analisis perencanaan suksesi bisnis keluarga dari...

54
1 BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Bisnis Keluarga Brahma Tirta Sari (BTS) adalah sebuah perusahaan keluarga yang resmi didirikan pada tahun 1992 di Yogyakarta oleh Agus Ismoyo dan istrinya Nia Fliam. Namun sejarah perkembangan Brahma Tirta Sari Batik Studio sudah dimulai tahun 1985 disebuah lahan kecil disamping kediaman orangtua dari Agus Imoyo. Keputusan Agus Ismoyo untuk mendirikan BTS dilandasi atas semangat mempertahankan tradisi keluarga sebagai pengerajin batik yang sudah dimulai dari dua generasi diatas Agus Ismoyo. Tujuh tahun kemudian mereka memutuskan untuk memindahkan lokasi perusahaan ke daerah Kota Gede, Yogyakarta sampai saat ini. Secara khusus Agus Ismoyo dan Nia Fliam berkolaborasi untuk menghasilkan karya seni tinggi berupa batik, namun disisi lain melalui Brahma Tirta Sari Batik Studio, mereka juga memproduksi karya seni batik komersial untuk dilempar kepasar dalam bentuk hiasan interior (wall hanging, table cloth, pillow dll) serta produk fashion (perhiasan, jacket, tas, scraf dll). Segmentasi yang mereka tuju adalah kalangan premium, ekspatriat, turis mancanegara dan pecinta seni. BTS sendiri didirikan atas kesadaran bahwa untuk menghasilkan karya seni bernilai tinggi, seorang seniman perlu memiliki dukungan waktu dan keuangan

Upload: lyduong

Post on 14-Jun-2018

237 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

1

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Bisnis Keluarga

Brahma Tirta Sari (BTS) adalah sebuah perusahaan keluarga yang resmi

didirikan pada tahun 1992 di Yogyakarta oleh Agus Ismoyo dan istrinya Nia

Fliam. Namun sejarah perkembangan Brahma Tirta Sari Batik Studio sudah

dimulai tahun 1985 disebuah lahan kecil disamping kediaman orangtua dari Agus

Imoyo. Keputusan Agus Ismoyo untuk mendirikan BTS dilandasi atas semangat

mempertahankan tradisi keluarga sebagai pengerajin batik yang sudah dimulai

dari dua generasi diatas Agus Ismoyo. Tujuh tahun kemudian mereka

memutuskan untuk memindahkan lokasi perusahaan ke daerah Kota Gede,

Yogyakarta sampai saat ini. Secara khusus Agus Ismoyo dan Nia Fliam

berkolaborasi untuk menghasilkan karya seni tinggi berupa batik, namun disisi

lain melalui Brahma Tirta Sari Batik Studio, mereka juga memproduksi karya seni

batik komersial untuk dilempar kepasar dalam bentuk hiasan interior (wall

hanging, table cloth, pillow dll) serta produk fashion (perhiasan, jacket, tas, scraf

dll). Segmentasi yang mereka tuju adalah kalangan premium, ekspatriat, turis

mancanegara dan pecinta seni.

BTS sendiri didirikan atas kesadaran bahwa untuk menghasilkan karya seni

bernilai tinggi, seorang seniman perlu memiliki dukungan waktu dan keuangan

Page 2: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

2

yang memadai, tanpa adanya kedua aspek tersebut ekplorasi kreatifitas dan

inovasasi akan terbentur dengan keterbatasan material dan waktu pengerjaan.

Namun, sejak awal berdiri sampai saat ini, pemilik tidak pernah menganggap BTS

sebagai sebuah bisnis komersial yang selalu berorientasi pada keuntungan materi,

melainkan lebih sebagai cultural business dimana setiap kegiatan bisnis yang

dilakukan selalu mengusung aspek kebudayaan didalamnya terlepas dari besaran

keuntungan finansial yang dapat dihasilkan dari kegiatan tersebut. Dalam setiap

kegiatan perusahaan, pemilik selalu berpatokan pada konsep Tribawana atau

kosep tiga dunia, sebuah konsep budaya Jawa yang menjelaskan tentang

hubungan manusia dengan sesama manusia, lingkungan dan kehidupan yang ada

didalamnya serta Tuhan dan hal-hal yang tak terlihat, hubungan-hubungan ini

yang kemudian menjadi sumber dari kreatifitas manusia. Kesatuan dari ketiga

hubungan tersebut diatur oleh hukum alam yang nantinya akan mendukung dan

memandu manusia menuju takdir kehidupan. Karena konsep inilah, pemilik selalu

berganggapan bahwa BTS akan mengalir kearah yang baik jika mereka selalu

berusahaan untuk menumbuhkannya tanpa perlu menyusun rencana kedepan.

Brahma Tirta Sari Batik Studio bernaung dibawah yayasan keluarga nirlaba,

Babaran Segara Gunung (BSG) yang juga menaungi dua perusahaan lain yang

masih dimiliki oleh satu keluarga besar yang sama. Keterkaitan Brahma Tirta Sari

Batik Studio dengan Babaran Segara Gunung dan dua perusahaan keluarga

lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran dibawah ini :

Page 3: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

3

Diagram 3. Jaringan Pemasaran Brahma Tirta Sari Batik Studio

Sumber : Brahma Tirta Sari Batik Studio (2012)

Babaran Segara Gunung

(yayasan nirlaba)

Keluarga Djajakusumo

Brahma Tirta

Sari Batik

Studio

(karya seni

tinggi)

Agus Ismoyo +

Nia Fliam

RedLotus

(karya seni

komersial)

Nia Fliam +

Rana

Studio Babaran

Segara Gunung

(pendidikan

seni)

Agus Imoyo +

Nia Fliam

(Desmond)

Meet the Makers

Artisan Table

Borneo Chic

Pekonden the

Potter

Ihsan Gallery

Singapore

Boutique Show

Sung singapore

Ihsan Gallery

Singapore

Argasoka

Gallery Ubud

Agus Ismoyo +

Nia Fliam

Galeri Babaran

Segara Gunung

Agus Ismoyo +

Nia Fliam

Tread of Life

Ubud

Island Gallery

Bainbridge

Washinton DC

textile Museum

Keterangan :

Teks = nama perusahaan

Teks = pemilik yang

merupakan anggota

keluarga

Page 4: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

4

BTS memasarkan produk karya seni tinggi mereka melalui beberapa galeri

dan museum seni di Indonesia, Singapura dan Amerika Serikat. Sementara untuk

penjualan produk karya seni komersil, mereka melakukan kerjasama dengan

RedLotus. BTS juga bekerjasama dengan Studio Segara Gunung dalam bentuk

program pelatihan intentif membatik.

Diawal berdirinya, pemilik BTS terlibat langsung dalam proses produksi

mulai dari desain, pembatikan, pewarnaan, sampai pengecapan dengan dibantu

oleh dua orang karyawan yang juga teman dari pemilik. Proses perekruitan

karyawanpun didasari atas keinginan mereka untuk membantu pemilik dalam

mengerjakan karya batik. Namun, seiring berkembangnya bisnis keluarga ini,

BTS mulai melakukan penataan dalam struktur organisasinya. Saat ini, pemilik

berfokus pada pengerjaan karya seni tinggi dan menyerahkan pengerjaan karya

seni komersial pada para karyawan.

Untuk menjaga idententitasnya sebagai bisnis keluarga, Argosoka Gallery

Ubud dan Geleri Babaran Segara Gunung dikelola oleh kerabat dan keluarga

sendiri, sementara untuk manajemen perusahaan, beberapa kerabat dan anggota

keluarga pernah dan masih bekerja dalam perusahaan. Struktur hierarki organisasi

perusahaan berbentuk horisontal dimana seluruh komando terpusat dipemilik yang

dijembatani oleh supervisor umum.

Page 5: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

5

4.1.1. System Theory

Secara khusus dan terlepas dari BSG, jika ditinjau dari System

Theory, BTS dapat dijabarkan sebagai berikut :

Diagram 4. System Theory

Sumber : Brahma Tirta Sari Batik Studio (2012)

Dalam organisasinya, BTS tidak memiliki bagan nomor 2 (anggota keluarga

yang menjadi pemilik namun tidak terlibat dalam manajemen), 3 (pemilik

yang bukan keluarga namun terlibat dalam manajemen) dan 5 (pemilik

bukan keluarga dan tidak terlibat dalam manajemen).

