupun

dua kali gerakan yang menuntut keadilan gender digelar, baik di

Indonesia maupun di belahan dunia lain. Pada tahun 2016,

terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat yang

ke-45 rupanya tidak hanya menimbulkan kekecawaan namun juga

menimbulkan protes besar-besaran. Sosok Donald Trump yang

dianggap seksis, rasis dan narsisitik dinilai tidak pantas menjadi

presiden di negara adidaya tersebut. Janji-janji Trump selama

kampanye pun meresahkan banyak kelompok, terutama kaum

perempuan. Hal inilah yang kemudian memicu perempuan-

perempuan di Amerika Serikat untuk membentuk sebuah gerakan

sebagai bentuk protes dan menuntut keadilan dan perlindungan

terhadap kaum perempuan dan kaum minoritas lainnya.

Gerakan Women’s March Indonesia bukanlah gerakan

perempuan Indonesia yang pertama kali digelar. Gerakan

perempuan di Indonesia telah terjadi sejak tahun 1700-an ketika

Nyai Ageng Serang ikut melawan kolonial. Tahun 1800-an

Indonesia mempunyai pejuang perempuan dari Aceh, yaitu Cut

Nyak Dien dan Cut Mutia. Selanjutnya beberapa pejuang

perempuan di Indonesia yang tersohor adalah R.A Kartini dan

Dewi Sartika. Pada masa pasca Orde Baru, perempuan Indonesia

dari berbagai kalangan yang dipimpin oleh Saparinah Sadli beserta

Presiden BJ Habibie membentuk Komisi Nasional (Komnas)

 

Page 85: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

71

Perempuan setelah meyakinkan Presiden bahwa peristiwa

pemerkosaan massal pada Mei 1998 benar-benar terjadi.

A. Analisis Wacana Norman Fairclough dalam Akun

Instagram Women’s March Indonesia

1. Analisis Level Teks

Pada analisis wacana kritis akun instagram Women’s March

Indonesia level teks, penulis menggunakan metode penelitian

semiotika Roland Barthes. Semiotika Roland Barthes

bertumpu pada tiga hal yaitu: denotasi, konotasi, dan mitos.

a. Unggahan pada Tanggal 25 Februari 2018

Makna Denotasi Pada unggahan pertama ini adalah foto

yang berisi tuntutan-tuntan yang diajukan

pada Women’s March Indonesia 2018.

Gambar 13. Unggahan Women’s March

Indonesia pada tanggal 25 Februari 2018

Sumber: Akun Instagram @womensmarchindo

 

Page 86: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

72

Setiap tahunnya aksi Women’s March

Indonesia 2018 selalu menyusun 8 tuntutan

yang akan disuarakan yang sesuai dengan

tema aksi. Women’s March Indonesia 2018

mengusung tema kekerasan berbasis gender

dan tema ini dengan jelas terlihat dari 8

tuntutan-tuntutan ini.

Makna Konotasi Dalam unggahan ini mereka

menggunakan warna ungu dan toska. Warna

ini masing-masing ditunjukkan bagi para

penyintas kekerasan seksual. Warna ungu

melambangkan perdamaian, keberanian,

katahanan, kehormatan dan dedikasi unutk

mengakhiri kekerasan. Warna ini adalah

untuk penyintas kekerasan domestic yang

terluka secara fisik dan emosional. Warna

toska melambangkan ketenangan,

kedamaian dan harapan untuk masa depan

yang bebas dari kekerasan. Warna ini juga

ditunjukkan untuk penyintas kekerasan

seksual yang memiliki masa lalu yang

kelam. Dalam unggahan ini juga banyak

kata yang merupakan sinonim dan akronim.

Dalam poin pertama terdapat klausa

“melanggengkan kekerasan berbasis

gender”. Poin ini berarti penolakan

 

Page 87: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

73

kebijakan yang membuat kekerasan berbasis

gender terus terjadi. Pada poin kedua

terdapat frasa “kelompok difabel”,

“kelompok minoritas gender dan seksual”,

dan “masyarakat adat”.

Kelompok difabel adalah orang-orang

yang memiliki perbedaan dengan orang

yang normal. Difabel sendiri merupakan

akronim dari different abilities people

(orang yang memiliki kemampuan yang

berbeda). Kata difabel merupakan bentuk

halus untuk orang yang cacat. Kelompok

pengguna istilah difabel memandang bahwa

penggunaan istilah penyandang

disabilitas yang mengadopsi kata disability

tetap membawa unsur dis dalam

kata disabilitas yang identik dengan makna

negatif, ketidakmampuan dan kegagalan.

Kelompok minoritas gender dan seksual

yang dimaksud dalam poin kedua

merupakan kelompok LGBT. Masyarakat

adat adalah masyarakat yang sudah ada di

bumi Indonesia bahkan sebelum masa

penjajahan. Masyarakat adat disebut juga

sebagai indigenous people. Dalam poin 7

juga terdapat kata transpuan. Transpuan

 

Page 88: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

74

adalah akronim dari transgender-

perempuan.

Mitos Pribahasa “Dapur, Sumur, Kasur”

masih melekat pada kaum perempuan.

Perempuan dianggap hanya bisa

mengerjakan pekerjaan domestic. Bahkan

ada juga yang beranggapan bahwa otak

perempuan lebih kecil daripada laki-laki

sehingga kemampuan berfikir perempuan

lebih kecil daripada laki-laki.

Stigma negatif yang melekat pada

perempuan tidak hanya itu saja. Perempuan

yang pulang tengah malam atau merokok,

dilabeli sebagai perempuan nakal.

Perempuan yang tidak memasak dilabeli

sebagai perempuan yang tidak pantas

menjadi istri.

 

Page 89: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

75

b. Unggahan pada Tanggal 04 Maret 2018

Makna Denotasi Pada unggahan ini terdapat ibu-ibu dan

anak-anak yang memegang poster yang

bertuliskan “Berikan Pembela Keadilan bagi

Pahlawan Devisa Negara”. Foto ini diambil

dari aksi Women’s March Indonesia 2018

yang digelar di Sumba, Sumatera Selatan.

Makna Konotasi Kata yang paling menonjol dalam poster

ini adalah “pahlawan visa negara”.

Pahlawan devisa negara merupakan julukan

untuk TKI (Tenaga Kerja Indonesia).

Dilansir dari detik.com, Deputi

Gambar 14. Unggahan Women’s March

Indonesia pada Tanggal 04 Maret 2018

Sumber: Akun Instagram @womensmarchindo

 

Page 90: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

76

Perlindungan BNP2TKI Lisna Y. Poelongan

mengungkapkan jasa pengiriman uang alias

remitansi Tenaga Kerja Indonesia (TKI)

menyumbang 10% nilai APBN69. TKI

menduduki peringkat kedua setelah

pendapatan dari sektor migas.

Dilansir dari idntimes.com, Sekretaris

Jaringan Buruh Migran Indonesia (JBMI)

Savitri Wisnuwardhani mengatakan

setidaknya ada 4.475 kasus kekerasan

terhadap buruh migran sepanjang 2017, dan

kasus kematian terbanyak terdapat di Arab

Saudi, Malaysia dan Taiwan70.

Mitos Buruh migran atau pekerja migran atau

yang lebih dikenal dengan TKI atau TKW

sering diucapkan dengan konotasi yang

negatif. Para buruh migran dianggap tidak

mempunyai pendidikan tinggi terutama jika

mereka bekerja sebagai pengasuh atau

pekerja rumah tangga.

69 https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-2038367/ini-dia-mengapa-

tki-disebut-pahlawan-devisa-negara. Diakses pada tanggal 23 September 2018

pukul 21:30 70 https://www.idntimes.com/news/indonesia/indianamalia/jaringan-buruh-

migran-217-tki-meninggal-sepanjang-1/full. Diakses pada tanggal 23

September 2018 pukul 22:05

 

Page 91: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

77

c. Unggahan pada Tanggal 08 Maret 2018

Makna Denotasi Pada unggahan ini terdapat seorang

perempuan yang memegang dua poster.

Poster pertama bertuliskan “Cadar gue

bukan urusan loe” dan terdapat gambar

perempuan bercadar dibawahnya. Poster

kedua bertuliskan “Berjilbab atau tidak,

setiap perempuan berhak bebas

berekspresi”. Foto ini diambil pada aksi

Women’s March Indonesia 2018 yang

digelar di Jakarta.

Gambar 15. Unggahan Women’s March

Indonesia pada Tanggal 08 Maret 2018

Sumber: Akun Instagram @womensmarchindo

 

Page 92: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

78

Makna Konotasi Terdapat perbedaan penggunaan bahasa

pada kedua poster diatas. Poster pertama

menggunakan bahasa yang tidak formal,

ditandai dengan penggunaan kata “gue” dan

“loe” sementara poster kedua menggunakan

bahasa yang formal.

Pada 20 Februari 2018, Rektor UIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yudian

Wahyudi, dalam surat edarannya melarang

mahasiswinya menggunakan cadar.

Menurutnya pelarangan ini sebagai

pencegahan radikalisme, dan penggunaan

cadar tidak sesuai dengan ajaran islam dan

melawan Pancasila. Pelarangan ini

menimbulkan banyak protes.

Mitos Penggunaan cadar masih menimbulkan

pro-kontra. Perempuan yang bercadar sering

diidentikkan dengan kelompok teroris dan

seringkali dituduh mengikuti aliran agama

yang radikal.

Ketika seorang perempuan

menggunakan jilbab, maka ia dilabeli

sebagai perempuan muslim yang taat.

Namun banyak yang beranggapan bahwa

pemakaian jilbab membuat gerak-gerik

seseorang menjadi terbatas, sehingga tidak

 

Page 93: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

79

jarang mereka dipandang sebelah mata dan

dianggap tidak pantas melakukan pekerjaan

dan kegiatan-kegiatan tertentu.

2. Analisis Praktik Wacana

Sebelum sebuah teks terbentuk, terdapat sebuah proses

bagaimana teks tersebut dapat dibuat. Women’s March

Indonesia melibatkan organisasi-organisasi dan kelompok-

kelompok yang bekerja sama dengan mereka dalam

memproduksi teks, terutama ketika merumuskan tuntutan-

tuntutan dalam aksi Women’s March Indonesia 2018.

Organisasi-organisasi yang bekerja sama dan menjadi

sponsor dalam aksi Women’s March Indonesia 2018 adalah

YLBH APIK Jakarta, Kinosaurus, Lentera Sintas Indonesia,

Hollaback!, PKNI, PPSW, Perkumpulan Lembaga Bantuan

Hukum Masyarakat, Kalyanamitra, CISDI, Jakarta Feminist

Discussion Group, Bites, INFID, Arus Pelangi, JLPRT,

ASPPUK, KAPAL, OPS, AMAN Indonesia, Rumah Faye,

AHF Indonesia, IAC, WALHI, Jurnal Perempuan, TURC,

Migrant Care, PEKKA, 2MADISON dan Komnas Perempuan.

Tujuan dari terlibatnya organisasi-organisasi di atas adalah

agar dalam aksi Women’s March Indonesia, mereka punya

tujuan dan harapan. Sebagai katalisator berbagai macam

organisasi dan komunitas, Women’s March Indonesia ingin

aksi ini memberikan harapan bagi mereka dan mengawali

 

Page 94: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

80

kampanye-kampanyenya. Dalam diskusinya, buruh migran

dan pekerja rumah tangga sangat aktif

Dalam merumuskan teks-teks ini mereka terlebih dulu

melihat keadaan di Indonesia. Setelah melewati diskusi yang

sangat panjang, akhirnya mereka memutuskan untuk

mengambil tema kekerasan berbasis gender dengan perhatian

utamanya adalah penolakan pengesahan RKHUP terutama

pasal zina (pasal 484 dan 488), karena berpotensi untuk

mengkriminalisasikan anak, perempuan dan kaum minoritas,

pengesahan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual, dan RUU

Perlindungan Pekerja Rumah Tangga.

Tema ini dipilih karena Women’s March Indonesia ingin

mengambil tema yang sangat luas, yang dapat merangkul

organisasi, kelompok dan komunitas sebanyak mungkin dan

melibatkan gerakan yang sangat luas pula. Tema kekerasan

berbasis gender ini mencakup kekerasan gender di berbagai

sektor, termasuk pendidikan, domestik, tempat kerja, ruang

publik, bahkan di bidang kesehatan. Dalam latar belakang

terbitnya Rekomendasi Umum No. 19 tentang Kekerasan

terhadap Perempuan, dinyatakan bahwa kekerasan berbasis

gender adalah suatu bentuk diskriminasi yang secara serius

menghalangi kesempatan perempuan untuk menikmati hak dan

kebebasannya atas dasar persamaan antara laki-laki dan

 

Page 95: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

81

perempuan71. Dalam pasal 1 Konvensi Wina tahun 1993

dinyatakan pula bahwa kekerasan berbasis gender termasuk

diskriminasi atau hal-hal yang memberi akibat pada

perempuan secara tidak proporsional. Hal-hal tersebut

termasuk pula tindakan-tindakan yang mengakibatkan

kerugian dan penderitaan fisik, mental dan seksual atau

ancaman-ancaman seperti itu, paksaan dan perampasan

kebebasan lainnya.

Dalam penyebaran unggahannya, Women’s March

Indonesia menggunakan media sosial yaitu Instagram, yang

kemudian dihubungkan dengan media sosial lain, yaitu

Facebook dan Twitter. Women’s March Indonesia

menggunakan sosial media, terutama Instagram untuk

mengenalkan dan menjaring animo awal masyarakat. Women’s

March Indonesia juga mendesain beranda akun Instagramnya

dengan desain yang rapi dan menarik, karena memang target

utama mereka adalah siswa SMA dan mahasiswa.

“Sosial media lumayan membentu untuk menjaring

animo awal, karena sebenarnya kita mau menargetkan ke

universitas dan SMA, Cuma kita gak punya sumber daya

yang cukup untuk ke masing-masing tempat ini. Jadi paling

enggak kalau dengan sosial media itu bisa jadi pemantik

awal supaya nanti, kalau dalam kasus ini, kota-kota lain

mau bikin Women’s March, atau ada anak yang mau

promosiin di kampusnya, dari situ kita bisa gerak dengan

lebih efektif dibandingkan dengan nyasar hal-hal yang

71 Achie Sudiarti Luhulima, Bahan Ajar tentang Hak Perempuan: UU No. 7

Tahun 1984: Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk

Diskriminasi Terhadap Wanita (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 2007), h.147

 

Page 96: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

82

belum tau, kayak kampus mana yang minat, atau gimana,

soalnya, lagi-lagi, kita masih baru, jadi kita gak tau betul

wilayah mainnya dimana. Jadi kalau misalnya dengan

sosial media, kita bisa sebar dulu, kita liat mana yang

ketangkep”72

Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa Women’s March

Indonesia menggunakan Instagram untuk memberikan

informasi dan sebagai jaringan untuk mengumpulkan

khalayak. Dengan terkumpulnya sekitar 4500 orang di seluruh

Indonesia dalam aksinya, penggunaan Instagram untuk

menjaring dan mengumpulkan minat masyarakat dirasa sudah

berhasil.

Jika sebagian besar media sosial sebuah organisasi

dipegang oleh seorang admin, atau bahkan mempunyai divisi

khusus, Women’s March Indonesia tidak menggunakan

keduanya. Perekrutan panitia atau orang yang menjadi bagian

dari penyelenggaraan aksi ini dengan menggunakan sistem

relawan. Mereka akan merekrut relawan untuk setiap acaranya.

Orang yang menjalankan media sosial, termasuk akun

Instagram Women’s March Indonesia, adalah dari relawan.

Skolastika mengatakan bahwa untuk tahun depan Women’s

March Indonesia berencana merekrut relawan dengan

komitmen satu tahun.

