analisis usaha nggadoh sapi dalam perspektif

151
ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF MUDHARABAH DI DESA SAPTA MULIA KECAMATAN RIMBO BUJANG KABUPATEN TEBO SKRIPSI ERNI DUWI ASTUTI EES 150643 PEMBIMBING: Dr. RAFIDAH, S.E., M.EI G.W.I. AWAL HABIBAH, M.E.Sy PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019 M/1441 H

Upload: others

Post on 22-Nov-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

MUDHARABAH DI DESA SAPTA MULIA KECAMATAN

RIMBO BUJANG KABUPATEN TEBO

SKRIPSI

ERNI DUWI ASTUTI

EES 150643

PEMBIMBING:

Dr. RAFIDAH, S.E., M.EI

G.W.I. AWAL HABIBAH, M.E.Sy

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2019 M/1441 H

Page 2: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

ii

Page 3: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

iii

Page 4: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

iv

Page 5: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

v

MOTTO

Artinya:

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum kecuali kaum itu

sendiri yang mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri. (Q.S. Ar-

Ra’d [13]: 11)1

1Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: Mikraj Khazanah Ilmu, 2011).

Page 6: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

vi

ABSTRAK

Erni Duwi Astuti; EES15064; Analisis Usaha Nggadoh Sapi dalam Perspektif

Mudharabah di Desa Sapta Mulia Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui praktik nggadoh yang dilakukan

oleh masyarakat desa Sapta Mulia, (2) mengetahui bagi hasil antara pemilik dan

peternak, (3) mengetahui faktor pendorong, faktor penghambat dan potensi dari

usaha nggadoh sapi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode yang

digunakan untuk mengumpulkan data-data dalam penelitian ini yaitu melalui

wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini adalah: (1)

pelaksanaan praktik usaha nggadoh sapi di Desa Sapta Muliahanya akad lisan dan

terjadi tanpa sepengetahuan pemerintahan desa (2) bagi hasil yang dilakukan oleh

masyarakat yaitu bagi anak, bagi keuntungan jual dan bagi hasil anak/kongsi (3)

yang menjadi faktor pendorong dapat dilihat dari sisi pemilik dan penggadoh.

Yang menjadi faktor penghambat pun demikian juga yaitu dapat dilihat dari sisi

pemilik dan penggadoh. Potensinya yaitu menyokong perekonomian dan dapat

memberikan tambahan pendapatan. Jika dilihat dari praktiknya, maka dalam

usaha nggadoh sapi yang dilakukan oleh masyarakat desa Sapta Mulia sudah

dapat dikatakan sesuai dengan konsep mudharabah. Meskipun dalam

pelaksanaannya masih terdapat kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki

lagi. Agar terbangun muamalah yang shahih dan terhindar dari sifat merugikan

pihak lain.

Kata kunci: analisis, usaha nggadoh sapi, perspektif, mudharabah

Page 7: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

vii

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas

terselesaikannya skripsi ini maka akhirnya saya dapat mempersembahkan skripsi

ini untuk Ibu saya Umi Solekah dan Ayah saya Sarno yang selalu mendorong

untuk menyelesaikan sesegera mungkin, dan atas do’a, ridho, motivasi dan

dukungan serta kepercayaan penuh, maka karya ini dapat terselesaikan.

Untuk kakak saya Ika Agustin Rahayu beserta suami yang juga telah

membantu dalam proses penelitian ini, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

dengan baik tak lupa pula untuk keponakan saya tercinta Rizki Yogi Pratama

yang selalu menghibur dengan tingkah lucunya dikala saya merasa sangat lelah.

Sahabat DEARS ku, Dea Fradika, Rika Rizkia, Hasnah, dan Siti Jusnawati

yang telah menjadi sahabat yang baik, yang selalu memberi semangat dan

dukungan, tidak hanya dalam proses penyelesaian skripsi ini namun juga selama

empat tahun terakhir dalam seluruh proses panjang ini.

Serta Teman-teman Ekonomi Syariah Angkatan 2015 khususnya Lokal E,

teman-teman KKN posko 4 serta teman-teman KSEI Al-Fath terima kasih atas

semangatnya dan seluruh proses yang dapat saya lewati.

Dan akhirnya, tak lupa almamater tercinta tempat semua ini bermula dan

berakhir Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Terima kasih telah mendukung saya dalam proses penyelesaian skripsi ini dan

saya sangat bersyukur kepada seluruh orang yang saya temui dan

apapun yang telah terjadi dalam hidup saya,

terima kasih Ya Allah.

Page 8: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

berjudul “Analisis Usaha Nggadoh Sapi dalam Perspektif Mudharabah di

Desa Sapta Mulia Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo”. Penulis

menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari

kata sempurna karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki penulis, oleh

karena itu penulis berharap para pembaca dapat memaklumi kekurangan yang ada

dalam skripsi ini.

Skripsi ini ditulis sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan

studi pada program strata satu (S1) jurusan Ekonomi Syariah Fakultas

Ekonomidan Bisnis Islam (FEBI) di Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E). Atas bantuan

semua pihak dalam proses penyelesaian skripsi ini tak lupa saya ucapkan terima

kasih sedalam-dalamnya, secara rinci ucapan terima kasih ini saya sampaikan

kepada:

1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

2. Bapak Prof. Dr. H. Suaidi Asy‟ari, MA. Ph.D, Bapak Dr. H. Hidayat, M.Pd,

dan Ibu Dr. Hj. Fadhilah, M.Pd selaku Wakil Rektor I, II, dan III Universitas

Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

3. Bapak Prof. Dr. Subhan, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

4. Ibu Dr. Rafidah, S.E., M.E.I, Bapak Dr. Novi Mubyarto, M.E, dan Ibu Dr.

Halimah Djafar, M. Fil.I, selaku Wakil Dekan I, II, dan III di lingkungan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi.

5. Bapak Dr. Sucipto, MA dan Ibu G.W.I. Awal Habibah, M.E.Sy, selaku Ketua

dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

6. Bapak Drs. A. Tarmizi, M.HI selaku dosen Pembimbing Akademik (PA) yang

turut memberikan bimbingan dan saran mulai dari awal kuliah sampai

penyusunan skripsi ini.

Page 9: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

ix

7. Ibu Dr. Rafidah, S.E., M.E.I dan Ibu G.W.I. Awal Habibah, M.E.Sy selaku

Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan,

petunjuk dan saran yang sangat bermanfaat dan membangun selama proses

penyusunan skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu dosen serta karyawan/karyawati Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

9. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung

maupun tidak langsung.

Disamping itu, disadari juga bahwa skripsi ini tidak luput dari kekhilafan

dan kekeliruan. Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak untuk dapat

memberi kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini. Kepada Allah SWT kita

memohon ampunan-Nya dan kepada manusia kita memohon kemaafannya.

Semoga amal kebajikan kita dinilai oleh Allah SWT.

Jambi, September 2019

Penulis,

Erni Duwi Astuti

EES.150643

Page 10: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR ............................................ ii

NOTA DINAS ........................................................................................................... iii

PENGESAHAN TUGAS AKHIR ........................................................................... iv

MOTTO .................................................................................................................... v

ABSTRAK ................................................................................................................ vi

PERSEMBAHAN ..................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. x

DAFTAR TABEL .................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7

C. Batasan Masalah .......................................................................................... 8

D. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 8

E. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 8

F. Landasan Teori............................................................................................. 9

G. Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 21

H. Kerangaka Pemikiran ................................................................................... 24

BAB II METODE PENELITAN

A. Pendekatan Penelitian .................................................................................. 25

B. Unit Analisis ................................................................................................ 25

C. Jenis dan Sumber Data ................................................................................. 27

D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 28

E. Teknik Analisis Data.................................................................................... 30

F. Operasionalisasi Konsep .............................................................................. 32

Page 11: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

xi

BAB III GAMBARAN UMUM DESA SAPTA MULIA KECAMATAN

RIMBO BUJANG KABUPATEN TEBO

A. Sejarah.......................................................................................................... 34

B. Visi dan Misi ................................................................................................ 35

C. Letak Geografis ............................................................................................ 39

D. Demografis ................................................................................................... 40

E. Struktur Pemerintahan ................................................................................. 42

F. Pembangunan Desa ...................................................................................... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ............................................................................................ 48

1. Pelaksanaan Praktik Nggadoh Sapi di Desa Sapta Mulia ....................... 48

2. Cara Bagi Hasil Antara Pemilik dan Peternak pada Nggadoh Sapi di

Desa Sapta Mulia .................................................................................... 64

3. Faktor Pendorong, Faktor Penghambat dan Potensi pada Nggadoh

Sapi di Desa Sapta Mulia ........................................................................ 68

B. Pembahasan.................................................................................................. 73

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................. 93

B. Saran ............................................................................................................ 94

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE

Page 12: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data Nama Pemilik dan Penggadoh ......................................................... 4

Tabel 2 Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 21

Tabel 3 Operasionalisasi Konsep ............................................................................ 33

Tabel 4 Pembagian Dusun, RT dan RW ................................................................ 40

Tabel 5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ............................... 40

Tabel 6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ............................ 41

Tabel 7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pemeluk Agama .................................. 42

Tabel 8 Kesimpulan Hasil Penelitian ..................................................................... 88

Page 13: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Pemikiran ............................................................................. 24

Gambar 2 Komponen dalam Analisis Data (Interaktive Model) .......................... 30

Gambar 3 Struktur Organisasi ............................................................................... 43

Page 14: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada zaman sekarang, keperluan akan sistem mudharabah semakin terasa

urgensinya untuk menjaga kesenjangan kaya miskin atau untuk menghindari

kecemburuan sosial.2Mudharabah merupakan bagian dari bentuk kerja sama

antara pihak pemilik dana dengan pihak lain sebagai pengelola dana. Dimana satu

pihak akan menempatkan modal sebesar 100% yang disebut dengan shahibul mal,

dan pihak lainnya sebagai pengelola usaha, disebut dengan mudharib. Bagi hasil

dari usaha yang dikerjasamakan dihitung sesuai dengan nisbah yang disepakati

antara pihak-pihak yang bekerja sama.3 Keuntungan yang diterima akan dibagi

sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dan kerugian yang terjadi akan

ditanggung oleh pihak pemilik dana selama kerugian bukan diakibatkan oleh

pihak pengelola. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Syaibah,

sebagaimana ungkapan sahabat Nabi SAW yaitu Ali bin Abi Thalib berkata:

Kerugian itu berdasarkan harta (modal), sedangkan keuntungan berdasarkan

kesepakatan para mitra.4

Sebagai makhluk sosial, kebutuhan akan kerja sama antara satu pihak

dengan pihak lain guna meningkatkan taraf perekonomian dan kebutuhan hidup,

2Helmi Karim, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), hlm.13.

3Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2017), hlm. 83.

4Muhammad Sjaiful, Urgensi Prinsip Proporsionalitas pada Perjanjian Mudharabah di

Perbankan Syariah Indonesia, HARLEV (Hasanuddin Law Review), Vol.1, Issue.2, 2015,

hlm.235, http://pasca.unhas.ac.id/ojs/index.php/halrev/article/view/81, akses pada 22 November

2018.

Page 15: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

2

atau keperluan-keperluan lain, tidak bisa diabaikan.5 Adanya akad mudharabah

merupakan salah satu bentuk akad kerjasama yang menguntungkan antara satu

pihak dengan pihak lain. Pada akad ini pihak yang kekurangan modal akan

terbantu oleh pemilik modal, begitu juga sebaliknya pemilik modal akan

diuntungkan, karena modal yang diberikan akan berkembang dan keuntungannya

dibagi dua. Disinilah orang yang tidak mempunyai modal akan terbantu dalam

berusaha, ia dapat bekerja dalam satu lapangan ekonomi serta dapat terhindar dari

pengangguran.6

Sistem mudharabah masih bersifat umum namun akad ini dapat pula

diaplikasikan pada peternakan atau sering disebut bagi hasil peternakan. Yang

dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 1967 pasal 17 tentang

Ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan. Menjelaskan

bahwa bagi hasil ternak dan persewaan ternak tersebut dalam pasal ini ditentukan

atas dasar persetujuan dan perjanjian pihak-pihak yang bersangkutan, dengan

mengindahkan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam pasal ini. Peternakan

atas dasar bagi hasil ialah penyerahan ternak sebagai amanah yang dititipkan oleh

pemilik kepada orang lain untuk dipelihara baik-baik, diternakkan dengan

perjanjian bahwa dalam waktu tertentu titipan tersebut dibayar kembali berupa

ternak keturunannya atau dalam bentuk lain yang disetujui oleh kedua pihak.7

5Helmi Karim, Fiqh Muamalah, hlm. 12.

6Riska Sumarti, Praktik Bagi Hasil Ngadas Sapi Antara Pemilik dan Pemelihara di Desa

Langko Kecamatan Lingsar Perspektif Ekonomi Islam, Skripsi UIN Mataram, 2017,

http://etheses.uinmataram.ac.id/40/1/Riska%20Sumarti%20152115147.pdf, akses pada 16 Juli

2018. 7Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 pasal 17 ayat 1,

www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_1967_6.pdf, akses pada 24 November 2018.

Page 16: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

3

Seperti penelitian yang dilakukan oleh Zainabriani, S.N Sirajuddin dan I.M

Saleh dengan judul Identifikasi Faktor Peternak dan Pemilik Modal Melakukan

Sistem Bagi Hasil Teseng Sapi Potong di Desa Batu Pute, Kecamatan Soppeng

Riaja, Kabupaten Barru, dijelaskan teseng atau sistem bagi hasil merupakan salah

satu kelembagaan lokal yang ada di beberapa daerah, khususnya Sulawesi Selatan,

sistem teseng ini terjadi apabila ada kesepakatan antara pemilik modal

(Ma’teseng) dan peternak (Pa’teseng) namun sangat berbeda dengan sistem kerja

sama pemerintah dan sistem kemitraan lainnya, dimana sistem bagi hasil teseng

tidak terjadi perjanjian tertulis atau kata lain tidak adanya hitam di atas putih.

Faktor utama peternak (Pa’teseng) melakukan sistem bagi hasil dikarenakan tidak

adanya modal, ingin memiliki ternak sendiri tuntutan ekonomi, permintaan

keluarga, tambahan pendapatan, dan faktor utama Pemilik modal (Ma’teseng)

melakukan sistem bagi hasil adalah: tidak adanya waktu dalam pemeliharaan,

ingin menolong, ingin mendapatkan keuntungan, tidak adanya lahan, jumlah

ternak sudah terlalu banyak.8

Selain dari penelitian diatas, ada salah satu bentuk usaha produktif yang

juga menggunakan sistem bagi hasil yang dilakukan oleh masyarakat desa Sapta

Mulia berupa usaha ternak sapi. Usaha ternak sapi yang dilakukan oleh

masyarakat desa Sapta Mulia ini dikenal dengan nama nggadoh sapi. Nggadoh

sendiri berasal dari bahasa Jawa yang artinya suatu bentuk hubungan antara

8Zainabriani, S.N Sirajuddin dan I.M Saleh, Identifiksi Faktor Peternak dan Pemilik

Modal Melakukan Sistem Bagi Hasil Teseng sapi Potong di Desa Batu Pute Kecamatan Soppeng

Riaja Kabupaten Barru, JIIP, Vol.2, Nomor.1, 2015,

https://core.ac.uk/download/pdf/83869883.pdf, akses pada 13 September 2018.

Page 17: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

4

pemilik dan seseorang yang memelihara sapi seperti pada hubungan bagi hasil.9

Dimana pemilik sapi akan menawarkan kepada peternak yang selanjutnya disebut

penggadoh untuk mengurus sapi miliknya atau penggadoh yang meminta untuk

mengurus sapi pada pemilik sapi dengan imbalan bagi hasil. Usaha ini merupakan

usaha sampingan yang biasanya dilakukan oleh masyarakat yang sehari-hari

bekerja sebagai petani atau buruh tani, yang memiliki jam kerja sangat minim dan

tidak memiliki modal untuk melakukan usaha lain. Di bawah ini adalah pemilik

dan penggadoh sapi yang menggunakan sistem bagi hasil:

Tabel 1

Tabel Data Nama Pemilik dan Penggadoh10

No Nama Pemilik NamaPenggadoh Tahun Mulai

Nggadoh

1 Bapak Salim Bapak Surya, Bapak Arip

dan Bapak Bambang

2017

2 Bapak Daud Bapak Paeran dan Bapak

Pasirin

2015

3 Bapak Teguh Bapak Slamet 2009

4 BapakBagyo, Bapak

Nanang dan Bapak

Sriyono

BapakMaryono 2018

5 Bapak Slamet Bapak Nurhadi -

6 Bapak Kodar Bapak Ramijan -

7 Ibu Masri, Mbak Eli

dan Bapak Teguh

Bapak Makmuri 2017

8 Bapak Jono Bapak Jabit 2019

9 Bapak Jimo dan Bapak

Yatno

Bapak Ukir -

10 Ibu Suparmi Bapak Arip, Bapak Sugi,

Bapak Triono dan Bapak

To

2015

9Netik Sawitri dan Rini Iswari, Hubungan Kerja Pemilik Sapi dan Penggadoh di Dusun

Pilangsari Potronayan Kabupaten Boyolali, Solidarity, 4(2), 2015, hlm 92,

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/solidarity/article/view/7284, akses pada 24 Desember

2018. 10

Hasil wawancara dengan Surya, tentang Orang-Orang Yang Nggadoh di desa Sapta

Mulia, pada 1 April 2019.

Page 18: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

5

Pola bagi hasil yang dilakukan oleh masyarakat terdapat dua macam

bentuk yaitu: pertama, sistem bagi anak yaitu dimana pemilik memberikan

sepasang sapi dan pemilik akan mendapatkan bagi hasil setelah sapi beranak

dengan sistem anak pertama akan menjadi bagian penggadoh dan anak kedua

akan menjadi bagian pemilik atau sebaliknya. Kedua, sistem bagi keuntungan jual

yaitu dimana pemilik memberikan seekor sapi untuk dirawat kemudian dijual.

Pada awal pemberian sapi kepada penggadoh, sapi akan diberi harga sesuai

dengan harga sapi saat itu. Dengan sistem ini, pemilik akan mendapatkan

keuntungan setelah sapi yang dirawat dijual dan diambil harga awal sebelum sapi

tersebut di rawat oleh penggadoh. Sebagaimana hasil wawancara yang dilakukan

peneliti kepada bapak Kades desa Sapta Mulia:

“Kalau di sini macam-macam cara bagi hasil nggadoh sapinya. Ada yang nanti

anak yang pertama untuk yang ngurus, anak yang kedua untuk yang punya dan

begitulah seterusnya. Ada juga yang cuma nyuruh nguruskan sapi kita sudah tu

dijual baru bagi hasil, kayak yang saya lakukan, itu sapinya di hargain kayak

harga sapi pas saat itu. Jadi nanti pas sapinya sudah dijual sebelum untungnya

dibagi, harga sapi pas di awal penyerahan tadi diambil dulu, baru sisanya di bagi

dua. Misalnya harga pasaran sapi waktu itu Rp 7.000.000,- jadi anggap aja kita

ngasih modal Rp 7.000.000,- ke orang tu. Anggap aja lah sapinya di urus 1 tahun.

Nah nanti kalau udah lewat waktunya, dijuallah sapinya tadi. Anggap aja 1 tahun

kemudian ni sapinya udah laku Rp 13.000.000,-. Jadi pas sudah diterima uangnya,

disisihkanlah dulu yang Rp 7.000.000,- tadi, baru sisanya yang Rp 6.000.000,- di

bagi dua.”11

Namun bagi hasil dengan sistem membagi keuntungan jual, kurang

menguntungkan bagi penggadoh menurut bapak Surya. Sebagaimana pernyataan

dari bapak Surya yaitu:

“Sebenarnya kalau dihitung-hitung bagi hasil jual sapi tu gak terlalu

menguntungkan. Soalnya untuk ngasih makan aja kita harus mengeluarkan uang

11

Hasil wawancara dengan Bagyo Santoso, selaku Kades desa Sapta Mulia, tentang

Keberadaan Bagi Hasil Ternak Sapi di desa Sapta Mulia, tanggal 27 Oktober 2018.

Page 19: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

6

untuk minyak motor. Anggap lah 1 (satu) hari Rp 10.000,- nah kalau dikalikan 25

hari aja sudah Rp 250.000,-. Nah itu kalau dikalikan sampai sapinya di jual sudah

habis berapa uangnya.”12

Selain itu, pola bagi hasil pada nggadoh sapi ini hanya mengikuti

kebiasaan yang dilakukan oleh kebanyakan masyarakat tanpa adanya kontrak

secara tertulis tentang usaha yang mereka lakukan, melainkan hanya atas dasar

rasa saling percaya. Hal ini sangat bertentangan dengan prinsip dalam

bermuamalah yang mengharuskan kejelasan dalam melakukan akad kerjasama.

Perlunya kejelasan akad bertujuan agar dalam melakukan kerjasama tidak

menimbulkan kerugian bagi kedua pihak di masa mendatang. Sebagaimana firman

Allah SWT dalam Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 282:

فكتبىي, ونيكتب بيىكم كا يأيها انريه ءامىىا ئذا تدايىتم ب سم ديه ئن أجم م

تب بهعدل...

Artinya:

Apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan,

hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis diantara kamu

menuliskannya dengan benar....13

Tidak adanya kontrak tertulis dalam perjanjian bagi hasil tersebut,

membuat beberapa hal terjadi diantaranya ada seorang pemilik sapi yang bahkan

tidak mengetahui nama lengkap dari orang yang mengurus sapinya, sebagaimana

yang terlihat dalam Tabel 1 tentang Data Nama Pemilik dan Penggadoh. Dimana

hanya tertulis nama Bapak To, karena Ibu Suparmi hanya mengingat nama

panggilannya saja dan bahkan ketika ia bertanya kepada seorang tetangganya

12

Hasil wawancara dengan Surya,selaku Penggadoh Sapi, tentang Permasalahan Yang

Dirasakan pada Nggadoh Sapi di desa Sapta Mulia, tanggal 1 Februari 2019. 13

Q.S Al-Baqarah (2): 282.

Page 20: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

7

yang kebetulan ada di rumahnya saat itu, tetangganya pun tidak mengetahuinya

juga. Berikut yang dikatakan Ibu Suparmi:

“Yang ngurus sapi saya itu ada Arip, Sugi, Triono, sama To. Tapi ntah To itu apa

nama panjangnya. Orang-orang manggilnya To gitu aja kok mbak.”14

Selain itu menurut Bapak Yanto pernah terjadi juga dimana ketika pemilik

sapi meninggal namun pengurus sapi tidak mengembalikan sapi-sapi yang

diurusnya. Dan ketika ahli waris dari pemilik sapi tersebut bertanya, si peternak

mengatakan bahwa sapi tersebut telah ia beli. Karena tidak ada bukti yang dimilik

oleh ahli waris tentang kepemilikan sapi tersebut, maka sang ahli waris pun tidak

dapat berbuat apa-apa.15

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti bermaksud untuk

melakukan penelitian dengan judul: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI

DALAM PERSPEKTIF MUDHARABAH DI DESA SAPTA MULIA

KECAMATAN RIMBO BUJANG KABUPATEN TEBO.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan praktikusaha nggadoh sapi yang dilakukan oleh

masyarakat dan bagaimana jika dilihat dari perspektif mudharabah?

2. Bagaimana bagi hasil nggadoh sapi antara pemilik dan peternak dan

bagaimana jika dilihat dari perspektif mudharabah?

3. Apa-apa saja faktor pendorong, faktor penghambat dan potensi dari usaha

nggadoh sapi yang dilakukan oleh masyarakat?

14

Hasil wawancara dengan Suparmi, selaku Pemilik Sapi, tentang Nama-Nama

Penggadoh Sapi, tanggal 1 April 2019. 15

Hasil wawancara dengan Yanto, tentang Permasalahan yang Terjadi pada Nggadoh Sapi

di desa Sapta Mulia, pada Juli 2018.

Page 21: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

8

C. Batasan Masalah

Agar peneliti lebih terarah, maka perlu adanya pembatasan masalah yang akan

diteliti. Berdasarkan judul yang peneliti angkat, maka bahasan yang menjadi

tumpuan utama dari karya ilmiah ini agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam

pembahasan, baik terhadap peneliti maupun pembaca, maka penelitian ini hanya

memfokuskan kepada pelaksanaan praktik nggadoh, cara bagi hasil dalam

nggadoh dan juga faktor pendorong, faktor penghambat serta potensi dari

usaha nggadoh yang dilakukan oleh masyarakat Desa Sapta Mulia Kecamatan

Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Provinsi Jambi.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pelaksanaan praktikusaha nggadoh sapi yang dilakukan

oleh masyarakat.

2. Untuk mengetahui cara bagi hasil nggadoh sapi antara pemilik dan peternak.

3. Untuk mengetahui faktor pendorong, faktor penghambat dan juga potensi

dari usaha nggadoh sapi yang dilakukan oleh masyarakat.

E. Manfaat Penelitian

1. Dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai praktik bagi

hasil yang sesuai dengan syariat Islam, khususnya dalam bidang peternakan.

2. Menambah pengalaman penulis dalam menerapkan teori-teori yang

berhubungan dengan mudharabah.

3. Dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi dan bahan referensi

bagi pihak-pihak yang memerlukan.

Page 22: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

9

F. Landasan Teori

1. Pengertian Mudharabah

Istilah mudharabah dikemukakan oleh Ulama Iraq sedangkan Ulama

Hijaz menyebutnya dengan istilah qirad.16

Namun, pengertian qirad dan

mudharabah adalah satu makna. Mudharabah berasal dari kata al-dharb, yang

berarti secara harfiah bepergian atau berjalan. Selain itu al-dharb, disebut juga

qiradh yang berasal dari al-qardhu, berarti al-qath’u (potongan) karena

pemilik memotong sebagian hartanya utuk diperdagangkan dan memperoleh

sebagian keuntungannya.17

Menurut bahasa, kata Abdurrahman al-Jaziri, mudharabah berarti

ungkapan terhadap pemberian harta dari seorang kepada orang lain sebagai

modal usaha di mana keuntungan yang diperoleh akan dibagi di antara mereka

berdua, dan bila rugi akan ditanggung oleh pemilik modal. Menurut istilah

syarak, mudharabah berarti akad antara dua pihak untuk bekerja sama dalam

usaha perdagangan di mana salah satu pihak memberikan dana kepada pihak

lain sebagai modal usaha dan keuntungan dari usaha itu akan dibagi di antara

mereka berdua sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.18

Sebagai suatu bentuk kontrak, mudharabah merupakan akad bagi hasil

ketika pemilik dana/ modal (pemodal), biasa disebut shahibul mal/rabbul mal,

menyediakan modal (100 persen) kepada pengusaha sebagai pengelola, biasa

disebut mudharib, untuk melakukan aktivitas produktif dengan syarat bahwa

16

Yazid Afandi, Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Logung Pustaka, 2009), hlm. 101. 17

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah,(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2005), hlm. 135. 18

Helmi Karim, Fiqh Muamalah, hlm. 11.

Page 23: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

10

keuntungan yang dihasilkan akan dibagi di anatara mereka menurut

kesepakatan yang ditentukan sebelumnya dalam akad.19

Nisbah bagi hasil antara pemodal dan pengelola harus disepakati di

awal perjanjian. Besarnya nisbah bagi hasil masing-masing pihak tidak diatur

dalam syariah, tetapi tergantung kesepakatan mereka. Nisbah bagi hasil bisa

dibagi rata 50:50, tetapi bisa juga 30:70,60:40, atau proporsi lain yang

diepakati.20

Nilai keadilan dalam akad mudharabah terletak pada keuntungan dan

pembagian risiko dari masing-masing yang sedang melakukan kerja sama

sesuai dengan porsi keterlibatannya. Kedua belah pihak akan menikmati

keuntungan secara proporsional, jika kerja sama tersebut mendapatkan

keuntungan. Sebaliknya, masing-masing pihak menerima kerugian secara

proporsional, jika usaha yang digalang bersama tidak mendapatkan hasil. Dari

aspek pemodal risikonya adalah kehilangan uang yang diinvestasikan. Dan dari

aspek mudharib, ia menerima risiko berupa kehilangan tenaga dan fikiran

dalam melakukan pengelolaan modal.21

2. Dasar Hukum Mudharabah

Jika melihat definisi mudharabah (qirad) sebagaimana di atas, tidak

ada dasar hukum dalam Al-Qur‟an yang secara spesifik menyangkut teknis

pelaksanaan akad mudharabah. Sedangkan teknis pelaksanaan akad

mudharabah banyak didapatkan dari praktek Rasulullah SAW bersama-sama

masyarakat Arab ketika itu. Maka, sebenarnya akad mudharabah secara teknis

19

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hlm. 60. 20

Ibid, hlm. 62. 21

Yazid Afandi, Fiqh Muamalah, hlm. 102.

Page 24: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

11

merupakan hasil dari kearifan lokal masyarakat Arab ketika itu, bukan pesan-

pesan suci Al-Qur‟an. Bahkan al-Shan‟ani mengatakan bahwa praktik akad

mudharabah sudah berjalan mulai zaman jahiliyah pra Islam. Islam datang

mengakomodasi dan mengabsahkan praktik tersebut. Dan para Ulama fiqh

sepakat akan keabsahan akad mudharabah ini.22

Ayat Al-Qur‟an yang biasa dipakai sebagai landasan mudharabah

diantaranya yaitu dalam Q.S al-Baqarah ayat 283:

... انري اؤتمه أماوت, ونيتق الله زب ... فان أمه بعضكم بعضا فهيإ د

Artinya:

...Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang

dipercaya itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah

Tuhannya....23

Ayat ini pun secara teknis tidak berbicara tentang akad mudharabah.

Akan tetapi membicarakan keharusan menunaikan amanat yang telah diberikan

oleh orang lain kepada kita. Melihat keumuman ayat Al-Qur‟an yang dijadikan

landasan bagi akad mudharabah di atas, maka landasan teknis tentang

kehalalan akad mudharabah dapat dilihat dari sunnah Nabi Muhammad SAW.

Dimana waktu itu, akad mudharabah dengan teknis perakadan sebagaimana

yang berjalan saat ini sudah diparaktikkan oleh Nabi SAW bersama-sama

sahabat. Ada riwayat yang menunjukkan bahwa Nabi SAW mengakui praktik

mudharabah. Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Shuhaib

r.a., bahwasannya Rasulullah SAW telah bersabda:

22

Ibid, hlm. 102. 23

Q. S al-Baqarah (2) : 283.

Page 25: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

12

ل ث فيهه انبس كة انبيع ئن اجم وانمقا زضة وخهط انبس با نشعيس ث

نهبيت ول نهبيع.

Artinya:

Tiga bentuk usaha yang diberkahi oleh Allah SWT, yaitu menjual dengan

kredit, muqaradhah (mudharabah) dan mencampurkan gandum basah dan

gandum kering karena untuk kepentingan konsumtif bukan untuk diperjual

belikan. (HR Ibnu Majah dan Shuhaib)

Disamping itu, Imam Malik dalam kitabnya, Al-Mutawaththa‟ juga

menyebutkan:24

عه أن انسبح بيىهماأن عثما ن به عفان أعطا ي مال قساض ا يعمم في

Artinya:

Diriwayatkan dari al-Alla bin Abdurrahman, dari ayahnya, dari kakeknya

bahwa Usman Ibn Affan telah menyerahkan hartanya untuk dikelola (oleh

orang lain) dengan model qirad dan keuntungan dibagi antara keduanya.

