strategi penanggulangan pembiayaan murabahah...

90
STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL TA’AWUN CIPULIR Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I) Oleh: EKO PRASETYO 206046103823 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M

Upload: vuongtu

Post on 13-Mar-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

STRATEGI PENANGGULANGAN

PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH

DI BAITUL MAAL WA TAMWIL TA’AWUN CIPULIR

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I)

Oleh:

EKO PRASETYO

206046103823

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 2: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

i

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan hormat, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Eko Prasetyo

NIM : 206046103823

Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta , 17 September 1987

Alamat : Jl. Pondok Aren II RT 001 RW 01 No. 95

Pondok Betung, Pondok Aren, Tangerang Selatan 15221.

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :

1. Skripsi dengan judul “Strategi Penanggulangan Pembiayaan Murabahah

Bermasalah di BMT Ta’awun Cipulir” merupakan hasil karya asli saya yang

diajukan untuk memenuhi salah satu pernyataan memperoleh gelar Strata 1 di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Demikian Lembar Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta: 18 November 2010 M

11 Dzulhijjah 1431 H

Eko Prasetyo

NIM: 206046103823

Page 3: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Strategi

Penanggulangan Pembiayaan Murabahah Bermasalah di BMT Ta’awun”.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kehadirat Rasul pembawa cahaya,

Muhammad SAW. Penulis menyadari selesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas

dari bantuan banyak pihak. Untuk itu, sudah sepantasnya penulis menyampaikan

ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang

berkontribusi dalam proses penyelesaian skripsi ini, terutama kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, Dekan Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag dan Bapak Ah. Azharudin Lathif, M.Ag.MH, ketua dan

sekretaris Program Studi Muamalat.

3. Bapak Drs. Djawahir Hejazziey., SH., MA selaku Koordinator Teknis

Program Non Reguler dan Bapak Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag selaku

Sekretaris Koordinator Teknis Program Non Reguler.

4. Bapak Dr. H. Anwar Abbas, M. Ag. MM, selaku dosen pembimbing yang

telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada

penulis hingga selesainya penulisan ini.

Page 4: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

iii

5. Bapak Subandikot, Amd, selaku General Manager dan Bapak Irwansyah,

S.Pdl, serta staff dan segenap karyawan BMT Ta’awun yang telah

memberikan bantuannya kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi

tersebut.

6. Para Dosen, Staf dan Civitas Akademika, atas segala bantuannya kepada

penulis langsung atau tidak langsung dalam proses penyelesaian studi di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Kedua orang tua yang selalu mendoakan secara tulus, memberikan semangat,

kasih sayang dan dukungannya baik moril maupun meteril.

8. Teman-teman jurusan Perbankan Syariah angkatan 2006 khususnya kelas B

Program Non Reguler yang telah memberi saran, mensuport dan membantu

penulis hingga skripsi ini rampung. Semoga kita menjadi orang-orang terbaik.

9. Rekan-rekan yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, namun telah

memberikan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat lulus

menjalani perkuliahan di UIN hingga akhir.

Kesemuanya itu sesuai dengan kapasitasnya masing-masing telah berupaya

secara maksimal untuk menghantarkan kepada penyelesaian studi yang penulis

lakukan. Maka atas dasar keterbatasan penulis, itu semua penulis serahkan kepada

Allah, semoga saja dijadikan sebagai amal shaleh sekaligus merupakan amal yang

membawa kepada keberkahan hidup.

Page 5: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

iv

Apa yang merupakan kekurangan terdapat dalam penulisan skripsi ini, baik

itu menyangkut; penataan kalimat, penelusuran data serta penyajian data secara

tuntutan teoritis dan praktis, itu adalah merupakan gambaran kelemahan dan

keterbatasan dari pihak penulis. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis

memohon maaf dan atas segala usul dan saran demi perbaikan karya ilmiah ini,

diucapkan terima kasih.

Jakarta, 18 November 2010 M

10 Dzulhijjah 1431 H

Penulis

Eko Prasetyo

206046103823

Page 6: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

v

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN……………………………………………………………….…....i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….................ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………...v

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………………….viii

DAFTAR TABEL……………………………………………………………………………ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……………………………………………........1

B. Perumusan dan pembatasan Masalah……………………………………5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………………….6

D. Review Studi Terdahulu…………………………………………………7

E. Kerangka Teori…………………………………………………….........10

F. Konsep Penelitian………………………………………………….........12

G. Metodologi Penelitian……………………………………………...........12

H. Sistematika Penulisan……………………………………………………15

BAB II KONSEP TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN

PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH

A. Konsep Murabahah………………………………………………………17

1. Pengertian Pembiayaan Murabahah…………………………..17

2. Landasan Hukum Murabahah………………………………....19

3. Rukun dan Syarat-syarat Murabahah………………………….21

Page 7: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

vi

4. Karakteristik Pembiayaan Murabahah………………………...23

B. Konsep Murabahah Bermasalah……………………………………….24

1. Pengertian Pembiayaan Murabahah Bermasalah……………..24

2. Faktor-faktor Pemicu Terjadi Pembiayaan yang

Bermasalah……………………………………………………25

3. Strategi Penanggulangan Pembiayaan Murabahah

Bermasalah……………............................................................28

BAB III GAMBARAN UMUM BMT TA’AWUN

A. Sejarah Berdirinya BMT Ta’awun……………………………………..35

B. Prinsip BMT Ta’awun…………………………………………………37

C. Visi dan Misi BMT Ta’awun…………………………………………..38

D. Tujuan berdirinya BMT………………………………………………..39

E. Produk-produk BMT Ta’awun………………………………………...40

F. Stuktur Organisasi BMT Ta’awun………………………………….....43

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

A. Peta Pembiayaan Murabahah Bermasalah di BMT Ta’awun………….52

B. Faktor penyebab timbulnya pembiayaan bermasalah di BMT

Ta’awun……………………………………………………….……….61

C. Usaha-usaha Penanggulangan Pembiayaan Murabahah

Bermasalah di BMT Ta’awun…………………………………………64

D. Analisis Terhadap Strategi Penanggulangan Pembiayaan

Bermasalah di BMT Ta’awun…………………………………………67

Page 8: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

vii

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………76

B. Saran…………………………………………………………………..77

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 9: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

viii

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 3.1 Strukur Organisasi BMT Ta’awun…………………………51

2. Gambar 4.1 Proses Pembiayaan di BMT Ta’awun……………………...54

Page 10: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

ix

DAFTAR TABEL

1. Tabel 4.1 Sistem dan Prosedur Pembiayaan di BMT Ta’awun……………55

2. Tabel 4.2 NPF BMT Ta’awun tahun 2007………………………………...58

3. Tabel 4.3 NPF BMT Ta’awun tahun 2008………………………………...59

4. Tabel 4.4 NPF BMT Ta’awun tahun 2009………………………………...60

Page 11: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

1

BAB I

STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH

BERMASALAH DI BMT TA’AWUN

A. Latar Belakang Masalah

Pengertian Bank menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah:

“Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk

lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak”.1

Secara luas bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam

bidang keuangan. Artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang

keuangan, sehingga berbicara mengenai bank tidak terlepas dari persoalan

keuangan dan aktivitasnya yang berorientasi pada penghimpunan dan penyaluran

dana masyarakat. Bank perperan sebagai lembaga perantara (intermediary) antara

satuan-satuan kelompok masyarakat atau unit-unit ekonomi yang mengalami

kelebihan dana (surplus unit) dengan unit-unit yang lain yang mengalami

kekurangan dana (deficit unit). Melalui bank kelebihan dana tersebut dapat

disalurkan kepada pihak-pihak yang memerlukan dan memberikan manfaat

kepada kedua belah pihak.

1 Ferry N Idroes Sugiarti, Manajemen Risiko Bank, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2006, Edisi

pertama, h. 3

Page 12: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

2

Bank merupakan satu-satunya lembaga keuangan depositori, sebagai

lembaga keuangan depositori, bank memiliki izin untuk menghimpun dana

secara langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan yaitu berupa giro,

tabungan dan deposito. Dana yang diperoleh kemudian dapat dialokasikan

kedalam aktiva dalam bentuk pembiayaan dan investasi. Kekhususan kegiatan

yang dilakukan oleh bank inilah yang membedakan bank dengan lembaga

keuangan lain. Disamping kekhususan dalam menghimpun dana masyarakat atau

dana pihak ketiga tersebut bank diperbolehkan untuk menjalankan usaha yang

sama dengan usaha lembaga keuangan lain.2

Akibat dari kebutuhan masyarakat akan jasa keuangan semakin meningkat

dan beragam, maka peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh

lapisan masyarakat sebagai lembaga keuangan, peranan bank dalam

perekonomian sangatlah dominan hampir semua kegiatan perekonomian

masyarakat membutuhkan bank, terutama dengan fasilitas kredit atau

pembiayaan.

Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian

fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang

merupakan defisit unit.3

2 Ferry N Idroes Sugiarto, Manajemen Risiko Perbankan, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2006, Edisi

pertama, h. 4 3 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta, Gema Insani Press,

2001, Cet. 1, h. 160

Page 13: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

3

Pada dasarnya konsep pembiayaan pada bank konvensional dan bank

syariah tidak terlalu berbeda, yang menjadi perbedaan antara kredit yang

dihasilkan oleh bank konvensional dengan bank syariah terletak pada keuntungan

yang diharapkan, bagi bank konvensional keuntungan yang diperoleh melalui

bunga, sedangkan pada bank syariah berupa bagi hasil.

Bank Syariah mempunyai mekanisme tersendiri untuk memenuhi

kebutuhan pendanaan persediaan tersebut, yaitu antara lain dengan menggunakan

prinsip jual beli (al ba’i) dalam dua tahap. Pada tahap pertama, bank mengadakan

(membeli dari dari pemasok secarai tunai) barang yang dibutuhkan oleh nasabah

dan pada tahap kedua bank menjual kepada nasabah (pembeli) dengan

pembayaran tangguh dan dengan mengambil keuntungan yang disepakati

bersama antara bank dengan nasabah. Persediaan dalam usaha produksi terdiri

dari biaya pengadaan bahan baku tersebut akan menjadi barang setengah jadi,

kemudian menjadi barang jadi yang siap untuk dijual dengan kredit, ia lalu

berubah menjadi piutang, yang melalui proses collection akan berubah menjadi

kas kembali.4

Menurut M. Syafi’i Antonio mengatakan bahwa, “Murabahah adalah jual

beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang telah disepakati.

4 Drs. Zainul Arifin MBA, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta, Pustaka

Alvabet, 2006, Cet. 4, h. 208

Page 14: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

4

Dalam murabahah penjual harus memberitahu harga produk yang dibeli dan

menambahkan tingkat keuntungan sebagai tambahan”.5

Kebutuhan barang konsumsi, perumahan atau properti apa saja secara

umum dapat dipenuhi dengan pembiayaan berpola jual beli dengan akad

murabahah. Dengan akad ini Bank Syariah memenuhi kebutuhan nasabah dengan

membelikan aset yang dibutuhkan nasabah dari supplier kemudian menjual

kembali kepada nasabah dengan mengambil margin keuntungan yang diinginkan.

Selain mendapatkan keuntungan margin, Bank Syariah juga hanya menanggung

risiko yang minimal. Sementara itu nasabah mendapatkan kebutuhan asetnya

dengan harrga yang tetap.6

Bagi dunia perbankan syariah mitra yang baik sangat sulit didapatkan

karena perlu kajian komprehensif dan analisa yang matang terhadap calon mitra

tersebut, sehingga bisa disimpulkan bahwa calon mitra itu layak diberikan

pembiayaan. Analisa kelayakan usaha calon mitra menjadi ujung tombak dalam

menilai perkembangan dan keberlangsungan usaha nasabah agar tidak menjadi

pembiayaan yang bermasalah. Pada prinsipnya, setiap pemberian dana oleh bank

kepada mitra merupakan amanah yang diemban oleh keduanya (bank dan mitra)

dalam mengelola dana masyarakat yang disimpan di bank tersebut. Apabila mitra

tidak bisa menjalankan amanah yang diembannya maka akan berimplikasi juga

5 M, Syafi’I Antonio, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, Jakarta, Tazkia Institute,

1999, Cet. Ke1, h. 145. 6 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2007, h.

126-127

Page 15: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

5

terhadap kinerja bank tersebut yang mengakibatkan turunnya kepercayaan

masyarakat terhadap bank syariah tersebut.

Pada praktek yang ada dilapangan, bentuk-bentuk akad jual beli terbilang

sangat banyak sekali, jumlahnya bias mencapai belasan jika tidak puluhan.

Sungguhpun demikian dari sekian banyak itu ada 3 (tiga) jenis jual beli yang

telah banyak dikembangkan sebagai sandaran pokok dalam pembiayaan modal

kerja dan investasi diantaranya adalah murabahah, salam dan istisna.

Dari ketiga pembiyaan tersebut, banyak lembaga keuangan syariah

termasuk BMT mengeluarkan produk murabahah. Dari sekian produk yang ada

di BMT yang banyak berkembang dan diminati masyarakat adalah murabahah.

Berdasarkan pada fenomena diatas, maka diperlukan suatu kajian yang

mendalam untuk mengetahui seberapa besar penanganan yang dilakukan

lembaga keuangan syariah dalam pembiayaan bermasalah khususnya pada

produk murabahah. Merasa tertarik dengan permasalahan diatas, maka penulis

mencoba untuk menelitinya dalam sebuah skripsi yang berjudul, “Strategi

Penanggulangan Pembiayaan Murabahah Bermasalah di BMT Ta’awun

Cipulir”.

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah

a. Pembatasan masalah

Mengingat luasnya pembicaraan mengenai pembiayaan bermasalah,

maka penulis hanya membicarakan mengenai strategi penanggulangan

pembiayaan murabahah bermasalah pada BMT Ta’awun.