Bagan nomor 1 diisi oleh Agus Ismoyo dan Nia Fliam pasangan

pemilik saat ini yang juga bertindak sebagai pemberi keputusan perusahaan

secara umum dan memegang kontrol produksi dalam manajemen

perusahaan., bagan nomor 4 diisi oleh Agung Harjuno yang merupakan

anggota keluarga sekaligus manajer Argasoka Gallery Ubud, galeri milik

pemilik

manajemen keluarga

5

2 1

6

3

4

7

Page 6: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

6

BTS yang berlokasi di Bali, sementara bagan 6 adalah anggota keluarga inti

seperti anak (Desmond Wahyu Sekarbatu, Lintang Dyah Tara) , anggota

keluarga yang pernah bekerja di BTS (Bayu Seno, Marco Dewanto) dan

anggota keluarga besar lainnya, sedangkan bagan nomor 7 diisi oleh 26

karyawan BTS bukan keluarga.

Calon suksesor potensial BTS berada didalam bagan nomor 4, 6 dan 7

yaitu Desmond wahyu Sekarbatu anak pertama dari pemilik, Agung

Harjuno kakak laki-laki dari Agus Ismoyo sekaligus manajer Argasoka

Gallery Ubud, Bayu Seno adik dari Agus Ismoyo dan Marco Dewanto adik

ipar Agus Ismoyo yang pernah bekerja pada BTS dan juga Jarot, Akuntan

BTS yang juga merupakan kerabat dekat keluarga besar Agus Ismoyo.

4.2. Kebudayaan

Agus Ismoyo dilahirkan di Yogyakarta dan berasal dari garis keturunan

keluarga pengerajin batik. Ayahnya merupakan seorang pendeta Hindu Kejawen

yang memiliki pemahaman mendalam tentang budaya Jawa. Pemahaman ini

kemudian diteruskan pada setiap anaknya melalui pendidikan penanaman moral

kehidupan dilihat dari kacamata kebudayaan Jawa. Hingga saat ini Agus Ismoyo

selalu mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya, termasuk dalam

pengerjaan karya seni dan pengembangan bisnis keluarga yang ia miliki.

Walau beberapa kali ia pernah tinggal di tempat lain, Ismoyo dibesarkan

dan menetap di Yogyakarta, sebuah kota yang sarat akan kehidupan kebudayaan

Jawa pada masyarakatnya, namun Ismoyo sendiri memiliki pemahaman serta

Page 7: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

7

penghargaan tentang arti dari keragaman berbudaya sehingga bagi Agus Ismoyo,

seperti dikutip dari Agus Ismoyo berikut :

“..apa bagaimana itu kesatuan. Jadi, tidak ada menurut saya

tidak ada gender tidak ada apa-apa gitu..”

ia tidak mengenal konsep primogenature yang memandang hanya anak

laki-laki yang memegang hak atas warisan keluarga dan sexist yang

medeskriminasi manusia berdasarkan gender mereka, dimana kedua konsep

tersebut melekat pada kebudayaan Jawa asli.

Nia Fliam, istri dari Agus Ismoyo adalah seorang warga negara Amerika

Serikat yang dibesarkan didalam keluarga Katolik konservatif dengan pola

kehidupan agraris. Kedua orangtua dari Nia bekerja sebagai petani di negara

bagian Missippi yang merupakan salah satu daerah paling konsevatif di Amerika

Serikat. Orangtua Nia Fliam memiliki pemahaman bahwa tanggungjawab dari

anak perempuan adalah bekerja, menikah dan mengabdi pada suami, tinggal dekat

orangtua, pergi ke gereja setiap hari minggu dan makan bersama keluarga besar

dihari yang sama. Nia merasa tidak menemukan kecocokan dengan pola

kehidupan yang orangtuanya inginkan, seperti dikutip dari Nia Flism berikut :

“..keluarga saya sangat agamis mereka memandang bahwa

pendidikan itu menjadi apa sarang setan itu. Nah saya

mengalami kedua dunia dirumah itu keluarga saya sangat

Page 8: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

8

agamis dan punya pandangan hidup seperti seorang petani

sementara saya kesekolah yang baik..”

Kemudian ia memutuskan untuk melawan kebudayaan tersebut dan pergi

ke New York untuk memperoleh pendidikan seni di Pratt Institute dan mengambil

African and Asian textile sebagai jurusan yang ia pelajari. Pada tahun 1983 Nia

pergi ke Indonesia guna mendalami batik dan disanalah ia bertemu dengan Agus

Ismoyo serta Romo Djajakusumo, ayah dari Ismoyo. Pertemuan ini kemudian

menjadi titik awal pemahaman kebudayaan jawa sampai saat ini.

Secara garis besar, Agus Ismoyo dan Nia Fliam memiliki latar belakang

kebudayaan yang berbeda. Untuk melihat perbedaan kebudayaan dari pasangan

pemilik BTS tersebut, kebudayaan dari masing-masing pemilik dianalisis

mengunakan teori Kluchohn tentang lima dimensi kebudayaan yang

mempengaruhi sikap dan prilaku manusia dalam kehidupannya melalui tabel

berikut :

Page 9: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

9

Tabel 3. Lima Dimensi Kebudayaan Kluchohn

Brahma Tirta Sari Batik Studio (Pembahasan)

Dimensi Kebudayaan Agus Ismoyo

(Yogyakarta,

Indonesia)

Nia Fliam

(Missisippi,

Amerika Serikat)

Orientasi terhadap

hubungan antara

manusia dengan hidup

(jelek – campuran -

baik)

Memiliki konsep

Tribawana dimana

konsep ini mengatur

hubungan manusia

dengan Tuhan, sesama

manusia dan kehidupan,

seperti dikutip dari karya

tulis Agus Ismoyo yang

berjudul creative

procces of Rasa :

“kami telah

diajarkan

mengenai konsep

Tribawana atau

konsep tiga dunia.

Ajaran nenek

Nia fliam dididik dan

dibesarkan dalam

keluarga Katolik

konservatif, dimana

dalam ajaran tersebut

manusia sudah

seharusnya menjaga

hubungan baik dengan

Tuhan dan sesama

manusia, seperti dikutip

dalam wawancara

dengan beliau :

“..Jadi intinya,

mereka sederhana

sekali ya, tinggal

Page 10: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

10

Dimensi Kebudayaan Agus Ismoyo

(Yogyakarta,

Indonesia)

Nia Fliam

(Missisippi,

Amerika Serikat)

moyang ini

menunjukan

bahwa kita

sebagai manusia

harus hidup

harmonis didalam

ketiga dunia

tersebut..”

dekat mereka, setiap

hari minggu makan

bersama, terus ke

gereja bersama dan

saya punya suami

dan anak begitu..”

Walaupun saat ini Nia

bukanlah seorang

Nasrani, namun didikan

masa kecil tersebut masih

tersisa didalam

kehidupannya.

Orientasi manusia

terhadap waktu

(lampau – kini –

mendatang)

Dalam kebudayaan Jawa

yang dipegang oleh

Agus Ismoyo, ia

mengenal konsep

reinkarnasi dimana

hidup sekarang berasal

Nia berasal dari keluarga

Katolik konsevatif dan

besar di Amerika

sehingga ia melihat

kehidupan hanya sebagai

kehidupan masa kini

Page 11: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

11

Dimensi Kebudayaan Agus Ismoyo

(Yogyakarta,

Indonesia)

Nia Fliam

(Missisippi,

Amerika Serikat)

dari masa lalu dan akan

diulang kembali jika

kematian kita tidak

membawa jiwa ke

Moksa, hal ini dijelaskan

Agus Ismoyo dalam

kutipan wawancara

berikut :

“Saya punya

keyakinan bahwa

saya ini bagian

dari pada

kehidupan yang

sebelumnya...”

yang terlepas dari

konsep kehidupan

lampau dan mendatang

Page 12: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

12

Dimensi Kebudayaan Agus Ismoyo

(Yogyakarta,

Indonesia)

Nia Fliam

(Missisippi,

Amerika Serikat)

Orientasi terhadap

kerja

Agus Ismoyo

berpendapat bahwa

segala sesuatunya sudah

ada yang mengatur, asal

kita mau berusaha tanpa

adanya perencanaan

kehidupan ini akan

mengalir kearah yang

lebih baik, konsep ini ia

dapat dari pemahaman

kebudayaan Jawa yang

ia pelajari sejak kecil

melalui didikan

keluarganya, seperti

dikutip dalam

wawancara berikut :

“..konsepnya itu

kan kalau saya itu

kan mengalir...

Nia Fliam menyetujui

paham yang dipegang

oleh suaminya tentang

konsep kehidupan

mengalir, namun dalam

bekerja ia memilik etos

kerja yang lebih tinggi

serta disiplin terhadap

tanggungjawab kerja.

