analisis perencanaan bukit buatan (escape hill) terhadap
TRANSCRIPT
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 2(3),258-267 (2019)
https;//doi.org/10.24815/jarsp.v2i2.13463
258
Analisis Perencanaan Bukit Buatan (Escape Hill) Terhadap Tinggi Run Up
Untuk Tempat Evakuasi Sementara
Windy Widilestaria, Munirwansyahb, Halida Yunitac aMagister Teknik Sipil,Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh b’cJurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh *Corresponding author,.email : [email protected]
ARTICLE INFO ABSTRACT Article History: As we know, there is still a lack of the optimal effort for temporary
evacuation sites to face the various threats of the earthquake which may
caused the tsunami in the city of Banda Aceh. To deal with this serious
threat, it is necessary to prepare a place of salvation to face the tsunami.
In this case, it is an escape hill. The objective of this research is to
determine the bearing capacity of the subgrade to the escape hill
planning and the amount of the settlement, due to the load of the
embankment height (Hcrit) and the value of the slope safety factor (FK).
This research is conducted in Desa Deah Baro with the GCS coordinates
(Geographic Coordinate System) 5º33'45.72"N 95º17'51.34"E which was
calculated by using the Plaxis 8.2 computing system on the variations of
the embankment height which started from the existing which is 2,0 m
height, 4,0 m, 6,0 m, 8,0 m, 10 m and 12 m (run-up performance). As the
results of analysis, the researcher found that the addition of the load due
to the increase in soil embankment height has resulted in an increase in
the value of settlement to the soil stability with an average percentage of
2,86% and the safety factor decreasing value (FK) numbers on slopes
with an average percentage of 0,10%. At 2,0 m embankment heights, the
researcher obtained a settlement value of 0,271 cm with the safety factor
value (FK) is 1,684 > 1. Furthermore, with the embankment height of 4,0
m, there is a settlement of 1,139 cm dan safety factor (FK) 1,365 > 1. At
a embankment height of 6.0 m there is a settlement of 3,035 cm and a
safety factor (FK) 1,214 > 1. At embankment heights of 8,0 m, the
settlement is 6,244 cm with a safety factor (FK) 1,135 > 1. For
embankment heights of 10 m and 12 m, the decrease occurred was
10,991 cm and 17,446 cm with safety factor (FK) = 1,095 and 1,044~1.
The occured decline was still within the tolerance limits, so that the
subgrade was still able to withstand the embankment. The results of the
value of the safety factor (FK) showed that the slope was safe and did
not indicate the slope slides.
Recieved 04 July 2018
Recieved in revised form 05 September 2018
Accepted 12 September 2018
Keywords:
Escape hill
Critical embankment height
Plaxis program
Settlement
Safety factor
©2019 Magister Teknik Sipil Unsyiah. All rights reserved
1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan wilayah yang memiliki potensi bencana alam cukup tinggi. Munirwansyah dkk
(2017) mengatakan bahwa Provinsi Aceh termasuk prone country yang merupakan daerah rawan bencana
dan mempunyai berbagai sumber gempa aktif. Diantaranya Aceh dilalui oleh patahan Sumatera
(Sumatran fault), dan patahan-patahan lokal (local fault) lainnya, kemudian gunung api (volcano)
Seulawah serta dikitari oleh pertemuan lempeng tektonik di dasar laut (subduction) Indo-Australia dengan
Euro-Asia yang berpengaruh sekali terhadap terjadinya gempa bumi tektonik yang besar > 7 SR yang
dapat menimbulkan tsunami. Berdasarkan InaTEWS BMKG (Indonesia Tsunami Early Warning System
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) (2008) tsunami yang terjadi pada tahun 2004 disebabkan
oleh gempa bumi berkekuatan 9,3 SR yang berpusat di 3,3 LU - 95,98 BT hingga menimbulkan getaran
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan (JARSP)
Journal of Archive in Civil Engineering and Planning E-ISSN: 2615-1340; P-ISSN: 2620-7567
Journal homepage: http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JARSP/index
ISSN: 2088-9860
Journal homepage: http://jurnal.unsyiah.ac.id/aijst
ISSN: 2088-9860
Journal homepage: http://jurnal.unsyiah.ac.id/aijst