Page 16: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

6

b. Perumusan masalah

Berdasarkan pembatasan diatas, maka perumusan masalah pada

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi penyelesaian pembiayaan murabahah bermasalah

secara teoritis?

2. Bagaimana peta pembiayaan murabahah bermasalah pada BMT

Ta’awun?

3. Bagaimana keberhasilan BMT Ta’awun dalam menanggulangi

pembiayaan murabahah bermasalah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan penelitian:

1. Untuk mengetahui strategi penyelesaian pembiayaan murabahah

bermasalah secara teoritis.

2. Untuk mengetahui bagaimana peta pembiayaan murabahah bermasalah di

BMT Ta’awun.

3. Untuk mengetahui bagaimana keberhasilan BMT Ta’awun dalam

menanggulangi pembiayaan murabahah bermasalah.

b. Manfaat penelitian

1. Bagi Penulis

Sebagai media pengembangan wawasan dan ilmu pengetahuan dalam

dunia perbankan syariah sekaligus dapat memberikan tambahan

Page 17: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

7

pengalaman pada bidang tersebut khususnya mengenai penanganan

pembiayaan murabahah bermasalah yang terjadi pada BMT Ta’awun.

2. Bagi Perusahaan

Dari hasil tersebut diharapkan dapat memberikan bahan masukan dalam

memecahkan masalah tersebut serta memberikan manfaat demi kemajuan

dimasa mendatang.

3. Bagi Pihak Lain

Sebagai bahan informasi dan sumber ilmu pengetahuan serta gambaran

proses yang diterapkan Bank syariah dalam menangani pembiayaan

murabahah bermasalah bagi yang tertarik sehingga dapat dikembangkan

lebih lanjut.

D. Review Studi Terdahulu

Untuk menghindari penelitian dengan objek yang sama, maka diperlukan

kajian terhadap kajian-kajian terdahulu terhadap beberapa penelitian yang

dilakukan baik oleh praktisi ataupun oleh mahasiswa mengenai fenomena yang

berkaitan dengan penelitian. Dibawah ini terdapat beberapa penelitian

berhubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis pada saat ini, yaitu:

1. Upaya Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah dalam Rangka Meningkatkan

Aktifitas Perbankan Syariah (Bank Muamalat) –Churmah-

(FSH/Muamalat/Perbankan 1423H/2003M)

Penelitian ini menjelaskan mengenai penyaluran atas dana pembiayaan di

Bank Muamalat tidak diberikan batasan-batasan mengenai sektor yang akan

Page 18: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

8

dibiayai. Bank Muamalat memberikannya untuk semua sektor usaha yang sesuai

dengan yang telah ditetapkan Bank Indonesia, yaitu melalui penyaluran yang

produktif untuk keperluan yang konsumtif. Selain itu jg menjelaskan faktor-

faktor penyebab pembiayaan bermasalah yang terjadi di Bank Muamalat dapat

berasal dari 2 faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Untuk faktor internal

yang berasal dari debitur adalah dikarenakan pihak debitur belum memenuhi

pengalaman dalam bidang keuangan dan pengelolaan permasalahan. Penyebab

lain adalah unsur kesengajaan debitur memberikan data-data yang tidak benar

pada saat mengajukan permohonan dan pihak bank pun tidak mencermatinya.

Sedangkan penyebab eksternal (faktor diluar jangkauan kreditur dan debitur)

yaitu akibat bencana alam seperti banjir, kebakaran dan kerusuhan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kepustakaan dan penelitian lapangan dengan cara kualitatif yang dideskripsikan.

2. Pengaruh Pembiayaan Bermasalah terhadap Kualitas Aktiva Produktif

pada BPRS (Studi Kasus PT. BPRS Risalah Umat) –Saifulloh-

(FSH/Muamalat/Perbankan Syariah 1426H/2005M)

Dalam penelitian ini menjelaskan tentang seberapa besar pengaruh

pembiayaan bermasalah terhadap kualitas aktiva produktif pada PT. BPRS

Risalah Umat dan menjelaskan apakah prosedur pembiayaan yang diterapkan

BPRS Risalah Umat telah sesuai dengan prinsip manajemen Islam. Dari

penelitian ini dapat diketahui seberapa pengaruhnya pembiayaan bermasalah

terhadap kualitas aktiva produktif pada BPRS Risalah Umat. Selain itu juga

Page 19: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

9

dijelaskan bahwa kegiatan yang dilakukan untuk pencapaian pembiayaan BPRS

Risalah Umat selalu berdasarkan konsep dan norma-norma yang diterapkan

Islam.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yang bersifat deskriptif

yaitu membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan

akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan fenomena yang diselidiki

yang kemudian dianalisis.

3. Manajemen Pembiayaan Murabahah pada Bank Syariah (studi kasus Bank

Syariah Mandiri cab Pondok Indah), -Usman Chalid-

(FSH/Muamalat/Perbankan Syariah 1426H/2005M)

Dalam penelitian ini menjelaskan bagaimana manajemen pembiayaan

murabahah yang dilakukan Bank Mandiri Syariah serta menjelaskan prinsip yang

diterapkan Bank Syariah Mandiri dalam manajemen pembiayaan murabahah.

Dari penelitian ini dapat diketahui bagaimana manajemen pembiayaan

murabahah dilakukan yaitu sebelum dilakukan penandatanganan pembiayaan

murabahah terlebih dahulu terpenuhi prosedur persyaratan legalitas dan

administrati dari nasabah. Selain itu, manajemen yang diterapkan Bank Syariah

Mandiri telah sesuai dengan prinsip Islam, karena kegiatan yang dilakukan untuk

pencapaian tujuan pembiayaan murabahah selalu berdasarkan konsep dan norma-

norma yang diterapkan oleh Allah SWT. Dan dalam melakukan tindakan-

tindakan tersebut dilatarbelakangi oleh konsep amal sholeh seperti melakukan

perencanaan yang matang, dan terarah untuk menghindari kekeliruan yang dapat

Page 20: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

10

merugikan, menggunakan konsep pembagian kerja yang didasarkan pada

kemampuan fisik, ilmu dan teknologi yang dimiliki oleh masing-masing

karyawan dan memelihara nilai-nilai kemuliaan manusia.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data

deskriftif dan tertulis dengan informasi dari yang terlibat dalam objek

dilapangan. Sedangkan pengumpulan data yang berkenaan dengan penelitian ini

adalah menggunakan penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan.

Yang membedakan skripsi diatas dengan skripsi yang penulis buat adalah

apabila dalam skripsi ini penulis lebih menitikberatkan kepada strategi

penanggulangan pembiayaan murabahah bermasalah yang ada pada Bank

Syariah

E. Kerangka Teori

Sesuai dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998, bank Syariah

didefinisikan sebagai berikut:

“Bank Syariah adalah Bank umum yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan

prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayarannya”

Pembiayaan dalam perbankan syariah atau istilah teknisnya aktiva produktif,

menurut ketentuan Bank Indonesia adalah penanaman dana Bank Syariah baik

dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, qardh,

Page 21: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

11

surat berharga syariah, penempatan, penyertaan modal/sementara, komitmen dan

kontinjensi pada rekening administratif serta Sertifikat Wadiah Bank Indonesia.7

Pembiayaan memiliki peranan penting dalam melakukan kegiatan operasional

bank syariah, karena pembiayaan merupakan bagian terbesar bagi pendapatan

bank dan tentunya pula berpengaruh terhadap nisbah bagi hasil yang diterima

nasabah pemilik dana. Apabila bank syariah tidak mampu menyalurkan

pembiayaannya, sementara dana yang terhimpun dari shahibul maal (dana pihak

ketiga) terus bertambah, maka akan terdapat banyak idle (menganggur), yang

dapat berpengaruh terhadap pendapatan dari margin bagi hasil. Hal ini pula yang

akan menyebabkan penurunan dana pihak ketiga (DPK) pada Bank Syariah. Oleh

karena itu, hendaknya bank syariah harus lebih banyak menyalurkan pembiayaan

terhadap masyarakat (unit usaha) namun tetap berlandaskan pada prinsip kehati-

hatian.8

Salah satu skim fiqih yang paling popular digunakan oleh perbankan syariah

adalah skim jual-beli murabahah. Transaksi murabahah ini lazimdilakukan oleh

Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Secara sederhana, murabahah berarti suatu

penjualan barang seharga barang tersebut ditambah keuntungan yang yang

disepakati. Jadi singkatnya, murabahah adalah akad jual beli barang dengan

menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh

7 Muhammad,, Manajemen Dana Bank Syariah, Yogyakarta, Ekonisia, 2004, Cet. 1, hal.

196 8 Siswanto sutojo, Strategi Manajemen Kredit Bank Umum, Jakarta, Damar Mulia

Pustaka, 1997, hal. 3

Page 22: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

12

penjual dan pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty

contracts, karena dalam murabahah ditentukan berapa required rate of profitnya

(keuntungan yang ingin diperoleh).9

Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan

kepemilikan barang atau benda (transfer of property). Tingkat keuntungan bank

ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Transaksi

jual-beli dibedakan berdasarkan bentuk pembayarannya dan waktu penyerahan

barang.10

F. Konsep Penelitian

Konsep penanggulangan pembiayaan murabahah bermasalah menitik

beratkan pada usaha BMT Ta’awun dalam menyelamatkan pembiayaan tersebut,

yaitu melihat bagaimana strategi penanggulangan pembiayaan murabahah

bermasalah tersebut, dan prosedur serta cara penanganan pembiayaan bermasalah

yang dilakukan oleh BMT Ta’awun.

Penelitian ini juga melihat perkembangan dari penanganan pembiayaan

murabahah bermasalah tersebut. Dari situlah dapat dilihat sejauhmana

penanganan pembiayaan tersebut dilakukan demi menghasilkan pembiayaan

yang baik dan tidak bermasalah.

9 Ir Adiwarman A Karim, Bank Islam (Analisis Fiqih dan Keuangan), Jakarta, PT. Raja

Grafindo Persada, 2006, Edisi 3, Cet 3, h. 113 10

Ramzi A Zuhdi, Bank Indonesia (Perbankan Syariah), Jakarta, juli 2007, h. 37

Page 23: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

13

G. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Data yang

dihasilkan berupa data kualitatif, yang dikembangkan dengan metode

deskriptif. Metode deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan

gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan

terhadap obyek yang diteliti.11

Dimana data yang berupa kata-kata, hasil

wawancara, catatan lapangan, dan arsip-arsip dokumen resmi dari perusahaan

terkait, akan dikumpulkan, diolah dan dijelaskan sesuai dengan apa adanya.

Data yang telah dikumpulkan dan diperiksa kembali demi tercapainya

kesesuaian dari apa yang diteliti.

1. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang berkenaan dengan judul penelitian,

maka teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah:

a. Penelitian Kepustakaan (library research)

Untuk menambah referensi serta kekayaan literatur, penelitian ini

mengkaji lebih dalam literatur yang ada, baik berupa buku, catatan,

maupun laporan hasil penelitian.12

b. Penelitian Lapangan (field research)

Penulis juga langsung terjun kelapangan penelitian untuk mendapatkan

data hasil pengamatan lapangan atau informasi dari responden. Untuk

11

Ronny Kountur, Metode Penelitian: Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, (Jakarta: PPM,

2005) , cet. Ketiga, h.105. 12

Iqbal Hasan, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Jakarta, Ghalia Indonesia, 2002, h.8

Page 24: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

14

memperoleh data yang ada dilapangan, maka digunakan teknik

pengumpulan data sebagai berikut:

a. Data Primer

Penulis mewawancarai beberapa orang terkait dengan tema yang

penulis bahas.

b. Data Sekunder

1. Dokumentasi atau arsip yang berhubungan dengan penelitian.

2. Penelitian kepustakaan (library research) dari buku, artikel dan

karya ilmiah yang berkaitan dengan penelitian.

2. Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data yang dipakai dalam menganalisa penelitian

ini menggunakan metode deskriptif analisis yaitu kegiatan penelitian

kegiatan yang hendak menganalisa gambaran atau fakta yang ada dilapangan.

Dalam hal ini setelah penulis memperoleh data-data dari hasil penelitian

kemudian dianalisis tentang bagaimana strategi yang dilalukan BMT

Ta’awun dalam penanggulangan pembiayaan murabahah bermasalah. Dari

analisis tersebut penulis berusaha menganalisa apakah strategi

penanggulangan pembiayaan murabahah bermasalah di BMT Ta’awun sudah

sesuai dengan praktek ekonomi syariah atau hanya sekedar teori saja.

Suatu laporan, artikel atau monograf yang didasarkan pada penelitian

kualitatif bukan, atau seharusnya tidak, hanya merupakan pandangan

Page 25: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

15

seseorang yang tidak dipersiapkan terlebih dahulu mengenai suatu

keadaan.13

Metode deskriptif dengan pendekatan analitis komparatif. Metode

deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti sekelompok manusia, suatu

objek, suatu kondisi, suatu pemikiran, atau suatu kelas peristiwa pada masa

sekarang. Penelitian analitis merupakan penelitian yang ditujukan untuk

meneliti secara teperinci suatu aktifitas atau kejadian dan hasil penelitian

tersebut dapat memberikan rekomendasi untuk keperluan yang akan datang

3. Metode Penulisan

Adapun pedoman dan teknik penulisan skripsi ini berpedoman kepada

buku pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2007 yang merupakan sandaran dari penulisan karya

ilmiah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada umumnya,

khususnya mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum.

H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembaca dalam mengikuti materi yang akan dibahas,

maka penulis paparkan garis besar isi tiap-tiap bab dibawah ini:

BAB I Pendahuluan, menjelaskan mengenai latar belakang penelitian,

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, kajian pustaka,

kerangka teori dan kerangka konsep serta sistematika penulisan.