Hal ini dibuktikan dalam

peran Nia yang lebih

condong kepada

pemegang kendali bisnis

daripada Agus Ismoyo.

Page 13: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

13

Dimensi Kebudayaan Agus Ismoyo

(Yogyakarta,

Indonesia)

Nia Fliam

(Missisippi,

Amerika Serikat)

Jadi bukan kok

pikiran mau

berbisnis terus

dapat uang terus

menggali

bisnisnya tidak.”

Orientasi terhadap

hubungan antar

sesama

Konsep Tribawono yang

dipegang oleh Agus

Ismoyo mengharuskan

manusia menciptakan

hubungan yang harmonis

dengan sesama.

Walaupun kecendrungan

budaya Amerika bersifat

individualism, namun

Nia Fliam telah lama

tinggal bersama Agus

Ismoyo sehingga ia

memiliki kesepahaman

pendapat dengan Agus

Ismoyo tentang konsep

menciptakan hubungan

yang harmonis dengan

sesama, lagipula konsep

Page 14: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

14

Dimensi Kebudayaan Agus Ismoyo

(Yogyakarta,

Indonesia)

Nia Fliam

(Missisippi,

Amerika Serikat)

seperti ini sudah ia kenal

semenjak kecil melalui

ajaran Katolik yang

dianut oleh keluarganya.

Orientasi manusia

terhadap hubungan

antara manusia dengan

lingkungan dan alam

(menyerah-harmoni-

menguasai)

Konsep Tribawono yang

dipegang oleh Agus

Immoyo mengharuskan

manusia menciptakan

hubungan yang harmonis

dengan lingkungan dan

alam.

Karena Nia Fliam telah

lama tinggal bersama

Agus Ismoyo sehingga ia

memiliki kesepahaman

pendapat dengan Agus

Ismoyo tentang konsep

meciptakan hubungan

yang harmonis dengan

lingkungan dan alam.

Sumber : Nia Fliam dan Agus Ismoyo

Walaupun terjadi perbedaan pandangan terhadap dimensi orientasi kerja

dimana Nia Fliam memiliki tingkat terhadap dimensi kerja yang lebih tinggi

dibandingkan Agus Ismoyo serta dimensi orientasi terhadap waktu dimana dalam

Page 15: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

15

kebudayaan Nia Fliam tidak mengenal konsep kehidupan masa lalu yang ada pada

kebudayaan Agus Ismoyo, namun secara umum mereka memiliki kemiripan

kebudayaan ditinjau dari lima dimensi kebudayaan Kluchohn karena adanya

kesamaan pandangan terhadap dimensi-dimensi kebudayaan lainnya.

Banyak orang masih sering mempersoalkan perbedaan antara kebudayaan

Barat dan kebudayaan Timur. Konsep itu berasal dari orang Eropa Barat dalam

zaman ketika mereka berekspansi menjelajah dunia, menguasai wilayah luar di

Afrika, Asia dan Oseania, dan memantapkan pemerintahan jajahan mereka

dimana-mana. Semua kebudayaan diluar kebudayaan mereka di Eropa Barat

disebutnya kebudayaan Timur, sebagai lawan dari kebudayaan mereka sendiri

yang mereka sebut kebudayaan Barat.

Secara kontras perbedaan antara kebudayaan Barat dan Timur dapat

dianalisis mengunakan beberapa variabel kebudayaan yang didasari dari teori

Neuling (1999) dan Qingxue (2003). Perbedaan kebudayaan tersebut dapat

dijabarkan melalui tabel berikut :

Page 16: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

16

Tabel 4. Perbedaan Kebudayaan Barat dan Timur

Ditinjuau Dari Variabel Kebudayaan Neuling (1999) dan Qingxue (2003)

(Pembahasan)

Variabel kebudayaan

Barat (Nia Fliam) Timur (Agus Ismoyo)

Individualism

Nia Fliam memiliki karakterisitik

individualism yang kuat, ia memilih

untuk keluar dari pola kehidupan

keluarganya dan memperjuangkan apa

yang ia sukai walaupun mendapat

tentangan dari keluarga, seperti dikutip

berikut :

“Jadi, pola hidup saya yang bohimian

sangat bikin mereka susah itu. Jadi

saya merasa waktu meninggal

(orangtua Nia) agak kayak tragedi ya,

jadi tidak ada happy ending ya.

Karena, ya mereka tidak paham apa

yang dorong saya itu, kenapa saya

Collectivism

Berdasarkan hasil observasi, Agus

Ismoyo memiliki karakteristik

kebudayaan collectivism dimana ia

menjadikan keluarga sebagai salah satu

faktor terpenting dalam kehidupan.

Loyalitas terhadap keluarga dan

mengharapkan hal yang serupa dari

anaknya. Kebudayaan Kejawen yang ia

anut, mengharuskan seorang anak

bertanggungjawab atas segala urusan

pemakaman orangtua mereka nantinya,

hal ini menunjukan ikatan serta

loyalitas pada kelompok yang tinggi.

Page 17: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

17

Variabel kebudayaan

Barat (Nia Fliam) Timur (Agus Ismoyo)

tidak bisa seperti sepupu-sepupu yang

lain yang punya suami, punya anak

menjadi ibu rumah tangga..”

High Uncertainty Avoidance

walaupun memang Nia Fliam meyakini

bahwa segala sesuatu yang terjadi pada

kehidupannya adalah atas kehendak

Tuhan baik dalam bentuk hal positif

maupun negatif. Nia Fliam memiliki

high uncertainty avoidance terbukti

dari keinginnya untuk mengurus

legalitas hukum serta perhatiannya

terhadap pajak bisnis keluarga dan

perannya yang dominan dalam

manajemen BTS .

Low Uncertainty Avoidance

Agus Ismoyo memiliki karakterisitik

kebudayaan low uncertainty avoidance

terbukti dari keacuhannya untuk

mengurus legalitas hukum serta

perhatiannya terhadap pajak bisnis

keluarga, juga menyerahkan sebagian

besar urusan bisnis keluarga kepada

Nia Fliam.

Low Power Distance

Nia Fliam memiliki karakterisitik low

High Power Distance

Agus Ismoyo secara pribadi mengakui

Page 18: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

18

Variabel kebudayaan

Barat (Nia Fliam) Timur (Agus Ismoyo)

power distance dengan menganjurkan

anak buahnya untuk tidak memanggil

dia dengan sebutan “nyoya”, “bos” atau

sebutan superior lainnya, melainkan

meminta mereka untuk memanggilnya

dengan sebutan “mbak”, juga kepada

rekan bisnis ia lebih suka untuk

dipanggil mengunakan nama tanpa

imbuhan kata horofic.

tidak menginginkan adanya jarak antar

pekerja dan dirinya, ia tidak memiliki

masalah terhadap rekan bisnis yang

memanggilnya dengan sebutan nama

tanpa gelar, ia sendiri tidak pernah

menggunakan gelar pendidikannya pada

hampir seluruh kegiatan bisnisnya.

Namun dalam kehidupan sosialnya ia

tetap menggunakan imbuhan horofic

berkenaan dengan kebudayaan Jawa

yang ia anut.

Assertiveness

Nia Fliam memiliki karakteristik

assertiveness

Terbukti dari pernyataannya menganai

permasalahanya yang pernah terjadi

ketika ia masih tinggal bersama dengan

mertua dan keluarga Agus Ismoyo,

berikut :

“..saya merasa yang masa yang paling

sulit untuk saya dalam proses ini waktu

Interpersonal Harmony

Agus Ismoyo memiliki karakteristik

kebudayaan interpersonal harmony,

dimana keharmonisan kelompok

merupakan hal utama. Terbukti dari

penanganan masalah yang dihadapi Nia

Fliam terkaitan penangan konflik

dengan keluarga, ia meminta Nia Fliam

untuk memahami kebudayaan Jawa dan

Page 19: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

19

Variabel kebudayaan

Barat (Nia Fliam) Timur (Agus Ismoyo)

saya tinggal di Gedongkuning, tinggal

disatu rumah dengan Romo dengan

ibu, masih ada Wiwis, ada Bayu, Esta,

Atit, saya merasa sangat sangat sulit

sekali itu karena sangat berbeda

problem solving nya ya. Jadi orang

marah itu tidak bereaksi tidak bereaksi

sperti saya mengenal di Amerika itu,

jadi saya banyak ada kesulitan waktu

itu untuk bagaimana caranya kalo ngak

boleh marah bagaimana untuk

mengolah perasaaan..”

cara masyarakat Jawa dalam

mengekspresikan emosi mereka.

