analisis sektor unggulan dalam struktur …eprints.ums.ac.id/1379/1/b300030063.pdf · ilmu ekonomi...
TRANSCRIPT
ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN JAWA TENGAH TAHUN 2000 DAN TAHUN 2004
( ANALISIS INPUT OUTPUT )
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Oleh :
Nanang Gilang Prayoga B 300 030 063
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2008
ii
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul :
ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR
PEREKONOMIAN JAWA TENGAH TAHUN 2000 DAN TAHUN 2004
( ANALISIS INPUT OUTPUT )
Yang dipersiapkan dan disusun oleh :
Nama : NANANG GILANG PRAYOGA
NIM : B 300 030 063
Telah diuji dan dipertahankan didepan dewan penguji serta telah dinyatakan lulus
pada:
Hari :
Tanggal :
Surakarta, 2008
Pembimbing Utama
( Yuni Prihadi. U, SE )
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
( Drs. Syamsudin, MM )
iii
MOTTO
Takut gagal adalah gagal yang sejati. Hidup adalah gerak. Gerak
adalah maju, berjuang dan naik, jatuh dan naik lagi. Gagal dalam
kepedulian adalah lebih baik daripada menang dalam kehinaan .
(H.A.M.K.A)
Tidak semua yang terhitung mempunyai hitungan, dan tidak
semuanya yang mempunyai hitungan terhitung.
(Albert Enstein, 1979-1955)
Jika A sama dengan SUKSES, maka rumusnya adalah :
A = X+Y+Z, dimana :
X = Kerja keras
Y = Bermain
Z = Tutup mulutmu
(Albert Enstein, 1979-1955)
Genggamlah tanah agar menjadi emas
(Cak Nun)
iv
PERSEMBAHAN
Teriring do’a dan puji syukur kehadirat Allah SWT, dan junjungan kita
nabi besar Muhammad SAW, penulis mempersembahkan karya ini untuk:
Ayah dan Bunda
Terima kasih telah percaya padaku dan selalu mendoakan setiap
langkah-langkah hidupku,
Adikku
Belajar, Belajar, dan Belajar
Nee-Nee
Terima kasih, bersamau menjadikan perjalanan ini lebih berharga
Sahabat-sahabatku
Persentuhan kita hanyalah persentuhan rasa mesra kemanusiaan,
persentuhan empati dan apresiasi, atau kesediaan untuk menghargai,
menghormati dan menerima dengan keihkhlasan setiap fenomenanya.
Almamaterku
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Syukur alhamdulillah, atas rahmat dan kehendak Allah SWT dan dengan
usaha yang sungguh-sungguh akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini,
dengan judul “ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR
PEREKONOMIAN JAWA TENGAH TAHUN 2000 DAN TAHUN 2004 (
ANALISIS INPUT OUTPUT )”. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk
melengkapi dan memenuhi sebagian syarat guna mendapatkan gelar sarjana strata
1 (S1) pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak yang telah turut menyumbang pikiran, tenaga, dan
bimbingan kepada penulis baik secara la ngsung maupun tidak langsung. Untuk itu
penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Bpk. Yuni Priha di Utomo yang telah banyak membantu dalam membimbing
penyusunan skripsi ini hingga selesai.
2. Dosen-dosen IESP Bpk. Didit, Ibu Fatimah, Bpk. Hadi Sumarsono, Bpk.
Abdullah, Pak Triyono, Ibu Eny Setyowati, Ibu Maya, Mas Wahyudi dan
Suyatno terima kasih banyak dengan apa yang telah diberikan pada penulis
semoga bermanfaat.
vi
3. Bundaku…….[Sak nyatane aku pancen Tresno marang kowe
Makk]…..Ayahku, Tiada kata yang mampu kutuliskan untuk
mengungkapkan rasa sayang dan terima kasihku padamu…..Karena
engkaulah, aku mengerti dan memahami bahwa hidup ini memang haruslah
begini adanya.
4. Adekku Tegar Bahana Prayoga…Tambah Lucu N Nggemeske….Sing Pinter
yow Le…dan Anggara Prayoga…Kuliah yang bener y!!!!
5. Sobat-sobatku di Solo…Bayu Untung, Luvi Windyarto n The Big Family
Ayam Bakar Bu Endang (Sory, udah ngrepotin trus), Herdiansyah Eka Putra
(Kapan kita ke Jogja lagi Denk??!! Remain to the spirit Brow :), Dadang,
Nizar Kurniawan, Pedro, God-ex, Ari, n temen temen di sekitaran kost
“POPEYE” , Adjuta, Cimping, Baron, dll yang tidak bisa kusebutkan satu
persatu. Terima kasih.
6. Teman-teman baik ku di Salatiga: Caplin n Yayan (thx a lot..),, Bang Roby,
Novi, Dedy, Komunitas Cungkup n Buksuling semuannya. Komunitas
Kampung : Hampha (when-when aku ikut shooting lagi ya...), Simbah,
Hendrik, Suprek, Londo, Gosur n temen-temen semuanya di rumah. Tetep
Kompak ya.
7. Setiawan S (Success job guys...), Thx uda ngenalin aku dengan Analisis I-O,
Bung Bend (Ayo kapan kita Bertanding WE lagi).
8. Teman-teman di IESP, Ardilles, Fika, Vita, Endah, n temen-temen semua dari
kelas A sampai D. Maaf klo ada yang tidak kesebut, Paper-nya ga cukup,
he...he...:)
vii
9. Hanief n Sarap (Kapan kita Reunian lagi??) juga semua sobat-sobatku di
Salatiga, Solo, Semarang n JOgja. Thx all.
10. Komputer bututku, Semua temen-temen penghuni dan pengurus
www.lettolink.com, Mig33, Yahoo Messenger, My Friendster, My
Blogspot.com, SE T630, Philips V355, n Yamaha Guitar ku (Temen sejati
saat party bareng Sobat-sobat).
11. NeeNee n Family.
12. Gie_lank the big respect to: Emha Ainun Nadjib n Komunitas Kadipiro
Kasihan Bantul Yogyakarta, Noe n “Letto” (Thank for the inspiration of pass
the masterpiece all of you).
Akhirnya, segala kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan
demi penyempurnaan skripsi ini. Segala kekeliruan yang terdapat dalam skr ipsi ini
bersumber dan menjadi tanggung jawab penulis, sedangkan semua kebenaran
yang terkandung didalamnya hanyalah berkat petunjuk-Nya. Namun demikian
besar harapan penulis, semoga skripsi ini memberikan banyak manfaat khususnya
bagi penulis, dan pihak-pihak yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Surakarta, Januari 2007
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PNGESAHAN ........................................................................... ii
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
ABSTRAKSI ................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 5
E. Metode Penelitian .................................................................... 6
F. Sistematika Penulisan .............................................................. 7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pembangunan Ekonomi Daerah............................. 11
B. Teori Keunggulan Komparatif ................................................. 11
C. Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah .................................... 14
ix
1. Teori Klasik ........................................................................ 14
2. Teori Ekonomi Neo-K lasik (Solow -Swan) ........................ 15
3. Teori Harrod-Domar Dalam Sistem Regional................... 17
4. Teori Jalur Cepat Yang Disinergikan................................. 20
5. Teori Basis Ekspor Richardson.......................................... 21
6. Model Pertumbuhan Interregional ..................................... 23
7. Teori Migrasi Artur Lewis ................................................. 25
8. Teori Transformasi Struktural............................................ 28
D. Pengertian Industri dan Industrialisasi ..................................... 29
E. Pembangunan Industri Antar Daerah dan Keterkaitan Antar
Industri Daerah ........................................................................ 31
F. Keterkaitan Antar Sektor Dalam Perekonomian...................... 32
G. Strategi Pembangunan Ekonomi Daerah.................................. 33
H. Penelitian Sebelumnya ............................................................. 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Rencana Analisis ..................................................................... 40
B. Konsep Dasar Input-Output .................................................... 40
C. Cara Perhitungan ..................................................................... 34
D. Analisis Data Dengan Matriks Inverse Leontief ...................... 37
1. Analisis Indeks Total Keterkaitan
2. Indeks Total Keterkaitan ke Belakang............................... 38
3. Indeks Total Keterkaitan ke Depan.................................... 39
x
4. Analisis Sektor Kunci Menggunakan Forward dan Backward
Process ............................................................................. 40
E. Jenis Data dan Sumber Data .................................................... 40
F. Definisi Operasional Variabel.................................................. 41
BAB IV HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi Data .......................................................................... 42
1. Komposisi Nilai Tambah Bruto ........................................ 42
2. Struktur Permintaan Akhir ................................................ 44
B. Analisis Hasil Estimasi Data ................................................... 46
1. Hasil Analisis Indeks Keterkaitan Ke Depan .................... 46
2. Hasil Analisis Indeks Keterkaitan Ke Belakang ............... 50
3. Hasil Analisis Sektor Kunci .............................................. 55
C. Interpretasi Ekonomi ............................................................... 60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 64
B. Saran ........................................................................................ 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Bagan Tabel Input Output Sistem Perekonomian Dengan Tiga
Sektor Produksi ................................................................................. 33
Tabel 4.1 Komposisi Nilai Tambah Bruto Menurut Komponennya Di
Jawa Tengah Tahun 2000 dan 2004 (Jutaan Rupiah ) .................... 42
Tabel 4.2 Struktur PDRB Jawa Tengah Menurut Komponen Permintaan
Akhir Tahun 2000 dan 2004 ( Jutaan Rupiah ) ................................ 45
Tabel 4.3 Tujuh Sektor Dengan Indeks Total Keterkaitan Ke Depan
Terbesar Menurut Tabel Input Output Tahun 2004......................... 47
Tabel 4.4 Empat Sektor Dengan Indeks Total Keterkaitan Ke Depan
Terbesar Menurut Tabel Input Output Tahun 2000......................... 48
Tabel 4.5 Indeks Total Keterkaitan Ke Depan Terbesar Menurut Tabel Input
Output Tahun 2000 Dan 2004 .......................................................... 50
Tabel 4.6 Delapan Sektor Dengan Indeks Total Keterkaitan Ke Belakang
Tebesar Menurut Tabel Input Output tahun 2000 ............................ 51
Tabel 4.7 Delapan Sektor Dengan Indeks Total Keterkaitan Ke Belakang
Terbesar Menurut Tabel Input Output Tahun 2004 ......................... 52
Tabel 4.8 Indeks Total Keterkaitan Ke Belakang Terbesar Menurut Tabel Input
Output 2000 dan 2004 ....................................................................... 54
Tabel 4.9 Sektor Kunci Perekonomian Jawa Tengah Menurut Tabel Input Output
Jawa Tengah Tahun 2000.................................................................. 56
xii
Tabel 4.10 Sektor Kunci Perekonomian Jawa Tengah Menurut Tabel
Input Output Jawa Tengah Tahun 2004 ........................................... 58
Tabel 4.11 Sektor Kunci Perekonomian Jawa Tengah Menurut Tabel Input Output
Jawa Tengah Tahun 2000 dan 2004.................................................. 60
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kelebihan (Excess Supply) Tenaga Kerja Di Pedesaan.............. 22
Gambar 2.2 Perubahan Struktur Ekonomi Dalam Proses
Pembangunan Ekonomi : Suatu Ilustrasi .................................... 24
Gambar 2.3 Keterkaitan Antar Sektor Industri, Pertanian dan Sumber
Daya Alam dan Lingkungan ...................................................... 25
xiv
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul “ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN JAWA TENGAH TAHUN 2000 DAN TAHUN 2004 (ANALISIS INPUT OUTPUT)”. Yang bertujuan untuk menganalisis sektor apa saja yang manjadi sektor-sektor unggulan di Jawa Tengah dan juga peranannya dalam perekonomian Jawa Tengah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model Analisis Input Output (Analisis I-O), dengan menggunakan beberapa analisis yaitu analisis peranan sektor produksi dan pencipta output perekonomian Jawa Tengah, analisis indeks keterkaitan ke belaka ng dan ke depan, dan analisis sektor kunci.. Data yang digunakan yaitu tabel I-O Jawa Tengah tahun 2000 dan tahun 2004 dengan klasifikasi 19 sektor diperoleh dari BPS Jawa Tengah.
Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa yang memiliki daya kepekaan tinggi pada tahun 2000 adalah sektor Industri lainnya sebesar 3,14516. Pada tahun 2004 sektor yang memiliki daya kepekaan tinggi adalah sektor pertambangan dan penggalian sebesar 4,07757. Sektor yang mempunyai nilai indek penyebaran paling tinggi pada tahun 2000 adalah sektor industri lainnya sebesar 1,65850. Selanjutnya, pada tahun 2004 sektor industri pengilangan minyak merupakan sektor yang memiliki nilai indeks penyebaran paling tinggi yaitu sebesar 2,30278. Sektor unggulan Jawa Tengah tahun 2000 yaitu sektor indutri makanan, minuman dan tembakau, sektor industri lainnya, sektor industri pengilangan minyak dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Tahun 2004 hanya terdapat dua sektor yang menjadi sektor unggulan Jawa Tengah yaitu sektor indutri makanan, minuman dan tembakau, dan sektor industri lainnya.
Dari hasil tersebut, penulis menyarankan pemerintah lebih memprioritaskan sektor-sektor yang menjadi sektor kunci di Jawa tengah baik pada tahun 2000 maupun 2004. Dikarenakan sektor yang menjadi sektor unggulan memiliki daya dorong yang kuat terhadap penciptaan sektor ekonomi lainnya dan memiliki sensitivitas tinggi terhadap perubahan permintaan akhir dari sektor-sektor ekonomi lainnya.
Surakarta, Januari 2008 Pembimbing Utama
( Yuni Prihadi Utomo, SE )
Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
( Drs. Syamsudin, MM )
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era reformasi yang terjadi di Indonesia saat ini telah banyak membawa
perubahan dalam berbagai bidang pembangunan dan pemerintahan. Salah satu
perubahan dalam pemerintahan adalah mulai diberlakukannya otonomi daerah
yang diatur dalam UU.No.22/1999 mengenai pemerintahan daerah dan
UU.No.25 /1999 mengenai perimbangan keuangan antar pusat dan daerah.
Dalam UU.No.22/1999 dijelaskan bahwa otonomi daerah adalah kewenangan
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masya rakat sesuai
perundang-undangan (Fatimah Nurhayati, Siti, 2002:16).
Otonomi daerah merupakan kewenangan daerah otonomi untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat me nurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Ini karena daerah akan diberi peran
yang lebih besar melalui penyerahan semua urusan pemerintahan serta
sumber-sumber keuangannya, kecuali kewenangan dalam politik politik luar
negeri, pertahanan keamanan, peradilan , moneter dan fiskal, agama dan
perencanaan sosial. Ketidakmampuan keuangan pusat akibat krisis ekonomi,
mengakibatkan daerah diberikan wewenang untuk mencari sumber-sumber
pendapatan dan mengurus kebutuhan sendiri agar beban pemerintahan pusat
menjadi berkurang (Mafruhah, Izza, 2001:110)
2
Menurut Kamaluddin (1987:46), maksud dan tujuan yang hakiki dari
otonomi daerah dan desentralisasi daerah adalah:
1. Mengurangi beban pemerintah pusat dan campur tangannya tentang
masalah-masalah tingkat lokal atau daerah di samping itu memberi
peluang untuk koordinasi pelaksanaan pada tingkat lokal tersebut.
2. Meningkatkan pengertian serta dukungan pusat dalam kebutuhan usaha
pembangunan daerah.
3. Penyusunan program-program pembangunan untuk perbaikan dan
penyempurnaan sosial ekonomi pada tingkat lokal akan menjadi relistis.
4. Melatih dan mengajar masyarakat untuk bisa mengatur rumah tangganya.
5. Terciptanya pembinaan dan pengembangan daerah dalam rangka kesatuan
nasional.
Di era otonomi daerah ini setiap wilayah atau daerah dituntut untuk
bisa mencari, mengelola dan mengidentifikasi kemampuan daerah
bersangkutan. Untuk itu perlu adanya perencanaan pembangunan yang tepat
dengan memperhatikan potensi ekonomi yang dimilikinya.
Propinsi Jawa Tengah memiliki potensi yang bagus guna
mengembangkan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan
Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2003, jumlah penduduk
Jawa Tengah tercatat sebesar 32,05 juta jiwa atau sekitar 15% dari jumlah
penduduk Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia yang cukup banyak, serta
didukung dengan letak geografis, merupakan modal utama dalam pelaksanaan
pembangunan (SUSENAS, 2003).
3
Pada tahun 2003, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah yang
ditunjukkan oleh laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
atas dasar harga konstan 2003, semakin membaik dari tahun sebelumnya yaitu
4,07 persen (2002= 3,48 persen). Hal tersebut cukup beralasan mengingat
perjalanan perekonomian relatif terus membaik selama taun 2001 sampai
tahun 2003 (BPS Jawa Tengah, 2004)
Sedangkan, saat ini perekonomian Provinsi Jawa Tengah terus
mengalami pertumbuhan, yaitu pada tahun 2003 (4,98%), tahun 2004 (5,13%)
dan tahun 2005 (5,43%). Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah
mengandalkan berbagai sektor antara lain Pertanian (5,33%), Pertambangan
(2,73%), Industri (6,41%), Listrik, Gas, dan Air Bersih (8,65%), Gedung
(7,84%), Perdagangan, Hotel, dan Restoran (2,63%), Transportasi dan
Komunikasi (4,67%), Keuangan (2,67%), dan Jasa (5,58%). Sebagai cara
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang signifikan, menciptakan
lapangan kerja, mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan kesejahteraan
penduduk, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah mentargetkan komposisi
investasi dari Pemda sebesar 25% dan investasi swasta sebesar 75% (BPS
Jawa Tengah, 2006).
Untuk mencapai tujuan dan sasaran pemba ngunan dan daerah,
khususnya pembangunan ekonomi di Jawa Tengah dan untuk dapat
memanfaatkan sumberdaya ekonomi daerah secara optimal, maka
pembangunan daerah dapat disusun menurut tujuan antar sektor. Perencanaan
sektoral dimaksudkan untuk pengembangan sektor -sektor tertentu disesuaikan
4
dengan keadaan dan potensi masing-masing sektor dan juga tujuan
pembangunan yang ingin dicapai.
Dengan menggunakan tabel Input-Output (I -O) Jawa Tengah tahun
2000 dan 2004 akan dijabarkan sektor-sektor yang menjadi sektor unggulan di
Jawa Tengah. Selanjutnya diharapkan dapat dipakai sebagai informasi yang
komprehensir agar tepat guna dan tepat sasaran bagi perekonomian Jawa
Tengah.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pokok permasalahan
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Sektor apa saja yang menjadi sektor unggulan dalam struktur
perekonomian Jawa Tengah berdasarkan tabel Input Output Jawa Tengah
tahun 2000 dan tahun 2004.
2. Seberapa besar keterkaitan antar sektor kegiatan ekonomi dalam
perekonomian Jawa Tengah berdasarkan tabel Input Output Jawa Tengah
tahun 2000 dan tahun 2004.
5
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan uraian di atas maka tujuan penelitian dalam
menganalisis dan membandingkan sektor unggulan dalam perekonomian Jawa
Tengah tahun 2000 dan tahun 2004 yaitu sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui sektor-sekor unggulan dalam perekonomian Jawa
Tengah guna menentukan kebijaksanaan yang harus dijalankan.
b. Untuk menghitung tingkat keterkaitan antara berbagai sektor kegiatan
ekonomi guna memperoleh gambaran mengenai kontribusi suatu sektor
terhadap perekonomian secara keseluruhan.
c. Menganalisis sektor-sektor unggulan di Jawa Tengah berdasarkan tabel
input-output Jawa Tengah tahun 2000 dan tahun 2004
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Sebagai masukan dan bahan perbandingan bagi pembuat kebijaksanaan
dalam menyusun strategi pembangunan Jawa tengah.
b. Penelitian ini diharapkan mampu menyediakan data bagi penelitian
selanjutnya.
c. Penelitian ini merupakan salah satu proses aplikasi dari teori-teori
ekonomi yang telah diterima penulis selama studi.
6
E. Metodologi Penelitian
1. Data dan Sumber Data
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yaitu tabel input output perekonomian Jawa Tengah tahun 2000
dan Tahun 2004. Tabel input output disajikan dalam bentuk matriks yang
diklasifikasikan menjadi 19 sektor perekonomian. Data tabel input output
perekonomian Jawa Tengah tahun 2000 dan tahun 2004 diperoleh dari
Badan Pusat Statistik Jawa Tengah dan dari instansi terkait lainnya.
2. Metode Dan Alat Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Model Input -Output. Model input-output pertama kali dikembangkan oleh
Wassily Leontief pada tahun 1930-an. Idenya sangat sederhana namun
mampu menjadi salah satu alat analisis yang ampuh dalam melihat
hubungan antar sektor dalam perekonomian (Nazara, 1997:48). Komponen
yang paling penting dalam analisis input output adalah inverse matriks
tabel input output, yang sering disebut sebagai inverse Leontif (Miller,
1985:15). Matriks ini mengandung informasi penting tentang bagaimana
kenaikan produksi dari suatu sektor (industri) akan menyebabkan
berkembangnya sektor-sektor lainnya. Matriks kebalikan leontif
merangkum seluruh dampak dari perubahan produksi suatu sektor
terhadap total produksi sektor-sektor lainya ke dalam koefisien-koefisien
yang disebut sebagai multiplier (α ij). Multiplier ini adalah angka -angka
7
yang te rlihat di dalam matriks (1-A) -1. Adapun analisis yang akan
dihitung dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Indeks Keterkaitan ke depan
Konsep ini diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk
mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai
input dari sektor ini. Total keterkaitan ke depan disebut juga sebagai
indeks derajat kepekaan (degree of sensitivity ) yang digunakan untuk
mengukur kaitan ke depan. Rumus untuk mencari nilai indeks total
keterkaitan ke depan yaitu :
FLi =
Dimana :
FLi = indeks total keterkaitan ke depan sektor i
αij = unsur matriks kebalikan Leontief
Nilai FLi dapat bernilai sama dengan 1, lebih besar 1 atau lebih
kecil 1. Bila FLi = 1 hal tersebut berarti bahwa derajat kepekaan sektor
i sama dengan rata-rata derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi. Bila
FLi > 1 hal tersebut berarti derajat kepekaan sektor i lebih tinggi dari
derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi. Sebaliknya, bila FLi < 1 hal
tersebut berarti bahwa derajat kepekaan sektor i dibawah rata -rata
derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi.
ij
i
i aXvn
n
i∑=1
∑∑==
n
j
n
i
ija11
8
b. Indeks keterkaitan ke belakang
Konsep ini diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk
meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Indeks total keterkaitan
ke belakang disebut juga sebagai indeks daya penyebaran (power of
dispersion) yang digunakan untuk mengukur kaitan ke belakang.
