analisis praktek akuntabilitas dan wujud transparansi di...

31
1 1. PENDAHULUAN Transparansi dan Akuntabilitas saat ini kian populer karena masalah Good Coporate Governance (GCG). GCG mengandung dua pengertian yaitu nilai-nilai yang menjunjung tinggi keinginan/kehendak rakyat dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial (Yahya, 2006). Daniri (2005) dalam Kaihatu menyatakan GCG merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh dan menguntungkan dalam jangka panjang, sekaligus memenangkan bisnis global. Namun dalam pelaksanaannya GCG menghadapi banyak kendala yang cukup rumit, salah satu masalah penting yang menjadi penyebabnya adalah kurangnya akuntabilitas dan transparasi (Yahya, 2006). Transparasi dan Akuntabilitas merupakan keniscayaan, semua aktivitas lembaga baik publik maupun swasta selalu dituntut transparan dan akuntabel (Simanjutak dan Januarsi 2011). Organisasi nirlaba merupakan sebuah organisasi yang didirikan tidak bertujuan untuk memperoleh laba. Organisasi keagamaan merupakan salah satu organisasi nirlaba yang dianggap khusus dari organisasi nirlaba lainnya. Kekhususan tersebut dapat terlihat segi penyelenggaraannya. Menurut buku Akuntansi untuk LSM dan Partai Politik (216-217) menyatakan bahwa dari segi penyelenggaraannya, organisasi keagamaan dijalankan oleh sebuah lembaga atau organisasi yang muncul atas kesadaran akan berjalannya visi dan misi agama tersebut. Organisasi keagamaan mengacu pada organisasi dalam bentuk tempat ibadah seperti Masjid, Gereja, Pure, Wihara, dan organisasi yang dibentuk sebagai tempat belajar agama seperti pesantren, serta organisasi lainnya yang bergerak dalam bidang keagamaan. Sumberdaya atau pengurus yang terlibat dalam pengelolaan organisasi keagamaan bukan merupakan orang-orang yang profesional seperti halnya dalam organisasi bisnis (Setio dan Radianto, 2007). Sebagai bentuk dari organisasi keagamaan, sebagian organisasi gereja belum memperhatikan pengelolaan keuangan, dan terkesan tertutup bagi publik (Silvia dan Ansar 2011). Selama ini penelitian peran dan praktek akuntansi keagamaan seperti Gereja setidaknya lebih maju dibandingkan dengan penelitian akuntansi di entitas

Upload: lamphuc

Post on 05-Feb-2018

248 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Praktek Akuntabilitas dan Wujud Transparansi di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3714/2/T1_232009097_Full... · Organisasi nirlaba merupakan sebuah organisasi yang

1

1. PENDAHULUAN

Transparansi dan Akuntabilitas saat ini kian populer karena masalah Good

Coporate Governance (GCG). GCG mengandung dua pengertian yaitu nilai-nilai

yang menjunjung tinggi keinginan/kehendak rakyat dan nilai-nilai yang dapat

meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan kemandirian,

pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial (Yahya, 2006). Daniri (2005) dalam

Kaihatu menyatakan GCG merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk

tumbuh dan menguntungkan dalam jangka panjang, sekaligus memenangkan bisnis

global. Namun dalam pelaksanaannya GCG menghadapi banyak kendala yang cukup

rumit, salah satu masalah penting yang menjadi penyebabnya adalah kurangnya

akuntabilitas dan transparasi (Yahya, 2006). Transparasi dan Akuntabilitas

merupakan keniscayaan, semua aktivitas lembaga baik publik maupun swasta selalu

dituntut transparan dan akuntabel (Simanjutak dan Januarsi 2011).

Organisasi nirlaba merupakan sebuah organisasi yang didirikan tidak bertujuan

untuk memperoleh laba. Organisasi keagamaan merupakan salah satu organisasi

nirlaba yang dianggap khusus dari organisasi nirlaba lainnya. Kekhususan tersebut

dapat terlihat segi penyelenggaraannya. Menurut buku Akuntansi untuk LSM dan

Partai Politik (216-217) menyatakan bahwa dari segi penyelenggaraannya, organisasi

keagamaan dijalankan oleh sebuah lembaga atau organisasi yang muncul atas

kesadaran akan berjalannya visi dan misi agama tersebut.

Organisasi keagamaan mengacu pada organisasi dalam bentuk tempat ibadah

seperti Masjid, Gereja, Pure, Wihara, dan organisasi yang dibentuk sebagai tempat

belajar agama seperti pesantren, serta organisasi lainnya yang bergerak dalam bidang

keagamaan. Sumberdaya atau pengurus yang terlibat dalam pengelolaan organisasi

keagamaan bukan merupakan orang-orang yang profesional seperti halnya dalam

organisasi bisnis (Setio dan Radianto, 2007). Sebagai bentuk dari organisasi

keagamaan, sebagian organisasi gereja belum memperhatikan pengelolaan keuangan,

dan terkesan tertutup bagi publik (Silvia dan Ansar 2011).

Selama ini penelitian peran dan praktek akuntansi keagamaan seperti Gereja

setidaknya lebih maju dibandingkan dengan penelitian akuntansi di entitas

Page 2: Analisis Praktek Akuntabilitas dan Wujud Transparansi di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3714/2/T1_232009097_Full... · Organisasi nirlaba merupakan sebuah organisasi yang

2

keagamaan lainnya (Simanjuntak dan Januarsi 2011). Beberapa penelitian terkait

akuntansi dan akuntabilitas dalam organisasi Gereja telah dilakukan oleh beberapa

peneliti, seperti Booth (1993), Duncan et al. (1999), Lightbody (1999), Silvia &

Ansar (2011), dan Randa (2011). Hasil penelitian mengenai akuntabilitas dalam

organisasi Gereja lebih banyak ditentukan oleh para pemimpin Gereja yang

cenderung menolak praktik akuntabilitas (Booth, 1993).

Dilihat dari keorganisasiannya, keanggotaan organisasi Gereja lebih jelas

dibandingkan dengan organisasi Masjid. Dilakukan pencatatan keanggotaan untuk

organisasi Gereja, sedangkan tidak demikian untuk organisasi Masjid. Dalam konteks

masjid bersifat terbuka bagi siapapun masyarakat Islam yang ingin menggunakannya,

berbeda dengan kalangan kelompok masyarakat Kristen yang memiliki gereja-nya

masing-masing (Barliana, 2004). Muhamad (2002) menyatakan bahwa Islam

merupakan agama yang rahmatan lil „alamiin, yang berarti ajaran Islam akan dapat

diterapkan atau dipakai siapa saja, dan dimana saja.

Masjid adalah pusat kegiatan ibadah ummat Islam, yang hadir dari segenap

kemampuan yang dimiliki masyarakatnya dan merupakan representasi dari

komunitas ummat Islam yang melahirkan dan memakmurkannya (Barliana, 2004).

Imam masjid hanya sebatas menjadi imam dalam shalat tidak menjadi pimpinan

dalam sebuah organisasi masjid tersebut. Kebanyakan organisasi di masjid

merupakan organisasi kecil yang kurang terstruktur dengan baik, terlebih pada masjid

didaerah pemukiman kampung. Sebagai salah satu dari organisasi keagamaan, Masjid

merupakan organisasi yang cukup besar yang ada di Indonesia, mengingat mayoritas

penduduk di Indonesia beragama Islam. Simanjuntak dan Januarsi (2011)

menyatakan bahwa entitas Masjid jarang sekali menjadi perhatian peneliti akuntansi

sebelumnya, padahal organisasi nirlaba seperti organisasi Masjid yang memperoleh

sumber dana dari sumbangan para donatur, justru harus menjadi prioritas mengenai

transparasi dan akuntabilitas organisasi Masjid tersebut.

Allah SWT melalui Al-Qur’an surat Al Baqarah 282 berfirman:

“Hai orang-orang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk

waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Hendaklah seorang penulis

diantara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan

menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkan.”

Page 3: Analisis Praktek Akuntabilitas dan Wujud Transparansi di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3714/2/T1_232009097_Full... · Organisasi nirlaba merupakan sebuah organisasi yang

3

Penggalan Surat Al Baqarah 282 tersebut memberikan pesan bahwa Islam mendorong

praktek akuntansi dalam kehidupan bermuamalah. Sebagai entitas pelaporan

akuntansi yang menggunakan dana masyarakat sebagai sumber keuangan dalam

bentuk sumbangan, sedekah atau bantuan sosial lainnya yang berasal dari masyarakat,

Masjid menjadi bagian dari entitas publik yang semua aktifitasnya harus

dipertanggungjawabkan kepada publik (Simanjuntak dan Januarsi, 2011).

Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Simanjuntak dan Januarsi

(2011) tentang “Akuntabilitas Dan Pengelolaan Keuangan Di Masjid”, memfokuskan

praktik akuntansi dalam bentuk laporan keuangan sebagai suatu wujud transparansi

dan akuntabilitas. Namun, akuntabilitas memiliki cangkupan yang luas bukan hanya

pertanggungjawaban financial (Silvia dan Ansar, 2011). Dalam penelitian kali ini

peneliti akan melakukan penelitian bukan hanya didasarkan pada praktik akuntansi,

tetapi peneliti akan mengkaji atas pertanggungjawaban secara keseluruhan atas

segala aktifitas dan kinerja financial organisasi Masjid.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah

dalam penelitian ini yaitu; Bagaimanakah praktek akuntabilitas dan wujud

transparansi yang dijalankan organisasi Masjid?. Penelitian ini diharapkan mampu

memberikan tambahan pemahaman dan pengetahuan mengenai transparansi dan

akuntabilitas organisasi Masjid. Selain itu juga diharapkan dapat dijadikan bahan

masukan dan pertimbangan bagi organisasi Masjid bahwa transparansi dan

akuntabilitas adalah dua aspek penting, yang berguna untuk keberhasilan organisasi

tersebut dalam terwujudnya kepercayaan, kepuasan, dan untuk menghindari fitnah

dari masyarakat.

2. TELAAH TEORITIS

2.1 AKUNTABILITAS

Akuntabilitas dapat diartikan sebagai suatu kewajiban mempertanggungjawabkan

keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan

dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu pertanggungjawaban

yang dilaksanakan secara periodik (Stanbury, 2003 dalam Mardiasmo, 2006).

Menurut Triyuwono yang dikutip oleh Permatasari dan Dewi (2011) menyatakan

bahwa ruang lingkup akuntabilitas dalam akuntansi Islam antara lain meliputi

Page 4: Analisis Praktek Akuntabilitas dan Wujud Transparansi di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3714/2/T1_232009097_Full... · Organisasi nirlaba merupakan sebuah organisasi yang

4

akuntabilitas kepada Tuhan, akuntabilitas kepada manusia, dan akuntabilitas kepada

alam. Akuntabilitas kepada Tuhan dilakukan dengan menerapkan syari’ah Islam

dalam upaya menjaga mempertahankan amanah yang diberikan Allah SWT.

Sedangkan akuntabilitas kepada manusia dilakukan dengan memberikan laporan-

laporan, informasi-informasi yang dibutuhkan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam

aktifitas organisasi. Sehingga realisasi kegiatannya baik keberhasilan maupun

kegagalan dalam pencapaian sasaran yeng telah ditetapkan mendapat penjelasan

(Kama, 2011). Silvia dan Ansar (2011) menyatakan bahwa akuntabilitas memiliki

berbagai dimensi dalam organisasi antara lain yaitu akuntabilitas hukum dan

kejujuran, akuntabilitas program, akuntabilitas proses, akuntabilitas kebijakan, dan

akuntabilitas financial.

A. AKUNTABILITAS HUKUM DAN KEJUJURAN

Ghamidi (1997) dalam Muhamad (2002) menyatakan bahwa perilaku yang Islami,

adalah perilaku yang pelakunya selalu merasakan adanya pengawasan oleh Allah baik

dalam keadaan tersembunyi maupun terlihat orang dan selalu melakukan muhasaba

(menghitung-hitung/ mengevaluasi) diri terhadap pihak lain. Oleh karena itu, kaum

Muslimin harus kembali kepada Allah, mengoreksi diri mereka, menerapkan perilaku

Islami, beriman dan jujur (Muhamad, 2002). Namun, secara nyata kedalaman hati

seseorang bahwa dia sudah melakukan “kejujuran” hanya Tuhan yang tahu, sehingga

dalam prakteknya sulit untuk mengukur mengenai tingkat kejujuran itu sendiri.

Tetapi lewat pengawasan dan aturan-aturan yang diberlakukan secara tegas dapat

membantu seseorang untuk transparan dan akuntabel (Silvia dan Ansar, 2011).

Suatu jaminan mengenai adanya peraturan terkait dengan supermasi hukum atau

peraturan lain dalam organisasi tersebut dengan akuntabilitas hukum (Silvia dan

Ansar, 2011). Hamid (2003) menyatakan bahwa pertanggungjawaban secara hukum

terkait dengan adanya suatu jamiman mengenai kepatuhan terhadap hukum dan

peraturan lain yang disyaratkan dalam penggunaan sumber dana publik. Dalam

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 26 Tahun 2004

menjelaskan bahwa akuntabilitas hukum tekait dalam pelayanan publik, antara lain:

a. Seluruh mekanisme penyelenggaraan pelayanan publik harus didasarkan pada

ketentuan yang mengaturnya.

Page 5: Analisis Praktek Akuntabilitas dan Wujud Transparansi di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3714/2/T1_232009097_Full... · Organisasi nirlaba merupakan sebuah organisasi yang

5

b. Setiap penyimpangan harus diproses dan diberi sanksi (punishment) menurut

ketentuan hukum yang berlaku, sehingga dapat melahirkan efek jerah bagi

pelakunya. Namun pada saat yang sama yang berprestasi harus pula diperhatikan

penghargaan (reward) untuknya, sehingga termotivasi untuk bekerja lebih baik.

Akuntabilitas kejujuran terkait dengan bagaimana suatu organisasi dapat

menghindari penyalahgunaan seperti KKN (Korupsi Kolusi Nepotisme), sehingga

dapat menjamin sebuah praktik yang sehat. Ellwood dalam Mardiasmo (2002),

menyebutkan bahwa akuntabilitas kejujuran berhubungan dengan bagaimana suatu

organisasi dapat menghindari penyalahgunaan jabatan serta pengawasan dan

pemeriksaan dapat dilakukan untuk dapat menghindari kolusi, korupsi dan nepotisme.

Kepatuhan hukum dalam penyelenggaraan pelayanan publik merupakan suatu hal

yang mutlak, sebab dengan begitu indikator untuk menilai atau mengukur tingkat

akuntabilitas organisasi dalam penyelenggaraan aktifitas khususnya di bidang

pelayanan publik dapat terwujud dengan sendirinya (Kama,2011).

B. AKUNTABILITAS PROGRAM

Berkaitan dengan bagaimana organisasi melahirkan sebuah program yang

mengacu pada strategi dalam pencapaian visi, misi organisasi (Silvia dan Ansar,

2011). Diperlukan pengungkapkan pelaporan hasil program kegiatan organisasi,

sehingga dapat mengetahui besarnya sumberdaya yang dialokasikan kehasil kegiatan

yang telah terlaksana.

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam akuntabilitas program antara lain

(Kama,2011):

1. Adanya komitmen dari pimpinan dan seluruh staf yang bersangkutan dalam

melahirkan suatu program.

2. Dapat menjamin penggunaan sumberdaya secara konsisten dengan ketentuan

peraturan yang berlaku untuk menghindari penyalahgunaan sumberdaya yang ada.

C. AKUNTABILITAS PROSES

Akuntabilitas proses terkait dengan apakah prosedur yang telah digunakan

dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal prosedur administrasi yang

berkaitan dengan penyelenggaraan atau pengelolaan organisasi (Hamid, 2003).

Page 6: Analisis Praktek Akuntabilitas dan Wujud Transparansi di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3714/2/T1_232009097_Full... · Organisasi nirlaba merupakan sebuah organisasi yang

6

Prosedur administrasi antara lain :1

a. Pembagian & pengarahan kerja, terdiri : adanya pendelegasian wewenang, uraian

tugas, rapat pimpian dan pengurus organisasi yang dilaksanakan secara periodik.

b. Kecukupan sistem informasi manajemen, yang terdiri dari: Pendokumentasian

data organisasi (data struktur kepengurusan, data program kegiatan, data

keuangan), dan kemudahan mengakses informasi yang dimiliki organisasi.

Akuntabilitas proses harus menyajikan penjelasan tentang kesesuaian antara

realisasi kegiatan dengan rencana awal, serta keberhasilan dan kegagalan dalam

pencapaian sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengurus organisasi

yang akuntabel, tidak hanya bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukan, tetapi

juga terhadap kinerja organisasi secara keseluruhan (Kama, 2011).

