analisis produksi karet oleh petani yang bermitra …

104
i ANALISIS PRODUKSI KARET OLEH PETANI YANG BERMITRA DENGAN PT. LONSUM DI KECAMATAN UJUNG LOE KABUPATEN BULUKUMBA NUR FADILAH 105960091611 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2015

Upload: others

Post on 05-Nov-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

ANALISIS PRODUKSI KARET OLEH PETANI YANGBERMITRA DENGAN PT. LONSUM DI KECAMATAN

UJUNG LOE KABUPATEN BULUKUMBA

NUR FADILAH

105960091611

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

ii

ANALISIS PRODUKSI KARET OLEH PETANI YANG BERMITRADENGAN PT.LONSUM DI KECAMATAN UJUNG LOE

KABUPATEN BULUKUMBA

NUR FADILAH

105960091611

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana PertanianSrata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Analisis Produksi Karet Oleh Petani Yang BermitraDengan PT.Lonsum di Kecamatan Ujung LoeKabupaten Bulukumba

Nama : Nur fadilah

Stambuk : 105960091611

Konsentrasi : Sosial Ekonomi Pertanian

Program Studi : Agribisnis

Fakultas : Pertanian

Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Mohammad Natsir,SP,Mp St. Aisyah R,S.Pt.,M.Si

Diketahui

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Prodi Agribisnis

Ir. Saleh Molla,M.M Amruddin, S.Pt.,M.Si

iv

PENGESAHAN KOMISIS PENGUJI

Judul : Analisis Produksi Karet Oleh Petani Karet yang Bermitradengan PT.Lonsum di Kecamatan Ujung Loe KabupatenBulukumba

Nama : Nur fadilah

Stambuk : 105960091611

Konsentrasi : Sosial Ekonomi Pertanian

Program Studi : Agribisnis

Fakultas : Pertanian

KOMISI PENGUJI

Nama Tanda Tangan

1. Dr. Mohammad Natsir.SP,MPKetua Sidang

2. St. Aisyah R,S.Pt.,M.SiSekertaris

3. Dr.Ir. kasifah,MpAnggota

4. Sitti Arwati, SP.,M.SiAnggota

Tanggal Lulus:…………………

v

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : Analisis Produksi

Karet Oleh Petani Karet yang Bermitra Denga PT.Lonsum di Kecamatan

Ujung Loe Kabupaten Bulukumba adalah benar merupakan hasil karya yang

belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua

sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, Mei 2015

Nur fadilah

105960091611

vi

ABSTRAK

NUR FADILAH.105960091611. Analisis Produksi Karet Oleh Petani YangBermitra Dengan PT.Lonsum di Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba.Dibimbing oleh MOHAMMAD NATSIR dan ST.AISYAH R.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Saluran dan efesiensi produksikaret oleh petani karet yang bermitra dengan PT.Lonsum di Kecamatan UjungLoe Kabupaten Bulukumba.

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi karet di Kecamatan Ujung LoeKabupaten Bulukumba adalah luas lahan, umur tanaman, pupuk, pestisida, usiapetani, tenaga kerja, pendapatan dan dummy. Adapun factor yang palingberpengaruh terhadap produksi karet di Kecamatan Ujung Loe KabupatenBulukumba yaitu pupuk dan pendapatan.

Elastisitas produksi karet di Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumbaterdapat pada pestisida, pupuk, pendapatan usaha petani karet dan dummy dimanavariabel tersebut berada pada daerah Increasing Rate, Dimana pada kondisitersebut bila ditambahkan, petani masih mungkin mengharapkan peningkatanproduksi dari sebelumnya. Sedangkan pada tahap Decreasing Rate terdapat padavariabel tenaga kerja, luas lahan, umur tanaman dan usia petani. Pada kondisi iniapabila ditambahkan maka petani akan memperoleh produksi yang berkurang.

Pendapatan kotor yang diperoleh oleh petani penggarap dan petani pemiliklebih tinggi petani penggarap karena penggunaan faktor produksinya pada petanipenggarap lebih terkontrol dan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tanamankaret. Berbeda dengan petani pemilik yang penggunaan variabelnya tidak sesuaiatau masih kurang sesuai yang dibutuhkan oleh tanaman karet.

vii

KATA PENGANTAR

“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh”

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas

berkat rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini. Salam dan salawat kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang merupakan

tauladan bagi kaum muslimin dimuka bumi ini. Walaupun berbagai macam

tantangan yang dihadapi, tetapi semua itu telah memberikan pengalaman yang

berharga untuk dijadikan pelajaran dimasa yang akan datang.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar

Sarjana Pertanian (Sp) pada Jurusan agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar, yang berjudul “Analisis Produksi Karet Oleh Petani

Yang Bermitra Dengan PT.Lonsum di Desa Tamatto Kecamatan Ujung Loe

Kabupaten Bulukumba”.

Kami menyadari bahwa selesainya penulisan skripsi ini banyak

memperoleh bantuan dari berbagai pihak baik berupa petunjuk, bimbingan

maupun dorongan moril dan materil, untuk itu pada kesempatan ini dengan segala

kerendahan hati penulis haturkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT karena berkat nikmat dan izinnya sehingga saya bisa

menyelesaikan skripsi ini dan tak lupa pula kepada nabi tercinta, yaitu Nabi

viii

Muhammad SAW berkat beliau kita bisa lepas dari masa kebedohan ke masa

yang berpendidikan seperti yang kita rasakan ini.

2. Kedua orang tua penulis ibu tercinta Dawalia yang tak akan tergantikan dan

ayahanda Alm Demma yang telah melahirkan membesarkan dan tak henti-

hentinya mencurahkan kasih sayangnya pengorbanan yang diberikan kepada

saya dalam menempuh jenjang pendidikan.

3. Dr. Mohammad Natsir, Sp, Mp selaku pembimbing I dan St. Aisyah R,

S.Pt.,M.Si selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya untuk

membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi dapat terselesaikan.

4. Bapak Ir. Saleh Molla, M.M selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar.

5. Bapak Amruddin, S.Pt., M.Si selaku ketua Jurusan Agribisnis fakultas

Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

6. Para dosen dan karyawan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada penulis.

7. Kepada pihak pemerintah Kecamatan Ujung Loe khususnya kepala PT.

Lonsum beserta jajarannya serta para petani yang telah mengizinkan penulis

untuk melakukan penelitian di Daerah tersebut.

8. Teristimewa kepada kakak tercinta Sitti Ramlah Sag, Nur hayati dan Marjudin

yang senantiasa memberi semangat dan dorongan moril dalam menyelesaikan

skripsi ini.

9. Dan khusus kepada sahabat Ongoler’s (Mardiana, Susi Susanti, Rina Sri

Buana dan Nuraeni) yang selalu menyemangati, membuat tersenyum dan

ix

selalu menghibur dalam kegalauan meskipun dalam tingkah gila sehingga

penyusunan skripsi dari awal sampai akhir bisa terselesaikan.

10. Semua sahabat dan teman-teman yang tidak dapat disebut satu persatu serta

seluruh rekan-rekan Mahasiswa Jurusan Agribisnis khususnya teman-teman

angkatan 2011 yang selalu memberikan motivasi dan bantuan dalam

penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan atas

kebaikan dan bantuan rekan-rekan sekalian, Amin.

Kami menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu kritikan dan saran pembaca yang sifatnya

membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Dengan segala kerendahan hati dan ketulusan jiwa kami berharap semoga

skripsi ini, dapat memberikan manfaat bagi peningkatan dan pengembangan

pendidikan khususnya pada Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar. Amien

Wassalam

Makassar, Mei 2015

Nur fadilah

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ........................................ iii

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iv

ABSTRAK…………. .......................................................................................v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

DAFTAR ISI………….................................................................................. vii

DAFTAR TABEL……................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................x

I. PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................3

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..........................................................4

II. TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5

2.1 Fungsi Produksi.....................................................................................5

2.2 Elastisitas Produksi .............................................................................11

2.3 Fungsi Produksi...................................................................................15

2.4 Pendapatan Usaha Tani .......................................................................18

2.5 Hipotesis..............................................................................................21

2.6 Kerangka Pikir ....................................................................................22

xi

III. METODE PENELITIAN.........................................................................23

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................23

3.2 Teknik Penentuan Sampel...................................................................23

3.3 Jenis dan Sumber Data ........................................................................23

3.4 Teknik Pengumpulan Data..................................................................25

3.5 Teknik Analisis Data...........................................................................26

3.6 Definisis Operasional ..........................................................................31

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ....................................33

4.1 Letak Geografis ...................................................................................33

4.2 Luas dan Penggunaan Lahan...............................................................34

4.3 Iklim ....................................................................................................36

4.4 Kondisi Demokrafis ............................................................................36

4.5 Kondisi Pertanian ................................................................................41

V. PEMBAHASAN ........................................................................................43

5.1 Identitas Responden Petani Karet .......................................................43

5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Karet ...........................50

5.3 Analisis Data .......................................................................................54

VI. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................75

6.1 Kesimpulan .........................................................................................75

6.2 Saran....................................................................................................76

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan di Desa Tamatto, 2012.........................49

2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, di Desa Tamatto, 2012 ..............52

3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Tamatto, 2012 ...........52

4. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Tamatto, 2012.......54

5. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Tamatto,2012 ..........55

6. Tanaman Pokok Rakyat dan Tanaman Perdagangan Rakyatdi Desa Tamatto Tahun 2012 ...............................................…. ....................57

7. Identitas Responden Petani Penggarap diTingkat Umurdi Desa Tamatto....................................................................…. ....................59

8. Identitas Responden Petani Penggarap di Tingkat Pendidikan,di Desa Tamatto....................................................................…. ....................60

9. Identitas Responden Petani Penggarap dari Pengalaman Bertanidi Desa Tamatto.................................................................... .........................61

10. Identitas Responden Petani Pemilik diTingkat Umur di Desa Tamatto .....62

11. Identitas Responden Petani Pemilik diTingkat Pendidikandi Desa Tamatto .................................................................…. ....................62

12. Identitas Responden Petani Pemilik di Tingkat Pengalaman Bertanidi Desa Tamatto .................................................................…. ....................63

13. Hasil Analisis Regresi Berganda Model Produksi Karet denganMetode Least Squares dan Menggunakan Program Eviews-8 ....................70

14. Hasil Uji t pada produksi karet di Desa Tamatto,2015 ......…. ....................76

15. Hasil Analisis Regresi untuk Melihat Koefisien Regresi...…. ....................81

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Hubungan fungsional produksi fisik dan faktor produksi ..............................19

2. Hukum Kenaikan Hasil Yang Berkurang………………...............................22

3. Skema Kerangka Pikir Penelitian…………………………...........................36

4. Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho Untuk Uji F……………………..….56

5. Hubungan Antara Variabel Input dan Output……………. ...........................66

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

Teks

1. Kuesioner Penelitian ....................................................................................80

2. Identitas Responden Petani Pemilik .............................................................84

3. Identitas Responden Petani Penggarap.........................................................86

4. Rekapitulasi Data Mengenai Hasil Analisis Regresi Berganda ModelProduksi Karet dengan Metode Least Squares dan MenggunakanProgram Eviews-8 .................................................................................... 87

5. Tingkat Korelasi antar Variabel terhadap Multikolineritas ProduksiKaret dengan Metode Least Squares dan MenggunakanProgram Eviews-8 ...................................................................................... 88

6. Grafik Residual, Actual dan Fitted dari Hasil Estimasi AnalsisRegresi Berganda Model Produksi Karet dengan MetodeLeast Squares dan Menggunakan Program Eviews .................................... 88

7. Peta Lokasi Penelitian ................................................................................. 89

8. Dokumentasi Penelitian............................................................................... 90

9. Jadwal Pelaksanaan Penelitian .................................................................... 93

1

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai produsen karet nomor satu di dunia akhir-akhir ini

terdesak oleh dua Negara tetangga : Malaysia dan Thailand. Peranan karet dan

barang karet terhadap ekspor nasional tidak dapat dianggap kecil mengingat

Indonesia merupakan produsen karet urutan ke-2 terbesar di dunia dengan

produksi sebesar 2,8 juta ton pada tahun 2011 setelah Thailand (produksi sebesar

2,97 juta ton) dan negara yang memiliki luas lahan karet terbesar di dunia dengan

luas lahan mencapai 3,5 juta hektar di tahun 2011. (Sumber : IRSG (International

Rubber Study Group)

Menurut Ditjen Perkebunan, Departemen Pertanian luas lahan karet

di Indonesia yang dimiliki Indonesia pada tahun 2011 mencapai 2,7 – 3,5 juta

hektar. Ini merupakan lahan karet yang terluas di dunia. Sayangnya perkebunan

karet yang luas tidak diimbangi dengan produktivitas yang memuaskan.

Produktivitas lahan karet di Indonesia rata-rata rendah dan mutu karet yang

dihasilkan juga kurang memuaskan. Bahkan di pasaran internasional karet

Indonesia terkenal sebagai karet bermutu rendah .

Ada tiga jenis perkebunan karet yang ada di Indonesia yaitu Perkebunan

Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN) dan Perkebunan Besar Swasta

(PBS). Dari ketiga jenis perkebunan tersebut, PR mendominasi luas lahan yang

mencapai 2,84 juta hektar atau sekitar 85% dari lahan perkebunan karet. Bila

2

dilihat pada tahun 2011, luas perkebunan rakyat mencapai 66,433,2 ribu hektar

sedangkan luas perkebunan besar hanya 514 ribu hektar.

Banyak perkebunan karet yang tersebar di berbagai provinsi di Indonesia.

Salah satunya di Sulawesi Selatan khususnya di Kabupaten Bulukumba.

Bulukumba merupakan penghasil karet di Sulawesi selatan dengan produksi karet

pada tahun 2011 sebanyak 7.343 ton yang terdiri dari produksi pertanian rakyat

1.250 ton dan produksi pertanian swasta 6.093 ton. Yang tersebar di 19.900 ha,

dimana luas lahan pertanian karet terdiri dari perkebunan rakyat 14.105 ha dan

perkebunan swasta 5.975 ha. Dalam penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa

pertanian karet rakyat dengan luas lahan 19.900 ha memproduksi karet lebih kecil

dengan 1.250 ton sedangkan pertanian karet swasta yang memiliki lahan yang

lebih sedikit yaitu 5.975 ha tetapi dapat memproduksi karet yang lebih besar

dengan 6.093 ton. Maka terlihat masalah besar yang dihadapi oleh pertanian karet

rakyat dalam hal pengelolaan pertanian.(Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi

Selatan Makassar, 2011).

Perkebunan karet rakyat di Kabupaten Bulukumba sebagian besar sudah

membudaya dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Umumnya diusahakan oleh

petani dalam skala kecil (sempit) dengan sistem tradisional. Berbeda dengan yang

diusahakan oleh perusahaan pemerintah/swasta yang dilakukan dalam skala besar

dengan sistem teknologi modern. Namun demikian, dilihat dari proporsi luasan,

kebun karet-rakyat tetap mendominasi, sehingga usaha itu patut diperhitungkan,

karena dapat menentukan dinamika perkaretan Indonesia.