Dalam konsumsinya, unggahan di Instagram Women’s

March Indonesia tidak sedikit mendapat kritik. Banyak pihak

72 Wawancara pribadi dengan Sekretaris Women’s March Jakarta 2018,

Skolastika Lupitawina, Jakarta, 24 Juni 2018

 

Page 97: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

83

yang tidak setuju dengan tuntutannya, poster para pesertanya

atau bahkan dengan gerakannya itu sendiri. Selain

ketidaksetujuan dengan kontennya, banyak juga yang mengira

bahwa Women’s March Indonesia merupakan gerakan yang

eksklusif, hanya untuk kalangan terpelajar dan kelompok atau

komunitas tertentu. Isu eksklusivitas ini muncul ketika poster-

poster dan tuntutan-tuntutan yang ditampilkan dan diunggah

sebagian besar menggunakan bahasa inggris, dan juga tokoh-

tokoh yang hadir pun bukan tokoh-tokoh yang dikenal atau

sering berlalu-lalang di media mainstream.

“Ada yang bilang ‘more leftist thinking, more of the

intellect’ terutama di Indonesia ‘the more educated you are

or the more potentially open-minded you are, oh you’re

whitewhased!’ yang biasanya di asosiasikan karena pernah

sekolah di luar.

Kalo ngeliat movement kita, it transcends socio-

economic backgrounds, malah menurut saya Women’s

March, memberikan platform, bukan hanya untuk aktivis

yang sudah berada disitu bertahun-tahun, tapi untuk semua

orang yang tertarik dan tergerak untuk mengusung isu

perempuan, wherever they’re from”73

Selain karena alasan-alasan di atas, isu eksklusivitas ini

muncul karena kurangnya pemberitaan mengenai Women’s

March Indonesia di media massa. Banyak stigma-stigma

negatif mengenai Women’s March Indonesia di masyarakat,

73 Wawancara Lead Organizer Women’s March Jakarta 2018, Kerri Na Basaria

dengan March News dalam “Women's March 2018: Jari Tengah untuk

Patriarki” Youtube. Youtube, 17 Maret 2018. Web. Diakses pada 02 September

2018. https://www.youtube.com/watch?v=6fQ4Bsf6wXU.

 

Page 98: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

84

terutama yang berkaitan dengan agama. Tidak sedikit yang

mengira bahwa aksi ini merupakan aksi untuk mendukung

LGBT atau peserta yang mengikuti aksi ini sebagai muslim

liberal.

“Saya kan ikut Women’s March, dari beberapa keluarga

dan teman saya mengutuk aksi ini, karena ya itu balik lagi

ke media, media itu memberitakannya, misalnya, kan

banyak yang ngangkat soal bawa-bawa hijab, nah banyak

temen-temen saya yang protes soal itu. Jadi tuh media

cuma nge-up yang sensitif, nah yang tentang kejahatan

seksual kurang di blow-up padahal ini yang pentingnya,

tapi ini kurang nyampe ke masyarakat. Kemaren saya ikut

aksi, saya paham kondisi disana, saya paham mereka itu

gak terlalu seperti yang media beritakan, tapi yang kesan

nyampe ke temen-temen dan yang sekeliling saya tuh

bener-bener yang, aksi protes aturan agama islam, jatohnya

bawa-bawa agama lagi sih. Padahal waktu acara tuh

enggak. Cuma kayak niatnya tuh bukan itu, tapi yang

nyampe ke masyarakat tuh beda”74

Berbagai macam kritik tidak hanya ditujukan kepada

Women’s March Indonesia, namun juga kepada tokoh-tokoh

yang mengikuti aksi ini, salah satunya adalah Hanna Al-

Rasyid. Unggahannya mengenai Women’s March Indonesia di

akunnya dibanjiri oleh protes dan kritik, terutama unggahan

dengan poster mengenai hijab. Karena banyaknya komentar-

komentar negatif, hingga pada akhirnya Hanna menghapus

unggahannya tersebut.

74 Wawancara pribadi dengan salah satu peserta Women’s March Jakarta

2018, Tamya Dwi Aditamma, Ciputat, 07 Agustus 2018

 

Page 99: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

85

3. Analisis Sosial Budaya

a. Situasional

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KHUP)

merupakan kitab yang mengatur hukum pidana di

Indonesia. Kitab ini bersumber dari hukum kolonial

Belanda, Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch-Indie

1918 dan disahkan dalam Undang-Undang Nomor 73

Tahun 1958. KHUP terdiri dari 569 pasal, yang terbagi

menjadi Buku I tentang Aturan Umum (pasal 1 – pasal

103), Buku II tentang Kejahatan (pasal 104 – pasal 488),

dan Buku III tentang Pelanggaran (pasal 489 – pasal 569).

Pada tahun 2005 Institute for Criminal Justice Reform

(ICJR) membentuk Aliansi Reformasi KHUP. Tujuan

reformasi KHUP ini adalah untuk menghapus hukum yang

dianggap sebagai peninggalan Belanda yang masih

menganut sudut pandang kolonial, dimana Wetboek van

Strafrecht voor Nederlandsch-Indie ini merupakan

penyatuan hukum pidana yang sebelumnya dibedakan

berdasarkan golongan, yaitu Eropa atau Indonesia/Timur

Asing.75

Upaya reformasi KHUP ternyata sudah dilakukan

sebelum dibentuknya Aliansi Reformasi KHUP. Sejak

tahun 1960-an upaya mengubah KHUP sudah dilakukan.

pada tahun 1981 dibentuk Tim Pengkajian untuk

75 https://nasional.kompas.com/jeo/kronik-kuhp-seabad-di-bawah-bayang-

hukum-kolonial. Diakses pada tanggal 17 September 2018 pukul 23:15

 

Page 100: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

86

melakukan pembaruan KHUP. Pada tahun 1993 Tim

Pengkajian berhasil menghasilkan Rancangan RKHUP.

RKHUP ini kemudian beralih kendali dari Menteri

Kehakiman Ismail Saleh ke Menteri Kehakiman Oetojo

Oesman. Proses pembahasan RKHUP terus berlanjut

hingga pada tahun 2004, pada era Menteri Hukum dan Hak

Asasi Manusia, Hamid Awaluddin, diajukan sebagai

RUU.76

Perjalanan panjang RKHUP ini tidak serta membuat

pasal-pasal di dalamnya memenuhi tujuan awal, yaitu

penghapusan pengaruh kolonila dalam hukum pidana

Indonesia. Banyak pro dan kontra mengelilingi pengajuan

pengesahan RKHUP ini. Beberapa pasal yang dianggap

“ngawur” adalah pasal mengenai penghinaan terhadap

Presiden dan Wakil Presiden yang dianggap rentan

dimanipulasi, pasal zina yang dianggap terlalu menjerat

ranah privat dan rawan menjerat kelompok rentan dan juga

terdapat pasal-pasal yang dianggap dapat

mengkriminalisasikan dan mengancam kemerdekaan pers.

Selain pasal-pasal di atas, terdapat pasal-pasal yang

juga dianggap rentan menjerat dan merugikan kaum

perempuan dan kelompok rentan lainnya. Pasal 481, 483

dan 489 mengenai Kesehatan Reproduksi, pasal ini bisa

memidanakan orang yang peduli dengan bahaya penyakit

76 https://nasional.kompas.com/jeo/kronik-kuhp-seabad-di-bawah-bayang-

hukum-kolonial. Diakses pada tanggal 17 September 2018 pukul 23:20

 

Page 101: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

87

menular seksual. Pasal ini juga bias berpotensi

meningkatkan penyebaran penyakit seks menular

(HIV/AIDS) semakin luas. Pasal 490 dan 496 mengenai

Pencabulan Anak, pasal ini dapat meningkatkan nikah

muda. Adanya istilah “anak yang belum kawin” dan “anak

yang berkelakuan baik” yang kemudian hanya anak-anak

dengan kategori tersebut yang dilindungi dan tidak adanya

penjelasan apa saja kategori “anak berkelakuan baik”.

Pasal 484 dan 488 mengenai zina, berpotensi menjerat

pasangan yang menikah dan tidak memiliki dokumen yang

sah. Dilansir dari tirto.id, berdasarkan data Pusat Kajian

Perlindungan Anak/Puskapa UI, sensus di 111 desa adat di

di Indonsia, yang mempunyai buku nikah tidak mencapai

angka 50%, karena banyak yang menikah dengan

melakukan nikah adat. Pasal ini juga bisa memidanakan

korban-korban pemerkosaan jika pelaku mengklaim

hubungan yang mereka lakukan atas dasar suka sama suka.

Banyaknya pasal-pasal “ngawur” di dalam RKHUP

kemudian mendesak Women’s March Indonesia 2018

untuk mengangkat tema kekerasan berbasis gender dengan

salah satu fokus utama adalah penolakan pengesahan

RKHUP.

“salah satu poin RKHUP itu kan mau membatasi

pendidikan seks ke lembaga yang ditunjuk pemerintah,

wah itu gawat sekali, kita juga dapat informasi

darimana? Petugas yang berwenang juga kalau tidak

punya perspektif feminisme misalnya, pada akhirnya

kalau udah melakukan hubungan seks sebelum nikah

 

Page 102: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

88

tidak akan mendapat pertolongan apa-apa dan itu

sebenarnya gak membantu siapapun”77

Tema kekerasan berbasis gender dalam aksi Women’s

March Indonesia 2018 juga dipilih karena banyaknya

kekerasan berbasis gender, baik perempuan maupun

kelompok minoritas lainnya. Bentuk kekerasan ini tidak

hanya berupa fisik, namun juga adanya marginalisasi,

subordinasi, ataupun pelabelan stereotip. Mariana

Amirudin, commissioner Komnas Perempuan, pada

konferensi pers Women’s March Indonesia 2018, 01 Maret

2018 mengatakan bahwa impelementasi perlindungan

terhadap perempuan sudah sangat memprihatinkan.

Berdasarkan data Never Okay Project yang dilihat dari

laporan World Bank dalam Woman, Business, and The Law

tahun 2018, 10 dari 11 negara di Asia Tenggara sudah

memiliki Undang-Undang atau ketentuan yang secara

spesifik mengatur tentang pelecehan seksual. Satu negara

yang belum memiliki ketentuan ini adalah Indonesia.

Selain itu, 8 dari 11 negara di Asia Tenggara sudah

memiliki Undang-Undang atau ketentuan yang secara

spesifik mengatur tentang pelecehan seksual yang terjadi di

tempat kerja atau dalam pekerjaan. Tiga negara yang belum

memiliki ketentuan ini adalah Indonesia, Brunei

Darussalam, dan Myanmar.

77 Wawancara pribadi dengan Sekretaris Women’s March Jakarta 2018,

Skolastika Lupitawina, Jakarta, 24 Juni 2018

 

Page 103: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

89

Selain tema kekerasan berbasis gender, salah satu topic

yang banyak menarik perhatian adalah mengenai

kebebasan berekspresi perempuan. Banyaknya tuntutan-

tuntutan berupa poster yang berisi tuntutan agar perempuan

berhak untuk berekpresi. Pada 20 Februari 2018, Rektor

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yudian Wahyudi, dalam

surat edarannya melarang mahasiswinya menggunakan

cadar. Menurutnya pelarangan ini sebagai pencegahan

radikalisme, dan penggunaan cadar tidak sesuai dengan

ajaran islam dan melawan Pancasila. Pelarangan ini

menimbulkan banyak protes. Indonesia merupakan negara

demokrasi yang seharusnya melindungi hak kebebasan

berekpresi warga negaranya, termasuk penggunaan cadar

sebagai bentuk kebebasan berekspresi.

Selain penggunaan cadar, masyarakat Indonesia juga

banyak berkomentar mengenai cara seseorang berpakaian.

Jika seorang perempuan berpakaian yang cukup terbuka,

maka akan disebut kebarat-baratan, jika seorang

perempuan berpakaian menutupi seluruh badan, hingga

memakai cadar, banyak yang beranggapan bahwa ia

menganut aliran yang radikal. Pelabelan stereotip kepada

perempuan berdasarkan cara berpakaian sangat

meresahkan kaum perempuan, sehingga banyak yang

menuntut hak kebebasan berekspresi.

b. Institusional

 

Page 104: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

90

Seperti yang telah disebutkan pada subbab sebelumnya,

bahwa dalam perumusan teks pada aksi Women’s March

Indonesia 2018 dan unggahaanya di Instagram melibatkan

beberapa organisasi, kelompok dan komunitas. Dalam 8

tuntutan Women’s March Indonesia 2018 aktif mengikuti

rapat dan diskusi.

“kelompok buruh terutama pekerja rumah tangga

itu sangat aktif dalam rapat, makanya tuntutan

mengenai tuntutan pekerja rumah tangga dan pekerja

domestik itu sangat jelas, itu karena teman-teman dari

JLPRT dan Buruh Migran juga, itu sangat-sangat

terlibat dalam rapat-rapat kita.”78

Selain JLPRT dan Buruh Migran, komunitas seperti

Arus Pelangi ternyata berhasil meyakinkan panitia

Women’s March Indonesia 2018 untuk mencantumkan

kelompok LGBT dalam tuntutannya. Sebelumnya

penyelenggara memiliki keraguan karena takut akan

mendapat kecaman. Namun ketika aksi berjalan, kecaman

terhadap kelompok LGBT lebih sedikit dibandingkan

kecaman mengenai aurat perempuan.

Selain dari organisasi-organisasi yang terlibat, berbagai

wacana dari aksi Women’s March Indonesia 2018 juga

melibatkan aktivis-aktivis senior. Namun keterlibatan

aktivis beda generasi tidak jarang memunculkan

perdebatan. Anggapan bahwa aktivis muda tidak

mempunyai kemampuan yang cukup baik ketika akan

78 Wawancara pribadi dengan Sekretaris Women’s March Jakarta 2018,

Skolastika Lupitawina, Jakarta, 24 Juni 2018

 

Page 105: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

91

mengadakan aksi ini ternyata muncul. Jakarta Feminist

Discussion Group (JFDG) sebagai inisiator aksi Women’s

March Indonesia 2018 menemukan keseulitan ketika harus

mengajak organisasi, kelompok dan komunitas lainnya

untuk bergabung dan bekerja sama. Aktivis senior juga

mempunyai anggapan bahwa aktivis-aktivis muda ini

hanya sebagai feminis urban, yang tidak tahu persoalan

mana yang penting.

“menurutku dalam pengurusannya ada unsur

politik, bukan politik partai, tapi politik antar generasi

dan antarkelompok. Jadi karena kita ini anak muda,

diliat oleh beberapa aktivis senior sebagi orang yang

belum begitu punya pengalaman dan belum tau apa-

apa, jadi ada beberapa kelompok yang tidak mau

terlibat dengan kita dalam Women’s March atau dalam

bentuk apapun, karena mereka merasa mereka yang

paling bener, mereka yang paling tau apa yang harus

dilakukan dan mereka sudah lama punya kegiatan

untuk hari perempuan sedunia dan segala macem”79

Pada diskusi Feminisme dan Reformasi yang diadakan

oleh JFDG, para narasumber yang juga aktivis senior yang

hadir seperti Nursyahbani Katjasungkana, Ita F. Nadia, Tati

Krisnawaty dan Ruth Indiah Rahayu mengajak dan

menyerukan kepada aktivis muda agar lebih giat lagi

mengangkat masalah dan posisi perempuan serta

mendobrak patriarki.

c. Sosial

79 Wawancara pribadi dengan Media Coordinator Women’s March Jakarta

2018, Kate Walton, Jakarta, 24 Juni 2018

 

Page 106: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

92

Hak asasi perempuan adalah Hak Asasi Manusia.

Indonesia sudah menjalani perjalanan panjang dalam isu

kesetaraan perempuan. Hampir semua Presiden Indonesia

membuat kebijakan atau peraturan yang pro-perempuan.