D. AKUNTABILITAS KEBIJAKAN

Suatu kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan yang harus dijadikan

pedoman, pegangan atau petunjuk bagi setiap usaha dari para pengurus organisasi

sehingga tercapai kelancaran dan keterpaduan dalam mencapai tujuan organisasi yang

telah ditetapkan. Semua hal yang berkaitan dengan mekanisme dalam organisasi

(pengambilan keputusan, kepemimpinan, dan struktur organisasi) dilandasi

kesepakatan2, dan pertimbangan seluruh anggota organisasi dalam membuat suatu

kebijakan (Silvia dan Ansar, 2011). Kesepakatan tersebut harus didokumentasikan

agar jelas dan dapat dijadikan pedoman yang diterapkan organisasi secara konsisten.

Organisasi juga perlu menyiapkan kebijakan yang jelas tentang cara mendapatkan

informasi, lama waktu mendapakan informasi serta prosedur pengaduan apabila

informasi tidak sampai kepada pihak-pihak yang berkepentingan (Sutedjo, 2009).

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas memiliki

cakupan yang luas, bukan hanya pertanggungjawaban financial dalam bentuk laporan

keuangan, tetapi juga pertanggungjawaban atas segala kegiatan yang dilakukan oleh

organisasi, sebagai pihak pemegang amanah untuk memberikan pertanggungjawaban,

menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktifitas dan kegiatan

pertanggungjawaban tersebut (Mardiasmo, 2004).

1&2.prosedur administrasi dan penjabaran dalam klasifikasi akuntabilitas dan Transparasi LSM dalam

Buku kerja Instrumen Transparasi dan Akuntabilitas LSM, dengan judul Menilai Transparasi dan

Akuntabilitas LSM.

Page 7: Analisis Praktek Akuntabilitas dan Wujud Transparansi di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3714/2/T1_232009097_Full... · Organisasi nirlaba merupakan sebuah organisasi yang

7

E. AKUNTABILITAS FINANCIAL

Islam melalui Al-Qur’an telah menggariskan bahwa konsep akuntansi yang

diikuti oleh para pembuat laporan akuntansi menekankan pada konsep

pertanggungjawaban atau accountability. Akuntansi Syariah pada intinya yaitu

akuntansi yang akan dinilai kembali dari sudut pandang Islam (Muhamad, 2002).

Komponen pembentuk akuntabilitas financial diantaranya yaitu pengungkapan

dan ketaatan terhadap peraturan3.

a. Pengungkapan

Konsep pengungkapan mewajibkan agar laporan keuangan didesain dan disajikan

sebagai gambaran atau kenyataan dari segala proses kejadian atau aktifitas organisasi

untuk suatu periode yang berisi suatu informasi. Dengan melakukan pencatatan

terhadap semua transaksi akan lebih mudah mempertanggungjawabkannya

(Muhamad, 2002). Pengungkapan laporan keuangan harus berdasarkan pada aktifitas-

aktifitas yang mempengaruhi dalam proses operasional organisasi.

b. Ketaatan terhadap Peraturan

Ketaatan terhadap peraturan dalam proses pencatatan keuangan dengan

menggunakan prinsip syariah. Prinsip umum akuntansi syariah yaitu keadilan,

kebenaran, dan pertanggungjawaban, oleh karena itu pencatatan transaksi dalam

pelaporan akuntansi dilakukan dengan benar, jelas, informatif, menyeluruh, ditujukan

kepada semua pihak dan tidak terdapat unsur manipulasi (Muhamad, 2002).

2.2 TRANSPARANSI

Transparansi adalah kegiatan pembangunan yang harus dikelola dengan

setransparan mungkin bagi masyarakat, donatur, dan organisasi yang bersangkutan,

yang harus diberi wewenang berupa kemudahan untuk mendapatkan informasi yang

terkait dengan kebijakan serta kegiatan pembangunan dalam pengelolaan organisasi

(Sadaly, 2002). Prinsip pokok pelaksanaan transparansi :

1. Menyediakan informasi dan menjamin kemudahan didalam memperoleh

informasi mengenai aktifitas-aktifitas yang dijalankan dalam organisasi tersebut

(Sutedjo, 2009).

3.Lembaga Administrasi Negara (LAN) dikutip BPKP, dalam Universitas Sumatera Utara,

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17482/3/Chapter%20II.pdf

Page 8: Analisis Praktek Akuntabilitas dan Wujud Transparansi di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3714/2/T1_232009097_Full... · Organisasi nirlaba merupakan sebuah organisasi yang

8

2. Informasi harus diungkapkan secara lengkap, antara lain meliputi visi, misi,

kondisi keuangan, susunan pengurus, bentuk perencanaan dan hasil dari kegiatan

kepada masyarakat maupun donatur (Sadaly, 2002). Pengungkapan informasi

harus bersifat terbuka, mudah diakses, diterbitkan secara teratur, dan mutakhir

(Schiavo-Campo & Tomasi, 1999 dalam Mardiasmo, 2006).

3. Adanya media untuk menyampaikan pendapat, saran, kritik maupun argumen

terhadap perbaikan kondisi kinerja atau kegiatan yang lebih baik dan terarah

(Sutedjo, 2009).

Menurut Logos (2003) dalam Sutedjo (2009) menyatakan bahwa transparansi dan

akuntabilitas merupakan konsep yang berkaitan erat satu dengan yang lain, karena

tanpa transparansi tidak mungkin ada akuntabilitas. Sebaliknya transparansi tidak

akan banyak bermanfaat tanpa dilengkapi dengan akuntabilitas. Aryani (2007)

menyatakan bahwa prasyarat utama mewujudkan akuntabilitas harus berada pada

situasi dan kondisi lingkungan yang mengutamakan keterbukaan (transparasi) sebagai

landasan pertanggungjawaban serta lingkungan yang demokratis. Pembuatan laporan

keuangan adalah salah satu bentuk kebutuhan transparasi yang merupakan syarat

pendukung adanya akuntabilitas yang berupa keterbukaan (opennes) atas aktivitas

pengelolaan sumber daya publik (Mardiasmo, 2006). Tujuannya adalah untuk

menjelaskan bagaimanakah pertanggungjawaban dilakukan. Dengan adanya

penjelasan secara transparan, masyarakat menjadi tahu tentang apa yang telah

dilakukan organisasi, berapa besarnya anggaran yang digunakan, dan bagaimana hasil

tindakannya (Kama, 2011).

3. METODE PENELITIAN

3.1 Satuan analisis

Penelitian ini dilakukan dengan metode Studi Kasus dengan melibatkan data

kualitatif. Untuk satuan analisis peneliti mengambil objek Masjid Raya Darul Amal

yang terletak Di Jalan Tentara Pelajar 2, Salatiga. Adapun alasan peneliti memilih

Masjid tersebut sebagai objek penelitian, karena Masjid Raya Darul Amal merupakan

Masjid yang besar diwilayah Salatiga. Adapun alasan praktis yaitu peneliti bertempat

tinggal di Salatiga dengan demikian peneliti dapat menghemat biaya dan waktu.

Page 9: Analisis Praktek Akuntabilitas dan Wujud Transparansi di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3714/2/T1_232009097_Full... · Organisasi nirlaba merupakan sebuah organisasi yang

9

3.2 Batasan penelitian

1. Penelitian ini menempatkan peneliti dalam internal organisasi.

2. Penelitian ini menganalisis tentang bentuk praktek akuntabilitas dan wujud

transparansi yang dijalankan oleh organisasi.

3.3 Metode pengumpulan data

Metode yang dipakai dalam penelitian ini yaitu wawancara dan review document.

Pengumpulan data diperoleh dengan cara:

1. Wawancara dengan Ketua takmir Prof. Muh Zuhri, untuk mendapatkan data awal

mengenai informasi dasar tentang kondisi organisasi masjid.

2. Menggunakan daftar cek kajian dokumen / check list documents review yang

diperoleh dari pengurus ta’mir melalui petugas harian, disertai dengan observasi

dilapangan untuk mendukung hasil wawancara.

3. Melakukan wawancara mendalam terhadap petugas harian Bapak Yahya, S, Ag,

pihak yang diberikan wewenang dari objek penelitian untuk memberikan jawaban

yang menunjang pokok permasalahan.

