analisis transformasi spasial sosial ekonomi dan ... · 11. kepada terryna ledy desi, ulfi husnul...
TRANSCRIPT
-
i
ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI
DAN KEKOMPAKAN KOTA (COMPACT CITY) DI WILAYAH PERI
URBAN KOTA TANGERANG SELATAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan MemperolehGelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
RAMADHIAN WIJAYANTI
NIM : 11140840000059
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439/2018
-
ii
-
iii
-
iv
-
v
-
vi
-
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Ramadhian Wijayanti
Alamat :Jalan Yaspatar Rt 004 Rw 001 No 46 Kelurahan
Pondok Pucung Kecamatan Pondok Aren Kota
Tangerang Selatan Banten 15229
No Telepon : 08975969761
Email : [email protected]
No Telepon : 08975969761
Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 19 Februari 1996
Warga Negara : Indonesia
Jenis Kelamin : Perempuan
II. LATAR BELAKANG PENDIDIKAN
2001-2002 TK Mutiara
2002-2008 SDN Pondok Pucung 1
2008-2011 SMPN 5 Tangerang Selatan
2011-2014 SMKN 2 Tangerang Selatan Jurusan Akuntansi
2014-2018 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. PRESTASI DAN PENGHARGAAN
1. Finalis Economic Call For Paper National Championship di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016
2. Peserta Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Nasional Fiction Tahun 2015
di Universitas Negeri Padang 2015
3. Peserta Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional GSC (Green Scientific
Competition) 2015 di Universitas Negeri Semarang
mailto:[email protected]
-
viii
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
1. BPH Rohis SMKN 2 Tangerang Selatan 2011-2014
2. Anggota Divisi Keagaamaan HMJ Ekonomi Pembangunan 2015-2016
3. Koordinator Bidang PSDM (Pengembangan Sumber Daya Manusia) LDK
Komda FEB 2015-2016
4. Anggota Divisi PSU LDK Syahid UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Praktik Kerja Lapangan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serpong
6. Guru Taman Pendidikan Al-Quran di Masjid Raya Bintaro.
V. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Suharta
2. Ibu : Siti Kudriah
3. Alamat : Jalan Yaspatar Rt 004 Rw 001 No. 46 Pondok Pucung
Pondok Aren Tangerang Selatan Banten 15229
-
ix
Abstract
The purpose of this study was to analyze the Pattern of Change both in terms of
physical changes (spatial) and socio-economic changes in the South Tangerang
City. Then analyzed based on the factors that caused the Spatial Transformation
of Socio-Economic. Transformation. This study also analyzes the concept of
sustainable development as measured by the Urban Compactness Index in
Tangerang Selatan City to know the relation between spatial, socio-economic
aspect and sustainable development. This research uses overlay analysis using
Geographic Information System (GIS) with ArcGis 10.1 software assistance to
analyze spatial land use change and relate to secondary data data which is
described by descriptive and literature study. The results show that there has been
a spatial transformation and social and economic transformation in the South
Tangerang City Region. From the spatial transformation that in the period of
2011-2017 there has been a change of land use. From the social and economic
transformation, there is a change in the economic sector, which was originally
oriented towards the primary and secondary sectors into the secondary and
tertiary sectors. Then analyzed peotensi seeded by using Location Quotient to
analyze the superior potential and changes in economic sector. From the results
of identification of the concept of sustainable development measured by Urban
Compactness Index that the District of East Ciputat closest to the compact city
structure (Compact City).
Keywords: Spatial Transformation, Socio-Economic Transformation, Sustainable
Development, Urban Compactness Index, Location Quotient, Urban Elite Region,
Geographic Information System (GIS)
-
x
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis Pola Perubahan baik dari sisi
perubahan fisik (spasial) maupun perubahan secara sosial ekonomi di Wilayah
Kota Tangerang Selatan. Kemudian dianalisa berdasarkan faktor-faktor yang
menyebabkan Transformasi Spasial Transformasi Sosial Ekonomi. Penelitian ini
juga menganalisis konsep pembangunan yang berkelanjutan yang diukur
berdasarkan Indeks Urban Compactness di wilayah Kota Tangerang Selatan
untuk mengetahui keterkaitan antara aspek spasial, sosial ekonomi dengan
pembangunan yang berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan analisis overlay
dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan bantuan
perangkat lunak ArcGis 10.1 untuk menganalisa perubahan penggunaan lahan
secara spasial dan mengkaitkan dengan data data sekunder yang dijelasakan
dengan deskriptif dan studi literatur. Dari hasil menunjukkan bahwa telah terjadi
transformasi spasial dan transformasi sosial dan ekonomi di Wilayah Kota
Tangerang Selatan. Dari transformasi spasial bahwa dalam periode tahun 2011-
2017 telah terjadi perubahan penggunaan lahan. Dari transformasi sosial dan
ekonomi terjadi perubahan sektor ekonomi, yang semula berorientasi pada sektor
primer dan sekunder menjadi sektor sekunder dan tersier. Kemudian dianalisis
peotensi unggulan dengan menggunakan Location Quotient untuk menganalisa
potensi unggulan dan perubahan sektor ekonomi. Dari hasil identifikasi konsep
pemabangunan yang berkelanjutan yang diukur berdasarkan Indeks Urban
Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur
kekompakan kota (Compact City).
Kata Kunci : Transformasi Spasial, Transformasi Sosial Ekonomi, Pembangunan
Berkelanjutan, Indeks Urban Compactness, Location Quotient, Wilayah Peri
Urban, Sistem Informasi Geografis (SIG)
-
xi
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur penulis penjatkan kehadirat Allah Subhanahu
Wata‟ala atas Ridha dan Rahmatnya yang selalu tercurah, sehingga dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS TRANSFORMASI
SPASIAL, SOSIAL EKONOMI DAN KEKOMPAKAN KOTA (COMPACT
CITY) DI WILAYAH PERI URBAN KOTA TANGERANG SELATAN”
dengan baik, sholawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga dan para sahabatnya yang senantiasa menuntun umatnya untuk
berada pada jalan kebenaran. Kepenulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat
guna menyelesaikan Program Sarjana Strata I (SI) pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari segala bentuk dukungan, saran, dan
motivasi yang penulisan terima dari banyak pihak. Penulis menyadari bahwa
segala bentk dukungan,saran dan motivasi yang diberikan akan sangat membantu
penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini sehingga dapat bermanfaat baik untuk
penulis dan pembaca. Oleh karena itu, penulis ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah banyak berkonntribusi dalam penyusunan skripsi ini, terkhusus
kepada:
1. Allah Subhanahu Wata‟ala atas segala nikmat dan karunianya kepada
penulis.
2. Kepada Ayahanda tercinta Alm Bapak Suharta walaupun sudah berada di
sisi-Nya namun selalu mendukung dalam setiap aktivitas kegiatan dan
pencapaian anak-anaknya semoga Allah tempatkan Bapak di tempat yang
paling diridhoi Allah
3. Kepada Ibunda Tersayang Ibunda Siti Kudriah yang selalu melantunkan
doa dan dukungannya kepada anak-anaknya semoga selalu berada dalam
lindungan Allah SWT
4. Kepada adik Taslimah Ramadhanti dan Muhammad Zurays Iqbal semoga
allah selalu melimpahi rahmatnya kepada keluarga
5. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendukung dan
-
xii
memberikan pengalaman berharga kepada penulis selama menjadi
mahasiswa.
6. Bapak Arief Fitrijanto, S.SI, M.SI selaku ketua jurusan Ekonomi
Pembangunan sekaligus pembimbing penulis selama penulisan skripsi ini.
Terima kasih atas dukungan dan waktu luang semangat, motivasi dan
bekal ilmu pengetahuan yang diberika. Semoga segala yang telah
diamalkan dapat menjadi amal jariyah dan memperoleh balasan berlipat
ganda oleh Allah SWT.
7. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bismis, terutama Bapak Arief
Fitrijanto, S.SI, M.SI selaku ketua jurusan Ekonomi Pembangunan dan Ibu
Najwa Khairina S.E,. M.A selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi
Pembangunan.
8. Ibu Utami Baroroh, S.E., M.Si, Zuhairan Yunmi Yunan, S.E, M.Sc dan
Bapak Drs. Jacky Nurdjaman Rahman, M.Ps yang selalu mendukung dan
mendukung dan membimbing dalam penulisan skripsi dan akademik.
9. Seluruh civitas akademika dan karyawan baik pada tingkat jurusan,
fakultas, hingga universitas yang telah mendukung dan membantu
penulis dalam kegiatan perkuliah dan perlombaan selama mengenyam
pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
10. Kepada Robiah Nila Fauziah S.Pd. MA, Verra Febriani, Asri Rahmawati
dan segenap guru TPQ Masjid Raya Bintaro yang senantiasa mendoakan
dan mendudukung dalam pendidikan ini.
11. Kepada Terryna Ledy Desi, Ulfi Husnul Tadzkiyah, Dwi Ratna Sari,
Imro‟atul Husna, Effa Safirah, Choirunnisa, Varrah Ainun Istiqomah, Wini
Muliagustina Dhimas Setyanik dan seluruh teman teman Konsentrasi
Otonomi dan Keuangan Daerah Semoga kita tidak pernah lelah dalam
mengembangkan kapasitas diri.
12. Temen temen angkatan tahun 2014 yang selalu mendampingi selama
menempuh pendidikan.
13. Kepada seluruh adik adik tercinta semoga penulisan skipsi ini bermanfaat
untuk kalian dan menambah referensi dalam kepenulisan skripsi nya
-
xiii
Penulis menyadari bahwa kepenulisan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, besar harapan bagi penulis untuk menerima
segala bentuk kritik dan saran yang membangun sebagai evaluasi untuk
pencapaian yang
lebih baik.
Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Jakarta, 28 Mei 2018
Ramadhian Wijayanti
11140840000059
-
xiv
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF ......................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................. v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ..................... vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vii
ABSTRACT ..................................................................................................... ix
ABSTRAK ...................................................................................................... x
KATA PENGANTAR .................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xx
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 8
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 8
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 10
A. Wilayah Peri Urban .............................................................................. 10
1. Pengertian Wilayah Peri Urban ..................................................... 10
2. Konsep Wilayah Peri Urban .......................................................... 11
3. Dinamika Wilayah Peri Urban ...................................................... 12
B. Konsep Transformasi ........................................................................... 14
1. Pengertian Transformasi ............................................................... 14
2. Transformasi Wilayah Peri Urban................................................. 15
a. Transformasi Spasial ................................................................. 15
b. Transformasi Sosial ................................................................... 16
c. Transformasi Ekonomi .............................................................. 18
-
xv
C. Desain Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development
Design) ................................................................................................. 20
1. Konsep Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development) 20
2. Konsep Compact City.................................................................... 21
D. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 25
E. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 27
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 28
A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 28
B. Populasi dan Sampel ............................................................................ 28
C. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 29
D. Jenis Dan Sumber Data ........................................................................ 29
E. Pengumpulan Data ............................................................................... 30
F. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 32
G. Variabel Pelitian ................................................................................... 32
H. Metode Analisis Data.......................................................................... 34
1. Sistem Informasi Geografis (SIG) ................................................ 34
2. Analisis Location Quotient (LQ) ................................................. 38
3. Analisis Indeks Urban Compactness .......................................... 39
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................. 43
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian .................................................. 43
1. Sejarah .......................................................................................... 43
2. Profil Wilayah Penelitian ............................................................. 45
a. Kondisi Geografis ..................................................................... 45
b. Kondisi Fisik Lahan ................................................................. 46
c. Keadaan Iklim ........................................................................... 47
d. Kondisi Geologi dan Jenis Tanah ............................................ 47
e. Jaringan Jalan ............................................................................ 48
B. Analisis Transformasi Spasial .............................................................. 51
1. Analisis Penggunaan Lahan ......................................................... 51
2. Analisis Overlay ........................................................................... 52
-
xvi
a. Penggunaan Lahan Permukiman .............................................. 52
b. Penggunaan Lahan Kosong ...................................................... 53
c. Penggunaan Lahan Primer ........................................................ 54
d. Penggunaan Lahan untuk Fasilitas Dasar ................................ 55
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Transformasi Spasial Peri Urban . 63
D. Analisis Transformasi Sosial Ekonomi ................................................ 72
1. Perubahan Sektor Ekonomi .......................................................... 72
a. Perubahan Sektor Berdasarkan Penggunaan Lahan ................. 72
b. Perubahan Sektor Berdasarkan PDRB ..................................... 73
c. Perubahan Sektor Berdasarkan Potensi Unggulan ................... 75
d. Perubahan Sektor Berdasarkan Unit Fasilitas Usaha .............. 76
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Transformasi Sosial Ekonomi ..... 78
F. Identifikasi Pembangunan yang Berkelanjutan (Sustainable
Development). ...................................................................................... 84
1. Analisis Karakteristik Urban Compactness. ................................. 84
2. Mengukur Indeks Urban Compactnesss ....................................... 99
3. Karakteristik Compactess dari Struktur Ruang Kecamatan Ciputat
Timur ............................................................................................. 101
G. Keterkaitan Antara Transformasi Spasial, Transformasi Sosial
Ekonomi dan Indeks Urban Compactness .......................................... 108
1. Analisis Korelasi Indeks Urban Compactness berdasarkan faktor-
faktornya........................................................................................ 109
2. Keterkaitan Transformasi Spaisal Sosial Ekonomi dan Sustainable
Development. ................................................................................. 111
3. Hubungan sebab akibat antara tiga sektor ........................................ 112
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 114
A. Kesimpulan ........................................................................................... 115
B. Saran .................................................................................................... 116
DAFTAR PUSTAKA. ..................................................................................... 117
LAMPIRAN-LAMPIRAN
-
xvii
DAFTAR TABEL
No Keterangan Halaman
1.2 Jumlah Penduduk Kota Tangerang Selatan 3
1.3 Tabel Developer yang berada di Wilayah Tangerang Selatan 4
1.4 Tabel Kepadatan Penduduk di Wilayah Tangerang Selatan 6
3.1 Variabel dalam penelitian 42
4.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan 46
4.2 Tabel Penggunaan Lahan Eksisting 51
4.10 Tabel Kepadatan Penduduk Kota Tangerang Selatan 59
4.11 Luas Penggunaan Lahan (Ha) 67
4.12 Sebaran industri kecil, menengah, dan besar Kota Tangerang
Selatan 71
4.13 Sebaran Fasilitas Perdagangan dan Jasa 72
4.14 Indikator Ketenagakeran Kota Tangerang Selatan 2011-2015 74
4.15 Rasio Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam
Negeri 77
4.16 Jenis Penanaman Modal Kota Tangerang Selatan 78
4.17 Kepadatan Lahan Terbangun Kota Tangerang Selatan 80
4.18 Kepadatan Lahan Terbangun 81
4.19 Kepadatan Lahan Terbangun Kota Tangerang Selatan 81
4.20 Standar Ketersediaan Fasilitas Pendidikan menurut SNI 03-1772-
2004 82
4.21 Tabel Ketersediaan Fasilitas Pendidikan 84
4.22 Standar Ketersediaan fasilitas Kesehatan menurut SNI 03-1772-
2004 85
4.23 Standar Ketersediaan Fasilitas Perdagangan dan Jasa Menurut
SNI 03-1772-2004 88
4.24 Ketersediaan Fasilitas Perdagangan dan Jasa 89
4.25 Presentase Ketersediaan RTH 90
4.26 Tabel Tingkat Penggunaan Kendaraan Pribadi 91
4.27 Presentase Pertumbuhan Penduduk 92
4.28 Presentase Pertumbuhan Permukiman Baru 93
4.29 Indeks Densifikasi Kota Tangerang Selatan 94
4.30 Indeks Mixed Use 95
4.31 Indeks Densifikasi 96
4.32 Tabel Indikator Urban Compactness 97
-
xviii
4.33 Variabel dalam Penelitian 103
4.34 Proyeksi Penggunaan Lahan 58
4.35 Proyeksi Penggunaan Lahan Terbangun 59
4.37 Proyeksi Penduduk Kota Tangerang Selatan Tahun 2011-2031 61
4.38 Proyeksi Kepadatan Penduduk Kota Tangerang Selatan 2011-
2031 62
-
xix
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Halaman
1.1 Penggunaan Lahan Kota Tangerang Selatan 2
4.1 Peta Rupa Bumi (RBI) Kota Tangerang Tahun 2001 sebelum
Pemekaran
45
4.2 Peta Topografi Kota Tangerang Selatan 47
4.3 Peta Geologi Kota Tangerang Selatan 48
4.4 Peta Jaringan Jalan Kota Tangerang Selatan 50
4.5 Grafik Penggunaan Lahan Kosong dan Lahan Terbangun 53
4.5 Grafik Penggunaan Lahan Primer 54
4.6 Grafik Perubahan pemanfaatan Lahan Fasilitas Dasar Kota
4.7 Peta Penggunaan Lahan 2017 56
4.8 Peta Penggunaan Lahan 2011 57
4.9 Peta Kepadatan Penduduk dan Perbatasan Kota Tangerang
Selatan
59
4.11 Peta Kawasan Strategis 61
4.12 Peta Jaringan Jalan 63
4.13 Peta Sistem Perkotaan 66
4.14 PDRB Sektor Primer 67
4.15 Kontribusi Sektor Terhadap PDRB ADHB 68
4.16 Struktur Perekonomian Kota Tangerang Selatan 69
4.17 Location Quotient (LQ) Sektor Primer, Sekunder dan Tersier 70
4.18 Peranan PDRB Kota Tangerang Selatan Menurut Lapangan
Usaha Tahun 2016
75
4.19 Jumlah Usaha dan Tenaga Kerja Menurut Kategori Lapangan
Usaha (Hasil Pendaftaran Sensus Ekonomi 2016)
76
4.20 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Ciputat Timur 97
4.21 Peta Penggunaan Lahan Tahun 2011 dan 2017 98
4.22 Peta Kepadatan Penduduk Tinggi 99
4.23 Peta Jarak Kerapatan Antar Bangunan 99
4.24 Peta Jarak Kerapatan Antar Bangunan 100
4.25 Fasilitas yang mudah dijangkau 100
4.26 Pola Pergerakan Penduduk 101
4.27 Jumlah Kendaraan Bermotor 101
4.28 Tabel Hasil Korelasi 105
4.29 Pertumbuhan Penduduk 2011-2031 60
4.30 Grafik Pertumbuhan Penduduk 2011-2031 61
-
xx
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan
1 Penggunaan Lahan
2 Perhitungan LQ Tangerang Selatan
3 Presentase PDRB Kota Tangerang Selatan
4 Perhitungan Koefisien Korelasi
5 Peta Penggunaan Lahan Tahun 2011
6 Peta Penggunaan Lahan Tahun 2017
7 Peta Jaringan Jalan Kota Tangerang Selatan
8 Peta Kawasan strategis Kota Tangerang Selatan
9 Peta Jumlah Penduduk Kota Tangerang Selatan
10 Peta Administrasi Kota Tangerang Selatan
11 Peta Geologi Koto Tangerang Selatan
12 Peta Sistem Perkotaan Kota Tangerang Selatan
13 Peta Topografi Kota Tangerang Selatan
14 Data perhitungan Korelasi
15 Proyeksi Perhitungan Lahan
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Semakin bertambahnya penduduk kota menyebabkan semakin
bertambahnya kebutuhan masyarakat terhadap jumlah lahan yang digunakan,
maka untuk memenuhinya diperlukan suatu pengembangan atau perluasan
wilayah ke daerah-daerah disekitar kota tersebut.
Pertumbuhan penduduk dan perkembangan aktivitas kota terus meningkat,
yang selalu diiringi dengan kebutuhan akan ruang dan lahan. Disisi lain lahan di
kota tersebut terbatas dan tidak dapat berkembang. Jika kebutuhan lahan melebihi
ketersediaan lahan yang ada, maka akan terjadi tekanan penduduk terhadap lahan.
Masyarakat tidak hanya membutuhkan lahan untuk bertempat tinggal,tetapi juga
membutuhkan sarana dan fasilitas lainnya yang tentunya juga harus diikuti dengan
penyediaan lahannya.
Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk maka akan meningkatkan
aktivitas perekonomian. Karena keterbatasan daya dukung lahan,tentunya akan
menjadi beban yang signifikan karena pesatnya urbanisasi dan pertumbuhan
ekonomi. Daya dukung lahan yang melebihi kapasitas akan menimbulkan
berbagai masalah dalam perkotaan seperti kemacetan, kekurangan perumahan,
degradasi ekosistem, polusi udara dan air, kurangnya sarana sanitasi, dan
kesenjangan sosial. Sumber daya alam di dalam dan sekitar kota-kota akan
terkena eksternalitas dari proses pembangunan perkotaan
Kota Tangerang Selatan adalah sebuah kota yang terletak di Tatar
Pasundan Provinsi Banten, Indonesia. Kota ini terletak 30 km sebelah
barat Jakarta dan 90 km sebelah tenggara Serang, ibu kota Provinsi Banten. Kota
Tangerang Selatan berbatasan dengan Kota Tangerang di sebelah
utara, Kabupaten Bogor (Provinsi Jawa Barat) di sebelah selatan, Kabupaten
Tangerang di sebelah barat, serta Daerah Khusus Ibukota Jakarta di sebelah timur.
Dari segi jumlah penduduk, Tangerang Selatan merupakan kota terbesar kedua di
Provinsi Banten setelah Kota Tangerang serta terbesar kelima di
-
2
kawasan Jabodetabek setelah Jakarta, Bekasi, Tangerang, dan Depok. Wilayah
Kota Tangerang Selatan merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Tangerang.
Secara fungsional, maka Kota Tangerang Selatan merupakan wilayah sub-
urban dari Kota Jakarta. Pusat-pusat pertumbuhan dan kota-kota baru yang
tumbuh di kota ini adalah salah satu dampak perkembangan Kota Jakarta yang
sangat pesat di berbagai aspek. Beberapa kawasan permukiman dan infrastruktur
penduduk dibangun secara terencana oleh para pengembang besar (BSD, Bintaro
Jaya, Alam Sutera), dan sebagian spot-spot kawasan permukiman dibangun oleh
pengembang kecil, dan juga bagian dari fenomena urban sprawl,
Gambar 1. 1 Penggunaan Lahan Kota Tangerang Selatan
Kota Tangerang Selatan memiliki wilayah seluas 14.719 hektar.
Pertumbuhan fisik kota menunjukkan dominasi kawasan terbangun, yaitu seluas
10.596,10 Ha atau 71,99 % dari seluruh luas kota yang terdiri dari kawasan
perumahan dan permukiman (67,54 %), kawasan industri (1,14) %, dan kawasan
perdagangan dan jasa (3,31 %). Sektor perdagangan dan jasa di Kota Tangerang
Selatan tumbuh beriringan dengan pesatnya pengembangan perumahan yang ada
[CATEGORY
NAME] [CATEGORY
NAME]
Kawasan
Perdagangan
dan Jasa
[CATEGORY
NAME]
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan
-
3
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Kota Tangerang Selatan
Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa)
2012 2013 2014 2015 2016
Setu 72170 75002 77881 80811 83777
Serpong 150736 157252 163915 170731 177677
Pamulang 305909 314931 323957 332984 341967
Ciputat 206293 212824 219384 225974 232559
Ciputat Timur 188957 193484 197960 202386 206729
Pondok Aren 329103 341416 353904 366568 379354
Serpong Utara 141237 148494 155998 163755 171749
Kota Tangerang
Selatan
1394405 1443403 1492999 1543209 1593812
Sumber Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan
Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Kota Tangerang Selatan
Kabupaten/Kota Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota (Persen)
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Kab Pandeglang 0.84 0.77 0.86 0.46 0.55 0.47
Kab Lebak 1.13 1.05 0.98 0.91 0.83 0.76
Kab Tangerang 3.54 3.47 3.34 3.39 3.24 3.17
Kab Serang 1.06 0.98 0.92 0.84 0.77 0.69
Kota Tangerang 2.66 2.59 2.51 2.43 2.36 2.28
Kota Cilegon 1.99 1.90 1.82 1.76 1.68 1.60
Kota Serang 2.20 2.14 2.06 1.99 1.92 1.83
Kota Tangerang
Selatan
3.67 3.59 3.51 3.44 3.36 3.28
Provinsi Banten 2.39 2.33 2.27 2.20 2.14 2.07
Sumber Badan Pusat Statistik Provinsi Banten
Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa pada 2011-2016, jumlah
penduduk di kota pemekaran Kabupaten Tangerang itu mencapai 1 juta jiwa.
Bahkan, pada 2016, jumlahnya sudah mencapai 1,5 juta jiwa. Pertumbuhan
-
4
penduduk, disebabkan arus urbanisasi yang besar dalam beberapa tahun terakhir.
Kota Tangerang Selatan ini menarik datangnya urbanisasi dikarenakan Sebagai
daerah hunian, banyak warga dari Jakarta yang pindah ke Tangerang Selatan ini.
Karena itu, terjadi pertumbuhan penduduk yang besar. Dibandingkan dengan
pertumbuhan penduduk di kota kota lain, Kota Tangerang Selatan laju
pertumbuhan penduduk nya terbesesar di Provinsi Banten
Gambar 1.2 Grafik Distribusi PDRB Kota Tangerang Selatan ADHL
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2016 (Persen
Sumber Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan
Dari data tersebut terlihat bahwa pendapatan distribusi PDRB Kota
Tangerang Selatan ADHL berasal dari Real Estate hal ini menunjukkan bahwa
perkembangan Real Estate di Kota Tangerang Selatan terus mengalami
peningkatan dan perkembangan dibandingkan dengan pendapatan pada sektor
lain. Namun begitu pembangunan tersebut kurang adanya sinergitas pengembang
dengan pemerintah daerah maupun pengembang dengan pengembang itu
sendiri.Selain itu peran pemerintah kota untuk menegakkan peraturan masih
kurang optimal. Wilayah Kota Tangerang Selatan berkembang begitu pesat,
karena berbatasan langsung dengan wilayah DKI Jakarta, Kabupaten Bogor, Kota
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
-
5
Depok, Kabupaten Tangerang serta Kota Tangerang. Selain itu, wilayah kota ini
juga terkait langsung dalam dinamika pembangunan nasional.
Tangerang Selatan adalah kota termuda di Provinsi Banten, merupakan
kota terbesar kedua di Banten dan terbesar kelima di kawasan Jabodetabek dalam
hal jumlah penduduk. Semula merupakan wilayah hunian penyangga Jakarta,
Tangerang Selatan berkembang menjadi pusat aktivitas bisnis dengan
perdagangan dan jasa sebagai aktivitas utamanya. Dengan sebagian besar
penduduk berusia muda, Tangerang Selatan memiliki karakter urban dengan
aktivitas komunitas yang hidup. Pembentukan Tangerang Selatan, yang
merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Tangerang, ditetapkan melalui
Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang
Selatan di Propinsi Banten tertanggal 26 November 2008 dan dilakukan dengan
tujuan untuk meningkatkan pelayanan dalam bidang pemerintahan, pembangunan,
dan kemasyarakatan serta dapat memberikan kemampuan dalam pemanfaatan
potensi daerah. Luas wilayah dan jumlah penduduk Kabupaten Tangerang yang
besar perlu diatasi dengan memperpendek rentang kendali pemerintahan melalui
pembentukan daerah otonom baru, yaitu Kota Tangerang Selatan, sehingga
pelayanan publik dapat ditingkatkan guna mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat.
Di Indonesia dengan diterbitkannya Undang-Undang No. 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang sebagai pengganti Undang-Undang No. 24 Tahun 1992
tentang Penataan Ruang, telah memberikan warna baru terhadap penyelenggaraan
penataan ruang di Indonesia, yaitu untuk menjadikan Rencana Tata Ruang betul-
betul menjadi acuan di dalam pelaksanaan pembangunan wilayah. Salah satu
tindak lanjut dari Undang-Undang tersebut, tahun 2008 kemarin telah diterbitkan
PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(RTRWN), yang memberikan arahan makro pengembangan wilayah nasional
selama 20 tahun yang akan datang. Keberadaan ke-dua produk hukum tersebut
perlu terus disosialisasikan, agar dapat diketahui dan dipahami oleh seluruh
pelaku pembangunan termasuk masyarakat pada umumnya
-
6
Guna mengantisipasi perkembangan Kota Jakarta dan sekitarnya,
pemerintah mengeluarkan kebijakan melalui Instruksi Presiden No. 13 tahun 1976
tentang tentang Pengembangan Wilayah Jabotabek. Salah satu ketetapan dalam
konsep pengembangan wilayah Jabodetabek tersebut adalah pengembangan kota
baru-kota baru atau lebih umum lagi disebut permukiman skala besar. Tujuan
pembangunan kota baru-kota baru tersebut adalah untuk mendekonsentrasikan
tekanan-tekanan pertumbuhan dari Kota Jakarta ke sub-sub pusat tingkat kedua,
yaitu kota baru-kota baru tersebut. Sub-sub pusat ini berlaku sebagai counter
magnet dari kota induk mereka. Kota baru-kota baru di Kota Tangerang Selatan
yang merupakan implementasi dari Inpres tersebut, yaitu:
Tabel 1.3 Tabel Developer yang berada di Wilayah Tangerang Selatan
No Nama Daerah Tahun Bangun Luas Lahan
1 Bumi Serpong Damai (BSD) 1989 6000 Ha
2 Bintaro Jaya 1992 1700 Ha
3 Alam Sutera 1993 700 Ha
Sumber : (Pusat Data Properti Indonesia 1999 dalam Malik 2005)
Akibat dari diberlakukannya peraturan tersebut akan mengakibatkan
ledakan kepadatan penduduk di Wilayah Tangerang Selatan dan berkembangan
berbagai aktivitas pelayanan untuk mendukung pertumbuhan kota.
Tabel 1.4 Tabel Kepadatan Penduduk di Wilayah Tangerang Selatan
No Kecamatan
Jumlah
Penduduk
(Orang)
Luas Wilayah
(Km2)
Kepadatan
Penduduk
(Orang/Km2)
1. Setu 80.811 14,8 5.460
2. Serpong 170.731 24,04 7.102
3. Pamulang 332.985 26,82 12.416
4. Ciputat 225.974 18,38 12.295
5. Ciputat Timur 202.386 15,433 13.116
6. Pondok Aren 366.568 29,88 12.268
7. Serpong Utara 163.755 17,84 9.179
Kota Tangerang Selatan 1.543.209 147,19 10.484
Sumber : Badan Pusat Statistik tahun 2016
-
7
Peningkatan penduduk yang akan terjadi tiap tahunnya berdasarkan
kecenderungan perkembangan penduduk pada masing-masing kecamatan. Kondisi
demikian menunjukkan suatu karakteristik perkembangan kawasan perkotaan
berdasarkan aspek demografi. Perkembangan tersebut harus disertai dengan
perkembangan kualitas lingkungan baik lingkungan sosial ekonomi, maupun
kualitas lingkungan ekologisnya.