Presiden Habibie membentuk Komisi Nasional (Komnas)

Perempuan pada tahun 1998, Presiden Abdurrahman

Wahid memelopori terbitnya Inpres (Instruksi Presiden)

No. 9 tahun 2000 tentang Pengarustamaan Gender,

Presiden Megawati mengesahkan UU No. 23 tahun 2004

tentang PKDRT (Penghapusan Kekerasan dalam Rumah

Tangga) dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 2012

tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.

Rupanya seperangkat peraturan dan kebijakan

pemerintah ini tidak membuat perempuan merasa aman

dan terbebas dari tindak diskriminasi, termasuk kekerasan.

Contohnya, adanya UU PKDRT ternyata tidak mengurangi

angka kasus kekerasan rumah tangga di Indonesia.

Menurut Catatan Tahunan (CATAHU) Komnas

Perempuan pada 07 Maret 2018, terdapat 348.446 kasus

kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan dan

ditangani selama tahun 201780. Hasil survey dari BPS

(Badan Pusat Statistik) tahun 2017 menunjukkan bahwa 1

dari 3 perempuan Indonesia pernah mengalami kekerasan.

80https://www.komnasperempuan.go.id/file/pdf_file/2018/SIARAN%20PERS

%202018/Lembar%20Fakta%20Catahu%207%20Maret%202018.pdf. Diakses

pada 16 September 2018 pukul 20:05

 

Page 107: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

93

Proses hukum terhadap kasus kekerasan inipun tidak

mudah.

“Tahun 2017 sekitar 30-an yang sampai ke

pengadilan. Kendalanya kalau bentuknya kekerasan

(KDRT), bentuknya sudah fikis, psikis, seksual,

penelantaran rumah tangga. Bagi perempuan korban,

unutuk melangkah ke kepolisian, melapor, itu tidak

mudah. Ada beberapa yang melapor hanya sebagai

shock terapi bagi pelaku, misalnya suaminya

dilaporkan nanti ada proses, paling tidak dipanggil.

Bagi dia suaminya dipanggil merupakan shock terapi

sehingga tidak mengulagi lagi. Ada juga kendalanya di

dalam proses pembuktian. Meski UU PKDRT

(katakanlah khusus KDRT) sudah memberi kemudahan

dalam proses pembuktiannya, misalnya keterangan

satu orang korban sudah cukup apabila disertai dengan

alat bukti lain, dalam prakteknya jaksa atau penuntut

umum mengharuskan min 2 saksi.”81

Lalu mengapa serangkaian kebijakan, peraturan dan

undang-undang tersebut tidak memberi perubahan yang

signifikan terhadap isu kesetaraan perempuan di

Indonesia? Kekerasan merupakan salah satu dari

manifestasi ketidaksetaraan gender. Sylvia Walby dalam

Theorizing Patriarchy (2014) mengungkapkan bahwa

kekerasan laki-laki mempunyai asal-usul dalam struktur

sosial. Laki-laki menggunakan kekerasan untuk menguasai

perempuan. kekerasan laki-laki mempunyai bentuk sosial

reguler dan mempunyai konsekuensi bagi tindakan-

81 Wawancara representatif LBH APIK, Asnifriyanti Damanik dengan March

News dalam “Women's March 2018: Jari Tengah untuk Patriarki” Youtube.

Youtube, 17 Maret 2018. Web. Diakses pada 02 September 2018.

https://www.youtube.com/watch?v=6fQ4Bsf6wXU.

 

Page 108: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

94

tindakan perempuan, sebagai akibat dari harapan akan

kebaikan perempuan dalam rutinitas keseharian82.

Manshour Fakih juga mengatakan bahwa kekerasan

terhadap perempuan terjadi karena adanya stereotype

gender.

Banyak terjadinya pemerkosaan bukan karena

kecantikan, namun karena adanya kekuasaan stereotype

gender. Adanya konsep relasi kuasa yang menyebabkan

ketimpangan gender dapat dijelaskan dengan konsep

patriarki. Menurut Charles E. Bressler patriarki adalah

sebuah system sosial yang menempatkan laki-laki sebagai

sosok otoritas utama yang sentral dalam organisasi sosial.

Seorang ayah memiliki otoritas terhadap perempuan, anak-

anak dan harta benda. Secara tersirat, system ini

melembagakan pemerintah dan hak istimewa laki-laki dan

subordinasi perempuan.83.

Judith Bennett dalam History Matters menuliskan

bahwa patriarki merupakan “problem utama” dalam

sejarah perempuan dan bahkan merupakan problem

terbesar dalam sejarah manusia. Ia ia juga menyatakan

bagaimana sesungguhnya, meskipun telah banyak

82 http://matatimoer.or.id/2016/04/05/patriarki-masyarakat-budaya-dan-negara-

dalam-kuasa-lelaki/#_ftn4. Diakses pada 16 September 2018 pukul 21:35 83 Nanang Hasan Susanto, “Tantangan Mewujudkan Kesetaraan Gender dalam

Budaya Patriarki”, Jurnal MUWAZZAH Volume 7, Nomor 2, Desember 2015,

h.122

 

Page 109: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

95

perjuangan kesetaraan, tetapi patriarki masih tumbuh besar,

segar, pesat dan subur sebagai anakronisme baru abad ini84

Budaya patriarki memang sangat kental dan terasa di

Indonesia. Istilah “dapur, kasur, sumur” yang disematkan

pada kaum perempuan masih terdengar hingga sekarang.

Perempuan seringkali dikaitkan dengan peran domestic

(rumah tangga). Perempuan dianggap sebagai makhluk

yang lemah bahkan tidak berakal. Masih banyak keluarga

di Indonesia yang masih mengutamakan anak laki-lakinya

untuk mendapatkan pendidikan dibandingkan anak

perempuan. Pada tahun 2017 data BPS, Pusat Data dan

Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayakan

(Kemendikbud) menyatakan bahwa sebanyak 2,07 persen

atau sekitar 3,4 juta penduduk di Indonesia masih buta

huruf dan 2,3 juta diantaranya adalah perempuan85.

Beberapa keluarga bahkan rela menikahkan anaknya pada

usia yang masih sangat muda agar tidak menjadi beban

keluarga.

Berdasarkan laporan UNICEF dan BPS pada tahun

2016 pernikahan anak di Indonesia menduduki peringkat

ketujuh di dunia dan kedua di Asia Tenggara, dibawah

Kamboja. Tingginya angka pernikahan di Indonesia

84 Dewi Candraningrum. (2014, Desember 30) Jurnal Perempuan Online.

Retrieved from Karier Patriarki: https://www.jurnalperempuan.org/blog/dewi-

candraningrum-karier-patriarki. Diakses pada 16 September 2018 pukul 21:58 85 https://nasional.tempo.co/read/906771/23-juta-perempuan-indonesia-masih-

buta-huruf. Diakses pada 16 September 2018 pukul 22:17

 

Page 110: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

96

semakin mulus terjadi salah satunya karena adanya

ketidakselarasan Undang-Undang di Indonesia. Pada UU

No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, batas minimal umur

untuk menikah bagi perempuan adalah 16 tahun,

sedangkan dalam UU No. 23 tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak, seorang anak baru dianggap dewasa

setelah mencapai umur 18 tahun.

Undang-undang mengenai perkawinan dianggap sudah

tidak lagi relevan. Pada tahun 2002, Khofifah Indar

Parawansa yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, sempat

mengajukan revisi untuk undang-undang ini, agar batas

minimal umur menikah bagi perempuan dinaikkan menjadi

18 tahun. Namun upaya beliau gagal.

Salah satu tuntutan yang paling banyak dan paling

lantang diteriakkan dalam gerakan Women’s March

Indonesia 2018 adalah penghapusan budaya patriarki.

Budaya patriarki memosisikan laki-laki sebagai pihak yang

kuat, gagah dan berkuasa sehingga dapat melakukan

apapun terhadap perempuan. Budaya ini juga memberikan

konstruksi dan pola pikir yang menyatakan bahwa laki-laki

berkaitan erat dengan ego maskulinitas dan feminitas

diabaikan dan dianggap sebagai sesuatu yang lemah86.

86 Ade Irma Sakina dan Dessy Hasanah Siti A.”MENYOROTI BUDAYA

PATRIARKI DI INDONESIA”. Share Social Work Journal Vol.7 No. 1, h.74

 

Page 111: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

97

Budaya patriarki banyak membuat kaum perempuan

tertindas, dalam berbagai aspek. Perempuan seringkali

hanya dianggap sebagai objek. Tidak jarang seorang

perempuan yang menjadi korban kekerasan justru

mengalami victim blaming, atau dijadikan sebagai sasaran

kesalahan. Ketika seorang perempuan menjadi seorang

korban, perempuan justru yang disalahkan. Perempuan

dianggap tidak bisa dianggap menjaga diri, berpakaian

yang mengundang hawa nafsu, keluar rumah larut malam

atau bahkan justifikasi yang menunjukkan bahwa laki-laki

tidak bersalah. Laki-laki memiliki libido yang lebih tinggi,

seringkali dijadikan alasan untuk membenarkan perilaku

kekerasan seksual terhadap perempuan.

Logika Victim Blaming yang seringkali terjadi di

Indonesia diperparah dengan adanya judul berita yang

cenderung ikut menyalahkan korban. Media massa sebagai

Gambar 16. Contoh judul berita yang cenderung melakukan

victim blaming

Sumber: Koleksi Pribadi

 

Page 112: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

98

media yang mempunyai fungsi memberikan informasi dan

berita dapat memengaruhi pola pikir masyarakat.

B. Perbandingan Wacana Kesetaraan Gender dalam Akun

Instagram Women’s March Indonesia Dengan Konsep Gender

dalam Islam

Islam merupakan agama yang “rahmatan lil ‘alamiin”. Dalam

Islam manusia sama derajatnya dimata Tuhan, yang membedakan

antar manusia adalah taqwanya. Hal ini tercantum dalam Al-Quran

surat Al-Hujurat ayat 13

م اك ن ى ع ى وج ث ن ر وأ ن ذك م م اك ن ق ى نا خ ا الناس إ ي ه ا أ ي

م اك ق ت لىه أ د ا ن م ل ه رم ك ن أ إ وا ارف ع ت ل ل ائ ب ا وق وب ع ش

ري ب يم خ ى لىه ل ن ا إ

13. “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan

kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan

menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku

supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya

orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah

orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya

Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Dalam gerakan Women’s March Indonesia 2018, manifestasi

ketidakadilan gender yang paling disorot adalah adanya kekerasan

berbasis gender. Seperti yang sudah peneliti jelaskan pada bab

sebelumnya, banyaknya kekerasan berbasis gender ini merupakan

akibat suburnya budaya patriarki di Indonesia.

 

Page 113: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

99

Islam sebagai agama yang berkali-kali menyatakan kesetaraan

antara laki-laki dan perempuan dalam Al-Quran, juga dianggap

sebagai agama yang turut menyuburkan budaya patriarki. Hal ini

dikarenakan adanya peraturan yang berbeda antara laki-laki dan

perempuan, diantaranya adalah diperbolehkannya poligami,

pembagian harta waris dimana perempuan mendapatkan hak yang

lebih sedikit dari laki-laki dan perbedaan batas aurat antara laki-

laki dan perempuan. Anggapan ini juga diperkuat dengan

banyaknya orang yang menggunakan beberapa potongan ayat Al-

Quran sebagai dalil bahwa laki-laki lebih berkuasa daripada

perempuan, salah satunya adalah surat An-Nisa ayat 34 :

اء ى النس ى ون ل وام ال ق الرج

34. Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum

wanita,

Padahal ayat diatas tidak berhenti sampai disitu, pada lanjutnya

ayatnya disebutkan bahwa

عض ى ب ى م ل ه ض ع ل الىه ب ض ا ف ب

“oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka

(laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita),”

“Jadi sama sebelum saya kuliah atau adik-adik saya

atau keponakan saya, dia akan mengartikan “arrijalu

qawwamuuna ‘alannisa” itu laki-laki wajib memimpin,

padahal di ayat setelah “bimaa fadhdhalallahu ba’dhohum

‘alaa ba’dh”, “ketika Allah melebihkan sebagian dari yang

lain” kata Ath-thobari berartikan ada orang yang tidak

dilebihkan. Tafsir-tasfir kayak gini gak ditengok kadang-

 

Page 114: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

100

kadang, orang males, hanya mendengar lalu disiarkan

lagi.”87

Nasaruddin Umar mengatakan bahwa ayat ini tidak bermaksud

merendahkan kaum perempuan, namun boleh jadi ayat-ayat ini

merujuk pada fungsi dan peran sosial berdasarkan jenis kelamin

(gender roles) pada saat itu88. Hal ini kembali lagi pada topic

mengenai gender secara nature, perbedaan biologis yang tidak

dapat diubah dan gender secara nurture, perbedaan sebagai akibat

dari konstruksi sosial.

Salah satu spirit yang dibawa Islam pada awal kelahirannya

yaitu melakukan perbandingan posisi dan kondisi perempuan pada

zaman sebelum dan sesudah Islam. Dalam melakukan proses

pembebasan manusia dari cengkraman teologi, mitos dan budaya,

khususnya bagi perempuan, Islam mempunyai caranya tersendiri,

yaitu disampaikan secara bertahap (al-tadrij fi fi al-tasyri’),

berangsur (takalilil al-taklif) dan tanpa memberatkan (a’dam al-

haraj). Pada masa jahiliyyah perempuan tidak mendapatkan harta

waris sama sekali, justru perempuan menjadi salah satu “benda”

yang diwariskan. Dalam upaya memosisikan perempuan agar

setara dengan laki-laki, Islam melakukannya dengan cara yang

berangsur-angsur, yaitu dengan memberikan perempuan setengah

dari harta waris yang diberikan kepada laki-laki.

“Selain solat, tentu saja soal waris, itu berbeda,

karena memang Nabi ditempatkan di tempat yang sangat

87 Wawancara pribadi dengan dosen bidang studi Al-Quran dan Tafsir serta

mitra AMAN Indonesia, Ala’i Nadjib pada Rabu, 29 Agustus 2018. 88 Nasaruddin Umar, Bias Jender dalam Penafsiran Kitab Suci, (Jakarta, PT.

Fikahati Aneska, 2000) h. 37.

 

Page 115: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

101

patriarki, dan sudah mengangkat derajar perempuan. Itu

adil pada masanya.”89

Dalam aksi Women’s March Indonesia 2018, kebebasan

berekspresi menjadi salah satu topic yang banyak dibahas,

terutama kebebasan kaum perempuan dalam berpakaian,

menggunakan jilbab atau tidak, atau menggunakan cadar atau

tidak. Dalam Islam, baik laki-laki maupun perempuan diwajibkan

untuk menutup aurat. Ayat Al-Quran yang membahas aurat dan

jilbab diantaranya adalah surat An-Nur ayat 31:

ن ظ ن ويف اره ص ب ن أ ن م ض ض غ ات ي ن ؤم م ى ل ل وق

ن رب ض ي ول ا ه ن ر م ه ا ظ ل م ن إ ه ت ن ين زي د ب ن و ل ي ه روج ف

وبن ي ى ج ى ن ل ره بم

31. Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah

mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan

janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali

yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka

menutupkan kain kudung kedadanya,

Banyak ulama yang mempunyai pandangan yang berbeda

dalam memaknai ayat ini. Perbedaan pendapat muncul di kalangan

ulama dalam memaknai kalimat illâ mâ zhahara minhâ [kecuali

apa yang nampak darinya (perhiasannya)] dalam ayat ini. Ulama-

ulam tersebut diantaranya Ibnu Umar, Ikrimah dan Atha’, Ibnu

Katsir dan Ibnu Mas’ud. Menurut al-Thabari, tafsiran yang paling

89 Wawancara pribadi dengan dosen bidang studi Al-Quran dan Tafsir serta

mitra AMAN Indonesia, Ala’i Nadjib pada Rabu, 29 Agustus 2018.