Sumber: Neuling (1999) dan Qingxue (2003)

Selain itu, peneliti juga menggunakan teori Hosftede (2003) yang

mengklasifikasikan kebudayaan kedalam dua kelompok dalam menganalisis

perbedaan kebudayaan antar pemilik BTS, kebudayaan maskulinisme dan

kebudayaan feminisme. Masyarakat dengan kebudayaan maskulinisme berada

dalam kehidupan sosial dimana peranan gender secara sosial memiliki perbedaan

yang jelas : pria seharusnya tegas, kuat dan fokus pada kesuksesan material;

wanita seharusnya lembut, rendah hati dan memperhatikan kualitas hidup.

Page 20: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

20

Sementara masyarakat kebudayaan feminisme berada dalam kehidupa sosial

dimana tidak ada batasan dalam peran gender: baik pria maupun wanita

seharusnya rendah hati, lembut dan keduanya memperhatikan kualitas hidup.

(Hofstede, 2003;297). Untuk mengklasifikasikan kebudayaan Agus Ismoyo dan

Nia Fliam kedalam klasifikasi maskulinisme dan feminisme, peneliti

penggunakan analisis karakteristik kebudayaan maskulinisme dan feminisme

sebuah negara milik Hofstede melalui tabel berikut yang didasari atas observasi

peneliti.

Tabel 5. Karakteristik Masyarakat Dari Negara dengan

Kebudayaan Maskulinisme dan Feminisme (Pembahasan)

Maskulinisme Feminisme

Norma sosial Orientasi Ego

Baik Nia Fliam

maupun Agus Ismoyo

tidak memiliki

orientasi terhadap ego.

Uang dan kebenda

Orientasi hubungan

Baik Nia Fliam

maupun Agus Ismoyo

beranggapan bahwa

hubungan manusia,

alam dan Tuhan harus

berjalan secara

harmonis.

Kualitas hidup dan

Page 21: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

21

Maskulinisme Feminisme

merupakan hal

penting

Baik Nia Fliam

maupun Agus Ismoyo

tidak memiliki

orientasi terhadap

uang dan kebendaan,

namun dalam praktek

manajemen bisnis

keluarga, Nia Fliam

mendominasi kegiatan

bisnis dan memiliki

perhatian lebih besar

terhadap permasalahan

pajak dari pada Agus

Ismoyo.

Hidup untuk bekerja

Baik Nia Fliam

maupun Agus Ismoyo

beranggapakan bahwa

hidup itu perlu

manusia merupakan

hal penting

Karena keduanya

berorientasi pada

hubungan, maka

kualitas hidup

manusia menjadi hal

yang penting buat

mereka.

Bekerja untuk hidup

Baik Nia Fliam

maupun Agus Ismoyo

melakukan pekerjaan

mereka karena mereka

Page 22: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

22

Maskulinisme Feminisme

dinikmati, sehingga

tidak ada istilah

mengejar target

pekerjaan dan hidup

untuk bekerja dalam

diri mereka masing-

masing.

mencintai pekerjaan

tersebut dan memiliki

kesadaran untuk dapat

hidup sejahtera dan

memiliki keluasaan

berkarya, mereka

membutuhkan

sokongan dana dan

waktu yang dihasilkan

dari bekerja dan

membangun bisnis

keluarga ini.

Politik dan ekonomi Pertumbuhan

ekonomi merupakan

prioritas utama

(lihat “uang dan benda

merupakan hal

penting” hal. 56)

Perlindungan

lingkungan

merupakan prioritas

utama

Dalam kaitannya

dengan perlndungan

lingkungan, Agus

Ismoyo memiliki

konsep Tribawana

Page 23: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

23

Maskulinisme Feminisme

Pemecahan konflik

melalui pemaksaan

Baik Nia Fliam

maupun Agus Ismoyo

tidak tertarik dengan

metode pemecahan

konflik dengan

dimana salah satu inti

dari konsep tersebut

adalah menjalin

hubungan yang

harmonis dengan alam

dan lingkungan. BTS

dalam melakukan

pekerjaannya selalu

berusaha untuk

meminimalisir bahan

pewarna kimia dan

memperhatikan sistem

pembuangan limbah

beracun.

Pemecahan konflik

melalui negosiasi

Pemecahaan konflik

selalu melalui

negosiasi dan

perundingan dengan

anggota keluarga

Page 24: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

24

Maskulinisme Feminisme

pemaksaan maupun manajemen

inti BTS dengan

pertemuan-pertemuan

yang diadakan oleh

pemilik baik rutin,

spontan, formal

maupun non formal.

Agama Agama merupakan

hal terpenting dalam

hidup

Baik Agus Ismoyo

maupun Nia Fliam

meyakini adanya

kekuatan yang lebih

besar diatas manusia.

Dalam hal aliran

kepercayaan, Agus

Ismoyo memiliki

kedalam spritual yang

tinggi dan Nia Fliam

masih dalam proses

Agama merupakan

hal yang kurang

penting dalam hidup

(lihat “agama

merupakan hal

terpenting dalam

hidup” hal. 58)

Page 25: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

25

Maskulinisme Feminisme

belajar.

Hanya pria yang

dapat menjadi

pemuka agama

(lihat “baik pria

maupun wanita dapat

menjadi pemuka

agama” hal. 59)

Baik pria maupun

wanita dapat

menjadi pemuka

agama

Baik Nia Fliam dan

Agus Ismoyo

beranggapan bahwa

pria dan wanita dapat

menjadi pemimpin

agama tergantung dari

kedalam nilai spritual

mereka.

Pekerjaan Besarnya

kesenjangan

pendapatan antara

pria dan wanita

Baik Agus Ismoyo

maupun Nia Fliam

Kecilnya

kesenjangan

pendapatan antara

pria dan wanita

(lihat “besarnya

kesenjangan

Page 26: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

26

Maskulinisme Feminisme

tidak memandang

adanya perbedaan

pada gender seseorang

terkait peranannya

dalam kehidupan.

Tidak ada pemisahan

pendapatan antara Nia

Fliam dengan Agus

Ismoyo.

Sedikit wanita yang

bekerja

Baik Agus Ismoyo

maupun Nia Fliam

tidak memandang

adanya perbedaan

pada gender seseorang

terkait peranannya

dalam kehidupan.

Pemilihan karyawan

didasari atas keahlian

dan keanggotaan

pendapatan antara pria

dan wanita” hal. 59)

Lebih banyak wanita

yang bekerja

(lihat “sedikit wanita

yang bekerja” hal. 65)

Page 27: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

27

Maskulinisme Feminisme

mereka dalam

keluarga.

Memilih pekerjaan

berdasarkan besaran

pendapatan

Baik Nia Fliam

maupun Agus Ismoyo

tidak memiliki

orientasi terhadap

uang, pekerjaan

didasari atas minat

mereka.

Memilih pekerjaan

berdasarkan

fleksibilas waktu

kerja

(lihat “memilih

pekerjaan berdasarkan

besaran pendapatan

hal. 60)

Keluarga dan sekolah Sturktur keluarga

tradisional

Agus Ismoyo memilki

sturtur keluarga

tradisional, dimana

status sosial tiap

anggota dalam

keluarga jelas terlihat.

Sturktur keluarga

fleksibel

Nia Fliam memilki

struktur keluarga yang

fleksibel, dimana

setelah bekerja

seorang anak telah

lepas dari

Page 28: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

28

Maskulinisme Feminisme

Anak perempuan

menangis, anak laki-

laki tidak; anak laki-

laki berkelahi, anak

perempuan tidak

Baik Agus Ismoyo

maupun Nia Fliam

tidak memandang

adanya perbedaan

pada gender seseorang

terkait peranannya

dalam kehidupan.

Setiap anak bebas

menangis, setiap anak

bebas berkelahi.

Kegagalan adalah

malapetaka

(lihat “kegagalan

tanggungjawab

keluarga dan orangtua.

Baik anak laki-laki

maupun perempuan

menangis ; tidak

satupun yang

berkelahi

(Selihat perti yang

telah dijelasan pada

pembahasan “anak

perembuan menangis.

Anak laki-laki tidak,

anak laki-laki

berkelahi, anak

perempuan tidak” hal

61)

Kegagalan adalah

kecelakaan kecil

Baik Nia Fliam

Page 29: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

29

Maskulinisme Feminisme

adalah kecelakaan

kecil” hal 62)

maupun Agus Ismoyo

berpendapat bahwa

kegagalan adalah

kecelakaan kecil. Nia

Fliam beranggapaan

kegagalan adalah

bentuk dari

pembelajaran

sementara Agus

Ismoyo

beranggapakan bahwa

kegagalan adalah

takdir yang akan

membawa manusia

pada kehidupan yang

lebih baik jika mau

berusaha.