Dua hadits di atas mempertegas bahwa, landasan hukum keabsahan

teknis transaksi mudharabah (qirad) ditemukan pada pemerintahan yang

terjadi pada masa Rasulullah bersama sahabat-sahabat.

3. Rukun Mudharabah

Rukun mudharabah adalah hal-hal yang harus dipenuhi untuk dapat

terlaksananya akad mudharabah. Ia adalah pilar bagi terwujudnya akad. Jika

salah satu tidak terpenuhi, maka akad mudharabah tidak bisa terjadi. Menurut

Jumhur Ulama rukun akad mudharabah:25

a. A’qidain (dua orang yang berakad), yaitu mudharib (pengelola modal) dan

shahib al-mal (orang yang mempunyai modal).

24

Abdullah al-Mushlih dan Shalah ash-Shawi, Fikih Ekonomi Keuangan Islam, (Jakarta:

Darul Haq, 2004), hlm. 172. 25

Yazid Afandi, Fiqh Muamalah, hlm. 105-106.

Page 26: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

13

b. Al-mal (modal), sejumlah dana yang dikelola.

c. Al-ribh (keuntungan), laba yang didapatkan untuk dibagi bersama sesuai

kesepakatan.

d. Al-a’mal (usaha) dari mudharib.

e. Sighat (ucapan serah terima).

4. Syarat Mudharabah

Syarat adalah hal-hal yang harus dipenuhi setelah rukun-rukun di atas

dapat terpenuhi. Keberadaan syarat mudaharabah terkait dengan keberadaan

rukun-rukunnya. Sehingga syarat-syarat yang ditetapkan dalam akad ini

diperinci sesuai dengan rukun-rukun yang telah ditetapkan;

a. Syarat yang terkait dengan orang yang melakukan akad (Aqidain)26

1) Shahib al-mal hendaklah ia orang yang sah memperlakukan harta yang

diserahkan, yaitu: baligh, berakal dan tidak dilarang mempergunakan

hartanya.

2) Shahib al-mal (pemilik dana) tidak boleh mengikat dan melakukan

intervensi kepada mudharib dalam mengelola dananya. Ia harus

memberikan kebebasan sepenuhnya kepada mudharib terhadap hal-hal

yang sudah disepakati.

3) Mudharib hendaklah ia orang yang sah memperlakukan pekerjaan bagi

modal yang diserahkan kepadanya, yaitu: baligh, berakal dan tidak

dilarang mempergunakan hartanya serta ia seorang yang cerdik.

4) Mudharib hendaklah ia sendiri yang bertanggungjawab atas pekerjaan.

26

Osman bin Jantan, Pedoman Mu’amalat dan Munakahat (Civil Transaction),

(Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd), 2001, hlm. 31-32.

Page 27: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

14

b. Syarat yang terkait dengan modal27

1) Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya.

2) Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai. Jika modal

diberikan dalam bentuk aset, maka aset tersebut harus dinilai pada waktu

akad.

3) Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan kepada

mudharib, baik secara bertahap maupun tidak, sesuai dengan kesepakatan

dalam akad.

c. Syarat yang terkait dengan keuntungan28

1) Keuntungan dibagi sesuai dengan kesepakatan. Pembagian keuntungan

dapat dilakukan dengan dua cara; yaitu profit sharing dan revenue

sharing. Pembagian keuntungan dengan cara profit sharing dihitung dari

pendapatan setelah dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan

dana mudharabah. Sedangkan pembagian keuntungan dengan cara

revenue sharing dihitung dari total pedapatan pengelolaan mudharabah.

2) Shahib al-mal siap mengambil risiko rugi dari modal yang dikelola.

Sebaliknya mudharib mengambil risiko tidak memperoleh apa-apa dari

usahanya, seandainya perniagaan tidak dapat merealisasikan keuntungan.

Sharing kerugian dalam akad mudharabah diwujudkan dengan bentuk

shahib al-mal rugi secara material dan mudharib rugi secara non

material.

27

https://mui.or.id/wp-content/uploads/files/fatwa/07-Mudharabah.pdf, akses pada 24

Desember 2018. 28

Yazid Afandi, Fiqh Muamalah, hlm.108.

Page 28: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

15

3) Penentuan angka keuntungan dihitung dengan prosentase hasil usaha

yang dikelola oleh mudharib berdasarkan atas kesepakatan kedua belah

pihak.

4) Sebelum mengambil jumlah keuntungan, usaha mudharabah harus

dikonversi ke dalam mata uang, dan modalnya disisihkan. Dalam usaha

tersebut, harus ada kejelasan posisi antara modal yang akan dikembalikan

secara utuh dan keuntungan yang akan dibagi.

5) Mudharib hanya bertanggung jawab atas sejumlah modal yang telah

diinvestasikan dalam usaha. Komitmen apapun memerlukan persetujuan

investor (shahib al-mal).

6) Mudharib berhak memotong biaya yang berkaitan dengan usaha yang

diambil dari modal mudharabah.

7) Jika melanggar syarat akad, ia akan bertanggung jawab terhadap

kerugian atau biaya yang diakibatkan oleh pelanggaran.

d. Syarat yang terkait dengan usaha29

1) Proyek dalam al-mudharabah hendaknya dijalankan oleh pengusaha saja.

2) Proyek hendaknya halal.

3) Semua pengeluaran untuk menjalankan proyek diambil dari modal

dengan syarat pengeluaran itu tidak melebih kadar kepatutan.

4) Proyek dapat dibatasi, dikhususkan atau dikenakan syarat oleh pemilik

modal.

29

Veithzal Rivai dkk, Islamic Transaction Law in Business dari Teori ke Praktik,(Jakarta:

PT Bumi Aksara,2011), hlm. 95.

Page 29: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

16

5) Setiap kerugian, kerusakan dan kemusnahan dipotong atau mengurangi

keuntungan.

e. Syarat terkait akad30

1) Akad al-mudharabah dapat dibatalkan kapan saja sebelum proyek

dimulai oleh pengusaha.

2) Selesai dan batalnya akad al-mudharabah sesuai tempo tertentu atau

apabila waktu itu telah dilalui.

3) Pemilik modal dapat memberhentikan pengusaha yang wajib diberi tahu

sebelumnya.

4) Apabila akad al-mudharabah dibubarkan semua modal dan untung,

menjadi milik pemilik modal dan pengusaha hanya boleh menuntut upah

yang sepadan dengan kerja yang telah dilaksanakan.

5) Akad al-mudharabah juga dibubarkan dengan kematian salah satu pihak

sama ada pemilik modal atau pengusaha.

5. Jenis-Jenis Akad Mudharabah

Mudharabahterbagi kepada dua bagian:31

a. Mudharabah mutlaqah adalah akad mudharabah di mana pemilik modal

memberikan modal kepada „amil (pengelola) tanpa disertai dengan

pembatasan (qaid). Di dalam akad tersebut tidak ada ketentuan atau

pembatasan mengenai tempat kegiatan usaha, jenis usaha, barang yang

dijadikan objek usaha, dan ketentuan-ketentuan yang lain.

30

Ibid, hlm. 96. 31

Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2017), hlm. 371.

Page 30: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

17

b. Mudharabah muqayyadah adalah suatu akad mudharabah di mana

pemilik modal memberikan ketentuan atau batasan-batasan yang

berkaitan dengan tempat kegiatan usaha, waktu dan dari siapa barang

tersebut dibeli.

6. Berakhirnya Akad Mudharabah

Islam memandang kontrak sebagai komitmen yang seharusnya melekat

kepadanya. Islam juga menyatakan bahwa menjaga kontrak adalah suatu

keharusan bagi mereka yang terlibat di dalamnya. Kestabilan dari transaksi,

persetujuan di antara orang, serta kebaikan dan kekuatan dari urusan mereka

sifatnya adalah terlindungi. Akan tetapi, Islam juga menyatakan bahwa

pembubaran kontrak adalah permasalahan yang serius dan dapat dilakukan,

tentunya dengan sejumlah persyaratan.32

Telah kita ketahui dengan jelas bahwa yang bisa diartikan dari

pembubaran ialah penghentian. Bubarnya kontrak adalah situasi ketika

kontraknya sudah dianggap tidak berharga atau adanya penundaan kontrak.

Kontrak juga dapat dibubarkan lewat inqada’ (batas akhir waktu), ibthal

(pembatalan) atau inhilal(pembubaran).

Batas akhir waktu terjadi ketika kontrak telah diselenggarakan secara

keseluruhan dan kewajibannya telah dilakukan. Ketika ini telah dilakukan dan

menuju penyelenggaraan, kontrak dipandang tidak berlaku lagi. Pembubaran

terjadi sebelum batas akhir waktu dari kontrak atau sebelum pelaksanaan

hukuman dari kontraknya. Pembubaran berarti penghentian dari kontrak yang

32

Veithzal Rivai dkk, Islamic Transaction Law in Business dari Teori ke Praktik,hlm.

299.

Page 31: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

18

sah, dan itu mengarahkan pembatalan sebelumnya dari kontrak dan

keseluruhan dari efeknya juga dari permulaan dalam segala kasusnya.33

Akad mudharabah berakhir apabila:

a. Pembatalan dari salah satu pihak.34

b. Salah seorang yang berakad gila.35

c. Salah seorang yang berakad meninggal dunia.36

d. Pengelola dengan sengaja meninggalkan tugasnya sebagai pegelola modal

atau pengelola modal berbuat sesuatu yang bertentangan dengan tujuan

akad.37

e. Tidak terpenuhinya salah satu atau beberapa syarat mudharabah.38

7. Prayarat Tambahan dalam Akad Mudharabah

Prinsip bagi hasil yang menjadi ciri khas akad kerja sama merupakan

jaminan akan adanya keadilan bagi pihak-pihak yang melakukan kontrak.

Namun demikian, akad mudharabah akan berjalan baik dan saling

menguntungkan jika memenuhi beberapa prasyarat berikut, diantaranya:39

a. Akad mudharabah harus didasari oleh kejujuran; pihak-pihak yang berakad

dituntut untuk selalu berpegang teguh pada informasi yang jujur dan apa

adanya. Ketidak jujuran meneyebabkan tercederainya akad yang telah

disepakati.

33

Ibid, hlm. 297-298. 34

Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjajakusuma, Menggagas

Bisnis Islami, (Jakarta: Gema Insani Press,2002), hlm. 131. 35

Ibid,hlm. 131. 36

Ibid,hlm. 131. 37

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, hlm. 143. 38

Ibid, hlm. 143. 39

Yazid Afandi, Fiqh Muamalah, hlm. 115.

Page 32: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

19

b. Transparan; prasyarat ini terkait dengan laporan yang harus disediakan oleh

mudharib. Mudharib harus menyediakan laporan secara fair, tidak ada yang

ditutup-tutupi. Shahib al-mal mempunyai hak untuk mengetahui

perkembangan usaha secara transparan dari mudharib.

c. Jauh dari kecurangan; artinya mudharib harus secara sungguh-sungguh

menjalankan amanah yang diterima dari shahib al-mal. Praktik usaha yang

dilakukan oleh mudharib harus sesuai dengan kesepakatan-kesepakatan

yang telah dicapai bersama.

d. Managerial yang rapi; bahwa akad mudharabah adalah akad yang harus

didasari oleh kejujuran kedua belah pihak. Disadari bahwa, akad

mudharabah adalah akad yang memiliki risiko tinggi, khususnya bagi

pemilik modal. Untuk meminialisir dan bahkan untuk menghapus risiko

tersebut diperlukan catatan-catatan yang ketat dan rapi agar akad ini dapat

dipertanggung jawabkan khususnya bagi mudharib. Managerial yang tidak

rapi akan memberi peluang bagi mudharib untuk tidak amanah.

Itulah beberapa prasyarat yang harus dipenuhi oleh pihak-pihak yang

melakukan akad mudharabah. Penjelasan di atas menegaskan bahwa, secara

umum ada dua prasyarat yang harus dipenuhi dalam akad mudharabah, yaitu

prasarat moral dan prasarat managerial. Jika dua prasyarat tidak dipenuhi,

maka teori-teori yang ada dalam akad mudharabah tidak dapat diterapkan

secara baik.

Page 33: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

20

8. Hikmah Mudharabah

Hikmah mudharabah menurut syara‟ adalah untuk menghilangkan

hinanya kefakiran dan kesulitan dari orang-orang fakir serta menciptakan rasa

cinta dan kasih sayang sesama manusia. Yaitu, misalnya ketika ada seseorang

memiliki modal dan yang lain memiliki kemampuan untuk berdagang,

sedangkan untungnya dibagi di antara keduanya sesuai kesepakatan. Dalam

praktik seperti itu, terdapat keuntungan ganda bagi pemilik modal.

a. Pahala yang besar dari Allah SWT, di mana ia ikut menyebabkan hilangnya

kehinaan rasa fakir dan kesulitan pada orang tersebut. Namun, apabila

mitranya tersebut sudah kaya, juga masih ada keuntungannya, yaitu tukar

menukar manfaat diantara keduanya.40

b. Berkembangnya modal awal dan bertambah kekayaannya. Kesulitan orang

fakir menjadi hilang, kemudian ia mampu menghasilkan penghidupan

sehingga tidak lagi meresahkan masyarakat. Di samping itu juga masih ada

faedah yang lain yaitu ketika suatu amanah menjadi sebuah syair dan

kejujuran menjadi rahasia umum, maka mudharabah akan banyak diminati

orang. Dan barang kali suatu saat nanti ia akan menjadi kaya, padahal

sebelumnya fakir. Semua itu adalah hikmah yang bernilai tinggi dari Allah

SWT.41

40

Syekh Ali Ahmad al-Jarjawi, Indahnya Syariat Islam,(Jakarta: Gema Insani Press,

2006), hlm. 481,

https://books.google.co.id/books?id=8WtjZMuceNIC&pg=PA481&dq=hikmah+mudharabah&hl=

id&sa=X&ved=0ahUKEwjY2ozcnPXiAhUP3Y8KHcd0BlkQ6AElljAB#v=onepage&q=hikmah%

20mudharabah&f=false, akses pada25 November 2018. 41

Ibid, hlm. 481.

Page 34: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

21

c. Memberikan kemudahan bagi pergaulan manusia dalam kehidupan dan

keuntungan timbal balik tanpa ada pihak yang dirugikan.42

G. Tinjauan Pustaka

Telaah terhadap penelitian terdahulu sangatlah dibutuhkan sebagai bahan

acuan guna memperjelas arah penelitian, sekaligus berhati-hati agar tidak terjadi

pengulangan penelitian yang persis serupa dengan penelitian terdahulu.

Berdasarkan hasil pencarian yang dilakukan, maka peneliti mengumpulkan

beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan pokok masalah penelitian yang

diangkat. Secara ringkas, hasil-hasil penelitian terdahulu yang telah peneliti

kumpulkan dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 2

Tabel Hasil Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Hasil Penelitian Persamaan dan

Perbedaan

1 Aryuning

sih,

Skripsi

UIN

Raden

Fatah

Palemba

ng, 2017

Analisis

Sistem

Bagi Hasil

Antara

Pemilik

dan

Penggarap

Karet di

Desa

Tanah

Abang

Pendopo

Kabupaten

Pali

Sistem bagi hasil yang

dilakukan masyarakat tergolong

dalam musaqah/perjanjian

kerjasama bagi hasil yang

dilakukan oleh pemilik kenun

dan penggarap.

Tinjauan ekonomi Islam dalam

implementasi musaqah dalam

sistem bagi hasil karet sudah

sesuai dengan syariat Islam,

tetapi masih ada beberapa petani

yang kurang amanah dengan

melakukan penyimpangan untuk

kepentingan pribadi yang

menyebabkan dalam

pelaksanaan kerjasamanya

menimbulkan unsur gharar.43

Persamaannya

yaitu sama-sama

membahas

tentang bagi hasil

yang dilakukan

oleh masyarakat.

Perbedaannya

yaitu peneliti

meneliti bagi

hasil ternak sapi

bukan bagi hasil

perkebunan.

42

Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2010), hlm. 245. 43

Aryuningsih, Analisis Sistem Bagi Hasil Antara Pemilik dan Penggarap Karet di Desa

Tanah Abang Pendopo Kabupaten Pali, Skripsi UIN Raden Fatah Palembang, 2017,

Page 35: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

22

No Nama Judul Hasil Penelitian Persamaan dan

Perbedaan

2 Nelly

dan

Rahmi,

Seminar

Nasional

Kemariti

man

Aceh,

2017

Strategi

Pengentasa

n

Kemiskina

n Berbasis

Kearifan

Lokal

Masyarakat

Aceh

Melalui

Praktek

Adat

Mawah

(Bagi Hasil

Usaha) di

Kecamatan

Kuta Baro

Yang menjadi strategi

pengentasan kemiskinan

berbasis kearifan lokal

masyarakat melalui praktek

adat mawah di Kecamatan

kuta Baro Kabupaten Aceh

Besar adalah adanya lembaga

Bank dan Non Bank atau

lembaga lain untuk

membantu modal penggarap.

Di lapangan menunjukkan

bahwa ada beberapa mukim

seperti mukim Lam Rabo

sudah ada perhatian dari

unsur Desa dalam

peminjaman pupuk. Di

kecamatan Kuta Baro praktek

adat Mawah sangat

membantu masyarakat

setempat dalam mencukupi

kehidupannya sehari-hari.44

Persamaannya

yaitu sama-sama

membahas bagi

hasil yang

dilakukan oleh

masyarakat yang

hanya berdasarkan

perjanjian lisan.

Perbedaannya yaitu

peneliti meneliti

bagi hasil ternak.

Dan juga tidak ada

campur tangan

pemerintah.

Sedangkan pada

pemaparan Nelly

dan Rahmi yaitu

berupa bagi hasil

sawah. Dan di

Aceh pun telah ada

perhatian dari desa

dalam

pelaksanannya.

3 Riska

Sumarti,

Skripsi

UIN

Mataram,

2017

Praktik

Bagi Hasil

Ngadas

Sapi Antara

Pemilik dan

Pemelihara

di Desa

Langko

Kecamatan

Lingsar

Perspektif

Ekonomi

Islam

Meskipun dalam

pelaksanaannya yang

digunakan adalah atas dasar

kekeluargaan tetapi tetap

mengacu pada pada peraturan

yang berlaku pada

pengadasan ternak di Desa

Langko. Perspektif ekonomi

Islam terhadap praktik bagi hasil

ngadas sapi telah memenuhi

syarat karena telah terdapat

subjek, objek dan sighat.45

Persamaannya

yaitu sama-sama

membahas tentang

bagi hasil ternak

sapi.

Perbedannya yaitu

pada penelitian

Riska telah

terdapat peraturan

sedangkan pada

penelitian yang

dilakukan oleh

peneliti belum

terdapat peraturan

resmi.

http://eprints.radenfatah.ac.id/1113/1/ARYUNINGSIH%20%2813190027%29.pdf, akses pada 31

Agustus 2018. 44

Nelly dan Rahmi, Strategi Pengentasan Kemiskinan Berbasis Kearifan Lokal

Masyarakat Aceh Melalui Praktek Adat Mawah (Bagi Hasil Usaha) di Kecamatan Kuta Baro,

Seminar Nasional Kemaritiman Aceh, Vol.1, 2017, http://ojs.serambi

mekkah.ac.id/index.php/semnas/article/view/402, akses pada 22 November 2018. 45

Riska Sumarti, Praktik Bagi Hasil Ngadas Sapi Antara Pemilik dan Pemelihara di Desa

Langko Kecamatan Lingsar Perspektif Ekonomi Islam, Skripsi UIN Mataram, 2017,

http://etheses.uinmataram.ac.id/40/1/Riska%20Sumarti%20152115147.pdf, akses pada 16 Juli

2018.

Page 36: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

23

No Nama Judul Hasil Penelitian Persamaan dan

Perbedaan

4 Netik

Sawitri

dan Rini

Iswari,

Jurnal

Solidarity,

2015

Hubungan

Kerja

Pemilik

Sapi dan

Penggadoh

di Dusun

Pilangsari

Potronayan

Kabupaten

Boyolali

Hubungan kerja antara

pemilik dan penggadoh

terjadi tanpa adanya

perjanjian tertulis. Dan faktor

pendorong dalam dalam

hubungan kerja yaitu

kontinuitas pekerjaan dan

jaminan sosial. Sedangkan

faktor penghambatnya yaitu

klien mampu mandiri dan

klien menemukan patron

yang baru yang memberikan

jaminan yang lebih dari

patron sebelumnya.46

Persamaannya

yaitu sama-sama

membahas

tentang faktor

pendorong dan

faktor

penghambat.

Perbedannya

yaitu peneliti juga

akan membahas

tentang potensi

dari bagi hasil

ternak sapi

tersebut.

5 Zainabria

ni, S.N

Sirajuddin

dan I.M

Saleh,

JIIP, 2015

Identifiksi

Faktor

Peternak

dan Pemilik

Modal

Melakukan

Sistem

Bagi Hasil

Teseng sapi

Potong di

Desa Batu

Pute,

Kecamatan

Soppeng

Riaja,

Kabupaten

Barru.

Teseng atau sistem bagi hasil

merupakan salah satu

kelembagaan lokal yang ada di

beberapa daerah, khususnya

Sulawesi Selatan. Faktor utama

peternak (Pa‟ Tesseng)

melakukan sistem bagi hasil

adalah: tidak adanya modal,

ingin memiliki ternak sendiri

tuntutan ekonomi, permintaan

keluarga, tambahan pendapatan,

faktor utama Pemilik modal

(Ma‟Teseng) melakukam system

bagi hasil adalah, tidak adanya

waktu dalam pemeliharaan,

ingin menolong, ingin

mendapatkan keuntungan, tidak

adanya lahan, jumlah ternak

sudah terlalu banyak.47

Persamaannya

yaitu sama–sama

membahas tentang

faktor pendorong

dari pelaksanaan

bagi hasil ternak

yang dilakukan

oleh masyarakat

dan juga dalam

praktik bagi hasil

ini tidak terdapat

kontrak tertulis.

Perbedaannya yaitu

peneliti juga

membahas faktor

penghambat dari

bagi hasil ternak

sapi selain faktor

pendorongnya.

46

Netik Sawitri dan Rini Iswari, Hubungan Kerja Pemilik Sapi dan Penggadoh di Dusun

Pilangsari Potronayan Kabupaten Boyolali, Jurnal Solidarity, 4(2), 2015,

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/solidarity/article/view/7284, akses pada 24 Desember

2018. 47

Zainabriani, S.N Sirajuddin dan I.M Saleh, Identifiksi Faktor Peternak dan Pemilik

Modal Melakukan Sistem Bagi Hasil Teseng sapi Potong di Desa Batu Pute Kecamatan Soppeng

Riaja Kabupaten Barru, JIIP, Vol.2, Nomor.1,

2015,https://core.ac.uk/download/pdf/83869883.pdf, akses pada 13 September 2018.

Page 37: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

24

H. Kerangka Pemikiran

Di desa Sapta Mulia terdapat suatu usaha bagi hasil yang dilakukan oleh

masyarakat yaitu berupa bagi hasil ternak sapi (nggadoh). Pada penelitian ini,

peneliti ingin melihat praktik nggadoh sapi yang dilakukan oleh masyarakat desa

Sapta Mulia dari sisi bagi hasil yang sesuai dengan syariat Islam (mudharabah).

Berdasarkan uraian latar belakang, kerangka teori, dan hasil penelitian

terdahulu,yang telah dikemukakan sebelumnya, maka secara sederhana kerangka

berpikir dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1

Gambar Kerangka Pikir Penelitian

Mudharabah

Mekanisme

(pelaksanaan

/praktik)

Nggadoh (Bagi

Hasil Ternak Sapi)

Bagi hasil antara

pemilik dan

peternak

(penggadoh)

Faktor pendoro

ng

Faktor pengham

bat

Potensi

Kesimpulan dan

Saran

Pemilik Kesepakatan Peternak

(Penggadoh)

Page 38: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

25

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian lapangan (Field

Research) yaitu penelitian dengan cara langsung terjun kelokasi penelitian untuk

memperoleh data-data yang diperlukan.48

Adapun metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah jenis kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode

kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.49

Penggunaan metode ini bertujuan agar dapat menganalisis secara langsung realita

yang ada dilapangan, dalam bentuk catatan-catatan yang didapatkan dilapangan

dan kata-kata atau informasi yang didapat dari hasil wawancara langsung dengan

masyarakat baik pemilik, penggadoh, Kepala Desa, Sekretaris Desa, Mantri

Hewan dan Tokoh Agama. Sehingga dapat disimpulkan apakah praktik bagi hasil

yang dilakukan oleh masyarakat desa Sapta Mulia sudah atau belum dapat

dikatakan sebagai suatu bentuk bagi hasil yang sesuai dengan syariat Islam

(mudharabah).

B. Unit Analisis

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh

spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga

elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors) dan aktivitas (activity), yang

berinteraksi secara sinergitas. Situasi sosial tersebut, dapat dinyatakan sebagai

48

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 10. 49

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2010), hlm. 4.

Page 39: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

26

obyek penelitian yang ingin diketahui “apa yang terjadi” di dalamnya. Pada situasi

sosial atau objek penelitian ini peneliti dapat mengamati secara mendalam

aktivitas orang-orang yang ada pada tempat tertentu.50

Yang menjadi tempat

penelitian ini yaitu desa Sapta Mulia Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo

Provinsi Jambi, dimana peneliti memperoleh informasi mengenai bagi hasil

(nggadoh sapi) yang dilakukan oleh masyarakat dari para pemilik sapi,

penggadoh sapi, Bapak Kades, Sekretaris Desa, Mantri Hewan dan Tokoh

Agama. Penelitian ini berlangsung selama empat bulan yaitu dimulai dari bulan

april sampai bulan agustus.

Unit analisis dalam pengambilan informan disebut juga teknik sampling.

Teknik sampling yang digunakan penelitian ini yaitu teknik purposive sampling.

Dimana purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data

dengan pertimbangan tertentu.51

Yang menjadi pertimbangan peneliti dalam

pengambilan informan yaitu karena pemilik dan penggadoh merupakan pelaku

utama dalam usaha nggadoh tersebut sehingga mereka merupakan informan

terpenting dalam penelitian ini. Kepala Desa merupakan pemimpin tertinggi

dalam desa sehingga beliau sangat mengetahui seluk beluk desa dan juga beliau

turut melakukan usaha nggadoh sapi. Tokoh Agama akan membantu peneliti

dalam memberikan analisis dari segi syariah tentang usaha nggadoh sapi yang

dilakukan oleh masyarakat, sehingga peneliti tidak hanya memberikan analisis

berdasarkan pengetahuan peneliti yang terbatas.

50

Sugiyono, MetodePenelitianKuantitatifKualitatifdan R & D,(Bandung: Alfabeta, 2016),

hlm. 215. 51

Ibid, hlm.218.

Page 40: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

27

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu data primer

dan data sekunder.

1. Primer

Data primer adalah data yang diambil langsung atau di dapat dari pengukuran

langsung oleh peneliti.52

Yang menjadi data primer dalam penelitian ini

diperoleh dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada informan

(sumber langsung) yang terdiri dari para pemilik sapi, peternak sapi dan Kepala

Desa, Sekretaris Desa, Mantri dan Tokoh Agama, tentang akad yang digunakan

antara pemilik dan penggadoh, aturan resmi dalam usaha nggadoh sapi yang

dilakukan oleh masyarakat desa Sapta Mulia, kesesuaian dengan syariat Islam

tentang bagi hasil yang dilakukan oleh masyarakat desa Sapta Mulia.

2. Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan oleh peneliti dari sumber kedua

atau data yang didapat adalah data yang telah diolah oleh badan atau orang

lain.53

Adapun data sekuder dapat kita peroleh dengan lebih mudah dan cepat

karena sudah tersedia, misalnya di perpustakaan, majalah-majalah, jurnal,

internet dan kantor-kantor pemerintah.54

Data sekunder dalam penelitian ini

diperoleh dari buku-buku fiqh muamalah, buku-buku perbankan syariah,

skripsi/penelitian terdahulu seperti: skripsi Aryuningsih dari UIN Raden Fatah

Palembang, skripsi Riska Sumarti dari UIN Mataram, jurnal solidarity tentang

52

Amri amir dkk, Metode Penelitian Ekonomi dan Penerapannya, (Bogor: IPB PRESS,

2009), hlm. 171. 53

Ibid, hlm. 171. 54

Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha

Ilmu, 2006), hlm. 123.

Page 41: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

28

Hubungan Kerja antara Pemilik dan Penggadoh Sapi yang ditulis oleh Netik

Sawitri, jurnal Zainabriani dkk tentang Identifikasi Faktor Peternak dan

Pemilik Modal Melakukan Sistem Bagi Hasil Teseng Sapi, dan situs internet

seperti: http://www.dpr.go.id/, serta dokumentasi dari kantor pemerintah desa

yang seperti: Struktur Pemerintahan dan Laporan Keterangan

Pertanggungjawaban Pemerintahan Desa Sapta Mulia.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode:

1. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya-jawab dalam penelitian yang berlangsung

secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan

secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan.55

Jenis

wawancara yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara terstruktur.

Dimana wawancara terstruktur yaitu wawancara yang berangkat dari

serangkaian pertanyaan yang telah disiapkan dan dinyatakan menurut urutan

yang telah ditentukan.56

Melalui kegiatan tersebut, peneliti melakukan

wawancara langsung dengan informan yaitu pemilik sapi dan peternak, guna

melengkapi data yang diperlukan tentang nggadoh sapi yang mereka lakukan.

Wawancara ini mulai dilakukan pada awal april dimana peneliti mulai mencari

55

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara,

2012), hlm. 83. 56

Albi anggito dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jawa Barat : CV

Jejak, 2018), hlm. 84,

https://books.google.co.id/books?id=59V8DwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=Jenis+Wawanc

ara+dalam+metode+penelitian&hl=id&sa=X&ved=0i-

3jAhUWdCsKHWREAUwQ6AEIHTAA#v=onepage&q=Jenis%20wawancara%20%dalam%20m

etode%20penelitian&f=false, akses pada 6 Agustus 2019.

Page 42: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

29

orang-orang yang melakukan usaha nggadoh sapi di desa Sapta Mulia.

Kemudian penelitian berlanjut pada bulan mei sampai agustus di mana peneliti

mulai mencari informasi terkait praktik nggadoh sapi, cara penentuan bagi

hasil pada nggadoh sapi dan faktor-faktor yang terdapat pada usaha nggadoh

sapi yang dilakukan oleh masyarakat desa Sapta Mulia.

2. Observasi

Observasi adalah usaha untuk mendapatkan data dengan cara melihat dan

mengamati secara langsung hal-hal yang berkaitan dengan obyek. Observasi

bisa juga disebut dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian

terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indra.57

Metode

observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data-data yang

berkaitan dengan kondisi objektif mengenai usaha praktik nggadoh sapi di desa

Sapta Mulia.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa data-data

tertulis yang mengandung keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang

fenomena yang masih aktual dan sesuai dengan masalah penelitian.58

Dokumen

bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.

Dokumentasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini berupa Laporan

Keterangan Pertanggungjawaban Pemerintahan Desa Sapta Mulia, rekaman

57

Suaharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka

Cipta, 2010), hlm. 199. 58

Muhamad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam: Pendekatan Kuantitatif (Dilengkapi

dengan Contoh-contoh Aplikasi: Proposal Penelitian dan Laporannya), (Jakarta: Rajawali Pers,

2008), hlm. 152.

Page 43: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

30

suara wawancara dan foto atau gambar yang diambil saat wawancara telah

berlangsung.

E. Teknik Analisis Data

Miles dan Huberman dalam Sugiyono mengemukakan bahwa aktivitas

dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara

terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam

analisis data yaitudata collection, data reduction, data display dan data

drawing/verification.59

Adapun langkah-langkah analisis data dapat ditunjukkan

pada gambar berikut :

Gambar 2

Komponen dalam Analisis Data (Interaktive Model)

a. Data collection, adalah langkah pertama dalam penelitian kualitatif yang

dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai

pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti

sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila

jawaban yang diwawacarai setelah di analisis belum memuaskan, maka

59

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, hlm. 245.

1 2

3 4

Data

Collection

Data

Reduction

Data Display Conclusion:

Drawing/Veryfying

Page 44: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

31

peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu hingga

diperoleh data yang dianggap kredibel.60

Pada fase ini peneliti

mengumpulkan data seperti data tentang akad yang digunakan, pihak yang

menanggung biaya selama masa perawatan, hak dan kewajiban masing-

masing pihak, manfaat yang dirasakan, cara pembagian hasil, alasan-alasan

yang mendorong terjadinya nggadoh sapi, masalah yang muncul selama

pelaksanaan usaha tersebut dan potensi dari usaha tersebut.

b. Data reduction (reduksi data), adalah data yang diperoleh dari lapangan

jumlahnya cukup banyak, untuk itu, perlu dicatat secara teliti dan rinci,

semakin lama peneliti ke lapangan, maka akan semakin banyak, kompleks

dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi

data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.61

Yang

dilakukanan peneliti pada fase ini yaitu memilah data yang didapat dan

dikelompokkan sesuai rumusan masalah yang diangkat. Yaitu data yang

didapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu mekanisme, cara bagi hasil dan

faktor-faktor.

c. Data display (penyajian data), setelah data di reduksi, maka langkah

selanjutnya adalah mendisplaykan data. Penyajian data bisa dilakukan

dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart

dan sejenisnya. Dan yang paling sering digunakan untuk menyajikan data

60

Ibid, hlm. 248. 61

Ibid, hlm. 248.

Page 45: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

32

dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.62

Yang

digunakan peneliti untuk menyajikan data yaitu berupa teks naratif dan juga

bantuan beberapa tabel dan gambar.

d. Conclusion drawing/ verification, langkah ketiga dalam analisis ini

menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan

berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat, tetapi apabila

kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti

yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan

data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang

kredibel.63

Dari hasil penelitian ini, kesimpulan yang didapat yaitu masih

ada beberapa hal yang perlu diperbaiki dari usaha nggadoh sapi ini, agar

mencapai sistem yang sesuai dengan syariat Islam.

F. Operasionalisasi Konsep

Terdiri dari definisi teori yang diteliti, unsur-unsur teori yang diteliti dan

jenis data yang diteliti. Konsep ini dimaksudkan untuk mengurangi kekeliruan

atau kesalahpahaman persepsi antara peneliti dengan narasumber dan peneliti

dengan pembaca, seperti yang dijelaskan pada tabel berikut:

62

Ibid, hlm. 249. 63

Ibid, hlm. 250.

Page 46: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

33

Tabel 3

Tabel Operasionalisasi Konsep

No Konsep Definisi Konsep Unsur-Unsur yang

Diteliti

Jenis

Data

1 Mudharabah

(Qirad)

Akad kerja sama

suatu usaha antara

dua pihak di mana

pihak pertama

(mali, shahib al-

mal)

menyediakan

seluruh modal,

sedang pihak

kedua (‘amil,

mudharib)

bertindak selaku

pengelola, dan

keuntungan usaha

dibagi di antara

mereka sesuai

kesepakatan yang

dituangkan dalam

kontrak.64

Pengetahuan masyarakat

tentang bagi hasil yang

sesuai syariat Islam.

1. Apakah mengetahui

bahwasannya ada bagi

hasil yang sesuai

syariat Islam?

2. Apakah bisa diterapkan

bagi hasil yang sesuai

syariat Islam tersebut

dalam nggadoh yang

dilakukan masyarakat?

3. Apakah mau

menerapkan bagi hasil

yang sesuai syariat

Islam tersebut?

Kualitatif

2 Bagi Hasil

Ternak Sapi (Nggadoh)

Nggadoh

menurut bahasa

adalah

meminjamkan.

Nggadoh

menurut istilah

adalah sistem

bagi hasil di

usaha pertanian

atau

peternakan.65

1. Apakah ada dibuat

kontrak perjanjian tertulis

yang dibuat dan disetujui

oleh semua pihak?

2. Bagaimana sistem bagi

hasil pada nggadoh

tersebut dan apa saja

yang menjadi faktor

pendorong, faktor

penghambat serta potensi

dari pelaksanaan bagi

hasil ini?

3. Bagaimana jika suatu saat

terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan? Apakah ada

campur tangan pihak lain

dalam penyelesaiaanya?

Kualitatif

64

https://mui.or.id/ wp-content/uploads/files/fatwa/07-Mudharabah.pdf, akses pada 24

Desember 2018 65

https://kbbi.web.id/gaduh-2, akses pada 24 Desember 2018

Page 47: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

34

BAB III

GAMBARAN UMUM

DESA SAPTA MULIA KECAMATAN RIMBO BUJANG KABUPATEN

TEBO PROVINSI JAMBI66

A. Sejarah

Desa Sapta Mulia adalah desa yang berkembang dari warga

Ekstransmigrasi yang berasal dari Provinsi Jawa Tengah pada tahun 1977. Pada

awalnya Desa Sapta Mulia bernama Unit VII, yang kemudian pada 31 Maret 1979

diadakan musyawarah yang dihadiri oleh para Ketua RT, RW, dan Tokoh

Masyarakat serta para Pembina Transmigrasi untuk Pemberian Nama Desa Unit

VII. Pada musyawarah tersebut, peserta musyawarah sepakat memberi nama desa

Unit VII dengan nama Sapta mulia. Makna nama tersebut: SAPTA yang berarti

TUJUH maksudnya mewakili tujuh daerah asal transmigran, dan kebetulan

merupakan urutan penempatan pemukiman ke-7 (Unit VII). MULIA berarti

LUHUR dan SEJAHTERA. Dengan nama tersebut, warga masyarakat bercita-cita

ingin memperoleh kemuliaan di dunia dan akhirat, dan sejak tanggal 31 Maret

1979 Unit VII resmi menjadi Desa Sapta Mulia.

Pertama kali berdiri, penduduk Desa Sapta Mulia berasal dari satu

Provinsi Jawa Tengah dengan jumlah 216 KK, dalam perkembangannya

mengalami pertumbuhan nya telah terpadu dengan penduduk asli daerah Jambi,

Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Sumatera Barat.

Sehingga Jumlah penduduk Desa Sapta Mulia sampai saat ini mencapai 1.634

KK. Pemilihan Kepala Desa pertama kali dilakukan pada tahun 1987 yang disebut

66

Pemerintah desa Sapta Mulia, Laporan Keterangan Pertanggunggjawaban Pemerintah

Desa Sapta Mulia (LKPJ), Akhir Tahun 2018, hlm. 2-24.

Page 48: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

35

dengan pemilihan Pejabat Sementara Kepala Desa. Pada saat itu juga dibentuk lah

RT dan RW. Dan selama berdiri nya Desa Sapta Mulia telah terjadi 10 kali

pergantian Kepala Desa dan 5 Sekretaris Desa.

B. Visi dan Misi

1. Visi Desa Sapta Mulia

Visi adalah suatu gambaran yang merancang tentang masa depan

yang diinginkan dengan melihat potensi dan kebutuhan desa. Penyusunan

Visi Desa Sapta Mulia dilakukan dengan pendekatan partisipatif, melibatkan

pihak-pihak yang berkepentingan di Desa Sapta Mulia seperti Pemerintah

Desa, BPD, Tokoh Mayarakat, Tokoh Agama, Lembaga Masyarakat Desa

serta masyarakat desa pada umumnya. Pertimbangan kondisi Ekternal di

desa seperti satuan kerja wilayah pembangunan di Kecamatan Rimbo

Bujang mempunyai titik berat sektor Infrastruktur.

Maka berdasarkan pertimbangan diatas Visi Desa Sapta Mulia adalah;

“Mewujudkan Sapta Mulia Lestari 2024”

Kata Lestari memiliki arti: terjaga keasliannya hingga akhir hayat.

Secara harfiyah memiliki makna Desa Sapta Mulia ini akan tetap terjaga

keberadaannya, kerukunan umat beragama tradisinya, budayanya, sosialnya,

dan rasa memiliki Desa Sapta Mulia sehingga akan menempatkan

kepentingan Desa diatas kepentingan pribadi dan golongan dan jika

dijabarkan lagi menurut tingkat abjadnya mempunyai arti sebagai berikut:

Abjad Akronim Artinya

L Lancar Usaha pemerintah desa untuk mewujudkan

infrastruktur jalan sebagai sarana transportasi

yang memadai.

Page 49: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

36

Abjad Akronim Artinya

E Ekonomi Kemapanan ekonomi masyarakat menjadi

prioritas dalam meningkatkan ksejahteraan

dan mengurangi kemiskinan.

S Sehat Pemerintah desa akan berusaha untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan untuk hidupsehat sebagai

masyarakat agar terwujud derajat kesehatan

yang optimal.

T Tertib Akan menjunjung tinggi hak dan kewajiban

antara masyarakat dan pemerintah desa dalam

pelayanan dan berkehidupan bermasyarakat.

A Aman Pemerintah desa dan pihak terkait akan

menjamin ketenangan, ketentraman dan

kenyamanan kepada masyarakat untuk

melakukan aktivitas sehari-sehari.

R Religius Pengalaman agama akan membentuk pribadi

yang berakhlak mulia sehingga akan menjadi

modal dasar untuk membangun Desa Sapta

Mulia.

I Intelgensi Sudah menjadi tuntutan zaman bahwa untuk

membangun desa memerlukan SDM yang

tangguh. Untuk itu dituntut tersedianya

kegiatan pelatihan, pendidikan, serta sarana

pendidikan yang memadai.

2. Misi Desa Sapta Mulia

Selain penyusunan Visi juga telah ditetapkan misi-misi yang memuat

sesuatu pernyataan yang harus dilaksanakan oleh Desa agar tercapainya

Visi desa tersebut. Visi berada diatas misi. Pernyataan visi kemudian

dijabarkan kedalam misi agar dapat dioperasionalkan/dikerjakan.

Sebagimana penyususnan visi, misi dalam penyusunannya juga

menggunakan pendekatan partisipatif dan pertimbangan potensi dan

kebutuhan Desa Sapta Mulia, sebagaimana proses yang dilakukan maka

misi Desa Sapta Mulia adalah:

a. Bidang Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Page 50: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

37

1) Memaksimalkan dan mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat.

2) Mengusahakan pemberian status hukum yang jelas kepada kekayaan

milik desa (Tanah bengkok, TKD, Eks Tesfarm, Tanah Pusat Desa,

Tanah Umum yang ada di Desa Sapta Mulia).

3) Mengupayakan pemasangan patok batas wilayah desa degan desa

tetangga.

4) Mengelola kekayaan milik desa untuk menambah pendapatan asli

desa.

5) Menciptakan wajib pajak baru untuk menignkatkan penerimaan

daerah.

b. Bidang Pembangunan

1) Infrastruktur

a) Berusaha untuk meningkatkan infrastruktur jalan dari jalan tanah

ke pengerasan, dari pengerasan ke pengaspalan, melalui program

APBD II.

b) Membuka jalan baru untuk memperlancar transportasi.

2) Bidang kesehatan

a) Membangun satu unit polindes/puskesdes.

b) Mensukseskan program sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)

melalui pemasangan jamban keluarga dan pengadaan air bersih.

3) Bidang ekonomi

a) Meneruskan pembangunan Rabat beton diwilayah pasar desa.

b) Membangun lapak lelang getah.

Page 51: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

38

c) Membangun destinasi wisata desa berupa kebun bunga dan

holtikultura.

d) Membangun tempat pemasaran hasil pengrajin yang ada di Desa

Sapta Mulia.

4) Bidang pendidikan non-formal

a) Membangun fasilitas yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan

pendidikan non-formal.

c. Bidang Pemberdayaan Masyarakat

1) Memberdayakan tenaga-tenaga potensi yang mempunyai keterampilan

dengan memberikan bimbingan pelatihan-pelatihan, modal kerja dan

pendampingan.

2) Menumbuhkan rasa kegotong royongan dimasyarakat.

3) Menciptakan kawasan rumah pangan lestari (KRPL) untuk

meningkatkan gizi keluarga dan menekan kebutuhan keluarga.

4) Memberikan bantuan modal kerja kepada rumah tangga prasejahtera

(Rastra).

5) Mendorong BUMDES untuk menciptakan usaha guna menambah

PAD.

d. Bidang Pembinaan Masyarakat

Mendorong dan menggiatkan semua lembaga yang ada di Desa Sapta

Mulia seperti lembaga keagamaan, lembaga adat dan lembaga

kemasyarakatan desa, melalui:

1) Pemberian biaya operasional kepada semua lembaga.

Page 52: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

39

2) Meningkatkan insentif kepada para guru ngaji dan pegawai syara‟.

3) Menciptakan kegiatan untuk meningkatkan iman dan taqwa.

4) Pembinaan jasmani.

5) Pembinaan seni dan budaya.

C. Geografis

Desa Sapta Mulia merupakan salah satu dari 7 desa dan satu kelurahan

yang berada di wilayah Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Provinsi

Jambi. Di mana batas-batas wilayah Desa Sapta Mulia adalah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Tirta Kencana

2. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Pematang Sapat

3. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Rimbo Mulyo

4. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Karang Dadi.

Luas wilayah Desa Sapta Mulia yaitu 3220 Ha, dengan rincian sebagai

berikut:

1. Tanah pekarangan : 125 Ha

2. Tanah tegalan : 20 Ha

3. Tanah perkebunan : 3075 Ha

Ditinjau dari wilayah yang luas tersebut, maka Desa Sapta Mulia merupakan desa

yang sanga potensial dalam mendukung pelaksanaan pembangunan di wilayah

Kecamatan Rimbo Bujang.

Desa Sapta Mulia terdiri dari 8 dusun yang terdiri dari 12 RW dan 42 RT

dengan rincian sebagai berikut:

Page 53: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

40

Tabel 4

Pembagian Dusun, RT dan RW

No Dusun Rw Rt

1 Purwobhakti 1 1, 2, 3

2 4, 5, 6, 39

2 Tri Mulia 3 7, 8, 36

3 Astha Mulia 4 9, 10, 23, 42

4 Mulia Sari 5 14, 18, 19

6 16, 24, 25

5 Catur Mulia 7 11, 12, 15

11 33, 40

6 Panca Mulia 8 13, 21, 31, 35

7 Tanjung Sari 9 17, 20, 27, 28, 29, 30

8 Tanjung Mulia 10 26, 32, 38, 41

12 22, 34, 37 Sumber: Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Pemerintah Desa sapta Mulia

D. Demografis

Jumlah penduduk Desa Sapta Mulia sebanyak 5516 jiwa yang terdiri dari

2.887 jiwa Laki-Laki dan 2.629 jiwa Perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga

sebanyak 1.634 KK.

Tabel 5

Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Jenis Pekerjaan Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 PNS 18 16 34

2 TNI 2 0 2

3 Polri 2 0 2

4 Pegawai Swasta 56 95 151

5 Pensiunan 6 4 10

6 Pengusaha 27 126 153

7 Buruh Bangunan 82 0 82

8 Buruh Industri 13 0 13

9 Buruh Tani 293 161 454

10 Petani/Pekebun 1378 1418 2796

11 Peternak 93 17 110

12 Belum Bekerja 832 665 1497

13 Lain-Lain 85 127 212

Jumlah 2887 2629 5516 Sumber: Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Pemerintah Desa sapta Mulia

Page 54: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

41

Karena Desa Sapta Mulia merupakan Desa Perkebunan, maka sebagian besar

penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan tidak jarang juga sebagai

buruh tani, baik petani karet maupun sawit dan sekarang juga mengembangkan

pohon cabai dan sayur-sayuran. Selain itu penduduk juga banyak yang

memiliki ternak seperti sapi, kambing, ayam potong, ayam kampung dan

budidaya ikan lele. Selain itu ada jug ayang bekerja sebagai karyawan BUMN

PTPN VI, PNS, pedagang dan lain-lain.

Tabel 6

Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Jenis Pendidikan Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Tidak Sekolah 127 121 248

2 Tk/Play Group 95 102 197

3 Belum Tamat SD 315 285 600

4 Tidak Tamat SD 92 71 163

5 Tamat SD 941 779 1720

6 Tamat SLTP 682 676 1358

7 Tamat SLTA 508 484 992

8 Tamat Diploma 45 57 102

9 Sarjana Keatas 82 54 136

Jumlah 2887 2629 5516 Sumber: Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Pemerintah Desa sapta Mulia

Pendidikan penduduk Desa Sapta Mulia juga didukung oleh adanya sarana

pendidikan yang ada di Desa Sapta Mulia yaitu:

a. Sekolah PAUD : 4 unit

b. Sekolah TK : 5 unit

c. Sekolah SD : 4 unit

d. Sekolah SLTP/MTS : 2 unit

e. Sekolah SMK : 1 unit

Page 55: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

42

Tabel 7

Jumlah Penduduk Berdasarkan Pemeluk Agama

No Kelompok Agama Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Islam 2872 2605 5447

2 Katholik 7 9 16

3 Kristen 8 15 23

4 Hindu 0 0 0

5 Budha 0 0 0

6 Konghucu 0 0 0

Jumlah 2887 2629 5516 Sumber: Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Pemerintah Desa sapta Mulia

Meskipun penduduk mayoritas beragama Islam, namun kehidupan beragama di

Desa Sapta Mulia terasa penuh dengan rasa kekeluargaan, toleransi antar umat

beragama juga nampak hidup dengan harmonis. Selain itu juga adanya sarana

dan prasarana peribadatan di Desa Sapta Mulia cukup memadai dengan adanya

fasilitas tempat ibadah yang ada yaitu 19 masjid besar dan 31 mushola serta

tempat pendidikan keagamaan seperti MDA dan TPA yang berjumlah 17.

E. Pemerintahan Desa

Pemerintahan desa terdiri dari Pemerintahan Desa dan BPD. Dalam

menjalankan sistem Pemerintahan Desa Sapta Mulia berpedoman pada Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014, Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014, PP

47 Tahun 2015, Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa

yang bersumber dari APBN, Permendagri Nomor 111 Tahun 2014 tentang

Pedoman Teknis Peraturan di Desa, Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 tentang

Pengelolaan Keuangan Desa, Permendagri Nomor 114 Tahun 2014 tentang

Pengelolaan Keuangan Desa dan Peraturan Daerah Kabupaten Tebo Nomor 68

Tahun 2016 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa,

Perda Nomr 4 Tahun 2018 tentang Pedoman Pengangkatan dan Pemberhentian

Page 56: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

43

Perangkat Desa. Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa

menggunakan sistem tipe Desa Swasembada. Dimana Susunan Organisasi Desa

Sapta Mulia dapat dilihat di bawah ini:

Gambar 3

Struktur Organisasi dan Tata Kerja

Pemerintahan Desa Sapta Mulia

Keterangan

KS : Kepala Seksi

KU : Kepala Urusan

KD : Kepala Desa

KEPALA DESA

Bagyo Santoso

SEKRETARIS DESA

Shobirin

KU. TATA

USAHA

DAN UMUM

M. Ridwan

KU.

KEUANG

AN

KU.

PERENC

ANAAN

Sutrisno Eri. S

KS.

PELAYA

NAN

KS.

KESEJAH

TERAAN

KS.

PEMERIN

TAHAN

Kartina Wiyono Kustanti

KD.

TRI

MULIA

KD.

PURWOBH

AKTI

KD.

CATUR

MULIA

KD.

MULIA

SARI

KD.

TANJUNG

MULIA

Sarkam Joko. S Sukadi Wawan Edi Susanto

KD.

TANJUN

G SARI

Hendri. S

KD.

PANCA

MULIA

KD.

ASTA

MULIA

Frengky Karno

Page 57: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

44

F. Pembangunan Desa

Untuk melakukan pembangunan desa, diperlukan dana-dana yang sangat

banyak. Dimana dana tersebut di dapat dari Pendapatan desa atau APBDes desa

Sapta Mulia berasal dari:

1. ADD (Alokasi Dana Desa), yaitu pendapatan yang didapat dari Pemerintah

Kabupaten, dimana dana tersebut digunakan untuk:

a. 30% untuk operasional pemerintah, seperti pembelian ATK, dll.

b. 70% untuk pembangunan, dari ADD ini pembangunan dikhususkan

pada pembangunan area perkantoran.

2. DD (Dana Desa), yaitu pendapatan yang didapat dari Pemerintah Pusat,

dimana dana tersebut digunakan untuk:

a. 30% untuk pembinaan/pemberdayaan, seperti pelatihan pegawai.

b. 70% untuk pembangunan, dari DD ini pembangunan diarahkan pada

pembangunan infrastruktur, bantuan pemerintah bersifat hibah, dll.

3. DBHP (Dana Bagi Hasil Pajak), digunakan untuk:

a. 30% untuk intensifikasi petugas pendata/pemungut PBB

b. 70% untuk pembangunan, dari DBHP akan diarahkan pada ADD jika

ADD tidak mencukupi dalam merealisasikan anggarannya.

4. BP (Bantuan Provinsi), digunakan untuk:

a. 40% untuk pembinaan, seperti modal bumdes.

b. 60% untuk pembangunan, dari BP ini pembangunan dikhususkan pada

pembangunan madrasah di desa Sapta Mulia.

Page 58: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

45

Menurut bapak Sekdes desa Sapta Mulia, pencapaian pembangunan di

desa Sapta Mulia pada tahun 2018 dapat dikatakan telah tercapai 100 % dan pada

2019 ini pembangunan baru mencapai lebih kurang 50 % hal ini dapat dilihat dari

telah terwujudnya pembuatan jalan tembusan, jembatan box, pagar paud,

perbaikan madrasah, pembuatan pagar kantor desa dan lain sebagainya. Untuk

pembangunan pada sektor peternakan, pemerintah telah mengupayakan

pembuatan kelompok tani yang secara keseluruhan telah mencapai 12 kelompok

yang telah memiliki SK. Namun sampai saat ini hanya tinggal 4 kelompok saja

yang masih aktif. Dari kelompok tersebut ada yang bergerak pada bidang

pertanian seperti bertani kedelai, ada juga yang bergerak pada bidang peternakan

seperti peternak ikan dan sapi. Untuk kelompok tersebut dana yang mereka dapat

berasal dari Dinas Pertanian, dimana dana/bantuan terebut berupa dana/bantuan

yang bersifat hibah. Hal ini lah yang menyebabkan semakin berkurangnya

keaktifan kelompok-kelompok tersebut.67

Mengapa dana untuk kelompok-kelompok tersebut berasal dari Dinas

Pertanian dan bukanlah dari Pemerintah desa sendiri? Hal ini dikarenakan tidak

diperbolehkannya satu sektor menerima dari dua sumber. Tujuannya yaitu agar

tidak terjadi penumpukan dana pada satu sektor, padahal sektor lain

membutuhkan dana. Dan mengapa bantuan tersebut hanya di dapat oleh kelompok

saja? Hal ini dikarenakan bantuan tersebut berbeda dengan bantuan seperti

bantuan untuk orang tidak mampu, namun bantuan tersebut dapat diterima jika

67

Hasil wawancara dengan Shobiri, selaku Sekdes desa Sapta Mulia, tentang Pencapaian

Pembangunan Desa, tanggal 12 Agustus 2019.

Page 59: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

46

kelompok tersebut membuat proposal kemudian diajukan kepada Dinas terkait

yaitu Dinas Pertanian.

Keuntungan yang di dapat ketika masyarakat bergabung dalam kelompok

yaitu selain memiliki aturan kerja dalam kelompok, mereka juga dapat menerima

bantuan contohnya seperti yang di dapat oleh kelompok peternak sapi yaitu:68

1. Jika kelompok tersebut belum memiliki sapi, maka mereka bisa mengajukan

untuk mendapatkan sapi.

2. Jika telah memiliki sapi, maka mereka bisa meminta rumah dan alat untuk

memproduksi pupuk dari kotoran sapi.

3. Selalu ada sosialisasi dan pemeriksaan kesehatan sapi biasanya 3 bulan atau 6

bulan sekali. Dan untuk pemberian vaksin pada sapi dilakukan 6 bulan 1 kali

atau setidaknya 1 tahun 1 kali.

Selain itu dengan adanya bantuan tersebut, dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Sebagaimana kita ketahui, di Jambi harga sapi sangat mahal.

Sehingga masyarakat yang penghasilannya tidak seberapa, tidak dapat untuk

memiliki sapi meskipun mereka sangat menginginkannya. Nah itu lah mengapa

muncul bagi hasil atau nggadoh sapi di masyarakat. Karena itu lah cara yang

cukup mudah untuk dilakukan. Namun dengan adanya bantuan dari Dinas

Pertanian ini diharapkan kesejahteraan bukan hanya di peroleh anggota kelompok

saja, namun masyarakat secara umum. Dengan gambaran “Jika sapi banyak, maka

harga akan turun, jadi masyarakat bisa dengan mudah untuk mendapatkan sapi.”

68

Hasil wawancara dengan Nanang, selaku Mantri Hewan di Desa Sapta Mulia, tanggal 9

Agustus 2019.

Page 60: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

47

Untuk masyarakat yang tidak tergabung dalam kelompok, pada dasarnya

bukan tidak pernah menerima hibah seperti yang diterima kelompok ternak sapi

dari Dinas Pertanian. Dulu Pemerintah desa telah membuat program yang sama

dengan Dinas Pertanian dengan memberikan ternak berupa kambing dan sapi

kepada masyarakat. Namun, bantuan tersebut tidak dapat berjalan dengan baik,

hal ini dikarenakan masyarakat yang belum dapat menjalankan amanah yang

diberikan dengan baik. Sehingga sampai saat ini Pemerintah setempat masih

belum mengadakan kembali program tersebut.

Namun untuk peternak sapi yang tidak tergabung dalam kelompok seperti

yang melakukan nggadoh, peternak tidak memiliki aturan dalam pelaksanannya

serta tidak pernah mendapatkan bantuan apa pun seperti yang di dapat peternak

yang tergabung dalam kelompok. Sehingga sebagaimana saran bapak Kades,

bapak Sekdes, bapak Nanang (Mantri) di desa Sapta Mulia, hendaknya mereka

membuat kelompok agar selain dapat memiliki aturan yang jelas, mereka juga

bisa mengajukan bantuan kepada Dinas Pertanian. Selain itu tujuan adanya

kelompok yaitu agar pemerintah dapat memantau berjalannya kegiatan tersebut.

Page 61: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

48

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Pelaksanaan Praktik Nggadoh Sapi di Desa Sapta Mulia

Sistem bagi hasil pada usaha nggadoh sapi di desa Sapta Mulia sendiri

telah ada sejak lebih kurang tahun 2000.69

Dalam usaha nggadoh sapi tersebut

terdapat dua pihak yaitu pemilik dan penggadoh. Dan yang menjadi modal

dalam usaha ini yaitu sapi milik pemilik sapi yang akan di urus oleh

penggadoh. Meskipun yang menjadi modal utama dalam usaha ini adalah sapi,

akan tetapi pada saat penyerahan, sapi tersebut tetap ditaksir harganya sesuai

dengan harga sapi saat itu untuk ukuran sapi yang menjadi modal tersebut.

Sehingga kedua belah pihak sama-sama mengetahui berapa yang menjadi

modal awal dari usaha nggadoh sapi yang mereka lakukan.70

Dalam suatu transaksi atau bermuamalah, hal yang terpenting adalah

akad, yaitu pertemuan ijab dan kabul sebagai pernyataan kehendak dua pihak

atau lebih untuk melahirkan suatu akibat hukum pada objek.71

Pada usaha

nggadoh sapi ini, akad terjadi pada suatu pertemuan yang dilakukan oleh

pemilik dan calon penggadoh baik itu secara sengaja maupun tidak disengaja.

Menurut peneliti, yang dimaksud dengan pertemuan yang disengaja yaitu

dimana pemilik dengan sengaja mencari orang untuk mengurus sapi miliknya

atau penggadoh yang dengan sengaja datang menemui pemilik sapi untuk

69

Hasil wawancara dengan Bagyo Santoso, selaku Kades desa Sapta Mulia, tentang Awal

Mula Nggadoh di desa Sapta Mulia, tanggal 9 Mei 2019. 70

Hasil wawancara dengan Suparmi, selaku Pemilik Sapi, tentang Praktik Nggadoh Sapi,

tanggal 4 Mei 2019. 71

Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,

2007), hlm.68.

Page 62: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

49

meminta mengurus sapi milik si pemilik sapi dengan sistem bagi hasil.

Sedangkan yang dimaksud pertemuan tidak disengaja yaitu ketika antara

pemilik dan penggadoh bertemu di suatu tempat tanpa direncanakan, kemudian

mereka membuat kesepakatan untuk melakukan bagi hasil. Pada saat

pertemuan itulah mereka menyatakan keinginan masing-masing. Setelah sapi

yang menjadi modal utama dari bagi hasil tersebut datang, maka pada saat itu

lah mereka menentukan bagaimana cara bagi hasil yang akan mereka

lakukan.Sebagaimana yang diungkapkan oleh ibu Ngatini (istri bapak

Maryono):

“Waktu itu kan ibu kades main ke sini. Jadi cerita-cerita sama ibu kades. Dia

bilang katanya kalau dia beli sapi sampean mau ngurus nggak? Karena saya

emang pengen punya sapi juga jadi ya saya bilang ya mau lah kalau ngurus

sapi. Terus gak lama sapinya di bawak ke rumah saya, jadi sudah itu barulah

kami sepakati bahwa nanti bagi hasilnya itu bagi hasil anak/kongsi gitu.”72

Ada pula yang dikatakan oleh ibu Suparmi bahwasannya:

“Ya biasanya mereka datang, bilang mau ngurus sapi juga. Karena saya kan

gak punya sapi, jadi ya saya belikan dulu sapinya baru dikasihkan ke mereka.

