analisis transformasi spasial sosial ekonomi dan ... · 11. kepada terryna ledy desi, ulfi husnul...

159
i ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN KEKOMPAKAN KOTA (COMPACT CITY) DI WILAYAH PERI URBAN KOTA TANGERANG SELATAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan MemperolehGelar Sarjana Ekonomi Oleh : RAMADHIAN WIJAYANTI NIM : 11140840000059 JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439/2018

Upload: others

Post on 23-Oct-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI

    DAN KEKOMPAKAN KOTA (COMPACT CITY) DI WILAYAH PERI

    URBAN KOTA TANGERANG SELATAN

    SKRIPSI

    Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan MemperolehGelar Sarjana Ekonomi

    Oleh :

    RAMADHIAN WIJAYANTI

    NIM : 11140840000059

    JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1439/2018

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

  • vi

  • vii

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    I. IDENTITAS PRIBADI

    Nama : Ramadhian Wijayanti

    Alamat :Jalan Yaspatar Rt 004 Rw 001 No 46 Kelurahan

    Pondok Pucung Kecamatan Pondok Aren Kota

    Tangerang Selatan Banten 15229

    No Telepon : 08975969761

    Email : [email protected]

    No Telepon : 08975969761

    Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 19 Februari 1996

    Warga Negara : Indonesia

    Jenis Kelamin : Perempuan

    II. LATAR BELAKANG PENDIDIKAN

    2001-2002 TK Mutiara

    2002-2008 SDN Pondok Pucung 1

    2008-2011 SMPN 5 Tangerang Selatan

    2011-2014 SMKN 2 Tangerang Selatan Jurusan Akuntansi

    2014-2018 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    III. PRESTASI DAN PENGHARGAAN

    1. Finalis Economic Call For Paper National Championship di Fakultas

    Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016

    2. Peserta Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Nasional Fiction Tahun 2015

    di Universitas Negeri Padang 2015

    3. Peserta Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional GSC (Green Scientific

    Competition) 2015 di Universitas Negeri Semarang

    mailto:[email protected]

  • viii

    IV. PENGALAMAN ORGANISASI

    1. BPH Rohis SMKN 2 Tangerang Selatan 2011-2014

    2. Anggota Divisi Keagaamaan HMJ Ekonomi Pembangunan 2015-2016

    3. Koordinator Bidang PSDM (Pengembangan Sumber Daya Manusia) LDK

    Komda FEB 2015-2016

    4. Anggota Divisi PSU LDK Syahid UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    5. Praktik Kerja Lapangan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serpong

    6. Guru Taman Pendidikan Al-Quran di Masjid Raya Bintaro.

    V. LATAR BELAKANG KELUARGA

    1. Ayah : Suharta

    2. Ibu : Siti Kudriah

    3. Alamat : Jalan Yaspatar Rt 004 Rw 001 No. 46 Pondok Pucung

    Pondok Aren Tangerang Selatan Banten 15229

  • ix

    Abstract

    The purpose of this study was to analyze the Pattern of Change both in terms of

    physical changes (spatial) and socio-economic changes in the South Tangerang

    City. Then analyzed based on the factors that caused the Spatial Transformation

    of Socio-Economic. Transformation. This study also analyzes the concept of

    sustainable development as measured by the Urban Compactness Index in

    Tangerang Selatan City to know the relation between spatial, socio-economic

    aspect and sustainable development. This research uses overlay analysis using

    Geographic Information System (GIS) with ArcGis 10.1 software assistance to

    analyze spatial land use change and relate to secondary data data which is

    described by descriptive and literature study. The results show that there has been

    a spatial transformation and social and economic transformation in the South

    Tangerang City Region. From the spatial transformation that in the period of

    2011-2017 there has been a change of land use. From the social and economic

    transformation, there is a change in the economic sector, which was originally

    oriented towards the primary and secondary sectors into the secondary and

    tertiary sectors. Then analyzed peotensi seeded by using Location Quotient to

    analyze the superior potential and changes in economic sector. From the results

    of identification of the concept of sustainable development measured by Urban

    Compactness Index that the District of East Ciputat closest to the compact city

    structure (Compact City).

    Keywords: Spatial Transformation, Socio-Economic Transformation, Sustainable

    Development, Urban Compactness Index, Location Quotient, Urban Elite Region,

    Geographic Information System (GIS)

  • x

    Abstrak

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis Pola Perubahan baik dari sisi

    perubahan fisik (spasial) maupun perubahan secara sosial ekonomi di Wilayah

    Kota Tangerang Selatan. Kemudian dianalisa berdasarkan faktor-faktor yang

    menyebabkan Transformasi Spasial Transformasi Sosial Ekonomi. Penelitian ini

    juga menganalisis konsep pembangunan yang berkelanjutan yang diukur

    berdasarkan Indeks Urban Compactness di wilayah Kota Tangerang Selatan

    untuk mengetahui keterkaitan antara aspek spasial, sosial ekonomi dengan

    pembangunan yang berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan analisis overlay

    dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan bantuan

    perangkat lunak ArcGis 10.1 untuk menganalisa perubahan penggunaan lahan

    secara spasial dan mengkaitkan dengan data data sekunder yang dijelasakan

    dengan deskriptif dan studi literatur. Dari hasil menunjukkan bahwa telah terjadi

    transformasi spasial dan transformasi sosial dan ekonomi di Wilayah Kota

    Tangerang Selatan. Dari transformasi spasial bahwa dalam periode tahun 2011-

    2017 telah terjadi perubahan penggunaan lahan. Dari transformasi sosial dan

    ekonomi terjadi perubahan sektor ekonomi, yang semula berorientasi pada sektor

    primer dan sekunder menjadi sektor sekunder dan tersier. Kemudian dianalisis

    peotensi unggulan dengan menggunakan Location Quotient untuk menganalisa

    potensi unggulan dan perubahan sektor ekonomi. Dari hasil identifikasi konsep

    pemabangunan yang berkelanjutan yang diukur berdasarkan Indeks Urban

    Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur

    kekompakan kota (Compact City).

    Kata Kunci : Transformasi Spasial, Transformasi Sosial Ekonomi, Pembangunan

    Berkelanjutan, Indeks Urban Compactness, Location Quotient, Wilayah Peri

    Urban, Sistem Informasi Geografis (SIG)

  • xi

    Kata Pengantar

    Segala puji dan syukur penulis penjatkan kehadirat Allah Subhanahu

    Wata‟ala atas Ridha dan Rahmatnya yang selalu tercurah, sehingga dapat

    menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS TRANSFORMASI

    SPASIAL, SOSIAL EKONOMI DAN KEKOMPAKAN KOTA (COMPACT

    CITY) DI WILAYAH PERI URBAN KOTA TANGERANG SELATAN”

    dengan baik, sholawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW

    beserta keluarga dan para sahabatnya yang senantiasa menuntun umatnya untuk

    berada pada jalan kebenaran. Kepenulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat

    guna menyelesaikan Program Sarjana Strata I (SI) pada Fakultas Ekonomi dan

    Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Penulisan skripsi ini tidak lepas dari segala bentuk dukungan, saran, dan

    motivasi yang penulisan terima dari banyak pihak. Penulis menyadari bahwa

    segala bentk dukungan,saran dan motivasi yang diberikan akan sangat membantu

    penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini sehingga dapat bermanfaat baik untuk

    penulis dan pembaca. Oleh karena itu, penulis ucapkan terima kasih kepada semua

    pihak yang telah banyak berkonntribusi dalam penyusunan skripsi ini, terkhusus

    kepada:

    1. Allah Subhanahu Wata‟ala atas segala nikmat dan karunianya kepada

    penulis.

    2. Kepada Ayahanda tercinta Alm Bapak Suharta walaupun sudah berada di

    sisi-Nya namun selalu mendukung dalam setiap aktivitas kegiatan dan

    pencapaian anak-anaknya semoga Allah tempatkan Bapak di tempat yang

    paling diridhoi Allah

    3. Kepada Ibunda Tersayang Ibunda Siti Kudriah yang selalu melantunkan

    doa dan dukungannya kepada anak-anaknya semoga selalu berada dalam

    lindungan Allah SWT

    4. Kepada adik Taslimah Ramadhanti dan Muhammad Zurays Iqbal semoga

    allah selalu melimpahi rahmatnya kepada keluarga

    5. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi

    dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendukung dan

  • xii

    memberikan pengalaman berharga kepada penulis selama menjadi

    mahasiswa.

    6. Bapak Arief Fitrijanto, S.SI, M.SI selaku ketua jurusan Ekonomi

    Pembangunan sekaligus pembimbing penulis selama penulisan skripsi ini.

    Terima kasih atas dukungan dan waktu luang semangat, motivasi dan

    bekal ilmu pengetahuan yang diberika. Semoga segala yang telah

    diamalkan dapat menjadi amal jariyah dan memperoleh balasan berlipat

    ganda oleh Allah SWT.

    7. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bismis, terutama Bapak Arief

    Fitrijanto, S.SI, M.SI selaku ketua jurusan Ekonomi Pembangunan dan Ibu

    Najwa Khairina S.E,. M.A selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi

    Pembangunan.

    8. Ibu Utami Baroroh, S.E., M.Si, Zuhairan Yunmi Yunan, S.E, M.Sc dan

    Bapak Drs. Jacky Nurdjaman Rahman, M.Ps yang selalu mendukung dan

    mendukung dan membimbing dalam penulisan skripsi dan akademik.

    9. Seluruh civitas akademika dan karyawan baik pada tingkat jurusan,

    fakultas, hingga universitas yang telah mendukung dan membantu

    penulis dalam kegiatan perkuliah dan perlombaan selama mengenyam

    pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    10. Kepada Robiah Nila Fauziah S.Pd. MA, Verra Febriani, Asri Rahmawati

    dan segenap guru TPQ Masjid Raya Bintaro yang senantiasa mendoakan

    dan mendudukung dalam pendidikan ini.

    11. Kepada Terryna Ledy Desi, Ulfi Husnul Tadzkiyah, Dwi Ratna Sari,

    Imro‟atul Husna, Effa Safirah, Choirunnisa, Varrah Ainun Istiqomah, Wini

    Muliagustina Dhimas Setyanik dan seluruh teman teman Konsentrasi

    Otonomi dan Keuangan Daerah Semoga kita tidak pernah lelah dalam

    mengembangkan kapasitas diri.

    12. Temen temen angkatan tahun 2014 yang selalu mendampingi selama

    menempuh pendidikan.

    13. Kepada seluruh adik adik tercinta semoga penulisan skipsi ini bermanfaat

    untuk kalian dan menambah referensi dalam kepenulisan skripsi nya

  • xiii

    Penulis menyadari bahwa kepenulisan skripsi ini masih jauh dari kata

    sempurna. Oleh sebab itu, besar harapan bagi penulis untuk menerima

    segala bentuk kritik dan saran yang membangun sebagai evaluasi untuk

    pencapaian yang

    lebih baik.

    Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh

    Jakarta, 28 Mei 2018

    Ramadhian Wijayanti

    11140840000059

  • xiv

    DAFTAR ISI

    SAMPUL DALAM ......................................................................................... i

    LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................... ii

    LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF ......................................... iv

    LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................. v

    LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ..................... vi

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vii

    ABSTRACT ..................................................................................................... ix

    ABSTRAK ...................................................................................................... x

    KATA PENGANTAR .................................................................................... xi

    DAFTAR ISI ................................................................................................... xiv

    DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xix

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xx

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

    A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ................................................................................ 8

    C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 8

    D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 9

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 10

    A. Wilayah Peri Urban .............................................................................. 10

    1. Pengertian Wilayah Peri Urban ..................................................... 10

    2. Konsep Wilayah Peri Urban .......................................................... 11

    3. Dinamika Wilayah Peri Urban ...................................................... 12

    B. Konsep Transformasi ........................................................................... 14

    1. Pengertian Transformasi ............................................................... 14

    2. Transformasi Wilayah Peri Urban................................................. 15

    a. Transformasi Spasial ................................................................. 15

    b. Transformasi Sosial ................................................................... 16

    c. Transformasi Ekonomi .............................................................. 18

  • xv

    C. Desain Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development

    Design) ................................................................................................. 20

    1. Konsep Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development) 20

    2. Konsep Compact City.................................................................... 21

    D. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 25

    E. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 27

    BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 28

    A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 28

    B. Populasi dan Sampel ............................................................................ 28

    C. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 29

    D. Jenis Dan Sumber Data ........................................................................ 29

    E. Pengumpulan Data ............................................................................... 30

    F. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 32

    G. Variabel Pelitian ................................................................................... 32

    H. Metode Analisis Data.......................................................................... 34

    1. Sistem Informasi Geografis (SIG) ................................................ 34

    2. Analisis Location Quotient (LQ) ................................................. 38

    3. Analisis Indeks Urban Compactness .......................................... 39

    BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................. 43

    A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian .................................................. 43

    1. Sejarah .......................................................................................... 43

    2. Profil Wilayah Penelitian ............................................................. 45

    a. Kondisi Geografis ..................................................................... 45

    b. Kondisi Fisik Lahan ................................................................. 46

    c. Keadaan Iklim ........................................................................... 47

    d. Kondisi Geologi dan Jenis Tanah ............................................ 47

    e. Jaringan Jalan ............................................................................ 48

    B. Analisis Transformasi Spasial .............................................................. 51

    1. Analisis Penggunaan Lahan ......................................................... 51

    2. Analisis Overlay ........................................................................... 52

  • xvi

    a. Penggunaan Lahan Permukiman .............................................. 52

    b. Penggunaan Lahan Kosong ...................................................... 53

    c. Penggunaan Lahan Primer ........................................................ 54

    d. Penggunaan Lahan untuk Fasilitas Dasar ................................ 55

    C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Transformasi Spasial Peri Urban . 63

    D. Analisis Transformasi Sosial Ekonomi ................................................ 72

    1. Perubahan Sektor Ekonomi .......................................................... 72

    a. Perubahan Sektor Berdasarkan Penggunaan Lahan ................. 72

    b. Perubahan Sektor Berdasarkan PDRB ..................................... 73

    c. Perubahan Sektor Berdasarkan Potensi Unggulan ................... 75

    d. Perubahan Sektor Berdasarkan Unit Fasilitas Usaha .............. 76

    E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Transformasi Sosial Ekonomi ..... 78

    F. Identifikasi Pembangunan yang Berkelanjutan (Sustainable

    Development). ...................................................................................... 84

    1. Analisis Karakteristik Urban Compactness. ................................. 84

    2. Mengukur Indeks Urban Compactnesss ....................................... 99

    3. Karakteristik Compactess dari Struktur Ruang Kecamatan Ciputat

    Timur ............................................................................................. 101

    G. Keterkaitan Antara Transformasi Spasial, Transformasi Sosial

    Ekonomi dan Indeks Urban Compactness .......................................... 108

    1. Analisis Korelasi Indeks Urban Compactness berdasarkan faktor-

    faktornya........................................................................................ 109

    2. Keterkaitan Transformasi Spaisal Sosial Ekonomi dan Sustainable

    Development. ................................................................................. 111

    3. Hubungan sebab akibat antara tiga sektor ........................................ 112

    BAB V PENUTUP .......................................................................................... 114

    A. Kesimpulan ........................................................................................... 115

    B. Saran .................................................................................................... 116

    DAFTAR PUSTAKA. ..................................................................................... 117

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • xvii

    DAFTAR TABEL

    No Keterangan Halaman

    1.2 Jumlah Penduduk Kota Tangerang Selatan 3

    1.3 Tabel Developer yang berada di Wilayah Tangerang Selatan 4

    1.4 Tabel Kepadatan Penduduk di Wilayah Tangerang Selatan 6

    3.1 Variabel dalam penelitian 42

    4.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan 46

    4.2 Tabel Penggunaan Lahan Eksisting 51

    4.10 Tabel Kepadatan Penduduk Kota Tangerang Selatan 59

    4.11 Luas Penggunaan Lahan (Ha) 67

    4.12 Sebaran industri kecil, menengah, dan besar Kota Tangerang

    Selatan 71

    4.13 Sebaran Fasilitas Perdagangan dan Jasa 72

    4.14 Indikator Ketenagakeran Kota Tangerang Selatan 2011-2015 74

    4.15 Rasio Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam

    Negeri 77

    4.16 Jenis Penanaman Modal Kota Tangerang Selatan 78

    4.17 Kepadatan Lahan Terbangun Kota Tangerang Selatan 80

    4.18 Kepadatan Lahan Terbangun 81

    4.19 Kepadatan Lahan Terbangun Kota Tangerang Selatan 81

    4.20 Standar Ketersediaan Fasilitas Pendidikan menurut SNI 03-1772-

    2004 82

    4.21 Tabel Ketersediaan Fasilitas Pendidikan 84

    4.22 Standar Ketersediaan fasilitas Kesehatan menurut SNI 03-1772-

    2004 85

    4.23 Standar Ketersediaan Fasilitas Perdagangan dan Jasa Menurut

    SNI 03-1772-2004 88

    4.24 Ketersediaan Fasilitas Perdagangan dan Jasa 89

    4.25 Presentase Ketersediaan RTH 90

    4.26 Tabel Tingkat Penggunaan Kendaraan Pribadi 91

    4.27 Presentase Pertumbuhan Penduduk 92

    4.28 Presentase Pertumbuhan Permukiman Baru 93

    4.29 Indeks Densifikasi Kota Tangerang Selatan 94

    4.30 Indeks Mixed Use 95

    4.31 Indeks Densifikasi 96

    4.32 Tabel Indikator Urban Compactness 97

  • xviii

    4.33 Variabel dalam Penelitian 103

    4.34 Proyeksi Penggunaan Lahan 58

    4.35 Proyeksi Penggunaan Lahan Terbangun 59

    4.37 Proyeksi Penduduk Kota Tangerang Selatan Tahun 2011-2031 61

    4.38 Proyeksi Kepadatan Penduduk Kota Tangerang Selatan 2011-

    2031 62

  • xix

    DAFTAR GAMBAR

    No Keterangan Halaman

    1.1 Penggunaan Lahan Kota Tangerang Selatan 2

    4.1 Peta Rupa Bumi (RBI) Kota Tangerang Tahun 2001 sebelum

    Pemekaran

    45

    4.2 Peta Topografi Kota Tangerang Selatan 47

    4.3 Peta Geologi Kota Tangerang Selatan 48

    4.4 Peta Jaringan Jalan Kota Tangerang Selatan 50

    4.5 Grafik Penggunaan Lahan Kosong dan Lahan Terbangun 53

    4.5 Grafik Penggunaan Lahan Primer 54

    4.6 Grafik Perubahan pemanfaatan Lahan Fasilitas Dasar Kota

    4.7 Peta Penggunaan Lahan 2017 56

    4.8 Peta Penggunaan Lahan 2011 57

    4.9 Peta Kepadatan Penduduk dan Perbatasan Kota Tangerang

    Selatan

    59

    4.11 Peta Kawasan Strategis 61

    4.12 Peta Jaringan Jalan 63

    4.13 Peta Sistem Perkotaan 66

    4.14 PDRB Sektor Primer 67

    4.15 Kontribusi Sektor Terhadap PDRB ADHB 68

    4.16 Struktur Perekonomian Kota Tangerang Selatan 69

    4.17 Location Quotient (LQ) Sektor Primer, Sekunder dan Tersier 70

    4.18 Peranan PDRB Kota Tangerang Selatan Menurut Lapangan

    Usaha Tahun 2016

    75

    4.19 Jumlah Usaha dan Tenaga Kerja Menurut Kategori Lapangan

    Usaha (Hasil Pendaftaran Sensus Ekonomi 2016)

    76

    4.20 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Ciputat Timur 97

    4.21 Peta Penggunaan Lahan Tahun 2011 dan 2017 98

    4.22 Peta Kepadatan Penduduk Tinggi 99

    4.23 Peta Jarak Kerapatan Antar Bangunan 99

    4.24 Peta Jarak Kerapatan Antar Bangunan 100

    4.25 Fasilitas yang mudah dijangkau 100

    4.26 Pola Pergerakan Penduduk 101

    4.27 Jumlah Kendaraan Bermotor 101

    4.28 Tabel Hasil Korelasi 105

    4.29 Pertumbuhan Penduduk 2011-2031 60

    4.30 Grafik Pertumbuhan Penduduk 2011-2031 61

  • xx

    DAFTAR LAMPIRAN

    No Keterangan

    1 Penggunaan Lahan

    2 Perhitungan LQ Tangerang Selatan

    3 Presentase PDRB Kota Tangerang Selatan

    4 Perhitungan Koefisien Korelasi

    5 Peta Penggunaan Lahan Tahun 2011

    6 Peta Penggunaan Lahan Tahun 2017

    7 Peta Jaringan Jalan Kota Tangerang Selatan

    8 Peta Kawasan strategis Kota Tangerang Selatan

    9 Peta Jumlah Penduduk Kota Tangerang Selatan

    10 Peta Administrasi Kota Tangerang Selatan

    11 Peta Geologi Koto Tangerang Selatan

    12 Peta Sistem Perkotaan Kota Tangerang Selatan

    13 Peta Topografi Kota Tangerang Selatan

    14 Data perhitungan Korelasi

    15 Proyeksi Perhitungan Lahan

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Semakin bertambahnya penduduk kota menyebabkan semakin

    bertambahnya kebutuhan masyarakat terhadap jumlah lahan yang digunakan,

    maka untuk memenuhinya diperlukan suatu pengembangan atau perluasan

    wilayah ke daerah-daerah disekitar kota tersebut.

    Pertumbuhan penduduk dan perkembangan aktivitas kota terus meningkat,

    yang selalu diiringi dengan kebutuhan akan ruang dan lahan. Disisi lain lahan di

    kota tersebut terbatas dan tidak dapat berkembang. Jika kebutuhan lahan melebihi

    ketersediaan lahan yang ada, maka akan terjadi tekanan penduduk terhadap lahan.

