kesejahteraan dalam perspektif ekonomi dan...

140
KESEJAHTERAAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI DAN SOSIO DEMOGRAFI DI KALANGAN PEDAGANG SAYUR : PASAR INDUK KRAMAT JATI, PASAR CIRACAS DAN PEDAGANG RUMAHAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Disusun Oleh Choirunnisa NIM: 11140840000025 JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M

Upload: nguyenthuan

Post on 03-Aug-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KESEJAHTERAAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI DAN SOSIO

DEMOGRAFI DI KALANGAN PEDAGANG SAYUR : PASAR INDUK

KRAMAT JATI, PASAR CIRACAS DAN PEDAGANG RUMAHAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh

Choirunnisa

NIM: 11140840000025

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1440 H/2019 M

ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

KESEJAHTERAAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI DAN SOSIO

DEMOGRAFI DI KALANGAN PEDAGANG SAYUR : PASAR INDUK

KRAMAT JATI, PASAR CIRACAS DAN PEDAGANG RUMAHAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh

Choirunnisa

NIM: 11140840000025

Di bawah Bimbingan

Pembimbing

Pheni Chalid, SF., MA., Ph.d

NIP. 195605052000121001

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1440 H/2019 M

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Kamis, 02 Mei 2018 telah dilakukan uji komprehensif atas mahasiswa:

a. Nama : Choirunnisa

b. NIM : 11140840000025

c. Jurusan : Ekonomi Pembangunan

Judul Skripsi : Kesejahteraan Dalam Perspektif Ekonomi Dan Sosio

Demografi Di Kalangan Pedagang Sayur: Pasar Induk

Kramat Jati, Pasar Ciracas Dan Pedagang Rumahan

Setelah melihat dan mempertimbangkan kemampuan yang bersangkutan selama

ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa yang bersangkutan

dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 02 Mei 2018

1. Dr. Pheni Chalid, M.A.

NIP. 195605052000121001

2. Arief Fitrijanto, S.Si., M.Si.

NIP.197111182005011003

iv

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini , telah dilakukan uji komprehensif atas mahasiswa :

a. Nama : Choirunnisa

b. NIM : 11140840000025

c. Jurusan : Ekonomi Pembangunan

Judul Skripsi : Kesejahteraan Dalam Perspektif Ekonomi Dan Sosio

Demografi Di Kalangan Pedagang Sayur: Pasar Induk

Kramat Jati, Pasar Ciracas Dan Pedagang Rumahan

Setelah melihat dan mempertimbangkan kemampuan yang bersangkutan selama

ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa yang bersangkutan

dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini.

Nama : Choirunnisa

NIM : 11140840000025

Jurusan : Ekonomi Pembangunan

Fakultas : Ekonomi Bisnis

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu

mengembangkan dan mempertanngungwabkan

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan

sumber asli atau tanpa izin pemilik karya

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab

atas karya ini

Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan

melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan ternyata memang

ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka

saya siap untuk dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di

Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 15 Februari 2019

Choirunnisa

11140840000025

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama Lengkap : Choirunnisa

2. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 04 Desember 1996

3. Alamat : Jl. Delima Jaya RT. 08 RW.02

No.07 Rempoa, Ciputat, Tangerang

Selatan.

4. Telepon : 089651709879

5. Email : [email protected]

6. Anak Ke Dari : 4 dari 4 bersaudara

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. SDI Nurul Islam Tahun 2002-2004

2. SDN 08 Jakarta Tahun 2004-2008

3. SMPN 164 Jakarta Tahun 2008-2011

4. SMAN 87 Jakarta Tahun 2011-2014

5. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014-2018

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. 2012 Seksi Bidang Kesegaran Jasmani dan Daya Kreasi

2. 2013 Sekertaris I OSIS

3. 2015 Anggota Devisi Olahraga dan Seni Himpunan Mahasiswa

Ekonomi Pembangunan

4. 2015 Panitia Lomba Catur dalam Kegiatan Pekan IESP

5. 2017 Anggota Devisi Penelitian dan Pengembangan DEMA FEB

6. 2017 Sekertaris Kuliah Kerja Nyata

IV. PRESTASI

1. 2013 Juara 3 lomba tari saman di mall casablanca

Se-JABODETABEK

2. 2013 Juara 1 lomba tari saman di SMAN 63 Jakarta

V. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : M. Dahlan

2. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 03 Mei 1954

3. Ibu : Muniroh

4. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 23 Maret 1962

5. Alamat : Jl. Delima Jaya RT. 08 RW.02

No.07 Rempoa, Ciputat, Tangerang

Selatan

6. Telepon : 081283616951

vii

ABSTRACT

The purpose of this research is to describe the level of vegetable trades

welfare from variables family finance, health quality, and religiosity. This

research uses Spearman Rank correlation method and cross tabulation. Data

collection technique was done by interview, observation and questionnaire,

through cluster sampling method as many as 60 samples. The results showed

that the family financial level, health quality, level of religiosity and level of

education are interrelated with the level of welfare with positif coefficient

direction. The relation between family finance level and the level of welfare is

0.676 with strong category. Quality of health with the level of welfare is 0.639

with strong category. While the level of religiosity with the level of welfare is

0.491 with medium category. Quality of education with a level of welfare is

0,480 with medium category.

Keywords: Family Finance, Health Quality, Religiusity, Education Quality,

Family Welfare, Vegetable Trades.

viii

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan tingkat

kesejahteraan pedagang sayur dilihat dari sisi tingkat keuangan keluarga, kualitas

kesehatan, tingkat religiusitas dan tingkat pendidikan. Penelitian ini menggunakan

pendekatan deskriptif dengan metode uji korelasi Spearman Rank dan tabulasi

silang (crosstabulation). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara,

observasi dan kuesioner, melalui metode cluster purposive sampling sebanyak 60

sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keuangan keluarga, kualitas

kesehatan, tingkat religiusitas dan tingkat pendidikan saling berhubungan dengan

tingkat kesejahteraan dengan arah koefisien yang positif. Hubungan tingkat

keuangan keluarga dengan tingkat kesejahteraan sebesar 0,676 dengan kategori

kuat. Kualitas kesehatan dengan tingkat kesejahteraan sebesar 0,639 dengan

kategori kuat, tingkat religiusitas dengan tingkat kesejahteraan sebesar 0,491

dengan kategori kuat, sedangkan kualitas pendidikan dengan tingkat kesejahteraan

sebesar 0,480 dengan kategori sedang.

Kata kunci: Keuangan Keluarga, Kualitas Kesehatan, Religiusitas, Tingkat

Pendidikan, Kesejahteraan Keluarga, Pedagang Sayur.

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ........................................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF ................................................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .................................................................... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................................. v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. vi

ABSTRACK ........................................................................................................................... vii

ABSTRAK ............................................................................................................................. viii

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... xv

DAFTAR TABEL .................................................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR............................................................................................................xiii

DAFTAR DIAGRAM ........................................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................................ 11

1. Tujuan Penelitian ...................................................................... 10

2. Manfaat Penelitian .................................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 13

A. Landasan Teori ......................................................................... 13

1. Kesejahteraan Keluarga ............................................................ 15

2. Keuangan Keluarga .................................................................. 20

3. Kesehatan .................................................................................. 23

4. Pendidikan ............................................................................... 25

5. Religiusitas ............................................................................. 26

6. Pedagang Pasar Tradisional .................................................... 27

7. Pasar Induk, Kramat Jati ......................................................... 30

8. Pasar Ciracas ........................................................................... 33

9. Pedagang Rumahan ................................................................. 33

B. Penelitian Terdahulu ................................................................. 37

C. Kerangka Pemikiran ................................................................. 38

D. Hipotesis Penelitian .................................................................. 38

x

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 40

A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 40

B. Metode Pentuan Sampel........................................................... 40

C. Metode Pengumpulan Data...................................................... 41

1. Preliminary Study.................................................................... 41

2. Studi Lapangan........................................................................ 41

3. Sumber Data............................................................................ 43

D. Metode Analisis Data.............................................................. 43

1. Uji Kualitas Data..................................................................... 44

2. Crosstabulation atau Tabulasi Silang...................................... 44

3. Uji Korelasi Spearman Rank................................................... 45

E. Operasional Variabel................................................................ 46

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN...................................... 51

A. Gambaran Umum Kota Jakarta Timur.......................................... 51

1. Pasar Induk, Kramat Jati.......................................................... 55

2. Pasar Ciracas............................................................................ 56

3. Pedagang Sayur Rumahan...................................................... 57

B. Deskripsi Responden.................................................................... 58

1. Deskripsi Responden Berdasarkan Usia.................................. 58

2. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin................... 54

3. Deksripsi Responden Berdasarkan Asal Daerah...................... 54

4. Deksripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir......... 55

5. Deksripsi Responden Berdasarkan Penghasilan...................... 56

6. Deksripsi Responden Berdasarkan Pola Kerja........................ 56

C. Hasil Uji Data Penelitian

1. Hasil Uji Kualitas Data............................................................ 63

2. Hasil Uji Tabulasi Silang (Crosstabulation)............................ 67

3. Hasil Korelasi Spearman Rank................................................ 77

BAB V PENUTUP............................................................................. 82

1. Kesimpulan.............................................................................. 82

xi

2. Saran .................................................................................... 83

DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 85

LAMPIRAN-LAMPIRAN..................................................................... 90

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1................................................................................................................... 6

Tabel 1.2 .................................................................................................................. 7

Tabel 2.1 ................................................................................................................ 31

Tabel 2.2 ................................................................................................................ 32

Tabel 3.1 ................................................................................................................ 46

Tabel 3.1 ................................................................................................................ 47

Tabel 4.1 ................................................................................................................ 52

Tabel 4.2 ................................................................................................................ 53

Tabel 4.3 ................................................................................................................ 54

Tabel 4.4 ................................................................................................................ 58

Tabel 4.5 ................................................................................................................ 59

Tabel 4.6 ................................................................................................................ 60

Tabel 4.7 ................................................................................................................ 60

Tabel 4.8 ................................................................................................................ 61

Tabel 4.9 ................................................................................................................ 62

Tabel 4.10 .............................................................................................................. 62

Tabel 4.11 .............................................................................................................. 64

Tabel 4.12 .............................................................................................................. 64

Tabel 4.13 .............................................................................................................. 65

Tabel 4.14 .............................................................................................................. 65

Tabel 4.15 .............................................................................................................. 66

Tabel 4.16 .............................................................................................................. 67

Tabel 4.17 .............................................................................................................. 75

Tabel 4.18 .............................................................................................................. 76

Tabel 4.19 .............................................................................................................. 77

Tabel 4.20 .............................................................................................................. 77

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 ................................................................................................................ 3

Gambar 1.2 ................................................................................................................ 4

Gambar 2.1 .............................................................................................................. 33

Gambar 4.1 .............................................................................................................. 51

Gambar 4.2 ............................................................................................................. 55

Gambar 4.3 .............................................................................................................. 56

Gambar 4.4 .............................................................................................................. 57

xiv

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 .............................................................................................................. 68

Diagram 4.2 .............................................................................................................. 69

Diagram 4.3 .............................................................................................................. 70

Diagram 4.4 .............................................................................................................. 71

Diagram 4.5 .............................................................................................................. 72

Diagram 4.6 .............................................................................................................. 73

Diagram 4.7 .............................................................................................................. 74

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian............................................................................. 89

Lampiran 2 Data Mentah Variabel ........................................................................... 93

Lampiran 3 Hasil Uji Validitas ............................................................................. 103

Lampiran 4 Hasil Uji Reabilitas ............................................................................ 108

Lampiran 5 Hasil Uji Tabulasi Silang .................................................................... 109

Lampiran 6 Hasil Uji Rank Spearman ................................................................... 112

Lampiran 7 Dokumentasi ........................................................................................ 113

xvi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena

atas nikmat dan karunia-Nya, penyusunan skripsi yang berjudul “Kesejahteraan

Dalam Perspektif Ekonomi dan Sosio Demografi di Kalangan Pedagang Sayur: Pasar

Induk Kramat Jati, Pasar Ciracas dan Pedagang Rumahan” ini dapat diselesaikan

dengan baik dengan waktu yang ditentuka. Shalawat kerinduan dan salam

penghormatan taklupa penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad Shalallu’alayhi

wa Salam, yang telah menuntun kita dan memberi suri tauladan yang baik. Semoga

kita termasuk umat yang kelak mendapatkan syafa’at di hari akhir nanti. Aamin ya

Rabbal’Alamiiin.

Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai kesulitaan dan

hambatan. Namun, kesulitan dan hambatan itu dapat diatasi dengan baik melalui

bantuan berbagai pihak. Oleh karenanya, penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis, diantaranya:

1. Ibu dan Bapak saya tercinta Ibu Muniroh dan Bapak Muhammad Dahlan

yang sudah memberikan dukungan moril maupun materil. Selain itu saya

ingin mengucapkan terima kasih kepada kakak-kakak saya tercinta yaitu

Bang Jujun, Kak iin, Bang Delfy, Kak Titi, Bang Basith, Kak Dian, Bang

Budi dan Kak Ita.

2. Bapak Dr. M. Arief. Mufraini, Lc, M. Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, semoga Bapak selalu

diberikan kesehatan oleh Allah SWT untuk dapat mengembangkan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis lebih baik lagi.

3. Bapak Arief Fitrijanto, M. Si dan Bapak Sofyan Rijal, M. Si selaku ketua

dan sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan

waktu, saran, dan semangat yang Bapak berikan kepada penulis.

4. Bapak Pheni Chalid, Ph. D selaku dosen pembimbing penulis yang telah

memberikan waktu, tenaga, pikiran, arahan, serta ilmu yang diberikan

kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah

xvii

memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis selama perkuliahan.

Selain itu, jajaran karyawan dan staf UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah melayani dan membantu penulis selama perkuliahan.

6. Sahabat dan Kakak tingkat Ekonomi Pembangunan. Terima kasih untuk

sahabat saya yang paling baik yang telah menemani dalam pencarian

kuesioner serta dukungan moril yang selalu diberikan selama pengerjaan

skripsi ini dibuat Kak Ahmad Zuhdi Abdillah, Sahabat saya dalam

tingkatan Ekonomi Pembangunan Effa Safirah, Ajelita Suherman,

Ulyatin Tidhomah Jamil, Nurul Istiqomah, Tiara Nurul Fadillah,

Christina Wulandari, Gilang Yoyo Ginata, Kak Subhan Irfansyah, Nurul

Fauziah, Ramadhian Wijayanti, serta lainnya yang telah membantu dan

mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi dengan baik dan lancar.

7. Sahabat 8icon dan cimit-cimit saya di Ekonomi Pembangunan yaitu

Varrah Ainun Istiqomah, Dwi Nurhartinah Pratiwi, Terryna Lady Desi,

Dhimas Setyanik, Yushi Septiana, Taufiq Achmarudin dan Kak Windi

Prabowo yang telah memberikan dukungan serta canda tawa selama

pengerjaan skripsi ini. Semangat untuk kalian semua, semoga Allah

mempermudah kita untuk meraih cita-cita kita di masa depan.

8. Sahabat SMPN 164 Jakarta yaitu Wulandari Retno Hidayah, Novia

Amanda Lestari, Siti Zulhaijah, Laras Kusuma Putri, Wahyen Diana,

Aprillia Dwi Anggraini, dan Ismaida Dwi Putri terima kasih untuk

samangat yang telah kalian berikan kepada penulis, semoga kalian semua

dipermudah Allah SWT dalam meraih masa depan kalian.

9. Sahabat SMAN 87 Jakarta yaitu Feny Darwati, Depy Andreani, Elsa

Yusna Alfiamita, Afika Rachmadhani, Herlinda Yenti, dan Faninda Nurul

Fatia terima kasih untuk dukungan, semangat serta motivasi yang

diberikan oleh penulis, semoga apa yang kita inginkan dipermudah oleh

Allah SWT.

10. Sahabat saya Coba lagi yaitu Effendi Zarkasih, Rahmad Hasibuan,

Varrah Ainun, terima kasih untuk canda tawa serta perhatian yang kalian

berikan kepada penulis. Semoga kelian semua selalu dalam lindungan

Allah SWT.

xviii

11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2014 yang telah

bersama-sama belajar, berbaur, bergaul serta berorganisasi selama

perkuliahan. Semoga cita-cita kalian dapat terwujud. Sukses untuk kalian

semua.

12. Teman-teman kelompok KKN Sejuta 122 yaitu Sulis, Nurul, Mufid, Tata,

Nabilla, Aini, Anggun, Lia, Sybil serta yang lainnya yang tidak bisa saya

sebutkan satu-persatu terima kasih telah memberikan motivasi kepada

penulis untuk menyelesaikan skripsi. Untuk kalian semua. Semangat!

13. Pedagang sayur Pasar Induk Kramat Jati, Pasar Ciracas, dan Pedagang

Sayur Rumahan di sekitar Kelurahan Kalisari, terima kasih untuk Ibu dan

Bapak yang sudah membantu saya dalam menjawab pertanyaan yang

saya berikan. Semoga Ibu dan Bapak selalu dalam perlindungan Allah

SWT dan selalu diberikan kelancaran rezeki dalam berjualan.

Skripsi ini penulis susun berdasarkan survey yang peneliti lakukan di Pasar

Induk Kramat Jati, Pasar Ciracas dan Pedagang Rumahan di sekitar Kelurahan

Kalisari. Skripsi ini sebagai salah satu persyaratan mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dalam memperoleh gelar sarjana yang telah ditetapkan oleh

pihak akademik.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan dan

penulisan skripsi ini. Oleh karenanya, penulis sangat meminta kritik dan saran

membangun dan kesempurnaannya skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini

bermanfaat bagi para pembaca dan penyusun.

Wassalamu’alaikun Wr.Wb

Tangerang, 4 Desember 2018

Choirunnisa

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengalaman pembangunan pada dasawarsa 1950-an dan 1960-an telah

melahirkan pandangan ekonomi baru dalam pembangunan. Seharusnya

pembangunan ekonomi dipandang sebagai proses multidimensi yang melibatkan

perubahan dalam struktur sosial, sikap masyarakat, lembaga nasional, percepatan

petumbuhan, pengurangan ketimpangan dan penanggulangan kemiskinan (Todaro

dan Smith, 2011: 236). Menurut Jhingan (2000:69) pembangunan ekonomi

merupakan salah satu upaya yang dilaksanakan pemerintah dalam menuju

pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat sehingga dalam setiap

perencanaan dan pembangunan selalu mempertimbangkan semua indikator ekonomi.

Kemajuan pembangunan yang selama ini lebih banyak dilihat dari indikator

ekonomi, seperti pertumbuhan ekonomi dan penurunan kemiskinan yang dinilai

belum cukup untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan yang sesungguhnya.

Indikator ekonomi tersebut pada umumnya diukur secara obyektif dengan

pendekatan berbasis uang (monetary-based indicators). Tingkat kesejahteraan

masyarakat dapat diukur dengan dua cara, yaitu 1) menggunakan indicator obyektif

dan 2) menggunakan indikator subyektif. Salah satu indikator kesejahteraan yang

mengukur capaian berdasarkan standar yang tidak sama untuk masing-masing

individu adalah indeks kebahagiaan.

Kebahagian merupakan bagian dari kesejahteraan manusia (dalam Todaro

dan Smith:300) mengemukakan bahwa “dalam pengertian kebahagiaan, utilitas dapat

dicakup dengan baik dalam daftar hal yang penting dan relevan dengan kesejahteraan

manusia”. Helliwell et al. (2013:45) juga berpendapat bahwa kebahagiaan

(happiness) merupakan bagian dari kesejahteraan manusia. Tingkat kebahagiaan

sejalan dengan tingkat pendapatan per kapita suatu negara, namun beberapa negara

berkembang seperti Indonesia memiliki ciri khas yaitu tingkat kebahagiaan lebih

tinggi dari pada pendapatan.

Berdasarkan hasil Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK), Badan

Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa Indeks Kebahagiaan Indonesia Tahun 2017

mencapai 70,69 pada skala 0-100. Indeks Kebahagiaan penduduk yang tinggal di

2

wilayah perkotaan cenderung lebih tinggi dibanding penduduk yang tinggal di

perdesaan, yaitu 71,64 dibanding 69,57. Semakin tinggi nilai indeks menunjukkan

tingkat kehidupan penduduk yang semakin bahagia. Sebaliknya, semakin rendah

nilai indeks menunjukkan tingkat kehidupan penduduk yang semakin tidak bahagia.

Indeks Kebahagiaan Indonesia tahun 2017, merupakan indeks komposit yang disusn

oleh tiga dimensi, yaitu Kepuasan Hidup (Life Satisfaction), Perasaan (Affect), dan

Makna Hidup (Eudaimonia).

Kontribusi setiap dimensi terhadap Indeks kebahagian di negara Indonesia

meliputi Kepuasan Hidup (Life Satisfaction) dengan persentase sebesar 34,80 persen,

Perasaan (Affect) sebesar 31,18 persen, dan makna Hidup (Eudaimonia) sebesar

34,02 persen. Dalam menganalisis ekonomi kebahagiaan atau yang sering disebut

dengan economic of happiness merupakan pendekatan dengan menilai kesejahteraan

seseorang dengan teknik yang digunakan oleh ekonom dengan analisis umum oleh

para psikolog psikolog (Landiyanto et al., 2010). Di dalam bukunya landiyanto

menjelaskan bahwa ekonomi kebahagiaan tidak untuk menggantikan pendapatan

untuk mengukur kesejahteraan melainkan untuk melengkapi pengertian dari

kesejahteraan itu sendiri.

Sebagai bagian bahkan tujuan hidup setiap individu, maka tentunya tingkat

kesejahteraan sesorang perlu dievalusi. Hal ini dimaksudkan agar kesejahteraan yang

dimiliki dapat terus dipertahankan bahkan ditingkatkan. Semakin tinggi tingkat

kesejahteraan maka semakin tinggi pula kebahagiaan seseorang dapat dicapai.

Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Indonesia menilai

bahwa angka kemiskinan di Indonesia memang selalu mengalami penurunan dari

tahun ke tahun. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk

miskin di Indonesai per Maret 2018 ialah sebanyak 25,95 juta penduduk, turun 1,82

juta penduduk dibandingkan dengan Maret 2017 yaitu sebesar 27,77 juta penduduk.

Melihat dari relatifitasnya memang dengan semakin tinggi pertumbuhan dan

perbaikan ekonomi di Indonesia, tentu dampak terhadap angka penurunan angka

kemiskinan akan cukup besar. Salah satu faktor penekan angka kemiskinan adalah

anggaran dari pemerintah berupa Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), Program

Keluarga Harapan (PKH) , Rastra, Dana Desa, dan program-program penekan

kemiskinan pemerintah lainnya. Jika bantuan yang diberikan pemerintah dapat

3

dijalankan secara efektif maka hal tersebut tidak akan hanya menekan angka

kemiskinan secara sesaat tetapi juga secara berkepanjangan.

Dengan banyaknya kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk menekan

kemiskinan yang terjadi di Indonesia maka pengangguran pun merupakan salah satu

masalah yang cukup besar dihadapi oleh banyak masyarakat di Indonesia, dimana

lapangan pekerjaan bagi masyarakat menengah kebawah dengan tingkat pendidikan

yang rendah masih sangat sulit untuk mendapatkan pekerjaan, sehingga munculah

sektor informal sebagai sektor pembantu yang mengolah sumber daya manusia yang

berlebih

Gambar 1.1

Jumlah Tenaga Kerja Formal dan Informal Indonesia

Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia 2017

Menurut data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistika (BPS)

ketenagakerjaan jumlah pekerja informal Indonesia lebih banyak dari pekerja formal,

presentase pekerja formal menunjukan peningkatan dari 37,3% di tahun 2012

menjadi 41,6% di tahun 2017, sedangkan presentase pekerja informal bertambah dari

57,94% di tahun 2016 menjadi 58,28% di tahun 2017. Di sektor informal, diakui

sering terjadi recovery khususnya sektor industri, namum belum terlalu signifikan

sehingga tidak terlalu mendongkrak sektor lapangan kerja formal, oleh sebab itu

popularitas sektor informal akan tetap menjadi tinggi dikarenakan sektor informal

tidak tergantung pada perekonomian internasional, modal yang besar maupun

keterampilan yang tinggi.

4

Gambar 1.2

Indikator Pasar Tenaga Kerja Formal dan Informal Menurut Status

Pekerjaan

Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia, 2017

Dari status pekerjaan utama yang terbanyak adalah sebagai

buruh/karyawan/pegawai yaitu sebesar 38,11 persen , diikuti dengan berusaha sendiri

sebesar 18,58 persen, berusaha dibantu buruh tidak tetap 16,48 persen, dan pekerja

keluarga atau tak dibayar 14,56 persen. Sementara penduduk yang bekerja dengan

status pekerja bebas di pertanian memiliki presentase paling kecil yaitu sebesar 3,60

persen. Dalam setahun terakhir (Februari 2017-Februari 2018), peningkatan

presentase penduduk bekerja tertinggi pada status berusaha sendiri sebesar 1,03

persen. Penurunan terjadi pada status pekerja bebas di pertanian sebesar 0,70 persen,

berusaha dibantu buruh tidak tetap sebesar 0,61 persen, dan pekerja keluarga atau

tidak dibayar sebesar 0,02 persen. Secara sederhana kegiatan formal dan informal

dari penduduk bekerja dapat diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan. Pekerjaan

5

formal mencakup status berusaha dibantu buruh tetap,buruh atau karyawan atau

pegawai.

Hal ini dapat memberikan gambaran bahwa sektor informal mampu

menyerap angkatan kerja. Hal ini karena entry ke sektor ini sangat mudah dan

keahlian yang dibutuhkan sangat terbatas. Sektor informal tumbuh sebagai akibat

dari lambatnya sektor formal menyerap tenaga kerja. Pertumbuhan penduduk yang

pesat menyebabkan sektor formal mengalami kesulitan menyediakan kesempatan

kerja bagi angaktan kerja baru. Terlepas dari itu sektor ini sebenarnya memberi

kontribusi terhadap perekonomian daerah. Memang pilihan untuk msuk ke sektor

informal bukanlah yang terbaik tapi merupakan pilihan kedua yang terbaik. Daripada

menunggu lebih baik masuk ke sektor ini walaupun dengan pendapatan yang tidak

terlalu besar.

Salah satu contoh pekerja informal yang berusaha sendiri adalah pedagang

sayur. Pedagang sayur dapat menjajakan barang dagangannya dimana saja, ada pula

pedagang sayur yang berjualan di pasar tradisional dimana pasar tradisional itu

sendiri adalah kumpulan pelaku ekonomi yang bergerak pada usaha dalam skala

mikro, dimana hanya sekedar berdagang dan melakukan investasi yang sangat sedikit

untuk memenuhi kebutuhan hidup di masa depan. Sedangkan pasar bagi pedagang

sayur adalah tempat mereka menggantungkan hidupnya beserta keluarganya dengan

kata lain pasar mempunyai peranan penting bagi pedagang. Selain itu pedagang

sayur juga memiliki beberapa tingkatan contohnya adalah pedagang dengan skala

besar seperti pedagang sayur di pasar induk, biasanya pasar induk merupakan tempat

pengepul berbagai jenis sayuran dimana para pembeli dapat membeli sayuran dengan

harga yang murah dan dapat dijual kembali, kemudian pedagang dengan skala

menengah pedagang ini biasanya membeli barang dagangan dengan skala yang lebih

kecil daripada pedagang besar, dan biasanya pedagang sayur pada klasifikasi ini

membeli barang dagangannya di pasar induk. Kemudian yang terakhir adalah

pedagang dengan skala kecil contohnya adalah pedagang rumahan, pedagang

rumahan biasanya membeli barang dagangan lebih kecil dari pedagang dengan skala

menengah.

DKI Jakarta merupakan Ibukota dari negara Indonesia, banyak pendatang

dari luar daerah ingin mencari pekerjaan di Jakarta. Menurut data dari BPS, Jakarta

6

merupakan salah satu tempat dengan jumlah pendatang baru paling banyak, dimana

rata-rata imigran yang masuk sebesar 7 persen. Oleh sebab itu banyak pula jenis

pekerjaan yang ada di Jakarta, salah satunya adalah pedagang sayur, dimana

pedagang sayur merupakan salah satu pekerja informal yang paling sering kita temui,

mulai dari penjual sayur yang berkeliling, berjualan di rumah, ataupun yang

mempunyai tempat berjualan seperti di pasar, adanya pedagang sayur ini pula yang

memudahkan para konsumen untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam hal

konsumsi.