Terkait dengan hal tersebut, maka perlu disususn skenario pengembangan
penduduk sebagai salah satu arahan untuk kenyamanan kehidupan dalam
pembangunan wilayah. sekenario pengembangannya penduduk ini didasarkan
pada:
a) Pemerataan kepadatan penduduk pada semua kecamatan
b) Ketersediaan lahan terbangun pada masing-masing kecamatan
c) Pengembangan penduduk sampai batas daya tampung lahan dan air yang
menjadi pembatas utama bagi kemampuan daya tampung wilayah.
d) Memperhatikan daya tampung horizontal masing-masing wilayah dan
perlu ada penyebaran penduduk dari kecamatan yang padat ke wilayah
kecamatan lainnya yang dapat menampung kelebihan jumlah penduduk
tersebut
e) Pemambahan kapasitas daya tampung dalam pengembangan vertikal
Konsep compact city berupaya untuk mengefektifkan penggunaan
lahan,dapat meningkatkan interaksi sosial serta penurunan tingkat kesenjangan
sosial. Konsep compact city didesain agar kawasan permukiman, perdagangan
dan jasa, perkantoran dan lain-lain menjadi terpusat. Keunggulan lainnya dari
konsep compact city yaitu dapat mengurangi ketergantungan akan kendaraan
pribadi, meminimalisir biaya transport dan mengurangi waktu terbuang untuk
perjalanan. Melihat permasalahan tersebut, maka konsep kota kompak dapat
difungsikan sebagai revitalisasi permasalahan urban sprawl yang dihadapi
Kota Tangerang Selatan sehinngga akan menciptakan konsep pembangunan yang
berkelanjuran (sustainable development design) menuju pembangunan yang
berkelanjutan (sustainable development). Untuk melihat penerapan konsep
-
8
tersebut, maka sebelumnya perlu diketahui ukuran urban compactness Kota
Tangerang Selatan .
Dari uraian permasalahan tersebut penelitian ini menganalisis pola
perubahan spasial (Transformasi Spasial) Perubahan Sosial Ekonomi
(Transformasi Sosial Ekonomi) dan kekompakan kota (Compact City) di wilayah
wilayah Kota Tangerang Selatan selama rentang waktu 2011-2017
Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka selanjutnya penulis
merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Transformasi Spasial pada Wilayah Tangerang Selatan?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi Transformasi Spasial pada Wilayah
Tangerang Selatan?
3. Bagaimana Transformasi Sosial Ekonomi pada Wilayah Tangerang
Selatan?
4. Faktor apa saja yang mempengaruhi Transformasi Sosial Ekonomi pada
Kawasan di Wilayah Tangerang Selatan?
5. Bagaimana implementasi penerapan konsep desain berkelanjutan
(sustainable design) untuk pembangunan yang berkelanjutan (sustainable
development ) di Wilayah Kota Tangerang Selatan?
6. Bagaimana keterkaitan antara transformasi spasial transformasi sosial
ekonomi dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di
Wilayah Kota Tangerang Selatan?
C. Tujuan penelitian
1. Mengetahui pola transformasi spasial di Wilayah Peri Urban Kota
Tangerang Selatan
2. Mengetahui dinamika sosial ekonomi yang terbentuk seiring dengan
adanya transformasi tersebut
3. Mengetahui transformasi sosial ekonomi yang dialami oleh penduduk
yang bertempat tinggal disana. Termasuk diantaranya kecenderungan
-
9
pertumbuhan di masa yang akan datang, serta dampaknya terhadap
kualitas kehidupan masyarakat.
4. Mengetahui gambaran pembangunan yang terjadi di Wilayah Kota
Tangerang Selatan
5. Mengetahui keterkaitan antara transformasi spasial, transformasi sosial
ekonomi dan konsep desain berkelanjutan untuk pembangunan yang
berkelanjutan (sustainable development)
D. Manfaat penelitian
1. Menambah kajian terkait pengembangan kawasan pada peri urban
Jabodetabek
2. Menambah kajian terkait transformasi spasial dan sosial ekonomi kawasan
dengan penggerak utama (prime mover) berupa keberadaan kawasan
permukiman skala besar yang dikelola oleh swasta.
3. Sebagai alat dan bahan acuan untuk menentukan kebijakan yang sesuai
dengan kondisi pembangunan di kota Tangerang Selatan
-
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Wilayah Peri-urban
1. Pengertian Wilayah Peri Urban
Wilayah Peri Urban (WPU) merupakan wilayah yang terletak di antara dua
wilayah yang sangat berbeda kondisi lingkungannya, yaitu antara wilayah
yang mempunyai kenampakan kekotaan di satu sisi dan wilayah yang
mempunyai kenampakan kedesaan di sisi yang lain. Oleh karena wilayah
kota dan desa mempunyai dimensi kehidupan yang sedemikian kompleks yang
pada umumnya menunjukkan atribut yang saling berbeda, maka di daerah
antara ini kemudian muncul atribut khusus yang merupakan hibrida dari
keduanya (Yunus, 2008).
Menurut Gaplin (1915) dalam Yunus (2008), wilayah peri urban
merupakan suatu wilayah kedesaan yang mengalami perubahan menuju sifat
kekotaan. Studi yang pertama kali mulai menyinggung WPU dikemukakan oleh
Von Thunen pada tahun 1926, teorinya dikenal dengan The Isolated State
Theory. Wilayah peri urban yang disinggung adalah pola pemanfaatan lahan
yang terbentuk berkaitan dengan pertimbangan biaya transportasi, jarak dan sifat
komoditas
2. Konsep Wilayah Peri Urban
Peri urban diartikan sebagai wilayah yang berada diantara wilayah
kekotaan dan wilayah pedesaan yang berdimensi multi. Wilayah peri urban
yang kemudian disingkat WPU di dasarkan pada istilah pedesaan maupun
kekotaan dari segi fisik morfologi yang diindikasikan oleh bentuk
pemanfaatan lahan non-agraris versus penggunaan lahan agraris. Dari sisi ini,
wilayah kekotaan adalah suatu wilayah yang didominasi oleh bentuk
pemanfaatan lahan non-agraris sedangkan wilayah kedesaan adalah wilayah
yang didominasi oleh bentuk pemanfaatan lahan agraris.
-
11
Wilayah peri urban dapat dikatakan merupakan wilayah yang berada
di pinggiran kota atau wilayah yang memiliki percampuran sifat antara desa
dan kota (Yunus,2008). Sementara itu wilayah peri urban menurut (Pryor 1968)
merupakan wilayah peralihan yang terkait dengan perubahan pemanfaatan
lahan, karakteristik sosial dan demografis. Wilayah peri urban muncul akibat
perkembangan kota ke arah luar. Bila dilihat secara spasial kenampakan
perkembangan lahan terbangun yang terjadi di wilayah peri urban tidak
terbatas oleh batasan administrasi, namun didasarkan pada perkembangan
lahan terbangun yang merupakan perambatan dari pusat kota ataupun
diakibatkan adanya pusat pertumbuhan baru hingga wilayah yang masih belum
terbangun atau masih merupakan wilayah pertanian
Untuk dapat memudahkan identifikasi wilayahnya, WPU dapat
dikenali dari batas terluar lahan terbangun suatu kompak yang kompak
dengan lahan kekotaan utama dan ditandai oleh 100% kenampakan kekotaan
atau bentuk pemanfaatan lahan non-agraris sampai ke wilayah yang 100%
ditandai oleh bentuk pemanfaatan lahan agraris. WPU berada dimana
didalamnya terdapat pencampuran bentuk pemanfaatan lahan kekotaan disatu sisi
dan bentuk bentuk pemanfaatan lahan non-agraris disisi lain. Keberadaan bentuk
pemanfatan lahan non-agraris mengisyaratkan adanya penjalaran lahan kekotaan
ke arah luar dan makin dekat jarak kelahan kekotaan terbangun utama,
maka makin intensif perkembangan kenampakan fisikal kekotaannya dan
demikian pula sebaliknya, makin jauh akan makin berkurang intensitas
perkembangan kenampakan fisikal kekotaannya.
WPU selalu bertambah luas baik dari tinjauan fisikal morfologis
maupun dari segi sosial ekonomi. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa moda
transportasi selalu bertambah canggih dengan kemampuan jangkau yang
semakin jauh. Selain itu, pertambahan penduduk dan kegaiatan juga selalu
diikuti oleh peningkatan tuntutan akan ruang yang dimanfaatkannya baik
untuk tempat tinggal maupun untuk tempat kegiatan. Yunus (2008)
mengemukakan konsep WPU khusunya dalam menyoroti keberadaan jalur
wilayah yang mengantarai Zona bingkai kota (Zobikot) dan Zona bingkai
desa (Zobides). Oleh karena itu batas zobikot dan zobides diyakini bukan
-
12
merupakan sutu garis batas yang jelas dan lebih merupakan jalur wilayah.
Batas antara zobikot dan zobides dapat dibagi ke dalam dua subzona lagi
walaupun nuansanya lebih kecil. Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa
ditandai oleh proporsi yang mencolok perbedaannya antara lahan kekotaan dan
lahan kedesaan.