13

…ibid, h. 233

Page 26: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

16

BAB II Landasan Teori, bab ini menjelaskan mengenai landasan teori yang

digunakan dalam pembahasan permasalahan seputar penanggulangan

pembiayaan bermasalah khususnya dalam pembiayaan murabahah

pada BMT.

BAB III Deskripsi objek penelitian, dalam bab ini akan dipaparkan tentang

objek yang diteliti, sejarah perkembangan lembaga tersebut, profil,

visi misi, struktur organisasi dan manajemennya, serta produk dan jasa

yang disediakan oleh BMT.

BAB IV Analisis pembahasan, bab ini mengupas tentang faktor-faktor yang

menyebabkan pembiayaan bermasalah. Serta, membahas

penanggulangan yang diakibatkan dari pembiayaan bermasalah.

BAB V Penutup, bab terakhir merupakan kesimpulan serta saran yang dapat

diambil dari hasil penelitian ini sehingga dapat dijadikan sebagai

bahan yang bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang strategi

penanggulangan pembiayaan bermasalah dan dapat digunakan sebagai

bahan perbandingan bagi yang tertarik sehingga dapat dikembangkan

lebih lanjut di kemudian hari.

Page 27: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

17

BAB II

KONSEP TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN

MURABAHAH BERMASALAH

A. Konsep Murabahah

1. Pengertian Pembiayaan Murabahah

Seorang praktisi perbankan, Muhammad Syafi’i Antonio

menjelaskan bahwa “murabahah adalah jual beli barang pada harga asal

dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam murabahah penjual

harus memberi tahu harga pokok yang ia beli dan menentukan suatu

tingkat keuntungan sebagai tambahannya”.14

Sedangkan secara sederhana Adiwarman A. Karim dalam bukunya

mengartikan bahwa:

Murabahah adalah “Suatu penjualan barang yang seharga barang

tersebut di tambah keuntungan yang disepakati”. Misalnya seorang

membeli barang kemudian menjualnya dengan keuntungan tertentu.

Betapa besar keuntungan tersebut dapat dinyatakan dalam nominal rupiah

atau dalam bentuk presentase dari harga pembeliannya, misalnya 10%

atau 20%.15

14

M. Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik, Jakarta, Gema Insani Press,

2000, cet. ke2, h. 101. 15

Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta, PT Raja

Grafindo Persada, 2007, cet. ke3,h. 255.

Page 28: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

18

Karnaen A. Perwataatmadja memberi definisi yang tidak jauh

berbeda, yaitu “Pembiayaan yang diberikan oleh nasabah dalam rangka

pemenuhan produksi. Pembiayaan murabahah mirip dengan kredit modal

kerja yang biasa diberikan oleh bank-bank konvensional, dan karenanya

pembiayaan murabahah berjangka waktu di bawah 1 tahun.16

Sedangkan menurut Zainul Arifin dalam bukunya menjelaskan

bahwa:

Dalam transaksi murabahah, penjual harus menyebutkan dengan jelas

barang yang diperjualbelikan dan tidak termasuk barang haram. Demikian

juga harga pembelian barang dan keuntungan yang diambil dan cara

pembayarannya harus disebutkan dengan jelas. Dengan cara ini si

pembeli dapat mengetahui harga sebenarnya dari barang yang dibeli dan

dikehendaki penjual.17

Dari pengertian murabahah, baik dalam literature fiqh maupun

praktisi perbankan dapat disimpulkan bahwa pengertian murabahah

adalah kontrak jual beli barang antara penjual (BMT) dan pembeli

(nasabah) dengan fasilitas penundaan pembayaran baik untuk pembelian

asset modal kerja maupun investasi dengan harga asal ditambah dengan

keuntungan dan jangka waktu yang telah disepakati oleh kedua belah

16

Karnaen A. Perwataatmadja dan Muhammad Syafi’i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank

Islam, Yogyakarta, Dana Bhakti Prima Yasa, 1992, cet. ke1, h.15. 17

Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta, Pustaka Alvabet, 2006,

cet. ke4, h. 85.

Page 29: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

19

pihak dan cara pembayarannya dapat dilakukan sekaligus (tunai) pada

saat jatuh tempo ataupun dengan cicilan (angsuran).

2. Landasan Hukum Murabahah

a. Al-Quran

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu makan harta

sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan

yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah

kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah maha penyayang

kepadamu”. (an-nisa/3:29).18

Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak akan berdiri

melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran

18

Al-Quran Surat An-nisa ayat 29.

Page 30: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

20

(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah

disebabkan mereka berkata sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,

padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhan Nya,

lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah

diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)

kepada Allah. Orang-orang yang mengulangi (mengambil riba), maka

orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal didalamnya.”

(Al-baqarah/2:275)19

b. Al-Hadist

Dalam hal ini juga disebutkan. “Pembeli dan penjual berhak untuk

membatalkan perjanjian mereka selama mereka tidak terpisa. Apabila

mereka itu berbicara benar dan menjalankannya, maka transaksi itu akan

diberkahi, tetapi bila mereka saling menyembunyikan dan berdusta, maka

berkah atas transaksi mereka itu akan pupus” (HR Bukhari).

Dalam jual beli juga diharapkan adanya unsur suka sama suka,

seperti yang tercantum dalam hadits, “Sesungguhnya jual beli itu harus

dilakukan secara suka sama suka” (HR Al-Baihaqi dan Ibnu Majah)

19

Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 275.

Page 31: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

21

c. Ulas

Umat Islam telah berkonsensus dalam keabsahan jual beli, karena

manusia sebagai anggota masyarakat selalu membutuhkan apa yang

dihasilkan dimiliki oleh orang lain.oleh karena itu jual beli adalah salah

satu jalan untuk mendapatkannya secara sah. Dengan demikian maka

mudahlah bagi setiap individu untuk mendapatkan.20

3. Rukun dan Syarat-syarat Murabahah

a. Rukun Murabahah

Rukun jual beli menurut mazhab Hanafi adalah ijab dan qabul yang

menunjukan adanya pertukaran atau kegiatan saling memberi yang

menempati kedudukan ijab dan qabul itu.

Menurut jumhur ulama ada 4 rukun dalam jual beli, yaitu:

1). Orang yang menjual,

2). Orang yang membeli,

3). Sighat (Ijab Qabul),

4). Barang/objek atau sesuatu yang diadakan.

5). Harga (tsaman)21

b. Syarat-syarat Murabahah

Dalam murabahah dibutuhkan beberapa syarat antara lain:

20

Wiroso, Jual Beli Murabahah, Yogyakarta, UII Press, 2005, cet. Ke1, h. 13. 21

Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Jakarta, Zikrul Hakim,

2003, cet. Ke1, h. 40

Page 32: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

22

1. Mengetahui harga pertama (harga pembelian)

Pembeli kedua hendaknya mengetahui harga pembelian karena hal itu

adalah syarat sahnya transaksi jual beli. Jika tidak mengetahui, maka jual

beli tersebut tidak sah.22

2. Mengetahui besarnya keuntungan

Karena ia merupakan bagian dari harga (tsaman), sedangkan mengetahui

harga adalah syarat sahnya jual beli.

3. Modal hendaknya berupa komoditas yang memiliki kesamaan dan

sejenis, seperti benda-benda yang ditakar, ditimbang dan dihitung.

Syarat ini diperlukan dalam murabahah dan tauliyah, baik ketika

dilakukan dengan penjual pertama atau orang lain. Serta baik keuntungan

dari jenis harga pertama atau bukan, setelah jenis keuntungan disepakati

berupa sesuatu yang diketahui ketentuannya, misalkan dirham ataupun

yang lainnya.

4. System murabahah dalam harta ribahendaknya tidak menisbatkan riba

tersebut terhadap harga pertama.

Seperti membeli barang yang ditukar atau ditimbang dengan barang yang

sejenis dengan takaran yang sama, maka tidak boleh menjualnya dengan

system murabahah. Hal ini tidak diperbolehkan karena murabahah adalah

jual beli dengan harga pertama dengan adanya tambahan, sedangkan

22

http://zonaekis.com/search/syarat+syarat+murabahah

Page 33: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

23

tambahan terhadap harta riba hukumnya adalah riba dan bukan

keuntungan.

5. Transaksi pertama haruslah secara syara’

Jika transaksi pertama tidak sah, maka tidak boleh dilakukan jual beli

secara murabahah, karena murabahah adalah jual beli dengan harga

pertama disertai dengan tambahan keuntungan dan hak milik jual beli

yang tidak sah ditetapkan dengan nilai barang atau dengan barang yang

semisal bukan dengan harga, karena tidak benarnya penamaan.

4. Karakteristik pembiayaan murabahah

Didalam kitab Al-umm karya Imam Syafi’i, beliau menguraikan

karakteristik murabahah, diantaranya:

1. Boleh bagi pemesan/nasabah menentukan spesifikasi pesanannya.

2. Terjadi kesepakatan dalam penentuan keuntungan (margin) pada saat

perjanjian.

3. Penentuan besar kecilnya keuntungan (margin) berdasarkan kelihaian

yang diberi pesanan dalam menyediakan pesanan sesuai spesifikasi yang

diminta, kualitas pesanan dan kemampuannya memperoleh dengan harga

yang relatif murah.

4. Sistem pembayaran pemesan (cash atau cicil) jadi patokan dalam

penentuan keuntungan.

Menurut M. Syafii Antonio karakteristik murababah secara umum adalah:

Page 34: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

24

1. Bank harus memberitahukan tentang biaya atau modal yang dikeluarkan

(capital outlay) atas barang tersebut kepada nasabah.

2. Akad pertama harus sah.

3. Akad tersebut harus bebas dari riba.

4. Bank harus mengungkapkan dengan jelas dan rinci tentang ingkar

janji/wanprestasi yang terjadi setelah pembelian.

5. Bank harus mengungkapkan tentang syarat yang diminta dari harga

pembelian kepada nasabah, misalnya pembelian berdasarkan angsuran.23

Jika salah satu syarat a, b atau c tidak terpenuhi, maka pembelian harus

mempunyai pilihan untuk:

1. Melakukan pembayaran penjualan tersebut sebagaimana adanya.

2. Menghubungi penjual atas perbedaan (kekurangan) yang terjadi atau,

3. Membatalkan akad.24

B. Konsep Pembiayaan Murabahah Bermasalah

1. Pengertian Pembiayaan Murabahah Bermasalah

Berdasarkan surat edaran BI no. 31/147/KEP/DIR dan peraturan BI

no. 5/7/PBI/2003, untuk penggolongan kualitas aktiva produktif pada

bank syariah terdiri dari: Pembiayaan Lancar (L), Dalam Perhatian

Khusus (DPK), Kurang Lancar (KL) , Diragukan (D), Macet (M).

Kualitas aktiva produktif ini dinilai berdasarkan usaha, kondisi keuangan

23

M. Syafi’i Antonio, op.cit, h. 102. 24

Ibid, h. 102-103.

Page 35: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

25

dan kemampuan membayar nasabah. Dari lima kualitas pembiayaan

diatas yang digolongkan menjadi pembiayaan bermasalah/pembiayaan

murabahah bermasalah pada BMT adalah kurang lancar, diragukan dan

macet.25

Pembiayaan murabahah bermasalah adalah pembiayaan yang

mengalami kesulitan pengembalian atas pelunasan akibat adanya faktor-

faktor dari sisi nasabah ataupun dari sisi bank sendiri sehingga

menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Tujuan dari setiap pembiayaan

yang diberikan oleh bank adalah untuk menciptakan keuntungan yang

diperoleh dari pembayaran hasil keuntungan dan ongkos bank lainnya.

Pihak bank harus benar-benar meyakini fasilitas pembiayaan yang

diberikan pada nasabah dapat berjalan lancar dan aman, artinya selama

pembiayaan berjalan bank akan merasa uangnya aman kemudian

pembiayaan tersebut benar-benar dapat memberikan hasil bank, nasabah

dan masyarakat yang pada akhirnya pembiayaan tersebut akan kembali

pada masa yang telah ditentukan.

2. Faktor-faktor Pemicu Terjadi Pembiayaan yang Bermasalah

Pesatnya perkembangan perbankan syariah telah membawa

persaingan yang tajam dikalangan perbankan, tidak hanya dalam

menghimpun dana masyarakat tetapi juga dalam penyaluran dana ke

25

http://www.google.co.id/#hl=id&biw=1024&bih=383&q=faktor+pemicu+pembiayaan+bermasalah&aq=f&aqi=&aql=&oq=&gs_rfai=&fp=b63a9513633023ca

Page 36: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

26

masyarakat (pembiayaan). Persaingan yang terjadi ternyata mendorong

pula sikap dan tindakan yang sangat agresif sehingga dalam ekspansi

pembiayaan bank kurang mendasar pada prinsip-prinsip usaha yang sehat

dan keputusan-keputusan pembiayaan dilakukan secara kurang hati-hati.

Pembiayaan bermasalah jarang timbul secara mendadak, tetapi

datang secara perlahan-lahan dengan memberikan tanda-tanda

penyimpangan (signal of deviation) lebih dulu kepada bank, kecuali

terjadi suatu kecelakaan yang menimpa nasabah atau bidang usahanya.26

Faktor sebab terjadinya pembiayaan bermasalah bermasalah sama

halnya dengan sebab pada pembiayaan lainnya yang diberikan bank/BMT

kepada nasabahnya. Faktor-faktor pemicu terjadinya pembiayaan

murabahah bermasalah secara umum disebabkan sebagai berikut:

1. Ditinjau dari sisi nasabah

a. Kondisi usaha nasabah pembiayaan yang sedang menurun. Hal ini

mungkin disebabkan oleh faktor menejerial perusahaan nasabah yang

kurang baik seperti, kelemahan dalam kebijakan pembelian dan

penjualan, lemahnya pengawasan biaya dan pengeluaran, kebijakan

piutang yang kurang tepat dan permodalan yang kurang cukup.27

b. Karakter/sikap nasabah. Adanya unsur kesengajaan oleh nasabah untuk

menipu bank dengan jalan memberikan data dan informasi yang tidak

26

Moh. Tjoekam, Perkreditan Bisnis Inti Bank Komersial Konsep, Teknik dan Kasus,

Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 1999, h. 264. 27

Zainul Arifin, op-cit, cet. ke2, h. 223.