3

Walaupun pengembangan pertanian karet mengalami prospek yang cerah,

namun masih ditemukan beberapa masalah dalam proses pengelolaannya oleh

petani. Keberhasilan dari pada usaha perkebunan karet sangat ditentukan oleh

kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki oleh petani dalam mengelolah

pertanian yang diusahakannya. Pengelolaan usaha tani karet secara tepat dapat

memberikan hasil produksi yang tinggi dan tingkat keuntungan yang memadai.

Misalnya bagaimana petani menentukan sikap mereka dalam penanganan usaha

tani karet mereka, penggunaan bibit unggul, pengelolahan tanah yang baik,

pemupukan secara tepat waktu, jenis dan dosis, pemeliharaan seacara intensif,

perlakuan pasca panen yang baik dan kegiatan-kegiatan lain yang menyangkut

upaya petani dalam mengelolah usaha tani yang diusahakannya.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka penelitian ini

difokuskan pada sistem pengelolaan usaha tani karet rakyat yang bermitra dengan

PT. LONSUM. Fokus penelitian ini dapat di rumuskan dalam bentuk pertanyaan

sebagai berikut:

a. Faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap produksi karet di Kecamatan

Ujung Loe Kabupaten Bulukumba ?

b. Bagaimana elastisitas produksi karet di Kecamatan Ujung Loe Kabupaten

Bulukumba ?

c. Berapa besar pendapatan kotor petani pemilik dan petani penggarap pada

produksi karet di kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba ?

4

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan perumusan pokok kajian diatas

adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi karet di

Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba.

b. Untuk mengetahui elastisitas produksi karet di Kecamatan Ujung Loe

Kabupaten Bulukumba.

c. Untuk mengetahui pendapatan kotor yang diperoleh petani pemilik dan petani

penggarap di Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba.

Adapun kegunaan penelitian ini yaitu diharapkan mampu memberikan

informasi baru atau data ilmiah sebagai masukan kepada ilmu pengetahuan.

Diharapkan dapat bermanfaat bagi Dinas Pertanian dan perkebunan dan

Dinas Pendidikan dan instansi terkait untuk perbaikan maupun implementasi

program-program kedepannya.

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan dan pengetahuan

penulis dan sebagai salah satu cara untuk mengaplikasikan ilmu dan teori yang

diperoleh di bangku kuliah.

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat dalam

mengambil langkah yang lebih efisien dalam hal pengelolaan usaha tani keret.

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fungsi Produksi

Produksi adalah suatu kegiatan memproses input (faktor produksi) menjadi

suatu output. Produsen dalam melakukan kegiatan produksi, mempunyai landasan

teknis yang didalam teori ekonomi yang disebut “Fungsi Produksi”.

Kegiatan produksi melibatkan dua variabel yang mempunyai hubungan

fungsional atau saling mempengaruhi, yaitu :

1. Berapa output yang harus diproduksi, dan

2. Berapa input yang akan dipergunakan.

Dengan demikian, yang disebut fungsi produksi adalah hubungan

fungsional atau sebab akibat antara input dan output. Dalam hal ini input sebagai

sebab, dan output sebagai akibat. Atau input sebagai variabel bebas dan output

sebagai sebagai variabel tidak bebas. Input produksi dikenal juga dengan faktor-

faktor produksi, dan output produksi dikenal juga dengan jumlah produksi.

Fungsi produksi merupakan suatu fungsi atau persamaan yang menyatakan

hubungan antara tingkat output dengan tingkat penggunaan input-input.

Hubungan antara jumlah output Q dengan jumlah input yang dipergunakan dalam

produksi X1, X2, X3….Xn, secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

Q = F (X1, X2, X3….Xn)

Q = Output

X = Input

6

Gambar 1. Hubungan fungsional produksi fisik dan faktor produksi

Produksi fisik dihasilkan oleh bekerjanya beberapa faktor produksi

sekaligus, yaitu tanah, modal, dan tenaga kerja. Untuk menggambarkan dan/atau

menganalisis peranan masing-masing faktor produksi terhadap produksi fisik, dari

sejumlah faktor produksi yang digunakan, salah satu faktor produksi dianggap

variabel ( berubah-ubah ), dan sementara faktor produksi lainnya diasumsikan

konstan ( tidak berubah ). Dalam bentuk grafik, fungsi produksi merupakan kurva

melengkung dari kiri bawah ke kanan atas yang setelah sampai titik tertentu

kemudian berubah arah sampai titik maksimum dan berbalik turun kembali.

Ketika input-input produksi terdiri dari capital, labour, resources dan

teknologi maka persamaan produksi menjadi sebagai berikut :

Q = F (C, L, R, T)

Dimana :

Q = Quantity, atau jumlah produksi yang dihasilkan

F = Fungsi, atau simbol persamaan fungsional

C = Capital, atau modal atau sarana yang digunakan

Produksifisik

Faktor Produksi

X

Q

7

L = Labour, tenaga kerja

R = Resources, sumber daya alam

T = Teknologi, teknologi dan kewirausahaan

Persamaan tersebut menjelaskan bahwa output dari suatu produksi

merupakan fungsi atau dipengaruhi atau akibat dari input. Artinya setip barang

yang dihasikan dari produksi akan tergantung pada jenis/macam dari input yang

digunakan. Perubahan yang terjadi pada input akan menyebabkan terjadinya

perubahan pada output.

2.2.1 Hukum Kenaikan Hasil yang Berkurang

Menurut Samuelson dan Nordhaus (2003), hukum pertambahan hasil

yang semakin berkurang menyatakan bahwa kita akan mendapatkan sedikit

dan semakin sedikit tambahan output ketika kita menambahkan satu satuan

input sementara input yang lain konstan. Dengan kata lain, produk marjinal

dari tiap unit input akan turun meskipun jumlah dari input itu bertambah,

sementara seluruh input lain konstan.

Hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang menggambarkan

hubungan yang sangat mendasar. Semakin banyak suatu input, seperti tenaga

kerja ditambahkan terhadap sejumlah tanah, mesin dan faktor produksi lain

yang tetap, input tenaga kerja akan mempunyai fungsi yang terus menurun

ketika faktor produksi yang lain tetap. Tanah menjadi lebih penuh sesak,

kapasitas kerja mesin menjadi berlebihan, dan produk marjinal tenaga kerja

menurun.

8

Dalam Sadono Sukirno (2005), Total Product (TP) merupakan

produksi total yang dihasilkan oleh suatu proses produksi. Marginal Product

(MP) yaitu tambahan produksi yang diakibatkan oleh pertambahan satu

tenaga kerja yang digunakan.

Apabila ∆TP adalah pertambahan produksi total, maka produsi

marjinal (MP) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :

MP = ΔTP/ΔL

Average Product (AP) adalah produksi yang secara rata-rata dihasilkan

oleh setiap pekerja. Apabila produksi total adalah TP, jumlah tenaga kerja

adalah L, maka produksi rata-rata (AP) dapat dihitung

AP = TP/L

Gambar Tahapan dari Suatu Produksi di bawah dapat dibagi menjadi

tiga bagian daerah produksi, yaitu pada saat AP naik hingga AP maksimum

(daerah I), dari AP maksimum hingga TP maksimum atau MP = 0 (daerah II)

dan daerah TP yang menurun (daerah III). Pada daerah I dikatakan “irrasional

region” karena penggunaan input masih menaikkan TP sehingga pendapatan

masih dapat terus diperbesar. Daerah II adalah “rasional region” karena pada

daerah ini dimungkinkan pencapaian pendapatan maksimum, pada daerah ini

pula tercapai TP maksimum.

9

Sumber : Pindyck, Roberts dan Daniel L. Rubinfield, 1995

Gambar 2. Hukum Kenaikan Hasil Yang Berkurang

Hubungan antara ketiga kurva tersebut adalah pada saat semua

masukan kecuali tenaga kerja adalah tetap, kurva total product, dalam

grafik (a) memperlihatkan output produksi untuk tingkat masukan tenaga

kerja yang berbeda. Pada average dan marginal product dalam grafik (b)

demikian pula seperti kurva Total Produk. Di titik B pada grafik (a)

average product dari masukan tenaga kerja memberikan garis yang

menaik dan cembung ke atas. Dari kurva produksi total (TP) dapat dibagi

menjadi tiga tahap daerah produksi, yaitu daerah I. II dan III. stage 1

10

dimana setiap penambahan faktor produksi mengakibatkan kenaikan hasil.

hal itu terus terjadi sampai pada titik A yang disebut titik inflection point

atau titik balik, dimana Pada titik balik (inflection point) terjadi perubahan

dari kenaikan hasil bertambah menjadi kenaikan hasil berkurang, di mana

produk marginal mencapai maksimum sedangkan produk rata-rata masih

terus naik. pada garis sepanjang A sampai B setiap faktor produksi yang

ditambahkan masih dapat mengakibatkan kenaikan hasil namun dengan

penambahan yang tidak sebesar pada saat di garis sebelum titik A. pada

titik B yaitu disebut titik optimum dimana MP = AP. sedangkan titik C

adalah titik maksimum dimana MP = 0, artinya penambahan faktor

produksi tidak daapat mengakibatkan kenaikan hasil sama sekali atau 0.

kemudian jika ditambahkan faktor produksi lagi justru kenaikan hasil yang

dihasilakan akan negatif. Sebagai seorang produsen yang rasional akan

berproduksi pada tahap II, hal ini disebabkan pada daerah ini tambahan

satu unit faktor produksi akan memberikan tambahan produksi total (TP),

walaupun produksi rata-rata (AP) dan marginal produk (MP) menurun

tetapi masih positif (Hasan BT dan Gunawan S, 1989). Pentingnya fungsi

produksi dalam teori produksi adalah karena :

a. Dengan fungsi produksi dapat diketahui hubungan antara faktor

produksi dan produksi secara langsung dan hubungan tersebut dapat

dengan mudah dimengerti.

b. Dengan fungsi produksi dapat diketahui hubungan antara variabel yang

menjelaskan (X) sekaligus hubungan antar variabel penjelas.

11

2.3 Elastisitas Produksi

Dalam ilmu ekonomi, elastisitas adalah perbandingan perubahan

proporsional dari sebuah variabel dengan perubahan variabel dengan perubahan

variabel lainnya. Dengan kata lain, elastisitas mengukur seberapa besar kepekaan

atau reaksi konsumen terhadap perubahan harga.

Penggunaan paling umum dari konsep elastisitas ini adalah untuk

meramalkan apa yang akan terjadi jika harga barang/jasa dinaikkan. Pengetahuan

mengenai seberapa dampak perubahan harga terhadap permintaan sangatlah

penting. Bagi produsen, pnengetahuan ini digunakan sebagai pedoman seberapa

besar ia harus mengubah harga produknya. Hal ini sangat berkaitan dengan

seberapa besar penerimaan penjualan yang akan ia peroleh. Sebagai contoh,

anggaplah biaya produksi sebuah barang meningkat sehingga seorang produsen

terpaksa menaikkan harga jual produknya.

Menurut hukum permintaan, tindakan menaikkan harga ini jelas akan

menurunkan permintaan. Jika permintaan hanya menurun dalam jumlah yang

kecil, kenaikan harga akan menutupi biaya produksi sehingga produsen masih

mendapatkan keuntungan. Namun, jika peningkatan harga ini ternyata

menurunkan permintaan demikian besar, maka bukan keuntungan yang ia peroleh.

Hasil penualanya mungkin saja tidak dapat menutupi biaya produksinya, sehingga

ia menderita kerugian. Jelas di sini bahwa produse harus mempertimbangkan

tingkat elastisitas barang produksinya sebelum membuat suatu keputusan. Ia harus

memperkirakan seberapa besar kepekaan konsumen atau seberapa besar

12

konsumen akan beraksi jika ia mengubah harga sebesar sepuluh persen, dua puluh

persen, dan seterusnya.

Koefiisien elastisitas diukur dari presentase perubahan kuantitas barang

dibagi dengan presentase perubahan harga. Secara sederhana kalimat tersebut

dapat dirumuskan :

Eₓ,у ≅ ⃒ ⃒Atau secara umum, elastisitas “Y” terhadap X adalah :

Eₓ,у =⃒ ⃒ = ⃒ . ⃒Elastisitas biasa disimbolkan sebagai “E”, “e” atau eplison kecil, sebagai

'ɛ'. Selain elastisitas linear tersebut ada juga elastisitas non linear. Konsep

elastisitas juga digunakan dalam teori produksi dengan menggunakan 2 faktor

input.

a. Elastisitas Produksi Untuk 1 Faktor Input (1 Faktor Produksi)

Untuk produksi yang menggunakan 1 faktor input secara teoritis telah

dijelaskan bagaimana strategi penggunaan tersebut yaitu dengan

memperhatikan MP dan Ap. Bila Mp = 0, maka sebaiknya tidak perlu

menambahkan factor input lagi. Tapi menentukan nialai MP = 0 terkadang

relative sulit bila tidak mengektrapolasinya dengan memanfaatkan model dan

gaya matematika (teknik derivasi), lagi pula hal ini relative mengandung resiko

karena jarang ada perusahaan bisa menentukan kapan tambahan faktor input

tidak memberikan tambahan apa-apa pada produksi. Kesulitan ini bisa diatasi

dengan menetukan nilai elastisitas produksinya dengan rumus ;

13

Untuk Q = TP =Produksi

Untuk I = input = faKtor produksi

Maka elastisitas produksinya :

Ep = X ↔ X →~ → = MP, =AP → =Bila :

EP > 1→ > →EP < 1 → < →EP = 1→ = →EP = 0→ = 0, = ∞ →EP =∞ → = ∞, = 0 →Jadi elastisitas tidak lain adalah perbandingan antara nilai marginal

produksi dengan rata –rata produksi. Misalkan MP = AP maka EP = , jadi

pantaslah mengapa produksi dianggap sudah mapan bila MP = AP, karena

tambahan 1faktor input hanya akan memberikan tambahan 1 produksi dalam

produksi. Akan tetapi bila MP > AP maka produksi tentu saja bersifat elastis.

Bila ini terjadi maka penambahan factor input layak untuk setiap penambahan

1 faktor input akan memberikan penambhan lebih dari 1 jumlah produksi.

b. Elastisitas Produksi Untuk 2 Faktor Input (2 Faktor Produksi)

Konsep elastisitas juga digunakan dalam teori produksi dengan

menggunakan 2 faktor input. Secara khusus fugsi produksi yang memanfaatkan

14

parameter nilai elastisitas produksi yang memanfaatkan parameter nilai

elastisitas produksi adalah fungsi produksi Cobb – Douglas.