Tapi ya sebelum itu kita janjian dulu mau bagi hasilnya kayak mana, tapi kalau

saya sendiri biasanya minta bagi hasil anak/kongsi, tapi kalau gak setuju ya

nggak apa-apa. Terus kalau sakit nanti kayak mana juga? Siapa yang

nanggung? dan kalau untuk suntik juga gimana gitu.”73

Selain itu sebagaimana yang diungkapkan oleh bapak Surya bahwa

adiknya yaitu bapak Bambang yang juga sekarang turut melakukan bagi hasil

seperti yang ia lakukan. Padahal pada awalnya ia tidak berminat. Namun pada

suatu hari, tanpa sengaja ia bertemu dengan pemilik sapi yaitu bapak Salim di

rumah saya. Kemudian setelah pertemuan tersebut, tidak lama kemudian bapak

72

Hasil wawancara dengan Ngatini, selaku PenggadohSapi, tentang Proses Awal

Terjadinya Usaha NggadohAntara Pemilik dan Penggadoh, tanggal 10 Mei 2019. 73

Hasil wawancara denganSuparmi, selaku Pemilik Sapi, tentang Proses Awal Terjadinya

Usaha NggadohAntara Pemilik dan Penggadoh, tanggal 4 Mei 2019.

Page 63: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

50

Salim mengantarkan sapi ke rumah bapak Bambang. Dan sistem bagi hasil

yang mereka lakukan itu sama dengan yang saya lakukan yaitu sistem bagi

hasil anak/kongsi.74

Namun dalam usaha nggadoh sapi ini akad yang digunakan hanya

secara lisan. Tidak ada peraturan-peraturan resmi atau hitam di atas putih yang

menjadi pedoman mereka dalam melakukan nggadoh tersebut. Dan dari semua

informan yang diwawancara oleh peneliti, baik pemilik maupun penggadoh

melakukan hal tersebut. Sebagaimana yang dikatakan oleh ibu Sutini:

“Gak ada lah perjanjian apa-apa dan kita juga akadnya secara lisan aja, kan

biasanya juga gitu. Apa lagi kan ini bukan punya siapa-siapa sapinya, masih

punya saudaranya sendiri. Jadi ya yang penting kita yang di kasih amanah ya

harus jujur dan saling percaya aja lah. Kita juga kalau misalnya ada apa-apa ya

langsung ngabari. Misalnya sapinya melahirkan ya langsung saya kirim

fotonya. Jadi kalau mereka lagi gak sibuk ya langsung datang.”75

Adapun seperti yang dikatakan oleh Suparmi yaitu:

“Gak ada. Masa iya sama tetangga sendiri, sama keluarga sendiri mau kayak

gitu. Ya saling percaya aja lah.”76

Selain itu sebagaimana pernyataan ibu Idah yaitu:

“Gak ada perjanjian apa-apa. Iya Cuma lisan aja. Mungkin karna udah lama

juga ngurus punya dia dan baik-baik aja, jadi sepertinya dia udah percaya. Jadi

kita ya kerja aja baik-baik biar nggak mengecewakan yang punya. Apa lagi

orangnya itu baik nian.”77

Berdasarkan hasil temuan peneliti, meskipun tanpa adanya peraturan

resmi namun tidak jarang orang dari luar desa Sapta Mulia yang

74

Hasil wawancara denganSurya, selaku Pemilik Sapi, tentang Proses Awal Terjadinya

Usaha NggadohAntara Pemilik dan Penggadoh, tanggal 11 Mei 2019. 75

Hasil wawancara dengan Sutini, selaku Penggadoh Sapi, tentang Akad Yang Digunakan

Antara Pemilik dan Penggadoh, tanggal 4 Mei 2019. 76

Hasil wawancara denganSuparmi, selaku Pemilik Sapi, tentang Akad Yang Digunakan

Antara Pemilik dan Penggadoh, tanggal 4 Mei 2019. 77

Hasil wawancara denganIdah, selaku Penggadoh Sapi, tentang Akad Yang Digunakan

Antara Pemilik dan Penggadoh, tanggal 12 Mei 2019.

Page 64: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

51

menggadohkan sapinya dengan orang desa itu. Bahkan tidak jarang

penggadohpun sampai tidak mengetahui alamat dari pemilik sapi yang mereka

urus. Ada beberapa pemilik sapi seperti bapak Daud, bapak Salim dan bapak

Teguh yang merupakan warga Kabupaten Muara Bungo. Namun mereka tetap

mempercayakan penggadoh untuk mengurus sapi mereka. Sebagaimana yang

dikatakan bapak Daud bahwasannya:

“Kalau rasa takut itu pasti ada, apalagi sapi itu harganya gak murah dan cari

uang itu susah dari sepuluh ribu, seratus ribu dikumpul-kumpulkan biar bisa

jadi banyak. Tapi saya punya prinsip bahwa harta itu titipan, jangankan hewan

nyawa kita aja kapan saja bisa hilang. Jadi namanya usaha untung rugi itu ya

risiko.”78

Selain itu hal yang hampir senada pun dikatakan oleh bapak Salim yaitu:

“Kalau mau mencari orang yang jujur 100% itu gak ada ya. Jadi ya kita

percaya saja dengan mereka dan yakin kalau kita punya niat baik Allah SWT

pasti melindungi. Lagian kan kita juga mau kerja sama itu kan lihat-lihat

orangnya dulu dan juga keluarga saya banyak juga yang di unit 7 (Sapta

Mulia), jadi ya masih ada juga yang bisa nengok-nengokkan. Tapi ya namanya

usaha, pasti ada untung ada juga saatnya sial. Kalau pas sial ya gitu bisa aja

sapinya mati, orangnya kabur. Tapi alhamdulillah sampai saat ini gak ada lah

yang istilahnya sapi di curi atau orang yang nggadoh kabur.”

Dari hasil wawancara diatas bahwa terlihat bahwa bentuk praktek

nggadohdilakukan melalui perjanjian antara pihak pemilik sapi dan

penggadoh. Bentuk perjanjian yang dilakukan melalui perjanjian lisan. Disini

rasa saling percaya menjadi modal dalam perjanjian dan prinsip kejujuran

menjadi dasar perjanjian. Hal ini sudah dilakukan turun temurun dan dilakukan

oleh semua orang.

78

Hasil wawancara dengan Daud, selaku Pemilik Sapi,tentang Usaha Tanpa Perjanjian

Secara Tertulis, tanggal 13 Mei 2019.

Page 65: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

52

Ketiadaan peraturan resmi dalam usaha nggadoh yang dilakukan

masyarakat Desa Sapta Mulia tersebut dikarenakan usaha nggadoh

inidilakukan dibawah tangan dalam arti tanpa sepengetahuan Pemerintah desa

Sapta Mulia. Sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Kades desa Sapta

Mulia:

“Memang kalau peraturan tentang nggadoh itu nggak ada. Karna mereka

berinteraksi sendiri antara yang punya sama yang nggadoh. Mereka juga tidak

memikirkan dampak dikemudian hari, seperti bagaimana kalau itu sapi

meningal, bagaimana kalau yang punya meninggal, mereka tidak memikirkan

semuanya sampai ke situ. Taunya ngurus, terus bagi hasil ya udah gitu aja.

Padahal kalau mereka mau buat kelompok, kita bisa bersama-sama membahas

tentang bagi hasil ini dan juga jika ada masalah kita bisa carikan solusi sama-

sama.”79

Dan pernyataan di atas juga sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh

bapak Surya bahwasannya selama ia mengurus sapi, mereka tidak pernah

membicarakan hal-hal terkait biaya, jika sapi hilang bahkan jika sapi itu mati

sekalipun. Namun jika sampai terjadi pemiliknya yang meninggal, kita sebagai

manusia harus memiliki rasa solidaritas dan menyadari bahwa itu bukanlah hak

kita. Jadi kita bisa memberikan barang itu kepada istrinya atau ahli warisnya.

Atau kita bisa juga berbicara lagi bagaimana kelanjutan dari bagi hasil ini.80

Mengenai jangka waktu perjanjian dari usaha nggadoh sapi di Desa

Sapta Mulia ini tidak dibatasi. Mereka dapat melakukan usaha tersebut

sebosannya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh ibu Idah:

“Bagi hasil ni ya nggak ada jangka waktunya buk. Bebaslah sampai kapan pun

kita ngurus selagi kita mau dan yang punya masih ngizinkan. Kayak saya ini

79

Hasil wawancara denganBagyo, selaku Kades desa Sapta Mulia, tentang Tidak Adanya

Perjanjian dan Peraturan Tertulis dalam Bagi Hasil Yang Dilakukan Oleh Masyarakat, tanggal 9

Mei 2019. 80

Hasil wawancara dengan Surya, selaku PenggadohSapi, tentang Pihak Yang

Menanggung Jika Terjadi Hal-Hal Yang Tidak Diinginkan,tanggal 11 Mei 2019.

Page 66: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

53

udah lebih kurang 10 tahun ngurus sapi orang dari mulai sapi bali tapi sudah

dijual semua, sampai sekarang udah diganti sapi besar. Itu ada tiga sapi

remusin sama ada satu sapi brahma.”81

Dari penjelasan tersebut, dapat peneliti simpulkan bahwa apabila si

penggadoh masih kuat untuk mengurus sapi-sapi tersebut maka perjanjian

tersebut akan terus berlangsung, namun jika penggadoh sudah tidak kuat lagi

maka penggadoh boleh menyerahkan kembali sapi tersebut kepada pemiliknya

atau bisa juga dari pemilik yang menginginkan perjanjian tersebut berakhir

karena pemilik ingin menjual sapinya. Oleh karena jangka waktu perjanjian

tidak dibatasi, maka perjanjian tersebut dapat diakhiri kapan saja. Artinya para

pihak baik pemilik sapi maupun penggadoh dapat mengakhiri perjanjian kapan

saja, meskipun dalam hal ini salah satu pihak belum atau tidak ingin

mengakhiri perjanjian tersebut. Hal ini dirasakan oleh bapak Maryonoyang

harus merelakan sapi tersebut dijual meskipun itu tidak sesuai dengan

perjanjian awal.Berikut pernyataan bapak Maryono:

“Gimanalah ya penggadoh itu kan tergantung pihak pertama. Kalau pihak

pertama mau jual ya apa boleh buat. Penggadoh hanya sebatas kemampuan

saja. Kalau dipikir rugi lo mbak ngurus 1 tahun cuma dapat Rp 1.500.000-, tapi

yang punya butuh duit ya gimana. Padahal ya sayang, apalagi kan seharusnya

tadinya mau bagi hasil anak/kongsi.”82

Sapi yang dipelihara oleh masyarakat cukup banyak macamnya seperti

sapi bali, sapi simetal, sapi brangus, sapi brahman dan sapi limuosin.83

Namun

81

Hasil wawancara dengan Idah, selaku PenggadohSapi, tentang Jangka Waktu

Perjanjian, tanggal 12 Mei 2019. 82

Hasil wawancara dengan Maryono, selaku PenggadohSapi, tentang Jangka Waktu

Perjanjian, tanggal 10 Mei 2019. 83

Yang dimaksud dengan sapi bali yaitu jenis sapi dengan berat badan hanya mencapai

350-450 kg. Sedangkan sapi simetal, sapi brangus, sapi brahman dan sapi limousin yaitu jenis sapi

dengan ukuran besar dan memiliki berat badan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan sapi

bali, dimana berat sapi ini mencapai 1 ton bahkan lebih. Sapi ini juga merupakan jenis sapi

unggulan dan merupakan kategori sapi pedaging yang menjadi andalan di Indonesia.

Page 67: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

54

kebanyakan penggadoh mengurus sapi bali. Dari 6 orang penggadoh, 4 orang

menggadoh sapi bali dan hanya 2 orang yang menggadoh sapi jenis lainnya.

Karena jenis sapi lainnya termasuk sapi besar yang menurut mereka cukup

susah untuk di urus karena memerlukan makanan sangat banyak dan cukup

repot untuk mengurusnya sehingga penggadoh harus mengeluarkan uang lebih

banyak lagi untuk mengurus sapi tersebut. Seperti yang dikatakan oleh ibu

Sutini:

“Umumnya orang di sini ngurusnya sapi bali mbak. Soalnya sapi besar tu susah

mbak, makan rumputnya harus banyak, harus di kasih ampas tahu juga,

kandangpun harus besar dan bersih terus. Tapi kalau jualnya susah, soalnya

mahal. Blantik (perantara pada jual beli ternak) pun jarang mau mbelinya.”84

Meskipun demikian jenis sapi besar (seperti limousin, simetal, brangus

dan brahman) memiliki kelebihan dibandingkan dengan sapi bali. Kelebihan

dari sapi besar tersebut tidak mudah terserang penyakit seperti sapi bali yang

sangat mudah terserang virus sapi yaitu jembrana atau keringat darah.85

Selain

itu kelebihan lain yang di miliki oleh jenis sapi besar yaitu memiliki harga

yang lebih mahal dibandingkan dengan sapi bali. Sehingga keuntungan yang di

dapat pun cukup besar juga. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh bapak

Arip:

“Memang iya sapi jenis metal, brahman sama brangus kayak gini makannya

banyak nian. Kalau dituruti itu sebanyak apapun kita kasih ya habis. Belum

lagi ampas tahunya setiap hari itu 1 karung setengah. Sapi ini juga harus

dimandikan setiap hari, tempatnya juga harus bersih makanya sampai lantainya

harus di semen. Tapi sesuai lah sama hasilnya nanti. Soalnya kalau sapi metal

kayak gini yang betina baru umur 1 tahun aja ini udah bisa laku Rp

15.000.000-, belum lagi kalau sapi remusin lebih mahal lagi. Enaknya lagi sapi

84

Hasil wawancara dengan Sutini, selaku PenggadohSapi, tentang Jenis Sapi Yang

Dipelihara Penggadoh, tanggal 4 Mei 2019. 85

Hasil wawancara dengan Arip, selaku PenggadohSapi, tentang Kelebihan dan

Kekurangan Sapi Yang Dipelihara, tanggal 12 Mei 2019.

Page 68: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

55

kayak gini gak mudah kena virus sapi, gak kayak sapi bali. Sapi bali tu kalau

sudah mulai ada-ada yg kena virus, mulai lah banyak yang pada mati. Kalau

sapi kayak gini alhamdulillah aman lah.”86

Selama masa perawatan sapi akan muncul beberapa biaya yang harus

ditanggung. Dimana penanggung jawab biaya-biaya pun juga bermacam-

macam baik untuk perkembangbiakan sapi maupun ketika sapi sakit.

Perkembangbiakan sapi yang di lakukan oleh masyarakat ada dua macam

yaitu perkembangbiakan secara kawin alami dan kawin suntik. Namun

kebanyakan saat ini yang dilakukan oleh masyarakat yaitu perkembangbiakan

melalui kawan suntik, sehingga untuk perkembangbiakan sapi memerlukan

biaya untuk memanggil Mantri dan suntiknya. Untuk menanggung biaya

tersebut, sehingga diperlukan penanggung jawab agar usaha tersebut tetap

berjalan dengan baik. Dan untuk penanggung jawab perkembangbiakan sapi

dapat dibedakan menjadi tiga (3) yaitu:87

1. Ditanggung penggadoh, maksudnya: jika perkembangbiakan sapi tersebut

dibebankan kepada penggadoh, maka pemilik tidak ikut campur dalam

perkembangbiakan tersebut baik untuk memanggil Mantri maupun biayanya.

Hal ini lah yang dirasakan oleh bapak Surya dan bapak Arip.

2. Ditanggung pemilik, maksudnya: jika perkembangbiakan sapi tersebut

ditanggung oleh pemilik, maka pemiliklah yang menanggung semua biaya baik

dari pemanggilan Mantri maupun biayanya suntiknya. Penggadoh hanya perlu

memberi tahu kepada pemilik jika sapi sudah siap di suntik. Atau bisa juga

86

Ibid. 87

Dirangkum dari berbagai hasil wawancara dari Surya, Arip, Sutini, Idah, Suparmi,

tentang Pihak Yang Menanggung Biaya Perkembangbiakan Sapi, tanggal 4 Mei 2019 s/d 12 Mei

2019.

Page 69: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

56

penggadoh yang membayar biaya suntiknya terlebih dahulu dan jika telah

disuntik maka pemilik tinggal menggantikan biaya tersebut.Hal ini lah yang

dirasakan olehibu Sutini dan ibu Idah.

3. Ditanggung penggadoh dan pemilik, maksudnya: jika perkembangbiakan

sapi tersebut ditanggung pemilik dan penggadoh, maka biaya yang dikeluarkan

untuk memanggil Mantri dan biaya suntik akan ditanggung berdua (sama

besar). Hal ini lah yang dirasakan olehibu Suparmi.

Perkembangbiakan sapi yaitu dengan cara melahirkan. Umur untuk sapi

siap hamil yaitu umunya pada usia 2 tahun. Akan tetapi ada juga yang siap

hamil di usia 1,5 tahun. Namun untuk usia 1,5 tahun harus benar-benar

diperhatikan dari segi pertumbuhan sapi itu sendiri, kesehatannya, asupan

nutrisi dan dari faktor keturunan. Masa kehamilan sapi yaitu selama 9 bulan 10

hari/15 hari. Dan setelah melahirkan dan melalui masa lebih kurang 65 hari,

maka sapi memasuki masa birahi dan pada masa ini lah sapi siap untuk

dikawinkan atau dikawin suntik. Maka sapi pada umumnya selalu melahirkan 1

tahun 1 kali.88

Dalam peternakan sapi sangat jarang hewan ternak yang terkena

penyakit. Sehingga sangat jarang sekali ada pengeluaran biaya untuk

pengobatan sapi. Namun ada kalanya sapi terkena penyakit seperti diare atau

bahkan terkena virus. Dan untuk penanggung jawab jika sapi sakit pun dapat

dibedakan menjadi tiga (3) yaitu:89

88

Hasil wawancara dengan Nanang, selaku Mantri Sapi, tentang masa kehamilan sapi,

tanggal 9 Agustus 2019. 89

Dirangkum dari berbagai hasil wawancara dari Surya, Arip, Sutini, Idah, Suparmi,

tentang Pihak Yang Menanggung Biaya Pengobatan Sapi, tanggal 4 Mei 2019 s/d 12 Mei 2019.

Page 70: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

57

1. Ditanggung penggadoh, maksudnya:jika penggadoh yang menanggung

biaya jika sakit, maka jika sapi memerlukan obat baik ketika sakit maupun

hanya untuk vitamin, maka penggadoh lah yang membelikannya dan jika perlu

jamu maka penggadohlah yang membuatkannya.Hal ini lah yang dilakukan

olehbapak Surya dan bapak Arip.

2. Ditanggung pemilik, maksudnya: jika pemilik yang menanggung biaya

jika sakit, maka jika sapi memerlukan obat baik ketika sakit, maka pemiliklah

yang membelikannya atau bisa juga penggadoh yang membelikannya terlebih

dahulu kemudian nantinya pemilik akan mengganti biaya tersebut.Hal ini lah

yang dilakukan olehibu Sutini dan ibu Idah.

3. Ditanggung penggadoh dan pemilik, maksudnya: jika penggadoh dan

pemilik yang menanggung biaya jika sakit, maka jika sapi memerlukan obat

baik ketika sakit maupun hanya untuk vitamin, maka biayanya akan

ditanggung berdua.Hal ini lah yang dilakukan olehibu Suparmi.

Namun khusus jika sapi yang digadohkan itu mati, maka tanggung

jawab itu terletak pada pemilik. Karena menurut bapak Daud, tidak mungkin

kita membebankan hal itu pada penggadoh yang juga telah kehilangan

tenaganya untuk merawat selama ini.Jadi kita bagi-bagi beban lah meskipun

pada akhirnya tetap pemilik lah yang menanggung kerugian cukup besar.90

Hal ini pun senada dengan yang dikatakan oleh ibu Suparmi dimana

jika sapinya mati maka itu risiko pemilik. Karena itu keluarga sendiri, jadi

tidak mungkin untuk meminta ganti rugi. Menurut penggadoh pada saat sore

90

Hasil wawancara dengan Daud, selaku Pemilik Sapi, tentang Pihak Yang Menanggung

Kerugian Dari Kematian Sapi, tanggal 13 Mei 2019.

Page 71: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

58

sapi itu sehat-sehat saja dan ketika pagi sapi tersebut sudah kaku di kandang.

Padahal sangat jarang terjadi sapi mati secara tiba-tiba jika bukan karena sakit.

Terkecuali sebenarnya sapi tersebut memang sakit akan tetapi si penggadoh

tidak mengetahuinya.91

Begitupun yang dikatakan oleh bapak Salim, bahwa sapi yang mati

merupakan risiko dari pemilik. Karena tidak tega jika harus penggadoh yang

menanggung. Apalagi jika sapinya yang mati mendadak seperti kemarin,

padahal baru 1 minggu di beli. Kan memang ada penyakit sapi yang kalau pada

ayam itu disebut flu burung. Jadi hewan yang terserang itu terlihat sehat-sehat

saja dan makanpun masih lahap, tapi tiba-tiba hewan itu akan langsung sekarat

dan dalam hitungan menit itu bisa langsung mati.92

Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa pihak, peneliti

menyimpulkan bahwa terkait pihak yang menanggung jika sapi mati,

sebenarnya bukanlah kesepakatan yang mereka buat sejak awal, namun hal itu

terjadi secara spontan ketika sapi yang di urus mati. Dan pihak yang

menanggung risiko biaya yaitu ialah pemilik sapi. Sedangkan penggadohlah

yang akan menguburkan sapi tersebut. Dan hal tersebut diakui dan disetujui

oleh kedua belah pihak.

91

Hasil wawancara dengan Suparmi, selaku Pemilik Sapi, tentang Pihak Yang

Menanggung Kerugian Dari Kematian Sapi, tanggal 4 Mei 2019. 92

Hasil wawancara denganSalim, selaku Pemilik Sapi, tentang Pihak Yang Menanggung

Kerugian Dari Kematian Sapi, tanggal 10 Agustus 2019.

Page 72: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

59

Dalam nggadoh sapi ini terdapat hak dan kewajiban yang harus

dipenuhi baik oleh pemilik maupun penggadoh.93

a. Hak dan kewajiban pemilik sapi

1) Hak pemilik

a) Keuntungan sesuai nisbah yaitu dimana keutungan dari usaha

nggadoh tersebut ditetapkan di awal akad dan sesuai kesepakatan

kedua belah pihak. Keuntungan tersebut bisa berupa bagi anak, bagi

keuntungan jual dan bagi hasil anak/kongsi.

b) Modal awal yaitu dimana sapi yang menjadi modal awal merupakan

hak dari pemilik. Sehingga ketika mereka melakukan bagi keuntungan

jual, maka sebelum di bagi keuntungan tersebut, maka harus diambil

terlebih dahulu modal awalnya/harga sapi sebelum di urus. Namun

untuk jenis bagi anak dan bagi hasil anak/kongsi, yang di bagi hanya

anak nya saja sedangkan induk tetap menjadi milik si pemilik.

c) Menjual sapi kapanpun mereka menginginkannya, maksudnya yaitu

ketika pemilik menginginkan sapi tersebut untuk di jual, maka pemilik

dapat mengatakan kepada penggadoh dan kemudian mengambil sapi

tersebut.

2) Kewajiban pemilik

a) Memberi kebebasan kepada penggadoh. Terkait pemberian makan,

cara perkembangbiakan dan pengadaan kandang. Akan tetapi

seharusnya itu dikandangkan, karena itu sudah ada peraturannya yaitu

93

Dirangkum dari berbagai hasil wawancara dari Suparmi, Bagyo, Daud, Sutini, Maryono,

Jabit, Surya, Arip, Idah, tentang hak dan kewajiban pemilik dan penggadoh, tanggal 4 Mei 2019

s/d 13 Mei 2019.

Page 73: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

60

perda yang menyatakan bahwa ternak itu wajib dikandangkan.94

Dan

berdasarkan pengamatan peneliti, masyarakat pada umumnya telah

menyediakan kandang untuk ternak sapi mereka.

b. Hak dan kewajiban penggadoh sapi

1) Hak penggadoh

a) Keuntungan sesuai nisbah yaitu dimana keutungan dari usaha

nggadoh tersebut ditetapkan di awal akad dan sesuai kesepakatan

kedua belah pihak. Keuntungan tersebut bisa berupa bagi anak, bagi

keuntungan jual dan bagi hasil anak/kongsi.

2) Kewajiban penggadoh

a) Memberi makan dan minum untuk hewan ternak merupkan kewajiban

penggadoh. Dimana pemberian makan dilakukan 1 hari 2 kali.

b) Memberi jamu jika sakit. Jamu yang diberikan yaitu berupa jamu

racikan sendiri. Jamu tersebut dapat terbuat dari campuran bahan-

bahan seperti kunyit, gula merah, dll. Dan dilakukan 1 minggu 2 kali.

c) Menyediakan kandang. Menurut penggadoh, menyediakan kandang

sebenarnya bukan lah hal yan diperintahkan oleh si pemilik. Hanya

saja tetap disediakan untuk keamanan sapi.

d) Membersihkan kandang sangat wajib dilakukan, karena jika tidak

dibersihkan, selain membuat kandang menjadi kotor karena kotoran

sapi, hal ini juga dapat membuat sapi mudah sakit.

94

Peraturan Daerah Kabupaten Tebo Nomor 8 Tahun 2014 Pasal 1 tentang Perubahan

Atas Peraturan Daerah Kabupaten Tebo Nomor 17 Tahun 2002 pasal 3 tentang Penertiban dan

Pengembangan Ternak, https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/69575/perda-kab-tebo-no-8-

tahun-2014, akses pada 17 Juni 2019.

Page 74: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

61

Untuk kewajiban seorang penggadoh, semua penggadoh seperti salah

satunya bapak Arip menyadari bahwa selama merawat sapi kewajibannya

yaitu:

“Kalau kewajiban dari penggadoh ya ngasih makan, minum, ngasih jamu kalau

sakit, bersihkan kandang dan juga kalau ada apa-apa segera lapor ke

pemilik.”95

Usaha nggadoh sapi ini pun cukup dirasakan oleh masyarakat

manfaatnya, terutama bagi mereka yang telah mendapatkan hasil bagiannya.

Beberapa manfaatnya yaitu:

Pertama, manfaat yang telah dirasakan oleh ibu Idah yaitu selama ia

mengurus sapi milik orang lain ini, mereka sudah mampu membeli tapak

rumah dan bisa memiliki rumah sendiri meskipun masih papan serta mereka

mampu membeli kebun meskipun masih kosong.96

Kedua, manfaat yang juga dirasakan oleh ibu Sutini yaitu ia mampu

membayar biaya masuk pesantren untuk anaknya. Karena menurut dia jika

tidak nggadoh, mungkin ia tidak mampu untuk membayar biaya sekolah

anaknya yang sangat ingin masuk pesantren. Selain itu ia juga bisa memiliki

sapi tanpa harus membeli.97

Ketiga, manfaat dari nggadoh sapi ini pun juga dirasakan oleh bapak

Arip. Dimana ia mengatakan bahwa nggadoh ini seperti menabung tanpa

terasa. Karena terutama ia yang seorang sopir jika ada sisa dari uang jalan

95

Hasil wawancara dengan Arip, selaku PenggadohSapi, tentang Hak dan Kewajiban

Penggadoh, tanggal 12 Mei 2019. 96

Hasil wawancara dengan Idah, selaku PenggadohSapi, tentang Manfaat Usaha

NggadohSapi, tanggal 12 Mei 2019. 97

Hasil wawancara dengan Sutini, selaku PenggadohSapi, tentang Manfaat Usaha

NggadohSapi, tanggal 4 Mei 2019.

Page 75: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

62

kalau dipegang masih berupa uang, itu tidak akan bisa ditabungkan, karena

pasti ada saja yang mau dibeli meskipun tidak penting. Tapi kalau uang sisa

uang jalan ini sudah dibelikan ampas tahu untuk makan sapi maka sudah itu

merupakan tabungan. Meskipun uang itu akan membutuhkan waktu yang lama

untuk bisa kita gunakan kembali. Karena uang tersebut hanya akan kembali

jika ada sapi yang dijual.98

Keempat, manfaat dari nggadoh sapi ini juga dirasakan oleh ibu

Suparmi yang mengatakan bahwa nggadoh ini sangat menguntungkan, karena

baginya selaku pemilik sapi, ia bisa mendapatkan bagi hasil tanpa harus

memelihara sapi-sapinya sendiri. Meskipun ia yang harus menyediakan modal,

namun itu bukan masalah baginya, karena ia merasa mampu dan sangat

disayangkan kalau uang yang ia miliki hanya disimpan saja. Jika dibelikan sapi

dan digadohkan ke orang lain maka dapat membantu mereka yang

membutuhkan pekerjaan.99

Namun ada juga yang belum bisa merasakan manfaat dari nggadoh sapi

terebut. Seperti yang dikatakan bapak Jabit bahwasannya ia menyadari

dikarenakan ia masih sangat baru dalam nggadoh sapi ini. Sehingga ia belum

merasakan manfaatnya karena belum mendapatkan hasil. Akan tetapi ia tetap

merasa senang karena mengurus sapi itu memang merupakan keinginannya.

98

Hasil wawancara dengan Arip, selaku PengadohSapi, tentang Manfaat Usaha

NggadohSapi, tanggal 12 Mei 2019. 99

Hasil wawancara dengan Suparmi, selaku Pemilik Sapi, tentang Manfaat Usaha

NggadohSapi, tanggal 4 Mei 2019.

Page 76: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

63

Dan juga mengurus sapi itu bisa menjadi hiburan baginya, karena ia dapat

bepergian meskipun itu hanya untuk mencari rumput.100

Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat peneliti katakan bahwa pada

usaha nggadoh sapi yang dilakukan oleh masyarakat desa Sapta Mulia terjadi

karena adanya kesepakatan antara kedua belah pihak yaitu pihak pemilik dan

penggadoh. Dimana yang menjadi modal utama yaitu sapi merupakan hak

milik dari pemilik sapi. Selama masa perawatan, muncul beberapa biaya seperti

biaya perkembangbiakan dan biaya pengobatan ketika sapi sakit yang

pembagiannya telah dijelaskan pada penjelasan sebelumnya. Pembagian hasil

pada usaha nggadoh sapi dilakukan sesuai kesepakatan yang telah ditetapkan

sebelumnya, yaitu pada awal akad. Dengan adanya bagi hasil tersebut, baik

penggadoh maupun pemilik dapat merasakan manfaatnya baik secara moril

maupun materil. Secara singkat penjelasan diatas dapat dilihat pada gambar di

bawah ini:

100

Hasil wawancara dengan Jabit, selaku PenggadohSapi, tentang Manfaat Usaha

NggadohSapi, tanggal 10 Mei 2019.

Pemilik Kesepakatan Penggadoh

Perjanjian

Usaha Nggadoh

sapi

Masa

Perawatan Sapi

Biaya

Perkembangbia

kan

Biaya

Pengobatan

Hasil

Manfaat

Page 77: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

64

2. Bagi Hasil antara Pemilik dan Peternak Sapi di Desa Sapta Mulia

Pada usaha nggadoh sapi yang dilakukan oleh masyarakat, penentuan

bagi hasil apa yang akan dilakukan ditentukan di awal pada saat sapi yang

menjadi modal awal datang. Pada awalnya pembagian keuntungan yang

mereka terapkan adalah bagi anak. Setelah itu baru muncul sistem bagi

keuntungan jual. Namun karena pemikiran mereka yang semakin lama semakin

berkembang, muncullah sistem bagi hasil anak/kongsi.101

Sehingga pada saat

ini sistem bagi hasil yang ada di Desa Sapta Mulia dapat dibedakan menjadi

tiga (3) yaitu:

a. Bagi anak102

Untuk bagi hasil jenis ini, ada dua cara yang biasa dilakukan oleh

masyarakat yaitu:

1) Jika sapi yang menjadi modal awal adalah sapi betina dara, maka ketika

sapi tersebut melahirkan anak pertama untuk penggadoh dan anak kedua

untuk pemilik.