Karena sifat pasar dan pedagang yang tidak dapat dipisahkan maka ada

beberapa retribusi yang dipungut oleh pemerintah daerah atas pelayanan atau

penggunaan fasilitas pasar, yang tujuannya untuk memberikan kenyamanan bagi

pedagang maupun pembeli. Retribusi pelayanan pasar ini diatur dalam UU No.28

Tahun 2009 yang menyatakan bahwa pungutan daerah atas jasa atau pemberian izin

tertentu khusus disediakan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi atau

badan. Biasanya tingkat penggunaan jasa retribusi pelayanan pasar ini diukur

berdasarkan tipe pasar, penggunaan tempat, jenis bangunan maupun jenis penjualan.

Sedangkan retribusi pasar grosir dan pertokoan adalah pasar grosir yang menjual

beberapa jenis barang yang disediakan atau diselenggarakan oleh pemerintah daerah.

Tabel 1.1

Pendapatan Menurut Jenis Retribusi pada APBD Kota DKI Jakarta

Jenis Retribusi Macam-Macam

Retribusi 2016 2017

Retribusi Jasa

Umum

Retribusi Pelayanan

Pasar 6,230,000,000

6,290,000,000

Retribusi Jasa Usaha Retribusi Pasar Grosir

dan atau Pertokoan 4,700,000,000

4,900,000,000

Sumber: www.djpk.kemenkeu.go.id

Pada tabel 1.1 diketahui bahwa nilai retribusi pelayanan pasar mengalami

kenaikan, dapat dilihat bahwa nilai retribusi di tahun 2016 sebesar 6.230.000.000

milyar rupiah hingga pada tahun 2017 mencapai 6.290.000.000 milyar rupiah, pada

retribusi jasa usaha dapat dilihat pula bahwa retribusi pasar grosir dan pertokoan

mempunyai nilai yang besar sampai saat ini mencapai 4.900.000.000 milyar rupiah

pada tahun 2017, hal ini menunjukan bahwa pedagang sayur juga berkontribusi

7

dalam memberikan pendapatan melalui retribusi daerah di kota DKI Jakarta.

Besarnya retribusi yang diberikan tidak terlepas dari banyaknya pasar yang berada di

DKI Jakarta.

Tabel 1.2

Jumlah Pasar yang Dikelola PT. Pasar Jaya Berdasarkan Sifat Kegiatan

Nama Kab/Kota Sifat Kegiatan Jumlah

Jakarta Selatan Grosir

Eceran

1

26

Jakarta Timur Grosir

Induk

Eceran

1

1

31

Jakarta Pusat Grosir

Eceran

1

38

Jakarta Barat Grosir

Khusus

Eceran

2

1

23

Jakarta Utara Eceran 25

Jumlah

150

Sumber: www.data.jakarta.go.id

Berdasarkan data pada tabel 4 diatas diketahui bahwa jumlah pasar yang

berada di DKI Jakarta cukup banyak yakni sekitar 150 pasar, jumlah pasar paling

banyak terdapat di Jakarta Pusat yaitu sekitar 39 pasar, kemudian pasar yang berada

di Jakarta Timur sebanyak 33 pasar dan di Jakarta Selatan mempunyai pasar sebayak

27 dan sisanya Jakarta Barat dan Jakarta Utara memiliki sekitar 25 pasar. Pasar yang

beroperasi di DKI Jakarta ini mempunyai waktu kegiatan mulai dari pagi hingga

larut malam, bahkan adapula yang buka hingga 24 jam, hal ini menjadi bukti bahwa

pasar mempunyai kaitan yang sangat erat bagi sebagian masyarakat, dimana biasanya

pasar selain tempat bertemu penjual dan pembeli pasar juga merupakan tempat untuk

memenuhi sebagian kebutuhan masyarakat sehari-hari terutama dalam kegiatan

konsumsi. Pengelola pasar di DKI Jakarta adalah PT. Pasar Jaya, dimana PT. Pasar

Jaya adalah perusahaan daerah milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang

melaksanakan pelayanan umum dalam pengelolaan pasar dan membina pedagang

pasar serta ikut membantu stabilitas harga dan kelancaran distribusi barang dan jasa.

8

Berdasarkan tabel di atas diketahui ada 4 jenis pasar berdasarkan kegiatan.

Pertama adalah pasar induk, dimana biasanya pasar ini menjadi tempat

pengumpulan, penyimpanan, pelelangan maupun penyaluran barang-barang sehari-

hari, kedua adalah pasar grosir dimana pasar ini menjual barang dalam jumlah

perkwintal, perton, pergros dll, ketiga pasar eceran dimana pasar ini merupakan jenis

pasar berdasarkan kegiatan yang paling banyak di Jakarta, hal tersebut dikarenakan

pasar eceran dapat menjual barang dengan jumlah yang sedikit misalnya perbuah,

perbatang maupun perkilogram, yang terakhir adalah pasar khusus dimana di dalam

pasar ini hanya menjual barang-barang tertentu misalnya suku cadang. Meskipun

jumlah pasar lebih banyak berada di Jakarta Pusat dibandingkan dengan Jakarta

Timur tetapi ada satu hal yang mengungguli Jakarta Timur yakni adanya Pasar Induk

Kramat Jati yang merupakan satu-satunya Pasar Induk yang terdapat di Jakarta

dimana Pasar Induk Kramat Jati juga sering disebut “Induk Besar”. Tujuan di

dirikannya pasar induk ini sebagai pusat perdagangan besar sayur-mayur dan buah-

buahan untuk menjamin kelancaran distribusi, pasar induk juga merupakan terminal

pengadaan dan penyaluran sayur serta buah-buahan yang akan berpengaruh kepaa

kegiatan perekonomian baik lokal maupun regional. Luas wilayah pasar ini sebesar

14.7 hektar meliputi luas bangunan sekitar 83.606 M2

dan luas parkir yakni 14.737

M2. Jumlah pedagang di Pasar Induk Kramat Jati hampir 1.000 pedagang yang terdiri

dari pedagang induk buah-buahan maupun pedagang sayuran dengan jumlah tempat

usaha sebanyak 1.835. Pasar Induk Kramat Jati juga merupakan tempat yang

strategis bagi para pedagang sayur untuk berbelanja sayuran dengan harga murah dan

terjangkau.

Ada pula Pasar Ciracas adalah salah satu pasar yang terletak di Jakarta

Timur, merupakan pasar dimana Pasar Ciracas berlokasi di Kelurahan Ciracas,

Kecamatan Ciracas. Dari jenis pasar menurut kegiatannya pasar ciracas termasuk

pasar eceran karena dalam proses jual beli yang dilakukan selama ini sebagaian besar

pembeli membeli barang dagangan dari penjual dalam bentuk eceran untuk

dikonsumsi sendiri atau dijual kembali dalam skala yang kecil. Pasar Ciracas

merupakan salah satu pasar yang dikelola oleh PD. Pasar Jaya dimana Perusahaan

Daerah Pasar Jaya didirikan berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Khusus Ibukota Jakarta No. 1b.3/2/15/66 pada tanggal 24 Desember 1966.

9

Kemudian yang terakhir adalah pedagang rumahan Pedagang Rumahan adalah orang

yang melakukan perdagangan dengan memperjualbelikan barang bukan hasil

produksi sendiri untuk mendapatkan keuntungan. Walaupun biasanya pedagang

rumahan hanya mendapatkan keuntungan sedikit dari hasil penjualan sayur, tapi

usaha berjualan sayur di rumah ini masih menjadi pilihan utama bagi banyak

masyarakat yang ingin berkerja di sektor informal, walaupun biasanya pedagang

sayur rumahan menjual sayuran dengan harga yang relatif lebih mahal dibandingkan

dengan harga di pasar, tetapi pedagang rumahan tidak sepi pembeli, karena peminat

masih sangat banyak, hal ini dikarenakan letak tempat berjualan yang relatif lebih

dekat dari rumah dibandingkan pasar. Pedagang rumahan dalam sampel penelitian

ini merupakan pedagang sayur yang berjualan di Kecamatan Pasar Rebo, Kelurahan

Kalisari, Jakarta Timur. Dimana jumlah penduduk di Kecamatan Pasar Rebo

mencapai 60.091 kepala keluarga, sedangkan di Kelurahan Kalisari mencapai 6.785

kepala keluarga. Dengan banyaknya jumlah kepala keluarga di kelurahan ini

membuat pedagang sayur selalu ramai dikunjungi oleh pembeli dan biasanya

pembeli sayur adalah ibu rumah tangga yang berlangganan dengan pedagang

rumahan tersebut.

Dari 3 pedagang diatas diketahui bahwa terdapat 3 stratifikasi pedagang

mulai dari pedagang dengan skala besar seperti pedagang di Pasar Induk Kramat Jati,

kemudian pedagang dengan skala menengah seperti pedagang sayur di Pasar Ciracas,

maupun pedagang dengan skala kecil seperti pedagang rumahan yang berjualan di

sekitar Kecamatan Pasar Rebo, Kelurahan Kalisari. Dari ketiga pedagang ini

diketahui bahwa kesejahteraan keluarga di antara ketiga pedagang sayuran tersebut

berbeda-beda. Dimana salah satu pengukuran tingkat kesejahteraan adalah tingkat

keuangan keluarga, dimana semakin tinggi tingkat pendapatan yang dihasilkan maka

semakin sejahtera. Dimana pendapatan yang dimaksud adalah terpenuhinya

kebutuhan anggota keluarga mulai dari kebutuhan pokok hingga kebutuhan non

pokok. Kemudian tingkat kesehatan dimana kesehatan merupakan hal yang paling

utama perlu dijaga selain penting untuk tubuh kita, kesehatan juga mempegaruhi

seseorang di dalam beraktifitas, dengan kondisi tubuh yang sehat dan kuat maka

segala macam kegiatan akan berjalan dengan lancar contohnya adalah pedagang

sayur dimana kondisi tubuh mereka amat sangat perlu dijaga. Dengan kondisi sehat

10

mereka akan bekerja dengan baik, sedangkan dengan kondisi sakit mereka tidak

dapat bekerja dan mendapatkan penghasilan, oleh sebab itu sangat penting menjaga

kesehatan saat berdagang salah satu caranya mulai dari mengkonsumsi makanan

yang bergizi hingga menjaga pola istirahat dengan baik. Lalu kemudian ada tingkat

religiusitas dimana hal tersebut sangat perlu diterapkan oleh pedagang sayur, dimana

tingkat religiusitas adalah tindakan perasaan dekat dengan Allah SWT dimana, hal

tersebut lah yang membuat tingkat kesejahteraan bukan hanya diukur melalui

pendapatan semata tetapi mensyukuri apa yang sudah di dapat. Karena penting

mensyukuri segala hal yang di dapat, tanpa itu semua maka kepuasan manusia

bersifat tidak terbatas. Yang terakhir adalah pendidikan, dimana pendidikan

merupakan salah satu jalan seseorang memperoleh kesejahteraan. Pedagang sayur

sendiri merupakan salah satu pekerjaan di sektor informal yang tidak membutuhkan

pendidikan yang tinggi oleh sebab itu banyak pedagang yang menginginkan anak-

anak mereka memiliki pendidikan yang tinggi, tujuan utamanya adalah supaya

mudah mencari pekerjaan dan mendapatkan penghasilan. Dengan adanya

penghasilan dari seorang anak diharapkan mampu membatu perekonomian keluarga

di masa yang akan datang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, perdagangan yang dilakukan oleh

pedagang sayur tidak dapat dipisahkan dari kontribusi pedagang sayur sebagai salah

satu sektor yang membantu perekonomian di suatu negara, sektor informal inilah

yang menduduki peringkat teratas dalam menyerap angkatan kerja, hal ini

dikarenakan masuk ke sektor ini sangatlah mudah. Namun karena pekerjaan di sektor

informal biasanya tidak memiliki penghasilan tetap serta di latar belakangi oleh

tingkat pendidikan yang rendah mereka seringkali dianggap sebelah mata bagi

masyarakat umum. Latar belakang mereka yang tidak memenuhi persyaratan tenaga

kerja formal menyebabkan mereka terpental dari struktur tenaga kerja formal.

Salah satu pekerjaan di sektor informal adalah pedagang sayur, pedagang

sayur hadir karena kurangnya resources dan keterampilan yang dimiliki, pedagang

sayur lahir karena adanya kemauan yang tinggi untuk menghasilkan pendapatan

dengan kemampuan serta keterbatasan yang dimilki, untuk bekerja di sektor ini

11

hanya perlu niat dan tekad yang besar untuk melakukan pekerjaan ini. Namun,

dengan pekerjaan ini tidak menjamin kesejahteraan mereka membaik. Pada nyatanya

terjadi perbedaan pendapatan antara pedagang sayur yang berjualan di Pasar induk

dengan pedagang sayur yang berjualan di Pasar ciracas dan pedagang rumahan.

Berdasarkan rumusan masalah yang sudah dipaparkan, maka dirumuskan

dalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana hubungan antara tingkat keuangan keluarga dengan tingkat

kesejahteraan keluarga pedagang sayur di Kota Jakarta Timur?

2. Bagaimana hubungan antara kualitas kesehatan dengan tingkat kesejahteraan

keluarga pedagang sayur di Kota Jakarta Timur?

3. Bagaimana hubungan antara tingkat religiusitas dengan tingkat kesejahteraan

keluarga pedagang sayur di Kota Jakarta Timur?

4. Bagaimana hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kesejahteraan

keluarga pedagang sayur di Kota Jakarta Timur?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian mengenai rumusan masalah dan pertanyaan penelitian,

maka tujuan penelitian ini dirincikan sebagai berikut:

1. Mengetahui bagaimana hubungan antara tingkat keuangan keluarga dengan

tingkat kesejahteraan keluarga pedagang sayur di Kota Jakarta Timur.

2. Mengetahui bagaimana hubungan antara kualitas kesehatan dengan tingkat

kesejahteraan keluarga pedagang sayur di Kota Jakarta Timur.

3. Mengetahui bagaimana hubungan antara tingkat religiusitas dengan tingkat

kesejahteraan keluarga pedagang sayur di Kota Jakarta Timur.

4. Mengetahui bagaimana hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat

kesejahteraan keluarga pedagang sayur di Kota Jakarta Timur.

D. Manfaat Penelitian

Penulis berharap hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi

pihak-pihak terkait yang memerlukan terutama bagi

12

1. Penulis, yaitu mendapati kesempatan untuk mengaplikasikan ilmu dan teori

yang diperoleh selama perkuliahan dengan mencoba mendeskripsikan secara

praktis dan sistematis.

2. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu penelitian ini diharapkan dapat

memberikan kontribusi dalam bentuk publikasi ilmiah yang mampu

memberikan informasi kepada khalayak umum.

3. Pemerintah Ibukota DKI Jakarta, diharapkan mampu memberikan informasi

yang berguna dalam membuat regulasi mengenai pedagang sayur baik dari

pedagang dengan skala besar maupun skala kecil

4. Pihak lain, penelitian ini diharapkan menambah khasanah ilmu ekonomi

khususnya ekonomi pembangunan. Selain itu, melengkapi kajian mengenai

tingkat kesejahteraan pedagang sayur melalui tingkat kesejahteraan.

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Kesejahteraan

Kesejahteraan adalah sesuatu hal yang bersifat subjektif dimana setiap

individu ataupun masyarakat memiliki tujuan dan cara hidup yang berbeda

tergantung faktor penentu kesejahteraan itu sendiri (BKKBN, 2009). Kesejahteraan

merupakan suatu kondisi dimana seluruh kegiatan jasmani dan rohani dapat

terpenuhi sesuai dengan taraf hidup (Badan Pusat Statistik, 2007), dimana status

kesejahteraan dapat diukur berdasarkan proposi pengeluaran rumah tangga

(Bappenas, 2000). Dimana kesejahteraan di dalam rumah tangga terjadi apabila

proposi pengeluaran kebutuhan pokok lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan

bukan pokok.

Beberapa para ahli juga telah memaparkan tentang beragam definisi

kesejahteraan yang pada umumnya bersifat relatif, tergantung dari suatu individu

tersebut menilai tentang arti kesejahteraan itu sendiri. Di dalam suatu pembangunan

ekonomi, kesejahteraan menjadi tolak ukur dan tidak dapat dipisahkan dari suatu

negara, hal ini karena suatu pembangunan ekonomi dapat dikatakan baik apabila

tingkat kesejahteraan masyarakat di negara tersebut baik. Menurut UU No.10 tahun

1992 pasal 3 ayat 2 menyebutkan bahwa pembangunan keluarga sejahtera diarahkan

paa pembangunan kualitas keluarga yang bercirikan kemandirian, ketahanan

keluarga dan kemandirian keluarga. Dimana keluarga dikatakan sejahtera apabila

terciptanya keadaan yang harmonis dimana kebutuhan jasmani dan sosial terpenuhi

dengan baik, dimana apabila ada sesuatu hambatan seperti masalah yang terjadi di

dalam keluarga dapat diatasi secara bersama (Soetjipto, 1992:50).

Dimensi kesejahteraan tidak hanya berupa ukuran yang terlihat tetapi dapat

pula tidak terlihat. Oleh karena itu ada beberapa istilah untuk menganalisis tingkat

kesejahteraan keluarga (Puspitawati, 2005:44) sebagai berikut:

1. Economic well-being: yaitu kesejahteraan ekonomi dimana indikator

pendukung adalah pendapatan GNP (Gross National Product), GDP (Gross

Domestic Product).

14

2. Social well-being, indikator kesejahteraan diukur menggunakan tingkat

pendidikan ( SD, SMP, SMA, PT; pendidikan non-formal paket A, B, C;

melek aksara atau buta aksara) dan status jenis pekerjaan (white collar =

elit/professional, blue collar = proletar/ buruh pekerja; mempunyai pekerjaan

tetap maupun pengangguran)

3. Physical well-being, yaitu kesejahteraan fisik: indikator utama yaitu status

gizi, kesehatan, tingkat mortalitas dan tingkat morbiditas.

4. Psychological/ spiritual mental, yaitu kesejahteraan psikologi; indikator

penilaian adalahsakit jiwa, tingkat stress, tingkat bunuh iri, tingkat

perceraian, tingkat aborsi, tingkat kriminal (pemerkosaan,

pencurian/perampokan, tingkat aborsi, tingkat criminal (pemerkosaan,

pencurian/perampokan, penyiksaan/ pembunuhan, penggunaan narkoba/

NAPZA.

a. Teori Kesejahteraan Todaro

Todaro (2003:235) berpendapat bahwa peningkatan pendapatan dapat

meningkatkan produktivitas dan pendapatan seluruh perekonomian. Bagi masyarakat

menengah ke bawah peningkatan pendapatan dapat digunakan untuk memperbaiki

kesejahteraan mereka, seperti perbaikan gizi hingga kesehatan, namun bagi

masyarakat kalangan atas peningkatan pendapatan biasanya dipergunakan untuk

membeli barang mewah seperti perhiasan, barang mewah ataupun dalam bentuk

pelarian modal (capital flight).

Teori todaro ini menyatakan kesejahteraan masyarakat menengah ke bawah

dapat digambarkan dari teratasinya kemiskinan, tingkat kesehatan yang baik, dan

pendidikan yang tinggi. Hal tersebut adalah gambaran dari peningkatan tingkat

pendapatan masyarakat golongan menengah ke bawah (Sugiarto, 2007:265).

Kesejahteraan suatu wilayah juga ditentukan dari ketersediannya sumber daya yang

meliputi sumber daya manusia (H), sumber daya fisik (K) dan sumber daya lain (R).

Ketiga sumber daya tersebut berinteraksi dalam proses pembangunan untuk

pencapaian pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan hidup

masayarakat. Todaro secara lebih spesifik membuat fungsi kesejahteraan W

(welfare) memiliki persamaan:

15

W= W (Y.I.P)

Keterangan:

W: Pendapatan per Kapita

I: Ketimpangan

P: Kemiskinan Absolut

Fungsi persamaan kesejahteraan tersebut mengasumsikan bahwa

kesejahteraan berhubungan positif dengan pendapatan per kapita, namun

berhubungan negatif dengan tingkat kemiskinan. Masalah yang ditimbulkan oleh

kemiskinan absolut sudah jelas membuat masyarakat tidak nyaman. Mungkin hal

itulah yang mendorong setiap agama menjelaskan bagaimana pentingnya bekerja

untuk menaggulangi kemiskinan (Sugiarto, 2007:265).

b. Teori Kesejahteraan Sosial dan Ekonomi

Teori kesejahteraan secara umum dapat diklasifikasi menjadi tiga macam,

yakni classical utilitarian, neoclassical welfare theory dan new contractarian

approach (Albert dan Hahnel, 2005:77). Pendekatan classical utilitarian melihat

bahwa kesenangan atau kepuasan dapat ditambah. Individu memiliki prinsip bahwa

meningkatkan sebaik mungkin kesejahteraa sendiri, sedangkan bagi masyarakt

peningkatan kesejahteraan kelompok merupakan hal yang paling tepat. Pendekatan

neoclassical welfare theory menjelaskan bahwa fungsi kesejahteraan merupakan

fungsi semua kepuasan individu. Perkembangan lainnya dalam teori kesejahteraan

sosial adalah munculnya new contractarian approach yang mengangkat adanya

kebebasan maksimum dalam hidup individu atau seseorang. Hal yang paling

ditekankan adalah dalam pendekatan new contractarian approach ini adalah individu

akan memaksimalkan kebebasannya untuk mengejar konsep mereka tentang barang

dan jasa tanpa adanya campur tangan.

2. Teori Indikator Keluarga Sejahtera

Menurut undang-undang nomor 52 tahun 2009 keluarga sejahtera adalah

keluarga yang dibentuk melalui pernikahan yang sah, dan mempu memenuhi

16

kebutuhan yang layak secara spiritual dan materil, yang berlandasakan kepada Tuhan

Yang Maha Esa, secara selaras dan seimbang antara anggota keluarga. BKKBN

mendefinisikan pendekatan kesejahteraan keluarga dengan membagi kreteria

keluarga di dalam 5 tahap, yaitu Keluarga Prasejahtera (KPS), Keluarga Sejahtera I

(KS-I), Keluarga Sejahtera II (KS-II), Keluarga Sejahtera III (KS-III), dan Keluarga

Sejahtera III plus (KS-III Plus). Dimana aspek keluarga ini dikumpulkan dengan

menggunakan 21 indikator.Faktor tersebut terdiri dari (1) pemenuhan kebutuhan

dasar (2) pemenuhan kebutuhan psikologi (3) kebutuhan pengembangan dan (4)

kebutuhan aktualisasi diri dalam berkontribusi bagi masyarakat di lingkungannya.

Dalam hal ini, kelompok yang dikatakan penduduk miskin oleh BKKBN adalah KPS

dan KS-I. Tingkat kesejahteraan keluarga dikelompokkan menjai lima tahapan,

yaitu:

a. Tahapan Keluarga Pra Sejahtera (KPS)

Yaitu keluarga dimana salah satu dari 6 (enam) indikator Keluarga

Sejahtera I (KS-I) tidak terpenuhi yakni indikator “kebutuhan dasar keluarga”

(basic needs).

b. Tahapan Keluarga Sejahtera I (KS-I)

Yaitu keluarga yang mampu memenuhi 6 (enam) indikator KS-I tetapi

tidak memenuhi 1 dari 8 indikator Keluarga Sejahtera II atau “kebutuhan

psikologis” keluarga.

c. Tahapan Keluarga Sejahtera II (KS-II)

Yaitu keluarga yang mampu memenuhi 6 indikator tahapan KS-I, 8

indikator KS-II dan 5 indikator KS-III, tetapi tidak memenuhi satu dari 5

indikator Keluarga Sejahtera III (KS-III ) atau indikator “kebutuhan

pengembangan”

d. Tahapan Keluarga Sejahtera III (KS-III)

Yaitu keluarga yang memenuhi 6 indikator tahapan KS-I, 8 indikator

tahapan KS-II, memenuhi 5 indikator KS-III tetapi tidak memenuhi 2

indikator Keluarga Sejahtera III Plus yaitu “aktualisasi diri”

e. Tahapan Keluarga Sejahtera III Plus (KS-III +)

Yaitu keluarga yang telah memenuhi 6 indikator KS-I, 8 indikator

KS-II, 5 indikator KS-III dan 2 indikator tahapan KS-III Plus.

17

A. Keluarga Pra-Sejahtera, yaitu keluarga yang tidak memenuhi satu dari 6

(enam) indikator Keluarga Sejahtera I (KS I) atau “indikator kebutuhan dasar

keluarga “basic needs).Berikut adalah indikator Keluarga Pra-Sejahtera:

1. Melaksanakan ibadah menurut agama masing-masing

2. Seluruh anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih

3. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian berbeda

4. Bagian terluas lantai rumah bukan dari tanah

5. Bila anak sakit atau PUS ingin ber-KB dibawa ke sarana kesehatan

B. Tahapan Keluarga Sejahtera I (KS-I) atau indikator “kebutuhan dasar (basic

neds) memiliki 6 indikator dari 21 indikator:

1. Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih.

2. Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda. Pengertian

memiliki pakaian yang berbeda adalah tidak hanya memiliki pakaian

satu pasang.

3. Rumah yang ditempati mempunyai atap, lantai, dan dinding yang

baik.

4. Bila sakit anggota keluarga akan dibawa kesarana kesehatan

Pengertian sarana kesehatan adalah sarana kesehatan modern, seperti

Rumah Sakit, Puskesmas, Apotek, Posyandu, ataupun lain

sebagainya.

5. Bila pasangan usia subur ingin ber KB pergi ke sarana pelayanan

kontrasepsi.

6. Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga wajib bersekolah.

B. Tahapan Keluarga sejahtera II (KS-II) atau indikator “kebutuhan psikologis”

keluarga memiliki 8 indikator dari 21 indikator keluarga sejahtera.

7. Anggota keluarga melaksanakan kegiatan ibadah dengan kepercayaan

masing-masing.

8. Kurang lebih dalam seminggu sekali keluarga makan

daging/ikan/telur.

18

9. Anggota keluarga memperoleh satu stel pakaian baru dalam kurun

waktu satu tahun.

10. Luas lantai rumah kurang lebih 8 m2

untuk setiap penghuni rumah.

Luas lantai 8 m2 adalah keseluruhan luas lantai rumah.

11. Keadaan sehat dalam tiga bulan terakhir.

12. Ada seseorang atau lebih anggota bekerja untuk memperoleh

penghasilan.

13. Seluruh anggota keluarga umur 10-60 tahun bisa baca tulisan latin.

14. Pasangan subur dengan dua anak atau lebih menggunakan alat/obat

kontrasepsi.

C. Tahapan Keluarga Sejahtera III (KS-III) atau indikator “Kebutuhan

Pengembangan” (developmental needs) memiliki 5 indikator dari 21 indikator

keluarga sejahtera:

15. Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama

16. Sebagian penghasilan ditabung dalam bentuk uang atau barang

17. Kebiasaan makan bersama kuarang lebih seminggu sekali

18. Keluarga ikut dalam kegiatan di lingkungan tempat tinggal

19. Keluarga memperoleh informasi dari surat kabar.

D. Tahapan Keluarga Sejahtera III Plus (KS-III Plus) atau indikator “aktualisasi

diri” (self asteem) memiliki 2 indikator dari 21 indikator keluarga sejahtera:

20. Keluarga secara teratur engan sukarela memberikan sumbangan

materil untuk kegiatan sosial

21. Ada anggota yang aktif sebagai pengurus perkumpulan

sosial/yayasan.

Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan dalam satu periode tertentu, Badan

Pusat Statistik (BPS) melakukan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Dimana

ada delapan indikator menurut Badan Pusat Statistik 2016.

