analisis puisi gugur karya w

10
ANALISIS PUISI GUGUR KARYA W.S. RENDRA GUGUR Ia merangkak di atas bumi yang dicintainya Tiada kuasa lagi menegak Telah ia lepaskan dengan gemilang pelor terakhir dari bedilnya Ke dada musuh yang merebut kotanya Ia merangkak di atas bumi yang dicintainya Ia sudah tua luka-luka di badannya Bagai harimau tua susah payah maut menjeratnya Matanya bagai saga menatap musuh pergi dari kotanya Sesudah pertempuran yang gemilang itu lima pemuda mengangkatnya di antaranya anaknya Ia menolak dan tetap merangkak menuju kota kesayangannya Ia merangkak di atas bumi yang dicintainya Belumlagi selusin tindak mautpun menghadangnya. Ketika anaknya memegang tangannya ia berkata : " Yang berasal dari tanah kembali rebah pada tanah. Dan aku pun berasal dari tanah tanah Ambarawa yang kucinta Kita bukanlah anak jadah Kerna kita punya bumi kecintaan.

Upload: rudi-andrianto

Post on 08-Jul-2016

654 views

Category:

Documents


25 download

DESCRIPTION

Analisis Puisi Gugur Karya w

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Puisi Gugur Karya w

ANALISIS PUISI GUGUR KARYA W.S. RENDRA

GUGUR

Ia merangkakdi atas bumi yang dicintainyaTiada kuasa lagi menegakTelah ia lepaskan dengan gemilangpelor terakhir dari bedilnyaKe dada musuh yang merebut kotanya

Ia merangkakdi atas bumi yang dicintainyaIa sudah tualuka-luka di badannya

Bagai harimau tuasusah payah maut menjeratnyaMatanya bagai sagamenatap musuh pergi dari kotanya

Sesudah pertempuran yang gemilang itulima pemuda mengangkatnyadi antaranya anaknyaIa menolakdan tetap merangkakmenuju kota kesayangannya

Ia merangkakdi atas bumi yang dicintainyaBelumlagi selusin tindakmautpun menghadangnya.Ketika anaknya memegang tangannyaia berkata :" Yang berasal dari tanahkembali rebah pada tanah.Dan aku pun berasal dari tanahtanah Ambarawa yang kucintaKita bukanlah anak jadahKerna kita punya bumi kecintaan.Bumi yang menyusui kitadengan mata airnya.Bumi kita adalah tempat pautan yang sah.Bumi kita adalah kehormatan.Bumi kita adalah juwa dari jiwa.Ia adalah bumi nenek moyang.Ia adalah bumi waris yang sekarang.Ia adalah bumi waris yang akan datang."

Page 2: Analisis Puisi Gugur Karya w

Hari pun berangkat malamBumi berpeluh dan terbakarKerna api menyala di kota Ambarawa

Orang tua itu kembali berkata :"Lihatlah, hari telah fajar !Wahai bumi yang indah,kita akan berpelukan buat selama-lamanya !Nanti sekali waktuseorang cucukuakan menacapkan bajakdi bumi tempatku berkuburkemudian akan ditanamnya benihdan tumbuh dengan suburMaka ia pun berkata :-Alangkah gemburnya tanah di sini!"Hari pun lengkap malamketika menutup matanya

Karya :W.S. Rendra 

Page 3: Analisis Puisi Gugur Karya w

A. Unsur Intrinsik puisi Gugur

Tema

Tema dari puisi Gugur adalah tentang perjuangan membela kemerdekaann di

tanah Ambarawa. Dimana seseorang berjuang melawan penjajah hingga tumpah

darah, hanya untuk memperjuangkan tanah ambarawa. Karena itu hanya salah

satu warisan leluhur yang subur, maka dari itu harus diperjuangkan dan

dilestarikan untuk generasi yang akan datang.

Perasaan / Suasana

Dalam puisi Gugur di atas, terasa bahwa  sedang dalam keadaan haru, karena

menggambarkan seorang pejuang yang sedang dalam keadaan sekarat. Ia sangat

tangguh, meskipun luka-luka di badannya, ia tak ingin dibopong menuju kota

kesayangannya, Ambarawa, meskipun oleh anaknya sendiri. Ia terus merangkak

menuju kota kesayangannya, namun maut menjeratnya sebelum ia sampai di kota

Ambarawa. Sebelum meninggal ia berkata “yang berasal dari tanah kembali rebah

pada tanah”, maksudnya yaitu kita tidak boleh sombong, karena pada hakikatnya

kita semua sama, sama-sama berasal dari tanah.  

Diksi

Gaya atau style menjadi masalah atau bagian dari diksi atau pilihan kata yang

mempersoalkan cocok tidaknya demakaian kata, frasa, atau klausa tertentu untuk

menghadapi hirarki kebahasaan, pilihan kata secara individual, frasa, atau klausa

dan kalimat, bahkan mencakup pula sebuah wacana secara keseluruhan.