3.4 Teknik analisis

Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yang

menyesuaikan berbagai hasil wawancara, pengamatan secara langsung dan hasil

review document dengan teori yang digunakan dalam penelitian ini (Simanjuntak dan

Januarsi, 2011). Metode deskriptif digunakan karena penelitian ini memberikan

gambaran tentang praktek akuntabilitas dan wujud transparansi dalam pengelola

organisasi masjid.

3.5 Langkah analisis

Langkah analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Mendeskripsikan tentang masjid yang menjadi objek penelitian.

2. Melakukan analisis hasil wawancara dan review dokumen, untuk mengetahui

praktek akuntabilitas dan wujud transparansi organisasi.

3. Membuat kesimpulan secara menyeluruh mengenai praktek akuntabilitas dan

transparansi yang telah dijalankan organisasi.

Page 10: Analisis Praktek Akuntabilitas dan Wujud Transparansi di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3714/2/T1_232009097_Full... · Organisasi nirlaba merupakan sebuah organisasi yang

10

4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Masjid Raya Darul Amal berdiri sejak tahun 1990an yang pada mulanya

merupakan Masjid yang hanya dengan satu lantai. Namun karena jumlah jamaah yang

semakin banyak maka pihak Pemerintah Kota Salatiga memberikan sumbangan untuk

pembangunan Masjid. Masjid Raya Darul Amal selesai direnovasi pada tahun 2011

dan kini bangunan masjid telah memiliki tiga lantai. Masjid tersebut berdiri diatas

tanah milik Pemerintah Kota Salatiga. Sumberdana yang diperoleh yaitu dari donatur-

donatur yang memberikan sumbangan kepada masjid. Organisasi Ta’mir Masjid

Darul Amal (selanjutnya dituliskan OTAMDA) didirikan di kota Salatiga pada

tanggal 1 Muharram 1427 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 31 Mei 2007

Miladiyah. Alasan utama didirikannya OTAMDA yaitu agar pengelolaan masjid lebih

jelas kepengurusannya, karena lokasi masjid berdekatan dengan STAIN maka

pengurus anggota ta’mir masjid kebanyakan dari STAIN terlebih pada kepengurusan

hariannya. Sedangkan tujuan dari terbentuknya OTAMDA yaitu terbinanya umat

Islam Kota Salatiga yang beriman, berilmu dan beramal dalam rangka mengabdi

kepada Allah SWT. Kepengurusan organisasi masjid dibagi menjadi 3 bagian, yaitu

susunan keanggotaan takmir yang diangkat oleh Walikota Salatiga yang terdiri dari

59 anggota, karyawan yang dipekerjakan oleh pihak takmir untuk membantu dalam

pengelolaan masjid, serta penjaga masjid yang mayoritas merupakan mahasiswa dari

STAIN. Hal tersebut dilakukan karena anggota takmir mempunyai pekerjaan dinas

diluar kepengurusannya sebagai takmir masjid, maka untuk mempermudah proses

pengelolaan masjid pihak masjid menyusun kepengurusan harian masjid dengan

melibatkan karyawan dan penjaga.

Anggota takmir masjid Raya Darul Amal bekerja secara sukarela atau tidak

mendapat gaji, karyawan masjid mendapatkan gaji dari pihak takmir yang berasal

dari sumbangan atau kas masjid, sedangkan penjaga masjid mendapatkan fasilitas

berupa diperbolehkan menempati sebuah ruangan yang ada di masjid, yaitu di ruang

bagian kantor masjid. Masjid berada di kawasan alun-alun Pancasila sehingga jamaah

yang melakukan ibadah disana mayoritas merupakan jamaah yang berasal dari

Page 11: Analisis Praktek Akuntabilitas dan Wujud Transparansi di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3714/2/T1_232009097_Full... · Organisasi nirlaba merupakan sebuah organisasi yang

11

mahasiswa STAIN dan jamaah dari dalam maupun luar kota Salatiga. Berbeda

dengan masjid-masjid yang didirikan di daerah pemukiman warga, dimana jamaah

masjid dapat dikenali dengan mudah yaitu mayoritas warga pemukiman dikawasan

tersebut. Program kegiatan yang dijalankan oleh organisasi masjid bersifat tradisional

berasaskan Islam yang berpedoman kepada Al Qur’an dan As Sunah. Tidak ada suatu

peraturan yang mengikat dalam proses pengelolaan masjid, semua yang dilakukan

oleh pengurus masjid berjalan dengan mengalir. Berdasarkan keterangan yang

diberikan oleh Bapak Prof.Muh Zuhri, hal itu dilakukan karena unsur kepercayaan

oleh para pengurus masjid.

Berikut penjelasan dari 5 dimensi akuntabilitas yang dipraktekkan di Masjid

Raya Darul Amal:

4.2.1 Praktik Akuntabilitas Hukum Dan Kejujuran di Masjid Raya

Darul Amal

Surat Keputusan Walikota Salatiga, Nomor 451/338/2012 (tercantum dalam

lampiran 5) merupakan satu ketentuan yang dijadikan landasan hukum dalam proses

operasional OTAMDA. Dalam Surat Keputusan tersebut mencantumkan daftar

keanggotaann ta’mir, dengan struktur anggota yang jelas diharapkan para pengurus

ta’mir dapat bekerja sesuai dengan fungsinya.

Akuntabilitas hukum dalam pelayanan publik yang dijalankan oleh

OTAMDA, sebagai berikut:

1. Terkait ketentuan peraturan dalam penyelenggaraan kegiatan

Berikut pernyataan yang diberikan oleh Bapak Yahya,S,Ag selaku petugas harian:

“pedoman aturan merujuk pada kebiasaan dalam organisasi”

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa selama ini OTAMDA

menyelenggarakan suatu bentuk pelayanan atas dasar tradisi yang dijalankan oleh

organisasi dengan berasaskan Islam, seperti sholat jum’at, pengajian, dan Peringatan

Hari Besar Islam (PHBI).

2. Peraturan terhadap sistem punishment dan reword

Salah satu bentuk peraturan yang ada di OTAMDA yaitu peraturan mengenai

tata tertib penggunaan masjid seperti pada lampiran 9. Belum ada ketentuan dalam

sebuah bentuk dokumentasi mengenai sistem punishment dan reward.

Page 12: Analisis Praktek Akuntabilitas dan Wujud Transparansi di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3714/2/T1_232009097_Full... · Organisasi nirlaba merupakan sebuah organisasi yang

12

OTAMDA belum pernah melakukan proses audit secara formal sebagai

bentuk pengawasan dan pemeriksaan untuk menghindari terjadinya kasus

penyimpangan. Namun pihak masjid bersedia dan terbuka jika akan dilakukannya

proses audit. Upaya OTAMDA untuk menghindari sebuah praktek yang tidak sehat

yaitu dengan mengadakan pertemuan rutin atau dengan istilah “kultum penasihatan”4

kepada para pengurus takmir dengan periode waktu yang tidak ditentukan, serta

menggunakan sistem keamanan dengan memasang CCTV di bagian sudut tertentu,

sebagai bentuk dari pengawasan.

Belum ada peraturan secara tertulis yang dijadikan ketentuan untuk mengatur

dalam mekanisme penyelenggaraan publik. Walaupun demikian, selama ini tidak

pernah ditemukannya kasus penyimpangan yang dilakukan oleh pengurus masjid.

Berikut pernyataan yang diberikan oleh Ketua Ta’mir Bapak Prof. Muh Zuhri:

“selama ini tidak pernah dijumpai adanya kasus mengenai penyalahgunaan

wewenang terlebih penyelewengan yang dilakukan oleh ta‟mir masjid”

4.2.2 Praktik Akuntabilitas Program di Masjid Raya Darul Amal

Proses terciptanya program di OTAMDA dapat diuraikan sebagai berikut:

visi dan misi membentuk

komitmen menciptakan

program

Mengacu pada pelaksanaan prinsip akuntabilitas program oleh Kama (2011)

dengan praktek yang dilakukan oleh OTAMDA

1. Ketua ta’mir Bapak Prof.Muh Zuhri menyatakan bahwa komitmen para

pengurus masjid dalam menciptakan suatu program kegiatan yaitu membuat suasana

masjid menjadi semarak dan jamaah masjid menjadi banyak. Komitmen tersebut

membentuk program kegiatan seperti, pengajian- pengajian, lomba adzan,

pelaksanaan sholat jumat, PHBI dan program lainnya yang terbentuk secara mengalir

berdasarkan tradisi yang sering dilakukan oleh umat Islam. Komitmen OTAMDA

terbentuk dari sebuah visi yaitu “menuju kehidupan Islamy dan harmoni”, kemudian

diturunkan dalam misi sebagai berikut:

4.istilah yang diberikan oleh ketua takmir Prof. Muh Zuhry dalam wawancara yang dilakukan pada

tanggal 5 Maret 2013

Page 13: Analisis Praktek Akuntabilitas dan Wujud Transparansi di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3714/2/T1_232009097_Full... · Organisasi nirlaba merupakan sebuah organisasi yang

13

a. Menjadikan masjid sebagai tempat untuk beribadah kepada Allah SWT dan

sebagai pusat peradapan Islam

b. Membina jama’ah Masjid Darul Amal menjadi pribadi muslim yang beriman,

berilmu, beramal

c. Menuju masyarakat islami yang harmoni

Visi dan misi organisasi masjid tercantum dalam draft anggaran dasar, walau

masih dalam wujud draft namun hal tersebut sudah dijadikan suatu pedoman dalam

pengelolaan masjid. Pelaporan program organisasi tidak dibuat secara detail

mengenai sumberdaya yang dibutuhkan dan digunakan serta hasil dari pelaksanaan

program kegiatan, pelaporan yang ada hanya berbentuk rencana kegiatan seperti pada

lampiran 7.