    Masyarakat tidak hanya membutuhkan lahan untuk bertempat tinggal,tetapi juga

    membutuhkan sarana dan fasilitas lainnya yang tentunya juga harus diikuti dengan

    penyediaan lahannya.

    Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk maka akan meningkatkan

    aktivitas perekonomian. Karena keterbatasan daya dukung lahan,tentunya akan

    menjadi beban yang signifikan karena pesatnya urbanisasi dan pertumbuhan

    ekonomi. Daya dukung lahan yang melebihi kapasitas akan menimbulkan

    berbagai masalah dalam perkotaan seperti kemacetan, kekurangan perumahan,

    degradasi ekosistem, polusi udara dan air, kurangnya sarana sanitasi, dan

    kesenjangan sosial. Sumber daya alam di dalam dan sekitar kota-kota akan

    terkena eksternalitas dari proses pembangunan perkotaan

    Kota Tangerang Selatan adalah sebuah kota yang terletak di Tatar

    Pasundan Provinsi Banten, Indonesia. Kota ini terletak 30 km sebelah

    barat Jakarta dan 90 km sebelah tenggara Serang, ibu kota Provinsi Banten. Kota

    Tangerang Selatan berbatasan dengan Kota Tangerang di sebelah

    utara, Kabupaten Bogor (Provinsi Jawa Barat) di sebelah selatan, Kabupaten

    Tangerang di sebelah barat, serta Daerah Khusus Ibukota Jakarta di sebelah timur.

    Dari segi jumlah penduduk, Tangerang Selatan merupakan kota terbesar kedua di

    Provinsi Banten setelah Kota Tangerang serta terbesar kelima di

  • 2

    kawasan Jabodetabek setelah Jakarta, Bekasi, Tangerang, dan Depok. Wilayah

    Kota Tangerang Selatan merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Tangerang.

    Secara fungsional, maka Kota Tangerang Selatan merupakan wilayah sub-

    urban dari Kota Jakarta. Pusat-pusat pertumbuhan dan kota-kota baru yang

    tumbuh di kota ini adalah salah satu dampak perkembangan Kota Jakarta yang

    sangat pesat di berbagai aspek. Beberapa kawasan permukiman dan infrastruktur

    penduduk dibangun secara terencana oleh para pengembang besar (BSD, Bintaro

    Jaya, Alam Sutera), dan sebagian spot-spot kawasan permukiman dibangun oleh

    pengembang kecil, dan juga bagian dari fenomena urban sprawl,

    Gambar 1. 1 Penggunaan Lahan Kota Tangerang Selatan

    Kota Tangerang Selatan memiliki wilayah seluas 14.719 hektar.

    Pertumbuhan fisik kota menunjukkan dominasi kawasan terbangun, yaitu seluas

    10.596,10 Ha atau 71,99 % dari seluruh luas kota yang terdiri dari kawasan

    perumahan dan permukiman (67,54 %), kawasan industri (1,14) %, dan kawasan

    perdagangan dan jasa (3,31 %). Sektor perdagangan dan jasa di Kota Tangerang

    Selatan tumbuh beriringan dengan pesatnya pengembangan perumahan yang ada

    [CATEGORY

    NAME] [CATEGORY

    NAME]

    Kawasan

    Perdagangan

    dan Jasa

    [CATEGORY

    NAME]

    Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan

  • 3

    Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Kota Tangerang Selatan

    Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa)

    2012 2013 2014 2015 2016

    Setu 72170 75002 77881 80811 83777

    Serpong 150736 157252 163915 170731 177677

    Pamulang 305909 314931 323957 332984 341967

    Ciputat 206293 212824 219384 225974 232559

    Ciputat Timur 188957 193484 197960 202386 206729

    Pondok Aren 329103 341416 353904 366568 379354

    Serpong Utara 141237 148494 155998 163755 171749

    Kota Tangerang

    Selatan

    1394405 1443403 1492999 1543209 1593812

    Sumber Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan

    Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Kota Tangerang Selatan

    Kabupaten/Kota Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota (Persen)

    2011 2012 2013 2014 2015 2016

    Kab Pandeglang 0.84 0.77 0.86 0.46 0.55 0.47

    Kab Lebak 1.13 1.05 0.98 0.91 0.83 0.76

    Kab Tangerang 3.54 3.47 3.34 3.39 3.24 3.17

    Kab Serang 1.06 0.98 0.92 0.84 0.77 0.69

    Kota Tangerang 2.66 2.59 2.51 2.43 2.36 2.28

    Kota Cilegon 1.99 1.90 1.82 1.76 1.68 1.60

    Kota Serang 2.20 2.14 2.06 1.99 1.92 1.83

    Kota Tangerang

    Selatan

    3.67 3.59 3.51 3.44 3.36 3.28

    Provinsi Banten 2.39 2.33 2.27 2.20 2.14 2.07

    Sumber Badan Pusat Statistik Provinsi Banten

    Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa pada 2011-2016, jumlah

    penduduk di kota pemekaran Kabupaten Tangerang itu mencapai 1 juta jiwa.

    Bahkan, pada 2016, jumlahnya sudah mencapai 1,5 juta jiwa. Pertumbuhan

  • 4

    penduduk, disebabkan arus urbanisasi yang besar dalam beberapa tahun terakhir.

    Kota Tangerang Selatan ini menarik datangnya urbanisasi dikarenakan Sebagai

    daerah hunian, banyak warga dari Jakarta yang pindah ke Tangerang Selatan ini.

    Karena itu, terjadi pertumbuhan penduduk yang besar. Dibandingkan dengan

    pertumbuhan penduduk di kota kota lain, Kota Tangerang Selatan laju

    pertumbuhan penduduk nya terbesesar di Provinsi Banten

    Gambar 1.2 Grafik Distribusi PDRB Kota Tangerang Selatan ADHL

    Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2016 (Persen

    Sumber Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan

    Dari data tersebut terlihat bahwa pendapatan distribusi PDRB Kota

    Tangerang Selatan ADHL berasal dari Real Estate hal ini menunjukkan bahwa

    perkembangan Real Estate di Kota Tangerang Selatan terus mengalami

    peningkatan dan perkembangan dibandingkan dengan pendapatan pada sektor

    lain. Namun begitu pembangunan tersebut kurang adanya sinergitas pengembang

    dengan pemerintah daerah maupun pengembang dengan pengembang itu

    sendiri.Selain itu peran pemerintah kota untuk menegakkan peraturan masih

    kurang optimal. Wilayah Kota Tangerang Selatan berkembang begitu pesat,

    karena berbatasan langsung dengan wilayah DKI Jakarta, Kabupaten Bogor, Kota

    2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

  • 5

    Depok, Kabupaten Tangerang serta Kota Tangerang. Selain itu, wilayah kota ini

    juga terkait langsung dalam dinamika pembangunan nasional.

    Tangerang Selatan adalah kota termuda di Provinsi Banten, merupakan

    kota terbesar kedua di Banten dan terbesar kelima di kawasan Jabodetabek dalam

    hal jumlah penduduk. Semula merupakan wilayah hunian penyangga Jakarta,

    Tangerang Selatan berkembang menjadi pusat aktivitas bisnis dengan

    perdagangan dan jasa sebagai aktivitas utamanya. Dengan sebagian besar

    penduduk berusia muda, Tangerang Selatan memiliki karakter urban dengan

    aktivitas komunitas yang hidup. Pembentukan Tangerang Selatan, yang

    merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Tangerang, ditetapkan melalui

    Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang

    Selatan di Propinsi Banten tertanggal 26 November 2008 dan dilakukan dengan

    tujuan untuk meningkatkan pelayanan dalam bidang pemerintahan, pembangunan,

    dan kemasyarakatan serta dapat memberikan kemampuan dalam pemanfaatan

    potensi daerah. Luas wilayah dan jumlah penduduk Kabupaten Tangerang yang

    besar perlu diatasi dengan memperpendek rentang kendali pemerintahan melalui

    pembentukan daerah otonom baru, yaitu Kota Tangerang Selatan, sehingga

    pelayanan publik dapat ditingkatkan guna mempercepat terwujudnya

    kesejahteraan masyarakat.

    Di Indonesia dengan diterbitkannya Undang-Undang No. 26 Tahun 2007

    tentang Penataan Ruang sebagai pengganti Undang-Undang No. 24 Tahun 1992

    tentang Penataan Ruang, telah memberikan warna baru terhadap penyelenggaraan

    penataan ruang di Indonesia, yaitu untuk menjadikan Rencana Tata Ruang betul-

    betul menjadi acuan di dalam pelaksanaan pembangunan wilayah. Salah satu

    tindak lanjut dari Undang-Undang tersebut, tahun 2008 kemarin telah diterbitkan

    PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

    (RTRWN), yang memberikan arahan makro pengembangan wilayah nasional

    selama 20 tahun yang akan datang. Keberadaan ke-dua produk hukum tersebut

    perlu terus disosialisasikan, agar dapat diketahui dan dipahami oleh seluruh

    pelaku pembangunan termasuk masyarakat pada umumnya

  • 6

    Guna mengantisipasi perkembangan Kota Jakarta dan sekitarnya,

    pemerintah mengeluarkan kebijakan melalui Instruksi Presiden No. 13 tahun 1976

    tentang tentang Pengembangan Wilayah Jabotabek. Salah satu ketetapan dalam

    konsep pengembangan wilayah Jabodetabek tersebut adalah pengembangan kota

    baru-kota baru atau lebih umum lagi disebut permukiman skala besar. Tujuan

    pembangunan kota baru-kota baru tersebut adalah untuk mendekonsentrasikan

    tekanan-tekanan pertumbuhan dari Kota Jakarta ke sub-sub pusat tingkat kedua,

    yaitu kota baru-kota baru tersebut. Sub-sub pusat ini berlaku sebagai counter

    magnet dari kota induk mereka. Kota baru-kota baru di Kota Tangerang Selatan

    yang merupakan implementasi dari Inpres tersebut, yaitu:

    Tabel 1.3 Tabel Developer yang berada di Wilayah Tangerang Selatan

    No Nama Daerah Tahun Bangun Luas Lahan

    1 Bumi Serpong Damai (BSD) 1989 6000 Ha

    2 Bintaro Jaya 1992 1700 Ha

    3 Alam Sutera 1993 700 Ha

    Sumber : (Pusat Data Properti Indonesia 1999 dalam Malik 2005)

    Akibat dari diberlakukannya peraturan tersebut akan mengakibatkan

    ledakan kepadatan penduduk di Wilayah Tangerang Selatan dan berkembangan

    berbagai aktivitas pelayanan untuk mendukung pertumbuhan kota.

