analisis sektor unggulan dalam struktur …eprints.ums.ac.id/1379/1/b300030063.pdf · ilmu ekonomi...

127
ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN JAWA TENGAH TAHUN 2000 DAN TAHUN 2004 ( ANALISIS INPUT OUTPUT ) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh : Nanang Gilang Prayoga B 300 030 063 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

Upload: truongdien

Post on 22-Jun-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN JAWA TENGAH TAHUN 2000 DAN TAHUN 2004

( ANALISIS INPUT OUTPUT )

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh :

Nanang Gilang Prayoga B 300 030 063

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2008

Page 2: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

ii

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul :

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR

PEREKONOMIAN JAWA TENGAH TAHUN 2000 DAN TAHUN 2004

( ANALISIS INPUT OUTPUT )

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

Nama : NANANG GILANG PRAYOGA

NIM : B 300 030 063

Telah diuji dan dipertahankan didepan dewan penguji serta telah dinyatakan lulus

pada:

Hari :

Tanggal :

Surakarta, 2008

Pembimbing Utama

( Yuni Prihadi. U, SE )

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Surakarta

( Drs. Syamsudin, MM )

Page 3: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

iii

MOTTO

Takut gagal adalah gagal yang sejati. Hidup adalah gerak. Gerak

adalah maju, berjuang dan naik, jatuh dan naik lagi. Gagal dalam

kepedulian adalah lebih baik daripada menang dalam kehinaan .

(H.A.M.K.A)

Tidak semua yang terhitung mempunyai hitungan, dan tidak

semuanya yang mempunyai hitungan terhitung.

(Albert Enstein, 1979-1955)

Jika A sama dengan SUKSES, maka rumusnya adalah :

A = X+Y+Z, dimana :

X = Kerja keras

Y = Bermain

Z = Tutup mulutmu

(Albert Enstein, 1979-1955)

Genggamlah tanah agar menjadi emas

(Cak Nun)

Page 4: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

iv

PERSEMBAHAN

Teriring do’a dan puji syukur kehadirat Allah SWT, dan junjungan kita

nabi besar Muhammad SAW, penulis mempersembahkan karya ini untuk:

Ayah dan Bunda

Terima kasih telah percaya padaku dan selalu mendoakan setiap

langkah-langkah hidupku,

Adikku

Belajar, Belajar, dan Belajar

Nee-Nee

Terima kasih, bersamau menjadikan perjalanan ini lebih berharga

Sahabat-sahabatku

Persentuhan kita hanyalah persentuhan rasa mesra kemanusiaan,

persentuhan empati dan apresiasi, atau kesediaan untuk menghargai,

menghormati dan menerima dengan keihkhlasan setiap fenomenanya.

Almamaterku

Page 5: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Syukur alhamdulillah, atas rahmat dan kehendak Allah SWT dan dengan

usaha yang sungguh-sungguh akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini,

dengan judul “ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR

PEREKONOMIAN JAWA TENGAH TAHUN 2000 DAN TAHUN 2004 (

ANALISIS INPUT OUTPUT )”. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk

melengkapi dan memenuhi sebagian syarat guna mendapatkan gelar sarjana strata

1 (S1) pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan berbagai pihak yang telah turut menyumbang pikiran, tenaga, dan

bimbingan kepada penulis baik secara la ngsung maupun tidak langsung. Untuk itu

penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Bpk. Yuni Priha di Utomo yang telah banyak membantu dalam membimbing

penyusunan skripsi ini hingga selesai.

2. Dosen-dosen IESP Bpk. Didit, Ibu Fatimah, Bpk. Hadi Sumarsono, Bpk.

Abdullah, Pak Triyono, Ibu Eny Setyowati, Ibu Maya, Mas Wahyudi dan

Suyatno terima kasih banyak dengan apa yang telah diberikan pada penulis

semoga bermanfaat.

Page 6: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

vi

3. Bundaku…….[Sak nyatane aku pancen Tresno marang kowe

Makk]…..Ayahku, Tiada kata yang mampu kutuliskan untuk

mengungkapkan rasa sayang dan terima kasihku padamu…..Karena

engkaulah, aku mengerti dan memahami bahwa hidup ini memang haruslah

begini adanya.

4. Adekku Tegar Bahana Prayoga…Tambah Lucu N Nggemeske….Sing Pinter

yow Le…dan Anggara Prayoga…Kuliah yang bener y!!!!

5. Sobat-sobatku di Solo…Bayu Untung, Luvi Windyarto n The Big Family

Ayam Bakar Bu Endang (Sory, udah ngrepotin trus), Herdiansyah Eka Putra

(Kapan kita ke Jogja lagi Denk??!! Remain to the spirit Brow :), Dadang,

Nizar Kurniawan, Pedro, God-ex, Ari, n temen temen di sekitaran kost

“POPEYE” , Adjuta, Cimping, Baron, dll yang tidak bisa kusebutkan satu

persatu. Terima kasih.

6. Teman-teman baik ku di Salatiga: Caplin n Yayan (thx a lot..),, Bang Roby,

Novi, Dedy, Komunitas Cungkup n Buksuling semuannya. Komunitas

Kampung : Hampha (when-when aku ikut shooting lagi ya...), Simbah,

Hendrik, Suprek, Londo, Gosur n temen-temen semuanya di rumah. Tetep

Kompak ya.

7. Setiawan S (Success job guys...), Thx uda ngenalin aku dengan Analisis I-O,

Bung Bend (Ayo kapan kita Bertanding WE lagi).

8. Teman-teman di IESP, Ardilles, Fika, Vita, Endah, n temen-temen semua dari

kelas A sampai D. Maaf klo ada yang tidak kesebut, Paper-nya ga cukup,

he...he...:)

Page 7: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

vii

9. Hanief n Sarap (Kapan kita Reunian lagi??) juga semua sobat-sobatku di

Salatiga, Solo, Semarang n JOgja. Thx all.

10. Komputer bututku, Semua temen-temen penghuni dan pengurus

www.lettolink.com, Mig33, Yahoo Messenger, My Friendster, My

Blogspot.com, SE T630, Philips V355, n Yamaha Guitar ku (Temen sejati

saat party bareng Sobat-sobat).

11. NeeNee n Family.

12. Gie_lank the big respect to: Emha Ainun Nadjib n Komunitas Kadipiro

Kasihan Bantul Yogyakarta, Noe n “Letto” (Thank for the inspiration of pass

the masterpiece all of you).

Akhirnya, segala kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan

demi penyempurnaan skripsi ini. Segala kekeliruan yang terdapat dalam skr ipsi ini

bersumber dan menjadi tanggung jawab penulis, sedangkan semua kebenaran

yang terkandung didalamnya hanyalah berkat petunjuk-Nya. Namun demikian

besar harapan penulis, semoga skripsi ini memberikan banyak manfaat khususnya

bagi penulis, dan pihak-pihak yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Surakarta, Januari 2007

Penulis

Page 8: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PNGESAHAN ........................................................................... ii

HALAMAN MOTTO ..................................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii

ABSTRAKSI ................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Perumusan Masalah ................................................................. 4

C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ................................................................... 5

E. Metode Penelitian .................................................................... 6

F. Sistematika Penulisan .............................................................. 7

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pembangunan Ekonomi Daerah............................. 11

B. Teori Keunggulan Komparatif ................................................. 11

C. Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah .................................... 14

Page 9: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

ix

1. Teori Klasik ........................................................................ 14

2. Teori Ekonomi Neo-K lasik (Solow -Swan) ........................ 15

3. Teori Harrod-Domar Dalam Sistem Regional................... 17

4. Teori Jalur Cepat Yang Disinergikan................................. 20

5. Teori Basis Ekspor Richardson.......................................... 21

6. Model Pertumbuhan Interregional ..................................... 23

7. Teori Migrasi Artur Lewis ................................................. 25

8. Teori Transformasi Struktural............................................ 28

D. Pengertian Industri dan Industrialisasi ..................................... 29

E. Pembangunan Industri Antar Daerah dan Keterkaitan Antar

Industri Daerah ........................................................................ 31

F. Keterkaitan Antar Sektor Dalam Perekonomian...................... 32

G. Strategi Pembangunan Ekonomi Daerah.................................. 33

H. Penelitian Sebelumnya ............................................................. 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Rencana Analisis ..................................................................... 40

B. Konsep Dasar Input-Output .................................................... 40

C. Cara Perhitungan ..................................................................... 34

D. Analisis Data Dengan Matriks Inverse Leontief ...................... 37

1. Analisis Indeks Total Keterkaitan

2. Indeks Total Keterkaitan ke Belakang............................... 38

3. Indeks Total Keterkaitan ke Depan.................................... 39

Page 10: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

x

4. Analisis Sektor Kunci Menggunakan Forward dan Backward

Process ............................................................................. 40

E. Jenis Data dan Sumber Data .................................................... 40

F. Definisi Operasional Variabel.................................................. 41

BAB IV HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Diskripsi Data .......................................................................... 42

1. Komposisi Nilai Tambah Bruto ........................................ 42

2. Struktur Permintaan Akhir ................................................ 44

B. Analisis Hasil Estimasi Data ................................................... 46

1. Hasil Analisis Indeks Keterkaitan Ke Depan .................... 46

2. Hasil Analisis Indeks Keterkaitan Ke Belakang ............... 50

3. Hasil Analisis Sektor Kunci .............................................. 55

C. Interpretasi Ekonomi ............................................................... 60

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................. 64

B. Saran ........................................................................................ 67

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Bagan Tabel Input Output Sistem Perekonomian Dengan Tiga

Sektor Produksi ................................................................................. 33

Tabel 4.1 Komposisi Nilai Tambah Bruto Menurut Komponennya Di

Jawa Tengah Tahun 2000 dan 2004 (Jutaan Rupiah ) .................... 42

Tabel 4.2 Struktur PDRB Jawa Tengah Menurut Komponen Permintaan

Akhir Tahun 2000 dan 2004 ( Jutaan Rupiah ) ................................ 45

Tabel 4.3 Tujuh Sektor Dengan Indeks Total Keterkaitan Ke Depan

Terbesar Menurut Tabel Input Output Tahun 2004......................... 47

Tabel 4.4 Empat Sektor Dengan Indeks Total Keterkaitan Ke Depan

Terbesar Menurut Tabel Input Output Tahun 2000......................... 48

Tabel 4.5 Indeks Total Keterkaitan Ke Depan Terbesar Menurut Tabel Input

Output Tahun 2000 Dan 2004 .......................................................... 50

Tabel 4.6 Delapan Sektor Dengan Indeks Total Keterkaitan Ke Belakang

Tebesar Menurut Tabel Input Output tahun 2000 ............................ 51

Tabel 4.7 Delapan Sektor Dengan Indeks Total Keterkaitan Ke Belakang

Terbesar Menurut Tabel Input Output Tahun 2004 ......................... 52

Tabel 4.8 Indeks Total Keterkaitan Ke Belakang Terbesar Menurut Tabel Input

Output 2000 dan 2004 ....................................................................... 54

Tabel 4.9 Sektor Kunci Perekonomian Jawa Tengah Menurut Tabel Input Output

Jawa Tengah Tahun 2000.................................................................. 56

Page 12: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

xii

Tabel 4.10 Sektor Kunci Perekonomian Jawa Tengah Menurut Tabel

Input Output Jawa Tengah Tahun 2004 ........................................... 58

Tabel 4.11 Sektor Kunci Perekonomian Jawa Tengah Menurut Tabel Input Output

Jawa Tengah Tahun 2000 dan 2004.................................................. 60

Page 13: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kelebihan (Excess Supply) Tenaga Kerja Di Pedesaan.............. 22

Gambar 2.2 Perubahan Struktur Ekonomi Dalam Proses

Pembangunan Ekonomi : Suatu Ilustrasi .................................... 24

Gambar 2.3 Keterkaitan Antar Sektor Industri, Pertanian dan Sumber

Daya Alam dan Lingkungan ...................................................... 25

Page 14: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

xiv

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul “ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN JAWA TENGAH TAHUN 2000 DAN TAHUN 2004 (ANALISIS INPUT OUTPUT)”. Yang bertujuan untuk menganalisis sektor apa saja yang manjadi sektor-sektor unggulan di Jawa Tengah dan juga peranannya dalam perekonomian Jawa Tengah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model Analisis Input Output (Analisis I-O), dengan menggunakan beberapa analisis yaitu analisis peranan sektor produksi dan pencipta output perekonomian Jawa Tengah, analisis indeks keterkaitan ke belaka ng dan ke depan, dan analisis sektor kunci.. Data yang digunakan yaitu tabel I-O Jawa Tengah tahun 2000 dan tahun 2004 dengan klasifikasi 19 sektor diperoleh dari BPS Jawa Tengah.

Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa yang memiliki daya kepekaan tinggi pada tahun 2000 adalah sektor Industri lainnya sebesar 3,14516. Pada tahun 2004 sektor yang memiliki daya kepekaan tinggi adalah sektor pertambangan dan penggalian sebesar 4,07757. Sektor yang mempunyai nilai indek penyebaran paling tinggi pada tahun 2000 adalah sektor industri lainnya sebesar 1,65850. Selanjutnya, pada tahun 2004 sektor industri pengilangan minyak merupakan sektor yang memiliki nilai indeks penyebaran paling tinggi yaitu sebesar 2,30278. Sektor unggulan Jawa Tengah tahun 2000 yaitu sektor indutri makanan, minuman dan tembakau, sektor industri lainnya, sektor industri pengilangan minyak dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Tahun 2004 hanya terdapat dua sektor yang menjadi sektor unggulan Jawa Tengah yaitu sektor indutri makanan, minuman dan tembakau, dan sektor industri lainnya.

Dari hasil tersebut, penulis menyarankan pemerintah lebih memprioritaskan sektor-sektor yang menjadi sektor kunci di Jawa tengah baik pada tahun 2000 maupun 2004. Dikarenakan sektor yang menjadi sektor unggulan memiliki daya dorong yang kuat terhadap penciptaan sektor ekonomi lainnya dan memiliki sensitivitas tinggi terhadap perubahan permintaan akhir dari sektor-sektor ekonomi lainnya.

Surakarta, Januari 2008 Pembimbing Utama

( Yuni Prihadi Utomo, SE )

Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Surakarta

( Drs. Syamsudin, MM )

Page 15: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Era reformasi yang terjadi di Indonesia saat ini telah banyak membawa

perubahan dalam berbagai bidang pembangunan dan pemerintahan. Salah satu

perubahan dalam pemerintahan adalah mulai diberlakukannya otonomi daerah

yang diatur dalam UU.No.22/1999 mengenai pemerintahan daerah dan

UU.No.25 /1999 mengenai perimbangan keuangan antar pusat dan daerah.

Dalam UU.No.22/1999 dijelaskan bahwa otonomi daerah adalah kewenangan

daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masya rakat sesuai

perundang-undangan (Fatimah Nurhayati, Siti, 2002:16).

Otonomi daerah merupakan kewenangan daerah otonomi untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat me nurut prakarsa

sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Ini karena daerah akan diberi peran

yang lebih besar melalui penyerahan semua urusan pemerintahan serta

sumber-sumber keuangannya, kecuali kewenangan dalam politik politik luar

negeri, pertahanan keamanan, peradilan , moneter dan fiskal, agama dan

perencanaan sosial. Ketidakmampuan keuangan pusat akibat krisis ekonomi,

mengakibatkan daerah diberikan wewenang untuk mencari sumber-sumber

pendapatan dan mengurus kebutuhan sendiri agar beban pemerintahan pusat

menjadi berkurang (Mafruhah, Izza, 2001:110)

Page 16: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

2

Menurut Kamaluddin (1987:46), maksud dan tujuan yang hakiki dari

otonomi daerah dan desentralisasi daerah adalah:

1. Mengurangi beban pemerintah pusat dan campur tangannya tentang

masalah-masalah tingkat lokal atau daerah di samping itu memberi

peluang untuk koordinasi pelaksanaan pada tingkat lokal tersebut.

2. Meningkatkan pengertian serta dukungan pusat dalam kebutuhan usaha

pembangunan daerah.

3. Penyusunan program-program pembangunan untuk perbaikan dan

penyempurnaan sosial ekonomi pada tingkat lokal akan menjadi relistis.

4. Melatih dan mengajar masyarakat untuk bisa mengatur rumah tangganya.

5. Terciptanya pembinaan dan pengembangan daerah dalam rangka kesatuan

nasional.

Di era otonomi daerah ini setiap wilayah atau daerah dituntut untuk

bisa mencari, mengelola dan mengidentifikasi kemampuan daerah

bersangkutan. Untuk itu perlu adanya perencanaan pembangunan yang tepat

dengan memperhatikan potensi ekonomi yang dimilikinya.

Propinsi Jawa Tengah memiliki potensi yang bagus guna

mengembangkan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan

Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2003, jumlah penduduk

Jawa Tengah tercatat sebesar 32,05 juta jiwa atau sekitar 15% dari jumlah

penduduk Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia yang cukup banyak, serta

didukung dengan letak geografis, merupakan modal utama dalam pelaksanaan

pembangunan (SUSENAS, 2003).

Page 17: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

3

Pada tahun 2003, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah yang

ditunjukkan oleh laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

atas dasar harga konstan 2003, semakin membaik dari tahun sebelumnya yaitu

4,07 persen (2002= 3,48 persen). Hal tersebut cukup beralasan mengingat

perjalanan perekonomian relatif terus membaik selama taun 2001 sampai

tahun 2003 (BPS Jawa Tengah, 2004)

Sedangkan, saat ini perekonomian Provinsi Jawa Tengah terus

mengalami pertumbuhan, yaitu pada tahun 2003 (4,98%), tahun 2004 (5,13%)

dan tahun 2005 (5,43%). Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah

mengandalkan berbagai sektor antara lain Pertanian (5,33%), Pertambangan

(2,73%), Industri (6,41%), Listrik, Gas, dan Air Bersih (8,65%), Gedung

(7,84%), Perdagangan, Hotel, dan Restoran (2,63%), Transportasi dan

Komunikasi (4,67%), Keuangan (2,67%), dan Jasa (5,58%). Sebagai cara

untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang signifikan, menciptakan

lapangan kerja, mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan kesejahteraan

penduduk, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah mentargetkan komposisi

investasi dari Pemda sebesar 25% dan investasi swasta sebesar 75% (BPS

Jawa Tengah, 2006).

Untuk mencapai tujuan dan sasaran pemba ngunan dan daerah,

khususnya pembangunan ekonomi di Jawa Tengah dan untuk dapat

memanfaatkan sumberdaya ekonomi daerah secara optimal, maka

pembangunan daerah dapat disusun menurut tujuan antar sektor. Perencanaan

sektoral dimaksudkan untuk pengembangan sektor -sektor tertentu disesuaikan

Page 18: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

4

dengan keadaan dan potensi masing-masing sektor dan juga tujuan

pembangunan yang ingin dicapai.

Dengan menggunakan tabel Input-Output (I -O) Jawa Tengah tahun

2000 dan 2004 akan dijabarkan sektor-sektor yang menjadi sektor unggulan di

Jawa Tengah. Selanjutnya diharapkan dapat dipakai sebagai informasi yang

komprehensir agar tepat guna dan tepat sasaran bagi perekonomian Jawa

Tengah.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pokok permasalahan

dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Sektor apa saja yang menjadi sektor unggulan dalam struktur

perekonomian Jawa Tengah berdasarkan tabel Input Output Jawa Tengah

tahun 2000 dan tahun 2004.

2. Seberapa besar keterkaitan antar sektor kegiatan ekonomi dalam

perekonomian Jawa Tengah berdasarkan tabel Input Output Jawa Tengah

tahun 2000 dan tahun 2004.

Page 19: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

5

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan uraian di atas maka tujuan penelitian dalam

menganalisis dan membandingkan sektor unggulan dalam perekonomian Jawa

Tengah tahun 2000 dan tahun 2004 yaitu sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui sektor-sekor unggulan dalam perekonomian Jawa

Tengah guna menentukan kebijaksanaan yang harus dijalankan.

b. Untuk menghitung tingkat keterkaitan antara berbagai sektor kegiatan

ekonomi guna memperoleh gambaran mengenai kontribusi suatu sektor

terhadap perekonomian secara keseluruhan.

c. Menganalisis sektor-sektor unggulan di Jawa Tengah berdasarkan tabel

input-output Jawa Tengah tahun 2000 dan tahun 2004

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Sebagai masukan dan bahan perbandingan bagi pembuat kebijaksanaan

dalam menyusun strategi pembangunan Jawa tengah.

b. Penelitian ini diharapkan mampu menyediakan data bagi penelitian

selanjutnya.

c. Penelitian ini merupakan salah satu proses aplikasi dari teori-teori

ekonomi yang telah diterima penulis selama studi.

Page 20: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

6

E. Metodologi Penelitian

1. Data dan Sumber Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder yaitu tabel input output perekonomian Jawa Tengah tahun 2000

dan Tahun 2004. Tabel input output disajikan dalam bentuk matriks yang

diklasifikasikan menjadi 19 sektor perekonomian. Data tabel input output

perekonomian Jawa Tengah tahun 2000 dan tahun 2004 diperoleh dari

Badan Pusat Statistik Jawa Tengah dan dari instansi terkait lainnya.

2. Metode Dan Alat Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Model Input -Output. Model input-output pertama kali dikembangkan oleh

Wassily Leontief pada tahun 1930-an. Idenya sangat sederhana namun

mampu menjadi salah satu alat analisis yang ampuh dalam melihat

hubungan antar sektor dalam perekonomian (Nazara, 1997:48). Komponen

yang paling penting dalam analisis input output adalah inverse matriks

tabel input output, yang sering disebut sebagai inverse Leontif (Miller,

1985:15). Matriks ini mengandung informasi penting tentang bagaimana

kenaikan produksi dari suatu sektor (industri) akan menyebabkan

berkembangnya sektor-sektor lainnya. Matriks kebalikan leontif

merangkum seluruh dampak dari perubahan produksi suatu sektor

terhadap total produksi sektor-sektor lainya ke dalam koefisien-koefisien

yang disebut sebagai multiplier (α ij). Multiplier ini adalah angka -angka

Page 21: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

7

yang te rlihat di dalam matriks (1-A) -1. Adapun analisis yang akan

dihitung dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Indeks Keterkaitan ke depan

Konsep ini diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk

mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai

input dari sektor ini. Total keterkaitan ke depan disebut juga sebagai

indeks derajat kepekaan (degree of sensitivity ) yang digunakan untuk

mengukur kaitan ke depan. Rumus untuk mencari nilai indeks total

keterkaitan ke depan yaitu :

FLi =

Dimana :

FLi = indeks total keterkaitan ke depan sektor i

αij = unsur matriks kebalikan Leontief

Nilai FLi dapat bernilai sama dengan 1, lebih besar 1 atau lebih

kecil 1. Bila FLi = 1 hal tersebut berarti bahwa derajat kepekaan sektor

i sama dengan rata-rata derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi. Bila

FLi > 1 hal tersebut berarti derajat kepekaan sektor i lebih tinggi dari

derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi. Sebaliknya, bila FLi < 1 hal

tersebut berarti bahwa derajat kepekaan sektor i dibawah rata -rata

derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi.

ij

i

i aXvn

n

i∑=1

∑∑==

n

j

n

i

ija11

Page 22: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

8

b. Indeks keterkaitan ke belakang

Konsep ini diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk

meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Indeks total keterkaitan

ke belakang disebut juga sebagai indeks daya penyebaran (power of

dispersion) yang digunakan untuk mengukur kaitan ke belakang.