Sumber : Nia Fliam dan Agus Ismoyo

Kebudayaan timur yang dominan pada Agus Ismoyo tidak membuatnya

memiliki kebudayaan maskulinisme yang cendrung melekat pada masyarakat

Page 30: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

30

timur. Berdasarkan hasil observasi, Agus Ismoyo justru memiliki karakterisitik

dominan pada kebudayaan feminisme. Hal ini dipengaruhi oleh kebudayaan Jawa

yang dimiliki oleh Agus Ismoyo adalah kebudayaan Jawa modern yang

meninggalkan sistem hierarki status sosial serta paham sexist yang membuatnya

memiliki pandangan bahwa manusia memiliki kesetaraan kedudukan terlepas dari

gender dan posisi mereka dalam masyarakat.

Sementara Nia Fliam, walaupun merupakan masyarakat dengan kebudayaan

barat namun ia memiliki keseimbangan karakterisitik antara kebudayaan

maskulinisme dan feminisme. Pernikahannya yang sudah cukup lama dengan

Agus Ismoyo yang dominan feminisme dan karakterisitik individualism dan high

uncertainty avoidance yang membuatnya memiliki karakterisitik maskulinisme

mempangaruhi hal tersebut sehingga alkulturasi kebudayaan terjadi pada kasus

ini.

4.3. Perencanaan Suksesi

Bork (1986: 125-132) menerangkan model suksesi dalam bisnis keluarga

terbatas sesuai dengan jumlah keluarga dan situasi yang dihadapi oleh keluarga

tersebut, secara garis besar ia mengklarifikasikan model-model tesebut kedalam

lima kelompok dan sesuai dengan jumlah keluarga dan situasi yang dihadapi, BTS

termasuk dalam kelompok suksesi dengan beberapa pewaris.

Page 31: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

31

4.3.1. Suksesi dengan Beberapa Pewaris

Merupakan sesuatu yang lazim bagi sebuah bisnis keluarga memiliki

lebih dari satu pewaris. Hal ini dapat disebabkan oleh jumlah anak pemilik

yang lebih dari satu orang dan atau terdapat anggota keluarga lain yang

dinilai pantas untuk menjadi pewaris bisnis keluarga.

Dalam kasus BTS, walaupun pemilik hanya mempertimbangkan

Desmond sebagai pewaris bisnis keluarga dan tidak memasukan Lintang

Dyah Tara kedalam daftar calon suksesor potensial. Terlepas dari gender

dan statusnya yang merupakan anak angkat, hal ini disebabkan oleh usianya

yang masih terlalu muda, 10 tahun. Selain dari anak kandung, pemilik juga

menganggap bahwa anggota keluarga lain seperti Bayu Wiyoso, Marco

Dewanto dan Agung Harjuno layak sebagai pewaris perusahaan.

Pemilik beranggapan bahwa pewaris dari generasi mereka lebih

cocok untuk mewarisi BTS karena mereka dinilai telah memiliki

pemahaman kebudayaan yang matang sehingga proses perjalanan BTS

nantinya akan tetap berada dalam arah yang benar sesuai dengan keingingan

pemilik. Pendekatan-pendekatan terhadap calon suksesor potensial dari

yang berasal dari generasi merekapun telah dilakukan, seperti dikutip dalam

wawancara dengan Nia Fliam ketika disinggung tentang pendekatan yang

dilakukan terkait proses perencanaan suksesi terhadap calon suksesor

potensial dari generasi mereka :

Page 32: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

32

“Dari dulu mas Juno itu crisis center itu, kalau ada apa-apa

disni dia udah paham dan dia memegang galerinya itu, dia

paham permasalahannya itu, jadi dari dulu memang

penasehat, tapi ini terakhir ini dia jadi lebih intensif dia kalo

pulang ke Jogja ya sebagian waktunya untuk membantu

mengolah kita itu. Ya memang jarot juga repot karena

sekarang karena tepat dia di Padepokan Bagong

Kusiraharjo. Dia dulu satu hari seminggu disini, terakhir ini

dia tidak bisa, karena dia sangat dibutuhkan disana. Karena

dia bukan lagi cuma akuntansi dia juga masuk kemanejemen,

jadi untuk dia perkembangan disana baik, tapi dia masih

setiap minggu ada disini untuk beberapa waktu dan dia

terlibat dalam panitia dan lembaga kita..”

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori five steps

succession planning Grassi and Giamarcos sebagai landasan untuk

menjelaskan proses perencanaan suksesi pada bisnis keluarga Brahma Tirta

Sari Batik Studio. Kelima tahapan tersebut dijabar sebagai berikut :

4.3.1.1. Menentukan Tujuan dan Misi Jangka Panjang Pemilik

Terhadap Bisnis Keluarga

Dari awal berdiri sampai saat ini dan untuk kedepannya,

kedua pemilik akan tetap mempertahankan BTS sebagai cultural

Page 33: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

33

business. Seluruh kegiatan perusahaan akan selalu didasari oleh

konsep Tribawana dan akan terus memuat unsur kebudayaan

didalamnya. Kedua pemilik tidak berminat untuk mengubah BTS

menjadi perusahaan yang berorientasi pada keuntungan, terbukti dari

penolakan pengajuan kerja sama pembuatan PT untuk memproduksi

karya komersil BTS secara masal oleh seorang pengusaha asal Cina,

walupun nilai investasi yang ditawarkan menurut pengakuan pemilik

tergolong luar biasa. Dikutip dari wawancara dengan Agus Ismoyo

sebagai berikut :

“..kita pernah didatangi orang Shanghai, dia itu

datang kesini untuk mengajak bikin PT, industri batik.

Katanya dia, kita kalau ini dibuat PT-nya akan bisa

membantu tenaga kerja ratusan, tapi saya tidak bisa

ya, tidak bisa. Dia heran kenapa wong mau dapat

usaha dan tinggal dia diam karya-karya itu diproduk

dengan indusrti dengan teknologi terus dapet uang.

Ya saya ngak bisa, hidup saya itu tidak itu, saya ini

seniman..”

Tujuan jangka panjang tersebut, terkait dengan kebudayaan

feminisme yang secara dominan ada pada Agus Isomyo dan aspek

“kualitas hidup dan manusia adalah hal penting” serta “pertumbuhan

Page 34: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

34

ekonomi bukanlah prioritas utama” pada kebudayaan feminisme

yang dipercaya oleh Nia Fliam. Dilandasi dari kesamaan inilah

kedua pemilik tidak menemukan hambatan dalam menentukan

tujuan jangka panjang BTS.

Pemahaman terhadap konsep cultural business dan Tribawana

adalah syarat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang suksesor

karena tanpa adanya pemahaman tersebut, pemilik khawatir BTS

akan kehilangan jatidirinya.

Sependapat dengan Ismoyo, Nia Fliam pun ingin tetap

mempertahankan bisnis ini sebagai cultural business, dikutip dari isi

surel dengan beliau :

“...BTS itu merupakan cultural business, kegiatan

BTS ya membawa misi kebudayaan, saya tidak

memandang besar kecilnya keuntungan, break even

saja sudah cukup..”

Pemilik telah mengkomunikasikan konsep tersebut kepada

para kandidat suksesor potensial baik dengan menyisipkan agenda

ini kedalam pertemuan rutin manajemen, pertemuan khusus yang

diadakan secara spesifik untuk membahas permasalahan ini maupun

pada percakapan sehari-hari, mengutip pembicaraan Nia Fliam :

Page 35: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

35

“..tapi ini terakhir ini dia (Agung Harjuno) jadi lebih

intesif dia kalo pulang ke Jogja ya sebagian waktunya

untuk membantu mengolah kita itu, ya memang Jarot

juga repot ....dia (Jarot) dulu satu hari seminggu

disni, terakhir ini dia tidak bisa,... tapi dia masih

setiap minggu ada disini untuk beberapa waktu..”

Melalui kegiatan pengkomunikasian tersebut, predesesor dapat

menilai sejauh mana para suksesor dapat memahami dan memiliki

kesamaan visi dan minat dengannya, juga sebagai sarana penilai

terhadap mereka.

Sejauh ini berdasarkan penilaian predesesor, keseluruhan

kandidat suksesor potensial telah memiliki pemahaman mengenai

kedua konsep tersebut, namun bobot pemahaman dari mereka yang

masih berbeda satu dengan yang lainnya.