    Tabel 1.4 Tabel Kepadatan Penduduk di Wilayah Tangerang Selatan

    No Kecamatan

    Jumlah

    Penduduk

    (Orang)

    Luas Wilayah

    (Km2)

    Kepadatan

    Penduduk

    (Orang/Km2)

    1. Setu 80.811 14,8 5.460

    2. Serpong 170.731 24,04 7.102

    3. Pamulang 332.985 26,82 12.416

    4. Ciputat 225.974 18,38 12.295

    5. Ciputat Timur 202.386 15,433 13.116

    6. Pondok Aren 366.568 29,88 12.268

    7. Serpong Utara 163.755 17,84 9.179

    Kota Tangerang Selatan 1.543.209 147,19 10.484

    Sumber : Badan Pusat Statistik tahun 2016

  • 7

    Peningkatan penduduk yang akan terjadi tiap tahunnya berdasarkan

    kecenderungan perkembangan penduduk pada masing-masing kecamatan. Kondisi

    demikian menunjukkan suatu karakteristik perkembangan kawasan perkotaan

    berdasarkan aspek demografi. Perkembangan tersebut harus disertai dengan

    perkembangan kualitas lingkungan baik lingkungan sosial ekonomi, maupun

    kualitas lingkungan ekologisnya.

    Terkait dengan hal tersebut, maka perlu disususn skenario pengembangan

    penduduk sebagai salah satu arahan untuk kenyamanan kehidupan dalam

    pembangunan wilayah. sekenario pengembangannya penduduk ini didasarkan

    pada:

    a) Pemerataan kepadatan penduduk pada semua kecamatan

    b) Ketersediaan lahan terbangun pada masing-masing kecamatan

    c) Pengembangan penduduk sampai batas daya tampung lahan dan air yang

    menjadi pembatas utama bagi kemampuan daya tampung wilayah.

    d) Memperhatikan daya tampung horizontal masing-masing wilayah dan

    perlu ada penyebaran penduduk dari kecamatan yang padat ke wilayah

    kecamatan lainnya yang dapat menampung kelebihan jumlah penduduk

    tersebut

    e) Pemambahan kapasitas daya tampung dalam pengembangan vertikal

    Konsep compact city berupaya untuk mengefektifkan penggunaan

    lahan,dapat meningkatkan interaksi sosial serta penurunan tingkat kesenjangan

    sosial. Konsep compact city didesain agar kawasan permukiman, perdagangan

    dan jasa, perkantoran dan lain-lain menjadi terpusat. Keunggulan lainnya dari

    konsep compact city yaitu dapat mengurangi ketergantungan akan kendaraan

    pribadi, meminimalisir biaya transport dan mengurangi waktu terbuang untuk

    perjalanan. Melihat permasalahan tersebut, maka konsep kota kompak dapat

    difungsikan sebagai revitalisasi permasalahan urban sprawl yang dihadapi

    Kota Tangerang Selatan sehinngga akan menciptakan konsep pembangunan yang

    berkelanjuran (sustainable development design) menuju pembangunan yang

    berkelanjutan (sustainable development). Untuk melihat penerapan konsep

  • 8

    tersebut, maka sebelumnya perlu diketahui ukuran urban compactness Kota

    Tangerang Selatan .

    Dari uraian permasalahan tersebut penelitian ini menganalisis pola

    perubahan spasial (Transformasi Spasial) Perubahan Sosial Ekonomi

    (Transformasi Sosial Ekonomi) dan kekompakan kota (Compact City) di wilayah

    wilayah Kota Tangerang Selatan selama rentang waktu 2011-2017

    Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka selanjutnya penulis

    merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:

    B. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana Transformasi Spasial pada Wilayah Tangerang Selatan?

    2. Faktor apa saja yang mempengaruhi Transformasi Spasial pada Wilayah

    Tangerang Selatan?

    3. Bagaimana Transformasi Sosial Ekonomi pada Wilayah Tangerang

    Selatan?

    4. Faktor apa saja yang mempengaruhi Transformasi Sosial Ekonomi pada

    Kawasan di Wilayah Tangerang Selatan?

    5. Bagaimana implementasi penerapan konsep desain berkelanjutan

    (sustainable design) untuk pembangunan yang berkelanjutan (sustainable

    development ) di Wilayah Kota Tangerang Selatan?

    6. Bagaimana keterkaitan antara transformasi spasial transformasi sosial

    ekonomi dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di

    Wilayah Kota Tangerang Selatan?

    C. Tujuan penelitian

    1. Mengetahui pola transformasi spasial di Wilayah Peri Urban Kota

    Tangerang Selatan

    2. Mengetahui dinamika sosial ekonomi yang terbentuk seiring dengan

    adanya transformasi tersebut

    3. Mengetahui transformasi sosial ekonomi yang dialami oleh penduduk

    yang bertempat tinggal disana. Termasuk diantaranya kecenderungan

  • 9

    pertumbuhan di masa yang akan datang, serta dampaknya terhadap

    kualitas kehidupan masyarakat.

    4. Mengetahui gambaran pembangunan yang terjadi di Wilayah Kota

    Tangerang Selatan

    5. Mengetahui keterkaitan antara transformasi spasial, transformasi sosial

    ekonomi dan konsep desain berkelanjutan untuk pembangunan yang

    berkelanjutan (sustainable development)

    D. Manfaat penelitian

    1. Menambah kajian terkait pengembangan kawasan pada peri urban

    Jabodetabek

    2. Menambah kajian terkait transformasi spasial dan sosial ekonomi kawasan

    dengan penggerak utama (prime mover) berupa keberadaan kawasan

    permukiman skala besar yang dikelola oleh swasta.

    3. Sebagai alat dan bahan acuan untuk menentukan kebijakan yang sesuai

    dengan kondisi pembangunan di kota Tangerang Selatan

  • 10

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Wilayah Peri-urban

    1. Pengertian Wilayah Peri Urban

    Wilayah Peri Urban (WPU) merupakan wilayah yang terletak di antara dua

    wilayah yang sangat berbeda kondisi lingkungannya, yaitu antara wilayah

    yang mempunyai kenampakan kekotaan di satu sisi dan wilayah yang

    mempunyai kenampakan kedesaan di sisi yang lain. Oleh karena wilayah

    kota dan desa mempunyai dimensi kehidupan yang sedemikian kompleks yang

    pada umumnya menunjukkan atribut yang saling berbeda, maka di daerah

    antara ini kemudian muncul atribut khusus yang merupakan hibrida dari

    keduanya (Yunus, 2008).

    Menurut Gaplin (1915) dalam Yunus (2008), wilayah peri urban

    merupakan suatu wilayah kedesaan yang mengalami perubahan menuju sifat

    kekotaan. Studi yang pertama kali mulai menyinggung WPU dikemukakan oleh

    Von Thunen pada tahun 1926, teorinya dikenal dengan The Isolated State

    Theory. Wilayah peri urban yang disinggung adalah pola pemanfaatan lahan

    yang terbentuk berkaitan dengan pertimbangan biaya transportasi, jarak dan sifat

    komoditas

    2. Konsep Wilayah Peri Urban

    Peri urban diartikan sebagai wilayah yang berada diantara wilayah

    kekotaan dan wilayah pedesaan yang berdimensi multi. Wilayah peri urban

    yang kemudian disingkat WPU di dasarkan pada istilah pedesaan maupun

    kekotaan dari segi fisik morfologi yang diindikasikan oleh bentuk

    pemanfaatan lahan non-agraris versus penggunaan lahan agraris. Dari sisi ini,

    wilayah kekotaan adalah suatu wilayah yang didominasi oleh bentuk

    pemanfaatan lahan non-agraris sedangkan wilayah kedesaan adalah wilayah

    yang didominasi oleh bentuk pemanfaatan lahan agraris.

  • 11

    Wilayah peri urban dapat dikatakan merupakan wilayah yang berada

    di pinggiran kota atau wilayah yang memiliki percampuran sifat antara desa

    dan kota (Yunus,2008). Sementara itu wilayah peri urban menurut (Pryor 1968)

    merupakan wilayah peralihan yang terkait dengan perubahan pemanfaatan

    lahan, karakteristik sosial dan demografis. Wilayah peri urban muncul akibat

    perkembangan kota ke arah luar. Bila dilihat secara spasial kenampakan

    perkembangan lahan terbangun yang terjadi di wilayah peri urban tidak

    terbatas oleh batasan administrasi, namun didasarkan pada perkembangan

    lahan terbangun yang merupakan perambatan dari pusat kota ataupun

    diakibatkan adanya pusat pertumbuhan baru hingga wilayah yang masih belum

    terbangun atau masih merupakan wilayah pertanian

    Untuk dapat memudahkan identifikasi wilayahnya, WPU dapat

    dikenali dari batas terluar lahan terbangun suatu kompak yang kompak

    dengan lahan kekotaan utama dan ditandai oleh 100% kenampakan kekotaan

    atau bentuk pemanfaatan lahan non-agraris sampai ke wilayah yang 100%

    ditandai oleh bentuk pemanfaatan lahan agraris. WPU berada dimana

    didalamnya terdapat pencampuran bentuk pemanfaatan lahan kekotaan disatu sisi

    dan bentuk bentuk pemanfaatan lahan non-agraris disisi lain. Keberadaan bentuk

    pemanfatan lahan non-agraris mengisyaratkan adanya penjalaran lahan kekotaan

    ke arah luar dan makin dekat jarak kelahan kekotaan terbangun utama,

    maka makin intensif perkembangan kenampakan fisikal kekotaannya dan

    demikian pula sebaliknya, makin jauh akan makin berkurang intensitas

    perkembangan kenampakan fisikal kekotaannya.

    WPU selalu bertambah luas baik dari tinjauan fisikal morfologis

    maupun dari segi sosial ekonomi. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa moda

    transportasi selalu bertambah canggih dengan kemampuan jangkau yang

    semakin jauh. Selain itu, pertambahan penduduk dan kegaiatan juga selalu

    diikuti oleh peningkatan tuntutan akan ruang yang dimanfaatkannya baik

    untuk tempat tinggal maupun untuk tempat kegiatan. Yunus (2008)

    mengemukakan konsep WPU khusunya dalam menyoroti keberadaan jalur

    wilayah yang mengantarai Zona bingkai kota (Zobikot) dan Zona bingkai

    desa (Zobides). Oleh karena itu batas zobikot dan zobides diyakini bukan

  • 12

    merupakan sutu garis batas yang jelas dan lebih merupakan jalur wilayah.

    Batas antara zobikot dan zobides dapat dibagi ke dalam dua subzona lagi

    walaupun nuansanya lebih kecil. Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa

    ditandai oleh proporsi yang mencolok perbedaannya antara lahan kekotaan dan

    lahan kedesaan.