Rumus untuk mencari nilai indeks total keterkaitan ke belakang yaitu:
BLj =
Dimana :
BLj = indeks total keterkaitan ke belakang sektor j
αij = unsur matriks kebalikan Leont ief
Besaran BL j dapat mempunyai nilai sama dengan 1, lebih besar
1 atau lebih kecil 1. Bila BLj = 1 hal tersebut berarti bahwa daya
penyebaran sektor j sama dengan rata -rata penyebaran seluruh sektor
ekonomi. Bila BLj > 1 hal tersebut berarti daya penyebaran sektor j
berada di atas rata-rata daya penyebaran seluruh sektor ekonomi.
Sebaliknya, bila BLj < 1 hal tersebut berarti bahwa daya penyebaran
sektor j lebih rendah dari rata-rata daya penyebaran seluruh sektor
ekonomi.
c. Analisis Sektor Kunci
Dari analisis I-O dapat dilihat sektor-sektor kunci yang
memiliki backward linkages (keterkaitan ke belakang) atau disebut
∑=
n
i
ijbn1
∑∑==
n
j
n
i
ija11
9
juga derajat kepekaan yang tinggi dan forward linkages (keterkaitan ke
depan) atau daya sebar yang tinggi. Sektor yang mempunyai daya
penyebaran tinggi menunjukan sektor tersebut mempunyai daya
dorong yang cukup kuat dibandingkan sektor lainya. Sedangkan sektor
yang mempunyai derajat kepekaan yang tinggi menunjukan bahwa
sektor tersebut mempunyai keteergantungan yang tinggi terhadap
sektor lain. Sektor kunci didefinisikan sebagai sektor yang memegang
peranan penting dalam menggerakan roda perekonomian dan
ditentukan berdasarkan indeks total keterkaitan ke belakang dan ke
depan. Sektor kunci adalah sektor yang memiliki indeks total
keterkaitan ke be lakang dan ke depan lebih besar dari satu.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini disusun sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori
Berisi tentang peran dan fungsi sektor unggulan dalam
perekonomian dan tabel Input Output perekonomian Jawa Tengah
serta teori-teori yang relevan dengan penelitian yang dilakukan,
10
tinjauan terhadap penelitian-penelitian terkait yang pernah
dilakukan sebelumnya.
BAB III Metodologi Penelitian
Bab ini berisi tentang ruang lingkup penelitian, teknik analisis data,
jenis dan sumber data.
BAB IV Analisis Data Dan Pembahasan
Menguraikan tentang diskripsi data tabel input output Jawa
Tengah, hasil penelitian dan analisa data penelitian yang meliputi
hubungan keterkaitan ke belakang, keterkaitan ke depan, analisis
sektor kunci dan indeks tenaga kerja.
BAB V Penutup
Membahas tentang kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pembangunan Ekonomi Daerah
Pembangunan Ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah
daerah mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada membentrk suatu pola
kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan
suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi
(pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999)
Dalam definisi baru yang dilihat dari dimensi yang lebih luas dan
dilihat secara dinamis, pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses
multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur
sosial dan sikap-sikap mental yang sudah terbiasa termasuk pula percepatan
atau akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengangguran dan pemberatasan
kemiskinan yang absolut (Suryana, 2000)
B. Teori Keunggulan Komparatif
Istilah Comparative Advantage (Keunggulan komparatif) mula-mula
dikemukakan oleh David Ricardo (1917). Dalam teori tersebut, Ricardo
membuktikan bahwa apabila ada dua negara saling berdagang dan masing-
masing negara mengkonsentrasikan diri untuk mengekpsor barang yang bagi
negara tersebut memiliki keunggulan komparatif maka kedua negara tersebut
akan beruntung. Ternyata ide tersebut bukan saja bermanfaat dalam
12
perdagangan internasional tetapi juga sangat penting diperhatikan dalam
ekonomi regional.
Keunggulan komparatif bagi suatu daerah adalah bahwa komoditi itu
lebih unggul secara relatif dengan komoditi lain di daerahnya. Pengertian
dalam hal ini adalah perbandingan dan bukan dalam bentuk nilai tambah riil.
Apabila keunggulan itu adalah bentuk nilai tambah riil maka dinamakan
keunggulan absolut. Komoditi yang memilki keunggulan walaupun hanya
dalam bentuk perbandingan, lebih menguntungkan untuk dikembangkan
dibanding dengan komoditi lain yang sama-sama diproduksi oleh kedua
negara atau daerah.
Dalam perdagangan bebas antar daerah, mekanisme pasar mendorong
masing-masing daerah bergerak ke arah sektor yang daerahnya memiliki
keunggulan komparatif. Akan tetapi, mekanisme pasar seringkali bergerak
lambat dalam mengubah struktur ekonomi suatu daerah. Keunggulan
komparatif adalah suatu kegiatan ekonomi yang menurut perbandingan lebih
menguntungkan bagi pengembangan daerah. Ricardo menggunakan
perbandingan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk menghasilkan pr oduk
yang sama untuk dua kegiatan yang berbeda pada dua negara. Namun, saat ini
contoh seperti itu tidak relevan karena biaya untuk menghasilkan suatu produk
bukan hanya upah buruh (Tarigan, 2005).
Menurut Tarigan (2005), ada beberapa faktor yang bisa membuat suatu
wilayah memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage). Faktor-
faktor tersebut antara lain:
13
1. Pemberian alam, yaitu karena kondisi alam akhirnya wilayah itu memiliki
keunggulan untuk menghasilkan suatu produk tertentu.
2. Masyarakat mengusai teknologi mutakhir untuk jenis produk tertentu.
3. Masyarakat mengusai keterampilan khusus.
4. Wilayah tersebut dekat dengan pasar.
5. Wilayah dengan aksebilitas yang tinggi.
6. Daerah konsentrasi/sentra dari suatu kegiatan sejenis. Daerah sentra bisa
menjamin kepastian adanya barang dalam kualitas dan kuantitas yang
diinginkan dan ini bisa menurunkan biaya pemasaran/biaya transportasi.
7. Daerah aglomerasi dari berbagai kegiatan, yaitu memanfaatkan aglomerasi,
yaitu efisiensi dalam biaya produksi dan kemudahan dalam pemasarn
8. Upah buruh yang rendah dan tersedia dalam jumlah yang cukup serta
didukung oleh keterampilan yang memadai oleh mentalitas yang
mendukung. Pengertian upah buruh yang rendah adalah relatif, artinya
harus dikaitkan dengan produktivitas.
9. Mentalitas masyarakat yang sesuai untuk pembangunan: jujur, terbuka,
mau bekerja keras, dan disiplin sehingga lingkungan kehidupan aman,
tertib dan teratur. Kondisi masyarakat seperti ini akan menjamin
kelangsungan investasi, biaya investasi dan biaya operasi yang lebih
rendah dan efisien.
10. Kebijakan pemerintah, antara lain dengan menciptakan salah
satu/beberapa faktor yang menciptakanb keunggulan seperti yang
disebutkan diatas.
14
C. Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah
Pertumbuhan ekonomi adalah pertambahan pendapatan masyarakat
secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh
nilai tambah (Value added) yang terjadi. Menurut Boediono (1985:1)
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka
panjang. Jadi, persentase pertambahan output itu harus lebih tinggi dari
persentase pertambahan jumlah penduduk dan ada kecenderungan dalam
jangka panjang bahwa pertumbuhan itu akan berlanjut.
Pengembangan metode yang menganalisis perekonomian suatu daerah
penting sekali kegunaannya untuk mengumpulkan data tentang perekonomian
daerah yang bersangkutan serta proses pertumbuhannya, yang kemudian dapat
dipakai sebagai pedoman untuk menentukan tindakan-tindakan apa yang harus
diambil untuk mempercepat laju pertumbuhan yang ada. (Tarigan, 2005:46).
1. Teori Klasik
Orang yang pertama kali membahas pertumbuhan ekonomi secara
sistematis adalah Adam Smith (1723-1790) yang membahas masalah
ekonomi dalam bukunya An inquiry into the Nature and Causes of The
Wealth of Nations (1776). Inti ajaran Adam Smith adalah agar masyarakat
diberi kebebasan seluas-luasnya dalam menentukan kegiatan ekonomi.
Menurut Smith sistem ekonomi pasar bebas akan menciptakan efisiensi,
membawa ekonomi kepada kondisi full employment dan menjamin
pertumbuhan ekonomi sampai terjadi posisi stasioner (stationare state).
15
Posisi stasioner terjadi apabila sumber daya alam telah seluruhnya
termanfaatkan.
Pandangan Smith kemudian di koreksi oleh John Maynard Keynes
(1936) dengan mengatakan bahwa untuk menjamin pertumbuhan yang
stabil pemerintah perlu menerapkan kebijakan fiskal (perpajakan dan
perbelanjaan pemerintah), kebijakan moneter (tingkat suku bunga dan
jumlah uang beredar), dan pengawasan langsung (Tarigan, 2005:48).
2. Teori Ekonomi Neo Klasik (Solow-Swan)
Teori pertumbuhan neoklasik dikemba ngkan oleh Robert M. Solow
(1970) dari Amerika Serikat dan T.W. Swan (1956) dari Australia. Model
Solow -Swan menggunakan unsur pertumbuhan penduduk, akumulasi
kapital, kemajuan teknologi, dan besarnya output yang saling berinteraksi
(Tarigan, 2005:52).
Teori Solow-Swan melihat bahwa dalam banyak hal mekanisme
pasar dapat menciptakan keseimbangan sehingga pemerintah tidak perlu
banyak mencampuri pasar. Campur tangan pemerintah hanya sebatas
kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Tingkat pertumbuhan berasal dari
tiga sumber, yaitu akumulasi modal, bertambahnya penawaran tenaga
kerja, dan peningkatan teknologi. Teknologi ini terlihat dari peningkatan
skill atau kemajuan teknik sehingga produktivitas perkapita meningkat.
Dalam teori Neo Klasik, masalah teknolo gi dianggap fungsi dari waktu.
Oleh sebab itu, fungsi produksinya berbentuk:
Yi = a i ki + (1-ai) ni + T
16
Dimana:
Yi = Besarnya output
ki = Tingkat pertumbuhan modal
ni = Tingkat pertumbuhan tenaga kerja
Ti = Kemajuan Teknologi
a = Bagian yang dihasilkan oleh faktor modal
(1-a) = Bagian yang dihasilkan oleh faktor di luar modal
Agar faktor produksi selalu berada pada kapasitas penuh perlu mekanisme
yang menyamakan investasi dengan tabungan (dalam kondisi full
employment). Dengan demikian, pertumbuhan mantap membutuhkan
syarat bahwa:
MPK1 = =
1
11 K
Ya
P
Dimana:
MPK1 = Marginal Productivity of Capital
Suatu daerah akan mengimpor barang modal jika tingkat
pertumbuhan modalnya lebih kecol dari rasio tabungan domestik terhadap
modal. Dalam pasar sempurna marginal productivity of labour (MPL)
adalah funsi lansung tapi bersifat terbalik dari Marginal Productivity of
Capita (MPK). Hal ini bisa dilihat dari nilai rasio modal tenaga kerja
(K/L).
Apabila tiap daerah dimisalkan mengkasilkan output yang
homogen dan fungsi produksi yang identik maka di daerah yang K/L -nya
17
tinggi terdapat upah riil yang tinggi dan MPK yang rendah. Adapun daerah
yang yang K/L-nya rendah terdapat upah riil yang rendah tetapi MPK yang
tinggi. Sebagai akibatnya modal akan mengalir dari daerah yang upahnya
tinggi ke daerah yang upahnya rendah karena akan memberikan balas jasa
(untuk modal) yang lebih tinggi. Sebaliknya tenaga kerja akan mengalir
dari daerah upah rendah ke daerah upah tinggi. Mekanisme diatas pada
akhirnya akan menciptakan balas jasa faktor -faktor produksi di semua
daerah sama. Dengan demikian, perekonomian regional/pendapatan
perkapitaregional akan mengalami proses konvergensi (Tarigan,2005:54)
3. Teori Harrod-Domar Dalam Sistem Regional
Teori ini dikembangkan hampir bersamaan oleh Roy F. Harrod
(1948) di Inggris dan Evsey D. Domar (1957) di Amerika serikat. Di
antara mereka menggunakan proses penghitungan yang berbeda tetapi
memberikan hasil yang sama., sehingga keduanya dianggap
mengemukakan ide yang sama dan disebut teori Harrod-Domar. Teori
Harrod-Domar didasarkan pada asumsi:
a. Perekonomian bersifat tertutup
b. Hasrat menabung (MPS = s) adalah konstan
c. Proses produksi memiliki koefisien yang tetap (constant return to scale)
d. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja (n) adalah konstan dan sama
dengan tingkat pertambahan penduduk
Atas dasar asumsi-asumsi khusus tersebut, Harrod-Domar
membuat analisis dan menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang
18
yang mantap hanya bisa tercapai apabila terpenuhi syarat-syarat
keseimbangan sebagai berikut:
g= k = n
Dimana: g = Growth (tingkat pertumbuhan output)
k = Capital (tingkat pertumbuhan modal)
n = Tingkat pertumbuhan angkatAn kerja
Untuk perekonomian daerah, Harry W.Richardson (terjemahan
Sihotang, 1977) mengatakan kenyataan bahwa perekonomian daerah
bersifat terbuka. Artinya, faktor-faktor produksi/hasil produksi yang
berlebihan dapat diekspor dan yang kurang dpat diimpor. Impor dan
tabungan adalah kebocoran-kebocoran dalam menyedot output daerah.
Sedangkan ekspor dan investasidapat membantu menyedot output
kapasitas penuh dari faktor -faktor produksi yang ada di daerah tersebut.
Kelebihan tabungan yang tidak terinvestasikan secara lokal dapat
disalurkan ke daerah-daerah lain yang tercermin dalam surplus ekspor.
Apabila pertumbuhan tenaga kerja melebihi dari apa yang dapat diserap
oleh kesempatan kerja lokal, maka migrasi neto dapat menyeimbangkan n
dan g. Jadi, dalam perekonomian terbuka, persyaratannya sedikit longgar.
Syarat statistik bagi perekonomian terbuka:
S + M + = I + X dapat dirumuskan menjadi:
(s + m) Y = I + X, atau:
YX
msYI −+=
19
Ekspor daerah i dapat dirumuskan sebagai impor daerah-daerah lain.
Sehingga menjadi persamaan berikut:
X1 = ∑
=
n
j 1 Mji = ∑
=
n
j 1 mjiY j
Ekspor daerah i = total impor daerah-daerah j dari dari daerah i = nilai m
(marginal propensity to import) daerah-daerah j dari daerah ii dikalikan
dengan tingkat pendapatan masing-masing setiap daerah j.
Dengan demikian, Richardson (dalam sihotang, 1977:34)
merumuskan persamaan pertumbuhan suatu wilayah adalah:
g1 = j
jjjiii
V
/YYm - m s Σ+
Berdasarkan rumus di atas maka agar suatu daerah tumbuh cepat
atau g tinggi, dikehendaki agar s1 (tingkat tabungan) = tinggi, m1 (impor) =
tinggi, ekspor = ke cil, v1 (capital output ratio/COR) = kecil, artinya
dengan modal yang kecil dapat meningkatkan output yang sama besarnya.
Yang termasuk dalam ekspor dan impor adalh barang konsumsi dan
barang-barang modal. Dalam model ini, kelebihan datau kekurangan
tabungan dan dengan tenaga kerja dapat dinetralisir oleh arus keluar atau
arus masuk dari setiap faktor di atas. Perumbuhan yang mantap tergantung
pada apakah arus modal dan tenaga kerja interregional bersifat
meyeimbang atau tidak. Pada model ini arus modal dan tenaga kerja
searah karena pertumbuhan membutuhkan keduanya secara seimbang.
Teori Harrod-Domar sangat perlu diperhatikan bagi wilayah yang
masih terbelakang dan terpencil karena hubungannya akan mengarah
20
kepada heterogenus (makin pincang). Dalam kondisi seperti ini, biasanya
barang modal sangat langka sehingga sulit melakukan konversi antara
barang modal dengan tenaga kerja (Tarigan, 2005:50)
4. Teori Jalur Cepat Yang Disinergikan
Teori Pertumbuhan Jalur Cepat (Turnpike) diperkenalkan oleh
Samuelson (1955). Setiap negara atau wilayah perlu melihat sektor atau
komoditi apa yang memiliki potensi besar dan dapat dikembangkan
dengan cepat baik karena potensi alam maupun karena sektor itu memiliki
competitve advantage untuk dikembangkan. Artinya, dengan kebutuhan
modal yang sama sektor tersebut dapat memberikan nilai tambah yang
lebih besar, dapat berproduksi dalam waktu yang relatif singkat dan
volume sumbangan untuk perekonomian juga cukup besar.
Mensinergikan sektor-sektor adalah membuat sektor-sektor saling
terkait dan saling mendukung. Dengan demikian, pertumbuhan sektor
yang satu mendorong pertumbuhan sektor yang lain, begitu juga
sebaliknya. Menggabungkan kebijakan jalur cepat (turnpike), dan
mensinergikan dengan sektor energi lain yang terkait akan membuat
perekonomian tumbuh cepat (Tarigan, 2005:55)
5. Teori Basis Ekspor Richardson
Teori ini membagi kegiatan produksi, jenis pekerjaan yang terdapat
dalam satu wilayah atas pekerjaan basis (dasar) dan pekerjaan service
(pelayanan) yang biasa disebut juga sektor nonbasis. Kegiatan basis adalah
kegiatan yang bersifat exogeneus, yang artinya tidak terikat pada kondisi
21
internal perekonomian wilayah dan sekaligus berfungsi mendorong
bertumbuhnya tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya. Sedangkan pekerjaan
service (non basis ) adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat di daerah itu sendiri. Oleh karena itu, pertumbuhannya
tergantung kepada kondisi umum perekonomian wilyah tersebut. Artinya,
sektor tersebut bersifa endogenus (tidak bebas tumbuh). Pertumbuhannya
tergantung kepada kondisi perekonomian wilayah secara keseluruhan.
Walaupun teori basis ekspor (ekspot base theory) adalah yang
paling sederhana dalam membicarakan unsur -unsur pendapatan daerah,
tetapi dapat memberikan kerangka teoritis bagi bagi studi empiris tentang
multiplier regional walaupun dalam kenyataannya perlu dilengkapi dengan
kebijakan lain agar bisa digunakan sebagai pengatur pengembangan
wilayah yang komprehensif.
Teori basis ekspor membuat asumsi pokok bahwa ekspor adalah
satu-satunya unsur -unsur eksogen (independen) dalam pengeluaran.
Artinya, semua unsur pengeluaran lain terikat (dependen) terhadap
pendapatan. Secara tidak langsung hal ini berarti di luar pertambahan
alamiah, hanya peningkatan ekspor saja yang dapat mendorong
peningkatan pendapa tan daerah, karena sektor -sektor lain terikat
peningkatannya oleh peningkatan pendapatan daerah. Sektor lain hanya
meningkat apabila pendapatan daerah secara keseluruhan meningkat. Jadi,
satu-satunya yang bisa meningkat secara bebas adalah ekspor. Ekspor
tidak terikat di dalam siklus pendapatan daerah. Asumsi kedua ialah bahwa
22
fungsi pengeluaran dan fungsi impor bertolak dari titik nol sehingga tidak
akan berpotongan (intercept)
Berkenaan dengan daerah i dapat diuraikan sebagai berikut:
Yi = (Ei - Mi) + Xi .................... (1)
Pendapatan pengeluaran untuk barang/jasa domestik ekspor dimana:
Ei = e i Y i .................................... (2)
Mi = m i Yi ................................... (3)
Xi = X (eksogen)........................ (4)
Dimana:
e1 = Marginal Propensity to Expenditure (hasrat membelanjakan
uang)
m1 = marginal Propensity to import (hasrat membeli
barang impor)
Dengan mensubstitusikan fungsi-fungsi (2), (3), dan (4) ke dalam no.
(1),
Maka: Yi = ei Yi - mi Yi + Xi , dengan demikian:
Yi = ii
1
me-1X
+ ......................... (5)
Jika fungsi no. (5) diubah susunannya maka:
i
i
XY
= ii me11+− ............................................... (6)
23
i
i
XY
adalah rasio pendapatan terhadap ekspor yang disebut multiplier
basis yang diberi simbol K.
K = ii me11+− ............................................... (7)
Jadi,, pendapatan regional adalah kelipatan dari ekpor, jika hasrat
membelanjakan secara lokal (e - m) adalah lebih kecil daripada satu.
Hasil yang diperoleh adalh, multiplier basis rata -rata sedangkan untuk
peramalan diperlukannya perubahannya, yaitu i
i
XY
∆∆
Apabila multiplier basis secara rata-rata sama dengan
perubahannya maka hasil K tersebut dapat digunakan sebagai alat
peramalan (Tarigan, 2005:57).
6. Model Pertumbuhan Interregional
Model ini adalah perluasan dari teori basis ekspor, yaitu dengan
manambah faktor-faktor yang bersifat eksogen. Dalam model ini di
asumsikan bahwa selain ekspor pengeluaran pemerintah dan investasi
juga juga bersifat eksogen dan daerah itu terikat kepada suatu sistem
yang terdiri dari beberapa daerah yang berhubungan erat. Pertumbuhan
interregional dapat dirumuskan sebagai berikut.
Pendapatan daerah adalah
Yi = Ci + Ii + Gi + Xi - Mi ............................................. (8)
Pendapatan = Konsumsi + Investasi + Pengeluaran Pemerintah + Ekspor
-Impor
24
Dimana:
Ci = a i + ci + Ydi .......................................... (9)
Ydi = Disposible Income
ci = Marginal propensity to consume
Ii = iI
.......................................... (10)
Gi = iG
.......................................... (11)
Xi = ? Mji = ? mji Yj .......................................... (12)
j=1 j=1
Dimana: Mi = ? Mji Yid......................... (13)
Ydi = Yi - T i .......................................... (14)
Ti = tiY i .......................................... (15)
Dimana: t = tingkat pajak marginal
Ai = ai + iI
+ iG
.......................................... (16)
Dimana: Ai = Pengeluaran otonom total
Jika persamaan-persamaan (9) – (16) dimasukkan ke dalam persamaan no.
(8) dan di tata kembali dalam rumus pendapatan daerah, akan menjadi:
Yi = )t1)(mc(1
)t1(YmA
1ij
jjii
−Σ−−
−Σ+
i .......................................... (17)
Arti dari rumus ini adalah pendapatan daerah i terdiri dari penjumlahan
pengeluaran otonom ditambah dengan ekspor dikali multiplier regional.