Rumus untuk mencari nilai indeks total keterkaitan ke belakang yaitu:

BLj =

Dimana :

BLj = indeks total keterkaitan ke belakang sektor j

αij = unsur matriks kebalikan Leont ief

Besaran BL j dapat mempunyai nilai sama dengan 1, lebih besar

1 atau lebih kecil 1. Bila BLj = 1 hal tersebut berarti bahwa daya

penyebaran sektor j sama dengan rata -rata penyebaran seluruh sektor

ekonomi. Bila BLj > 1 hal tersebut berarti daya penyebaran sektor j

berada di atas rata-rata daya penyebaran seluruh sektor ekonomi.

Sebaliknya, bila BLj < 1 hal tersebut berarti bahwa daya penyebaran

sektor j lebih rendah dari rata-rata daya penyebaran seluruh sektor

ekonomi.

c. Analisis Sektor Kunci

Dari analisis I-O dapat dilihat sektor-sektor kunci yang

memiliki backward linkages (keterkaitan ke belakang) atau disebut

∑=

n

i

ijbn1

∑∑==

n

j

n

i

ija11

Page 23: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

9

juga derajat kepekaan yang tinggi dan forward linkages (keterkaitan ke

depan) atau daya sebar yang tinggi. Sektor yang mempunyai daya

penyebaran tinggi menunjukan sektor tersebut mempunyai daya

dorong yang cukup kuat dibandingkan sektor lainya. Sedangkan sektor

yang mempunyai derajat kepekaan yang tinggi menunjukan bahwa

sektor tersebut mempunyai keteergantungan yang tinggi terhadap

sektor lain. Sektor kunci didefinisikan sebagai sektor yang memegang

peranan penting dalam menggerakan roda perekonomian dan

ditentukan berdasarkan indeks total keterkaitan ke belakang dan ke

depan. Sektor kunci adalah sektor yang memiliki indeks total

keterkaitan ke be lakang dan ke depan lebih besar dari satu.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini disusun sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teori

Berisi tentang peran dan fungsi sektor unggulan dalam

perekonomian dan tabel Input Output perekonomian Jawa Tengah

serta teori-teori yang relevan dengan penelitian yang dilakukan,

Page 24: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

10

tinjauan terhadap penelitian-penelitian terkait yang pernah

dilakukan sebelumnya.

BAB III Metodologi Penelitian

Bab ini berisi tentang ruang lingkup penelitian, teknik analisis data,

jenis dan sumber data.

BAB IV Analisis Data Dan Pembahasan

Menguraikan tentang diskripsi data tabel input output Jawa

Tengah, hasil penelitian dan analisa data penelitian yang meliputi

hubungan keterkaitan ke belakang, keterkaitan ke depan, analisis

sektor kunci dan indeks tenaga kerja.

BAB V Penutup

Membahas tentang kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 25: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan Ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

daerah mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada membentrk suatu pola

kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan

suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi

(pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999)

Dalam definisi baru yang dilihat dari dimensi yang lebih luas dan

dilihat secara dinamis, pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses

multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur

sosial dan sikap-sikap mental yang sudah terbiasa termasuk pula percepatan

atau akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengangguran dan pemberatasan

kemiskinan yang absolut (Suryana, 2000)

B. Teori Keunggulan Komparatif

Istilah Comparative Advantage (Keunggulan komparatif) mula-mula

dikemukakan oleh David Ricardo (1917). Dalam teori tersebut, Ricardo

membuktikan bahwa apabila ada dua negara saling berdagang dan masing-

masing negara mengkonsentrasikan diri untuk mengekpsor barang yang bagi

negara tersebut memiliki keunggulan komparatif maka kedua negara tersebut

akan beruntung. Ternyata ide tersebut bukan saja bermanfaat dalam

Page 26: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

12

perdagangan internasional tetapi juga sangat penting diperhatikan dalam

ekonomi regional.

Keunggulan komparatif bagi suatu daerah adalah bahwa komoditi itu

lebih unggul secara relatif dengan komoditi lain di daerahnya. Pengertian

dalam hal ini adalah perbandingan dan bukan dalam bentuk nilai tambah riil.

Apabila keunggulan itu adalah bentuk nilai tambah riil maka dinamakan

keunggulan absolut. Komoditi yang memilki keunggulan walaupun hanya

dalam bentuk perbandingan, lebih menguntungkan untuk dikembangkan

dibanding dengan komoditi lain yang sama-sama diproduksi oleh kedua

negara atau daerah.

Dalam perdagangan bebas antar daerah, mekanisme pasar mendorong

masing-masing daerah bergerak ke arah sektor yang daerahnya memiliki

keunggulan komparatif. Akan tetapi, mekanisme pasar seringkali bergerak

lambat dalam mengubah struktur ekonomi suatu daerah. Keunggulan

komparatif adalah suatu kegiatan ekonomi yang menurut perbandingan lebih

menguntungkan bagi pengembangan daerah. Ricardo menggunakan

perbandingan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk menghasilkan pr oduk

yang sama untuk dua kegiatan yang berbeda pada dua negara. Namun, saat ini

contoh seperti itu tidak relevan karena biaya untuk menghasilkan suatu produk

bukan hanya upah buruh (Tarigan, 2005).

Menurut Tarigan (2005), ada beberapa faktor yang bisa membuat suatu

wilayah memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage). Faktor-

faktor tersebut antara lain:

Page 27: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

13

1. Pemberian alam, yaitu karena kondisi alam akhirnya wilayah itu memiliki

keunggulan untuk menghasilkan suatu produk tertentu.

2. Masyarakat mengusai teknologi mutakhir untuk jenis produk tertentu.

3. Masyarakat mengusai keterampilan khusus.

4. Wilayah tersebut dekat dengan pasar.

5. Wilayah dengan aksebilitas yang tinggi.

6. Daerah konsentrasi/sentra dari suatu kegiatan sejenis. Daerah sentra bisa

menjamin kepastian adanya barang dalam kualitas dan kuantitas yang

diinginkan dan ini bisa menurunkan biaya pemasaran/biaya transportasi.

7. Daerah aglomerasi dari berbagai kegiatan, yaitu memanfaatkan aglomerasi,

yaitu efisiensi dalam biaya produksi dan kemudahan dalam pemasarn

8. Upah buruh yang rendah dan tersedia dalam jumlah yang cukup serta

didukung oleh keterampilan yang memadai oleh mentalitas yang

mendukung. Pengertian upah buruh yang rendah adalah relatif, artinya

harus dikaitkan dengan produktivitas.

9. Mentalitas masyarakat yang sesuai untuk pembangunan: jujur, terbuka,

mau bekerja keras, dan disiplin sehingga lingkungan kehidupan aman,

tertib dan teratur. Kondisi masyarakat seperti ini akan menjamin

kelangsungan investasi, biaya investasi dan biaya operasi yang lebih

rendah dan efisien.

10. Kebijakan pemerintah, antara lain dengan menciptakan salah

satu/beberapa faktor yang menciptakanb keunggulan seperti yang

disebutkan diatas.

Page 28: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

14

C. Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

Pertumbuhan ekonomi adalah pertambahan pendapatan masyarakat

secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh

nilai tambah (Value added) yang terjadi. Menurut Boediono (1985:1)

Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka

panjang. Jadi, persentase pertambahan output itu harus lebih tinggi dari

persentase pertambahan jumlah penduduk dan ada kecenderungan dalam

jangka panjang bahwa pertumbuhan itu akan berlanjut.

Pengembangan metode yang menganalisis perekonomian suatu daerah

penting sekali kegunaannya untuk mengumpulkan data tentang perekonomian

daerah yang bersangkutan serta proses pertumbuhannya, yang kemudian dapat

dipakai sebagai pedoman untuk menentukan tindakan-tindakan apa yang harus

diambil untuk mempercepat laju pertumbuhan yang ada. (Tarigan, 2005:46).

1. Teori Klasik

Orang yang pertama kali membahas pertumbuhan ekonomi secara

sistematis adalah Adam Smith (1723-1790) yang membahas masalah

ekonomi dalam bukunya An inquiry into the Nature and Causes of The

Wealth of Nations (1776). Inti ajaran Adam Smith adalah agar masyarakat

diberi kebebasan seluas-luasnya dalam menentukan kegiatan ekonomi.

Menurut Smith sistem ekonomi pasar bebas akan menciptakan efisiensi,

membawa ekonomi kepada kondisi full employment dan menjamin

pertumbuhan ekonomi sampai terjadi posisi stasioner (stationare state).

Page 29: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

15

Posisi stasioner terjadi apabila sumber daya alam telah seluruhnya

termanfaatkan.

Pandangan Smith kemudian di koreksi oleh John Maynard Keynes

(1936) dengan mengatakan bahwa untuk menjamin pertumbuhan yang

stabil pemerintah perlu menerapkan kebijakan fiskal (perpajakan dan

perbelanjaan pemerintah), kebijakan moneter (tingkat suku bunga dan

jumlah uang beredar), dan pengawasan langsung (Tarigan, 2005:48).

2. Teori Ekonomi Neo Klasik (Solow-Swan)

Teori pertumbuhan neoklasik dikemba ngkan oleh Robert M. Solow

(1970) dari Amerika Serikat dan T.W. Swan (1956) dari Australia. Model

Solow -Swan menggunakan unsur pertumbuhan penduduk, akumulasi

kapital, kemajuan teknologi, dan besarnya output yang saling berinteraksi

(Tarigan, 2005:52).

Teori Solow-Swan melihat bahwa dalam banyak hal mekanisme

pasar dapat menciptakan keseimbangan sehingga pemerintah tidak perlu

banyak mencampuri pasar. Campur tangan pemerintah hanya sebatas

kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Tingkat pertumbuhan berasal dari

tiga sumber, yaitu akumulasi modal, bertambahnya penawaran tenaga

kerja, dan peningkatan teknologi. Teknologi ini terlihat dari peningkatan

skill atau kemajuan teknik sehingga produktivitas perkapita meningkat.

Dalam teori Neo Klasik, masalah teknolo gi dianggap fungsi dari waktu.

Oleh sebab itu, fungsi produksinya berbentuk:

Yi = a i ki + (1-ai) ni + T

Page 30: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

16

Dimana:

Yi = Besarnya output

ki = Tingkat pertumbuhan modal

ni = Tingkat pertumbuhan tenaga kerja

Ti = Kemajuan Teknologi

a = Bagian yang dihasilkan oleh faktor modal

(1-a) = Bagian yang dihasilkan oleh faktor di luar modal

Agar faktor produksi selalu berada pada kapasitas penuh perlu mekanisme

yang menyamakan investasi dengan tabungan (dalam kondisi full

employment). Dengan demikian, pertumbuhan mantap membutuhkan

syarat bahwa:

MPK1 = =

1

11 K

Ya

P

Dimana:

MPK1 = Marginal Productivity of Capital

Suatu daerah akan mengimpor barang modal jika tingkat

pertumbuhan modalnya lebih kecol dari rasio tabungan domestik terhadap

modal. Dalam pasar sempurna marginal productivity of labour (MPL)

adalah funsi lansung tapi bersifat terbalik dari Marginal Productivity of

Capita (MPK). Hal ini bisa dilihat dari nilai rasio modal tenaga kerja

(K/L).

Apabila tiap daerah dimisalkan mengkasilkan output yang

homogen dan fungsi produksi yang identik maka di daerah yang K/L -nya

Page 31: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

17

tinggi terdapat upah riil yang tinggi dan MPK yang rendah. Adapun daerah

yang yang K/L-nya rendah terdapat upah riil yang rendah tetapi MPK yang

tinggi. Sebagai akibatnya modal akan mengalir dari daerah yang upahnya

tinggi ke daerah yang upahnya rendah karena akan memberikan balas jasa

(untuk modal) yang lebih tinggi. Sebaliknya tenaga kerja akan mengalir

dari daerah upah rendah ke daerah upah tinggi. Mekanisme diatas pada

akhirnya akan menciptakan balas jasa faktor -faktor produksi di semua

daerah sama. Dengan demikian, perekonomian regional/pendapatan

perkapitaregional akan mengalami proses konvergensi (Tarigan,2005:54)

3. Teori Harrod-Domar Dalam Sistem Regional

Teori ini dikembangkan hampir bersamaan oleh Roy F. Harrod

(1948) di Inggris dan Evsey D. Domar (1957) di Amerika serikat. Di

antara mereka menggunakan proses penghitungan yang berbeda tetapi

memberikan hasil yang sama., sehingga keduanya dianggap

mengemukakan ide yang sama dan disebut teori Harrod-Domar. Teori

Harrod-Domar didasarkan pada asumsi:

a. Perekonomian bersifat tertutup

b. Hasrat menabung (MPS = s) adalah konstan

c. Proses produksi memiliki koefisien yang tetap (constant return to scale)

d. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja (n) adalah konstan dan sama

dengan tingkat pertambahan penduduk

Atas dasar asumsi-asumsi khusus tersebut, Harrod-Domar

membuat analisis dan menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang

Page 32: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

18

yang mantap hanya bisa tercapai apabila terpenuhi syarat-syarat

keseimbangan sebagai berikut:

g= k = n

Dimana: g = Growth (tingkat pertumbuhan output)

k = Capital (tingkat pertumbuhan modal)

n = Tingkat pertumbuhan angkatAn kerja

Untuk perekonomian daerah, Harry W.Richardson (terjemahan

Sihotang, 1977) mengatakan kenyataan bahwa perekonomian daerah

bersifat terbuka. Artinya, faktor-faktor produksi/hasil produksi yang

berlebihan dapat diekspor dan yang kurang dpat diimpor. Impor dan

tabungan adalah kebocoran-kebocoran dalam menyedot output daerah.

Sedangkan ekspor dan investasidapat membantu menyedot output

kapasitas penuh dari faktor -faktor produksi yang ada di daerah tersebut.

Kelebihan tabungan yang tidak terinvestasikan secara lokal dapat

disalurkan ke daerah-daerah lain yang tercermin dalam surplus ekspor.

Apabila pertumbuhan tenaga kerja melebihi dari apa yang dapat diserap

oleh kesempatan kerja lokal, maka migrasi neto dapat menyeimbangkan n

dan g. Jadi, dalam perekonomian terbuka, persyaratannya sedikit longgar.

Syarat statistik bagi perekonomian terbuka:

S + M + = I + X dapat dirumuskan menjadi:

(s + m) Y = I + X, atau:

YX

msYI −+=

Page 33: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

19

Ekspor daerah i dapat dirumuskan sebagai impor daerah-daerah lain.

Sehingga menjadi persamaan berikut:

X1 = ∑

=

n

j 1 Mji = ∑

=

n

j 1 mjiY j

Ekspor daerah i = total impor daerah-daerah j dari dari daerah i = nilai m

(marginal propensity to import) daerah-daerah j dari daerah ii dikalikan

dengan tingkat pendapatan masing-masing setiap daerah j.

Dengan demikian, Richardson (dalam sihotang, 1977:34)

merumuskan persamaan pertumbuhan suatu wilayah adalah:

g1 = j

jjjiii

V

/YYm - m s Σ+

Berdasarkan rumus di atas maka agar suatu daerah tumbuh cepat

atau g tinggi, dikehendaki agar s1 (tingkat tabungan) = tinggi, m1 (impor) =

tinggi, ekspor = ke cil, v1 (capital output ratio/COR) = kecil, artinya

dengan modal yang kecil dapat meningkatkan output yang sama besarnya.

Yang termasuk dalam ekspor dan impor adalh barang konsumsi dan

barang-barang modal. Dalam model ini, kelebihan datau kekurangan

tabungan dan dengan tenaga kerja dapat dinetralisir oleh arus keluar atau

arus masuk dari setiap faktor di atas. Perumbuhan yang mantap tergantung

pada apakah arus modal dan tenaga kerja interregional bersifat

meyeimbang atau tidak. Pada model ini arus modal dan tenaga kerja

searah karena pertumbuhan membutuhkan keduanya secara seimbang.

Teori Harrod-Domar sangat perlu diperhatikan bagi wilayah yang

masih terbelakang dan terpencil karena hubungannya akan mengarah

Page 34: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

20

kepada heterogenus (makin pincang). Dalam kondisi seperti ini, biasanya

barang modal sangat langka sehingga sulit melakukan konversi antara

barang modal dengan tenaga kerja (Tarigan, 2005:50)

4. Teori Jalur Cepat Yang Disinergikan

Teori Pertumbuhan Jalur Cepat (Turnpike) diperkenalkan oleh

Samuelson (1955). Setiap negara atau wilayah perlu melihat sektor atau

komoditi apa yang memiliki potensi besar dan dapat dikembangkan

dengan cepat baik karena potensi alam maupun karena sektor itu memiliki

competitve advantage untuk dikembangkan. Artinya, dengan kebutuhan

modal yang sama sektor tersebut dapat memberikan nilai tambah yang

lebih besar, dapat berproduksi dalam waktu yang relatif singkat dan

volume sumbangan untuk perekonomian juga cukup besar.

Mensinergikan sektor-sektor adalah membuat sektor-sektor saling

terkait dan saling mendukung. Dengan demikian, pertumbuhan sektor

yang satu mendorong pertumbuhan sektor yang lain, begitu juga

sebaliknya. Menggabungkan kebijakan jalur cepat (turnpike), dan

mensinergikan dengan sektor energi lain yang terkait akan membuat

perekonomian tumbuh cepat (Tarigan, 2005:55)

5. Teori Basis Ekspor Richardson

Teori ini membagi kegiatan produksi, jenis pekerjaan yang terdapat

dalam satu wilayah atas pekerjaan basis (dasar) dan pekerjaan service

(pelayanan) yang biasa disebut juga sektor nonbasis. Kegiatan basis adalah

kegiatan yang bersifat exogeneus, yang artinya tidak terikat pada kondisi

Page 35: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

21

internal perekonomian wilayah dan sekaligus berfungsi mendorong

bertumbuhnya tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya. Sedangkan pekerjaan

service (non basis ) adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat di daerah itu sendiri. Oleh karena itu, pertumbuhannya

tergantung kepada kondisi umum perekonomian wilyah tersebut. Artinya,

sektor tersebut bersifa endogenus (tidak bebas tumbuh). Pertumbuhannya

tergantung kepada kondisi perekonomian wilayah secara keseluruhan.

Walaupun teori basis ekspor (ekspot base theory) adalah yang

paling sederhana dalam membicarakan unsur -unsur pendapatan daerah,

tetapi dapat memberikan kerangka teoritis bagi bagi studi empiris tentang

multiplier regional walaupun dalam kenyataannya perlu dilengkapi dengan

kebijakan lain agar bisa digunakan sebagai pengatur pengembangan

wilayah yang komprehensif.

Teori basis ekspor membuat asumsi pokok bahwa ekspor adalah

satu-satunya unsur -unsur eksogen (independen) dalam pengeluaran.

Artinya, semua unsur pengeluaran lain terikat (dependen) terhadap

pendapatan. Secara tidak langsung hal ini berarti di luar pertambahan

alamiah, hanya peningkatan ekspor saja yang dapat mendorong

peningkatan pendapa tan daerah, karena sektor -sektor lain terikat

peningkatannya oleh peningkatan pendapatan daerah. Sektor lain hanya

meningkat apabila pendapatan daerah secara keseluruhan meningkat. Jadi,

satu-satunya yang bisa meningkat secara bebas adalah ekspor. Ekspor

tidak terikat di dalam siklus pendapatan daerah. Asumsi kedua ialah bahwa

Page 36: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

22

fungsi pengeluaran dan fungsi impor bertolak dari titik nol sehingga tidak

akan berpotongan (intercept)

Berkenaan dengan daerah i dapat diuraikan sebagai berikut:

Yi = (Ei - Mi) + Xi .................... (1)

Pendapatan pengeluaran untuk barang/jasa domestik ekspor dimana:

Ei = e i Y i .................................... (2)

Mi = m i Yi ................................... (3)

Xi = X (eksogen)........................ (4)

Dimana:

e1 = Marginal Propensity to Expenditure (hasrat membelanjakan

uang)

m1 = marginal Propensity to import (hasrat membeli

barang impor)

Dengan mensubstitusikan fungsi-fungsi (2), (3), dan (4) ke dalam no.

(1),

Maka: Yi = ei Yi - mi Yi + Xi , dengan demikian:

Yi = ii

1

me-1X

+ ......................... (5)

Jika fungsi no. (5) diubah susunannya maka:

i

i

XY

= ii me11+− ............................................... (6)

Page 37: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

23

i

i

XY

adalah rasio pendapatan terhadap ekspor yang disebut multiplier

basis yang diberi simbol K.

K = ii me11+− ............................................... (7)

Jadi,, pendapatan regional adalah kelipatan dari ekpor, jika hasrat

membelanjakan secara lokal (e - m) adalah lebih kecil daripada satu.

Hasil yang diperoleh adalh, multiplier basis rata -rata sedangkan untuk

peramalan diperlukannya perubahannya, yaitu i

i

XY

∆∆

Apabila multiplier basis secara rata-rata sama dengan

perubahannya maka hasil K tersebut dapat digunakan sebagai alat

peramalan (Tarigan, 2005:57).

6. Model Pertumbuhan Interregional

Model ini adalah perluasan dari teori basis ekspor, yaitu dengan

manambah faktor-faktor yang bersifat eksogen. Dalam model ini di

asumsikan bahwa selain ekspor pengeluaran pemerintah dan investasi

juga juga bersifat eksogen dan daerah itu terikat kepada suatu sistem

yang terdiri dari beberapa daerah yang berhubungan erat. Pertumbuhan

interregional dapat dirumuskan sebagai berikut.

Pendapatan daerah adalah

Yi = Ci + Ii + Gi + Xi - Mi ............................................. (8)

Pendapatan = Konsumsi + Investasi + Pengeluaran Pemerintah + Ekspor

-Impor

Page 38: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

24

Dimana:

Ci = a i + ci + Ydi .......................................... (9)

Ydi = Disposible Income

ci = Marginal propensity to consume

Ii = iI

.......................................... (10)

Gi = iG

.......................................... (11)

Xi = ? Mji = ? mji Yj .......................................... (12)

j=1 j=1

Dimana: Mi = ? Mji Yid......................... (13)

Ydi = Yi - T i .......................................... (14)

Ti = tiY i .......................................... (15)

Dimana: t = tingkat pajak marginal

Ai = ai + iI

+ iG

.......................................... (16)

Dimana: Ai = Pengeluaran otonom total

Jika persamaan-persamaan (9) – (16) dimasukkan ke dalam persamaan no.

(8) dan di tata kembali dalam rumus pendapatan daerah, akan menjadi:

Yi = )t1)(mc(1

)t1(YmA

1ij

jjii

−Σ−−

−Σ+

i .......................................... (17)

Arti dari rumus ini adalah pendapatan daerah i terdiri dari penjumlahan

pengeluaran otonom ditambah dengan ekspor dikali multiplier regional.