    3. Dinamika Wilayah Peri Urban

    Selama bertahun-tahun di mana dinamika yang tidak berkelanjutan seperti

    urbanisasi yang tidak terencana atau suburbanisasi menyebar jauh ke pedalaman

    perkotaan, dan pemerintahan belum memilikinya tujuan untuk mengatasi masalah

    penggunaan lahan tersebut . Apalagi, karena fokus menyeluruh pada

    pertumbuhan konsumsi lahan tambahan itu tidak dilihat sebagai masalah sama

    sekali. Baru setelah pergantian milenium, penggunaan lahan itu terjadi

    diidentifikasi sebagai masalah lingkungan atau dan akan membawa efek

    keberlanjutan (Ellen Banzhaf 2011)

    Di daerah perkotaan lahan sangat cepat pada percepatan konsumsi yang

    membuat itu sumber daya langka dan berharga. Oleh karena itu diperlukan proses

    transformatif untuk menangani penggunaan lahan yang logis dan bertanggung

    jawab. Transformasi perkotaan sebagai fundamental, multi dimensi perubahan

    pola penggunaan lahan perkotaan, perkembangan kependudukan, infrastruktur,

    tata pemerintahan sebagai serta nilai, norma dan perilaku yang mapan. Fokus

    utama adalah pada penggunaan lahan dan perubahannya

    Transformasi perkotaan sebagai perubahan mendasar dan

    multidimensional dalam penggunaan lahan perkotaan dan konsumsi pola lahan,

    perkembangan populasi dan penyediaan infrastruktur,tata kelola pemerintahan

    serta nilai-nilai dan norma-norma yang telah ditetapkan. Paling Yang penting bagi

    kita adalah proses yang berkaitan dengan fenomena inisangat dinamis dan non

    linier (Kabisch 2014)

    Fenomena perkembangan ruang kota pada dasarnya ditunjukan oleh 2

    perwatakan dasar, yaitu bentuk struktur ruang “compact” dan “sprawl”. Sangat

    disadari, bentuk struktur ruang dengan perwatakan tersebut tentunya akan

  • 13

    sangat mempengaruhi bentukan pola aktivitas ataupun orientasi pergerakan

    yang terjadi. Secara teoritis telah diakui, bahwa hubungan antara pola ruang dan

    pola pergerakan sangat kuat. Pada perkembangan awal suatu kota,

    tumbuhnya kawasan pinggiran tentunya dimaksudkan sebagai perluasan

    ukuran kota yang tentunya akan mengakibatkan semakin panjangnya atau

    lamanya perjalanan komuting. Meluasnya kawasan perkotaan yang ditandai

    dengan berkembangnya kawasan pinggiran (urban fringe) sebagai alternatif lokasi

    residensial bagi masyarakat akibat sudah padatnya daerah inti kota. Dampak

    ikutan dari adanya perkembangan kawasan pinggiran adalah besarnya tingkat

    ketergantungan kawasan pinggiran terhadap kawasan intinya. Beberapa

    indikasi ditunjukan oleh Punpuing (1993), Giuliano & Small (1993),

    Kombaitan (1999) serta beberapa peneliti lainnya, menunjukan pengaruh

    yang kuat antara perkembangan pola ruang dengan pola pergerakan. Wujud

    dari ketergantungan tersebut adalah dalam bentuk besarnya interaksi

    pergerakan antara lokasi residensial di kawasan pinggiran dengan inti kota

    sebagai kawasan pusat layanan. Indikasinya ditunjukan oleh besaran arus

    pergerakan lalu lintas pada koridor penghubungnya.

    Pendapat Pucher (1990) yang mengemukakan bahwa perkembangan

    kawasan pinggiran umumnya akan menimbulkan dampak terhadap

    peningkatan pergerakan. Alasannya mendasarkan pada pemilihan kawasan

    pinggiran sebagai tempat tinggal merupakan pencerminan “consumer choice in

    market place‟ dimana perkembangan lokasi kegiatan lebih banyak ditentukan

    oleh perilaku konsumen, ataupun perilaku ‟public choice in local landuse policy‟

    yang terkesan sektoral. Pada akhirnya pola ruang yang terbentuk berupa “low

    density” and “unfocus development‟ ini tidak sesuai dengan pengembangan

    pelayanan sistem transit sehingga “ rely almost exclusively on the auto for

    their travel needs ‟ (Pucher, 1990).

    Istilah lain yang menjelaskan perkembangan kawasan pinggiran

    adalah fenomena urban sprawl, sebagai kawasan yang berkembang di luar

    kawasan kota sebagai akibat murahnya harga lahan di pinggiran kota,

    peningkatan aksesibilitas, mudahnya pembiayaan kredit properti, pesatnya

    jumlah pengembang perumahan (real estate) serta pembangunan perumahan

  • 14

    secara masal (Neuman, 2005). Meskipun dampak negatif dari perkembangan

    urban

    B. Konsep Transformasi

    1. Pengertian Transformasi

    Transformasi adalah sebuah proses perubahan secara berangsur -angsur

    sehingga sampai pada tahap terbatas, perubahan dilakukan dengan cara

    memberi respon terhadap pengaruh unsur eksternal dan internal yang akan

    mengarahkan perubahan dari bentuk yang sudah dikenal sebelumnya proses

    menggandakan secara berulang-ulang atau melipatgandakan Antoniades (1990).

    (S. R. Giyarsih 2010) menyatakan bahwa transformasi wilayah merupakan

    representasi dari perkembangan wilayah yang digambarkan sebagai suatu

    perubahan dan pergeseran karakteristik dari komponen wilayah dalam kurun

    waktu tertentu sebagai akibat dari hubungan timbal balik antar komponen

    wilayah tersebut. Transformasi wilayah yang terjadi ini, dapat berdampak

    terhadap sumberdaya lokal, sosial, ekonomi dan kultural. Gejala perembetan

    atribut sifat Kota pada akhirnya mengubah wilayah alami menjadi wilayah

    dengan sifat kekotaan dan membawa perubahan terhadap banyak aspek

    diwilayah peri-urban (daerah pinggiran Kota) terutama pada aspek sosial

    ekonomi. (Ritohardyono 2013), menyebutkan bahwa meskipun latar belakang

    pertumbuhan setiap Kota memiliki karakteristik beragam, namun implikasi

    keruangan yang ditimbulkan mirip satu sama lain yakni kecenderungan

    kompetensi penggunaan lahan didaerah pinggiran atau sekitar Kota.

    Perubahan lainnya adalah meningkatkan ciri-ciri kehidupan sosial ekonomi

    Kota di perdesaan sehingga membawa gejolak sosial dan perubahan gaya

    hidup di perdesaan. Perubahan ciri Kota juga mendorong proses reklasifikasi Desa

    atau secara administratif ciri Kota sprawl telah lama dikenali, namun teori dan

    penelitian yang dikembangkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan,

    hingga saat ini masih tetap belum memuaskan (Burchell, 2002)

  • 15

    2. Transformasi Wilayah Peri Urban

    Wilayah peri urban merupakan suatu wilayah yang paling dinamis

    kondisinya dibandingkan dengan bagian-bagian lain di bagian dalam kota

    maupun di daerah pedesaan. Hal ini sangat wajar kerana bagian ini merupakan

    sasaran pendatang baik penduduk maupun fungsi -fungsi yang berasal dari

    bagian dalam kota, kota-kota lain maupun dari wilayah pedesaan untuk

    bertempat tinggal. Sebagai akibat kedatangan penduduk dan fungsi yang terus

    menerus ke bagian ini sudah dapat dipastikan bahwa daerah ini akan

    mengalami perubahan-perubahan. Perubahan-perubahan inilah yang dapat

    diartikan sebagai transformasi wilayah

    a. Transformasi Spasial

    Transformasi spasial wilayah peri urban dapat diartikan sebagai

    transformasi wilayah yang terjadi di kawasan peri urban dilihat dari aspek

    spasialnya. sebuah entitas yang terbentuk dari berbagai elemen wilayah dan

    membentuk karakteristik yang dapat dibedakan dengan wilayah lainnya.

    Dengan demikian transformasi wilayah dapat dikatakan merupakan perubahan

    yang terjadi pada suatu wilayah dalam proses kurun waktu tertentu dari berbagai

    aspek pada batasan teritorial tertentu (Yunus 2008)

    Menurut Charles Colby (1993), mengemukakan bahwa dari waktu ke

    waktu kota berkembang secara dinamis dan demikian pula pola penggunaan

    lahannya. Perkembangan ruang merupakan manifestasi spasial dari

    pertambahan penduduk sebagai akibat dari meningkatnya proses urbanisasi

    maupun proses alamiah, yang kemudian mendorong terjadinya peningkatan

    pemanfaatan ruang serta perubahan fungsi lahan.

    Menurut pendapat beberapa ahli transformasi spasial dapat dilihat

    dari indicator perubahan bentuk pemanfatan lahan (Yunus, 2008) dan

    (Smailes, 1981), perubahan karaktersitik permukiman (Sargent 1976 dalam

    giyarsih, 2009), tingkat aksesibilitas (S. R. Giyarsih 2009) serta perubahan

    jumlah dan kepadatan penduduk (Hardati 2011)

  • 16

    Transformasi spasial yang terjadi pada suatu kawasan termasuk peri urban

    tidak terlepas dari faktor yang ada diantaranya faktor akses jalan, peningkatan

    jumlah penduduk, kebijakan pemerintah, harga lahan, serta peran developer.

    Hal ini seperti yang ditemukan oleh (Predato 2012) dalam penelitianya yaitu

    kebijakan pemerintah dalam perencanan, pelayanan umum, mobilitas dan

    kesempatan membangun menjadi pemicu terjadinya transformasi spasial.

    Adapun (Webster 2011) mengklasifikasikan faktor yang mempengaruhi

    transformasi tersebut ke dalam kekuatan sentrifugal dan sentripetal perkotaan.

    Kekuatan sentrifugal ini dapat berupa manufaktur, kemacetan, jalan lingkar,

    dan harga lahan yang murah. Sementara kekuatan sentripetal dapat berupa jasa,

    pariwisata, biaya energi, kesempatan membangun dan budaya.

    Transformasi tidak berlangsung secara spontan dan menyeluruh.

    Karakter transformasi suatu lingkungan sangat dipengaruhi oleh perubahan sosial

    budaya. Transformasi itu sendiri memiliki bagianbagian dari sistem budaya

    yang mudah terpengaruh dan ada yang merupakan inti yang cenderung

    bertahan. Dalam hal ini unsur yang bersifat fisik cenderung lebih mudah

    mengalami transformasi, sedangkan yang bersifat keyakinan dan kebiasaan akan

    cenderung bertahan (Rapoport 1983)

    Berdasarkan teori sektor yang diperkenalkan oleh Hoyt dalam Daldjoeni

    (1998), dikemukakan bahwa pola perkembangan sebuah kota atau ekspansi kota

    ke daerah pinggiran dapat terjadi dalam 3 bentuk yaitu perluasan mengikuti

    sumbu atau jalur transportasi, daerah-daerah hinterland di luar kota semakin

    lama semakin berkembang menjadi besar, dan terjadinya konurbasi atau

    penggabungan daerah kota inti dengan pinggiran juga mengatakan bahwa pola

    transformasi spasial dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu transformasi tinggi,

    transformasi sedang, dan transformasi rendah.