 

Page 116: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

102

benar adalah pendapat ijma’ bahwa wajib bagi pria yang

menjalankan shalat untuk menutup semua bagian tubuh yang

disebut aurat, demikian pula bagi perempuan yang menjalankan

shalat, kecuali muka dan telapak tangannya. Jika telah ada

kesepakatan pendapat tentang itu, maka tak perlu diragukan lagi,

bahwa kaum perempuan tetap diperbolehkan membuka bagian

tubuhnya yang tidak termasuk aurat, karena tidak diharamkan.

Quraish Shihab berpendapat bahwa sangat penting untuk

menjadikan adat kebiasaan sebagai pertimbangan dalam penetapan

hukum, namun dengan catatan adat tersebut tidak lepas kendali

dari prinsip-prinsip ajaran agama serta norma-norma umum.

Karena itu ia sampai kepada pendapat bahwa pakaian adat atau

pakaian nasional yang biasa dipakai oleh putri-putri Indonesia

yang tidak mengenakan jilbab tidak dapat dikatakan sebagai telah

melanggar aturan agama90.

Selain perbedaan penafsiran ayat mengenai batas aurat,

perbedaan juga terdapat pada penafsiran ayat mengenai jilbab,

yaitu Al-Ahzab ayat 59

اء س ك ون ات ن ل لزواجك وب ا النب ق ي ه ا أ ي

ك ل ذ ن ه يب ب ل ن ج ن م ه ي ى ني ل ن د ني ي ن ؤم م ال

90 Chamim Thohari, “Konstruks Pemikiran Quraish Shihab tentang Hukum

Hijab”. Jurnal Salam Vol. 14 No. 1 Januari-Juni 2011, h. 78.

 

Page 117: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

103

ور ا ف ان الىه غ وك ن ي ؤذ ل ي ن ف رف ع ن ي ن أ د أ

ا يم رح59. Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-

anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin:

"Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh

tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih

mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu.

Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang.

Al-Biqa’i menjelaskan beberapa pendapat seputar makna

jilbab. Diantaranya adalah baju yang longgar atau kerudung

penutup kepala wanita, atau pakaian yang menutupi baju dan

kerudung yang dipakainya, atau semua pakaian yang menutupi

badan wanita. Semua pendapat ini menurut ulama itu dapat

merupakan makna kata tersebut. Kalau yang dimaksud dengan

jilbab adalah baju, maka ia adalah pakaian yang menutupi tangan

dan kakinya. Kalau kerudung maka perintah mengulurkannya

adalah menutup wajah dan lehernya. Kalau maknanya pakaian

yang menutupi baju, maka perintah mengulurkannya adalah

membuatnya longgar sehingga menutupi semua badan dan

pakaian.

Menurut Quraish Shihab perintah tersebut hanya berlaku pada

zaman Nabi saw, dimana ketika itu ada perbudakan dan diperlukan

adanya pembeda antara mereka dan wanita-wanita merdeka, serta

bertujuan menghindarkan gangguan lelaki usil. Menurutnya,

sebelum turunnya ayat ini, cara berpakaian wanita merdeka atau

budak – yang baik-baik atau yang kurang sopan hampir dapat

 

Page 118: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

104

dikatakan sama. Karena itu lelaki usil sering kali mengganggu

wanita-wanita khususnya yang mereka ketahui atau duga sebagai

sahaya. Untuk menghindarkan gangguan tersebut, serta

menampakkan keterhormatan wanita muslimah ayat di atas

turun91.

Terlepas dari berbagai perbedaan ulama dalam menafsirkan

ayat-ayat mengenai aurat dan hijab, sayangnya masih banyak

orang yang menggunakan ayat-ayat ini sebagai senjata untuk

melakukan victim blaming. Kaum perempuan akan disalahkan

karena tidak mengikuti perintah agama, tidak menggunakan hijab,

tidak menutupi dadanya atau karena keluar malam tanpa

didampingi oleh mahramnya. Pada kenyataannya, selain

memberikan perintah untuk menutupi aurat, dalam Al-Quran juga

terdapat ayat yang memerintahkan laki-laki untuk menundukkan

pandangannya, yaitu pada surat An-Nur ayat 30

م ه روج وا ف ظ م ويف اره ص ب ن أ غضوا م ني ي ن ؤم م ى ل ل ق

ون ع ن ص ا ي ري ب ب ن الىه خ إ م ى ل زك ك أ ل ذ 30. Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman:

"Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan

memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih

suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui

apa yang mereka perbuat".

Nasaruddin Umar mengatakan bahwa ada beberapa hal dalam

fiqih yang dinilai sudah selesai tugas historisnya. Jika para Fuqaha

91 Chamim Thohari, “Konstruks Pemikiran Quraish Shihab tentang Hukum

Hijab”. Jurnal Salam Vol. 14 No. 1 Januari-Juni 2011, h. 79.

 

Page 119: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

105

konsisten terhadap kaidah al-hukmu yaduru (hukum mengikuti

perkembangan zamannya) maka banyak hal harus disesuaikan

kembali. Beberapa hukum dalam Islam memang sudah ada yang

disesuaikan, salah satunya adalah poligami. Dalam Islam, laki-laki

diperbolehkan melakukan poligami dengan batas maksimal 4

orang istri dengan syarat harus berlaku adil. Hal ini dicantumkan

dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 3

ا وا م ح ه ان ى ف ام ت ي ل وا ف ا ط س ق ل ت م أ ت ف ن خ وإ

ن إ ف اع ث ورب ل ن وث ث اء م ن النس م م ه اب ل ط

م ه ن ا ي ت أ ه ى ا م و م ة أ د واح وا ف ل د ع ل ت م أ ت ف خ

وا ول ع ل ت ن أ د ك أ ل ذ

3. Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil

terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana

kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita

(lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat.

Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil,

maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang

kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada

tidak berbuat aniaya.

Negara-negara Islam seperti Indonesia, Malaysia, Arab Saudi,

Turki dan Mesir masih memperbolehkan melakukan poligami. Di

Indonesia persyaratan poligami memang tidak mudah, namun

nyatanya masih banyak yang melakukan itu. Namun di beberapa

negara Islam lainnya, yaitu Turki dan Tunisia, poligami adalah hal

yang dilarang.

 

Page 120: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

106

Larangan poligami di Turki diatur dalam Undang-Undang

Civil tahun 1927 pasal 93, 112 dan 114. Dalam kebijakan ini,

pelanggar undang-undang ini dapat dijatuhi hukuman, sedangkan

larangan poligami di Tunisia diatur dalam Undang-Undang Status

Perorangan (The Code of Personal Status) tahun 1956 pasal 18.

Dalam pasal ini dinyatakan dengan tegas bahwa siapa saja yang

menikah sebelum perkawinan pertamanya benar-benar berakhir

dalam bentuk apapun dan dengan alasan apapun maka ia dapat

dipenjara selama 1 tahun atau denda 240.000 malim (24.000

franc), atau penjara sekaligus denda.

Larangan poligami di kedua negara mempunyai dua alasan.

Pertama, poligami dinyatakan sebagai bagian dari perbudakan

yang diterima dalam Islam pada masa perkembangan namun

dilarang setelah masyarakat semakin berbudaya. Kedua, bahwa

syarat mutlak poligami adalah kemampuan berlaku adil pada istri,

sementara fakta sejarah membuktikan hanya Nabi SAW yang

mampu berlaku adil terhadap istri-istrinya. Kedua pertimbangan

ini bertumpu pada asas maslahah mursalah atau maqashid al-

syari’ah.92 Walaupun dalam surat An-Nisa ayat 3 disebutkan

bahwa poligami diperbolehkan dengan syarat berlaku adil, namun

dalam surat An-Nisa ayat 129 dinyatakan bahwa berlaku adil

adalah hal yang mustahil dilakukan.

92 Edi Darmawijaya, “Ancaman Pidana Pelaku Poligami dalam Hukum

Keluarga Turki dan Tunisia (Tinjauan Teori Maslahat Mursalah)”. Jurnal

Dusturiah Vol.1 No.1, 2012, h.92.

 

Page 121: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

107

م ت رص و ح اء ول ني النس وا ب ل د ع ن ت وا أ يع ط ت س ن ت ول

ن و إ ة ىق ع م ال ا ك روه ذ ت ل ف ي م ل ل ا وا ك ل تيى ف

ا يم ورا رح ف ان غ ن الىه ك إ وا ف ق ت وا وت ح ى ص ت

129. Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di

antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin

berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu

cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu

biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu

mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari

kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun

lagi Maha Penyayang.

Tuntutan kesetaraan gender yang dilakukan dalam

Women’s March Indonesia 2018 tidak bertentangan dengan

konsep gender dalam Islam, bahkan AMAN Indonesia, salah satu

organisasi perempuan muslim menjadi salah satu sponsor dalam

aksi ini. Salah satu upaya Al-Quran dalam menghilangkan

ketimpangan peran gender adalah dengan merombak struktur

kabilah yang berciri patriarki-patenalistik menjadi masyarakat

ummah yang bilateral-demokratis93. Islam merupakan agama yang

sangat menghargai derajat perempuan. Budaya patriarki yang

memengaruhi penafsiran Al-Quran membuatnya dianggap sebagai

agama yang turut memuluskan praktik budaya patriarki.

“Tidak ada satu pun agama yang mempunyai

interpretasi tunggal. Kitab itu tergantung paradigma orang

yang membacanya, apakah kita membacanya dengan

93 Nasaruddin Umar, Bias Jender dalam Penafsiran Kitab Suci, h. 42.

 

Page 122: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

108

perspektif ototarian atau dengan perspektif inklusif yang

memandang Tuhan sebagai Maha Rahman dan pemberi

rahmat? Sayangnya agama yang diajarkan oleh masyarakat

zaman sekarang bernuansa maskulin.

Manusia diciptakan sebagai khalifah fil ardh,

pemimpin atau pengelola dunia ini. Tugas sebagai khalifah

tidak melihat laki-laki atau perempuan.”94

94 Siti Musdah Mulia dalam diskusi “Perspektif-Perspektif Islam tentang

Kekerasan Seksual”. Sabtu, 18 Agustus 2018.

 

Page 123: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

109

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti

memiliki kesimpulan. Kesimpulan yang pertama

merupakan hasil analisis menggunakan metode analisis

wacana model Fairclough yang membagi wacana dalam 3

dimensi:

a. Dari segi teks, akun Instagram Women’s March

Indonesia tidak banyak menggunakan keterangan.

Wacana ditampilkan melalui unggahan berupa poster

atau langsung berupa tulisan dalam fotonya.

Keterangan yang diunggah menuntut kesetaraan

gender, terutama bagi perempuan, dari berbagai aspek,

seperti kebebasan berekspresi, keadilan bagi buruh

migran, kekerasan berbasis gender dan mengajak

masyarakat Indonesia agar peka dan sama-sama

melawan ketidakadilan dan tindak kekerasan berbasis

gender. Kata-kata yang digunakan banyak

menggunakan julukan atau sinonim, seperti “pahlawan

devisa negara” untuk buruh migran, dan “difabel”

untuk orang yang memiliki cacat fisik,

b. Dalam pengoperasian media sosialnya, Women’s

March Indonesia tidak mempunyai admin khusus atau

divisi khusus, tetapi dipegang oleh relawan yang

direkrut. Produksi teks untuk tuntutan Women’s March

 

Page 124: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

110

Indonesia 2018 disusun oleh panitia Women’s March

Indonesia 2018 dan organisasi-organisasi dan

kelompok-kelompok yang bekerja sama dengan

mereka seperti YLBH APIK Jakarta, Kinosaurus,

Lentera Sintas Indonesia, Hollaback!, Kalyanamitra,

Jakarta Feminist Discussion Group dan masih banyak

lagi. Women’s March Indonesia menggunakan sosial

media, terutama Instagram untuk mengenalkan dan

menjaring animo awal masyarakat dan memang target

utama mereka adalah siswa SMA dan mahasiswa.

c. Aksi Women’s March Indonesia 2018 mengusung tema

kekerasan berbasis gender. Tema ini diangkat setelah

melihat kondisi dan keadaan di Indonesia. Rencana

pengesahan RKHUP yang dianggap mengandung

pasal-pasal bermasalah yang merugikan perempuan

menjadi salah satu isu panas yang disorot. Budaya

patriarki yang masih kental di Indonesia menjadi salah

satu akar masalah adanya ketidakadian bagi

perempuan. Budaya patriarki ini tidak hanya

memandang perempuan sebagai makhluk yang lemah,

tapi juga banyak merugikan perempuan. Pernikahan

anak, ketimpangan tingkat pendidikan, stereotip

negative, dan pemerkosaan beberapa contoh kerugian

yang harus dialami perempuan akibat budaya ini.

2. Islam merupakan agama yang membawa perdamaian. Pada

masa Nabi Muhammad SAW, Islam telah mengangkat

derajat perempuan secara bertahap. Namun tidak sedikit

 

Page 125: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

111

pula yang menganggap bahwa Islam merupakan agama

yang turut melanggengkan budaya patriarki.

Seperti agama lainnya, Islam juga merupakan agama yang

mempunyai banyak interpretasi. Bagaimana kita membaca

Al-Quran tergantung pada paradigma apa yang kita pakai.

Perintah untuk menuntut ilmu, berbuat kebaikan dan

menghindari perbuatan buruk sama-sama ditujukkan untuk

muslim laki-laki dan perempuan. Laki-laki dan perempuan

akan mendapat dosa yang sama dan pahala yang sama

ketika berbuat baik dan buruk. Tugas manusia di bumi

sebagai khalifah fil ardh tidak memandang laki-laki dan

perempuan.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian, peneliti memiliki saran sebagai

berikut:

1. Untuk Women’s March Indonesia 2018

Women’s March Indonesia 2018 merupakan aksi yang

sangat bagus dan memberikan energy yang baik bagi

perempuan Indonesia. Perempuan Indonesia dari berbagai

kalangan dapat mengikuti aksi ini di kota-kota terdekat

yang turut menyelenggrakannya. Namun, isu eksklusivitas

masih sangat terasa dalam aksi ini. Kurangnya sosialisasi

kepada perempuan-perempuan di desa dan penggunaan

kata-kata yang dianggap terlalu “tinggi” membuat banyak

orang ragu untuk mengikuti aksi ini. Penggunaan bahasa

asing dan kata-kata yang tidak familiar dan tidak

 

Page 126: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

112

bersahabat di telinga orang awam, membuat banyak orang

mengira bahwa aksi ini hanya untuk kalangan tertentu.

Dalam aksi Women’s March Indonesia 2018 banyak

peserta yang membawa poster bertuliskan tuntutan-

tuntutan mereka. Namun, beragamnya tuntutan ini

membuat tuntutan-tuntutan utama yang diusung oleh pihak

Women’s March Indonesia 2018 menjadi terabaikan.

Media sosial, terutama Instagram, merupakan media yang

sangat efektif untuk membentuk opini public. Women’s

March Indonesia tidak menggunakan media sosial secara

maksimal, namun hanya menggunakannya untuk memberi

informasi, menjaring animo awal dan dokumentasi aksi

march. Setelah aksi ini berlangsung tidak ada pemberitaan

lanjutan mengenai tuntutan-tuntutannya, sehingga tidak

terasa dampaknya.

2. Untuk kalangan akademisi

Kajian komunikasi yang membahas mengenai isu

gender masih sedikit dilakukan di jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam. Peneliti berharap lebih banyak lagi

penelitian yang mengeksplor dan mengkajinya lebih

dalam. Peneliti juga berharap mahasiswa Komunikasi dan

Penyiaran Islam dapat mempelajari mengenai kajian

gender dan berbagai macam permasalahannya sehingga

dapat memberikan sumbangsih untuk perkembangan ilmu

komunikasi.