Page 37: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

27

sebenarnya. Disamping itu ada itikad yang kurang baik dari nasabah

dalam hal pembayaran kembali pinjamannya, walaupun kemungkinan

usahanya baik dan berkembang.

c. Putus Hubungan Kerja (PHK). Ini juga merupakan salah satu faktor

penyebab timbulnya pembiayaan bermasalah. Krisis moneter yang

berkepanjangan membawa dampak yang sangat luas, sehingga banyak

perusahaan yang memPHK karyawan/pegawainya dikarenakan sudah

tidak beroperasi lagi. Akibat dari PHK secara otomatis

karyawan/pegawai tidak memiliki pendapatan yang mengakibatkan

menurunnya atau tidak memiliki kemampuan untuk membayar

pembiayaan tersebut.

2. Dari sisi bank

a. Kurang tajamnya analisa. Misalnya, analisa tidak didasarkan pada data

dan proyeksi yang wajar seperti mengabaikan data kinerja operasi dan

keuangan perusahaan yang lalu.

b. Tidak terpenuhinya kelengkapan persyaratan minimal, sehingga data

kurang akurat dan kurang relevan hal ini disebabkan karena kurangnya

ferivikasi ke pihak ketiga/nasabah.

c. Lemahnya pemantauan (monitoring). Proses terakhir dalam

pembiayaan yaitu monitoring, beberapa langkah monitoring yang

harus dilakukan antara lain: memantau mutasi rekening Koran

nasabah, memantau pelunasan angsuran, melakukan kunjungan rutin

Page 38: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

28

ke lokasi usaha nasabah dan melakukan pemantauan terhadap

perkembangan usaha sejenis.28

d. Sistem dan prosedur yang menjadi acuan kurang diindahkan atau tidak

melalui prosedur yang seharusnya dan sering melakukan

penyimpangan.

e. Percaya begitu saja pada data yang disodorkan nasabah tanpa studi dan

penelitian yang komprehensif.

3. Faktor lingkungan, adalah faktor yang berada diluar jangkauan bank

dan nasabah, seperti bencana alam dan peraturan pemerintah yang

berubah.

3. Strategi Penanggulangan Pembiayaan Murabahah Bermasalah

Strategi sebagai seperangkat tujuan dan rencana tindakan yang spesifik,

yang apabila dicapai akan memberikan suatu keunggulan kompetitif yang

diharapkan.29

Pembiayaan yang diberikan oleh perbankan syariah/BMT tidak selamanya

berjalan dengan lancar, jika terjadi kegagalan atau permasalahan dalam

pengembalian dana masyarakat tersebut ke pihak bank, maka tentunya pihak

bank harus menyelamatkan dana masyarakat tersebut, karena dana tersebut

merupakan amanah yang dititipkan masyarakat kepada pihak bank. Kewajiban

untuk menjaga titipan dengan penuh amanah sangat ditekankan dalam Al-Quran:

28

Sunarto Zulkifli, op-cit, h. 154 29

Blocher. Dkk., Manajemen Biaya, Terjemahan Dra. A. Suty Ambarriani, M.Si, Jakarta:

Salemba Empat, 2000, h. 3.

Page 39: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

29

Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada

yang berhak menerimanya (QS. An-nisa/4 : 58).30

Berikut ini akan dijelaskan upaya atau strategi dalam mengatasi

pembiayaan murabahah bermasalah:

1. Melakukan pendekatan kepada nasabah pembiayaan. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui permasalahan yang sedang terjadi pada nasabah pembiayaan.

Serta memberikan alternatif solusi dalam mengatasi permasalahan nasabah

dengan mendatangi dan mendiskusikannya.

2. Collection, yaitu penagihan secara intensif. Dalam hal ini dilakukan dengan

dua cara sebagai berikut: Pertama, penagihan secara persuasive yaitu dengan

mengirimkan surat peringatan atau teguran kepada nasabah yang

bermasalah. Kedua, penagihan secara langsung yakni dengan mendatangi

langsung nasabah pembiayaan murabahah yang mengalami penunggakan.

3. Rescheduling (penjadwalan ulang), yaitu nasabah diberikan perpanjangan

waktu jatuh tempo dalam pelunasan pembiayaan yang diberikan oleh

bank/BMT.

4. Restructuring, yaitu dengan cara:

a. Menambah jumlah kredit

30 Al-Quran Surat An-nisa/4 ayat 58

Page 40: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

30

b. Menambah equity yaitu:

- Dengan menyetor uang tunai

- Tambahan dari pemilik31

5. Potongan pelunasan, artinya bank/BMT memberikan keringanan kepada

nasabah yang bermasalah berupa potongan pelunasan dalam tempo yang

telah ditentukan.

6. Penyitaan jaminan, yaitu penjualan barang-barang yang dijadikan jaminan

dalam rangka pelunasan pembiayaan. Hal ini dilakukan apabila nasabah

sudah benar-benar tidak mampu lagi untuk membayar hutangnya.

7. Hapus buku yaitu langkah terakhir yang dilakukan untuk membebaskan

nasabah dari beban hutangnya, dikarenakan nasabah sudah tidak mampu lagi

untuk mengembalikan pinjamannya dan barang yang dijadikan jaminan tidak

bisa menutupi hutangnya. Sedangkan usaha yang dijalaninya sudah tidak

bisa diharapkan lagi.32

Seperti firman Allah SWT:

Artinya: Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah

tangguh sampai dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian

31

Kasmir SE,.MM, Dasar-dasar Perbankan, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2004, edisi

1, cet. 3, h. 128-129. 32

Kasmir, Bank dan Lembaga keuangan Lainnya, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada,

2002, edisi ke6, h. 115.

Page 41: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

31

atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui

(QS. Al-Baqarah/2:280)

Apabila menurut pertimbangan bank, pembiayaan yang bermasalah

tidak mungkin terselamatkan dan menjadi lancar kembali melalui upaya-

upaya penyelamatan sehingga akhirnya pembiayaan tersebut menjadi

macet. Maka bank akan melakukan tindakan-tindakan penyelesaian atau

penagihan pembiayaan bermasalah itu merupakan upaya bank untuk

memperoleh kembali pembayaran baik dari nasabah debitur atau

penjamin atas kredit bank yang telah menjadi bermasalah atau tanpa

melikuidasi angsurannya.

Karena itu, untuk menyelesaikan pembiayaan bermasalah perlu

menggunakan pendekatan sebagai berikut:

a. Bank tidak membiarkan atau bahkan menutup-nutupi adanya

pembiayaan bermasalah.

b. Bank harus mendeteksi secara dini adanya pembiayaan bermasalah

atau diduga akan menjadi pembiayaan bermasalah.

c. Penanganan pembiayaan bermasalah atau diduga akan menjadi

pembiayaan bermasalah juga harus dilakukan secara dini dan sesegera

mungkin.

d. Bank tidak melakukan penyelesaian pembiayaan bermasalah dengan

cara menambah plafond pembiayaan atau tunggakan-tunggakan bunga

Page 42: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

32

dan mengkapitalisasi tunggakan bunga tersebut atau yang lazim

dikenal dengan praktek plafondering pembiayaan.

e. Bank tidak boleh melakukan pengecualian dalam penyelesaian

pembiayaan bermasalah. Khususnya untuk pembiayaan bermasalah

kepada pihak-pihak yang terkait dengan bank dan debitur-debitur besar

tertentu.

Bank dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah atau macet

dapat menempuh cara-cara sebagai berikut:

1. Penyerahan Pengurusan Kredit Macet kepada PUPN

Dengan UU No. 49/Prp/Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang

Negara dibentuklah PUPN yang tugasnya mengurus piutang Negara

yang oleh pemerintah atau badan-badan yang secara langsung atau

tidak langsung dikuasai oleh Negara berdasarkan suatu peraturan,

perjanjian, atau sebab lainnya telah diserahkan pengurusannya

kepadanya. Piutang yang diserahkan itu ialah piutang yang adanya dan

besarnya telah pasti menurut hokum, akan tetapi yang menanggung

utangnya (penjamin) tidak melunasi sebagaimana mestinya.

2. Proses Gugatan Perdata

Sejalan dengan klausula yang biasa tercantum dalam setiap perjanjian

kredit antara bank dan nasabahnya, maka dalam hal nasabah sebagai

debitor tidak dapat memenuhi kewajibannya untuk melunasi kredit,

bank dapat mengajukan gugatan perdata kepada pengadilan. Apabila

Page 43: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

33

debitur tetap tidak melunasi kredit, maka atas dasar perintah ketua

pengadilan negeri tersebut dilakukan penyitaan harta kekayaan debitor

untuk kemudian dilelang.

3. Penyelesaian Melalui Badan Arbitrase (perwasitan)

Dalam penyelesaian kredit kadang dicantumkan pula klausula yang

menyebutkan bahwa apabila timbul sengketa sebagai akibat dari

perjanjian kredit, maka penyelesaiannya melalui arbitrase dan

keputusan arbitrase merupakan keputusan final. Adapun manfaat

penyelesaian sengketa melalui arbitrase ini keputusannya lebih cepat

diperoleh bila dibandingkan melalui pengadilan yang sifat

penyelesaiannya tertutup dan dapat menjaga nama baik para pihak.

4. Penagihan Oleh Penagih Utang (Debt Collector) swasta.

Pemanfaatan debt collector dalam menagih kredit macet bank ini

ternyata jauh lebih efektif dibandingkan dengan cara menyerahkannya

kepada PUPN atau melalui proses gugatan perdata. Sebab penelitian

menunjukan kurang lebih 75% bank-bank swasta menggunakan dept

collector untuk menagih kredit mereka yang macet. Hal ini disebabkan

antara lain:

a. Karena tidak bekerjanya sarana-sarana hukum dan hokum

dianggap tidak efisien dan efektif.

b. Bertele-telenya proses penegakan hukum menimbulkan

kekecewaan masyarakat.

Page 44: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

34

c. Pengadilan tidak bisa memberikan jaminan kepastian hukum dan

berjalan singkat.

d. Dept collector dianggap lebih mampu bekerja dalam waktu

relative singkat dan tingkat keberhasilannya mencapai 90 %.

Dalam melakukan kredit macet tidak jarang dept collector memeras,

mengintimidasi atau mengancam pihak penanggung hutang. Hal tersebut

berlawanan dengan hukum dan dapat menurunkan kredibilitas yang

bersangkutan. Oleh karena itu, sudah sewajarnya dept collector bertindak

secara professional dalam menagih utang kredit macet dengan cara yang

etis dan tidak berlawanan dengan hukum.33

33

Usman S.H Rachmadi, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta, PT

Gramedia Pustaka Utama, 2003, hal. 296 – 303.

Page 45: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

35

BAB III

GAMBARAN UMUM BMT TA’AWUN

A. Sejarah Berdirinya BMT Ta’awun

BMT adalah kependekan kata Balai Usaha Mandiri Terpadu atau

Baitul Mal wat Tamwil, yaitu Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang

beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip Syariah. BMT sesuai namanya terdiri

dari dua fungsi utama, yaitu:

a. Baitul tamwil (rumah pengembangan harta), melakukan kegiatan

pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan

kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil dengan antara lain

mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan

ekonomi.

b. Baitul maal (rumah harta), menerima titipan dana zakat, infak dan sedekah

serta mengoptimalkan distribusikannya sesuai dengan peraturan dan

amanahnya.34

BMT (Baitul Maal wat Tamwil) adalah lembaga keuangan mikro

syari’ah yang ditumbuhkan oleh prakarsa dan dengan modal awal dari tokoh-

34

Andri Soemitra MA, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, 2009, Jakarta: kencana.

Cet1. h. 447.

Page 46: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

36

tokoh masyarakat setempat sebagai landasan sistem ekonomi yang salaam:

keselamatan, keadilan, dan kesejahteraan.35

Kehadiran BMT Ta’awun sebagai Lembaga keuangan Syari’ah yang

berlokasi di Jl. Amsar No. 4 Cipulir Kebayoran Lama Jakarta Selatan. BMT

Ta’awun beroperasi pada bulan Mei 2004 yang dimotori oleh AMK ( Anak

Muda Kreatif ) Cipulir. Adapun para pendiri dan pengagas serta pengurus

berdirinya BMT Ta’awun adalah dari unsur pemuda Cipulir yaitu Saifuddin

SHI, Fajaruddin Malik, Subandikot Amd, Syahruddin S.Kom, Abdul Kodir

SHI dan Danang. Sedangkan dari unsur pengawas BMT Ta’awun yaitu Ir.

Moch. Agus Tiono, Hilwin Manan, Ir. Edi Supriyanto, Abdul Khoir,

Masyhuri Husein S.Ag, dan Drs. Syafei dengan mendapat dukungan warga Jl.

H.Amsar Cipulir.

Pada awal operasinya BMT Ta’awun (Mei 2004) hanya memiliki

modal sebesar Rp.100.000.000,- yang merupakan dana sosial pribadi dari

beberapa investor kita.