Douglas dari Amerika Serikat pada 1928 (Sudarsono, 1990)

memperkenalkan suatu fungsi produksi yang diberi nama sesuai dengan nama

mereka yaitu Cobb – Douglas, sebagai berikut :

Q = bₒLᵇ¹Kᵇ²

Di mana :

Q = Produksi

bₒ = Indeks efisiensi

b1 = Parameter

L = Tenaga kerja

b² = Parameter K (modal)

Untuk menyatakan nilai maksimum atas perubahan L dan K terhadap

produksi maka perlu digunakan pendekatan matematis dengan cara

menentukan nilai turunan pertama dari masing-masing faktor input (L dan K)

tersebut ecara parsial sebagai berikut :

Untuk Faktor Input L terhadap produksi :ΔQΔ = , ₒ. ( − ) ↔ 1( 0. 1. 2)Padahal → 0, ᵇ , ᵇ =Berarti → 1( ) = = 1 ( 0. ᵇ , ᵇ )Jadi→ = 1 , =Padahal adalah rata-rata produksi oleh factor input L

15

Dengan demikian :

Ƅ1 = → = Elastisitas faktor input L terhadap produksi

Untuk faktor input K terhadap produksi :ΔΔ = 2, 0, ᵇ , (ᵇ ᵇ ) ↔ 2( 0, ᵇ , ᵇ , )↔ 1( 0, ᵇ . ᵇ )

Padahal → b0, Lᵇ , Kᵇ = QBerarti → 1( ) = = 2( , ᵇ , ᵇ ) ⁻¹Jadi→ = 2 , =Padahal adalah rata-rata produksi oleh factor input K

Dengan demikian :

Ƅ2 = ∆ → = Elastisitas factor input K terhadap produksi.

2.4 Fungsi Produksi

Konsep fungsi produksi dapat digunakan untuk mengungkapkan

hubungan fisik antara masukan (input) dengan keluaran (output) untuk suatu

macam produk, fungsi produk menunjukkan output atau jumlah hasil produksi

maksimum yang dapat dihasilkan per satuan waktu dengan menggunakan

berbagai kombinasi sumber-sumber daya yang dipakai dalam berproduksi.

16

Jumlah produksi yang berbeda-beda dengan sendirinya akan memerlukan

berbagai faktor produksi tersebut dalam jumlah yang berbeda-beda juga. Tetapi

disamping itu untuk satu tingkat produksi tertentu juga dapat digunakan gabungan

faktor produksi yang berbeda. Sebagai contoh untuk memproduksi sejumlah hasil

pekebunan tertentu perlu digunakan tanah yang lebih luas apabila bibit unggul dan

teknik bercocok tanam modern digunakan. Dengan membandingkan berbagai

gabungan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan sejumlah barang tertentu

dapatlah ditentukan gabungan faktor produksi yang paling ekonomis untuk

memproduksi sejumlah barang tersebut (Sadono Sukirno, 2001 ).

a. Fungsi produksi Cobb Douglas

Fungsi produksi Cobb Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang

melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel satu disebut, variabel

dependen (Y) dan variabel yang lain disebut variabel independen (X),

penyelesaian hubungan antara Y dan X biasanya dengan cara referensi dimana

variasi Y akan dipengaruhi varian X. Dengan demikian kaidah-kaidah pada garis

regresi juga berlaku pada penyelesaiain fungsi Cobb Douglas dapat ditulis

persamaan :

Y = aX1b1. X2

b2. … Xnbn e

Bila fungsi Cobb Douglas tersebut dinyatakan oleh hubungan Y dan X

maka :

Y = f (X1, X2, X3 …Xn)

17

Keterangan :

Y = Variabel independen

X = Variabel dependen

a, b = Besaran yang diduga

e = Logaritma natural, e = 2,718

Untuk mempermudah pendugaan persamaan, maka persamaan

tersebut diubah menjadi bentuk linier berganda sebagai berikut :

Ln Y = a + b1LnX1 + b2LnX2 + b3LnX3 + b4LnX4 + b5LnX5 + e

Fungsi produksi Cobb Douglas merupakan fungsi produksi yang sering

dipakai dalam penelitian. Hal ini disebabkan karena fungsi ini mempunyai

beberapa kelebihan, dimana kelebihan-kelebihan tersebut adalah sebagai berikut :

1) Fungsi produksi Cobb Douglas merupakan fungsi produksi yang relatif

mudah dibandingkan dengan fungsi produksi yang lain. Hal ini disebabkan

karena fungsi produksi Cobb Douglas mudah dirubah menjadi bentuk

produksi linier.

2) Fungsi produksi Cobb Douglas dapat mengetahui beberapa aspek produksi

seperti produksi marginal (marginal product), produksi rata-rata (average

product), tingkat kemampuan berfungsi untuk mensubstitusikan (marginal

rate of subtitusi), dan intensitas penggunaan fungsi produksi (efficiency of

production) secara mudah dengan jalan modifikasi matematika.

3) Hasil pendugaan garis melalui fungsi produksi Cobb Douglas akan

menghasilkan regresi yang sekaligus akan menunjukkan besarnya elastisitas.

18

Besarnya elastisitas tersebut akan menunjukkan tingkat besarnya return to

scale, dengan persamaan matematis sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5

Dan besarnya b adalah elastisitas, maka jumlah dari elastisitas merupakan

return to scale. Disamping kelebihan-kelebihan yang dimiliki Cobb Douglas,

maka kelemahan fungsi Douglas adalah spesifikasi variabel yang keliru,

kesalahan pengukuran variabel, bias terhadap manajemen, multikolinieritas data

dan asumsi.

a. Pengujian terhadap Asumsi Klasik

Pengujian terhadap asumsi klasik dilakukan untuk melengkapi pengujian

statistik yang telah dilakukan yaitu uji t dan uji F.

1) Uji Multikolinearitas

Digunakan untuk menunjukkan ada tidaknya hubungan linier yang

sempurna diantara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Hubungan

ini bisa sempurna, bisa tidak. Ada berbagai cara untuk mengetahui ada

tidaknya multikolinearitas, diantaranya dengan melihat nilai koefisien

regresi parsial. Selain itu multikolinearitas dapat juga diketahui dengan

adanya menduga kalau R2 nilai regresi antara variabel bebas.

2) Uji Autokorelasi

Berfungsi untuk mengetahui apakah kesalahan pengganggu menunjukkan

hubungan antara nilai-nilai yang berurutan dari variabel yang sama. Pada

umumnya pengujian untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi

19

menggunakan statistik Durbin Watson, yang dilihat berdasarkan jumlah

selisih kuadrat nilai taksiran faktor-faktor pengganggu yang diurut.

3) Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi bila kesalahan penggunaan tidak mempunyai

variasi yang sama untuk satu observasi akibat parameter estimasi akan bias

dan tidak konsisten dan mempunyai varian yang minimum. Untuk

mendeteksi apakah ada tidaknya heteroskedastisitas

2.5 Pendapatan Usaha Tani

Menurut Hermanto (1994), bahwa besarnya pendapatan yang akan

diperoleh dari suatu kegiatan usahatani tergantung dari beberapa factor yang

mempengaruhi seperti luas lahan, tingkat produksi, identitas pengusaha,

pertanaman, dan efisiensi penggunaan tenaga kerja. Dalam melakukan kegiatan

usahatani, petani berharap dapat meningkatkan pendapatannya sehingga

kebutuhan hidup sehari-hari dapat terpenuhi. Harga dan produktivitas merupakan

sumber dari factor ketidakpastian, sehingga bila harga dan produksi berubah maka

pendapatan yang diterima petani juga berubah (Soekartawi, 1995).

Menurut Gustiyana (2003), bahwa pendapatan dapat dibedakan menjadi

dua yaitu pendapatan usahatani dan pendapatan rumah tangga. Pendapatan

merupakan pengurangan dari penerimaan dengan biaya total. Pendapatan rumah

tangga yaitu pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani ditambah dengan

pendapatan yang berasal dari kegiatan diluar usahatani.

20

Pendapatan usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor (output) dan

biaya produksi (input) yang dihitung dalam per bulan, per tahun, per musim

tanam. Pendapatan luar usahatani seperti berdagang dll.

Pendapatan usahatani menurut Gustiyana (2003), bahwa pendapatan

usahatani dapat dibagi menjadi dua pengertian, yaitu :

1. Pendapatan kotor, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam

usahatani selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan

atau pertukaran hasil produksi yang dinilai dalam rupiah berdasarkan harga pe

satuan berat pada saat pemungutan hasil.

2. Pendapatan bersih, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam satu

tahun dikurangi dengan biaya produksi selama proses produksi. Biaya produksi

meliputi biaya riil tenaga kerja dan biaya riil sarana produksi.

Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur

penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah hasil

perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran

atau biaya yang dimaksudkan sebagai nilai penggunaan sarana produksi dan lain-

lain yang dikeluarkan pada prose produksi tersebut (Ahmadi 2001).

Produksi berkaitan dengan penerimaan dan biaya produksi, penerimaan

tersebut diterima petani karena masih harus dikurangi dengan biaya produksi yaitu

keseluruhan biaya yang dipakai dalam proses poduksi tersebut (Mubyarto, 2000).

21

Menurut Hernanto (2004), ada beberapa faktor yang mempengaruh

pendapatan usahatani :

a) Luas usaha, meliputi areal pertanaman, luas tanaman, luas tanaman rata-rata.

b) Tingkat produksi, yang diukur lewat produktivitas/ha dan indeks pertanaman,

c) Pilihan dan kombinasi,

d) Idensitas perusahaan pertanaman,

e) Efisiensi tenaga kerja.

Menurut Soekartawi (1995), bahwa biaya usahatani adalah semua

pengeluaran yangdipergunakan dalam usahatani. Biaya usahatani dibedakan

menjadi dua yaitu yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya

yang besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang akan

dihasilkan, sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh volume produksi. Secara matematis untuk menghitung

pendapatan usahatan dapat ditulis sebagai berikut := . – i.Pxi – BTT

Dimana :

= Pendapatan (Rp)

Y = Hasil Produksi (Kg)

Py= Harga hasil produksi (Rp)

Xi= Faktor produksi (i=1,2,3…n)

Pxi= Harga factor produksi ke-i (Rp)

BTT= Total biaya (Rp)

22

2.6 Hipotesis

Berdasarkan pada perumusan masalah tersebut maka dibuat hipotesis

sebagai berikut :

a. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi karet seperti luas lahan,

umur tanaman, pupuk, pestisida, usia petani, tenaga kerja, pendapatan dan

dummy mempengaruhi hasil usaha karet secara positif.

b. Elastisitas produksi karet terhadap variabel independen secara bersama-sama

signifikan mempengaruhi produksi (y) atau variabel dependen pada produksi

karet.

c. Produksi karet terhadap petani penggarap dan petani pemilik sama-sama

menghasilkan pendapatan kotor yang sama.

23

2.7 Kerangk Pikir

Pemikiran teoritis yang diwujudkan melalui suatu kerangka menunjukkan

tahapan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan analisis yang sebenarnya.

Gambar 3. Kerangka Pikir Penelitian Analisis Produksi Tanaman Karet yangBermitra dngan PT. Lonsum di Kecamatan Ujung Loe KabupatenBulukumba

Faktor yang MempengaruhiProduksi Karet

Produksi

Fungsi Cobb-Douglas Elastisitas Produksi

Pendapatan Kotor

Petani Karet

Petani PemilikPenggarap

Petani Penggarap

24

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tamatto Kecamatan Ujung Loe

Kabupaten Bulukumba. Penelitian dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan

Maret sampai April 2015.

3.2 Teknik Penentuan Sampel

Populasi penelitian ini adalah petani karet sejumlah 180 petani karet.

Sampel merupakan bagian dari populasi yang menjadi sumber data dalam

penelitian. Penelitian ini dimaksudkan untuk menggeneralisasikan hasil penelitian

sampel terhadap populasi.

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara sengaja (Purposive) sebanyak

25 % dari total petani karet. Ukuran sampel yaitu 45 orang petani karet yang

dianggap representative mewakili petani karet di Kecamatan Ujung Loe.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah :

a. Data kualitatif

Data kualitatif merupakan data yang tidak dapat dihitung dan

bukan berupa angka-angka yang dapat dikuantifisir antara lain budidaya

karet, produksi dimana fungsi produksi dan elastisitas produksi karet serta

25

pendapatan petani baik petani pemilik penggarap maupun petani

penggarap.

b. Data kuantitatif

Data kuantitatif merupakan data yang dapat dihitung yaitu data

berupa angka-angka yang dapat dikuantifisir antara lain data output dari

proses budidaya karet, biaya produksi dan biaya variabel yang diperoleh

dari faktor produksi.

Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan penulis :

a. Data primer

Data Primer yaitu data-data yang diperoleh dari perusahaan dan

wawancara langsung dengan petani dan karyawan perusahaan yang

dianggap berkaitan dengan penelitian ini.

b. Data sekunder

Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari lembaga-lembaga yang

erat hubungannya dengan penelitian ini, dengan cara pengutipan data dan

membaca referensi serta literatur lainnya yang relevan dengan masalah yang

dibahas dan juga sebagai alat analisis dalam pemecahan permasalahan.

26

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

a. Observasi (Observasi)

Observasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan penulusuran

sumber data dari obyek penelitian dan kepustakaan untuk mengumpulkan data

sekunder dengan cara membaca buku-buku dan literatur-literatur serta data-

data tersedia yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

b. Wawancara (Interview)

Wawancara dilakukan pada informan yang dipilih dan dianggap dapat

memberikan informasi tentang focus masalah penelitian. Untuk melakukan

wawancara terlebih dahulu dipersiapkan pedoman wawancara namun pada

situasi tertentu, wawancara dapat dilakukan secara spontan, seperti dalam

pembicaraan sehari-hari tetapi tetap terfokus pada masalah penelitian mengenai

“Analisis Produksi Karet Oleh Petani yang Bermitra dengan PT, LONSUM

di Kecamaan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba”.

c. Kepustakaan

Kepustakaan yaitu teknik penelitian yang menggunakan berbagai macam

kepustakaan dengan mengumpulkan data-data sekunder melalui literatur yang

telah ada guna membantu memahami secara umum.

27

3.5 Teknik Analisis Data

Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Analisis Kuantitatif

Analisis yang digunakan yaitu dengan menggunakan angka-angka

perhitungan yang berguna untuk menghitung variabel bebas terhadap

variabel tak bebas. Alat analisis kuantitatif yang digunakan adalah :

1. Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda digunakan untuk menghitung besarnya

pengaruh variabel bebas yaitu tenaga kerja, luas lahan, pupuk, modal,

dan upah terhadap variabel tidak bebas (produksi) dengan

menggunakan fungsi Cobb Douglas sebagai berikut : (Sukirno, 2006 ).

Y = b0 X1b1. X2

b2. X3b3. X4

b4. X5b5.X5ᵇ6.X6

b6.X7

b7.X8b8.e

Untuk menganalisis hubungan variabel independen (X)

terhadap variabel dependen (Y) maka kita perlu mengubah bentuk

linier. Tujuannya untuk mempermudah analisis regresi antara kedua

variabel secara lebih tepat dan konstan. Bentuk liniernya dapat ditulis

sebagai berikut : (Sukirno, 2006 ).

Ln Y = b0 + b1LnLL + b2LnUT + b3LnPPK + b4LnPEST + b5LnUP +

b6LnTK + b7LnPUTK + b8VD + e

28

Keterangan :

Y = Produksi (Ton)

b0 = Koefisien Regresi

LL = Luas Lahan

UT = Umur Tanaman (Ha)

PPK = Pupuk Urea/Kcl (Kg)

Pest = Pestisida ( Ltr )

UP = Usia Petani

TK = Tenaga Kerja ( HKO )

PUTK = Pendapatan Petani Karet

VD = Variabel Dummy

e = Intercef

b1, b2, b3, b4, b5 = Koefisien regresi

Fungsi produksi Cobb Douglas adalah suatu fungsi yang

memperhatikan dua variabel atau lebih dimana variabel satu disebut

variabel dependen (Y) dan variabel yang lain disebut independen (X).