3. Dinamika Wilayah Peri Urban
Selama bertahun-tahun di mana dinamika yang tidak berkelanjutan seperti
urbanisasi yang tidak terencana atau suburbanisasi menyebar jauh ke pedalaman
perkotaan, dan pemerintahan belum memilikinya tujuan untuk mengatasi masalah
penggunaan lahan tersebut . Apalagi, karena fokus menyeluruh pada
pertumbuhan konsumsi lahan tambahan itu tidak dilihat sebagai masalah sama
sekali. Baru setelah pergantian milenium, penggunaan lahan itu terjadi
diidentifikasi sebagai masalah lingkungan atau dan akan membawa efek
keberlanjutan (Ellen Banzhaf 2011)
Di daerah perkotaan lahan sangat cepat pada percepatan konsumsi yang
membuat itu sumber daya langka dan berharga. Oleh karena itu diperlukan proses
transformatif untuk menangani penggunaan lahan yang logis dan bertanggung
jawab. Transformasi perkotaan sebagai fundamental, multi dimensi perubahan
pola penggunaan lahan perkotaan, perkembangan kependudukan, infrastruktur,
tata pemerintahan sebagai serta nilai, norma dan perilaku yang mapan. Fokus
utama adalah pada penggunaan lahan dan perubahannya
Transformasi perkotaan sebagai perubahan mendasar dan
multidimensional dalam penggunaan lahan perkotaan dan konsumsi pola lahan,
perkembangan populasi dan penyediaan infrastruktur,tata kelola pemerintahan
serta nilai-nilai dan norma-norma yang telah ditetapkan. Paling Yang penting bagi
kita adalah proses yang berkaitan dengan fenomena inisangat dinamis dan non
linier (Kabisch 2014)
Fenomena perkembangan ruang kota pada dasarnya ditunjukan oleh 2
perwatakan dasar, yaitu bentuk struktur ruang “compact” dan “sprawl”. Sangat
disadari, bentuk struktur ruang dengan perwatakan tersebut tentunya akan
-
13
sangat mempengaruhi bentukan pola aktivitas ataupun orientasi pergerakan
yang terjadi. Secara teoritis telah diakui, bahwa hubungan antara pola ruang dan
pola pergerakan sangat kuat. Pada perkembangan awal suatu kota,
tumbuhnya kawasan pinggiran tentunya dimaksudkan sebagai perluasan
ukuran kota yang tentunya akan mengakibatkan semakin panjangnya atau
lamanya perjalanan komuting. Meluasnya kawasan perkotaan yang ditandai
dengan berkembangnya kawasan pinggiran (urban fringe) sebagai alternatif lokasi
residensial bagi masyarakat akibat sudah padatnya daerah inti kota. Dampak
ikutan dari adanya perkembangan kawasan pinggiran adalah besarnya tingkat
ketergantungan kawasan pinggiran terhadap kawasan intinya. Beberapa
indikasi ditunjukan oleh Punpuing (1993), Giuliano & Small (1993),
Kombaitan (1999) serta beberapa peneliti lainnya, menunjukan pengaruh
yang kuat antara perkembangan pola ruang dengan pola pergerakan. Wujud
dari ketergantungan tersebut adalah dalam bentuk besarnya interaksi
pergerakan antara lokasi residensial di kawasan pinggiran dengan inti kota
sebagai kawasan pusat layanan. Indikasinya ditunjukan oleh besaran arus
pergerakan lalu lintas pada koridor penghubungnya.
Pendapat Pucher (1990) yang mengemukakan bahwa perkembangan
kawasan pinggiran umumnya akan menimbulkan dampak terhadap
peningkatan pergerakan. Alasannya mendasarkan pada pemilihan kawasan
pinggiran sebagai tempat tinggal merupakan pencerminan “consumer choice in
market place‟ dimana perkembangan lokasi kegiatan lebih banyak ditentukan
oleh perilaku konsumen, ataupun perilaku ‟public choice in local landuse policy‟
yang terkesan sektoral. Pada akhirnya pola ruang yang terbentuk berupa “low
density” and “unfocus development‟ ini tidak sesuai dengan pengembangan
pelayanan sistem transit sehingga “ rely almost exclusively on the auto for
their travel needs ‟ (Pucher, 1990).
Istilah lain yang menjelaskan perkembangan kawasan pinggiran
adalah fenomena urban sprawl, sebagai kawasan yang berkembang di luar
kawasan kota sebagai akibat murahnya harga lahan di pinggiran kota,
peningkatan aksesibilitas, mudahnya pembiayaan kredit properti, pesatnya
jumlah pengembang perumahan (real estate) serta pembangunan perumahan
-
14
secara masal (Neuman, 2005). Meskipun dampak negatif dari perkembangan
urban
B. Konsep Transformasi
1. Pengertian Transformasi
Transformasi adalah sebuah proses perubahan secara berangsur -angsur
sehingga sampai pada tahap terbatas, perubahan dilakukan dengan cara
memberi respon terhadap pengaruh unsur eksternal dan internal yang akan
mengarahkan perubahan dari bentuk yang sudah dikenal sebelumnya proses
menggandakan secara berulang-ulang atau melipatgandakan Antoniades (1990).
(S. R. Giyarsih 2010) menyatakan bahwa transformasi wilayah merupakan
representasi dari perkembangan wilayah yang digambarkan sebagai suatu
perubahan dan pergeseran karakteristik dari komponen wilayah dalam kurun
waktu tertentu sebagai akibat dari hubungan timbal balik antar komponen
wilayah tersebut. Transformasi wilayah yang terjadi ini, dapat berdampak
terhadap sumberdaya lokal, sosial, ekonomi dan kultural. Gejala perembetan
atribut sifat Kota pada akhirnya mengubah wilayah alami menjadi wilayah
dengan sifat kekotaan dan membawa perubahan terhadap banyak aspek
diwilayah peri-urban (daerah pinggiran Kota) terutama pada aspek sosial
ekonomi. (Ritohardyono 2013), menyebutkan bahwa meskipun latar belakang
pertumbuhan setiap Kota memiliki karakteristik beragam, namun implikasi
keruangan yang ditimbulkan mirip satu sama lain yakni kecenderungan
kompetensi penggunaan lahan didaerah pinggiran atau sekitar Kota.
Perubahan lainnya adalah meningkatkan ciri-ciri kehidupan sosial ekonomi
Kota di perdesaan sehingga membawa gejolak sosial dan perubahan gaya
hidup di perdesaan. Perubahan ciri Kota juga mendorong proses reklasifikasi Desa
atau secara administratif ciri Kota sprawl telah lama dikenali, namun teori dan
penelitian yang dikembangkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan,
hingga saat ini masih tetap belum memuaskan (Burchell, 2002)
-
15
2. Transformasi Wilayah Peri Urban
Wilayah peri urban merupakan suatu wilayah yang paling dinamis
kondisinya dibandingkan dengan bagian-bagian lain di bagian dalam kota
maupun di daerah pedesaan. Hal ini sangat wajar kerana bagian ini merupakan
sasaran pendatang baik penduduk maupun fungsi -fungsi yang berasal dari
bagian dalam kota, kota-kota lain maupun dari wilayah pedesaan untuk
bertempat tinggal. Sebagai akibat kedatangan penduduk dan fungsi yang terus
menerus ke bagian ini sudah dapat dipastikan bahwa daerah ini akan
mengalami perubahan-perubahan. Perubahan-perubahan inilah yang dapat
diartikan sebagai transformasi wilayah
a. Transformasi Spasial
Transformasi spasial wilayah peri urban dapat diartikan sebagai
transformasi wilayah yang terjadi di kawasan peri urban dilihat dari aspek
spasialnya. sebuah entitas yang terbentuk dari berbagai elemen wilayah dan
membentuk karakteristik yang dapat dibedakan dengan wilayah lainnya.
Dengan demikian transformasi wilayah dapat dikatakan merupakan perubahan
yang terjadi pada suatu wilayah dalam proses kurun waktu tertentu dari berbagai
aspek pada batasan teritorial tertentu (Yunus 2008)
Menurut Charles Colby (1993), mengemukakan bahwa dari waktu ke
waktu kota berkembang secara dinamis dan demikian pula pola penggunaan
lahannya. Perkembangan ruang merupakan manifestasi spasial dari
pertambahan penduduk sebagai akibat dari meningkatnya proses urbanisasi
maupun proses alamiah, yang kemudian mendorong terjadinya peningkatan
pemanfaatan ruang serta perubahan fungsi lahan.
Menurut pendapat beberapa ahli transformasi spasial dapat dilihat
dari indicator perubahan bentuk pemanfatan lahan (Yunus, 2008) dan
(Smailes, 1981), perubahan karaktersitik permukiman (Sargent 1976 dalam
giyarsih, 2009), tingkat aksesibilitas (S. R. Giyarsih 2009) serta perubahan
jumlah dan kepadatan penduduk (Hardati 2011)
-
16
Transformasi spasial yang terjadi pada suatu kawasan termasuk peri urban
tidak terlepas dari faktor yang ada diantaranya faktor akses jalan, peningkatan
jumlah penduduk, kebijakan pemerintah, harga lahan, serta peran developer.
Hal ini seperti yang ditemukan oleh (Predato 2012) dalam penelitianya yaitu
kebijakan pemerintah dalam perencanan, pelayanan umum, mobilitas dan
kesempatan membangun menjadi pemicu terjadinya transformasi spasial.
Adapun (Webster 2011) mengklasifikasikan faktor yang mempengaruhi
transformasi tersebut ke dalam kekuatan sentrifugal dan sentripetal perkotaan.
Kekuatan sentrifugal ini dapat berupa manufaktur, kemacetan, jalan lingkar,
dan harga lahan yang murah. Sementara kekuatan sentripetal dapat berupa jasa,
pariwisata, biaya energi, kesempatan membangun dan budaya.
Transformasi tidak berlangsung secara spontan dan menyeluruh.
Karakter transformasi suatu lingkungan sangat dipengaruhi oleh perubahan sosial
budaya. Transformasi itu sendiri memiliki bagianbagian dari sistem budaya
yang mudah terpengaruh dan ada yang merupakan inti yang cenderung
bertahan. Dalam hal ini unsur yang bersifat fisik cenderung lebih mudah
mengalami transformasi, sedangkan yang bersifat keyakinan dan kebiasaan akan
cenderung bertahan (Rapoport 1983)
Berdasarkan teori sektor yang diperkenalkan oleh Hoyt dalam Daldjoeni
(1998), dikemukakan bahwa pola perkembangan sebuah kota atau ekspansi kota
ke daerah pinggiran dapat terjadi dalam 3 bentuk yaitu perluasan mengikuti
sumbu atau jalur transportasi, daerah-daerah hinterland di luar kota semakin
lama semakin berkembang menjadi besar, dan terjadinya konurbasi atau
penggabungan daerah kota inti dengan pinggiran juga mengatakan bahwa pola
transformasi spasial dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu transformasi tinggi,
transformasi sedang, dan transformasi rendah.