Pada saat itu BMT Ta’awun belum memiliki badan hukum yang resmi

hanya berbentuk swadaya masyarakat yang ingin membantu masyarakat

miskin agar dapat lebih produktif dalam berusaha dan ingin memperkenalkan

sistem penghimpunan dan penyaluran pembiayaan pola syariah. Perjalanan

BMT Ta’awun baru diresmikan pada tanggal 21 Juli 2005 dengan legal SIUP

35

M. Amin Aziz, Pedoman Pendiri BMT (Baitul Maal wat Tamwil), Jakarta: Pinbuk Press,

2004, cet. ke1. h. 1.

Page 47: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

37

No.01696/1.824.51, SK MENKOP dan UKM No. 0254/BH/-1.82/VII/2005,

AKTA NOTARIS ARNASYAA PATTINAMA SH No.6 di Jakarta.36

BMT Ta’awun telah beroperasi selama 6 tahun ini telah memberikan

banyak harapan bagi rakyat kecil untuk mengembangkan dan meningkatkan

usaha kearah yang lebih baik. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa masih

banyak masyarakat yang belum mengetahui lembaga BMT ini, begitu pula

kehadiran lembaga ini tidak akan berfungsi secara optimal bila tidak didukung

oleh semua pihak.

B. Prinsip-prinsip BMT Ta’awun

1. Ahsan (mutu hasil kerja terbaik), thayibban (terindah) ahsanu’amala

(memuaskan semua pihak), dan sesuai dengan nilai-nilai salam:

keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan.

2. Barokah, artinya berdayaguna, berhasil guna, adanya penguatan jaringan,

transparan (keterbukaan), dan bertanggung jawab sepenuhnya kepada

masyarakat.

3. Spiritual communication (penguatan nilai ruhiyah).

4. Demokratis, partisipatif, dan inklusif.

5. Keadilan sosial dan kesetaraan jender, non-diskriminatif.

6. Ramah lingkungan.

36

Company Profile BMT Ta’awun

Page 48: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

38

7. Peka dan bijak terhadap pengetahuan dan budaya lokal, serta

keanekaragaman budaya.

8. Keberlanjutan, memberdayakan masyarakat dengan meningkatkan kemampuan

diri dan lembaga masyarakat lokal.

C. Visi dan Misi BMT Ta’awun

Dalam menjalankan usahanya BMT Ta’awun memiliki visi dan misi,

agar kegiatan operasionalnya memiliki tujuan dan dalam perjalanan usahanya

tidak melenceng atau tidak keluar dari visi dan misi yang telah dibuat oleh

BMT Ta’awun pada saat pendiriannya.

1. Visi BMT

a. Membangun perekonomian umat dengan pembinaan usaha mikro dan

pemberdayaan dhu’afa produktif secara amanah dan professional.

b. Meningkatkan profesionalisme dalam pengelolaan zakat.

c. Serta meningkatkan kesadaran berzakat bagi para Muzakki dan

membangun kemandirian para Mustahiq.

2. Misi BMT

a. Membangun Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah yang profesional dan

amanah.

b. Melayani dan membina masyarakat mikro dengan produk-produk

perbankan syari’ah dalam pengembangan usaha.

c. Mengelolah zakat, infaq dan shodaqoh masyarakat secara profesional

dan amanah.

Page 49: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

39

d. Melakukan pemberdayaan dan pembinaan terhadap mustahik untuk

menjadi muzaki.

D. Tujuan berdirinya BMT

Tujuan berdirinya BMT adalah guna meningkatkan kualitas usaha

ekonomi bagi kesejahteraan anggota, yang merupakan jamaah masjid lokasi

BMT berada pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Selanjutnya,

dalam rangka meningkatkan ekonomi umat sebagai bagian dari pembangunan

ekonomi kerakyatan, maka sudah seharusnya memanfaatkan dan

memberdayakan Koperasi dan BMT sebagai lembaga yang menghimpun

masyarakat ekonomi lemah dengan mengembangkan iklim usaha dalam

lingkungan sosial ekonomi yang sehat dan menggandeng lembaga-lembaga

pemerintahan daerah, organisasi kemasyarakatan, dunia usaha, dan Lembaga

Perbankan Syariah , yang sedang berkembang saat ini di Indonesia, dalam

sebuah bentuk kemitraan berupa pembinaan manajerial koperasi, bantuan

pengembangan perangkat dan sistem keuangan mikro, serta kerjasama

pendanaan dan pembiayaan.37

Adapun tujuan BMT Ta’awun yaitu:

1. Melepaskan ketergantungan pada rentenir.

2. Motor penggerak ekonomi.

3. Tombak ekonomi syariah.

4. Penghubung kaya dan miskin.

37

http://www.mail-archive.com/[email protected]

Page 50: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

40

5. Sarana pendidikan informal untuk hidup barakah.38

E. Produk-produk BMT Ta’awun

1. Produk-produk pengumpulan dana BMT Ta’awun

a. Produk pengumpulan dana dari kegiatan Baitul Maal

1) Zakat

2) Infak

3) Shadaqah

b. Produk Pengumpulan dana dari kegiatan Baitul Tamwil

1) Simpanan Ta’awun

Adalah satu jenis produk simpanan yang bersifat umum, dapat

diambil kapan saja dan dapat digunakan untuk apa saja dengan

setoran awal sebesar Rp. 10.000 dan untuk selanjutnya minimal

setoran Rp. 2.000 setiap kali setor.

2) Simpanan Pendidikan

Adalah jenis produk simpanan yang biasa digunakan untuk

kebutuhan persiapan pendidikan dan proses pengambilan sesuai

dengan masa-masa pendidikan yaitu persemester yang tepatnya

pada bulan Juli dan Desember. Dengan setoran awal minimal Rp.

10.000 dan selanjutnya setiap setoran Rp. 2.000.

3) Simpanan Idul Fitri

38

Company Profile BMT Ta’awun

Page 51: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

41

Adalah produk simpanan yang digunakan untuk kebutuhan

menjelang Idul Fitri dan proses pengambilannya hanya bisa

dilakukan 1 bulan sebelum hari raya Idul Fitri. Dengan minimal

setoran awal Rp. 10.000 dan selanjutnya minimal Rp. 2.000 untuk

setiap kali setor.

4) Simpanan Idul Qurban

Adalah simpanan yang memang dipersiapkan untuk mereka yang

berniat menjadi seorang Mudhahi (pengkurban) pada saat hari raya

Idul Adha. Yang dananya nanti untuk membeli hewan kurban dan

dapat diambil 1 bulan sebelum hari raya Idul Adha.

5) Simpanan Deposito

Simpanan berjangka yang sistem pengambilannya hanya pada

jangka tertentu yaitu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 1 tahun.

Simpanan ini pun juga dapat di Rool Over (perpanjang) waktunya

sesuai keinginan anggota.

2. Produk-produk penyaluran dana BMT Ta’awun

a. Produk-produk penyaluran dana dari kegiatan Baitul Maal

1) Pemberdayaan Zakat

a. Santunan

b. Beasiswa Pendidikan

c. Qord Hasan

d. Amilin

Page 52: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

42

e. Muqayyadah

2) Pemberdayaan Infaq

a. Kesehatan

b. Kemanusiaan

c. Muqayyadah

d. Penyaluran dana dari kegiatan Baitul Tamwil

3) Produk pembiayaan

a. Pembiayaan Murabahah

Secara teknis yaitu harga jualnya terdiri dari harga pokok

barang (pembiayaan) di tambah keuntungan (margin) yang

disepakati, sementara pembayaran bisa dilakukan dengan tunai,

tangguh, ataupun jenis produk pembiayaan dengan sistem jual

beli dicicil.

b. Pembiayaan Musyarakah

Kerjasama antara dua belah pihak atau lebih untuk melakukan

suatu usaha tertentu yang halal dan produktif dengan

pembagian nisbah (bagi hasil) sesuai kesepakatan dan risiko

usaha ditanggung sesuai porsi kerjasama.

c. Pembiayaan Mudharabah

Kerjasama antara pemilik tenaga (pekerja). Dalam hal ini BMT

100% memberikan permodalan kepada pengusaha yang sudah

Page 53: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

43

memiliki skill dan tenaga kerja tetapi belum memiliki modal

sama sekali, dengan bagi hasil sesuai kesepakatan.

d. Pembiayaan Ijarah

Pembiayaan dengan pemindahan hak guna atau manfaat atas

barang atau jasa, dengan memberikan upah sewa tanpa diikuti

pemindahan hak kepemilikan barang atau jasa.

e. Pembiayaan Qordh

Pemberian kepada anggota yang dapat ditagih atau diminta

kembali dengan tanpa minta imbalan atau kelebihan dari poko

pinjaman, pinjaman ini hanya diberikan kepada para dhu’afa

atau mustahik zakat.39

F. Stuktur Organisasi BMT Ta’awun

Dalam melaksanakan tugas-tugasnya, BMT Ta’awun Cipulir mempunyai

struktur organisasi dengan fungsi masing-masing. Adapun tugas dan tanggung

jawabnya sebagai berikut:

1. General Manager (GM)

a. Fungsi utama jabatan

Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan seluruh

aktivitas lembaga yang meliputi penghimpunan dana serta penyaluran

dana yang merupakan kegiatan utama lembaga serta kegiatan-kegiatan

39

Company Profile BMT Ta’awun

Page 54: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

44

yang secara langsung berhubungan dengan aktivitas utama tersebut

dalam upaya mencapai target.

b. Tugas pokok

1) Bertanggung jawab atas aktivitas BMT dan melaporkan

perkembangan unit BMT kepada Dewan Pengurus.

2) Bertanggung jawab dan mensosialisasikan perkembangan BMT

kepada seluruh pengelola melalui mekanisme rapat yang

disepakati.

2. Manager Keuangan/Operasional

a. Fungsi utama jabatan

Merencanakan, mengarahkan, mengontrol serta mengevaluasi seluruh

aktivitas keuangan baik yang berhubungan dengan pihak internal

maupun eksternal yang dapat meningkatkan asset BMT serta

pelayanan terhadap mitra maupun anggotan BMT.

b. Tugas pokok

1) Terbitnya laporan keuangan, penghimpunan dana masyarakat

secara lengkap, akuran dan sah baik harian, bulanan ataupun sesuai

dengan periode yang dibutuhkan.

2) Menjaga kelangsungan dana baik di kas maupun di bank dengan

beramsumsi dari rasio keuangan yang telah disepakati.

3) Terselenggaranya seluruh aktivitas rumah tangga BMT yang

mendukung aktivitas anggaran rumah tangga.

Page 55: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

45

3. Manager Pembiayaan/Marketing

a. Fungsi utama jabatan

Mengarahkan, mengembangkan serta mengevaluasi target lending dan

funding serta memastikan strategi yang digunakan sudah tepat dalam

upaya mencapai sasaran termasuk dalam menyelesaikan pembiayaan

bermasalah (NPF) dan mengontrol penerimaan dan penyaluran dana

ZIS.

b. Tugas pokok

1) Tercapainya target kabag pembiayaan dan A/O baik funding

maupun lending serta penanganan NPF.

2) Melakukan penilaian terhadap potensi pasar dan pengembangan

pasar.

3) Menilai dan mengevaluasi kinerja kabag pembiayaan dan A/O.

4. Kabag Pembiayaan

a. Fungsi utama jabatan

Menjalankan program kerja yang diberikan Manager

Pembiayaan/marketing untuk mengarahkan strategi yang digunakan

sudah tepat dalam upaya mencapai sasaran termasuk dalam

menyelesaikan pembiayaan bermasalah (NPF).

b. Tugas pokok

1) Tercapainya target A/O baik funding maupun lending serta

penanganan NPF (remedial).

Page 56: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

46

2) Menilai dan mengevaluasi kinerja bagian A/O.

3) Melaporkan hasil kinerja pembiayaan baik dari segi pencapaian

maupun penanganan pembiayaan bermasalah kepada Manager

Pembiayaan/Marketing.

5. Kabag Baitul Maal

a. Fungsi utama

Membuat program kerja dan melaksanakan untuk mengontrol

penerimaan dan penyaluran dana ZIS serta melaksanakan kegiatan

social.

b. Tugas pokok

1) Tercapainya target penerimaan ZIS yang maksimal.

2) Mencari staff untuk menjalankan program Baitul maal.

3) Menjalankan program yang masih relevan dan baik.

4) Melaporkan hasil kinerja Baitul Maal baik dari segi penerimaan

ZIS dan pemberdayaan kepada Manager Pembiayaan/marketing.

6. Teller

a. Fungsi utama jabatan

Melaksanakan segala sesuatu transaksi yang sifatnya tunai baik

transaksi simpanan, transaksi pembiayaan di Pusat maupun A/O serta

membuat laporan harian.

b. Tugas pokok

1) Terselesaikannya laporan kas harian.

Page 57: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

47

2) Terjaganya keamanan kas kecil (dana pada teller).

3) Terselesaikannya pengimputan dana kolekan anggota A/O dan

Pusat serta bagi hasil pada buku tabungan anggota pusat.

7. Sekertaris Umum

a. Fungsi utama jabatan

Mengelola administrasi keuangan dan pembiayaan serta GM dan

memberikan pelayanan prima sehubungan dengan produk funding

(penghimpunan dana).

b. Tugas pokok

1) Pelayanan terhadap pembukaan dan penutupan rekening tebungan

dan siberkah mudharabah serta pembiayaan anggota.

2) Pembuatan laporan pembiayaan.

3) Pengarsipan form tabungan dan siberkah mudharabah serta

pembiayaan.

8. Account Officer (A/O)

a. Fungsi utama jabatan

Melayani pengajuan pembiayaan, melakukan analisis kelayakan awal

dan memberikan rekomendasi atas pengajuan pembiayaan di setiap

pangsa pasarnya serta menerapkan strategi dan pola-pola dalam rangka

penghimpunan dana masyarakat terutama dipasar binaannya.

b. Tugas pokok

1) Tersosialisasikan produk-produk funding maupun lending BMT.