Penyelesaian hubungan antara X dan Y adalah biasanya diselesaikan

dengan regresi dimana Y akan dipengaruhi variasi X. Dengan demikian

kaidah-kaidah pada regresi juga berlaku dalam penyelesaian fungsi Cobb

Douglas (Abdurahman, 2012 )

Menurut Sukirno (2006), untuk menunjukkan seberapa bebas

tingkat antara variabel-variabel bebas dengan variabel tidak bebas

digunakan rumus korelasi berganda.

29

r =

b. Analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat signifikan dari hasil

regresi tersebut digunakan :

1) Uji F Statistik (F-test)

Uji ini digunakan untuk menguji tingkat signifikan hubungan

seluruh variabel independen terhadap variabel dependen (Sukirno,

2006).

F-hitung =R2 / (k – 1)

(1 – R2) / (n – k)

Keterangan :

R2 = Koefisien determinasi

K = Jumlah variabel independen

n = Jumlah sampel

Hipotesisnya adalah :

Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = 0, artinya variabel independen secara

bersama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen

Ho : b1 b2 b3 b4 b5 0, artinya variabel independen secara

bersama berpengaruh terhadap variabel dependen

Dengan derajat keyakinan tertentu, maka :

- Jika F hitung > F tabel berarti Ho ditolak

- Jika F hitung < F tabel berarti Ho diterima

})(}{)({

))((2222 YYnXXn

YXXYn

30

2) Uji t statistik (t-test)

Uji ini digunakan untuk menguji signifikan koefisien regresi dari

masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen

(Rowman, Littlefield Publishers, 2010 ).

t-hitung =Bi

Sbi

Keterangan :

bi = Koefisien Xi

Sbi = Standar deviasi dari koefisien X1

Hipotesisnya adalah :

Ho : bi = 0, artinya variabel independen tidak berpengaruh

terhadap variabel dependen

Ho : bi 0, artinya variabel independen berpengaruh terhadap

variabel dependen

Dengan derajat keyakinan tertentu (level of significant) maka :

- Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima yang berarti kedua

variabel tidak berhubungan secara signifikan

- Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak yang berarti kedua

variabel berhubungan secara signifikan

c. Pengujian terhadap Asumsi

Pengujian terhadap asumsi klasik dilakukan untuk melengkapi

pengujian statistik yang telah dilakukan yaitu uji t dan uji F.

31

1) Uji Multikolinearitas

Digunakan untuk menunjukkan ada tidaknya hubungan linier

yang sempurna diantara variabel-variabel bebas dalam model regresi.

Hubungan ini bisa sempurna, bisa tidak. Ada berbagai cara untuk

mengetahui ada tidaknya multikolinearitas, diantaranya dengan melihat

nilai koefisien regresi parsial. Selain itu multikolinearitas dapat juga

diketahui dengan adanya menduga kalau R2 nilai regresi antara variabel

bebas.

2) Uji Autokorelasi

Berfungsi untuk mengetahui apakah kesalahan pengganggu

menunjukkan hubungan antara nilai-nilai yang berurutan dari variabel

yang sama. Pada umumnya pengujian untuk mengetahui ada tidaknya

autokorelasi menggunakan statistik Durbin Watson, yang dilihat

berdasarkan jumlah selisih kuadrat nilai taksiran faktor-faktor

pengganggu yang diurut.

3) Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi bila kesalahan penggunaan tidak

mempunyai variasi yang sama untuk satu observasi akibat parameter

estimasi akan bias dan tidak konsisten dan mempunyai varian yang

minimum. Untuk mendeteksi apakah ada tidaknya heteroskedastisitas,

yaitu dapat digunakan beberapa macam model.

32

2. Elastisitas Poduksi

Elastisitas diperoleh dari hasil estimasi model berupa nilai

koefisien regresi dalam model Cobb-Douglas yang telah ditransformasikan

ke dalam bentuk Log Natural (LN).

Ln Y = b0 + b1LnLL + b2LnUT + b3LnPPK + b4LnPEST + b5LnUP +

b6LnTK + b7LnPUTK + VD + e

3. Pendapatan Kotor (Groos Margin)

Pendapatan kotor adalah pendapatan dari suatu property yang

belum dikurangi dengan biaya-biaya lainnya. Atau dengan kata lain selisih

antara pendapatan kotor (Output) dan biaya produksi (Input) yang dihitung

dalam per bulan, per tahun maupun per musim tanam. Adapun rumus

untuk menghitung pendapatan usahatani karet adalah :

TC = TR – TVC

Dimana :

TC = Pendapatan

TR = Biaya Tetap (Total Fixed Cost)

TVC = Total variabel cost atau total biaya variabel

3.6 Definisi Operasional

Untuk membatasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka

variabel- variabel yang akan dijadikan bahan analisis dalam penelitian ini perlu

dioperasionalkan sebagai berikut :

a. Petani Karet yaitu petani yang membudidayakan tanaman karet di Kecamatan

Ujung Loe Kabupaten Bulukumba.

33

b. PT.Lonsum yaitu perusahaan yang melakukan kemitraan dengan petani karet.

c. Produksi yaitu segala kegiatan untuk menciptakan atau menambah guna atas

suatu benda yang ditunjukkan untuk memuaskan orang lain melalui

pertukaran.

d. Fungsi produksi yaitu hubungan teknis yang menghubungkan faktor produksi

dengan hasil produksi.

e. Fungsi produksi Cobb Douglas yaitu suatu fungsi atau persamaan yang

melibatkan dua atau lebih variabel.

f. Elastisitas yaitu perbandingan perubahan proporsional dari sebuah variabel

dengan perubahan variabel dengan perubahan variabel lainnya.

g. Luas lahan yaitu lahan yang digunakan dalam pengelolaan budidaya karet.

h. Usia Petani yaitu umur petani yang bekerja dalam pengelolaan budidaya karet

sampai proses produksi.

i. Tenaga Kerja yaitu jumlah pekerja yang ikut serta dalam pengelelolaan

budidaya karet sampai proses produksi.

j. Pendapatan Petani yaitu besarnya yang diperoleh dari suatu kegiatan usaha

tani dan dari selisih antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi

(input) yang dihitung dalam perbulan, per tahun dan per musim.

k. Variabel dummy yaitu variabel yang digunakan untuk mengkuantitatifkan

variabel yang bersifat kualitatif, misalnya jenis kelamin dll.

34

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak Geografis

Desa Tamatto terletak di kecamatan Ujung Loe, kabupaten Bulukumba.

Mitologi penamaan Desa Tamatto diambil dari 2 kata yaitu tamat dan to”.

Penamaan ini bersumber dari bahasa “Indonesia dan Konjo” yang dimana Tamat

artinya selesai dan To” artinya batang kayu yang sudah ditebang tetapi masih ada.

Pada zaman penjajahan Belanda daerah ini merupakan tempat untuk berburu rusa

dan burung, para penjajah banyak yang menebang kayu untuk dijual sedangkan

batang kayunya masih ada.Selang berjalannya waktu penjajah Belanda telah

meninggalkan desa tersebut sehngga masyarakat mengelola lahan tersebut dan

menghilangkan bekas Belanda tersebut salah satunya batang kayu yang masih

tersisa (to”).

Desa Tamatto yang sebelum pemekaran adalah bagian dari desa Bulo-Bulo

yang merupakan salah satu dusun dari desa tersebut. Berdasarkan Surat Keputusan

(SK) Provinsi Sulsel No: 769/VI/1991 tanggal 20 juni 1991 tentang pembentukan

Desa persiapan menjadi Desa dalam wilayah daerah tingkat II Sulawesi Selatan,

maka sejak itulah terbentuk Desa Tamatto.

Desa Tamatto berjarak ke ibukota kecamatan 19 km, jarak ke ibukota

kabupaten 39 km, jarak ke ibukota provinsi 260 km. Dengan luas wilayah desa

11,10M , yang terdiri dari 6 Dusun yaitu, Dusun Bontomanai, Dusun Bulosanni,

Dusun Elle’e, Dusun Batulapisi, Dusun Ompoa,dan Dusun Bukit Madu. Dengan

batas-batas wilayah sebagai berikut:

35

a) Sebelah utara berbatasan dengan Desa Jojjolo

b) Sebelah timur berbatasan dengan Desa Bontobiraeng, Kec. Kajang

c) Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Swatani Kec. Rilau Ale’

d) Sebelah barat berbatasan dengan Desa Salassae

4.2 Luas wilayah dan penggunaan lahan

Desa Bontomangiring memiliki luas 11,100 Ha , yang dipergunakan untuk

berbagai peruntukan. Adapun penggunaan lahan pada daerah ini sebagaimana

yang terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Di Desa Tamatto Tahun 2012

No Jenis Penggunaan Luas Ha1. Pemukiman 132,25 Ha2 Persawahan 106,50 Ha3 Perkebunan 1.0861,75 Ha4 Pekuburan -4 Pekarangan -5 Taman -6 Perkantoran 0,10 Ha7 Luas prasarana umum lainnya 3,50 Ha

Jumlah 11,100 HaSumber : Data Profil Desa Tamatto, 2012

Dari Tabel 1 luas lahan di Desa Tamatto hanya sampai pada tahun 2012,

dilihat pada tabel 1 bahwa lahan terluas adalah perkebunan, yaitu seluas 1.0861,75

Ha terdiri dari perkebunan karet, coklat (kakao), cengkeh, maupun perkebunan

lainnya, sedangkan luas lahan terkecil dipergunakan untuk perkantoran desa.

Yaitu seluas 0,10 Ha. Sedangkan persawahan dengan luas 106,50 Ha digunakan

untuk pertanian padi sawa sebagai usaha sampingan dari kebun karet, yang

mereka usahakan untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka sendiri.

36

Melihat wilayah Desa Tamatto terdiri dari daerah bergelombang dan

daerah perbukitan. Daerah bergelombang dengan ketinggian antara 25 s/d 100

meter dari permukaan laut meliputi bagian Dusun Bulosanni, Dusun Elle’e, dan

Dusun Ompoa. Daerah perbukitan dengan ketinggian 100 s/d di atas 500 meter

dari permukaan laut meliputi bagian dari Dusun Bukit Madu, Dusun Batulapisi,

dan Dusun Bontomanai. Jenis tanah di Desa Tamatto termasuk dalam tanah

regosol dan mediteran. Tanah dengan jenis ini sangat cocok untuk sektor

pertanian dan perkebunan.

4.3 Iklim

Iklim di Desa Tamatto cocok untuk pertanian karet, di desa ini dikenal dua

musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan di mulai pada bulan

Oktober sampai dengan bulan Maret, sedangkan musim kemarau dimulai pada

bulan April hingga September. Dengan curah hujan di atas 2000 mm/tahun.

Desa Tamatto mempunyai suhu rata-rata berkisar antara 23,82°C –

27,68°C. Suhu pada kisaran ini sangat cocok untuk pertanian tanaman pangan dan

tanaman perkebunan. Klasifikasi iklim di Desa Tamatto termasuk iklim lembab

atau agak basah.

Sebagai sumber daya pengembangan, subsektor perkebunan memiliki

peran yang sangat besar dalam berbagai aspek: ekonomi, ekologi, dan sosial. Pada

aspek ekonomi, sektor perkebunan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat

dan daerah, yang berimplikasi pada aspek sosial (social security). Adapun pada

aspek ekologi, sektor ini berperan besar dalam menjamin keseimbangan

37

lingkungan hidup yang juga berdampak pada aspek sosial pembangunan (social

change).

Dengan kondisi wilayah yang cukup luas yang terletak di areal strategis

merupakan potensi ekonomi terutama disektor perkebunan. Untuk menunjang ini,

diperlukan jangkauan pemasaran yang luas dan tepat. Sampai saat ini, hasil bumi

seperti karet, kakao, kopi, kelapa, cengkeh, dan merica masih sangat diandalkan

sebagai komoditas unggulan di Desa Tamatto.

4.4 Kondisi Demografis

4.4.1 Pertumbuhan penduduk

Di Desa Tamatto pada tahun 2013 penduduk berjumlah 1.970 jiwa

dengan jumlah penduduk laki-laki 987 jiwa dan perempuan 1.086 jiwa. Pada

tahun 2014 jumlah penduduk di Desa Bontomangiring yaitu 2.073 jiwa yang

terdiri dari laki-laki sebesar 987 jiwa dan perempuan sebesar 1.086 jiwa.

Apabila dirata-ratakan maka laju pertumbuhan penduduk rata-rata 1,03% per

tahun. Jumlah penduduk tersebut terbagi dalam 624 kepala keluarga. Dusun

Bontomanai merupakan wilayah dengan jumlah penduduk terbesar, yaitu 309

jiwa sedangkan yang terkecil adalah Dusun Ell’e 261 jiwa. Perkembangan

penduduk di Desa Tamatto tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 2.

38

Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Tamatto, 2012

Jenis Kelamin Jumlah Jiwa Presentase

Laki-laki 1.034 50

Perempuan 1.029 50

Total 2.063 100

Sumber : Data Profil Desa Tamatto, 2012

Berdasarkan pada Tabel 2 jumlah penduduk di Desa Tamatto hanyua

sampai pada tahun 2012. Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah penduduk di

Desa Tamatto menurut jenis kelamin sebesar 2.063 jiwa, dengan jumlah laki-

laki sebanyak 1.034 jiwa dengan presentase 50 % dan jumlah jenis kelamin

perempuan sebanyak 1.029 jiwa dengan presentase 50 %. Jadi total presentase

jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebanyak 100 %

4.4.2 Keadaan Penduduk Menurut Umur

Jumlah penduduk di Desa Tamatto dapat dikelompokkan menurut

kelompok umur. Jumlah penduduk Desa Tamatto menurut kelompok umur

dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Di Desa Tamatto Tahun2012

Umur (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%)0 – 14 4.11 19,8215 – 64 1.626 78,43

≥65 36 1,73Jumlah 2.073 100

Sumber: Data profil Desa Tamatto, 2012

39

Berdasarkan Tabel 3 jumlah penduduk di Desa Tamatto hanya sampai

pada tahun 2012. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dapat

digunakan untuk menghitung Angka Beban Tanggungan (ABT). Berdasar

Tabel dapat dilihat besarnya jumlah penduduk di Desa Tamatto Kabupaten

Bulukumba tergolong dalam usia produktif (15-64 tahun) adalah sebesar 1.626

(78,43 %) dari keseluruhan jumlah penduduk. Penduduk yang tergolong dalam

usia non produktif (0-14 tahun dan ≥ 65 tahun) adalah sebesar 4.11 jiwa atau

19,82 % dan 36 jiwa (1,73) dengan jumlah keseluruhan 4.47 jiwa (21.55 %).

Berdasarkan data jumlah penduduk usia produktif dan non produktif dapat

dihitung ABTnya yaitu perbandingan antara jumlah penduduk usia non

produktif dengan jumlah penduduk usia produktif, dengan rumus sebagai

berikut:= 100= 4.471.626 100= 27,49

Dari perhitungan diperoleh nilai ABT sebesar 27,49 artinya setiap 100

orang penduduk berusia produktif menanggung 27 penduduk yang tidak

produktif. ABT di Desa Tamatto Kabupaten Bulukumba termasuk rendah.