25
Multiplier Regional adalah
K = )t1)(mc(11
1iji −Σ−− i
Model no. (17) dapat disederhanakan menjadi
Yi = A + Ki Xi
Pendapatan regional = pengeluaran otonom ekspor multiplier
Model ini berbeda dari model basis ekspor terdahulu. Dalam model
interregional, perubahan pendapatan regional dapat berasal dari beberapa
sumber dan tidak lagi semata -mata dari perubahan ekspor
7. Teori Migrasi Artur Lewis
Teori Artur Lewis mambahas proses pembangunan ekonomi yang
terjadi di daerah pedesaan (rural) dan perkotaan (urban). Teori Lewis
mengasumsikan bahwa perekonomian suatu negara terbagi menjadi dua,
yaitu:
e. Perekonomian Tradisional Di Pedesaan
Perekonomian tradisional di daerah pedesaan yang didominasi
oleh sektor pertanian. Di pedesaan pertumbuhan penduduk tinggi maka
terjadi kelebihan supply tenaga kerja dan tingkat hifup masyarakat
berada pada kondisi subsiten akibat perekonomian yang marginalnya
juga subsiten. Oversupply tenaga kerja ini dengan marginalnya yang
mempunyai nilai nol dan tingkat upah riil yang rendah. Realisasi antar
upah dan jumlah tenaga kerja di dalam perekonomian pedesaan (sektor
perekonomian) dapat dijelaskan dengan menggunakan model
26
ekonometris sederhana mengenai dinamika pasar tenaga kerja yang
terdiri dari tiga persamaan sebagai berikut (Tambunan, 2001):
NpD = Fs (Wp , Qp) ... (2.1) Menggambarkan permintaan tenaga kerja
NsD = Fs (Wp) ........... (2.2) Menggambarkan penawaran tenaga kerja
NpD = N p
S .................. (2.3) Menggambarkan keseimbangan tenaga
kerja
Akibat Oversupply tenaga kerja ini upah atau tinkat pendapatan
di sektor pertanian (pedesaan) menjadi sangat rendah. Gambar 2.1
menggambarkan kelebihan (excess supply) tenaga kerja (NpS > Np
D) di
pedesaan (Tambunan, 2001)
Gambar 2.1
Kelebihan (excess suplly) tenaga kerja (N pS > Np
D) di pedesaan
f. Perekonomian Modern di Perkotaan
Sebaliknya di perkotaan, struktur induustri mengalami kekurangan
tenaga kerja (NiS < Ni
D). Sesuai perilaku rasional pengusaha, yakni
mencari keuntungan maksimal,, kondisi pasar uruh seperti ini membuat
produktivitas tenaga kerja sangat tinggi dan nilai produk marginal dari
27
tenaga kerja posotif, yang menunjukkan bahwa fungsi produksinya belum
berada pada tingkat optimal yang dapat dicapai sesuai hukum mpasar.
Tingginya produktivitas membuat tingkat upah riil pekerja di perkotaan
28
(Ei – Mi) = Volume perdagangan neto
? jXij = ? aijXj = Penggunaan produk industri manufaktur sebagai barang
antara oleh sektor j
aij = koefisien input-output
Proses transformasi dapat digambarkan dalam grafik di
bawah ini (Tambunan, 2001)
Gambar 2.2
Perubahan Struktur Ekonomi Dalam Proses Pembangunan Ekonomi : Suatu
Ilustrasi
Sumber : Transformasi Ekonomi Di Indonesia, Teori dan Penemuan
Empiris (Tambunan, 2001)
D. Pengertian Industri dan Tujuan Industrialisasi
Istilah industri mempunyai dua arti. Pertama industri dapat berarti
himpunan perusahaan-perusahaan sejenis. Pengertian indutri yang kedua,
industri dapat pula merujuk kesuatu sektor ekonomi yang didalamnya terdapat
kegiatan produktif yang mengelola bahan mentah menjadi barang jadi.
Kegiatan pengolahan itu sendiri dapat berupa industrial, elektrikal maupun
manual (Dumairy, 1997) .
Industrialisasi merupakan suatu proses interaksi antara pengembangan
teknologi, inovasi spesialisasi, dalam produksi dan perdagangan antar negara
yang pada akhirnya sejalan dengan peningkatan pendapatan perkapita
29
mendorong perubahan struktur ekonomi. Industrialisasi sering juga diartikan
sebagai suatu proses modernisasi ekonomi yang mencakup semua sektor
ekonomi yang mencakup semua ekonomi yang ada yang terkait langsung
maupun tidak langsung dengan industri manufaktur. Walaupun sangat penting
bagi kelangsungan pertumbuhan ekonomi, industrialisasi itu sendiri bukan
tujuan akhir, melainkan hanya merupakan merupakan salah satu strategi yang
harus ditempuh untuk mendukung proses pembangunan ekonomi guna
mancapai tingkat pendapatan perkapita yang tinggi (Tambunan, 2001)
Tujuan industrialisasi antara lain modernisasi, menyediakan lapangan
kerja beru, meningkatkan produktivitas, melepaskan ketergantungan dari
daerah lain, memperkuat ketahanan nasional, mendukung sektor pertanian,
meningkatkan kekebalan ekonomi terhadap gejolak konjungtur luar daerah
dan luar negei dan sebagainya (Tambunan, 2001)
E. Pembangunan Industri Antar Daerah dan Keterkaitan Antar Industri
Daerah
Pembangunan industri daerah merupakan suatu proses terkait antar
kemauan masyarakat dan perencanaan dengan kemampuan sumberdaya yang
tersedia di daerah tersebut. Prioritas investasi dalam bidang industri di
beberapa daerah menunjukkan bahwa pertumbuhan industri menyertai
pembangunan. Industri merupakan suatu sektor pemimpin (leading sector)
karena industri tersebut merancang dan mendorong investasi-investasi di
daerah lain.
30
Menurut Hirchman, pertumbuhan yang cepat dari satu atau beberapa
industri mendorong perluasan industri-industri lainnya yang terkait dengan
sektor industri yang tumbuh lebih dulu. Dalam sektor produksi mekaisme
pendorong pembangunan (inducement mechanism) yang tercipta sebagai
akibat dari adanya hubungan antara berbagai industri dalam menyediakan
barang-barang yang digunakan sebagai bahan mentah bagi industri lainnya,
dibedakan menjadi dua macam yaitu pengaruh kete rkaitan ke belakang
(backward linkage effect) dan pengaruh keterkaitan ke depan (forward linkage
effect). Pengaruh keterkaitan kebelakang maksudnya tingkatrangsangan yang
diciptakan oleh pembangunan suatu industri terhadap perkembangan industri
lainnya. Sedangkan pengaruh keterkaitan ke depan adalah tingkat rangsangan
yang dihasilkan oleh industri yang pertama bagi input mereka (Arsyad, 1999).
F. Keterkaitan Antar Sektor Dalam Perekonomian
Keterkaitan antar sektor diberbagai kegiatan ekonomi itu terdapat
hubungan timbal balik dimana sektor industri menggunakan hasil produksi
sektor pertanian , sedangkan sektor pertanian mengguankan hasil produksi
sektor industri sebagai masukan, demikian pula dalam hubungannya dengan
sektor jasa. Jadi ada saling ketergantungan diantara berbagai kegiatan
produksi dalam kegiatan perekonomian. Keterkaitan antar sektor akan nampak
lebih jelas dalam gambar di bawah ini (Suparmoko, 1997)
31
Target Output Sektor Usaha Kombinasi Input
Sumber: Ekonomika SDA, Suparmoko, 1997
Gambar 2.3
Keterkaitan Antar Sektor Industri, Pertanian dan Jasa serta Sumberdaya Alam dan
Lingkungannya
Gambar di atas menunjukkan kegiatan tiga sektor ekonomi yang
masing-masing mempunyai hubungan input-output demi kelangsungan
produksi masing-masing sektor. Dalam kaitan sektor tersebut memerlukan
berbagai faktor produksi yang berupa kapital, tenaga kerja, skill, teknologi dan
sumberdaya alam.
Selanjutnya setiap sektor usaha dalam produksi menghasilkan barang
dan jasa dalam perekonomian, akan semakin tinggi pula derajat kesehatan
penduduk. Disisi lain kegiatan ekonomi akan menghasilkan pencemaran
lingkungan yang mempunyai dampak negatif terhadap kesejahteraan manusia
(Suparmoko, 1997)
Dari penjelasan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa dalam
penggunaan sumberdaya alam dalam produksi antar sektor akan optimal apabila
faktor produksi masing-masing sektor efisien dalam penggunaannya. Selain itu
perkembangan antar sektor sesungguhnya dapat mendorong kesejahteraan
manusia.
32
G. Strategi Pembangunan Ekonomi Daerah
Menurut Arsyad (1999, 122) Strategi pembangunan ekonomi daerah dapat
dikelompokkan menjadi 4 kelompok besar yaitu:
3 Strategi Pengembangan Fisik/Lokalitas
Melalui pengembangan program perbaikan kondisi fisik/lokalitas
daerah yang ditujukan untuk kepentingan pemba ngunan industri dan
perdagangan, pemerintah daerah akan berpengaruh positif bagi
pengembangan dunia usaha daerah. Secara khusus tujuan strategi
pembangunan fisik/lokalitas ini adalah untuk menciptakan identitas
daerah/kota, memperbaiki basis pesona (amenity base) atau kualitas hidup
masyarakat, dan memperbaiki daya tarik pusat ota (civic center) dalam
upaya untuk memperbaiki dunia usaha daerah.
Alat unuk mencapai tujuan pembangunan fisik/lokalitas daerah ini
mencakup antara lain:
a. Pembuatan bank tanah (la ndbarking). Hal ini bertujuan untuk
mengetahui data tentang tanah yang penggunaannyakurang optimal,
belum dikembangkan, atau salah penggunaan, dan sebagainya.
b. Pengendalian perencanaan dan pembangunan. Jika hal ini dilakukan
dengan benar akan memperbaik i iklim investasi di daerah dan
memperbaiki citra pemerintah.
c. Penataan kota (townscaping). Kemajuan di pusat-pusat perdagangan
dapat dicapai melalui perbaikan-perbaikan sarana kalan raya dan
perbaikan-perbaikan sarana pusat pertokoan.
33
d. Pengaturan tata ruang (zooning) dengan baik akan merangsang
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi daerah.
e. Penyediaan infrastruktur sarana.
f. Dan sebagainya.
2 Srategi Pengembangan Dunia Usaha
Beberapa alat untuk mengembangkan dunia usaha ini yaitu:
a. Penciptaan iklim usaha yang baik bagi dunia usaha, melalui
pengaturan kebijakan yang memberikan kemudahan bagi dunia usaha
dan pada saat yang sama mencegah penurunan kualitas lingkungan .
b. Pembuatan pusat informasi terpadu yang dapat memudahkan
masyarakat dunia usaha untuk berhubungan dengan aparat pemerintah
daerah untuk segala macam kepentingan, terutama mengenai masalah
perijinan, rencana pembangunan ekonomi daerah, pemerintah daerah,
ketersediaan lahan, ijin mendirikan bangunan, dan sebagainya.
c. Pendirian pusat konsultasi dan pengembangan usaha kecil. Selain
peranannya yang penting sebagai penyerap tenaga kerja dan sebagai
sumber dorongan kewirausahaan, usaha kecil sering kali mengalami
kegagalan atau tidak dapat berkembang dengan baik.
d. Pembuatan sistem pemasaran bersama untuk menghindari skala yang
tidak ekonomis dalam produksi, meningkatkan daya saing terhadap
produk-produk impor, dan meningkatkan sikap kooperatif antar sesama
pelaku bisnis.
34
e. Pembuatan lembaga penelitian dan pengembangan (Litbang).
Peningkatan persaingan di dunia usaha yang berbasiskan ilmu
pengetahuan sekarang ini menuntut pelaku bisnis dan pemerintah daerah
untuk secara terus menerus melakukan kajian tentang pengembangan
produk baru, pengembangan teknologi baru, dan mencari pasar baru.
f. Dan sebagainnya.
3. Strategi Pengembangunan Sumberdaya Manusia
Sumberdaya manusia merupakan aspek penting dalam proses
pengembangan ekonomi. Oleh karena peningkatan kualitas dan
keterampilan sumberdaya manusia adlah suatu keniscayaan.
Pengembangan kualitas sumberdaya manusia ini dapat dilkukan dengan
cara antara lain:
a. Pelatiahan dengan sistem customizing training. Sistem pelatihan
seperti ini adalah sistem pelatihan yang dirancang secara khusus untuk
memenuhi kebutuhan dan harapan si pemberi kerja
b. Pembuatan bank keahlain (Skiilbanks). Informasi yang ada pada bank
keahlian berisi data tentang keahlian dan latar belankang orang yang
menganggur di suatu daerah.
c. Penciptaan iklim yang mendukung bagi perkembangannya lembaga-
lembaga pendidikan dan ketrampilan (LPK) di daerah. Berkembangnya
lembaga -lembaga pendidikan dan ketrampilan di suatu daerah secara
tidak langsung bermanfaat bagi peningkatan kualitas sumberdaya
manusia di daerah tersebut.
35
d. Pengembangan lembaga pelatihan bagi penyandang cacat itu sendiri
untuk meningkatkan rasa harga diri dan percaya dirinya.
e. Dan sebagainya.
4. Strategi Pengembangan Ekonomi Masyarakat
Strategi pengembangan masyarakat ini merupakan kegiatan yang ditujukan
untuk mengembangkan suatu kelompok masyarakat tertentu di suatu
daerah. Tujuan kegiatan ini adalah untuk menciptakan manfaat sosial,
misalnya melalui penciptaan proyek-proyek padat karya untuk memenuhi
kebutuha hidup mereka atau memperoleh keuntungan dari usahanya.
H. Penelitian Sebelumnya
Dalam penelitian mengenai bidang ini telah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya, Suryagus (1994) menggunakan tabel input-output untuk meneliti
struktur industri manufaktur di Jawa Tengah tahun 1998-1992. Penelitian ini
membahas tentang keterkaitan antar industri baik keterkaitan ke depan
maupun ke belakang serta meninjau adanya hubungan antara produksi atau
output tenaga kerja dan modal. Tabel input-output yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi 54 sektor produksi yang terdiri dari 21 sektor industri
manufaktur
Selanjutnya, Listyoningsih (2003) menggunakan tabel input-output
nasional 19 sektor tahun tahun 1990 dan 1995. Penelitian ini menyimpulkan
bahwa keterkaitan ke depan dan ke belakang berbagai sektor ekonomi
indonesia masih relatif kecil.
36
Berikutnya penelitian dilakukan oleh Hartono (2005) dengan judul
“Peranan Sektor Jasa Terhadap Perekonomian DKI Jakarta” dengan
menggunakan alat analisis yang sama pada penelitian ini yaitu analisis input
output. Adapun kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu total
permintaan sektor jasa tertinggi dibandingkan de ngan kelompok sektor
pertanian dan industri, dimana sektor perdagangan, hotel dan restoran
memiliki peranan yang paling dominan dalam kelompok sektor jasa tersebut.
Karena indeks total keterkaitan ke depan dan ke belakang kelompok sektor
jasa-jasa lebih besar dari satu, maka sektor tersebut merupakan sektor “kunci”,
artinya jika sektor tersebut dikembangkan akan dapat mendorong
perkembangan sektor-sektor lainnya di DKI Jakarta. Dalam sektor jasa, sub
sektor jasa perbengkelan, jasa perbankan, jasa restoran, jasa telekomunikasi,
jasa asuransi, jasa perusahaan, dan jasa kesehatan swasta merupakan sektor
kunci perekonomian DKI Jakarta.
Berikutnya penelitian yang dilakukan oleh Marsuki (2006) dengan
judul “Efektifitas Peran Perbankan Memberdayakan Sektor Ekonomi
Unggulan” dengan kasus di Sulawesi Selatan. Alat analisis yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu pendekatan analisis ekonomi makro moneter dengan
analisis Indeks konsentrasi (C) dan Location Quotion (LQ). Adapun simpulan
dari penelitian ini yaitu perkembangan sektor moneter dan keuangan di
Sulawesi Selatan dalam kaitannya dengan peran yang dilakukan sektor
perbankan menunjukkan peningkatan cukup signifikan. Secara langsung atau
tidak mempunyai pengaruh terhadap kondisi dan perkembangan beberapa
37
besaran atau agregate ekonomi makro daerah ini, seperti terhadap peningkata n
peluang usaha, penyerapan tenaga kerja, serta terhadap stabilitas inflasi.
Penyaluran kredit perbankan ke nilai sektor-sektor ekonomi unggulan
umumnya secara relatif dan belum efektif seperti yang diharapkan, ini
menunjukkan bahwa tampaknya perbankan di daerah ini dalam menyalurkan
kreditnya belum mendasarkan keputusan pembukaan kantor dan penyaluran
kreditnya sesuai dengan kondisi riel lapangan. Belum efektifnya peran
perbankan yang disebabkan karena prilaku para ekonomi sendiri yang selalu
khawatir untuk melakukan langkah-langkah strategis yang pro bisnis
profesional, juga belum adanya suatu proses penyusunan perencanaan yang
bersinergi antara pemerintah dengan para pelaku perbankan.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Setiawan Santoso (2007)
dengan judul “Analisis Peranan Sektor Jasa Perbankan Terhadap
Perekonomian Di Jakarta Tahun 2000 ( Analisis Input Output ). Adapun
kesimpulan yang di peroleh dalam penelitian ini yaitu nilai indeks keterkaitan
ke depan atau indeks daya kepekaan sektor menunjukkan pengaruh sektor jasa
perbankan apabila terjadi kenaikan permintaan akhir atas sektor -sektor lain
sebesar satu juta maka sektor jasa perbankan akan mengalami peningkatan
output. Output yang dihasilkan oleh sektor jasa perbankan merupakan
komoditi intermedier, dalam artian merupakan bahan baku bagi industri-
industri dan sektor-sektor perekonomian lainnya di DKI Jakarta.
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rencana Analisis
Dalam penelitian ini akan digunakan alat analisis Input-Output (I-0).
Dimana analisis input-output merupakan suatu alat analisis keseimbangan
umum. Analsis itu didasarkan pada suatu situasi perekonomian dan bukan
pendekatan teoritis semata. Kesimbangan dalam analisis input-output
didasarkan arus transaksi antar pelaku perekonomian. Teknologi produksi
yang digunakan oleh perekonomian tersebut memegang peranan penting
dalam analsis ini lebih spesifik lagi, teknologi yang memegang peranan besar
adalah teknologi dalam kaitannya dengan input antara (Nazara, 1997).
B. Konsep Dasar Input Output
Model input output dikembangkan pertama kali oleh W. Leontief
seorang kelahiran Rusia kebangsaan Amerika dari Harvard University pada
tahun 1930-an. Model input ouput inilah yang membawa W. Leontief
menerima hadiah nobel pada tahun 1973 (Iwan Jaya Aziz, 1994:6).
Jhingan (1996:751) menyebutkan bahwa analisis input output juga
merupakan variasi terbaik keseimbangan umum yang mempunya i tiga unsur
utama. Pertama, melalui analisis input output memusatkan perhatiannya pada
perekonomian dalam keadaan seimbang. Kedua, tidak memusatkan perhatian
pada analisis permintaan tetapi masalah teknis produksi. Ketiga, analisis ini
didasarkan pada penelitian empiris.
41
Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan model
input output. Pertama, melalui model ini dapat diperkirakan dampak
permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, impor, penerimaan pajak dan
kesempatan kerja yang ditawarkan diberbagai sektor produksi yang ada.
Kedua, sektor -sektor yang pengaruhnya paling dominan terhadap
pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang paling peka terhadap
perekonomian dapat diketahui melalui analisis input output. Ketiga, model
input output juga dapat digunakan untuk melihat komposisi penyediaan dan
penggunaan barang dan jasa, terutama dalam analisis terhadap kebutuhan
impor dan kemungkinan subtitusinya. Keempat, dengan menggunakan model
ini dapat dilihat konsistensi dan kelemahan berbagai data statistik yang pada
gilirannya dapat dijadikan sebagai landasan perbaikan, penyempurnaan dan
pengembangan lebih lanjut. Kelima, penyusunan proyeksi variabel-variabel
ekonomi makro dapat dilakukan dengan memanfaatkan model input output.
Keenam, model ini berguna dalam menganalisa perubahan harga yang dapat
ditinjau dari pengaruh secara langsung dan tidak langsung dalam perubahan
harga input terhadap harga output (Tabel Input Output Indonesia, 2000:5).
Suatu tabel input output menyajikan informasi tentang transaksi barang
dan jasa yang terjadi pada semua sektor yang ada dalam perekonomian,
dengan bentuk penyajian berupa matriks. Dalam suatu tabel input ouput yang
bersifat terbuka dan statis, transaksi yang digunakan dalam penyusunan tabel
input output harus meme nuhi tiga asumsi dasar, yaitu (Tabel Input Output
Indonesia, 2000:3):
42
1. Keseragaman (homogeneity), yaitu asumsi bahwa setiap sektor
ekonomi hanya memproduksi satu jenis barang dan jasa dengan susunan input
tunggal (seragam) dan tidak ada subtitusi otomatis terhadap input dari sektor
yang berbeda.
2. Kesebandingan (proportionality), yaitu asumsi bahwa hubungan
antara input dan ouput pada setiap sektor produksi merupakan fungsi linier,
artinya kenaikan dan penurunan output suatu sektor akan sebanding dengan
kenaikan dan penurunan input dari sektor yang bersangkutan.
3. Penjumlahan (additivity) , yaitu asumsi bahwa total efek dari
kegiatan produksi di berbagai sektor merupakan penjumlahan dari efek pada
masing-masing kegiatan.
Berdasarkan asumsi tersebut, maka tabel input output sebagai model
kuantitatif memiliki keterbatasan, yaitu bahwa koefisien input atau koefisien
teknis diasumsikan tetap (konstan) sepanjang periode analisis atau proyeksi.
Maka produsen tidak dapat menyesuaikan perubahan-perubahan inputnya atau
mengubah proses produksi. Karena koefisien teknis dianggap konstan, maka
teknologi yang digunakan oleh sektor -sektor ekonomi dalam proses
produksipun dianggap konstan. Akibatnya perubahan kuantitas dan harga
input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas dan harga output.
Walaupun mengandung keterbatasan, model input ouput tetap merupakan alat
analisis ekonomi yang lengkap dan komprehensip (Tabel I-O Indonesia.
2000:3).
43
Pada tabel 2.1. disajikan contoh Tabel I-O untuk sistem perekonomian
yang terdiri dari tiga sektor produksi yaitu sektor 1,2, dan 3.