2) Sedangkan jika sapi yang menjadi modal awal adalah sapi betina yang

sudah pernah beranak sebelumnya, maka ketika sapi tersebut melahirkan

anak pertama untuk pemilik dan anak kedua untuk penggadoh.

Meskipun pada sistem bagi hasil ini hanya anaknya saja yang dibagi,

akan tetapi pada saat penyerahan induk sapi, induk sapi tersebut juga ditaksir

harganya disesuaikan dengan harga sapi saat itu untuk ukuran sapi itu.

101

Hasil wawancara dengan Bagyo Santoso, selaku Kades desa Sapta Mulia, tentang Awal

Mula Nggadoh di desa Sapta Mulia, tanggal 9 Mei 2019. 102

Hasil wawancara dengan Sutini, selaku Penggadoh Sapi, tentang Cara Penentuan Bagi

Hasil, tanggal 4 Mei 2019.

Page 78: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

65

Sehingga suatu saat ketika pemilik ingin menjual induk sapi tersebut, maka

keuntungan dari penjualan induk tesebut juga dibagi dua antara pemilik dan

penggadoh.

b. Bagi keuntungan jual

Untuk bagi hasil jenis ini,awalnya pemilik menyerahkan sapinya baik

jantan maupun betina, baik masih kecil maupun yang kira-kira sudah berumur

1 tahun. Namun pada saat penyerahannya harga sapi tersebut ditaksir harganya

sesuai dengan ukuran dan harga saat itu. Lalu sapi tersebut dipelihara oleh

penggadoh. Kemudian ketika salah seorang dari mereka ingin menjualnya dan

satu pihak lagi sepakat, maka sapi tersebut dijual. Setelah dijual, maka diambil

dulu uang yang menjadi modal atau harga awal sapi. Kemudian kelebihan dari

modal tersebut dibagi dua atau 50:50, 50% bagian pemilik modal dan 50 %

bagian penggadoh.

Berikut adalah contoh perhitungan bagi keuntungan penjualan yang

dialami oleh bapak Maryono yakni: dimana sapi yang menjadi modal awal

seharga Rp 6.000.000-,. Setelah dirawat selama 1 tahun, sapi tersebut terjual

seharga Rp 9.000.000-,. Maka keuntungan yang didapatkan dari perawatan

selama 1 tahun adalah Rp 3.000.000-,. Karena berasarkan kesepakatan nisbah

yang disepakati adalah 50:50 maka dari keuntungan tersebut di dapatlah Rp

1.500.000-, untuk pemilik dan Rp 1.500.000-, untuk penggadoh.

Dalam pelaksanan bagi keuntungan jual ini, penggadoh banyak yang

mengeluhkan bahwasannya jika di kalkulasikan bagi hasil jenis ini tidak

menguntungkan, karena mereka juga mengeluarkan biaya transportasi untuk

Page 79: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

66

mencari makan sapi. Dan untuk mencari makan tersebut cukup jauh sehingga

membutuhkan biaya yang lumayan banyak. Akan tetapi hal tersebut tidak ada

perhitungannya sama sekali. Sebagaimana yang diungkapkan oleh bapak

Maryono:

“Kalau dihitung-hitung gak untung. Gimana ya rumput aja harus diaritkan. Dan

itu harus tiap hari juga. Itu kalau dihitung Rp 3.000-,/hari kalau di kali 1 tahun

udah berapa. Belum lagi garam untuk minumnya. Na kalau kayak gini

dapatnya Cuma Rp 1.500.000-, ya gak masuk nian mbak. Kecuali sapi nya

diangon terus iya, jadi gak ngeluarkan biaya tiap hari. Kalau gitu baru bisa

untung.”103

Namun pernyataan tersebut sangat bertentangan dengan apa yang

dikatakan oleh bapak Bagyo yaitu:

“Kalau menurut saya malah bagi keuntungan jual itu yang menguntungkan,

karena kapanpun kita butuh kita bisa jual, jadi tidak perlu waktu lama untuk

dapat bagi hasilnya. Gak kayak bagi anak, harus dapat anak 2 dulu baru bisa

dapat hasil. Kan mereka juga gak mengeluarkan modal apa-apa kok, jadi ya

sebenarnya itu untung.”104

c. Bagi hasil anak/kongsi

Untuk bagi hasil jenis ini cara pembagiannya yaitu dengan setiap sapi

melahirkan maka anak tersebut adalah milik penggadoh dan pemilik sapi

begitulah seterusnya. Jika anak sapi tersebut dijual, maka hasilnya akan

langsung di bagi dua. Namun ketika sapi yang lahir kembar, maka sapi tersebut

satu akan menjadi milik pemilik sapi dan satu lagi akan menjadi milik

penggadoh. Dalam bagi hasil jenis ini tidak dibedakan baik itu sapi yang

menjadi modal awalnya sapi betina dara maupun sapi betina yang sudah pernah

beranak.

103

Hasil wawancara dengan Maryono, selaku PenggadohSapi, tentang Bagi Hasil Apa

Yang Lebih Menguntungkan, tanggal 12 Mei 2019. 104

Hasil wawancara denganBagyo, selaku PemilikSapi, tentang Bagi Hasil Apa Yang

Lebih Menguntungkan, tanggal 9 Mei 2019.

Page 80: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

67

Pada bagi hasil jenis ini pun induk sapi yang menjadi modal awal juga

ditaksir harganya disesuaikan dengan harga sapi saat itu untuk ukuran sapi itu.

Sehingga suatu saat ketika pemilik ingin menjual induk sapi tersebut, maka

keuntungan dari penjualan induk tesebut juga dibagi dua antara pemilik dan

penggadoh.

Adanya bagi hasil anak/kongsi ini untuk menghindari terjadinya rasa

ketidakpuasan dan juga mengurangi risiko tidak dapat hasil jika sapi bagian

pemilik maupun penggadoh mati. Sebagaimana yang diungkapkan oleh bapak

Surya:

“Kalau menurut saya dari sistem bagi hasil yang ada, itu lebih menguntungkan

yang bagi hasil anak/kongsi ini. Soalnya kita bisa menghindari eh pas bagian

kita betina dan bagian orang yang punya jantan, dan juga kalau bagi anak,

takutnya nanti pas bagian kita tau-tau mati, nah kan rugi kita. Atau juga pas

sempat bagian pemilik yang mati gitu kan gak enak juga kita.”105

Munculnya bagi hasil anak/kongsi merupakan hasil pemikiran

masyarakat setelah melihat kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dari

bagi hasil yang biasa dilakukan oleh orang-orang sebelumnya. Dan pada saat

ini masyarakat pun sudah mulai banyak yang beralih menerapkan bagi hasil

anak/perkongsian ini. Namun masih ada juga yang menerapkan sistem bagi

anak dan juga keuntungan jual.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka sistem bagi hasil yang dilakukan

oleh masyarakat di desa Sapta Mulia secara ringkas dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

105

Hasil wawancara dengan Surya, selaku PenggadohSapi, tentang Bagi Hasil Apa Yang

Lebih Menguntungkan, tanggal 11 Mei 2019.

Page 81: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

68

No Jenis Bagi Hasil Cara Bagi Hasil

1 Bagi Anak Anak ke-1 untuk penggadoh dan

anak ke-2 untuk pemilik atau

sebaliknya

2 Bagi Keuntungan Jual Sapi dirawat, kemudian dijual. Dan

setelah dijual diambil modal awalnya

baru sisanya dibagi dua (50:50)

3 Bagi Hasil Anak/Kongsi Setiap anak yang lahir akan menjadi

milik si pemilik sapi dan penggadoh

3. Faktor Pendorong, Faktor Penghambat dan Potensi pada Nggadoh Sapi

di Desa Sapta Mulia

Dalam kehidupannya, masyarakat di desa Sapta Mulia mayoritas

bekerja sebagai petani dan buruh tani. Namun karena merasa bahwa pekerjaan

tersebut dapat selesai hanya dalam waktu singkat, maka mereka bingung akan

melakukan apa setelah itu. Sedangkan dari hasil tani tersebut tidak dapat

mencukupi kebutuhan keluarga. Untuk mereka yang mempunyai modal,

kebanyakan mereka membeli hewan-hewan ternak untuk dipelihara dan bisa di

jual ketika mereka membutuhkan. Namun untuk mereka yang tidak

mempunyai modal, mereka tidak dapat melakukan hal yang sama.106

Adanya usaha nggadoh sapi dapat menjadi pemecah masalah bagi

mereka yang masih membutuhkan pekerjaan yang dapat memberikan tambahan

pendapatan kepada mereka meskipun tidak secara langsung. Usaha nggadoh

sapi ini mampu terwujud karena adanya dua pihak yaitu pihak pemilik yang

mau memberikan ternaknya kepada penggadoh dan pihak penggadoh yang

bersedia mengurus ternak tersebut. Kedua pihak tersebut juga bersepakat untuk

melakukan bagi hasil dari usaha tersebut.

106

Observasi: desa Sapta Mulia, Mei 2019.

Page 82: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

69

Dalam melaksanakan usaha ini terdapat faktor-faktor yang

mempengaruhi dalam pelaksanaan usaha ternak sapi tersebut, baik berupa

faktor pendorong atau pendorong usaha nggadoh sapi maupun faktor

penghambat. Faktor pendorong dan faktor penghambat menjadi penentu

berjalannya usaha nggadoh sapi di masyarakat.

a. Faktor Pendorong

Yang menjadi pendorong atau alasan-alasan yang melatarbelakangi

terjadinya usaha nggadoh sapi di desa Sapta Mulia dapat dilihat dari dua

sisi, yaitu:

1) Faktor pendorong dari pemilik sapi107

a) Karena adanya pekerjaan lain yang sangat penting, sehingga tidak

mempunyai banyak waktu untuk mengurus ternak mereka. Meskipun

sebenarnya mereka bisa mengurus ternaknya sendiri.

b) Karena usia yang sudah tua sehingga mereka tidak memiliki tenaga

yangcukup untuk mengurus ternak apalagi ternaknya cukup susah

untuk makannya.

c) Karena mereka sudah tidak mempunyai suami lagi (janda) sehingga

tidak mampu kalau harus mengurus sapi.

d) Untuk menolong orang yang membutuhkan baik keluarga sendiri

maupun orang lain. Apalagi jika mereka sampai meminta, berarti

mereka benar-benar membutuhkan pekerjaan. Dan juga tidak mungkin

membiarkan saudara sendiri bekerja untuk orang lain sedangkan kita

107

Dirangkum dari wawancara dengan Suparmi, Bagyo dan Daud, selaku Pemilik sapi,

tentang Faktor Pendorong Melakukan Usaha Nggadoh Sapi, tanggal 4 Mei 2019 s/d 13 Mei 2019.

Page 83: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

70

masih mampu untuk membantunya, maka lebih baik kita yang

membantunya.

2) Faktor Pendorong dari penggadoh sapi108

a) Faktor utama yang mendukung seseorang untuk menggadoh yaitu

karena tidak adanya modal untuk melakukan usaha.

b) Rasa ingin memiliki juga berperan penting dalam mendorong

seseorang untuk menggadoh. Karena dengan adanya rasa ingin

memiliki ternak sendiri, maka seseorang akan berusaha untuk

mendapatkannya.

c) Dengan adanya sistem bagi hasil dari nggadoh sapi ini, penggadoh

secara tidak langung dapat menabung untuk keperluan yang

mendadak.

d) Dan juga dengan adanya nggadoh, dapat meningkatan pendapatan

keluarga. Karena jika hanya mengandalkan satu pekerjaan saja, tidak

akan mampu menopang seluruh kebutuhan keluarga. Terutama jika

pekerjaan utamanya hanya lah buruh tani.

e) Selain itu, yang mendukung seseorang untuk menggadoh yaitu karena

terlalu banyak waktu luang yang terbuang sia-sia jika tidak mengurus

sapi ini.

b. Faktor Penghambat

Kendala dari sudut pandang peneliti merupakan suatu tantangan yang harus

dihadapi baik oleh pemilik maupun penggadoh. Dan juga faktor

108

Dirangkum dari wawancara dengan Ngatini, Sutini, Maryono, Jabit, Surya, Arip dan

Idah, selaku Penggadoh Sapi, tentang Faktor Pendorong Melakukan Usaha Nggadoh Sapi,

tanggal 4 Mei 2019 s/d 12 Mei 2019.

Page 84: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

71

penghambat ini bukan merupakan penghalang dari berjalannya usaha

nggadoh sapi yang dilakukan oleh masyarakat. Namun hal ini merupakan

masalah-masalah yang dirasakan oleh mereka. Adapun yang menjadi

permasalahan dalam usaha nggadoh sapi di desa Sapta Mulia dapat dilihat

dari dua sisi, yaitu:

1) Faktor penghambat dari pemilik sapi109

a) Peternak kurang memahami seluk beluk beternak sapi pun dapat

menimbulkan kerugian. Karena dikhawatirkan ketika sapi sakit, akan

tetapi ia tidak mengetahuinya, sehingga sapi tersebut hanya dibiarkan

saja.

b) Namun peternak yang sembrono dapat menyebabkan kerugian

terbesar bagi pemilik sapi. Karena memahami tentang seluk beluk

beternak sapi, tetapi terkadang mereka hanya menyepelekan suatu

tanda-tanda yang mereka ketahui.

2) Faktor penghambat dari peternak sapi110

a) Musim kemarau menjadi permasalahan terbesar yang dirasakan oleh

semua penggadoh. Hal dikarenakan pada musim kemarau rumput

akan susah dicari. Sebab pada musim kemarau rumput akan mudah

keras sehingga sapi tidak mau memakannya. Sehingga pada musim ini

para penggadoh harus mencari rumput kemanapun asalkan mendapat

109

Dirangkum dari wawancara dengan Suparmi, Bagyo dan Daud, selaku Pemilik Sapi,

tentang Faktor Penghambat dalam Melakukan Usaha Nggadoh Sapi, tanggal 4 Mei 2019 s/d 13

Mei 2019. 110

Dirangkum dari wawancara dengan Ngatini, Sutini, Maryono, Jabit, Surya, Arip dan

Idah, selaku Penggadoh Sapi, tentang Faktor Pengambat dalam Melakukan Usaha Nggadoh Sapi,

tanggal 4 Mei 2019 s/d 12 Mei 2019.

Page 85: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

72

rumput yang segar meskipun jauh dan harus mengeluarkan biaya yang

lebih besar dari biasanya.

b) Ketika sapi betina telah mager, maka sapi tersebut tidak dapat

memiliki anak lagi. Sehingga ketika terjadi hal ini, penggadoh akan

merasa sia-sia mengurusnya. Karena ia tidak akan bisa mendapatkan

apa-apa.

c. Potensi

Dengan mengetahui faktor pendorong dan penghambat dari usaha

nggadoh sapi yang dilakukan oleh masyarakat, maka dapat diketahui potensi

yang ada pada usaha nggadoh sapi tersebut. Adapun yang menjadi potensi dari

usaha nggadoh sapi bagi masyarakat yaitu sebagaimana yang dikatakan oleh

Bapak Kades desa Sapta Mulia:111

1. Dengan adanya keuntungan yang di dapat dari bagi hasil tersebut, maka

pendapatan tersebut mampu menyokong perekonomian masyarakat.

Sehingga mereka bisa menabung untuk menyekolahkan anak, ada uang

jaga-jaga untuk kebutuhan mendesak dan setidaknya mereka lebih bisa

hidup mandiri tanpa harus meminjam uang dari orang lain untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari.

2. Jika seluruh masyarakat baik pemilik maupun penggadohmau membuat

kelompok, maka dapat dibuatkan perjanjian-perjanjian sehingga jika terjadi

sesuatu dikemudian hari maka dapat dicarikan solusinya bersama-sama.

3. Jika mereka mau rutin mengumpulkan kotoran sapi yang telah tercampur

sisa-sisa makanan dan juga mau mengumpulkan air kencingnya, sebenarnya

itu dapat menjadi tambahan pendapatan. Karena kotoran dan air kencing

sapi itu bisa dijadikan sebagai pupuk sawit. Sehingga mereka bisa

menjualnya, karena banyak juga orang yang mau membelinya. Apalagi desa

Sapta Mulia sendiri berdekatan dengan sebuah PT sawit yang sangat luas.

Kalaupun tidak laku, itu dapat digunakan untuk memupuk sawit sendiri agar

hasilnya juga lebih bagus.

111

Hasil wawancara dengan Bagyo, selaku Kades desa Sapta Mulia, tentang Potensi

Usaha NggadohSapi Yang Dilakukan Oleh Masyarakat, tanggal 9 Mei 2019.

Page 86: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

73

Adanya semangat masyarakat dalam melakukan usaha nggadoh sapi

ini, merupakan suatu usaha yang sangat baik dalam memenuhi kebutuhan

hidup mereka. Pemerintah setempat pun perlu mengambil peran penting

didalamnya untuk membantu mengatasi masalah-masalah yang dirasakan baik

oleh pemilik maupun penggadoh. Karena dengan adanya peran pemerintah

desa setempat, usaha yang dilakukan oleh masyarakat akan berjalan lebih baik

dari yang telah mereka lakukan saat ini. Selain itu pemerintahan desa yang

mengetahui potensi-potensi dalam usaha nggadoh tersebut, maka akan lebih

baik jika hal itu pun dapat dihimbaukan kepada masyarakat. Agar masyarakat

mengetahui bahwasannya dalam usaha yang telah mereka lakukan tersebut

dapat memberikan peluang yang cukup besar jika hal tersebut dilakukan

dengan sungguh-sungguh.

B. Pembahasan

Dalam usaha nggadoh sapi di desa Sapta Mulia, masyarakat menyebutnya

dengan sistem bagi hasil. Disini peneliti ingin melihat sistem bagi hasil tersebut

dari sisi sistem bagi hasil yang sesuai dengan syariat Islam yaitu mudharabah.

Dimana berdasarkan rukun mudharabah yang harus ada yaitu: shahib al-mal

(pemodal), mudharib (pengelola), al-mal (modal), al-ribh (keuntungan), al-a’mal

(pekerjaan) dan sighat (ucapan serah terima).112

Dimana praktiknya yaitudalam

usaha nggadoh sapi tersebut terdapat dua pihak yaitu shahib al-mal (pemilik),

mudharib(penggadoh) al-mal (sapi), al-ribh (sistem bagi anak, keuntungan jual

112

Ibid,hlm. 105-106.

Page 87: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

74

dan sistem bagi hasil anak/kongsi), al-a’mal (beternak sapi) dan sighat

(persetujuan dua pihak).

Meskipun dalam usaha ini yang menjadi modal adalah sapi, hal itu boleh-

boleh saja. Karena dalam suatu teori juga disebutkan bahwa modal

mudharabahboleh dalam bentuk barang, tidak mesti dalam bentuk uang.113

Dan

juga dalam Fatwa DSN-MUI Nomor 7 Tahun 2000 tentang Pembiayaan

Mudharabah, telah disebutkan bahwasannya modal dapat berbentuk uang atau

barang yang dinilai. Jika modal yang diberikan dalam bentuk aset, maka aset

tersebut harus dinilai pada waktu akad.114

Dan dalam hal ini, maka modal dengan

tidak berupa uang diperbolehkan. Karena sapi yang menjadi modal awal, telah

dinilai atau diberi harga sesuai dengan sapi pada saat itu dan hal itu sama-sama

diketahui oleh kedua belah pihak dan juga sapi yang menjadi modal dapat

diserahkan pada saat akad dan bukan berupa utang.

Jenis bagi hasil yang dilakukan oleh para penggadoh sapi yaitu dapat

termasuk dalam mudharabah muqayyadah. Sebagaimana pengertian akad

mudharabah muqayyadah sendiri yaitu di mana pemilik modal memberikan

ketentuan atau batasan-batasan yang berkaitan terkait jenis usaha, waktu, tempat

usaha sesuai syarat yang ditetapkan bersama-sama pemilik modal. Karena usaha

yang dilakukan masyarakat telah ditentukan jenis usahanya yaitu betenak sapi,

usaha tersebut dimulai pada saat modal telah ada ditangan penggadoh dan usaha

tersebut dilakukan ditempat penggadoh.

113

Jaih Mubarak dan Hasanudin, Fikih Mu’amalah Maliyyah Akad Syirkah dan

Mudharabah, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2017), hlm. 166. 114

https://mui.or.id/ wp-content/uploads/files/fatwa/07-Mudharabah.pdf, akses pada 24

Desember 2018.

Page 88: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

75

Pada Usaha ini, penggadoh dibebaskan dalam mengurus sapi tersebut.

Kebebasan yang diberikan dalam arti kebebasan yang bertanggung jawab.

Dimana kebebasan tersebut dapat dilihat pada penyediaan kandang, dimana

penggadoh dibebaskan ingin membuatkan kandang atau tidak untuk sapi yang di

urus. Namun Pemerintah Kabupaten Tebo sebenarnya telah mengeluarkan

Peraturan Daerah untuk mengatur sistem kandang peternak sapi yaitu PERDA

Kabupaten Tebo Nomor 17 Tahun 2002 yang telah diperbarui dengan PERDA

Kabupaten Tebo Nomor 8 Tahun 2014 tentang Penertiban dan Pengandangan

Ternak. Hanya saja perda tersebut belum berlaku secara efektif.115

Berdasarkaan

hasil wawancara dan pengamatan peneliti, masyarakat sudah banyak yang

mengikuti peraturan tersebut, karena rata-rata masyarakat yang memiliki ternak

dan termasuk penggadoh memiliki kandang untuk ternak mereka. Berdasarkan

penjelasan diatas, maka akan lebih baik jika ternak dikandangkan, karena telah

ada peraturan resmi dari pemerintah daerah yang harus ditaati. Dan untuk

pembuatan kandang, pemilik hendaknya ikut serta memberikan bantuan untuk

membantu penggadoh menyediakan kandang. Karena secara tidak langsung

penggadoh telah menyediakan tanah untuk kandang, maka pemilik hendaknya

turut membantu dalam pembuatan kandang minimal membantu tenaga atau bisa

dengan memberikan sedikit bantuan materil seperti biaya untuk membeli paku,

minum dan snack untuk yang membangun kandang ketika ia tidak mampu

membantu tenaga.

115

http://kejari-tebo.go.id/2017/11/01/714, akses pada 17 Juni 2019.

Page 89: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

76

Selain itu kebebasan yang diberikan juga dapat dilihat pada cara

pemberian makan. Dimana pemilik membebaskan penggadoh akan mencarikan

rumput atau membiarkan sapi-sapi nya diliarkan untuk mencari makan sendiri.

Untuk memberikan makan ternak tersebut penggadoh pada umumnya mencarikan

rumputnya, dan tidak diangon dengan alasan daerah mereka yang cukup rawan,

sehingga mereka memerlukan biaya transportasi untuk mencari rumput tersebut.

Atas dasar itu, penggadoh mengeluhkan karena ketika mendapatkan bagi hasil,

terutama untuk penggadoh yang menggunakan sistem bagi keuntungan jual, biaya

yang mereka keluarkan tidak sesuai dengan bagi hasil yang mereka dapatkan.

Namun jika mengacu pada Fatwa DSN-MUI Nomor 7 Tahun 2000 tentang

Pembiayaan Mudharabah, maka seharusnya memang biaya operasional yang

dikeluarkan oleh pengelola ditanggung oleh mudharib (pengelola) itu sendiri.116

Dan juga dalam pembahasan biaya pengelolaan mudharabah, biaya bagi

mudharib diambil dari hartanya sendiri. Bila biaya mudharabah diambil dari

keuntungan, kemungkinan pemilik harta (modal) tidak akan memperoleh bagian

dari keuntungan karena mungkin saja biaya tersebut sama besar atau bahkan lebih

besar daripada keuntungan.117

Sehingga meskipun penggadoh mengeluhkan

tentang biaya tersebut, maka hal itu tetap menjadi tanggung jawabnya. Namun hal

ini dapat diatasi dengan membebaskan sapi mencari makannya sendiri (diangon).

Dan juga untuk menjaga kemanan sapi-sapi yang diangon, Pemerintah Desa juga

harus turut serta membantu masyarakat dengan menambahkan sistem kemanan

yang memadai. Sehingga masyarakat dapat dengan mengangon sapi mereka

116

https://mui.or.id/ wp-content/uploads/files/fatwa/07-Mudharabah.pdf, akses pada 24

Desember 2018. 117

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, hlm.141.

Page 90: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

77

dengan aman dan dapat mengurangi pengeluaran mereka untuk memberikan

makan sapi.

Sistem bagi hasil di desa Sapta Mulia dilaksanakan dengan tujuan untuk

saling tolong menolong untuk bekerjasama berusaha dalam suatu usaha di mana

pihak pertama kelebihan dana dan pihak kedua kekurangan modal namun

memiliki skill sehingga mereka dapat bekerja sama untuk menjalankan usaha dan

keuntungan dibagi bersama, dengan adanya kerjasama dengan sistem bagi hasil

ini diharapkan dapat membantu meningkatkan perekonomian keluarga, setidaknya

dapat menambah pendapatan penduduk sedikit demi sedikit. Hanya saja, menurut

peneliti masih ada beberapa hal yang masih perlu diperhatikan dalam

pelaksanaannya. Seperti:

1. Akad yang terjalin atara pemilik dengan penggadoh hanya akad lisan dan

pada saat pernyataan akad tidak terdapat saksi. Sehingga jika ada komplen

baik pemilik maupun penggadoh tidak memiliki bukti yang kuat. Padahal

dalam Islam setiap bermuamalah atau melakukan transaksi hendaknya ditulis

sebagaimana tertuang dalam Qs. Al-Baqarah 282. Meskipun akad secara lisan

dibolehkan, namun dengan adanya akad tertulis dapat lebih mengikat semua

pihak yang terlibat dalam akad tersebut. Sehingga adanya akad dan

perjanjian-perjanjian tertulis sangat dibutuhkan untuk menghindari risiko

yang mungkin akan terjadi dikemudian hari dan tidak ada peluang bagi

seseorang mencari cela untuk berbuat curang kepada pihak lain dan akad

yang dilakukan akan memberikan hasil yang memuaskan bagi semua pihak

yang berakad.

Page 91: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

78

2. Dalam latar belakang peneliti mendapatkan pernyataan bahwa ada penggadoh

yang tidak mengembalikan sapi milik pemiliknya ketika pemiliknya

meninggal. Namun dalam proses penelitian selanjutnya peneliti tidak

menemukan kepastian mengenai hal itu, karena tidak ada yang mengetahui

kejelasannya. Dan berdasarkan hasil pencarian dan wawancara peneliti

kepada berbagai pihak, dalam praktiknya selama ini belum pernah ada terjadi

dimana ada salah satu pihak yang meninggal. Sehingga jawaban para

informan hanya sebagaimana baiknya yang harus mereka lakukan.

Sedangkan dalam teori mudharabah, akad akan berakhir jika salah seorang

yang berakad meninggal dunia. Karena ketika pemilik (shahibul mal) telah

meninggal dunia, pengelola (mudharib) tidak berhak mengelola modal lagi.118

Kecuali ahli waris atau walinya bisa melanjutkan perjanjian tersebut sesuai

dengan kesepakatan terhadap pendahulunya atau orang yang memberi kuasa

kepadanya sebelumnya.119

Meskipun belum pernah terjadi, permasalahan

seperti ini pun perlu diketahui dan dipahami dengan baik oleh pihak-pihak

terkait, karena ini akan menyangkut dengan bagaimana kedepannya dari

usaha nggadoh itu sendiri dan juga hubungan baik antar pihak yang terlibat

dalam usaha ini. Sehingga adanya hitam diatas putih dan peran Pemerintah

desa sangat diperlukan, agar tidak ada kezaliman dalam pelaksanaan usaha

nggadoh sapi tersebut.

3. Dalam usaha nggadoh ini juga tidak ditentukan batas waktu dari usaha ini.

Padahal dalam Fatwa DSN-MUI No.7 tentang PembiayaanMudharabahtelah

118

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, hlm. 142. 119

Abdullah al-Mushlih dan Shalah ash-Shawi, Fikih Ekonomi Keuangan Islam, hlm. 184.

Page 92: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

79

disebutkan bahwa mudharabah boleh dibatasi oleh periode tertentu.120

Dan

juga dalam Undang-Undang No.6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan

Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan dikatakan bahwa dalam hal yang

dipeternakkan atas dasar bagi hasil itu ialah ternak besar, maka waktu tidak

boleh kurang dari 5 tahun.121

Namun jika telah diketahui kapan mereka bisa

mendapatkan hasil. Maka bisa ditentukan setidaknya pembatasan minimal

dari waktu pelaksanaan usaha nggadoh sapi tersebut. Seperti pada jenis bagi

anak yaitu dimana anak pertama untuk penggadoh anak kedua untuk

peggadoh ataupun sebaliknya. Setelah diketahui bahwa sapi beranak 1 tahun

1 kali, maka kedua pihak bisa mendapatkan bagian setelah 2 kali sapi beranak

atau 2 tahun dan jika ditambah dengan masa perawatan lebih kurang 1 tahun,

maka minimal waktu untuk melakukan bagi hasil yaitu selama 3 tahun.

Sedangkan untuk bagi keuntungan jual, bisa ditentukan waktu minimal 1

tahun. Dan untuk bagi hasil anak/kongsi, jika sapi dara yang menjadi modal,

maka ketika sapi telah melahirkan anak pertamanya, maka kedua pihak telah

mendapatkan hasil. Untuk bagi hasil anak/kongsi bisa ditentukan waktunya

lebih kurang 2 tahun, yaitu 1 tahun masa sebelum hamil dan 1 tahun pada

masa kehamilan dan kelahiran. Selain itu dengan mengetahui batasan waktu,

maka tidak ada salah satu pihak pun yang bisa melakukan sesuatu diluar

perjanjian awal, seperti terjadinya pemberhentian akad hanya karena salah

satu pihak menginginkannya.

120

https://mui.or.id/ wp-content/uploads/files/fatwa/07-Mudharabah.pdf, akses pada 24

Desember 2018. 121

http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_1967_6.pdf, akses pada 24 November

2018.

Page 93: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

80

4. Dalam pelaksanaannya baik pemilik maupun penggadoh tidak memiliki

catatan rincian dana yang mereka keluarkan selama melakukan usahanya.

Padahal telah disebutkan dalam prasyarat tambahan dalam akad mudharabah,

bahwasannya akad mudharabah akan berjalan dengan baik jika prasarat

moral dan prasarat managerial dapat dipenuhi oleh pihak-pihak yang

melakukan akad mudharabah.Dimana syarat-syarat tersebut yaitu akad

mudharabah harus didasari oleh kejujuran, jauh dari kecurangan, transparan

dan managerial yang rapi. Hal ini perlu dilakukan untuk meminimalisir

bahkan menghapus risiko yang mungkin timbul dari sistem mudharabah.