Page 58: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

48

2) Memastikan target funding dan lending pasar binaan dapat

tercapai.

3) Memastikan analisis awal pembiayaan telah dilakukan dengan

tepat dan lengkap sesuai dengan kebutuhan dalam rapat komite.

4) Melakukan penanganan pembiayaan bermasalah atau angsuran

pembiayaan yang dijemput ke lokasi pasar binaannya.

9. Ketua Badan Pengurus

a. Fungsi utama jabatan

Melakukan control/pengawasan secara keseluruhan atas aktivitas

lembaga dalam rangka menjaga kekayaan BMT dan memberikan

arahan dalam upaya lebih mengembangkan dan meningkatkan kualitas

BMT.

b. Tugas pokok

1) Bertanggung jawab atas aktivitas BMT dan melaporkan

perkembangan unit BMT kepada seluruh anggota mekanisme rapat

yang disepakati.

2) Terseleksinya calon karyawan sesuai dengan formasi yang

dibutuhkan dan mengeluarkan Surat Keputusan

Pengangkatan/Pemberhentian Karyawan.

3) Terbukanya hubungan kerjasama dengan pihak-pihak luar dalam

rangka mengembangkan usaha BMT.

Page 59: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

49

4) Menjaga BMT agar dalam aktivitasnya senantiasa sesuai dengan

visi dan misinya.

10. Sekretaris Badan Pengurus

a. Fungsi utama jabatan

Melakukan pengelolaan pengadministrasian segala sesuatu yang

berkaitan dengan Aktivitas Badan Pengurus.

b. Tugas pokok

1) Mengadministrasikan seluruh berkas yang menyangkut

keanggotaan BMT.

2) Mengatur semua surat-surat masuk dan keluar, khususnya yang

berkaitan dengan Badan Pengurus.

3) Merencanakan rapat rutin koordinasi dan evaluasi kegiatan Badan

Pengurus.

4) Mendistribusikan setiap hasil rapat Pengurus/Anggota kepada

pihak-pihak yang berkepentingan.

11. Bendahara Badan Pengurus

a. Fungsi utama jabatan

Melakukan pengelolaan keuangan BMT secara keseluruhan sesuatu

yang berkaitan dengan aktivitas Pengurus.

b. Tugas pokok

1) Melaporkan laporan keuangan BMT kepada pihak yang

berkepentingan.

Page 60: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

50

2) Memberikan laporan perkembangan simpanan wajib dan simpanan

pokok anggota.40

40

SOP (Standar Operasional Prosedur) BMT Ta’awun

Page 61: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

51

Gambar 3.1

STRUKTUR ORGANISASI BMT TA’AWUN

Periode 2008 - 2010

NB: : Garis Komando/Perintah

: Garis Kordinasi

Sumber : Company Profile BMT Ta’awun

BAB IV

RAT

Anggota

PENGURUS

Ir. Hilwin Manan

Ir. Edy Supriyanto

Abdul Hoir

DEWAN PENGAWAS MANAGEMENT

Ir. Mochamad Agustiono MM

Ir. Hariyanti Soeroso

DEWAN PENGAWAS SYARIAH

Ir. Deni Hadiana

Ust. H. Mashyuri Husein S.Ag

GM BMT TA’AWUN

Subandikot Amd MANAGER MARKETING /

PEMBIAYAAN

Abdul Kodir SHI

MANAGER OPERASIONAL /

KEUANGAN

Syahruddin S.Kom

KABAG BAITUL MAAL

Irfan Abdulloh

KABAG PEMBIAYAAN

Kamaluddin Nazuli

SEKUM

Dian Amrulloh

TELLER

OB

Slamet A. A/O

Aris S.Sos

A/O

Irwansyah S.Pd

A/O

Iim iman N.

A/O

Agung K.

A/O

Aris S.Sos

Page 62: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

52

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Peta Pembiayaan Murabahah Bermasalah di BMT Ta’awun

Kiprah BMT Ta’awun selama ini lebih banyak terjun ke pasar, sasarannya

adalah pasar-pasar yang ada diwilayah Jakarta. Saat ini hingga tahun 2010 BMT

Ta’awun memiliki mitra pasar binaan sebanyak 20 wilayah dengan total jumlah

anggota 2558 nasabah, diantaranya pasar pusat 625, pasar cidodol 280, pasar

ulujami 212, pasar buncit 46, home industri cipulir 212, pasar Bangka 95, pasar

blok A 104, pasar pondok labu 11, pasar becek 30, pasar bintaro 115, pasar pos

pengumben 286, pasar palmerah 135, pasar pisang 116, pasar meruya 249, pasar

aries 31, pasar kopro tomang 23, pasar cipadu 35, pasar saraswati ciledug 13,

pasar Borobudur 7, pasar bintaro sektor II 21.41

Dengan jumlah anggota yang sekian banyak, BMT Ta’awun harus lebih

berhati-hati dalam memberikan pembiayaan murabahah. Maka, dituntut adanya

strategi penanggulangan pembiayaan murabahah yang terarah agar dapat

meminimalisir terjadinya pembiayaan murabahah bermasalah.

Peta pembiayaan murabahah bermasalah di BMT Ta’awun melihat dari

titik kritis mana pembiayaan yang akan menyebabkan masalah. Beberapa titik

kritis sektor usaha yang dibiayai oleh BMT ta’awun yaitu:

41

Company Profile BMT Ta’awun, Powerpoint, Slide 7.

Page 63: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

53

Pedagang sayur, titik kritisnya yaitu musim panen, faktor cuaca, sifat

barang yang tidak tahan lama dan alokasi.

Pedagang kaki lima, titik kritisnya yaitu aspek legal (status tempat),

tempat tinggal dan alokasi.

Pedagang buah, titik kritisnya yaitu musim panen, barang mudah

rusak.

Pedagang keliling, titik kritisnya yaitu tempat mangkal, alokasi.

Home industry, titk kritisnya yaitu produksi, manajemen, pemasaran.

Dalam menyalurkan pembiayaan, BMT Ta’awun memiliki prosedur

pembiayaan yang harus dilakukan oleh anggota dan BMT agar pembiayaan yang

akan disalurkan tepat sasaran, secara umum prosedur pembiayaan pada BMT

Ta’awun yaitu:

Page 64: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

54

Gambar 4.1

PROSES PEMBIAYAAN DI BMT TA’AWUN

PERMOHONAN PEMBI-AYAAN

(WAWANCARA)

ON THE SPOT

(KUNJUNGAN LAPANGAN)

ANALISA PEMBIAYAAN (MEMBUAT MAP)

RAPAT KOMITE

NEGOSIASI DENGAN MITRA

PENCAIRAN / PENGIKATAN AQAD

MONITORING

LUNAS

TAHAP

1

2

3

4

5

6

7

8

T

O

L

A

K

P

E

R

M

O

H

O

N

A

N

P

E

M

B

I

A

Y

A

A

N

Page 65: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

55

Tabel 4.1

SISTEM DAN PROSEDUR PEMBIAYAAN DI BMT TA’AWUN

No Tahapan Petugas Alat Hasil yang didapat

1 Pengajuan Jasa

mitra/AO

APP, KTP, KK Identitas, tujuan

pengajuan, lokasi,

jangka waktu

angsuran, besar

plafond, referensi

2 Wawancara AO

(Account

Officer)

APP, KTP, form

wawancara

Kondisi usaha,

informasi lebih

rinci tentang

keluarga,

choleteral,

penilaian karakter

langsung

3 On the spot AO

(Account

Officer)

Form kunjungan

lapangan

Cross check

kondisi usaha

(internal dan

eksternal), keadaan

lingkungan

usaha/tempat

tinggal, hub.

Keluarga, hub.

sosial, investigasi

awal jaminan

4 Analisis

pembiayaan

AO

(Account

Officer)

MAP

(memorandum

Analisis

Pembiayaan)

Analisa hubungan

antar data, usulan

plafond bila

diterima

5 Rapat komite Ketua rapat,

notulen, AO

pengaju, AO

penguji

Notulensi rapat,

komite, MAP,

APP, dan berkas

pendukung

Keputusan tentang

diterima/tidaknya

permohonan

pembiayaan.

Keputusan tentang

skim pembiayaan;

plafond, jk.waktu,

aqad, besar

angsuran, pola

angsuran,

Page 66: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

56

cholateral, profit

yang disepakati

BMT

6 Pemberitahuan

Hasil keputusan

Rapat Komite

AO

(Account

Officer)

APP,MAP, form

kunjungan

Lapangan

Menyampaikan

hasil keputusan

rapat komite

kepada mitra dan

mendengar

tanggapannya

7 Rapat komite ulang

(pasif)

AO, ketua

rapat

komite,

notulen

notulasi rapat

yang lalu

memusyawarahkan

kembali hasil

dialog dengan mitra

8 Dropping/pencairan Admp,

manajer,

Teller

aqad, slip

persetujuan

pengeluaran dana,

slip penarikan,

kartu angsuran

dan berkas

pendukung

pembacaan dan

pemahaman aqad

kepada mitra

9 Monitoring AO

(Account

Officer)

form kunlap,

kartu pengawasan

realisasi

pembiayaan(alokasi dana), usaha,

angsuran

Page 67: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

57

Tabel 4.1

Perkembangan Non Performing Financing (NPF) Pembiayaan

BMT Ta’awun Cipulir

Tahun 200742

No TINGKAT

KOLEKTIBILITAS

JUMLAH

DEBITUR

OUTSTANDING

PEMBIAYAAN

PORSI

(%)

A LANCAR 248 Rp. 844.909.961 89 %

B DIPERHATIKAN 37 Rp. 11.810.777 1.25 %

C KURANG LANCAR 62 Rp. 17.404.787 1.85 %

D DIRAGUKAN 35 Rp. 6.147.670 0.67 %

E MACET 64 Rp. 68.482.105 7.25 %

TOTAL 446 Rp. 948.755.300 100 %

Pembiayaan lancar = Rp. 844.909.961

Outstanding = Pembiayaan lancar + Total NPF

= Rp. 844.909.961 + Rp. 103.845.339

= Rp. 948.755.300

Non Performing Financing (NPF) 2007 =Total NPF x 100

Outstanding

=Rp .103.845.339 x 100

Rp .948.775.300

= 10,95 %

42

Laporan Rapat Anggota Tahunan BMT Ta’awun Periode 2007

Page 68: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

58

Pada tahun 2007 total Non Performing Financing (NPF) pada BMT Ta’awun

yaitu sebesar Rp. 103.845.339 atau 10.95% dengan jumlah debitur sebanyak 446

orang. Hal tersebut disebabkan dengan kenaikan harga BBM yang memicu pada

penurunan omzet penjualan para anggota serta mahalnya barang-barang kebutuhan

penjualan dan penurunan jumlah konsumen. Maka pembayaran pembiayaan

mengalami penurunan kemampuan pembayaran.

Tabel 4.2

Perkembangan Non Performing Financing (NPF) Pembiayaan

BMT Ta’awun Cipulir

Tahun 200843

No TINGKAT

KOLEKTIBILITAS

JUMLAH

DEBITUR

OUTSTANDING

PEMBIAYAAN

PORSI

(%)

A LANCAR 543 Rp. 2.704.338.026 96.06 %

B DIPERHATIKAN 64 Rp. 26.854.295 0.95 %

C KURANG LANCAR 52 Rp. 36.471.839 1.29 %

D DIRAGUKAN 25 Rp. 24.061.645 0.85 %

E MACET 49 Rp. 24.122.372 0.85 %

TOTAL 733 Rp. 2.815.848.177 100 %

Pembiayaan lancar = Rp. 2.704.338.026

Outstanding = Pembiayaan lancar + Total NPF

43

Laporan Rapat Anggota Tahunan BMT Ta’awun Periode 2008

Page 69: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

59

= Rp. 2.704.338.026 + Rp. 111.510.115

= Rp. 2.815.848.177

Non Performing Financing (NPF) 2007 =Total NPF x 100

Outstanding

=Rp .111.510.115 x 100

Rp .2.815.848.177

= 3.94 %

Pada tahun 2008 NPF pada BMT Ta’awun mengalami penurunan sebesar

7.01% menjadi 3.94% dengan jumlah pembiayaan yang macet sebesar Rp.

24.122.372 atau 0.85%. Di tahun 2008 ini, jumlah debitur BMT Ta’awun mengalami

peningkatan sebanyak 287 orang menjadi 733 orang. Pada persentase tersebut BMT

Ta’awun mengalami kemajuan dari tahun 2007 dengan NPF sebesar 10.95%. NPF

3.94% bukanlah jumlah yang sudah membaik, melainkan harus lebih diturunkan

kembali. Adapun penyebabnya adalah BMT Ta’awun melempar dana pembiayaannya

ke pedagang seperti bengkel, toko ATK, home industri seperti konveksi. Ternyata ada

sebagian usaha-usaha tersebut kurang efektif yang disebabkan oleh pembeli yang sepi

karena faktor musim.