Page 39: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

25

Multiplier Regional adalah

K = )t1)(mc(11

1iji −Σ−− i

Model no. (17) dapat disederhanakan menjadi

Yi = A + Ki Xi

Pendapatan regional = pengeluaran otonom ekspor multiplier

Model ini berbeda dari model basis ekspor terdahulu. Dalam model

interregional, perubahan pendapatan regional dapat berasal dari beberapa

sumber dan tidak lagi semata -mata dari perubahan ekspor

7. Teori Migrasi Artur Lewis

Teori Artur Lewis mambahas proses pembangunan ekonomi yang

terjadi di daerah pedesaan (rural) dan perkotaan (urban). Teori Lewis

mengasumsikan bahwa perekonomian suatu negara terbagi menjadi dua,

yaitu:

e. Perekonomian Tradisional Di Pedesaan

Perekonomian tradisional di daerah pedesaan yang didominasi

oleh sektor pertanian. Di pedesaan pertumbuhan penduduk tinggi maka

terjadi kelebihan supply tenaga kerja dan tingkat hifup masyarakat

berada pada kondisi subsiten akibat perekonomian yang marginalnya

juga subsiten. Oversupply tenaga kerja ini dengan marginalnya yang

mempunyai nilai nol dan tingkat upah riil yang rendah. Realisasi antar

upah dan jumlah tenaga kerja di dalam perekonomian pedesaan (sektor

perekonomian) dapat dijelaskan dengan menggunakan model

Page 40: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

26

ekonometris sederhana mengenai dinamika pasar tenaga kerja yang

terdiri dari tiga persamaan sebagai berikut (Tambunan, 2001):

NpD = Fs (Wp , Qp) ... (2.1) Menggambarkan permintaan tenaga kerja

NsD = Fs (Wp) ........... (2.2) Menggambarkan penawaran tenaga kerja

NpD = N p

S .................. (2.3) Menggambarkan keseimbangan tenaga

kerja

Akibat Oversupply tenaga kerja ini upah atau tinkat pendapatan

di sektor pertanian (pedesaan) menjadi sangat rendah. Gambar 2.1

menggambarkan kelebihan (excess supply) tenaga kerja (NpS > Np

D) di

pedesaan (Tambunan, 2001)

Gambar 2.1

Kelebihan (excess suplly) tenaga kerja (N pS > Np

D) di pedesaan

f. Perekonomian Modern di Perkotaan

Sebaliknya di perkotaan, struktur induustri mengalami kekurangan

tenaga kerja (NiS < Ni

D). Sesuai perilaku rasional pengusaha, yakni

mencari keuntungan maksimal,, kondisi pasar uruh seperti ini membuat

produktivitas tenaga kerja sangat tinggi dan nilai produk marginal dari

Page 41: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

27

tenaga kerja posotif, yang menunjukkan bahwa fungsi produksinya belum

berada pada tingkat optimal yang dapat dicapai sesuai hukum mpasar.

Tingginya produktivitas membuat tingkat upah riil pekerja di perkotaan

Page 42: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

28

(Ei – Mi) = Volume perdagangan neto

? jXij = ? aijXj = Penggunaan produk industri manufaktur sebagai barang

antara oleh sektor j

aij = koefisien input-output

Proses transformasi dapat digambarkan dalam grafik di

bawah ini (Tambunan, 2001)

Gambar 2.2

Perubahan Struktur Ekonomi Dalam Proses Pembangunan Ekonomi : Suatu

Ilustrasi

Sumber : Transformasi Ekonomi Di Indonesia, Teori dan Penemuan

Empiris (Tambunan, 2001)

D. Pengertian Industri dan Tujuan Industrialisasi

Istilah industri mempunyai dua arti. Pertama industri dapat berarti

himpunan perusahaan-perusahaan sejenis. Pengertian indutri yang kedua,

industri dapat pula merujuk kesuatu sektor ekonomi yang didalamnya terdapat

kegiatan produktif yang mengelola bahan mentah menjadi barang jadi.

Kegiatan pengolahan itu sendiri dapat berupa industrial, elektrikal maupun

manual (Dumairy, 1997) .

Industrialisasi merupakan suatu proses interaksi antara pengembangan

teknologi, inovasi spesialisasi, dalam produksi dan perdagangan antar negara

yang pada akhirnya sejalan dengan peningkatan pendapatan perkapita

Page 43: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

29

mendorong perubahan struktur ekonomi. Industrialisasi sering juga diartikan

sebagai suatu proses modernisasi ekonomi yang mencakup semua sektor

ekonomi yang mencakup semua ekonomi yang ada yang terkait langsung

maupun tidak langsung dengan industri manufaktur. Walaupun sangat penting

bagi kelangsungan pertumbuhan ekonomi, industrialisasi itu sendiri bukan

tujuan akhir, melainkan hanya merupakan merupakan salah satu strategi yang

harus ditempuh untuk mendukung proses pembangunan ekonomi guna

mancapai tingkat pendapatan perkapita yang tinggi (Tambunan, 2001)

Tujuan industrialisasi antara lain modernisasi, menyediakan lapangan

kerja beru, meningkatkan produktivitas, melepaskan ketergantungan dari

daerah lain, memperkuat ketahanan nasional, mendukung sektor pertanian,

meningkatkan kekebalan ekonomi terhadap gejolak konjungtur luar daerah

dan luar negei dan sebagainya (Tambunan, 2001)

E. Pembangunan Industri Antar Daerah dan Keterkaitan Antar Industri

Daerah

Pembangunan industri daerah merupakan suatu proses terkait antar

kemauan masyarakat dan perencanaan dengan kemampuan sumberdaya yang

tersedia di daerah tersebut. Prioritas investasi dalam bidang industri di

beberapa daerah menunjukkan bahwa pertumbuhan industri menyertai

pembangunan. Industri merupakan suatu sektor pemimpin (leading sector)

karena industri tersebut merancang dan mendorong investasi-investasi di

daerah lain.

Page 44: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

30

Menurut Hirchman, pertumbuhan yang cepat dari satu atau beberapa

industri mendorong perluasan industri-industri lainnya yang terkait dengan

sektor industri yang tumbuh lebih dulu. Dalam sektor produksi mekaisme

pendorong pembangunan (inducement mechanism) yang tercipta sebagai

akibat dari adanya hubungan antara berbagai industri dalam menyediakan

barang-barang yang digunakan sebagai bahan mentah bagi industri lainnya,

dibedakan menjadi dua macam yaitu pengaruh kete rkaitan ke belakang

(backward linkage effect) dan pengaruh keterkaitan ke depan (forward linkage

effect). Pengaruh keterkaitan kebelakang maksudnya tingkatrangsangan yang

diciptakan oleh pembangunan suatu industri terhadap perkembangan industri

lainnya. Sedangkan pengaruh keterkaitan ke depan adalah tingkat rangsangan

yang dihasilkan oleh industri yang pertama bagi input mereka (Arsyad, 1999).

F. Keterkaitan Antar Sektor Dalam Perekonomian

Keterkaitan antar sektor diberbagai kegiatan ekonomi itu terdapat

hubungan timbal balik dimana sektor industri menggunakan hasil produksi

sektor pertanian , sedangkan sektor pertanian mengguankan hasil produksi

sektor industri sebagai masukan, demikian pula dalam hubungannya dengan

sektor jasa. Jadi ada saling ketergantungan diantara berbagai kegiatan

produksi dalam kegiatan perekonomian. Keterkaitan antar sektor akan nampak

lebih jelas dalam gambar di bawah ini (Suparmoko, 1997)

Page 45: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

31

Target Output Sektor Usaha Kombinasi Input

Sumber: Ekonomika SDA, Suparmoko, 1997

Gambar 2.3

Keterkaitan Antar Sektor Industri, Pertanian dan Jasa serta Sumberdaya Alam dan

Lingkungannya

Gambar di atas menunjukkan kegiatan tiga sektor ekonomi yang

masing-masing mempunyai hubungan input-output demi kelangsungan

produksi masing-masing sektor. Dalam kaitan sektor tersebut memerlukan

berbagai faktor produksi yang berupa kapital, tenaga kerja, skill, teknologi dan

sumberdaya alam.

Selanjutnya setiap sektor usaha dalam produksi menghasilkan barang

dan jasa dalam perekonomian, akan semakin tinggi pula derajat kesehatan

penduduk. Disisi lain kegiatan ekonomi akan menghasilkan pencemaran

lingkungan yang mempunyai dampak negatif terhadap kesejahteraan manusia

(Suparmoko, 1997)

Dari penjelasan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa dalam

penggunaan sumberdaya alam dalam produksi antar sektor akan optimal apabila

faktor produksi masing-masing sektor efisien dalam penggunaannya. Selain itu

perkembangan antar sektor sesungguhnya dapat mendorong kesejahteraan

manusia.

Page 46: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

32

G. Strategi Pembangunan Ekonomi Daerah

Menurut Arsyad (1999, 122) Strategi pembangunan ekonomi daerah dapat

dikelompokkan menjadi 4 kelompok besar yaitu:

3 Strategi Pengembangan Fisik/Lokalitas

Melalui pengembangan program perbaikan kondisi fisik/lokalitas

daerah yang ditujukan untuk kepentingan pemba ngunan industri dan

perdagangan, pemerintah daerah akan berpengaruh positif bagi

pengembangan dunia usaha daerah. Secara khusus tujuan strategi

pembangunan fisik/lokalitas ini adalah untuk menciptakan identitas

daerah/kota, memperbaiki basis pesona (amenity base) atau kualitas hidup

masyarakat, dan memperbaiki daya tarik pusat ota (civic center) dalam

upaya untuk memperbaiki dunia usaha daerah.

Alat unuk mencapai tujuan pembangunan fisik/lokalitas daerah ini

mencakup antara lain:

a. Pembuatan bank tanah (la ndbarking). Hal ini bertujuan untuk

mengetahui data tentang tanah yang penggunaannyakurang optimal,

belum dikembangkan, atau salah penggunaan, dan sebagainya.

b. Pengendalian perencanaan dan pembangunan. Jika hal ini dilakukan

dengan benar akan memperbaik i iklim investasi di daerah dan

memperbaiki citra pemerintah.

c. Penataan kota (townscaping). Kemajuan di pusat-pusat perdagangan

dapat dicapai melalui perbaikan-perbaikan sarana kalan raya dan

perbaikan-perbaikan sarana pusat pertokoan.

Page 47: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

33

d. Pengaturan tata ruang (zooning) dengan baik akan merangsang

pertumbuhan dan pembangunan ekonomi daerah.

e. Penyediaan infrastruktur sarana.

f. Dan sebagainya.

2 Srategi Pengembangan Dunia Usaha

Beberapa alat untuk mengembangkan dunia usaha ini yaitu:

a. Penciptaan iklim usaha yang baik bagi dunia usaha, melalui

pengaturan kebijakan yang memberikan kemudahan bagi dunia usaha

dan pada saat yang sama mencegah penurunan kualitas lingkungan .

b. Pembuatan pusat informasi terpadu yang dapat memudahkan

masyarakat dunia usaha untuk berhubungan dengan aparat pemerintah

daerah untuk segala macam kepentingan, terutama mengenai masalah

perijinan, rencana pembangunan ekonomi daerah, pemerintah daerah,

ketersediaan lahan, ijin mendirikan bangunan, dan sebagainya.

c. Pendirian pusat konsultasi dan pengembangan usaha kecil. Selain

peranannya yang penting sebagai penyerap tenaga kerja dan sebagai

sumber dorongan kewirausahaan, usaha kecil sering kali mengalami

kegagalan atau tidak dapat berkembang dengan baik.

d. Pembuatan sistem pemasaran bersama untuk menghindari skala yang

tidak ekonomis dalam produksi, meningkatkan daya saing terhadap

produk-produk impor, dan meningkatkan sikap kooperatif antar sesama

pelaku bisnis.

Page 48: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

34

e. Pembuatan lembaga penelitian dan pengembangan (Litbang).

Peningkatan persaingan di dunia usaha yang berbasiskan ilmu

pengetahuan sekarang ini menuntut pelaku bisnis dan pemerintah daerah

untuk secara terus menerus melakukan kajian tentang pengembangan

produk baru, pengembangan teknologi baru, dan mencari pasar baru.

f. Dan sebagainnya.

3. Strategi Pengembangunan Sumberdaya Manusia

Sumberdaya manusia merupakan aspek penting dalam proses

pengembangan ekonomi. Oleh karena peningkatan kualitas dan

keterampilan sumberdaya manusia adlah suatu keniscayaan.

Pengembangan kualitas sumberdaya manusia ini dapat dilkukan dengan

cara antara lain:

a. Pelatiahan dengan sistem customizing training. Sistem pelatihan

seperti ini adalah sistem pelatihan yang dirancang secara khusus untuk

memenuhi kebutuhan dan harapan si pemberi kerja

b. Pembuatan bank keahlain (Skiilbanks). Informasi yang ada pada bank

keahlian berisi data tentang keahlian dan latar belankang orang yang

menganggur di suatu daerah.

c. Penciptaan iklim yang mendukung bagi perkembangannya lembaga-

lembaga pendidikan dan ketrampilan (LPK) di daerah. Berkembangnya

lembaga -lembaga pendidikan dan ketrampilan di suatu daerah secara

tidak langsung bermanfaat bagi peningkatan kualitas sumberdaya

manusia di daerah tersebut.

Page 49: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

35

d. Pengembangan lembaga pelatihan bagi penyandang cacat itu sendiri

untuk meningkatkan rasa harga diri dan percaya dirinya.

e. Dan sebagainya.

4. Strategi Pengembangan Ekonomi Masyarakat

Strategi pengembangan masyarakat ini merupakan kegiatan yang ditujukan

untuk mengembangkan suatu kelompok masyarakat tertentu di suatu

daerah. Tujuan kegiatan ini adalah untuk menciptakan manfaat sosial,

misalnya melalui penciptaan proyek-proyek padat karya untuk memenuhi

kebutuha hidup mereka atau memperoleh keuntungan dari usahanya.

H. Penelitian Sebelumnya

Dalam penelitian mengenai bidang ini telah dilakukan oleh peneliti

sebelumnya, Suryagus (1994) menggunakan tabel input-output untuk meneliti

struktur industri manufaktur di Jawa Tengah tahun 1998-1992. Penelitian ini

membahas tentang keterkaitan antar industri baik keterkaitan ke depan

maupun ke belakang serta meninjau adanya hubungan antara produksi atau

output tenaga kerja dan modal. Tabel input-output yang digunakan dalam

penelitian ini meliputi 54 sektor produksi yang terdiri dari 21 sektor industri

manufaktur

Selanjutnya, Listyoningsih (2003) menggunakan tabel input-output

nasional 19 sektor tahun tahun 1990 dan 1995. Penelitian ini menyimpulkan

bahwa keterkaitan ke depan dan ke belakang berbagai sektor ekonomi

indonesia masih relatif kecil.

Page 50: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

36

Berikutnya penelitian dilakukan oleh Hartono (2005) dengan judul

“Peranan Sektor Jasa Terhadap Perekonomian DKI Jakarta” dengan

menggunakan alat analisis yang sama pada penelitian ini yaitu analisis input

output. Adapun kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu total

permintaan sektor jasa tertinggi dibandingkan de ngan kelompok sektor

pertanian dan industri, dimana sektor perdagangan, hotel dan restoran

memiliki peranan yang paling dominan dalam kelompok sektor jasa tersebut.

Karena indeks total keterkaitan ke depan dan ke belakang kelompok sektor

jasa-jasa lebih besar dari satu, maka sektor tersebut merupakan sektor “kunci”,

artinya jika sektor tersebut dikembangkan akan dapat mendorong

perkembangan sektor-sektor lainnya di DKI Jakarta. Dalam sektor jasa, sub

sektor jasa perbengkelan, jasa perbankan, jasa restoran, jasa telekomunikasi,

jasa asuransi, jasa perusahaan, dan jasa kesehatan swasta merupakan sektor

kunci perekonomian DKI Jakarta.

Berikutnya penelitian yang dilakukan oleh Marsuki (2006) dengan

judul “Efektifitas Peran Perbankan Memberdayakan Sektor Ekonomi

Unggulan” dengan kasus di Sulawesi Selatan. Alat analisis yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu pendekatan analisis ekonomi makro moneter dengan

analisis Indeks konsentrasi (C) dan Location Quotion (LQ). Adapun simpulan

dari penelitian ini yaitu perkembangan sektor moneter dan keuangan di

Sulawesi Selatan dalam kaitannya dengan peran yang dilakukan sektor

perbankan menunjukkan peningkatan cukup signifikan. Secara langsung atau

tidak mempunyai pengaruh terhadap kondisi dan perkembangan beberapa

Page 51: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

37

besaran atau agregate ekonomi makro daerah ini, seperti terhadap peningkata n

peluang usaha, penyerapan tenaga kerja, serta terhadap stabilitas inflasi.

Penyaluran kredit perbankan ke nilai sektor-sektor ekonomi unggulan

umumnya secara relatif dan belum efektif seperti yang diharapkan, ini

menunjukkan bahwa tampaknya perbankan di daerah ini dalam menyalurkan

kreditnya belum mendasarkan keputusan pembukaan kantor dan penyaluran

kreditnya sesuai dengan kondisi riel lapangan. Belum efektifnya peran

perbankan yang disebabkan karena prilaku para ekonomi sendiri yang selalu

khawatir untuk melakukan langkah-langkah strategis yang pro bisnis

profesional, juga belum adanya suatu proses penyusunan perencanaan yang

bersinergi antara pemerintah dengan para pelaku perbankan.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Setiawan Santoso (2007)

dengan judul “Analisis Peranan Sektor Jasa Perbankan Terhadap

Perekonomian Di Jakarta Tahun 2000 ( Analisis Input Output ). Adapun

kesimpulan yang di peroleh dalam penelitian ini yaitu nilai indeks keterkaitan

ke depan atau indeks daya kepekaan sektor menunjukkan pengaruh sektor jasa

perbankan apabila terjadi kenaikan permintaan akhir atas sektor -sektor lain

sebesar satu juta maka sektor jasa perbankan akan mengalami peningkatan

output. Output yang dihasilkan oleh sektor jasa perbankan merupakan

komoditi intermedier, dalam artian merupakan bahan baku bagi industri-

industri dan sektor-sektor perekonomian lainnya di DKI Jakarta.

Page 52: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

40

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rencana Analisis

Dalam penelitian ini akan digunakan alat analisis Input-Output (I-0).

Dimana analisis input-output merupakan suatu alat analisis keseimbangan

umum. Analsis itu didasarkan pada suatu situasi perekonomian dan bukan

pendekatan teoritis semata. Kesimbangan dalam analisis input-output

didasarkan arus transaksi antar pelaku perekonomian. Teknologi produksi

yang digunakan oleh perekonomian tersebut memegang peranan penting

dalam analsis ini lebih spesifik lagi, teknologi yang memegang peranan besar

adalah teknologi dalam kaitannya dengan input antara (Nazara, 1997).

B. Konsep Dasar Input Output

Model input output dikembangkan pertama kali oleh W. Leontief

seorang kelahiran Rusia kebangsaan Amerika dari Harvard University pada

tahun 1930-an. Model input ouput inilah yang membawa W. Leontief

menerima hadiah nobel pada tahun 1973 (Iwan Jaya Aziz, 1994:6).

Jhingan (1996:751) menyebutkan bahwa analisis input output juga

merupakan variasi terbaik keseimbangan umum yang mempunya i tiga unsur

utama. Pertama, melalui analisis input output memusatkan perhatiannya pada

perekonomian dalam keadaan seimbang. Kedua, tidak memusatkan perhatian

pada analisis permintaan tetapi masalah teknis produksi. Ketiga, analisis ini

didasarkan pada penelitian empiris.

Page 53: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

41

Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan model

input output. Pertama, melalui model ini dapat diperkirakan dampak

permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, impor, penerimaan pajak dan

kesempatan kerja yang ditawarkan diberbagai sektor produksi yang ada.

Kedua, sektor -sektor yang pengaruhnya paling dominan terhadap

pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang paling peka terhadap

perekonomian dapat diketahui melalui analisis input output. Ketiga, model

input output juga dapat digunakan untuk melihat komposisi penyediaan dan

penggunaan barang dan jasa, terutama dalam analisis terhadap kebutuhan

impor dan kemungkinan subtitusinya. Keempat, dengan menggunakan model

ini dapat dilihat konsistensi dan kelemahan berbagai data statistik yang pada

gilirannya dapat dijadikan sebagai landasan perbaikan, penyempurnaan dan

pengembangan lebih lanjut. Kelima, penyusunan proyeksi variabel-variabel

ekonomi makro dapat dilakukan dengan memanfaatkan model input output.

Keenam, model ini berguna dalam menganalisa perubahan harga yang dapat

ditinjau dari pengaruh secara langsung dan tidak langsung dalam perubahan

harga input terhadap harga output (Tabel Input Output Indonesia, 2000:5).

Suatu tabel input output menyajikan informasi tentang transaksi barang

dan jasa yang terjadi pada semua sektor yang ada dalam perekonomian,

dengan bentuk penyajian berupa matriks. Dalam suatu tabel input ouput yang

bersifat terbuka dan statis, transaksi yang digunakan dalam penyusunan tabel

input output harus meme nuhi tiga asumsi dasar, yaitu (Tabel Input Output

Indonesia, 2000:3):

Page 54: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

42

1. Keseragaman (homogeneity), yaitu asumsi bahwa setiap sektor

ekonomi hanya memproduksi satu jenis barang dan jasa dengan susunan input

tunggal (seragam) dan tidak ada subtitusi otomatis terhadap input dari sektor

yang berbeda.

2. Kesebandingan (proportionality), yaitu asumsi bahwa hubungan

antara input dan ouput pada setiap sektor produksi merupakan fungsi linier,

artinya kenaikan dan penurunan output suatu sektor akan sebanding dengan

kenaikan dan penurunan input dari sektor yang bersangkutan.

3. Penjumlahan (additivity) , yaitu asumsi bahwa total efek dari

kegiatan produksi di berbagai sektor merupakan penjumlahan dari efek pada

masing-masing kegiatan.

Berdasarkan asumsi tersebut, maka tabel input output sebagai model

kuantitatif memiliki keterbatasan, yaitu bahwa koefisien input atau koefisien

teknis diasumsikan tetap (konstan) sepanjang periode analisis atau proyeksi.

Maka produsen tidak dapat menyesuaikan perubahan-perubahan inputnya atau

mengubah proses produksi. Karena koefisien teknis dianggap konstan, maka

teknologi yang digunakan oleh sektor -sektor ekonomi dalam proses

produksipun dianggap konstan. Akibatnya perubahan kuantitas dan harga

input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas dan harga output.

Walaupun mengandung keterbatasan, model input ouput tetap merupakan alat

analisis ekonomi yang lengkap dan komprehensip (Tabel I-O Indonesia.

2000:3).

Page 55: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

43

Pada tabel 2.1. disajikan contoh Tabel I-O untuk sistem perekonomian

yang terdiri dari tiga sektor produksi yaitu sektor 1,2, dan 3.