Tabel 3.1
Bagan Tabel Input Output Sistem Perekonomian
Dengan Tiga Sektor Produksi
Permintaan Antara Sektor Produksi Alokasi Output
Input Antara 1 2 3
Permintaan Akhir
Jumlah Output
Input Antara
Sektor Produksi
1
2
3
X11
X21
X31
X12
X22
X32
X13
X23
X33
F1
F2
F3
X1
X2
X3
Input Primer V1 V2 V3
Jumlah Input X1 X2 X3
Dari gambaran tersebut tampak bahwa penyusunan angka -angka
dalam bentuk matriks memperlihatkan suatu jalinan yang saling mengait dari
berbagai kegiatan antar sektor. Sebagai ilustrasi dapat diamati proses
pengalokasian output pada tabel 2.1. Output sektor 1 pada tabel tersebut
adalah sebesar X1 dan didistribusikan sepanjang baris sebesar X11, X12, dan X13
masing-masing untuk memenuhi permintaan antara sektor 1, 2, dan 3,
sedangkan sisanya sebesar F1 digunakan untuk memenuhi permintaan akhir.
Begitu juga dengan output sektor 2 dan 3 masing-masing sebesar X2 dan X3,
44
dapat dilihat dengan cara yang sama dalam proes pengalokasian output sektor
1 (Tabel I-O DKI Jakarta, 2000:65).
C. Cara Perhitungan
X11 + Xi2 + ... + X1j ... + X1n + F1 + E1 = X1 + M1
X21 + X22 + ... + X2j ... + X2n + F2 + E2 = X2 + M2
Xi1 + Xi2 + ... + Xij ... + Xin + Fi + Ei = Xi + M3
.... .... ....
.... .... ....
.... .... ....
Xn1 + Xn2 + .... + XnJ + ... + Xnn + Fn + En = Xn + Mn ........................ (1)
Disini xij adalah jumlah output sektor i yang diminta sektor j sebagai
input bagi produksi output sektor j (permintaan antara), Fi adalah permintaan
akhir domestik terhadap output sektor i, Ei adalah ekspor atau permintaan
akhir luar negeri atau daerah, Xi adalah total sektor i dan Mi adalah jumlah
sektor i. Dengan mensubstitusikan Xij maka persamaan (1) di atas akan
menjadi :
a11X1 + a12X2 + ... + a1j Xj ... + a1n Xn + F1 + E 1 = X1 + M1
a21X1 + a22X2 + ... + a2j Xj ... + a2n Xn + F2 + E 2 = X2 + M2
ai1X1 + ai2 X2 + ... + a ij Xj ... + ain Xn + F i + E i = Xi + Mi
.... .... ....
.... .... ....
.... .... ....
45
An1X1 + an2X2 + ... + anj Xj ... + ann Xn + Fn + En = Xn + Mn ......... (2)
Persamaan (2) disederhanakan ke dalam persamaan matriks menjadi
sebagai berikut:
Ax + F + E =X + M ......................................................................... (3)
Dimana:
A disebut matriks koefisien teknologi, matrik yang menunjukkan
teknological input structure antar sektor perekonomia n aij dibaca sebagai
jumlah output sektor i yang dibutuhkan sektor j untuk memproduksi satu unit
output sektor j (Xij/Xj).
Persamaan (3) diatas adalah persamaan identitas untuk analisis input-
output dengan perlakuan impor secara kompetitif. Impor setiap sektor
ekonomi dianggap proporsional terhadap tingkat konsumsi domestik terhadap
output sektor tersebut. Misalnya ditentukan proporsi ini sebagai koefisien
import, maka koefisien suatu sektor ekonomi dapat dihitung sebagai berikut:
µ =Akhir Permintaan Antara Permintaan
impor+
Atau
a11 a12 ... a1j ... a1n
a21 a22 ... a2j ... a2n
ai1 ai2 ... aij ... ain
... ... ... ...
... ... ... ...
... ... ... ...
an1 a12 ... a1j ... a1n
A =
46
µ = FX
M
ij +∑ sehingga µi = ( )FX ij +∑
Dengan demikian persamaan AX + F + E = X + M dapat diubah menjadi :
X = AX + F + E – M – AX + F + E - µ (AX + F)
Dimana
µi = dan E =
Persamaan di atas dapat dituliskan menjadi :
X = AX + F + E – µAX – µF........................................................... (4)
Selanjutnya suku yang mengandung X dipindahkan ke sebelah kiri tanda
persamaan, menjadi :
X – AX + µAX = F – µF + E ........................................................... (5)
[I– (I – µ) A]X = (I – µ) F + E ........................................................ (6)
Maka X dalam persamaan (4) diatas berubah menjadi:
X = [I – (I – µ)A]-1[(I– µ)F + E] ..................................................... (7)
X = [I – (I – µ)A]-1 adalah invers yang digunakan dalam analisis seperti
diketahui dari persamaan (7) persamaan ini terbentuk dari dua bagian :
X = [I – (I – µ)A]-1 (I– µ)F, tanpa dengan ekspor ............................ (8)
X = [I – (I – µ)A]-1 E, hanya ekspor................................................. (9)
X = AX + F + E................................................................................ (10)
Selanjutnya suku yang mengandung matriks X di pindahkan ke sebelah kiri
tanda persamaan:
X – AX = F + E................................................................................ (11)
µi ... 0 ...0 0 ... µi ... 0 0 ... 0 ... µi
E1 Ei En
47
(I – A)X = F + E ............................................................................... (12)
Maka X dalam persamaan (4) berubah menjadi :
X = (I – A)-1 (F + E)......................................................................... (13)
(I – A)-1 adalah invers matriks leontief, (I – A)-1 F adalah output yang
disebabkan oleh domestik (Final Demand) dan (I – A)-1 E adalah output yang
disebabkan oleh ekspor (Foreign Final Demand). Domestik Final Demand
biasanya terdiri dari elemen konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah,
dan investasi. Matriks Inverse leontief sering dilambangkan sebagai B, dengan
elemen matriknya sebaga bij. bij dibaca sebagai sebagai besarnya output sektor
i yang disebabkan oleh permintaan di sektor j sebesar satu unit.
D. Analisis Data Dengan Matriks Inverse Leontief
1. Analisis Indeks Total Keterkaitan
Indeks total keterkaitan digunakan sebagai dasar perumusan
strategi pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antar sektor
dalam suatu sistem perekonomian. Menurut Rasmussen indeks total
keterkaitan meliputi indeks total keterkaitan ke belakang dan indeks total
keterkaitan ke depan. Indeks total keterkaitan ke belakang suatu idustri
atau suatu sektor menunjukkan hubungan keterkaitan tentang pengaruh
yang ditimbulkan oleh satu unit permintaan akhir pada sektor tersebut
terhadap total pembelian input semua sektor di dalam suatu perekonomian.
Indeks total keterkaitan ke depan menunjukkan hubungan keterkaitan
tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh satu unit permintaan akhir suatu
48
sektor terhadap total penjualan output semua sektor di dalam suatu
perekonomian.
2. Indeks Total Keterkaitan ke Belakang
Konsep ini diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk
meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Indeks total keterkaitan ke
belakang disebut juga sebagai indeks daya penyebaran (power of
dispersion) yang digunakan untuk mengukur kaitan ke belakang. Rumus
untuk mencari nilai indeks total keterkaitan ke belakang yaitu :
BLj =
Dimana :
BL j = indeks total keterkaitan ke belakang sektor j
αij = unsur matriks kebalikan Leontief
Besaran BLj dapat mempunyai nilai sama dengan 1, lebih besar 1
atau lebih kecil 1. Bila BLj = 1 hal tersebut berarti bahwa daya penyebaran
sektor j sama dengan rata-rata penyebaran seluruh sektor ekonomi. Bila
BL j > 1 hal tersebut berarti daya penyebaran sektor j berada di atas rata-
rata daya penyebaran seluruh sektor ekonomi. Sebaliknya, bila BLj < 1 hal
tersebut berarti bahwa daya penyebaran sektor j lebih rendah dari rata -rata
daya penyebaran seluruh sektor ekonomi.
∑=
n
i
ijbn1
∑∑==
n
j
n
i
ija11
49
3. Indeks Total Keterkaitan ke Depan
Konsep ini diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk
mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input
dari sektor ini. Total ke terkaitan ke depan disebut juga sebagai indeks
derajat kepekaan (degree of sensitivity) yang digunakan untuk mengukur
kaitan ke depan. Rumus untuk mencari nilai indeks total keterkaitan ke
depan yaitu :
FLi =
Dimana :
FLi = indeks total keterka itan ke depan sektor i
αij = unsur matriks kebalikan Leontief
Nilai FLi dapat bernilai sama dengan 1, lebih besar 1 atau lebih
kecil 1. Bila FLi = 1 hal tersebut berarti bahwa derajat kepekaan sektor i
sama dengan rata-rata derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi. Bila FLi >
1 hal tersebut berarti derajat kepekaan sektor i lebih tinggi dari derajat
kepekaan seluruh sektor ekonomi. Sebaliknya, bila FLi < 1 hal tersebut
berarti bahwa derajat kepekaan sektor i dibawah rata-rata derajat kepekaan
seluruh sektor ekonomi.
ij
i
i aXvn
n
i∑=1
∑∑==
n
j
n
i
ija11
50
4. Analisis Sektor Kunci Menggunakan Forward dan Backward Process
Dari analisis I-O dapat dilihat sektor -sektor kunci yang memiliki
backward linkages (keterkaitan ke belakang) atau disebut juga derajat
kepekaan yang tinggi dan forward linkages (keterkaitan ke depan) atau
daya sebar yang tinggi. Sektor yang mempunyai daya penyebaran tinggi
menunjukan sektor tersebut mempunyai daya dorong yang cukup kuat
dibandingkan sektor lainya. Sedangkan sektor yang mempunyai derajat
kepekaan yang tinggi menunjukan bahwa sektor tersebut mempunyai
keteergantungan yang tinggi terhadap sektor lain. Sektor kunci
didefinisikan sebagai sektor yang memegang peranan penting dalam
menggerakan roda perekonomian dan ditentukan berdasarkan indeks total
keterkaitan ke belakang dan ke depan. Sektor kunci adalah sektor yang
memiliki indeks total keterkaitan ke belakang dan ke depan lebih besar
dari satu.
E. Jenis Data Dan Sumber Data
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari berbagai buku yang berkaitan
dengan penelitian ini.
Data yang digunakan yaitu data tabel input output perekonomian DKI
Jakarta tahun 2000 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik DKI Jakarta.
Tabel input output DKI Jakarta tahun 2000 disajikan dalam bentuk matriks
yang diklasifikasikan menjadi 89 sektor perekonomian. Sedangkan dalam
51
penelitian ini menganalisis peranan sektor jasa perbankan terhadap sektor-
sektor perekonomian lainnya.
F. Definisi Operasional Variabel
1. Input adalah semua barang, jasa dan faktor produksi lainya yang digunakan
dalam proses untuk menghasilkan output dihitung dalam satuan rupiah (BPS,
2000: 29). Input dibagi menjadi dua yaitu :
a. Input Primer adalah balas jasa atas pemakain faktor -faktor produksi yang
terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan kewirausahan.
b. Input antara adalah input yang digunakan habis dalam proses produksi dan
terdiri dari barang tidak tahan lama dan jasa.
2. Output (total output) dalam hal ini adalah output regional, yaitu nilai dari
produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor -sektor produksi di suatu
daerah tanpa membedakan asal usul pelaku produksinya, dihitung dalam
satuan rupiah. Total output yang ada tersebut kemudian digunakan untuk
memenuhi permintaan.
3. Keterkaitan ke depan adalah hubungan keterkaitan tentang pengaruh yang
ditimbulkan oleh satu unit permintaan akhir sautu sektor terhadap penjualan
output semua sektor di dalam suatu perekonomian.
4. Keterkaitan ke belakang adalah hubungan keterkaitan tentang pengaruh yang
ditimbulkan oleh satu unit permintaan akhir pada sektor tersebut terhadap
pembelian input semua sektor di dalam suatu perekonomian.
42
BAB IV
HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Komposisi Nilai Tambah Bruto
Pada tabel 4.1 disajikan jumlah nilai tambah menurut
komponennya. Komponen upah dan gaji yang diciptakan oleh kegiatan
ekonomi di Jawa Tengah mencapai Rp. 33.893.355,43 juta di tahun 2000
dan sebesar Rp. 58.450.517,29 juta pada tahun 2004. Pada periode tersebut
komponen upah dan gaji masing-masing berperan 28,78 persen dan 30,21
persen dari keseluruhan nilai tambah.
Tabel 4.1
Komposisi Nilai Tambah Bruto Menurut Komponennya
Di Jawa Tengah Tahun 2000 dan 2004 ( Jutaan Rupiah )
2004 2000 Kode I-O
Komponen Nilai Distribusi
(%) Nilai Distribusi (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
201 202 203 204
205
Upah dan Gaji Surplus Usaha Penyusutan Pajak Tak Langsung Subsidi
58.450.517,29
100.442.999,19 18.718.562,45 16.848.370,66
-1.025.186,54
30,21 51,92
9,67 8,72
-0,52
33.893.355,43 68.133.212,52
9.209.558,29 6.517.031,97
-2.659,25
28,78 57,86 7,82 5,55
-0,01
Jumlah 193,435,263.05 100,00 117.750.498,96 100,00 Sumber: Tabel Input Output DKI Jakarta Tahun 2000 dan 2004.
43
Komponen dengan peranan terbesar adalah surplus usaha. Pada
tahun 2000 peranan komponen ini dalam pembentukan nilai tambah di
Jawa Tengah adalah sebesar 57.86 persen dengan nilai sebesar Rp.
68.133.212,52 juta dan pada tahun 2004 menurun menjadi 51,92 persen
dengan nilai sebesar Rp. 100.442.999,19 juta. Bila diamati porsi upah dan
gaji dalam struktur nilai tambah ternyata relatif lebih rendah bila
dibandingkan dengan surplus usaha, surplus usaha yang diterim a oleh
pengusaha satu setengah kali lebih besar dibandingkan komponen upah
dan gaji. Padahal upah dan gaji merupakan satu-satunya komponen nilai
tambah yang bisa langsung diterima oleh pekerja. Surplus usaha sendiri
belum tentu dapat langsung dinikmati oleh masyarakat, karena surplus
usaha tersebut sebagian ada yang tersimpan atau ditanam di perusahaan
dalam bentuk laba yang ditahan. Dalam surplus usaha termasuk juga
bagian pendapatan dari tenaga kerja yang tidak dibayar.
Sedangkan peranan komponen penyusutan dalam pembentukan
nilai tambah di Jawa Tengah adalah sebesar 7,82 persen dengan nilai Rp.
9.209.558,29 juta pada tahun 2000 dan mengalami peningkatan menjadi
9,67 persen dengan nilai Rp. 18.718.562,45 pada tahun 2004. Komponen
pajak tak langsung mempunyai peran 5,55 persen dalam stuktur nilai
tambah di Jawa Tengah dengan nilai Rp. 6.517.031,97 juta pada tahun
2000 dan meningkat menjadi 8,72 persen dengan nilai Rp. 16.848.370,66
pada tahun 2004. Komponen subsidi dari pemerintah Jawa Tengah pada
tahun 2000 adalah sebesar 0,01 persen dengan nilai Rp. 2.659,25 juta dan
44
meningkat menjadi 0,52 persen dengan nilai Rp. 1.025.186,54 juta pada
tahun 2004.
2. Struktur Permintaan Akhir
Barang dan jasa yang diprosuksi oleh sektor produksi dalam
rangka proses produksi selain digunakan sebagai bahan baku oleh sektor
produksi juga digunakan untuk memenuhi permintaan oleh konsumen
akhir. Dalam terminologi I-O, penggunaan barang dan jasa untuk
konsumen akhir disebut sebagai permintaan akhir. Permintaan akhir dirinci
menurut komponen konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah,
pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor. Bila jumlah
komponen-komponen tersebut dikurangi dengan impor maka akan sama
dengan jumlah pengunaan akhir barang dan jasa yang berasal dari faktor
produksi domestik atau dikenal dengan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) menurut penggunaannya. Dalam tabel 4.2 disajikan secara
lengkap perbandingan struktur permintaan akhir pada tahun 2000 dan pada
tahun 2004.
45
Tabel 4.2
Struktur PDRB Jawa Tengah Menurut Komponen Permintaan Akhir
Tahun 2000 dan 2004 ( Jutaan Rupiah )
2004 2000 No.
Komponen Permintaan Akhir
Kode
Nilai Persentase thd PDRB Nilai Persentase
thd PDRB 1.
2.
3.
4. 5. 6. 7.
Permintaan Konsumsi Rumah Tangga Permintaan Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Stok Ekspor Antar Daerah Ekspor Antar Propinsi Ekspor Luar Negeri
301 302 303 304 305AD 305AP 305LN
126.581.641
19.450.223
32.603.178
-2.776.338 48.309.858 27.830.279 20.704.207
65.25
10.02
16.81
-1.43 24.90 14.34 10.67
65.541.748
10.471.986
20.260.966
4.601.227 30.755.211 26.921.321 11.468.613
55.38
8.84
17.13
3.89 26.99 22.76 9.67
Jumlah Permintaan Akhir 309 272.703.047 170.021.068 7. 8. 9.
Impor Antar Daerah Impor Dari Luar Negeri Impor Dari Propinsi Lain
401AD 401AP 401LN
17.170.607 20.457.449 41.068.528
-8.85 -10.54 -21.17
17.041.825 22. 347.154 12.297.338
-14.40 -18.89 -10.39
PDRB 194.007.023 100,00 118.334.751 100,00 Sumber: Tabel Input Output jawa Tengah Tahun 2000 dan 2004.
Pada tahun 2004 dan 2000 jumlah permintaan akhir yang tercipta
masing-masing adalah sebesar Rp. 272.703.047 juta dan Rp. 170.021.068
juta. Komponen konsumsi rumah tangga masih menjadi pengguna PDRB
terbesar selama kurun waktu tersebut. Bila pada tahun 2000 sebanyak
55,38 persen PDRB Jawa Tengah digunakan untuk memenuhi konsumsi
rumah tangga maka pada tahun 2004 meningkat menjadi sekitar 65,25
persen. Sebaliknya, tampak terjadi penurunan persentase penggunaan
PDRB untuk pembentukan modal tetap bruto. Pada tahun 2000 sebanyak
17,13 persen PDRB digunakan untuk investasi melalui pembentukan
46
modal tetap bruto namun pada tahun 2004 persentasenya turun menjadi
hanya sebesar 16,81 persen. Sementara itu ekspor netto Jawa Tengah
mengalami sedikit peningkatan. Pada tahun 2000 komponen ekspor netto
PDRB menunjukkan peranan sebesar 8.50 persen namun pada tahun 2004
peranannya meningkat cukup signifikan, yakni menjadi 10.63 persen.
B. Analisis Hasil Estimasi Data
1. Hasil Analisis Indeks Keterkaitan Ke Depan
Indeks total keterkaitan ke depan yang memiliki nilai lebih besar
dari satu menunjukkan bahwa sektor tersebut mempunyai kemampuan
yang kuat untuk mendorong pertumbuhan output industri hilirnya atau
dengan kata lain kemampuan sektor tersebut untuk mendorong
pertumbuhan produksi sektor -sektor lain yang memakai input dari sektor
ini. Output yang dihasilkan oleh sektor tersebut merupakan komoditi
intermedier, dalam artian merupakan bahan baku bagi industri-industri dan
sektor-sektor perekonomian lainnya. Nilai tersebut juga menunju kkan
besarnya peranan sektor tersebut dalam mendorong pertumbuhan
perekonomian di Jawa Tengah. Dari hasil olah data tabel Input Output
Jawa Tengah Tahun 2000 maka dapat diperoleh indeks derajat kepekaan
atau indeks keterkaitan ke depan. Dalam tabel 4.3 menyajikan tujuh sektor
yang memiliki nilai indeks total keterkaitan ke depan terbesar berdasarkan
tabel input output Jawa Tengah Tahun 2000.
47
Tabel 4.3
Tujuh Sektor Dengan Indeks Total Keterkaitan Ke Depan Terbesar
Menurut Tabel Input Output Tahun 2000
No. Kode I-O Sektor Indeks
DK 1. 2. 3. 4.
5.
6. 7.
9 7 13 8
16
10 15
Industri lainnya Pertambangan dan Penggalian Perdagangan Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Lembaga Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan Industri Pengilangan Minyak Penga ngkutan dan Komunikasi
3,14516 1,42076 1,26291 1,24356 1,06582 1,00214 1,00164
Sumber: Tabel Input Output Jawa Tengah Tahun 2000, diolah.
Dari hasil olahan data tabel input output Jawa Tengah tahun 2000,
sektor industri lainnya memiliki nilai indeks pa ling besar yaitu dengan
nilai 3,14516. Nilai tersebut menunjukkan bahwa bila terjadi kenaikan
permintaan akhir atas sektor -sektor lain sebesar satu unit maka sektor
industri lainnya akan mengalami peningkatan output sebesar 3,14516 unit.
Sedangkan urutan berikutnya yaitu sektor pertambangan dan penggalian
yang memiliki nilai indeks total keterkaitan ke depan atau indeks daya
kepekaan sebesar 1,40276, sektor perdagangan dengan nilai 1,26291,
sektor industri makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,24356, sektor
lembaga keuangan, real estate dan jasa perdagangan sebesar 1,06582,
sektor industri pengilangan minyak 1,00214, dan sektor pengangkutan dan
komunikasi sebesar 1,00164. Output yang dihasilkan oleh sektor tersebut
48
merupakan komoditi intermedier, dalam artian merupakan bahan baku
bagi industri-industri dan sektor-sektor perekonomian lainnya.
Sedangkan dari hasil olahan data tabel input output Jawa Tengah
tahun 2004, juga dapat diperoleh indeks derajat kepekaan atau indeks
keterkaitan ke depan yang disajikan dalam tabel 4. 4 di bawah ini.
Tabel 4.4
Empat Sektor Dengan Indeks Total Keterkaitan Ke Depan Terbesar
Menurut Tabel Input Output Tahun 2004
No. Kode I-O Sektor Indeks
DK 1. 2. 3.
4.
7 9 8
13
Pertambangan dan Penggalian Industri lainnya Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Perdagangan
4,07757 1,98493 1,17136 1,39055
Sumber: Tabel Input Output Jawa Tengah Tahun 2004, diolah.
Dari hasil olahan data tabel input output Jawa Tengah tahun 2004,
sektor pertambangan dan penggalian memiliki nilai indeks paling besar
yaitu dengan nilai 4,07757. Nilai tersebut menunjukkan bahwa bila terjadi
kenaikan permintaan akhir atas sektor-sektor lain sebesar satu unit maka
sektor pertambangan dan penggalian akan mengalami peningkatan output
sebesar 4,07757 unit. Sedangkan urutan berikutnya yaitu sektor industri
lainnya yang memiliki nilai indeks total keterkaitan ke depan atau indeks
daya kepekaan sebesar 1,98493, selanjutnya sektor industri makanan,
minuman dan tembakau dengan nilai 1,17136 , dan sektor perdagangan
sebesar 1,39055. Dimana semua sektor-sektor tersebut yang memiliki nilai
49
indeks total keterkaitan ke depan lebih besar dari satu merupakan sektor-
sektor yang mampu meningkatkan pertumbuhan produksi sektor -sektor
lain yang menggunakan input dari sektor ini.