 

Page 127: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

113

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, N. (2010). Feminisme Muslimah: Eksistensi Perempuan

dalam Pentas Politik dan Penegakan Perabadan Islam.

Jakarta: Media Bangsa.

Bungin, B. (2011). Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi,

Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta:

Kencana.

Crawford, M., & Rhonda, U. (2004). Women and Gender: a

Feminist Pshycology. New York: McGraw Hill.

Darmawijaya, E. (2012). Ancaman Pidana Pelaku Poligami dalam

Hukum Keluarga Turki dan Tunisia (Tinjauan Teori

Maslahat Mursalah). Jurnal Dusturiah, 1(1), 91-104.

Eriyanto. (2001). ANALISIS WACANA, Pengantar Analisis Teks

Media. Yogyakarta: LKis Group.

Fairclough, N. (1989). Language and Power. New York:

Longman.

Fakih, M. (1999). ANALASIS GENDER. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Fauzan, U. (2004). Analisis Wacana Kritis dari Model Fairclough

hingga Mills. Jurnal PENDIDIK, 6(1), 3.

Hartiningsih, M. (2003). Gender dan Media Massa. Jakarta.

 

Page 128: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

114

Idrus, M. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan

Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: PT GELORA

AKSARA PRATAMA.

Luhulima, A. S. (2007). Bahan Ajar tentang Hak Perempuan: UU

No. 7 Tahun 1984: Pengesahan Konvensi Mengenai

Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap

Wanita. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Marger, M. N. (2008). Social Inequality, Patterns and Processes,

Fourth Edition. New York: McGraw-Hill.

Marzuki. (2007). Kajian tentang Teori-Teori Gender. Jurnal

Civics: Media Kajian Kewarganegaraan, 4(2), 1-15.

Megawangi, R. (1999). Membiarkan Berbeda?: Sudut Pandang

Baru Tentang Relasi Gender. Bandung: MIzan.

Moleong, L. J. (2006). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Nasrullah, R. (2015). Media Sosial : Perspektif Komunikasi,

Budaya dan Sosioteknologi . Simbiosa Rekatama Media.

Nazim, M. (1999). Metode Penelitian. Bandung: Ghalia Indonesia.

Nugroho, R. (2008). Gender dan Strategi: Pengarus-utamaannya

di Indonesia. Yogyarakarta: Pustaka Pelajar.

Payne, M. (2016). Teori Pekerja Sosial Modern. Yogyakarta:

Building Professional Social Work Indonesia.

 

Page 129: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

115

Sakina, A. I., & Hasanah, S. D. (n.d.). Menyoroti Budaya Patriarki

di Indonesia. Share Social Work Journal, 7(1), 71-80.

Subhan, Z. (2015). AL-Quran DAN PEREMPUAN: Menuju

Kesetaraan Gender dalam Penafsiran. Jakarta:

PRENADAMEDIA GROUP.

Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif . Bandung:

CV. Alfabeta.

Susanto, N. H. (2015, Desember). Tantangan Mewujudkan

Kesetaraan Gender dalam Budaya Patriarki. Jurnal

MUAWAZAH, 7(2), 120-130.

Tamburaka, A. (2013). Literasi Media: Cerdas Bermedia

Khalayak Media Massa. Jakarta: Rajawali Pers.

Thohari, C. (2011, Januari - Juni). Konstruks Pemikiran Quraish

Shihab tentang Hukum Hijab. Jurnal Salam, 14(1), 75-91.

Umar, N. (2000). Bias Jender dalam Penafsiran Kitab Suci.

Jakarta: PT. Fikahati Aneska.

W. Jorgensen, M., & J. Phillips, L. (2010). ANALASIS WACANA

Teori & Metode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wahyuni, H. I. (2013). Kebijakan Media Baru di Indonesia

(Harapan, DInamika dan Capaian Media Baru di

Indonesia). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

 

Page 130: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

116

https://www.kanalinfo.web.id/2017/03/pengertian-difabel-dan-

disabilitas.html. Diakses pada 24 September 2018 pukul

01:28.

https://www.info-hukum.com/2018/02/05/masyarakat-adat-dan-

masyarakat-hukum-adat/#_ftn3. Diakses pada 24

September 2018 pukul 01:41.

https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-2038367/ini-

dia-mengapa-tki-disebut-pahlawan-devisa-negara. Diakses

pada tanggal 23 September 2018 pukul 21:30

https://www.idntimes.com/news/indonesia/indianamalia/jaringan-

buruh-migran-217-tki-meninggal-sepanjang-1/full.

Diakses pada tanggal 23 September 2018 pukul 22:05

https://www.youtube.com/watch?v=6fQ4Bsf6wXU. “Women's

March 2018: Jari Tengah untuk Patriarki” Diakses pada 02

September 2018.

https://www.youtube.com/watch?v=6fQ4Bsf6wXU.

https://nasional.kompas.com/jeo/kronik-kuhp-seabad-di-bawah-

bayang-hukum-kolonial. Diakses pada tanggal 17

September 2018 pukul 23:15

https://nasional.kompas.com/jeo/kronik-kuhp-seabad-di-bawah-

bayang-hukum-kolonial. Diakses pada tanggal 17

September 2018 pukul 23:20

https://www.komnasperempuan.go.id/file/pdf_file/2018/SIARAN

%20PERS%202018/Lembar%20Fakta%20Catahu%207%

20Maret%202018.pdf. Diakses pada 16 September 2018

pukul 20:05

 

Page 131: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

117

http://matatimoer.or.id/2016/04/05/patriarki-masyarakat-budaya-

dan-negara-dalam-kuasa-lelaki/#_ftn4. Diakses pada 16

September 2018 pukul 21:35

https://nasional.tempo.co/read/906771/23-juta-perempuan-

indonesia-masih-buta-huruf. Diakses pada 16 September

2018 pukul 22:17

https://www.jurnalperempuan.org/blog/dewi-candraningrum-

karier-patriarki. Diakses pada 16 September 2018 pukul

21:58

https://en.wikipedia.org/wiki/2017_Women%27s_March.

Diakses pada hari rabu, 31 Januari 2018, pukul 18:30

https://id.wikipedia.org/wiki/Women%27s_March_Jakarta.

Diakses pada hari rabu, 31 Januari 2018, pukul 18:55

https://nasional.tempo.co/read/852617/womens-march-jakarta-

mengusung-8-tuntutan-untuk-pemerintah. Diakses pada

hari rabu, 31 Januari 2018, pukul 19:01

https://id.wikipedia.org/wiki/Instagram. Diakses pada hari selasa,

31 Januari 2108, pukul 17:19

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/02/09/berapa-

pengguna-instagram-dari-indonesia. Diakses pada hari

minggu, 29 April 2018, pukul 00:12

 

Page 132: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

118

LAMPIRAN

Transkip Wawancara

Nama Narasumber : Kate Walton dan Skolastika Lupituwina

Pekerjaan : Anggota Jakarta Feminist Discussion

Group dan panitia Women’s March

Jakarta 2018

Waktu Wawancara : 23 Mei 2018

Tempat Wawancara : Gedung Dewi Sartika, Aula Maftuhah

Yusuf, Universitas Negeri Jakarta

T: Apa alasan menyelenggarakan Women’s March di Indonesia?

Tika : WMJ awalnya dilakukan sebagai respon dari Women’s

March di Washington sebagai respon mereka ketika terpilihnya

Donald Trump dan terasa sekali misogyni yang terjadi di Amerika

pada saat itu, JFDG melihat itu sebagai momentum yang bagus dan

pada saat itu JFDG sebagai gerakan masih baru dan akhirnya kita

merasa mempunyai sumber daya yang cukup untuk memobilisasi

perempuan dan kaum-kaum minoritas lainnya untuk melakukan

Women’s March yang sama, dan waktu itu kita liat bisa

disesauikan dengan hari perempuan sedunia, yaitu tanggal 8 Maret.

Itulah kenapa kita selalu mengadakan Women’s March di bulan

Maret sebelum hari Perempuan sedunia.

Kate : Awalanya kami juga tidak kepikiran untuk mengadakan

Women’s March karena kami pikir tidak akan ada respon bagus

dari masyarakat dan dianggap terlalu kebarat-baratan (walaupun

 

Page 133: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

119

masih). Setelah Women’s March terjadi di Amerika dan beberapa

negara lain untuk Donald Trump dan isu lainnya, akhirnya ada

beberapa yang nanya ‘kok gak ada Women’s March di Indonesia,

kayaknya keren’. Akhirnya saya, mbak Olin dan mbak Cika Noya

kita bahas, kayaknya kita bikin aja, coba kita liat. Terus

direncanakan pada bulan Maret itu biar naymbung dengan hari

perempuan sedunia. Memang tujuan dan latar belakangnya sedikit

berbeda, tapi kami sengaja menggunakan nama dan logo Women’s

March karena ada antusiasme dari anak-anak muda di Indonesia.

Mereka liat apa yang terjadi di amerika dan mereka liat’ wah

ternyata itu sesuatu yang seru’ dan ikut aksi itu tidak harus serius

banget tapi juga fun. Dan itu keliatan. Kebanyakan peserta tahun

lalu mereka belum pernah ikut aksi sebelumnya. Jadi mereka

melihat apa yang terjadi di luar dan kemudian a) seru, dan b)

bermanfaat, dan akhirnya mereka tertarik untuk ikut

T: Apakah ada peningkatan jumlah peserta dibandingkan tahun

2017?

Kate: ya meningkat. Pada tahun 2017 perhitungan kasar sekitar

800 peserta dan untuk 2018 hampir sekitar 2500 peserta untuk di

Jakarta aja

Tika: meningkat hampir tiga kali lipat. Dan untuk seluruh

Indonesia mencapai 5000 peserta

T: Apa kesulitan mengadakan aksi WMI? Dan bagaimana

tanggapannya mengenai backlash yang diterima?

 

Page 134: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

120

Tika: kalau menurutku dalam mengorganisir awalnya agak susah

karena dari kita gak banyak yang senior, dan merasa tidak punya

claim apa-apa untuk bilang aku tuh feminis yang punya pendidikan

yang feminis, latar belakangku desain dan bekerja di bidang

kreatif. Dan awalnya untuk mencari organisasi-organisasi

perempuan yang lain yang mau bekerja sama dengan kita, kita

sangat bergantung sama orang-orang JFDG yang lebih senior

contohnya Kak Olin, karena beliau 90an udah aktif. Dan yang

kedua pun masih agak sulit, kayak gak banyak respon, dari segi

teknologi juga mungkin ada kegagapan, jadi gak ke-bridge. Dan

kalo rapat, kita gak biasa rapat, jadi banyak konsolidasinya kurang

kenceng. Dan kedua kalau soal backlash dan segala macem, kalau

sebelum acara sebenernya gak kerasa, dan berasa tuh setelah ada

liputan, ada reportase dan diviralkan. Beberapa kali organisator

kita diviralkan bener-bener di-misused, di doks, dalam artian

identitas mayanya diviralkan, dan itu sesuatu yang kita takutin

banget pas awal. Dan yang kedua ini ternyata hal yang sama terjadi

lagi, padahal kita juga sudah mencoba melakukan tindakan-

tindakan yang sebisa mungkin tidak memprovokasi orang. Waktu

itu juga kita sempet bersitegang dengan kelompok LGBT, karena

kita cukup takut soal atribut dan segala macam, tapi mereka cuku

yakin sendiri jadi kita Cuma bisa mendukung, tapi untungnya

untuk LGBT tidak ada backlash yang terlalu gimana gitu, dan

ternyata yang lebih banyak dapet backlash yang perempuan-

perempuan biasa,

Kate: dan isu aurat, itu yang paling heboh

 

Page 135: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

121

Tika: yang kita takutkan malah aman, jadi kita tidak bisa

memprediksi hal ini

Kate: dan menurutku dalam pengurusannya ada unsur politik,

bukan politik partai, tapi politik antar generasi dan antarkelompok.

Jadi karena kita ini anak muda, diliat oleh beberapa aktivis senior

sebagi orang yang belom begitu punya pengalaman dan belom tau

apa-apa, jadi ada beberapa kelompok yang tidak mau terlibat

dengan kita dalam Women’s March atau dalam bentuk apapun,

karena mereka merasa mereka yang paling bener, mereka yang

paling tau apa yang harus dilakukan dan mereka sudah lama punya

kegiatan untuk hari perempuan sedunia dan segala macem.

Padahal buat kita yang penting bukan nama kita, malah nama

JFDG malah hilang, bahkan di koran Kompas dibilang acara

Komnas Perempuan, buat kami yang paling penting itu

gerakannya. Jadi itu agak aneh buat kami, karena kami mencoba

menggabungkan semua, menjaring semua, supaya bisa bekerja

sama untuk satu tujuan.

Tika: dan dari sisi lain, kita sebagai feminis muda dan organisasi

yang sangat-sangat baru, kita gak pernah mengklaim apapun. Jadi

itu hal yang harus kita suarakan berulang kali, apakah mungkin

perlu pendekatan personal,

Kate: itu juga muncul karena kita dianggap sebagai kaum feminis

urban, jadi ada isu itu. Ada aktivis senior atau aktivis buruh

menganggap kami itu tidak tau isu-isu yang mereka anggap paling

penting, misalnya isu terkait pekerjaan, ekonomi, atau pedesaan,

dan itu menjadi hambatan

 

Page 136: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

122

Tika: dan kita untuk Women’s March tidak pernah menawarkan

solusi apapun, kita minta keterlibatan organisasi untuk

merumuskan tuntutan, dan mnurut kita itu penting, dan kedua, kita

sebagai badan baru ini tidak terlalu terorganisir, karena

kebanyakan dari kita adalah professional, jadi untuk follow-up dan

lainnya sangat sulit, yang kita bisa tawarkan untuk organisasi lain

itu ya Cuma visibiltas, dan dari acara pertama dan kedua itu benar-

benar terbukti visible, banyak media yang mau meliput dengan

sukarela, banyak anak muda yang ikut, dan tanpa kita minta

mereka bikin video, mereka nulis dan itu sesuatu yang sangat segar

sebenarnya, dan itu bisa jadi corak gerakan perempuan Indonesia

yang baru, walau masih banyak kekuarangan, seperti mungkin

belum inklusif, mungkin belum grounded, tapi paling enggak

visibiltasnya ada dan waktu itu kita pernah diundang staff ahli

keprsidenan dan mereka berterima kasih karena akhirnya ada aksi-

aksi lain di jalan selain selain aksi 212 yang fundamentalis

(katanya sudah merebut kembali tempat umum), jadi paling

enggak ada narasi tandingan itu. Jadi kedepannya kita berharap

bisa reach out lebih dan organisasi perempuan lain bisa terlibat

dalam ini.

Kate: Women’s March ini bermanfaat bagi organisasi-organisasi

yang sudah lama dan bergerak seperti solidaritas perempuan, itu

banyak anak muda yang tidak kenal mereka lagi, dan mereka juga

bingung bagaimana mereka menyasar anak muda

T: Bagaimana tanggapannya mengenai JFDG sebagai inisiator

Women’s March namun tidak dikenal public?

 

Page 137: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

123

Tika: saya pribadi bersyukur tidak terlalu di blow up karena resiko-

resiko seperti di doksing itu sangat tinggi, disisi lain bermanfaat

tapi disisi lain merugikan juga, karena kita bikin yang kedua tapi

banyak orang yang masih belum tau kita, dan itu juga tidak

membantu. Tapi untuk alasan kemanaan itu cukup baik

T: Apa yang menjadi perhatian utama WMI 2018?