Tabel 3.1

Bagan Tabel Input Output Sistem Perekonomian

Dengan Tiga Sektor Produksi

Permintaan Antara Sektor Produksi Alokasi Output

Input Antara 1 2 3

Permintaan Akhir

Jumlah Output

Input Antara

Sektor Produksi

1

2

3

X11

X21

X31

X12

X22

X32

X13

X23

X33

F1

F2

F3

X1

X2

X3

Input Primer V1 V2 V3

Jumlah Input X1 X2 X3

Dari gambaran tersebut tampak bahwa penyusunan angka -angka

dalam bentuk matriks memperlihatkan suatu jalinan yang saling mengait dari

berbagai kegiatan antar sektor. Sebagai ilustrasi dapat diamati proses

pengalokasian output pada tabel 2.1. Output sektor 1 pada tabel tersebut

adalah sebesar X1 dan didistribusikan sepanjang baris sebesar X11, X12, dan X13

masing-masing untuk memenuhi permintaan antara sektor 1, 2, dan 3,

sedangkan sisanya sebesar F1 digunakan untuk memenuhi permintaan akhir.

Begitu juga dengan output sektor 2 dan 3 masing-masing sebesar X2 dan X3,

Page 56: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

44

dapat dilihat dengan cara yang sama dalam proes pengalokasian output sektor

1 (Tabel I-O DKI Jakarta, 2000:65).

C. Cara Perhitungan

X11 + Xi2 + ... + X1j ... + X1n + F1 + E1 = X1 + M1

X21 + X22 + ... + X2j ... + X2n + F2 + E2 = X2 + M2

Xi1 + Xi2 + ... + Xij ... + Xin + Fi + Ei = Xi + M3

.... .... ....

.... .... ....

.... .... ....

Xn1 + Xn2 + .... + XnJ + ... + Xnn + Fn + En = Xn + Mn ........................ (1)

Disini xij adalah jumlah output sektor i yang diminta sektor j sebagai

input bagi produksi output sektor j (permintaan antara), Fi adalah permintaan

akhir domestik terhadap output sektor i, Ei adalah ekspor atau permintaan

akhir luar negeri atau daerah, Xi adalah total sektor i dan Mi adalah jumlah

sektor i. Dengan mensubstitusikan Xij maka persamaan (1) di atas akan

menjadi :

a11X1 + a12X2 + ... + a1j Xj ... + a1n Xn + F1 + E 1 = X1 + M1

a21X1 + a22X2 + ... + a2j Xj ... + a2n Xn + F2 + E 2 = X2 + M2

ai1X1 + ai2 X2 + ... + a ij Xj ... + ain Xn + F i + E i = Xi + Mi

.... .... ....

.... .... ....

.... .... ....

Page 57: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

45

An1X1 + an2X2 + ... + anj Xj ... + ann Xn + Fn + En = Xn + Mn ......... (2)

Persamaan (2) disederhanakan ke dalam persamaan matriks menjadi

sebagai berikut:

Ax + F + E =X + M ......................................................................... (3)

Dimana:

A disebut matriks koefisien teknologi, matrik yang menunjukkan

teknological input structure antar sektor perekonomia n aij dibaca sebagai

jumlah output sektor i yang dibutuhkan sektor j untuk memproduksi satu unit

output sektor j (Xij/Xj).

Persamaan (3) diatas adalah persamaan identitas untuk analisis input-

output dengan perlakuan impor secara kompetitif. Impor setiap sektor

ekonomi dianggap proporsional terhadap tingkat konsumsi domestik terhadap

output sektor tersebut. Misalnya ditentukan proporsi ini sebagai koefisien

import, maka koefisien suatu sektor ekonomi dapat dihitung sebagai berikut:

µ =Akhir Permintaan Antara Permintaan

impor+

Atau

a11 a12 ... a1j ... a1n

a21 a22 ... a2j ... a2n

ai1 ai2 ... aij ... ain

... ... ... ...

... ... ... ...

... ... ... ...

an1 a12 ... a1j ... a1n

A =

Page 58: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

46

µ = FX

M

ij +∑ sehingga µi = ( )FX ij +∑

Dengan demikian persamaan AX + F + E = X + M dapat diubah menjadi :

X = AX + F + E – M – AX + F + E - µ (AX + F)

Dimana

µi = dan E =

Persamaan di atas dapat dituliskan menjadi :

X = AX + F + E – µAX – µF........................................................... (4)

Selanjutnya suku yang mengandung X dipindahkan ke sebelah kiri tanda

persamaan, menjadi :

X – AX + µAX = F – µF + E ........................................................... (5)

[I– (I – µ) A]X = (I – µ) F + E ........................................................ (6)

Maka X dalam persamaan (4) diatas berubah menjadi:

X = [I – (I – µ)A]-1[(I– µ)F + E] ..................................................... (7)

X = [I – (I – µ)A]-1 adalah invers yang digunakan dalam analisis seperti

diketahui dari persamaan (7) persamaan ini terbentuk dari dua bagian :

X = [I – (I – µ)A]-1 (I– µ)F, tanpa dengan ekspor ............................ (8)

X = [I – (I – µ)A]-1 E, hanya ekspor................................................. (9)

X = AX + F + E................................................................................ (10)

Selanjutnya suku yang mengandung matriks X di pindahkan ke sebelah kiri

tanda persamaan:

X – AX = F + E................................................................................ (11)

µi ... 0 ...0 0 ... µi ... 0 0 ... 0 ... µi

E1 Ei En

Page 59: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

47

(I – A)X = F + E ............................................................................... (12)

Maka X dalam persamaan (4) berubah menjadi :

X = (I – A)-1 (F + E)......................................................................... (13)

(I – A)-1 adalah invers matriks leontief, (I – A)-1 F adalah output yang

disebabkan oleh domestik (Final Demand) dan (I – A)-1 E adalah output yang

disebabkan oleh ekspor (Foreign Final Demand). Domestik Final Demand

biasanya terdiri dari elemen konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah,

dan investasi. Matriks Inverse leontief sering dilambangkan sebagai B, dengan

elemen matriknya sebaga bij. bij dibaca sebagai sebagai besarnya output sektor

i yang disebabkan oleh permintaan di sektor j sebesar satu unit.

D. Analisis Data Dengan Matriks Inverse Leontief

1. Analisis Indeks Total Keterkaitan

Indeks total keterkaitan digunakan sebagai dasar perumusan

strategi pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antar sektor

dalam suatu sistem perekonomian. Menurut Rasmussen indeks total

keterkaitan meliputi indeks total keterkaitan ke belakang dan indeks total

keterkaitan ke depan. Indeks total keterkaitan ke belakang suatu idustri

atau suatu sektor menunjukkan hubungan keterkaitan tentang pengaruh

yang ditimbulkan oleh satu unit permintaan akhir pada sektor tersebut

terhadap total pembelian input semua sektor di dalam suatu perekonomian.

Indeks total keterkaitan ke depan menunjukkan hubungan keterkaitan

tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh satu unit permintaan akhir suatu

Page 60: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

48

sektor terhadap total penjualan output semua sektor di dalam suatu

perekonomian.

2. Indeks Total Keterkaitan ke Belakang

Konsep ini diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk

meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Indeks total keterkaitan ke

belakang disebut juga sebagai indeks daya penyebaran (power of

dispersion) yang digunakan untuk mengukur kaitan ke belakang. Rumus

untuk mencari nilai indeks total keterkaitan ke belakang yaitu :

BLj =

Dimana :

BL j = indeks total keterkaitan ke belakang sektor j

αij = unsur matriks kebalikan Leontief

Besaran BLj dapat mempunyai nilai sama dengan 1, lebih besar 1

atau lebih kecil 1. Bila BLj = 1 hal tersebut berarti bahwa daya penyebaran

sektor j sama dengan rata-rata penyebaran seluruh sektor ekonomi. Bila

BL j > 1 hal tersebut berarti daya penyebaran sektor j berada di atas rata-

rata daya penyebaran seluruh sektor ekonomi. Sebaliknya, bila BLj < 1 hal

tersebut berarti bahwa daya penyebaran sektor j lebih rendah dari rata -rata

daya penyebaran seluruh sektor ekonomi.

∑=

n

i

ijbn1

∑∑==

n

j

n

i

ija11

Page 61: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

49

3. Indeks Total Keterkaitan ke Depan

Konsep ini diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk

mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input

dari sektor ini. Total ke terkaitan ke depan disebut juga sebagai indeks

derajat kepekaan (degree of sensitivity) yang digunakan untuk mengukur

kaitan ke depan. Rumus untuk mencari nilai indeks total keterkaitan ke

depan yaitu :

FLi =

Dimana :

FLi = indeks total keterka itan ke depan sektor i

αij = unsur matriks kebalikan Leontief

Nilai FLi dapat bernilai sama dengan 1, lebih besar 1 atau lebih

kecil 1. Bila FLi = 1 hal tersebut berarti bahwa derajat kepekaan sektor i

sama dengan rata-rata derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi. Bila FLi >

1 hal tersebut berarti derajat kepekaan sektor i lebih tinggi dari derajat

kepekaan seluruh sektor ekonomi. Sebaliknya, bila FLi < 1 hal tersebut

berarti bahwa derajat kepekaan sektor i dibawah rata-rata derajat kepekaan

seluruh sektor ekonomi.

ij

i

i aXvn

n

i∑=1

∑∑==

n

j

n

i

ija11

Page 62: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

50

4. Analisis Sektor Kunci Menggunakan Forward dan Backward Process

Dari analisis I-O dapat dilihat sektor -sektor kunci yang memiliki

backward linkages (keterkaitan ke belakang) atau disebut juga derajat

kepekaan yang tinggi dan forward linkages (keterkaitan ke depan) atau

daya sebar yang tinggi. Sektor yang mempunyai daya penyebaran tinggi

menunjukan sektor tersebut mempunyai daya dorong yang cukup kuat

dibandingkan sektor lainya. Sedangkan sektor yang mempunyai derajat

kepekaan yang tinggi menunjukan bahwa sektor tersebut mempunyai

keteergantungan yang tinggi terhadap sektor lain. Sektor kunci

didefinisikan sebagai sektor yang memegang peranan penting dalam

menggerakan roda perekonomian dan ditentukan berdasarkan indeks total

keterkaitan ke belakang dan ke depan. Sektor kunci adalah sektor yang

memiliki indeks total keterkaitan ke belakang dan ke depan lebih besar

dari satu.

E. Jenis Data Dan Sumber Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari berbagai buku yang berkaitan

dengan penelitian ini.

Data yang digunakan yaitu data tabel input output perekonomian DKI

Jakarta tahun 2000 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik DKI Jakarta.

Tabel input output DKI Jakarta tahun 2000 disajikan dalam bentuk matriks

yang diklasifikasikan menjadi 89 sektor perekonomian. Sedangkan dalam

Page 63: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

51

penelitian ini menganalisis peranan sektor jasa perbankan terhadap sektor-

sektor perekonomian lainnya.

F. Definisi Operasional Variabel

1. Input adalah semua barang, jasa dan faktor produksi lainya yang digunakan

dalam proses untuk menghasilkan output dihitung dalam satuan rupiah (BPS,

2000: 29). Input dibagi menjadi dua yaitu :

a. Input Primer adalah balas jasa atas pemakain faktor -faktor produksi yang

terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan kewirausahan.

b. Input antara adalah input yang digunakan habis dalam proses produksi dan

terdiri dari barang tidak tahan lama dan jasa.

2. Output (total output) dalam hal ini adalah output regional, yaitu nilai dari

produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor -sektor produksi di suatu

daerah tanpa membedakan asal usul pelaku produksinya, dihitung dalam

satuan rupiah. Total output yang ada tersebut kemudian digunakan untuk

memenuhi permintaan.

3. Keterkaitan ke depan adalah hubungan keterkaitan tentang pengaruh yang

ditimbulkan oleh satu unit permintaan akhir sautu sektor terhadap penjualan

output semua sektor di dalam suatu perekonomian.

4. Keterkaitan ke belakang adalah hubungan keterkaitan tentang pengaruh yang

ditimbulkan oleh satu unit permintaan akhir pada sektor tersebut terhadap

pembelian input semua sektor di dalam suatu perekonomian.

Page 64: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

42

BAB IV

HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Komposisi Nilai Tambah Bruto

Pada tabel 4.1 disajikan jumlah nilai tambah menurut

komponennya. Komponen upah dan gaji yang diciptakan oleh kegiatan

ekonomi di Jawa Tengah mencapai Rp. 33.893.355,43 juta di tahun 2000

dan sebesar Rp. 58.450.517,29 juta pada tahun 2004. Pada periode tersebut

komponen upah dan gaji masing-masing berperan 28,78 persen dan 30,21

persen dari keseluruhan nilai tambah.

Tabel 4.1

Komposisi Nilai Tambah Bruto Menurut Komponennya

Di Jawa Tengah Tahun 2000 dan 2004 ( Jutaan Rupiah )

2004 2000 Kode I-O

Komponen Nilai Distribusi

(%) Nilai Distribusi (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

201 202 203 204

205

Upah dan Gaji Surplus Usaha Penyusutan Pajak Tak Langsung Subsidi

58.450.517,29

100.442.999,19 18.718.562,45 16.848.370,66

-1.025.186,54

30,21 51,92

9,67 8,72

-0,52

33.893.355,43 68.133.212,52

9.209.558,29 6.517.031,97

-2.659,25

28,78 57,86 7,82 5,55

-0,01

Jumlah 193,435,263.05 100,00 117.750.498,96 100,00 Sumber: Tabel Input Output DKI Jakarta Tahun 2000 dan 2004.

Page 65: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

43

Komponen dengan peranan terbesar adalah surplus usaha. Pada

tahun 2000 peranan komponen ini dalam pembentukan nilai tambah di

Jawa Tengah adalah sebesar 57.86 persen dengan nilai sebesar Rp.

68.133.212,52 juta dan pada tahun 2004 menurun menjadi 51,92 persen

dengan nilai sebesar Rp. 100.442.999,19 juta. Bila diamati porsi upah dan

gaji dalam struktur nilai tambah ternyata relatif lebih rendah bila

dibandingkan dengan surplus usaha, surplus usaha yang diterim a oleh

pengusaha satu setengah kali lebih besar dibandingkan komponen upah

dan gaji. Padahal upah dan gaji merupakan satu-satunya komponen nilai

tambah yang bisa langsung diterima oleh pekerja. Surplus usaha sendiri

belum tentu dapat langsung dinikmati oleh masyarakat, karena surplus

usaha tersebut sebagian ada yang tersimpan atau ditanam di perusahaan

dalam bentuk laba yang ditahan. Dalam surplus usaha termasuk juga

bagian pendapatan dari tenaga kerja yang tidak dibayar.

Sedangkan peranan komponen penyusutan dalam pembentukan

nilai tambah di Jawa Tengah adalah sebesar 7,82 persen dengan nilai Rp.

9.209.558,29 juta pada tahun 2000 dan mengalami peningkatan menjadi

9,67 persen dengan nilai Rp. 18.718.562,45 pada tahun 2004. Komponen

pajak tak langsung mempunyai peran 5,55 persen dalam stuktur nilai

tambah di Jawa Tengah dengan nilai Rp. 6.517.031,97 juta pada tahun

2000 dan meningkat menjadi 8,72 persen dengan nilai Rp. 16.848.370,66

pada tahun 2004. Komponen subsidi dari pemerintah Jawa Tengah pada

tahun 2000 adalah sebesar 0,01 persen dengan nilai Rp. 2.659,25 juta dan

Page 66: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

44

meningkat menjadi 0,52 persen dengan nilai Rp. 1.025.186,54 juta pada

tahun 2004.

2. Struktur Permintaan Akhir

Barang dan jasa yang diprosuksi oleh sektor produksi dalam

rangka proses produksi selain digunakan sebagai bahan baku oleh sektor

produksi juga digunakan untuk memenuhi permintaan oleh konsumen

akhir. Dalam terminologi I-O, penggunaan barang dan jasa untuk

konsumen akhir disebut sebagai permintaan akhir. Permintaan akhir dirinci

menurut komponen konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah,

pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor. Bila jumlah

komponen-komponen tersebut dikurangi dengan impor maka akan sama

dengan jumlah pengunaan akhir barang dan jasa yang berasal dari faktor

produksi domestik atau dikenal dengan Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) menurut penggunaannya. Dalam tabel 4.2 disajikan secara

lengkap perbandingan struktur permintaan akhir pada tahun 2000 dan pada

tahun 2004.

Page 67: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

45

Tabel 4.2

Struktur PDRB Jawa Tengah Menurut Komponen Permintaan Akhir

Tahun 2000 dan 2004 ( Jutaan Rupiah )

2004 2000 No.

Komponen Permintaan Akhir

Kode

Nilai Persentase thd PDRB Nilai Persentase

thd PDRB 1.

2.

3.

4. 5. 6. 7.

Permintaan Konsumsi Rumah Tangga Permintaan Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Stok Ekspor Antar Daerah Ekspor Antar Propinsi Ekspor Luar Negeri

301 302 303 304 305AD 305AP 305LN

126.581.641

19.450.223

32.603.178

-2.776.338 48.309.858 27.830.279 20.704.207

65.25

10.02

16.81

-1.43 24.90 14.34 10.67

65.541.748

10.471.986

20.260.966

4.601.227 30.755.211 26.921.321 11.468.613

55.38

8.84

17.13

3.89 26.99 22.76 9.67

Jumlah Permintaan Akhir 309 272.703.047 170.021.068 7. 8. 9.

Impor Antar Daerah Impor Dari Luar Negeri Impor Dari Propinsi Lain

401AD 401AP 401LN

17.170.607 20.457.449 41.068.528

-8.85 -10.54 -21.17

17.041.825 22. 347.154 12.297.338

-14.40 -18.89 -10.39

PDRB 194.007.023 100,00 118.334.751 100,00 Sumber: Tabel Input Output jawa Tengah Tahun 2000 dan 2004.

Pada tahun 2004 dan 2000 jumlah permintaan akhir yang tercipta

masing-masing adalah sebesar Rp. 272.703.047 juta dan Rp. 170.021.068

juta. Komponen konsumsi rumah tangga masih menjadi pengguna PDRB

terbesar selama kurun waktu tersebut. Bila pada tahun 2000 sebanyak

55,38 persen PDRB Jawa Tengah digunakan untuk memenuhi konsumsi

rumah tangga maka pada tahun 2004 meningkat menjadi sekitar 65,25

persen. Sebaliknya, tampak terjadi penurunan persentase penggunaan

PDRB untuk pembentukan modal tetap bruto. Pada tahun 2000 sebanyak

17,13 persen PDRB digunakan untuk investasi melalui pembentukan

Page 68: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

46

modal tetap bruto namun pada tahun 2004 persentasenya turun menjadi

hanya sebesar 16,81 persen. Sementara itu ekspor netto Jawa Tengah

mengalami sedikit peningkatan. Pada tahun 2000 komponen ekspor netto

PDRB menunjukkan peranan sebesar 8.50 persen namun pada tahun 2004

peranannya meningkat cukup signifikan, yakni menjadi 10.63 persen.

B. Analisis Hasil Estimasi Data

1. Hasil Analisis Indeks Keterkaitan Ke Depan

Indeks total keterkaitan ke depan yang memiliki nilai lebih besar

dari satu menunjukkan bahwa sektor tersebut mempunyai kemampuan

yang kuat untuk mendorong pertumbuhan output industri hilirnya atau

dengan kata lain kemampuan sektor tersebut untuk mendorong

pertumbuhan produksi sektor -sektor lain yang memakai input dari sektor

ini. Output yang dihasilkan oleh sektor tersebut merupakan komoditi

intermedier, dalam artian merupakan bahan baku bagi industri-industri dan

sektor-sektor perekonomian lainnya. Nilai tersebut juga menunju kkan

besarnya peranan sektor tersebut dalam mendorong pertumbuhan

perekonomian di Jawa Tengah. Dari hasil olah data tabel Input Output

Jawa Tengah Tahun 2000 maka dapat diperoleh indeks derajat kepekaan

atau indeks keterkaitan ke depan. Dalam tabel 4.3 menyajikan tujuh sektor

yang memiliki nilai indeks total keterkaitan ke depan terbesar berdasarkan

tabel input output Jawa Tengah Tahun 2000.

Page 69: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

47

Tabel 4.3

Tujuh Sektor Dengan Indeks Total Keterkaitan Ke Depan Terbesar

Menurut Tabel Input Output Tahun 2000

No. Kode I-O Sektor Indeks

DK 1. 2. 3. 4.

5.

6. 7.

9 7 13 8

16

10 15

Industri lainnya Pertambangan dan Penggalian Perdagangan Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Lembaga Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan Industri Pengilangan Minyak Penga ngkutan dan Komunikasi

3,14516 1,42076 1,26291 1,24356 1,06582 1,00214 1,00164

Sumber: Tabel Input Output Jawa Tengah Tahun 2000, diolah.

Dari hasil olahan data tabel input output Jawa Tengah tahun 2000,

sektor industri lainnya memiliki nilai indeks pa ling besar yaitu dengan

nilai 3,14516. Nilai tersebut menunjukkan bahwa bila terjadi kenaikan

permintaan akhir atas sektor -sektor lain sebesar satu unit maka sektor

industri lainnya akan mengalami peningkatan output sebesar 3,14516 unit.

Sedangkan urutan berikutnya yaitu sektor pertambangan dan penggalian

yang memiliki nilai indeks total keterkaitan ke depan atau indeks daya

kepekaan sebesar 1,40276, sektor perdagangan dengan nilai 1,26291,

sektor industri makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,24356, sektor

lembaga keuangan, real estate dan jasa perdagangan sebesar 1,06582,

sektor industri pengilangan minyak 1,00214, dan sektor pengangkutan dan

komunikasi sebesar 1,00164. Output yang dihasilkan oleh sektor tersebut

Page 70: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

48

merupakan komoditi intermedier, dalam artian merupakan bahan baku

bagi industri-industri dan sektor-sektor perekonomian lainnya.

Sedangkan dari hasil olahan data tabel input output Jawa Tengah

tahun 2004, juga dapat diperoleh indeks derajat kepekaan atau indeks

keterkaitan ke depan yang disajikan dalam tabel 4. 4 di bawah ini.

Tabel 4.4

Empat Sektor Dengan Indeks Total Keterkaitan Ke Depan Terbesar

Menurut Tabel Input Output Tahun 2004

No. Kode I-O Sektor Indeks

DK 1. 2. 3.

4.

7 9 8

13

Pertambangan dan Penggalian Industri lainnya Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Perdagangan

4,07757 1,98493 1,17136 1,39055

Sumber: Tabel Input Output Jawa Tengah Tahun 2004, diolah.