ABT dikatakan tinggi apabila ABT lebih dari atau sama dengan 50, sedangkan

ABT dikatakan rendah jika kurang dari 50. Menurut Mantra (2003), tingginya

ABT merupakan faktor penghambat pembangunan ekonomi, karena sebagian

dari pendapatan yang diperoleh oleh golongan produktif, terpaksa harus

40

dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang belum produktif atau

sudah tidak produktif.

4.4.3 Keadaan Penduduk Menurut Pendidikan

Tingkat pendidikan penduduk dapat digunakan untuk melihat

kemampuan seseorang, misalnya saja dalam menyerap berbagai pengetahuan.

Tingkat pendidikan seseorang juga berpengaruh terhadap pola pikir dan cara

bertindak. Misalnya, kemampuan mengolah dan memanfaatkan hasil usahatani

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dari petani itu sendiri. Keadaan penduduk

menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Desa TamattoKabupaten Bulukumba Tahun 2012

Tingkat pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)Belum sekolah 25 1,2Tidak tamat SD 1.98 9,55

Sedang/tamat SD 9.87 47,61Sedang/tamat SLTP 2.78 13,41Sedang/tamat SLTA 1.39 6,7

Sedang/tamat(D1,D2,D3) 14 0,67Sedang/tamat(S1,S2,S3) 16 0,77

Buta huruf 4.16 20Jumlah 2.073 100

Sumber: Data profil Desa Tamatto,2012

Berdasarkan data pada Tabel 5 keadaan penduduk di Desa Tamatto

hanya sampai pada tahun 2012, dapat diketahui bahwa penduduk yang

sedang/tamat SD sebanyak 47,61 %, sedang/tamat SLTP 13,41 %,

sedang/tamat SLTA 6,7 persen, sedang/tamat akademi 0,67 persen, dan

sedang/tamat perguruan tinggi (S1, S2, S3) 0,77 %. Hal ini menunjukkan

41

penduduk telah menganggap penting arti pendidikan. Sebagian besar penduduk

Desa Bontomangiring telah mengenyam pendidikan, ini berarti tingkat

pendidikan di Desa Tamatto berada pada kondisi yang baik, meskipun terdapat

20 % penduduk yang buta huruf dan 9,55 % penduduk yang tidak tamat

sekolah. Penduduk yang tidak tamat sekolah tersebut tetap termasuk dalam

penduduk yang telah mengenyam pendidikan di bangku sekolah. Banyaknya

penduduk yang tidak tamat sekolah ini disebabkan karena usia mereka telah

lanjut, dimana dahulu sekolah itu terbatas, kekurangan dana untuk bersekolah,

dan kesadaran akan pendidikan yang kurang.

4.4.4 Mata Pencaharian Hidup

Mata pencaharian penduduk di Desa Tamatto Kabupaten bulukumba

bersifat heterogen. Masyarakat Desa Tamatto bekerja di berbagai sektor untuk

mencukupi kebutuhan hidupnya. Sektor yang dominan di desa ini adalah

pertanian. Keadaan penduduk menurut mata pencaharian di Desa Tamatto

dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Desa Tamatto Tahun2012

Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)Petani 4.39 71,96

Pedagang 43 7

Pegawai negri sipil 24 3,93

Pengrajin/industry kecil 15 2,45

Peternak 43 7

Buruh bangunan 12 1,96

Pengusaha besar/sedang 34 5,57Jumlah 610 100

Sumber: Data profil Desa Tamatto, 2012

42

Berdasarkan Tabel 5 jumlah penduduk menurut mata pencaharian di

Desa Tamatto hanya sampai pada tahun 2012, sehingga dapat diketahui bahwa

penduduk di Desa Tamatto memiliki beragam mata pencaharian. Mata

pencaharian yang paling banyak adalah sebagai petani yaitu sebanyak 4.39

orang (71,96 %). Mata pencaharian terbesar kedua yang dimiliki penduduk

Desa Tamatto yaitu mata pencaharian di bidang perdagangan dan peternakan

masing-masing sebanyak 43 orang (7 %). Hal ini berarti mata pencaharian di

bidang pertanian masih diminati dan belum ditinggalkan demi memenuhi

kebutuhan hidup.

4.5 Kondisi Pertanian

Areal pertanian di Desa Tamatto cukup subur, selain ditanami karet, juga

ditanami kelapa, kopi, cengkeh, kakao dan tanaman buah-buahan, tanaman obat-

obatan, dan sebagainya. Upaya Desa Tamatto untuk meningkatkan hasil pertanian

terutama karet dilaksanakan untuk penyuluhan, penggunaan urea tablet, dan pasca

panen, semua itu bertujuan untuk meningkatkan pendapatan.

Untuk lebih jelasnya tentang tanaman pokok rakyat dan tanaman perdagangan

rakyat di Desa Tamatto dapat dilihat pada Tabel 6.

43

Tabel 6. Tanaman Pokok Rakyat dan Tanaman Perdagangan Rakyat di DesaTamatto Tahun 2012

No Kelompok Jenis Tanaman Luas(Ha)

1. Padi dan pakuannya Jagung, kacang tanah, padi, ubi kayu 9,5

2. Buah-buahan Mangga, rambutan, salak, nanas,pepaya, durian, pisang

153

3. Tanaman obat Jahe, kunyit, lengkuas 2

4. Perkebunan 356,217

- Karet 200,112

- Kelapa 62,30

- Kopi 35,65

- Cengkeh 25,15

- Kakao 32,5

5. Hutang 84,5Sumber : Kantor Kepala Desa Tamatto, 2012

Berdasarkan Tabel 6 tanaman pokok rakyat dan tanaman perdagangan

rakyat di Desa Tamatto hanya sampai pada tahun 2012, terlihat bahwa tanaman

pokok dan tanaman rakyat masih diminati penduduk di Desa Pegadingan. Bila

dilihat dari kondisi tanah Desa Pegadingan, maka tanaman karet sangat bagus

hasilnya, meski perlu ketelatenan dalam perawatan dan kejelian dari mulai tanam

sampai masa penyadapan. Tanaman karet merupakan harapan produsen di Desa

Pegadingan, karena bisa mendatangkan keuntungan yang dapat meningkatkan

pendapatan dan taraf hidup mereka.

44

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identitas Responden Produksi Karet

Produksi karet yang dimana terdiri dari dari perkebunan swasta

(PT Lonsum) dan perkebunan rakyat yang ada di Desa Tamatto Kecamatan

Ujung Loe Kabupaten Bulukumba adalah dimana PT Lonsum tersebut bermitra

dengan perkebunan karet milik rakyat. Produksi karet milik rakyat tersebut

lansung dijual kepada PT Lonsum sesuai dengan harga yang telah ditentukan oleh

perusahaan. Faktor umur dan kondisi fisik dalam pola kemitraan ini berpengaruh

pada aktifitas budidaya sampai dengan proses akhr yaitu panen atau penyadapan

yang dijalankan karena pada umumnya para petani baik petani pemilik maupun

petani penggarap terlibat secara langsung baik selama proses budidaya maupun

proses akhir atau penyadapan karet sehingga dibutuhkan kondisi fisik yang sehat.

Faktor pendidikan mempengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan oleh

para pengelola dalam membudidayakan karetnya. Pendidikan yang ditempuh

mempermudah para petani khususnya petani pemilik dalam menjalankan usaha

karet terutama dalam pengelolaan sampai pemaneman serta perhitungan

pendapatan yang dapat menunjang usahanya.

Pengalaman yang dimiliki petani dapat terlihat dari berapa lama mereka

menjalankan usahanya dalam membudidayakan karet tersebut. Pengalaman

budidaya membantu petani dalam mengamati dan memprediksi pendapatan

sehingga petani dapat menghitung biaya-biaya yang digunakan dalam proses

45

budidaya karet tersebut. Berikut identitas responden produki karet pemasaran

di Desa Tamatto Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba :

a. Petani Penggarap

Petani penggarap adalah petani karet yang dimana karet yang

dikelola adalah milik perusahaan (PT Lonsum), kemudian petani penggarap

tersebut digaji oleh perusahaan. Identitas responden produksi karet petani

penggarap dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Identitas Responden Petani Penggarap diTingkat Umur DesaTamatto Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba

No Umur(Tahun)

Petani Penggarap(Orang)

Presentase(%)

1.2.3.

34-3738-4142-45

771

46,6746,676,66

Jumlah 15 100,00Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015

Tabel 7 menunjukkan bahwa umur petani penggarap berada dalam usia

produktif yaitu antara 34-47 tahun. Pada usia ini petani penggarap bisa

dikatakan mampu bekerja dengan baik didukung dengan fisik yang kuat

dalam melaksanakan peran sebagai petani penggarap milik perusahaan

PT. Lonsum. Sedangkan identitas responden menurut tingkat pendidikan

dapat dilihat pada Tabel 8.

46

Tabel 8. Identitas Responden Petani Penggarap di Tingkat Pendidikan,di Desa Tamatto Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba

No Pendidikan Petani Penggarap(Orang)

Presentase(%)

1.2.3.

Tamat SDTamat SMPTamat SMA

375

20,0046,6733,33

Jumlah 15 100,00Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015

Tabel 8 menunjukkan bahwa seluruh responden petani penggarap

milik perusahaan PT.Lonsum telah mengikuti pendidikan formal dengan

tingkat pendidikan yang berbeda. Tingkat pendidikan sebagian besar

petani penggarap adalah tamat SMA sebanyak 7 petani atau 46,67 %

sedangkan pada tingkat terendah ada yang tamat SD sebanyak 3 petani

dengan presentase 20,00 %. Dari keseluruhan responden petani penggarap.

Pendidikan yamg dimiliki diharapkan dapat menjadimodal bagi petani

untuk memperhatikan keadaan karet mulai dari sistem budidayasampai

dengan proses panen sehingga dapat menunjang perusahaan. Sedangkan

identitas responden pada tingkat pengalaman bertani dapat dilihat pada

Tabel 9.

47

Tabel 9. Identitas Responden Petani Penggarap dari Pengalaman Bertanidi Desa Tamatto Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba

No Pengalaman Bertani(Tahun)

Petani Penggarap(Orang)

Presentase(%)

1.2.3.

1-34-67-9

15--

100,00--

Jumlah 15 100,00Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015

Tabel 9 menunjukkan bahwa identitas responden petani penggarap

dalam pengalaman bertani yaitu lebih dari 3 tahun. Selama menjalankan

budidaya karet beberapa petani penggarap telah mendapat pengetahuan

budidaya karet dari perusahaan.

b. Petani Pemilik

Petani pemilik adalah petani karet yang dimana karet yang dikelola

adalah milik sendiri bukan milik perusahaan (PT Lonsum), mulai dari

lahan yang sampai alat yang digunakan untuk proses produksi adalah milik

sendiri, tetapi disamping itu meskipun alat yang digunakan adalah milik

sendiri tetapi alat itu juga diperoleh dari perusahaan (dibeli) yang diajak

bermitra karena alat tersebut susah didapatkan dipasaran melainkan

dikirim lansung dari Surabaya dan Medan kemudian petani penggarap

tersebut membeli dengan cara sistem kredit yaitu dari harga penjualan

karet kepada PT Lonsum dibayar sedikit demi sedikit sampai lunas. Sistem

tenaga kerja pada petani pemilik yaitu menggunakan anggota keluarga

sehingga ada yang digaji ada juga yang tidk dapat gaji. Identitas responden

produksi karet petani petani dapat dilihat pada Tabel 10.

48

Tabel 10. Identitas Responden Petani Pemilik diTingkat Umur di DesaTamatto Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba

No Umur(Tahun)

Petani Pemilik(Orang)

Presentase(%)

1.2.3.4.5.

30-3536-4041-4546-5051-55

7101242

20,0028,6034,2811,425,70

Jumlah 35 100,00Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015

Tabel 10 menunjukkan bahwa kebanyakan umur petani penggarap

berada dalam usia tidak produktif yaitu antara 51-55 tahun. Pada usia ini

petani pemilik tidak mampu lagi bekerja dengan baik didukung dengan

fisik yang kurang kuat atau lemah dalam melaksanakan peran sebagai

petani pemilik. Sedangkan identitas responden berdasarkan pendidikan

dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Identitas Responden Petani Pemilik diTingkat Pendidikandi Desa Tamatto Kecamatan Ujung Loe KabupatenBulukumba

No Pendidikan Petani Pemilik(Orang)

Presentase(%)

1.2.3.4.

Tamat SDTamat SMPTamat SMASarjana

710153

20,0025,5742,868,57

Jumlah 35 100,00Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015

Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan

sebagian besar petani pemilik adalah tamat SMA sebanyak 15 petani atau

42,86 % dari keseluruhan responden petani pemilik. Pendidikan yang

dimiliki diharapkan dapat menjadi modal bagi petani untuk

49

memperhatikan keadaan karet mulai dari system budidaya sampai dengan

proses panen sehingga dapat menunjang usahanya. Sedangkan identitas

responden petani pemilik dari tingkat pengalaman bertani dapat dilihat

pada Tabel 12.

Tabel 12. Identitas Responden Petani Pemilik di Tingkat PengalamanBertani di Desa Tamatto Kecamatan Ujung Loe KabupatenBulukumba

No Pengalaman Bertani(Tahun)

Petani Pemilik(Orang)

Presentase(%)

1.2.3.

1-34-67-9

61415

17,1440,0042,86

Jumlah 35 100,00Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015

Tabel 12 menunjukkan pengalaman bertani pada responden petani

pemilik karet yaitu lebih dari 9 tahun. Selama menjalankan usahanya

beberapa petani pemilik telah melakukan system budidaya dengan

pengetahuan sendiri dan ada juga pengetahun dari penyuluhan perusahaan

yaitu petani pemilik tersebut pernah menjadi petani penggarap

diperusahaan PT Lonsum. Petani pemilik yang pada mulanya hanya

menjual hasil produksi karetnya pada pedagang-pedagang luar perusahaan

dengan alasan harga yang lebih dari PT Lonsum tetapi dengan berjalannya

waktu banyak para pedagang yang tidak menepati janji kepada patani

pemilik. Sehingga petani pemilik melakukan kerja sama dengan

PT. Lonsum yang dapat meningkatkan pendapatan keluarga.

50

5.3 Analisis Data

Dalam menganalisis hasil penelitian mengenai analisis produksi karet

oleh petani bermitra dengan PT. Lonsum yang meliputi,luas lahan, umur

tanaman,pupuk, pestisida, usia petani, tenaga kerja, pendapatan dan variabel

dummy. Pembahasan analisis hasil penelitian ini dengan menggunakan analisis

regresi linier berganda, uji hipotesis dan bagian akhir pengujian asumsi klasik.

a. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi

linier berganda. Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh luas lahan,

umur tanaman, pupuk, pestisida, usia petani, tenaga kerja, pendapatan petani

dan variabel dummy terhadap hasil produksi karet oleh petani yang bermitra

dengan PT. Lonsum di Desa Tamatto. Adapun bentuk persamaan regresinya

sebagai berikut :

Ln Y = b0 + b1LnLL + b2LnUT + b3LnPPK + b4LnPEST + b5LnUP +

b6LnTK + b7LnPUTK + b8VD + e

Keterangan :

Y = Produksi (Ton)

b0 = Koefisien Regresi

LnX1 = Luas Lahan (LL)

LnX2 = Umur Tanaman (UT)

LnX3 = Pupuk Urea/Kcl (PPK)

LnX4 = Pestisida (Pest)

51

LnX5 = Usia Petani (UP)

LnX6 = Tenaga Kerja (TK)

LnX7 = Pendapatan Petani Karet (PUTK)

X8 = Dummy (Dsp)

e = error

b1, b2, b3, b4, b5 = Koefisien regresi

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan

komputer pada program eviews-8 diperoleh hasil analisis regresi dapat dilihat

pada Tabel 13.