Tabel 4.3

Perkembangan Non Performing Financing (NPF) Pembiayaan

BMT Ta’awun Cipulir

Tahun 200944

44

Laporan Rapat Anggota Tahunan BMT Ta’awun Periode 2009

Page 70: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

60

No TINGKAT

KOLEKTIBILITAS

JUMLAH

DEBITUR

OUTSTANDING

PEMBIAYAAN

PORSI

(%)

A LANCAR 873 Rp. 2.099.568.800 97 %

B DIPERHATIKAN 66 Rp. 9.939.914 0.45 %

C KURANG LANCAR 34 Rp. 12.843.131 0.59 %

D DIRAGUKAN 18 Rp. 14.364.898 0.66 %

E MACET 72 Rp. 28.175.860 1.3 %

TOTAL 1.063 Rp. 2.164.892.603 100 %

Pembiayaan lancar = Rp. 2.099.568.800

Outstanding = Pembiayaan lancar + Total NPF

= Rp. 2.099.568.800 + Rp. 65.323.803

= Rp. 2.164.892.603

Non Performing Financing (NPF) 2007 =Total NPF x 100

Outstanding

=Rp .65.323.803 x 100

Rp .2.164.892.603

= 3 %

Pada tahun 2009 NPF mengalami penurunan kembali sebesar 0.94% yaitu

menjadi 3% dengan jumlah pembiayaan macet sebesar 1.3%. Hasil tersebut sangat

membanggakan kinerja BMT Ta’awun dalam meminimalisir pembiayaan

bermasalah. Ditahun ini pun jumlah debitur semakin bertambah sebanyak 330 orang

menjadi 1063 orang. Hal tersebut disebabkan banyaknya orang yang membutuhkan

Page 71: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

61

modal untuk membuka usaha baru. Namun pada persentase tersebut, dimana BMT

Ta’awun mengalami kemajuan dari tahun 2007 bukanlah jumlah yang sudah baik,

melainkan harus lebih diturunkan lagi demi kelancaran kegiatan pembiayaan pada

BMT Ta’awun. Faktor yang menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah pada

tahun 2009 yaitu banyaknya persaingan antar pedagang sehingga keuntungan yang

didapat pedagang lebih sedikit guna menarik pembeli. Oleh karena itu, pembayaran

pembiayaan mengalami penurunan kemampuan membayar yang diakibatkan kecilnya

pendapatan si debitur.

B. Faktor penyebab timbulnya pembiayaan bermasalah di BMT Ta’awun

Sebagaimana diketahui bahwa dalam setiap pemberian pembiayaan

diperlukan adanya pertimbangan serta kehati-hatian agar kepercayaan yang

merupakan unsur utama dalam pembiayaan benar-benar terwujud sehingga

pembiayaan yang diberikan dapat mengenai sasarannya dan terjaminnya

pengembalian pembiayaan tersebut tepat waktunya sesuai dengan akad

perjanjian.

Tidak kembalinya pembiayaan yang diberikan oleh suatu BMT berarti

secara langsung mengancam kelangsungan hidup bagi BMT itu sendiri. Hal

tersebut karena penghasilan bank yang utama adalah dari bagi hasil dan margin

(keuntungan dari jual beli) yang dikenakan terhadap pembiayaan yang

diberikannya. Jangan dilupakan bahwa dana pembiayaan yang diberikan tersebut

sebagian berasal dari simpanan masyarakat baik yang berbentuk giro, tabungan

Page 72: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

62

maupun deposito sebagai nasabah bank yang tertarik menyimpannya karena

antara lain diberikan bagi hasil, yang bagi bank sendiri merupakan biaya.

Pembiayaan yang disalurkan oleh BMT Ta’awun baik yang digunakan

untuk modal kerja maupun untuk kebutuhan mendesak ada kalanya terjadi

hambatan pengembalian oleh para nasabah sehingga menimbulkan pembiayaan

bermasalah.

Menurut General Manajer ada beberapa faktor yang dapat menjadi

penyebab timbulnya pembiayaan bermasalah pada BMT Ta’awun, diantaranya

adalah:

1. Faktor intern:

a. Petugas

Dalam hal ini factor yang dapat disebabkan oleh karakter dan kemampuan

petugas (Account Officer) dalam menganalisa calon nasabah kurang baik

atau cermat, dikarenakan kedekatan dengan nasabah atau juga ketidak

mampuan account officer menganalisis secara baik karakter usaha dan

karakter nasabah. Sehingga, analisa yang disajikan tidak akurat.

b. Sistem

Dalam hal ini, sistem dan prosedur penyaluran pembiayaan yang ada

kalanya dilanggar sehingga memotong jalur prosedur yang telah dibuat.

Faktor system juga berkaitan dengan monitoring yang kurang intensif dari

Page 73: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

63

account officer, sehingga pembiayaan yang kurang lancar tidak terdeteksi

sejak dini45

.

Dalam hal ini manajemen BMT Ta’awun sangat menekankan kepada para

petugas untuk mengantisipasi adanya pembiayaan bermasalah, dengan

melakukan training setiap bulannya agar dapat lebih akurat dalam menganalisa

pembiayaan.

Selain itu, BMT Ta’awun menekankan pada petugas untuk tidak menerima

imbalan apapun dari nasabah yang dapat menciptakan kedekatan hubungan

antara petugas dan nasabah sehingga nasabah merasa tidak ada tekanan dalam

membayar angsuran.

2. Faktor ekstern

a. Kondisi usaha nasabah pembiayaan yang sedang menurun

b. Adanya I’tikad yang kurang baik dari nasabah dalam hal pembayaran

kembali pinjamannya walaupun kemungkinan usahanya baik dan

berkembang, sehingga kewajiban diabaikan.

c. Nasabah kurang mampu mengelola usahanya. Pada saat mengajukan

pembiayaan calon nasabah selalu optimis akan kemajuan usahanya dan

selalu menjelaskan prospek usahanya, tetapi setelah dana itu direalisasikan

yang terjadi adalah ketidak sesuaian antara kerja yang diberikan dengan

45

Irwansyah, S.Pdl, Senior Account Officer, Wawancara Pribadi Pertama, BMT Ta’awun,

Jakarta, 29 Juni 2010

Page 74: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

64

realitas dilapangan bahlkan nasabah tidak mau memberikan

perkembangan hasil usahanya.

d. Kebijakan pemerintah. Ada kalanya kebijakan pemerintah yang tidak

memihak kepada perkembangan usaha kecil dan menengah sehingga

menyulitkan berkembangnya usaha masyarakat tersebut, misalnya

kebijakan tentang persaingan usaha yang selalu mengedepankan

kepentingan konglomerat, kebijakan tentang perizinan usaha, kebijakan

tentang harga BBM yang mempengaruhi stabilitas usaha, dan sebagainya,

e. Bencana alam. Pembiayaan bermasalah timbul karena disebabkan oleh

bencana alam yang menerjang usaha nasabah seperti banjir, angin rebut

dan sebagainya. Sehingga usaha nasabah menjadi terganggu dan tidak

dapat lagi melanjutkan usahanya yang berimplikasi terhadap

ketidakmampuan nasabah mengembalikan dana yang telah diberikan oleh

BMT Ta’awun.

C. Usaha-usaha Penanggulangan Pembiayaan Murabahah Bermasalah di

BMT Ta’awun

Beberapa usaha-usaha yang dilakukan oleh BMT Ta’awun dalam

menanggulangi pembiayaan murabahah bermasalah terdiri dari tahapan-

tahapan, diantaranya adalah:

1. Teguran

Hal ini dilakukan sebelum jatuh tempo (1 minggu) untuk

mengingatkan kepada para anggota bahwa pinjaman akan selesai.

Page 75: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

65

2. Rescheduling (penjadwalan ulang)

a. Memperpanjang jangka waktu pembiayaan

Dalam hal ini anggota diberikan keringanan dalam masalah

jangka waktu pembiayaan misalnya perpanjangan jangka

waktu dari enam bulan menjadi satu tahun sehingga anggota

mempunyai waktu yang lama untuk mengembalikannya.

b. Memperpanjang jangka waktu angsuran

Memperpanjang angsuran hampir sama dengan jangka waktu

pembiayaan. Dalam hal ini jangka waktu pembiayaannya

diperpanjang pembayarannya, misalnya dari 56 kali menjadi 70

kali dan ini tentu saja jumlah angsuran pun menjadi mengecil

seiring dengan penambahan jumlah angsuran.

3. Restructuring

Artinya pihak BMT Ta’awun memberikan tambahan jumlah kredit

kepada nasabah untuk memperbaiki usahanya ketika nasabah

tersebut mulai bermasalah dalam angsuran.

4. Penyitaan jaminan

Penyitaan jaminan merupakan langkah selanjutnya yang dilakukan

oleh BMT apabila anggota sudah benar-benar tidak punya itikad

baik ataupun sudah tidak mampu lagi untuk membayar semua

hutang-hutangnya.

5. Eksekusi jaminan

Page 76: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

66

BMT Ta’awun melakukan penjualan terhadap barang-barang yang

dijadikan jaminan dalam rangka pelunasan hutang. Di dalam BMT

penjualan jaminan yang harganya lebih dari hutang anggota, maka

kelebihan dari hutang akan dikembalikan, tetapi jika hasil

penjualan barang jaminan tidak menutupi hutang anggota, maka

pihak BMT akan menagih kembali sesuai kekurangannya.

6. Penghapusan hutang (Write Off)

a. Hapus sistem: Usaha mengalami kemunduran atau bangkrut

tetapi masih mampu untuk mencicil.

b. Hapus sistem dan tagih: Usaha bangkrut serta menjadi fakir

miskin dan tidak mampu untuk membayar dan anggota yang

kabur.46

46

Irwansyah, S.Pdl, Senior Account Officer, Wawancara Pribadi Pertama, BMT Ta’awun,

Jakarta, 29 Juni 2010

Page 77: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

67

c. Pembiayaan bermasalah yang tidak secepatnya

ditanggulangi akan berdampak kurang baik bagi kelancaran

stabilitas kerja BMT Ta’awun. Dampak yang akan dirasakan

diantaranya, adalah:

a. Dampak pembiayaan bermasalah terhadap BMT Ta’awun

1) Likuiditas terancam.

2) Tingkat kesehatan menurun.

3) Modal tidak berkembang dengan baik.

4) Munculnya biaya tambahan (Operasional Cost,

Manajemen Cost)

b. Dampak pembiayaan bermasalah terhadap karyawan

1) Mental (kurang percaya diri, saling menyalahkan).

2) Karier.

3) Moral (rusaknya rasa memiliki dan tanggung jawab).

4) Waktu dan tenaga.

c. Dampak pembiayaan bermasalah terhadap pemilik modal

1) SHU berkurang.

2) Ketidakpercayaan pemilik modal.

D. Analisis Terhadap Strategi Penanggulangan Pembiayaan Bermasalah di

BMT Ta’awun

Dalam kegiatannya menyalurkan dana untuk masyarakat, murabahah

adalah produk yang paling diminati oleh masyarakat. Produk BMT Ta’awun

Page 78: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

68

yang menggunakan akad murabahah saat ini tercatat hingga tahun 2009 total

asset mencapai Rp. 2.164.892.603. Pada BMT Ta’awun pembiayaan

murabahah mendominasi dari pembiayaan lainnya seperti musyarakah, ijarah

dan mudharabah.

Sasaran BMT Ta’awun adalah pasar-pasar yang ada diwilayah Jakarta.

Saat ini hingga tahun 2010 BMT Ta’awun memiliki mitra pasar binaan

sebanyak 20 wilayah dengan total jumlah anggota 2558 nasabah.

Dengan jumlah anggota yang cukup banyak, maka BMT Ta’awun

harus lebih berhati-hati dalam memberikan pembiayaan agar tidak terjadinya

pembiayaan bermasalah. Dalam menyalurkan pembiayaan, BMT Ta’awun

memiliki prosedur yang harus dilakukan oleh anggota dan BMT agar

pembiayaan yang disalurkan tepat sasaran, yaitu:

Pertama Pengajuan yang dilakukan oleh petugas Jasa mitra/AO untuk

mendapatkan hasil dari Identitas nasabah, tujuan pengajuan nasabah, lokasi,

jangka waktu angsuran, besar plafond, referensi. Kedua, Wawancara yang

dilakukan oleh AO (Account Officer) untuk mendapatkan hasil dari Kondisi

usaha nasabah, informasi lebih rinci tentang keluarga nasabah, choleteral,

penilaian karakter langsung. Ketiga, On the spot yang dilakukan oleh petugas

AO (Account Officer) untuk mendapatkan hasil dari Cross check kondisi

usaha (internal dan eksternal) nasabah, keadaan lingkungan usaha/tempat

tinggal nasabah, hub. Keluarga, hub. sosial, investigasi awal jaminan.

Keempat, Analisis pembiayaan yang dilakukan oleh AO (Account Officer)

Page 79: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

69

untuk mendapatkan hasil dari Analisa hubungan antar data, usulan plafond

bila diterima. Kelima, Rapat komite yang dilakukan oleh Ketua rapat, notulen,

AO pengaju, AO penguji untuk mendapatkan hasil dari Keputusan tentang

diterima/tidaknya permohonan pembiayaan. Keputusan tentang skim

pembiayaan; plafond, jk.waktu, aqad, besar angsuran, pola angsuran,

cholateral, profit yang disepakati BMT. Keenam, Pemberitahuan Hasil

keputusan Rapat Komite yang dilakukan oleh AO (Account Officer) untuk

mendapatkan hasil dari Menyampaikan hasil keputusan rapat komite kepada

mitra dan mendengar tanggapannya. Ketujuh, Rapat komite ulang (pasif)

dilakukan oleh AO (Account Officer), ketua rapat komite, notulen untuk

mendapatkan hasil dari memusyawarahkan kembali hasil dialog dengan mitra.

Kedelapan, Dropping/pencairan dilakukan oleh Admp, manajer, Teller, untuk

mendapatkan hasil dari pembacaan dan pemahaman aqad kepada mitra.

Kesembilan, Monitoring yang dilakukan oleh AO (Account Officer) untuk

mendapatkan hasil dari realisasi pembiayaan(alokasi dana), usaha, angsuran

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan pembiayaan murabahah

bermasalah di BMT Ta’awun ada 2 faktor yaitu faktor internal dan eksternal.

Pertama, Faktor intern dibagi menjadi dua penyebab yaitu Petugas, dalam hal

ini faktor yang disebabkan oleh karakter dan kemampuan petugas (Account

Officer) dalam menganalisa calon nasabah kurang baik atau cermat, kedua

Sistem dalam hal ini, sistem dan prosedur penyaluran pembiayaan yang ada

kalanya dilanggar sehingga memotong jalur prosedur yang telah dibuat.