Karena akad mudharabah adalah akad yang memiliki risiko tinggi.122

Maka

dari itu, selain jujur dan rasa saling percaya, adanya pencatatan yang rapi juga

sangat diperlukan dalam usaha ini. Karena dengan adanya pencatatan yang

rapi dan lengkap, baik pemilik maupun penggadoh bisa mengetahui apakah

usaha yang mereka menguntungkan atau tidak. Dan juga ketika ada catatan

maka pihak-pihak terkait tidak dapat mengatakan dan melakukan tuduhan

pada pihak lainnya bahwa apa yang telah terjadi tidak sesuai dengan apa yang

diperjanjikan diawal.

5. Selain itu biaya-biaya yang muncul selama masa perawatan sapi seperti biaya

ketika sapi sakit dan untuk perkembangbiakan, masih bercampur dalam

pembagiannya. Dan juga biaya tersebut tidak diperhitungkan sama sekali saat

pembagian hasil. Padahal biaya tersebut harus dihitung dan dikembalikan

pada saat pembagian hasil diakhir. Dimana jika keuntungan dihitung dengan

122

Yazid Afandi, Fiqh Muamalah, hlm. 115.

Page 94: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

81

sistem profit and loss sharing, sebelum pembagian keuntungan, maka

pendapatan harus dikurangi modal dan biaya-biaya yang muncul selama masa

perawatan. Sedangkan jika dihitung dengan revenue sharing, maka untuk

pembagian keuntungan, pendapatan hanya dikurangi dengan modal saja, dan

biaya yang muncul ditanggung oleh penggadoh. Tapi lebih baik itu pakai

yang profit loss sharing saja.123

Namun agar tidak timbul perasaan dirugikan,

maka pihak yang menanggung biaya yang timbul selama masa perawatan,

dapat meminta agar nisbah keuntungan tersebut agar tidak murni dibagi dua

(50:50) namun bisa saja pihak yang menanggung biaya menerima bagian

yang lebih besar seperti pembagian 60:40 dan lain-lain. Begitupun dengan

sistem bagi anak, bagi keuntungan jual dan bagi hasil anak/kongsi. Semua

biaya harus tetap dihitung dan harus dikembalikan diakhir pada saat

pembagian keuntungan.

6. Dan juga untuk kematian sapi hanya mutlak risiko pemilik. Sedangkan di

dalam konsep mudharabah dinyatakan bahwa jika usaha yang digalang

bersama tidak mendapatkan hasil, maka dari aspek pemodal risikonya adalah

kehilangan uang yang diinvestasikan dan dari aspek mudharib, ia menerima

risiko berupa kehilangan tenaga dan fikiran dalam melakukan pengelolaan

modal.124

Meskipun semua kerugian yang timbul merupakan tanggungan dari

pemilik, namun peggadoh pun harus menanggung kerugian jika kerugian

terjadi karena kelalaiannya. Jadi masyarakat seharusnya membuat suatu

123

Wawancara dengan Drs. A. Tarmizi, selaku Ketua MUI Kota Jambi, tentang

Pembagian Biaya Yang Muncul Selama Perawatan Pada Nggadoh Sapi yang Dilakukan

Masyarakat desa Sapta Mulia Kabupaten Tebo Jika Dilihat dari Sistem Mudharabah, tanggal 26

Agustus 2019. 124

Yazid Afandi, Fiqh Muamalah, hlm. 102.

Page 95: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

82

ketentuan yang disepakati oleh semua pihak. Dimana kematian sapi dengan

kriteria seperti apakah yang harus ditanggung oleh pemilik dan kematian sapi

seperti apa pula yang harus ditanggung oleh penggadoh. Dan itu harus

diberlakukan untuk semua pihak, baik itu kerabat dekat maupun orang lain

yang tidak memiliki hubungan kekerabatan. Karena jika hal itu tidak

diberlakukan secara menyeluruh, maka itu lah yang akan menimbulkan rasa

iri dan buruk sangka diantara para penggadohterutama jika mereka

menggadoh sapi dari orang yang sama.

7. Karena pada sistem bagi keuntungan jual masyarakat hanya mengenal sistem

pembagian dua (50:50), sehingga ketika penggadoh mengeluhkan bahwa jika

pada sistem pembagian keuntungan dengan cara bagi keuntungan jual tidak

menguntungkan, mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena itu lah nisbah

yang berlaku di masyarakat selama ini. Padahal dalam bagi hasil secara Islam,

persentase keuntungan yang akan dibagi antara pemilik modal dan pelaksana

usaha bisa berbentuk bagi rata atau tidak bagi rata.125

Karena nisbah bisa

mengikuti ukuran yang disepakati kedua belah pihak seperti 35% untuk

pemilik dan 65% untuk pengelola.126

Maka dari itu sangat diperlukan

pembuatan perjanjian secara tertulis. Karena jika terjadi hal sebagaimana di

atas, maka mereka dapat meninjau kembali nisabah dari bagi hasil tersebut

dan mereka dapat membuat kesepakatan baru yang dapat menguntungkan

tidak hanya satu pihak saja akan tetapi menguntungkan kedua belah pihak.

125

Helmi Karim, Fiqh Muamalah, hlm.16. 126

Veitzhal Rivai dkk, Islamic Transaction Law In Business dari Teori ke Praktik, hlm.94.

Page 96: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

83

8. Bagi hasil antara pemilik dan peternak sudah ada yang sesuai dengan dasar

dari mudhrabah yaitu dimana keuntungan yang didapat yaitu sudah

didasarkan pada nilai. Seperti bagi keuntungan jual dan bagi hasil

anak/kongsi. Karena memang pada dasarnya keuntungan harus diuangkan.

Sebagaimana teori tentang Tandhid yaitu dimana tandhidh adalah kaidah

pembagian keuntungan yang menyatakan bahwa keuntungan dalam usaha

mudharabah tidak boleh dibagi antara shahib al-mal dan mudharib sebelum

dilakukan tahwil (penaksiran) terhadap barang dengan harga/nilai tertentu.127

Karena dengan modal awal yaitu berupa barang yang diuangkan, maka pada

saat pembagian keuntungan juga harus didasarkan atau dinilai dengan uang.

Terutama yaitu sistem bagi hasil yang berupa bagi anak. Karena jika tidak

diukur dengan nilai uang, maka ditakutkan pembagian tersebut tidak adil,

karena bisa jadi pada saat bagian pemilik betina dan bagian penggadoh jantan

ataupun sebaliknya. Atau bisa jadi bagian pemilik kurus dan bagian

penggadoh gemuk ataupun sebaliknya. Maka dari itu sangat perlu

dihitung/dihargai dari pendapatan tersebut.128

9. Peran dan langkah aktif pemerintah setempat sangat diperlukan agar usaha

nggadoh sapi yang dilakukan oleh masyarakat dapat berjalan dengan lancar

dan tanpa ada permasalahan yang timbul diantara para masyarakat yang

melakukan usaha nggadoh sapi. Pihak yang perlu mengambil peran penting

terutama yaitu Kepala Desa selaku orang yang berwenang memberikan

127

Jaih Mubarak dan Hasanudin, Fikih Mu’amalah Maliyyah Akad Syirkah, hlm. 167. 128

Wawancara dengan Drs. A. Tarmizi, selaku Ketua MUI Kota Jambi, tentang Cara Bagi

Hasil Pada Nggadoh Sapi yang Dilakukan Masyarakat desa Sapta Mulia Kabupaten Tebo Jika

Dilihat dari Sistem Mudharabah, tanggal 26 Agustus 2019.

Page 97: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

84

perintah kepada seluruh bawahannya. Sehingga apa yang menjadi ide dan

harapan dari Kepala Desa dapat direalisasikan dengan baik.Dimana hal

mudah yang perlu dilakukan untuk para pemilik dan penggadoh sapi yaitu:

a. Mengumpulkan seluruh ketua RT.

b. Memerintahkan RT untuk mendata anggota nya yang melakukan usaha

nggadohsapi.

c. Mengumpulkan orang-orangyang melakukan usaha nggadohsapi.

d. Memberi penjelasan pentingnya surat-surat dalam suatu usaha.

e. Membuat suratnya dan memerintahkan masyarakat untuk mengisinya.

Jika dilihat dari penjelasan diatas, maka dalam usaha nggadoh sapi yang

dilakukan oleh masyarakat desa Sapta Mulia sudah dapat dikatakan sebagai sutau

bentuk sistem bagi hasil yang mendekati konsep mudharabah. Karena dalam

usaha nggadoh sapi ini telah memenuhi rukun dan syarat dari

mudharabah.Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat kekurangan-

kekurangan yang harus diperbaiki lagi baik oleh dua pihak yang terlibat maupun

pihak lain yang harus juga terlibat seperti Pemerintah Desa untuk menertibkan

kegiatan/usaha yang dilakukan oleh masyarakatnya. Karena tidak adanya hitam

diatas putih dapat membuat permasalahan dikemudian hari dan ditakutkan adanya

pihak-pihak yang terzalimi.129

Sehingga perlu diperbaiki segala kekurangan yang

masih ada dalam usaha nggadoh sapi tersebut. Karena sebagaimana yang terdapat

dalam kaidah fikih yang artinya yaitu “kemudharatan harus dihilangkan”.

Sehingga terbangunlah muamalah yang shahih dan terhindar dari sifat merugikan

129

Wawancara dengan Drs. A. Tarmizi, selaku Ketua MUI Kota Jambi, tentang Usaha

Nggadoh Sapi yang Dilakukan Masyarakat desa Sapta Mulia Kabupaten Tebo Jika Dilihat dari

Sistem Mudharabah, tanggal 26 Agustus 2019.

Page 98: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

85

pihak lain.130

Berikut adalah tabel ketidak sesuaian antara usaha nggadoh sapi

dengan sitem mudharabah yaitu:

No Praktik

Nggadoh Mudharabah Analisis

1 Tidak ada

peraturan

resmi yang

mengikat

kedua belah

pihak dan

terjadi tanpa

campur tangan

pemerintah

desa.

Terdapat aturan yang

disepakati kedua

belah pihak dan

LPS.

Perlu adanya campur tangan

pemerintah desa terutama Kepala

desa selaku pihak yang memiliki

wewenang untuk memberikan

perintah kepada bawahannya.

Agar apa yang menjadi ide dan

harapan dari Kepala desa dapat

direalisasikan dengan baik.

2 Akad hanya

lisan.

Akad tertulis.

Sebagaimana dalam

QS. Al-Baqarah: 282

dinyatakan bahwa

ketika bermuamalah

tidak secara tunai

untuk waktu tertentu

hendaklah kamu

menuliskannya.

Adanya akad dan perjanjian-

perjanjian tertulis sangat dibutuhkan

untuk menghindari risiko yang

mungkin akan terjadi dikemudian

hari dan tidak ada peluang bagi

seseorang mencari cela untuk berbuat

curang kepada pihak lain dan akad

yang dilakukan akan memberikan

hasil yang memuaskan bagi semua

pihak yang berakad.

3 Sebuah isu

yaitu ketika

pemilik

meninggal,

usaha masih

tetap

berlangsung.

Salah satu yang

dapat menyebabkan

akad mudharabah

berakhir adalah

ketika salah seorang

yang berakad

meninggal.

Meskipun dari informan yang

diwawancarai, belum pernah terjadi

permasalahan seperti ini, namun

perlu diketahui dan dipahami dengan

baik oleh pihak-pihak terkait, karena

ini akan menyangkut dengan

bagaimana hubungan baik antar

pihak yang terlibat dalam usaha ini.

Sehingga adanya hitam diatas putih

dan peran Pemerintah desa sangat

diperlukan, agar tidak ada kezaliman

dalam pelaksanaan usaha nggadoh

sapi tersebut.

4 Tidak ada

batasan

waktu usaha.

Dalam Fatwa DSN-

MUI Nomor 7 Tahun

2000 akad

mudharabah boleh

dibatasi. Dalam

Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 1967

bagi hasil untuk ternak

Namun jika telah diketahui kapan

mereka bisa mendapatkan hasil.

Maka bisa ditentukan setidaknya

pembatasan minimal dari waktu

pelaksanaan usaha nggadoh sapi

tersebut.

130

Penulis:Ustadz Kholid SyamhudiLc,https://pengusahamuslim.com/1462-rukun-

mudharabah.html, akses pada 17 Juni 2019.

Page 99: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

86

besar tidak boleh

kurang dari 5 tahun.

5 Tidak ada

catatan

rincian dana

selama

melakukan

usaha.

Dalam prasyarat

tambahan dalam akad

mudharabah,

bahwasannya akad

mudharabah akan

berjalan dengan baik

jika prasarat moral dan

prasarat managerial

dapat dipenuhi oleh

pihak-pihak yang

melakukan akad

mudharabah. Dimana

syarat-syarat tersebut

yaitu didasari oleh

kejujuran, jauh dari

kecurangan, transparan

dan managerial yang

rapi.

Maka dari itu, selain jujur dan

rasa saling percaya, adanya

pencatatan yang rapi juga sangat

diperlukan dalam usaha ini.

Karena dengan adanya pencatatan

yang rapi dan lengkap, baik

pemilik maupun penggadoh bisa

mengetahui apakah usaha yang

mereka menguntungkan atau

tidak. Dan juga ketika ada catatan

maka pihak-pihak terkait tidak

dapat mengatakan dan melakukan

tuduhan pada pihak lainnya

bahwa apa yang telah terjadi tidak

sesuai dengan apa yang

diperjanjikan diawal.

6 Biaya hanya

ditanggung

pihak-pihak

tertentu tanpa

ada

pengembalian

Biaya yang

dikeluarkan harus

dicatat dan

dikembalikan sebelum

pembagian hasil.

Hal ini diperlukan untuk menentukan

bagian hasil masing-masing pihak.

Dan juga untuk pembagian hasil akan

lebih baik jika menggunakan profit

and loss sharing.131

7 Kematian

sapi hanya

mutlak risiko

pemilik

Jika usaha yang

digalang bersama

tidak mendapatkan

hasil, maka risiko

ditanggung pemilik

kecuali jika kerugian

tersebut terjadi

karena kelalaian

pengelola.

Jadi masyarakat seharusnya membuat

suatu ketentuan yang disepakati oleh

semua pihak. Dimana kematian sapi

dengan kriteria seperti apakah yang

harus ditanggung oleh pemilik dan

kematian sapi seperti apa pula yang

harus ditanggung oleh penggadoh.

Dan itu harus diberlakukan untuk

semua pihak, baik itu kerabat dekat

maupun orang lain yang tidak

memiliki hubungan kekerabatan.

Karena jika hal itu tidak

diberlakukan secara menyeluruh,

maka itu lah yang akan menimbulkan

rasa iri dan buruk sangka diantara

para penggadoh terutama jika mereka

menggadoh sapi dari orang yang

sama.

131

Wawancara dengan Drs. A. Tarmizi, selaku Ketua MUI Kota Jambi, tentang

Pembagian Biaya Yang Muncul Selama Perawatan Pada Nggadoh Sapi yang Dilakukan

Masyarakat desa Sapta Mulia Kabupaten Tebo Jika Dilihat dari Sistem Mudharabah, tanggal 26

Agustus 2019.

Page 100: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

87

8 Sistem

pembagian

hanya dengan

bagi dua

sama rata

(50:50).

Dalam bagi hasil

secara Islam,

persentase

keuntungan yang

akan dibagi antara

pemilik dan pemodal

dan pelaksana usaha

bisa berbentuk bagi

rata atau tidak bagi

rata.

Maka dari itu sangat diperlukan

pembuatan perjanjian secara tertulis.

Karena jika terjadi hal sebagaimana

di atas, maka mereka dapat meninjau

kembali nisabah dari bagi hasil

tersebut dan mereka dapat membuat

kesepakatan baru yang dapat

menguntungkan tidak hanya satu

pihak saja akan tetapi

menguntungkan kedua belah pihak.

9 Sistem bagi

hasil ada

yang belum

sesuai dengan

dasar

mudharabah

Teori tentang Tandhid

yaitu dimana tandhidh

adalah kaidah

pembagian keuntungan

yang menyatakan

bahwa keuntungan

dalam usaha

mudharabah tidak

boleh dibagi antara

shahib al-mal dan

mudharib sebelum

dilakukan tahwil

(penaksiran) terhadap

barang dengan

harga/nilai tertentu.

Karena dengan modal awal yaitu

berupa barang yang diuangkan, maka

pada saat pembagian keuntungan

juga harus didasarkan atau dinilai

dengan uang. Terutama yaitu sistem

bagi hasil yang berupa bagi anak.

Karena jika tidak diukur dengan nilai

uang, maka ditakutkan pembagian

tersebut tidak adil, karena bisa jadi

pada saat bagian pemilik betina dan

bagian penggadoh jantan ataupun

sebaliknya Maka dari itu sangat perlu

dihitung/dihargai dari pendapatan

tersebut.132

132

Wawancara dengan Drs. A. Tarmizi, selaku Ketua MUI Kota Jambi, tentang Cara Bagi

Hasil Pada Nggadoh Sapi yang Dilakukan Masyarakat desa Sapta Mulia Kabupaten Tebo Jika

Dilihat dari Sistem Mudharabah, tanggal 26 Agustus 2019.

Page 101: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

88

Tabel 8

Tabel Kesimpulan Hasil Penelitian

No Nama

Kedudukan

Alamat No.Hp

Jumlah

dan

Jenis

Hewan

Tujuan

Nggadoh

Praktik Nggadoh

SM MD L Modal Masa Rawat Bagi Hasil

1 Salim v

Jl. H .

Karim,

Simpang

Drum,

Muara

Bungo

- 10 sapi

bali

Simpanan

jangka

panjang

Akad

dilakukan

secara lisan.

Modal

berupa 9 sapi

betina dan 1

sapi jantan.

Biaya ketika

sapi sakit dan

untuk

perkembangbiak

an ditanggung

oleh penggadoh.

Namun jika sapi

mati ditanggung

oleh pemilik.

Bagi hasil

dilakukan

dengan cara

bagi hasil

anak/kongsi

dan

keuntungan

jual.

2 Daud v

Jl. Usman

Suid, SKB,

Muara

Bungo

- 4 sapi

bali

Investasi Akad

dilakukan

secara lisan.

Modal

berupa 4 sapi

betina.

Biaya ketika

sapi sakit, untuk

perkembangbiak

an dan jika sapi

mati ditanggung

oleh pemilik.

Bagi hasil

dilakukan

dengan cara

bagi hasil

anak/kongsi.

3 Teguh v - - - - - - -

4 Bagyo v V Jl. Garuda,

Sapta

Mulia, Tebo

0823-

8007-

0637

1 sapi

bali

Menabung Akad

dilakukan

secara lisan.

Modal

berupa 1 sapi

betina.

Biaya ketika

sapi sakit, untuk

perkembangbiak

an dan jika sapi

mati ditanggung

oleh pemilik.

Bagi hasil

dilakukan

dengan cara

bagi

keuntungan

jual.

Page 102: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

89

No Nama

Kedudukan

Alamat No.Hp

Jumlah

dan

Jenis

Hewan

Tujuan

Nggadoh

Praktik Nggadoh

SM MD L Modal Masa Rawat Bagi Hasil

5 Sriyono v - - - - - - -

6 Slamet v - - - - - - -

7 Kodar v - - - - - - -

8 Masri v - - - - - - -

9 Eli v - - - - - - -

10 Jono v - - - - - - -

11 Jimo v - - - - - - -

12 Yatno v - - - - - - -

13 Suparmi v

Jl. Garuda

2, Sapta

Mulia, Tebo

0812-

7955-

3279

4 terdiri

dari 1

brangus

dan 3

sapi

bali

Membantu

dan

mendapatk

an hasil

Akad

dilakukan

secara lisan.

Modal

berupa 4

sapi betina.

Biaya ketika

sapi sakit dan

untuk

perkembangbiak

an ditanggung

oleh pemilik dan

penggadoh.

Namun jika sapi

mati ditanggung

oleh pemilik.

Bagi hasil

dilakukan

dengan cara

bagi hasil

anak/kongsi

.

14 Surya

V

Jl. Puyuh,

Sapta

Mulia, Tebo

0823-

8073-

4860

5 sapi

bali

Simpanan

dan

Mengisi

waktu

kosong

Akad

dilakukan

secara lisan.

Modal

berupa 5

sapi betina.

Biaya ketika

sapi sakit dan

berkembangbiak

ditanggung oleh

penggadoh. Jika

mati pemilik

yang nanggung.

Bagi hasil

dilakukan

dengan cara

bagi hasil

anak/kongsi

.

Page 103: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

90

No Nama

Kedudukan

Alamat No.Hp

Jumlah

dan

Jenis

Hewan

Tujuan

Nggadoh

Praktik Nggadoh

SM MD L Modal Masa Rawat Bagi Hasil

15 Arip

V

Jl. Garuda

2, Sapta

Mulia, Tebo

0852-

6668-

3202

3 terdiri

dari 1

sapi

metal, 1

brahma

dan 1

sapi

brangus

Menabung Akad

dilakukan

secara lisan.

Modal

berupa 1

sapi betina

dan 2 sapi

jantan.

Biaya ketika

sapi sakit dan

untuk

perkembangbiak

an ditanggung

oleh penggadoh.

Namun jika sapi

mati ditanggung

oleh pemilik.

Bagi hasil

dilakukan

dengan cara

bagi hasil

anak/kongsi

dan

keuntungan

jual.

16 Bambang V - - - - - - -

17 Paeran V - - - - - - -

18 Pasirin V - - - - - - -

19 Slamet

V

SK, Sapta

Mulia, Tebo

0852-

6986-

3705

4 terdiri

dari 1

sapi

brahma

na dan 3

sapi

limousin

Menambah

pendapatan Akad

dilakukan

secara lisan.

Modal

berupa 4

sapi betina.

Biaya ketika

sapi sakit, untuk

perkembangbiak

an dan jika sapi

mati ditanggung

oleh pemilik.

Bagi hasil

dilakukan

dengan cara

bagi anak

dan

keuntungan

jual.

20 Maryono

V

Jl. Merpati,

Sapta

Mulia, Tebo

0821-

8014-

8586

3 sapi

bali

Mengisi

waktu

kosong

dan Punya

sapi

sendiri

Akad

dilakukan

secara lisan.

Modal

berupa 3

sapi betina.

Biaya ketika

sapi sakit dan

berkembangbiak

ditanggung oleh

penggadoh. Jika

mati pemilik

yang nanggung.

Bagi hasil

dilakukan

dengan cara

bagi hasil

anak/kongsi

.

Page 104: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

91

No Nama

Kedudukan

Alamat No.Hp

Jumlah

dan

Jenis

Hewan

Tujuan

Nggadoh

Praktik Nggadoh

SM MD L Modal Masa Rawat Bagi Hasil

21 Nurhadi V - - - - - - -

22 Ramijan

V

Jl. Murai,

Sapta

Mulia, Tebo

0852-

7211-

5742

2 sapi

bali

Punya sapi

sendiri

Akad

dilakukan

secara lisan.

Modal

berupa 2

sapi betina

Biaya ketika

sapi sakit dan

untuk

perkembangbiak

an ditanggung

oleh penggadoh.

Namun jika sapi

mati ditanggung

oleh pemilik.

Bagi hasil

dilakukan

dengan cara

bagi anak.

23 Makmuri

V

Jl.

Cendrawasi

h, Sapta

Mulia, Tebo

0822-

6987-

0867

3 sapi

bali

Menabung

untuk

biaya anak

sekolah

Akad

dilakukan

secara lisan.

Modal

berupa 1

sapi jantan

dan 2 sapi

betina.

Biaya ketika

sapi sakit,

untuk

perkembangbia

kan dan jika

sapi mati

ditanggung

oleh pemilik.

Bagi hasil

dilakukan

dengan cara

bagi anak

dan bagi

keuntungan

jual.

24 Jabit

V

Jl.

Cendrawasi

h, Sapta

Mulia, Tebo

0853-

2658-

7640

4 sapi

bali

Mengisi

waktu

kosong

Akad

dilakukan

secara lisan.

Modal

berupa 4

sapi betina.

Biaya ketika

sapi sakit dan

untuk

perkembangbiak

an ditanggung

oleh penggadoh.

Namun jika sapi

Bagi hasil

dilakukan

dengan cara

bagi anak,

bagi

keuntungan

jual dan bagi

Page 105: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

92

mati ditanggung

oleh pemilik.

hasil

anak/kongsi.

25 Ukir V - - - - - - -

26 Sugi V - - - - - - -

27 Triono V - - - - - - -

28 To V - - - - - - -

29 Shobirin

V Jl. Garuda,

Sapta

Mulia, Tebo

0852-

7932-

0782

- - - - -

30 Nanang

V Jl. Garuda

2, Sapta

Mulia, Tebo

0823-

7726-

1088

- - - - -

Page 106: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

93

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penyajian, maka peneliti menarik

beberapakesimpulan, yaitu:

1. Pelaksanaan praktik usaha nggadoh sapi di Desa Sapta Mulia merupakan

jenis mudharabah muqayyadah. Namun sayangnya kesepakatan atau akad

yang terjadi antara kedua belah pihak hanya akad lisan dan terjadi dibawah

tangan (tanpa sepengetahuan pemerintahan desa). Sehingga jika terjadi suatu

permasalahan yang dirasakan baik oleh pihak pemilik maupun penggadoh

mereka tidak dapat berbuat apa-apa dan harus menanggung risiko itu sendiri.

2. Pembagian hasil antara pemilik dan penggadoh pada usaha nggadoh sapi di

Desa Sapta Mulia yaitu bagi anak,bagi keuntungan jual dan bagi hasil

anak/kongsi. Mengenai pembagian hasil pada usaha nggadoh sapi yang

dilakukan masyarakat Desa Sapta Mulia belum sepenuhnya dilakukan

berdasarkan sistem bagi hasil dalam Islam yang sudah ada (mudharabah).

Akan tetapi mereka memakai kebiasaan yang selama ini telah digunakan oleh

orang terdahulu.

3. Dalam usaha nggadoh sapi ini terdapat faktor pendorong, faktor penghambat

dan potensi yang mewujudkan terjadinya bagi hasil di Desa Sapta Mulia.

Yang menjadi faktor pendorongterdiri dari dua sisi yaitu dari sisi pemilik dan

dari sisi penggadoh. Yang menjadi faktor penghambat terdiri dari dua sisi

yaitu dari pemilik dari sisi penggadoh. Dan Potensi yang muncul dari

Page 107: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

94

4. pelaksanaan usaha nggadoh sapi ini yaitu menyokong perekonomian, jika ada

kelompok, maka akan ada perjanjian-perjanjian dan bisa mendapatkan

bantuan dari Dinas Pertanian, serta dapat memberikan tambahan pendapatan.

B. Saran

Mengenai saran di sini ada beberapa yang ingin peneliti berikan agar

nggadoh sapi yang dilakukan masyarakat Desa Sapta Mulia dapat berjalan lebih

baik lagi kedepannya, yakni:

1. Hendaknya akad yang terjalin kedua belah pihak di buat secara tulisan.

Karena dalam Islam di jelaskan bahwa apabila hendak bermuamalah,

melakukan transaksi hendaknya dituliskan, seperti yang telah dijelaskan

dalam Al-Qur‟an QS.Al-Baqarah 282. Dan pemerintahan desa hendaknya

turut serta berkontribusi dalam usaha nggadoh sapi yang dilakukan oleh

masyarakat agar usaha terebut dapat berjalan dengan baik dan tidak terjadi

perpecahan dalam masyarakat karena ada pihak-pihak yang merasa dirugikan

oleh pihak lain.

2. Agar usaha nggadoh sapi tersebut dapat sesuai dengan sistem bagi hasil yang

sesuai dengan syariat Islam, maka dalam pelaksanaannya harus diperbaiki,

yakni dimana pembagian hasil akhir juga harus dinilai/diuangkan. Karena

pelaksanaan syariat Islam harus dilakukan menyeluruh yaitu dari awal sampai

akhir akad. Dan juga bagi penggadoh yang merasa kurang diuntungkan

dengan sistem bagi hasil yang mereka terapkan saat ini, hendaknya mereka

saling bertemu untuk membicarakan kembali bagaimana sistem yang

membuat mereka sama-sama merasa diuntungkan. Sehingga usaha nggadoh

Page 108: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

95

sapi yang mereka lakukan tetap dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan

syariat Islam (Mudharabah).

3. Perlu dimunculkan kembali prinsip kehati-hatian baik untuk pemilik maupun

untuk penggadoh. Agar hal yang di rasa dapat merugikan mereka dikemudian

hari dapat dihindari. Dan juga potensi yang ada dapat dijadikan peluang yang

dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat.

Page 109: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Al-Quran dan terjemahannya.

Afandi, Yazid. 2009. Fiqh Muamalah. Yogyakarta: Logung Pustaka.

Al-Mushlih, Abdullah dan Shalah ash-Shawi. 2004. Fikih Ekonomi Keuangan

Islam. Jakarta: Darul Haq.

Anwar, Syamsul. 2007. Hukum Perjanjian Syariah. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada.

Amir, Amri dkk. 2009. Metode Penelitian Ekonomi dan Penerapannya. Bogor:

IPB PRESS.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suaharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Ascarya. 2015. Akad dan Produk Bank Syariah.Jakarta: Rajawali Pers.

Bin Jantan, Osman. 2001. Pedoman Mu’amalat dan Munakahat (Civil

Transaction). Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd.

Ismail. 2017. Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

J. Moleong, Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Karim, Helmi. 2002. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Mubarak, Jaih dan Hasanudin. 2017. Fikih Mu’amalah Maliyyah Akad Syirkah

dan Mudharabah. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Muhamad. 2008. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam: Pendekatan Kuantitatif

(Dilengkapi dengan Contoh-contoh Aplikasi: Proposal Penelitian dan

Laporannya). Jakarta: Rajawali Pers. Muslich, Ahmad Wardi. 2017. Fiqh Muamalat. Jakarta: Amzah. Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi

Aksara.

Rivai, Veithzal dkk. 2011. Islamic Transaction Law in Business dari Teori ke

Praktik. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Syarifuddin, Amir. 2010. Garis-Garis Besar Fiqh. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatifdan R & D. Bandung:

Alfabeta.

Suhendi, Hendi. 2005. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Yusanto, Muhammad Ismail dan Muhammad Karebet Widjajakusuma. 2002.

Menggagas Bisnis Islami. Jakarta: Gema Insani Press.

B. Jurnal dan Penelitian

Aryuningsih. 2017. Analisis Sistem Bagi Hasil Antara Pemilik dan Penggarap

Karet di Desa Tanah Abang Pendopo Kabupaten Pali. Skripsi. UIN Raden

Fatah Palembang.

Page 110: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

Nelly dan Rahmi.2017. Strategi Pengentasan Kemiskinan Berbasis Kearifan

Lokal Masyarakat Aceh Melalui Praktek Adat Mawah (Bagi Hasil Usaha)

di Kecamatan Kuta Baro. Seminar Nasional Kemaritiman Aceh. Vol.1.