Tabel 13. Hasil Analisis Regresi Berganda Model Produksi Karet denganMetode Least Squares dan Menggunakan Program Eviews-8

Variable Coefficient Std. Error r2 Prob.

C -0.3298 0.4002 0.4154Luas Lahan -0.0555ns 0.1526 0,9808 0.7182

Umur Tanaman -0.0735 ns 0.0958 0,4228 0.4479Pupuk 0.2384* 0.0507 0,3274 0.0000

Pestisida 0.0067** 0.0416 -0,1834 0.8722Usia Petani -0.0953 ns 0.1086 0,4524 0.3862

Tenaga Kerja -0.0525 ns 0.0274 0,6226 0.0629Pendapatan 0.7830* 0.1522 0,9186 0.0000

Dummy Status Petani 0.3289* 0.0840 -0,4977 0.0004

R-squared 0.9653 Mean dependent var 2.0730Adjusted R-squared 0.9576 Durbin-Watson stat 1.9780F-statistic 125.3524Prob(F-statistic) 0.0000

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015

52

Keterangan :

*** = Signifikan pada ᵅ = 0,01 (99%)

** = Signifikan pada ᵅ = 0,05 (95%)

* = Signifikan pada ᵅ = 0,10 (90%)

Ns = non signifikan

Dengan hasil persamaan menggunakan model regresi linear :

Ln Y = -0,3298 - 0,0555 Ln(LL) - 0,0735 Ln(UT) + 0,2348 Ln(PPK) +

0,0067 Ln(PEST) - 0,0953 Ln(UP) - 0,0525 Ln(TK) + 0,7830

Ln(PUTK) + 0,3289 (Dsp) + e

Dengan menggunakan model Fungsi Cobb-Douglas :

Y = -0,329 . LL-0,0555 . UT-0,0735 . PPK0,2348 . PEST0,0067 . UP-0,0953 . TK-0,0525 .

PD0,7830 . 0,3289 . e

Berdasarkan koefisien regresi luas lahan sebesar -0.0555,

menunjukkan tidak signifikan pada ᵅ = 0,6 %. Hal ini menunjukkan bahwa

luas lahan tidak terlalu berpengaruh pada produksi karet. Hal ini

menunjukkan setiap kenaikan luas lahan sebesar 1 persen akan

meningkatkan produksi karet. Koefisien regresi umur tanaman sebesar

-0.0735, menunjukkan tidak signifikan pada ᵅ = 0,7 %. Hal ini

menunjukkan bahwa umur tanaman tidak terlalu berpengaruh nyata dan

negative terhadap produksi karet. Berarti setiap kenaikan umur tanaman

sebesar 1 persen akan menurunkan produksi karet sebesar 0.0735 %. Hal ini

menunjukkan bahwa umur tanaman sudah tua dan akan melakukan

peremajaan sehingga tingkat produksinya meningkat.

53

Hasil analisis regresi terhadap variabel pupuk menunjukkan pengaruh

signifikan (pada ᵅ = 10 %) dan positif (0.2348) terhadap produksi karet. Hal

ini bermakna bahwa setiap kenaikan 1 persen penggunaan pupuk maka akan

menurunkan produksi karet sebesar 0,2348 %.

Hasil analisis regresi terhadap variabel pestisida menunjukkan

pengaruh signifikan (pada ᵅ = 9 %) dan positif (0.0067) terhadap produksi

karet. Hal ini bermakna bahwa setiap kenaikan 1 persen penggunaan

pestisida maka akan menurunkan produksi karet sebesar 0,0067 persen.

Koefisien regresi usia petani adalah sebesar -0.0953 menunjukkan

tidak signifikan pada ᵅ = 0,9 % tetapi saling menguntungkan. Hal ini

menunjukkan bahwa usia petani berpengaruh nyata dan negative terhadap

produksi karet. Berarti setiap kenaikan usia petani sebesar 1 persen akan

menurunkan produksi karet sebesar 0.0953 %. Hal ini menunjukkan bahwa

usia petani sudah tua dan mempunyai produktivitas yang rendah sehingga

berpengaruh pada produksi karet yang diusahakannya.

Koefisien regresi variabel tenaga kerja karet menunjukkan bahwa

tenaga kerja menunjukkan tidak signifikan (pada ᵅ = 6 %) dan negatif

-0.0525 terhadap produksi karet tetapi berhubungan dan saling

menguntungkan. Hal ini bermakna bahwa setiap kenaikan tenaga kerja 1

persen maka akan menurunkan produksi karet sebesar 0,0525 %. Tenaga

kerja produksi karet di Desa Tamatto memiliki produktivitas yang rendah.

Oleh sebab itu petani harus meningkatkan SDM seperti pendidikan dengan

melihat tingkat pendidikan dan pelatihan atau penyuluhan mengenai

54

tanaman karet.

Hasil analisis regresi terhadap variabel pendapatan menunjukkan

pengaruh signifikan (pada ᵅ = 10 %) dan positif (0.7830) terhadap produksi

karet. Hal ini menunjukkan bahwa semua variabel seperti luas lahan, umur

tanaman, pupuk, pestisida, usia petani dan tenaga kerja saling berhubungan

antara satu sama lain dan saling menguntungkan sehingga tingkat

kepercayaan masayarakat meningkat sebesar 9,99 %.

Dummy status petani terhadap produksi karet menunjukkan pengaruh

yang signifikan (pada ᵅ = 10 %) terhadap produksi karet di Desa Tamatto

dengan nilai koefisien sebesar 0.3289. Hal ini bermakna bahwa produksi

karet milik petani lebih rendah dibandingkan dengan produksi karet milik

petani penggarap (produksi karet milik perusahaan) tetapi berhubungan baik

dan saling menguntungkan. Pada dummy dimana 0 petani penggarap dan 1

petani pemilik penggarap. Dimana, 0 merupakan control menejemen dari

perusahaan dan 1 merupakan pelaksana dari petani pemilik.

Selanjutnya akan dilakukan uji statistik yaitu uji signifikansi variabel

independen terhadap variabel dependen yang terdiri dari uji t, Uji F dan uji

koefisien determinasi (R2). Dari hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien

korelasi sebesar 0,9576, yang mendekati +1. Hal ini berarti bahwa variabel

independen (luas lahan, umur tanaman, pupuk, pestisida, usia petani, tenaga

kerja) mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan hasil produksi karet

di perkebunan karet Desa Tamatto. Sedangkan dalam perhitungan koefisien

determinasi diperoleh hasil sebesar 0,965 yang berarti bahwa variabel

55

independen (luas lahan, umur tanaman, pupuk, pestisida, usia petani,tenaga

kerja) dalam model menjelaskan variasi indeks produksi sebesar 96,5% dan

sisanya sebesar 3,5% dijelaskan oleh faktor atau variabel lain di luar model

yang diteliti.

1. Pengujian Secara Serentak (Uji F)

Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen. Dalam pengujian ini telah dirumuskan

hipotesis sebagai berikut :

Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = b6 = b7 = b8 = 0

berarti secara simultan tidak ada pengaruh yang signifikan antara

variabel independen dengan variabel dependen.

Ha : b1 b2 b3 b4 b5 b6 b7 b8 0

berarti secara simultan ada pengaruh yang signifikan antara

variabel independen dengan variabel dependen.

Kriteria pengujian :

Nilai F-hitung diperbandingkan dengan nilai F-tabel (dengan tingkat

signifikansi 5% ( = 5%) dan derajat kebebasan df pembilang k – 1 = 8

dan df penyebut n – k = 36, sehingga F-tabel bernilai 2,38 maka :

Jika F-hitung > F-tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, atau p < 0,05

Jika F-hitung < F-tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, atau p > 0,05

56

Daerah penerimaan dan penolakan Ho ditunjukkan dalam gambar

sebagai berikut :

Gambar 4. Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho Untuk Uji F

Dari hasil perhitungan yang ditunjukkan pada gambar 2 diperoleh

nilai F-hitung sebesar 125.352 dengan signifikansi F sebesar 0,000. Dari

angka tersebut berarti F-hitung (125.352) lebih besar dari pada F-tabel

(2.78) atau p < 0,05 (0,000 < 0,05) maka keputusannya menolak Ho dan

menerima Ha. Dengan demikian secara simultan kedelapan variabel

independen yaitu variabel luas lahan (X1), umur tanaman (X2), pupuk (X3),

pestisida (X4) usia petani (X5), tenaga kerja (X6), pendapatan (X7) dan

Variabel dummy (X8) secara bersama-sama signifikan mempengaruhi

produksi (Y) pada hasil penelian karet di Desa Tamatto Kecamatan Ujung

Loe Kabupaten Bulukumba.

2. Pengujian Secara Individual (Uji t)

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa uji t ini digunakan

untuk menguji pengaruh variabel independen secara parsial terhadap

Daerah PenerimaanHo

Daerah PenolakanHo

125.3522,78

57

variabel dependen. Dari hasil perhitungan dengan komputer diperoleh nilai

t-hitung seperti disajikan dalam Tabel 14.

Tabel 14. Hasil Uji Pada Produksi Karet di Desa Tamatto KecamatanUjung Loe Kabupaten Bulukumba

VariabelIndependen

KoefisienRegresi t-hitung

t-tabel = 5%

Signifikansi

Luas Lahan(X1) -0,0555 0,9808 2,78 0,7812Umur Tanaan (X2) -0,0735 0,4228 2,78 0,4479

Usia Petani (X3) 0,2384 0,3274 2,78 0,000

Pupuk (X4) 0,0067 -0,1834 2,78 0,8722

Pestisida (X5) -0,0953 0,4524 2,78 0,3862

Tenaga Kerja (X6) -0,0525 0,6226 2,78 0,0629

Pendapatan (X7) 0,7830 0,9186 2,78 0,0000

Dummy StatusPetani (X8)

0,3289 -0,4977 2,78 0,0004

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015

Untuk mengetahui signifikansi dari masing-masing variabel telah

ditetapkan hipotesis sebagai berikut :

Ho : bi = 0 berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel

independen terhadap variabel dependen.

Ha : bi 0 berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel

independen terhadap variabel dependen.

Nilai t-hitung dibandingkan dengan nilai t-tabel dengan uji dua sisi

(dengan tingkat signifikansi 5% (= 0,05) dan derajat kebebasan (df = n-k)

36, sehingga t-tabel bernilai + 2,78), maka :

Ho ditolak jika t-hitung berada di daerah penolakan Ho, atau p < 0,05

58

Ho diterima jika t-hitung berada di daerah penerimaan Ho, atau p > 0,05.

a. Pengujian Terhadap Variabel Luas Lahan (X1)

Berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukkan pada tabel 14

diperoleh nilai t-hitung sebesar 0,9808. Dengan melihat posisi nilai

t-hitung (0,9808) lebih besar dari t-tabel (2,78), maka nilai t-hitung

berada di daerah penolakan Ho sehingga keputusannya menolak Ho

dan menerima Ha. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh

yang positif dan signifikan luas lahan terhadap produksi. Hal ini sesuai

dengan penelitian Sunarti (2009) yang mengemukakan bahwa dalam

suatu penelitian luas lahan berpengaruh apabila luas lahan bertambah

atau berkurang maka akan mempengaruhi hasil produksi karet.

b. Pegujian Terhadap Variabel Umur Tanaman (X2)

Berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukkan pada tabel 14

diperoleh nilai t-hitung sebesar 0,4228. Dengan melihat posisi nilai

t-hitung (0,4228) lebih besar dari t-tabel (2,78), maka nilai t-hitung

berada di daerah penolakan Ho sehingga keputusannya menolak Ho

dan menerima Ha. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh

yang positif dan signifikan umur tanaman terhadap produksi.

Berdasarkan penelitian Septianita (2009) mengemukakan umur

tanaman pada produksi karet tidak terlalu berpengaruh pada produksi

karet yang dilakukan karena umur tanaman saat melakukan

penyadapan tidak bergantung pada umurnya tetapi bergantung pada

lingkarang batang yang mengcapai 45 cm dan produksi yang maksimal

59

25 tahun itu tidak berpengaruh karena dilihat juga dari faktor iklim

didaerah penelitian tersebut.

c. Pengujian Terhadap Variabel Pupuk (X3)

Berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukkan pada tabel 14

diperoleh nilai t-hitung sebesar 0,3274. Dengan melihat posisi nilai

t-hitung (0,3274) lebih besar dari t-tabel (2,78), maka nilai t-hitung

berada di daerah penolakan Ho sehingga keputusannya menolak Ho

dan menerima Ha. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh

yang positif dan signifikan pupuk terhadap produksi. Berdasarkan

hasil penelitian Septianita (2009) penggunaan pupuk sangat

berpengaruh terhadap produksi karet karena penggunaan dosis pupuk

pada tanaman sangat mendukung untuk hasil maupun kualitas produksi

karet.

d. Pengujian Terhadap Variabel Pestisida (X4)

Berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukkan pada tabel 14

diperoleh nilai t-hitung sebesar -0,1834. Dengan melihat posisi nilai t-

hitung (-0,1834) lebih besar dari t-tabel (2,78), maka nilai t-hitung

berada di daerah penolakan Ho sehingga keputusannya menolak Ho

dan menerima Ha. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh

meskipun tidak signifikan terhadap produksi. Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Septianita (2009) pestisida dalam budidaya karet tidak

60

terlalu berpengaruh terhadap hasil produksi karet dikarenakan

penggunaan pestisida bisa digantikan dengan manual.

e. Pengujian Terhadap Variabel Usia Petani (X6)

Berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukkan pada tabel 14

diperoleh nilai t-hitung sebesar 0,4524. Dengan melihat posisi nilai

t-hitung (0,4524) lebih besar dari t-tabel 2,78, maka nilai t-hitung

berada di daerah penolakan Ho sehingga keputusannya menolak Ho

dan menerima Ha. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh

yang positif dan signifikan jumlah usia petani terhadap produksi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Septianita (2009)

mengemukakan bahwa usia petani sangat berpengaruh terhadap

produksi karet karena petani yang memiliki usia tua akan memiliki

tenaga yang lemah dalam budidaya sehingga saling berpengaruh

terhadap produksi karet.

f. Pengujian Terhadap Variabel Jumlah Tenaga Kerja (X6)

Berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukkan pada tabel 14

diperoleh nilai t-hitung sebesar 0,6226 Dengan melihat posisi nilai

t-hitung (0,6226) lebih besar dari t-tabel 2,78, maka nilai t-hitung

berada di daerah penolakan Ho sehingga keputusannya menolak Ho

dan menerima Ha. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh

yang positif dan signifikan jumlah tenaga kerja terhadap produksi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Septianita (2009)

61

mengemukakan bahwa tenaga kerja berpengaruh terhadap produksi

karet karena tenaga kerja yang memiliki pendidikan rendah atau tenaga

kerja yang kurang akan mempengaruhi produksi karet karena

kurangnya tenaga kerja yang mengontrol tanaman karet tersebut.

g. Pengujian Terhadap Variabel Pendapatan (X7)

Berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukkan pada tabel 14

diperoleh nilai t-hitung sebesar 0,9186 Dengan melihat posisi nilai

t-hitung (0,9186) lebih besar dari t-tabel 2,78, maka nilai t-hitung

berada di daerah penolakan Ho sehingga keputusannya menolak Ho

dan menerima Ha. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh

yang positif dan signifikan jumlah pendapatan terhadap produksi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Septianita (2009)

mengemukakan bahwa pendapatan berpengaruh terhadap produksi

karet karena pendapatan merupakan hal utama dalam suatu analisis

produksi.

h. Pengujian Terhadap Dummy Status Petani (X8)

Berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukkan pada tabel 14

diperoleh nilai t-hitung sebesar -0,4977 Dengan melihat posisi nilai

t-hitung (-0,4977) lebih besar dari t-tabel 2,78, maka nilai t-hitung

berada di daerah penolakan Ho sehingga keputusannya menolak Ho

dan menerima Ha. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh

yang positif meskipun terlihat nilai negative dan saling berpengaruh

atau saling menguntungkan dummy terhadap variabel-variabel

lainnya terhadap produksi.