Tidak adanya batas waktu mengenai kapan BTS akan

diserahkan dikarena pemilik merasa bahwa mereka ingin dan mampu

untuk tetap bekerja, termasuk pandangan bahwa karya seni tinggi

hanya dapat dibuat oleh tangan seniman aslinya. Jika dalam

pengerjaan sebuah karya seni tinggi BTS melibatkan campur tangan

besar dari pihak lain, maka karya tersebut tidak dapat dikatakan

karya seni asli dari BTS. Produk karya seni tinggi yang dihasilkan

Page 36: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

36

melalui BTS harus dihasilkan oleh tangan-tangan pemilik saat ini,

Agus Ismoyo dan Nia Fliam. Seperti dikutip dari surel Nia Fliam :

“..kami sering melakukan kolaborasi seni dengan

seniman lain, karena dasarnya kami suka

berkolaborasi. Setiap karya seni kolaborasi kami

memiliki keunikan karena dikerjakan bersama, jadi

karya ini sudah bukan karya original kami melainkan

karya bersama..”

Sementara Ke absenan action plan disebabkan karena pemilik

pada dasar mempercayai bahwa segala sesuatunya akan berjalan

dengan baik tanpa adanya sebuah perencanaan asalkan kegiatan

tersebut dilakukan dengan sepenuh hati. Itulah mengapa nantinya,

pemilik berencana untuk memisahkan BTS kedalam dua kontrol

utama, produksi karya seni tinggi yang akan tetap dipegang oleh

pemilik saat ini dan segala urusan manajemen termasuk produksi

karya seni komersial yang akan dipegang oleh suksesor.

Pada tahap ini, kesamaan karakterisitik kebudayaan feminisme

yang ada pada kedua pemilik menjadikan mereka memiliki

kesepahaman pandangan tentang tujuan jangka panjang BTS

kedepan.

Page 37: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

37

4.3.1.2. Menentukan Kebutuhan Keuangan dari Pemilik dan

Pasangannya dan Mengembangkannya Dalam

Perencanaan Keuangan

Agus Ismoyo tidak memiliki perencanaan keuangan untuk

mendukung kehidupan finasial pemilik setelah suksesor ditentukan.

Terdapat dua faktor yang mempengaruh keputusan pemilik untuk

tidak memiliki perencanaan keuangan, faktor kebudayaan dan faktor

keingin pemilik untuk tetap memproduksi karya seni tinggi.

Faktor kebudayaan Kejawen yang dipegang teguh oleh

keluarga Agus Ismoyo mengharuskan seorang anak untuk

bertanggungjawab atas kehidupan masa tua pemilik. Dinilai dari

kacamata kebudayaan Kejawen, merupakan hal yang tidak pantas

bagi seorang anak untuk membiarkan orangtua mereka mendanai

kehidupan finasial dimasa tua mereka sendiri. Seorang anak

bertanggungjawab atas biaya hidup dari orangtua mereka termasuk

pendanaan biaya kematian jika dipandang perlu. Secara tidak

langsung, sistem ini telah memberikan jaminan keuangan bagi

pemilik jika seandainya nanti mereka tidak lagi mampu

memproduksi karya dan kehilangan pendapatan mereka. Seperti

dikutip dari pembicaraan dengan Desmond, anak laki-laki Agus

Imoyo berikut :

Page 38: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

38

“..,ya sudah sewajarnya apa namanya saya

bertanggungjawab sama papa dan mama nanti. Salah

satu kewajiban saya sebagai umat Hindu kan Ngaben,

bentuk pertanggungjawaban saya kepada orangtua

ketika mereka sudah ngak ada..”

Sementara Nia Fliam walaupun tidak memiliki orientasi

keuangan pada bisnisnya, ia menyadari bahwa berseni itu

memerlukan dana sehingga jika dianalisis lebih jauh sebenarnya Nia

Fliam telah memiliki perencanaan keuangan bagi dirinya dan

keluarga dalam proses perencanaan suksesi walaupun tidak ia

jelaskan secara gamblang, seperti dikutip berikut :

“..jadi memang berkarya itu kita butuh dana dan

waktu supaya apa hasilnya bisa bagus, serius..”

Nia Fliam juga mengakui bahwa ia telah melakukan investasi

karya seni untuk kehidupan hari tua mereka dan kebutuhan anak-

anaknya kelak, hal ini dijabarkan dalam wawancara off record yang

peneliti lakukan. Sejalan dengan itu, Desmond mengakui bahwa ada

beberapa karya yang tidak boleh dijual untuk saat ini, berikut

kutipannya :

Page 39: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

39

“..memang mama dulu pernah bilang ada karya yang

tidak boleh dijual, katanya untuk keperluan nanti

dimasa depan..”

Kebutuhan terhadap keamanan finasial yang dirasakan oleh

Nia Fliam berhubungan dengan karakterisitik kebudayaan

maskulinisme yang memiliki yaitu high uncertainty avoidance, ia

memiliki toleransi rendah terhadap ketidakpastian dan cendrung

memiliki tingkat kepanikan yang tinggi sehingga secara tidak

langsung, Nia Fliam dapat dikatakan telah memiliki perencanaan

keuangan meskipun tidak mendetail. Walaupun demikian, Nia Fliam

mengakui bahwa dirinya tidak memiliki perencanaan keuangan

dalam proses perencanaan suksesi bisnis keluarga ini.

Faktor keingin pemilik untuk tetap memproduksi karya seni

tinggi merupakan faktor lain mengapa pemilik tidak memiliki

perencanaan keuangan. Baik Nia Fliam maupun Agus Ismoyo ingin

tetap menghasilkan karya seni tinggi, karena bagi mereka hidup

adalah tentang seni, dan batik adalah media terbaik yang bisa mereka

ekplorasi termasuk juga tingkat kedekatan mereka dengan batik

sendiri yang sudah sangat tinggi. Dari wawacara off record diketahui

harga jual karya produk yang sangat tinggi, ditambah dengan

karakteristik harga dari sebuah karya seni yang akan semakin

meningkat seiring dengan bertambahnya usia dari seniman tersebut.

Page 40: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

40

Selain itu, berbagai undangan mengajar dan pameran yang kebanyak

berasal dari luar negeri, membuat mereka yakin penghasilan mereka

mampu mendukung kebutuhan finansial mereka nantinya, hal ini

terbukti dari jadwal kegiatan Agus Ismoyo dan Nia Fliam yang

sudah memiliki jadwal workshop diluar negri sampai tahun 2014

nanti.

Berdasarkan atas perencanaan keuangan dari kedua pemilik,

peneliti mendapati perbedaan cara yang dilakukan oleh kedua

pemilik. Agus Ismoyo yang berbudaya Jawa dengan karakteristik

kebudayaan low uncertainty avoidance membuatnya merasa tidak

memerlukan sebuah perencanaan keuangan karena dalam

kebudayaan yang ia pahami, hidup akan mengalir tanpa adanya

sebuah perencanaan dan selalu akan ada keluarga yang dapat

diandalkan dalam keadaan susah. Namun Nia Fliam secara tidak

langsung telah memiliki sejumlah perencanaan keuangan, seperti

investasi karya seni yang akan digunakan untuk keperluan hari tua

serta segala jenis undangan workshop yang lebih ia atur daripada

oleh Agus Ismoyo juga dengan asuransi hari tua. Hal ini dipengaruhi

oleh kebudayaan Amerika Serikat dengan high uncertainty

avoidance yang memandang pentingnya sebuah kepastian.

Perbedaan sikap ini juga terkait dengan perbedaan orientasi

terhadap kerja pada tabel lima dimensi kebudayaan Kluchohn.

Dalam bekerja Nia Fliam memilik etos kerja yang lebih tinggi serta

Page 41: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

41

disiplin terhadap tanggungjawab kerja. Hal ini dibuktikan dalam

peran Nia Fliam yang lebih condong kepada pemegang kendali

bisnis daripada Agus Ismoyo. Sementara suaminya, berdasarkan

pengamatan peneliti memiliki karakterisitik santai terhadap waktu

dan tanpa perencanaan. Kebudayaan yang dimiliki oleh Nia Fliam

menjadi penting bagi BTS karena hal inilah yang secara tidak

langsung menjadi kontrol dari konsep mengalir yang dimiliki oleh

Agus Ismoyo.

4.3.1.3. Menentukan Siapa Yang Akan Mengembangkan

Manajemen Bisnis Keluarga

Saat ini manajemen perusahaan diatur oleh supervisor umum

dengan pusat kendali ditangan kedua pemilik. BTS dalam

perencanaan suksesinya akan dipecah kedalam dua kontrol utama,

produksi karya seni tinggi yang akan tetap dipegang oleh pemilik

saat ini dan segala urusan manajemen termasuk produksi karya seni

komersial yang akan dipegang oleh suksesor.