Babcock (1933) dalam Yunus 2008 mengemukakan teori poros
menyatakan bahwa keberadaan poros transportasi akan mengakibatkan
pertumbuhan daerah kekotaan karena di sepanjang jalur ini berasosiasi dengan
mobilitas yang tinggi. Asumsi tersebut berimplikasi perkembangan zona-zona
-
17
yang ada di daerah sepanjang poros transportasi akan lebih besar dari zona yang
lain
Selama bertahun-tahun di mana dinamika yang tidak berkelanjutan seperti
urbanisasi yang tidak terencana atau suburbanisasi menyebar jauh ke pedalaman
perkotaan, dan pemerintahan belum memilikinya tujuan untuk mengatasi masalah
penggunaan lahan tersebut . Apalagi, karena fokus menyeluruh pada
pertumbuhan konsumsi lahan tambahan itu tidak dilihat sebagai masalah sama
sekali. Baru setelah pergantian milenium, penggunaan lahan itu terjadi
diidentifikasi sebagai masalah lingkungan atau dan akan membawa efek
keberlanjutan (Ellen Banzhaf 2011)
Di daerah perkotaan lahan sangat cepat pada percepatan konsumsi yang
membuat itu sumber daya langka dan berharga. Oleh karena itu diperlukan proses
transformatif untuk menangani penggunaan lahan yang logis dan bertanggung
jawab. Transformasi perkotaan sebagai fundamental, multi dimensi perubahan
pola penggunaan lahan perkotaan, perkembangan kependudukan, infrastruktur,
tata pemerintahan sebagai serta nilai, norma dan perilaku yang mapan. Fokus
utama adalah pada penggunaan lahan dan perubahannya
Transformasi perkotaan sebagai perubahan mendasar dan
multidimensional dalam penggunaan lahan perkotaan dan konsumsi pola lahan,
perkembangan populasi dan penyediaan infrastruktur,tata kelola pemerintahan
serta nilai-nilai dan norma-norma yang telah ditetapkan. Paling Yang penting bagi
kita adalah proses yang berkaitan dengan fenomena inisangat dinamis dan non
linier (Kabisch 2014)
b. Transformasi Sosial
Semakin dekat dengan kota, makin padat penduduknya. Hal ini sangat
terkait dengan preferensi pemukiman yang ditentukan oleh kedekatan dengan
tempat kerja. Kota sebagai pusat kegiatan berbagai aspek kehidupan manusia juga
berfungsi sebagai konsentrasi tempat kerja. Hal inilah yang mendasari preferensi
pemukiman suatu tempat. Kecenderungan untuk memperoleh kemudahan
-
18
mobilitas dari dan ke tempat kerja di daerah pinggiran diikuti oleh makin padatnya
penduduk ke arah kota (Sinha 1980)
Diadaptasi dari pemikiran evolutionis filsafat (Spencer) dan biologi
(Darwin), Mereka menafsirkan kota itu sebagai multi spesies ekosistem, di mana
sosial dan ekonomi kelompok berjuang untuk 'posisi ekologis'. (Park 1925) Di
dalam aspek spasial posisi wilayah ekologi adalah dekat dengan masing-masing
wilayahnya. Penempatan ruang dilakukan sebagai invasi berbeda etnis atau
pendapatan suatu kelompok atau organisasi tersier dalam sebuah lingkup wilayah
dan menggunakan konsep “invansi” atau “dominan”untuk menggambarkan fase
penempatan tersebut. (Burgess 1925) (Hoyt 1939) (Harris 1945)
(Yunus 2008) karakteristik Wilayah Peri-Urban yang mempunyai
attracting forces baik bagi penduduk perdesaan maupun penduduk perkotaan
telah mengakibatkan banyaknya pendatang baru baik berupa perorangan
maupun institusi. Wacana yang berkembang berkaitan dengan transformasi
sosial adalah dari sifat-sifat sosial kedesaan menjadi sifat-sifat kekotaan. Makin
dekat dengan lahan kekotan terbangun, maka makin kental suasana kekotaan
secara fisikal yang terlihat dan hal ini selalu berasosiasi secara spasial dengan
perubahan-perubahan sosial yang terjadi
Ada keragaman yang berkembang gaya hidup dan preferensi perumahan,
yang mungkin akan dominasi pinggiran kota sebagai manifestasi utama dari
'Hidup yang baik'. Di beberapa negara ada tanda-tanda dari kehidupan perkotaan
dan tren untuk kembali ke kota terdalam 'dari tepi' (Gratz 1998). Di ujung lain
Spektrumnya, ada ide baru di perkotaan dan desain lanskap menuju bentuk baru
integrasi perumahan dan alam dengan perspektif ekologis. Dan di banyak kota
konsentrasi baru bisnis dan jasa keuangan telah berkembang baik di beberapa
bagian kota dalam maupun di simpul transportasi yang mudah diakses di
pinggiran dari wilayah metropolitan. Ada di lokasi ini bahwa wilayah penggunaan
lahan multifungsi perkotaan kemungkinan besar akan berkembang.
-
19
c. Transformasi Ekonomi
(Michael P Todaro 2008) proses transformasi ekonomi atau perubahan
struktur perekonomian ditandai dengan menurunya pangsa sektor primer atau
sektor pertanian, meningkatnya pangsa sektor sekunder seperti sektor industri
dan pangsa sektor tersier atau jasa juga memberikan kontribusi yang
mengingkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi
Menurut Kuncoro (dalam (Wijaya 2014) teori pembangunan Arthur
Lewis pada dasarnya membahas proses pembangunan yang terjadi antara desa
dan kota, mengikutsertakan proses pembangunan yang terjadi antara kedua
tempat tersebut. Teori ini membahas pola investasi yang terjadi pada sektor
modern dan juga sistem penetapan upah yang berlaku disektor modern yang
pada akhirnya akan berpengaruh besar terhadap arus urbanisasi yang ada.
Urbanisasi ini salah satu faktor yang membentuk Wilayah Peri-Urban
(Yunus 2008) sejalan dengan perkembangan Wilayah Peri-Urban
sebagai akibat dari pengaruh pertambahan penduduk dan kegiatan, khususnya
kegiatan ekonominya juga mengalami perubahan. Pengaruh kegiatan ekonomi
kekotaan yang secara umum dikaitkan dengan kegiatan ekonomi berorientasi
nonagraris lambat laun akan semakin nyata terlihat. Transformasi kegiatan
ekonomi kedesaan menjadi kekotaan tampak dalam beberapa hal antara lain,
transformasi kegiatan perekonomian yang dilaksakan oleh penduduk asli dan
meningkatnya kegiatan perekonomian yang diprakarsai oleh penduduk
pendatang.
Lanjut (Yunus 2008) munculnya kegiatan perekonomian baru yang
diprakarsai oleh penduduk lokal merupakan respon rasional yang muncul
sebagai akibat perubahan fisikal yang terjadi dan bertambahnya penduduk.
Perubahan fisikal di Wilayah Peri-Urban khususnya yang berkaitan dengan
perubahan bentuk pemanfaatan lahan agraris menjadi non-agraris telah
mengakibatkan hilangnya sumber penghasilan petani dan hal ini akan
berakibat makin menurunya jumlah penduduk yang berstatus sebagai petani.
Semakin mendekati lahan kekotaan terbangun, semakin besar proporsi petani
yang berubah profesinya menjadi nonpetani. Beberapa kegiatan ekonomi yang
-
20
muncul antara lain kegiatan perdagangan dan kegiatan jasa. Sementara itu,
usaha yang banyak dilakukan oleh penduduk pendatang yaitu seperti
kompleks pemukiman, kompleks perkantoran, kompleks pendidikan, kompleks
perbelanjaan dan kompleks industri. Hal ini didasari Wilayah Peri-Urban
yang masih mempunyai lahan terbuka cukup leluasa untuk didirikanya
infrastruktur yang besar skalanya serta aksesbilitas yang memadai
C. Desain Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Design)
1. Konsep Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)
Menurut Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, pengertian wilayah adalah “ruang” yang merupakan kesatuan geografis
beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administrasi dan atau aspek fungsional. Berdasarkan
pengertian undang-undang tersebut, ada dua aspek yang harus diperhatikan
dalam konsep wilayah, yaitu : pertama, di dalam wilayah ada unsur-unsur yang
saling terkait yaitu ruang yang berfungsi lindung yang harus selalu dijaga
keberadaannya dan ruang yang berfungsi budidaya sebagai tempat manusia
melakukan kegiatannya untuk kelangsungan hidupnya, yang pada dasarnya
keduanya tidak dapat hidup dan berkembang serta survive (keberlanjutan)
sendiri-sendiri. Kedua, adanya pengertian deliniasi fungsi berdasarkan
koordinasi geografis (batasan berdasarkan titik-titik koordinat) yang
deliniasinya bisa wilayah administrasi (pemerintahan) atau wilayah fungsi
tertentu lainnya.Oleh karenanya, berdasarkan UU No. 26/2007, Wilayah harus
dibangun karena secara memiliki fungsi lindung dn fungsi budidaya.
Menurut Djakapermana (2010),1 pengembangan wilayah pada dasarnya
mempunyai tujuan agar wilayah itu berkembang menuju tingkat
perkembangan yang diinginkan. Pengembangan wilayah dilaksanakan melalui
optimasi pemanfaatan sumber daya yang dimilikinya secara harmonis, serasi
dan terpadu melalui pendekatan yang bersifat komprehensif mencakup aspek
1 Direktur Jenderal Penataan Ruang, 2003 Pengembangan Wilayah dan Penataan Ruang di
Indonesia. Tinjauan teoritis dan Praktis. Makalah pada Stadium General Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTNAS) Yogyakarta
-
21
fisik, ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan hidup untuk pembangunan
berkelanjutan. Sementara menurut aspek lingkungan kualitas hidup juga
bergantung pada status sosial ekonomi warga yang pada gilirannya mempengaruhi
perilaku penduduk.perilaku dan penggunaan lahan perkotaan. (Romero 2012)
digunakan vegetasi perkotaan tidak hanya mencakup indikator untuk penyediaan
dari beberapa layanan ekosistem. Mereka juga membahas sosio-
spasialkorespondensi penutup vegetasi ke kelas sosio-ekonomi perubahan
terutama urban sprawl, pertumbuhannya pola tata ruang kota dengan kepadatan
rendah, ekspansi luar yang besar, terpisah secara spasial penggunaan lahan,
pergeseran pengembangan kota , dan pengembangan komersial yang luas,
umumnya dianggap tidak kondusif untuk kualitas hidup yang baik di daerah
perkotaan (Burchell 2000)
Konsep pembangunan berkelanjutan pada dasarnya sudah menjadi
perhatian semua pihak (negara) di muka bumi ini. Berawal dari pernyataan
tentang pentingnya kesadaran segenap pihak tentang berbagi isu lingkungan
global, maka muncul istilah pembangunan berkelanjutan (Sustainable
Development). Pembangunan yang ditunjukkan untuk memenuhi kebutuhan
generasi sekarang tanpa mengorbankan kepentingan dimasa mendatang.