Dari hasil olahan data tabel input output Jawa Tengah tahun 2004,

sektor pertambangan dan penggalian memiliki nilai indeks paling besar

yaitu dengan nilai 4,07757. Nilai tersebut menunjukkan bahwa bila terjadi

kenaikan permintaan akhir atas sektor-sektor lain sebesar satu unit maka

sektor pertambangan dan penggalian akan mengalami peningkatan output

sebesar 4,07757 unit. Sedangkan urutan berikutnya yaitu sektor industri

lainnya yang memiliki nilai indeks total keterkaitan ke depan atau indeks

daya kepekaan sebesar 1,98493, selanjutnya sektor industri makanan,

minuman dan tembakau dengan nilai 1,17136 , dan sektor perdagangan

sebesar 1,39055. Dimana semua sektor-sektor tersebut yang memiliki nilai

Page 71: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

49

indeks total keterkaitan ke depan lebih besar dari satu merupakan sektor-

sektor yang mampu meningkatkan pertumbuhan produksi sektor -sektor

lain yang menggunakan input dari sektor ini.

Dari hasil olahan tabel input-output Jawa Tengah tahun 2000 dan

2004, terlihat sektor yang mempunyai indeks total keterkaitan ke depan

pada tahun 2004 menurun dari tahun 2000. Di tahun 2000 terdapat tujuh

sektor yang mempunyai indeks keterkaitan ke depan atau derajat

kepekaan, antara lain sektor Industri lainnya, sektor pertambangan dan

penggalian, sektor perdagangan, sektor industri makanan, minuman dan

tembakau, sektor, lembaga keuangan, real estate dan jasa perusahaan,

sektor industri pengilangan minya k dan sektor pengangkutan dan

komunikasi. Sedangkan pada tahun 2004, hanya terdapat empat sektor

yang mempunyai derajat kepekaan lebih dari satu yaitu sektor

pertambangan dan penggalian, sektor industri lainnya, industri makanan

minuman dan tembakau dan sektor perdagangan. Sektor pertambangan dan

penggalian pada tahun 2000 mempunyai nilai indeks total kepekaan

1,42076 dan meningkat secara signifikan pada tahun 2004 menjadi

4,07757. Selanjutnya sektor industri lainnya pada tahun 2000 mempunyai

nilai 3,14516 dan menurun secara tajam pada tahun 2004 manjadi

1,98493. Sektor industri Makanan, Minuman dan Tembakau pada tahun

2000 sebesar 1,24356 dan pada tahun 2004 meningkat menjadi 1,17136.

Kemudian, sektor perdagangan meningkat dari tahun 2000 sebesar

1,26291 menjadi 1,39055 pada tahun 2004. Sedangkan sektor Lembaga

Page 72: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

50

Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan Industri Pengilangan Minyak

Pengangkutan dan Komunikasi pada tahun 2004 tidak mempunyai indeks

derajat kepekaan yang tinggi. Pada tabel 4.5 di bawah ini akan disajikan

hasil indeks keterkaitan ke depan pada tahun 2000 dan 2004 sebagai

perbandingan.

Tabel 4.5

Indeks Total Keterkaitan Ke Depan Terbesar Menurut

Tabel Input Output Tahun 2000 dan 2004

2004 2000 No. Kode

I-O Sektor Indeks DK

No Kode I-O Sektor Indeks

DK 1.

2. 3.

4.

7 9 8

13

Pertambangan dan Penggalian Industri lainnya Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Perdagangan

4,07757 1,98493 1,17136 1,39055

1 2 3 4 5 6 7

9 7

13 8

16

10

15

Industri lainnya Pertambangan dan Penggalian Perdagangan Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Lembaga Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan Industri Pengilangan Minyak Pengangkutan dan Komunikasi

3,14516 1,42076 1,26291 1,24356 1,06582 1,00214 1,00164

Sumber: Tabel Input Output Jawa Tengah Tahun 2000 dan 2004, diolah.

2. Hasil Analisis Indeks Keterkaitan Ke Belakang

Indeks total keterkaitan ke belakang yang memiliki nilai lebih

besar dari satu tersebut menunjukkan bahwa sektor -sektor tersebut

mempunyai kemampuan yang kuat untuk menarik pertumbuhan output

sektor hulunya. Nilai indeks lebih besar dari satu menunjukkan daya

Page 73: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

51

penyebaran di sektor j berada di atas rata-rata daya penyebaran seluruh

sektor perekonomian di Jawa Tengah. Dari hasil olah data tabel Input

Output Jawa Tengah Tahun 2000 maka dapat diperoleh indeks daya

penyebaran atau indeks keterkaitan ke belakang seperti yang disajikan

dalam tabel 4.6.

Tabel 4.6

Delapan Sektor Dengan Indeks Total Keterkaitan Ke Kebelakang

Terbesar Menurut Tabel Input Output Tahun 2000

No. Kode I-O Sektor Indeks

DP 1. 2. 3. 4.

5. 6. 7. 8

9 12 11 8

14 10 18 15

Industri lainnya Bangunan Listrik, Gas dan Air Minum Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Restoran dan Hotel Industri Pengilangan Minyak Jasa-jasa Pengangkutan dan komunikasi

1,65850 1,30056 1,26897 1,22679

1,20395 1,16144 1,03612 1,01495

Sumber: Tabel Input Output Jawa Tengah Tahun 2000, diolah.

Sektor industri lainnya merupakan sektor yang memiliki nilai

indeks keterkaitan ke belakang yang paling tinggi yaitu sebesar 1,65850,

artinya apabila terjadi kenaikan permintaan akhir terhadap sektor industri

lainnya sebesar satu unit maka untuk sektor -sektor ekonomi lainnya yang

ada di Jawa Tengah akan mengalami pertumbuhan output sebesar 1,65850

unit. Begitu juga dengan sektor -sektor lain yang memiliki nilai indeks

keterkaitan ke belakang yang lebih besar dari satu antara lain sektor

bangunan sebesar 1,30056, sektor listrik, gas dan air minum sebesar

Page 74: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

52

1,26897, sektor indutri makanan, mminuman dan tembakau sebesar

1,22629, sektor restoran dan hotel sebesar 1,20395, sektor industri

pengilangan minyak sebesar 1,16144, sektor jasa-jasa 1,03612, dan sektor

pengangkutan dan komunikasi sebesar 1,01495. Sektor yang mempunyai

daya penyebaran tinggi menunjukan sektor tersebut mempunyai daya

dorong yang cukup kuat dibandingkan sektor lainya.

Sedangkan dari hasil olahan data tabel input output Jawa Tengah

tahun 2004, juga dapat diperoleh indeks derajat kepekaan atau indeks

keterkaitan ke depan yang disajikan dalam tabel 4. 7 di bawah ini.

Tabel 4.7

Delapan Sektor Dengan Indeks Total Keterkaitan Ke Kebelakang

Terbesar Menurut Tabel Input Output Tahun 2004

No. Kode I-O Sektor Indeks

DP 1. 2. 3. 4.

5. 6. 7. 8

10 9 12 8

15 14 17 11

Industri Pengilangan Minyak Industri Lainnya Bangunan Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Pengangkutan dan Komunikasi Restoran dan Hotel Pemerintah Umum dan Pertahanan Listrik, Gas dan Air Minum

2,30278 1,42724 1,33914 1.20178

1,17232 1,07521 1,01190 1,00617

Sumber: Tabel Input Output Jawa Tengah Tahun 2004, diolah.

Sektor industri pengilangan minyak merupakan sektor yang

memiliki nilai indeks keterkaitan ke belakang yang paling tinggi yaitu

sebesar 2,30278 , artinya apabila terjadi kenaikan permintaan akhir

terhadap sektor industri pengilangan minyak sebesar satu unit maka untuk

Page 75: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

53

sektor-sektor ekonomi lainnya yang ada di Jawa Tengah akan mengalami

pertumbuhan output sebesar 2,30278 unit. Begitu juga dengan sektor-

sektor lain yang memiliki nilai indeks keterkaitan ke belakang yang lebih

besar dari satu antara lain sektor industri lainnya sebesar 1,42724, sektor

bangunan sebesar 1,33914, sektor indutri makanan, minuman dan

tembakau sebesar 1,20178, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar

1,17232 sektor restoran dan hotel sebesar 1,07521, sektor pemerintah dan

umum dan pertahanan sebesar 1,01190, dan sektor listrik, Gas dan air

minum sebesar 1,00617. Sektor yang mempunyai daya penyebaran tinggi

menunjukan sektor tersebut mempunyai daya dorong yang cukup kuat

dibandingkan sektor lainnya.

Di bawah ini, akan disajikan tabel 4.8 Indeks keterkaitan ke

belakang terbesar menurut tabel input-output pada tahun 2000 dan 2004

sebagai perbandingan.

Page 76: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

54

Tabel 4.8

Indeks Total Keterkaitan Ke Kebelakang Terbesar Menurut

Tabel Input Output Tahun 2000 dan 2004

2004 2000 No. Kode

I-O Sektor Indeks DP

Kode I-O

Sektor Indeks DP

1.

2. 3. 4.

5.

6. 7.

8.

10 9

12 8

15

14 17

11

Industri Pengilangan Minyak Industri Lainnya Bangunan Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Pengangkutan dan Komunikasi Restoran dan Hotel Pemerintah Umum dan Pertahanan Listrik, Gas dan Air Minum

2,30278

1,42724 1,33914 1.20178

1,17232

1,07521 1,01190

1,00617

9 12 11 8

14 10

18 15

Industri lainnya Bangunan Listrik, Gas dan Air Minum Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Restoran dan Hotel Industri Pengilangan Minyak Jasa-jasa Pengangkutan dan komunikasi

1,65850 1,30056 1,26897

1,22679 1,20395 1,16144

1,03612 1,01495

Sumber: Tabel Input Output Jawa Tengah Tahun 2000 dan 2004, diolah.

Berdasarkan tabel 4.8 diatas, terlihat sektor industri pengilangan

minyak mempunyai indeks keterkaitan ke belakang paling tinggi pada

tahun 2004 yaitu sebesar 2,30278 dan meningkat signifikan dari tahun

2000 yang hanya sebesar 1,16144. Selanjutnya industri lainnya menjadi

sektor yang paling dominan setelah industri pengilangan minyak, yaitu

sebesar 1,42724 pada tahun 2004 dan meningkat secara signifikan dari

tahun 2000 sebesar 1,16144. Urutan berikutnya sektor bangunan sebesar

1,33914 pada tahun 2004 dan meningkat dari tahun 2000 sebesar 1,30056.

Dapat dilihat, hampir semua sektor yang mempunyai daya penyebaran

tinggi di jawa tengah pada tahun 2000 masih mendominasi pada tahun

2004. Hanya sektor jasa-jasa mengalami penurunan sehingga tidak

Page 77: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

55

mempunyai indeks penyebaran tinggi pada tahun 2004. Sebaliknya sektor

pemerintah umum dan pertahanan, memiliki indeks peyebaran tinggi pada

tahun 2004 sebesar 1,01190.

3. Hasil Analisis Sektor Kunci

Dari analisis I-O dapat dilihat sektor -sektor kunci yang memiliki

backward linkages (keterkaitan ke belakang) atau disebut juga derajat

kepekaan yang tinggi dan forward linkages (keterkaitan ke depan) atau

daya sebar yang tinggi. Sektor kunci didefinisikan sebagai sektor yang

memegang peranan penting dalam menggerakan roda perekonomian dan

ditentukan berdasarkan indeks total keterkaitan ke belakang dan ke depan.

Sektor kunci adalah sektor yang memiliki indeks total keterkaitan ke

belakang dan ke depan lebih besar dari satu. Dari hasil olah data tabel

input output maka didapat sektor -sektor perekonomian yang memegang

peranan penting dalam perekonomian Jawa Tengah atau disebut juga

sebagai sektor kunci. Dalam tabel 4. 9 disajikan sektor kunci dari

perekonomian Jawa Tengah berdasarkan tabel input output Jawa Tengah

Tahun 2000.

Page 78: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

56

Tabel 4.9

Sektor Kunci Perekonomian Jawa Tengah

Menurut Tabel Input Output Jawa Tengah Tahun 2000

No. Kode I-O Sektor Indeks

DK Indeks

DP 1.

2. 3. 4.

8 9

10 15

Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Industri Lainnya Industri Pengilangan Minyak Pengangkutan dan Komunikasi

1,24356

3,14516 1,00214 1,00164

1,22629

1,65850 1,16144 1,01492

Sumber: Tabel Input Output Jawa Tengah Tahun 2000, diolah.

Berdasarkan tabel 4.9 maka terdapat empat sektor perekonomian

yang menjadi sektor kunci perekonomian Jawa Tengah pada tahun 2000

yaitu sektor indutri makanan, minuman dan tembakau, sektor industri

lainnya, sektor industri pengilangan minyak dan sektor pengangkutan dan

komunikasi. Sektor-sektor inilah yang memegang peranan penting dalam

menggerakkan roda perekonomian Jawa Tengah pada tahun 2000. Sektor

indutri makanan, minuman dan tembakau memiliki nilai indeks daya

penyebaran sebesar 1,22629 dan nilai indeks daya kepekaan sebesar

1,24356. Besaran tersebut menunjukkan apabila terjadi kenaikan

permintaan akhir terhadap sektor indutri makanan. minuman dan tembakau

sebesar satu unit maka sektor -sektor ekonomi lainnya yang ada di Jawa

Tengah akan mengalami peningkatan output sebesar 1,22629 unit.

Sebaliknya, apabila terjadi kenaikan permintaan akhir atas sektor -sektor

ekonomi lainnya sebesar satu unit maka sektor indutri makanan, minuman

dan tembakau akan mengalami peningkatan output sebesar 1,24356 unit.

Page 79: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

57

Selanjutnya industri lainnya yang memiliki nilai indeks daya penyebaran

sebesar 1,65850 dan nilai indeks daya kepekaannya sebesar 3,14516. Nilai

kedua indeks pada sektor industri lainnya ini menunjukkan bahwa apabila

terjadi kenaikan permintaan akhir terhadap sektor industri lainnya sebesar

satu unit maka sektor-sektor ekonomi lainnya yang ada di Jawa Tengah

akan mengalami peningkatan output sebesar 1,65850 unit. Sebaliknya,

apabila terjadi kenaikan permintaan akhir atas sektor -sektor ekonomi

lainnya sebesar satu unit maka sektor listrik dan gas akan mengalami

peningkatan output sebesar 3,14516 unit. Selanjutnya, industri

pengilangan minyak yang memiliki nilai indeks daya penyebaran sebesar

1,11644 dan nilai indeks daya kepekaannya sebesar 1,00214. Nilai kedua

indeks pada sektor industri pengilangan minyak ini menunjukkan bahwa

apabila terjadi kenaikan permintaan akhir terhadap sektor industri

pengilangan minyak sebesar satu unit maka sektor -sektor ekonomi lainnya

yang ada di Jawa Tengah akan mengalami peningkatan output sebesar

1,11644 unit. Sebaliknya, apabila terjadi kenaikan permintaan akhir atas

sektor-sektor ekonomi lainnya sebesar satu unit maka sektor industri

pengilangan minyak akan mengalami peningkatan output sebesar 1,00214

unit. Selanjutnya, untuk sektor pengangkutan dan komunikasi memiliki

nilai indeks daya penyebaran sebesar 1,01495 dan nilai indeks daya

kepekaannya sebesar 1,00614. Nilai indeks pada sektor industri

pengilangan minyak tesebut menunjukkan bahwa apabila terjadi kenaikan

permintaan akhir terhadap sektor industri pengilangan minyak sebesar satu

Page 80: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

58

unit maka sektor-sektor ekonomi lainnya yang ada di Jawa Tengah akan

mengalami peningkatan output sebesar 1,01495 unit. Sebaliknya, apabila

terjadi kenaikan permintaan akhir atas sektor-sektor ekonomi lainnya

sebesar satu unit maka sektor jasa perbankan akan mengalami peningkatan

output sebesar 1,00614 unit.

Sedangkan dalam tabel 4. 10 disajikan sektor kunci dari

perekonomian Jawa Tengah berdasarkan tabel input output Jawa Tengah

Tahun 2004.

Tabel 4.10

Sektor Kunci Perekonomian Jawa Tengah

Menurut Tabel Input Output Jawa Tengah Tahun 2004

No. Kode I-O Sektor Indeks

DK Indeks

DP 1.

2.

8

9

Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Industri Lainnya

1.17136

1.98493

1.20178

1.42724

Sumber: Tabel Input Output Jawa Tengah Tahun 2004, diolah.

Berdasarkan tabel 4.10 maka hanya terdapat dua sektor

perekonomian yang menjadi sektor kunci perekonomian Jawa Tengah

pada tahun 2004 yaitu sektor indutri makanan, minuman dan tembakau,

dan sektor industri lainnya. Sektor -sektor inilah yang memegang peranan

penting dalam menggerakkan roda perekonomian Jawa Tengah pada tahun

2004. Sektor indutri makanan, minuman dan tembakau memiliki nilai

indeks daya penyebaran sebesar 1,20178 dan nilai indeks daya kepekaan

sebesar 1,17136. Besaran tersebut menunjukkan apabila terjadi kenaikan

Page 81: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

59

permintaan akhir terhadap sektor indutri makanan. minuman dan tembakau

sebesar satu unit maka sektor -sektor ekonomi lainnya yang ada di Jawa

Tengah akan mengalami peningkatan output sebesar 1,20178 unit.

Sebaliknya, apabila terjadi kenaikan permintaan akhir atas sektor -sektor

ekonomi lainnya sebesar satu unit maka sektor indutri makanan, minuman

dan tembakau akan mengalami peningkatan output sebesar 1,17136 unit.

Selanjutnya industri lainnya yang memiliki nilai indeks daya penyebaran

sebesar 1,42724 dan nilai indeks daya kepekaannya sebesar 1,98493. Nilai

kedua indeks pada sektor industri lainnya ini menunjukkan bahwa apabila

terjadi kenaikan permintaan akhir terhadap sektor industri lainnya sebesar

satu unit maka sektor-sektor ekonomi lainnya yang ada di Jawa Tengah

akan mengalami peningkatan output sebesar 1,98493 unit. Sebaliknya,

apabila terjadi kenaikan permintaan akhir atas sektor -sektor ekonomi

lainnya sebesar satu unit maka sektor listrik dan gas akan mengalami

peningkatan output sebesar 1,42724 unit. Dalam pembangunan di Jawa

Tengah untuk memacu pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah, maka

sektor-sektor tersebut layak untuk diprioritaskan. Hal ini dikarenakan

sektor-sektor tersebut memiliki daya dorong yang kuat terhadap

penciptaan sektor -sektor ekonomi lainnya dan juga memiliki sensitivitas

yang tinggi terhadap perubahan permintaan akhir dari sektor -sektor

ekonomi lainnya.

Dari tabel 4. 9 dan 4.10, dapat dilihat sektor kunci perekonomian

Jawa Tengah pada tahun 2004 menurun dari tahun 2000. Pada tahun 2000

Page 82: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

60

terdapat empat sektor yang menjadi sektor kunci antara lain sektor industri

makanan, minuman dan tembakau, sektor industri lainnya, sektor industri

pengilangan minyak, dan sektor pengangkutan dan komunikasi.

Sedangkan pada tahun 2004 hanya menjadi dua sektor yaitu sektor industri

makanan, minuman dan tembakau dan sektor industri lainnya. Di bawah

ini disajikan tabel perbandingan sektor kunci Jawa Tengah pada tahun

2000 dan 2004.

Tabel 4.11

Sektor Kunci Perekonomian Jawa Tengah

Menurut Tabel Input Output Jawa Tengah Tahun 2000 dan 2004

2004 2000 Kode I-O

Sektor Indeks DK

Indeks DP

Kode I-O

Sektor Indeks DK

Indeks DP

8

9

Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Industri Lainnya

1.17136

1.98493

1.20178

1.42724

8

9

10

15

Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Industri Lainnya Industri Pengilangan Minyak Pengangkutan dan Komunikasi

1,24356 3,14516 1,00214

1,00164

1,22629

1,65850 1,16144

1,01492

Sumber: Tabel Input Output Jawa Tengah Tahun 2000 dan 2004, diolah

C. Interpretasi Ekonomi

Interpretasi ekonomi dimaksudkan untuk menginterpretasikan hasil

analisis berdasarkan ilmu-ilmu ekomomi terhadap keseluruham hasil analisis.

Dari analisis mengenai sektor kunci perekonomian Jawa Tengah tahun 2000

dan 2004 maka dapat dilakukan interpretasi ekonomi berdasarkan hasil

Page 83: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

61

analisis nilai tambah bruto, analisis indeks keterkaitan ke belakang, analisis

indeks keterkaitan ke depan dan analisis sektor kunci.

Komponen upah dan gaji sebagai pembentuk nilai tambah bruto pada

tahun 2000 yang diciptakan oleh kegiatan ekonomi di Jawa Tengah mencapai

Rp. 33.893.355,43 juta atau sebesar 28,78 persen dari total 117.750.498,96

juta di tahun 2000 dan meningkat sebesar Rp. 58.450.517,29 juta dan

memberikan kontribusi 30,21 persen pada tahun 2004 dengan nilai total

193.435.263,05 juta. Namun ternyata komponen upah dan gaji ternyata relatif

lebih rendah bila dibandingkan dengan surplus usaha, surplus usaha yang

diterima oleh pengusaha satu setengah kali lebih besar dibandingkan

komponen upah dan gaji. Komponen surplus usaha memberikan kontribusi

sebesar 57,86 persen atau senilai 68.133.212,52 juta pada tahun 2000, dan

meskipun pada tahun 2004 menurun menjadi 51,92 persen dengan nilai

100.442.999,19 juta. Padahal upah dan gaji merupakan satu-satunya

komponen nilai tambah yang bisa langsung diterima oleh pekerja. Surplus

usaha sendiri belum tentu dapat langsung dinikmati oleh masyarakat, karena

surplus usaha tersebut sebagian ada yang tersimpan atau ditanam di

perusahaan dalam bentuk laba yang ditahan. Dalam surplus usaha termasuk

juga bagian pendapatan dari tenaga kerja yang tidak dibayar.

Nilai indeks keterkaitan ke depan atau indeks daya kepekaan pada

tahun 2000 terdapat tujuh sektor yang mempunyai indeks keterkaitan ke depan

atau derajat kepekaan, antara lain sektor Industri lainnya, sektor pertambangan

dan penggalian, sektor perdagangan, sektor industri makanan, minuman dan

Page 84: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

62

tembakau, sektor, lembaga keuangan, real estate dan jasa perusahaan, sektor

industri pengilangan minyak dan sektor pengangkutan dan komunikasi.

Sedangkan pada tahun 2004, hanya terdapat empat sektor yang mempunyai

derajat kepekaan lebih dari satu yaitu sektor pertambangan dan penggalian,

sektor industri lainnya, industri makanan minuman dan tembakau dan sektor

perdagangan. Sektor Industr i lainnya memberikan kontribusinya yang paling

tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya pada tahun 2000 sebesar 3,14516.

Nilai ini berarti menunjukkan pegaruh sektor industri lainnya apabila terjadi

kenaikan permintaan akhir atas sektor-sektor lain sebesar satu juta maka

sektor industri lainnya akan mengalami peningkatan output sebesar Rp.

3,14516 juta. Sedangkan pada tahun 2004 sektor yang memiliki indeks

keterkaitan ke depan atau daya kepekaan tinggi adalah sektor yang

pertambangan dan penggalian sebesar 4,07757. Nilai ini berarti menunjukkan

pengaruh sektor pertambangan dan penggalian apabila terjadi kenaikan

permintaan akhir atas sektor -sektor lain sebesar satu juta maka sektor

pertambangan dan penggalian akan mengalami peningkatan output sebesar

Rp. 4,07757 juta. Output yang dihasilkan merupakan komoditi intermedier,

dalam artian merupakan bahan baku bagi industri-industri dan sektor -sektor

perekonomian lainnya.

Nilai indeks keterkait an ke belakang atau daya penyebaran pada tahun

2000 terdapat delapan sektor antara lain industri lainnya, bangunan listrik, gas

dan air minum, industri makanan, minuman dan tembakau, restoran dan hotel,

industri pengilangan minyak, jasa-jasa, pengangkutan dan komunikasi. Sektor

Page 85: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

63

yang mempunyai nilai indek penyebaran paling tinggi pada tahun 2000 adalah

sektor Industri lainnya yang memberikan kontribusi sebesar 1,65850 yang

artinya apabila terjadi kenaikan permintaan akhir terhadap sektor industri

lainnya sebesar satu unit maka untuk sektor-sektor ekonomi lainnya yang ada

di Jawa Tengah akan mengalami pertumbuhan output sebesar 1,65850 unit.

Sedangkan pada tahun 2004, sektor industri pengilangan minyak merupakan

sektor yang memiliki nilai indeks keterkaitan ke belakang yang paling tinggi

yaitu sebesar 2,30278 , artinya apabila terjadi kenaikan permintaan akhir

terhadap sektor industri pengilangan minyak sebesar satu unit maka untuk

sektor-sektor ekonomi lainnya yang ada di Jawa Tengah akan mengalami

pertumbuhan output sebesar 2,30278 unit. Sektor yang mempunyai daya

penyebaran tinggi menunjukan sektor tersebut mempunyai daya dorong yang

cukup kuat dibandingkan sektor lainnya.

Terdapat empat sektor perekonomian yang menjadi sektor kunci

perekonomian Jawa Tengah pada tahun 2000 yaitu sektor indutri makanan,

minuman dan tembakau, sektor industri lainnya, sektor industri pengilangan

minyak dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor -sektor inilah yang

memegang peranan penting dalam menggerakkan roda perekonomian Jawa

Tengah pada tahun 2000. Sedangkan tahun 2004 hanya terdapat dua sektor

perekonomian yang menjadi sektor kunci perekonomian Jawa Tengah yaitu

sektor indutri makanan, minuman dan tembakau, dan sektor industri lainnya.

Sektor-sektor inilah yang memegang peranan penting dalam menggerakkan

roda perekonomian Jawa Tengah pada tahun 2004.

Page 86: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

74

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis input output dengan menggunakan Tabel Input

Output Jawa Tengah pada tahun 2000 dan tahun 2004 tentang analisis sektor kunci

dalam struktur perekonomian Jawa Tengah tahun 2000 dan 2004 maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Komponen pembentuk nilai tambah bruto dengan peranan terbesar adalah surplus

usaha. Pada tahun 2000 peranan komponen ini dalam pembentukan nilai tambah

di Jawa Tengah adalah sebesar 57.86 persen dengan nilai sebesar Rp.

68.133.212,52 juta dan pada tahun 2004 menurun menjadi 51,92 persen dengan

nilai sebesar Rp. 100.442.999,19 juta.

2. Jumlah permintaan akhir yang tercipta masing-masing pada tahun 2000 dan 2004

adalah sebesar Rp. 272.703.047 juta dan Rp. 170.021.068 juta. Komponen

konsumsi rumah tangga menjadi pengguna PDRB terbesar selama kurun waktu

tersebut. Bila pada tahun 2000 sebanyak 55,38 persen PDRB Jawa Tengah

digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga maka pada tahun 2004

meningkat menjadi sekitar 65,25 persen. Sebaliknya, terjadi penurunan persentase

penggunaan PDRB untuk pembentukan modal tetap bruto. Pada tahun 2000

sebanyak 17,13 persen PDRB digunakan untuk investasi melalui pembentukan

modal tetap bruto namun pada tahun 2004 persentasenya turun menjadi hanya

sebesar 16,81 persen. Sementara itu ekspor netto Jawa Tengah mengalami sedikit

Page 87: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

75

peningkatan. Pada tahun 2000 komponen ekspor netto PDRB menunjukkan

peranan sebesar 8.50 persen namun pada tahun 2004 peranannya meningkat

cukup signifikan, yakni menjadi 10.63 persen.

3. Nilai indeks keterkaitan ke depan atau indeks daya kepekaan pada tahun 2000

terdapat tujuh sektor yang mempunyai indeks keterkaitan ke depan atau derajat

kepekaan, antara lain sektor Industri lainnya, sektor pertambangan dan

penggalian, sektor perdagangan, sektor industri makanan, minuman dan

tembakau, sektor, lembaga keuangan, real estate dan jasa perusahaan, sektor

industri pengilangan minyak dan sektor pengangkutan dan komunikasi.

Sedangkan pada tahun 2004, hanya terdapat empat sektor yang mempunyai

derajat kepekaan lebih dari satu yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor

industri lainnya, industri makanan minuman dan tembakau dan sektor

perdagangan. Sektor Industri lainnya memberikan kontribusinya yang paling

tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya pada tahun 2000 sebesar 3,14516.

Nilai ini berarti menunjukkan pegaruh sektor industri lainnya apabila terjadi

kenaikan permintaan akhir atas sektor-sektor lain sebesar satu juta maka sektor

industri lainnya akan mengalami peningkatan output sebesar Rp. 3,14516 juta.

Sedangkan pada tahun 2004 sektor yang memiliki indeks keterkaitan ke depan

atau daya kepekaan tinggi adalah sektor yang pertambangan dan penggalian

sebesar 4,07757. Nilai ini berarti menunjukkan pengaruh sektor pertambangan

dan penggalian apabila terjadi kenaikan permintaan akhir atas sektor-sektor lain

sebesar satu juta maka sektor pertambangan dan penggalian akan mengalami

peningkatan output sebesar Rp. 4,07757 juta.

Page 88: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

76

4. Nilai indeks keterkaitan ke belakang atau daya penyebaran pada tahun 2000

terdapat delapan sektor antara lain industri lainnya , bangunan listrik, gas dan air

minum, industri makanan, minuman dan tembakau, restoran dan hotel, industri

pengilangan minyak, jasa-jasa, pengangkutan dan komunikasi. Sektor yang

mempunyai nilai indek penyebaran paling tinggi pada tahun 2000 adalah sektor

industri lainnya yang memberikan kontribusi sebesar 1,65850 yang artinya

apabila terjadi kenaikan permintaan akhir terhadap sektor industri lainnya sebesar

satu unit maka untuk sektor-sektor ekonomi lainnya yang ada di Jawa Tengah

akan mengalami pertumbuhan output sebesar 1,65850 unit. Sedangkan pada tahun

2004, sektor industri pengilangan minyak merupakan sektor yang memiliki nilai

indeks keterkaitan ke belakang yang paling tinggi yaitu sebesar 2,30278 , artinya

apabila terjadi kenaikan permintaan akhir terhadap sektor industri pengilangan

minyak sebesar satu unit maka untuk sektor-sektor ekonomi lainnya yang ada di

Jawa Tengah akan mengalami pertumbuhan output sebesar 2,30278 unit.

5. Sektor kunci perekonomian Jawa Tengah pada tahun 2000 yaitu sektor indutri

makanan, minuman dan tembakau, sektor industri lainnya, sektor industri

pengilangan minyak dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor-sektor

inilah yang memegang peranan penting dalam menggerakkan roda perekonomian

Jawa Tengah pada tahun 2000. Sedangkan tahun 2004 hanya terdapat dua sektor

perekonomian yang menjadi sektor kunci perekonomian Jawa Tengah yaitu sektor

indutri makanan, minuman dan tembakau, dan sektor industri lainnya. Ini

memperlihatkan bahwa terjadi penurunan dalam perekonomian Jawa Tengah pada

tahun 2004 bila dibandingkan dengan tahun 2000.

Page 89: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

77

B. Saran

Dari kesimpulan diatas maka berikut ini dikemukan beberapa saran

tentang analisis sektor kunci dalam struktur perekonomian Jawa Tengah tahun

2000 dan 2004. Adapun saran yang dikemukan diharapkan dapat bermanfaat bagi

pengambilan kebijakan pemerintah dan bagi penelitian selanjutnya.

1. Sektor indutri makanan, minuman dan tembakau, dan sektor industri lainnya

perlu mendapat perhatian dari pemerintah Jawa Tengah karena sektor indutri

makanan, minuman dan tembakau, sektor industri lainnya sangat berperan

dalam memacu pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah pada tahun 2000 dan

2004. Sektor indutri makanan, minuman dan tembakau, dan sektor industri

lainnya memiliki daya dorong yang kuat terhadap penciptaan sektor-sektor

ekonomi lainnya dan juga memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap

perubahan permintaan akhir dari sektor-sektor ekonomi lainnya.

2. Pemerintah propinsi Jawa Tengah juga harus memberikan perhatian lebih

terhadap sektor industri pengilangan minyak dan sektor pengangkutan dan

komunikasi yang pada tahun 2000 menjadi sektor kunci namun pada tahun

2004 sektor-sektor tersebut tidak lagi menjadi sektor kunci.

3. Sektor-sektor lain yang pada tahun 2000 dan 2004 memiliki indeks

keterkaitan ke depan atau daya kepekaan yang tinggi seperti sektor industri

lainnya, sektor pertambangan dan pengga lian, sektor perdagangan, sektor,

lembaga keuangan, real estate dan jasa perusahaan di usahakan juga agar

menjadi sektor kunci pada tahun-tahun selanjutnya, dengan memberikan

regulasi khusus dari pemerintah Jawa Tengah.

Page 90: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

78

4. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menambahkan beberapa analisis lagi

sehingga benar-benar dapat menganalisis sebuah peranan sektor ekonomi

terhadap perekonomian Jawa Tengah.

Page 91: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2002. Analisis Lanjutan Tabel Input-Output DKI Jakarta 2000: Tinjauan

Perekonomian.. Badan Pusat Statistik: DKI Jakarta.

______ . 2000. Kerangka Teori dan Analisis Tabel Input Output. Badan Pusat

Statistik:DKI Jakarta.

______ . 2000. Tabel Input Output Indonesia Tahun 2000. Badan Pusat Statistik. DKI

Jakarta.

______ . 2003. Tabel Input Output Indonesia Updating 2003. Badan Pusat Statistik.

DKI Jakarta.

______ . 2000. Tabel Input Output Jawa Tengah Tahun 2000. Badan Pusat

Statistik:Jawa Tengah.

______ . 2004. Tabel Input Output Jawa Tengah Tahun 2004. Badan Pusat Statistik:

Jawa Tengah.

______ .2003. Statistik Sosial dan Kependudukan Jawa Tengah. Hasil Susenas 2003.

Semarang.: BPS Jawa Tengah.

Arsyad, Lincoln. 1999. Ekonomi Pembayaran. Bagian Penerbitan STIE YKPN :

Yogyakarta.

Boediono . 1985. Teori Pertumbuhan Ek onomi. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta.

Dumairy. 1997. Matematika Terapan Untuk Bisnis dan Ekonomi. BPFE Yogyakarta.

Yogyakarta.

_______ . 1997. Perekonomian Indonesia. Erlangga. Jakarta.

Page 92: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

Jhingan, M.L. 1998. Beberapa Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah..

Rajawali Press. Jakarta.

Mafruhah Izza. 2001. Perubahan Paradigma Pembangunan Daerah di Indonesia.

JurnalEkonomi Pembangunan. BPFE Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Surakarta.

Miller, Ronald E, dan Peter H. Blair. 1989. Input Output Analysis: Foundation and

Extensions, Prentice Hall. New Jersey.

Nazara, Suahasil. 1997. Analisis Input Output. Lembaga Penerbitan Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Nurhayati. Siti. Fatimah. 2002. Analisis Penetuan Spesialisasi Sektor di Kabupaten

Boyolali Dalam Menghadapi Implementasi Otonomi Daerah: Masa Krisis

Ekonomi 1997-1999. Jurnal Ekonomi Pembangunan. BPFE Universitas

Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Prapto Yuwono. 1999,“Penentuan Sek tor Unggulan Menghadapi Implementasi UU

22/1999 Dan UU 45/1999 (Studi Kasus Kotamadya Dati Ii Salatiga)”. Kritis

Volume XII No: November 1990, Salatiga.

Kamaluddin , R. 1987. Beberapa Aspek Pembangunan Nasional dan Pembangunan

Daerah. LPFE-UI. Jakarta.

______________. 1999. Pengantar Ekonomi Pembangunan. Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Sunaryo, Teguh. 2001. Evaluasi Dampak Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

dan Tenaga Kerja Terhadap Output Sektoral Tahun 1990 dan 1991 (Analisis

Page 93: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

Input Output). Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Surakarta.

Suparmoko, M dan Irawan. 1997. Ekonomi Pembangunan. Penerbit BPFE.

Yogyakarta.

Tambunan, Tulus, 2001. Industri di Negara Berkembang Kami Indonesia. Ghalis.

Jakarta.

Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional:Teori dan Aplikasi. Bumi Aksara.

Jakarta.

Page 94: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

TABEL INPUT OUTPUT JAWA TENGAH TAHUN 2000 ATAS

DASAR HARGA PRODUSEN (JUTAAN RUPIAH)

Sektor 1 2 3 4 5 6

1 369399.94 0 0 80816.78 0 161.42

2 0 272147.94 0 37709.21 0 1047.92

3 0.87 1255.13 39831.27 27559 0 4.32

4 46594.61 145061.88 12894.33 41845.53 0 1844.78

5 591.65 2964.64 10415.21 3823.79 15007.74 2132.28

6 71806.69 3944.11 2334.62 6747.19 2225.8 67701.47

7 0 0 0 42.74 0 0

8 0 0 9290.36 1178618.3 0 106010.42

9 722721.61 747181.11 321424.48 53411.22 48729.95 57749.91

10 596.09 10960.66 13349.3 15986.91 29053.16 81479.84

11 0 0 2348.18 6393.9 3349.54 1851.53

12 16393.28 22234.97 22032.67 8724.6 31473.54 3846.69

13 59572 66460.77 48104.55 124839.92 20581.67 54223.03

14 0 7415.72 2229.99 1074.64 8989.12 4090.07

15 15756.16 51281.73 17848.62 45829.21 20182.26 14607.39

16 34427.19 13047.22 11756.82 3350.47 35644.41 5994.6

17 0 126.19 1494.91 759.28 0 559.21

18 14211.1 11429.26 10985.82 4586.01 45891.81 2430.98

19 0 0 0 0 0 0

190 1352071.2 1355511.3 526341.13 1642118.7 261129 405735.86

200 0 0 0 0 0 0

201 1628739.5 1508587.3 597395.55 667608.45 341294.67 366300.07

202 7357148.9 9727245.4 1115668.6 2782228.5 1154421.1 1531008

203 161614.32 40040.54 53720.95 71109.26 68053.77 78733.13

204 77199.03 77704.49 12952.29 39843.59 14351.04 18245.92

205 0 0 0 0 0 0

209 9224701.8 11353578 1779737.3 3560789.8 1578120.6 1994287.1

210 10576773 12709089 2306078.5 5202908.4 1839249.6 2400023

Page 95: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

Sektor 7 8 9 10 11 12

1 0 10105039 1286.37 0 0 0

2 0 1953661 868.17 0 0 0

3 0 2910902 564779.89 150.56 0 0

4 0 1506375.5 40037.31 0 0 0

5 1099.54 1440.28 752474.55 0 0 187078.14

6 0 759526.63 442.74 0 0 0

7 1888.09 5123.42 502781.16 9831565.1 252194.4 1117166.7

8 0 5719817.9 273996.19 0 0 0

9 46652.11 1144475 19787284 214603.54 184244.51 2694044.2

10 33887.7 172527.6 624690.75 208614.06 261465.85 350905.23

11 334.69 63306.66 328309.48 43850.63 182974.92 4122.64

12 10428.24 15851.01 53155.51 53694.74 34369.75 13015.18

13 23215.59 2234720.2 2856048.3 220811 179974.12 1156138.4

14 12200.42 87459.62 215343.66 146437.56 1455.25 44859.18

15 36615.47 641928.19 1081985.2 176451.87 9540.29 32243.26

16 33934.98 323323.53 709256.97 138475.61 159352.46 440199.93

17 91.66 8085.03 26402.04 5794.13 568.21 2102.42

18 10739.46 90814.88 82060.49 61381.99 15604.39 20932.39

19 0 0 0 0 0 0

190 211087.95 27744377 27901202 11101831 1281744.2 6062807.6

200 0 0 0 0 0 0

201 389227.97 3210897.7 3389639.8 922068.98 196859.11 2613000.6

202 631267.68 8125268.8 5506946.2 4214164.6 336886.24 1581767.7

203 85804.26 1655877.8 1403368.7 881295.46 323142.17 349406.15

204 34507.69 2918564.1 698252.86 72061.29 13276.31 243828.2

205 0 0 -2659.25 0 0 0

209 1140807.6 15910608 10995548 6089590.3 870163.83 4788002.6

210 1351895.6 43654986 38896751 17191421 2151908 10850810

Page 96: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

Sektor 13 14 15 16 17 18

1 406.78 0 0 0 210.69 14.85

2 863.43 318489.43 206.71 0 41664.44 37864.07

3 228.67 48952.28 122.84 2.85 2486.34 6073.36

4 0 492677.36 2262.08 0 18013.39 21362.41

5 144.06 7139.09 330.66 0 245.66 1336.76

6 0 217629.17 460.65 0 5862.58 2723.12

7 145.75 6.7 462.36 0 1382.46 1052.27

8 8357.27 2510834.1 28692.95 1784.03 132966.05 123525.87

9 859681.71 97505.34 244426.37 421204.21 1024681.5 852619.82

10 301032.54 72375.67 699997.92 44424.72 132389.98 7413.61

11 211541.89 69639.99 35345.6 32153.6 82122.3 21178.89

12 174665.88 30514.19 153779 351117.89 315293.27 28372.55

13 206438.68 287602.07 231273.45 91952.54 182340.87 114480.81

14 413633.38 9463.17 89384.8 65273.53 496864.92 11484.67

15 742542 428677.63 571232.8 127061.78 449148.82 61374.56

16 1917739.3 154414.58 364057.5 374968.96 183358.03 116850.62

17 1568.83 1944.84 8456.54 14257.49 37722.86 2778.98

18 243080.15 19767.34 501352.66 113135.31 179796.31 77896.28

19 0 0 0 0 0 0

190 5082070.3 4767633 2931844.9 1637336.9 3286550.5 1488403.5

200 0 0 0 0 0 0

201 4152013.9 1548779.9 1325751.8 1965169.8 7390469.6 1679550.8

202 11996085 2091044.8 2707112.5 6087907.5 0 1187041.1

203 1104659.4 249302.5 1061534.9 784133.51 373459.1 464302.4

204 1243703 325603.44 87163.06 538218.99 0 101556.75

205 0 0 0 0 0 0

209 18496461 4214730.6 5181562.3 9375429.8 7763928.7 3432451

210 23578532 8982363.6 8113407.2 11012767 11050479 4920854.5

Page 97: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

Sektor 19 180 301 302 303

1 0.00 11,593,149.47 0.00 0.00 0.00

2 0.00 3,873,001.66 10,954,591.82 0.00 0.00

3 0.00 6,167,244.05 1,519,070.73 0.00 0.00

4 0.00 1,315,752.94 5,122,255.59 0.00 504,512.40

5 0.00 3,252,179.10 278,557.45 0.00 0.00

6 0.00 850,981.97 1,450,347.01 0.00 0.00

7 0.00 43,225,982.69 1,427.88 0.00 0.00

8 0.00 15,858,723.75 38,567,660.79 0.00 0.00

9 0.00 47,942,232.10 20,351,477.22 0.00 4,468,366.16

10 0.00 11,278,113.41 10,915,540.84 0.00 0.00

11 0.00 4,565,589.81 2,422,149.20 0.00 0.00

12 0.00 2,884,710.71 0.00 0.00 26,391,623.17

13 0.00 26,148,285.14 10,338,607.44 0.00 709,732.87

14 0.00 10,449,772.53 3,047,709.32 0.00 0.00

15 0.00 10,901,479.13 6,655,786.58 0.00 158,949.34

16 0.00 3,729,639.56 5,664,169.88 0.00 0.00

17 0.00 635,459.14 5,277,071.60 19,450,222.93 0.00

18 0.00 2,440,680.68 4,015,217.55 0.00 369,994.05

19 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

190 0.00 207,112,977.84 126,581,640.90 19,450,222.93 32,603,177.99

200 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

201 0.00 58,450,517.29

202 0.00 100,442,999.19

203 0.00 18,718,562.45

204 0.00 16,848,370.66

205 0.00 -1,025,186.54

209 0.00 193,435,263.05

210 0.00 400,548,240.89

Sektor 304 305AD 305AP 305LN 305 309

Page 98: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

1 15359.23 4077.97 0 0 4077.97 19,437.20

2 291396.31 4108129.1 673335.12 53560.9 4835025.1 10,241,931.17

3 32860.26 131273.23 5916.91 190804.06 327994.2 1,169,744.21

4 73511.26 36203.23 24456.29 60747.75 121407.27 1,211,869.67

5 249057.25 62362.48 54681.78 37475.01 154519.27 2,924,378.51

6 7840.31 56890.19 0 226447.55 283337.74 1,259,305.24

7 958980.18 71267.37 1035.48 1902.8 74205.65 1,033,185.83

8 2124001.8 10743481 1939208.1 828353.87 13511042 35,794,534.13

9 848220.45 11821405 2958508.4 6324861 21104775 36,608,262.90

10 0 542717.26 18179504 1440020.6 20162242 21,472,371.86

11 0 0 0 0 0 1,063,083.54

12 0 0 0 0 0 9,511,847.21

13 0 2785183.2 2641925.7 1602517.5 7029626.3 15,419,753.86

14 0 1699.25 32827.97 414426.76 448953.98 7,839,089.05

15 0 390521.57 409921.27 287495.56 1087938.4 4,107,135.67

16 0 0 0 0 0 5,992,613.56

17 0 0 0 0 0 10,937,766.60

18 0 0 0 0 0 3,414,757.87

19 0 0 0 0 0 0.00

190 4601227.1 30755211 26921321 11468613 69145145 170,021,068.08

200 0 0 0 0 0 0.00

Sektor 310 401AD 401AP 401LN 401 402

1 10576772.95 0 0 0 0 0

Page 99: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

2 12906453.48 71637.95 10.22 123553.56 195201.73 276.5

3 4772093.6 1726494.5 726494.49 14697.23 2464885.5 1006.78

4 5253347.71 40932.64 0 9122.23 50054.87 341.68

5 2198093.72 340.57 358501.06 0.57 358842.2 1.94

6 2400710.01 111.03 95.02 461 667.05 1.01

7 12746996.99 376899.32 8529499.5 2475373.7 11381773 7546.59

8 45888427.53 432966.4 193829.88 1519160.8 2145957.1 31756.13

9 66130903.05 13308153 6774825.3 6744848.3 26827826 191445.61

10 24533523.45 743588.56 5640377.4 884722.89 7268688.8 44593.42

11 2151907.98 0 0 0 0 0

12 10850810.17 0 0 0 0 0

13 23578531.72 0 0 0 0 0

14 9456748.75 11366.64 11366.64 454455.35 474385.2 0

15 8631442.9 332135.49 332135.49 518035.69 518035.69 0

16 11012766.69 0 0 0 0 0

17 11050479.22 0 0 0 0 0

18 4920854.5 0 0 0 0 0

19 0 0 0 0 0 0

190 269,060,864.42 17044626 22567135 12744431 51686317 276969.66

200 0 0 0 0 0 0

Sektor 403 409 501+502 503 509 600

1 0 0 0 0 0 10576772.95

2 1886.23 197364.46 0 0 0 12709089.02

3 122.89 2466015.1 0 0 0 2306078.47

4 42.73 50439.28 0 0 0 5202908.43

Page 100: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

5 0 358844.14 0 0 0 1839249.58

6 19 687.06 0 0 0 2400022.95

7 5782.27 11395101 0 0 0 1351895.55

8 55728.74 2233441.9 0 0 0 43654985.6

9 214880.54 27234152 0 0 0 38896750.61

10 28820.09 7342102.4 0 0 0 17191421.1

11 0 0 0 0 0 2151907.98

12 0 0 0 0 0 10850810.17

13 0 0 0 0 0 23578531.72

14 0 474385.2 0 0 0 8982363.55

15 0 518035.69 0 0 0 8113407.21

16 0 0 0 0 0 11012766.69

17 0 0 0 0 0 11050479.22

18 0 0 0 0 0 4920854.5

19 0 0 0 0 0 0

190 307282.49 52270569 0 0 0 216,790,295.30

200 0 0 0 0 0 0

Page 101: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

Sektor 700

1 10576772.95

2 12906453.48

3 4772093.6

4 5253347.71

5 2198093.72

6 2400710.01

7 12746996.99

8 45888427.53

9 66130903.05

10 24533523.45

11 2151907.98

12 10850810.17

13 23578531.72

14 9456748.75

15 8631442.9

16 11012766.69

17 11050479.22

18 4920854.5

19 0

190 269,060,864.42

200 0

Page 102: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

Tabel 2 Lampiran

MATRIKS INVERS, INDEKS KETERKAITAN KE DEPAN DAN INDEKS KETERKAITAN KE BELAKANG TAHUN 2000

Sektor 1 2 3 4 5 61 1.0371156 0.0013964 0.0027241 0.0805461 0.0009643 0.0133342 0.0002787 1.0222907 0.0007828 0.0198996 0.0006483 0.0031613 0.0025133 0.0024278 1.022964 0.0246389 0.0015576 0.00477014 0.0050018 0.0122072 0.0067721 1.0183681 0.0007367 0.0031245 0.0030846 0.002832 0.0109394 0.0022567 1.0101979 0.00233346 0.0073612 0.000498 0.0014207 0.0068096 0.0015212 1.03021367 0.0048517 0.0047616 0.0145823 0.006612 0.0154769 0.02398618 0.0035004 0.0049828 0.0108545 0.2674637 0.0039567 0.05507139 0.1513994 0.1291034 0.3099383 0.0663931 0.0820931 0.0669687

10 0.0042318 0.0046089 0.015285 0.008705 0.0209953 0.039362311 0.0017107 0.0014939 0.0048176 0.0030845 0.0034219 0.002171712 0.0025812 0.0026566 0.0120925 0.0035242 0.0192184 0.003045613 0.0186287 0.0166049 0.0486528 0.0463003 0.0222616 0.033645414 0.0014436 0.0018795 0.0043602 0.0024234 0.0066207 0.003629415 0.0074638 0.009528 0.02108 0.0185552 0.0170449 0.012402716 0.0088876 0.005965 0.0183258 0.0099999 0.0269777 0.009272717 0.000133 0.0001258 0.0009443 0.0003049 0.0001424 0.000346218 0.0026847 0.0022304 0.0082105 0.0038108 0.0276734 0.003026619 0 0 0 0 0 0

0.0664669 0.0645049 0.0797235 0.0836682 0.0663952 0.0689403BL/DP 0.7828594 0.7597502 0.938998 0.9854592 0.7820147 0.8119906Sumber :BPS Jawa Tengah Diolah

Page 103: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

Tabel 2 lanjutan

MATRIKS INVERS, INDEKS KETERKAITAN KE DEPAN DAN INDEKS KETERKAITAN KE BELAKANG TAHUN 2000

Sektor 7 8 9 10 11 121 0.0012474 0.2806089 0.0060337 0.0016362 0.0014153 0.0023462 0.0007434 0.0539597 0.0019432 0.000994 0.000723 0.00101073 0.0017695 0.0816651 0.032696 0.0018629 0.0041701 0.00887644 0.0009768 0.0434348 0.004285 0.0012979 0.0010579 0.00173285 0.0028078 0.0034917 0.0411713 0.0023901 0.0055394 0.02843376 0.0003964 0.0231613 0.0010365 0.0005465 0.0003575 0.00056647 1.0220531 0.0106361 0.0584322 0.5945957 0.2206652 0.14196278 0.0051196 1.1669766 0.0245566 0.0067191 0.0057845 0.0095749 0.0906254 0.1491653 2.0907451 0.0870675 0.2504891 0.5503693

10 0.0317614 0.0132691 0.048505 1.0334971 0.1501677 0.052333511 0.0019276 0.0045091 0.0220025 0.0046623 1.0975888 0.007842512 0.0102864 0.0042273 0.0096765 0.010135 0.0252631 1.008151413 0.0284088 0.0790826 0.1655485 0.0341447 0.1225002 0.156201514 0.0112019 0.0054491 0.0170682 0.0159565 0.0087228 0.012713715 0.0351509 0.0287331 0.0736678 0.0341184 0.0272988 0.032050816 0.0337395 0.0225329 0.0627275 0.0316567 0.1092317 0.073280417 0.0002383 0.0004608 0.0016598 0.0005445 0.0007254 0.000755718 0.0115737 0.0068284 0.0136593 0.0117534 0.0153452 0.009794219 0 0 0 0 0 0

0.0678962 0.1041154 0.1408113 0.0986094 0.1077392 0.1104208BL/DP 0.7996937 1.2262894 1.6585007 1.1614391 1.2689721 1.3005561

Sumber :BPS Jawa Tengah Diolah

Page 104: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

Tabel 2 lanjutan

MATRIKS INVERS, INDEKS KETERKAITAN KE DEPAN DAN INDEKS KETERKAITAN KE BELAKANG TAHUN 2000

Sektor 13 14 15 16 17 181 0.0021547 0.0836919 0.003207 0.0010512 0.0083175 0.0089432 0.0012996 0.0527583 0.0017865 0.0005984 0.0074288 0.01000973 0.0022683 0.030691 0.0029383 0.0019749 0.0063499 0.00954134 0.0016343 0.0688714 0.0021293 0.0007846 0.0060557 0.00672855 0.0022746 0.0030104 0.0029989 0.0027624 0.0052709 0.00802716 0.0006913 0.0319567 0.0007678 0.0002975 0.0024776 0.00150497 0.0162545 0.015591 0.0633745 0.0113352 0.0225892 0.01510078 0.0087824 0.3442823 0.0132053 0.0043125 0.0341507 0.03676089 0.1030571 0.0926078 0.1242463 0.1094484 0.2347863 0.3851179

10 0.0214342 0.0213698 0.1016576 0.0101303 0.025633 0.013656511 0.0118085 0.0112473 0.0078358 0.0048484 0.0118371 0.009404412 0.0120914 0.0076252 0.0247264 0.034368 0.0324246 0.009369513 1.0228918 0.0656125 0.0498047 0.0227607 0.0455901 0.058633814 0.0200101 1.0048755 0.0157516 0.007852 0.0488396 0.006591215 0.0411509 0.0648735 1.0871438 0.018336 0.0575514 0.029643216 0.0928656 0.0334965 0.0634135 1.0428631 0.0331219 0.040966817 0.0003323 0.0005171 0.0014014 0.0014734 1.0037465 0.000954618 0.0149524 0.0090751 0.0708803 0.012875 0.0223322 1.02045919 0 0 0 0 0 0

0.0724186 0.1022186 0.086172 0.0677933 0.084658 0.0879691BL/DP 0.8529596 1.2039488 1.0149497 0.7984812 0.9971175 1.0361157

Sumber :BPS Jawa Tengah Diolah

Page 105: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

Tabel 2 lanjutan

MATRIKS INVERS, INDEKS KETERKAITAN KE DEPAN DAN INDEKS KETERKAITAN KE BELAKANG TAHUN 2000

Sektor 19 FL/DK x1 0 0.0808807 0.95262728 10576772.952 0 0.0621219 0.73168305 12709089.023 0 0.0654566 0.77095951 2306078.474 0 0.0623789 0.73470966 5202908.435 0 0.0599906 0.70658057 1839249.586 0 0.0585045 0.68907601 2400022.957 0 0.1190979 1.40275684 1351895.558 0 0.1055818 1.24356100 43654985.69 0 0.2670327 3.14515898 38896750.61

10 0 0.0850844 1.00213915 17191421.111 0 0.0638008 0.75145696 2151907.9812 0 0.0648139 0.76338914 10850810.1713 0 0.1072249 1.26291439 23578531.7214 0 0.0629152 0.74102653 8982363.5515 0 0.0850417 1.00163689 8113407.2116 0 0.0904908 1.06581661 11012766.6917 0 0.0534109 0.62908274 11050479.2218 0 0.0666929 0.78552057 4920854.519 1 0.0526316 0.61990415 0

0.0526316 0.0849028 216790295.3BL/DP 0.6199042 0

Sumber :BPS Jawa Tengah Diolah

Page 106: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

Tabel 4 Lampiran

MATRIKS INVERS, INDEKS KETERKAITAN KE DEPAN DAN INDEKS KETERKAITAN KE BELAKANG TAHUN 2004

Sektor 1 2 3 4 5 61 1.1125917 0.0012085 0.0042002 0.0704527 0.0016037 0.01568372 0.0002444 1.0320958 0.001222 0.0170997 0.0012069 0.00434693 0.0015603 0.0010007 1.0220316 0.0217538 0.0018603 0.00684594 0.0043271 0.012817 0.0123844 1.0047347 0.0012814 0.00245225 0.0019374 0.0010686 0.0080133 0.0023892 1.0126114 0.00202056 0.005178 0.0003348 0.0037967 0.0032479 0.0063258 1.01400387 0.0141956 0.0135261 0.0752935 0.0675051 0.141043 0.16481998 0.0042149 0.0058968 0.0179721 0.3132662 0.0099177 0.0907989 0.0513749 0.0269756 0.1888389 0.0604074 0.0559938 0.0451363

10 0.0032557 0.0033741 0.0186355 0.0181282 0.0411095 0.050009911 0.0017041 0.0020816 0.0072894 0.0063888 0.0064424 0.004051912 0.0014287 0.0018048 0.0207303 0.0033563 0.0420756 0.0032913 0.0138204 0.0323573 0.0572931 0.0831962 0.0354472 0.054428114 0.0018399 0.0033052 0.010929 0.0196914 0.0246225 0.013986415 0.0066005 0.0060643 0.0246631 0.0260923 0.0199474 0.017115616 0.0020967 0.0017323 0.0050171 0.0063879 0.0079897 0.005237517 0.0001255 0.0001204 0.0008282 0.0005672 0.0004747 0.000555918 0.0007488 0.000722 0.0038259 0.0040879 0.0121272 0.002203319 0 0 0 0 0 0

0.0645918 0.0603414 0.0780508 0.090987 0.0748463 0.0787887BL/DP 0.6631135 0.6194775 0.8012859 0.9340919 0.7683886 0.8088619

Sumber : BPS Jawa Tengah Tahun 2000 Diolah

Page 107: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

Tabel 4 Lanjutan

MATRIKS INVERS, INDEKS KETERKAITAN KE DEPAN DAN INDEKS KETERKAITAN KE BELAKANG TAHUN 2004

Sektor 7 8 9 10 11 121 0.00010 0.174298 0.0119047 0.00031 0.00038 0.004892 0.00008 0.0408585 0.0037988 0.00024 0.00024 0.002403 0.00011 0.0769908 0.0377708 0.00035 0.00060 0.011824 0.00008 0.0076879 0.0045644 0.00027 0.00025 0.002675 0.00019 0.0072987 0.0617941 0.00060 0.00094 0.043596 0.00003 0.0102849 0.0016504 0.00008 0.00008 0.001037 1.00981 0.200514 0.3236202 3.21035 0.69595 0.450518 0.00059 1.1239815 0.0712034 0.00195 0.00233 0.029639 0.00317 0.1909759 1.6685344 0.01034 0.02157 0.49209

10 0.00269 0.0538052 0.0660147 1.00879 0.03982 0.1030311 0.00022 0.0153644 0.0421268 0.00072 1.03700 0.0198312 0.00169 0.0077898 0.011245 0.00541 0.00498 1.0095413 0.00234 0.1619927 0.203946 0.00768 0.03450 0.1795514 0.00161 0.0602434 0.0343897 0.00519 0.00433 0.0376015 0.00179 0.0625986 0.0727238 0.00732 0.01297 0.0547616 0.00030 0.0159597 0.0166111 0.00100 0.00359 0.0212317 0.00003 0.0015336 0.001675 0.00012 0.00029 0.0028218 0.00033 0.0119873 0.0078627 0.00109 0.00230 0.0113819 0.00000 0 0 0.00000 0.00000 0.00000

0.05395 0.1170613 0.1390229 0.22431 0.09801 0.13044BL/DP 0.55391 1.2017767 1.4272395 2.30278 1.00617 1.33914

Sumber : BPS Jawa Tengah Tahun 2000 Diolah

Page 108: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

Tabel 4 Lanjutan

MATRIKS INVERS, INDEKS KETERKAITAN KE DEPAN DAN INDEKS KETERKAITAN KE BELAKANG TAHUN 2004

Sektor 13 14 15 16 17 181 0.0044808 0.0441787 0.0062571 0.003984 0.0132073 0.00726192 0.0037064 0.0428209 0.0033075 0.002094 0.0204 0.00630453 0.0041806 0.023097 0.0057227 0.003342 0.0092755 0.01043954 0.0037593 0.0474466 0.0033264 0.0014777 0.0090255 0.00372495 0.0044698 0.0028798 0.0060119 0.0051411 0.0069236 0.01107676 0.0011496 0.0139526 0.0010631 0.0006844 0.0032748 0.00145897 0.2203634 0.1010573 0.4709508 0.0989409 0.1630345 0.12500688 0.0274272 0.2781619 0.0393873 0.025192 0.081447 0.04449719 0.1049945 0.0707366 0.1465887 0.0799605 0.1652575 0.2906245

10 0.0579167 0.0269613 0.141459 0.0252228 0.0418706 0.026195411 0.0514659 0.0153479 0.0177987 0.0120844 0.022914 0.029362912 0.0225518 0.006669 0.0224568 0.0866926 0.0311181 0.008881713 1.0639472 0.2283964 0.1141107 0.0457989 0.1154592 0.139275114 0.0753055 1.0290965 0.0424135 0.0246003 0.1093723 0.028457715 0.0803998 0.0386519 1.080801 0.0347363 0.0446425 0.040432716 0.0456029 0.0128578 0.0233695 1.0374447 0.0111268 0.017688717 0.0019642 0.0013472 0.0079525 0.0253157 1.0063959 0.003740318 0.0136184 0.0062597 0.0366688 0.0154861 0.0180172 1.024015919 0 0 0 0 0 0

0.0940686 0.1047326 0.1141919 0.0804315 0.0985665 0.0957076BL/DP 0.9657289 1.0752071 1.1723185 0.825727 1.0119044 0.9825553

Sumber : BPS Jawa Tengah Tahun 2000 Diolah

Page 109: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

Tabel 4 Lanjutan

MATRIKS INVERS, INDEKS KETERKAITAN KE DEPAN DAN INDEKS KETERKAITAN KE BELAKANG TAHUN 2004

Sektor 19 FL/Dk x1 0 0.0777365 0.7980593 11,600,929.932 0 0.0622354 0.6389225 18,604,225.723 0 0.0651972 0.6693287 4,509,263.024 0 0.0590672 0.6063971 8,097,593.935 0 0.0620501 0.6370201 889,561.956 0 0.0561909 0.5768678 2,456,460.937 0 0.3971833 4.0775693 2,274,309.058 0 0.1140986 1.1713607 73,436,268.339 0 0.1933459 1.984931 68,610,603.84

10 0 0.0909625 0.9338402 50,192,940.8911 0 0.06801 0.6982057 6,987,739.0112 0 0.067985 0.6979482 29,276,333.8813 0 0.1354493 1.3905513 49,200,969.9714 0 0.0803678 0.8250731 13,497,481.8515 0 0.0859114 0.8819854 19,331,103.2016 0 0.0650131 0.6674388 9,393,809.4417 0 0.0555718 0.570512 25,362,793.6718 0 0.061723 0.6336617 6,825,892.2819 1 0.0526316 0.5403271 0.00

0.0526316 0.0974069 400,548,280.89BL/DP 0.5403271

Sumber : BPS Jawa Tengah Tahun 2000 Diolah

Page 110: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

KLASIFIKASI TABEL INPUT OUTPUT

JAWA TENGAH TAHUN 2000 DAN 2004

Kode I-O Sektor/Komoditi

1. Padi

2. Tanaman Bahan Makanan Lainnya

3. Tanaman Pertanian Lainnya

4. Perternakan dan Hasil-hasilnya

5. Kehutanan

6. Perikanan

7. Pertambangan dan Penggalian

8. Indutri Makanan, Minuman dan Tembakau

9. Industri Lainnya

10. Industri Pengilangan Minyak

11. Listrik, Gas dan Air Minum

12. Bangunan

13. Perdagangan

14. Restoran dan Hotel

15. Pengangkutan dan Komunnkasi

16. Lembaga Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan

17. Pemerintahan Umum dan Pertahanan

18. Jasa-Jasa

19. Kegiatan yang Tidak Jelas Batasannya

180 Jumlah Permintaan Antara

190 Jumlah Input Antara

200 Impor

201 Upah dan Gaji

202 Surplus Usaha

203 Penyusutan

204 Pajak Tak Langsung

205 Subsidi

Page 111: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

209 Nilai Tambah Bruto

210 Jumlah Input

301. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

302. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

303. Pembentukan Modal Tetap Bruto

304. Perubahan Stok

305 AD Ekpor Antar Daerah

305 AP Ekpor Dalam Negeri

305 LN Ekpor Luar Negeri

305 Ekpor Barang Dagangan

309 Jumlah Permintaan Akhir

310 Jumlah Permintaan

401 AD Impor Antar Daerah

409 AP Impor Antar propinsi

409 LN Impor Luar Negeri

401 Impor Barang Dagangan

402 Pajak Penjualan

403 Bae masuk

501+502 Margin Perdangan Besar dan Margin Perdagangan Kecil

503 Biaya Pengangkutan

509 Jumlah Margin Perdagangan dan Biaya Pengangkutan

600 Jumlah Output

700 Jumlah Penyediaan

Page 112: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

Kode 19 sektor Nama Sektor 1 Padi 2 Tanaman Bahan Makanan Lainnya 3 Tanaman Pertanian Lainnya 4 Peternakan dan Hasil-hasilnya 5 Kehutanan 6 Perikanan 7 Pertambangan dan Penggalian 8 Industri Mkanan, minuman dan Tembakau 9 Industri Lainnya

10 Industri pengilangan minyak 11 Listrik, Gas, dan Air Minum 12 Bangunan 13 Perdagangan 14 Restoran dan Hotel 15 Pengangkutan dan Komunikasi

16 Lembaga Keuangan, Real Estate dan jasa Perusahaan

17 Pemerintah Umum dan Pertahanan 18 Jasa-Jasa 19 Kegiatan yang Tidak Jelas Batasannya

180 Jumlah Permintaan Antara 190 Jumlah Input antara 201 Upah dan Gaji 202 Surplus Usaha 203 Penyusutan 204 Pajak tak Langsung 209 Nilai tambah dan Bruto 210 Jumlah Input antara

Page 113: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

Tabel 1 Lampiran

TABEL INPUT OUTPUT JAWA TENGAH TAHUN 2000 ATAS DASAR HARGA PRODUSEN (JUTAAN RUPIAH)

Sektor 1 2 3 4 5 61 369399.94 0 0 80816.78 0 161.422 0 272147.94 0 37709.21 0 1047.923 0.87 1255.13 39831.27 27559 0 4.324 46594.61 145061.88 12894.33 41845.53 0 1844.785 591.65 2964.64 10415.21 3823.79 15007.74 2132.286 71806.69 3944.11 2334.62 6747.19 2225.8 67701.477 0 0 0 42.74 0 08 0 0 9290.36 1178618.3 0 106010.429 722721.61 747181.11 321424.48 53411.22 48729.95 57749.9110 596.09 10960.66 13349.3 15986.91 29053.16 81479.8411 0 0 2348.18 6393.9 3349.54 1851.5312 16393.28 22234.97 22032.67 8724.6 31473.54 3846.6913 59572 66460.77 48104.55 124839.92 20581.67 54223.0314 0 7415.72 2229.99 1074.64 8989.12 4090.0715 15756.16 51281.73 17848.62 45829.21 20182.26 14607.3916 34427.19 13047.22 11756.82 3350.47 35644.41 5994.617 0 126.19 1494.91 759.28 0 559.2118 14211.1 11429.26 10985.82 4586.01 45891.81 2430.9819 0 0 0 0 0 0

190 1352071.2 1355511.3 526341.13 1642118.7 261129 405735.86200 0 0 0 0 0 0201 1628739.5 1508587.3 597395.55 667608.45 341294.67 366300.07202 7357148.9 9727245.4 1115668.6 2782228.5 1154421.1 1531008203 161614.32 40040.54 53720.95 71109.26 68053.77 78733.13204 77199.03 77704.49 12952.29 39843.59 14351.04 18245.92205 0 0 0 0 0 0209 9224701.8 11353578 1779737.3 3560789.8 1578120.6 1994287.1210 10576773 12709089 2306078.5 5202908.4 1839249.6 2400023

Sumber : BPS Jawa Tengah Tahun 2000 Diolah

Page 114: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

Tabel 1 Lanjutan

TABEL INPUT OUTPUT JAWA TENGAH TAHUN 2000 ATAS DASAR HARGA PRODUSEN (JUTAAN RUPIAH)

Sektor 7 8 9 10 11 121 0 10105039 1286.37 0 0 02 0 1953661 868.17 0 0 03 0 2910902 564779.89 150.56 0 04 0 1506375.5 40037.31 0 0 05 1099.54 1440.28 752474.55 0 0 187078.146 0 759526.63 442.74 0 0 07 1888.09 5123.42 502781.16 9831565.1 252194.4 1117166.78 0 5719817.9 273996.19 0 0 09 46652.11 1144475 19787284 214603.54 184244.51 2694044.210 33887.7 172527.6 624690.75 208614.06 261465.85 350905.2311 334.69 63306.66 328309.48 43850.63 182974.92 4122.6412 10428.24 15851.01 53155.51 53694.74 34369.75 13015.1813 23215.59 2234720.2 2856048.3 220811 179974.12 1156138.414 12200.42 87459.62 215343.66 146437.56 1455.25 44859.1815 36615.47 641928.19 1081985.2 176451.87 9540.29 32243.2616 33934.98 323323.53 709256.97 138475.61 159352.46 440199.9317 91.66 8085.03 26402.04 5794.13 568.21 2102.4218 10739.46 90814.88 82060.49 61381.99 15604.39 20932.3919 0 0 0 0 0 0

190 211087.95 27744377 27901202 11101831 1281744.2 6062807.6200 0 0 0 0 0 0201 389227.97 3210897.7 3389639.8 922068.98 196859.11 2613000.6202 631267.68 8125268.8 5506946.2 4214164.6 336886.24 1581767.7203 85804.26 1655877.8 1403368.7 881295.46 323142.17 349406.15204 34507.69 2918564.1 698252.86 72061.29 13276.31 243828.2205 0 0 -2659.25 0 0 0209 1140807.6 15910608 10995548 6089590.3 870163.83 4788002.6210 1351895.6 43654986 38896751 17191421 2151908 10850810

Sumber : BPS Jawa Tengah Tahun 2000 Diolah

Page 115: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

Tabel 1 Lanjutan

TABEL INPUT OUTPUT JAWA TENGAH TAHUN 2000 ATAS DASAR HARGA PRODUSEN (JUTAAN RUPIAH)

Sektor 13 14 15 16 17 181 406.78 0 0 0 210.69 14.852 863.43 318489.43 206.71 0 41664.44 37864.073 228.67 48952.28 122.84 2.85 2486.34 6073.364 0 492677.36 2262.08 0 18013.39 21362.415 144.06 7139.09 330.66 0 245.66 1336.766 0 217629.17 460.65 0 5862.58 2723.127 145.75 6.7 462.36 0 1382.46 1052.278 8357.27 2510834.1 28692.95 1784.03 132966.05 123525.879 859681.71 97505.34 244426.37 421204.21 1024681.5 852619.8210 301032.54 72375.67 699997.92 44424.72 132389.98 7413.6111 211541.89 69639.99 35345.6 32153.6 82122.3 21178.8912 174665.88 30514.19 153779 351117.89 315293.27 28372.5513 206438.68 287602.07 231273.45 91952.54 182340.87 114480.8114 413633.38 9463.17 89384.8 65273.53 496864.92 11484.6715 742542 428677.63 571232.8 127061.78 449148.82 61374.5616 1917739.3 154414.58 364057.5 374968.96 183358.03 116850.6217 1568.83 1944.84 8456.54 14257.49 37722.86 2778.9818 243080.15 19767.34 501352.66 113135.31 179796.31 77896.2819 0 0 0 0 0 0

190 5082070.3 4767633 2931844.9 1637336.9 3286550.5 1488403.5200 0 0 0 0 0 0201 4152013.9 1548779.9 1325751.8 1965169.8 7390469.6 1679550.8202 11996085 2091044.8 2707112.5 6087907.5 0 1187041.1203 1104659.4 249302.5 1061534.9 784133.51 373459.1 464302.4204 1243703 325603.44 87163.06 538218.99 0 101556.75205 0 0 0 0 0 0209 18496461 4214730.6 5181562.3 9375429.8 7763928.7 3432451210 23578532 8982363.6 8113407.2 11012767 11050479 4920854.5

Sumber : BPS Jawa Tengah Tahun 2000 Diolah

Page 116: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

Tabel 1 Lanjutan

TABEL INPUT OUTPUT JAWA TENGAH TAHUN 2000 ATAS DASAR HARGA PRODUSEN (JUTAAN RUPIAH)

Sektor 19 180 301 302 3031 0.00 11,593,149.47 0.00 0.00 0.002 0.00 3,873,001.66 10,954,591.82 0.00 0.003 0.00 6,167,244.05 1,519,070.73 0.00 0.004 0.00 1,315,752.94 5,122,255.59 0.00 504,512.405 0.00 3,252,179.10 278,557.45 0.00 0.006 0.00 850,981.97 1,450,347.01 0.00 0.007 0.00 43,225,982.69 1,427.88 0.00 0.008 0.00 15,858,723.75 38,567,660.79 0.00 0.009 0.00 47,942,232.10 20,351,477.22 0.00 4,468,366.1610 0.00 11,278,113.41 10,915,540.84 0.00 0.0011 0.00 4,565,589.81 2,422,149.20 0.00 0.0012 0.00 2,884,710.71 0.00 0.00 26,391,623.1713 0.00 26,148,285.14 10,338,607.44 0.00 709,732.8714 0.00 10,449,772.53 3,047,709.32 0.00 0.0015 0.00 10,901,479.13 6,655,786.58 0.00 158,949.3416 0.00 3,729,639.56 5,664,169.88 0.00 0.0017 0.00 635,459.14 5,277,071.60 19,450,222.93 0.0018 0.00 2,440,680.68 4,015,217.55 0.00 369,994.0519 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

190 0.00 207,112,977.84 126,581,640.90 19,450,222.93 32,603,177.99200 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00201 0.00 58,450,517.29202 0.00 100,442,999.19203 0.00 18,718,562.45204 0.00 16,848,370.66205 0.00 -1,025,186.54209 0.00 193,435,263.05210 0.00 400,548,240.89

Sumber : BPS Jawa Tengah Tahun 2000 Diolah

Page 117: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

Tabel 1 Lanjutan

TABEL INPUT OUTPUT JAWA TENGAH TAHUN 2000 ATAS DASAR HARGA PRODUSEN (JUTAAN RUPIAH)

Sektor 304 305AD 305AP 305LN 305 3091 15359.23 4077.97 0 0 4077.97 19,437.202 291396.31 4108129.1 673335.12 53560.9 4835025.1 10,241,931.173 32860.26 131273.23 5916.91 190804.06 327994.2 1,169,744.214 73511.26 36203.23 24456.29 60747.75 121407.27 1,211,869.675 249057.25 62362.48 54681.78 37475.01 154519.27 2,924,378.516 7840.31 56890.19 0 226447.55 283337.74 1,259,305.247 958980.18 71267.37 1035.48 1902.8 74205.65 1,033,185.838 2124001.8 10743481 1939208.1 828353.87 13511042 35,794,534.139 848220.45 11821405 2958508.4 6324861 21104775 36,608,262.9010 0 542717.26 18179504 1440020.6 20162242 21,472,371.8611 0 0 0 0 0 1,063,083.5412 0 0 0 0 0 9,511,847.2113 0 2785183.2 2641925.7 1602517.5 7029626.3 15,419,753.8614 0 1699.25 32827.97 414426.76 448953.98 7,839,089.0515 0 390521.57 409921.27 287495.56 1087938.4 4,107,135.6716 0 0 0 0 0 5,992,613.5617 0 0 0 0 0 10,937,766.6018 0 0 0 0 0 3,414,757.8719 0 0 0 0 0 0.00

190 4601227.1 30755211 26921321 11468613 69145145 170,021,068.08200 0 0 0 0 0 0.00

Sumber : BPS Jawa Tengah Tahun 2000 Diolah

Page 118: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

Tabel Lanjutan

TABEL INPUT OUTPUT JAWA TENGAH TAHUN 2000 ATAS DASAR HARGA PRODUSEN (JUTAAN RUPIAH)

Sektor 310 401AD 401AP 401LN 401 4021 10576772.95 0 0 0 0 02 12906453.48 71637.95 10.22 123553.56 195201.73 276.53 4772093.6 1726494.5 726494.49 14697.23 2464885.5 1006.784 5253347.71 40932.64 0 9122.23 50054.87 341.685 2198093.72 340.57 358501.06 0.57 358842.2 1.946 2400710.01 111.03 95.02 461 667.05 1.017 12746996.99 376899.32 8529499.5 2475373.7 11381773 7546.598 45888427.53 432966.4 193829.88 1519160.8 2145957.1 31756.139 66130903.05 13308153 6774825.3 6744848.3 26827826 191445.6110 24533523.45 743588.56 5640377.4 884722.89 7268688.8 44593.4211 2151907.98 0 0 0 0 012 10850810.17 0 0 0 0 013 23578531.72 0 0 0 0 014 9456748.75 11366.64 11366.64 454455.35 474385.2 015 8631442.9 332135.49 332135.49 518035.69 518035.69 016 11012766.69 0 0 0 0 017 11050479.22 0 0 0 0 018 4920854.5 0 0 0 0 019 0 0 0 0 0 0

190 269,060,864.42 17044626 22567135 12744431 51686317 276969.66200 0 0 0 0 0 0

Sumber : BPS Jawa Tengah Tahun 2000 Diolah

Page 119: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

Tabel 1 Lanjutan

TABEL INPUT OUTPUT JAWA TENGAH TAHUN 2000 ATAS DASAR HARGA PRODUSEN (JUTAAN RUPIAH)

Sektor 403 409 501+502 503 509 6001 0 0 0 0 0 10576772.952 1886.23 197364.46 0 0 0 12709089.023 122.89 2466015.1 0 0 0 2306078.474 42.73 50439.28 0 0 0 5202908.435 0 358844.14 0 0 0 1839249.586 19 687.06 0 0 0 2400022.957 5782.27 11395101 0 0 0 1351895.558 55728.74 2233441.9 0 0 0 43654985.69 214880.54 27234152 0 0 0 38896750.6110 28820.09 7342102.4 0 0 0 17191421.111 0 0 0 0 0 2151907.9812 0 0 0 0 0 10850810.1713 0 0 0 0 0 23578531.7214 0 474385.2 0 0 0 8982363.5515 0 518035.69 0 0 0 8113407.2116 0 0 0 0 0 11012766.6917 0 0 0 0 0 11050479.2218 0 0 0 0 0 4920854.519 0 0 0 0 0 0

190 307282.49 52270569 0 0 0 216,790,295.30200 0 0 0 0 0 0

Sumber : BPS Jawa Tengah Tahun 2000 Diolah

Page 120: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

Tabel 1 Lanjutan

TABEL INPUT OUTPUT JAWA TENGAH TAHUN 2000 ATAS DASAR HARGA PRODUSEN (JUTAAN RUPIAH)

Sektor 7001 10576772.952 12906453.483 4772093.64 5253347.715 2198093.726 2400710.017 12746996.998 45888427.539 66130903.0510 24533523.4511 2151907.9812 10850810.1713 23578531.7214 9456748.7515 8631442.916 11012766.6917 11050479.2218 4920854.519 0

190 269,060,864.42200 0

Sumber : BPS Jawa Tengah Tahun 2000 Diolah

Page 121: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

Tabel 3 Lampiran

TABEL INPUT OUTPUT JAWA TENGAH TAHUN 2004 ATASDASAR HARGA PRODUSEN (JAWA TENGAH)

Sektor 1 2 3 4 5 61 1166672.8 0 4186.57 158844.65 0 3371.012 0 571641.74 538.41 43866.01 0 1692.743 2681.26 1213.3 75723.68 1072.39 0 5.114 42972.75 226545.1 50773.27 18497.38 0 3256.455 53.91 474.57 2304.19 469.59 8351.83 632.676 52504.3 4107.1 14997.5 1924.79 5154.5 31634.067 0 0 0.65 47.66 0 08 0 0 15166.06 2241730.4 0 186422.649 307536.19 243688.71 458888.43 8039.07 14448.22 34869.52

10 305.64 4794.21 25752.36 1984.03 27844.71 99891.0111 0 81.8 2957.86 1158.65 2731.91 473.2312 7704.84 16856.15 80831.65 1772.39 35247.14 2772.3813 64446.03 474130.94 119230.36 280240.37 13803.49 82334.0114 0 8132.76 15064.17 220.35 17263.72 13250.1515 35435.97 42605.99 53636.82 42341.38 11070.77 17521.8916 11788.02 2499.19 4964.52 1390.63 4545.68 4429.8617 0 229.49 1761.46 172.09 0 543.5518 2583.2 1804.3 7960.66 494.33 9132.08 724.4419 0 0 0 0 0 0190 1694685 1598805.4 934738.62 2804266.2 149594.05 483824.72200 0 0 0 0 0 0201 1460935.9 2601476.5 943361.85 1794601.4 153160.77 377068.15202 8110125.2 14169619 2429414.9 3335101 530765.62 1475595.5203 184867.25 73725.54 132229.23 106894.8 41069.55 81255.24204 150316.68 160598.96 69518.39 56730.49 14971.96 38717.29205 0 0 0 0 0 0209 9906245 17005420 3574524.4 5293327.7 739967.9 1972636.2210 11600930 18604226 4509263 8097593.9 889561.95 2456460.9

Sumber : BPS Jawa Tengah Tahun 2000 Diolah

Page 122: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

Tabel 3 Lanjutan

TABEL INPUT OUTPUT JAWA TENGAH TAHUN 2004 ATASDASAR HARGA PRODUSEN (JAWA TENGAH)

Sektor 7 8 9 10 11 121 0 10221310 26785.13 0 0 02 0 2453796.7 3955.17 0 0 03 0 4684873.6 1334323.6 0.08 0 04 0 172525.39 93119.5 0 0 05 1062.61 445.01 2504087.6 0 0.16 730689.956 0 545579.06 6644.83 0 0 07 34493.09 650171.76 3650598.1 32396878 3821929 2471528.88 0 6475973.8 2205765.6 0 0 09 47637.91 5795610.2 26260533 201.31 54439.06 8263868.5

10 89775.3 2122376.4 1735926.4 268.23 232037.78 2116349.111 825.54 213915.2 1253346.5 35.11 235147 36049.0812 66279.17 31934.75 69359.67 43.17 18614.28 23641.6913 52567.91 7560367.2 7181424.8 642.61 187367.47 3092110.614 55010.47 2938700.8 567421.8 47.29 2248.79 491334.8815 56426.32 2571139.7 2039926.1 15281.6 53824.96 627842.316 5651.36 447055.86 238918.74 23.13 11179.66 298107.9417 359.03 34071.73 26686.13 3.16 541.17 47774.9718 9090.73 489522.07 81591.26 23.05 8496.34 177904.3719 0 0 0 0 0 0190 419179.44 47409369 49280414 32413447 4625825.7 18377202200 0 0 0 0 0 0201 628740.38 4687778.3 6599590.5 4038935.9 640438.82 5098311.6202 990870.63 8531625.7 9532329.6 9815874.1 1386839 3736349.4203 177297.72 2232111.2 2249015.9 3594797.9 1240486 1256131.9204 58220.88 10575384 995285.83 329886.24 63830.71 808538.83205 0 0 -46031.91 0 -969681.2 0209 1855129.6 26026899 19330190 17779494 2361913.4 10899332210 2274309.1 73436268 68610604 50192941 6987739 29276534

Sumber : BPS Jawa Tengah Tahun 2000 Diolah

Page 123: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

Tabel 3 Lanjutan

TABEL INPUT OUTPUT JAWA TENGAH TAHUN 2004 ATASDASAR HARGA PRODUSEN (JAWA TENGAH)

Sektor 13 14 15 16 17 181 4173.59 0 0 0 6958.72 847.362 10292.41 417593.62 5151.1 0.4 340382.14 24091.213 1422.84 46558.95 878.24 18.86 7368.8 11103.294 0 597781.11 16598.82 4.6 82434.33 11244.245 727.23 998.11 349.83 3.29 665.23 863.36 0 149167.12 2770.41 935.06 31426.19 4137.057 1469.87 8.16 14530.92 0 124828.29 59498.38 41809.01 3093659 337385.82 111408.98 1000455.9 148946.439 2168926.3 19303.03 1203386.4 123031.43 1856358.8 1081466

10 1863085.2 22434.96 2279785 80346.99 542783.92 32372.1611 2142973.7 29252.07 150104.09 64544.08 323553.75 108440.2912 766675.34 4986.11 304484.33 761345.35 670203.34 21958.9613 1153606 2336010.7 1364670.2 129491.86 1455614.6 600225.8814 3205163.1 7639.27 524405.79 133169.46 2384730.6 85969.1715 3154813.5 106349.79 1145845.4 209688.54 602850.55 114877.5516 1933247 8412.63 295554.64 303099.27 95611.4 63160.0417 7603.77 7138.27 126099.23 223630.03 139909.75 18935.3118 444544.14 7637.84 599773.63 112555.28 351379.31 135463.6519 0 0 0 0 0 0190 16900533 6854930.8 8371773.8 2253273.5 10017516 2523600.2200 0 0 0 0 0 0201 7220385.4 1874664.2 2748959.3 636184.2 14608232 2337692.2202 21071565 3823743 4450331.6 5608393.6 0 1444455.6203 1793730.2 447341.32 3401034.9 585897.41 737005.91 383670.52204 2214756.1 496802.5 368476.94 310060.79 0 136473.75205 0 0 -9473.4 0 0 0209 32300437 6642551.1 10959329 7140536 15345238 4302292.1210 49200970 13497482 19331103 9393809.4 25362754 6825892.3

Sumber : BPS Jawa Tengah Tahun 2000 Diolah

Page 124: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

Tabel 3 Lanjutan

TABEL INPUT OUTPUT JAWA TENGAH TAHUN 2004 ATASDASAR HARGA PRODUSEN (JAWA TENGAH)

Sektor 19 180 301 302 303 3041 0 11593149 0 0 0 2087.42 0 3873001.7 10954592 0 0 313470.123 0 6167244.1 1519070.7 0 0 -885349.14 0 1315752.9 5122255.6 0 504512.4 -220075.85 0 3252179.1 278557.45 0 0 -314799.26 0 850981.97 1450347 0 0 07 0 43225983 1427.88 0 0 -817827.68 0 15858724 38567661 0 0 -36018879 0 47942232 20351477 0 4468366.2 -461046.3

10 0 11278113 10915541 0 0 5800780.411 0 4565589.8 2422149.2 0 0 012 0 2884710.7 0 0 26391623 013 0 26148285 10338607 0 709732.87 -206582714 0 10449773 3047709.3 0 0 015 0 10901479 6655786.6 0 158949.34 -525863.816 0 3729639.6 5664169.9 0 0 017 0 635459.14 5277071.6 19450223 0 018 0 2440680.7 4015217.6 0 369994.05 019 0 0 0 0 0 0190 0 207112978 126581641 19450223 32603178 -2776338200 0 0 0 0 0 0201 0 58450517202 0 100442999203 0 18718562204 0 16848371205 0 -1025187209 0 193435263210 0 400548241

Sumber : BPS Jawa Tengah Tahun 2000 Diolah

Page 125: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

Tabel 3 Lanjutan

TABEL INPUT OUTPUT JAWA TENGAH TAHUN 2004 ATASDASAR HARGA PRODUSEN (JAWA TENGAH)

Sektor 305AD 305AP 305LN 305 309 3101 5693.06 0 0 5693.06 7780.46 116009302 4111715 233312.97 51906.13 4396934.1 15664996 195379983 109127.83 19578.07 206177.47 334883.37 968605.04 7135849.14 1524605.9 19181.27 1453.74 1545240.9 6951933.1 82676865 23821.69 45343.77 17949.08 87114.54 50872.75 3303051.96 1095.84 0 261338.63 262434.47 1712781.5 2563763.57 202826.86 918.34 16216.96 219962.16 -596437.6 426295458 17438211 6988612.7 1969842.7 26396666 61362440 772211639 13582982 910065.67 10687979 25181026 49539823 97482056

10 1141260.5 15608084 5454121 22203465 38919786 5019790011 0 0 0 0 2422149.2 698773912 0 0 0 0 26391623 2927633413 9002609.7 3407444.8 1660116.9 14070171 23052685 4920097014 0 0 0 0 3047709.3 1349748215 1165909.5 597737.17 377105.37 2140752 8429624.1 1933110316 0 0 0 0 5664169.9 9393809.417 0 0 0 0 24727295 2536275418 0 0 0 0 4385211.6 6825892.319 0 0 0 0 0 0190 48309858 27830279 20704207 96844344 272703047 479816025200 0 0 0 0 0 0

Sumber : BPS Jawa Tengah Tahun 2000 Diolah

Page 126: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

Tabel 3 Lanjutan

TABEL INPUT OUTPUT JAWA TENGAH TAHUN 2004 ATASDASAR HARGA PRODUSEN (JAWA TENGAH)

Sektor 401AD 401AP 401LN 401 402 4031 0 0 0 0 0 02 115321.3 2569.36 808280.52 926171.18 7538.64 62.23 1841197.2 546961.14 237522.87 2625681.3 878.21 26.614 169236.95 0 851.3 170088.25 3.79 0.025 342.03 2382825.8 30228.55 2413396.3 77.82 15.746 2105.02 86.98 101775.17 103967.17 3210.29 125.067 17667.18 7921309.7 32375001 40313978 33389.77 7868.68 1162368.4 379439.36 2114748.8 3656556.5 119438.96 8899.549 13862165 9220837.1 5398788 28481790 290273.45 99387.88

10 203.82 3419.58 1331.59 4954.99 3.91 0.1111 0 0 0 0 0 012 0 0 0 0 0 013 0 0 0 0 0 014 0 0 0 0 0 015 0 0 0 0 0 016 0 0 0 0 0 017 0 0 0 0 0 018 0 0 0 0 0 019 0 0 0 0 0 0190 17170607 20457449 41068528 78696584 454814.84 116385.76200 0 0 0 0 0 0

Sumber : BPS Jawa Tengah Tahun 2000 Diolah

Page 127: ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR …eprints.ums.ac.id/1379/1/B300030063.pdf · Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh

Tabel 3 Lanjutan

TABEL INPUT OUTPUT JAWA TENGAH TAHUN 2004 ATASDASAR HARGA PRODUSEN (JAWA TENGAH)

Sektor 409 501+502 503 509 600 7001 0 0 0 0 11600929.9 11600929.92 933772.02 0 0 0 18604225.7 19537997.73 2626586.1 0 0 0 4509263.02 7135849.094 170092.06 0 0 0 8097593.93 8267685.995 2413489.9 0 0 0 889561.95 3303051.856 107302.52 0 0 0 2456460.93 2563763.457 40355236 0 0 0 2274309.05 42629545.18 3784895 0 0 0 73436268.3 77221163.49 28871452 0 0 0 68610603.8 97482055.6

10 4959.01 0 0 0 50192940.9 50197899.911 0 0 0 0 6987739.01 6987739.0112 0 0 0 0 29276333.9 29276333.913 0 0 0 0 49200970 4920097014 0 0 0 0 13497481.9 13497481.915 0 0 0 0 19331103.2 19331103.216 0 0 0 0 9393809.44 9393809.4417 0 0 0 0 25362793.7 25362753.718 0 0 0 0 6825892.28 6825892.2819 0 0 0 0 0 0190 79267784 0 0 0 400548281 479816025200 0 0 0 0 0 0

Sumber : BPS Jawa Tengah Tahun 2000 Diolah