2. Terkait Dengan Penggunaan Sumberdaya

Berikut pernyataan yang dilontarkan oleh Bapak Yahya,S.Ag selaku petugas

harian masjid:

“penggunaan sumberdaya tergantung pada kebutuhan. Karena sebagian

kegiatan sifatnya mengalir jadi kebutuhannyapun juga mengalir”

Berdasarkan penyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa belum ada ketentuan

peraturan secara tertulis dalam penggunaan sumberdaya. Namun, berdasarkan hasil

wawancara yang diperoleh dari Ketua Takmir mengungkapkan bahwa untuk

menghindari penyalahgunaan sumberdaya, OTAMDA merumuskan melalui

musyawarah takmir, dimana musyawarah takmir berfungsi sebagai forum

pengambilan keputusan tertinggi (tercantum dalam draft Anggaran Dasar Ta’mir

Masjid Raya Darul Amal Kota Salatiga, lampiran 6), sehingga kebutuhan sumberdaya

mendapatkan pengawasan dari semua pihak. Pertanggungjawaban dalam penggunaan

kas dilakukan dengan penyerahan kwitansi kepada bendahara masjid yang nantinya

akan masuk ke laporan keuangan masjid.

4.2.3 Praktek Akuntabilitas Proses di Masjid Raya Darul Amal

Prosedur administrasi yang dijalankan OTAMDA:

a. Pembagian dan pengarahan kerja di Masjid Raya Darul Amal

1. Pendelegasian wewenang dan uraian tugas

Berikut pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Yahya, S.Ag selaku petugas

harian mengenai pembagian dan pengarahan kerja:

Page 14: Analisis Praktek Akuntabilitas dan Wujud Transparansi di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3714/2/T1_232009097_Full... · Organisasi nirlaba merupakan sebuah organisasi yang

14

“pembentukan panitia kegiatan dilakukan melalui rapat ta‟mir. Di masjid ketika

akan mengadakan suatu kegiatan maka akan mengundang semua anggota ta‟mir.

Namun tidak semua bisa hadir dengan kesibukan yang dimilikinya. Misal yang hadir

10 orang maka dibentuklah yang datang itu. Pembagian dan pengarahan kerja

seperti uraian tugas-pun dilakukan secara lisan”

Pendelegasian wewenang dan uraian tugas disusun dalam rapat ta’mir, dan hanya

dilakukan secara lisan. Dapat dilihat dari gambar 1 dibahwa ini tidak ada

pendelegasian wewenang dan uraian tugas yang dicacat dari hasil rapat.

Gambar 1

Notulen Rapat

Sumber lampiran 10

Page 15: Analisis Praktek Akuntabilitas dan Wujud Transparansi di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3714/2/T1_232009097_Full... · Organisasi nirlaba merupakan sebuah organisasi yang

15

2. Periodisasi pelaksanaan rapat

Belum ada peraturan tertulis untuk periode pelaksanaan rapat di OTAMDA.

Ketentuan pelaksanaan rapat diumumkan secara lisan yaitu 35 hari sekali bersamaan

dengan pengajian rutin. Namun, dalam prakteknya pengadaan rapat ta’mir dilakukan

dengan menyesuaikan program kegiatan yang akan dilakukan oleh organisasi. Tidak

semua anggota ta’mir terlibat dalam setiap program kerja yang diselenggarakan oleh

organisasi. Dari 59 anggota ta’mir tidak semua anggota ikut aktif dalam rapat ta’mir.

Berikut daftar hadir anggota ta’mir dalam rapat yang diadakan oleh OTAMDA:

Gambar 2

Lembar Daftar Hadir Anggota yang Menghadiri Rapat Ta’mir

Sumber lampiran 11

Page 16: Analisis Praktek Akuntabilitas dan Wujud Transparansi di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3714/2/T1_232009097_Full... · Organisasi nirlaba merupakan sebuah organisasi yang

16

b. Kecukupan Informasi Manajemen

1. Data Pengurus Organisasi

Gambar 3

Berikut struktur pengurus harian Masjid Raya Darul Amal:

Sumber lampiran 16

Gambar 3. Selain anggota ta’mir yang telah ditetapkan oleh Walikota, pihak

ta’mir juga membentuk pengurus harian masjid dengan pihak yang terlibat lebih

sedikit. Hal tersebut dilakukan agar pengelolaan masjid lebih diperhatikan mengingat

tidak semua anggota ta’mir dapat menjalankan fungsi dan perannya dengan maksimal

karena kesibukan di luar kepengurusannya sebagai anggota OTAMDA.

KETUA TA’MIR

PROF. DR. H. M. ZUHRI, MA

SEKRETARIS

DR.H.RAHMAT, H.M,Pd

BENDAHARA

H.MAHASIN

PETUGAS HARIAN

YAHYA, S.Ag

KEAMANAN

IRAWAN

KEBERSIHAN

BUDI

ADMINISTRASI

BUDI S.

FAIDLUL M.

MUADZIN

TOYIB ABDUL M.

MUHAMAD B.

Page 17: Analisis Praktek Akuntabilitas dan Wujud Transparansi di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3714/2/T1_232009097_Full... · Organisasi nirlaba merupakan sebuah organisasi yang

17

2. Data Program

Tabel 1

Bentuk perencanaan kegiatan di Masjid Raya Darul Amal

PEMERINTAHAN KOTA SALATIGA

TAKMIR MASJID RAYA DARUL AMAL

Sekretariat: Jl. Tentara Pelajar No. 02 Salatiga 50721 Telp. (0298) 316594

RENCANA KEGIATAN

MASJID RAYA DARUL AMAL KOTA SALATIGA TAHUN 2013

KEGIATAN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES

(JENIS

KEGIATAN

YANG AKAN

DILAKUKAN

OTAMDA)

Sumber lampiran 7

Tabel 1. Data program berisikan perencanaan kegiatan yang disusun secara

tertulis berdasarkan periode waktu pelaksanaan kegiatan tersebut. Jenis kegiatan yang

dilakukan terkait dengan perbaikan sarana untuk pengelolaan masjid dan kegiatan-

kegiatan yang bersifat tradisional yang dijalankan oleh umat Islam seperti pengajian-

pengajian dan Peringatan Hari Besar Islam.

Page 18: Analisis Praktek Akuntabilitas dan Wujud Transparansi di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3714/2/T1_232009097_Full... · Organisasi nirlaba merupakan sebuah organisasi yang

18

3. Data Keuangan

Laporan keuangan masjid ≤ tahun 2009 dibuat secara manual dengan pencatatan

yang dilakukan secara tertulis dalam sebuah buku laporan keuangan. Pada tahun

2010-2011 OTAMDA tidak melakukan pencatatan laporan keuangan, hal tersebut

dikarenakan tidak adanya kegiatan selama proses pembangunan renovasi masjid.

Namun, sejak tahun 2012 OTAMDA kembali melakukan pencatatan laporan

keuangan dengan menggunakan komputer. Laporan keuangan yang ada di Masjid

Raya Darul Amal terdiri dari pemasukan dan pengeluaran kas yang dibuat dalam

periode bulanan.

Data organisasi yang terdiri dari struktur kepengurusan, data program, serta data

keuangan hanya disimpan oleh pihak internal organisasi. Namun pihak masjid

bersedia memberikan informasi ketika ada pihak luar yang mempertanyakan

mengenai kinerja organisasi dalam pengelolan Masjid Raya Darul Amal.