2. Konsep Compact City
Design berkelanjutan (sustainable design) yang merupakan bagian dari
pembangunan berkelanjutan dalam pelaksanaan perancangan memperhatikan
objek fisik, lingkungan binaan, dan fasilitas pelayanannya yang mematuhi prinsip-
prinsip sosial, ekonomi dan ekologi. Dengan demikian maka desain berkelanjutan
(sustainable design) adalah desain untuk mengatasi kondisi-kondisi yang terjadi
pada dewasa ini terkait dengan krisis lingkungan global, pertumbuhan pesat
kegiatan ekonomi dan populasi manusi, depresi sember daya alam, kerusaka
ekosistem dan hilangnya keanekaragaman hayati manusia. Desain berkelanjutan
(sustainable design) berusahan mengurangi dampak negatif lingkungan, kesehatan
dan kenyamanan penghuni bangunan, sehingga meningkatan kinerja bangunan.
Kota berkelanjutan (Sustainable City) adalah kota yang mampu memenuhi
kebutuhan masa kini tanpa mengabaikan kebutuhan generasi mendatang.Secara
-
22
umum pembangunan berkelanjutan (sustainable development) langsung
berintegerasi dengan lingkungan, ekonomi, dan sosial. Diagram berikut
menujukkan bagaimana integerasi lingkungan, ekonomi dan sosial.
Di banyak negara maju dewasa ini diyakini kota yang berkelanjutan adalah
bentuk kota yang kompak (Compact City). Hal ini pada dasarnya mengacu pada
pengalaan empiril. Ketika pembangunan yang berkelanjutan (sustainable
development) telah menjadi agenda global, banyak perencana tata ruang percaya
bahwa mereka telah mempunyai konsep yang berkelanjutan. Kota yang kompak
(compact city). Seperti yang diungkapkan adalah tempat yang menujukkan bentuk
perkontaan (urban form) yang kompak.
Sosial
Ekonomi
Sustainability
Compact City
konsentrasi kegiatan
insentifikas Transportasi
umum
kesejahteraan sosial
ekonomi Pertimbangan
Proses Menuju Kompak
penaikan Densitas
Penduduk
Komunitas
yang
Kompak
-
23
Kota kompak (compact city) tidak digagas sekedar untuk menghemat
konsumsi energi, tetapi juga diyakinilebih menjamin keberlangsungan generasi
yang akan datang. Dalam konsep kota kompak (compact city) tidak digagas yang
akan datang. Dalam konsep kota kompak (compact city) ini terdapat gagasan yang
kuat pada perencanaan urban containent, dimana menyediakan suatu konsentrasi
dari penggunaan campuran secara sosial berkelanjutan, mengkonsentrasikan
pembangunan dan merduksi kebutuhan perjalanan, hingga mereduksi emisi
kendaraan
Secara khusus Jabbareen mengkaji rumusan konsep dan pendekatan
sustainable yang difokuskan terhadap aspek bentuk kota (urban forms).
Menurutnya, paling tidak terdapat sedikitnya 7 pendekatan dalam rumusan
konsep sustainable urban forms, (Jabbareen, 2006) yaitu :
1. Compactness, tipologi lingkungan binaan, dalam bentuk bangunan
fungsional berstruktur kompak atau dekat satu sama lain dan efisien
dalam pemanfaatan ruang;
2. sustainable transport, merefleksikan perimbangan antara “the needs for
mobility and safety and with the needs for access, environmental quality,
and neighborhood livability”
3. Density, menyangkut ambang kepadatan penduduk atau “ the number of
people within a given area becomes sufficient to generate the interaction
needed to make urban functions or activities viable”
4. Mixed-landuse , merupakan keragaman penggunaan lahan atau “
heterogeneous zoning allow compatible landuse to locate in close
proximity to one another and thereby decrease the travel distance
between activities”
5. Diversity, dalam bentuk keragaman fungsi bangunan atau kawasan, mirip
dengan mix- landuse tetapi bersifat multidimensional;
6. Passive solar design , berkaitan dengan reduksi ketergantungan
terhadap energi panas “can make the optimum use of solar gain and
microclimatic conditions to minimized the need for space heating”
-
24
7. Greening, mempertahankan sumber daya alam secara integral “ to
embrace natures as integral to the city it self and to bring nature in to the
life of city, makes urban place appealing and pleasent.”
Ciri kota kompak menurut Dantzig da Saaty (1978) paling tiak dapat
dilihat dari 3 aspek yaitu bentuk ruang, dan fungsinya.
Form of Space 1. High-dense settlements
2. Less dependence of automobile (high density)
3. Clear boundary from surrounding area
Space Characteristic 4. Mixed land use
5. Diversity of life (complex land use)
6. Clear identity
Function 7. Social fairness (high dense settlements)
8. Self-suffiency of daily life
9. Independence of governance (clear
boundary)
Dari uraian diatas dpat disipulkan bahwa terdapat hubungan yang dekat
antara bentuk kota kompak (compact city) dan keberlanjutan (sustainability)
a. Pengurangan ketergantungan pada kendaraan bermotor
b. Penyediaan infrastruktur dan servis publik yang efisien
c. Komunitas yang aktif melalui hunian berkepadatan tinggi
d. Revitalisasi pusat kota
-
25
D. Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Variabel Metodologi Hasil
1. Nela
Agustin
Kurnainin
gsih , Iwan
Rudiarti
Analisis
Transformasi
Wilayah Peri-
Urban pada
Aspek Fisik
dan Sosial
Ekonomi
(Kecamatan
Kartasura)
Aspek Fisik
1. Perubahan Lahan
2. Harga Lahan
3. Aksesibilotas
4. Pelayanan Umum
Dasar
5. Sarana Infrastruktur
Aspek Sosial Ekonomi
1. Kependudukan
2. Ketenagakerjaan
3. Perilaku sosial
ekonomi masyarakat
Penelitian
kuantitatif
melalui survei
primer
(kuesioner dan
observasi
lapangan) dan
survei
sekunder
Sampel data
dengan tekhnik
proportionate
purposive
sampling
Pesebaran laju
transformasi
Wilayah
Terjadinya
perbedaan cepat
lambat laju
transformasi
pada tiap bagian
wilayahnya
Pada jangka
waktu 2002-
2012 arah sifat
kekotaan
2. Yusril
Ihza
Mahendra,
Wisnu
Pradoto
Transformasi
Spasial di
Kawasan Peri
Urban Kota
Malang
1. Guna Lahan
2. Kependudukan
3. Harga lahan
4. Akses jalan
5. Peran Developer
6. Kebijakan
Pemerintah
Pendekatan
Kuantitatif
dengan metode
analisis
Overlay
Analysis dan
kernel density
Terjadinya
ketidakmerataan
antar wilayah
yang diteliti
khususnya
perkembangan
secara spasial
3. I Putu
Praditya
Adi
Pratama
dan Putu
Gde
Ariastita
Faktor-faktor
pengaruh
urban
compactness
di Kota
Denpasar
Bali
1. Jumlah Penduduk
2. Luas lahan
terbangun
3. Luas lahan
permukiman
4. Luas lahan terbuka
hijau
penelitian ini
dilakukan
melalui
metode primer
dan sekunder.
Hasil
penelitian ini
dapat menjadi
masukan bagi
penelitian
lanjutan
terkait skenario
-
26
5. Luas wilayah
6. Niali proporsi
penggunaan lahan
7. Jumlah jenis
penggunaan lahan
8. Jumlah fasilitas
perkotaan
9. Standar
ketersediaan fasilitas
perkotaan (SNI 03-1773-
2004
dan intervensi
konsep kota
kompak dalam
merumuskan
bentuk struktur
dan pola ruang
Kota Denpasar
yang lebih
kompak dan
berkelanjutan
4. Sri Rum
Giyarsih
Pola Spasial
Transformasi
Wilayah di
Koridor
Yogyakarta-
Surakarta
1. Kepadatan penduduk
2. Pertumbuhan
penduduk
3. Presentase KK non
petani
4. Presentase lahan
terbangun
5. Ketersediaan fasilitas
sosial ekonomi
Analisis data
sekunder dan
observasi
langsung
dengan analisis
faktor
Terdapat
perbedaan
tingkat
transformasi
wilayah antar
tipe desa
disebabkan oleh
perbedaan
derajat
aksesibilitas
5. Dhimas
Prasetyo
Nugroho
Kajian
Transformasi
Spasial di
Peri Urban
koridor
Kartasura-
Boyolali
Memisahkan lahan
terbangun dan non-
terbangun
Kunci
interpretasi
citra
Uji omisi dan
komisi
Terjadi
perkembangan
permukiman di
Koridor
Kartasura-
Boyolali pada
tahun 2013
mempunyai tipe
clustered
medium density
-
27
E. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran
sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari
serangkaian masalah yang ditetapkan (Rodoni,2010). Berikut penjelasan dari
kerangka pemikiran dalam penelitian yang dilakukan.