Dari hasil olahan tabel input-output Jawa Tengah tahun 2000 dan
2004, terlihat sektor yang mempunyai indeks total keterkaitan ke depan
pada tahun 2004 menurun dari tahun 2000. Di tahun 2000 terdapat tujuh
sektor yang mempunyai indeks keterkaitan ke depan atau derajat
kepekaan, antara lain sektor Industri lainnya, sektor pertambangan dan
penggalian, sektor perdagangan, sektor industri makanan, minuman dan
tembakau, sektor, lembaga keuangan, real estate dan jasa perusahaan,
sektor industri pengilangan minya k dan sektor pengangkutan dan
komunikasi. Sedangkan pada tahun 2004, hanya terdapat empat sektor
yang mempunyai derajat kepekaan lebih dari satu yaitu sektor
pertambangan dan penggalian, sektor industri lainnya, industri makanan
minuman dan tembakau dan sektor perdagangan. Sektor pertambangan dan
penggalian pada tahun 2000 mempunyai nilai indeks total kepekaan
1,42076 dan meningkat secara signifikan pada tahun 2004 menjadi
4,07757. Selanjutnya sektor industri lainnya pada tahun 2000 mempunyai
nilai 3,14516 dan menurun secara tajam pada tahun 2004 manjadi
1,98493. Sektor industri Makanan, Minuman dan Tembakau pada tahun
2000 sebesar 1,24356 dan pada tahun 2004 meningkat menjadi 1,17136.
Kemudian, sektor perdagangan meningkat dari tahun 2000 sebesar
1,26291 menjadi 1,39055 pada tahun 2004. Sedangkan sektor Lembaga
50
Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan Industri Pengilangan Minyak
Pengangkutan dan Komunikasi pada tahun 2004 tidak mempunyai indeks
derajat kepekaan yang tinggi. Pada tabel 4.5 di bawah ini akan disajikan
hasil indeks keterkaitan ke depan pada tahun 2000 dan 2004 sebagai
perbandingan.
Tabel 4.5
Indeks Total Keterkaitan Ke Depan Terbesar Menurut
Tabel Input Output Tahun 2000 dan 2004
2004 2000 No. Kode
I-O Sektor Indeks DK
No Kode I-O Sektor Indeks
DK 1.
2. 3.
4.
7 9 8
13
Pertambangan dan Penggalian Industri lainnya Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Perdagangan
4,07757 1,98493 1,17136 1,39055
1 2 3 4 5 6 7
9 7
13 8
16
10
15
Industri lainnya Pertambangan dan Penggalian Perdagangan Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Lembaga Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan Industri Pengilangan Minyak Pengangkutan dan Komunikasi
3,14516 1,42076 1,26291 1,24356 1,06582 1,00214 1,00164
Sumber: Tabel Input Output Jawa Tengah Tahun 2000 dan 2004, diolah.
2. Hasil Analisis Indeks Keterkaitan Ke Belakang
Indeks total keterkaitan ke belakang yang memiliki nilai lebih
besar dari satu tersebut menunjukkan bahwa sektor -sektor tersebut
mempunyai kemampuan yang kuat untuk menarik pertumbuhan output
sektor hulunya. Nilai indeks lebih besar dari satu menunjukkan daya
51
penyebaran di sektor j berada di atas rata-rata daya penyebaran seluruh
sektor perekonomian di Jawa Tengah. Dari hasil olah data tabel Input
Output Jawa Tengah Tahun 2000 maka dapat diperoleh indeks daya
penyebaran atau indeks keterkaitan ke belakang seperti yang disajikan
dalam tabel 4.6.
Tabel 4.6
Delapan Sektor Dengan Indeks Total Keterkaitan Ke Kebelakang
Terbesar Menurut Tabel Input Output Tahun 2000
No. Kode I-O Sektor Indeks
DP 1. 2. 3. 4.
5. 6. 7. 8
9 12 11 8
14 10 18 15
Industri lainnya Bangunan Listrik, Gas dan Air Minum Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Restoran dan Hotel Industri Pengilangan Minyak Jasa-jasa Pengangkutan dan komunikasi
1,65850 1,30056 1,26897 1,22679
1,20395 1,16144 1,03612 1,01495
Sumber: Tabel Input Output Jawa Tengah Tahun 2000, diolah.
Sektor industri lainnya merupakan sektor yang memiliki nilai
indeks keterkaitan ke belakang yang paling tinggi yaitu sebesar 1,65850,
artinya apabila terjadi kenaikan permintaan akhir terhadap sektor industri
lainnya sebesar satu unit maka untuk sektor -sektor ekonomi lainnya yang
ada di Jawa Tengah akan mengalami pertumbuhan output sebesar 1,65850
unit. Begitu juga dengan sektor -sektor lain yang memiliki nilai indeks
keterkaitan ke belakang yang lebih besar dari satu antara lain sektor
bangunan sebesar 1,30056, sektor listrik, gas dan air minum sebesar
52
1,26897, sektor indutri makanan, mminuman dan tembakau sebesar
1,22629, sektor restoran dan hotel sebesar 1,20395, sektor industri
pengilangan minyak sebesar 1,16144, sektor jasa-jasa 1,03612, dan sektor
pengangkutan dan komunikasi sebesar 1,01495. Sektor yang mempunyai
daya penyebaran tinggi menunjukan sektor tersebut mempunyai daya
dorong yang cukup kuat dibandingkan sektor lainya.
Sedangkan dari hasil olahan data tabel input output Jawa Tengah
tahun 2004, juga dapat diperoleh indeks derajat kepekaan atau indeks
keterkaitan ke depan yang disajikan dalam tabel 4. 7 di bawah ini.
Tabel 4.7
Delapan Sektor Dengan Indeks Total Keterkaitan Ke Kebelakang
Terbesar Menurut Tabel Input Output Tahun 2004
No. Kode I-O Sektor Indeks
DP 1. 2. 3. 4.
5. 6. 7. 8
10 9 12 8
15 14 17 11
Industri Pengilangan Minyak Industri Lainnya Bangunan Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Pengangkutan dan Komunikasi Restoran dan Hotel Pemerintah Umum dan Pertahanan Listrik, Gas dan Air Minum
2,30278 1,42724 1,33914 1.20178
1,17232 1,07521 1,01190 1,00617
Sumber: Tabel Input Output Jawa Tengah Tahun 2004, diolah.
Sektor industri pengilangan minyak merupakan sektor yang
memiliki nilai indeks keterkaitan ke belakang yang paling tinggi yaitu
sebesar 2,30278 , artinya apabila terjadi kenaikan permintaan akhir
terhadap sektor industri pengilangan minyak sebesar satu unit maka untuk
53
sektor-sektor ekonomi lainnya yang ada di Jawa Tengah akan mengalami
pertumbuhan output sebesar 2,30278 unit. Begitu juga dengan sektor-
sektor lain yang memiliki nilai indeks keterkaitan ke belakang yang lebih
besar dari satu antara lain sektor industri lainnya sebesar 1,42724, sektor
bangunan sebesar 1,33914, sektor indutri makanan, minuman dan
tembakau sebesar 1,20178, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar
1,17232 sektor restoran dan hotel sebesar 1,07521, sektor pemerintah dan
umum dan pertahanan sebesar 1,01190, dan sektor listrik, Gas dan air
minum sebesar 1,00617. Sektor yang mempunyai daya penyebaran tinggi
menunjukan sektor tersebut mempunyai daya dorong yang cukup kuat
dibandingkan sektor lainnya.
Di bawah ini, akan disajikan tabel 4.8 Indeks keterkaitan ke
belakang terbesar menurut tabel input-output pada tahun 2000 dan 2004
sebagai perbandingan.
54
Tabel 4.8
Indeks Total Keterkaitan Ke Kebelakang Terbesar Menurut
Tabel Input Output Tahun 2000 dan 2004
2004 2000 No. Kode
I-O Sektor Indeks DP
Kode I-O
Sektor Indeks DP
1.
2. 3. 4.
5.
6. 7.
8.
10 9
12 8
15
14 17
11
Industri Pengilangan Minyak Industri Lainnya Bangunan Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Pengangkutan dan Komunikasi Restoran dan Hotel Pemerintah Umum dan Pertahanan Listrik, Gas dan Air Minum
2,30278
1,42724 1,33914 1.20178
1,17232
1,07521 1,01190
1,00617
9 12 11 8
14 10
18 15
Industri lainnya Bangunan Listrik, Gas dan Air Minum Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Restoran dan Hotel Industri Pengilangan Minyak Jasa-jasa Pengangkutan dan komunikasi
1,65850 1,30056 1,26897
1,22679 1,20395 1,16144
1,03612 1,01495
Sumber: Tabel Input Output Jawa Tengah Tahun 2000 dan 2004, diolah.
Berdasarkan tabel 4.8 diatas, terlihat sektor industri pengilangan
minyak mempunyai indeks keterkaitan ke belakang paling tinggi pada
tahun 2004 yaitu sebesar 2,30278 dan meningkat signifikan dari tahun
2000 yang hanya sebesar 1,16144. Selanjutnya industri lainnya menjadi
sektor yang paling dominan setelah industri pengilangan minyak, yaitu
sebesar 1,42724 pada tahun 2004 dan meningkat secara signifikan dari
tahun 2000 sebesar 1,16144. Urutan berikutnya sektor bangunan sebesar
1,33914 pada tahun 2004 dan meningkat dari tahun 2000 sebesar 1,30056.
Dapat dilihat, hampir semua sektor yang mempunyai daya penyebaran
tinggi di jawa tengah pada tahun 2000 masih mendominasi pada tahun
2004. Hanya sektor jasa-jasa mengalami penurunan sehingga tidak
55
mempunyai indeks penyebaran tinggi pada tahun 2004. Sebaliknya sektor
pemerintah umum dan pertahanan, memiliki indeks peyebaran tinggi pada
tahun 2004 sebesar 1,01190.
3. Hasil Analisis Sektor Kunci
Dari analisis I-O dapat dilihat sektor -sektor kunci yang memiliki
backward linkages (keterkaitan ke belakang) atau disebut juga derajat
kepekaan yang tinggi dan forward linkages (keterkaitan ke depan) atau
daya sebar yang tinggi. Sektor kunci didefinisikan sebagai sektor yang
memegang peranan penting dalam menggerakan roda perekonomian dan
ditentukan berdasarkan indeks total keterkaitan ke belakang dan ke depan.
Sektor kunci adalah sektor yang memiliki indeks total keterkaitan ke
belakang dan ke depan lebih besar dari satu. Dari hasil olah data tabel
input output maka didapat sektor -sektor perekonomian yang memegang
peranan penting dalam perekonomian Jawa Tengah atau disebut juga
sebagai sektor kunci. Dalam tabel 4. 9 disajikan sektor kunci dari
perekonomian Jawa Tengah berdasarkan tabel input output Jawa Tengah
Tahun 2000.
56
Tabel 4.9
Sektor Kunci Perekonomian Jawa Tengah
Menurut Tabel Input Output Jawa Tengah Tahun 2000
No. Kode I-O Sektor Indeks
DK Indeks
DP 1.
2. 3. 4.
8 9
10 15
Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Industri Lainnya Industri Pengilangan Minyak Pengangkutan dan Komunikasi
1,24356
3,14516 1,00214 1,00164
1,22629
1,65850 1,16144 1,01492
Sumber: Tabel Input Output Jawa Tengah Tahun 2000, diolah.
Berdasarkan tabel 4.9 maka terdapat empat sektor perekonomian
yang menjadi sektor kunci perekonomian Jawa Tengah pada tahun 2000
yaitu sektor indutri makanan, minuman dan tembakau, sektor industri
lainnya, sektor industri pengilangan minyak dan sektor pengangkutan dan
komunikasi. Sektor-sektor inilah yang memegang peranan penting dalam
menggerakkan roda perekonomian Jawa Tengah pada tahun 2000. Sektor
indutri makanan, minuman dan tembakau memiliki nilai indeks daya
penyebaran sebesar 1,22629 dan nilai indeks daya kepekaan sebesar
1,24356. Besaran tersebut menunjukkan apabila terjadi kenaikan
permintaan akhir terhadap sektor indutri makanan. minuman dan tembakau
sebesar satu unit maka sektor -sektor ekonomi lainnya yang ada di Jawa
Tengah akan mengalami peningkatan output sebesar 1,22629 unit.
Sebaliknya, apabila terjadi kenaikan permintaan akhir atas sektor -sektor
ekonomi lainnya sebesar satu unit maka sektor indutri makanan, minuman
dan tembakau akan mengalami peningkatan output sebesar 1,24356 unit.
57
Selanjutnya industri lainnya yang memiliki nilai indeks daya penyebaran
sebesar 1,65850 dan nilai indeks daya kepekaannya sebesar 3,14516. Nilai
kedua indeks pada sektor industri lainnya ini menunjukkan bahwa apabila
terjadi kenaikan permintaan akhir terhadap sektor industri lainnya sebesar
satu unit maka sektor-sektor ekonomi lainnya yang ada di Jawa Tengah
akan mengalami peningkatan output sebesar 1,65850 unit. Sebaliknya,
apabila terjadi kenaikan permintaan akhir atas sektor -sektor ekonomi
lainnya sebesar satu unit maka sektor listrik dan gas akan mengalami
peningkatan output sebesar 3,14516 unit. Selanjutnya, industri
pengilangan minyak yang memiliki nilai indeks daya penyebaran sebesar
1,11644 dan nilai indeks daya kepekaannya sebesar 1,00214. Nilai kedua
indeks pada sektor industri pengilangan minyak ini menunjukkan bahwa
apabila terjadi kenaikan permintaan akhir terhadap sektor industri
pengilangan minyak sebesar satu unit maka sektor -sektor ekonomi lainnya
yang ada di Jawa Tengah akan mengalami peningkatan output sebesar
1,11644 unit. Sebaliknya, apabila terjadi kenaikan permintaan akhir atas
sektor-sektor ekonomi lainnya sebesar satu unit maka sektor industri
pengilangan minyak akan mengalami peningkatan output sebesar 1,00214
unit. Selanjutnya, untuk sektor pengangkutan dan komunikasi memiliki
nilai indeks daya penyebaran sebesar 1,01495 dan nilai indeks daya
kepekaannya sebesar 1,00614. Nilai indeks pada sektor industri
pengilangan minyak tesebut menunjukkan bahwa apabila terjadi kenaikan
permintaan akhir terhadap sektor industri pengilangan minyak sebesar satu
58
unit maka sektor-sektor ekonomi lainnya yang ada di Jawa Tengah akan
mengalami peningkatan output sebesar 1,01495 unit. Sebaliknya, apabila
terjadi kenaikan permintaan akhir atas sektor-sektor ekonomi lainnya
sebesar satu unit maka sektor jasa perbankan akan mengalami peningkatan
output sebesar 1,00614 unit.
Sedangkan dalam tabel 4. 10 disajikan sektor kunci dari
perekonomian Jawa Tengah berdasarkan tabel input output Jawa Tengah
Tahun 2004.
Tabel 4.10
Sektor Kunci Perekonomian Jawa Tengah
Menurut Tabel Input Output Jawa Tengah Tahun 2004
No. Kode I-O Sektor Indeks
DK Indeks
DP 1.
2.
8
9
Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Industri Lainnya
1.17136
1.98493
1.20178
1.42724
Sumber: Tabel Input Output Jawa Tengah Tahun 2004, diolah.
Berdasarkan tabel 4.10 maka hanya terdapat dua sektor
perekonomian yang menjadi sektor kunci perekonomian Jawa Tengah
pada tahun 2004 yaitu sektor indutri makanan, minuman dan tembakau,
dan sektor industri lainnya. Sektor -sektor inilah yang memegang peranan
penting dalam menggerakkan roda perekonomian Jawa Tengah pada tahun
2004. Sektor indutri makanan, minuman dan tembakau memiliki nilai
indeks daya penyebaran sebesar 1,20178 dan nilai indeks daya kepekaan
sebesar 1,17136. Besaran tersebut menunjukkan apabila terjadi kenaikan
59
permintaan akhir terhadap sektor indutri makanan. minuman dan tembakau
sebesar satu unit maka sektor -sektor ekonomi lainnya yang ada di Jawa
Tengah akan mengalami peningkatan output sebesar 1,20178 unit.
Sebaliknya, apabila terjadi kenaikan permintaan akhir atas sektor -sektor
ekonomi lainnya sebesar satu unit maka sektor indutri makanan, minuman
dan tembakau akan mengalami peningkatan output sebesar 1,17136 unit.
Selanjutnya industri lainnya yang memiliki nilai indeks daya penyebaran
sebesar 1,42724 dan nilai indeks daya kepekaannya sebesar 1,98493. Nilai
kedua indeks pada sektor industri lainnya ini menunjukkan bahwa apabila
terjadi kenaikan permintaan akhir terhadap sektor industri lainnya sebesar
satu unit maka sektor-sektor ekonomi lainnya yang ada di Jawa Tengah
akan mengalami peningkatan output sebesar 1,98493 unit. Sebaliknya,
apabila terjadi kenaikan permintaan akhir atas sektor -sektor ekonomi
lainnya sebesar satu unit maka sektor listrik dan gas akan mengalami
peningkatan output sebesar 1,42724 unit. Dalam pembangunan di Jawa
Tengah untuk memacu pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah, maka
sektor-sektor tersebut layak untuk diprioritaskan. Hal ini dikarenakan
sektor-sektor tersebut memiliki daya dorong yang kuat terhadap
penciptaan sektor -sektor ekonomi lainnya dan juga memiliki sensitivitas
yang tinggi terhadap perubahan permintaan akhir dari sektor -sektor
ekonomi lainnya.
Dari tabel 4. 9 dan 4.10, dapat dilihat sektor kunci perekonomian
Jawa Tengah pada tahun 2004 menurun dari tahun 2000. Pada tahun 2000
60
terdapat empat sektor yang menjadi sektor kunci antara lain sektor industri
makanan, minuman dan tembakau, sektor industri lainnya, sektor industri
pengilangan minyak, dan sektor pengangkutan dan komunikasi.
Sedangkan pada tahun 2004 hanya menjadi dua sektor yaitu sektor industri
makanan, minuman dan tembakau dan sektor industri lainnya. Di bawah
ini disajikan tabel perbandingan sektor kunci Jawa Tengah pada tahun
2000 dan 2004.
Tabel 4.11
Sektor Kunci Perekonomian Jawa Tengah
Menurut Tabel Input Output Jawa Tengah Tahun 2000 dan 2004
2004 2000 Kode I-O
Sektor Indeks DK
Indeks DP
Kode I-O
Sektor Indeks DK
Indeks DP
8
9
Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Industri Lainnya
1.17136
1.98493
1.20178
1.42724
8
9
10
15
Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Industri Lainnya Industri Pengilangan Minyak Pengangkutan dan Komunikasi
1,24356 3,14516 1,00214
1,00164
1,22629
1,65850 1,16144
1,01492
Sumber: Tabel Input Output Jawa Tengah Tahun 2000 dan 2004, diolah
C. Interpretasi Ekonomi
Interpretasi ekonomi dimaksudkan untuk menginterpretasikan hasil
analisis berdasarkan ilmu-ilmu ekomomi terhadap keseluruham hasil analisis.
Dari analisis mengenai sektor kunci perekonomian Jawa Tengah tahun 2000
dan 2004 maka dapat dilakukan interpretasi ekonomi berdasarkan hasil
61
analisis nilai tambah bruto, analisis indeks keterkaitan ke belakang, analisis
indeks keterkaitan ke depan dan analisis sektor kunci.
Komponen upah dan gaji sebagai pembentuk nilai tambah bruto pada
tahun 2000 yang diciptakan oleh kegiatan ekonomi di Jawa Tengah mencapai
Rp. 33.893.355,43 juta atau sebesar 28,78 persen dari total 117.750.498,96
juta di tahun 2000 dan meningkat sebesar Rp. 58.450.517,29 juta dan
memberikan kontribusi 30,21 persen pada tahun 2004 dengan nilai total
193.435.263,05 juta. Namun ternyata komponen upah dan gaji ternyata relatif
lebih rendah bila dibandingkan dengan surplus usaha, surplus usaha yang
diterima oleh pengusaha satu setengah kali lebih besar dibandingkan
komponen upah dan gaji. Komponen surplus usaha memberikan kontribusi
sebesar 57,86 persen atau senilai 68.133.212,52 juta pada tahun 2000, dan
meskipun pada tahun 2004 menurun menjadi 51,92 persen dengan nilai
100.442.999,19 juta. Padahal upah dan gaji merupakan satu-satunya
komponen nilai tambah yang bisa langsung diterima oleh pekerja. Surplus
usaha sendiri belum tentu dapat langsung dinikmati oleh masyarakat, karena
surplus usaha tersebut sebagian ada yang tersimpan atau ditanam di
perusahaan dalam bentuk laba yang ditahan. Dalam surplus usaha termasuk
juga bagian pendapatan dari tenaga kerja yang tidak dibayar.
Nilai indeks keterkaitan ke depan atau indeks daya kepekaan pada
tahun 2000 terdapat tujuh sektor yang mempunyai indeks keterkaitan ke depan
atau derajat kepekaan, antara lain sektor Industri lainnya, sektor pertambangan
dan penggalian, sektor perdagangan, sektor industri makanan, minuman dan
62
tembakau, sektor, lembaga keuangan, real estate dan jasa perusahaan, sektor
industri pengilangan minyak dan sektor pengangkutan dan komunikasi.
Sedangkan pada tahun 2004, hanya terdapat empat sektor yang mempunyai
derajat kepekaan lebih dari satu yaitu sektor pertambangan dan penggalian,
sektor industri lainnya, industri makanan minuman dan tembakau dan sektor
perdagangan. Sektor Industr i lainnya memberikan kontribusinya yang paling
tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya pada tahun 2000 sebesar 3,14516.
Nilai ini berarti menunjukkan pegaruh sektor industri lainnya apabila terjadi
kenaikan permintaan akhir atas sektor-sektor lain sebesar satu juta maka
sektor industri lainnya akan mengalami peningkatan output sebesar Rp.
3,14516 juta. Sedangkan pada tahun 2004 sektor yang memiliki indeks
keterkaitan ke depan atau daya kepekaan tinggi adalah sektor yang
pertambangan dan penggalian sebesar 4,07757. Nilai ini berarti menunjukkan
pengaruh sektor pertambangan dan penggalian apabila terjadi kenaikan
permintaan akhir atas sektor -sektor lain sebesar satu juta maka sektor
pertambangan dan penggalian akan mengalami peningkatan output sebesar
Rp. 4,07757 juta. Output yang dihasilkan merupakan komoditi intermedier,
dalam artian merupakan bahan baku bagi industri-industri dan sektor -sektor
perekonomian lainnya.