1. Kependudukan

Majunya suatu negara dapat dilihat dari semakin sejahteranya

penduduk disuatu negara tersebut, dimana hal tersebut dipengaruhi

oleh kualitas sumber daya manusia. Apabila jumlah penduduk yang

19

besar tidak diimbangi dengan kualitas penduduk nantinya akan

menjadi masalah pembangunan bagi suatu negara. Jumlah penduduk

yang besar berarti memiliki dan mempunyai kebutuhan yang besar

akan berbagai macam fasilitas dasar, kependudukan yang besar juga

harus mempunyai lapangan pekerjaan yang memadai sehingga dapat

mencukupi kebutuhan lapangan pekerjaan dengan banyaknya jumlah

penduduk yang mencari pekerjaan oleh sebab itu pemerintah perlu

mempersiapkan sarana dan prasarana untuk menjamin kebutuhan

dasar seluruh masyarakat Indonesia.

2. Kesehatan

Kesehatan merupakan hak setiap warga yang diatur dalam

konstitusi, dimana salah satu indikator keberhasilan dalam

pembangunan kesehatan adalah kematian bayi, dimana angka terbaik

bagi suatu pengukuran kesejahteraan di dalam suatu negara adalah

sedikitnya jumlah kematian bayi di suatu negara. Upaya pemerintah

banyak dilakukan untuk mengatasi hal ini salah satunya adalah

meningkatkan akses masyarakat terhadap fasilitas kesehatan dan

meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas,

merata serta terjangkau.

3. Pendidikan

Ada beberapa indikator output yang dapat menunjukan kualitas

pendidikan SDM antara lain Angka Melek Huruf (AMH), Tingkat

pendidikan, Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Pasrtisipasi

Kasar (APK), dan Angka Partisipasi Murni (APM). Dimana indikator

tersebut diperlukan dalam pengukuran kualitas pendidikan, dimana

nantinya pendidikan membantu kemajuan bangsa dengan

menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

4. Ketenagakerjaan

Berbagai masalah bidang ketenagakerjaan yang dihadapi

pemerintah antara lain tingginya tingkat pengangguran, rendahnya

perluasan kesempatan kerja yang terbuka, rendahnya kompetensi dan

produktivitas tenaga kerja, serta masalah pekerja anak. Beberapa

20

indikator yang menggambarkan ketenagakerjaan antara lain Tingkat

Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Tingkat Pengangguran Terbuka

(TPT), persentase pengangguran menurut tingkat pendidikan,

persentase penduduk yang bekerja menurut kelompok lapangan usaha,

persentase pekerja menurut kelompok upah/gaji/pendapatan bersih

dan persentase pekerja anak.

5. Taraf dan Pola Konsumsi

Salah satu indikator yang dapat menggambarkan keadaan tingkat

kesejahteraan penduduk adalah dengan melihat pengeluaran rumah

tangga. Pengeluaran rumah tangga dibedakan menurut kelompok

makanan dan non makanan. Semakin tinggi tingkat pendapatan maka

porsi pengeluaran akan bergeser dari pengeluaran makanan ke

pengeluaran non makanan

6. Perumahan dan Lingkungan

Rumah merupakan satu diantara kebutuhan primer, kebutuhan

yang paling mendasar yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan

manusia sekaligus merupakan faktor penentu indikator kesejahteraan

rakyat. Rumah selain sebagai tempat tinggal, juga dapat menunjukkan

status sosial seseorang, yang berhubungan positif dengan

kualitas/kondisi rumah.

7. Kemiskinan

Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi

ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan

makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Penduduk miskin adalah

penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di

bawah garis kemiskinan (BPS, 2016).

8. Sosial Lainnya

Perkembangan zaman telah memaksa masyarakat untuk

beradaptasi terhadap semua perubahan-perubahan yang terjadi, baik

perubahan ke arah positif maupun negatif. Tingkat kebutuhan mulai

mengalami pergeseran, dari kebutuhan sekunder atau tersier menjadi

kebutuhan primer, seperti berlibur atau berwisata.

21

2. Keuangan Keluarga

Keuangan keluarga perlu diatur dengan baik dimana cara

mengatur keuangan keluarga dengan teratur dan cermat perlu melalui

tahap perencanaan dan pelaksanaan. Dimana ekonomi yang teratur

merupakan salah satu syarat dalam mencapai ketentraman jiwa

seluruh anggota keluarga. Pengelolaan dalam keuangan keluarga

memegang peranan penting dalam menentukan tingkat kemakmuran

ekonomi sebuah keluarga. Pengelolaan keuangan yang dimaksud

dalam hal ini adalah perencanaan keuangan. Dalam sebuah

perencanaan keluarga terdapat daftar pemasukan dan pengeluaran

uang secara terperinci, adanya daftar yang terperinci orang tua sebagai

manager keuangan keluarga akan mendeteksi adanya penyimpangan

rencana keluarga.

1. Pendapatan

Menurut Wijayanto (1999:5) pendapatan keluarga adalah

pendapatan yang diperoleh seluruh anggota keluarga yang bekerja.

Pendapatan keluarga dalam hal ini merupakan kombinasi dari

pendapatan anggota keluarga, yaitu ayah selaku kepala keluarga, ibu,

maupun anak jika sudah dapat mengahasilkan pundi-pundi rupiah.

Setiap masyarakat membutuhkan pendapatan untuk dapat membiayai

kehidupan individu maupun keluarganya. Menurut Reksoprayitno

(dalam Ardhianto, 2015:34), pendapatan adalah jumlah penghasilan

yang diterima oleh para anggota masyarakat untuk jangka waktu

tertentu sebagai balas jasa atau faktor-faktor produksi yang telah

disumbangkan. Sedangkan menurut BPS pendapatan rumah tangga di

dapat melalui menjual atau mengelola faktor-faktor produksi tersebut

untuk memperoleh balas jasa. Balas jasa atau imbalan tersebut adalah

upah, sewa, bunga dividen, dan laba yang merupakan komponen

penerimaan atau pendapatan rumah tangga. Rumah tangga dapat pula

dilihat dalam perspektif ekonomi yang dibagi berdasarkan lima

22

kondisi dari kondisi sehat sampai kondisi paling sehat (Wiyono,

2014:3) yaitu:

1. Surplus Pendapatan

Dimana pendapatan lebih besar dibandingkan dengan

pengeluarannya.

2. Mempunyai Tabungan

Rumah tangga yang surplus belum dapat dikatakan sebagai rumah

tangga yang sehat apabila di dalam rumah tangga tersebut belum

memiliki tabungan, karena tabungan diperlukan untuk mencukupi

kebutuhan luar yang tidak terduga.

3. Mengikuti Program Asuransi

Rumah tangga pada tingkatan ketiga adalah rumah tangga yang

sehat dimana pada tingkatan ini rumah tangga memiliki program

asuransi.

4. Mempunyai Jaminan Keuangan di Hari Tua

Rumah tangga pada tingkatan keempat ini mempunyai jaminan

keuangan di hari tua, dimana kondisi ini sangat diperlukan dilihat

dari kehidupan di masa depan yang tidak bisa di prediksi.

5. Mempunyai Investasi

Kesehatan rumah tangga yang paling tinggi terlihat pada tingkatan

ini, dimana puncak kesehatan ditandai dengan investasi yang

berkembang dengan baik.

2. Pengeluaran

Menurut Badan Pusat Statistik (2008) peneluaran keluarga

dibedakan menjadi pengeluaran pangan nan pengeluaran non pangan.

Pengeluaran pangan meliputi tingkat konsumsi terhadap bahan

pangan misalnya padi, sayuran, daging, telur maupun buah-buahan,

sedangkan pengeluaran non pangan meliputi biaya untuk perumahan,

barang dan jasa, pakaian, dan lain sebagainya. Dengan kondisi

masyarakat dengan pendapatan yang terbatas, kebutuhan pangan akan

lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran non pangan, seiring

23

dengan peningkatan pendapatan yang didapatkan maka lambat laun

akan terjadi pergeseran pola pengeluaran, yaitu penegeluaran yang

digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan akan mengelami

penurunan, sedangkan kebutuhan yang dibelanjakan untuk non

pangan akan meningkat, hal ini mengindikasikan perubahan tingkat

kesejahteraan masyarakat. (Badan Ketahanan Pangan, 2010).

3. Pengelolaan Keuangan

Pengelolaan keuangan di dalam keluarga merupakan

keharusan dimana pengelolaan keluarga memiliki implementasi yang

lebih luas karena yang terlibat bukan hanyalah diri sendiri melainkan

yang terlibat ada suami atau istri, anak-anak, bahkan mungkin

orangtua maupun mertua. Oleh sebab itu di dalam keluarga

pengelolaan keuangan sangatlah dibutuhkan “keterbukaan” agar

masing-masing individu tidak saling menyalahkan ataupun

mencurigai satu sama lain. (Evelyn G. Massaya, 2014). Perencanaan

keuangan merupakan seni pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh

individu atau keluarga untuk mencapai tujuan yang efektif, efisien,

dan bermanfaat, sehingga keluarga tersebut menjadi keluarga yang

sejahtera (OJK, 2016: 06) Pengelolaan keuangan keluarga amatlah

dibutuhkan, dengan adanya pengelolaan yang baik maka tujuan

finansial masa depan kita dapat tercapai.

3. Kesehatan

Kesehatan merupakan suatu kondisi bahagia dari badan, jiwa dan

sosial yang diupayakan untuk selalu dijaga, dipelihara maupun ditingkatkan

supaya lebih baik lagi, karena dengan hidup sehat maka tubuh akan lebih

produktif sehingga dalam menjalankan kehidupan sehari-hari akan lebih

terasa mudah. Dalam Undang-undang No 23 tahun 1992 kesehatan

merupakan keadaan dimana badan, jiwa dan sosial dalam keadaan sejahtera

dimana dengan kondisi badan yang baik makasetiap orang akan hidup lebih

24

produktif. Kesehatan juga tidak dapat diukur melalui aspek fisik, mental dan

sosial saja melainkan dapat diukur dari sisi produktivitas dimana pada sisi ini

melihat pekerjaan yang menghasilkan pendapatan merupakan tolak ukur

paling utama, (Soekirdjo Notoadmodjo, 2007: 3)

Menurut (WHO, 1948) kesehatan merupakan keadaan sejahtera dalam

fisik, mentalmaupun sosial tanpa ada keluhan sama sekali (cacat atau sakit).

Kesehatan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penampilan

dan kebugaran tubuh. Oleh karean itu setiap manusia pasti selalu mengingkan

kehidupan yang sehat, ada beberapa aspek prilaku untuk menuju pola sehat

dengan 2 hal sebagai berikut:

1. Prilaku hidup bersih dan sehat

Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan salah satu

bentuk wujud dari paradigma kesehatan dalam individu seseorang.

Keluaraga yang ingin memiliki hidup sehat akan bertujuan untuk

meningkatkan, memelihara dan melindungi kesehatannya baik

secara fisik, mental, spiritual maupun sosial, (Depkes RI, 2009).

2. Penerapan prilaku hidup bersih dan sehat

Prilaku hidup sehat bersih dan sehat adalah upaya memberikan

pengalaman dan pembelajaran bagi individu, keluarga, kelompok

bahkan masyarakat untuk dapat mengatasi masalahnya sendiri

dengan menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga,

memelihara dan meningkatkan kesehatannya, (Notoadmodjo,

2007)

a) Makan dengan menu yang seimbang (appropriate diet). Menu

seimbang disini yakni menu yang berkualitas yaitu menu yang

mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan dalam tubuh.

b) Olahraga dengan teratur, mencakup kualitas (gerakan), dan

kuantitas dalam arti frekuensi dan waktu yang digunakan

untuk berolahraga.

c) Istirahat dengan cukup

d) Mengendalikan stress

25

e) Prilaku atau gaya hidup yang positif bagi kesehatan, misalnya

tidak berganti-ganti pasangan dalam berhubungan.

Adapula pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah

Program Indonesia Sehat. dimana Sasaran pokok kesehatan terdapat dalam

RPJMN 2015-2019 yaitu:

a) Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak

b) Meningkatnya pengendalian penyakit

c) Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan

rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan

d) Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui

Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan

e) Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin

f) Meningkatkan reponsivitas sistem kesehatan

4. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu indikator pembangunan dan kualitas

sumber daya manusia, dimana sumber daya manusia tergantung dari kualitas

pendidikan. Pendidikan bahkan sarana paling efektif untuk meningkatkan

kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat, serta dapat mengantarkan

bangsa mencapai kemakmuran. Dalam kegiatan suatu ekonomi, sektor formal

dibutuhkan sesuai strata pendidikan yang dimiliki calon tenaga kerja. Oleh

sebab itu maka pendidikan merupakan modal utama dan penting bagi

individu untuk memasuki persaingan bursa kerja (Chalid, 2005: 101-102).

Hal tersebut diungkapkan pula oleh Todaro, (2003:404) bahwa pendidikan

memainkan peran kunci dalam membentuk kemampuan sebuah negara

berkembang untuk menyerap teknologi modern dan untuk mengembangkan

kapasitas pertumbuhan dan pembangunan yang berkelanjutan. Sedangkan

dalam Undang-undang Susdiknas No.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1

menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan proses pembelajaran peserta didik secara aktif untuk

mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan dalam bidang

26

spiritual, kepribaian diri, pengendalian, kecerdasan, dan akhlak mulia yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa maupun negara.

Pengertian dalam Undang-undang susdiknas menjelaskan bahwa

proses pendidikan merupakan proses belajar seseorang untuk

mengambangkan kemampuan, sikap bahkan tingkah laku sesuai dengan

lingkungannya. Hal ini sependapat dengan (Muhammad Saroni, 2011: 10)

dimana pendidikan merupakan proses kehidupan untuk menyeimbangkan

kondisi dalam diri dengan kondisi luar diri. Proses penyeimbangan ini disebut

bentuk survive yang dilakukan diri sendiri untuk dapat mengikuti setiap

kegiatan yang berlangsung di dalam kehidupan. Peranan lingkungan dan

keluarga juga mempunyai arti penting dengan prestasi yang di dapatkan oleh

individu di dalam pendidikan. Hal itu karena proses pendidikan terjadi karena

interaksi antar individu dengan lingkungan. Dimana pelaksanaan pendidikan

terbagi menjadi tiga, yaitu pendidikan formal, pendidikan informal, dan

pendidikan non formal.

Proses pendidikan harus diperhatikan di dalam keluarga karena

keluarga merupakan proses awal terbentuknya pendidikan oleh karena itu

keluarga tidak boleh menyepelekan kualitas pendidikan. Menurut BKKBN

tahun 1996 dalan Euis (2006:21) keluarga diartikan sebagai institusi utama

pengembangan SDM dimana keluarga memiliki peranan penting dalam

menghasilkan prestasi anak dimana keluarga yang berpendidikan akan

menghasilkan pola asuh yang berbeda terhadap anaknya. Peran keluarga juga

berhubungan dengan fungsi cinta kasih dimana hal tersebut dapat

memberikan lingkungan psikologi yang sehat bagi semua anggota keluara

untuk berkembang untuk mencapi potensi optimum.

5. Religiusitas

Menurut Nasution pengertian agama berasal dari kata al-Din, religi

(relegere, religare) dan agama, Al-Din (sempit) dalam undang-undang

ataupun hukum. Agama (Religi) mengandung arti ikatan yang harus dipegang

atau dipatuhi manusia. Agama selain menjadi motivasi dan nilai etik juga

merupakan harapan. Dimana motivasi mendorong seseorang untuk berkreasi,

27

berbuat kebajikan maupun pengorbanan, sedangkan nilai etik mendorong

seseorang untuk menepati janji dan amanat sedangkan harapan mendorong

seseorang untuk bersikap ikhlas dalam menerima cobaan, sikap itulah akan

terasa secara mendalam jika bersumber dari keyakinan terhadap agama

(Jalaluddin, 2010)

Menurut Glock & Stark seperti dikutip oleh Djamaluddin Ancok dan

Fuad Nashori, terdapat lima macam dimensi keagamaan, yaitu:

a) Dimensi keyakinan (ideologi), dimensi ini berisikan harapan-

harapan dimana seseorang yang religius berpegang teguh pada

teologis tertentu. Dimensi ini mencakup hal-hal seperti keyakinan

terhadap rukun iman, percaya terhadap Tuhan, pembalasan hari

akhir.

b) Dimensi peribadatan atau praktek agama (ritualistik), yang

termasuk di dalam dimensi ini mencakup sholat, puasa, zakat,

ibadah haji, I’tikaf, ibadah qurban, serta membaca Al-Qur’an.

Dimana dimensi ibadah ini dapat diketahui dari sejauh mana

tingkat kepatuhan seseorang dalam mengerjakan kegiatan-

kegiatan ibadah sebagaimana yang sudah diperintahkan di dalam

agama.

c) Dimensi pengalaman, aspek ini berkaitan dengan kegiatan

pemeluk agama untuk merealisasikan ajaran agama dalam

kehidupan sehari-hari seperti berbuat baik terhadap lingkungan

sekitar, memperjuangkan kebenaran dan keadilan serta menolong

sesame makhluk.

d) Dimensi ihsan (penghayatan), dimensi ini berkaitan dengan

seberapa jauh seseorang merasa dekat dan dilihat oleh Tuhan

dalam kehidupan sehari-hari. Dimensi ini mencakup pengalaman

dan perasaan dekat dengan Allah.

e) Dimensi Pengetahuan, aspek ini berkaitan dengan pengetahuan

dan pengalaman seseorang terhadap ajaran agamanya.

Diantaranya memahami bahwa sumber ajaran islam sangat

penting agar religiusitas seseorang tidak sekedar atribut dan hanya

28

sampai dataran simbolisme eksoterik. Maka aspek ini meliputi

empat bidang yaitu, akidah, ibadah, akhlak, serta pengetahuan Al-

Qur’an dan hadist.

6. Pedagang Pasar Tradisional

1. Pengertian Pasar

Pasar dalam teori ekonomi mempunyai arti tempat bertemunya antara

penjual dan pembeli dimana di antara kedua belah pihak melakukan transaksi

untuk menentukan titik kesepakan harga atas sebuah barang yang akan dibeli.

Dalam ilmu ekonomi, pasar memiliki arti yang luas bukan hanya sekedar

tempat bertemu antara penjual dan pembeli tetapi merupakan bentuk nyata

dari sebuah kegiatan ekonomi di suatu wilayah. Pasar dapat dibedakan

menjadi beberapa kreteria:

1. Pasar Tradisional

Pasar tradisonal adalah pasar yang bersifat tradisonal dimana

antara penjual dan pembeli dapat melakukan tawar-menawar

untuk menemukan kesepakatan atas sebuah barang. Menurut

Peraturan Presiden Indonesia Nomer 112 tahun 2007 pasar

merupakan usaha yang dibangun oleh Pemerintah, Pemerintah

Daerah, Swasta, BUMN dan BUMD berupa toko, kios,los dan

tenda yang dikelola pedagang dengan proses jual beli melalui

proses tawar-menawar. Syarat-syarat pasar tradisional menurut

Peraturan Presiden Indonesia Nomer 112 tahun 2007:

- Aksesibilitas, yaitu kemungkinan pencapain dari dan kekawasan,

dalam kenyataannya ini berwujud jalan dan transportasi atau

pengaturan lalu lintas

- Kompatibilitas, yaitu keserasian dan keterpaduan antara kawasan

yang menjadi lingkungannya.

- Fleksibilitas, yaitu kemungkinan pertumbuhan fisik atau

pemekaran kawasan pasar dikaitkan dengan kondisi fisik

lingkungan dan keterpaduan prasarana

29

- Ekologis, yaitu keterpaduan antara tatanan kegiatan alam yang

mewadahinya.

Pasar Tradisional muncul dari kebutuhan masyarakat yang

membutuhkan barang untuk dijual dari hasil usahanya serta

konsumen membutuhkan suatu barang untuk melengkapi

kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu letak pasar biasanya tidak

akan jauh dari jalan-jalan di sekitar pemukiman masyrakat.

Banyak hal yang harus disadari dari adanya pasar tradisional

selain menyerap banyak tenaga kerja dari sektor informal pasar

juga merupakan pusat pengembangan ekonomi rakyat, pusat

perputaran uang serta sebagai lapangan pekerjaan.

Mempertahankan pasar tradisional cukup mudah tetapi karena

banyak perubahan dari segi kemajuan teknologi, biaya,

transportasi bahkan urbanisasi dan globalisasi akan mempengaruhi

pengguna pasar tradisional, meskipun hal tersebut akan

mengurangi jumlah pembeli yang datang ke pasar tetapi pasar

tradisional tidak akan kehilangan fungsinya bahkan pembelinya.

Adapun penyebab kurang berkembangnya pasar yaitu minim

dukungan karakteristik dari pedagang, yakni kurangnya

permodalan, tidak ada jalinan kerja sama dari pemasok besar

bahkan buruknya manajemen keuangan dari hasil jual beli barang

(Wiboonponse dan Sriboonchitta, 2006).

2. Pasar Modern

Pasar modern adalah pasar yang bersifat modern dimana

barang yang dijual biasanya sudah mempunyai label harga yang

pas sehingga tidak bisa ditawar, dan biasanya pada pasar modern

pelayanan yang dilakukan bersifat mandiri engan mengambil

sendiri barang yang akan dibeli, biasanya tempat berlangsungnya

pasar modern ini mall, plaza, maupun supermarket, dll. Menurut

Peraturan Presiden Indonesia Nomer 112 tahun 2007 toko modern

adalah toko dengan pelayanan mandiri, menjual barang secara

30

eceran dan biasanya dijual di pusat pembelanjaan modern seperti

Hypermart ataupun grosir.

2. Ciri-ciri Pasar Tradisional

Ciri-ciri pasar tradisional sebagai berikut:

1. Pasar tradisional dibangun atau dikelola oleh pemerintah daerah.

2. Adanya sistem tawar menawar antara penjual dan pembeli, adanya

sistem ini dapat menjalin hubungan sosial antara pedagang dan

pembeli lebih dekat.

3. Tempat usaha biasanya beragam dan menyatu dalam satu lokasi

yang sama.

4. Sebagian besar barang dan jasa yang ditawarkan berbahan lokal.

3. Jenis-Jenis Pasar Tradisional

Menurut jenis kegiatannya, pasar digolongkan menjadi tiga jenis;

1. Pasar Eceran, yaitu pasar yang terdapat permintaan dan penawaran

barang secara eceran.

2. Pasar Grosir, yaitu pasar dimana terdapat permintaan dan

penawaran dalam jumlah besar.

3. Pasar Khusus,

4. Pasar Induk, pasar ini lebih besar dari pasar grosir, merupakan

pusat pengumpulan dan penyimpanan bahan- bahan pangan untuk

disalurkan ke grosir-grosir dan pusat pebelian.

4. Komponen Pasar Tradisional

1. Pedagang

Pedagang pasar, adalah pihak ketiga yang melakukan kegiatan dengan

menjual atau membeli barang atau jasa menggunakan pasar sebagai tempat

kegiatannya.

2. Pembeli

Pembeli atau konsumen pasar adalah semua golongan yang datang engan

tujuan untuk mendapatkan apa yang menjadi kebutuhan sehari-hari.

3. Penunjang Pasar

Penunjuang pasar yaitu:

31

- Pemerintah sebagai pemebri izin berdirinya dan beroperasinya

pasar

- Swasta pedagang penyewa tempat, pelaksana pembangunan pasar

- Pengelola melaksanaan pembangunan, pengelolaan pemasaran

tempat

- Bank memperlancar kegiatan ekonomi.

5. Pasar Induk, Kramat Jati

Pasar Induk, Kramat Jati merupakan tempat yang paling strategis bagi

para pedagang sayur untuk berbelanja dengan harga murah dan terjangkau,

pasar induk ini sering dikenal dengan istilah “nginduk” bagi para pedagang

sayur yang membeli sayurannya disana. Pasar Induk itu sendiri terletak di

Jalan Raya Bogor, Jakarta Timur. Pasar induk itu sendiri berdiri pada akhir

tahun 1973 tepatnya pada 28 Desember 1973, pasar ini juga sering disebut

“Induk Besar” karena salah satu dengan di dirikannya pasar induk ini dengan

tujuan sebagai pusat perdagangan besar sayur-mayur dan buah-buahan untuk

menjamin kelancaran distribusi, pasar induk juga merupakan terminal

pengadaan dan penyaluran sayur serta buah-buahan yang akan berpengaruh

kepaa kegiatan perekonomian baik lokal maupun regional. Luas wilayah

pasar ini sebesat 14.7 hektar meliputi luas bangunan sekitar 83.606 M2

dan

luas parkir yakni 14.737 M2

yang sanggup untuk menampung truk hingga 238

kendaraan dan jumlah kendaraan motor sekitar 600 kendaraan dan mobil

sekitar 637 kendaraan.

Latar belakang adanya Pasar Induk salah satunya sebagai pusat

perdagangan besat sayur-mayur dan buah-buhan untuk menjamin ketersedian

sekaligus sebagai terminal pengadaan dan penyaluran sayur dan buah yang

akan berpengaruh kepada perekonomian baik lokal maupun regional,

kemudian dengan adanya Pasar Induk juga dapat mengurangi kenaraan

dengan tonase besar masuk ke dalm kota tidak terjadi kemacetan arus lalu

lintas, secara organisasi atau administrasi Pasar Induk Kramat Jati merupakan

salah satu pasar dari 153 pasar yang dikelola PD. Pasar Jaya.

32

Tabel 2.1

Daerah Pemasok Sayur di Pasar Induk

Nama Sayuran Daerah Pemasok

- Bayam

- Daun singkong

- Kangkung

- Oyong

- Paria

JABODETABEK

Bawang merah Brebes, Tegal

Bawang Putih Wonosobo

- Bit

- Buncis

- Ceisim

- Daun Bawang

- Daun Seledri

- Kacang merah

- Kacang panjang

- Terong

- Pakcoi

- Paprika

- Kapri

- Kemangi

- Kembang kol

- Selada

- Sawi Putih

- Selada

- Tomat

- Wortel

- Kol

- Labu Siam

- Lobak

Jawa Barat

Sumber: Data diolah, 2018

Tabel 2.2

Harga Tempat Usaha/ M2

(untuk pedagang Eksisting)

Bangunan Harga

Bangunan Grosir Rp. 8.000.000

Bangunan Sub Grosir

a. Kios

b. Counter

c. Los

Rp. 8.445.000

Rp. 7.111.000

Rp.5.778.000

Sumber: Data diolah, 2018

33

Gambar 2.1

Sumber: Data diolah, 2018

6. Pasar Ciracas

Pasar Ciracas adalah salah satu pasar yang terletak di Jakarta Timur,

merupakan pasar dimana Pasar Ciracas berlokasi di Jl. Raya Ciracas,

Kelurahan Ciracas, Kecamatan Ciracas. Dari jenis pasar menurut kegiatannya

pasar ciracas termasuk pasar eceran karena dalam proses jual beli yang

dilakukan selama ini sebagaian besar pembeli membeli barang dagangan dari

penjual dalam bentuk eceran untuk dikonsumsi sendiri atau ijual kembali

dalam skala yang kecil. Pasar Ciracas merupakan salah satu pasar yang

dikelola oleh PD. Pasar Jaya dimana Perusahaan Daerah Pasar Jaya didirikan

berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta No.

1b.3/2/15/66 pada tanggal 24 Desember 1966.

Pasar Ciracas merupakan salah satu pasar pilihan para pembeli yang

ingin membeli sayuran untuk dikonsumi sendiri maupun membeli sayuran

untuk di jual kembali kepada masyarakat, dengan kata lain pedagang

menengah ke bawah banyak yang membeli sayuran di Pasar Ciracas, selain

harga sayuran yang terjangkau dan ekonomis para pedagang kelas menegah

ke bawah ini dapat membeli harga sayuran dengan jumlah yang tidak banyak,

berbeda dengan pasar induk yang minimum pembelian sayur sudah

ditentukan, oleh karena itu para pembeli atau pedagang mereka dapat

34

membeli sayuran di Pasar Ciracas dapat disesuaikan dengan kebutuhan

mereka masing-masing

7. Pedagang Rumahan

Pedagang Rumahan adalah orang yang melakukan perdagangan

dengan memperjualbelikan barang bukan hasil produksi sendiri untuk

mendapatkan keuntugan. Meskipun produktivitasnya rendah, namun sektor

ini telah memberikan mata pencaharian kepada beribu-ribu orang berupa

pekerjaan tetap maupun sampingan (Manning dan Effendi, 1983:15).