62

Hasil analisis pada Tabel 13 merupakan hasil analisis regresi

Stepwise yang sudah terhindar dari gejala Multikolinearitas dan

Heteroskedastisitas, sehingga dapat diinterprestasikan lebih lanjut.

Sedangkan autokorelasi pada produksi karet tidak terjadi sama sekali dan

menghampiri kesempurnaan dengan melihat nilai Durbin Witson Stat yaitu

1,9780 dengan nilai kostanta (ᵅ = 99 %), karena apabila nilai autokorelasi

mendekati 2, maka pada penelitian tersebut tidak sama sekali terjadi auto.

Jika dilihat nilai Multikolinearitas pada produksi karet dengan melihat R-

Squared dengan nilai 0,9653 maka produksi karet di Desa Tamatto tidak

terjadi karena nilai tersebut menghampiri nilai 1 maka sama sekali tidak

terjadi Multikolinearitas atau menghampiri nilai sempurna. Sedangkan

nilai Heteroskedastisitas pada produksi karet di Desa Tamatto dengan

melihat grafik Residu tidak menunjukkan adanya Heteroskedastisitas dari

grafik residual (dapat dilihat pada lampiran 6).

Berdasarkan hasil analisis regresi Stepwise pada tabel 13

diketahui bahwa nilai R2 (koefisien determinasi) sebesar 0,9653. Hal ini

menunjukkan bahwa 96,53 % variasi produksi karet (variabel dependen)

dapat dijelaskan oleh faktor-faktor yang termasuk komponen fungsi

produksi karet (variabel independen), sedangkan 4,47 % sisanya dijelaskan

oleh faktor-faktor lain diluar model yang diteliti.

63

b. Analisis Elastisitas Produksi

Dari hasil analisis regresi berganda dengan menggunakan fungsi

produksi Cobb-Douglas maka akan menarik koefisien regresi dimana akan

menunjukkan nilai elastisitas. Jumlah besaran elastisitas tersebut

menunjukkan tingkat Return To Scale.

Tabel 15. Hasil Analisis Regresi untuk Melihat Koefisien Regresi

Variabel Koefisien

C -0.329838

LN_LL -0.055534

LN_UT -0.073541LN_PPK 0.238482LN_PEST 0.006745

LN_UP -0.095340

LN_TK -0.052588

LN_PUTK 0.783011

DSP 0.328911Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015

Ket :

Berdasarkan Tabel 15, maka dapat diketahui bahwa pada LN_Pest

(Pestisida) mempunyai nilai 0,006745, dimana nilai tesebut sangat

berpengaruh pada proses produksi dan menaik pada tahap Increasing rate.

Pada kondisi ini, petani masih mungkin mengharapkan sejumlah produksi

yang cukup menguntungkan ketika sejumlah input masih ditambahkan. Pada

LN_Ppk (Pupuk) mempunyai nilai 0,238482, dimana nilai tersebut

:Decreasing Rate

: Increasing Rate

64

berpengaruh pada proses produksi dan tetap menaik pada tahap Increasing

rate. Pada kondisi ini, petani juga masih mungkin mengharapkan sejumlah

produksi yang cukup dari sebelumnya dan menguntungkan ketika jumlah

input pupuk masih ditambahkan. Berdasarkan hasil penelitian Septianita

bahwa variabel pestisida dan variabel pupuk berpengaruh karena apabila

dosis pengguanaanya ditambah maka akan mengurangi hasil produksi karet.

Pada Dsp (Dummy status petani) mempunyai nilai 0,328911, dimana

nilai tersebut saling berpengaruh dan saling menguntungkan pada proses

produksi dan ketika sejumlah input variabel ditambahkan akan

menguntungkan. Sedangkan pada LN_Putk (Pendapatan usaha petani karet)

mempunyai nilai 0,783011, dimana nilai tersebut menaik pada tahap

Increasing rate. Kondisi ini, petani masih mungkin mengharapkan sejumlah

produksi yang cukup menguntungkan ketika sejumlah input variabel yang ada

pada tahap Increasing Rate masih ditambahkan. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Septianita mengemukakan bahwa pendapatan berpengaruh

jika ada penggunaan variabel yang ditambahkan atau dikurangi dalam proses

budidaya maupun produksi karet.

Penggunaan input LN_Tk (Tenaga kerja) menunjukkan nilai -0,052588

dalam keadaan menurun sehingga mendapatkan nilai negatif (Decreasing

Rate). Dalam kondisi ini, setiap upaya menabah sejumlah input tetap akan

merugikan. Sedangkan pada LN_LL (Luas lahan) menunjukkan nilai -

0,055534 menjadi negatif dan dalam keadaan menurun dan berada pada tahap

Decreasing Rate. Meskipun dalam kondisi ini, setiap upaya petani menambah

65

jumlah luas lahan tidak akan berpengaruh atau merugikan petani karet.

Berdasarkan penelitian Sunarti (2009) mengemukakan bahwa variabel tenaga

kerja dan luas lahan berpengaruh secara bersama sama terhadap produksi

karet karena apabila variabel tersebut ditambah atau dikurangi penggunaanya

maka akan berpengaruh terhadap produksi karet.

Untuk LN_Ut (Umur tanaman) menunjukkan nilai -0,073541 terhadap

sejumlah input yang diberikan dan berada pada tahap Decreasing Rate, dalam

keadaan menurun ini maka nilai umur tanaman menjadi negatif dan dalam

keadaan menurun. Dalam kondisi ini, setiap upaya menambah sejumlah input

tetap akan merugikan. Berdasarkan penelitian Septianita (2009)

mengemukakan bahwa dalam prose penyadapan umur tanaman apabila

ditambah atau dikurangi akan berpengaruh terhadap produksi karet.

Dan untuk LN_Up (Usia petani) mempunyai nilai -0,095340 dan berada

pada tahap Decreasing Rate, dimana nilai tersebut menjadi negatif dan dalam

keadaan menurun. Dalam kondisi ini, apabila petani tetap berupaya

menambah sejumlah input usia petani maka akan tetap merugikan. Hal

tersebut disebut kenaikan hasil yang berkurang. Berdasarkan hasil penelitian

Septinita (2009) bahwa penggunaan tenaga kerja harus dilihat usia petani

tersebut, jadi apabila ditambah akan mempengaruhi produksi karet karena

tenaga kerja yang memiliki usia yang diatas rata-rata memiliki tenaga yang

lemah.

66

Gambar 5. Hubungan antara variabel input dan output

Berdasarkan Tabel 15 variabel luas lahan (LL), tenaga kerja (TK),

Umur tanaman (UT) dan usia petani (UP) berada pada tahap III ( Decreasing

rate ) hal ini menunjukkan bahwa pada kondisi ini, setiap upaya

menambahkan 1 input luas lahan, tenaga kerja, umur tanaman dan uisa petani

tetap akan merugikan. Lahan usaha tani yang terlalu luas justru akan

mengakibatkan petani kesulitan dalam mengontrol setiap pohon karet yang

ada sehingga perawatannya tidak merata dan justru akan menurunkan hasil

produksi. Sumber daya manusia yang ada harus dimanfaatkan dengan baik

sebagai contoh untuk memenej budidaya karet.Umur tanaman yang tua akan

1>Ep>0

LL,UP,UT dan Tk

Ppk,Pest,Putk dan Vd

67

menghasilkan produksi yang berkurang karena produktivitasnya sudah

berkurang, sehingga membutuhkan peremajaan tanaman. Umur petani yang

kurang produktif akan berpengaruh negatif terhadap hasil produksi. Petani

yang telah berumur tua kurang mampu lagi untuk bekerja smaksimal

mungkin sehingga kegiatan usaha taninya kurang efektif lagi sehingga

menyebabkan produksi akan semakin berkurang.

Variabel pestisida (Pest), pupuk (Ppk), pendapatan (Putk) dan dummy

(Dsp) berada pada tahap II ( Increasing Rate ). Di daerah II ini, terhadap

sejumlah input yang diberikan, HPT akan tetap menaik pada tahapan

Decreasing Rate, artinya setiap penambahan 1 input pestisida,pupuk,

pendapatan dan variabel dummy output akan meningkat.

c. Gross Margin (Pendapatan Kotor )

Dari hasil analisis regresi dengan menggunakan fungsi Cobb

Douglas sehingga menarik koefisien regresi dengan nilai elastisitas produksi.

Akhirnya menghasilkan pendapatan kotor (Gross Margin) baik dari petani

pemilik maupun petani penggarap dengan menghitung nilai rata-rata dari

petani pemilik dan petani penggarap. Dengan rumus sebagai berikut :

TC = TR – TVC

Dimana :

TC = Pendapatan

TR = Penerimaan (Total Fixed Cost)

TVC = Total variable cost atau total biaya variabel.

a. Pendapatan kotor petani pemilik

68

TC = 13.158.000 – (11.000-11.800-206.833-2.198,00) = 13.126.502,00

Dimana Rp 13.158.000 meupakan biaya penerimaan produksi karet

dari petani pemilik per bulannya, sedangkan biaya Rp 11.000 merupakan

biaya variabel pupuk urea, 11.800 merupakan biaya pupuk kcl, Rp 206.833

merupakan biaya variabel pestisida dan Rp 2.198,00 merupakan biaya

vartiabel tenaga kerja. Dimana harga penerimaan diambil dari nilai rata-

rata dari 35 responden petani pemilik, sedangkan biaya-biaya variabel

tersebut diambil dari nilai rata-rata dari 35 responden petani pemilik dan

dihitung per bulan sehingga menghasilkan nilai pendapatan sebanyak Rp

13.126.502,00 dalam perbulannya.

b. Pendapatan Kotor Petani Penggarap

TC = 28.142.400 – (4.759 – 31.152 – 453.333 – 2.168,00)

= 28.104.320,67

Dimana biaya penerimaan sebanyak Rp 28.142.400 merupakan biaya

dari petani penggarap sebanyak 15 responden dan merupakan nilai rata-

rata dari 15 responden. Sedangkan Rp 4.759 merupakan biaya variabel

pupuk urea, Rp 31.152 merupakan biaya variabel pupuk kcl, sedangkan

Rp 453.333 merupakan biaya variabel pestisida dan Rp 2.168,00

merupakan biaya variabel tenaga kerja. Dari biaya-biaya variabel tersebut

merupakan biaya variabel dari 15 responden petani penggarap dan

merupakan nilai rata-rata selama sebulan sehingga menghasilkan nilai

pendapatan sebanyak Rp 28.104.320,67 per bulannya.

69

Jika dibandingkan nilai pendapatan petani pemilik dan petani

penggarap, petani pemilik memiliki keuntungan sebanyak

Rp 13.126.502,00 dan petani penggarap yang memiliki keuntungan

sebanyak Rp 28.104.320,67. Jika dilihat dari nilai pendapatan kedua petani

tersebut, petani penggarap yang memiliki keuntungan jauh lebih besar

dibandingkan petani pemilik. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa petani

penggarap menggunakan takaran variabel pada faktor produksi yang

diinginkan atau sesuai dengan takaran yang dibutuhkan oleh tanaman

karet, karena penggunaaan variabel pada petani penggarap telah dikontrol

oleh perusahaan. Sedangkan pada petani pemilik penggunaan variabel

tidak terlalu diperhatikan sesuai dengan yang diinginkan pada sistem

budidaya ataupun sistem produksi karet.

70

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi karet pada petani yang bermitra dengan PT. Lonsum

di Desa Tamatto Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba yang meliputi,

luas lahan, umur tanaman, pupuk, pestisida, usia petani tenaga kerja, pendapatan

petani karet dan variabel dummy. Berdasarkan analisis yang dijelaskan dalam Bab

V peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi karet dengan melihat variabel

independen (luas lahan, umur tanaman, pupuk, pestisida, usia petani, tenaga

kerja, pendapatan dan dummy) secara simultan (uji f) terhadap variabel

dependen dan secara parsial (uji t) secara bersama-sama signifikan

mempengaruhi produksi (y) pada hasil penelitian karet di Kecamatan

Ujung Loe Kabupaten Bulukumba.

2. Analisis elastisitas berdasarkan gambar hubungan antara variabel input dan

output yang menunjukkan Increasing Rate terdapat pada variabel pestisida,

pupuk, dummy, pendapatan usaha tani. Pada kondisi ini, petani masih

mungkin mengharapkan jumlah produksi yang cukup dari sebelumnya dan

menguntungkan ketika jumlah variabel tersebut ditambahkan. Sedangkan

variabel input dan output yang ada pada tahap Decreasing Rate terdapat pada

variabel tenaga kerja, luas lahan, umur tanaman, dan usia petani. Pada kondisi

71

ini, jika menambahkan variabel yang ada pada tahap Decreasing Rate

tersebut maka akan merugikan produksi karet.

3. Pendapatan kotor (Gross Margin) pada petani penggarap lebih besar

dibandingkan petani pemilik, karena petani penggarap lebih memperhatikan

penggunaan variabel produksi dengan baik atau sesuai yang diharapkan oleh

tanaman karet.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil temuan-temuan yang diperoleh dan terlepas dari

implikasi yang telah diberikan, penelitian ini masih memiliki sejumlah

keterbatasan. Oleh karena itu penelitian memberikan saran sebagai berikut :

1. Dengan diketahuinya pengaruh luas lahan, umur tanaman,pupuk,pestisida, usia

petani, tenaga kerja, pendapatan dan variabel dummy di Desa Tamatto

Kecamatan Ujung Loe harus lebih memperhatikan penggunaan faktor-faktor

tersebut sehingga akan dapat meningkatkan produksi karet.

2. Upah yang selama ini diberikan harus memenuhi prinsip keadilan, sesuai

dengan ketentuan pemerintah yang telah ditentukan dan layak bagi setiap

karyawan karena upah merupakan faktor yang sangat penting dalam

meningkatkan produksi karet, sehingga dengan penentuan sistem upah yang

tepat bagi karyawan juga dapat meningkatkan loyalitas karyawan. Dengan

demikian akan meningkatkan produksi karet dan akan menguntungkan pihak

perkebunan.