Selama ini tingkat pengukuran keberhasilan kegiatan OTAMDA diukur dari: 5

1. Acara berjalan lancar

2. Jamaah yang hadir banyak

3. Kyai6-nya menarik

4. Program kegiatan yang dilaksanakan memberikan kesan yang baik.

Namun program kegiatan yang telah dirancang oleh OTAMDA tidak semua berjalan

sesuai dengan rencana awal yang telah di tetapkan. Berikut contoh kegiatan yang

belum terlaksana:

Tabel 2

Kemunduran Rencana Kegiatan yang di Masjid Raya Darul Amal tahun 2013

Kegiatan April

Pembangunan tempat wudhu X X

Sumber lampiran 7

Periode mingguan

5.hal yang disampaikan Bapak Yahya,S.Ag dalam wawancara tgl 29 April 2013 di ruang tamu masjid.

6. kyai: ahli ulama (cerdik pandai di Agama Islam), Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Page 19: Analisis Praktek Akuntabilitas dan Wujud Transparansi di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3714/2/T1_232009097_Full... · Organisasi nirlaba merupakan sebuah organisasi yang

19

Tabel 2. Perencanaan kegiatan untuk pembangunan tempat wudhu yang telah

direncanakan pada bulan April minggu ke 3-4 dalam pelaksanaannya kegiatan

tersebut belum terlaksana sebagai mana yang telah ditetapkan diawal. Alasan

kemunduran pelaksanaan kegiatan tersebut karena masih menunggu dana sumbangan

dari Pemkot.

Salah satu bentuk dari tidak terlaksananya program kegiatan masjid lainnya

yaitu penyelenggaraan “lomba adzan”. Rencana lomba adzan telah dirumuskan pada

rapat ta’mir, (dapat dilihat pada gambar 4 dibawah ini). Namun Ketua Ta’mir Bapak

Muh Zuhri mengungkapkan bahwa kegiatan tersebut batal terlaksana karena tidak

adanya informasi lebih lanjut. Pertanggungjawaban mengenai tidak terlaksananya

kegiatan tersebut belum diungkapkan secara jelas.

Gambar 4

Perumusan Lomba Adzan

Sumber lampiran 10

Page 20: Analisis Praktek Akuntabilitas dan Wujud Transparansi di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3714/2/T1_232009097_Full... · Organisasi nirlaba merupakan sebuah organisasi yang

20

Rasa kebersamaan akan tanggungjawab semua anggota ta’mir terhadap kinerja

organisasi secara keseluruhan masih kurang. Hal tersebut tercermin dengan sedikitnya

pengurus yang terlibat secara aktif dalam pengelolaan masjid, berikut pernyataan

Bapak Yahya,S.Ag selaku petugas harian masjid berikut ini:

“ketika ada kendala yang dihadapi dilapangan pada waktu diberlangsungkannya

kegiatan masjid, proses pelaporan da evaluasinya disampaikan secara lisan, kita

belum membuat secara tertulis. Anggota ta‟mir di masjid ini banyak, namun yang

aktif dan menekuni hanyalah pengurus harian”

Karena para anggota ta’mir bekerja secara sukarela dan tidak mendapat gaji, sehingga

tidak ada tuntutan secara tegas yang mengharuskan semua anggota terlibat langsung

dan bersifat aktif dalam pengelolaan masjid. Namun sebagai anggota ta’mir yang

telah ditetapkan seharusnya dapat menjalankan amanah yang diberikan dengan baik.

4.2.4 Praktik Akuntabilitas Kebijakan di Masjid Raya Darul Amal

Kebijakan mengenai pertanggungjawaban para pengurus masjid dalam

pengelolaan masjid telah dirumuskan dalam Keputusan Walikota Salatiga,

Nomor:451/338/2012 pada ketetapan poin kedua yaitu: “melaporkan hasilnya dan

bertanggung jawab kepada Walikota”, dan selama ini bentuk pelaporan

pertanggungjawaban pengurus takmir atas pengelolaan masjid telah dilakukan secara

lisan.

Kebijakan dalam pengelolaan masjid tercantum dalam draft anggaran dasar

masjid. Walau belum disahkan secara resmi namun pihak masjid mengungkapkan

bahwa draft anggaran dasar tersebutlah yang dijadikan pedoman untuk menjalankan

proses pengelolaan masjid. Draft tersebut dibentuk atas dasar kesepakatan bersama

anggota ta’mir yang disahkan dalam musyawarah ta’mir Masjid Darul Amal.

Kebijakan yang memuat ketentuan-ketentuan untuk dijadikan pedoman oleh

anggota ta’mir tidak semua dilakukan sesuai dengan ketentuan yang telah dirumuskan

sebelumnya. Dalam draft anggaran dasar pasal 5 mengenai kewajiban anggota

terdapat ketentuan bahwa “anggota ta’mir berkewajiban untuk berpartisipasi aktif

dalam kegiatan yang diselenggarakan ta’mir”, namun dalam prakteknya hal tersebut

tidak sesuai dengan apa yang telah ditentukan (penjelasan lebih dalam telah dibahas

pada pembahasan mengenai akuntabiltas proses). Bentuk lain dari ketidakpaduan

Page 21: Analisis Praktek Akuntabilitas dan Wujud Transparansi di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3714/2/T1_232009097_Full... · Organisasi nirlaba merupakan sebuah organisasi yang

21

antara kebijakan dengan pelaksanaannya yaitu pada ketentuan pasal 12 mengenai

tanggungjawab ta’mir, menuliskan bahwa tanggungjawab ta’mir yaitu

“menyampaikan laporan pertanggungjawaban dalam musyawarah ta’mir” namun

prakteknya bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan program kerja ta’mir hanya

dilakukan secara lisan.

Draft anggaran dasar takmir masjid raya darul amal belum memuat mengenai

kebijakan dalam mendapatkan informasi terkait program kerja organisasi serta

prosedur pengaduan apabila informasi tidak sampai kepada pihak-pihak yang

berkepentingan. Namun, pada prakteknya pihak masjid menyediakan sebuah buku

untuk mengisi saran, kritik maupun pendapat yang ditempatkan di ruang tamu.

4.2.5 Praktik Akuntabilitas Financial di Masjid Raya Darul Amal

Perbedaan hasil penelitian Simanjuntak dan Januarsi (2011) dengan penelitian

di Masjid Raya Darul Amal adalah, pengurus Masjid Raya Darul Amal mentolelir

bahwa pembuatan laporan keuangan berdasarkan kesadaran dari pihak masjid tanpa

adanya tekanan dari masyarakat. Berdasarkan informasi yang didapat dari Bapak

Yahya,S.Ag, mengungkapkan bahwa selama ini masyarakat tidak menuntut kepada

organisasi masjid untuk membuat laporan keuangan. Pengurus masjid merasa

mempunyai tanggungjawab penuh atas penggunaan dana yang diperoleh dari para

donatur maka pihak masjid mempertanggungjawabkan kinerja organisasi masjid

dalam bentuk laporan keuangan.

Komponen pembentuk akuntabilitas financial:

a. Pengungkapan

Pengungkapan aktifitas-aktifitas yang mempengaruhi penggunaan kas dalam

proses operasional organisasi telah disajikan dalam laporan keuangan masjid. Namun

selama ini OTAMDA belum mempunyai suatu kebijakan mengenai besarnya

anggaran untuk pengelolaan keuangan. Hal tersebut dapat memicu timbulnya aktifitas

yang tidak terkontrol.

Dalam penelitian yang dilakukan di Masjid Raya Darul Amal ditemukan satu

bentuk aktifitas pengeluaran kas yang belum dicatat dalam laporan pengeluaran kas.

Page 22: Analisis Praktek Akuntabilitas dan Wujud Transparansi di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3714/2/T1_232009097_Full... · Organisasi nirlaba merupakan sebuah organisasi yang

22

Gambar 5

Kwitansi Pemberian Utang

Tanggal 22 Oktober 2006 terdapat akitifitas pengeluaran kas masjid untuk pemberian

pinjaman utang kepada pihak luar, tertera pada kwitansi pembayaran diatas. Namun

aktifitas pengeluaran kas tersebut belum diungkapkan dalam laporan keuangan

masjid, seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 6

Pencatatan pengeluaran bulan Oktober 2006

Page 23: Analisis Praktek Akuntabilitas dan Wujud Transparansi di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3714/2/T1_232009097_Full... · Organisasi nirlaba merupakan sebuah organisasi yang

23

b. Ketaatan terhadap peraturan

Pihak masjid Raya Darul Amal melakukan pencatatan laporan keuangan secara

sederhana. Berikut pernyataan dari Bapak Yahya, S.Ag:

“kami melakukan pencatatan laporan keuangan serta pencatatan aset yang

masjid miliki secara sederhana dan mudah dipahami oleh para pembaca laporan

keuangan. Kalau membuat laporan yang rinci pihak kami belum terlalu memahami

proses pencatatannya”

Dari pernyataan tersebut dapat diungkapkan bahwa pihak masjid berupanya

menyajikan dan melaporan laporan keuangan serta aset yang dimiliki masjid walau

dalam desain pelaporan yang masih sederhana.