Biasanya pedagang rumahan hanya mendapatkan keuntungan sedikit dari

hasil penjualan sayur, tapi usaha berjualan sayur di rumah ini masih menjadi

pilihan utama bagi banyak masyarakat yang ingin berkerja di sektor informal,

walaupun biasanya pedagang sayur rumahan menjual sayuran dengan harga

yang relatif lebih mahal dibandingkan dengan harga di pasar, tetapi pedagang

rumahan tidak sepi pembeli, karena peminat masih sangat banyak, hal

tersebut sama dengan penelitian yang dilakukan oleh (Romidah Astuti,

2018:34) yang menyatakan bahwa rata-rata pendapatan yang dihasilkan oleh

pedagang rumahan lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan pedagang

di pasar induk maupun di pasar lainnya yang biasanya mempunyai tempat

untuk berjualan tetapi pedagang rumahan masi dimati karena lokasinya tidak

jauh dari pemukiman warga setempat. Pedagang rumahan yang menjadi

sampel penelitian ini berada di Kecamatan Pasar Rebo, tepatnya di sekitaran

Kelurahan Kalisari, dimana di kelurahan ini amat sangat banyak dijumpai

pedagang rumahan, banyaknya pedagang sayur rumahan di Kelurahan

Kalisari tidak membuat satu tempat mengalami sepi pembeli, tetapi biasanya

pedagang sayur di sekitar Kelurahan Kalisari mempunyai pelanggan tetap,

jadi biasanya pelanggan tetap akan terus berbelanja sayur di tempat

langganannya.

35

B. Penelitian Terdahulu

1. Maylasari, 2016

Penelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat kesejahteraan

masyarakat yang diukur dengan menggunakan indikator subyektif dan

indikator obyektif. Salah satu pengukuran kesejahteraan secara subyektif

adalah indeks kebahagiaan. Kebahagiaan dapat dikaji menggunakan

konteks waktu dan tempat. Dimana dalam penelitian ini akan mengkaji

kebahagiaan ari kontekswaktu dan tempat dengan observasi masyarakat

suku Samin di Dusun Bombong Desa Baturejo, Kecamatan Sukolilo,

Kabupaten Pati. Variabel dalam penelitian ini meliputi kebahagiaan

sebagai variabel dependen, variabel pendapatan, dan variabel sosio

demografi. Metode yang digunakan ialah Consensus Measure (CnS) yaitu

metode untuk mengubah skala ordinal ke dalam bentuk matematis

sehingga diperoleh tingkat kebahagiaan. Dimana di dalam hasil penelitian

ini diketahui bahwa tingkat kebahagiaan masyarakat sebesar 0,7892.

2. Intan Indira Natalia, 2016

Penelitian ini melihat tingkat kesejahteraan dan pendidikan anak

petani salak pondoh di Desa Pekandangan, Kecamatan Banjarmangu,

Kabupaten Banjarnegara. Pengambilan dalam penelitian ini menggunakan

sampel teknik angket, dan dokumentasi, analisis data menggunakan tabel

frekuensi dan tabulasi silang (Cross Tabulation). hasil dari penelitian ini

menunjukan bahwa kesejahteraan petani salak pondoh Desa Pekadangan

adalah tingkat pendidikan anak tidak berpengaruh terhadap kesejahteraan

petani salak pondoh dan hasilnya negatif.

3. Nurhayati, 2017

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi pendapatan pedagang sayur di pasar tradisional

Kabupaten Majalengka. Teknik analisis dalam penelitian ini

menggunakan regresi linier berganda. Hasil ini menunjukan bahwa secara

simultan variabel modal berdagang, lokasi berdagang, kondisi tempat

berdagang,lama usaha dan jam kerja mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap pendapatan pedagang.

36

4. Marti Sanrida Simanjuntak (2017)

Penelitian ini dilakukan di Pasar Induk Sidikalang Kecamatan

Sidikalang Kabupaten Dairi. Informan utama dalam penelitian ini adalah

empat orang perempuan pedagang sayuran. Teknik pengumpulan data

dengan studi pustaka, wawancara mendalam, dan observasi. Data yang

didapat di lapangan kemudian di analisis oleh peneliti yang dijelaskan

secara kualitatif. Hingga akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil

penelitian tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas

pedagang yang ada di Pasar Induk Sidikalang adalah perempuan yang

telah berkeluarga dan sebagian besar dari perempuan pedagang tersebut

memiliki suami yang tidak memiliki pekerjaan tetap bahkan

pengangguran. Dan berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti

lakukan dapat disimpulkan bahwa perempuan memiliki peran yang

dominan dalam membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga.

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka penelitian ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-

gejala yang menjadi obyek permasalahan. Kriteria utama agar suatu kerangka

pemikiran bisa meyakinkan sesama ilmuwan adalah alur-alur pikiran yang

logis dalam membangun suatu kerangka berpikir yang membuahkan

kesimpulan yang berupa hipotesis (Sugiyono, 2004: 47). Berikut kerangka

pemikiran dalam penelitian ini:

1. Kerangka Umum

Kerangka berpikir secara umum menggambarkan isi

penelitian secara keseluruhan. Profesi sebagai pedagang sayur

merupakan profesi yang berada pada sektor informal. Persyaratan

yang untuk menjadi pedagang juga tidak terlalu sulit inilah alasan

banyaknya pedagang sayur. Di Jakarta Timur terdapat 3 pedagang

sayur mulai dari skala besar seperti pedagang di Pasar Induk Kramat

Jati, Pedagang dengan skala menegah seperti pedagang di Pasar

Ciracas sampai pedagang rumahan yang merupakan skala terkecil.

Secara status pekerjaan mereka sama, sebagai pedagang sayur. Akan

37

tetapi secara penghasilan, kondisi lingkungan kerja dan asal-usul

terdapat perbedaan.

Pedagang di Pasar Induk biasanya memiliki penghasilan yang

lebih tinggi dibandingkan pedagang di Pasar Ciracas dan pedagang

rumahan. Hal ini dikarenakan lokasi tempat berjualan merupakan

sentra terbesar dari pedagang sayur, dimana rata-rata para penjual

sayur akan membeli barang dagangannya di pasar induk. Lain halnya

dengan pedagang di Pasar Ciracas dan pedagang rumahan,

pendapatan yang dihasilkan tidak terlalu besar seperti pasar induk

tetapi untuk Pasar Ciracas itu sendiri sudah memiliki lokasi dan

tempat yang strategis dimana rata-rata masyarakat yang berada di

sekitar Kecamatan Ciracas akan membeli sayuran di sana yang lebih

dekat dibandingkan harus ke Pasar Induk, karena masyarakat pun tahu

bahwa biasanya pedagang di Pasar Ciracas akan membeli barang

dagangannya di Pasar Induk. Untuk pedagang rumahan sendiri

meskipun tidak memiliki tempat seperti pedagang di Pasar Ciracas

dan Pasar Induk Kramat Jati tetapi tetap menjadi pilihan ibu-ibu

rumah tangga yang malas pergi ke pasar untuk berbelanja sayuran.

38

Gambar 2.2

Kerangka Umum

Kesejahteraan Dalam Perspektif Ekonomi Dan Sosio Demografi Di Kalangan Pedagang Sayur: Pasar Induk

Kramat Jati, Pasar Ciracas Dan Pedagang Rumahan

Latar belakang:

Melihat tingkat kesejahteraan kesejahteraan pedagang sayur di Pasar Induk, Pasar Ciracas dan Pedagang

Rumahan. Menarik untuk menjelaskannya dari sisi tingkat ekonomi keluarga, kualitas kesehatan, tingkat

religiusitas dan tingkat pendidikan

Variabel Penelitian:

1. Tingkat Ekonomi Keluarga (X1)

2. Kualitas Kesehatan (X2)

3. Tingkat Religiusitas (X3)

4. Tingkat Pendidikan (X4)

5. Tingkat Kesejahteraan Keluarga Pedagang Sayur (Y)

Pertanyaan penelitian:

1. Bagaimana hubungan antara tingkat keuangan keluarga dengan tingkat kesejahteraan keluarga pedagang

sayur di Kota Jakarta Timur?

2. Bagaimana hubungan antara kualitas kesehatan dengan tingkat kesejahteraan keluarga

pedagang sayur di Kota Jakarta Timur?

3. Bagaimana hubungan antara tingkat religiusitas dengan tingkat kesejahteraan keluarga pedagang sayur

di Kota Jakarta Timur?

4. Bagaimana hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kesejahteraan keluarga pedagang sayur

di Kota Jakarta Timur?

Tujuan Penelitian:

1. Mengetahui bagaimana hubungan antara tingkat keuangan keluarga dengan tingkat kesejahteraan

keluarga pedagang sayur di Kota Jakarta Timur.

2. Mengetahui bagaimana hubungan antara kualitas kesehatan dengan tingkat kesejahteraan keluarga

pedagang sayur di Kota Jakarta Timur.

3. Mengetahui bagaimana hubungan antara tingkat religiusitas dengan tingkat kesejahteraan keluarga

pedagang sayur di Kota Jakarta Timur.

4. Mengetahui bagaimana hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kesejahteraan keluarga

pedagang sayur di Kota Jakarta Timur.

39

2. Kerangka Hubungan Antar Variabel

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah dugaan sementara atau jawaban sementara dan masih

harus dibuktikan kebenarannya (Sugiyono, 2009: 64). Hipotesis dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. H1: ada hubungan antara tingkat keuangan keluarga dengan tingkat

kesejahteraan keluarga pedagang sayur

H0: tidak ada hubungan antara tingkat keuangan keluarga dengan

tingkat kesejahteraan keluarga pedagang sayur

b. H1: ada hubungan antara kualitas kesehatan dengan tingkat

kesejahteraan keluarga pedagang sayur

H0: tidak ada hubungan antara kualitas kesehatan dengan tingkat

kesejahteraan keluarga pedagang sayur

c. H1: ada hubungan antara tingkat religiusitas dengan tingkat

kesejahteraan keluarga pedagang sayur

H0: tidak ada hubungan antara tingkat religiusitas dengan tingkat

kesejahteraan keluarga pedagang sayur

Tingkat Kesejahteraan

Keluarga (Y)

Tingkat Keuangan

Keluarga (X1)

Kualitas Kesehatan

(X2)

Tingkat Religiusitas

(X4)

Kualitas Pendidikan

(X3)

40

d. H1: ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat

kesejahteraan keluarga pedagang sayur

H0: tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat

kesejahteraan keluarga pedagang sayur

41

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup adalah batasan yang akan diambil oleh peneliti dalam

melakukan penelitian, agar hasil penelitian menjadi efektif dan efisien. Adanya ruang

lingkup ini sangat memudahkan peneliti, karena tanpa adanya ruang lingkup,

penelitian ini akan memakan waktu yang lama dikarenakan penelitian ini tidak

memiliki batasan untuk apa saja yang hendak diteliti.

Dalam penelitian ini ruang lingkup penelitiannya adalah tingkat kesejahteraan

pedagang sayur yang berdomisili di Jakarta Timur. Cakupan penelitian yang

mendukung kesejahteraan pedagang sayur di Jakarta Timur adalah tingkat keuangan

keluarga, kualitas kesehatan, kualitas pendidikan, dan tingkat religiusitas Dalam

penelitian ini digunakan lima variabel dimana terdapat satu variabel terikat

(dependent variable) dan empat variabel bebas (independent variable), yang terdiri

atas:

Variabel terikat: Tingkat Kesejahteraan Keluarga Pedagang Sayur

Variabel bebas: Tingkat Keuangan Keluarga, Kualitas Kesehatan, Kualitas

Pendidikan dan Tingkat Religuisitas.

Objek penelitian ini adalah pedagang sayur yang berada di Jakarta Timur,

pedagang sayur yang berjualan di Pasar induk kramat jati, pedagang sayur yang

berjualan di pasar ciracas, dan pedagang sayur rumahan yang berjualan di sekitar

Kelurahan Kalisari, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur.

B. Metode Penentuan Sampel

Dalam penentuan objek penelitian, peneliti menemui pedagang sayur yang

berada di kawasan Jakarta Timur. Keputusan peneliti menjadikan objek yang

ditemui sesuai dengan syarat sampel terlihat dari lokasi tempat berjualan yaitu

berada di pasar, jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebanyak 60

sampel. 20 sampel di pasar induk, 20 sampel di pasar ciracas dan 20 sampel

pedagang rumahan yang berjualan di sekitar Kelurahan Kalisari, Jakarta Timur.

42

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiono, 2008: 118). Sedangkan sampling adalah proses

memilih sejumlah elemen dari opulasi yang akan dipelajari. Metode yang

digunakan dalam penarikan sampel penelitian ini adalah simple random sampling.

Simple random sampling merupakan metode penarikan sampel probabilitas yang

dilakukan dengan cara acak sederhana.populasi mudah dikenali namun sukar

dikendalikan dan memiliki kemungkinan yang sama untuk terpilih sebagai

responden.

C. Metode Pengumpulan Data

1. Preliminary Study

Preliminary study atau studi pendahuluan adalah studi yang dilakukan

untuk mendapatkan informasi dan gambaran awal yang diperlukan peneliti agar

mendalami masalah yang terjadi. Tujuan adanya preliminary study dalam

penelitian ini adalah untuk mendalami dan mendapatkan informasi yang berkaitan

dengan kesejahteraan keluarga pedagang sayur di Jakarta Timur. Preliminary study

dilakukan juga untuk mendapatkan gambaran mengenai objek yang akan diteliti.

Preliminary study dalam penelitian ini dilakukan melalui tinjauan literatur dan

observasi lapangan.

Tinjauan literatur dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber yaitu

melalui jurnal digital, berita terkini serta buku bacaan yang berkaitan dengan

tingkat keuangan keluarga, kualitas kesehatan, tingkat religiusitas dan tingkat

kesejahteraan keluarga pedagang sayur. Observasi lapangan pada penelitian ini

dilakukan di beberapa titik yang dianggap tempat ramai berkumpulnya pedagang

sayur di Jakarta Timur. Beberapa titik tersebut adalah Pasar Induk, Pasar Ciracas,

dan pedagang sayur di sekitar Kalisari, Jakarta Timur.

2. Studi Lapangan

Studi lapangan digunakan sebagai sarana mengetahui masalah-masalah

yang ada di lapangan dan juga mengumpulkan data lebih mendalam. Beberapa cara

pengumpulan data lapangan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi,

wawancara dan kuesioner. Berikut penjelasan masing-masing instrumen yang lebih

mendalam.

43

a. Observasi

Observasi menurut Cartwright yang dikutip dalam Herdiansyah (2010: 131)

proses melihat mencermati dan merekam secara sistematis suatu tujuan tertentu.

Sedangkan menurut Riduwan (2004: 104) observasi adalah pengumpulan data

dimana peenliti melakukan pengamatan secara langsung pada objek penelitian.

Lokasi Observasi lapangan pada penelitian ini dilakukan di beberapa titik yang

dianggap tempat ramai berkumpulnya pedagang sayur di Jakarta Timur. Beberapa

titik tersebut adalah Pasar Induk, Pasar Ciracas, dan pedagang sayur di sekitar

Kalisari, Jakarta Timur.

b. Wawancara

Wawancara menurut Moleong (2009: 186) adalah percakapan yang dilakukan

oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan

terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Sedangkan pengertian

Sedangkan menurut Herdiansyah (2010: 118) adalah percakapan antara dua belah

pihak untuk mendapatkan informasi dan tujuan tertentu dari informasi tersebut.

Dimana wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada informan yang ditemui di

lokasi penelitian yang telah dipilih sebelumnya.

c. Kuesioner

Menurut Sugiyono (2010:199) kuesioner adalah teknik pengumpulan data

dengan memberikan pertanyaan atau pernyataan secara tertulis kepada responden

untuk dijawab. Menurut Mardalis (2008: 66) kuesioner adalah teknik pengumpulan

data yang berisi pertanyaan yang diajukan secara tertilis kepada seseorang maupun

sekelompok orang untuk mendapatkan informasi untuk menjadi sebuah jawaban

yang diperlukan oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang telah

dibuat secara mendetail dengan daftar pertanyaan yang dibuat secara terstruktur.

Metode ini digunakan guna memperoleh informasi yang lebih mendalam dari

responden.

44

3. Sumber Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari sumber yang berbeda.

Berdasarkan sumbernya data dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data

sekunder.

a. Data Primer

Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau

perorangan seperti hasil wawancara/kuesioner yang dilakukan peneliti (Husein,

2008: 41). Dalam penelitian ini penulis menggunakan data primer yaitu diperoleh

dari wawancara, kuesioner, observasi, dan dokumentasi.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan

disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain (Husein,

2008: 41). Sedangkan menurut Sugiyono (2008:137) data sekunder adalah sumber

data yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan memahami yang

bersumber dari literatur, buku-buku, serta dokumen. Dalam penelitian ini data

sekunder diperoleh melalui literatur, artikel, jurnal serta situs di internet yang

berkaitan dengan penelitian ini.

D. Metode Analisis Data

Data yang terkumpul dari hasil penyebaran kuesioner maka masuk ke

dalam proses persiapan. proses persiapan ini terdiri dari empat tahap, yaitu pertama

tahap pengeditan (pengecekan dan penyesuaian data penelitian agar memudahkan

coding), tahap kedua yaitu tahap coding (proses identifikasi dan klasifikasi data

penelitian ke dalam skor numerik atau karakter simbol), tahap ketiga yaitu tahap

data processing (proses pengukuran menggunakan alat bantu statistik), tahap

terakhir yaitu tahap tabulating (mengelompokkan, membuat suatu urutan, serta

mempersingkat data sehingga mudah untuk dimengerti).

Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan bantuan

software Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 16. Terdapat empat

tahap analisis data dalam penelitian ini yaitu distribusi jawaban, uji kualitas data,

tabulasi silang, uji korelasi, serta uji beda. Berikut ini tahapan analisis data:

45

1. Uji Kualitas Data

Uji kualitas data ini bertujuan untuk mengetahui instrumen yang digunakan

apakah sudah secara sah atau layak karena kebenaran suatu data akan menantukan

kualitas penelitian. Berikut ini adalah bagian dari uji kualitas data.

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid atau tidaknya suatu

kuesioner. Kuesioner dikatakan valid (sah) jika pertanyaan pada kuesioner mampu

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuersioner tersebut (Ghozali, 2011:

52). Uji validitas dilakukan dengan membandingkan r hitung (correlated item-

Total correlation) dengan r tabel. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 60

responden dengan tingkat signifikasi 0,05 maka r tabel untuk df=60-2= 58 adalah

0,2542. Jika nilai r hitung < nilai r tabel maka data tersebut bisa dikatakan sah atau

valid.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur kuesioner yang merupakan

indikator dari variabel. Kuesioner dikatakan reliable atau layak jika jawaban

seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu

(Ghozali, 2011:47).

Uji reliabilitas dilakukan dengan membandingkan nilai cronbach alfa

dengan nilai r tabel. Suatu data dapat dikatakan reliable atau layak jika nilai

cronbach alfa > nilai r tabel. Nilai r tabel dalam uji reliabilitas ini sama dengan

nilai r tabel pada uji validitas yaitu 0,2542.

2. Crosstabulation atau Tabulasi Silang

Penelitian tabulasi silang menyajikan data dalam bentuk tabulasi yang

meliputi baris dan kolom (Santoso dan Tjiptono 2001:137). Analisis tabulasi silang

merupakan metode paling sederhana yang dapat menjelaskan hubungan atau

korelasi antar variabel. Kegunaan analisis tabulasi silang:

a. Menganalisis hubungan-hubungan antar variabel yang terjadi

b. Melihat bagaimana beberapa variabel berhubungan

c. Untuk mengadakan kontrol terhadap variabel tertentu sehingga dapat dianalisis

ada atau tidaknya hubungan.

46

3. Uji Korelasi Spearman Rank

Dikarenakan penelitian ini ingin melihat hubungan antar variabel, maka

penelitian ini menggunakan uji korelasi. Uji korelasi yang digunakan dan sesuai

dengan data adalah uji Korelasi Spearman. Korelasi Spearman digunakan untuk

menguji korelasi asosiatif bila masing-masing variabel yang dihubungkan

berbentuk ordinal, dan sumber data antar variabel tidak harus sama (Sugiyono,

2002:282).

Uji korelasi Spearman Rank digunakan untuk menguji hubungan antar

variabel dan juga untuk melihat kuat atay lemahnya hubungan antar variabel.Untuk

mengukur korelasi antara tingkat keuangan keluarga, kualitas kesehatan, kualitas

pendidikan tingkat religiusitas dengan tingkat kesejahteraan keluarga pedagang

sayur di Jakarta Timur dapat digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

Rs = koefisien Korelasi Spearman

d = perbedaan ranking antara pasangan data

n = banyak pasangan data

Untuk melihat seberapa jauh koefisien korelasi antar variabel, maka peneliti

menggunakan kriteria korelasi untuk melihat besarnya korelasi antar variabel

dalam penelitian ini.

Tabel 3.1

Tingkat Hubungan Variabel

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,19 Sangat Rendah

0,20 – 0,39 Rendah

47

0,40 – 0,59 Sedang

0,60 – 0,79 Kuat

0,80 – 1,00 Sangat Kuat

Sumber: Sugiyono (2002: 183)

E. Operasional Variabel

Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang

dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel yang dapat dipahami

(Azwar, 2003: 74). Objek dalam penelitian ini adalah pedagang sayur serta

keluarga pedagang sayur yang berjualan di Jakarta Timur. Dalam penelitian ini

terdapat empat variabel bebas (independent variable), yaitu: tingkat keuangan

keluarga, kualitas kesehatan, tingkat pendidikan, tingkat religiusitas, dan satu

variabel terikat (dependent variable) tingkat kesejahteraan keluarga.

Tabel 3.2

Operasional variabel

Variabel Indikator Parameter Skala Ukur Skor

skala

Tingkat

Keuangan

Keluarga (X1)

Pendapatan

Keluarga

Sumbangan

pemasukan dari

anggota keluarga

Ordinal CS - S -

TS

Berjualan sayur

dapat menaikan

pendapatan

keluarga

Pengeluaran

Keluarga

Pengeluaran per

bulan untuk listirk,

air, dll

Pengeluaran total

per bulan

Pengelolaan Menyisihkan

48

Keuangan pendapatan untuk

kebutuhan

mendadak

Tabungan

keluarga

Kualitas

Kesehatan (X2)

Pola Hidup

Sehat

Sebelum dan

sesudah makan

membiasakan

mencuci tangan

Ordinal S - J - TP

Mengatur pola

istirahat yang

cukup dan teratur

Menjaga

kebersihan diri

dan lingkungan

Menjaga

kebersihan kuku,

rambut dan alas

kaki

Kecukupan

Gizi

Makan 4 sehat 5

sempurna

Minum 8 gelas per

hari

Makan berat

minimal 2 kali

sehari

Keragaman

konsumsi

pangan

Komposisi

lengkap

49

Kualitas

Pendidikan (X3)

Pengukuran

Pendidikan

Memilih kualitas

sekolah sebelum

memasukan ke

sekolah tersebut

Ordinal CS – S -

TS

Mendapatkan

pendidikan belajar

seperti les/privat

Peran

pendukung

Orangtua berperan

penting dalam hal

mendidik anak

Mencukupi

kebutuhan sekolah

(buku, sepatu,

seragam, dll)

Kualitas

Religiusitas (X4)

Pengamalan

Rukun Islam

dalam

kehidupan

Shalat, zakat,

puasa, membaca

Al-Quran

Ordinal S – J -

TP

Pengamalan

ajaran agama

dalam

kehidupan

sehari-hari

Berdoa sebelum

berangkat

melakukan

aktivitas

Berbuat baik

terhadap sesame

Tingkat

Kesejahteraan

Keluarga (Y)

- Keluarga

Pra

sejahtera

- Keluarga

KS-I

- Keluarga

KS- II

- Keluarga

Sandang, Pangan,

Papan tercukupi

CS – S -

TS

50

KS- III

- Keluarga

KS- III Plus

Keterangan:

- TS = Tidak Setuju (Skor 1)

- CS = Cukup Setuju (Skor 2)

- S = Setuju (skor 3)

- TP = Tidak Pernah (Skor 1 )

- J = Jarang (Skor 2)

- S = Selalu (Skor 3)

51

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kota Jakarta Timur

Gambar 4.1

Peta Kota Adminstrasi Jakarta Timur

Sumber: https://petatematikindo.wordpress.com/2013/06/09/aministrasi-kota-

jakarta-timur

B. Kondisi Geografis dan Wilayah Administrasi

Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Timur salah satu wilayah di

bawah Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta. Memiliki luas wilayah mencapai

188.03 Km2

atau sektar 28,37 persen dari luas total wilayah Provinsi DKI Jakarta,

52

dimana kota Administrasi Jakarta Timur pada ummumnya terdiri dari daratan

rendah. Kota Jakarta Timur di sebelah utara berbatasan dengan Jakarta Utara dan

Jakarta Pusat, sebelah timur berbatasan dengan Kota Bekasi, sebalah selatan

dengan Kabupaten Bogor, dan sebelah barat berbatasan dengan Kota Jakarta

Selatan.

Pemerintah Jakarta Timur dibagi dalam 10 Kecamatan, yaitu Kecamatan

Pasar Rebo, Ciracas, Cipayung, Makasar, Kramatjati, Jatinegara, Duren

Sawit,Cakung, Pulogadung, dan Matraman. Adapun dari 10 Kecamatan tersebut

teragi menjadi 65 kelurahan.

Tabel 4.1

Luas Wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Timur 2018

C. Kepadatan Penduduk

Kota Administratif Jakarta Timur secara demografis merupakan kota paling

luas diantara kota DKI Jakarta yang lain. Wilayah ini juga memiliki jumlah

penduduk paling banyak. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2015 yang

dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Timur, jumlah penduduk Kota

Jakarta Timur tercatat sebesar 2.843.809 jiwa yang terdiri dari 1.436.091 laki-laki

dan 1.407.718 perempuan. Data tahun 2015 inipun mengalami kenaikan di tahun

2016 dimana jumah penduduk naik mencapai 20.000 jiwa dimana pada tahun ini

jumalah penduduk mencapai 2.868.910 jiwa yang terdiri dari 1.447.265 laki-laki

Kecamatan

Luas Daerah dan Pembagian Daerah Menurut

Kecamatan, 2015

Luas Wilayah

Persentase

2015 2015

Pasar Rebo 12.98 6.90

Ciracas 16.08 8.55

Cipayung 28.45 15.13

Makasar 21.85 11.62

Kramat Jati 13 6.91

Jatinegara 10.25 5.45

Duren Sawit 22.65 12.05

Cakung 42.28 22.49

Pulo Gadung 15.61 8.30

Matraman 4.88 2.60

Kota Jakarta Timur 188.03 100

53

dan 1.421.645 perempuan. Kepadatan penduduk paling tinggi terdapat di

Kecamatan Cakung dengan jumlah 526.644 jiwa pada tahun 2015 dan 529.897

jiwa pada tahun 2016, sedangkan kepadatan penduduk paling kecil terdapat di

kecamatan matraman dengan jumlah penduduk sebesar 150.515 jiwa di tahun 2015

dan 150.864 jiwa di tahun 2016.