Analisis Transformasi Spasial Sosial Ekonomi dan Kekompakan Kota (Compact City)
di Wilayah Peri Urban Kota Tangerang Selatan
Keterbatasan Lahan di Pusat Kota
Penduduk Lebih Memilih untuk Tinggal di Kawasan sekitar (Pinggir Kota)
Transformasi Spasial Transformasi Sosial
Ekonomi
Perubahan Penggunaan Lahan
1. Alih Fungsi Lahan
a. Penggunaan Lahan
Permukiman
b. penggunaan lahan kosong
2. Analisis Overlay Peta
Pergeseran Sektor Primer menjadi
sekunder dan tersier
a. Perubahan Sektor berdasarkan
penggunaan lahan
b. Perubahan sektor ditinjau dari
PDRB
c. Perubahan sektor berdasarkan unit
Potensi Unggulan
d. Perubahan Sektor berdasarkan unit
Fasilitas/ usaha Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Implementasi konsep kota berkelanjutan (Sustainable Design) untuk
mengidentifikasi Pembangunan yang Berkelanjutan (Sustanable Development)
Daya Tarik pusat kota untuk bermigrasi
1. Faktor Kependudukan
2. Keberadaan Pusat Aktivitas
3. Aksesbilitas
4. Peran Developer
5. Kebijakan Pemerintah
1. Ketenagakerjaan
2. Mata Pencaharian
3. Perubahan Pola Investasi
Compact City
-
28
Bab III
Metode Penelitian
A. Ruang Lingkup Penelitian
Secara umum, penelitian ini bersifat deskriptif-analisis. Jenis penelitian
ini berdasarkan rumusan masalah serta tujuan penelitian yaitu sifatnya
deskriptif kualitatif dan kuantitatif atau penelitian terapan yang di dalamnya
mencakup penelitian survey, yang berarti bahwa penelitian yang bertujuan
untuk menggambarkan keadaan/fakta serta fenomena perubahan pemanfaatan
lahan akibat transformasi spasial di kawasan peri urban di Wilayah Tangerang
Selatan yang terjadi saat ini dengan pendekatan kuantitatif yaitu melalui
perhitungan tabulatif dan analisis secara deskriptif. Penelitian ini menggunakan
basis data sekunder untuk analisis. Data sekunder yang dimaksud adalah data
Kabupaten/Kota, peta tematik dan peta penggunaan lahan secara berkala.
Penelitian literatur diperoleh dari survei instansi, hasil penelitian, jurnal, dan
makalah seminar. Adapun metode penelitian yang digunakan merupakan
gabungan antara studi literatur, analisis data sekunder, dan observasi lapangan.
Keseluruhan metode tersebut akan dibantu dengan teknik pemetaan dan
Sistem Informasi Geografis (SIG)
B. Populasi dan sampel
Populasi adalah keseluruhan segala subjek atau seluruh unit dalam
ruang lingkup penelitian. Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin
baik hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dan
karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas
yang ingin dipelajari sifat-sifatnya (Sudjana, 1992). sampel adalah sebagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Kete,2014). Sample adalah
bagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili
seluruh populasi (Arikunto, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah
keseluruhan data sekunder yang di peroleh dari survei yang dilakukan studi
literatur di wilayah Tangerang Selatan.
-
29
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan keseluruhan Wilayah Tangerang Selatan.
Wilayah Tangerang Selatan terdiri dari 7 kecamatan yakni Kecamatan Setu,
Kecamatan Serpong, Kecamatan Pamulang, Kecamatan Ciputat, Kecamatan
Ciputat Timur, Keccamatan Pondok Aren dan Kecamatan Serpong Utara.
Waktu penelitian ini berlangsung selama 4 (bulan) yakni dimulai pada minggu
pertama bulan Desember hingga bulan April. Waktu penelitian tersebut mencakup
waktu persiapan penelitian, tahapan pelaksanaan penelitian, hingga tahapan akhir
penyusunan skripsi.
D. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang di pergunakan dalam penelitian ini meliputi
data kualitatif dan kuantitatif, yang dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Data Kualitatif yaitu data yang bukan berentuk angka atau
menjelaskan secara deskripsi tentang kondisi ruang lingkup lokasi
studi secara umum.Yang termasuk dalam jenis data kualitatif ini
meliputi kondisi fisik lokasi studi, pola penggunaan lahan,
kebijakan pemerintah, serta kondisi persebaran sarana dan prasarana.
b. Data kuantitatif yaitu data yang menjelaskan kondisi lokasi
penelitian dengan tabulasi angka – angka yang dapat
dikalkulasikan untuk mengetahui nilai yang diinginkan. Adapun
jenis data yang dimaksud adalah luas wilayah, jumlah penduduk,
tingkat urbanisasi, jumlah dan jenis sarana-dan prasarana perkotaan,
serta data lainnya yang berhubungan dengan penelitian.
-
30
2. Sumber data
Data yang diperoleh kaitannya dengan penelitian ini bersumber dari
beberapa instansi terkait seperti Badan Perencanaan dan Pembangunan
Daerah (Bappeda) , Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Pertanahan (BPN)
Kota Tangerang Selatan , Kantor Kecamatan, Kantor Kelurahan. Sumber
data tersebut antara lain :
a. Internal
Sumber data internal, yaitu sumber data yang diperoleh dari obyek
penelitian yang didapatkan dengan cara wawancara, obeservasi, maupun
pengamatan di lapangan.
b. Eksternal
Sumber data eksternal, yaitu sumber data yang diperoleh selain dari
obyek penelitian baik dari dokumen-dokumen, buku-buku maupun
informasi-informasi dari pihak lain.
E. Pengumpulan Data
a. Data Primer
Data Primer yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan langsung
pada objek penelitian dilapangan melalui pengamatan, pencatatan atau
penelitian terhadap obyek penelitian di lapangan , data yang dimaksud
meliputi:
1) Kondisi eksisting penggunaan lahan
2) Pola persebaran dan kondisi sarana dan prasarana.
b. Data Sekunder
Data Sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung yaitu
melalui dokumentasi data dari buku-buku literatur mengenai Sistem
Informasi Geografis. melalui instansi -instansi terkait baik dalam bentuk
tabulasi maupun deskriptif. Jenis data tersebut antara lain :
1) Luas wilayah penelitian,
2) Jumlah penduduk,
3) Penggunaan lahan,
4) Kondisi fisik dasar
-
31
5) Ketersediaan Fasilitas
6) Profil Wilayah Penelitian
Data data yang tersedia dalam bentuk tabular saat ini harus
diintegerasikan kedala tabel- tabel yang saling terhubung satu sama lain,
yaitu dengan cara membuat database SIG. Database SIG ini sangat diperlukan
untuk membangun sistem informasi geografis karena didalam sisten informasi
geografis data adalah salah satu komponen utamanya. Data data tersebut
harus disimpan dalam layer-layer yang terpisah, layer-layer tersebut antara
lain:
1. Peta Wilayah Administrasi Tangerang Selatan hingga tingkat
kelurahan
2. Peta Rupa Bumi (RBI) Kota Tangerang (sebelum pemekaran)
3. Peta Geologi dan Jenis Tanah
4. Peta Topografi
5. Peta Jaringan Jalan
6. Peta Kawasan Strategis
7. Peta Sistem Perkotaan
8. Peta Kepadatan Penduduk
9. Peta Penggunaan Lahan Secara berkala (tahun 2011 dan tahun 2017)
Format peta tersebut berbentuk Shapefile berisi atribut-atribut peta Setelah data
data tersebut tersedia, maka hal ini memungkinkan untuk dapat melakukan
analisis spasial.
Data dan fasilitas yang dapat disediakan terdiri dari (dua) hal, yaitu:
a. Data Spasial Keruangan
yaitu data yang menunjukkan ruang, lokasi atau tempat di
permukaan bumi (peta). Peta Rupa Bumi (RBI) diperoleh dari Badan
Informasi Geospasial (BIG) dan Badan Perencaaan Pembangunan Daerah
(Bappeda)
b. Data Atribut (deskripsi)
yaitu data yang terdapat pada ruang dan tempat. Data atribut
diperoleh dari statistik, sensus atau tabular lainnya. Sumber data atribut
dalam penelitian ini diperoleh dari:
-
32
- Data Primer yang diperoleh dengan melakukan survei ke instansi terkait
- Data Sekunder yang diperoleh dengan cara mengumpulkan data-data
yang ada di instansi terkait.
F. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang benar-benar akurat,relevan, valid dan
reliabel akan penulis mengumpulkan data dengan cara :
a. Observasi
Pengumpulan data melalui pengamaatn dan pencatatan terhadap gejala
atau peristiwa yang diselidiki pada objek penelitian Metode ini akan
digunakan untuk memperoleh data deskriptif yang faktual, cermat, dan
terinci mengenai keadaan di lapangan (data primer).
b. Interview
Pengumpulan data melalui tatap muka dan tanya jawab langsung
dengan sumber data atau pihak-pihak yang berkepentingan yang
berhubungan dengan penelitian.
c. Studi pustaka
Untuk mencari teori/konsep yang dapat digunakan sebagai landasan
teori/kerangka dalam penelitian untuk mencari metodologi yang sesuai
dan membandingkan antara teori yang ada dengan fakta yang ada di
lapangan
G. Variabel Penelitian
Variabel dapat diartikan ciri dari individu, objek, gejala,
peristiwa yang dapat diukur secara kuantitatif ataupun kualitatif
(Sudjana, 1981). Variabel dipakai dalam proses identifikasi, ditentukan
berdasarkan kajian teori yang dipakai. Semakin sederhana suatu
rancangan penelitian semakin sedikit variabel penelitian yang digunakan.
Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
tabel berikut :
-
33
No. Rumusan Masalah Variabel
1. Perubahan Pemanfaatan
Lahan/ Transformasi
Spasial (alih fungsi lahan)
1. Perubahan pemanfaatan lahan secara
berkala
2. Aksesbilitas
3. Karakteristik Fasilitas sarana dan
prasarana yang tersedia
2. Faktor-Faktor yang
mempengaruhi Perubahan
Pemanfaatan Lahan/
Transformasi Spasial di
kawasan peri urban Kota
Tangerang Selatan
1. Faktor Sosial Ekonomi
-Perubahan sektor primer menjadi sektor
sekunder dan tersier
- Ketenagakerjaan dan Mata Pencaharian
- Perubahan Pola Investasi
3. Pembangunan
Berkelanjutan (Sustainable
Development)
1. Penerapan Kota Kompak (Compact City)
Identifikasi Penerapan Kota Kompak
(Compact City)
1. Kepadatan
-Kepadatan Penduduk
-Kepadatan Lahan Terbangun
-Kepadatan Lahan Pemukiman
2. Identifikasi hubungan faktor-faktor
Compact City
- ketersediaan fasilitas pendidikan
- ketersediaan fasilitas kesehatan
- Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau
- Ketersediaan perdagangan dan jasa
- presentase pertumbuhan penduduk
- presentase pertumbuhan permukiman
baru
3. Identifikasi Karakteristik dan Kesesuaian
Compactness
-
34
H. Metode Analisis Data
Untuk menjawab rumusan masalah serta sesuai dengan tujuan penelitian
maka digunakan metode analisis berupa :
A. Metode analisis untuk rumusan masalah pertama
1. Sistem Informasi Geografis (SIG)
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah alat-alat yang sangat baik
untuk visualisasi dan analisa da