Tika: untuk tahun ini adalah kekerasan berbasis gender. Dan itu

sebenernya sesuatu yang sangat luas, dan kita sengaja setiap kali

bikin tema, kita mau bikin tema yang luas, karena kita mau

melibatkan gaerakan seluas-luasnya, buruh, LGBTQ dan lain-

lainnya. jadi cara kita waktu itu adalah reach out dengan tema

tersebut, terus kita menawarkan dari masing-masing organisasi

yang mau yang membawa massa atau yang mau menyumbang, isu

apa yang mau mereka angkat terkait tema tersebut, nah dari situ

kita dapat banyak hal, dari kekerasan gender di bidang kesehatan

seperti ODHA dan kesehatan reproduksi, kekerasan di bidang

pendidikan seperti kekerasan seksual dalam sekolah dan bidang

akademis, dan banyak banget hal-hal lain yang bisa angkat dan

bisa rangkum dalam press release kita itu. Cuma kalo misalnya

mana yang paling penting buat kita, tidak bisa segampang itu,

karena tugas kita kan cuma jadi katalisatornya dan organisasi-

organisasi ini semuanya punya peran yang sama penting yang

mereka bawa dalam WM, dan setelah WM mereka juga yang lanjut

dengan kampanye mereka masing-masing.

Kate: jadi kami tidak menentukan apa-apa dalam WM, dan

berdasarkan diskusi dengan teman-teman unutk menentukan tema

 

Page 138: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

124

besar, lalu rapat dengan semua organisasi dan komunitas yang

terlibat untuk merumuskan 8 tuntutan itu. Supaya mereka punya

harapan dan cita-cita disitu, karena kalau enggak, buat apa juga

mereka ikut turun ke jalan. Jadi ini supaya keliatan lebih kompak

dan konsolidasi juga memang.

T: Bagaimana proses merumuskan 8 tuntutan Women’s March

pada tahun ini?

Tika: melihat dari keadaan Indonesia, iya. Jadi ada beberapa

kejadian yang kita salin dalam narasinya, jadi gak ngawang-

ngawang banget. Kebetulan kemarin ini yang besar banget adalah

masalah RKHUP, jadi itu yang kita menyatukan kita semua pada

saat itu. Kita semua pengen mengawal revisi RKHUP ini

Kate: dan juga MD3, tapi tidak ada disitu, karena itu tiba-tiba

muncul dari nowhere. Jadi ada 3 fokus kalau kebijakan ini, yang

pertama revisi RKHUP, terus pengesahan RUU Penghapusan

Kekerasan Seksual yang sudah hampir 15 tahun di DPR yang

belum disahkan dan Perlindungan Pekerja Rumah Tangga yang

ada RUU di DPR sudah 13 atau 14 tahun belum disahkan. Dan

semuanya ini terkait dengan kekerasan juga

Tika: kelompok buruh terutama pekerja rumah tangga itu sangat

aktif dalam rapat, makanya tuntuntan mengenai tuntutan pekerja

rumah tangga dan pekerja domestic itu sangat jelas, itu karena

temen-temen dari JLPRT dan Buruh Migran juga, itu sangat-

sangat terlibat dalam rapat-rapat kita.

T: Apakah ada kampanye #MeToo?

 

Page 139: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

125

Kate: Kami menggunakan hashtag itu, sebagai kampanye RKHUP

dan menggantinya dengan #AkuJuga. Secara umum, tidak terlalu

spesifik tapi memang kekerasan seksual dan pelecehan seksual

sangat masuk di dalam 8 tuntutan itu dan saya rasa juga menjadi

inspirasi buat peserta karena banyak poster-poster yang dibawa

terkait dengan kekerasan seksual

T: Bagaimana pendapatnya mengenai kesetaraan gender di

Indonesia?

Tika: itu rumit ya, karena kita sebagai feminis urban udah banyak

mendapatkan privilege dalam berbagai hal, jadi banyak hal yang

gak langsung kita perangi sendiri. Dan yang masih berasa kalau

menurutku pribadi sih domestifikasi perempuan. Menurutku tuh

masih disitu-situ aja, mungkin sempet membaik, tapi akhirnya

kembali lagi, jadi anak perempuan kalo gak menikah jadi aib untuk

orang tua dan segala macem,

Kate: dan cita-cita terbesar untuk perempuan itu menikah dan

punya kaluarga, dan memang gak ada masalah dengan itu, tapi

jadinya tidak ada yang lain yang dipikirkan juga

Tika : ekspektasi gendernya juga masih begitu aja kan, kayak

misalnya di pekerjaan kurang ladylike, dan aku salah satu inisiator

‘Marching With Me’ dalam WMJ, kita kasih ruang untuk temen2

yang tidak bisa dating WM untuk diwakili sama orang lain pakai

spanduk dan salah satu yang diMarch sama aku, isu yang dia

hadapi adalah dia bekerja di bidang service dan kalau di service

industry itu perempuan sampai sekarang masih pakai high heels

 

Page 140: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

126

padahal itu gak ada hubungannya sama performa pekerjaan

mereka, malah bikin sakit sebenernya. Hal-hal yang seperti

sebenernya sangat konyol masih harus diperjuangkan pada tahun

sekarang karena harusnya hal-hal seperti ini udah selesai, udah

lewat, cuma ternyata masih ada. Jadi seksisme-seksisme hal-hal

kecil seperti berkaitan dengan emosi-emosi untuk datang di WM,

karena kita juga masih di masalah-masalah yang sangat urban.

Disisi lain, tahun lalu juga kita sudah mencoba melibatkan

keluhan-keluhan dari feminis-feminis desa, kayak masalah

penggusuran tanah di Kendeng, Reklamasi Bali juga belum selesai,

dan sebenernya masalah-masalah mereka lebih pelik karena

berkaitan langsung dengan hajat hidup mereka. Dan itu masalah

yang sama serius bahakn lebih serius dengan apa yang kita ahadapi

di kota. Apalagi setelah pemilu Jakarta, retorika lama ancaman

mengenai penggunaan seksualitas perempuan untuk perebutan

kekuasaan itu semacam dibawa lagi, walaupun masih berupa

ancaman. Sekarang feminisme kesannya udah ruang aman karena

kita udah punya visibilitasnya aja, tapi kenyataannya, dulu

penggusuran Borobudur dan gebung ombo itu sekarang masih ada

konflik agrarian, TKI juga tambah banyak, bahkan yang

pembunuhan TKI juga masih gak dapet bobot yang baik terus juga

pemaksaan KB, sterilisasi paksa, sekarang juga hak reproduksi

masih parah banget, dalam artian kita Pap Smear aja masih butuh

izin suami, dan itu aneh. Dan juga pernikahan anak. Hak

reproduksi, pernikahan anak juga di dalamnya, dan itu tuh

berbahaya banget untuk perempuan, angka kematian ibu masih

besar, pendidikan reproduksi gak dikasih. Bahkan salah satu poin

 

Page 141: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

127

RKHUP itu kan mau membatasi pendidikan seks ke lembaga yang

ditunjuk pemerintah, wah itu gawat sekali, kita juga dapat

informasi darimana? Petugas yang berwenang juga kalau tidak

punya perspektif feminisme misalnya, pada akhirnya kalau udah

melakukan hubungan seks sebelum nikah tidak akan mendapat

pertolongan apa-apa dan itu sebenarnya gak membantu siapapun

T: Bagaimana respon masyarakat terhadap aksi ini?

Tika: menurutku yang paling kelihatan adalah visibilitas. Kalau

masalah apakah kita berhasil dalam segi isu-isu ini selesai

mungkin enggak. Kita tetep butuh follow, kita gak boleh manja

dalam hal itu. Tapi visibiltas itu sangat membantu, karena minimal,

orang tuh mulai ngomong, feminist tuh apa sih, walapun kadang

bentuk feminisnya masih yang antipasti gitu, tapi paling enggak

yang ikut WM bisa membuka pikiran dan membuka diskusi, dan

kita juga terbantu dengan adanya influencer, kayak Hannah, karena

dia juga bisa ngangkat ini dengan adanya momentum WM. Yang

terjadi adalah, dengan adanya WM, banyak ruang diskusi yang

dibuka.

T: Apakah terdapat divisi khusus untuk media sosial?

Tika: kita ada rencana kesitu, tapi belum. Proses kita selama ini

adalah kita pakai relawan untuk setiap acara, yang mau kita

lakukan JFD mau merekrut relawan dengan komitmen setahun,

jadi selama setahun itu kita udah punya orang yang pasti. Karena

kalau sekarang, selesai event orangnya ilang-ilangan kan tuh, jadi

itu yang agak susah. Dengan adanya komitmen satu tahun ini,

 

Page 142: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

128

mungkin tahun ini atau depan, kita harap bisa lebih jelas

pengurusan sosial medianya. Apalagi kita tau sosial medianya

udah cukup besar, jadi bener-bener bisa dimobilisasi.

T: Siapa yang memproduksi narasi untuk diunggah?

Kate: itu menjadi perdebatan panjang antara semua yang terlibat

jadi memang semua aktif disitu.

Tika: setiap kata, istilah.

Kate : Yang paling panas itu LGBT.

Tika: apakah kita berani menggunakan istilah LGBT, karena

awalnya kita agak ragu, tapi setelah diyakinkan oleh kawan-kawan

dari Arus Pelangi dan sebagainya, akhirnya kita pakai juga. Karena

emang visibilitas itu penting pada akhirnya. Kita awalnya takut

karena alasan keamanan, tapi dipikir-pikir itu gak masuk akal juga

sih karena akhirnya yang kena perempuan cis lagi

Kate: karena ya memang semua terlibat, organisasi maupun

individu yang mau terlibat aktif dalam pengurusan dan perumusan

dan segala macem, ya boleh terlibat dan sangat didorong.

T: Apakah menggunakan media sosial sudah efektif dalam

berkampanye?

Tika: sosmed lumayan membentu untuk menjaring animo awal,

karena sebenarnya kita mau menargetkan ke universitas dan SMA,

Cuma kita gapunya sumber daya yang cukup untuk ke masing-

masing tempat ini. Jadi paling enggak kalau dengan sosial media

itu bisa jadi pemanti awal supaya nanti, kalau dalam kasus ini,

 

Page 143: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

129

kota-kota lain mau bikin WM, atau ada anak yang mau promosiin

di kampusnya, dari situ kita bisa gerak dengan lebih efektif

dibandingkan dengan nyasar hal-hal yang belom tau, kayak

kampus mana yang minat, atau gimana, soalnya, lagi-lagi, kita

masih baru, jadi kita gatau betul wilayah mainnya dimana. Jadi

kalau misalnya dengan sosial media, kita bisa sebar dulu, kita liat

mana yang ketangkep.

T: Apa saja tujuan-tujuan Women’s March yang tercapai?

Kate: kalau dari tuntutan masih belum, tapi kalau dari kampanye-

kampanye di jalan itu lebih berhasil. Kami juga yang membuat

petisi menolak RKHUP yang sudah ditandatangani oleh lebih dari

100.000 orang, kami yang bikin beberapa minggu sebelum WM,

karena katanya saat itu RKHUP akan segera disahkan, dan juga

supaya orang lebih termotivasi unutk mengikuti WM dan

mendorong perubahan ke RKHUP-nya, jadi itu cukup berhasil,

karena sempat dibawa ke DPR dan ada beberapa fraksi yang

ketemu, isunya masuk ke media nasional, dan sampai ke media

internasional juga masuk. Dari situ lumayan berhasil, cuman

belum banyak perubahaan. Ada beberapa yang berhasil, misalnya

tentang pasal zina, karena di pasal itu disebut “siapa saja yang

melakukan hubungan seksual di luar penikahan, boleh dilaporkan”

awalnya itu dibilang, suami, istri, anak, orang tua, atau pihak

ketiga yang merasa tercemar. Nah kata pihak ketiga itu sudah

dihapus, dan itu memang gara-gara pembahasan kita. Dan kalau

dari Marchnya emang kami tau dan kami sadar bahwa

kemungkinan kecil semua tuntutan itu akan tercapai, karena

 

Page 144: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

130

memang kami hanya beberapa ribu orang dan memang harus lebih

banyak kuasa. Tapi kalau untuk tujuan lainnya, memang tujuannya

untuk meningkatkan meningkatkan kesadaran dari masyarakat.

Kalau dari sisi itu, aku rasa kita cukup berhasil, apalagi dengan

jumlah peliputan di media yang cukup banyak dan sangat

menyoroti isu-isu yang tidak biasanya disorot, misalnya seperti

pekerja rumah tangga

T: Apakah akan ada Women’s March Indonesia untuk 2019?

Kate: ada,

Tika : pasti ada. Cuma untuk isunya apa, kita harus menyesuaikan,

jadi terlalu dini untuk menentukan

T: Apa harapannya untuk Women’s March Indonesia kedepannya?

Tika: kalau dari kita sebagai penyelenggara lebih kepada hal-hal

yang internal, seperti organisasi yang lebih baik, ya termasuk

follow up. Kalau sekarang ini kita baru berhenti di tahap

awareness, jadi kita kurang terlibat dalam follow up-nya. Dan

rencananya kita bakal bikin feminist festival yang kedua, tahun

lalu kita sempet bikin feminist fest, dan feminist itu semacam next

step-nya dari WM. Isinya adalah kelas-kelas dan bazar LSM. Jadi

mereka yang ikut WM bisa datang feminist fest, mereka bisa tau

lebih banyak organisasi-organisasi yang kerjasama sama kita, bisa

ikut kelas-kelas, semacam panel diskusi tentang hal-hal yang

mereka minati, contohnya kayak feminisme dan pembangunan,

ekofeminisme, atau queer feminisme, nah waktu itu kita bikin

kelas sejenis itu. Harapanya tahun depan ada isu yang cocok lagi,

 

Page 145: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

131

terus bisa bawa ke feminist fest, dan yang lebih penting adalah

organisasinya jauh lebih baik. Harusnya, idealnya kita punya sosial

media report, atau apa. Kita sih punya laporan narasi, tapi emang

lebih unutk kalangan sendiri, jadi untuk para donatur sama untuk

para partner, jadi baru disitu. Jadi kalau tahun depan kita bisa lebih

terorganisir, kita bakal lebih kasih pertanggungjawaban ke yang

mereka ikut juga.

Kate: aku rasa tahun depan pasti berkaitan dengan politik, karena

tahun depan adalah tahun politik. Jadi hampir pasti ada hubungan

dengan pilpres, kecuali ada isu lain yang muncul disitu. Jadi

mungkin lebih ke politik, terkait janji-janji dari partai politik juga

keterlibatan perempuan dan erwakilan perempuan di politik itu

pasti diangkat disitu. Karena memang belum terlalu diangkat di

WMJ (terkait) isu perempuan di politik. Kita harus selalu cari yang

sesuai dengan momentum, kalau begitu pasti lebih banyak dapat

liputan dari media. Tapi kalau misalnya organisasi-organisasi

merasa bahwa ada hal yang lebih penting, misalnya lingkunga atau

perampasan tanah, ya udah itu saja. Dan kita harus liat dulu, dan

biasanya bulan desember sudah mulai dibahas, perencanaan 4

bulan.

T: Apakah Women’s March Indonesia bekerjasama dengan

Women’s March Global?

Tika: oh iya

Kate: tidak terlalu. Kita ada koordinasi dari Jakarta unutk march-

march yang ada di daerah, tapi bukan koordinasi dimana kita

 

Page 146: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

132

nyuruh-nyuruh teman yang di daerah untuk melakukan sesuatu tapi

lebih terkait bagaimana cara menyusun tuntutan. Kalau untuk

Washington, sekarang mereka lebih meresmikan gerakannya, jadi

semuanya lebih terstruktur dengan apa yang mereka lakukan di

amerika. Tapi kami masih dalam pembahasan dengan mereka

sejauh mana kami mau menyesuaikan dengan amerika, soalnya

banyak isu-isu, seperti logo, kalau disini logonya ada perempuan

berjilbab, kalau di amerika gak ada, nah ini masih dalam

pembahasan, apakah kita masih bisa menggunakan logo itu, terus

warna-warna, jadi semuanya masih dibahas

Tika: gak ada afiliasi resmi intinya

Kate: kalau afiliasi resmi tidak ada sama sekali, tapi namanya

sama. Nah kalau kita liat mungkin tidak cocok, bahwa kita lebih

dekat dengan mereka, ya mungkin kita pakai nama lain untuk ke

depan.