Nilai indeks keterkait an ke belakang atau daya penyebaran pada tahun
2000 terdapat delapan sektor antara lain industri lainnya, bangunan listrik, gas
dan air minum, industri makanan, minuman dan tembakau, restoran dan hotel,
industri pengilangan minyak, jasa-jasa, pengangkutan dan komunikasi. Sektor
63
yang mempunyai nilai indek penyebaran paling tinggi pada tahun 2000 adalah
sektor Industri lainnya yang memberikan kontribusi sebesar 1,65850 yang
artinya apabila terjadi kenaikan permintaan akhir terhadap sektor industri
lainnya sebesar satu unit maka untuk sektor-sektor ekonomi lainnya yang ada
di Jawa Tengah akan mengalami pertumbuhan output sebesar 1,65850 unit.
Sedangkan pada tahun 2004, sektor industri pengilangan minyak merupakan
sektor yang memiliki nilai indeks keterkaitan ke belakang yang paling tinggi
yaitu sebesar 2,30278 , artinya apabila terjadi kenaikan permintaan akhir
terhadap sektor industri pengilangan minyak sebesar satu unit maka untuk
sektor-sektor ekonomi lainnya yang ada di Jawa Tengah akan mengalami
pertumbuhan output sebesar 2,30278 unit. Sektor yang mempunyai daya
penyebaran tinggi menunjukan sektor tersebut mempunyai daya dorong yang
cukup kuat dibandingkan sektor lainnya.
Terdapat empat sektor perekonomian yang menjadi sektor kunci
perekonomian Jawa Tengah pada tahun 2000 yaitu sektor indutri makanan,
minuman dan tembakau, sektor industri lainnya, sektor industri pengilangan
minyak dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor -sektor inilah yang
memegang peranan penting dalam menggerakkan roda perekonomian Jawa
Tengah pada tahun 2000. Sedangkan tahun 2004 hanya terdapat dua sektor
perekonomian yang menjadi sektor kunci perekonomian Jawa Tengah yaitu
sektor indutri makanan, minuman dan tembakau, dan sektor industri lainnya.
Sektor-sektor inilah yang memegang peranan penting dalam menggerakkan
roda perekonomian Jawa Tengah pada tahun 2004.
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis input output dengan menggunakan Tabel Input
Output Jawa Tengah pada tahun 2000 dan tahun 2004 tentang analisis sektor kunci
dalam struktur perekonomian Jawa Tengah tahun 2000 dan 2004 maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Komponen pembentuk nilai tambah bruto dengan peranan terbesar adalah surplus
usaha. Pada tahun 2000 peranan komponen ini dalam pembentukan nilai tambah
di Jawa Tengah adalah sebesar 57.86 persen dengan nilai sebesar Rp.
68.133.212,52 juta dan pada tahun 2004 menurun menjadi 51,92 persen dengan
nilai sebesar Rp. 100.442.999,19 juta.
2. Jumlah permintaan akhir yang tercipta masing-masing pada tahun 2000 dan 2004
adalah sebesar Rp. 272.703.047 juta dan Rp. 170.021.068 juta. Komponen
konsumsi rumah tangga menjadi pengguna PDRB terbesar selama kurun waktu
tersebut. Bila pada tahun 2000 sebanyak 55,38 persen PDRB Jawa Tengah
digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga maka pada tahun 2004
meningkat menjadi sekitar 65,25 persen. Sebaliknya, terjadi penurunan persentase
penggunaan PDRB untuk pembentukan modal tetap bruto. Pada tahun 2000
sebanyak 17,13 persen PDRB digunakan untuk investasi melalui pembentukan
modal tetap bruto namun pada tahun 2004 persentasenya turun menjadi hanya
sebesar 16,81 persen. Sementara itu ekspor netto Jawa Tengah mengalami sedikit
75
peningkatan. Pada tahun 2000 komponen ekspor netto PDRB menunjukkan
peranan sebesar 8.50 persen namun pada tahun 2004 peranannya meningkat
cukup signifikan, yakni menjadi 10.63 persen.
3. Nilai indeks keterkaitan ke depan atau indeks daya kepekaan pada tahun 2000
terdapat tujuh sektor yang mempunyai indeks keterkaitan ke depan atau derajat
kepekaan, antara lain sektor Industri lainnya, sektor pertambangan dan
penggalian, sektor perdagangan, sektor industri makanan, minuman dan
tembakau, sektor, lembaga keuangan, real estate dan jasa perusahaan, sektor
industri pengilangan minyak dan sektor pengangkutan dan komunikasi.
Sedangkan pada tahun 2004, hanya terdapat empat sektor yang mempunyai
derajat kepekaan lebih dari satu yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor
industri lainnya, industri makanan minuman dan tembakau dan sektor
perdagangan. Sektor Industri lainnya memberikan kontribusinya yang paling
tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya pada tahun 2000 sebesar 3,14516.
Nilai ini berarti menunjukkan pegaruh sektor industri lainnya apabila terjadi
kenaikan permintaan akhir atas sektor-sektor lain sebesar satu juta maka sektor
industri lainnya akan mengalami peningkatan output sebesar Rp. 3,14516 juta.
Sedangkan pada tahun 2004 sektor yang memiliki indeks keterkaitan ke depan
atau daya kepekaan tinggi adalah sektor yang pertambangan dan penggalian
sebesar 4,07757. Nilai ini berarti menunjukkan pengaruh sektor pertambangan
dan penggalian apabila terjadi kenaikan permintaan akhir atas sektor-sektor lain
sebesar satu juta maka sektor pertambangan dan penggalian akan mengalami
peningkatan output sebesar Rp. 4,07757 juta.
76
4. Nilai indeks keterkaitan ke belakang atau daya penyebaran pada tahun 2000
terdapat delapan sektor antara lain industri lainnya , bangunan listrik, gas dan air
minum, industri makanan, minuman dan tembakau, restoran dan hotel, industri
pengilangan minyak, jasa-jasa, pengangkutan dan komunikasi. Sektor yang
mempunyai nilai indek penyebaran paling tinggi pada tahun 2000 adalah sektor
industri lainnya yang memberikan kontribusi sebesar 1,65850 yang artinya
apabila terjadi kenaikan permintaan akhir terhadap sektor industri lainnya sebesar
satu unit maka untuk sektor-sektor ekonomi lainnya yang ada di Jawa Tengah
akan mengalami pertumbuhan output sebesar 1,65850 unit. Sedangkan pada tahun
2004, sektor industri pengilangan minyak merupakan sektor yang memiliki nilai
indeks keterkaitan ke belakang yang paling tinggi yaitu sebesar 2,30278 , artinya
apabila terjadi kenaikan permintaan akhir terhadap sektor industri pengilangan
minyak sebesar satu unit maka untuk sektor-sektor ekonomi lainnya yang ada di
Jawa Tengah akan mengalami pertumbuhan output sebesar 2,30278 unit.
5. Sektor kunci perekonomian Jawa Tengah pada tahun 2000 yaitu sektor indutri
makanan, minuman dan tembakau, sektor industri lainnya, sektor industri
pengilangan minyak dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor-sektor
inilah yang memegang peranan penting dalam menggerakkan roda perekonomian
Jawa Tengah pada tahun 2000. Sedangkan tahun 2004 hanya terdapat dua sektor
perekonomian yang menjadi sektor kunci perekonomian Jawa Tengah yaitu sektor
indutri makanan, minuman dan tembakau, dan sektor industri lainnya. Ini
memperlihatkan bahwa terjadi penurunan dalam perekonomian Jawa Tengah pada
tahun 2004 bila dibandingkan dengan tahun 2000.
77
B. Saran
Dari kesimpulan diatas maka berikut ini dikemukan beberapa saran
tentang analisis sektor kunci dalam struktur perekonomian Jawa Tengah tahun
2000 dan 2004. Adapun saran yang dikemukan diharapkan dapat bermanfaat bagi
pengambilan kebijakan pemerintah dan bagi penelitian selanjutnya.
1. Sektor indutri makanan, minuman dan tembakau, dan sektor industri lainnya
perlu mendapat perhatian dari pemerintah Jawa Tengah karena sektor indutri
makanan, minuman dan tembakau, sektor industri lainnya sangat berperan
dalam memacu pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah pada tahun 2000 dan
2004. Sektor indutri makanan, minuman dan tembakau, dan sektor industri
lainnya memiliki daya dorong yang kuat terhadap penciptaan sektor-sektor
ekonomi lainnya dan juga memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap
perubahan permintaan akhir dari sektor-sektor ekonomi lainnya.
2. Pemerintah propinsi Jawa Tengah juga harus memberikan perhatian lebih
terhadap sektor industri pengilangan minyak dan sektor pengangkutan dan
komunikasi yang pada tahun 2000 menjadi sektor kunci namun pada tahun
2004 sektor-sektor tersebut tidak lagi menjadi sektor kunci.
3. Sektor-sektor lain yang pada tahun 2000 dan 2004 memiliki indeks
keterkaitan ke depan atau daya kepekaan yang tinggi seperti sektor industri
lainnya, sektor pertambangan dan pengga lian, sektor perdagangan, sektor,
lembaga keuangan, real estate dan jasa perusahaan di usahakan juga agar
menjadi sektor kunci pada tahun-tahun selanjutnya, dengan memberikan
regulasi khusus dari pemerintah Jawa Tengah.
78
4. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menambahkan beberapa analisis lagi
sehingga benar-benar dapat menganalisis sebuah peranan sektor ekonomi
terhadap perekonomian Jawa Tengah.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2002. Analisis Lanjutan Tabel Input-Output DKI Jakarta 2000: Tinjauan
Perekonomian.. Badan Pusat Statistik: DKI Jakarta.
______ . 2000. Kerangka Teori dan Analisis Tabel Input Output. Badan Pusat
Statistik:DKI Jakarta.
______ . 2000. Tabel Input Output Indonesia Tahun 2000. Badan Pusat Statistik. DKI
Jakarta.
______ . 2003. Tabel Input Output Indonesia Updating 2003. Badan Pusat Statistik.
DKI Jakarta.
______ . 2000. Tabel Input Output Jawa Tengah Tahun 2000. Badan Pusat
Statistik:Jawa Tengah.
______ . 2004. Tabel Input Output Jawa Tengah Tahun 2004. Badan Pusat Statistik:
Jawa Tengah.
______ .2003. Statistik Sosial dan Kependudukan Jawa Tengah. Hasil Susenas 2003.
Semarang.: BPS Jawa Tengah.
Arsyad, Lincoln. 1999. Ekonomi Pembayaran. Bagian Penerbitan STIE YKPN :
Yogyakarta.
Boediono . 1985. Teori Pertumbuhan Ek onomi. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta.
Dumairy. 1997. Matematika Terapan Untuk Bisnis dan Ekonomi. BPFE Yogyakarta.
Yogyakarta.
_______ . 1997. Perekonomian Indonesia. Erlangga. Jakarta.
Jhingan, M.L. 1998. Beberapa Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah..
Rajawali Press. Jakarta.
Mafruhah Izza. 2001. Perubahan Paradigma Pembangunan Daerah di Indonesia.
JurnalEkonomi Pembangunan. BPFE Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Surakarta.
Miller, Ronald E, dan Peter H. Blair. 1989. Input Output Analysis: Foundation and
Extensions, Prentice Hall. New Jersey.
Nazara, Suahasil. 1997. Analisis Input Output. Lembaga Penerbitan Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Nurhayati. Siti. Fatimah. 2002. Analisis Penetuan Spesialisasi Sektor di Kabupaten
Boyolali Dalam Menghadapi Implementasi Otonomi Daerah: Masa Krisis
Ekonomi 1997-1999. Jurnal Ekonomi Pembangunan. BPFE Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Prapto Yuwono. 1999,“Penentuan Sek tor Unggulan Menghadapi Implementasi UU
22/1999 Dan UU 45/1999 (Studi Kasus Kotamadya Dati Ii Salatiga)”. Kritis
Volume XII No: November 1990, Salatiga.
Kamaluddin , R. 1987. Beberapa Aspek Pembangunan Nasional dan Pembangunan
Daerah. LPFE-UI. Jakarta.
______________. 1999. Pengantar Ekonomi Pembangunan. Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Sunaryo, Teguh. 2001. Evaluasi Dampak Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
dan Tenaga Kerja Terhadap Output Sektoral Tahun 1990 dan 1991 (Analisis
Input Output). Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Surakarta.
Suparmoko, M dan Irawan. 1997. Ekonomi Pembangunan. Penerbit BPFE.
Yogyakarta.
Tambunan, Tulus, 2001. Industri di Negara Berkembang Kami Indonesia. Ghalis.
Jakarta.
Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional:Teori dan Aplikasi. Bumi Aksara.
Jakarta.
TABEL INPUT OUTPUT JAWA TENGAH TAHUN 2000 ATAS
DASAR HARGA PRODUSEN (JUTAAN RUPIAH)
Sektor 1 2 3 4 5 6
1 369399.94 0 0 80816.78 0 161.42
2 0 272147.94 0 37709.21 0 1047.92
3 0.87 1255.13 39831.27 27559 0 4.32
4 46594.61 145061.88 12894.33 41845.53 0 1844.78
5 591.65 2964.64 10415.21 3823.79 15007.74 2132.28
6 71806.69 3944.11 2334.62 6747.19 2225.8 67701.47
7 0 0 0 42.74 0 0
8 0 0 9290.36 1178618.3 0 106010.42
9 722721.61 747181.11 321424.48 53411.22 48729.95 57749.91
10 596.09 10960.66 13349.3 15986.91 29053.16 81479.84
11 0 0 2348.18 6393.9 3349.54 1851.53
12 16393.28 22234.97 22032.67 8724.6 31473.54 3846.69
13 59572 66460.77 48104.55 124839.92 20581.67 54223.03
14 0 7415.72 2229.99 1074.64 8989.12 4090.07
15 15756.16 51281.73 17848.62 45829.21 20182.26 14607.39
16 34427.19 13047.22 11756.82 3350.47 35644.41 5994.6
17 0 126.19 1494.91 759.28 0 559.21
18 14211.1 11429.26 10985.82 4586.01 45891.81 2430.98
19 0 0 0 0 0 0
190 1352071.2 1355511.3 526341.13 1642118.7 261129 405735.86
200 0 0 0 0 0 0
201 1628739.5 1508587.3 597395.55 667608.45 341294.67 366300.07
202 7357148.9 9727245.4 1115668.6 2782228.5 1154421.1 1531008
203 161614.32 40040.54 53720.95 71109.26 68053.77 78733.13
204 77199.03 77704.49 12952.29 39843.59 14351.04 18245.92
205 0 0 0 0 0 0
209 9224701.8 11353578 1779737.3 3560789.8 1578120.6 1994287.1
210 10576773 12709089 2306078.5 5202908.4 1839249.6 2400023
Sektor 7 8 9 10 11 12
1 0 10105039 1286.37 0 0 0
2 0 1953661 868.17 0 0 0
3 0 2910902 564779.89 150.56 0 0
4 0 1506375.5 40037.31 0 0 0
5 1099.54 1440.28 752474.55 0 0 187078.14
6 0 759526.63 442.74 0 0 0
7 1888.09 5123.42 502781.16 9831565.1 252194.4 1117166.7
8 0 5719817.9 273996.19 0 0 0
9 46652.11 1144475 19787284 214603.54 184244.51 2694044.2
10 33887.7 172527.6 624690.75 208614.06 261465.85 350905.23
11 334.69 63306.66 328309.48 43850.63 182974.92 4122.64
12 10428.24 15851.01 53155.51 53694.74 34369.75 13015.18
13 23215.59 2234720.2 2856048.3 220811 179974.12 1156138.4
14 12200.42 87459.62 215343.66 146437.56 1455.25 44859.18
15 36615.47 641928.19 1081985.2 176451.87 9540.29 32243.26
16 33934.98 323323.53 709256.97 138475.61 159352.46 440199.93
17 91.66 8085.03 26402.04 5794.13 568.21 2102.42
18 10739.46 90814.88 82060.49 61381.99 15604.39 20932.39
19 0 0 0 0 0 0
190 211087.95 27744377 27901202 11101831 1281744.2 6062807.6
200 0 0 0 0 0 0
201 389227.97 3210897.7 3389639.8 922068.98 196859.11 2613000.6
202 631267.68 8125268.8 5506946.2 4214164.6 336886.24 1581767.7
203 85804.26 1655877.8 1403368.7 881295.46 323142.17 349406.15
204 34507.69 2918564.1 698252.86 72061.29 13276.31 243828.2
205 0 0 -2659.25 0 0 0
209 1140807.6 15910608 10995548 6089590.3 870163.83 4788002.6
210 1351895.6 43654986 38896751 17191421 2151908 10850810
Sektor 13 14 15 16 17 18
1 406.78 0 0 0 210.69 14.85
2 863.43 318489.43 206.71 0 41664.44 37864.07
3 228.67 48952.28 122.84 2.85 2486.34 6073.36
4 0 492677.36 2262.08 0 18013.39 21362.41
5 144.06 7139.09 330.66 0 245.66 1336.76
6 0 217629.17 460.65 0 5862.58 2723.12
7 145.75 6.7 462.36 0 1382.46 1052.27
8 8357.27 2510834.1 28692.95 1784.03 132966.05 123525.87
9 859681.71 97505.34 244426.37 421204.21 1024681.5 852619.82
10 301032.54 72375.67 699997.92 44424.72 132389.98 7413.61
11 211541.89 69639.99 35345.6 32153.6 82122.3 21178.89
12 174665.88 30514.19 153779 351117.89 315293.27 28372.55
13 206438.68 287602.07 231273.45 91952.54 182340.87 114480.81
14 413633.38 9463.17 89384.8 65273.53 496864.92 11484.67
15 742542 428677.63 571232.8 127061.78 449148.82 61374.56
16 1917739.3 154414.58 364057.5 374968.96 183358.03 116850.62
17 1568.83 1944.84 8456.54 14257.49 37722.86 2778.98
18 243080.15 19767.34 501352.66 113135.31 179796.31 77896.28
19 0 0 0 0 0 0
190 5082070.3 4767633 2931844.9 1637336.9 3286550.5 1488403.5
200 0 0 0 0 0 0
201 4152013.9 1548779.9 1325751.8 1965169.8 7390469.6 1679550.8
202 11996085 2091044.8 2707112.5 6087907.5 0 1187041.1
203 1104659.4 249302.5 1061534.9 784133.51 373459.1 464302.4
204 1243703 325603.44 87163.06 538218.99 0 101556.75
205 0 0 0 0 0 0
209 18496461 4214730.6 5181562.3 9375429.8 7763928.7 3432451
210 23578532 8982363.6 8113407.2 11012767 11050479 4920854.5
Sektor 19 180 301 302 303
1 0.00 11,593,149.47 0.00 0.00 0.00
2 0.00 3,873,001.66 10,954,591.82 0.00 0.00
3 0.00 6,167,244.05 1,519,070.73 0.00 0.00
4 0.00 1,315,752.94 5,122,255.59 0.00 504,512.40
5 0.00 3,252,179.10 278,557.45 0.00 0.00
6 0.00 850,981.97 1,450,347.01 0.00 0.00
7 0.00 43,225,982.69 1,427.88 0.00 0.00
8 0.00 15,858,723.75 38,567,660.79 0.00 0.00
9 0.00 47,942,232.10 20,351,477.22 0.00 4,468,366.16
10 0.00 11,278,113.41 10,915,540.84 0.00 0.00
11 0.00 4,565,589.81 2,422,149.20 0.00 0.00
12 0.00 2,884,710.71 0.00 0.00 26,391,623.17
13 0.00 26,148,285.14 10,338,607.44 0.00 709,732.87
14 0.00 10,449,772.53 3,047,709.32 0.00 0.00
15 0.00 10,901,479.13 6,655,786.58 0.00 158,949.34
16 0.00 3,729,639.56 5,664,169.88 0.00 0.00
17 0.00 635,459.14 5,277,071.60 19,450,222.93 0.00
18 0.00 2,440,680.68 4,015,217.55 0.00 369,994.05
19 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
190 0.00 207,112,977.84 126,581,640.90 19,450,222.93 32,603,177.99