Sawitri, Netik dan Rini Iswari. 2015. Hubungan Kerja Pemilik Sapi dan

Penggadoh di Dusun Pilangsari Potronayan Kabupaten Boyolali.

Solidarity. 4(2). Sjaiful, Muhammad. 2015. Urgensi Prinsip Proporsionalitas pada Perjanjian

Mudharabah di Perbankan Syariah Indonesia. HARLEV (Hasanuddin Law

Review).Vol.1. Issue.2. Sumarti, Riska. 2017. Praktik Bagi Hasil Ngadas Sapi Antara Pemilik dan

Pemelihara di Desa Langko Kecamatan Lingsar Perspektif Ekonomi

Islam. Skripsi. UIN Mataram.

Zainabriani, S.N Sirajuddin dan I.M Saleh. 2015. Identifiksi Faktor Peternak dan

Pemilik Modal Melakukan Sistem Bagi Hasil Teseng sapiPotong di

DesaBatuPuteKecamatanSoppengRiajaKabupatenBarru. JIIP. Vol.2.

Nomor.1.

C. Sumber Internet

http://www.dpr.go.id. akses pada 24 November 2018.

https://books.google.co.id/. akses pada25 November 2018.

http://kbbi.web.id/gaduh. akses pada 24 Desember 2018.

https://mui.or.id/. akses pada 24 Desember 2018.

https://peraturan.bpk.go.id/. Akses pada 17 Juni 2019.

http://kejari-tebo.go.id/. akses pada 17 Juni 2019.

https://pengusahamuslim.com/. akses pada 17 Juni 2019.

Page 111: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA (IPD)

PANDUAN WAWANCARA

N

o Informan Pertanyaan

1 Kepala Desa 1. Sejak kapan bagi hasil ternak sapi ini ada di desa

ini?

2. Sejak kapan bapak mulai melakukan bagi hasil

sapi ini?

3. Bagaimana sistem bagi hasil yang dilakukan?

4. Adakah aturan-aturan resmi yang dibuat bersama

untuk berjaga-jaga agar tidak terjadi hal yang

tidak diinginkan di kemudian hari dan jika ada

salah satu pihak yang melanggar bisa dituntut?

5. Jika tidak ada, apakah bapak tidak ada rasa

takut/was-was jika terjadi sesuatu hal yang tidak

diinginkan terjadi di kemudian hari? Misalnya

sapi bapak dijual tanpa sepengetahuan bapak.

6. Jika sapi sakit/mati siapa yang menanggung

biayanya?

7. Untuk biaya perkembangbiakan sapi siapa yang

menanggung?

8. Apa hak dan kewajiban dari pemilik dan

peternak?

9. Berapa lama perjanjian ini berlangsung?

10. Kalau pemilik meninggal bagaimana? Apakah

perjanjian akan tetap berlanjut/dihentikan?

11. Apa yang

mendorongbapakmelakukanbagihasilhewanternak

tersebut?

12. Apa saja yang menjadi penghambat dalam

menjalankan bagi hasil ini?

13. Bagaimana potensi kedepannya tentang bagi hasil

ternak sapi di desa ini?

14. Apakah ada pengaduan dari masyarakat pemilik

atau peternak sapi ataupun ahli warisnya jika

terjadi suatu permasalahan diantara mereka?

15. Jika terjadi suatu permasalahan apa yang anda

lakukan untuk menyelesaikannya?

16. Apakah ada peraturan-peraturan adat yang

menjadi pedoman bagi masyarakat dalam bagi

hasil ternak sapi ini?

17. Apakah bapak tau bahwa ada bagi hasil yang

sesuai dengan syariat Islam?

18. Apakah bapak tidak ingin membuat sistem bagi

Page 112: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

hasil yang dilakukan oleh masyarakat ini sesuai

dengan syariat Islam? agar dapat keuntungan di

dunia maupun diakhirat.

2 Sekretaris Desa 1. Dari mana saja pendapatan untuk desa Sapta

Mulia?

2. Bagaimana dengan pendapatan dari samisake

pak?

3. Apa saja kegunaan dari pendapatan tersebut?

4. Bagaimana pencapaian pembangunan di desa

ini?

5. Dan bagaimana pencapaian pembangunan untuk

bidang peternakan?

6. Bagaimana menurut bapak tentang sistem

nggadoh sapi yang dilakukan oleh masyarakat?

7. Dalam usaha nggadoh sapi itu sendiri tidak

terdapat peraturan resmi. Apakah tidak ada

langkah yang dapat diambil pihak perangkat desa

untuk menganjurkan/membuatkan peraturan

tersebut?

8. Apakah ada program-program yang akan

dijalankan terkait usaha nggadoh sapi yang

dilakukan oleh masyarakat?

3 Pemilik 1. Sejak kapan bapak mulai melakukan bagi hasil

sapi ini?

2. Bagaimana sistem bagi hasil yang dilakukan?

3. Adakah aturan-aturan resmi yang dibuat bersama

untuk berjaga-jaga agar tidak terjadi hal yang

tidak diinginkan di kemudian hari dan jika ada

salah satu pihak yang melanggar bisa dituntut?

4. Jika tidak ada, apakah bapak tidak ada rasa

takut/was-was jika terjadi sesuatu hal yang tidak

diinginkan terjadi di kemudian hari? Misalnya

sapi bapak dijual tanpa sepengetahuan bapak.

5. Jika sapi sakit/mati siapa yang menanggung

biayanya?

6. Untuk biaya perkembangbiakan siapa yang

menanggung?

7. Apa hak dan kewajiban dari pemilik dan

peternak?

8. Berapa lama perjanjian ini berlangsung?

9. Jika terjadi suatu permasalahan apa yang anda

lakukan untuk menyelesaikannya?

10. Apa yang

mendorongbapakmelakukanbagihasilhewanternak

tersebut?

11. Apa saja yang menjadi penghambat dalam

Page 113: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

menjalankan bagi hasil ini?

12. Bagaimana potensi kedepannya tentang bagi hasil

ternak sapi di desa ini?

4 Peternak/Penggad

oh

1. Sejak kapan bapak mulai melakukan bagi hasil

sapi ini?

2. Sapi jenis apa yang bapak pelihara?

3. Bagaimana sistem bagi hasil yang dilakukan?

4. Adakah aturan-aturan resmi yang dibuat bersama

untuk berjaga-jaga agar tidak terjadi hal yang

tidak diinginkan di kemudian hari dan jika ada

salah satu pihak yang melanggar bisa dituntut?

5. Jika sapi sakit/mati siapa yang menanggung

biayanya?

6. Apa hak dan kewajiban dari pemilik dan

peternak?

7. Berapa lama perjanjian ini berlangsung?

8. Kalau pemilik meninggal bagaimana? Apakah

perjanjian akan tetap berlanjut/dihentikan?

9. Jika terjadi suatu permasalahan apa yang anda

lakukan untuk menyelesaikannya?

10. Kapan sapi itu dijual pak? Apakah ada waktu-

waktu tertentu untuk menjualnya? Dan pada saat

menjual sapi tersebut bapak ikut melihat transaksi

jual beli tersebut?

11. Apa yang

mendorongbapakmelakukanbagihasilhewanternak

tersebut?

12. Apa saja yang menjadi penghambat dalam

menjalankan bagi hasil ini?

13. Bagaimana potensi kedepannya tentang bagi hasil

ternak sapi di desa ini?

5 Mantri Hewan 1. Umur berapa sapi itu siap untuk hamil?

2. Berapa lama masa kehamilannya?

3. Setelah melahirkan, berapa lama sapi siap untuk

hamil lagi?

4. Apakah masyarakat di sini mengetahui tentang

pengurusan sapi yang baik?

5. Bagaimana menurut bapak tentang sistem

nggadoh sapi yang dilakukan oleh masyarakat?

6

Tokoh Agama 1. Menurut bapak bagaimana suatu usaha dapat

dikatakan sebagai suatu sistem yang sesuai

dengan konsep mudharabah?

2. Bagaimana menurut bapak terkait usaha yang

modalnya berupa barang bukan uang?

3. Bagaimana tanggapan bapak tentang akad yang

Page 114: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

dilakukan masyarakat hanya secara lisan?

4. Bagaimana tanggapan bapak tentang tidak

adanya batasan waktu dalam usaha bagi hasil

tersebut?

5. Bagaimana menurut pendapat bapak terkait

biaya-biaya yang muncul selama perawatan dan

pihak yang menanggung masih tercampur dan

juga biaya tersebut tidak dikembalikan?

6. Bagaimana menurut bapak tentang kematian sapi

atau hilangnya modal awal hanya ditanggung

oleh pemilik?

7. Bagaimana menurut bapak tentang bagi hasil

yang mutlak hanya bagi dua (50:50)?

Page 115: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

LAMPIRAN WAWANCARA

Informan : Makmuri dan Sutini

Pekerjaan Utama : Petani dan Buruh Tani

Selaku : Penggadoh

No.Hp : 0822-6987-0867

Tanggal : 4 Mei 2019

Pertanyaan:

1. Sejak kapan bapak mulai melakukan bagi hasil sapi ini?

2. Sapi jenis apa yang mbak pelihara?

3. Adakah aturan-aturan resmi yang dibuat bersama untuk berjaga-jaga agar

tidak terjadi hal yang tidak diinginkan di kemudian hari?

4. Berapa lama perjanjian ini berlangsung?

5. Jika sapi sakit/mati siapa yang menanggung biayanya?

6. Untuk biaya perkembangbiakan siapa yang menanggung?

7. Kalau pemilik meninggal bagaimana? Apakah perjanjian akan tetap

berlanjut/dihentikan?

8. Apa hak dan kewajiban dari pemilik dan peternak?

9. Bagaimana sistem bagi hasil yang dilakukan?

10. Kapan sapi itu dijual mbak? Apakah ada waktu-waktu tertentu untuk

menjualnya?

11. Apa yang mendorongmbak nya melakukan nggadoh sapi ini?

12. Apa saja yang menjadi penghambat dalam menjalankan bagi hasil ini?

Jawaban:

1. Belum sampai 2 tahun.

2. Sapi bali mbak. Soalnya sapi besar tu susah mbak, makan rumputnya harus

banyak, harus di kasih ampas tahu juga, kandangpun harus besar dan bersih

terus. Tapi kalau jualnya susah, soalnya mahal. Blantik pun jarang mau

mbelinya.

3. Gak ada lah perjanjian apa-apa dan kita juga akadnya secara lisan aja, kan

biasanya juga gitu. Apa lagi kan ini bukan punya siapa-siapa sapinya, masih

punya saudaranya sendiri. Jadi ya yang penting kita yang di kasih amanah ya

harus jujur dan saling percaya aja lah. Kita juga kalau misalnya ada apa-apa

ya langsung ngabari. Misalnya sapinya melahirkan ya langsung saya kirim

fotonya. Jadi kalau mereka lagi gak sibuk ya langsung datang.

4. Bebas sebosannya mbak. Kalau sampai tahun bosan ya udah dikembalikan

aja.

Page 116: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

5. Kalau mati alhamdulillah gak ada. Tapi kalau sakit ya saya buru-buru carikan

obat di pak mantri. Nanti biasanya uangnya diganti sama yang punya.

6. Kalau kawin alami ya biasanya pinjam sapi jantannya tetangga. Tapi kalau

kawin suntik ya yang punya yang bayar.

7. Gak tau juga ya. Soalnya gak pernah ada kejadian kayak gitu. Tapi ya kalau

sempat terjadi, kan masih ada ahli warisnya mbak, jadi ya bisa ditanyakan

lagi.

8. Haknya ya keuntungannya sesuai kesepakatan. Kalau biasanya ya ada pemilik

yang ngasih THR kalau mau lebaran. Kalau kewajibannya ya ngasih makan,

minum, bersihkan kandang biar sapi sehat gitu.

9. Biasanya kalau sapi dere anak pertama untuk yang nggadoh dan anak kedua

untuk yang punya. Tapi kalau sapinya pas beli sudah hamil itu kebalikannya.

10. Gak ada lah waktu khusus. Kemaren sudah pernah jual. Itu kebetulan sapi

bagian ku. Jadi pas sapinya umur 11 bulan. Dijual laku Rp 8.000.000-, ya

Alhamdulillah bisa untuk biaya anak masuk pesantren.

11. Ya saya pengen punya. Tapi kalau beli sendiri kan mahal, gak sanggup. Jadi

ya nggadoh aja lah. Dan juga dengan nggadoh ini bisa nabung meskipun gak

bentuk uang kan.

12. Kalau penghambat gak ada. Cuman ya itu untuk cari makannya biayanya

lumayan juga. Seandainya lah Rp 50.000-,/3 hari. Itu udah berapa habisnya.

Tapi karena suka ya jadi gak masalah. Kalau mau angon takut. Nanti takutnya

ngundang orang yang tangannya jahil. Apa lagi kan daerah sini lumayan

rawan sama maling sapi.

Informan : Suparmi

Pekerjaan : Pedagang

Selaku : Pemilik sapi

No.Hp : 0812-7955-3279

Tanggal : 4 Mei 2019

Pertanyaan:

1. Sejak kapan ibu mulai melakukan bagi hasil sapi ini?

2. Adakah aturan-aturan resmi yang dibuat bersama?

3. Jika tidak ada, apakah ibu tidak ada rasa takut/was-was jika terjadi sesuatu

hal yang tidak diinginkan terjadi di kemudian hari? Misalnya sapi ibu dijual

tanpa sepengetahuan ibu.

4. Jika sapi sakit/mati siapa yang menanggung biayanya?

5. Untuk biaya perkembangbiakan siapa yang menanggung?

6. Apa hak dan kewajiban dari pemilik?

7. Berapa lama perjanjian ini berlangsung?

Page 117: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

8. Bagaimana sistem bagi hasil yang dilakukan?

9. Apa yang mendorongibu melakukan bagi hasil ini?

10. Apa saja yang menjadi penghambat dalam menjalankan bagi hasil ini?

Jawaban:

1. Ntah lah ya lupa saya.

2. Gak ada.

3. Ya saling percaya aja. Apa lagi itu juga kan masih keponakan juga. Ya ada

juga lah yang orang lain.

4. Kalau sapi sakit kita biayanya bagi 2. Kalau sapi nya mati ya kita pemilik

yang nanggung. Ada waktu itu sapi saya mati. Katanya pas sore gak papa tapi

pagi nya tau-tau udah kaku di kandang. Mau minta ganti gak mungkin, karna

masih keluarga sendiri. Meskipun ya kesel juga, kalau yang ngurus sembrono

kayak gitu.

5. Kalau untuk kembangbiak itu pakai suntik. Ya biaya nya untuk suntik sama

mantrinya kita tanggung berdua juga.

6. Haknya ya bagi hasilnya sama modal awal. Seumpama sapi tadi harganya Rp

15.000.000-, - Rp 20.000.000 jadi pas dijual laku Rp 35.000.000-, jadi ya

yang modal awal tadi itu hak saya murni. Kalau kewajibannya ya memberi

kebebasan ke penggadoh biar mereka gak merasa tertekan, tapi ya kita juga

harus sekali-sekali ngecek sapinya.

7. Gak ada batas waktunya. Ya bebas aja sampai sebosannya.

8. Kalau saya pakainya bagi hasil anak/kongsi.

9. Pertama ya menolong keluarga sendiri. Masa iya kita biarkan keluarga kita

kerja sama orang lain. Kan kalau kita bisa menolong, lebih baik dia kerja

sama kita. Yang kedua itu ya karena saya kan dah gak ada suami, jadi gak

bisa lah kalau mau ngurus-ngurus sapi.

10. Kalau penghambat tu sebenarnya gak ada. Tapi masalahnya tu ya kayak tadi

kalau penggadoh itu sembrono dan gak paham tentang sapi. Ntah-ntah sapi

itu sakit, tapi karna gak paham, jadi dibiarkan aja.

Informan : Maryono dan Ngatini

Pekerjaan Utama : Petani

Selaku : Penggadoh

No.Hp : 0821-8014-8586

Tanggal : 9 Mei 2019

Pertanyaan:

1. Sejak kapan bapak mulai melakukan bagi hasil sapi ini?

2. Sapi jenis apa yang bapak pelihara?

Page 118: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

3. Adakah aturan-aturan resmi yang dibuat bersama untuk berjaga-jaga agar

tidak terjadi hal yang tidak diinginkan di kemudian hari?

4. Berapa lama perjanjian ini berlangsung?

5. Jika sapi sakit/mati siapa yang menanggung biayanya?

6. Untuk biaya perkembangbiakan siapa yang menanggung?

7. Kalau pemilik meninggal bagaimana? Apakah perjanjian akan tetap

berlanjut/dihentikan?

8. Apa hak dan kewajiban dari pemilik dan peternak?

9. Bagaimana sistem bagi hasil yang dilakukan?

10. Kapan sapi itu dijual pak? Apakah ada waktu-waktu tertentu untuk

menjualnya? Dan pada saat menjual sapi tersebut bapak ikut melihat transaksi

jual beli tersebut?

11. Apa yang mendorong bapak melakukan bagi hasil hewan ternaktersebut?

12. Apa saja yang menjadi penghambat dalam menjalankan bagi hasil ini?

Jawaban:

1. Baru 1 tahun.

2. Sapi bali mbak.

3. Gak ada lah perjanjian apa-apa.

4. Bebas sebosannya mbak.

5. Alhamdulillah belum pernah ada sakit apa lagi mati.

6. Kalau rata-rata kawin suntik. Itu yang punya yang mbayar.

7. Ya kan ada anak istinya.

8. Haknya ya seharusnya keuntungan sesuai perjanjian awal. Kalau

kewajibannya ya ngasih makan, minum, bersihkan kandang biar sapi sehat

gitu.

9. Kalau seharusnya ya bagi hasil anak/kongsi. Tapi jadinya malah keuntungan

jual. Gimanalah ya penggadoh itu kan tergantung pihak pertama. Kalau pihak

pertama mau jual ya apa boleh buat. Penggadoh hanya sebatas kemampuan

saja. Kalau dipikir rugi lo mbak ngurus 1 tahun cuma dapat Rp 1.500.000-,

tapi yang punya butuh duit ya gimana. Padahal ya sayang, apalagi kan

seharusnya tadinya mau bagi hasil anak/kongsi.

10. Gak ada lah waktu khusus. Kemaren itu jual sapi nya pak Kades. Itu kan

kemaren tiba-tiba ada orang 2 datang ke sini katanya mau ngambil sapi. La di

hargain berapa gitu. Katanya udah rembukan sama buk kades dibeli Rp

9.000.000-, karna modal awalnya Rp 6.000.000-, jadi ya dapatnya Rp

3.000.000-, dan di bagi 2 jadi ya dapatlah Rp 1.500.000-, sewang.

11. Ya saya pengen punya. Jadi karna ada yang nawari ya jadi mau lah.

12. Kalau penghambat gak ada. Cuman ya itu untuk cari makannya biayanya

lumayan juga. Seandainya lah Rp 3.000/hari. Itu gak ketemu. Apa lagi kalau

gak sesuai sama perjanjian awalnya.

Page 119: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

Informan : Jabit

Pekerjaan Utama : Petani dan Buruh Tani

Selaku : Penggadoh

No.Hp : 0853-2658-7640

Tanggal : 9 Mei 2019

Pertanyaan:

1. Sejak kapan bapak mulai melakukan bagi hasil sapi ini?

2. Sapi jenis apa yang bapak pelihara?

3. Adakah aturan-aturan resmi yang dibuat bersama untuk berjaga-jaga agar

tidak terjadi hal yang tidak diinginkan di kemudian hari?

4. Berapa lama perjanjian ini berlangsung?

5. Jika sapi sakit/mati siapa yang menanggung biayanya?

6. Untuk biaya perkembangbiakan siapa yang menanggung?

7. Kalau pemilik meninggal bagaimana? Apakah perjanjian akan tetap

berlanjut/dihentikan?

8. Apa hak dan kewajiban dari pemilik dan peternak?

9. Bagaimana sistem bagi hasil yang dilakukan?

10. Kapan sapi itu dijual pak? Apakah ada waktu-waktu tertentu untuk

menjualnya?

11. Apa yang mendorong bapak melakukan bagi hasil hewan ternaktersebut?

12. Apa saja yang menjadi penghambat dalam menjalankan bagi hasil ini?

Jawaban:

1. Baru nian 3 bulan.

2. Sapi bali.

3. Gak ada perjanjian apa-apa.

4. Bebaslah sampai bosan.

5. Alhamdulillah belum pernah ada sakit apa lagi mati, soalnya kan baru juga.

6. Di kawin suntik. Itu yang punya yang bayar.

7. Ya kan masih ada ahli warisnya.

8. Haknya ya seharusnya keuntungan. Kalau kewajibannya ya ngasih makan,

minum, buat kandang sama bersihkan kandang.

9. Ada yang bagi anak, ada yang bagi keuntungan jual dan bagi hasil

anak/kongsi.

10. Ya belum pernah jual, orang masih baru. Kalau masih baru kayak gini ni

masih gotong royong lah.

11. Pengen punya juga, dari pada nganggur sehabis nderes, sama hitung-hitung

nabung lah meskipun hasilnya gak bisa dinikmati sekarang.

Page 120: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

12. Kalau untuk sampai sekarang ya belum ada permasalahan. Nanti kalau udah

sekitar 1 tahun gitu baru terasa.

Informan : Bagyo Santoso

Selaku : Kepala Desa

No.Hp : 0823-8007-0637

Tanggal : 9 Mei 2019

Pertanyaan:

1. Sejak kapan bagi hasil ternak sapi ini ada di desa ini?

2. Sejak kapan bapak mulai melakukan bagi hasil sapi ini?

3. Adakah aturan-aturan resmi yang dibuat bersama untuk berjaga-jaga agar

tidak terjadi hal yang tidak diinginkan di kemudian hari dan jika ada salah

satu pihak yang melanggar bisa dimintai pertanggungjawabannya?

4. Berapa lama perjanjian ini berlangsung?

5. Jika sapi sakit/mati siapa yang menanggung biayanya?

6. Untuk biaya perkembangbiakan sapi siapa yang menanggung?

7. Kalau pemilik meninggal bagaimana? Apakah perjanjian akan tetap

berlanjut/dihentikan?

8. Dari yang saya dengar di masyarakat bahwasannya ada terjadi hal yang tidak

mengenakkan seperti ada pemilik sapi yang meninggal, akan tetapi ketika

ahli warisnya bertanya kepada orang tersebut, mereka mengatakan bahwa

sapi tersebut sudah di beli pada saat almarhum masih hidup. Tapi karena

memang tidak ada bukti baik itu dari bagi hasil awal maupun jual beli,

akhirnya kan sang anak tidak dapat berbuat apa-apa. Bagaimana menurut

pendapat bapak?

9. Apa hak dan kewajiban dari pemilik?

10. Bagaimana sistem bagi hasil yang dilakukan?

11. Pada saat penjualan sapi, apakah penggadoh ikut diajak pada saat transaksi?

12. Penggadoh banyak mengeluhkan bahwa bagi keuntungan jual itu kurang

menguntungkan bagi penggadoh. Karena mereka mengeluarkan biaya juga.

Bagaimana pendapat bapak tentang hal seperti itu?

13. Apa yang mendorong bapak melakukan bagi hasil hewan ternaktersebut?

14. Apa saja yang menjadi penghambat dalam menjalankan bagi hasil ini?

15. Bagaimana potensi kedepannya tentang bagi hasil ternak sapi di desa ini?

16. Apakah ada pengaduan dari masyarakat pemilik atau peternak sapi ataupun

ahli warisnya jika terjadi suatu permasalahan diantara mereka?

17. Jika terjadi suatu permasalahan apa yang anda lakukan untuk

menyelesaikannya?

Page 121: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

18. Apakah ada peraturan-peraturan adat yang menjadi pedoman bagi masyarakat

dalam bagi hasil ternak sapi ini?

19. Apakah bapak tau bahwa ada bagi hasil yang sesuai dengan syariat Islam?

20. Apakah bapak tidak ingin membuat sistem bagi hasil yang dilakukan oleh

masyarakat ini sesuai dengan syariat Islam? agar dapat keuntungan di dunia

maupun diakhirat.

Jawaban:

1. Nggadoh ini ada sekitar tahun 2000. Dulu itu yang digunakan adalah bagi

anak. Kemudian ada penggemukan/bagi keuntungan jual yang mulai diatas

tahun 2000 an. Nggadoh ini sendiri awalnya dilakukan oleh orang-orang yang

tinggal di sekitaran PTP. Karena kan di situ banyak rumput, jadi tinggal

diangon aja di dalam kebun.

2. Kalau saya baru 1 tahun belakangan ini. Tapi sekarang udah nggak lagi,

soalnya sapi nya sudah dijual beberapa hari yang lalu.

3. Nggak ada aturan apa-apa. Karena mereka itu melakukannya di bawah

tangan, dalam arti tanpa sepengetahuan kami (pemerintahan desa). Jadi ya

mereka langsung berinteraksi sendiri antara yang punya sama yang nggadoh.

4. Kalau berapa lamanya itu ya tergantung pemilik sama yang penggadohnya

lah.

5. Kalau sapi sakit atau bahkan mati, itu yang nanggung tetap yang punya.

6. Kalau untuk kawin suntik ya saya juga selaku pemilik yang membayarnya.

7. Kalau kayak gitu ya berarti bisa lah dibicarakan ulang, bisa sama istrinya atau

sama anak-anaknya (ahli waris).

8. Itu lah masyarakat. Kalau mereka mau membuat kelompok, maka jika ada

apa-apa kan bisa dicarikan solusinya bersama. Sebenarnya mereka itu tidak

memikirkan dampak dikemudian hari, seperti bagaimana kalau itu sapi

meningal, bagaimana kalau yang punya meninggal, mereka tidak memikirkan

semuanya sampai ke situ. Taunya ngurus, terus bagi hasil ya udah gitu aja.

9. Hak dari seorang pemilik ya bagi hasilnya sama kita bisa menjual kapanpun

kita mau. Kalau kewajibannya ya memberi kebebasan kepada penggadoh,

misalnya kalau makanan itu mau diaritkan apa diangon aja. Nanti kalau

sapinya sakit ya kita yang beli obatnya. Kalau sapinya udah siap kawin suntik

ya kita panggil mantrinya.

10. Kalau saya itu pakai bagi keuntungan jual. Jadi ya sapinya di rawat dulu nanti

pas di jual itu diambil modal awalnya, baru sisanya dibagi dua.

11. Ya kita bawak orang yang mau beli nya ke rumah penggadoh.

12. Kalau menurut saya malah bagi keuntungan jual itu yang menguntungkan,

karena kapanpun kita butuh kita bisa jual, jadi tidak perlu waktu lama untuk

dapat bagi hasilnya. Gak kayak bagi anak, harus dapat anak 2 dulu baru bisa

Page 122: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

dapat hasil. Kan mereka juga gak mengeluarkan modal apa-apa kok, jadi ya

sebenarnya itu untung.

13. Pertama ya karena gak ada waktu.

14. Kalau masalah tu ya nggak ada. Selama ini baik-baik saja. Cuman itu kalau

musim kemarau itu ya kasian sama penggadoh karna susah cari rumput.

15. Ya dengan adanya keuntungan, mereka bisa menabung dan ada uang untuk

berjaga-jaga. Jadi ketika ada hal mendesak mereka bisa menggunakan uang

tersebut. Dan juga itu menjadi penyokong perekonomian masyarakat. Nah itu

juga untuk kotoran dan air kencingnya sapi, itu bisa dijadikan pupuk. Jadi

kalau mereka mau rajin mengumpulkannya, meskipun harganya tidak terlalu

mahal, tapi itu bisa dijadikan tambahan pendapatan. Apalagi kan di sini dekat

sama PT sawit, jadi itu bisa saja ditawarkan kepada mereka. Atau bisa juga

dipakai sendiri.

16. Gak ada. Karna di bawah tangan tadi, jadi mereka juga mungkin gak berani

mau ngadu kalau ada masalah.

17. Karna tidak ada pengaduan, jadi kami ya nggak melakukan apa-apa.

18. Gak ada peraturan tentang bagi hasil. Tapi ada peraturan daerah tentang

pemeliharaan, seperti sapi itu harus dikandangkan. Jadi selain untuk

keamanan itu juga biar gak ada protes dari orang-orang yang tidak punya

sapi.

19. Gak tau juga ya. Yang tau nya bagi hasil seperti ini.

20. Kalau ada yang memberi tahu kepada masyarakat, kemungkinan mereka mau

melakukannya. Tapi ya itu perlu sosialisasi agar mereka memahami.

Informan : Surya

Pekerjaan Utama : Petani

Selaku : Penggadoh

Tanggal : 11 Mei 2019

Pertanyaan:

1. Sejak kapan bapak mulai melakukan bagi hasil sapi ini?

2. Sapi jenis apa yang bapak pelihara?

3. Adakah aturan-aturan resmi yang dibuat bersama untuk berjaga-jaga agar

tidak terjadi hal yang tidak diinginkan di kemudian hari?

4. Berapa lama perjanjian ini berlangsung?

5. Jika sapi sakit/mati siapa yang menanggung biayanya?

6. Untuk biaya perkembangbiakan siapa yang menanggung?

7. Kalau pemilik meninggal bagaimana? Apakah perjanjian akan tetap

berlanjut/dihentikan?

8. Apa hak dan kewajiban dari pemilik dan peternak?

Page 123: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

9. Bagaimana sistem bagi hasil yang dilakukan?

10. Kapan sapi itu dijual pak? Apakah ada waktu-waktu tertentu untuk

menjualnya? Dan pada saat menjual sapi tersebut bapak ikut melihat transaksi

jual beli tersebut?

11. Apa yang mendorong bapak melakukan bagi hasil hewan ternaktersebut?

12. Apa saja yang menjadi penghambat dalam menjalankan bagi hasil ini?

Jawaban:

1. Sudah 2 tahun.

2. Sapi bali.

3. Gak ada perjanjian apa-apa.

4. Gak ada jangka waktu. Bebaslah sampai bosan. Palingan nanti kalau udah

banyak ya pengurangan aja.

5. Ada yang sakit kemaren 1. Itu ada namanya penyakit jembrana atau keringat

darah. Kalau manusia itu istilahnya demam berdarah lah. Kemaren itu di

kasih jamu sama ada obat dari mantri. Kalau bayarnya ya pakai uang sendiri

karena saya ngerasa masih mampu membayarnya. Kalau mati tu gak tau ya,

soalnya selama mengurus sapi, kami tidak pernah membicarakan hal-hal

terkait biaya, jika sapi hilang bahkan jika sapi itu mati sekalipun. Tapi ada

sapi yang diurus adek saya, itu kemaren mati tapi gak ada sih diminta ganti

rugi. Apa lagi kan kemaren tu matinya karena sakit juga.

6. Kalau untuk kawin suntik, ya saja juga yang bayar. Tapi kalau mau mintak

sama yang punya ya mungkin di kasih juga uangnya.

7. Namun jika sampai terjadi pemiliknya yang meninggal, kita sebagai manusia

harus memiliki rasa solidaritas dan menyadari bahwa itu bukanlah hak kita.