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Kota Administrasi Jakarta Timur

Kecamatan

2015 2016

Jumlah Penduduk menurut Jenis

Kelamin (Jiwa)

Jumlah Penduduk menurut Jenis

Kelamin (Jiwa)

Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah

Pasar Rebo 104.931 103.177 208.108 106.501 104.991 211.492

Ciracas 136.475 134.086 270.561 137.888 135.829 273.717

Cipayung 135.415 132.976 268.391 139.226 137.076 276.302

Makasar 99.017 98.637 197.654 99.837 99.715 199.552

Kramat Jati 144.735 144.068 288.803 145.834 145.54 291.374

Jatinegara 140.54 131.656 272.196 141.003 132.155 273.158

Duren

Sawit 196.764 199.326 396.09 197.121 200.21 397.331

Cakung 271.206 255.438 526.644 272.534 257.363 529.897

Pulo

Gadung 131.601 133.246 264.847 131.757 133.466 265.223

Matraman 75.407 75.108 150.515 75.564 75.3 150.864

Kota

Jakarta

Timur

1.436.091 1.407.718 2.843.809 1.447.265 1.421.645 2.868.910

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Timur 2018

Pada tabel 4.3 perekonomian Kota Administrasi Jakarta Timur tahun 2016

mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun 2015. Laju pertumbuhan PDRB Kota

Jakarta Timur di tahun 2016 mencapai 5,97 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya

yakni hanya 5,41 persen. Kenaikan dari sisi lapangan usaha memberikan asumsi bahwa

semakin membaiknya konsumsi di Ibukota, dimana hal tersebut mendorong peningkatan

pertumbuhan sektor perdagangan, informasi dan telekomunikasi, transportasi dan

pergudangan serta jasa perusahaan. Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh lapangan

usaha transportasi dan pergudangan yaitu sebesar 22,9 persen pada tahun 2016. Hal ini

disebabkan pertumbuhan sektor transportasi tidak bisa lepas dari realisasi pembangunan

proyek insfrastruktur, dimana proyek insfrastruktur turut menggerek sektor transportasi

karena bahan bangunan dan peralatan perlu di mobilisasi ke lokasi proye

54

Tabel 4.3

Laju Pertumbuhan PDRB Kota Administrasi Jakarta Timur

Lapangan Usaha 2015 2016

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan -0.44 0.36

Pertambangan dan Penggalian - -

Industri Pengolahan 4.33 5.08

Pengadaan Listrik dan Gas 0.13 -0.6

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur Ulang 3.03 1.77

Konstruksi 3.98 1.4

Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 3.16 4.62

Transportasi dan Pergudangan 15.81 22.9

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 5.45 5.94

Informasi dan Komunikasi 9.86 10.63

K. Jasa Keuangan dan Asuransi 11.41 6.41

L. Real Estate 4.67 4.09

M, N. Jasa Perusahaan 7.92 7.91

O. Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

1.09 3.15

P. Jasa Pendidikan 6.83 6.97

Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 7.86 7.18

R, S, T, U. Jasa lainnya 8.26 8.04

Produk Domestik Regional Bruto 5.41 5.97

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Timur, 2018

Kemajuan pembangunan yang selama ini lebih banyak dilihat dari indikator

ekonomi, seperti PDRB dan penurunan kemiskinan dinilai belum cukup untuk

menggambarkan tingkat kesejahteraan yang sesungguhnya. Indikator ekonomi

tersebut pada umumnya diukur secara obyektif dengan pendekatan berbasis uang

(monetary-based indicators). Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat diukur dengan

dua cara, yaitu 1) menggunakan indicator obyektif dan 2) menggunakan indikator

subyektif. Salah satu indikator kesejahteraan yang mengukur capaian berdasarkan

standar yang tidak sama untuk masing-masing individu adalah indeks kebahagiaan,

55

oleh karena itu Badan Pusat Statistik merilis Indeks Kebahagiaan terkait dengan

pengukuran kesejahteraan subyektif. Di negara maju, indikator kebahagiaan

dianggap penting bagi perumusan kebijakan publik dalam rangka pencapaian

pembangunan untuk melengkapi indikator ekonomi dalam mempresentasikan

kesejahteraan masyarakat.

1. Pasar Induk, Kramat Jati

Gambar 4.2

Peta Pasar Induk, Kramat Jati

Sumber: www.streetdirectory.com

Pasar Induk, Kramat Jati merupakan area yang sangat strategis tak heran

banyak pedagang eceran maupun pedagang rumahan berbelanja di sini, selain karena

harganya yang murah dan terjangkau pasar ini juga sering disebut dengan istilah

“nginduk” atau sering pula disebut dengan “induk besar” dikarenakan didirikannya

pasar ini dengan tujuan sebagai pusat perdagangan besar sayur mayur dan buah-

buahan. Untuk menjamin kelancaran distribusi, pasar induk juga merupakan terminal

pengadaan dan penyaluran sayur serta buah-buahan yang akan berpengaruh kepada

kegiatan perekonomian baik lokal maupun regional. Berdasarkan wawancara yang

dilakukan peneliti sebanyak 16 responden rata-rata pedagang di pasar induk berasal

dari Jawa Tengah, yakni pedagang banyak berasal dari Klaten. Pedagang di pasar

induk ini juga memiliki jam operasional hampir 24 jam dikarenakan penurunan

komoditi sayuran biasanya pada malam sampai dini hari, jadi kemungkinan pasar

akan buka selama 24 jam.

56

2. Pasar Ciracas

Pasar Ciracas merupakan salah satu pilihan para pemebeli yang ingin

membeli sayuran baik untuk dikonsumsi sendiri ataupun di jual kembali kepada

masyarakat. Pasar Ciracas yang berada di Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur ini

menjual sayuran dengan harga murah dan dapat dibeli dengan cara eceran, hal inilah

yang menjadi perbedaan antara pasar induk dan pasar ciracas, yaitu pembeli tidak

perlu membeli sayuran dengan jumlah yang banyak tapi hanya membeli sayuran

untuk kebutuhan sehari-hari.

Gambar 4.3

Peta Pasar Ciracas, Jakarta Timur

Sumber: www.streetdirectory.com

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dari 20 responden yang

berada di Pasar Ciracas sebanyak 11 responden berasal dari Jawa Tengah dengan

rata-rata pedagang berasal dari Pati, kemudian sisanya 9 responden berasal dari Jawa

Timur dengan rata-rata pedagang berasal dari Kediri. Pasar ciracas biasanya

memiliki jumlah kerja 8-11 jam dalam sehari memiliki jam buka di pagi hari dan

tutup pada sore hari, biasanya jam buka dan tutup pedagang di pasar ciracas berbeda-

beda sesuai dengan kemuan si penjual, tapi biasanya penjual mulai beroperasi dari

pukul 5 pagi hingga paling sore jam 5 sore. Pengambilan komoditi pedagang di pasar

rata-rata berbelanja atau langganan di Pasar Induk Kramat Jati

57

3. Pedagang Rumahan

Gambar 4.4

Kelurahan Kalisari, Jakarta Timur

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Pedagang Rumahan adalah orang yang melakukan perdagangan dengan

memperjualbelikan barang bukan hasil produksi sendiri untuk mendapatkan

keuntugan. Walaupun biasanya pedagang rumahan hanya mendapatkan keuntungan

sedikit dari hasil penjualan sayur, tapi usaha berjualan sayur di rumah ini masih

menjadi pilihan utama bagi banyak masyarakat yang ingin berkerja di sektor

informal, walaupun biasanya pedagang sayur rumahan menjual sayuran dengan

harga yang relatif lebih mahal dibandingkan dengan harga di pasar, tetapi pedagang

rumahan tidak sepi pembeli, karena peminat masih sangat banyak, hal ini

dikarenakan letak tempat berjualan yang relatif lebih dekat dari rumah dibandingkan

pasar. Pedagang Pedagang rumahan yang menjadi sampel penelitian ini berada di

Kecamatan Pasar Rebo, tepatnya di sekitaran Kelurahan Kalisari, dimana di

kelurahan ini amat sangat banyak dijumpai pedagang rumahan, banyaknya

pedagang sayur rumahan di Kelurahan Kalisari tidak membuat satu tempat

mengalami sepi pembeli, tetapi biasanya pedagang sayur di sekitar Kelurahan

Kalisari mempunyai pelanggan tetap, jadi biasanya pelanggan tetap akan terus

berbelanja sayur di tempat langganannya.

Pedagang rumahan memiliki jumlah responden menurut asal tempat tinggal

paling banyak berasal dari Jawa Tengah yakni sebanyak 10 responden menyatakan

berasal dari Bresbes, kemudian sisanya mengaku berasal dari Jawa Barat dan Jawa

timur. Pedagang rumahan biasnya memiliki jam buka yang beragam dan ditentukan

58

sendiri oleh pedagang, rata-rata pedagang rumahan tidak membuka dagangannya

terlalu pagi dan tidak tutup terlalu malam biasanya rata-rata pedagang sayur

memiliki jumlah jam kerja 8-11 jam dalam sehari. Biasanya pedagang rumahan

berbelanja komoditi sayurannya di Pasar Induk dan juga Pasar Ciracas dengan

berlangganan ataupun berbelanja langsung.

B. Deskripsi Responden

Responden dalam penelitian ini adalah pedagang sayur yang berada di sekitar

Jakarta Timur, yaitu Pasar Induk, Kramat Jati, Pasar Ciracas dan Pedagang Rumahan

di sekitar Kelurahan Kalisari, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Jumlah

responden dalam penelitian ini adalah 60 orang dengan 20 orang per lokasi. Dengan

rincian 20 pedagang sayur di Pasar Induk, Kramat Jati, 20 pedagang sayur di Pasar

Ciracas dan 20 pedagang sayur rumahan di sekitar Kelurahan Kalisari, Kecamatan

Pasar Rebo. Berikut merupakan deskripsi mengenai data dan identitas responden.

1. Deskripsi Responden Berdasarkan Usia

Usia merupakan jawaban dari responden yang paling terbuka karena diisi

sesuai dengan data diri responden, kategori umur dibuat diagram supaya

mempermudah deskripsi. Hasilnya dapat dilihat pada diagram berikut :

Tabel 4.4

Responden Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi Presentase

25-30 tahun 5 9 %

31-36 tahun 11 19 %

37-42 tahun 16 27 %

43-48 tahun 10 17 %

49-54 tahun 9 15 %

55-60 tahun 9 15 %

Jumlah 60 100 %

Sumber: Data Primer Diolah, 2018

Responden berdasarkan usia yag berprofesi sebagai pedagang sayur bekisar

antara 25-60 tahun. Usia yang paling mendominasi adalah usia 37-42 tahun sebanyak

27% atau 16 orang dari 60 responden. Posisi kedua adalah usia responden 31-36

tahun sebanyak 19% atau 11 orang dari 60 responden, kemudian di posisi ketiga ada

usia responden 43-48 tahun sebanyak 17% atau 10 orang dari 60 responden, di posisi

keempat usia 49-54 tahun dan 55-60 tahun berada di sekitar 15% dengan total 9

59

orang dari 60 responden, lalu di posisi terakhir ada usia 25-30 tahun dengan

preentase hanya sebesar 9% dengan total 5 orang dari total 60 responden. Dari

deskripsi diagram tersebut dapat dikatakan bahwa mayoritas pedagang sayur berusia

37-42 tahun dimana pada usia tersebut masi disebut usia produktif walaupun dari

segi usia sudah tidak muda lagi.

2. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian yang melibatkan 60 responden dapat diketahui

bahwa 52% atau 31 orang dari 60 responden berasal dari gender laki-laki dan sisanya

sebanyak 48% atau 29 orang ari 60 responden berasal dari gender perempuan hal

tersebut disimpulkan bahwa laki-laki yang berprofesi sebagai pedagang sayur lebih

banyak dibandingan dengan perempuan yang berprofesi sebagai pedagang sayur.

Tabel 4.5

Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Presentase

Laki-laki 31 52 %

Perempuan 29 48 %

Jumlah 60 100 %

Sumber: Data Primer Diolah, 2018

3. Deskripsi Responden Berdasarkan Asal Daerah

Berdasarkan asal tempat tinggal mayoritas pedagang sayur berasal dari daerah Jawa

Tengah yaitu sebesar 51% atau 31 orang dari 60 responden, pedagang yang

mayoritas berasal dari Jawa Tengah biasanya berasal dari daerah Klaten, Banyumas,

Purwokerto, Brebes, Cilacap dan Pati, kemudian mayoritas terbesar kedua pedagang

sayur selain Jawa Tengah yaitu Jawa Timur, yaitu sebesar 34% atau 20 orang dari 60

responden, pedagang yang berasal Jawa Timur ini biasanya dari daerah Lamongan,

Kediri, Bantul, Malang dan Ngawi. Kemudian di urutan ketiga berasal dari DKI

Jakarta sekitar 8% atau 5 orang dari 60 Responden berasal paling banyak di daerah

Jakarta Timur, Kemudia yang terakhir dari daerah Jawa Barat dan Sumatra Barat

dengan nilai presentase sebesar 3% atau 2 orang dari 60 responden. Hal tersebut

dapat dikatakan bahwa para pedagang sayur yang berjualan atau mencari pekerjaan

di DKI Jakarta paling banyak berasal dari luar Jakarta.

60

Tabel 4.6

Responden Berdasarkan Asal Daerah

Asal Daerah Frekuensi Presentase

Jawa Tengah 31 52 %

Jawa Timur 20 34 %

Jawa Barat 2 3 %

DKI Jakarta 5 8 %

Sumatera Barat 2 3 %

Jumlah 60 100 %

Sumber: Data Primer Diolah, 2018

4. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Hasil dari angket penelitian, sebanyak 7 orang responden tidak sekolah dan

13 orang responden hanya tamat SD. Mereka menyebutkan bahwa mereka tidak

menyelesaikan sekolah dikarenakan kekurangan biaya dan memutuskan untuk

berdagang atau berjualan untuk menambah penghasilan, hal inilah salah satu

keahlian yang mereka punya hingga akhirnya memutuskan untuk bekerja di Jakarta

sebagai pedagang sayur, karena mereka menganggap berjualan atau berdagang sayur

tidak membutuhkan keahlian tertentu seperti pekerjaan lain pada umumnya.

Tabel 4.7

Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan Terakhir Frekuensi Presentase

Tidak Sekolah 12 20 %

SD 13 22 %

SMP 10 17 %

SMA 21 35 %

D3 2 3 %

Sarjana 2 3 %

Jumlah 60 100 %

Sumber: Data Primer Diolah, 2018

Jenjang pendidikan pedagang sayur paling banyak berada pendidikan terakhir

SMP dan SMA, yaitu sebanyak 10 orang responden lulus SMP dan 21 orang

responden lulus SMA, alasan beberapa responden tidak dapat melanjutkan di jenjang

SMA karena keterbatasannya biaya, kemudian mencari jalan keluar dengan bekerja

sebagai kuli bangunan, petani ataupun mulai bekerja sebagai montir di bengkel,

sedangkan pedagang sayur yang lulus pada jenjang SMA sebelum memutuskan

untuk menjadi pedagang sudah mencoba berbagai macam pekerjaan mulai dari

61

membuka usaha catering, bekerja sebagai karyawan, bekerja sebagai office boy

maupun buruh di pabrik. Kemudian terdapat 2 responden lulusan D3 dan 2

responden lulusan sarjana, pedagang dengan jenjang pendidikan tersebut

mengganggap berjualan sayur merupakan pekerjaan dengan penghasilan yang

menjanjikan karena berjualan sayur dapat menghasilkan pendapatan yang besar,

pedagang ini biasanya berusaha atau berjualan di Pasar Induk yang hasil komoditi

atau produk usaha beragam dengan tingkat pembeli yang banyak.

5. Deskripsi Responden Berdasarkan Rata-rata Penghasilan Per Bulan

Penghasilan dapat menentukan daya beli dari seorang individu. Dalam

mendeskripsikan penghasilan responden, berikut adalah hasil dari penelitian

lapangan yang dilakukan oleh peneliti yang dijelaskan dalam bentuk tabel.

Tabel 4.8

Responden Berdasarkan Penghasilan Per Bulan

Penghasilan Per Bulan Frekuensi Presentase

< Rp.4.000.000 7 12 %

Rp.4.000.000-Rp.5.999.999 16 27 %

Rp.6.000.000-Rp.7.999.999 11 18 %

Rp.8.000.000-Rp.9.999.999 9 15 %

> Rp.10.000.000 17 28 %

Jumlah 60 100 %

Sumber: Data Primer Diolah, 2018

Dari hasil kuesioner yang disebar oleh peneliti sebanyak 17 orang

berpenghasilan rata-rata dalam sehari sekitar Rp 501.000 – Rp 1.500.000/hari jika

dijumlahkan dalam satu bulan penghasilan responden sekitar diatas Rp 10.000.000

per bulan, kebanyakan responden yang memiliki penghasilan diatas Rp 10.000.000

merupakan para pedagang di pasar induk dimana dari 20 responden yang mengisi

kuesioner terdapat 17 orang yang memiliki penghasilan diatas Rp 10.000.000.

Kemudian dari hasil kuesioner diketahui pula bahwa penghasilan terbanyak kedua

sekitar Rp 4.000.000 – Rp 5.999.999 dimana rata-rata per hari para pedagang sayur

mendapatkan keuntungan bersih sekitar Rp 151.000 – Rp 300.000/ hari. Di urutan

ketiga terbanyak ada 11 orang berpenghasilan Rp 6.000.000 – Rp 7.999.999

merupakan para pedagang yang memiliki penghasilan rata-rata sekitar Rp 301.000 –

Rp 500.000/ hari, terdapat 7 orang responden yang memiliki penghasilan paling

rendah dari hasil berkerja sebagai pedagang sayur yaitu kurang dari Rp 4.000.000 per

62

bulan, paling banyak responden yang memiliki penghasilan dibawah Rp. 4.000.000

ini merupakan pedagang sayur rumahan.

6. Deskripsi Responden Berdasarkan Pola Kerja

Dari 60 responden pedagang sayur diketahui bahwa sebanyak 2 orang

memiliki pekerjaan sebagai PNS, pekerjaan berjualan sayur merupakan pekerjaan

sampingan, biasanya pedagang sayur ini memiliki lapak berjualan dan menyerahkan

usaha jualannya kepada orang lain untuk diurus dan pedagang ini merupakan penjual

sayur di pasar induk yang memiliki karyawan untuk menjualkan sayurannya.

Tabel 4.9

Pola Kerja (Pekerjaan Sebelum Menjadi Pedagang Sayur)

Pekerjaan Frekuensi Presentase

Karyawan Swasta 2 3 %

PNS 2 3 %

Petani 20 33 %

Buruh 20 33 %

Lainnya 16 27 %

Jumlah 60 100 %

Sumber: Data Primer Diolah, 2018

20 responden memiliki pekerjaan sebagai petani sebelum akhirnya

memutuskan untuk berjualan sayur, keputusan untuk berjualan sayur dianggap salah

satu keputusan paling tepat daripada mengandalkan hasil pertanian yang hanya ada

ketika musim panen tiba, 16 responden lainnya memiliki pekerjaan lain yaitu mulai

dari tukang ojek, tukang becak, bekerja di bengkel, membuka warteg kecil-kecilan di

pinggir jalan sampai menjalankan bisnis online. Kemudian sisanya sebanyak 2 orang

bekerja sebagai karyawan swasta dan PNS alasan utama untuk menjadi pedagang

sayur adalah penghasilan yang lumayan besar apabila dapat memperbesar usaha

dengan memperbanyak jenis barang jualan. Dan sisanya sebanyak 20 orang bekerja

sebagai buruh mulai dari buruh pabrik hingga buruh bangunan.

Tabel 4.10

Pola Kerja (Rata-rata Jam Kerja Dalam Sehari)

Jam Kerja Frekuensi Presentase

< 5 Jam 3 5 %

5-8 Jam 6 10 %

8-11 Jam 28 47 %

11-14 Jam 20 33 %

> 14 Jam 3 5 %

63

Jumlah 60 100%

Sumber: Data Primer Diolah, 2018

Jumlah jam kerja pedagang sayur di Kota Jakarta Timur mayoritas adalah 8-

11 Jam dalam sehari dimana 28 responden dari 60 orang atau sebanyak 46%

berjualan sayur hampir 11 jam lebih, biasanya jam kerja pedagang sayur yang lama

dikarenakan untuk meminimalisir kerugian karena banyak sayuran yang harus habis

dalam sehari karena apabila dijual pada besok harinya kualitas sayuran sudah

menjadi tidak segar. Kemudian 20 responden atau sebanyak 33% memiliki jumlah

jam kerja 11-14 jam, dan 3 responden memiliki jam kerja lebih dari 14 jam dalam

sehari, biasanya penjual sayuran ini bekerja bergantian dengan pasangan sendiri atau

dengan karyawan, pola kerja dengan jumlah jam yang banyak ini biasanya dimiliki

oleh pedagang sayur yang menjual sayurnya di Pasar Induk karena biasanya sayuran

dan pembeli datang pada malam atau dini hari, lalu ada 6 responden dari 60 orang

atau sekitar 10% penjual memiliki pola kerja 5-8 jam sehari biasanya pola kerja ini

dimiliki oleh pedagang sayuran di rumah yang menjual sayuran pada pagi hari dan

memanfaatkan sore untuk beristirahat dan malam untuk berbelanja sayuran, lalu

yang terakhir ada 3 respondens yang memiliki jumlah jam kerja kurang dari 5 jam

dan biasanya pedagang sayuran ini juga merupakan pedagang rumahan, dimana

pekerjaan ini merupakan pekerjaan sampingan untuk membantu keuangan di dalam

keluarga.

D. Hasil Uji Data Penelitian

1. Hasil Uji Kualitas Data

a. Hasil Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid (sah) jika pertanyaan pada

kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh

kuesioner tersebut (Ghozali, 2011: 52). Pengujian ini dilakukan dengan

menggunakan Pearson Correlation, pedoman suatu model dikatakan

valid jika signifikasinya di bawah 0,05 atau r hitung > r tabel (n=60, r

tabel= 0,2542) maka butir pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid.

Tabel berikut menunjukkan hasil uji validitas dari empat variabel yang

digunakan dalam penelitian ini. Tingkat Ekonomi Keluarga (KEU),

64

Kualitas Kesehatan (KES), Kualitas Pendidikan (PEN), Tingkat

Religiusitas (REL) dan Tingkat Kesejahteraan Keluarga Pedagang Sayur

(KPS) dengan jumlah 60 responden.

1) Uji Validitas Tingkat Keuangan Keluarga (KEU)

Tabel 4.11

Hasil Uji Validitas Tingkat Keuangan Keluarga (n=60)

Nomor Bukti

Pertanyaan

Pearson

Correlation

Sig (2-tailed) Keterangan

KEU_1 0,603 0,001 Valid

KEU_2 0,337 0,009 Valid

KEU_3 0,493 0,000 Valid

KEU_4 0,323 0,012 Valid

KEU_5 0,604 0,000 Valid

KEU_6 0,568 0,000 Valid

KEU_7 0,638 0,000 Valid

Sumber: Data Primer Diolah, 2018

Pada Tabel menunjukkan bahwa variabel Tingkat Keuangan Keluarga (KK)

mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikasi lebih

kecil dari 0,05 dan r hitung lebih besar daripada r tabel sebesar 0,2542. Hal ini

menunjukkan bahwa masing-masing pertanyaan pada variabel Tingkat Keuangan

Keluarga sah dan layak diajukan sebagai penelitian.

2) Uji Validitas Kualitas Kesehatan (KES)

Tabel 4.12

Hasil Uji Validitas Kualitas Kesehatan (n=60)

Nomor Bukti

Pertanyaan

Pearson

Correlation

Sig (2-tailed) Keterangan

KES_1 0,485 0,000 Valid

KES_2 0,566 0,000 Valid

KES_3 0,364 0,004 Valid

KES_4 0,413 0,001 Valid

KES_5 0,419 0,001 Valid

65

Sumber: Data Primer Diolah, 2018

Pada Tabel menunjukkan bahwa variabel Kualitas Kesehatan (KES)

mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikasi lebih

kecil dari 0,05 dan r hitung lebih besar daripada r tabel sebesar 0,2542. Hal ini

menunjukkan bahwa masing-masing pertanyaan pada variabel Kualitas Kesehatan

sah dan layak diajukan sebagai penelitian.

3) Uji Validitas Kualitas Pendidikan (PEN)

Tabel 4.13

Hasil Uji Validitas Kualitas Pendidikan (n=60)

Nomor Bukti Pertanyaan Pearson

Correlation

Sig (2-tailed) Keterangan

PEN_1 0,479 0,000 Valid

PEN_2 0,353 0,006 Valid

PEN_3 0,508 0,000 Valid

PEN_4 0,352 0,006 Valid

PEN_5 0,426 0,001 Valid

PEN_6 0,762 0,000 Valid

PEN_7 0,595 0,000 Valid

Sumber: Data Primer Diolah, 2018

Pada Tabel menunjukkan bahwa variabel Kualitas Pendidikan (PEN)

mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikasi lebih

kecil dari 0,05 dan r hitung lebih besar daripada r tabel sebesar 0,2542. Hal ini

menunjukkan bahwa masing-masing pertanyaan pada variabel Kualitas Kesehatan

sah dan layak diajukan sebagai penelitian.

4) Uji Validitas Tingkat Religiusitas (REL)

Tabel 4.14

Hasil Uji Validitas Tingkat Religusitas (n=60)

Nomor Bukti

Pertanyaan

Pearson

Correlation

Sig (2-tailed) Keterangan

REL_1 0,691 0,000 Valid

KES_6 0,600 0,000 Valid

KES_7 0,624 0,000 Valid

66

REL_2 0,485 0,000 Valid

REL_3 0,582 0,000 Valid

REL_4 0,510 0,000 Valid

REL_5 0,481 0,000 Valid

REL_6 0,390 0,002 Valid

REL_7 0,255 0,049 Valid

Sumber: Data Primer Diolah, 2018

Pada Tabel menunjukkan bahwa variabel Tingkat Religiusitas (REL)

mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikasi lebih

kecil dari 0,05 dan r hitung lebih besar daripada r tabel sebesar 0,2542. Hal ini

menunjukkan bahwa masing-masing pertanyaan pada variabel Kualitas Kesehatan

sah dan layak diajukan sebagai penelitian.

5) Uji Validitas Tingkat Kesejahteraan Pedagang Sayur (KPS)

Tabel 4.15

Hasil Uji Validitas Tingkat Kesejahteraan Pedagang Sayur (n=60)

Nomor Bukti

Pertanyaan

Pearson

Correlation

Sig (2-tailed) Keterangan

KPS_1 0,592 0,000 Valid

KPS_2 0,322 0,012 Valid

KPS_3 0,343 0,007 Valid

KPS_4 0,436 0,001 Valid

KPS_5 0,489 0,000 Valid

KPS_6 0,592 0,000 Valid

KPS_7 0,411 0,001 Valid

Sumber: Data Primer Diolah, 2018

Pada Tabel menunjukkan bahwa variabel Tingkat Kesejahteraan Pedagang

Sayur (KPS) mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai

signifikasi lebih kecil dari 0,05 dan r hitung lebih besar daripada r tabel sebesar

0,2542. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing pertanyaan pada variabel

Kualitas Kesehatan sah dan layak diajukan sebagai penelitian.

67

b. Hasil Uji Reabilitas

Uji reabilitas dilakukan untuk menilai konsistensi jawaban responen dari

waktu ke waktu. Suatu instrument penelitian dapat dikatakan reliabel jika nilai

cronbach alpha > dari r tabel. Nilai r tabel dalam penelitian ini sama dengan nilai r

tabel dalam uji validitas yaitu 0,2542. Berikut hasil uji reliabilitas untuk variabel

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 4.16

Hasil Uji Reabilitas Tingkat Kesejahteraan Pedagang Sayur (n=60)

Variabel Cronbach’s Alpha Keterangan

Tingkat Ekonomi Keluarga 0,443 Reliabel

Kualitas Kesehatan 0,337 Reliabel

Kualitas Pendidikan 0,421 Reliabel

Tingkat Religiusitas 0,492 Reliabel

Tingkat Kesejahteraan

Keluarga Pedagang Sayur

0,636 Reliabel

Sumber: Data Primer Diolah, 2018

Pada Tabel menunjukan nilai Cronbach’s Alpha atas variabel Tingkat

Keuangan Keluarga sebesar 0,443; Kualitas Kesehatan sebesar 0,327; Tingkat

Pendidikan sebesar 0,421; Tingkat Religiusitas 0,492; dan Tingkat Kesejahteraan

Keluarga Peagang Sayur sebesar 0,636. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai Cronbach’s Alpha lebih

dari r tabel yaitu 0,2542. Hal ini menunjukan bahwa setiap item pernyataan yang

digunakan mampu memperoleh data yang konsisten yang berarti bila pernyataan itu

diajukan kembali akan diperoleh jawaban yang relative sama dengan jawaban

sebelumnya

2. Hasil Uji Tabulasi Silang (Crosstabulation)

a. Penghasilan Per Bulan dengan Kualitas Kesehatan

68

Tabel di bawah ini menunjukan hasil dari tabulasi silang penghasilan

per bulan dengan kulitas kesehatan dalan hal mengatur pola istirahat yang

cukup dan teratur.