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 2(3),258-267 (2019)
https;//doi.org/10.24815/jarsp.v2i2.13463
259
kuat yang membentang dari Aceh sampai ke Andaman. Merujuk data dari BNPB (Badan Nasional
Penanggulangan Bencana), akibat bencana tersebut sebanyak 173.741 jiwa meninggal, 116.368 orang
dinyatakan hilang, mengakibatkan ribuan rumah dan bangunan rusak, serta menyebabkan hampir 500.000
orang jadi pengungsi. Dari angka tersebut dapat dilihat bahwa masih kurangnya usaha yang optimal dari
pemerintah setempat untuk penyediaan tempat evakuasi sementara dalam menghadapi berbagai ancaman
gempa yang menimbulkan tsunami, maka perlu disiapkan tempat penyelamatan, salah satunya adalah
bukit buatan (escape hill). Kecamatan Meuraxa merupakan kawasan tsunami dengan jumlah penduduk
terbanyak di Kota Banda Aceh dan terdapat empat buah escape building yang belum mencukupi bila
ditinjau dari kapasitas masyarakat yang terus bertambah pada daerah tersebut, maka tinjauan escape hill
ini direncanakan pada Desa Deah Baro dengan capaian tsunami run up tertinggi tahun 2004 lebih besar
dari desa lainnya yang ada di Kecamatan Meuraxa. Bukit buatan (escape hill) yang ramah terhadap
lingkungan tidak hanya dapat dimanfaatkan sebagai tempat evakuasi sementara, tetapi bisa dijadikan
sebagai salah satu ruang terbuka hijau di kota Banda Aceh.
Dalam pembangunan escape hill dibutuhkan perencanaan yang aman (safe) maka diperlukan analisis
terhadap tinggi timbunan kritis dan stabilitas lereng bukit buatan agar diperoleh nilai keamanan yang
memenuhi persyaratan stabilitas lereng sehingga dapat memenuhi nilai stabilitas yang sesuai sebagai
tempat evakuasi penduduk saat terjadi bencana tsunami. Dibutuhkan daya dukung tanah yang dapat
memikul tekanan atau mengalami penurunan dalam batas-batas izin. Perlu diketahui berapa tinggi
timbunan yang boleh diterapkan tergantung daya dukung tanah yang berada dibawah timbunan escape
hill, maka dalam hal ini perlu dicari tinggi batas maksimum atau tinggi timbunan kritis (Hcrit) yang aman
terhadap capaian run up. Stabilitas lereng sangat erat kaitannya dengan longsor, apabila kuat gesernya
melebihi daripada kuat izin geser tanah setempat maka lereng akan mengalami kelongsoran. Perlu
diperkirakan kestabilan lereng dari berbagai kondisi yang mempengaruhi dalam mengatasi permasalahan
atau kendala yang sering dihadapi. Analisis ini dilakukan dengan mengunakan program Plaxis 8.2
berdasarkan teori Terzaghi dalam menganalisis kapasitas daya dukung tanah. Analisis pada Plaxis
menghasilkan nilai penurunan yang terjadi pada timbunan dan angka keamanan lereng yang menunjukkan
kondisi kestabilan lereng.
2. KAJIAN PUSTAKA
Kuat Geser Tanah
Kekuatan geser tanah diperlukan untuk menghitung daya dukung tanah (bearing capacity) dan
kestabilan lereng. Hardiyatmo (2006:302) mengatakan bahwa kuat geser tanah adalah gaya perlawanan
yang dilakukan oleh butiran tanah terhadap gaya geser.
Nilai kuat geser tanah yang dikemukakan oleh Coulomb yang dikutip dari Hardiyatmo (2006:302)
dapat ditentukan dengan persamaan berikut:
τ = c + σ tan φ (1)
dimana : τ = kuat geser tanah (kg/cm2);
c = kohesi tanah (kg/cm2);
σ = tegangan normal pada bidang runtuh (kg/cm2); dan
φ = sudut geser dalam tanah (o).
Daya Dukung Tanah
Daya dukung tanah mempunyai peranan yang sangat penting, daya dukung tanah merupakan
kemampuan tanah untuk menahan beban pondasi tanpa mengalami keruntuhan akibat geser yang juga
ditentukan oleh kekuatan geser tanah. Perhitungan daya dukung tanah dapat dihitung berdasarkan teori
Terzaghi (1987) dengan persamaan berikut:
qult = C.Nc + γ.D.Nq + 0,5.γ.B.Nγ (2)
dimana : qult = daya dukung ultimit tanah (kPa)
C = kohesi (kPa)
γ = berat isi tanah (kN/m³)
D = kedalaman tanah yang ditinjau (m)
B = lebar pondasi atau timbunan (m)
Nc,Nq,Nγ = faktor daya dukung
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 2(3),258-267 (2019)
https;//doi.org/10.24815/jarsp.v2i2.13463
260
Penurunan Timbunan
Teori konsolidasi Terzaghi banyak digunakan dalam memperkirakan penurunan jangka panjang
pada timbunan yang dibangun di atas tanah lunak. Apabila besarnya penurunan konsolidasi melebihi
kriteria yang ditetapkan, maka kemungkinan stabilisasi dangkal dibutuhkan untuk mengurangi penurunan
tersebut.