Jadi kita bisa memberikan barang itu kepada istrinya atau ahli warisnya. Atau

kita bisa juga berbicara lagi bagaimana kelanjutan dari bagi hasil ini

8. Haknya ya seharusnya keuntungan. Kalau kewajibannya ya ngasih makan,

minum, buat kandang sama bersihkan kandang selain itu juga kita harus jujur

apalagi udah di kasih amanat.

9. Kalau saya pakai bagi hasil anak/kongsi. Karena kalau menurut saya dari

sistem bagi hasil yang ada, itu lebih menguntungkan yang bagi hasil

anak/kongsi ini. Soalnya kita bisa menghindari eh pas bagian kita betina dan

bagian orang yang punya jantan, dan juga kalau bagi anak, takutnya nanti pas

bagian kita tau-tau mati, nah kan rugi kita. Atau juga pas sempat bagian

pemilik yang mati gitu kan gak enak juga kita

10. Kalau sampai sekarang belum pernah jual. Dan juga untuk sampai sekarang

pun saya juga masih belum tau yang mana yang akan jadi milik saya

nantinya.

11. Pengen punya juga. Kebetulan ada yang nawari ya jadi mau. Selain itu juga

untuk ngisi waktu kosong.

Page 124: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

12. Kalau yang berat itu ya kalau musim kemarau, soalnya bakal susah cari

rumput. Kalau dulu ya saya berat masalah biaya untuk cari makan sapi. Kalau

sekarang alhamdulillah sudah nggak, soalnya sapi nya di angon. Cuma itu lah

cara biar gak rugi biaya transportasi.

Informan : Idah

Pekerjaan Utama : Ibu Rumah Tangga

Selaku : Penggadoh

No.Hp : 0852-6986-3705

Tanggal : 12 Mei 2019

Pertanyaan:

1. Sejak kapan ibu mulai melakukan bagi hasil sapi ini?

2. Sapi jenis apa yang ibu pelihara?

3. Adakah aturan-aturan resmi yang dibuat bersama untuk berjaga-jaga agar

tidak terjadi hal yang tidak diinginkan di kemudian hari?

4. Berapa lama perjanjian ini berlangsung?

5. Jika sapi sakit/mati siapa yang menanggung biayanya?

6. Untuk biaya perkembangbiakan siapa yang menanggung?

7. Kalau pemilik meninggal bagaimana? Apakah perjanjian akan tetap

berlanjut/dihentikan?

8. Apa hak dan kewajiban dari pemilik dan peternak?

9. Bagaimana sistem bagi hasil yang dilakukan?

10. Kapan sapi itu dijual bu? Apakah ada waktu-waktu tertentu untuk

menjualnya? Dan pada saat menjual sapi tersebut ibu ikut melihat transaksi

jual beli tersebut?

11. Apa yang mendorongibu melakukan bagi hasil ini?

12. Apa saja yang menjadi penghambat dalam menjalankan bagi hasil ini?

Jawaban:

1. Dari anak saya yang cowok ini masih kecil. Itu kira-kira hampir 10 tahun.

2. Sapi remusin dan brahma. Kalau dulu itu ya sapi bali. Ada sampai sekitar 24

ekor. Sudah tu di jual semua sama yang punya, baru diganti sama yang besar-

besar ini.

3. Gak ada perjanjian apa-apa.

4. Bebaslah sampai bosan.

5. Alhamdulillah belum pernah ada sakit apa lagi mati, soalnya kan baru juga.

6. Di kawin suntik. Itu yang punya yang bayar. Alhamdulillah itu bosnya baik

nian. Jadi dia memnag gak memberi beban sama sekali. Jadi kita gak

nanggung biaya.

7. Ya kan masih ada anaknya sama istrinya.

Page 125: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

8. Haknya ya keuntungan. Kalau kewajibannya ya ngasih makan, minum, buat

kandang sama bersihkan kandang.

9. Ada yang bagi anak sama ada yang bagi keuntungan jual.

10. Kalau yang ini ya belum pernah jual, soalnya belum sampai setahun.

11. Pengen punya juga, dari pada nganggur juga. Maklumlah ibu rumah tangga.

Setidaknya bisa bantu suami nambahi pendapatan. Kalau suami yang ngurus

nggak bisa, soalnya kan suami buruh panen di tempat orang dan setiap hari

harus kerja dan pulangnya itu gak nentu.

12. Kalau untuk sampai sekarang ya belum ada permasalahan. Soalnya emang

bos nya itu benar-benar baik nian.

Informan : Arip

Pekerjaan Utama : Sopir

Selaku : Penggadoh

No.Hp : 0852-6668-3202

Tanggal : 12 Mei 2019

Pertanyaan:

1. Sejak kapan bapak mulai melakukan bagi hasil sapi ini?

2. Sapi jenis apa yang bapak pelihara?

3. Adakah aturan-aturan resmi yang dibuat bersama untuk berjaga-jaga agar

tidak terjadi hal yang tidak diinginkan di kemudian hari?

4. Berapa lama perjanjian ini berlangsung?

5. Jika sapi sakit/mati siapa yang menanggung biayanya?

6. Untuk biaya perkembangbiakan siapa yang menanggung?

7. Kalau pemilik meninggal bagaimana? Apakah perjanjian akan tetap

berlanjut/dihentikan?

8. Apa hak dan kewajiban dari pemilik dan peternak?

9. Bagaimana sistem bagi hasil yang dilakukan?

10. Kapan sapi itu dijual pak? Apakah ada waktu-waktu tertentu untuk

menjualnya? Dan pada saat menjual sapi tersebut bapak ikut melihat transaksi

jual beli tersebut?

11. Apa yang mendorong bapak melakukan bagi hasil hewan ternaktersebut?

12. Apa saja yang menjadi penghambat dalam menjalankan bagi hasil ini?

Jawaban:

1. Hampir 2 tahunan.

2. Sapi brahma, metal sama brangus. Ini yang indukannya yang metal super.

3. Gak ada perjanjian apa-apa.

4. Bebaslah sampai bosan.

Page 126: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

5. Alhamdulillah belum pernah ada sakit apa lagi mati, soalnya kalau sapi besar

tu jarang kena penyakit.

6. Di kawin suntik. Soalnya kalau sapi kayak gini, susah kalau kawin alami,

jarang jadi. Itu yang saya sendiri yang bayar.

7. Ya kan masih ada ahli warisnya.

8. Haknya ya seharusnya keuntungan. Kalau kewajibannya ya ngasih makan,

minum, buat kandang sama bersihkan kandang.

9. Bagi hasil anak/kongsi.

10. Udah pernah. Itu kemaren bos nya yang nyarikan.

11. Pengen punya juga, lagian kalau saya sudah selesai ngantar sawit ke gudang,

jadi pulangnya bisa sekalian nyari rumput. Kan itu juga ada sisa-sisa uang

jalan, jadi bisa untuk beli ampas tahunya.

12. Kalau untuk sampai sekarang ya alhamdulillah belum ada permasalahan.

Informan : Daud

Pekerjaan : Petani

Selaku : Pemilik sapi

Tanggal : 13 Mei 2019

Pertanyaan:

1. Sejak kapan bapak mulai melakukan bagi hasil sapi ini?

2. Adakah aturan-aturan resmi yang dibuat bersama?

3. Jika tidak ada, apakah bapak tidak ada rasa takut/was-was jika terjadi sesuatu

hal yang tidak diinginkan terjadi di kemudian hari? Misalnya sapi bapak

dijual tanpa sepengetahuan bapak.

4. Jika sapi sakit/mati siapa yang menanggung biayanya?

5. Untuk biaya perkembangbiakan siapa yang menanggung?

6. Apa hak dan kewajiban dari pemilik?

7. Berapa lama perjanjian ini berlangsung?

8. Bagaimana sistem bagi hasil yang dilakukan?

9. Pada saat penjualan sapi, apakah penggadoh ikut diajak pada saat transaksi?

10. Apa yang mendorong bapak melakukan bagi hasil init?

11. Apa saja yang menjadi penghambat dalam menjalankan bagi hasil ini?

Jawaban:

1. Bilang aja 4 tahun lah.

2. Gak ada. Saling percaya aja

3. Kalau rasa takut itu pasti ada, apalagi sapi itu harganya gak murah dan cari

uang itu susah dari sepuluh ribu, seratus ribu dikumpul-kumpulkan biar bisa

jadi banyak. Tapi saya punya prinsip bahwa harta itu titipan, jangankan

Page 127: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

hewan nyawa kita aja kapan saja bisa hilang. Jadi namanya usaha untung rugi

itu ya risiko.

4. Kalau sapi sakit saya yang biayai. Kalau sapi nya mati ya kita pemilik yang

nanggung. Tidak mungkin kita membebankan hal itu pada penggadoh yang

juga telah kehilangan tenaganya untuk merawat selama ini. Jadi kita bagi-bagi

beban lah meskipun pada akhirnya tetap pemilik lah yang menanggung

kerugian cukup besar.

5. Kalau untuk kembangbiak itu pakai suntik. Kalau biayanya saya yang

menanggungnya.

6. Haknya ya pemilik sah, bagi hasilnya sama kapan kita mau jual ya bisa

7. Ya bebas aja sampai sebosannya.

8. Bagi hasil anak/kongsi. Jadi setiap beranak ya di situ ada hak saya sama

penggadoh. Biasanya sih nanti anaknya di urus selama 1 tahun atau lebih

nanti baru dijual.

9. Kalau kita biasanya saling ngabari. Misalnya mau jual, jadi nanti dia cari

orang yang mau beli, saya juga cari. Nanti kita pilih lah siapa yang mau

bayarnya lebih mahal.

10. Ya karna sudah tidak sanggup. Jangankan mau ngurus sapi, untuk ke kebun

aja sudah capek. Apalagi kalau puasa kayak gini.

11. Alhamdulillah lancar-lancar saja dan gak ada keluhan sama sekali.

Informan : Nanang

Selaku : Mantri Hewan

No.Hp : 0823-7726-1088

Tanggal : 9 Agustus 2019

Pertanyaan:

1. Umur berapa sapi itu siap untuk hamil?

2. Berapa lama masa kehamilannya?

3. Setelah melahirkan, berapa lama sapi siap untuk hamil lagi?

4. Apakah masyarakat di sini mengetahui tentang pengurusan sapi yang baik?

5. Apakah ada campur tangan pemerintah desa dalam kegiatan tersebut?

6. Jadi untuk masyarakat yang tidak tergabung dalam kelompok tidak bisa

mendapatkan bantuan ya pak?

7. Bagaimana menurut bapak tentang sistem nggadoh sapi yang dilakukan oleh

masyarakat?

Jawaban:

1. Pada umumnya sapi siap dikawinkan ketika umur 2 tahun. Tapi ada juga yang

masih 1,5 tahun sudah mau dikawinkan. Tapi untuk mengawinkan sapi yang

berumur 1,5 tahun, itu harus diperhatikan dari pertumbuhan badannya,

kesehatan, asumsi nutrisi, dan dari keturunannya/indukannya. Untuk usia

Page 128: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

pengawinan ini, berlaku untuk semua cara, baik kawin alami maupun kawin

suntik. Dan berlaku juga untuk semua jenis sapi, yaitu sapi bali maupun jenis

sapi metal, dll.

2. Masa kehamilannya itu 9 bulan 10 hari atau bisa juga 9 bulan 15 hari. Karna

jika kurang dari masa itu, sapi itu kurang sehat atau kalau manusia itu

namanya prematur.

3. Sapi itu kan paada umumnya melahirkan 1 tahun 1 kali. Dimana setelah

melahirkan dan melalui masa 65 hari, maka saat itu sapi sudah siap untuk

dikawinkan lagi. Akan tetapi dilihat juga apakah sudah masa berahi atau

belum.

4. Rata-rata tau. Karna di sini itu sering ada sosialisasi terutama untuk yang

dikelompok tani. Biasanya 2 bulan sekali itu selalu ada. Dan untuk

masyarakat biasanya saling tanya/komunikasi antar individunya ada. Ada

juga yang langsung tanya ke saya. Untuk kesehatan ternak, ada juga program

pemberian vaksin pada hewan. Itu diberikan 6 bulan 1 kali atau paling lambat

1 tahun 1 kali.

5. Kalau itu langsung dari pusat. Karna kan itu emang udah dari program

mereka untuk memberikan bantuan ternak melalui kelompok dan upaya

pengembangan ternak melalui kelompok juga.

6. Ndak ada sepertinya. Karna setahu saya itu cuma untuk kelompok saja. Kan

karna mereka yang udah resmi dan punya SK. Selain itu juga kan untuk

mendapatkan itu mereka juga harus buat proposal yang diajukan ke Dinas

pertanian.

7. Bagus lah ya. Kan itu juga suatu upaya untuk meningkatkan taraf hidup. Nah,

kalau mereka mau bisa mendapatkan bantun juga, maka bagusnya mereka

juga buat kelompok. Selain itu kan bakal ada aturan juga di dalam kelompok

itu, sehingga mereka juga gak bakal bisa semena-mena. Dan keuntungan

lainnya jika tergabung dalam kelompok yaitu: jika kelompok tersebut belum

memiliki sapi, maka mereka bisa mengajukan untuk mendapatkan sapi. Jika

telah memiliki sapi, maka mereka bisa meminta rumah dan alat untuk

memproduksi pupuk dari kotoran sapi, dll. Selain itu juga kan dengan adanya

kelompok itu, Dinas Pertanian berharap kesejahteraannya bukan hanya di

peroleh anggota kelompok saja, namun masyarakat secara umum. Dengan

gambaran “Jika sapi banyak, maka harga akan turun, jadi masyarakat bisa

dengan mudah untuk mendapatkan sapi.”

Page 129: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

Informan : Salim

Pekerjaan Utama : Petani

Selaku : Pemilik sapi

Tanggal : 10 Agustus 2019

Pertanyaan:

1. Sejak kapan bapak mulai melakukan bagi hasil sapi ini?

2. Adakah perjanjian tertulis yang dibuat bersama?

3. Jika tidak ada, apakah bapak tidak ada rasa takut/was-was jika terjadi sesuatu

di kemudian hari? Misalnya sapi bapak dijual tanpa sepengetahuan bapak.

Sedangkan bapak kan jauh dari tempat mereka.

4. Jika sapi sakit/mati siapa yang menanggung biayanya?

5. Untuk biaya perkembangbiakan siapa yang menanggung?

6. Berapa lama perjanjian ini berlangsung?

7. Bagaimana sistem bagi hasil yang dilakukan?

8. Pada saat penjualan sapi, apakah penggadoh ikut diajak pada saat transaksi?

9. Untuk kandang sapi, apakah bapak mewajibkan untuk dibuatkan kandang?

Jawaban:

1. Sudah 2 tahunan lah lebih kurang.

2. Gak ada. Kita perjanjiannya lisan aja. Yang pentingkan saling percaya.

3. Kalau mau mencari orang yang jujur 100% itu gak ada ya. Jadi ya kita

percaya saja dengan mereka dan yakin kalau kita punya niat baik Allah SWT

pasti melindungi. Lagian kan kita juga mau kerja sama itu kan lihat-lihat

orangnya dulu dan juga keluarga saya banyak juga yang di unit 7 (Sapta

Mulia), jadi ya masih ada juga yang bisa nengok-nengokkan. Tapi ya

namanya usaha, pasti ada untung ada juga saatnya sial. Kalau pas sial ya gitu

bisa aja sapinya mati, orangnya kabur. Tapi alhamdulillah sampai saat ini gak

ada lah yang istilahnya sapi di curi atau orang yang nggadoh kabur.

4. Kalau sakit itu penggadoh yang biayai. Tapi kalau mati ya saya yang

nanggung.

5. Kalau itu penggadoh juga yang bayar. Tapi kalau mau alami, biasanya saya

bantu juga nyarikan sapi jantannya.

6. Gak ada buat batasan. Palingan nanti kalau banyak, ya kita kurangi. Atau

kalau penggadoh butuh uang ya kita jual. Atau kalau saya lagi ada uang ya

saya yang bayari.

7. Kalau saya itu sistemnya bagi dua. Jadi setiap anaknya lahir ya itu punya

berdua.

8. Iya. Malah kalau saya bisayanya itu nyuruh mereka lah yang cari orang yang

mau belinya. Atau kadang saya juga yang nawar-nawarkan.

Page 130: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

9. Tidak harus. Apalagi kan kalau sapi bali tu asal 1 diikat yang lain gak akan

kemana-mana.

Informan : Shobirin

Selaku : Sekretaris Desa

No.Hp : 0852-7932-0782

Tanggal : 12 Agustus 2019

Pertanyaan:

1. Dari mana saja pendapatan untuk desa Sapta Mulia?

2. Bagaimana dengan pendapatan dari samisake pak?

3. Apa saja kegunaan dari pendapatan tersebut?

4. Bagaimana pencapaian pembangunan di desa ini?

5. Dan bagaimana pencapaian pembangunan untuk bidang peternakan?

6. Bagaimana menurut bapak tentang sistem nggadoh sapi yang dilakukan oleh

masyarakat?

7. Dalam usaha nggadoh sapi itu sendiri tidak terdapat peraturan resmi. Apakah

tidak ada langkah yang dapat diambil pihak perangkat desa untuk

menganjurkan/membuatkan peraturan tersebut?

8. Apakah ada program-program yang akan dijalankan terkait usaha nggadoh

sapi yang dilakukan oleh masyarakat?

Jawaban:

1. APBDes itu dari:

- ADD (Alokasi Dana Desa)

- DD (Dana Desa)

- DBHP (Dana Bagi Hasil Pajak)

- BP (Bantuan Provinsi)

2. Samisake itu udah nggak ada. Terakhit itu tahun 2014.

3. Kegunaannya yaitu:

- ADD (Alokasi Dana Desa), yaitu pendapatan yang didapat dari Pemerintah

Kabupaten, dimana dana tersebut digunakan untuk:

c. 30% untuk operasional pemerintah, seperti pembelian ATK, dll.

d. 70% untuk pembangunan, dari ADD ini pembangunan dikhususkan

pada pembangunan area perkantoran.

- DD (Dana Desa), yaitu pendapatan yang didapat dari Pemerintah Pusat,

dimana dana tersebut digunakan untuk:

c. 30% untuk pembinaan/pemberdayaan, seperti pelatihan pegawai.

d. 70% untuk pembangunan, dari DD ini pembangunan diarahkan pada

pembangunan infrastruktur, bantuan pemerintah bersifat hibah, dll.

- DBHP (Dana Bagi Hasil Pajak), digunakan untuk:

Page 131: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

c. 30% untuk intensifikasi petugas pendata/pemungut PBB

d. 70% untuk pembangunan, dari DBHP akan diarahkan pada ADD jika

ADD tidak mencukupi dalam merealisasikan anggarannya.

- BP (Bantuan Provinsi), digunakan untuk:

c. 40% untuk pembinaan, seperti modal bumdes.

d. 60% untuk pembangunan, dari BP ini pembangunan dikhususkan pada

pembangunan madrasah di desa Sapta Mulia.

4. Pencapaian pembangunan di desa Sapta Mulia pada tahun 2018 dapat

dikatakan telah tercapai 100 % dan pada 2019 ini pembangunan baru

mencapai lebih kurang 50%. Dapat dilihat dari telah terwujudnya pembuatan

jalan tembusan, jembatan box, pagar paud, perbaikan madrasah, pembuatan

pagar kantor desa dan lain sebagainya.

5. Untuk pembangunan pada sektor peternakan, pemerintah telah

mengupayakan pembuatan kelompok tani yang secara keseluruhan telah

mencapai 12 kelompok yang telah memiliki SK. Namun sampai saat ini

hanya tinggal 4 kelompok saja yang masih aktif. Dari kelompok tersebut ada

yang bergerak pada bidang pertanian seperti bertani kedelai, ada juga yang

bergerak pada bidang peternakan seperti peternak ikan dan sapi. Untuk

kelompok tersebut dana yang mereka dapat berasal dari Dinas Pertanian,

dimana dana/bantuan terebut berupa dana/bantuan yang bersifat hibah. Hal ini

lah yang menyebabkan semakin berkurangnya keaktifan kelompok-kelompok

tersebut. Mereka menganggap itu udah dikasikan ke mereka, jadi ya mereka

gak terlalu serius. Nah kalau mengapa dana untuk kelompok-kelompok

tersebut berasal dari Dinas Pertanian dan bukanlah dari Pemerintah desa

sendiri? Hal ini dikarenakan tidak diperbolehkannya satu sektor menerima

dari dua sumber. Tujuannya yaitu agar tidak terjadi penumpukan dana pada

satu sektor, padahal sektor lain membutuhkan dana. Dan mengapa bantuan

tersebut hanya di dapat oleh kelompok saja? Hal ini dikarenakan bantuan

tersebut berbeda dengan bantuan seperti bantuan untuk orang tidak mampu,

namun bantuan tersebut dapat diterima jika kelompok tersebut membuat

proposal kemudian diajukan kepada Dinas terkait yaitu Dinas Pertanian.

6. Menurut saya pribadi, itu bagus ya. Karen aitu kan salah satu cara juga untuk

saling tolong menolong. Tapi ya itu kelemahannya itu gak ada peraturan yang

mengikat. Meskipun ya selama ini tidak ada keluhan dari masyarakat juga.

7. Dulu itu kami pernah memberitahukan kepada masyarakat bahwa bagi

masyarakat yang ingin melakukan jual beli tanah ataupun jual beli ternak

seperti kambing, sapi, dan kerbau, hendaknya melapor ke kantor desa agar

dibuatkan suratnya. Hanya saja sampai saat ini tidak pernah ada yang datang

untuk melaporkan hal tersebut. mungkin itu karena rasa takut masyarakat jika

Page 132: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

melapor ke kantor desa, akan dikenakan biaya. Tapi ya kalau mau mengajak,

itu perlu di sosialisasikan ulang ke masyarkatnya.

8. Belum ada langkah selanjutnya. Karena selain belum pernah ada juga

laporan-laporan dari masyarkat, dan kita juga belum bisa memastikan kapan

bisa kembali melakukan sosialisasi tersebut.

Informan : Drs. A. Tarmizi, S.M.HI

Selaku : Ketua MUI Kota Jambi

No.Hp : 0821-7859-8689

Tanggal : 26 Agustus 2019

Pertanyaan:

1. Menurut bapak bagaimana suatu usaha dapat dikatakan sebagai suatu sistem

yang sesuai dengan konsep mudharabah?

2. Bagaimana menurut bapak terkait usaha yang modalnya berupa barang bukan

uang?

3. Akad yang dilakukan masyarakat hanya secara lisan. Akan tetapi di

pembahasan ini telah saya buat bahwa akad lisan diperbolehkan, hanya saja

akan lebih baik jika menggunakan akad tertulis, karena sebagaimana dalam

Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 282. Bagaimana menurut bapak?

4. Ada dari yang saya dengar sebelum saya mengajukan judul lagi, bahwa ada

pemilik sapi yang meninggal dan penggadoh tidak mengembalikan sapi

tersebut. Namun pada saat ahli warisnya datang, dia bilang sapi itu sudah dia

beli. Dan saya sudah menuliskannya di latar belakang. Tetapi pada saat saya

melakukan riset dan mencari tau tentang hal itu, saya tidak menemukan

jawaban yang pasti dan masyarakat disekitar juga tidak mengetahui secara

pasti. Akan tetapi karena saya sudah menuliskannya di latar belakang, jadi

saya buat juga pembahasannya dimana saya mengatakan bahwa itu lah

gunanya adanya peraturan dan pemahaman mengenai bagi hasil yang benar.

Jadi bagaimana menurut pendapat bapak?

5. Kemudian tentang batasan waktu pak. Kan dimasyarakat tidak ada batasan

waktu dalam pelaksanaan usahanya. Dan juga dalam fatwa mui tentang

pembiayaan mudharabah itu hanya disebutkan boleh dibatasi. Dan dalam UU

tentang ketentuan pokok peternakan itu disebutkan bahwa bagi hasil ternak

besar itu tidak boleh kurang dari 5 tahun. Dan analisis dari saya, saya buat

bahwa pembatasan waktu itu perlu, agar tidak terjadi penyelewengan dari

perjanjian. Tapi tidak harus juga 5 tahun. Karna kan kalau sudah tau siklus

kehamilan sapi, kita bisa tau kapan bagi hasil tersebut bisa di dapat. Jadi itu

bagaimana menurut pendapat bapak?

Page 133: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

6. Nah pak kan dalam usaha tu pasti ada biaya-biaya yang muncul seperti kalau

dalam nggadoh sapi ini, ada biaya untuk berobat ketika sapi sakit dan biaya

untuk perkembangbiakan karna perkembangbiakannya melalui penyuntikan

pada sapi. Nah dalam penanggungan biaya tersebut masih bercampur pak ada

pemilik, ada penggadoh ada juga yang bagi dua. Jadi itu bagaimana ya pak?

7. Dan juga pak kalau sapinya mati, itu mutlak pemilik yang menanggungnya

pak. Tapi di pembahasan ini saya buat bahwa harus dibuat krieria kematian

seperti apa yang harus ditanggung pemilik dan kematian seperti apa yang

tidak harus ditanggung pemilik. Karena kan kasihan jika semua harus

ditanggung pemilik. Itu bagaimana pak menurut bapak?

8. Dan juga pak bagaimana dari 3 cara bagi hasil yang dilakukan oleh

masyarakat ini pak? Apakah sudah sesuai dengan konsep syariah?

9. Nah masyarakat juga pak itu taunya sistem bagi 2 sama rata saja pak yang

diterapkan. Sehingga ketika ada pihak yang merasa dirugikan, mereka tidak

bisa berbuat apa-apa karena itu lah yang selama ini berlaku dan mereka

sepakati. Sedangkan dalam teori mudharabah itu bisa saja dengan tidak bagi

rata. Dan dalam pembahasan yang saya buat, itu saya sarankan bahwa

perjanjian itu harus dibuat tertulis, jadi ketika merasa dirugikan, mereka bisa

meninjau kembali nisbah dari bagi hasil tersebut. itu bagaimana ya pak

menurut bapak?

Jawaban:

1. Ketika telah memenuhi rukun. Seperti dalam bagi hasil sapi ini kan pertama

shahib al-mal itu ada pemilik sapi, kedua mudharib ada pengelola/peternak,

modal ada sapi tadi, nisbah sudah ada juga baik itu dapat keturunan atau hasil

jual, usaha itu lah beternak sapi, akad ada juga sudah kan. Itu bisa dikatakan

telah sesuai konsep. Hanya saja seharusnya modal itu kan uang atau barang

yang dinilai. Itu agar penggunaan syariat Islam itu menyeluruh. Sehingga

secara umum dapat dikatakan sesuai konsep mudhrabah hanya saja masih

banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Karena tidak ada perjanjian.Untuk

menghindari perselisihan dikemudian hari. Dan juga agar tidak terputus

silahturahim.

2. Seharusnya itu kan uang karna mengikuti konsep dasar dari mudharabah itu

sendiri. Tapi kalau memang dalam fatwa mui telah disebutkan boleh berupa

barang akan tetapi harus dinilai, maka itu boleh-boleh saja. Yang dak boleh tu

kan kalau barang dan juga tidak dinilai karna itu tidak sesuai konsep dasar.

3. Sebenarnya boleh, hanya saja akan lebih baik itu pakai perjanjian tertulis.

Supaya dak ado yang biso melanggar dan mengindar dari kesalahan yang

diperbuat. Baik itu pemilik maupun pengelola.

4. Ini lah kelemahan masyarakat. Jadi ya itu betul itu perlu adanya perjanjian

tertulis. Lagi di bank itu selalu ada aturan tertulis. Supaya jelas.

Page 134: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

5. Lebih baik dibuat batasan waktu. 1 tahun atau 2 tahun tergantung

kesepakatan. Karna kalau tidak ada batasan watu payah nanti. Kan itu lah

meskipun ada hak tapi harus tetap sesuai perjanjian.

6. Biaya harus dihitung. Karena biaya tersebut harus dikembalikan pada saat

pembagian hasil diakhir. Dimana jika keuntungan dihitung dengan sistem

profit and loss sharing, sebelum pembagian keuntungan, maka pendapatan

harus dikurangi modal dan biaya-biaya yang muncul selama masa perawatan.

Sedangkan jika dihitung dengan revenue sharing, maka untuk pembagian

keuntungan, pendapatan hanya dikurangi dengan modal saja, dan biaya yang

muncul ditanggung oleh penggadoh. Tapi lebih baik itu pakai yang profit loss

sharing saja.

7. Sudah mengelola dengan baik, kalau sapi sakit sudah diobati, tapi kalau

sudah tu mati yo itu resiko yang punyo. Tapi kalau diliarkan tu kan dak boleh.

Jadi itu resiko pengelola karna kelalaian.

8. Kalau diawal dengan uang diakhir dengan uang. Itu agar tidak ada kezaliman.

Karna itu kan prinsip mudharabah. Kalau tidak dengan uang, takutnya pas

anak pertama kurus anak kedua gemuk. Nah kan dak adil tuh. Jadi itulah lah

harus dihitung dengan uang. Jadi yang bagi anak ini yang belum bisa

dikatakan sesuai karna tidak dinilai dengan uang pembagiannya. Tapi untuk

yang 2 ni sudah masuklah dalam konsep dasar mudharabah.

9. Dak papo lah bagi 2 nian. Karna kan tergantung kesepakatan diawal. Tapi

intinya harus bagi keuntungan.

Page 135: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

LAMPIRAN DOKUMENTASI

Wawancara dengan bapak Kades desa Sapta Mulia yaitu Bapak Bagyo Santoso (9

Mei 2019) di Kantor Desa Sapta Mulia.

Wawancara dengan para pemilik sapi

Wawancara dengan ibu Suparmi Wawancara dengan bapak Daud

(4 Mei 2019) (13 Mei 2019)

Page 136: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

Wawancara dengan penggadoh sapi

Wawancara dengan ibu Sutini (4 Mei 2019)

Wawancara dengan ibu Idah Wawancara dengan bapak Arip

(12 Mei 2019) (12 Mei 2019)

Page 137: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF
Page 138: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF
Page 139: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF
Page 140: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF
Page 141: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF
Page 142: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF
Page 143: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF
Page 144: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF
Page 145: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF
Page 146: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF
Page 147: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF
Page 148: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF
Page 149: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF
Page 150: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF
Page 151: ANALISIS USAHA NGGADOH SAPI DALAM PERSPEKTIF

DAFTAR RIWAYAT

(CURRIULUM VITAE)

Nama : Erni Duwi Astuti

Tempat, tanggal lahir : Air Limas II, 01Juli 1997

Email : [email protected]

No. Kontak/HP : 0822-8111-6646

Alamat : Desa Paninjau Rt.02 Rw.01 Kecamatan Batiknau

Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu

Pendidikan Formal:

1. SD, Tahun Lulus : SD Negeri 09 Batiknau 2003 – 2009

2. SMP, Tahun Lulus :SMP Pancasila Kota Bengkulu 2009 – 2012

3. MA, Tahun Lulus : MAN 2 Kota Bengkulu 2012 – 2015

Pengalaman Organisasi:

1. Pengurus KSEI Al-Fath FEBI Bidang Srikandi Tahun 2017 dan 2018

Moto Hidup: Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum

kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa-apa yang ada pada

diri mereka sendiri. (QS.Ar-Ra‟d : 11)

Jambi, September 2019

Erni Duwi Astuti

NIM: EES.150643