Dalam pemilihan kata puisi yanga berjudul Gugur, W.S. Rendra sangat cekatan

dalam pemilihan katanya, ini dapat dilihat dari stuktur kata yang digunakan terikat

satu sama lain sehingga dapat menarik pmabaca untuk membaca dan memahami

isi puisi tersebut.

Gaya Bahasa

Macam Gaya Bahasa atau Majas dalam puisi Gugur

Page 4: Analisis Puisi Gugur Karya w

1. Majas Repetisi → merupakan sebuah penggulangan kata, frasa, dan

kalimat yang terdapat dalam sebuah puisi. Adapun penggulangan kata

yang berkali-kali dikatakan. Seperti: Ia/ Ia merangkak/di atas bumi yang

dicintainya. Kata Ia telah disebutkan berulang kali, yang dimaksud Ia

adalah seorang pejuang yaitu perwira yang berusia senja namun Ia tetap

berjuang untuk membela bumi tercintnya. Selanjutnya Ia merangkak yang

artinya ia tetap berjuang walau tubuhnya tidak mampu lagi untuk

menopang. Dan menggambarkan kronologi kisah dalam puisi Gugur,

dimana Sang Perwira dalam keadaan sekarat dan ia terus merangkak

menuju Ambarawa, walau maut menghadangnya. Dan di atas bumi yang

dicintainya yang artinya ia berjuang demi bumi yang dicintainya.

2. Majas Sarkasme (sindiran) → menyindir secara langsung dan lebih kasar.

Adapun penyindiran langsung yang terdapat pada bait: Nanti sekali

waktu/seorang cucuku/akan menacapkan bajak/di bumi tempatku

berkubur/kemudian akan ditanamnya benih/dan tumbuh dengan subur.

Yang menggambarkan bahwa pada suatu saat bumi akan menjadi subur

karena hadirnya anak cucu yang akan menanam tumbuhan dibumi

tercintanya.

3. Majas Simbolik → Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau

lambang untuk menyatakan maksud. Adapun majas simbolik dalam bait

untuk sebuah penekanan. Seperti: Bumi yang menyusui kita/dengan mata

airnya/Bumi kita adalah tempat pautan yang sah/Bumi kita adalah

kehormatan/Bumi kita adalah juwa dari jiwa/Ia adalah bumi nenek

moyang/Ia adalah bumi waris yang sekarang/Ia adalah bumi waris yang

akan datang. Yang artinya bahwa bumi adalah segala-galanya maka bumi

harus diperjuangkan dan dijaga demi keberlangsungan anak cucu. 

4. Majas Fabel → Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat

berpikir dan bertutur kata. Adapun bait yang menyatakan untuk

menyamakan binatang. Seperti: Bagai harimau tua/susah payah maut

menjeratnya/Matanya bagai saga/menatap musuh pergi dari kotanya. Yang

artinya, seperti harimau tua yang banyak rintangan dapat menghadangnya

dan mata yang sinis menatap musuh lekas pergi dari kota kesayangannya.

Page 5: Analisis Puisi Gugur Karya w

Selanjutnya penjelasan tentang imaji dalam puisi Gugur. Pengertian Imaji,

yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman

indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat

dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual),

dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan

pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang

dialami penyair. Seperti yang terdapat pada puisi Gugur, penggolahan kata

dan kalimat seakan memberikan ekspresi kepada pembaca, yang dimana

pada puisi ini seorang pembaca dapat ikut serta merasakan apa yan telah

digambarkannya.

Imajinasi

Penyair selalu berusaha memberikan gambaran tentang apa yang diungkapkannya

itu dengan kekuatan imajinasi. Dengan pilihan katanya W.S Rendra berusaha

menggugah kemampuan melihat dan meraba. Adapun imajinya sebagai berikut:

1. Imaji Penglihatan (visual) : /Ia merangkak/ /di atas bumi yang

dicintainya/ /Tiada kuasa lagi menegak/ /Telah ia lepaskan dengan

gemilang/ /pelor terakhir dari bedilnya/ /Ke dada musuh yang merebut

kotanya/ /Ia merangkak/ /di atas bumi yang dicintainya/ /Ia sudah tua/

/luka-luka di badannya/ Dari beberapa bait diatas, dapat membuktikan

bahwa imaji penglihatan (visual) sangat menonjol. Karena untuk

merasakannya maka dibutuhkan indra penglihatan.