Tinggi Timbunan Kritis (Hcrit)
Samaratunggadewa (2015) menyebutkan bahwa tanah yang di atasnya akan didirikan suatu
konstruksi harus mendapatkan perlakuan khusus atau harus direkayasa sedemikian rupa sehingga daya
dukung tanah mencukupi sesuai beban yang direncanakan. Jika berat dan tingginya melampaui nilai
dukungan tanah dasar, keruntuhan dan gerakan lateral tanah akan terjadi. Untuk mencegah terjadi
gelinciran (sliding) dan jembulan tanah (spreading) disekitar timbunan pada tanah dasar dalam kondisi
jenuh, maka perlu mengetahui keruntuhan daya dukung tanah dasar akibat timbunan tanah, hal yang
paling mudah adalah dengan memperhitungkan tinggi timbunan kritis (Hcrit).
Gambar 1. Tinggi timbunan kritis (Hcrit)
(sumber: Imran, 2014)
Konsep Kestabilan Lereng
Sejalan dengan meningkatnya kemiringan lereng untuk berbagai kepentingan manusia maka
diperlukan pengembangan konsep kestabilan lereng yang bertujuan untuk mengatasi masalah keruntuhan
lereng. Abramson, et.al (2002) mengatakan bahwa tujuan analisis stabilitas lereng adalah:
1. Memahami perkembangan dan pembentukan lereng alami dan proses yang terjadi pada kondisi alam
yang berbeda;
2. Menentukan stabilitas lereng pada kondisi jangka pendek (short term) dan jangka panjang (long
term);
3. Menentukan kemungkinan terjadinya keruntuhan pada lereng alam maupun lereng buatan;
4. Menganalisis dan memahami mekanisme keruntuhan dan faktor yang menyebabkannya;
5. Dapat melakukan desain ulang pada lereng yang telah mengalami keruntuhan dan melakukan
perencanaan, serta melakukan desain pencegahan, dan juga melakukan perhitungan perbaikan yang
diperlukan.
Stabilitas Lereng Kondisi Tsunami
Imran dkk (2014) mengatakan bahwa pada keadaan tsunami gaya yang bekerja terhadap bukit
buatan adalah gaya dinamis air (hydrodynamic force). Gaya tersebut bekerja pada sisi menghadap
gelombang. Untuk melemahkan gaya tersebut sisi bukit buatan yang langsung menerima gelombang
tsunami harus dibuat bersudut seperti ditunjukkan oleh Gambar 2.
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 2(3),258-267 (2019)
https;//doi.org/10.24815/jarsp.v2i2.13463
261
Gambar 2. Sisi Bukit Buatan Bersudut Terhadap Arah Gelombang Tsunami
(sumber: Imran, 2014)
Kriteria Keruntuhan Lereng
Material lereng mempunyai kecenderungan untuk terjadi longsor karena tegangan geser pada tanah
akibat gravitasi dan kekuatan lain (aliran air, tegangan tektonik, aktivitas gempa). Sundary (2005)
mengatakan bahwa kecenderungan ini ditahan oleh kuat geser material lereng yang diterangkan dengan
teori Mohr Coulomb. Dikutip dari Lilirwati (2007), Kriteria Keruntuhan Mohr Coulomb Prinsip Uji
Geser dapat dilihat pada Gambar 3. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa (a) Benda mendapat gaya
W, timbul reaksi sebesar N yang arahnya berlawanan dengan W, (b) Benda diberikan gaya horizontal,
dan timbul reaksi F yang besarnya tergantung pada kekasaran permukaan bidang geser, (c) Resultan (R)
adalah kombinasi antara vektor N dan F, (d) Apabila gaya P ditambah, maka gaya friksi juga meningkat
sampai mencapai nilai maksimum (limiting value Fmak), maka benda akan berpindah, maka kombinasi
antar N dan Fmak membentuk sudut sebesar ