analisis rtrwp riau 2007
DESCRIPTION
Kepastian hukum tata ruang belum bisa ditegakkan, Peraturan yang mengatur tata Ruang di ria ada 3 buah, yaitu SK Mentri, Perda dan SK Gubernur. Diantara ketiga aturan itu saling bertentangan manakah yang akan diikuti, Pelanggaran dilakukan sendiri oleh pemerintahTRANSCRIPT
Analisis Analisis Draft Rencana Tata Ruang Draft Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Riau Tahun Wilayah Provinsi Riau Tahun 2001-20152001-2015
RAFLIS.SSi
Koordinator Program Tata Ruang
JIKALAHARI 2007
Aturan Hukum Yang Mengatur Aturan Hukum Yang Mengatur Pemanfaatan Ruang di Pemanfaatan Ruang di
Propinsi RiauPropinsi Riau
1. Kepmen 137/1986 Tentang Tata Guna Hutan Kesepakatan
2. Perda No 10 Tahun 1994 Tentang Tata Ruang Wilayah Propinsi
3. SK Gubernur No 105.a/III/98 tahun 1998 tentang padu serasi RTRWP dan TGHK
Pelanggaran oleh PerkebunanPelanggaran oleh Perkebunan– Izin Perkebunan dalam kawasan hutan produksiIzin Perkebunan dalam kawasan hutan produksi– Izin Perkebunan dalam kawasan hutan produksi terbatasIzin Perkebunan dalam kawasan hutan produksi terbatas– Izin Perkebunan dalam kawasan hutan LindungIzin Perkebunan dalam kawasan hutan Lindung
Pelanggaran oleh HTIPelanggaran oleh HTI– Izin HTI dalam kawasan hutan Produksi TerbatasIzin HTI dalam kawasan hutan Produksi Terbatas– Izin HTI dalam kawasan hutan Lindung Izin HTI dalam kawasan hutan Lindung – Izin HTI dalam kawasan hutan Produksi konversiIzin HTI dalam kawasan hutan Produksi konversi
Pelanggaran Terhadap SK Mentri Kehutanan Pelanggaran Terhadap SK Mentri Kehutanan No 173/Kpts-II/1986 tentang TGHKNo 173/Kpts-II/1986 tentang TGHK
Pelanggaran Terhadap Pelanggaran Terhadap Perda No 10 Tahun 1994 Perda No 10 Tahun 1994
Tentang Tata Ruang Wilayah Propinsi Riau Tentang Tata Ruang Wilayah Propinsi Riau 1994-20091994-2009
PelanggaranPelanggaran Oleh Perkebunan– Kebun dalam kawasan Kehutanan– Kebun dalam kawasan Kawasan Lindung
Pelanggaran Oleh HTI– HTI dalam kawasan Lindung– HTI dalam kawasan Perkebunan
Pelanggaran Oleh HPH– HPH dalam kawasan perkebunan– HPH dalam kawasan lindung
Pelanggaran Terhadap Pelanggaran Terhadap SK Gubernur Riau Nomor 105.a/III/98 SK Gubernur Riau Nomor 105.a/III/98
Tentang Paduserasi RTRWP dengan TGHKTentang Paduserasi RTRWP dengan TGHK
1. Pelanggaran Oleh HTI– Izin HTI dalam Hutan Lindung– Izin HTI dalam Hutan Produksi Terbatas– Izin HTI dalam Hutan Produksi Konversi
2. Pelanggaran Oleh Perkebunan– Izin Perkebunan dalam Hutan Lindung– Izin Perkebunan dalam Hutan Produksi Terbatas– Izin Perkebunan dalam Hutan Produksi
Perbandingan Kawasan Berfungsi Perbandingan Kawasan Berfungsi Lindung dalam RTRWP 1994 dan Lindung dalam RTRWP 1994 dan
RTRWP 2001-2015RTRWP 2001-2015
RTRWP 1994 Kawasan Lindung
1.631.078 Ha Kawasan Hutan Produksi
yang berfungsi Lindung 2.649.608 Ha
Total Kawasan berfungsi lindung 4.280.686 ha
Draft RTRWP 2001-2015 Kawasan Lindung
2.138.001 Ha Kawasan hutan produksi
yang berfungsi lindung 0 Ha
Total Kawasan berfungsi lindung 2.138.001 Ha
Catatan: Kawasan Hutan Produksi dalam Draft RTRWP 2001-2015 diarahkan untuk HPHTI, jadi nilai perlindungan kawasan dianggap nol
0
500000
1000000
1500000
2000000
2500000
3000000
3500000
4000000
4500000
RTRWP1994-2009
RTRWP2001-2015
Kawasanlindung
Kawasan HutanberfungsiLindungTotal KawasanBerfungsiLindung
DRAFT RENCANA TATA DRAFT RENCANA TATA RUANG 2001-2015RUANG 2001-2015
1. Sudah ada izin yang diberikan baik itu oleh Mentri, Gubernur maupun Bupati pada kawasan yang seharusnya dilindungi menurut aturan perundangan
2. Tidak semua kriteria kawasan lindung yang terdapat dalam peraturan perundangan dipakai dalam mendelineasi kawasan lindung dengan alasan ketidak lengkapan data.
Kondisi Ideal RTRWP Riau 2001-2015Menurut aturan Peraturan perundangan
Dalam mendelineasi Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pada penyusunan Rencana tata Ruang Provinsi dijumpai Persoalan:
UU 26 2007 Tentang Penataan Ruang
Pasal 37
1. 2. Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah menurut kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) 3.Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/atau diperoleh dengan tidak melalui prosedur yang benar, batal
demi hukum.
(4) 4. Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar tetapi kemudian terbukti tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.
Kawasan BergambutKawasan Bergambut
Kawasan Lindung gambut dalam Draft RTRWP 2001-2015 seluas Kawasan Lindung gambut dalam Draft RTRWP 2001-2015 seluas 511.162,3 Ha511.162,3 Ha Kawasan Bergambut lebih dari 3 m yang sudah diberikan izin HTI seluas 864.325 ha dan 230.624 ha Kawasan Bergambut lebih dari 3 m yang sudah diberikan izin HTI seluas 864.325 ha dan 230.624 ha
izin Bupatiizin Bupati Terjadi Pelanggaran Terhadap Kepres 32 1990 dan PP 47 1997, Terjadi Pelanggaran Terhadap Kepres 32 1990 dan PP 47 1997,
NoNo KedalamanKedalaman LuasLuas Alokasi Penggunaan LahanAlokasi Penggunaan Lahan
11 200-400 Cm200-400 Cm 827.446827.446 Sebelum dilakukan riset yang lebih detil untuk membedakan kedalaman gambut Sebelum dilakukan riset yang lebih detil untuk membedakan kedalaman gambut 200-300cm dan 300-400cm maka kawasan ini disarankan untuk tetap 200-300cm dan 300-400cm maka kawasan ini disarankan untuk tetap dipertahankan sebagai Hutan Produksi Terbatas, dipertahankan sebagai Hutan Produksi Terbatas,
22 > 400 Cm> 400 Cm 1.605.101.605.1000
Kawasan LindungKawasan Lindung
Peraturan PerundanganPeraturan Perundangan
1.1. Kepres 32 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung Kepres 32 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung
Pasal 10 Kriteria kawasan bergambut adalah tanah bergambut dengan ketebalan 3 meter atau lebih yang terdapat di bagian hulu Pasal 10 Kriteria kawasan bergambut adalah tanah bergambut dengan ketebalan 3 meter atau lebih yang terdapat di bagian hulu sungai dan rawa.sungai dan rawa.
2.2. PP 47 1997 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah NasionalPP 47 1997 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Pasal 33 ayat 2 Kriteria kawasan lindung untuk kawasan bergambut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) Pasal 33 ayat 2 Kriteria kawasan lindung untuk kawasan bergambut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf b yaitu kawasan tanah bergambut dengan ketebalan 3 meter atau lebih yang terdapat di bagian hulu sungai huruf b yaitu kawasan tanah bergambut dengan ketebalan 3 meter atau lebih yang terdapat di bagian hulu sungai dan rawa.dan rawa.
Fakta Lapangan
Tinggi muka air dalam kanal terhadap permukaan gambut sekitar satu meterKedalaman kanal biasanya 3-6 meterPada Pinggir Kanal Tidak dijumpai Tanah mineral
Kedalaman Gambut Lebih dari 3 meterTerjadi Pelanggaran Terhadap Kepres 32 1990 dan PP 47 1997
Dapat disimpulkan bahwa
Kawasan Bergambut Yang Masih berhutan berdasarkan Analisis Citra Landsat Composite 2005Kawasan Bergambut Yang Masih berhutan berdasarkan Analisis Citra Landsat Composite 2005 yang dirubah peruntukannya menjadi Kawasan Budidaya yang dirubah peruntukannya menjadi Kawasan Budidaya
Dalam Draft RTRWP 2001-2015Dalam Draft RTRWP 2001-2015
Alasan PerubahanAlasan Perubahan Izin/Konsesi sudah diberikan baik oleh mentri/ Izin/Konsesi sudah diberikan baik oleh mentri/
gubernur maupun Bupatigubernur maupun Bupati
Menurut Aturan PerundanganMenurut Aturan PerundanganUU 26 tahun 2007 Pasal 37 ayat 2 UU 26 tahun 2007 Pasal 37 ayat 2 Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana
tata ruang wilayah dibatalkan oleh Pemerintah dan tata ruang wilayah dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah menurut kewenangan masing-masing pemerintah daerah menurut kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Izin yang dikeluarkan pada kawasan yang tidak sesuai Izin yang dikeluarkan pada kawasan yang tidak sesuai dengan peruntukannnya batal demi hukumdengan peruntukannnya batal demi hukum
No Keterangan Luas
1 Hutan Alam di lahan Gambut 684.075,25 Ha
2 Hutan Alam di lahan gambut yang akan hulang 1.231.383,12 Ha
3 Kawasan bergambut yang sudah dikonversi menjadi perkebunan dan HTI
1.966.207,69 Ha
984,395
441,912329,894
192,946
MoF MoF principal District heads No information
Industrial Timber Plantation Concession Riau, 2005Total: 1,949,147 ha
572,232
57,03250,160
338,773
235,757
122,87073,390
122,123156,864
192,946
APP APRIL Not Know n
Industrial Timber Plantation Concession, 2005Total: 1,949,147 ha
Status dan kondisi areal HTIStatus dan kondisi areal HTI
458,569 ha atau 23,9% 458,569 ha atau 23,9% areal HTI tumpang tindih areal HTI tumpang tindih dengan Kawasan Lindung dengan Kawasan Lindung RTRWP 1994RTRWP 1994
53,869 ha atau 16,3% 53,869 ha atau 16,3% areal HTI perijinan dari areal HTI perijinan dari Bupati tumpang tindih Bupati tumpang tindih dengan Kawasan Lindung dengan Kawasan Lindung RTRWP 1994RTRWP 1994
Perizinan HTI pada Kawasan Lindung (RTRWP 1994)Perizinan HTI pada Kawasan Lindung (RTRWP 1994)
864,325 ha / 45% areal HTI berada pada kawasan gambut kedalaman lebih 3 m
230,624 ha atau 70% areal HTI perijinan dari Bupati berada pada kawasan gambut kedalaman lebih 3 m
Perizinan HTI pada Kawasan Lindung Gambut (Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990)
December 2005 RTRWP
6,560,69073%
2,382,07027%
Proposed Economics Use Areas Proposed Protected Areas
May 2007 RTRWP
6,908,61277%
2,034,14923%
Proposed Economics Use Areas Proposed Protected Areas
Total = 347,921.59HTI = 148,691 HaNon HTI = 199,231
347,922347,922
Peraturan Pemerintah Nomor 70 tahun 1990, Tentang: HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI, tanggal 16 Maret 1990
Pasal 5(1) Areal hutan yang dapat diusahakan sebagai areal HTI adalah kawasan hutan produksi tetap yang tidak
produktif.
Kepmenhut 10.1/2000, Pasal 3(4) Penutupan vegetasi berupa non hutan ( semak belukar, padang alang-alang, dan tanah kosong) atau
areal bekas tebangan yang kondisinya rusak dengan potensi kayu bulat berdiameter 10 Cm untuk semua jenis kayu dengan kubikasi tidak lebih dari 5 m3 per hektar
Kepmenhut 21/2001, Poin (b) Keadaan vegetasinya sudah tidak berupa hutan alam atau areal bekas tebangan. Lahan hutan telah menjadi lahan kosong/terbukaVegetasi alang-alang dan atau semak belukar.Vegetasi hutan alam yang tidak terdapat pohon berdiameter di atas 10 cm untuk semua jenis kayu dengan
potensi kurang dari 5 m3 per hektar, atau jumlah anakan jenis pohon dominan kurang dari 200 batang per hektar.
PP 34/2002, pasal 30 ayat 3 Usaha pemanfaatan hasil hutan pada hutan tanaman, dilaksanakan pada ahan kosong, padang alang-alang dan atau semak belukar dihutan
produksi.
Kriteria Areal yang dapat dijadikan HTI“Tidak berlaku lagi”
Kepmenhut 32/2003, pasal 4 ayat (2) huruf a) Kriteria areal hutan yang dapat dilelang untuk dibebani IUPHHK pada hutan tanaman adalah : Lahan kosong, padang alang-alang dan atau semak belukar pada kawasan hutan produksi sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kehutanan tentang kondisi hutan berupa lahan kosong, padang alang-alang dan atau semak belukar pada hutan produksi yang dapat diberikan izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman;
Kepmenhut 33/2003, pasal 5 ayat (2) huruf c) Kriteria areal hutan yang dapat diberikan IUPHHK pada hutan tanaman adalah “Kondisi hutan berupa lahan kosong, padang alang-alang atau semak belukar
Permenhut 05/2004, pasal 5 ayat (1)Kriteria areal hutan yang dapat diberikan IUPHHK pada hutan tanaman adalah “Kondisi hutan berupa lahan kosong, padang alang-alang atau semak belukar
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Tata Hutan Dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan Hutan, Pasal 38 Pemanfaatan hasil hutan kayu pada HTI, dilakukan pada hutan produksi yang tidak produktif.
Kepres 32/1990, Pasal 10 dan Kepmenhut 101/2004Kriteria kawasan bergambut adalah tanah bergambut dengan ketebalan 3meter atau lebih yang terdapat dibagian hulu sungai dan rawa.
Kriteria Areal yang dapat dijadikan HTI“Masih berlaku”
Terima KasihTerima Kasih