72

3. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini masih sangat terbatas karena

peneliti hanya menggunakan delapan variabel independen yaitu luas lahan,

umur tanaman, pupuk,pestisida, usia petani,tenaga kerja, pendapatan dan

variabel dummy sehingga kontribusi peneliti ini masih sangat terbatas. Untuk

itu diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk menggunakan variabel yang

lebih luas sehingga dapat memberikan kontribusi secara optimal bagi petani

karet.

4. Peneliti masih menggunakan subyek penelitian yang terbatas dimana sampel

yang digunakan dalam penelitian hanya mencakup 45 petani karet. Untuk itu

penelitian mengharapkan dapat menggunakan sampel penelitian yang lebih

banyak dan cakupan obyek penelitian yang lebih luas sehingga implikasi dan

kontribusi penelitian mendatang dapat digeneralisasikan dengan lebih baik.

73

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, 2012. Koefisien Regresi. Liberty, Yogyakarta.

Ahmadi, 2001. Penggunaan Sarana Produksi. Ghalia Indonesia, Jakarta

Ahman, H., E., Rohmana, y., 2007. Ilmu Ekonomi Dalam PIPS. Edisi keduacetakan pertama, Penerbit Universitas Terbuka, Jakarta

Arifin, 2004. Pembangunan Pertanian. Rineka Cipta, Jakarta

BPS, 2011. Data Perkebunan Karet Di Indonesia. Jakarta

Gustiyana, 2003. Pendapatan Usaha Tani. Penebar Swadaya, Jakarta

Hermanto, 2004. Teori Pendapatan Petani. Penebar Swadaya, Jakarta

IRSG, 2011. Data Produksi Karet Di Indonesia. Internasional Rubber studyGroup.

Mubyarto, 2000. Biaya Produksi. Rineka Cipta, Jakarta.

Mosher, 2000. Pendapatan Rumah Tangga. GhaliaIndonesia, Jakarta.

Natsir, Mohammad,dkk., 2004. Analisis Ketahanan Pangan Rumah TanggaMiskin Pada Berbagai Agroekosistem. Caliptra, Volume 12, Edisi 2,ISSN 19074255. Fakultas Pertanian. Universitas MuhammadiyahMakassar.

Rowman, Littlefield Publishers, 2010. Koefisien Regresi, Liberty, Yogyakarta.

Sadorsono, 1999. Fungsi Cobb-Douglas. Penebar Swadaya, Jakarta.

Septianita, 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Karet Rakyat diKabupaten Temanggung. Agronobis, Volume 1, No 1. Fakultas PertanianUmbara.

Sukirno Sadono, 2001. Faktor Produksi. Prenhallindo, Jakarta.

Sunarti, 2009. Analisis Pendapatan Petani Pada Berbagai Tipe Usahatani Karetdi Desa Batang Pelepat Kabupaten Bungo, Jambi. J.SEP, Volume 3, No1 Maret 2009. Fakultas Pertanian Universitas Jambi.

Soekartawi, 1995. Ilm Usaha Tani. Rineka Cipta, Jakarta.

74

Soekirno, 2001. Teori Pendapatan. Pustaka Binanam, Pressindo, Jakarta

Sukirno, 2006. Analisis Regresi. Ghalia Indonesia, Jakarta

Sukirno, S, 2011. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. PT Raja Grafindo Persada,Edisi Ketiga Cetakan Ke 26, Jakarta.

Wijayanto Hadipura, 2003. Biaya Produksi. Prenhallindo, Jakarta.

75

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

ANALISIS PRODUKSI KARET OLEH PETANI YANG BERMITRA

DENGAN PT.LONSUM KECAMATAN UJUNG LOE

KABUPATEN BULUKUMBA

I. IDENTITAS DIRI

Nama Responden :

Umur Responden :

Jenis Kelamin :

Luas Lahan :

Status Lahan :

Lama Bertani Karet :

Pendidikan : a. Tidak Pernah Sekolah

b. SD d. SMA

c. SMP e. Sarjana

Jumlah Tanggungan :…………Orang

76

II. KOMPONEN PESTISIDA DAN PUPUK

Uraian Liter/KgLuas

(Ha)

Jumlahpemakaian

/bulan/pohon

Upah/HariLamaJam

Kerj/hari

Pestisida :

Pupuk :

III. TENAGA KERJA YANG DIGUNAKAN

UraianJumlah Tenaga Kerja Lama Jam

KerjaUpah / Hari

Laki-laki Perempuan

Pemeliharaan

Pemupukan

Penyiangan

Penyadapan

Peremajaan

IV. BIAYA PRODUKSI

Uraian Harga Satuan (Rp) Total Biaya (Rp)

Pestisida:

Pupuk :

77

Tenaga Kerja : Laki-laki Perempuan

Pemeliharaan

Pemupukan

Penyiangan

Penyadapan

Peremajaan

V. KOMPONEN LUAS LAHAN DAN PRODUKSI

1. Luas lahan karet anda adalah………..Ha

2. Produksi karet anda dalam per bulan…..Kg/ton, berapa pohon……

3. Luas lahan sewa adalah……….Ha

4. Produksi lahan sewa dalam per bulan……Kg/ton, berapa pohon…

5. Luas lahan kosong adalah……Ha

6. Biaya Pajak bumi dan bangunan lahan anda adalah Rp….

7. Berapa harga jual karet per ton/kg…..

VI. UMUR PANEN

8. Umur tanaman karet anda saat ini adalah…..tahun

VII. SARAN

9. Apakah ada hambatan/kendala usaha yang anda hadapi dalam menjalankan

usaha ini?

(a) Ya (b) Tidak

Bila ya, sebutkan hambatan-hambatan tersebut !

78

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

10. Hal-hal yang dibutuhkan oleh petani karet untuk mengembangkan

produksi ?

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

11. Adakah organisasi perkumpulan bagi para petani khususnya petani karet?

(a) Ya (b) Tidak

Bila ya, Apakah anda ikut organisasi tersebut?Apa keuntungannya?

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

79

Lampiran 2. Identitas Responden Petani Pemilik

NoNama

Responden

Umur

Responden

(Tahun)

Jenis

Kelamin

(L/P)

Luas

Lahan

(Ha)

Status

Lahan

Lama

Bertani

(Tahun)

PendidikanJml

Taggungan

(Org)

1. Bahtiar Spd 38 L 1,1 MilikSendiri

6 S1 4

2. Samad 40 L 1 MilikSendiri

5 SD 5

3. Pata 47 L 1,5 MilikSendiri

6 SD 5

4. Nawir 46 L 1,1 MilikSendiri

5,5 SMP 4

5. Sapar 53 L 1,5 MilikSendiri

6 SD 3

6. Bahar 35 L 1 MilikSendiri

7 SMA 4

7. H. Hamid 47 L 1,2 MilikSendiri

4 SD 4

8. MakmurSpd

40 L 1,2 MilikSendiri

5 S1 4

9. H.Sunardi 43 L 0,5 MilikSendiri

6 SMP 4

10. H. Rusli 53 L 1 MilikSendiri

5,5 SD 3

11. BurhanSpd

43 L 1,3 MilikSendiri

4 S1 4

12. Ali 45 L 1,4 MilikSendiri

8 SMP 3

13. Deha 53 L 1,1 MilikSendiri

7 SD 3

14. Talib 40 L 1 MilikSendiri

7 SMP 4

15. Mansyur 37 L 1,2 MilikSendiri

6,5 SMA 5

16. Marzuki 40 L 1 MilikSendiri

6 SMP 3

17. Hafid 42 L 1,7 MilikSendiri

7 SMP 3

18. Kamal 43 L 1,2 MilikSendiri

6,5 SMA 4

19. Aziz 46 L 1 MilikSendiri

6 SD 4

20. Kemal 41 L 1,5 MilikSendiri

7 SD 3

21. H.Amir 45 L 1,2 MilikSendiri

7,5 SMP 4

80

22. Demma 43 L 1,7 MilikSendiri

5 SMP 3

23. Upa 45 L 1,3 MilikSendiri

7 SMP 4

24. Enal 37 L 1,1 MilikSendiri

7 SMA 2

25. Ambo 36 L 1,4 MilikSendiri

6 SMP 3

26. Mising 41 L 1,5 MilikSendiri

5,7 SMA 4

27. Ukki 43 L 1,5 MilikSendiri

7,3 SMA 4

28. Sudi 39 L 1 MilikSendiri

6,5 SMA 3

29. Ancu 34 L 1,6 MilikSendiri

7,5 SMA 3

30. Soni 40 L 1,5 MilikSendiri

6 SMA 4

31. Suki 38 L 1,2 MilikSendiri

6,5 SMA 3

32. Habo 39 L 1,1 MilikSendiri

5,5 SMA 4

33. Tiar 39 L 1 MilikSendiri

5 SMA 3

34. Juju 40 L 1,4 MilikSendiri

4,5 SMA 3

35. Samsu 38 L 1,2 MilikSendiri

4 SMA 3

81

Lampiran 3. Identitas Resonden Petani Penggarap

NoNama

Responden

Umur

Responden

(Tahun)

Jenis

Kelamin

(L/P)

Luas

Lahan

(Ha)

Status

Lahan

Lama

Bertani

(Tahun)

PendidikanJml

Taggungan

(Org)

1. Sahar 35 L 1 Milik PT 2 SMA 4

2. Aenul 37 L 2 Milik PT 2 SMA 3

3. Ical 38 L 2 Milik PT 2,2 SMP 3

4. Syamsul 42 L 1,5 Milik PT 1,5 SMP 4

5. Ipul 41 L 1,5 Milik PT 2 SMP 4

6. Kamar 37 L 1,5 Milik PT 1,7 SMP 3

7. Bakri 35 L 1 Milik PT 1,5 SMA 2

8. Syamsul 37 L 1 Milik PT 2 SMA 2

9. Umar 39 L 1 Milik PT 1,3 SMP 3

10. Amir 41 L 1 Milik PT 1,7 SD 4

11. Ambo 42 L 1,5 Milik PT 2,3 SD 4

12. Samad 45 L 2 Milik PT 2 SD 4

13. Nasir 42 L 1,5 Milik PT 2,3 SMP 3

14. Ulla 36 L 1,5 Milik PT 2 SMA 2

15. Karim 37 L 1 Milik PT 1,7 SMP 2

82

Lampiran 4. Rekapitulasi Data Mengenai Hasil Analisis Regresi Berganda

Model Produksi Karet dengan Metode Least Squares dan Menggunakan

Program Eviews-8

Dependent Variable: LN_Y

Method: Least Squares

Date: 04/11/15 Time: 15:20

Sample: 1 45

Included observations: 45

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.329838 0.400278 -0.824023 0.4154

LN_LL -0.055534 0.152667 -0.363757 0.7182

LN_UT -0.073541 0.095849 -0.767262 0.4479

LN_PPK 0.238482 0.050725 4.701475 0.0000

LN_PEST 0.006745 0.041643 0.161979 0.8722

LN_UP -0.095340 0.108693 -0.877143 0.3862

LN_TK -0.052588 0.027403 -1.919063 0.0629

LN_PUTK 0.783011 0.152264 5.142452 0.0000

DSP 0.328911 0.084071 3.912297 0.0004

R-squared 0.965345 Mean dependent var 2.073086

Adjusted R-squared 0.957644 S.D. dependent var 0.323735

S.E. of regression 0.066626 Akaike info criterion -2.402576

Sum squared resid 0.159807 Schwarz criterion -2.041243

Log likelihood 63.05795 Hannan-Quinn criter. -2.267875

F-statistic 125.3524 Durbin-Watson stat 1.978085

Prob(F-statistic) 0.000000

83

Lampiran 5. Tingkat Korelasi antar Variabel terhadap MultikolineritasProduksi Karet dengan Metode Least Squares dan Menggunakan ProgramEviews-8

ln_Y ln_LL ln_UT ln_Ppk ln_UP ln_TK ln_Pestln_PUTK

DSP

ln_Y 1

ln_LL 0,98087 1

ln_UT 0,422805 0,368193 1

ln_Ppk 0,327432 0,336726 0,238167 1

ln_UP -0,1834 -0,18948-

0,17019 -0,01285 1

ln_TK 0,452401 0,470931 0,285494 0,314062-

0,14439 1

ln_Pest 0,622617 0,603277 0,629555 0,22483 -0,44475 0,239425 1ln_PUTK 0,918618 0,87713 0,678663 0,33387

-0,28407 0,468034 0,757527 1

DSP -0,49777 -0,44086 -0,83555 -0,21238 0,375045 -0,34936 -0,72348 -0,79499 1

Lampiran 6. Grafik Residual, Actual dan Fitted dari Hasil Estimasi AnalsisRegresi Berganda Model Produksi Karet dengan Metode Least Squares danMenggunakan Program Eviews

-.08

-.04

.00

.04

.08

1.2

1.6

2.0

2.4

2.8

5 10 15 20 25 30 35 40 45

Residual Actual Fitted

84

Lampiran 7. Peta Lokasi Penelitian

Daerah Penelitian

PT. LONSUM

85

Lampiran 8 Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Petani Karet

Gambar 2. Petani Pemilik

86

Gambar 3. Karet yang Sudah Disimpan dalam Cergen

Gambar 4. Karet yang Sudah disadap.

87

Gambar 5. Proses Pengumpulan Lateks

Gambar 6. Lateks yang Sudah Dikumpulkan di Ember

88

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No

Judul KegiatanKegiatan dalam Bulan Ke Minggu Ke

Bulan 1 Bulan II Bulan III Bulan IV1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 PenyusunanProposal

2 SeminarProposal ObservasiWawancara Dokumentasi Pengumpulan

Data Analisis Data

4 PenulisanSkripsi

5 Seminar Hasil6 Perbaikan7 Ujian Skripsi

89

RIWAYAT HIDUP

dasar SD 260 Erekeke, tamat pada tahun 2005. Di tahun

itu pula, penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 1 Bontotiro dan tamat

pada tahun 2007, di tahun yang sama pula, melanjutkan pendidikan di SMK 4

Bulukumba dan tamat pada tahun 2010. Pada tahun 2011 melanjutkan pendidikan

ke Perguruan Tinggi Swasta yaitu Universitas Muhammadiyah Makassar

di Fakultas Pertanian 2015.

Selama mendapat status sebagai Mahasiswa di jurusan Agribisnis, penulis

aktif di berbagai Organisasi ekstra dan intra. Organisasi eksrta yang pernah

dimasuki adalah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan komunitas ekstra

yang pernah dimasuki adalah Child’s Smile.

Penulis dilahirkan di Bulukumba pada tanggal 21 Januari

1992 dari ayah Alm Demma dan Ibu Dawalia. Penulis

merupakan anak ke lima dari enam bersaudara.

Penulis mengawali pendidikan Formal di Sekolah

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No Judul KegiatanKegiatan dalam Bulan Ke Minggu Ke

Bulan 1 Bulan II Bulan III Bulan IV1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 PenyusunanProposal

2 Seminar Proposal ObservasiWawancara Dokumentasi Pengumpulan

Data Analisis Data

4 Penulisan Skripsi5 Seminar Hasil6 Perbaikan7 Ujian Skripsi