    Babcock (1933) dalam Yunus 2008 mengemukakan teori poros

    menyatakan bahwa keberadaan poros transportasi akan mengakibatkan

    pertumbuhan daerah kekotaan karena di sepanjang jalur ini berasosiasi dengan

    mobilitas yang tinggi. Asumsi tersebut berimplikasi perkembangan zona-zona

  • 17

    yang ada di daerah sepanjang poros transportasi akan lebih besar dari zona yang

    lain

    Selama bertahun-tahun di mana dinamika yang tidak berkelanjutan seperti

    urbanisasi yang tidak terencana atau suburbanisasi menyebar jauh ke pedalaman

    perkotaan, dan pemerintahan belum memilikinya tujuan untuk mengatasi masalah

    penggunaan lahan tersebut . Apalagi, karena fokus menyeluruh pada

    pertumbuhan konsumsi lahan tambahan itu tidak dilihat sebagai masalah sama

    sekali. Baru setelah pergantian milenium, penggunaan lahan itu terjadi

    diidentifikasi sebagai masalah lingkungan atau dan akan membawa efek

    keberlanjutan (Ellen Banzhaf 2011)

    Di daerah perkotaan lahan sangat cepat pada percepatan konsumsi yang

    membuat itu sumber daya langka dan berharga. Oleh karena itu diperlukan proses

    transformatif untuk menangani penggunaan lahan yang logis dan bertanggung

    jawab. Transformasi perkotaan sebagai fundamental, multi dimensi perubahan

    pola penggunaan lahan perkotaan, perkembangan kependudukan, infrastruktur,

    tata pemerintahan sebagai serta nilai, norma dan perilaku yang mapan. Fokus

    utama adalah pada penggunaan lahan dan perubahannya

    Transformasi perkotaan sebagai perubahan mendasar dan

    multidimensional dalam penggunaan lahan perkotaan dan konsumsi pola lahan,

    perkembangan populasi dan penyediaan infrastruktur,tata kelola pemerintahan

    serta nilai-nilai dan norma-norma yang telah ditetapkan. Paling Yang penting bagi

    kita adalah proses yang berkaitan dengan fenomena inisangat dinamis dan non

    linier (Kabisch 2014)

    b. Transformasi Sosial

    Semakin dekat dengan kota, makin padat penduduknya. Hal ini sangat

    terkait dengan preferensi pemukiman yang ditentukan oleh kedekatan dengan

    tempat kerja. Kota sebagai pusat kegiatan berbagai aspek kehidupan manusia juga

    berfungsi sebagai konsentrasi tempat kerja. Hal inilah yang mendasari preferensi

    pemukiman suatu tempat. Kecenderungan untuk memperoleh kemudahan

  • 18

    mobilitas dari dan ke tempat kerja di daerah pinggiran diikuti oleh makin padatnya

    penduduk ke arah kota (Sinha 1980)

    Diadaptasi dari pemikiran evolutionis filsafat (Spencer) dan biologi

    (Darwin), Mereka menafsirkan kota itu sebagai multi spesies ekosistem, di mana

    sosial dan ekonomi kelompok berjuang untuk 'posisi ekologis'. (Park 1925) Di

    dalam aspek spasial posisi wilayah ekologi adalah dekat dengan masing-masing

    wilayahnya. Penempatan ruang dilakukan sebagai invasi berbeda etnis atau

    pendapatan suatu kelompok atau organisasi tersier dalam sebuah lingkup wilayah

    dan menggunakan konsep “invansi” atau “dominan”untuk menggambarkan fase

    penempatan tersebut. (Burgess 1925) (Hoyt 1939) (Harris 1945)

    (Yunus 2008) karakteristik Wilayah Peri-Urban yang mempunyai

    attracting forces baik bagi penduduk perdesaan maupun penduduk perkotaan

    telah mengakibatkan banyaknya pendatang baru baik berupa perorangan

    maupun institusi. Wacana yang berkembang berkaitan dengan transformasi

    sosial adalah dari sifat-sifat sosial kedesaan menjadi sifat-sifat kekotaan. Makin

    dekat dengan lahan kekotan terbangun, maka makin kental suasana kekotaan

    secara fisikal yang terlihat dan hal ini selalu berasosiasi secara spasial dengan

    perubahan-perubahan sosial yang terjadi

    Ada keragaman yang berkembang gaya hidup dan preferensi perumahan,

    yang mungkin akan dominasi pinggiran kota sebagai manifestasi utama dari

    'Hidup yang baik'. Di beberapa negara ada tanda-tanda dari kehidupan perkotaan

    dan tren untuk kembali ke kota terdalam 'dari tepi' (Gratz 1998). Di ujung lain

    Spektrumnya, ada ide baru di perkotaan dan desain lanskap menuju bentuk baru

    integrasi perumahan dan alam dengan perspektif ekologis. Dan di banyak kota

    konsentrasi baru bisnis dan jasa keuangan telah berkembang baik di beberapa

    bagian kota dalam maupun di simpul transportasi yang mudah diakses di

    pinggiran dari wilayah metropolitan. Ada di lokasi ini bahwa wilayah penggunaan

    lahan multifungsi perkotaan kemungkinan besar akan berkembang.

  • 19

    c. Transformasi Ekonomi

    (Michael P Todaro 2008) proses transformasi ekonomi atau perubahan

    struktur perekonomian ditandai dengan menurunya pangsa sektor primer atau

    sektor pertanian, meningkatnya pangsa sektor sekunder seperti sektor industri

    dan pangsa sektor tersier atau jasa juga memberikan kontribusi yang

    mengingkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi

    Menurut Kuncoro (dalam (Wijaya 2014) teori pembangunan Arthur

    Lewis pada dasarnya membahas proses pembangunan yang terjadi antara desa

    dan kota, mengikutsertakan proses pembangunan yang terjadi antara kedua

    tempat tersebut. Teori ini membahas pola investasi yang terjadi pada sektor

    modern dan juga sistem penetapan upah yang berlaku disektor modern yang

    pada akhirnya akan berpengaruh besar terhadap arus urbanisasi yang ada.

    Urbanisasi ini salah satu faktor yang membentuk Wilayah Peri-Urban

    (Yunus 2008) sejalan dengan perkembangan Wilayah Peri-Urban

    sebagai akibat dari pengaruh pertambahan penduduk dan kegiatan, khususnya

    kegiatan ekonominya juga mengalami perubahan. Pengaruh kegiatan ekonomi

    kekotaan yang secara umum dikaitkan dengan kegiatan ekonomi berorientasi

    nonagraris lambat laun akan semakin nyata terlihat. Transformasi kegiatan

    ekonomi kedesaan menjadi kekotaan tampak dalam beberapa hal antara lain,

    transformasi kegiatan perekonomian yang dilaksakan oleh penduduk asli dan

    meningkatnya kegiatan perekonomian yang diprakarsai oleh penduduk

    pendatang.

    Lanjut (Yunus 2008) munculnya kegiatan perekonomian baru yang

    diprakarsai oleh penduduk lokal merupakan respon rasional yang muncul

    sebagai akibat perubahan fisikal yang terjadi dan bertambahnya penduduk.

    Perubahan fisikal di Wilayah Peri-Urban khususnya yang berkaitan dengan

    perubahan bentuk pemanfaatan lahan agraris menjadi non-agraris telah

    mengakibatkan hilangnya sumber penghasilan petani dan hal ini akan

    berakibat makin menurunya jumlah penduduk yang berstatus sebagai petani.

    Semakin mendekati lahan kekotaan terbangun, semakin besar proporsi petani

    yang berubah profesinya menjadi nonpetani. Beberapa kegiatan ekonomi yang

  • 20

    muncul antara lain kegiatan perdagangan dan kegiatan jasa. Sementara itu,

    usaha yang banyak dilakukan oleh penduduk pendatang yaitu seperti

    kompleks pemukiman, kompleks perkantoran, kompleks pendidikan, kompleks

    perbelanjaan dan kompleks industri. Hal ini didasari Wilayah Peri-Urban

    yang masih mempunyai lahan terbuka cukup leluasa untuk didirikanya

    infrastruktur yang besar skalanya serta aksesbilitas yang memadai

    C. Desain Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Design)

    1. Konsep Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)

    Menurut Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan

    Ruang, pengertian wilayah adalah “ruang” yang merupakan kesatuan geografis

    beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan

    berdasarkan aspek administrasi dan atau aspek fungsional. Berdasarkan

    pengertian undang-undang tersebut, ada dua aspek yang harus diperhatikan

    dalam konsep wilayah, yaitu : pertama, di dalam wilayah ada unsur-unsur yang

    saling terkait yaitu ruang yang berfungsi lindung yang harus selalu dijaga

    keberadaannya dan ruang yang berfungsi budidaya sebagai tempat manusia

    melakukan kegiatannya untuk kelangsungan hidupnya, yang pada dasarnya

    keduanya tidak dapat hidup dan berkembang serta survive (keberlanjutan)

    sendiri-sendiri. Kedua, adanya pengertian deliniasi fungsi berdasarkan

    koordinasi geografis (batasan berdasarkan titik-titik koordinat) yang

    deliniasinya bisa wilayah administrasi (pemerintahan) atau wilayah fungsi

    tertentu lainnya.Oleh karenanya, berdasarkan UU No. 26/2007, Wilayah harus

    dibangun karena secara memiliki fungsi lindung dn fungsi budidaya.

    Menurut Djakapermana (2010),1 pengembangan wilayah pada dasarnya

    mempunyai tujuan agar wilayah itu berkembang menuju tingkat

    perkembangan yang diinginkan. Pengembangan wilayah dilaksanakan melalui

    optimasi pemanfaatan sumber daya yang dimilikinya secara harmonis, serasi

    dan terpadu melalui pendekatan yang bersifat komprehensif mencakup aspek

    1 Direktur Jenderal Penataan Ruang, 2003 Pengembangan Wilayah dan Penataan Ruang di

    Indonesia. Tinjauan teoritis dan Praktis. Makalah pada Stadium General Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTNAS) Yogyakarta

  • 21

    fisik, ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan hidup untuk pembangunan

    berkelanjutan. Sementara menurut aspek lingkungan kualitas hidup juga

    bergantung pada status sosial ekonomi warga yang pada gilirannya mempengaruhi

    perilaku penduduk.perilaku dan penggunaan lahan perkotaan. (Romero 2012)

    digunakan vegetasi perkotaan tidak hanya mencakup indikator untuk penyediaan

    dari beberapa layanan ekosistem. Mereka juga membahas sosio-

    spasialkorespondensi penutup vegetasi ke kelas sosio-ekonomi perubahan

    terutama urban sprawl, pertumbuhannya pola tata ruang kota dengan kepadatan

    rendah, ekspansi luar yang besar, terpisah secara spasial penggunaan lahan,

    pergeseran pengembangan kota , dan pengembangan komersial yang luas,

    umumnya dianggap tidak kondusif untuk kualitas hidup yang baik di daerah

    perkotaan (Burchell 2000)

    Konsep pembangunan berkelanjutan pada dasarnya sudah menjadi

    perhatian semua pihak (negara) di muka bumi ini. Berawal dari pernyataan

    tentang pentingnya kesadaran segenap pihak tentang berbagi isu lingkungan

    global, maka muncul istilah pembangunan berkelanjutan (Sustainable

    Development). Pembangunan yang ditunjukkan untuk memenuhi kebutuhan

    generasi sekarang tanpa mengorbankan kepentingan dimasa mendatang.