Page 80: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

70

Kedua, Faktor ekstern ini disebabkan oleh kondisi usaha nasabah pembiayaan

yang sedang menurun, adanya I’tikad yang kurang baik dari nasabah, nasabah

kurang mampu mengelola usahanya, Kebijakan pemerintah. Ada kalanya

kebijakan pemerintah yang tidak memihak kepada perkembangan usaha kecil

dan menengah sehingga menyulitkan berkembangnya usaha masyarakat

tersebut, misalnya kebijakan tentang persaingan usaha yang selalu

mengedepankan kepentingan konglomerat, kebijakan tentang perizinan usaha,

kebijakan tentang harga BBM yang mempengaruhi stabilitas usaha, dan

sebagainya, Pembiayaan bermasalah timbul karena disebabkan oleh bencana

alam yang menerjang usaha nasabah seperti banjir, angin rebut dan

sebagainya.

Dalam hal ini usaha yang dilakukan oleh BMT Ta’awun dalam

menanggulangi pembiayaan murabahah bermasalah terdiri dari tahapan-

tahapan, diantaranya adalah: Teguran. Rescheduling (penjadwalan ulang),

dalam hal ini anggota diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu

pembiayaan misalnya perpanjangan jangka waktu dari enam bulan menjadi

satu tahun. Penyitaan jaminan, apabila anggota sudah benar-benar tidak

punya itikad baik ataupun sudah tidak mampu lagi untuk membayar semua

hutang-hutangnya. Eksekusi jaminan, BMT Ta’awun melakukan penjualan

terhadap barang-barang yang dijadikan jaminan dalam rangka pelunasan

hutang. Penghapusan hutang (Write Off), dilakukan dengan menghapus

system; usaha mengalami kemunduran atau bangkrut tetapi masih mampu

Page 81: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

71

untuk mencicil. Hapus sistem dan tagih: Usaha bangkrut serta menjadi fakir

miskin dan tidak mampu untuk membayar dan anggota yang kabur.

Agar pembiayaan dapat berjalan dengan optimal sesuai yang

diinginkan oleh BMT Ta’awun, maka BMT Ta’awun memiliki strategi dalam

penanggulangan pembiayaan untuk meminimalisir terjadinya pembiayaan

bermasalah, yaitu:

1. Melakukan pemisahan tugas yang memadai, pemisahan tugas yang

memadai bermanfaat untuk mencegah berbagai macam kesalahan, baik

disengaja maupun tidak disengaja.

2. Setiap pembiayaan murabahah harus memberikan jaminan.

3. Membuat catatan dan dokumen yang memadai. Artinya semua

dokumen atau data-data mengenai mitra/nasabah harus lengkap, akurat

dan sesuai dengan identitas asli nasabah.

4. Anggota diharapkan membuat rekening tabungan di BMT Ta’awun dan

menabung secara rutin. Hal tersebut dilakukan agar pada saat terjadi

kemacetan dalam pembayaran, BMT sudah memiliki dana cadangan

yang di ambil dari tabungan nasabah tersebut. Khususnya bagi yang

melakukan pembiayaan dengan menggunakan jaminan tabungan,

pembiayaan kurang dari Rp. 2.000.000 maka diwajibkan membuka

rekening tabungan.

Page 82: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

72

5. Pembiayaan harus ada personal garansi, yaitu jaminan dari adanya

referensi salah satu anggota yang baik di mata BMT Ta’awun atau

saudara dekat.

6. Sebelum diberikannya pembiayaan, BMT Ta’awun melihat apakah

usaha yang dilakukan oleh calon anggota sudah berjalan lebih dari 1

Tahun.

7. Selain itu, BMT Ta’awun melihat dari prospek penjualan yang dimilki

oleh calon anggota, apakah usahanya kedepan lancar atau sebaliknya.

8. Menerapkan prinsip kehati-hatian dalam memberikan pembiayaan agar

dana pembiayaan yang disalurkan dapat kembali menjadi modal kerja

BMT.

9. Membuat surat penolakan untuk pinjaman selanjutnya (yang termasuk

anggota macet).

10. Pembayaran angsuran dilakukan harian, mingguan dan bulanan.

11. Menggunakan sistem jemput bola.

12. Mengenakan denda keterlambatan pelunasan angsuran pembiayaan

murabahah.

13. Meningkatkan mutu pelayanan.

14. Meningkatkan fasilitas karyawan agar dapat melaksanakan tugasnya

dengan baik.

15. Memberikan peningkatan skill pada karyawan dengan mengadakan

pelatihan-pelatihan mengenai BMT.

Page 83: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

73

16. Meningkatkan pengawasan internal.47

Agar strategi pencegahan pembiayaan murabahah tidak terjadi masalah, dapat

berjalan dengan baik sesuai prosedur, maka BMT Ta’awun harus memiliki tata cara

pembayaran hutang murabahah. Karena dalam menjalankan operasional perusahaan,

BMT Ta’awun memiliki peraturan atau tata cara pembayaran hutang murabahah yang

harus dilakukan oleh seluruh anggota yang memiliki hutang kepada BMT. Secara

garis besarnya BMT Ta’awun memiliki tata cara dalam pembayaran pembiayaan

murabahah, yaitu dengan cara sebagai berikut:

1) Pembayaran hutang murabahah dapat dilakukan anggota di BMT yaitu

anggota mendatangi BMT langsung untuk melakukan pembayaran hutang

murabahah.

2) Pembayaran hutang murabahah dapat dilakukan anggota ditempat yaitu

anggota dapat membayarkan hutangnya kepada BMT ditempat anggota

berada, dan pihak BMT yang mendatangi nasabah sehingga kegiatan

anggota dapat terus berlangsung.48

Tata cara pembayaran hutang murabahah seperti diatas adalah tata cara yang

paling umum dilakukan oleh semua BMT yang melakukan operasional pembiayaan,

yaitu dengan cara anggota mendatangi BMT atau BMT yang mendatangi anggota.

47

Irwansyah, S.Pdl, Senior Account Officer, Wawancara Pribadi ke 2, BMT Ta’awun,

Jakarta, 15 Juli 2010 48

Subandikot, Amd, General Manager, Wawancara Pribadi ke 3, BMT Ta’awun, Jakarta, 6

Oktober 2010

Page 84: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

74

Untuk meminimalisir terjadi pembiayaan murabahah bermasalah, BMT

Ta’awun melakukan analisis pembiayaan pada setiap pemberian pembiayaan dengan

jumlah berapa pun. Ada beberapa hal yang menjadi petunjuk apakah layak

pembiayaan itu diberikan atau tidak. Petunjuk tersebut mencegah terjadinya

pembiayaan bermasalah yang akan timbul, diantaranya adalah:

a) Kejujuran anggota adalah skala prioritas utamakan penilaian.

b) Jika tidak memahami usaha anggota, jangan memberikan pembiayaan.

c) Putusan pembiayaan tanpa tekanan hati.

d) Terlalu naif berfokus pada agunan.

e) Bila muncul keraguan, sebaiknya ditolak atau ditangguhkan putusan.

f) Bila anggota meminta jawaban putusan secepatnya, jawaban yang paling

tepat adalah “tolak”49

.

g) Telusuri dengan seksama kemana arah penggunaan dana BMT tersebut.

Dalam setiap pembiayaan yang diberikan oleh BMT Ta’awun kepada anggota

tidak selalu lancar. Ada beberapa gejala-gejala yang ditimbulkan sebelum

pembiayaan tersebut dikategorikan sebagai pembiayaan bermasalah, diantaranya

sebagai berikut:

a) Kredit simpanan menurun.

b) Pembayaran angsuran yang awalnya lancar menjadi tersendat-sendat.

49

Irwansyah, S.Pdl, Senior Account Officer, Wawancara Pribadi Pertama, BMT Ta’awun,

Jakarta, 29 Juni 2010

Page 85: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

75

c) Anggota sering meminta penundaan pembayaran untuk pelunasan

pembiayaan.

d) Terjadinya penyimpangan penggunaan pembiayaan.

e) Anggota mengajukan penambahan pembiayaan.

f) Anggota mengajukan perpanjangan masa pembayaran pembiayaan.

g) Anggota sering menghindar pada saat pihak BMT melakukan penagihan

pembiayaan.

h) Anggota memiliki hutang kepada pihak lain yang tidak diketahui oleh

pihak BMT.

Dari serangkaian gejala-gejala yang ada, sebelum terjadinya pembiayaan bermasalah

pada BMT Ta’awun, hendaknya mengantisipasi gejala-gejala tersebut sesuai stategi

penanganan pembiayaan bermasalah. Karena pada hakikatnya masalah akan datang

apabila gejala-gejala yang timbul tidak cepat ditangani dengan baik.

Page 86: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

76

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Strategi dalam mengatasi pembiayaan murabahah bermasalah terdiri dari

beberapa tahapan, yaitu: pertama dengan melakukan pendekatan kepada

nasabah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang sedang

terjadi pada nasabah serta memberikan alternatif solusinya. Kedua, penagihan

secara intensif (collection). Dalam hal ini dilakukan dengan dua cara yaitu

penagihan secara persuasive dengan mengirimkan surat peringatan/teguran

kepada nasabah dan penagihan secara langsung dengan mendatangi nasabah

ke lokasi. Ketiga, resheduling yaitu perpanjangan waktu jatuh tempo kepada

nasabah. Keempat, restructuring yaitu dengan menambah jumlah kredit dan

Page 87: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

77

menambah equity (menyetor uang tunai dan tambahan dari pemilik). Kelima,

potongan pelunasan yang diberikan pihak bank. Keenam, penyitaan jaminan

oleh pihak bank. Hal ini dilakukan apabila nasabah tidak mampu lagi untuk

membayar. Ketujuh, hapus buku (write off) yaitu langkah terakhir yang

dilakukan untuk membebaskan nasabah dari beban hutangnya.

2. Peta pembiayaan bermasalah di BMT Ta’awun dilihat dari titik kritis dari

berbagai sektor usaha yang diberikan pembiayaan oleh BMT Ta’awun.

Beberapa sektor usaha tersebut mempunyai titik kritis yang akan dihadapi

oleh BMT Ta’awun antara lain: pedagang sayur titik kritisnya musim panen

dan sifat barang tidak tahan lama, pedagang kaki lima/keliling titik kritisnya

aspek legal seperti status tempat mangkal, pedagang buah titik kritisnya

musim panen dan barang mudah rusak, sedangkan home industry titik

kritisnya produksi, manajemen dan pemasaran.

3. BMT Ta’awun dalam menanggulangi pembiayaan murabahah bermasalah

sudah cukup baik. Artinya perkembangan Non Performing Financing (NPF)

pertiga tahun terakhir ini mengalami penurunan meskipun masih saja terdapat

nasabah yang bermasalah. Jumlah persentase NPF di tahun 2007 yaitu

10,95%, tahun 2008 3,94%, dan tahun 2009 3%. Hal tersebut tentunya sangat

membanggakan BMT Ta’awun dalam mengatasi pembiayaan bermasalah.

B. Saran

Page 88: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

78

1. Dalam memberikan pembiayaan murabahah hendaknya BMT Ta,awun

harus memperhatikan dan melaksanakan sistematika dengan tahapan

pembiayaan murabahah yang telah menjadi acuan sehingga memberikan

hasil yang optimal bagi BMT Ta’awun dan mampu meminimalisir risiko

atau menghindari pembiayaan bermasalah.

2. Hendaknya penilaian pembiayaan murabahah dilakukan dengan sebaik

mungkin, hal ini untuk memperkecil kemungkinan terjadinya pembiayaan

murabahah bermasalah.

3. Hendaknya proses pengawalan (monitoring) setelah fasilitas pembiayaan

dicairkan lebih ditingkatkan karena setelah pembiayaan diberikan tidak

selamanya berjalan tanpa adanya hambatan/risiko.

4. Diperlukan SDM yang kompeten dan jujur dalam menganalisa

pembiayaan murabahah.

Page 89: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

79

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran dan Terjemah.

Antonio, M Syafi’i. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta; Gema Insani Press.

Cet.1. 2001

Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum. Jakarta: Gema

Insani press, 1999.

Arifin, Zainul. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Pustaka Alvabet, Cet

4. Mei 2006

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.

Furchan, Arief. Pengantar Metoda penelitian Kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional.

Cet ke 1.1992

Hasan, Iqbal. Metode penelitian dan aplikasinya. Jakarta: Graha Indonesia 2002.

http://zonaekis.com/search/syarat+syarat+murabahah

http://www.google.co.id/#hl=id&biw=1024&bih=383&q=faktor+pemicu+pembiayaan+berm

asalah&aq=f&aqi=&aql=&oq=&gs_rfai=&fp=b63a9513633023ca

Page 90: STRATEGI PENANGGULANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3672/1/EKO... · PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BAITUL MAAL WA TAMWIL

80

Karim, Adiwarman A. Bank Islam (Analisis Fiqh dan Keuangan) Jakarta: Raja

Grafindo Persada. Edisi 2, 2006.

Kasmir, Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001.

Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah. Yogyakarta: Ekonisia, Cet 1, 2004.

Ronny Kountur, Metode Penelitian: Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, Jakarta:

PPM, Cet ke 3, 2005

Sugiarto, Ferry N Idrus. Manajemen Resiko Perbankan. Yogyakarta: Graha Ilmu,

Edisi Pertama, 2006.

Sutojo, Siswanto. Strategi Manajemen Bank Umum. Jakarta: Damar Mulia Pustaka,

1997.

Usman S.H Rachmadi, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta, PT

Gramedia Pustaka Utama, 2003.

Zuihdi, Ramzi A. Bank Indonesia( Perbankan Syariah) Jakarta, 2007.