Diagram 4.1

Penghasilan Per Bulan Dengan Kualitas Kesehatan

Sumber: Data Primer Diolah, 2018

Dari hasil olahan diatas menunjukan bahwa pedagang sayur di Kota Jakarta

Timur cenderung tidak memperhatikan kesehatan mereka dilihat dengan sedikitnya

dari para pedagang sayur yang mengatur pola istirahatnya dengan cukup dan teratur,

dimana rata-rata pedagang sayur jarang mempunyai waktu istirahat. Pedagang

dengan tingkat pendapatan < Rp. 4.000.000/bulan menyatakan 7 orang jarang

mempunyai waktu untuk beristirahat dengan cukup. Pedagang dengan tingkat

pendapatan Rp. 4.000.000 – Rp. 6.000.000 menyatakan 7 orang rutin beristirahat

dengan cukup dan sedangkan 9 orang lainnya tidak mempunyai istirahat yang cukup

selama berjualan sayur. Pada pendapatan Rp.6.000.000-Rp.8.000.000 menyatakan 9

orang jarang mempunyai istirahat yang cukup sedangkan 2 orang selalu mempunyai

istirahat yang cukup. Pada tingkatan pendapatan Rp. 8.000.000 – Rp. 9.000.000 ada

7 orang menyatakan jarang mempunyai waktu istirahat yang cukup sedangkan 2

orang selalu mempunyai waktu yang cukup untuk beristirahat. Dan pada tingkatan

paling besar yaitu pendapatan > Rp. 10.000.000 menyatakan 13 orang jarang

mempunyai waktu istirahat sedangkan 4 orang lainnya selalu mempunyai waktu

yang cukup untuk beristirahat.

< 4.000.0004.000.000-6.000.000

6.000.000 -8.000.000

8.000.000 -9.000.000

> 10.000.000

jarang 7 9 9 7 13

selalu 0 7 2 2 4

0

2

4

6

8

10

12

14

69

b. Penghasilan Per Bulan dengan Tingkat Kesejahteraan Pedagang

Tabel di bawah ini menunjukan hasil tabulasi silang penghasilan per bulan

dengan variabel tingkat kesejahteraan pedagang sayur dalam hal memberikan

sumbangan untuk kegiatan sosial

Diagram 4.2

Penghasilan Per Bulan dengan Tingkat Kesejahteraan Pedagang

Sumber: Data Primer Diolah, 2018

Dari hasil olahan di atas menunjukan bahwa pedagang sayur yang di temui

oleh peneliti seluruhnya menyatakan bahwa mereka rata-rata setuju untuk

memberikan sumbangan untuk kegitan sosial. Pada tingkat pendapatan <

Rp.4.000.000 terdapat 1 orang yang tidak setuju untuk memberikan sumbangan, 3

orang cukup setuju untuk memberikan sumbangan dan 3 orang lainnya setuju untuk

memberikan sumbangan untuk kegiatan sosial, pada tingkat pendapatan Rp.

4.000.000 – Rp. 6.000.000 terdapat 1 orang tidak setuju, 8 orang cukup setuju dan, 7

orang lainnya setuju untuk memberikan sumbangan untuk kegiatan sosial. Pada

tingkat pendapatan Rp. 6.000.000 – Rp. 8.000.000 terdapat 6 orang cukup setuju

memberikan sumbangan dan 5 orang setuju untuk memberikan sumbangan, pada

penghasilan Rp. 6.000.000 – Rp.8.000.000 terdapat 6 orang cukup setuju untuk

memberikan sumbangan untuk kegiatan sosial, kemudian 3 orang lainnya setuju

untuk memberikan sumbangan untuk kegiatan sosial. Dan yang terakhir pada tingkat

pendapatan Rp. 10.000.000 sebanyak 3 orang menyatakan cukup setuju memberikan

sumbangan dan sisanya sebanyak 14 orang setuju memberikan sumbangan untuk

< 4.000.0004.000.000-6.000.000

6.000.000 -8.000.000

8.000.000 -9.000.000

> 10.000.000

tidak setuju 1 1 0 0 0

cukup setuju 3 8 6 6 3

setuju 3 7 5 3 14

1 1 0 0 0 3

8

6 6

3 3

7

5

3

14

0

2

4

6

8

10

12

14

16

70

kegiatan sosial bahkan diantaranya rutin untuk memberikan sumbangan. Hal tersebut

menunjukan bahwa secara umum pedagang sayur rata-rata menyetujui untuk

memberikan sumbangan untuk kegiatan sosial , dapat dilihat pula bahwa semakin

tinggi penghasilan pedagang, mereka tidak sungkan untuk memberikan

sumbangannya untuk kegiatan sosial.

c. Pola Kerja (Jumlah Jam Kerja) dengan Tingkat Keuangan Keluarga

Tabel di bawah ini menunjukan hasil tabulasi silang pola kerja (jumlah jam

kerja) dengan tingkat keuangan keluarga dalam hal cukup memenuhi atau membiayai

kebutuhan keluarga.

Diagram 4.3

Pola Kerja (Jumlah Jam Kerja) dengan Tingkat Keuangan Keluarga

Sumber: Data Primer diolah, 2018

Dari hasil tabulasi silang antara pola kerja (jam kerja) dengan tingkat

keuangan keluarga pedagang sayur yang dilakukan peneliti menunjukan bahwa

pemasukan dari berjualan sayur cukup untuk membiayai kebutuhan keluarga. Untuk

pedagang sayur yang bekerja dalam rentang waktu > 5 jam per hari menyakatan 1

orang cukup setuju dan 3 orang menyatakan setuju dengan berjualan sayur dapat

memenuhi kebutuhan keluarga. Pedagang sayur dengan rentang waktu 5-8 jam per

hari menyatakan 1 orang cukup setuju dan 3 orang setuju dengan berjualan sayur

dapat memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. Pedagang sayur dengan rentang

waktu 8-11 jam per hari menyatakan 1 orang tidak setuju bahwa dengan berjualan

sayur saja dapat memenuhi kebutuhan keluarga, 3 orang cukup setuju, dan 25 orang

> 5 jam 5 - 8 jam 8- 11 jam 11 - 14 jam > 14 jam

tidak setuju 0 0 1 0 0

cukup setuju 1 1 3 4 1

setuju 3 3 25 15 3

0 0 1 0 0 1 1 3 4 1 3 3

25

15

3 0

5

10

15

20

25

30

71

setuju bahwa penghasilan berjualan sayur dapat mencukupi kebutuhan keluarga

sehari-hari. Dalam rentang waktu 11-14 jam menyatakan 4 orang cukup setuju dan

15 orang setuju, lalu yang terakhir pada rentang waktu > 14 jam per hari

menayatakan 1 orang cukup setuju dan 3 orang setuju dengan berjualan sayur dapat

meningkatkan pendapatan dan mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari. Dari hal

tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas pedagang sayur setuju dengan berjualan

dapat memenuhi kebutuhan keluarga.

d. Penghasilan Per Bulan dengan Pendidikan Terakhir

Tabel di bawah ini adalah hasil dari tabulasi silang antara penghasilan per

bulan dengan pendidikan terakhir pedagang sayur.

Diagram 4.4

Penghasilan Per Bulan dengan Pendidikan Terakhir

Sumber: Data Primer diolah, 2018

Dari hasil tabulasi silang diketahui bahwa pedagang sayur terdapat 9 orang

yang tidak bersekolah, 2 orang diantaranya berpenghasilan < Rp. 4.000.000, 2 orang

Rp. 4.000.000 – Rp.6.000.000, 3 orang lainnya berpenghasilan Rp. 6.000.000 – Rp.

8.000.000 dan sisanya 2 orang dengan penghasilan Rp.8.000.000 – Rp. 9.000.000.

Pedagang sayur dengan tingkat pendidikan terakhir SD sebanyak 14 orang, dimana

rata-rata paling banyak mempunyai penghasilan per bulan Rp. 4.000.000 – Rp.

6.000.000. Pedagang sayur dengan tingkat pendidikan terakhir SMP sebanyak 10

tidakbersekolah

SD SMP SMA D3 SARJANA

< Rp. 4 Juta 2 3 1 1 0 0

Rp. 4 - 6 Juta 2 4 5 5 0 0

Rp. 6 - 8 Juta 3 3 1 2 1 1

Rp. 8 - 9 Juta 2 3 2 2 0 0

Rp. > 10 Juta 0 1 1 9 4 2

2 3

1 1 0 0 2

4 5 5

0 0 3 3

1 2 1 1 2 3

2 2 0 0 0 1 1

9

4

2 0123456789

10

72

orang dengan paling banyak mempunyai penghasilan per bulan sebesar Rp.

4.000.000 – Rp. 6.000.000.

Pedagang sayur dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 19 orang, dimana

tingkat pendidikan terakhir SMA merupakan pendidikan terakhir paling banyak dari

pedagang sayur, rata-rata pedagang sayur dengan tingkat pendidikan SMA

mempunyai penghasilan rata-rata > Rp. 10.000.000 dimana 9 orang dari 19

responden memiliki pendapatan diatas Rp.10.000.000 dengan kira-kira penghasilan

per hari sebesar Rp.300.000 – Rp.500.000 dalam sehari. Lalu pedagang sayur

dengan tingkat pendidikan terakhir D3 dan Sarjana memiliki jumlah sebanyak 8

orang, 5 diantaranya mempunyai pendidikan terakhir D3, dimana 1 orang memiliki

penghasilan sebesar Rp.6.000.000 – Rp. 8.000.000 lalu sisanya 4 orang memiliki

penghasilan > Rp. 10.000.000. Pedagang sayur dengan tingkat pendidikan terakhir

sarjana sebanyak 3 orang dengan rata-rata penghasilan paling banyak sebesar >

Rp.10.000.000.

e. Penghasilan Per Bulan dengan Jenis Kelamin

Tabel di bawah ini adalah hasil dari tabulasi silang antara penghasilan per

bulan dengan jenis kelamin pedagang sayur

Diagram 4.5

Penghasilan Per Bulan dengan Jenis Kelamin

Sumber: Data Primer diolah, 2018

< 4.000.0004.000.000-6.000.000

6.000.000 -8.000.000

8.000.000 -9.000.000

> 10.000.000

laki-laki 3 4 4 4 12

perempuan 4 12 7 5 5

3 4 4 4

12

4

12

7

5 5

0

2

4

6

8

10

12

14

73

Dari hasil tabulasi silang diketahui bahwa pedagang sayur perempuan lebih

banyak dibandingkan dengan pedagang sayur laki-laki. Terdapat 4 laki-laki, dan 3

perempuan pedagang sayur dengan penghasilan per bulan rata-rata <Rp. 4.000.000.

Pedagang sayur dengan penghasilan per bulan rata-rata Rp.4.000.000- Rp. 6.000.000

memiliki 4 pedagang laki-laki dan 12 pedagang perempuan, kemudian pedagang

sayur dengan penghasilan Rp.6.000.000 – Rp. 8.000.000 memiliki 4 pedagang sayur

laki-laki dan 7 pedagang perempuan. Kemudian pedagang sayur dengan pendapatan

Rp. 6.000.000-.Rp. 8.000.000 memiliki 4 pedagang laki-laki dan 7 pedagang

perempuan, pedagang sayur dengan pendapatan Rp. 8.000.000 – Rp. 9.000.000

memiliki pedagang sebanyak 9 orang dimana terdapat 4 pedagang laki-laki dan 5

pedagang perempuan, lalu yang terakhir sebanyak 17 orang dengan tingkat

pendapatn per bulan > Rp.10.000.000 terdapat lebih banyak laki-laki dibandingkan

perempuan dimana pedagang laki-laki terdapat 12 orang dan pedagang perempuan

sebanyak 5 orang. Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa rata-rata pedagang

sayur di digeluti oleh kebanyakan perempuan dibandingkan oleh laki-laki,

perempuan yang bekerja sebagai pedagang sayur biasanya merupakan pekerjaan

sampingan, dimana hasil dari berjualan tujuannya adalah membantu keuangan

keluarga dimana kepala keluarga mempunyai penghasilan yang kecil sehingga tidak

dapat memenuhi seutuhnya kebutuhan keluarga.

f. Usia dengan Tingkat Religiusitas

Tabel di bawah ini adalah hasil dari tabulasi silang antara usia dengan tingkat

religiusitas dalam hal shalat wajib 5 waktu. Dari hasil tabulasi silang diketahui

terdapat 37 pedagang sayur selalu melakukan shalat wajib 5 waktu, dan 23 pedagang

sayur menyatakan jarang melakukan shalat wajib 5 karena alasan pekerjaan yang

tidak bisa ditinggalkan. Pedagang sayur yang menyatakan jarang melakukan shalat

wajib 5 waktu yaitu pedagang sayur yang mempunyai umur bekisar 37-42 tahun dan

43-48 tahun dimana masing-masing terdapat 7 orang yang mengaku jarang

melakukan shalat wajib 5 waktu. Kemudian pedagang sayur yang menyatakan selalu

shalat wajib 5 waktu mempunyai usia bekisar 55-60 tahun dimana terdapat 8 orang.

74

Diagram 4.6

Usia dengan Tingkat Religiusitas

Sumber: Data Primer diolah, 2018

g. Penghasilan per bulan dengan pendidikan

Tabel di bawah ini adalah hasil dari tabulasi silang antara penghasilan per

bulan dengan pendidikan dalam hal anak mendapatkan pendidikan selain di sekolah

atau tempat bimbel/les.

Diagram 4.7

Penghasilan per bulan dengan pendidikan

Sumber: Data Primer diolah, 2018

Dari hasil tabulasi silang diketahui bahwa semakin besar penghasilan maka

semakin besar pula kemampuan untuk memberikan pendidikan yang terbaik untuk

25 - 30tahun

31 - 36tahun

37 - 42tahun

43 - 48tahun

49 - 54tahun

55 - 60tahun

jarang 1 4 7 7 3 1

selalu 4 7 8 4 6 8

1

4

7 7

3

1

4

7

8

4

6

8

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

< 4.000.0004.000.000-6.000.000

6.000.000 -8.000.000

8.000.000 -9.000.000

> 10.000.000

tidak setuju 1 1 0 0 0

cukup setuju 3 8 6 6 3

setuju 3 7 5 3 14

1 1 0 0 0 3

8

6 6

3 3

7

5

3

14

0

2

4

6

8

10

12

14

16

75

anak salah satunya dengan bimbel atau les. Diketahui sebanyak 32 orang menyetujui

untuk memberikan pendidikan diluar sekolah seperti bimbel atau les, dan sisanya

sebanyak 26 cukup setuju dan 2 orang lainnya tidak setuju. Responden dengan

penghasilan per bulan sebanyak > Rp.10.000.000 merupakan responden terbanyak

yang setuju untuk memberikan pendidikan di luar sekolah, dilihat dari 17 responden,

14 diantaranya menyetujui untuk meberikan les atau bimbel sisanya 3 orang cukup

setuju untuk memberikan les atau bimbel. Ada 2 responden yang tidak menyetujui

untuk memberikan les atau bimbel dengan pendapatan responden > Rp.4.000.000

dan pendapatan sekitar Rp.4.000.000 – Rp.6.000.000 alasan utama tidak memberikan

pendidikan di luar sekolah karena kebutuhan ekonomi keuarga belum tercukupi

dengan baik sehingga memaksimalkan pelajaran anak dengan belajar di rumah.

h. Hasil Tabel Komparatif

Tujuan tabel komparatif dalam penelitian ini adalah untuk melihat

perbandingan pedagang sayur di Pasar Induk Kramat Jati, Pasar Ciracas dan

pedagang rumahan.

1) Jumlah Pedagang Dalam Penelitian

Secara keseluruhan pemulung yang berhasil dijadikan sampel dalam

penelitian ini berjumlah 60 orang.

Tabel 4.17

Jumlah Pedagang Dalam Penelitian

Keterangan Jumlah

Orang %

Pasar Induk Kramat Jati 20 33,3

Pasar Ciracas 20 33,3

Pedagang Rumahan 20 33,3

Total 60 100%

Sumber: Data Primer diolah, 2018

2) Pendidikan Terakhir Pedagang Sayur Dalam Penelitian

Dari pendidikan terakhir diketahui bahwa pada tingkatan pedagang di

pasar induk memiliki presentase pendidikan lebih tinggi dibandingkan

dengan pedagang di pasar ciracas dan pedagang rumahan. Hal tersebut dapat

76

dilihat dari tingkatan lulusan D3 dan Sarjana hanya berada pada pedagang di

pasar induk, alasan para pedagang dengan lulusan tinggi menjadi pedagang

karena menurut mereka berdagang merupakan suatu usaha yang menjanjikan

dimana semakin dapat mengembangkan usaha maka semakin besar pula

pendapatan yang dihasilkan, pedagang sayur di pasar induk bisanya tidak

bekerja sendiri mereka biasanya memiliki tenaga kerja untuk membantu

pekerjaan mereka dikarenakan jam buka pasar induk yang hampir 24 jam.

Pedagang sayur di Pasar Ciracas dan pedagang rumahan memiliki

tingkat pendidikan tertingggi hanya sampai sekolah menengah atas, adapula

dari sebagian pedagang yang tidak bersekolah, alasan dari dua penjual

tersebut bervariasi mulai dari susahnya mencari pekerjaan hingga tak ada

pilihan lain selain berjualan sayur, apalagi dilihat dari rata-rata pedagang

sayur yang berasal dari luar daerah sehingga tidak ada pilihan pekerjaan

dengan pendidikan yang rendah serta tidak memiliki keterampilan yang

tinggi, sehingga satu-satunya jalan keluar yang bisa dilakukan yaitu dengan

berusaha sendiri dengan menjadi pedagang sayur

Tabel 4.18

Jumlah Pendidikan Terakhir Pedagang (n=60)

Pendidikan Pasar Induk Pasar Ciracas Pedagang

Rumahan

Tidak Sekolah 4% 8% 8%

SD 5% 8% 7%

SMP 8% 4% 5%

SMA 17% 8% 10%

D3 4% 0 0

SARJANA 4% 0 0

Total 42% 28% 30%

Sumber: Data Primer diolah, 2018

3) Penghasilan per Bulan Pedagang Sayur Dalam Penelitian

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dari segi pendapatan

pedagang di Pasar Induk per hari memiliki penghasilan bekisar Rp. 500.000-

77

Rp.1.500.000 dengan rata-rata penghasilan dalam sebulan sekitar lebih dari

Rp.10.000.000 berbeda dengan Pasar Ciracas yang penghasilan rata-ratanya

bekisar Rp.150.000 - Rp.300.000 per hari dengan penghasilan per bulan

sekitar Rp. 4.000.000 – Rp.6.000.000, lalu pedagang rumahan yang

memiliki pendapatan kurang dari Rp.150.000 dengan pendapatan per bulan

sekitar kurang dari Rp.4.000.000. Biasanya penghasilan di Pasar Induk lebih

besar dibandingkan dengan Pasar Ciracas dan Pedagang Rumahan karena

jumlah jam kerja yang lebih banyak, dan barang dagangan juga lebih banyak

sehingga mendapatkan penghasilan yang lebih besar, di Pasar Induk juga

biasanya mempekerjakan orang lain untuk berjualan dikarenakan jumlah jam

kerja yang lebih dari 14 jam sehari berbeda dengan pedagang pasar ciracas

dan pedagang rumahan yang hanya memiliki jam kerja 8-11 jam sehari.

Tabel 4.19

Jumlah Penghasilan per Bulan Pedagang Sayur (n=60)

Penghasilan Pasar Induk Pasar

Ciracas

Pedagang

Rumahan

< Rp.4.000.000 - - 13%

Rp.4.000.000-

Rp.5.999.999

- 3% 23%

Rp.6.000.000-

Rp.7.999.999

- 10% 8%

Rp.8.000.000-

Rp.9.999.999

2% 13% -

> Rp.10.000.000 28% - -

Jumlah 30% 26% 44%

Sumber: Data Primer diolah, 2018

i. Hasil Korelasi Spearman Rank

Uji korelasi untuk mengetahui tingkat koefisiensi hubungan antar variabel.

Uji korelasi Spearman Rank digunakan terhadap data yang berbentuk kategorik dan

berskala ordinal.

78

Tabel 4.20

Hasil Pengujian Hubungan Antar Variabel

Hubungan Koefisien Korelasi Kategori

Tingkat Keungan

Keluarga (X1) dengan

Tingkat Kesejahteraan (Y)

0,676 Kuat

Kualitas Kesehatan (X2)

dengan Tingkat

Kesejahteraan (Y)

0,639 Kuat

Tingkat Religiusitas (X3)

dengan Tingkat

Kesejahteraan (Y)

0,491 Sedang

Tingkat Pendidikan (X4)

dengan tingkat

Kesejahteraan (Y)

0,480 Sedang

Sumber: Data Primer Diolah, 2018

Tabel di atas menunjukan bahwa hubungan tingkat keuangan keluarga

dengan tingkat kesejahteraan sebesar 0,676 yang artinya besaran hubungannya kuat.

Sementara hubungan kualitas kesehatan dengan tingkat kesejahteraan adalah sebesar

0,639 yang artinya besaran hubungannya kuat, hubungan tingkat religiusitas dengan

tingkat kesejahteraan sebesar 0,491 yang artinya hubungannya sedang, sedangkan

tingkat pendidikan dan tingkat kesejahteraan adalah sebesar 0,480 yang berarti

memiliki hubungan yang sedang.

Hasil korelasi Spearman Rank antara tingkat keuangan keluarga dengan

kesejahteraan keluarga pedagang sayur menunjukan hasil yang tinggi hal ini

menunjukan bahwa hubungan antara keuangan keluarga dan kesejahteraan keluarga

pedagang sayur menunjukan hubungan yang positif dimana jika tingkat keuangan

keluarga naik maka tingkat kesejahteraan juga akan meningkat. Seperti yang

diungkapkan oleh Mas Aan (37 tahun; 8 Juli 2018) seorang pedagang sayur di Pasar

Ciracas, ia mengatakan bahwa besarnya pendapatan sangat mempengaruhi

79

kesejahteraan keluarga. Karena dengan pendapatan yang tinggi, kebutuhan keluarga

akan terpenuhi, tidak hanya sebatas kebutuhan pokok, tetapi juga kebutuhan lainnya

seperti barang elektronik dan rekreasi.

Hal tersebut juga sama dengan teori yang dikemukakan oleh Todaro

(2003:235) jika tingkat keuangan bertambah atau naik maka tingkat kesejahteraan

juga akan meningkat. Dimana yang awalnya hanya memenuhi kebutuhan pokok

dapat berubah menjadi kebutuhan non pokok seperti berjalan-jalan, memebeli barang

mewah maupun dalam bentuk pelarian modal (capital flight). Sama halnya seperti

penelitian yang dilakukan oleh Wiyono (2014:3) yang menyatakan bahwa

pendapatan keluarga dipergunakan untuk memenuhi seluruh kebutuhan keluarga

mulai dari kebutuhan pokok sampai kebutuhan non pokok, dimana kondisi

pendapatan yang baik bagi keluarga adalah keluarga memiliki pendapatan yang lebih

besar dibandingkan dengan pengeluarannya, dimana biasanya pendapatan yang

berlebih akan ditabung untuk memenuhi kebutuhan luar yang tidak terduga.

Hubungan kualitas kesehatan dengan tingkat kesejahteraan pedagang sayur

dari hasil korelasi Spearman Rank menunjukan hasil yang kuat. Hal ini menunjukan

bahwa pedagang menyadari bahwa kesehatan merupakan hal yang penting, dimana

semakin sehat kondisi tubuh maka pekerjaan juga akan menjadi semakin baik. Oleh

sebab itu sangat penting untuk mengatur pola istirahat yang cukup, menjaga

makanan yang masuk ke dalam tubuh karena apabila sakit mereka tidak dapat

bekerja, dengan tidak bekerja maka tidak ada pemasukan yang di dapatkan untuk

membiayai kebutuhan sehari-hari di dalam keluarga. Sama seperti yang disampaikan

oleh Bapak Maryadi (40 Tahun; 6 Juli 2018) “Menurut saya kesehatan merupakan

hal utama meski berjualan hampir 24 jam saya tidak pernah lupa menyediakan

sedikit waktu untuk beristirahat di sela-sela rutinitas saya sebagai pedagang”.

Seperti penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati (2017:88) di dalam

penelitiannya kesehatan merupakan kunci utama dari berdagang sayur di pasar

Kabupaten Majalengka, dimana dengan kondisi yang sehat pedagang sayur mampu

berjualan dengan baik. Oleh sebab itu rata-rata pedagang sayur di Kabupaten

Majalengka mulai menerapkan pola hidup sehat mulai dari sarapan sebelum

beraktifitas sampai dengan meneyediakan sedikit waktu luang untuk beristirahat. Hal

tersebut sama dengan pengertian kesehatan menurut WHO (1948:58), dimana

80

kesehatan merupakan keadaan sejahtera dalam fisik, mental maupun sosial tanpa ada

keluhan sama sekali (cacat atau sakit). Kesehatan juga merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi penampilan dan kebugaran tubuh dimana menurut WHO ada

beberapa aspek menuju prilaku hidup bersih dan sehat salah satunya adalah dengan

makan dengan menu yang seimbang, olahraga yang teratur hingga istirahat dengan

cukup.

Hubungan antara tingkat religiusitas dengan tingkat kesejahteraan keluarga

pedagang sayur menunjukan hasil yang sedang. Hal ini menunjukan bahwa

sebenarnya jika semakin tinggi tingkat religiusitas maka akan semakin tinggi pula

tingkat kesejahteraan. Seperti yang ditulis oleh Djamaluddin Ancok dan Fuad

Nashori (2010:78) dalam bukunya yang berjudul psikologi islam dimana agama

mengandung arti ikatan yang harus dipegang atau dipatuhi oleh setiap manusia,

dimana agama selain menjadi motivasi dan nilai etik juga merupakan harapan.

Dimana motivasi mendorong seseorang untuk berkreasi, berbuat kebajikan maupun

pengorbanan, sedangkan nilai etik mendorong seseorang untuk menepati janji dan

amanat, hal tersebutlah yang membuat tingkat kesejahteraan setiap manusia

meningkat yaitu adanya rasa sikap mensyukuri dan ikhlas menerima setiap kejadian

yang terjadi di dalam hidupnya. Seperti yang disampaikan oleh Ibu Aminah (50

tahun; 5 Juli 2018) pedagang sayur rumahan, ia mengatakan bahwa “berdasarkan

pengalaman saya, ketaatan dalam beragama atau beribadah tidak berdampak pada

penghasilan. Akan tetapi, semakin besar ketaatan beribadah seseorang, maka saya

meyakini bahwa hatinya akan terasa lebih tenang dan bahagia”. Hal tersebut sama

dengan penelitian yang dilakukan oleh Ulyatin (2018:74) yang menyatakan bahwa

tingkat religiusitas pengemudi Gojek di Kota Tangerang relatif baik. Dimana tingkat

religiusitas dalam arti sejehtera ini adalah rasa nikmat, berkah, halal tenang dan

menerima atas apa yang telah di dapatkan.

Hubungan kualitas pendidikan dengan tingkat kesejahteraan keluarga

pedagang dari hasil korelasi Spearman Rank menunjukan hasil yang sedang.

Walaupun jenis latar belakang pendidikan setiap pedagang berbeda, orientasi untuk

pendidikan anak rata-rata sama, dimana setiap orangtua pasti menginginkan yang

terbaik untuk pendidikan dan masa depan anak mereka. Seperti yang dikatakan oleh

Bapak Tukul (42 tahun; 6 Juli 2018) seorang pedagang di Pasar Induk, Kramat Jati,

81

ia mengatakan bahwa “walaupun tidak memiliki pendidikan tinggi, tetapi saya

menginginkan pendidikan yang setinggi mungkin untuk anak saya, karena saya

mengetahui bahwa pendidikan adalah hal yang utama”. Kemudian sama seperti yang

disampaikan oleh Bapak Kuswanto (40 Tahun; 6 Juli 2018) seorang pedagang di

Pasar Induk, Kramat Jati, ia mengatakan bahwa “menurut saya, pendidikan adalah

hal utama yang perlu diterapkan kepada setiap orang, karena dengan pendidikan

karakter setiap individu dapat terbentuk, saya pula meyakini dengan pendidikan yang

tinggi dapat mempermudah seseorang untuk mencari pekerjaan, oleh karena itu

meskipun pendidikan saya hanya sebatas sekolah dasar, saya menginginkan anak-

anak saya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin”.