Bentuk laporan keuangan yang telah dibuat oleh bendahara merupakan satu

bentuk pertanggungjawaban yang dilakukan kepada masyarakat. Hal tersebut

dilakukan karena sumber dana dari aktifitas pengelolaan masjid diperoleh dari donatur

yang kemudian dipertanggungjawabkan dalam bentuk laporan keuangan, selanjutnya

diinformasikan kepada jamaah sebelum sholat jumat.

Tabel 3

Daftar inventaris Masjid Raya Darul Amal Ruang Lantai 2

No Nama Barang Jumlah Keterangan

1 Karpet 30 buah Kurang baik

2 Lampu gantung 1 buah Baik

3 Rak Al Qur’an 2 buah Baik

4 Al Qur’an 16 buah Baik

5 Rak Mukena 1 buah Baik

6 Mukena 60 buah Baik

7 Cermin 1 buah Baik

8 Kipas Angin 1 buah Baik sumber lampiran 8

Tabel 3. Pencatatan mengenai kekayaan sumberdaya yang ada di masjid

dilakukan dengan mengkelompokan sumberdaya yang tersedia berdasarkan ruang

penempatannya. Dengan bentuk pencacatan seperti itu, maka hanya mempermudah

dalam proses monitoring untuk menjaga dari pencurian dan untuk memantau kondisi

kelayakan inventaris. Namun, sulit untuk mengukur nilai asset yang dimiliki masjid.

Pihak masjid mengungkapkan bahwa keterbatasan penyajian laporan

keuangan disebabkan oleh salah satu faktor yaitu sumberdaya yang terlibat dalam

Page 24: Analisis Praktek Akuntabilitas dan Wujud Transparansi di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3714/2/T1_232009097_Full... · Organisasi nirlaba merupakan sebuah organisasi yang

24

pengelolan masjid bukan orang yang profesional dalam bidangnya, sehingga belum

bisa menjalankan perannya dengan optimal.

4.3 Wujud Transparansi Yang Dijalankan Oleh Organisasi Masjid

Raya Darul Amal

OTAMDA tidak mempunyai suatu pedoman dasar dalam pelaksanaan

transparansi. Berikut praktek yang dijalankan OTAMDA dengan mengacu pada

prinsip pokok dari bentuk pelaksanaan transparansi:

1. OTAMDA belum menyediakan informasi atas hasil dari pengelolaan masjid.

Namun, ada jaminan kemudahan yang diberikan oleh pihak masjid ketika ada pihak

luar yang mempertanyakan mengenai informasi hasil kinerja masjid. Seperti hal nya

pernyataan dari Bapak Yahya,S,Ag sebagai berikut:

“kami dari pihak masjid selalu terbuka mengenai aktifitas yang telah kami jalankan,

namun untuk media mempublikasian yang ditujukan untuk masyarakat luas belum

ada. Jika ada yang mencari informasi, kami melayani dengan senang hati”

Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa OTAMDA telah berupaya

untuk transparan atas hasil dari kinerja yang telah dilakukan. Untuk mendapatkan

informasi terkait pengelolaan kinerja organisasi dengan mendatangi ke kantor masjid

untuk menemui penjaga masjid, kemudian penjaga masjid akan mencarikan data

yang diperlukan melalui otoritas dari ketua ta’mir.

2. Visi misi dan tujuan yang dijadikan pedoman dalam perancangan program

organisasi hanya tercantum dalam draft anggaran dasar takmir masjid, serta susunan

kepengurusan dan bentuk perencanaan program kegiatan OTAMDA hanya disimpan

oleh pihak internal organisasi. Kondisi keuangan organisasi masjid dipublikasikan

dalam bentuk pengumuman secara sederhana mengenai pemasukan dan pengeluaran

masjid sebelum sholat jumat. Hal tersebut diungkapkan oleh pihak masjid sebagai

bentuk dari keterbukaan kepada publik.

Budaya yang digunakan oleh OTAMDA masih menggunakan budaya lisan

dalam penyampaian pertanggungjawabannya, namun telah ada upaya perbaikan untuk

lebih memperhatikan dalam pembuatan laporan pertanggungjawaban secara tertulis.

Laporan pertanggungjawaban yang dibuat secara tertulis akan lebih mempermudah

dalam proses evaluasi untuk menilai kinerja organisasi.

Page 25: Analisis Praktek Akuntabilitas dan Wujud Transparansi di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3714/2/T1_232009097_Full... · Organisasi nirlaba merupakan sebuah organisasi yang

25

3. Berikut media yang disediakan oleh OTAMDA untuk menyampaikan

pendapat, saran maupun kritik:

Gambar 7

Laporan Pengaduan dan Masukan

Sumber lampiran 13

Gambar 7.Tersedia media untuk menyampaikan pendapat, saran, dan kritik untuk

perbaikan kondisi masjid yang lebih baik. Dari berbagai pendapat yang masuk

belum ditemukan saran atau kritik atas penilaian hasil dari program kegiatan masjid.

Hal tersebut disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat tentang hasil

penyelenggaraan program kegiatan masjid, karena belum ada suatu media secara

tertulis untuk mengumumkan hasil kinerja organisasi.

Page 26: Analisis Praktek Akuntabilitas dan Wujud Transparansi di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3714/2/T1_232009097_Full... · Organisasi nirlaba merupakan sebuah organisasi yang

26

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa

OTAMDA telah menjalankan praktek akuntabilitas, namun praktek tersebut belum

dilaksanakan secara memadai / maksimal. Hal tersebut ditunjukan oleh:

1. Belum ada aturan yang jelas dalam mekanisme penyelenggaraan pelayanan.

2. Belum melaporkan program kegiatan organisasi secara detail.

3. Rasa kebersamaan akan tanggungjawab semua anggota ta’mir terhadap

kinerja organisasi masih kurang. Hal tersebut tercermin dengan sedikitnya

pengurus yang terlibat secara aktif dalam pengelolaan masjid.

4. Belum menyajikan kesesuaian antara realisasi kegiatan dengan rencana awal,

sehingga tidak ada penjelasan mengenai keberhasilan atau kegagalan dalam

pencapaian sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.

5. Pencatatan laporan keuangan kurang teliti, karena ditemukannya bukti

pengeluaran kas tetapi belum dilakukan pencatatan dalam laporan pengeluaran

kas.

OTAMDA bersedia untuk transparan, namun selama ini praktek transparansi di

OTAMDA masih belum optimal karena informasi-informasi mengenai pengelolaan

masjid disimpan untuk kepentingan internal organisasi dan mengumuman laporan

keuangan secara lisan sebagai “simbol” dari bentuk transparansi.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di OTAMDA, peneliti

menyarankan untuk:

1. Adanya suatu peraturan yang tertulis sebagai ketentuan yang mengatur dalam

mekanisme penyelenggaraan pelayanan, karena dengan begitu organisasi

mempunyai ketentuan peraturan yang jelas dalam penyelengaraannya supaya

lebih terarah.

2. Disahkannya draft anggaran dasar, sehingga OTAMDA mempunyai pedoman

yang resmi dalam pengelolaan masjid.

3. Adanya SOP sumberdaya, untuk menghindari penyimpangan dalam penggunaan

sumberdaya.

Page 27: Analisis Praktek Akuntabilitas dan Wujud Transparansi di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3714/2/T1_232009097_Full... · Organisasi nirlaba merupakan sebuah organisasi yang

27

4. Semua anggota ta’mir dapat terlibat secara aktif dalam semua kegiatan masjid

karena dengan kebersamaan untuk memenuhi bentuk pertanggungjawaban atas

amanah yang telah diberikan.

5. Adanya suatu dokumen pencatatan mengenai hasil dari pelaksanaan dan evaluasi

program kegiatan yan telah dilakukan. Sehingga penilaian atas kinerja organisasi

lebih terarah.