    2. Konsep Compact City

    Design berkelanjutan (sustainable design) yang merupakan bagian dari

    pembangunan berkelanjutan dalam pelaksanaan perancangan memperhatikan

    objek fisik, lingkungan binaan, dan fasilitas pelayanannya yang mematuhi prinsip-

    prinsip sosial, ekonomi dan ekologi. Dengan demikian maka desain berkelanjutan

    (sustainable design) adalah desain untuk mengatasi kondisi-kondisi yang terjadi

    pada dewasa ini terkait dengan krisis lingkungan global, pertumbuhan pesat

    kegiatan ekonomi dan populasi manusi, depresi sember daya alam, kerusaka

    ekosistem dan hilangnya keanekaragaman hayati manusia. Desain berkelanjutan

    (sustainable design) berusahan mengurangi dampak negatif lingkungan, kesehatan

    dan kenyamanan penghuni bangunan, sehingga meningkatan kinerja bangunan.

    Kota berkelanjutan (Sustainable City) adalah kota yang mampu memenuhi

    kebutuhan masa kini tanpa mengabaikan kebutuhan generasi mendatang.Secara

  • 22

    umum pembangunan berkelanjutan (sustainable development) langsung

    berintegerasi dengan lingkungan, ekonomi, dan sosial. Diagram berikut

    menujukkan bagaimana integerasi lingkungan, ekonomi dan sosial.

    Di banyak negara maju dewasa ini diyakini kota yang berkelanjutan adalah

    bentuk kota yang kompak (Compact City). Hal ini pada dasarnya mengacu pada

    pengalaan empiril. Ketika pembangunan yang berkelanjutan (sustainable

    development) telah menjadi agenda global, banyak perencana tata ruang percaya

    bahwa mereka telah mempunyai konsep yang berkelanjutan. Kota yang kompak

    (compact city). Seperti yang diungkapkan adalah tempat yang menujukkan bentuk

    perkontaan (urban form) yang kompak.

    Sosial

    Ekonomi

    Sustainability

    Compact City

    konsentrasi kegiatan

    insentifikas Transportasi

    umum

    kesejahteraan sosial

    ekonomi Pertimbangan

    Proses Menuju Kompak

    penaikan Densitas

    Penduduk

    Komunitas

    yang

    Kompak

  • 23

    Kota kompak (compact city) tidak digagas sekedar untuk menghemat

    konsumsi energi, tetapi juga diyakinilebih menjamin keberlangsungan generasi

    yang akan datang. Dalam konsep kota kompak (compact city) tidak digagas yang

    akan datang. Dalam konsep kota kompak (compact city) ini terdapat gagasan yang

    kuat pada perencanaan urban containent, dimana menyediakan suatu konsentrasi

    dari penggunaan campuran secara sosial berkelanjutan, mengkonsentrasikan

    pembangunan dan merduksi kebutuhan perjalanan, hingga mereduksi emisi

    kendaraan

    Secara khusus Jabbareen mengkaji rumusan konsep dan pendekatan

    sustainable yang difokuskan terhadap aspek bentuk kota (urban forms).

    Menurutnya, paling tidak terdapat sedikitnya 7 pendekatan dalam rumusan

    konsep sustainable urban forms, (Jabbareen, 2006) yaitu :

    1. Compactness, tipologi lingkungan binaan, dalam bentuk bangunan

    fungsional berstruktur kompak atau dekat satu sama lain dan efisien

    dalam pemanfaatan ruang;

    2. sustainable transport, merefleksikan perimbangan antara “the needs for

    mobility and safety and with the needs for access, environmental quality,

    and neighborhood livability”

    3. Density, menyangkut ambang kepadatan penduduk atau “ the number of

    people within a given area becomes sufficient to generate the interaction

    needed to make urban functions or activities viable”

    4. Mixed-landuse , merupakan keragaman penggunaan lahan atau “

    heterogeneous zoning allow compatible landuse to locate in close

    proximity to one another and thereby decrease the travel distance

    between activities”

    5. Diversity, dalam bentuk keragaman fungsi bangunan atau kawasan, mirip

    dengan mix- landuse tetapi bersifat multidimensional;

    6. Passive solar design , berkaitan dengan reduksi ketergantungan

    terhadap energi panas “can make the optimum use of solar gain and

    microclimatic conditions to minimized the need for space heating”

  • 24

    7. Greening, mempertahankan sumber daya alam secara integral “ to

    embrace natures as integral to the city it self and to bring nature in to the

    life of city, makes urban place appealing and pleasent.”

    Ciri kota kompak menurut Dantzig da Saaty (1978) paling tiak dapat

    dilihat dari 3 aspek yaitu bentuk ruang, dan fungsinya.

    Form of Space 1. High-dense settlements

    2. Less dependence of automobile (high density)

    3. Clear boundary from surrounding area

    Space Characteristic 4. Mixed land use

    5. Diversity of life (complex land use)

    6. Clear identity

    Function 7. Social fairness (high dense settlements)

    8. Self-suffiency of daily life

    9. Independence of governance (clear

    boundary)

    Dari uraian diatas dpat disipulkan bahwa terdapat hubungan yang dekat

    antara bentuk kota kompak (compact city) dan keberlanjutan (sustainability)

    a. Pengurangan ketergantungan pada kendaraan bermotor

    b. Penyediaan infrastruktur dan servis publik yang efisien

    c. Komunitas yang aktif melalui hunian berkepadatan tinggi

    d. Revitalisasi pusat kota

  • 25

    D. Penelitian Terdahulu

    No Nama Judul Variabel Metodologi Hasil

    1. Nela

    Agustin

    Kurnainin

    gsih , Iwan

    Rudiarti

    Analisis

    Transformasi

    Wilayah Peri-

    Urban pada

    Aspek Fisik

    dan Sosial

    Ekonomi

    (Kecamatan

    Kartasura)

    Aspek Fisik

    1. Perubahan Lahan

    2. Harga Lahan

    3. Aksesibilotas

    4. Pelayanan Umum

    Dasar

    5. Sarana Infrastruktur

    Aspek Sosial Ekonomi

    1. Kependudukan

    2. Ketenagakerjaan

    3. Perilaku sosial

    ekonomi masyarakat

    Penelitian

    kuantitatif

    melalui survei

    primer

    (kuesioner dan

    observasi

    lapangan) dan

    survei

    sekunder

    Sampel data

    dengan tekhnik

    proportionate

    purposive

    sampling

    Pesebaran laju

    transformasi

    Wilayah

    Terjadinya

    perbedaan cepat

    lambat laju

    transformasi

    pada tiap bagian

    wilayahnya

    Pada jangka

    waktu 2002-

    2012 arah sifat

    kekotaan

    2. Yusril

    Ihza

    Mahendra,

    Wisnu

    Pradoto

    Transformasi

    Spasial di

    Kawasan Peri

    Urban Kota

    Malang

    1. Guna Lahan

    2. Kependudukan

    3. Harga lahan

    4. Akses jalan

    5. Peran Developer

    6. Kebijakan

    Pemerintah

    Pendekatan

    Kuantitatif

    dengan metode

    analisis

    Overlay

    Analysis dan

    kernel density

    Terjadinya

    ketidakmerataan

    antar wilayah

    yang diteliti

    khususnya

    perkembangan

    secara spasial

    3. I Putu

    Praditya

    Adi

    Pratama

    dan Putu

    Gde

    Ariastita

    Faktor-faktor

    pengaruh

    urban

    compactness

    di Kota

    Denpasar

    Bali

    1. Jumlah Penduduk

    2. Luas lahan

    terbangun

    3. Luas lahan

    permukiman

    4. Luas lahan terbuka

    hijau

    penelitian ini

    dilakukan

    melalui

    metode primer

    dan sekunder.

    Hasil

    penelitian ini

    dapat menjadi

    masukan bagi

    penelitian

    lanjutan

    terkait skenario

  • 26

    5. Luas wilayah

    6. Niali proporsi

    penggunaan lahan

    7. Jumlah jenis

    penggunaan lahan

    8. Jumlah fasilitas

    perkotaan

    9. Standar

    ketersediaan fasilitas

    perkotaan (SNI 03-1773-

    2004

    dan intervensi

    konsep kota

    kompak dalam

    merumuskan

    bentuk struktur

    dan pola ruang

    Kota Denpasar

    yang lebih

    kompak dan

    berkelanjutan

    4. Sri Rum

    Giyarsih

    Pola Spasial

    Transformasi

    Wilayah di

    Koridor

    Yogyakarta-

    Surakarta

    1. Kepadatan penduduk

    2. Pertumbuhan

    penduduk

    3. Presentase KK non

    petani

    4. Presentase lahan

    terbangun

    5. Ketersediaan fasilitas

    sosial ekonomi

    Analisis data

    sekunder dan

    observasi

    langsung

    dengan analisis

    faktor

    Terdapat

    perbedaan

    tingkat

    transformasi

    wilayah antar

    tipe desa

    disebabkan oleh

    perbedaan

    derajat

    aksesibilitas

    5. Dhimas

    Prasetyo

    Nugroho

    Kajian

    Transformasi

    Spasial di

    Peri Urban

    koridor

    Kartasura-

    Boyolali

    Memisahkan lahan

    terbangun dan non-

    terbangun

    Kunci

    interpretasi

    citra

    Uji omisi dan

    komisi

    Terjadi

    perkembangan

    permukiman di

    Koridor

    Kartasura-

    Boyolali pada

    tahun 2013

    mempunyai tipe

    clustered

    medium density

  • 27

    E. Kerangka Pemikiran

    Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang

    tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran

    sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari

    serangkaian masalah yang ditetapkan (Rodoni,2010). Berikut penjelasan dari

    kerangka pemikiran dalam penelitian yang dilakukan.