Nia Fliam ingin menyerahkan manajemen BTS kepada orang

lain karena ia menyadari nantinya ketika sudah tua, ia akan

membutuhkan lebih banyak waktu untuk bekarya, sehingga segala

urusan manajemen BTS akan lebih baik jika diserahkan kepada

orang lain, seperti dikutip melalui surel berikut :

Page 42: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

42

“..ia nanti BTS akan dibagi dua, ya satu yang urus

bisnis dan saya tetap bekarya..”

Keinginan tersebut terkait dengan variabel kebudayaan high

uncertainty avoidance yang ada pada Nia Fliam dan didasari atas

kesadaran Nia Fliam yang kemudian disetujui oleh Agus Ismoyo,

bahwa nantinya mereka akan memerlukan lebih banyak waktu untuk

mengerjakan karya seni, berikut dikutip dari pendapat Nia Fliam

yang kemudian disetujui oleh Agus Ismoyo :

“..Ya mungkin kita tidur lebih banyak atau lebih

santai, tapi saya kira ngak akan ada kayak waktu kita

terus ngak jalan lagi itu ya ya sampai habis itu ya,

menurut saya ya. Ngak tau apa bayangan saya ngak

punya pikiran untuk tetep BTS karena sudah capai

karena apa yang kita kerjakan ya menyenangkan..”

Kesepahaman pandangan tersebut terkait dengan aspek

kebudayaan feminisme yang dipercaya Nia Fliam serta dominan

pada Agus Ismoyo yaitu “kualitas hidup dan manusia merupakan hal

penting” dan “bekerja untuk hidup”. Membatik dan berkecimpung

dalam dunia kebudayaan bagi mereka adalah sebuah kesenangan dan

Page 43: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

43

merupakan sebuah kebutuhan guna memperoleh kualitas hidup yang

lebih baik.

Secara pribadi, Agus Ismoyo tidak memiliki pandangan

mengenai perencanaan suksesi, dikutip berikut :

“..ya makannya selalu kreataif dan inovatif semacam

kamu pikiran itu adala pikira yang kedepan yang

dihadapi dan selalu kreatif itu pokoknya jangan

membayang-bayangken yang nganu tapi nyatanya

bisa saya jawab sari kamu dari kamu bukan jawaban

..”

Pandang Agus Ismoyo tersebut erat kaitannya dengan variabel

kebudayaan low uncertainty avoidance, baginya tanpa sebuah

perencanaanpun hidup dapat berjalan kearah yang baik jika manusia

mau berusaha. Namun seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa

Agus Ismoyo menyadari nantinya ia akan memerlukan lebih banyak

waktu untuk bekarya, maka secara tidak langsung proses

perencanaan suksesipun telah ia lakukan tanpa ia sadari.

Terdapat empat orang kandidat yang pemilik rasa pantas

menjadi suksesor BTS, Agung Harjuno manajer Argasoka Gallery

Ubud sekaligus kakak dari Agus Ismoyo, Bayu Seno adik dari Agus

Ismoyo, Marco Dewanto adik ipar dari Agus Ismoyo dan Jarot

Page 44: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

44

akuntan BTS sekaligus kerabat dari keluarga besar Agus Ismoyo dan

merupakan orang kepercayaan Nia Fliam. Pendekatan-pendekatan

personal telah dilakukan oleh kedua pemilik terhadap keempat orang

kandidat tersebut, namun Bayu Seno dan Marco Dewanto menolak

untuk menjadi suksesor dari BTS karena mereka telah memiliki

bisnis sendiri yang sedang berkembang yang membutuhkan banyak

waktu. Sementara Agung Harjuno dan Jarot belum memberikan

kepastian terhadap kesediaan mereka untuk mengurusi BTS namun

secara implisit diakui oleh pemilik, kedua orang tesebut telah

memberikan lampu hijau.

Pemilik sendiri lebih mengharapkan Agung Harjuno sebagai

penerus dari BTS daripada Jarot, dikarena posisinya sebagai anggota

keluarga sehingga mampu mempertahankan identitas BTS sebagai

bisnis keluarga juga selain memang kredibilitasnya yang berada

diatas Jarot. Kecenderungan Agus Ismoyo daam memilih Agung

Harjuno, terkait dengan variabel kebudayaan collectivism dimana

ikatan dan keharmonisan keluarga menjadi hal terpenting dalam

hidup. walaupun Jarot adalah kerabat dekat Agus Ismoyo, namun

Agung Harjuno adalah kakak kandung dari Agus Ismoyo.

Pertemuan lanjutan terhadap kedua orang tersebut secara

terpisah juga telah diadakan oleh pemilik dimana dalam pertemuan

tersebut, salah satu agenda yang dibahas merupakan keinginan

pemilik untuk mempertahankan beberapa karyawan setia mereka

Page 45: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

45

yang telah mengabdi selama belasan tahun serta permintaan untuk

tidak merombak secara ekstrim sistem manajemen termasuk orang-

orang yang terlibat didalamnya. Keingingan-keinginan ini terkait

dengan aspek orientasi hubungan pada masyarakat dalam

kebudayaan feminisme dan varibel kebudayaan interpersonal

harmony yang dimiliki oleh Agus Ismoyo, dimana hubungan antar

manusia merupakan hal penting untuk dibina apalagi terhadap

mereka yang sudah dikenal dan bekerja dalam jangka waktu yang

lama.

Saat ini, kedua orang tersebut memiliki keinginan yang sama,

sehingga permasalahan manajemen perusahaan bukan menjadi

sebuah kendala yang dihadapi dalam perencanaan suksesi bisnis

keluarga BTS, ini terkait dengan aspek kebudayaan feminisme

“kualitas hidup dan manusia merupakan hal penting” serta “bekerja

untuk hidup”. Nantinya siapapun yang akan terpilih sebagai seorang

suksesor akan memilik kontrol terhadap manajemen serta karya seni

komersial BTS dan menggantikan posisi Nia Fliam sebagai salah

satu dari pemilik RedLotus, salah satu divisi usaha BSG yang

sebagian kepemilikannya dikuasai oleh Nia Fliam. mereka akan tetap

terlibat dalam BTS namun akan mengurangi kontrol mereka dalam

bisnis.

Page 46: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

46

4.3.1.4. Menentukan siapa yang akan meneruskan bisnis

keluarga dan bagiamana ia menyerahkan bisnis

keluarga tersebut

Agus Imoyo tidak mengenal konsep suksesi, ia tidak pernah

memikirkan mengenai regenerasi BTS nantinya. Ia memiliki paham

bahwa tidak ada kata pensiun dalam berkarya, seperti dikutip dalam

wawancara dengan beliau :

“..tapi ya sudah yang saya katakan bahwa saya itu

tidak pernah menbayang-bayangken apa (suksesi

bisnis keluarga) saya itu hidup mengalir..”

Ditambahkan lagi oleh pemilik :

“..tidak ada pensiunnya karena apa yang kita

kerjakan apa yang kita cintai..”

Berbeda dengan Agus Imoyo, Nia Fliam sudah memikirkan

tentang suksesi pada BTS diakuinya , ia mengharapkan bahwa BTS

nantinya dapat dipegang oleh keluarga sendiri :

Page 47: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

47

“..berberapa kali memikir bagaimana supaya BTS

bisa dipgang oleh orang lain dan kita arah kepada

keluarga..”

“..ya asik bahwa memang kalo kita percaya ada taksu

(warisan orangtua atau leluhur), taksunya itu bisa

turun kepada generasi selanjutnya ya seneng-seneng

aja. Seumpamanya ada sepupu Ika (Desmond) atau

istrinya Ika atau siapa yang bisa mengolah ya

seneng-senang aja..”

BTS nantinya akan tetap dipegang oleh pemilik saat ini namun

kontrol mereka akan berkurang berkaitan dengan perencanaan

pemecahan kontrol perusahaan. Salah satu dari dua kandidat

potensial suksesor yang nantinya akan meneruskan kepemilikan BTS

akan bertanggungjawab atas manajemen perusahaan juga terhadap

divisi produksi karya seni komersial.

Pemberian kuasa ini akan dilakukan dengan sistem hibah atau

pemberian cuma-cuma, hal ini berkaitan dengan kebudayaan jawa

yang mengangap pendiskusian uang antara keluarga adalah tabu.

Ketika ditanya mengapa pemilik tidak memilih generasi

dibawah mereka untuk menjadi suksesor dari BTS , Nia Fliam

Page 48: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

48

mengakui sebenarnya ia mau saja menyerahkan BTS pada mereka,

seperti dikutip berikut :

“..seumpamanya ada sepupu Ika (Desmond) atau

istrinya Ika atau siapa yang bisa mengolah ya

seneng-senang..”