6. Memanfaatkan media seperti papan pengumuman yang telah ada dimasjid sebagai

sarana untuk mengkomunikasikan hasil kinerja OTAMDA sehingga masyarakat

lebih mengetahui dan menilai hasil pengelolaan kinerja organisasi.

7. Buku saran dan kotak saran ditempatkan di tempat yang strategis dimana

masyarakat lebih mudah untuk mengaksesnya.

Ketujuh poin tersebutlah yang menjadi saran dari peneliti untuk OTAMDA.

Walau memang secara nyata kedalaman hati seseorang bahwa dia sudah

melakukan”kejujuran” hanya Tuhan yang tahu. Tetapi lewat pengawasan dan aturan-

aturan yang diberlakukan secara tegas dapat membantu seseorang untuk lebih

transparan dan akuntabel (Silvia dan Ansar,2011).

5.3 Keterbatasan penelitian

Keterbatasan narasumber oleh karena tidak semua pihak berkenan menjadi

informan. Terlebih para pengurus organisasi merupakan pihak-pihak yang juga

memiliki tanggungjawab diluar kepengurusannya sebagai takmir masjid. Sehingga

informasi dan data yang diperoleh terbatas.

5.4 Penelitian Mendatang

Penelitian ini menggambarkan bentuk dari praktek akuntabilitas dan

transparansi dari prespektif organisasi masjid. Peneliti menyadari bahwa penelitian ini

masih jauh dari kesempurnaan dan memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu

harapkan peneliti untuk penelitian selanjutnya yaitu dapat mengembangkan tingkat

keefektifan dan efisiensi praktek akuntabilitas dan transparansi yang dijalankan

organisasi masjid dari prespektif masyarakat atau donatur.

Page 28: Analisis Praktek Akuntabilitas dan Wujud Transparansi di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3714/2/T1_232009097_Full... · Organisasi nirlaba merupakan sebuah organisasi yang

28

DAFTAR PUSTAKA

Aryani, D.F., 2007, Prinsip Transparansi dan Akuntabilitas Dalam Tata Kelola

Perusahaan Daerah Air Minum Kota Salatiga. Skripsi Program S1 Fakultas

Hukum Universitas Kristen Satya Wacana (tidak dipublikasikan).

Barliana,M.S.,2004,”Tradisionalitas Dan Modernitas Tipologi Arsitektur Masjid”,

Jurnal Terakreditasi Nasional Dimensi Teknik Arsitektur, Vol.32, No.2.

Bastian, Indra,2007, Akuntansi Untuk LSM Dan Partai Politik, Erlangga, Jakarta.

Booth, P., 1993, “ Accounting in churches: a research framework and agenda,

Accounting Auditing and Accountability”, Journal, Vol. 6, No.4. pp 37-67.

Darma, S., 2007, “Manajemen Keuangan sekolah”, Direktorat Tenaga Kependidikan,

Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan,

Departemen Pendidikan Nasional.

Duncan, J. B. and Flesher, D.L., 1999, “ Internal Control Systems In US Churches,

An Examination of The Effects of Church Size and Denomination on Systems of

Internal Control, Accounting, Auditing & Accountability”, Journal, Vol.12, No.2,

pp. 142-163.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2001, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat,

Jakarta.

Kaihatu, T.S., 2006, “Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia”,

Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 8, No.1.

Kama, A.Z.,2001,” Akuntabilitas Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan”, Jurnal

Ilmiah Ishlah, ISSN. 1410 – 9328, Vol.13 No. 03.

Page 29: Analisis Praktek Akuntabilitas dan Wujud Transparansi di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3714/2/T1_232009097_Full... · Organisasi nirlaba merupakan sebuah organisasi yang

29

Lightbody, M., 1999, “Storing and Shielding: Financial Management Behaviour in a

Church Organisation, Accounting, Auditing & Accountability”, Journal, Vol. 13,

No. 2, pp. 156-174.

Mardiasmo, 2004, “Membangun Akuntabilitas Publik Keuangan Negara”, Cetakan

Majalah Media Akuntansi, Edisi No.39, April, hal. 12.

Mardiasmo, 2006, “Pewujudan Transparasi dan Akuntabilitas Publik Melalui

Akuntansi Sektor Publik: Suatu Sarana Good Governance”, Jurnal Akuntansi

Pemerintah, Vol.2, No.1,Mei: 1-17.

Moleong, L.J., 2005, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, Edisi Revisi, PT Remaja

Rosdakarya, Bandung.

Muhamad, 2002, “Penyesuaian Teori Akuntansi Syariah: Perspektif Akuntansi Sosial

Dan Pertanggungjawab”, Journal of Islamic Economics, Vol.3, No.1, Muharram

1432 H/Maret, pp.67-87.

Muhammad. H., 2007, “Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)”, Direktorat Pembinaan

Sekolah Menengah Pertama.

Permatasari,N.C. dan Dewi,N.H.U., 2011, ”Pandangan Pemilik Badan Usaha Islam

Terhadap Akuntabilitas Dan Moralitas”, The Indonesian Accounting Review,

Vol.1, No.2,July, 135-144.

Rahardi,F. 2007. “Menguak Rahasia Bisnis dalam Gereja”, Visimedia Jakarta.

Randa, F., 2011, “Rekonstruksi Konsep Akuntansi Organisasi Gereja”, Jurnal

Simposium Akuntansi,Vol.14,No.8.

Sadaly, Hariyanti. 2002. Akuntabilitas Publik Ornop. Laporan Lokakarya : Lembaga

Penelitian SMERU.

Page 30: Analisis Praktek Akuntabilitas dan Wujud Transparansi di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3714/2/T1_232009097_Full... · Organisasi nirlaba merupakan sebuah organisasi yang

30

Setio, R. dan Radianto, W,. 2007, “Sistem Pengendalian Manajemen Dalam Gereja:

Studi Kasus Gereja Di Kota Yogyakarta”, Jurnal Riset Manajemen &

Bisnis,Vol.2,No.1.

Silvia, J. dan Ansar, M., 2011, “Akuntabilitas Dalam Perspektif Gereja Protestan”,

Jurnal Simposium Nasional Akuntansi,Vol.14, No.9.

Simanjuntak,D.A. dan Januarsi, Y.,2011,”Akuntabilitas dan Pengelolaan Keuangan

Di Masjid”, Jurnal Simposium Nasional Akuntansi,Vol.14, No.7.

Sutedjo, 2009, Persepsi Stakeholders Terhadap Transparasi Dan Akuntabilitas

Pengelolaan Keuangan Sekolah. Tesis Program Pascasarjana Universitas

Diponegoro. http://eprints.undip.ac.id/24292/1/Sutedjo.pdf. 14 November 2012.

Tim Penyusun PAPBK, 2011, Panduan Akuntabilitas Pengelolaan Bantuan

Kemanusiaan, Piramedia, Depok.

Yahya, I., 2006, “Akuntabilitas Dan Transparasi Pengelolaan Keuangan Daerah”,

Jurnal Sistem Teknik Industri, Vol.7, No.4.

Yayasan Tifa, 2011, Mengukur Transparansi Dan Akuntabilitas LSM,

http://penabulu.org/wp-content/plugins/download-monitor/download.php?id=70.

21 September 2012.

Page 31: Analisis Praktek Akuntabilitas dan Wujud Transparansi di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3714/2/T1_232009097_Full... · Organisasi nirlaba merupakan sebuah organisasi yang

31

Curriculum vitae

Name : Diah Intan Pandini

Address : Osamaliki 549, Salatiga

Place, Date of Birth : Salatiga, 18 September 1991

Sex : Female

Religion : Islam

Email : [email protected]

Educational & Professional Background :

1. Elementary School at SD Negeri 06, Salatiga (1997 - 2003)

2. Junior High School at SMP Negeri 2, Salatiga (2003 – 2006)

3. Senior High School at SMA Negeri 3, Salatiga (2006 - 2009)

Organization Experience:

1. Member of organizing committe Satgas “ONE FOR ALL”

2. Member of organizing Social Evening “LEGEND” 2012

Workshop & Seminar :

1. National Seminar “Believe, Begin Become An Entrepreneur” at Salatiga, April

27, 2010.

2. National Seminar “Peran Akuntansi dalam Pemberantasan Korupsi” at

Salatiga, April 28, 2010.

3. National Seminar “Inspire, Instruct, Improve : Other Side of Business” at

Salatiga, March 7, 2012.