Tika: agak kompleks sih, soalnya WMG basisnya di amerika dan

jelas banget isunya sangat berbeda, dan kekhawatiran kita adalah

mereka bakal minta isu mereka diwakilkan di Indonesia, padahal

isu, misalnya gun control, kita setuju gun control itu penting, tapi

kita gak ada relevansinya sama sekali di negeri ini. Jadi kalau

seandainya gak ada pengertian itu dari WMG, kita mendingan

independen

Kate: karena mereka punya kampanye yang bukan hanya pasti

WM-nya aja, tapi sepanjang tahun. Jadi pernah ada kejadian

tentang pengontrolan senjata api, mereka minta kita terlibat dalam

 

Page 147: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

133

sebuah kampanye untuk minta UU di Amerika diperbaiki, tapi

kami menolak, karena kami terlalu sibuk dengan urusan RKHUP

saat itu, aku jelasin, tapi mereka ngotot dan bilang ‘kalian harusnya

peduli tentang isu ini, ini penting banget, kok bisa kalian gak

peduli tentang gun control?’ dan mereka bilang ‘kami akan

mendukung kalian kalau ada isu apa disana nanti’ tapi akhirnya

gak jadi karena kami merasa itu gak penting buat kami, lebih baik

kami fokus pada isu lain yang lebih mendesak pada saat itu, jadi

sempat ada masalah disitu, jadi kami masih agak hati-hati. Jadi

kemungkinan gak bisa didirikan di Indonesia karena itu organsasi

dari luar negeri, kalau begitu kami memang harus pakai nama yang

lain, karena selain “Branding-nya” gak ada untung lain dari WM-

nya untuk kita sekarang, memang brand-nya yang kuat

 

Page 148: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

134

Nama Narasumber : Ala’i Nadjib, M.A

Pekerjaan : Dosen bidang studi Al-Quran dan Tafsir

serta mitra AMAN Indonesia

Waktu Wawancara : 29 Agustus 2018

Tempat Wawancara : Ruang Dosen Fakultas Ushuluddin

Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta

T: Bagamana pendapat mengenai WMI?

J: WMI itu bagus dan menjadi unity bagi peremuan. Dan gerakan

seperti itu lebih baik daripada berjuang di sektor masing-masing.

Jadi WMI ini sangat bagus untuk semua sektor.

T: Bagaimana ibu melihat aksi WMI jika dilihat dari pandangan

Islam?

J: baik-baik saja, selama itu dijalankan sesuai dengan tempatnya.

Artinya kalau ada demonstrasi atau gerakan, itu tidak melampaui

batas dan tidak berujung bentrok karena memaksakan pendapt.

Terus kalau soal mendapat hak, selama ini, dalam 20 tahun

terakhir, karena isu ini menguat kembali pada tahun 90an, dan

selama ini kita tidak aware, tidak sadar terhadap itu, kita membaca

teks seadanya, dan kita pernah bangun, pernah sadar pada zaman

kartini, tapi setelah itu redup, terutama dalam islam, karena ada

kekahawatiran, karena memang hal-hal seperti itu sangat sensitive.

Tapi ada perjalannya sejak 90 sampai sekarang. Itukan kemudian,

teruatama ada dukungan dari kelompok-kelompok dan institusi

agama, tokoh-tokoh agama sendiri. Yang lainnya, keberhasilan

 

Page 149: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

135

advokasi mengenalkan isu-isu itu dengan cara yang soft, misalnya

kita tidak bicara gender, feminisme, karena bahasa2 itu membuat

alergi. Itu yang kemudian dilihat oleh bangsa lain ada kesuksesan

dalam gerakan perempuan Indonesia karena menjauhi stigma

westernisasi. Dan itu di Indonesia, bagus, karena itu tadi, ada

dukungan, kiyai kan tidak sedikit yang udah menerima isu2 ini,

kalo di Jawa Barat misalnya Kiyai Husein Muhammad. Terutama

dulu, di P3M, itu punya program namanya fiiqunnisa, sama

Masdar Masudi, mengenalkan ini ke pondok pesantren. Misalnya,

bagaimana berbicara kembali tentang “arrijalu qawwamuna

alannisaa”, apa yang dimaksud dengan kepemimpinan? Betulkah

rijal itu dalam bahasa arab terjemahannya adalah laki-laki? Apa

tidak ada makna yang lain? Kapan menjadi pemimpin? Apakah

yang dimaksud pemimpin itu, pemimpin public atau pemimpin

domestik? Apakah yang dimaksud qawwam itu semua laki-laki?

Nah cara-cara itu kemudian dikenalkan di dunia dan institusi-

institusi pesantren dan lembaga keagamaan, termasuk tokohnya,

sehingga isu-isu perempuan, selama ini tidak ada yang berbicara

tentang hak, itu dikenal. Maka Indonesia nyaris tidak ada

hambatan, meskipun ada, soal kepemimpinna, kita sudah punya

gubernur, bupati, kecuali UIN Jakarta ya. Itu tentang keberhasilan,

tentu saja ada banyak ketidakberhasilan dalam lingkup-lingkup

kecil, misalnya bagaimana tadi di pengadilan, di tempat pekerjaan,

misalnya di Aceh, saya dengan di Meulaboh, di perkebunan

dengan pekerjaan yang sama antara laki-laki dan perempuan,

karena laki-laki dianggap sebagai kepala keluarga, perempuan

dengan pekerjaan dengan pekerjaan yang sama tidak diberi upah

 

Page 150: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

136

yang sama katanya, kesaksiannya, waktu itu ya, mudah-mudahan

sekarang berubah, tapi tetap saja. Misalnya juga perlakuan-

perlakuan terhadap penerapan perda, di Aceh, perempuan tidak

boleh duduk ngangkang kalau boncengan motor, tidak boleh

memakai celana panjang yang menurut definisi mereka ketat. Ini

kan termasuk ketidakpekaan laki-laki yang punya kekuasaan

dalam membuat peraturan melihat kehidupan perempuan.

T: Mereka membuat peraturan tidak menggunakan perspektif

gender?

A: ya tidak, boro-boro melihat, melibatkan dan mengajak untuk

memutuskan kebijakan kan, walaupun sebenernya pada tahun

1999, presiden Abdurrahman Wahid punya kebijakan gender

mainstreaming, pengarustamaan gender, yang disahkan tahun

2000. Dan disahkan dan itu membuat kebijakan setiap unsur

pemerintahan, level dari pusat sampai daerah, harus menggunakan

perspektif gender dalam setiap memutuskan kebijakan, misalnya

soal cuti dan sebagainya. Setelah Gusdur, Megawati mengesahkan

UU PKDRT, terus SBY mewajibkan perempuan untuk

memberikan ASI eksklusif dengan segala fasilitas yang

melingkupinya, meskipun ini pro dan kontra, karena sebenarnya

terserah tubuh perempuan mau menyusui atau enggak, tapi dengan

PP pemerintah no.10 thn 2012, dia mengeluarkan tentang semua

ibu yang punya anak, dia harus menyusui anaknya dengan ASI

eksklusif, karena itu himbauan dan anjuran dari WHO dan

UNICEF, tapi itu menimbulkan pro dan kontra, karena yang

 

Page 151: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

137

pertama, ibu tidak harus menyusui. Habibie, itu pendirian

KOMNAS perempuan.

T: Bagaimana sebenarnya konsep gender dalam islam?

A: Misalnya Mamah Dedeh itu kan kadang muncul kadang

enggak, perspektif (gender) itu. Jadi gerakan ini belum sekuat

akarnya dengan gerakan pengajian yang sebelum masa penjajahan

ada, misalnya materi ketaatan istri, padahal belum tentu suaminya

itu, misalnya, pengetahuannya lebih baik daripada istrinya. Itu gak

dijelaskan biasnya. Pertama karena, ini ada kekurangan ya,

perempuan bukan tidak punya kelebihan dan laki-laki juga bukan

tidak punya kekurangan, justru sebenarnya dua-duanya saling

melengkapi, ini juga sesuai dengan peritah quran bahwa

perempuan dan laki-laki dalam suami istri harus muasyaroh bil

ma’ruf, bergaul dengan baik, ya tadi kalau ada kesetaraan, sama-

sama dihargain. Meskipun dalam UU perkawinan tetep aja kepala

keluarga adalah laki-laki, tapi kan kepala tidak harus sewenang-

wenang, akan baik juga kalau misalnya diibaratkan sopir, kalau

dalam rumah ada 2 sopir, kalau yang satu capek, kan yang satunya

bisa menggantikan, begitu mustinya. Dan menurut PEKA, di

Indonesia ada lebih dari 4jta perempuan yang jadi kepala rumah

tangga tidak ada salahnya misalnya di rumah suaminya yang

mengelola, menjemput anak, berbelanja, di tempat lain kan lazim,

kalau di tempat kita kan aneh. Hal-hal yang seperti ini yang coba

kita perkenalkan, tidak ada kesalahan, ya saling menghormati, itu

tidak ada yang menyimpang dari islam, kalau di tempat lain siapa

yang menegur laki-laki momong anaknya, menjemur pakaian,

 

Page 152: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

138

menjemur kasur, hal yang paling berat memang berhadapan

dengan budaya, budaya patriarki itu yang sudah berabad-abad

dipakai, way of life, menjadi nilai, yang seolah kaku, tidak akan

berubah, padahal di Padang lain, Padang kan materilinial, misalnya

seperti itu.

T: Pelanggengan patriarki menggunakan ayat al-quran?

A: Pertama, karena ayat itu sudah sangat lama disampaikan, dan

dipakai untuk melegitimasi kepemimpinan laki-laki tanpa

melakukan atau melihat tafsirannya. Padahal di tafsir-tafsir klasik,

misalnya Ath-thobari, At-tubi, Al-Misbah, itu tuh sudah diuraikan,

Cuma orang tidak memandang kesana, dan yang penting itu adalah

siapa agennya, siapa yang membunyikan ayat ini. Dan selama ini

selama berabad-abad para penyampai agama, itu kan laki-laki

semua, setelah Aisyah, setelah zaman Umar dan perkembangan

secara Islamnya, misalnya dinasti Abasyiah atau Umaiyah itu kan

sempat mandet, ya walaupun tidak seluruhnya adalah masa,

hampir 100 abad Abasyiah itu berkuasa, tenggelam sama sekali

perempuan, tapi pada setelah itu pada abad ke-11, pada saat 2

dinasti besar ini runtuh itu memang semua pembawa atau dai

agama adalah laki-laki, laki-laki yang kebetulan belum masuk

pada perspektif gendernya. Jadi sama sebelum saya kuliah atau

adik2 saya atau keponakan saya, dia akan mengartikan “arrijalu

qawwamuuna ‘alannisa” itu laki-laki wajib memimpin, padahal di

ayat setelah “bimaa fadhdhalallahu ba’dhohum ‘alaa ba’dh”,

“ketika Allah melebihkan sebagian dari yang lain” kata Ath-

thobari berartikan ada orang yang tidak dilebihkan. Tafsir-tafsir

 

Page 153: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

139

kayak gini gak ditengok kadang-kadang, orang malas, hanya

mendengar lalu disiarkan lagi.

Yang kedua, timbul tafsir-tafsir tadi, ada tafsir yang lain misalnya,

“arrijalu qawwamuuna ‘alannisa” laki-laki menjadi pemimpin

perempuan, itu hanya berlaku untuk urusan domestik, yaitu ketika

laki-laki menjadi kepala rumah tangga, kepala keluarga.

Sementara yang lain, kan ada ayat yang lain, “auliya” misalnya.

Jadi beperspektif gender atau tidak, ayat itu menjadi setara atau

tidak itu tergantung yang membawakannya. Pasti akan lain di

tangan A, B. dan itu juga hal yang lain karena quran juga masih

ada fleksibilitas terhadap penafsiran yang selama ini kita tidak

pernah mengotak-ngatik, walaupun ini juga ada konsekuensi

sendiri, misalnya orang yang melakukan interpretasi itu dituduh

liberal, tidak islami. Islam dikapling-kapling oleh mereka. Dan

kadang mereka yang mengatakan itu gak tau, gak tau ulumul

quran, tafsir, ulumul hadits, yang cuma baca-baca aja. Itulah yang

kemudian yang membuat orang-orang kadang berfikir panjang dan

tidak mau mengambil resiko terhadap usaha-usaha untuk

menginterpretasi ajaran-ajaran islam, yang sebenarnya memang

terbuka peluangnya itu.

T: Bagaimana sebenarnya konsep kesetaraan dalam Islam?

A: justru islam itu menurut saya sangat setara, yang membedakan

orang di hadapan Allah itu kan taqwanya, bukan jenis kelaminnya.

Itu sejak zaman 1400 tahun lalu, yaitu ketika wahyu itu diturunkan.

Nabi hidup di zaman sekitar 1400 tahun lalu, malah lebih karena

Nabi wafat sekitar 630 M. jelas disitu kalau orang dilihat dari

 

Page 154: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

140

ketaqwaan bukan jenis kelaminnya. Pembagian itu menjadi

berbeda pada soal ibadah, ada beberapa hal yang berhubungan

dengan kodrat ada beberapa hal yang berhubungan dengan tata

aturan hukum fiqih, misalnya soal penutupan aurat ketika solat,

lalu pada soal menstruasi, melahirkan, dia tidak solat, lalu puasa,

itu pada fiqih. Tapi pada substansial tidak ada laki-laki yang

menanggung kesalahan perempuan, dalam arti dosa warisan, dan

tidak ada juga perempuan mewarisi dosa laki-laki. Selain solat,

tentu saja soal waris, itu berbeda, karena memang Nabi

ditempatkan di tempat yang sangat patriarki, dan sudah

mengangkat derajar perempuan. Itu adil pada masanya. Kalau

zaman sekarang ada orang yang mulai merekonstruksi hukum

waris. Pada saat itu ketika perempuan tidak punya waris dan malah

diwariskan, dan mendapat setengah, itu kemajuan yang luar biasa.

Pada saat orang Arab istrinya sampe ribuan, ratusan, kemudian

islam membatasi 4, itu juga sudah sangat revolusioner. Lalu pada

saat perempuan dikubur hidup-hidup, Nabi mengangkatnya dan

menempatkan perempuan di tempat yang mulia di atas laki-laki

ketika dialog Nabi siapa orang yang harus dimuliakan, kan ibumu,

ibumu, ibumu. Justru kita menganggap Nabi itu seorang feminis.

Tapi itu tadi bahwa pada perkembangannya, kalau kita lihat pada

kacamata sekarang “wah, itu ga adil, masa 4”, 4 kan pada masa itu,

maka kemudian karena itu sendiri begitu adanya, dalam hukum

keluarga di negara-negara muslim, kayak Turki, Tunisia, lalu

Kirzikhstan atau Kazakhtan itu melarang poligami, akan

dikriminalisasi kalau melakukan poligami, karena ada sebab2 itu.

Itu juga hasil dari Ijtihad, karena ada yang sudah tidak tepat lagi.

 

Page 155: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

141

Disini juga dulu diperketat ya, kalau tidak dicurangi, memang

syaratnya ketat, tapi masih ada celah untuk dibohongi.

Muhammadiyah juga sudah tidak memperbolehkan, pintu

daruratlah poligami itu, meskipun sebenarnya kalau ada pintu yang

normal kenapa harus ke pintu darurat. Ada hal-hal fiqih yang

berbeda antara laki-laki dan perempuan, tapi secara prinsip sudah

setara. Nabi sendiri monogami, sampai Aisyah wafat, dan

bertahun2, 12 tahun apa 10 tahundia tidak beristri lagi, dan dia juga

berpesan pada menantunya, untuk jangan kawian lagi. Itukan

sudah kemajuan pada kehidupan perempua, dan itu revolusioner

pada 1400 tahun lalu.