200 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
201 0.00 58,450,517.29
202 0.00 100,442,999.19
203 0.00 18,718,562.45
204 0.00 16,848,370.66
205 0.00 -1,025,186.54
209 0.00 193,435,263.05
210 0.00 400,548,240.89
Sektor 304 305AD 305AP 305LN 305 309
1 15359.23 4077.97 0 0 4077.97 19,437.20
2 291396.31 4108129.1 673335.12 53560.9 4835025.1 10,241,931.17
3 32860.26 131273.23 5916.91 190804.06 327994.2 1,169,744.21
4 73511.26 36203.23 24456.29 60747.75 121407.27 1,211,869.67
5 249057.25 62362.48 54681.78 37475.01 154519.27 2,924,378.51
6 7840.31 56890.19 0 226447.55 283337.74 1,259,305.24
7 958980.18 71267.37 1035.48 1902.8 74205.65 1,033,185.83
8 2124001.8 10743481 1939208.1 828353.87 13511042 35,794,534.13
9 848220.45 11821405 2958508.4 6324861 21104775 36,608,262.90
10 0 542717.26 18179504 1440020.6 20162242 21,472,371.86
11 0 0 0 0 0 1,063,083.54
12 0 0 0 0 0 9,511,847.21
13 0 2785183.2 2641925.7 1602517.5 7029626.3 15,419,753.86
14 0 1699.25 32827.97 414426.76 448953.98 7,839,089.05
15 0 390521.57 409921.27 287495.56 1087938.4 4,107,135.67
16 0 0 0 0 0 5,992,613.56
17 0 0 0 0 0 10,937,766.60
18 0 0 0 0 0 3,414,757.87
19 0 0 0 0 0 0.00
190 4601227.1 30755211 26921321 11468613 69145145 170,021,068.08
200 0 0 0 0 0 0.00
Sektor 310 401AD 401AP 401LN 401 402
1 10576772.95 0 0 0 0 0
2 12906453.48 71637.95 10.22 123553.56 195201.73 276.5
3 4772093.6 1726494.5 726494.49 14697.23 2464885.5 1006.78
4 5253347.71 40932.64 0 9122.23 50054.87 341.68
5 2198093.72 340.57 358501.06 0.57 358842.2 1.94
6 2400710.01 111.03 95.02 461 667.05 1.01
7 12746996.99 376899.32 8529499.5 2475373.7 11381773 7546.59
8 45888427.53 432966.4 193829.88 1519160.8 2145957.1 31756.13
9 66130903.05 13308153 6774825.3 6744848.3 26827826 191445.61
10 24533523.45 743588.56 5640377.4 884722.89 7268688.8 44593.42
11 2151907.98 0 0 0 0 0
12 10850810.17 0 0 0 0 0
13 23578531.72 0 0 0 0 0
14 9456748.75 11366.64 11366.64 454455.35 474385.2 0
15 8631442.9 332135.49 332135.49 518035.69 518035.69 0
16 11012766.69 0 0 0 0 0
17 11050479.22 0 0 0 0 0
18 4920854.5 0 0 0 0 0
19 0 0 0 0 0 0
190 269,060,864.42 17044626 22567135 12744431 51686317 276969.66
200 0 0 0 0 0 0
Sektor 403 409 501+502 503 509 600
1 0 0 0 0 0 10576772.95
2 1886.23 197364.46 0 0 0 12709089.02
3 122.89 2466015.1 0 0 0 2306078.47
4 42.73 50439.28 0 0 0 5202908.43
5 0 358844.14 0 0 0 1839249.58
6 19 687.06 0 0 0 2400022.95
7 5782.27 11395101 0 0 0 1351895.55
8 55728.74 2233441.9 0 0 0 43654985.6
9 214880.54 27234152 0 0 0 38896750.61
10 28820.09 7342102.4 0 0 0 17191421.1
11 0 0 0 0 0 2151907.98
12 0 0 0 0 0 10850810.17
13 0 0 0 0 0 23578531.72
14 0 474385.2 0 0 0 8982363.55
15 0 518035.69 0 0 0 8113407.21
16 0 0 0 0 0 11012766.69
17 0 0 0 0 0 11050479.22
18 0 0 0 0 0 4920854.5
19 0 0 0 0 0 0
190 307282.49 52270569 0 0 0 216,790,295.30
200 0 0 0 0 0 0
Sektor 700
1 10576772.95
2 12906453.48
3 4772093.6
4 5253347.71
5 2198093.72
6 2400710.01
7 12746996.99
8 45888427.53
9 66130903.05
10 24533523.45
11 2151907.98
12 10850810.17
13 23578531.72
14 9456748.75
15 8631442.9
16 11012766.69
17 11050479.22
18 4920854.5
19 0
190 269,060,864.42
200 0
Tabel 2 Lampiran
MATRIKS INVERS, INDEKS KETERKAITAN KE DEPAN DAN INDEKS KETERKAITAN KE BELAKANG TAHUN 2000
Sektor 1 2 3 4 5 61 1.0371156 0.0013964 0.0027241 0.0805461 0.0009643 0.0133342 0.0002787 1.0222907 0.0007828 0.0198996 0.0006483 0.0031613 0.0025133 0.0024278 1.022964 0.0246389 0.0015576 0.00477014 0.0050018 0.0122072 0.0067721 1.0183681 0.0007367 0.0031245 0.0030846 0.002832 0.0109394 0.0022567 1.0101979 0.00233346 0.0073612 0.000498 0.0014207 0.0068096 0.0015212 1.03021367 0.0048517 0.0047616 0.0145823 0.006612 0.0154769 0.02398618 0.0035004 0.0049828 0.0108545 0.2674637 0.0039567 0.05507139 0.1513994 0.1291034 0.3099383 0.0663931 0.0820931 0.0669687
10 0.0042318 0.0046089 0.015285 0.008705 0.0209953 0.039362311 0.0017107 0.0014939 0.0048176 0.0030845 0.0034219 0.002171712 0.0025812 0.0026566 0.0120925 0.0035242 0.0192184 0.003045613 0.0186287 0.0166049 0.0486528 0.0463003 0.0222616 0.033645414 0.0014436 0.0018795 0.0043602 0.0024234 0.0066207 0.003629415 0.0074638 0.009528 0.02108 0.0185552 0.0170449 0.012402716 0.0088876 0.005965 0.0183258 0.0099999 0.0269777 0.009272717 0.000133 0.0001258 0.0009443 0.0003049 0.0001424 0.000346218 0.0026847 0.0022304 0.0082105 0.0038108 0.0276734 0.003026619 0 0 0 0 0 0
0.0664669 0.0645049 0.0797235 0.0836682 0.0663952 0.0689403BL/DP 0.7828594 0.7597502 0.938998 0.9854592 0.7820147 0.8119906Sumber :BPS Jawa Tengah Diolah
Tabel 2 lanjutan
MATRIKS INVERS, INDEKS KETERKAITAN KE DEPAN DAN INDEKS KETERKAITAN KE BELAKANG TAHUN 2000
Sektor 7 8 9 10 11 121 0.0012474 0.2806089 0.0060337 0.0016362 0.0014153 0.0023462 0.0007434 0.0539597 0.0019432 0.000994 0.000723 0.00101073 0.0017695 0.0816651 0.032696 0.0018629 0.0041701 0.00887644 0.0009768 0.0434348 0.004285 0.0012979 0.0010579 0.00173285 0.0028078 0.0034917 0.0411713 0.0023901 0.0055394 0.02843376 0.0003964 0.0231613 0.0010365 0.0005465 0.0003575 0.00056647 1.0220531 0.0106361 0.0584322 0.5945957 0.2206652 0.14196278 0.0051196 1.1669766 0.0245566 0.0067191 0.0057845 0.0095749 0.0906254 0.1491653 2.0907451 0.0870675 0.2504891 0.5503693
10 0.0317614 0.0132691 0.048505 1.0334971 0.1501677 0.052333511 0.0019276 0.0045091 0.0220025 0.0046623 1.0975888 0.007842512 0.0102864 0.0042273 0.0096765 0.010135 0.0252631 1.008151413 0.0284088 0.0790826 0.1655485 0.0341447 0.1225002 0.156201514 0.0112019 0.0054491 0.0170682 0.0159565 0.0087228 0.012713715 0.0351509 0.0287331 0.0736678 0.0341184 0.0272988 0.032050816 0.0337395 0.0225329 0.0627275 0.0316567 0.1092317 0.073280417 0.0002383 0.0004608 0.0016598 0.0005445 0.0007254 0.000755718 0.0115737 0.0068284 0.0136593 0.0117534 0.0153452 0.009794219 0 0 0 0 0 0
0.0678962 0.1041154 0.1408113 0.0986094 0.1077392 0.1104208BL/DP 0.7996937 1.2262894 1.6585007 1.1614391 1.2689721 1.3005561
Sumber :BPS Jawa Tengah Diolah
Tabel 2 lanjutan
MATRIKS INVERS, INDEKS KETERKAITAN KE DEPAN DAN INDEKS KETERKAITAN KE BELAKANG TAHUN 2000
Sektor 13 14 15 16 17 181 0.0021547 0.0836919 0.003207 0.0010512 0.0083175 0.0089432 0.0012996 0.0527583 0.0017865 0.0005984 0.0074288 0.01000973 0.0022683 0.030691 0.0029383 0.0019749 0.0063499 0.00954134 0.0016343 0.0688714 0.0021293 0.0007846 0.0060557 0.00672855 0.0022746 0.0030104 0.0029989 0.0027624 0.0052709 0.00802716 0.0006913 0.0319567 0.0007678 0.0002975 0.0024776 0.00150497 0.0162545 0.015591 0.0633745 0.0113352 0.0225892 0.01510078 0.0087824 0.3442823 0.0132053 0.0043125 0.0341507 0.03676089 0.1030571 0.0926078 0.1242463 0.1094484 0.2347863 0.3851179
10 0.0214342 0.0213698 0.1016576 0.0101303 0.025633 0.013656511 0.0118085 0.0112473 0.0078358 0.0048484 0.0118371 0.009404412 0.0120914 0.0076252 0.0247264 0.034368 0.0324246 0.009369513 1.0228918 0.0656125 0.0498047 0.0227607 0.0455901 0.058633814 0.0200101 1.0048755 0.0157516 0.007852 0.0488396 0.006591215 0.0411509 0.0648735 1.0871438 0.018336 0.0575514 0.029643216 0.0928656 0.0334965 0.0634135 1.0428631 0.0331219 0.040966817 0.0003323 0.0005171 0.0014014 0.0014734 1.0037465 0.000954618 0.0149524 0.0090751 0.0708803 0.012875 0.0223322 1.02045919 0 0 0 0 0 0
0.0724186 0.1022186 0.086172 0.0677933 0.084658 0.0879691BL/DP 0.8529596 1.2039488 1.0149497 0.7984812 0.9971175 1.0361157
Sumber :BPS Jawa Tengah Diolah
Tabel 2 lanjutan
MATRIKS INVERS, INDEKS KETERKAITAN KE DEPAN DAN INDEKS KETERKAITAN KE BELAKANG TAHUN 2000
Sektor 19 FL/DK x1 0 0.0808807 0.95262728 10576772.952 0 0.0621219 0.73168305 12709089.023 0 0.0654566 0.77095951 2306078.474 0 0.0623789 0.73470966 5202908.435 0 0.0599906 0.70658057 1839249.586 0 0.0585045 0.68907601 2400022.957 0 0.1190979 1.40275684 1351895.558 0 0.1055818 1.24356100 43654985.69 0 0.2670327 3.14515898 38896750.61
10 0 0.0850844 1.00213915 17191421.111 0 0.0638008 0.75145696 2151907.9812 0 0.0648139 0.76338914 10850810.1713 0 0.1072249 1.26291439 23578531.7214 0 0.0629152 0.74102653 8982363.5515 0 0.0850417 1.00163689 8113407.2116 0 0.0904908 1.06581661 11012766.6917 0 0.0534109 0.62908274 11050479.2218 0 0.0666929 0.78552057 4920854.519 1 0.0526316 0.61990415 0
0.0526316 0.0849028 216790295.3BL/DP 0.6199042 0
Sumber :BPS Jawa Tengah Diolah
Tabel 4 Lampiran
MATRIKS INVERS, INDEKS KETERKAITAN KE DEPAN DAN INDEKS KETERKAITAN KE BELAKANG TAHUN 2004
Sektor 1 2 3 4 5 61 1.1125917 0.0012085 0.0042002 0.0704527 0.0016037 0.01568372 0.0002444 1.0320958 0.001222 0.0170997 0.0012069 0.00434693 0.0015603 0.0010007 1.0220316 0.0217538 0.0018603 0.00684594 0.0043271 0.012817 0.0123844 1.0047347 0.0012814 0.00245225 0.0019374 0.0010686 0.0080133 0.0023892 1.0126114 0.00202056 0.005178 0.0003348 0.0037967 0.0032479 0.0063258 1.01400387 0.0141956 0.0135261 0.0752935 0.0675051 0.141043 0.16481998 0.0042149 0.0058968 0.0179721 0.3132662 0.0099177 0.0907989 0.0513749 0.0269756 0.1888389 0.0604074 0.0559938 0.0451363
10 0.0032557 0.0033741 0.0186355 0.0181282 0.0411095 0.050009911 0.0017041 0.0020816 0.0072894 0.0063888 0.0064424 0.004051912 0.0014287 0.0018048 0.0207303 0.0033563 0.0420756 0.0032913 0.0138204 0.0323573 0.0572931 0.0831962 0.0354472 0.054428114 0.0018399 0.0033052 0.010929 0.0196914 0.0246225 0.013986415 0.0066005 0.0060643 0.0246631 0.0260923 0.0199474 0.017115616 0.0020967 0.0017323 0.0050171 0.0063879 0.0079897 0.005237517 0.0001255 0.0001204 0.0008282 0.0005672 0.0004747 0.000555918 0.0007488 0.000722 0.0038259 0.0040879 0.0121272 0.002203319 0 0 0 0 0 0
0.0645918 0.0603414 0.0780508 0.090987 0.0748463 0.0787887BL/DP 0.6631135 0.6194775 0.8012859 0.9340919 0.7683886 0.8088619
Sumber : BPS Jawa Tengah Tahun 2000 Diolah
Tabel 4 Lanjutan
MATRIKS INVERS, INDEKS KETERKAITAN KE DEPAN DAN INDEKS KETERKAITAN KE BELAKANG TAHUN 2004
Sektor 7 8 9 10 11 121 0.00010 0.174298 0.0119047 0.00031 0.00038 0.004892 0.00008 0.0408585 0.0037988 0.00024 0.00024 0.002403 0.00011 0.0769908 0.0377708 0.00035 0.00060 0.011824 0.00008 0.0076879 0.0045644 0.00027 0.00025 0.002675 0.00019 0.0072987 0.0617941 0.00060 0.00094 0.043596 0.00003 0.0102849 0.0016504 0.00008 0.00008 0.001037 1.00981 0.200514 0.3236202 3.21035 0.69595 0.450518 0.00059 1.1239815 0.0712034 0.00195 0.00233 0.029639 0.00317 0.1909759 1.6685344 0.01034 0.02157 0.49209
10 0.00269 0.0538052 0.0660147 1.00879 0.03982 0.1030311 0.00022 0.0153644 0.0421268 0.00072 1.03700 0.0198312 0.00169 0.0077898 0.011245 0.00541 0.00498 1.0095413 0.00234 0.1619927 0.203946 0.00768 0.03450 0.1795514 0.00161 0.0602434 0.0343897 0.00519 0.00433 0.0376015 0.00179 0.0625986 0.0727238 0.00732 0.01297 0.0547616 0.00030 0.0159597 0.0166111 0.00100 0.00359 0.0212317 0.00003 0.0015336 0.001675 0.00012 0.00029 0.0028218 0.00033 0.0119873 0.0078627 0.00109 0.00230 0.0113819 0.00000 0 0 0.00000 0.00000 0.00000
0.05395 0.1170613 0.1390229 0.22431 0.09801 0.13044BL/DP 0.55391 1.2017767 1.4272395 2.30278 1.00617 1.33914
Sumber : BPS Jawa Tengah Tahun 2000 Diolah
Tabel 4 Lanjutan
MATRIKS INVERS, INDEKS KETERKAITAN KE DEPAN DAN INDEKS KETERKAITAN KE BELAKANG TAHUN 2004
Sektor 13 14 15 16 17 181 0.0044808 0.0441787 0.0062571 0.003984 0.0132073 0.00726192 0.0037064 0.0428209 0.0033075 0.002094 0.0204 0.00630453 0.0041806 0.023097 0.0057227 0.003342 0.0092755 0.01043954 0.0037593 0.0474466 0.0033264 0.0014777 0.0090255 0.00372495 0.0044698 0.0028798 0.0060119 0.0051411 0.0069236 0.01107676 0.0011496 0.0139526 0.0010631 0.0006844 0.0032748 0.00145897 0.2203634 0.1010573 0.4709508 0.0989409 0.1630345 0.12500688 0.0274272 0.2781619 0.0393873 0.025192 0.081447 0.04449719 0.1049945 0.0707366 0.1465887 0.0799605 0.1652575 0.2906245
10 0.0579167 0.0269613 0.141459 0.0252228 0.0418706 0.026195411 0.0514659 0.0153479 0.0177987 0.0120844 0.022914 0.029362912 0.0225518 0.006669 0.0224568 0.0866926 0.0311181 0.008881713 1.0639472 0.2283964 0.1141107 0.0457989 0.1154592 0.139275114 0.0753055 1.0290965 0.0424135 0.0246003 0.1093723 0.028457715 0.0803998 0.0386519 1.080801 0.0347363 0.0446425 0.040432716 0.0456029 0.0128578 0.0233695 1.0374447 0.0111268 0.017688717 0.0019642 0.0013472 0.0079525 0.0253157 1.0063959 0.003740318 0.0136184 0.0062597 0.0366688 0.0154861 0.0180172 1.024015919 0 0 0 0 0 0
0.0940686 0.1047326 0.1141919 0.0804315 0.0985665 0.0957076BL/DP 0.9657289 1.0752071 1.1723185 0.825727 1.0119044 0.9825553
Sumber : BPS Jawa Tengah Tahun 2000 Diolah
Tabel 4 Lanjutan
MATRIKS INVERS, INDEKS KETERKAITAN KE DEPAN DAN INDEKS KETERKAITAN KE BELAKANG TAHUN 2004
Sektor 19 FL/Dk x1 0 0.0777365 0.7980593 11,600,929.932 0 0.0622354 0.6389225 18,604,225.723 0 0.0651972 0.6693287 4,509,263.024 0 0.0590672 0.6063971 8,097,593.935 0 0.0620501 0.6370201 889,561.956 0 0.0561909 0.5768678 2,456,460.937 0 0.3971833 4.0775693 2,274,309.058 0 0.1140986 1.1713607 73,436,268.339 0 0.1933459 1.984931 68,610,603.84
10 0 0.0909625 0.9338402 50,192,940.8911 0 0.06801 0.6982057 6,987,739.0112 0 0.067985 0.6979482 29,276,333.8813 0 0.1354493 1.3905513 49,200,969.9714 0 0.0803678 0.8250731 13,497,481.8515 0 0.0859114 0.8819854 19,331,103.2016 0 0.0650131 0.6674388 9,393,809.4417 0 0.0555718 0.570512 25,362,793.6718 0 0.061723 0.6336617 6,825,892.2819 1 0.0526316 0.5403271 0.00
0.0526316 0.0974069 400,548,280.89BL/DP 0.5403271
Sumber : BPS Jawa Tengah Tahun 2000 Diolah
KLASIFIKASI TABEL INPUT OUTPUT
JAWA TENGAH TAHUN 2000 DAN 2004
Kode I-O Sektor/Komoditi
1. Padi
2. Tanaman Bahan Makanan Lainnya
3. Tanaman Pertanian Lainnya
4. Perternakan dan Hasil-hasilnya
5. Kehutanan
6. Perikanan
7. Pertambangan dan Penggalian
8. Indutri Makanan, Minuman dan Tembakau
9. Industri Lainnya
10. Industri Pengilangan Minyak
11. Listrik, Gas dan Air Minum
12. Bangunan
13. Perdagangan
14. Restoran dan Hotel
15. Pengangkutan dan Komunnkasi
16. Lembaga Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan
17. Pemerintahan Umum dan Pertahanan
18. Jasa-Jasa
19. Kegiatan yang Tidak Jelas Batasannya
180 Jumlah Permintaan Antara
190 Jumlah Input Antara
200 Impor
201 Upah dan Gaji
202 Surplus Usaha
203 Penyusutan
204 Pajak Tak Langsung
205 Subsidi
209 Nilai Tambah Bruto
210 Jumlah Input
301. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
302. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
303. Pembentukan Modal Tetap Bruto
304. Perubahan Stok
305 AD Ekpor Antar Daerah
305 AP Ekpor Dalam Negeri
305 LN Ekpor Luar Negeri
305 Ekpor Barang Dagangan
309 Jumlah Permintaan Akhir
310 Jumlah Permintaan
401 AD Impor Antar Daerah
409 AP Impor Antar propinsi
409 LN Impor Luar Negeri
401 Impor Barang Dagangan
402 Pajak Penjualan
403 Bae masuk
501+502 Margin Perdangan Besar dan Margin Perdagangan Kecil
503 Biaya Pengangkutan
509 Jumlah Margin Perdagangan dan Biaya Pengangkutan
600 Jumlah Output
700 Jumlah Penyediaan
Kode 19 sektor Nama Sektor 1 Padi 2 Tanaman Bahan Makanan Lainnya 3 Tanaman Pertanian Lainnya 4 Peternakan dan Hasil-hasilnya 5 Kehutanan 6 Perikanan 7 Pertambangan dan Penggalian 8 Industri Mkanan, minuman dan Tembakau 9 Industri Lainnya
10 Industri pengilangan minyak 11 Listrik, Gas, dan Air Minum 12 Bangunan 13 Perdagangan 14 Restoran dan Hotel 15 Pengangkutan dan Komunikasi
16 Lembaga Keuangan, Real Estate dan jasa Perusahaan
17 Pemerintah Umum dan Pertahanan 18 Jasa-Jasa 19 Kegiatan yang Tidak Jelas Batasannya
180 Jumlah Permintaan Antara 190 Jumlah Input antara 201 Upah dan Gaji 202 Surplus Usaha 203 Penyusutan 204 Pajak tak Langsung 209 Nilai tambah dan Bruto 210 Jumlah Input antara
Tabel 1 Lampiran
TABEL INPUT OUTPUT JAWA TENGAH TAHUN 2000 ATAS DASAR HARGA PRODUSEN (JUTAAN RUPIAH)
Sektor 1 2 3 4 5 61 369399.94 0 0 80816.78 0 161.422 0 272147.94 0 37709.21 0 1047.923 0.87 1255.13 39831.27 27559 0 4.324 46594.61 145061.88 12894.33 41845.53 0 1844.785 591.65 2964.64 10415.21 3823.79 15007.74 2132.286 71806.69 3944.11 2334.62 6747.19 2225.8 67701.477 0 0 0 42.74 0 08 0 0 9290.36 1178618.3 0 106010.429 722721.61 747181.11 321424.48 53411.22 48729.95 57749.9110 596.09 10960.66 13349.3 15986.91 29053.16 81479.8411 0 0 2348.18 6393.9 3349.54 1851.5312 16393.28 22234.97 22032.67 8724.6 31473.54 3846.6913 59572 66460.77 48104.55 124839.92 20581.67 54223.0314 0 7415.72 2229.99 1074.64 8989.12 4090.0715 15756.16 51281.73 17848.62 45829.21 20182.26 14607.3916 34427.19 13047.22 11756.82 3350.47 35644.41 5994.617 0 126.19 1494.91 759.28 0 559.2118 14211.1 11429.26 10985.82 4586.01 45891.81 2430.9819 0 0 0 0 0 0