    Analisis Transformasi Spasial Sosial Ekonomi dan Kekompakan Kota (Compact City)

    di Wilayah Peri Urban Kota Tangerang Selatan

    Keterbatasan Lahan di Pusat Kota

    Penduduk Lebih Memilih untuk Tinggal di Kawasan sekitar (Pinggir Kota)

    Transformasi Spasial Transformasi Sosial

    Ekonomi

    Perubahan Penggunaan Lahan

    1. Alih Fungsi Lahan

    a. Penggunaan Lahan

    Permukiman

    b. penggunaan lahan kosong

    2. Analisis Overlay Peta

    Pergeseran Sektor Primer menjadi

    sekunder dan tersier

    a. Perubahan Sektor berdasarkan

    penggunaan lahan

    b. Perubahan sektor ditinjau dari

    PDRB

    c. Perubahan sektor berdasarkan unit

    Potensi Unggulan

    d. Perubahan Sektor berdasarkan unit

    Fasilitas/ usaha Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

    Implementasi konsep kota berkelanjutan (Sustainable Design) untuk

    mengidentifikasi Pembangunan yang Berkelanjutan (Sustanable Development)

    Daya Tarik pusat kota untuk bermigrasi

    1. Faktor Kependudukan

    2. Keberadaan Pusat Aktivitas

    3. Aksesbilitas

    4. Peran Developer

    5. Kebijakan Pemerintah

    1. Ketenagakerjaan

    2. Mata Pencaharian

    3. Perubahan Pola Investasi

    Compact City

  • 28

    Bab III

    Metode Penelitian

    A. Ruang Lingkup Penelitian

    Secara umum, penelitian ini bersifat deskriptif-analisis. Jenis penelitian

    ini berdasarkan rumusan masalah serta tujuan penelitian yaitu sifatnya

    deskriptif kualitatif dan kuantitatif atau penelitian terapan yang di dalamnya

    mencakup penelitian survey, yang berarti bahwa penelitian yang bertujuan

    untuk menggambarkan keadaan/fakta serta fenomena perubahan pemanfaatan

    lahan akibat transformasi spasial di kawasan peri urban di Wilayah Tangerang

    Selatan yang terjadi saat ini dengan pendekatan kuantitatif yaitu melalui

    perhitungan tabulatif dan analisis secara deskriptif. Penelitian ini menggunakan

    basis data sekunder untuk analisis. Data sekunder yang dimaksud adalah data

    Kabupaten/Kota, peta tematik dan peta penggunaan lahan secara berkala.

    Penelitian literatur diperoleh dari survei instansi, hasil penelitian, jurnal, dan

    makalah seminar. Adapun metode penelitian yang digunakan merupakan

    gabungan antara studi literatur, analisis data sekunder, dan observasi lapangan.

    Keseluruhan metode tersebut akan dibantu dengan teknik pemetaan dan

    Sistem Informasi Geografis (SIG)

    B. Populasi dan sampel

    Populasi adalah keseluruhan segala subjek atau seluruh unit dalam

    ruang lingkup penelitian. Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin

    baik hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dan

    karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas

    yang ingin dipelajari sifat-sifatnya (Sudjana, 1992). sampel adalah sebagian dari

    jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Kete,2014). Sample adalah

    bagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili

    seluruh populasi (Arikunto, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah

    keseluruhan data sekunder yang di peroleh dari survei yang dilakukan studi

    literatur di wilayah Tangerang Selatan.

  • 29

    C. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan keseluruhan Wilayah Tangerang Selatan.

    Wilayah Tangerang Selatan terdiri dari 7 kecamatan yakni Kecamatan Setu,

    Kecamatan Serpong, Kecamatan Pamulang, Kecamatan Ciputat, Kecamatan

    Ciputat Timur, Keccamatan Pondok Aren dan Kecamatan Serpong Utara.

    Waktu penelitian ini berlangsung selama 4 (bulan) yakni dimulai pada minggu

    pertama bulan Desember hingga bulan April. Waktu penelitian tersebut mencakup

    waktu persiapan penelitian, tahapan pelaksanaan penelitian, hingga tahapan akhir

    penyusunan skripsi.

    D. Jenis dan Sumber Data

    1. Jenis Data

    Jenis data yang di pergunakan dalam penelitian ini meliputi

    data kualitatif dan kuantitatif, yang dapat diuraikan sebagai berikut:

    a. Data Kualitatif yaitu data yang bukan berentuk angka atau

    menjelaskan secara deskripsi tentang kondisi ruang lingkup lokasi

    studi secara umum.Yang termasuk dalam jenis data kualitatif ini

    meliputi kondisi fisik lokasi studi, pola penggunaan lahan,

    kebijakan pemerintah, serta kondisi persebaran sarana dan prasarana.

    b. Data kuantitatif yaitu data yang menjelaskan kondisi lokasi

    penelitian dengan tabulasi angka – angka yang dapat

    dikalkulasikan untuk mengetahui nilai yang diinginkan. Adapun

    jenis data yang dimaksud adalah luas wilayah, jumlah penduduk,

    tingkat urbanisasi, jumlah dan jenis sarana-dan prasarana perkotaan,

    serta data lainnya yang berhubungan dengan penelitian.

  • 30

    2. Sumber data

    Data yang diperoleh kaitannya dengan penelitian ini bersumber dari

    beberapa instansi terkait seperti Badan Perencanaan dan Pembangunan

    Daerah (Bappeda) , Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Pertanahan (BPN)

    Kota Tangerang Selatan , Kantor Kecamatan, Kantor Kelurahan. Sumber

    data tersebut antara lain :

    a. Internal

    Sumber data internal, yaitu sumber data yang diperoleh dari obyek

    penelitian yang didapatkan dengan cara wawancara, obeservasi, maupun

    pengamatan di lapangan.

    b. Eksternal

    Sumber data eksternal, yaitu sumber data yang diperoleh selain dari

    obyek penelitian baik dari dokumen-dokumen, buku-buku maupun

    informasi-informasi dari pihak lain.

    E. Pengumpulan Data

    a. Data Primer

    Data Primer yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan langsung

    pada objek penelitian dilapangan melalui pengamatan, pencatatan atau

    penelitian terhadap obyek penelitian di lapangan , data yang dimaksud

    meliputi:

    1) Kondisi eksisting penggunaan lahan

    2) Pola persebaran dan kondisi sarana dan prasarana.

    b. Data Sekunder

    Data Sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung yaitu

    melalui dokumentasi data dari buku-buku literatur mengenai Sistem

    Informasi Geografis. melalui instansi -instansi terkait baik dalam bentuk

    tabulasi maupun deskriptif. Jenis data tersebut antara lain :

    1) Luas wilayah penelitian,

    2) Jumlah penduduk,

    3) Penggunaan lahan,

    4) Kondisi fisik dasar

  • 31

    5) Ketersediaan Fasilitas

    6) Profil Wilayah Penelitian

    Data data yang tersedia dalam bentuk tabular saat ini harus

    diintegerasikan kedala tabel- tabel yang saling terhubung satu sama lain,

    yaitu dengan cara membuat database SIG. Database SIG ini sangat diperlukan

    untuk membangun sistem informasi geografis karena didalam sisten informasi

    geografis data adalah salah satu komponen utamanya. Data data tersebut

    harus disimpan dalam layer-layer yang terpisah, layer-layer tersebut antara

    lain:

    1. Peta Wilayah Administrasi Tangerang Selatan hingga tingkat

    kelurahan

    2. Peta Rupa Bumi (RBI) Kota Tangerang (sebelum pemekaran)

    3. Peta Geologi dan Jenis Tanah

    4. Peta Topografi

    5. Peta Jaringan Jalan

    6. Peta Kawasan Strategis

    7. Peta Sistem Perkotaan

    8. Peta Kepadatan Penduduk

    9. Peta Penggunaan Lahan Secara berkala (tahun 2011 dan tahun 2017)

    Format peta tersebut berbentuk Shapefile berisi atribut-atribut peta Setelah data

    data tersebut tersedia, maka hal ini memungkinkan untuk dapat melakukan

    analisis spasial.

    Data dan fasilitas yang dapat disediakan terdiri dari (dua) hal, yaitu:

    a. Data Spasial Keruangan

    yaitu data yang menunjukkan ruang, lokasi atau tempat di

    permukaan bumi (peta). Peta Rupa Bumi (RBI) diperoleh dari Badan

    Informasi Geospasial (BIG) dan Badan Perencaaan Pembangunan Daerah

    (Bappeda)

    b. Data Atribut (deskripsi)

    yaitu data yang terdapat pada ruang dan tempat. Data atribut

    diperoleh dari statistik, sensus atau tabular lainnya. Sumber data atribut

    dalam penelitian ini diperoleh dari:

  • 32

    - Data Primer yang diperoleh dengan melakukan survei ke instansi terkait

    - Data Sekunder yang diperoleh dengan cara mengumpulkan data-data

    yang ada di instansi terkait.

    F. Metode Pengumpulan Data

    Untuk mendapatkan data yang benar-benar akurat,relevan, valid dan

    reliabel akan penulis mengumpulkan data dengan cara :

    a. Observasi

    Pengumpulan data melalui pengamaatn dan pencatatan terhadap gejala

    atau peristiwa yang diselidiki pada objek penelitian Metode ini akan

    digunakan untuk memperoleh data deskriptif yang faktual, cermat, dan

    terinci mengenai keadaan di lapangan (data primer).

    b. Interview

    Pengumpulan data melalui tatap muka dan tanya jawab langsung

    dengan sumber data atau pihak-pihak yang berkepentingan yang

    berhubungan dengan penelitian.

    c. Studi pustaka

    Untuk mencari teori/konsep yang dapat digunakan sebagai landasan

    teori/kerangka dalam penelitian untuk mencari metodologi yang sesuai

    dan membandingkan antara teori yang ada dengan fakta yang ada di

    lapangan

    G. Variabel Penelitian

    Variabel dapat diartikan ciri dari individu, objek, gejala,

    peristiwa yang dapat diukur secara kuantitatif ataupun kualitatif

    (Sudjana, 1981). Variabel dipakai dalam proses identifikasi, ditentukan

    berdasarkan kajian teori yang dipakai. Semakin sederhana suatu

    rancangan penelitian semakin sedikit variabel penelitian yang digunakan.

    Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada

    tabel berikut :

  • 33

    No. Rumusan Masalah Variabel

    1. Perubahan Pemanfaatan

    Lahan/ Transformasi

    Spasial (alih fungsi lahan)

    1. Perubahan pemanfaatan lahan secara

    berkala

    2. Aksesbilitas

    3. Karakteristik Fasilitas sarana dan

    prasarana yang tersedia

    2. Faktor-Faktor yang

    mempengaruhi Perubahan

    Pemanfaatan Lahan/

    Transformasi Spasial di

    kawasan peri urban Kota

    Tangerang Selatan

    1. Faktor Sosial Ekonomi

    -Perubahan sektor primer menjadi sektor

    sekunder dan tersier

    - Ketenagakerjaan dan Mata Pencaharian

    - Perubahan Pola Investasi

    3. Pembangunan

    Berkelanjutan (Sustainable

    Development)

    1. Penerapan Kota Kompak (Compact City)

    Identifikasi Penerapan Kota Kompak

    (Compact City)

    1. Kepadatan

    -Kepadatan Penduduk

    -Kepadatan Lahan Terbangun

    -Kepadatan Lahan Pemukiman

    2. Identifikasi hubungan faktor-faktor

    Compact City

    - ketersediaan fasilitas pendidikan

    - ketersediaan fasilitas kesehatan

    - Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau

    - Ketersediaan perdagangan dan jasa

    - presentase pertumbuhan penduduk

    - presentase pertumbuhan permukiman

    baru

    3. Identifikasi Karakteristik dan Kesesuaian

    Compactness

  • 34

    H. Metode Analisis Data

    Untuk menjawab rumusan masalah serta sesuai dengan tujuan penelitian

    maka digunakan metode analisis berupa :

    A. Metode analisis untuk rumusan masalah pertama

    1. Sistem Informasi Geografis (SIG)

    Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah alat-alat yang sangat baik

    untuk visualisasi dan analisa da