T: Bagaimana seharusnya masayarakat memahami kesetaraan?

A: pertama harus sosialisasi pada public, dan saya kira semua

sudah berikhtiar. Misalnya di UIN ada pusat studi gender, mungkin

tidak bisa meraba, belum ke semua, tapi sebelumnya PSW

membuat kurikulum berperspektif gender, itu sudah dilakukan.

Lalu membuat kelas2 gender untuk mahasiswa supaya memahami

apa itu gender, lalu menulis, dengan menerbitkan jurnal teratur dan

mengirimkan ke semua fakultas, itu kalo di tingkat universitas.

Jadi di Indonesia ini terutama yang perguruan tinggi yang di

PTKAIN udah punya PSGA itu untuk menguatkan pengajaran

yang tidak bias, misogyni. Caranya apa, dengan mengenalkan

tulisan publikasi, mengadakan kelas gender, walaupun sulit,

misalnya kelas gendernya yaitu dekan, sebagai orang no 1 yang

mengambil kebijakan. Di tingkat sekolahan saya kira juga ada,

biasanya kerja-kerja dari PKBI, misalnya soal isu-isureproduksi.

 

Page 156: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

142

Di tingkat pesantren juga ada. Ada LSM namanya Rahima, itu

mereka melakukan, pertama advokasi pada guru-guru bidang studi

tentang kesadaran gender, pesantren tentu saja. Terus melakukan

pengkaderan PUP (Ulama Perempuan). Itu tujuannya untuk

mengenalkan isu-isu tentang gender. Media-media juga, dulu

Kaliana Mitra atau Solidaritas Perempuan itu training untuk para

jurnalis, supaya dalam pemberitaan itu mereka punya perspektif,

tidak melakukan viktimilisasi terhadap korban perempuan.

Sebenernya secara substansi islam sudah adil gender, tapi bahwa

ada beberapa yang mungkin keliahatannya diskriminatif, itu

tergantung pada orang yang membaca teksnya. Di tangan orang

yang sangat patriarki mungkin menjadi patrialis, sebaliknya kalau

dibunyikan oleh orang yang punya kesadaran gender tentu akan

beda. PR yang besar buat gerakan keadilan gender adalah

mengajak agent-agent muslim yang menyuarakan tentang dakwah

islam, yang punya pengaruh, misalnya dia suka ceramah dimana-

mana kan jemaahnya banyak, untuk punya perspektif terhadap

perempuan sehingga mereka lebih adil dalam mengenalkan islam.

Kesetaraan yang diperjuangkan, kesetaraan yang substansif ya,

tidak merugikan perempuan dan tentu saja tidak menjadikan laki-

laki sebagai musuh. Ini kalo ada acara gender yang datang

perempuan semua, dikiranya isu itu isu perempuan. Musuh kita

adalah ketidakadilan dan diskriminasi bukan jenis kelamin.

 

Page 157: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

143

Nama Narasumber : Tamya Dwi Aditama

Pekerjaan : Mahasiswa

Waktu Wawancara : 07 Agustus 2018

Tempat Wawancara : Kampus 2 UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

T: Mengetahui Women’s March darimana dan sejak kapan?

J : tau Women’s march dari temen, terus langsung kepoin

instagramnya, sosial medianya, terus karena lagi promo-promo

event-nya, jadi tertarik buat ikut. Tau dari kapan, taunya dari

sebelum pas acara, h- berapa gitu. Gerakan women’s march tau

dari sejak 2018, karena baru ikut pertama 2018, dan ternyata

gerakan ini udah dari 2017, saya baru tau waktu saya ikut gerakan

di 2018.

T : Bagaimana tanggapan mengenai event/gerakannya?

J: menurut saya gerakannya bagus, karena akhirnya ada wadah

buat perempuan-perempuan bersuara atas apa yang meraka

risaukan, atas apa yang meraka anggap itu enggak adil buat

mereka. Jadi menurut saya gerakan ini bagus.

T : Apakah mengetahui tuntutannya?

J : untuk tuntutannya sendiri ini karena saya liat di instagramnya,

tuntutannya tuh banyak banget, dan pas di aksinya bener-bener

banyak banget tuntutannya. Tuntutan yang saya tau itu ada soal

kesetaraan gender, terus ada tentang pelecehan seksual, terus, pas

 

Page 158: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

144

acara gerakannya ini, juga ada komunitas LGBT. Menurut saya ini

terlalu luas, dan menurut saya gerakan di 2018 ini fokusnya terlalu

terpecah-pecah, jadi pas acara pun mereka punya circle-circle

sendiri, jadi ya walaupun kebanyakan dari mereka itu setuju-setuju

aja sama tuntutan-tuntutan ini yang banyak, tapi menurut saya itu

kurang berhasil speak up. Misalnya, dari Women’s march ini akan

naik ke media tuh, nah dari media itu kurang fokus juga pasti

ngeberitainnya. Mereka pasti ngeberitain, bisa aja, cuma diliat dari

LGBT-nya aja, atau cuma dari kesetaraan gendernya. Jadi menurut

saya ini terlalu luas.

T : Bagaimana kesannya setelah mengikuti Women’s March?

J : sangat berkesan, karena akhirnya saya ikut gerakan seperti ini.

Saya juga sebenernya cukup resah sama pelecehan seksual yang

ada di Indonesia, bisa dibilang pelecehan seksualnya tuh tinggi. Ya

itu, karena saya pengguana kereta api, dan saya menyaksikan

laporan-laporan yang diterima pihak commuter line di medial

sosial banyak banget kan, menurut saya ini prihatin sih. Jadi kalo

misalnya ada gerakan ini, saya jadi bisa peduli, saya jadi bisa care,

saya jadi bisa speak up.

T: Apa dampak yang dirasakan setelah mengikuti Women’s

March?

J : kalo buat perubahan sosialnya sendiri secara umum, enggak

merasa, enggak merasa sama sekali sebenernya. Cuma kalo buat

diri saya sendiri, itu berasa. Saya jadi lebih terbuka, terus jadi lebih

bisa menghargai perbedaan, terus juga kalo misalnya, sampai

 

Page 159: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

145

sekarang sih saya belum melihat secara langsung adanya pelecehan

seksual itu, cuma kalaupun saya melihat, ataupun menjadi korban,

saya jadi bisa speak up, atau jadi bisa bertindak.

T : Bagaimana pendapatnya mengenai kesetaraan di Indonesia?

J : saya sebenernya kurang terlalu setuju sama pendapat orang-

orang yang bener-bener menyatarakan gender di semua sektor, jadi

laki-laki sama perempuan itu sama, sama banget, enggak, saya gak

setuju soal itu. Tapi untuk di beberapa part, saya setuju. Misalnya,

suara perempuan itu kurang didenger sama laki-laki, suara

perempuan harus nanya pendapat laki-laki, contohnya dalam

lingkungan kecil, keluarga.

T: Apa saran untuk Women’s March?

J: saya WMI 2019 nanti, menurut saya harusnya ada fokus

tersendiri. Kemaren sebenernya ada fokusnya, cuma kurang

sosialisasinya, sosialisasinya kurang nyampe ke para peserta yang

ikut bergerak ini. Jadi saran saya ini gak terlalu banyak tuntutan

yang diminta, terus, menurut saya juga peran media penting

banget. Yang ikut women’s march kan cuma beberapa dari warga

Indonesia ini, media kurang mem-blow up, karena tuntutannya

terlalu banyak, yang tahun ini. Jadi menurut saya 2019 nanti, musti,

yang pertama kerjasama sama media, media musti tau, biar aksi

mereka ini juga jadi nyampe ke masyarakat. Misalnya masyarakat

yang gak ikut, laki-laki juga, jadi mereka lebih aware sama

pendapat-pendapat wanita-wanita ini. Saya kan ikut women’s

march, dari beberapa keluarga dan teman saya mengutuk aksi ini,

 

Page 160: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

146

karena ya itu balik lagi ke media, media itu memberitakannya,

misalnya, kan banyak yang ngangkat soal bawa-bawa hijab, nah

banyak temen-temen saya yang protes soal itu. Jadi tuh media

cuma nge-up yang sensitif, nah yang tentang kejahatan seksual

kurang di-blow up padahal ini yang pentingnya, tapi ini kurang

nyampe ke masyarakat. Kemaren saya ikut aksi, saya paham

kondisi disana, saya paham mereka itu gak terlalu seperti yang

media beritakan, tapi yang kesan nyampe ke temen-temen dan

yang sekeliling saya tuh bener-bener yang, aksi protes aturan

agama islam, jatohnya bawa-bawa agama lagi sih. Padahal waktu

acara tuh enggak. Cuma kayak niatnya tuh buka itu, tapi yang

nyampe ke masyarakat tuh beda.

 

Page 161: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

147

Catatan observasi

No. Tanggal Nama dan

Tempat

Kegiatan

Aktivitas Catatan

1. 3 Maret

2018

Women’s

March Jakarta

Peneliti mengikuti

aksi Women’s

March Jakarta

Peneliti terjun langsung

mengikuti aksi

Women’s March

Jakarta. Peneliti

melihat berbagai poster

yang bertuliskan

tuntutan-tuntutan

peserta dan orasi-orasi

serta penampilan puisi

dan music. Peneliti juga

melihat bahwa

sepanjang aksi, orasi

yang banyak

diteriakkan adalah

mengenai RKHUP

yang dianggap ngawur

dan mengakarnya

budaya patriarki di

Indonesia.

2. 23 Mei

2018

Diskusi

Feminisme &

Reformasi

Narasumber

Nursyahbani

Katjasungkana,

Diskusi ini

diselenggarakan oleh

Jakarta Feminist

 

Page 162: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

148

bertempat di

Gedung Dewi

Sartika, Aula

Maftuhah

Yusuf,

Universitas

Negeri Jakarta

Ita F. Nadia, Tati

Krisnawaty dan

Ruth Indiah

Rahayu

menyampaikan

pendapatnya

mengenai

feminisme di era

milenial dan

pengalaman-

pengalamannya

sebagai aktivis

perempuan di era

reformasi serta

terbentuknya

Komnas

Perempuan

Disscusion Group

dalam rangka

peringatan Hari

Reformasi.

3. 23 Mei

2018

Wawancara

dengan

anggota

Jakarta

Feminist

Discussion

Group

bertempat di

Gedung Dewi

Wawancara

dengan Kate

Walton dan

Skolastika

Lupitawina,

anggota Jakarta

Feminist

Discussion Group

sekaligus panitia

JFDG ternyata

merupakan inisiator

aksi Women’s March di

Indonesia. Women’s

March Indonesia

awalnya

diselenggarakan

sebagai respon dari aksi

 

Page 163: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

149

Sartika, Aula

Maftuhah

Yusuf,

Universitas

Negeri Jakarta

Women’s March

Indonesia 2018

Women’s March yang

digelar di Amerika.

4. 3 Juni

2018

Diskusi

Keberagaman

& Feminisme

dalam Islam

bertempat di

Kopi SANA

Narasumber

Lailatul Fitriyah

menyampaikan

pandangannya

mengenai

feminisme, LGBT

dan keberagaman

dalam Islam

Dalam diskusi ini

Lailatul Fitriyah

mengatakan bahwa

hukum fiqih

menghukum “perilaku”

atau “tindakan” bukan

menghukum

“perasaan”. Dalam

diskusi ini juga

membahas mengenai

posisi LGBT dalam

islam dan bagaimana

hukum islam terbentuk

5. 18

Agustus

2018

Diskusi

Perspektif-

Perspektif

Islam tentang

Kekerasan

Seksual

bertempat di

Cemara 6

Narasumber Prof.

Dr. Hj. Siti

Musdah Mulia,

MA

menyampaikan

pendapatnya

mengenai

kekerasan

Menurut Musdah Mulia

“ Islam merupakan

agama yang membawa

serangkaian aturan

unutk menciptakan

kedamaian manusia” “

Tidak ada agama yang

mempunyai interpretasi

 

Page 164: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

150

Galeri-

Museum

seksual,

persepektif Islam

dan Islam dan

interpretasinya

yang tidak

tunggal

tunggal. Kitab itu

tergantung paradigma

yang membacanya. Al-

Quran itu bisu,

tergantung siapa yang

membacanya, dan

apakah kita

membacanya dengan

perspektif ototarian

atau dengan perspektif

inklusif yang

memandang Tuhan

sebagai Maha Rahman

dan pemberi rahmat?”

6. 29

Agustus

2018

Wawancara

dengan dosen

bidang studi

Al-Quran dan

Tafsir serta

mitra AMAN

Indonesia

bertempat di

Ruang Dosen

Fakultas

Ushuluddin

Universitas

Wawancara

dengan Ala’i

Nadjib, MA dosen

bidang studi Al-

Quran dan Tafsir

serta mitra

AMAN Indonesia

mengenai

kesetaraan gender

dalam Islam dan

peran AMAN

Indonesia sebagai

Menurut Ala’i Nadjib

“Diselenggarakannya

Women’s March

Indonesia sangat

penting dan bagus, dan

sebagai unity mengenai

perempuan. Aksi ini

sangat bagus untuk

perempuan dari semua

sektor, daripada

melakukan aksi di

sektor masing-masing”

 

Page 165: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

151

Syarif

Hidayatullah

Jakarta

salah satu sponsor

dalam aksi

Women’s March

Jakarta 2018

“Islam merupakan

agama yang sangat

setara dalam urusan

gender. jika ada ayat

yang digunakan untuk

melegitimasi patriarki,

lihat dulu siapa yang

membunyikan

ayatnya?”

7. 2

Septembe

r 2018

Observasi

video Women’s

March yang

diunggah di

channel

Youtube

Peneliti

mengobservasi

laporan kegiatan

Women’s March

Indonesia melalui

video-video yang

diunggah di akun

resmi Youtube-

nya, March News

Pada 1 Maret 2018,

panitia Women’s March

dan beberapa

repsentatif organisasi

mengadakan konferensi

pers untuk menjelaskan

“why we march?”.

Pada 2 Maret 2018,

melakukan gladi resik

dan survey tempat.

Ada stigma

eksklusivitas dalam

gerakan Women’s

March.

Mariana Amirudin

(commissioner,

Komnas Perempuan):

 

Page 166: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

152

impelementasi

perlindungan terhadap

perempuan sudah

sangat

memprihatinkan.

Siswati (jala PRT) :

PRT tidak diakui oleh

pemerintah dan DPR

RI sebagai pekerja

Asnifriyanti Damanik

(LBH) APIK: Tahun

2017 sekitar 30-an

yang sampai ke

pengadilan.

Kendalanya kalau

bentuknya kekerasan

(KDRT) beberapa

korban melapor hanya

sebagai bentu shock

teraphy bagi pelaku

dan beberapa

kendalanya di dalam

proses pembuktian.

 

Page 167: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

153

Dokumentasi

Peneliti mengikuti aksi Women’s March

Jakarta 2018

Peneliti bersama Kate Walton dan Skolastika

Lupituwina, anggota JFDG dan panitia

Women’s March Jakarta 2018

 

Page 168: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

154

Peneliti bersama Bu Ala’i Nadjib, M.A, dosen

bidang studi Al-Quran dan Tafsir serta mitra

AMAN Indonesia

Diskusi Feminisme & Reformasi dengan narasumber

Nursyahbani Katjasungkana, Ita F. Nadia, Tati

Krisnawaty dan Ruth Indiah Rahayu

 

Page 169: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

155

Diskusi Perspektif-Perspektif Islam tentang Kekerasan

Seksual dengan narasumber Prof. Dr. Hj. Siti Musdah

Mulia, MA

 

Page 170: ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42746/1/WAFA... · dan Tamya Dwi Aditama yang telah banyak membantu peneliti

156