190 1352071.2 1355511.3 526341.13 1642118.7 261129 405735.86200 0 0 0 0 0 0201 1628739.5 1508587.3 597395.55 667608.45 341294.67 366300.07202 7357148.9 9727245.4 1115668.6 2782228.5 1154421.1 1531008203 161614.32 40040.54 53720.95 71109.26 68053.77 78733.13204 77199.03 77704.49 12952.29 39843.59 14351.04 18245.92205 0 0 0 0 0 0209 9224701.8 11353578 1779737.3 3560789.8 1578120.6 1994287.1210 10576773 12709089 2306078.5 5202908.4 1839249.6 2400023
Sumber : BPS Jawa Tengah Tahun 2000 Diolah
Tabel 1 Lanjutan
TABEL INPUT OUTPUT JAWA TENGAH TAHUN 2000 ATAS DASAR HARGA PRODUSEN (JUTAAN RUPIAH)
Sektor 7 8 9 10 11 121 0 10105039 1286.37 0 0 02 0 1953661 868.17 0 0 03 0 2910902 564779.89 150.56 0 04 0 1506375.5 40037.31 0 0 05 1099.54 1440.28 752474.55 0 0 187078.146 0 759526.63 442.74 0 0 07 1888.09 5123.42 502781.16 9831565.1 252194.4 1117166.78 0 5719817.9 273996.19 0 0 09 46652.11 1144475 19787284 214603.54 184244.51 2694044.210 33887.7 172527.6 624690.75 208614.06 261465.85 350905.2311 334.69 63306.66 328309.48 43850.63 182974.92 4122.6412 10428.24 15851.01 53155.51 53694.74 34369.75 13015.1813 23215.59 2234720.2 2856048.3 220811 179974.12 1156138.414 12200.42 87459.62 215343.66 146437.56 1455.25 44859.1815 36615.47 641928.19 1081985.2 176451.87 9540.29 32243.2616 33934.98 323323.53 709256.97 138475.61 159352.46 440199.9317 91.66 8085.03 26402.04 5794.13 568.21 2102.4218 10739.46 90814.88 82060.49 61381.99 15604.39 20932.3919 0 0 0 0 0 0
190 211087.95 27744377 27901202 11101831 1281744.2 6062807.6200 0 0 0 0 0 0201 389227.97 3210897.7 3389639.8 922068.98 196859.11 2613000.6202 631267.68 8125268.8 5506946.2 4214164.6 336886.24 1581767.7203 85804.26 1655877.8 1403368.7 881295.46 323142.17 349406.15204 34507.69 2918564.1 698252.86 72061.29 13276.31 243828.2205 0 0 -2659.25 0 0 0209 1140807.6 15910608 10995548 6089590.3 870163.83 4788002.6210 1351895.6 43654986 38896751 17191421 2151908 10850810
Sumber : BPS Jawa Tengah Tahun 2000 Diolah
Tabel 1 Lanjutan
TABEL INPUT OUTPUT JAWA TENGAH TAHUN 2000 ATAS DASAR HARGA PRODUSEN (JUTAAN RUPIAH)
Sektor 13 14 15 16 17 181 406.78 0 0 0 210.69 14.852 863.43 318489.43 206.71 0 41664.44 37864.073 228.67 48952.28 122.84 2.85 2486.34 6073.364 0 492677.36 2262.08 0 18013.39 21362.415 144.06 7139.09 330.66 0 245.66 1336.766 0 217629.17 460.65 0 5862.58 2723.127 145.75 6.7 462.36 0 1382.46 1052.278 8357.27 2510834.1 28692.95 1784.03 132966.05 123525.879 859681.71 97505.34 244426.37 421204.21 1024681.5 852619.8210 301032.54 72375.67 699997.92 44424.72 132389.98 7413.6111 211541.89 69639.99 35345.6 32153.6 82122.3 21178.8912 174665.88 30514.19 153779 351117.89 315293.27 28372.5513 206438.68 287602.07 231273.45 91952.54 182340.87 114480.8114 413633.38 9463.17 89384.8 65273.53 496864.92 11484.6715 742542 428677.63 571232.8 127061.78 449148.82 61374.5616 1917739.3 154414.58 364057.5 374968.96 183358.03 116850.6217 1568.83 1944.84 8456.54 14257.49 37722.86 2778.9818 243080.15 19767.34 501352.66 113135.31 179796.31 77896.2819 0 0 0 0 0 0
190 5082070.3 4767633 2931844.9 1637336.9 3286550.5 1488403.5200 0 0 0 0 0 0201 4152013.9 1548779.9 1325751.8 1965169.8 7390469.6 1679550.8202 11996085 2091044.8 2707112.5 6087907.5 0 1187041.1203 1104659.4 249302.5 1061534.9 784133.51 373459.1 464302.4204 1243703 325603.44 87163.06 538218.99 0 101556.75205 0 0 0 0 0 0209 18496461 4214730.6 5181562.3 9375429.8 7763928.7 3432451210 23578532 8982363.6 8113407.2 11012767 11050479 4920854.5
Sumber : BPS Jawa Tengah Tahun 2000 Diolah
Tabel 1 Lanjutan
TABEL INPUT OUTPUT JAWA TENGAH TAHUN 2000 ATAS DASAR HARGA PRODUSEN (JUTAAN RUPIAH)
Sektor 19 180 301 302 3031 0.00 11,593,149.47 0.00 0.00 0.002 0.00 3,873,001.66 10,954,591.82 0.00 0.003 0.00 6,167,244.05 1,519,070.73 0.00 0.004 0.00 1,315,752.94 5,122,255.59 0.00 504,512.405 0.00 3,252,179.10 278,557.45 0.00 0.006 0.00 850,981.97 1,450,347.01 0.00 0.007 0.00 43,225,982.69 1,427.88 0.00 0.008 0.00 15,858,723.75 38,567,660.79 0.00 0.009 0.00 47,942,232.10 20,351,477.22 0.00 4,468,366.1610 0.00 11,278,113.41 10,915,540.84 0.00 0.0011 0.00 4,565,589.81 2,422,149.20 0.00 0.0012 0.00 2,884,710.71 0.00 0.00 26,391,623.1713 0.00 26,148,285.14 10,338,607.44 0.00 709,732.8714 0.00 10,449,772.53 3,047,709.32 0.00 0.0015 0.00 10,901,479.13 6,655,786.58 0.00 158,949.3416 0.00 3,729,639.56 5,664,169.88 0.00 0.0017 0.00 635,459.14 5,277,071.60 19,450,222.93 0.0018 0.00 2,440,680.68 4,015,217.55 0.00 369,994.0519 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
190 0.00 207,112,977.84 126,581,640.90 19,450,222.93 32,603,177.99200 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00201 0.00 58,450,517.29202 0.00 100,442,999.19203 0.00 18,718,562.45204 0.00 16,848,370.66205 0.00 -1,025,186.54209 0.00 193,435,263.05210 0.00 400,548,240.89
Sumber : BPS Jawa Tengah Tahun 2000 Diolah
Tabel 1 Lanjutan
TABEL INPUT OUTPUT JAWA TENGAH TAHUN 2000 ATAS DASAR HARGA PRODUSEN (JUTAAN RUPIAH)
Sektor 304 305AD 305AP 305LN 305 3091 15359.23 4077.97 0 0 4077.97 19,437.202 291396.31 4108129.1 673335.12 53560.9 4835025.1 10,241,931.173 32860.26 131273.23 5916.91 190804.06 327994.2 1,169,744.214 73511.26 36203.23 24456.29 60747.75 121407.27 1,211,869.675 249057.25 62362.48 54681.78 37475.01 154519.27 2,924,378.516 7840.31 56890.19 0 226447.55 283337.74 1,259,305.247 958980.18 71267.37 1035.48 1902.8 74205.65 1,033,185.838 2124001.8 10743481 1939208.1 828353.87 13511042 35,794,534.139 848220.45 11821405 2958508.4 6324861 21104775 36,608,262.9010 0 542717.26 18179504 1440020.6 20162242 21,472,371.8611 0 0 0 0 0 1,063,083.5412 0 0 0 0 0 9,511,847.2113 0 2785183.2 2641925.7 1602517.5 7029626.3 15,419,753.8614 0 1699.25 32827.97 414426.76 448953.98 7,839,089.0515 0 390521.57 409921.27 287495.56 1087938.4 4,107,135.6716 0 0 0 0 0 5,992,613.5617 0 0 0 0 0 10,937,766.6018 0 0 0 0 0 3,414,757.8719 0 0 0 0 0 0.00
190 4601227.1 30755211 26921321 11468613 69145145 170,021,068.08200 0 0 0 0 0 0.00
Sumber : BPS Jawa Tengah Tahun 2000 Diolah
Tabel Lanjutan
TABEL INPUT OUTPUT JAWA TENGAH TAHUN 2000 ATAS DASAR HARGA PRODUSEN (JUTAAN RUPIAH)
Sektor 310 401AD 401AP 401LN 401 4021 10576772.95 0 0 0 0 02 12906453.48 71637.95 10.22 123553.56 195201.73 276.53 4772093.6 1726494.5 726494.49 14697.23 2464885.5 1006.784 5253347.71 40932.64 0 9122.23 50054.87 341.685 2198093.72 340.57 358501.06 0.57 358842.2 1.946 2400710.01 111.03 95.02 461 667.05 1.017 12746996.99 376899.32 8529499.5 2475373.7 11381773 7546.598 45888427.53 432966.4 193829.88 1519160.8 2145957.1 31756.139 66130903.05 13308153 6774825.3 6744848.3 26827826 191445.6110 24533523.45 743588.56 5640377.4 884722.89 7268688.8 44593.4211 2151907.98 0 0 0 0 012 10850810.17 0 0 0 0 013 23578531.72 0 0 0 0 014 9456748.75 11366.64 11366.64 454455.35 474385.2 015 8631442.9 332135.49 332135.49 518035.69 518035.69 016 11012766.69 0 0 0 0 017 11050479.22 0 0 0 0 018 4920854.5 0 0 0 0 019 0 0 0 0 0 0
190 269,060,864.42 17044626 22567135 12744431 51686317 276969.66200 0 0 0 0 0 0
Sumber : BPS Jawa Tengah Tahun 2000 Diolah
Tabel 1 Lanjutan
TABEL INPUT OUTPUT JAWA TENGAH TAHUN 2000 ATAS DASAR HARGA PRODUSEN (JUTAAN RUPIAH)
Sektor 403 409 501+502 503 509 6001 0 0 0 0 0 10576772.952 1886.23 197364.46 0 0 0 12709089.023 122.89 2466015.1 0 0 0 2306078.474 42.73 50439.28 0 0 0 5202908.435 0 358844.14 0 0 0 1839249.586 19 687.06 0 0 0 2400022.957 5782.27 11395101 0 0 0 1351895.558 55728.74 2233441.9 0 0 0 43654985.69 214880.54 27234152 0 0 0 38896750.6110 28820.09 7342102.4 0 0 0 17191421.111 0 0 0 0 0 2151907.9812 0 0 0 0 0 10850810.1713 0 0 0 0 0 23578531.7214 0 474385.2 0 0 0 8982363.5515 0 518035.69 0 0 0 8113407.2116 0 0 0 0 0 11012766.6917 0 0 0 0 0 11050479.2218 0 0 0 0 0 4920854.519 0 0 0 0 0 0
190 307282.49 52270569 0 0 0 216,790,295.30200 0 0 0 0 0 0
Sumber : BPS Jawa Tengah Tahun 2000 Diolah
Tabel 1 Lanjutan
TABEL INPUT OUTPUT JAWA TENGAH TAHUN 2000 ATAS DASAR HARGA PRODUSEN (JUTAAN RUPIAH)
Sektor 7001 10576772.952 12906453.483 4772093.64 5253347.715 2198093.726 2400710.017 12746996.998 45888427.539 66130903.0510 24533523.4511 2151907.9812 10850810.1713 23578531.7214 9456748.7515 8631442.916 11012766.6917 11050479.2218 4920854.519 0
190 269,060,864.42200 0
Sumber : BPS Jawa Tengah Tahun 2000 Diolah
Tabel 3 Lampiran
TABEL INPUT OUTPUT JAWA TENGAH TAHUN 2004 ATASDASAR HARGA PRODUSEN (JAWA TENGAH)
Sektor 1 2 3 4 5 61 1166672.8 0 4186.57 158844.65 0 3371.012 0 571641.74 538.41 43866.01 0 1692.743 2681.26 1213.3 75723.68 1072.39 0 5.114 42972.75 226545.1 50773.27 18497.38 0 3256.455 53.91 474.57 2304.19 469.59 8351.83 632.676 52504.3 4107.1 14997.5 1924.79 5154.5 31634.067 0 0 0.65 47.66 0 08 0 0 15166.06 2241730.4 0 186422.649 307536.19 243688.71 458888.43 8039.07 14448.22 34869.52
10 305.64 4794.21 25752.36 1984.03 27844.71 99891.0111 0 81.8 2957.86 1158.65 2731.91 473.2312 7704.84 16856.15 80831.65 1772.39 35247.14 2772.3813 64446.03 474130.94 119230.36 280240.37 13803.49 82334.0114 0 8132.76 15064.17 220.35 17263.72 13250.1515 35435.97 42605.99 53636.82 42341.38 11070.77 17521.8916 11788.02 2499.19 4964.52 1390.63 4545.68 4429.8617 0 229.49 1761.46 172.09 0 543.5518 2583.2 1804.3 7960.66 494.33 9132.08 724.4419 0 0 0 0 0 0190 1694685 1598805.4 934738.62 2804266.2 149594.05 483824.72200 0 0 0 0 0 0201 1460935.9 2601476.5 943361.85 1794601.4 153160.77 377068.15202 8110125.2 14169619 2429414.9 3335101 530765.62 1475595.5203 184867.25 73725.54 132229.23 106894.8 41069.55 81255.24204 150316.68 160598.96 69518.39 56730.49 14971.96 38717.29205 0 0 0 0 0 0209 9906245 17005420 3574524.4 5293327.7 739967.9 1972636.2210 11600930 18604226 4509263 8097593.9 889561.95 2456460.9
Sumber : BPS Jawa Tengah Tahun 2000 Diolah
Tabel 3 Lanjutan
TABEL INPUT OUTPUT JAWA TENGAH TAHUN 2004 ATASDASAR HARGA PRODUSEN (JAWA TENGAH)
Sektor 7 8 9 10 11 121 0 10221310 26785.13 0 0 02 0 2453796.7 3955.17 0 0 03 0 4684873.6 1334323.6 0.08 0 04 0 172525.39 93119.5 0 0 05 1062.61 445.01 2504087.6 0 0.16 730689.956 0 545579.06 6644.83 0 0 07 34493.09 650171.76 3650598.1 32396878 3821929 2471528.88 0 6475973.8 2205765.6 0 0 09 47637.91 5795610.2 26260533 201.31 54439.06 8263868.5
10 89775.3 2122376.4 1735926.4 268.23 232037.78 2116349.111 825.54 213915.2 1253346.5 35.11 235147 36049.0812 66279.17 31934.75 69359.67 43.17 18614.28 23641.6913 52567.91 7560367.2 7181424.8 642.61 187367.47 3092110.614 55010.47 2938700.8 567421.8 47.29 2248.79 491334.8815 56426.32 2571139.7 2039926.1 15281.6 53824.96 627842.316 5651.36 447055.86 238918.74 23.13 11179.66 298107.9417 359.03 34071.73 26686.13 3.16 541.17 47774.9718 9090.73 489522.07 81591.26 23.05 8496.34 177904.3719 0 0 0 0 0 0190 419179.44 47409369 49280414 32413447 4625825.7 18377202200 0 0 0 0 0 0201 628740.38 4687778.3 6599590.5 4038935.9 640438.82 5098311.6202 990870.63 8531625.7 9532329.6 9815874.1 1386839 3736349.4203 177297.72 2232111.2 2249015.9 3594797.9 1240486 1256131.9204 58220.88 10575384 995285.83 329886.24 63830.71 808538.83205 0 0 -46031.91 0 -969681.2 0209 1855129.6 26026899 19330190 17779494 2361913.4 10899332210 2274309.1 73436268 68610604 50192941 6987739 29276534
Sumber : BPS Jawa Tengah Tahun 2000 Diolah
Tabel 3 Lanjutan
TABEL INPUT OUTPUT JAWA TENGAH TAHUN 2004 ATASDASAR HARGA PRODUSEN (JAWA TENGAH)
Sektor 13 14 15 16 17 181 4173.59 0 0 0 6958.72 847.362 10292.41 417593.62 5151.1 0.4 340382.14 24091.213 1422.84 46558.95 878.24 18.86 7368.8 11103.294 0 597781.11 16598.82 4.6 82434.33 11244.245 727.23 998.11 349.83 3.29 665.23 863.36 0 149167.12 2770.41 935.06 31426.19 4137.057 1469.87 8.16 14530.92 0 124828.29 59498.38 41809.01 3093659 337385.82 111408.98 1000455.9 148946.439 2168926.3 19303.03 1203386.4 123031.43 1856358.8 1081466
10 1863085.2 22434.96 2279785 80346.99 542783.92 32372.1611 2142973.7 29252.07 150104.09 64544.08 323553.75 108440.2912 766675.34 4986.11 304484.33 761345.35 670203.34 21958.9613 1153606 2336010.7 1364670.2 129491.86 1455614.6 600225.8814 3205163.1 7639.27 524405.79 133169.46 2384730.6 85969.1715 3154813.5 106349.79 1145845.4 209688.54 602850.55 114877.5516 1933247 8412.63 295554.64 303099.27 95611.4 63160.0417 7603.77 7138.27 126099.23 223630.03 139909.75 18935.3118 444544.14 7637.84 599773.63 112555.28 351379.31 135463.6519 0 0 0 0 0 0190 16900533 6854930.8 8371773.8 2253273.5 10017516 2523600.2200 0 0 0 0 0 0201 7220385.4 1874664.2 2748959.3 636184.2 14608232 2337692.2202 21071565 3823743 4450331.6 5608393.6 0 1444455.6203 1793730.2 447341.32 3401034.9 585897.41 737005.91 383670.52204 2214756.1 496802.5 368476.94 310060.79 0 136473.75205 0 0 -9473.4 0 0 0209 32300437 6642551.1 10959329 7140536 15345238 4302292.1210 49200970 13497482 19331103 9393809.4 25362754 6825892.3
Sumber : BPS Jawa Tengah Tahun 2000 Diolah
Tabel 3 Lanjutan
TABEL INPUT OUTPUT JAWA TENGAH TAHUN 2004 ATASDASAR HARGA PRODUSEN (JAWA TENGAH)
Sektor 19 180 301 302 303 3041 0 11593149 0 0 0 2087.42 0 3873001.7 10954592 0 0 313470.123 0 6167244.1 1519070.7 0 0 -885349.14 0 1315752.9 5122255.6 0 504512.4 -220075.85 0 3252179.1 278557.45 0 0 -314799.26 0 850981.97 1450347 0 0 07 0 43225983 1427.88 0 0 -817827.68 0 15858724 38567661 0 0 -36018879 0 47942232 20351477 0 4468366.2 -461046.3
10 0 11278113 10915541 0 0 5800780.411 0 4565589.8 2422149.2 0 0 012 0 2884710.7 0 0 26391623 013 0 26148285 10338607 0 709732.87 -206582714 0 10449773 3047709.3 0 0 015 0 10901479 6655786.6 0 158949.34 -525863.816 0 3729639.6 5664169.9 0 0 017 0 635459.14 5277071.6 19450223 0 018 0 2440680.7 4015217.6 0 369994.05 019 0 0 0 0 0 0190 0 207112978 126581641 19450223 32603178 -2776338200 0 0 0 0 0 0201 0 58450517202 0 100442999203 0 18718562204 0 16848371205 0 -1025187209 0 193435263210 0 400548241
Sumber : BPS Jawa Tengah Tahun 2000 Diolah
Tabel 3 Lanjutan
TABEL INPUT OUTPUT JAWA TENGAH TAHUN 2004 ATASDASAR HARGA PRODUSEN (JAWA TENGAH)
Sektor 305AD 305AP 305LN 305 309 3101 5693.06 0 0 5693.06 7780.46 116009302 4111715 233312.97 51906.13 4396934.1 15664996 195379983 109127.83 19578.07 206177.47 334883.37 968605.04 7135849.14 1524605.9 19181.27 1453.74 1545240.9 6951933.1 82676865 23821.69 45343.77 17949.08 87114.54 50872.75 3303051.96 1095.84 0 261338.63 262434.47 1712781.5 2563763.57 202826.86 918.34 16216.96 219962.16 -596437.6 426295458 17438211 6988612.7 1969842.7 26396666 61362440 772211639 13582982 910065.67 10687979 25181026 49539823 97482056
10 1141260.5 15608084 5454121 22203465 38919786 5019790011 0 0 0 0 2422149.2 698773912 0 0 0 0 26391623 2927633413 9002609.7 3407444.8 1660116.9 14070171 23052685 4920097014 0 0 0 0 3047709.3 1349748215 1165909.5 597737.17 377105.37 2140752 8429624.1 1933110316 0 0 0 0 5664169.9 9393809.417 0 0 0 0 24727295 2536275418 0 0 0 0 4385211.6 6825892.319 0 0 0 0 0 0190 48309858 27830279 20704207 96844344 272703047 479816025200 0 0 0 0 0 0
Sumber : BPS Jawa Tengah Tahun 2000 Diolah
Tabel 3 Lanjutan
TABEL INPUT OUTPUT JAWA TENGAH TAHUN 2004 ATASDASAR HARGA PRODUSEN (JAWA TENGAH)
Sektor 401AD 401AP 401LN 401 402 4031 0 0 0 0 0 02 115321.3 2569.36 808280.52 926171.18 7538.64 62.23 1841197.2 546961.14 237522.87 2625681.3 878.21 26.614 169236.95 0 851.3 170088.25 3.79 0.025 342.03 2382825.8 30228.55 2413396.3 77.82 15.746 2105.02 86.98 101775.17 103967.17 3210.29 125.067 17667.18 7921309.7 32375001 40313978 33389.77 7868.68 1162368.4 379439.36 2114748.8 3656556.5 119438.96 8899.549 13862165 9220837.1 5398788 28481790 290273.45 99387.88
10 203.82 3419.58 1331.59 4954.99 3.91 0.1111 0 0 0 0 0 012 0 0 0 0 0 013 0 0 0 0 0 014 0 0 0 0 0 015 0 0 0 0 0 016 0 0 0 0 0 017 0 0 0 0 0 018 0 0 0 0 0 019 0 0 0 0 0 0190 17170607 20457449 41068528 78696584 454814.84 116385.76200 0 0 0 0 0 0
Sumber : BPS Jawa Tengah Tahun 2000 Diolah
Tabel 3 Lanjutan
TABEL INPUT OUTPUT JAWA TENGAH TAHUN 2004 ATASDASAR HARGA PRODUSEN (JAWA TENGAH)
Sektor 409 501+502 503 509 600 7001 0 0 0 0 11600929.9 11600929.92 933772.02 0 0 0 18604225.7 19537997.73 2626586.1 0 0 0 4509263.02 7135849.094 170092.06 0 0 0 8097593.93 8267685.995 2413489.9 0 0 0 889561.95 3303051.856 107302.52 0 0 0 2456460.93 2563763.457 40355236 0 0 0 2274309.05 42629545.18 3784895 0 0 0 73436268.3 77221163.49 28871452 0 0 0 68610603.8 97482055.6
10 4959.01 0 0 0 50192940.9 50197899.911 0 0 0 0 6987739.01 6987739.0112 0 0 0 0 29276333.9 29276333.913 0 0 0 0 49200970 4920097014 0 0 0 0 13497481.9 13497481.915 0 0 0 0 19331103.2 19331103.216 0 0 0 0 9393809.44 9393809.4417 0 0 0 0 25362793.7 25362753.718 0 0 0 0 6825892.28 6825892.2819 0 0 0 0 0 0190 79267784 0 0 0 400548281 479816025200 0 0 0 0 0 0
Sumber : BPS Jawa Tengah Tahun 2000 Diolah