Namun ia menilai Desmond tidak memiliki ketertarikan di

bidang seni batik, itu kenapa pemilik mengarahkan ia untuk

mengurus Studio Babaran Segara Gunung dimana Desmond

memiliki bakat dan ketertarikan dibidang seni musik dan teater yang

kebetulan adalah bagian dari kegiatan yang dijalankan dalam Studio

Babaran Segara Gunung, seperti dikutip berikut :

“..lebih gampang untuk mengajak dia untuk terlibat

dalam kegiatan Babaran Segaro Gunung karen itu

menurut saya memberi ketrampilan kepada dia yang

masih dekat dengan apa yang dia perdalami..”

“..nanti menata semua supaya mereka bisa les

gamelan, bisa les teater atau apa gitu mereka apa

cultural wisata itu jadi dia (Desmond) sangat tertarik

untuk mengembangkan itu. Jadi dia dimana dia

Page 49: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

49

merasa nyaman untuk berperan ya kita mendorong

dia cuma kita tidak mau memaksa dia untuk

memikirkan ini untuk BTS..”

Ismoyo menyetujui pemahaman Nia Fliam mengenai posisi

Desmond yang diarahkan untuk mengurusi Studio Babaran Segara

Gunung. Walaupun dalam kebudayaan Jawa dikenal konsep

primogeniture dimana hak waris keluarga hanya diberikan pada anak

laki-laki dan sexist dimana peranan manusia dibedakan oleh gender

mereka masing-masing, namun Ismoyo tidak menerapkan sistem

tersebut. Dikutip dari wawancara dengan Agus Ismoyo :

“..Itu satu, ngak ada mikirin iki lanang wedok, secara

keilmuan itu satu, itu yang menghiupi yang bisa jadi

kesatuan begitu, ya seperti segoro dan gunung ya..”

Lintang Dyah Tara yang merupakan anak perempuan hasil

adobsi tidak disebutkan dalam perencanaan suksesi bisnis keluarga

BTS dikarenakan umurnya yang masih terlalu muda sehingga fokus

pemilik jatuh kepada Desmond yang secara umur sudah dapat

dikatagorikan dewasa. Sementara Desmond, satu-satunya anak

lelaki pemilik, masih dinilai belum cukup matang dalam pemahaman

Page 50: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

50

tentang konsep Tribawana, selain juga ia tidak memiliki minat

dibidang seni batik. Dikutip dari Nia Fliam :

“..tapi untuk pikir bisnis BTS kayaknya dia ngak

tertarik..”

“..untuk studio pendidkan baru, masih banyak waktu

untuk mengembangkan dia dan BSG itu..”

Desmond lebih tertarik pada seni sastra, musik dan teater

sehingga pemilik mengarahkan Desmond untuk terlibat didalam

Studio Babaran Segara Gunung dan menjadikan ia sebagai pemilik

usaha tersebut kelak. Desmond dinilai tepat dalam memimpin Studio

Babaran Segara Gunung, salah satu perusahaan yang dibuat oleh

Agus Ismoyo dan Nia Fliam yang bergerak dibidang edukasi seni,

selain karena karakteristik personal Desmond dan minat yang dinilai

cocok untuk berada disana, juga karena usaha ini masih tergolong

baru dan pemilik merasa mereka masih mempunyai cukup waktu

untuk memberikan pemahaman konsep Tribawana secara lebih

mendalam. Pendidikan pemahaman konsep ini akan berjalan seiring

dengan perkembangan Studio Babaran Segara Gunung nantinya.

Pada tahap menentukan siapa yang yang akan meneruskan

bisnis dan bagaimana cara menyerahkannya, jika dikaitkan dengan

Page 51: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

51

lima dimensi kebudayaan Khuclohn bagian orientasi terhadap

hubungan antar sesama, masing-masing dari pemilik memiliki

kesepahaman bahwa hubungan antar sesama manusia harus dijalin

secara harmonis dan dimulai dari keluarga dengan konsep

Tribawana yang kedua pemilik percayai, juga ditunjukan melalui

komitmen tinggi kedua pemilik untuk mempertahankan identitas

BTS sebagai bisnis keluarga ditambah dengan kebudayaan

feminisme yang dimiliki oleh pasangan pemilik tersebut. Namun,

pada masing-masing pemilik memiliki perbedaan pandangan, Agus

Ismoyo tidak mengenal konsep perencanaan suksesi sehingga ia

tidak berpikiran tetang siapa dan bagaimana BTS akan diteruskan

nantinya dan cendrung pasif dalam melakukan tindakan ini.

Sementara Nia Fliam berpandangan penyerahan BTS perlu kepada

keluarga sendiri sehingga ia telah melakukan beberapa aktifitas

terkait perencanaan suksesi bisnis keluarga BTS. Dikaitkan kembali

dengan lima dimensi kebudayaan Khuclohn, sikap Nia terhadap

perencanaan suksesi BTS yang cendrung lebih aktif, berhubungan

dengan dimensi kebudayaan terhadap orientasi kerja. Ia memilik etos

kerja yang lebih tinggi serta disiplin terhadap tanggungjawab BTS.

Page 52: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

52

4.3.1.5. Meminimalisir Pajak Dalam Proses Penyerahan

Kekuasaan

Secara hukum, BTS diakui sebagai sebuah studio seni, dimana

aktifitas pajaknya dimasukan kedalam pajak pendapatan perorangan.

Demikian juga nantinya ketika terjadi proses transefer kepemilikan,

dimana secara legal kepemilikan atas BTS akan tetap berada diatas

nama Agus Ismoyo, proses transfer kepemilikan akan dipandang

sama dengan proses perekruitan tanaga kerja baru sehingga pemilik

tidak terlalu mempedulikan faktor pajak dalam proses penyerahan

kekuasaan. Dipandang dari sisi ekonomi, sistem ini memberikan

keuntungan bagi BTS karena BTS tidak perlu menanggung beban

pajak pemberian saham.

Menurut pengakuan dari kandidat potensial suksesor, ia tidak

memiliki masalah dengan legalitas hukum yang tidak mencantumkan

namanya sebagai salah satu pemilik BTS, karena baginya secara

praktek, ketika proses sukesi telah berjalan ia akan mendapatkan

pengakuan sebagai seorang pemilik dari setiap orang yang

berhubungan dengan bisnis keluarga tersebut. Hal ini kembali lagi

berkaitan dengan faktor kebudayaan collectivism yang ada pada diri

para calon suksesor potensial, bahwa dalam ikatan keluarga, yang

terpenting adalah kepercayaan dan bukan legalitas hukum. Seperti

dikutip dari percakapan melalui telepon seluluar dengan Agung

Harjuno :

Page 53: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

53

“..saya tidak mementingkan hal seperti itu (legalitas

hukum), namanya keluarga kan ada asas saling

percaya, toh nantinya siapapun pemiliknya semua

yang ada disitu akan mengakui orang tersebut..”

Agus Ismoyo dan Nia Fliam menyerahkan segala urusan pajak

kepada akuntan mereka sehingga ketika ditanya tentang

permasalahan ini, mereka tidak dapat menjawab dengan detail.

Namun Nia Fliam berpendapat bahwa pajak adalah komponen yang

sudah sepantasnya untuk dibahas jika nantinya proses suksesi ini

berjalan dikutip dari Nia Fliam :

“..ya urusan pajak itu penting, Jarot selalu urus pajak

kami karena untuk urus dengan bank itu perlu surat

pajak..”

Sementara Agus Ismoyo tidak terlalu memikirkan permasalahan

pajak atau legalitas hukum, dikutip dari beliau :

“..ya sama keluarga percaya saja, kalau masalah

nanti BTSnya gimana itu biarkan mengalir saja..”

Page 54: Analisis Perencanaan Suksesi Bisnis Keluarga dari ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3672/5/T1_212009064_BAB I… · lainnya dapat dijelaskan melalu bagan jaringan pemasaran

54

Disini terlihat walaupun kedua pemilik tidak terlalu

memperdulikan permasalahan pajak dan semua urusan perpajakan

diurus oleh akuntan mereka, namun secara tidak langsung Nia Fliam

memiliki perhatian khusus tentang permasalahan perpajakan.

Perbedaan pandangan terhadap urusan pajak dipengaruh oleh

perbedaan kebudayaan high uncertainty avoidance Nia Fliam dengan

low uncertainty avoidance Agus Ismoyo. Dikaitkan kembali dengan

dimensi orientasi terhadap kerja Khuclohn, dalam kebudayaan

Amerika yang masih tertanam dalam kehidupan Nia, sebuah

kepastian hukum merupakan hal yang penting.