Hal tersebut sama dengan undang-undang Susdikas No. 20 Tahun 2003 pasal

1 ayat 1 dimana di dalam pasal tersebut menjelaskan bahwa pendidikan merupakan

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran peserta didik

secara aktif untuk mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan dalam

kepribadian diri, pengendalian, kecerdasan dan akhlak mulia yang diperlukan dirinta,

masyarakat, bangsa maupun negara. Hal ini sependapat dengan Muhammad Saroni

(2011:76) dimana pendidikan merupakan proses kehidupan untuk menyeimbangkan

kondisi dalam diri dengan kondisi luar diri untuk dapat mengikuti setiap kegiatan

yang berlangsung di dalam kehidupan. Oleh sebab itu pendidikan merupakan salah

satu cara meningkatkan tingkat kesejahteraan seseorang maupun keluarga, dimana

pendidikan bisa menjadi jalan keluar seseorang untuk mendapatkan pekerjaan dan

mendapatkan penghasilan dimana penghasilan selain dapat memenuhi kebutuhan diri

sendiri juga dapat membantu anggota keluarga.

Dari hasil korelasi dapat ditarik sebuah kesimpulan secara umum, pedagang

sayur di Kota Jakarta Timur menempati level keluarga KS-III, karena telah

memenuhi indikator yang terdapat dalam keluarga KS-III seperti keluarga sering ikut

dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggal, sebagian penghasilan

ditabung dan memperoleh informasi dari surat kabar/majalah/radio/televisi. Dilihat

dari perspektif ekonomi bahwa variabel keuangan keluarga atau pendapatan yang

dihasilkan masih menjadi tolak ukur utama dalam hal kesejahteraan keluarga.

Dimana pedagang sayur berpendapat bahwa semakin banyak waktu yang dikeluarkan

82

untuk bekerja, maka pendapatan juga akan semakin besar dilihat dari hasil nilai

korelasi antara keuangan keluarga dengan tingkat kesejahteraan pedagang sayur.

Berdasarkan kesimpulan diatas dapat diketahui bahwa penelitian ini mampu

diterapkan untuk masa mendatang hal ini dikarenakan pedagang sayur merupakan

salah satu pekerja di sektor informal yang membantu mengolah sumber daya

manusia yang berlebih. Terlepas dari itu pedagang sayur merupakan pekerjaan yang

tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia sehari-hari, dimana para pedagang

merupakan salah satu pembantu kegiatan para ibu rumah tangga dalam melengkapi

kebutuhan pokok akan sayuran dan makanan lainnya. Dengan hasil penelitian ini,

bisa dijadikan bahan evaluasi bagi pemerintah untuk lebih memperhatikan

kesejahteraan untuk keluarga yang bekerja di sektor informal, dikarenakan pedagang

sayur juga berkontribusi dalam memberikan pendapatan untuk daerah melalui

retribusi yang dibayarkan kepada pengelola. Untuk pihak lain, penelitian ini

diharapkan menambah khasanah ilmu ekonomi, khususnya ekonomi pembangunan.

Selain itu, melengkapi kajian mengenai tingkat kesejahteraan pedagang sayur

melalui tingkat kesejahteraannya.

82

BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang di dapat dari hasil

penelitian, peneliti memperoleh kesimpulan yang dapat diambil dari tingkat

keuangan keluarga, kualitas kesehatan, tingkat religiusitas, tingkat pendidikan

dan tingkat kesejahteraan keluarga pedagang sayur di sekitar daerah Kota

Jakarta Timur sebagai berikut :

a. Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman Rank hubungan antara tingkat

keuangan keluarga dengan tingkat kesejahteraan pedagang sayur sebesar

0,676 hal ini menyatakan bahwa hubungan tingkat koefisien sangat kuat.

Hal ini menunjukan bahwa tingkat keuangan sangat berpengaruh terhadap

kesejahteraan

b. Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman Rank hubungan antara tingkat

kesehatan dengan tingkat kesejahteraan pedagang sayur sebesar 0,639 hal

ini menunjukan bahwa koefisien sangat kuat. Hal ini menunjukan bahwa

pedagang sayur sadar bahwa berdagang memerlukan ketahanan dan

kekuatan fisik, maka mereka selalu berusaha menjaga kesehatan mereka

agar ketika berjualan pedagang memiliki fisik yang kuat dan sehat, karena

dengan fisik yang kuat dan sehat pekerjaan mereka dapat berjalan dengan

lancar.

c. Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman Rank hubungan antara tingkat

religiusitas dengan tingkat kesejahteraan keluarga pedagang sayur adalah

sedang dengan koefisien sebesar 0,491. Hal ini menunjukan bahwa

tingkat religiusitas pedagang sayur di Jakarta Timur cenderung baik,

walapun arti sejahtera di antara beberapa pedagang dengan tingkat

religiusitas itu sendiri berbeda.

d. Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman Rank hubungan antara kualitas

pendidikan dengan tingkat kesejahteraan keluarga pedagang sayur adalah

sedang dengan koefisien sebesar 0,480. Hal ini menunjukan bahwa

pedagang sayur memperhatikan pentingnya pendidikan. Meskipun

83

pendapatan mereka dan latar pendidikan mereka tidak tinggi, untuk

pendidikan keluarga sangat mereka perhatikan karena harapan mereka

dengan pendidikan anak yang baik, maka hasil dari proses pendidikan itu

pun baik bahkan bisa lebih baik dibandingkan mereka.

A. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan dari hasil

lapangan, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Kesejahteraan dengan keuangan keluarga menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang kuat. Secara tidak langsung, keuangan keluarga

berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga. Meskipun demikian,

sebenarnya sejahtera tidak dapat dilihat hanya dari hal-hal yang bersifat

finansial, melainkan dapat juga dilihat dari sikap kebersamaan dan empati

sosial. Oleh sebab itu, sebaiknya para pedagang sayur dapat melihat

kesejahteraan sebagai salah satu kebahagiaan yang sederhana, yang dapat

diraih walaupun tidak memiliki pendapatan yang tinggi.

2. Berdasarkan kesimpulan telah diketahui bahwa tingkat kesehatan

memiliki hubungan yang kuat terhadap kesejahteraan pedagang, oleh

sebab itu kesehatan yang baik menjadi kunci utama dalam kelancaran

pekerjaan, beberapa pedagang melihat bahwa kesehatan diukur melalui

pola makan yang baik, istirahat yang cukup, dan meluangkan waktu untuk

berolahraga. Selain itu adapula yang harus dipersiapkan oleh para

pedagang misalnya mulai mempersiapkan jaminan kesehatan seperti

BPJS atau asuransi kesehatan lainnya, supaya ketika pedagang sayur

mengalami sesuatu hal yang tidak terduga mengenai kesehatan dapat

langsung dibawa ke tempat sarana kesehatan seperti rumah sakit maupun

puskesmas.

3. Dari kesimpulan telah diketahui bahwa pemahaman kesejahteraan setiap

pedagang sayur berbeda-beda, terutama mengenai arti ibadah. Banyak di

antara pedagang sayur dalam penelitian ini menilai bahwa berdagang

sama dengan melakukan ibadah. Padahal, pengertian ibadahn tidak hanya

sebatas berdagang, melainkan ketaatan kita terhadap Allah SWT dalam

84

melaksanakan setiap perintahNya. Dengan demikian, diperlukan

pemahaman yang lebih baik di kalangan pedagang sayur mengenai

agama, diantaranya dengan mengadakan acara keagamaan di sekitar pasar

untuk menambah pemahaman agama bagi para pedagang.

4. Pendidikan dengan kesejahteraan keluarga menunjukan hubungan yang

baik, dimana dengan pendidikan orangtua yang tidak terlalu tinggi

mereka mengharapkan pendidikan yang baik untuk anak-anak mereka.

Banyak hal yang ditempuh oleh pedagang untuk pendidikan anak salah

satunya dengan membiayai pembelajaran di luar sekolah. Saran yang

dapat diambil dengan kesimpulan di atas adalah walaupun anak

mendapatkan pendidikan di sekolah maupun di luar sekolah, peran

orangtua juga penting dalam pendidikan anak dimana orangtua sebagai

institusi utama pengembangan anak dimana keluarga dapat memberikan

lingkungan psikologi yang sehat bagi keluarga dimana orangtua berperan

memberikan cinta dan kasih sayang terhadap anak. Oleh sebab itu selain

bekerja pedagang yang juga berperan sebagai orangtua juga harus

mempunyai waktu luang untuk anggota keluarga terutama dalam hal

mendidik anak.

85

DAFTAR PUSTAKA

Albert, M. & Hahnel, R. 2005. Traditional Welfare Theory,

(www.zmag.org/books/1/html) (diakses pada 12 mei 2018)

Ancok, Djamaludin dan Suroso F.N. 2004. Psikologi Islam Solusi Atas Problem-

Problem Psikologi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Ardhianto, Rofiza dan Haryati, Titik. 2015. Pengaruh Pendapatan Nelayan Perahu

Rakit Terhadap Pola Konsumsi Warga. Economics Development Analysis

Journal 5 (1) (2016)

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 2009. Hubungan Program

Keluarga Berencana Nasional dengan Kesejahteraan Keluarga. Jakarta:

BKKBN.

Badan Pusat Statistik DKI Jakarta. 2018. Distribusi dan Kepedatan Penduduk

Menurut Kabupaten Kota di Provinsi DKI Jakarta. Badan Pusat Statistika

Jakarta. (Diakses 23 Januari 2018).

Badan Pusat Statistik Indonesia. 2017. Indeks Kebahagiaan Masyarakat Jakarta.

Hlm 2 – 4.

Badan Pusat Statistik Indonesia. 2017. Indeks Kebahagian Indonesia. : Badan Pusat

Statistik. (Diakses 20 Desember 2017).

Badan Pusat Statistik Indonesia. 2017. Indikator Kesejahteraan Rakyat. Hlm 151-

198.

Badan Pusat Statistik Indonesia. 2017. Jumlah Tenaga Kerja Indonesia. : Badan

Pusat Statistik. (Diakses 20 Desember 2017).

Badan Pusat Statistik, 2001, Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas 2001),

Jakarta.

Bappenas, 2000. Program Pembangunan Nasional Penanggulangan Kemiskinan.

Makalah Diskusi Rakor-Pokja Operasional Gerakan Terpadu Pengentasan

Kemiskinan Tk. Pusat. 13 Juni 2000. Jakarta.

Berita Resmi Statistik BPS Jakarta. 2017. Indeks Kebahagiaan DKI Jakarta Tahun

2017. Hlm 1-2

Chalid, Pheni. 2009. Sosiologi Ekonomi,Jakarta, 2009, Center for Social Economic

86

Chavkin, David L. Williams Jr. 1989. Low Income Parents’ Attitudes toward Parent

nvolvement in Education. Journal of Sociology and Social Welfare. Vol 16

Diener, E., Helliwell, J., Lucas, R., & Schimmack, U. (2009). Well-being for public

policy. USA: Oxford University Press.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS

19. Edisi Kelima. Universitas Diponegoro, Semarang.

Glock, C. & Stark, R. 1966. Religion and Society In Tension. Chicago: University of

California

https://nasional.kontan.co.id/news/ekonom-indef-angka-kemiskinan-indonesia-

mengalami-penurunan-dari-tahun-ke-tahun (Diakses 20 Oktober 2018)

Herdiansyah, Haris. 2010. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial.

Jakarta: Salemba Humanika

Husein, Umar. 2008. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta. PT

Rajagrafindo Persada.

Jakarta Open Data. 2018. Jumlah Pasar Menurut Kota dan Waktu Kegiatan di DKI

Jakarta. Jakarta Open Data (Diakses 18 Agustus 2018).

Jakarta Open Data. 2018. Jumlah Pasar yang Dikelola PD. Pasar Jaya Menurut

Kota dan Potensi. Jakarta Open Data (Diakses 18 Agustus 2018).

Jalaluddin. 2012. Psikologi Agama. Raja Grafindo. Hal 12-13

Jhingan, M.L. 2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT Raja Grafindo

Persada. Jakarta.

Juanda. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi & Bisnis. Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Khoiroh, Qimmatul. 2013. Hubungan Strategi Coping Dengan Tingkat

Premenstrual Syndrom Pada Mahasiswi Fakultas Psikoloi UIN Malang.

Skripsi. Malang: UIN Malang

Landiyanto, E.A.; Ling, J.; Puspitasari, M. 2010. Wealth and Happiness: Empirical

Evidence from Indonesia. Working Paper. Mahidol University, Thailand.

Maylasari. 2016. Konsep Kebahagian Pada Masyarakat Samin dan

Pengukurannya: Perspektif Ekonomi, Sosio Demografi, dan Nilai

Religiusitas. (Skripsi). Semarang: Universitas Diponogero.

87

Mardalis. 2009. Populasi dan Sampel

Penelitian.http://triatra.wordpress.com/2011/04/05/populasi-dan-sampel-

penelitian/. Diakses tanggal 5 April 2018.

Moleong, Lexy J. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Natalia, Intan Indira. 2016. Tingkat Kesejahteraan dan Pendidikan Anak Petani

Salak Pondoh di Desa Pekandangan, Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten

Banjarnegara. (Skripsi). Purwokerto; Universitas Muhammadiyah

Purwokerto.

Nurhayati. 2017. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan

Pedagang Sayur di Pasar Tradisional Kabupaten Majalengka. (Skripsi).

Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Nashori, R.D. Mengembangkan Kreativitas dalam Perspektif Psikologi Islam. Hal

78-8

Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku . Jakarta: Rineka Cipta

2007.

Otoritas Jasa Keuangan. 2016. Perencanaan Keuangan Keluarga. Jakarta: OJK.

Diunduh pada 14 November 2018 dari

https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/images/FileDownload/25_Buku_Pe

rencanaan_Keuangan.pdf .

Pasar Jaya. 2018. Pasar di DKI Jakarta. Pasar Jaya (15 Maret 2018).

Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 112 tahun 2007 tentang pasar

tradisonal.

Puspitawati, Hirien. 2015. Pengertian Kesejahteraan dan Ketahanan Keluarga.

(Kajian Akademik. Sebagian disarikan dari Buku Gender dan Keluarga:

Kosep dan Realita di Indonesia).

Riduwan. 2017. Metode & Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung:

Alfabeta.

Saroni, Muhammad. 2011. Manajemen Sekolah Kita Menjadi Pendidik Yang

Kompeten. Ar-Ruzz Media,

Yogyakarta.http://vhajrie27.wordpress.com/2010/04/21/pkbm-sebagai-

lembaga pendidikan-nonforma. Diakses tanggal 4 Oktober 2018

88

Simanjuntak, Marti Sanrida. 2017. Peran Perempuan dalam Meningkatkan

Kesejahteraan Keluarga (Studi Kasus pada Perempuan Pedagang Sayuran

di Pasar Induk Sidikalang. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Soehartono, Irawan. 2011. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Soetjipto, 1992. Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. Semarang: Satya Wacana.

Sugiarto, Eddy. 2007. Teori Kesejahteraan Sosial Ekonomi dan Pengukurannya.

Jurnal Ekskutif Vol. 4 No. 2, Agustus 2007.

Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung.

Alfabeta

Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV Alfabeta

Sunarti, Euis. 2006. Indikator Keluarga Sejahtera : Sejarah Pengembangan,

Evaluasi, dan Keberlanjutannya. 2006.

Todaro, Michael P. and Smith, Stephen C. 2011. Economic Development. Eleventh

Edition. United States: Addison Wesley.

Undang-undang No.10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan Dan

Pembangunan Keluarga Sejahtera

Undang-undang No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional

Undang-undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga

Wiboonponse, A & Sriboonchitta, S. 2006. Securing Small Producer Participation

in Restructured National and Regional Agri-Food Systems: The Case of

Thailand. Regoverning Markets. http:// www.regoverningmarkets.org/.

Diunduh pada 6 Juli 2018.

Wijayanto, Bayu. 1999. Sumber Pendapatan, Kebutuhan Pokok dan Perilaku

Menyimpang. Jakarta: Rajawali.

Wiyono. 2014. Perencanaan Keuangan Keluarga. Universitas Muhammadiyah

Malang.

World Health Organization (WHO), 1948, WHO definiton of Health,

http://www.who.int/about/definition/en/print.html. 7 Februari 2018.

89

Yasid, Mukhamad. 2009. Perilaku Menabung Ibu Rumah Tangga Keluarga Miskin

Peserta Program Ikhtiar Lembaga Keuangan Mikro Syariah Berbasis

Kelompok di Bogor, Jawa Barat. Islamic Finance and Business Review Vol.

4, No.1 Januari-Juli 2009.

90

LAMPIRAN- LAMPIRAN

91

Lampiran 1 kuesioner penelitian

Hari:…………………………….

Tanggal:………………………...

No. Kuesioner:………………….

A. IDENTITAS RESPONDEN

Lengkapilah kolom yang berada di bawah ini dan berikan tanda (x) pada suatu pilihan a,b,c,

dan seterusnya di bawah ini.

1. Lokasi :

2. Umur :……………………tahun

3. Jenis Kelamin :

4. Asal Tempat Tinggal :

5. Pendidikan Terakhir :

a. Tidak Sekolah

b. SD

c. SMP/sederajat

d. SMA/sederajat

e. D3

f. Sarjana

g. Lainnya (……………………………………)

6. Lama berjualan sayur : ………………………tahun

7. Alasan bekerja sebagai pedagang sayur

a. Pekerjaan utama

b. Pekerjaan sampingan

c. Penghasilan lumayan

d. Pengisi waktu luang

e. Lainnya (…………………………..)

Pola Kerja

No Pola Kerja Jawaban

1. Pekerjaan sebelum menjadi pedagang sayur

a. Karyawan Swasta

b. PNS

c. Petani

d. Buruh

e. Lainnya (………….)

2. Jumlah jam kerja dalam sehari a. < 5 Jam

b. 5-8 Jam

c. 8-11 Jam

d. 11- 14 Jam

92

e. > 14 Jam

3. Berapa hari bekerja dalam seminggu?

a. < 3x seminggu

b. 4x seminggu

c. 5x seminggu

d. 6x seminggu

e. Setiap hari

4. Jumlah keluarga yang ikut bekerja

(selain Bapak/Ibu)

a. Tidak ada

b. 1 orang

c. 2 orang

d. 3 orang

e. > 4 orang

5. Modal awal berjualan sayur a. < Rp. 2.000.000

b. Rp. 2.000.000 - Rp. 3.999.999

c. Rp. 4.000.000 - Rp. 5.999.999

d. Rp. 6.000.000 - Rp.

999.999.999

e. > Rp.10.000.000

6. Kendaraan yang digunakan untuk

berbelanja sayur

a. Motor

b. Truk

c. Angkutan umum

d. Berjalan Kaki

e. Lainnya (…………..)

7. Pembeli yang datang per hari a. < 15 orang

b. 20 – 25 orang

c. 25 - 50 orang

d. 50 - 100 orang

e. > 100 orang

A. PENDAPATAN EKONOMI KELUARGA

Keterangan:

CS : Cukup Setuju

S : Setuju

TS : Tidak Setuju

8. Berapa penghasilan rata-rata per hari Bapak/Ibu berjualan sayur?

a. < Rp 150.000

b. Rp 151.000-Rp 300.000

c. Rp 301.000-Rp 500.000

d. Rp 501.000-Rp 1.500.000

No Pernyataan Jawaban

CS S TS

1 Dengan berjualan sayur dapat menaikkan pendapatan

ekonomi keluarga

2 Pemasukan dari berjualan sayur cukup untuk

memenuhi/membiayai kebutuhan keluarga

3 Terdapat sumbangan pemasukan dari anggota

keluarga (suami/istri/anak jika ada)

4 Menyisihkan pendapatan untuk kebutuhan

mendadak/jaga-jaga sangat perlu

5 Rela hutang kepada tetangga/saudara untuk

mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari

6 Ketika kondisi keuangan keluarga kurang baik, saya

mengurtangi pengeluaran keluarga

7 Ketika kondisi keuangan keluarga kurang baik, saya

mencari pekerjaan tambahan untuk menambah

pemasukan keluarga

93

e. > Rp 2.000.000

9. Berapa penghasilan rata-rata per bulan Bapak/Ibu berjualan sayur?

a. < Rp 4.000.000

b. Rp 4.000.000 - Rp 5.999.999

c. Rp 6.000.000 - Rp 7.999.999

d. Rp Rp 8.000.000-Rp 899.999.999

e. > Rp 10.000.000

10. Berapa pengeluaran rata-rata total per bulan dalam keluarga?

a. < Rp 4.000.000

b. Rp 4.000.000 - Rp 5.999.999

c. Rp 6.000.000 - Rp 7.999.999

d. Rp Rp 8.000.000-Rp 899.999.999

e. > Rp 10.000.000

11. Memiliki asuransi kesehatan dan jaminan hari tua

a. Ya

b. Tidak

B. KUALITAS KESEHATAN

(Pola Hidup Bapak/Ibu sehari-hari)

Keterangan:

S = Selalu

J = Jarang

TP = Tidak Pernah

No Pernyataan Jawaban

S J TP

1 Sebelum dan sesudah makan perlu mencuci tangan

2 Mengatur pola istirahat yang cukup dan teratur

3 Minum air putih 8 gelas per hari

4 Menjaga kebersihan badan dan lingkungan

5 Mengonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna untuk menjaga

kesehatan

6 Makan utama/berat minimal dua kali sehari

7 Menjaga kebersihan kuku, rambut, dan alas kaki

C. TINGKAT RELIGIUSITAS

(Amalan Agama Setiap Hari)

Keterangan:

S = Selalu

J = Jarang

TP = Tidak Pernah

No Pernyataan Jawaban

S J TP

1 Shalat wajib 5 waktu

2 Menjalankan shalat sunnah Dhuha dan Tahajud

3 Melakukan puasa sunnat

4 Puasa ramadhan penuh 1 bulan

5 Rutin tiap hari membaca Al-Quran

6 Berinfaq dalam rangka mensyukuri nikmat

7 Berdoa sebelum berangkat bekerja

94

D. PENDIDIKAN

Keterangan:

CS = Cukup Setuju

S = Setuju

TS = Tidak Setuju

E. KESEJAHTERAAN KELUARGA

Keterangan:

CS = Cukup Setuju

S = Setuju

TS = Tidak Setuju

No Pernyataan Jawaban

CS S TS

1 Pendidikan anak adalah hal utama

2 Orangtua berperan penting dalam hal mendidik anak

3 Orangtua perlu megawasi anak saat belajar

4 Memotivasi anak agar memiliki keterampilan selain belajar

penting dilakukan sejak dini

5 Kualitas sekolah menjadi pertimbangan sebelum

memasukan anak ke sekolah tersebut

6 Anak mendapatkan pendidikan selain di sekolah seperti

les/bimbel

7 Orangtua memenuhi keperluan anak sekolah (buku, sepatu,

seragam dll)

No Pernyataan Jawaban

CS S TS

1 Penting memiliki pakaian yang berbeda saat bekerja dan

berada di rumah

2 Semua anak berumur 7-15 tahun dalam keluarga wajib

sekolah

3 Paling kurang seminggu sekali seluruh anggota makan

daging/ikan/telur perlu dilakukan

4 Membiasakan makan bersama seminggu sekali dan

dimanfaatkan untuk berkomunikasi

5 Rutin memperoleh informasi dari surat

kabar/majalah/radio/internet/televisi

6 Memberikan sumbangan untuk kegiatan sosial

7 Mengikuti kegiatan masyarakat di lingkungan tempat

tinggal

(arisan, pengajian,majlis ta’lim)