2. Imaji Raba atau Sentuh (imaji taktil) : /Ketika anaknya memegang

tangannya/ /ia berkata :/ /” Yang berasal dari tanah kembali rebah pada

tanah./ /Dan aku pun berasal dari tanah tanah Ambarawa yang kucinta/

/Kita bukanlah anak jadah/ /Kerna kita punya bumi kecintaan./ /Bumi yang

menyusui kita dengan mata airnya./ /Bumi kita adalah tempat pautan yang

sah./ /Bumi kita adalah kehormatan./ /Bumi kita adalah juwa dari jiwa./ /Ia

adalah bumi nenek moyang./ /Ia adalah bumi waris yang sekarang./ /Ia

adalah bumi waris yang akan datang.”/ /Hari pun berangkat malam/ /Bumi

berpeluh dan terbakar/ /Kerna api menyala di kota Ambarawa/ /Orang tua

itu kembali berkata :/ /“Lihatlah, hari telah fajar !/ /Wahai bumi yang

Page 6: Analisis Puisi Gugur Karya w

indah,/ /kita akan berpelukan buat selama-lamanya !/ /Nanti sekali

waktu/ /seorang cucuku akan menacapkan bajak/ /di bumi tempatku

berkubur /kemudian akan ditanamnya benih dan tumbuh dengan subur/

/Maka ia pun berkata :/ /-Alangkah gemburnya tanah di sini!”/ Dari

beberapa bait diatas, jelaslah bahwa imaji raba atau sentuh (imaji taktil)

tersebut digunakan. Karna terbukti dari seorang anak yang memegang

tanggannya untuk membantunya kembali menuju kota kesayangannya.

Konkret

Dilihat dari unsur lain yaitu kata-kata konkret pada sajak ini menurut penulis kata

kongkritnya terdapat pada kata ‘ia’ karena diulang sebanyak 11 kali. Kata ‘ia’

menggambarkan seorang perwira yang berusia senja, namun tetap semangat dan

pantang menyerah demi tanah air Indonesia dan kata kunci pada puisi Gugur

terdapat pada kata ‘merangkak’, ‘maut’, ‘menutup matanya’. Ketiga kata tersebut,

menggambarkan kronologi kisah dalam puisi Gugur, dimana Sang Perwira dalam

keadaan sekarat dan ia terus merangkak menuju Ambarawa, walau maut

menghadangnya..Dari pernyataan yang singkat ini mampu mengkonkretkan atau

memberikan gambaran yang jelas tentang suasana dalam puisi tersebut

Makna Esensial

Makna Esensial Yang Terkandung Dari Puisi Gugur, yaitu: Puisi Gugur

menggambar tentang seorang pejuang yang keadaannya sangat memperihatinkan,

keadaannya sekarat tak berdaya. Ia sangat tangguh, ia tak mudah menyerah

melawan musuh meskipun banyak luka dibadannya. Ia tak ingin ditolong untuk

menuj kekota kesayangannya, sekalipun itu anaknya sendiri. Ia terus merangkak

menuju kota kesayangannya, namun pada akhirnya maut menjeratnya sebelum ia

tiba di kota Ambarawa. Dan sebelum ia meninggal, ia berkata “yang berasal dari

tanah kembali rebah pada tanah”, yang artinya kita tidak boleh sombong, karena

pada hakekatmya kita akan kembali ke tanah, karena berasal dari tanah. Dalam

puisi Gugur ini sering disebutkan ‘Ia’, beberapa kali penggulangan ‘Ia’ diperjelas.

Kata ‘Ia’ disini digambarkan sebagai seorang perwira yang telah berusia senja,

namun tetap semangat dan pantang menyerah demi tanah air Indonesia. Dan

terdapat kata ‘merangkak’, ‘maut’, ‘menutup matanya’. Ketiga kata tersebut

Page 7: Analisis Puisi Gugur Karya w

menggambarkan kronologi kisah dalam puisi Gugur, dimana sang pejuang meski

dalam keadaan sekarat namn ia terus merangkak menuju kota kesayangannya,

Ambarawa. Walau pada akhirnya maut menjemputnya

B. Unsur ekstrinsik puisi

Tipografi

Pada puisi Gugur, tipografi yang digunakan penulis cukup unik, tidak terikat oleh

bait dan larik. Selain bait dan larik, pada puisi tersebut terdapat unsur non bahasa

lain, tanda baca seperti: tanda seru (!), titik(.), titik dua(:), petik(“) dan (-). Ini

terlihat pada bait berikut:

Maka ia pun berkata : 

Alangkah gemburnya tanah di sini!" 

1. Tempat penulisan puisi “Gugur” tidak cantumkan.  

2. Waktu Penulisan puisi yang berjudul Gugur tidak dicantumkan.

3. Nilai nilai yang terkandung:

4.

Nilai

Nilai moral 

Nilai moral dapat dilihat dari puisi gugur diatas pada bait berikut, sebelum

meninggal ia berkata “yang berasal dari tanah kembali rebah pada tanah”,

maksudnya yaitu kita tidak boleh sombong, karena pada hakikatnya kita semua

sama, sama-sama berasal dari tanah.