95

Lampiran 2 Data Mentah Hasil Jawaban Angket Penelitian

1. Variabel Tingkat Keuangan Keluarga

RESPONDEN 1 2 3 4 5 6 7 JUMLAH

1 3 3 2 2 1 3 2 16

2 3 3 3 3 2 3 3 20

3 3 3 3 3 1 2 2 17

4 3 3 2 3 3 2 2 18

5 3 3 2 3 3 2 2 18

6 3 3 2 2 2 2 2 16

7 3 3 3 2 1 1 1 14

8 3 3 3 3 1 2 2 17

9 3 3 2 3 3 2 3 19

10 3 3 2 3 3 3 2 19

11 3 3 3 3 2 2 3 19

12 3 3 1 3 1 3 3 17

13 3 3 3 3 1 2 1 16

14 3 3 3 3 1 3 3 19

15 3 3 3 2 3 3 1 18

16 3 3 1 3 3 3 3 19

17 3 3 3 3 1 3 1 17

18 3 3 3 3 1 1 1 15

19 3 3 1 3 1 2 2 15

20 3 3 2 2 1 3 2 16

21 3 3 3 1 1 3 3 17

22 3 3 3 3 3 2 2 19

23 3 3 3 3 3 3 3 21

24 3 3 3 3 2 2 2 18

25 3 3 3 3 2 2 2 18

26 3 3 3 3 3 3 3 21

27 3 3 3 3 3 3 2 20

28 3 3 3 3 3 3 3 21

29 3 3 3 3 1 2 2 17

30 3 3 3 3 1 1 3 17

31 3 3 3 3 2 3 3 20

32 3 3 3 3 3 3 3 21

33 3 3 3 3 3 3 3 21

34 3 3 3 3 2 2 2 18

35 3 3 3 3 1 2 2 17

96

36 3 3 3 3 1 2 2 17

37 3 3 3 3 1 2 2 17

38 3 3 3 3 2 2 3 19

39 3 3 3 3 2 2 3 19

40 3 3 3 3 3 3 3 21

41 3 3 2 3 1 2 3 17

42 3 3 3 3 3 3 3 21

43 3 3 3 3 2 2 2 18

44 3 3 3 3 3 3 3 21

45 3 3 3 3 3 2 1 18

46 3 3 3 3 3 3 3 21

47 3 3 2 3 1 2 1 15

48 3 3 3 3 2 2 2 18

49 3 3 3 3 3 3 3 21

50 3 3 3 3 3 3 3 21

51 3 3 3 2 2 2 2 17

52 3 3 3 3 1 3 1 17

53 3 3 2 3 1 2 2 16

54 3 3 3 3 3 2 3 20

55 3 3 3 2 2 3 3 19

56 3 3 2 3 1 2 3 17

57 3 3 2 3 2 1 3 17

58 3 3 2 3 3 2 3 19

59 3 3 3 3 2 3 2 19

60 3 3 2 3 2 3 3 19

97

2. Variabel Tingkat Kesehatan

RESPONDEN 1 2 3 4 5 6 7 JUMLAH

1 2 3 3 3 3 3 3 20

2 3 2 3 2 3 2 3 18

3 3 2 3 3 3 2 3 19

4 3 2 2 3 3 3 3 19

5 3 3 2 2 3 2 3 18

6 3 2 2 2 3 3 2 17

7 2 2 2 2 2 2 2 14

8 3 3 2 2 2 2 3 17

9 3 3 2 3 2 3 3 19

10 3 3 2 3 3 3 3 20

11 3 3 2 2 3 3 3 19

12 3 2 2 3 3 3 3 19

13 3 2 3 3 3 3 3 20

14 2 2 3 3 3 3 2 18

15 3 2 3 3 2 2 3 18

16 3 2 3 3 2 3 3 19

17 3 3 2 2 3 3 3 19

18 3 3 2 2 3 2 3 18

19 2 2 2 3 3 3 3 18

20 2 3 3 3 3 3 3 20

21 3 2 2 3 2 2 3 17

22 2 2 2 3 2 3 3 17

23 2 2 2 3 3 2 2 16

24 3 2 3 3 3 3 3 20

25 3 2 3 3 3 3 3 20

26 3 3 2 2 2 3 3 18

27 2 2 3 3 3 2 2 17

28 3 2 2 3 3 2 2 17

29 3 2 2 3 3 3 3 19

30 2 2 2 2 2 2 2 14

31 3 2 2 3 3 3 3 19

32 3 3 3 3 3 2 2 19

33 3 2 2 3 3 2 2 17

34 3 2 2 3 3 3 3 19

35 2 2 2 3 3 3 3 18

36 3 2 2 3 3 3 3 19

37 2 2 2 3 3 2 2 16

38 3 3 3 3 3 3 3 21

39 3 3 2 2 2 3 3 18

98

40 3 2 2 2 2 2 3 16

41 3 2 2 2 3 2 3 17

42 2 2 2 2 3 3 2 16

43 3 2 2 3 3 2 2 17

44 3 2 2 3 3 3 3 19

45 3 2 3 3 3 3 3 20

46 3 3 3 2 2 2 2 17

47 3 2 2 2 3 2 3 17

48 3 3 2 2 2 3 3 18

49 3 2 2 3 3 2 2 17

50 3 2 3 3 2 3 2 18

51 3 2 2 2 3 3 3 18

52 3 3 3 2 2 2 2 17

53 2 2 3 3 2 3 2 17

54 3 2 2 2 3 3 3 18

55 3 2 3 2 2 3 3 18

56 3 2 2 2 3 2 3 17

57 3 3 3 3 3 3 3 21

58 3 2 2 3 3 3 3 19

59 3 2 3 3 2 3 3 19

60 2 2 2 3 2 3 3 17

99

3. Variabel Tingkat Religiusitas

RESPONDEN 1 2 3 4 5 6 7 JUMLAH

1 3 2 1 3 2 3 3 17

2 3 2 2 2 2 3 3 17

3 2 2 2 3 2 3 2 16

4 3 2 1 3 2 3 2 16

5 2 2 1 3 2 3 3 16

6 3 2 2 2 2 3 3 17

7 3 2 2 2 2 3 3 17

8 2 2 3 3 2 2 3 17

9 3 2 2 2 2 3 3 17

10 3 2 2 3 2 3 3 18

11 3 3 3 2 2 3 3 19

12 3 2 2 3 2 3 3 18

13 3 2 2 3 2 3 3 18

14 2 2 1 2 2 3 3 15

15 3 2 3 3 2 3 3 19

16 3 3 2 3 2 3 3 19

17 3 2 3 3 3 3 3 20

18 3 3 2 3 2 3 3 19

19 2 2 1 2 2 3 3 15

20 3 2 1 3 2 3 3 17

21 3 2 1 2 3 3 3 17

22 3 2 3 3 2 3 3 19

23 3 2 3 3 2 3 3 19

24 2 2 2 3 2 3 3 17

25 3 2 2 3 3 3 3 19

26 3 2 2 3 3 3 3 19

27 2 2 2 2 2 3 3 16

28 2 2 2 2 2 3 3 16

29 2 2 2 2 2 2 3 15

30 3 3 2 2 3 3 3 19

31 3 2 2 2 2 3 3 17

32 2 2 2 3 2 3 3 17

33 2 2 2 2 2 3 3 16

34 3 3 2 3 3 3 3 20

35 3 2 2 2 2 3 3 17

36 2 2 2 2 2 3 3 16

37 2 2 2 3 2 3 3 17

38 2 2 2 3 2 3 3 17

39 3 2 2 2 2 3 3 17

100

40 2 2 2 3 2 3 3 17

41 3 2 2 3 2 3 3 18

42 2 2 2 2 2 2 3 15

43 3 2 2 2 2 3 3 17

44 3 3 2 2 2 3 3 18

45 3 3 3 3 2 2 2 18

46 3 2 2 2 2 3 3 17

47 3 2 2 2 1 3 3 16

48 3 3 2 2 3 3 3 19

49 2 2 1 3 2 3 3 16

50 3 2 2 3 3 3 3 19

51 2 1 2 2 2 3 3 15

52 2 1 1 2 2 3 3 14

53 3 2 2 3 2 3 3 18

54 2 2 2 3 2 3 3 17

55 2 2 1 2 2 2 2 13

56 3 2 2 3 2 3 3 18

57 2 2 2 2 2 2 3 15

58 3 2 2 2 2 2 3 16

59 3 1 3 3 2 3 3 18

60 3 2 3 3 2 3 3 19

101

4. Variabel Tingkat Pendidikan

RESPONDEN 1 2 3 4 5 6 7 JUMLAH

1 3 3 3 3 3 3 3 21

2 3 3 3 3 3 2 2 19

3 3 3 3 3 2 2 2 18

4 3 3 3 3 2 2 3 19

5 3 3 3 3 3 2 2 19

6 3 3 3 3 3 3 3 21

7 3 3 3 3 3 3 2 20

8 3 3 3 3 3 2 2 19

9 3 3 3 3 3 3 3 21

10 3 3 3 3 3 3 2 20

11 3 3 3 2 2 3 3 19

12 3 2 2 3 3 2 3 18

13 3 2 3 3 3 3 3 20

14 3 2 3 3 3 3 3 20

15 3 3 3 3 3 3 2 20

16 3 3 3 3 2 3 2 19

17 3 3 3 3 3 3 3 21

18 3 3 3 3 3 3 3 21

19 3 3 3 3 3 3 2 20

20 3 3 3 3 2 3 3 20

21 3 3 3 3 3 3 3 21

22 3 3 3 3 2 2 2 18

23 2 2 2 3 3 2 2 16

24 3 3 3 3 3 3 3 21

25 3 3 3 3 3 3 3 21

26 3 3 3 3 3 2 3 20

27 3 3 3 3 3 3 3 21

28 3 3 3 3 3 3 2 20

29 3 3 3 3 3 3 2 20

30 3 3 3 3 3 3 3 21

31 3 3 3 3 3 3 3 21

32 3 3 3 3 3 3 3 21

33 3 3 3 3 3 3 3 21

34 3 3 3 3 3 2 2 19

35 3 3 3 3 2 2 2 18

36 3 3 3 3 3 2 2 19

37 3 3 3 3 3 2 2 19

38 3 3 3 3 3 3 2 20

39 3 3 3 3 3 2 2 19

102

40 3 3 3 3 3 2 2 19

41 3 3 3 3 3 3 2 20

42 3 3 3 3 3 3 3 21

43 3 3 3 3 3 3 2 20

44 3 3 3 3 3 3 2 20

45 3 3 3 3 3 3 3 21

46 3 3 3 3 3 3 3 21

47 3 3 3 3 3 2 2 19

48 3 3 3 3 3 3 3 21

49 3 3 3 3 3 3 2 20

50 3 3 3 3 3 3 3 21

51 3 3 3 3 3 3 3 21

52 3 3 3 2 2 3 3 19

53 3 3 3 3 3 2 2 19

54 3 3 3 3 3 3 3 21

55 3 3 3 3 3 3 2 20

56 3 3 3 3 3 3 2 20

57 3 3 3 3 3 3 3 21

58 3 3 3 3 3 3 2 20

59 3 3 3 3 3 2 2 19

60 3 3 3 3 3 3 2 20

103

5. Kuesioner Kesejahteraan Keluarga

RESPONDEN 1 2 3 4 5 6 7 JUMLAH

1 2 3 2 3 2 2 3 17

2 3 3 2 2 3 3 3 19

3 3 3 2 3 3 2 2 18

4 3 3 2 2 3 2 2 17

5 3 2 3 3 2 2 2 17

6 2 3 2 3 2 3 3 18

7 2 3 2 3 2 3 2 17

8 3 2 3 3 3 2 2 18

9 3 3 3 3 2 3 2 19

10 2 3 3 3 2 3 3 19

11 2 3 2 3 2 3 3 18

12 3 3 3 3 3 3 3 21

13 3 3 2 3 3 2 3 19

14 3 3 3 3 3 3 2 20

15 3 3 2 2 3 2 2 17

16 3 3 3 3 3 2 1 18

17 2 3 3 3 3 3 3 20

18 2 3 3 3 3 3 3 20

19 3 3 3 2 2 3 2 18

20 2 3 2 3 2 2 3 17

21 3 3 3 3 3 2 2 19

22 2 3 2 3 3 3 3 19

23 3 3 3 3 3 2 2 19

24 2 3 3 3 2 3 3 19

25 2 3 3 2 2 2 2 16

26 3 3 3 3 2 2 2 18

27 2 3 2 3 2 3 3 18

28 2 3 2 3 2 2 3 17

29 3 3 3 3 2 2 2 18

30 2 3 3 2 3 3 3 19

31 2 3 2 2 2 2 3 16

32 3 3 3 3 3 3 3 21

33 2 3 2 2 2 3 3 17

34 2 3 2 2 2 3 3 17

35 3 3 3 3 3 2 2 19

36 3 3 2 2 2 2 2 16

37 3 3 3 2 3 2 2 18

38 3 3 3 3 3 3 3 21

39 2 3 2 3 3 2 2 17

104

40 2 3 2 3 3 1 3 17

41 2 3 3 3 3 3 2 19

42 3 3 3 3 3 3 3 21

43 3 2 2 3 3 2 2 17

44 3 3 3 3 3 3 3 21

45 2 3 3 2 2 3 3 18

46 2 3 2 2 2 3 3 17

47 3 3 3 3 3 2 2 19

48 3 3 2 2 2 2 3 17

49 3 3 3 3 3 3 3 21

50 3 2 3 3 3 2 2 18

51 2 3 3 3 3 2 2 18

52 3 3 3 3 3 3 2 20

53 3 3 3 2 3 3 1 18

54 3 3 2 2 2 3 3 18

55 2 2 2 3 3 3 1 16

56 2 3 3 3 3 3 2 19

57 2 3 2 2 3 3 3 18

58 2 3 3 3 3 3 3 20

59 3 3 3 3 2 3 2 19

60 2 3 3 3 3 3 3 20

105

Lampiran 3 Hasil Uji SPSS

1. Uji Validitas Tingkat Keuangan Keluarga

Correlations

keu_1 keu_2 keu_3 keu_4 keu_5 keu_6 keu_7 skor_total

keu_1 Pearson Correlation .1 .030 .118 .107 .1 .100 .068 .603**

Sig. (2-tailed) .815 .362 .419 . .446 .602 .000

N 60 60 60 60 60 60 60 60

keu_2 Pearson Correlation .498** 1 .047 .212 .031 .034 .194 .337*

Sig. (2-tailed) .001 .724 .105 .816 .796 .137 .009

N 60 60 60 60 60 60 60 60

keu_3 Pearson Correlation .485** -.047 1 .107 .119 .096 .171 .493

**

Sig. (2-tailed) .002 .724 .415 .363 .468 .192 .000

N 60 60 60 60 60 60 60 60

keu_4 Pearson Correlation .250 .212 .107 1 .106 .097 .021 .323*

Sig. (2-tailed) .119 .105 .415 .420 .460 .875 .012

N 60 60 60 60 60 60 60 60

keu_5 Pearson Correlation .208 .031 .119 .106 1 .100 .068 .604**

Sig. (2-tailed) .198 .816 .363 .420 .447 .603 .000

N 60 60 60 60 60 60 60 60

keu_6 Pearson Correlation .654** .034 .096 .097 .100 1 .325

* .568

**

Sig. (2-tailed) .000 .796 .468 .460 .447 .011 .000

N 60 60 60 60 60 60 60 60

keu_7 Pearson Correlation .263 .194 .171 .021 .068 .325* 1 .638

**

Sig. (2-tailed) .100 .137 .192 .875 .603 .011 .000

N 60 60 60 60 60 60 60 60

skor_total Pearson Correlation .603** .337

** .493

** .323

* .604

** .568

** .638

** 1

Sig. (2-tailed) .000 .009 .000 .012 .000 .000 .000

N 60 60 60 60 60 60 60 60

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

a. Cannot be computed because at least one of the variables is constant.

106

2. Uji Validitas Tingkat Kesehatan

Correlations

kes_1 kes_2 kes_3 kes_4 kes_5 kes_6 kes_7 skor_total

kes_1 Pearson Correlation 1 .261* .062 -.139 .040 .020 .378

** .485

**

Sig. (2-tailed) .044 .638 .291 .762 .881 .003 .000

N 60 60 60 60 60 60 60 60

kes_2 Pearson Correlation .341* 1 .308

* .389

** .407

** .018 .335

** .566

**

Sig. (2-tailed) .008 .017 .002 .001 .891 .009 .000

N 60 60 60 60 60 60 60 60

kes_3 Pearson Correlation .062 -.005 1 .242 -.077 .021 -.102 .364**

Sig. (2-tailed) .638 .967 .063 .560 .874 .440 .004

N 60 60 60 60 60 60 60 60

kes_4 Pearson Correlation -.139 -.377** .242 1 .254 .224 .007 .413

**

Sig. (2-tailed) .291 .003 .063 .050 .085 .955 .001

N 60 60 60 60 60 60 60 60

kes_5 Pearson Correlation .040 -.167 -.077 .254 1 .111 .106 .419**

Sig. (2-tailed) .762 .203 .560 .050 .397 .422 .001

N 60 60 60 60 60 60 60 60

kes_6 Pearson Correlation .020 .010 .021 .224 .111 1 .456** .600

**

Sig. (2-tailed) .881 .938 .874 .085 .397 .000 .000

N 60 60 60 60 60 60 60 60

kes_7 Pearson Correlation .378** .148 -.102 .007 .106 .456

** 1 .624

**

Sig. (2-tailed) .003 .259 .440 .955 .422 .000 .000

N 60 60 60 60 60 60 60 60

skor_total Pearson Correlation .485** .566

** .364

** .413

** .419

** .600

** .624

** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .004 .001 .001 .000 .000

N 60 60 60 60 60 60 60 60

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

107

3. Uji Validitas Tingkat Religiusitas

Correlations

REL_1 REL_2 REL_3 REL_4 REL_5 REL_6 REL_7 skor_total

REL_1 Pearson

Correlation 1 .316

* .285

* .120 .240 .262

* .074 .691

**

Sig. (2-tailed) .014 .027 .360 .064 .043 .574 .000

N 60 60 60 60 60 60 60 60

REL_2 Pearson

Correlation .316

* 1 .147 .027 .260

* -.052 -.106 .485

**

Sig. (2-tailed) .014 .262 .841 .045 .696 .420 .000

N 60 60 60 60 60 60 60 60

REL_3 Pearson

Correlation .285

* .147 1 .210 .009 -.103 .111 .582

**

Sig. (2-tailed) .027 .262 .108 .943 .433 .399 .000

N 60 60 60 60 60 60 60 60

REL_4 Pearson

Correlation .120 .027 .210 1 .115 .180 -.116 .510

**

Sig. (2-tailed) .360 .841 .108 .383 .168 .377 .000

N 60 60 60 60 60 60 60 60

REL_5 Pearson

Correlation .240 .260

* .009 .115 1 .115 .084 .481

**

Sig. (2-tailed) .064 .045 .943 .383 .382 .521 .000

N 60 60 60 60 60 60 60 60

REL_6 Pearson

Correlation .262

* -.052 -.103 .180 .115 1 .319

* .390

**

Sig. (2-tailed) .043 .696 .433 .168 .382 .013 .002

N 60 60 60 60 60 60 60 60

REL_7 Pearson

Correlation .074 -.106 .111 -.116 .084 .319

* 1 .255

*

Sig. (2-tailed) .574 .420 .399 .377 .521 .013 .049

N 60 60 60 60 60 60 60 60

skor_total Pearson

Correlation .691

** .485

** .582

** .510

** .481

** .390

** .255

* 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .002 .049

N 60 60 60 60 60 60 60 60

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

108

4. Uji Validitas Tingkat Pendidikan

Correlations

PEN_1 PEN_2 PEN_3 PEN_4 PEN_5 PEN_6 PEN_7 skor_total

PEN_1 Pearson

Correlation 1 .487

** .701

** -.024 -.051 .199 .126 .479

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .855 .698 .128 .338 .000

N 60 60 60 60 60 60 60 60

PEN_2 Pearson

Correlation .487

** 1 .695

** -.050 -.105 .117 -.143 .353

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .706 .425 .375 .277 .006

N 60 60 60 60 60 60 60 60

PEN_3 Pearson

Correlation .701

** .695

** 1 -.034 -.073 .284

* -.006 .508

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .794 .580 .028 .963 .000

N 60 60 60 60 60 60 60 60

PEN_4 Pearson

Correlation .485

** .650

** -.034 1 .473

** -.122 -.192 .352

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .794 .000 .355 .142 .006

N 60 60 60 60 60 60 60 60

PEN_5 Pearson

Correlation -.051 -.105 -.073 .473

** 1 .171 -.013 .426

**

Sig. (2-tailed) .698 .425 .580 .000 .191 .921 .001

N 60 60 60 60 60 60 60 60

PEN_6 Pearson

Correlation .199 .117 .284

* -.122 .171 1 .415

** .762

**

Sig. (2-tailed) .128 .375 .028 .355 .191 .001 .000

N 60 60 60 60 60 60 60 60

PEN_7 Pearson

Correlation .126 -.143 -.006 -.192 -.013 .415

** 1 .595

**

Sig. (2-tailed) .338 .277 .963 .142 .921 .001 .000

N 60 60 60 60 60 60 60 60

Skor_total Pearson

Correlation .479

** .353

** .508

** .352

** .426

** .762

** .595

** 1

Sig. (2-tailed) .000 .006 .000 .006 .001 .000 .000

N 60 60 60 60 60 60 60 60

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

109

5. Uji Validitas Tingkat Kesejahteraan Pedagang Sayur

Correlations

KPS_1 KPS_2 KPS_3 KPS_4 KPS_5 KPS_6 KPS_7 skor_total

KPS_1 Pearson Correlation 1 -.161 .294* .005 .259

* -.227 -.392

** .273

*

Sig. (2-tailed) .219 .023 .970 .046 .081 .002 .035

N 60 60 60 60 60 60 60 60

KPS_2 Pearson Correlation -.161 1 -.010 -.190 -.123 .199 .340** .255

*

Sig. (2-tailed) .219 .938 .147 .349 .127 .008 .049

N 60 60 60 60 60 60 60 60

KPS_3 Pearson Correlation .294* -.010 1 .294

* .276

* .175 -.248 .617

**

Sig. (2-tailed) .023 .938 .023 .033 .180 .056 .000

N 60 60 60 60 60 60 60 60

KPS_4 Pearson Correlation .005 -.190 .294* 1 .242 -.045 -.067 .436

**

Sig. (2-tailed) .970 .147 .023 .063 .731 .612 .001

N 60 60 60 60 60 60 60 60

KPS_5 Pearson Correlation .259* -.123 .276

* .242 1 -.051 -.219 .489

**

Sig. (2-tailed) .046 .349 .033 .063 .697 .093 .000

N 60 60 60 60 60 60 60 60

KPS_6 Pearson Correlation -.227 .199 .175 -.045 -.051 1 .298* .500

**

Sig. (2-tailed) .081 .127 .180 .731 .697 .021 .000

N 60 60 60 60 60 60 60 60

KPS_7 Pearson Correlation -.392** .340

** -.248 -.067 -.219 .298

* 1 .281

*

Sig. (2-tailed) .002 .008 .056 .612 .093 .021 .030

N 60 60 60 60 60 60 60 60

skor_total Pearson Correlation .273* .255

* .617

** .436

** .489

** .500

** .281

* 1

Sig. (2-tailed) .035 .049 .000 .001 .000 .000 .030

N 60 60 60 60 60 60 60 60

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

110

Lampiran 4 Hasil Uji SPSS

1. Uji Reabilitas Tingkat Keuangan Keluarga

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.443 7

2. Uji Reabilitas Tingkat Kesehatan

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.337 7

3. Uji Reabilitas Tingkat Religiusitas

4. Uji Reabilitas Tingkat Pendidikan

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.421 7

5. Uji Reabilitas Tingkat Kesejahteraan Pedagang Sayur

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.636 7

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.492 7

111

Lampiran 5 Hasil Uji Tabulasi Silang (Crosstabulation)

3. Penghasilan Per Bulan dengan Kualias Kesehatan

Hasil Tabulasi Silang Penghasilan per Bulan dengan Tingkat Kesehatan

(n=60)

kesehatan

Total jarang selalu

penghasilan_per_bulan < 4.000.000 Count 7 0 7

% within

penghasilan_per_bulan 100.0% 0.0% 100.0%

4.000.000 -

6.000.000

Count 9 7 16

% within

penghasilan_per_bulan 56.3% 43.8% 100.0%

6.000.000 -

8.000.000

Count 9 2 11

% within

penghasilan_per_bulan 81.8% 18.2% 100.0%

8.000.000 -

9.000.000

Count 7 2 9

% within

penghasilan_per_bulan 77.8% 22.2% 100.0%

>10.000.000 Count 13 4 17

% within

penghasilan_per_bulan 76.5% 23.5% 100.0%

Total Count 45 15 60

% within

penghasilan_per_bulan 75.0% 25.0% 100.0%

112

4. Penghasilan Per Bulan dengan Tingkat Kesejahterann Pedagang

Hasil Tabulasi Silang Penghasilan per Bulan dengan Tingkat Kesejahteraan

(n=60)

kesejahteraan

Total

tidak

setuju

cukup

setuju setuju

penghasilan_per_b

ulan

< Rp.4.000.000 Count 1 3 3 7

% within

penghasilan_per_bul

an

14.3% 42.9% 42.9% 100.0%

Rp.4.000.000 -

Rp.6.000.000

Count 1 8 7 16

% within

penghasilan_per_bul

an

6.3% 50.0% 43.8% 100.0%

Rp.6.000.000 -

Rp.8.000.000

Count 0 6 5 11

% within

penghasilan_per_bul

an

0.0% 54.5% 45.5% 100.0%

Rp.8.000.000 -

Rp.9.000.000

Count 0 6 3 9

% within

penghasilan_per_bul

an

0.0% 66.7% 33.3% 100.0%

> Rp.10.000.000 Count 0 3 14 17

% within

penghasilan_per_bul

an

0.0% 17.6% 82.4% 100.0%

Total Count 2 26 32 60

% within

penghasilan_per_bul

an

3.3% 43.3% 53.3% 100.0%

113

5. Pola Kerja (Jumlah Jam Kerja) dengan Tingkat Keuangan Keluarga

Hasil Tabulasi Silang Pola Kerja dengan Tingkat Keuangan Keluarga

(n=60)

keuangan_keluarga

Total tidak setuju cukup setuju setuju

jam_kerja > 5 jam Count 0 1 3 4

% within jam_kerja 0.0% 25.0% 75.0% 100.0%

5-8 jam Count 0 1 3 4

% within jam_kerja 0.0% 25.0% 75.0% 100.0%

8-11 jam Count 1 3 25 29

% within jam_kerja 3.4% 10.3% 86.2% 100.0%

11-14 jam Count 0 4 15 19

% within jam_kerja 0.0% 21.1% 78.9% 100.0%

> 14 jam Count 0 1 3 4

% within jam_kerja 0.0% 25.0% 75.0% 100.0%

Total Count 1 10 49 60

% within jam_kerja 1.7% 16.7% 81.7% 100.0%

114

6. Penghasilan Per Bulan dengan Pendidikan Terakhir

penghasilan_per_bulan

Total

< Rp.

4.000.

000

Rp.

4.000.

000 -

Rp.6.0

00.000

Rp.

6.000.

000 -

Rp.8.0

00.000

Rp.8.0

00.000

- Rp.

9.000.

000

>

Rp.10.

000.00

0

pendidika

n_terakhir

tidak

sekola

h

Count 2 2 3 2 0 9

% within

pendidikan_t

erakhir

22.2% 22.2% 33.3% 22.2% 0.0% 100.0%

SD Count 3 4 3 3 1 14

% within

pendidikan_t

erakhir

21.4% 28.6% 21.4% 21.4% 7.1% 100.0%

SMP Count 1 5 1 2 1 10

% within

pendidikan_t

erakhir

10.0% 50.0% 10.0% 20.0% 10.0% 100.0%

SMA Count 1 5 2 2 9 19

% within

pendidikan_t

erakhir

5.3% 26.3% 10.5% 10.5% 47.4% 100.0%

D3 Count 0 0 1 0 4 5

% within

pendidikan_t

erakhir

0.0% 0.0% 20.0% 0.0% 80.0% 100.0%

sarjan

a

Count 0 0 1 0 2 3

% within

pendidikan_t

erakhir

0.0% 0.0% 33.3% 0.0% 66.7% 100.0%

Total Count 7 16 11 9 17 60

% within

pendidikan_t

erakhir

11.7% 26.7% 18.3% 15.0% 28.3% 100.0%

109

7. Penghasilan Per Bulan dengan Jenis Kelamin

Hasil Tabulasi Penghasilan Per Bulan dengan Jenis Kelamin

(n=60)

jenis_kelamin

Total laki-laki perempuan

penghasilan_per_bula

n

< Rp. 4.000.000 Count 3 4 7

% within

penghasilan_per_bulan 42.9% 57.1% 100.0%

Rp. 4.000.000 -

Rp.6.000.000

Count 4 12 16

% within

penghasilan_per_bulan 25.0% 75.0% 100.0%

Rp. 6.000.000 -

Rp.8.000.000

Count 4 7 11

% within

penghasilan_per_bulan 36.4% 63.6% 100.0%

Rp.8.000.000 - Rp.

9.000.000

Count 4 5 9

% within

penghasilan_per_bulan 44.4% 55.6% 100.0%

> Rp.10.000.000 Count 12 5 17

% within

penghasilan_per_bulan 70.6% 29.4% 100.0%

Total Count 27 33 60

% within

penghasilan_per_bulan 45.0% 55.0% 100.0%

110

8. Hasil Tabulasi Silang Usia dengan Tingkat Religiusitas

Hasil Tabulasi Usia dengan Tingkat Religiusitas

(n=60)

usia * religiusitas Crosstabulation

religiusitas

Total jarang selalu

usia 25-30 tahun Count 1 4 5

% within usia 20.0% 80.0% 100.0%

31-36 tahun Count 4 7 11

% within usia 36.4% 63.6% 100.0%

37-42 tahun Count 7 8 15

% within usia 46.7% 53.3% 100.0%

43-48 tahun Count 7 4 11

% within usia 63.6% 36.4% 100.0%

49-54 tahun Count 3 6 9

% within usia 33.3% 66.7% 100.0%

55-60 tahun Count 1 8 9

% within usia 11.1% 88.9% 100.0%

Total Count 23 37 60

% within usia 38.3% 61.7% 100.0%

111

9. Hasil Tabulasi Silang Penghasilan Per Bulan dengan Pendidikan

Hasil Tabulasi Penghasilan Per Bulan dengan Tingkat Pendidikan

(n=60)

kualitas_pendidikan

Total

tidak

setuju

cukup

setuju setuju

penghasilan_per_b

ulan

< Rp.4.000.000 Count 1 3 3 7

% within

penghasilan_per_bul

an

14.3% 42.9% 42.9% 100.0%

Rp. 4.000.000 - Rp.

6.000.000

Count 1 8 7 16

% within

penghasilan_per_bul

an

6.3% 50.0% 43.8% 100.0%

Rp.6.000.000 -

Rp.8.000.000

Count 0 6 5 11

% within

penghasilan_per_bul

an

0.0% 54.5% 45.5% 100.0%

Rp.8.000.000 - Rp.

9.000.000

Count 0 6 3 9

% within

penghasilan_per_bul

an

0.0% 66.7% 33.3% 100.0%

> Rp.10.000.000 Count 0 3 14 17

% within

penghasilan_per_bul

an

0.0% 17.6% 82.4% 100.0%

Total Count 2 26 32 60

% within

penghasilan_per_bul

an

3.3% 43.3% 53.3% 100.0%

112

Lampiran 6

Hasil Uji Rank Spearman

Correlations

EK KES REL PEN KPS

Spearma

n's rho

KEU Correlation Coefficient 1.000 .279* 428

** .279

* 676

**

Sig. (2-tailed) . .031 .001 .031 .000

N 60 60 60 60 60

KES Correlation Coefficient 535** 1.000 .399

* .326

* .639

**

Sig. (2-tailed) .000 . .014 .010 .000

N 60 60 60 60 60

REL Correlation Coefficient .358* .606

** 1.000 .536

** .491

**

Sig. (2-tailed) .012 .000 . .000 .001

N 60 60 60 60 60

PEN Correlation Coefficient .358* .605

** .328

* 1.000 .480

**

Sig. (2-tailed) .012 .000 .010 . .001

N 60 60 60 60 60

KPS Correlation Coefficient .676** .639

** .491

** .480

** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .001 .

N 60 60 60 60 60

113

Lampiran 7

- Dokumentasi

1. Wawancara dengan Pedagang Sayur Pasar Induk Kramat Jati

2. Wawancara dengan Pedagang Rumahan

114

3. Wawancara Dengan Pedagang Pasar Ciracas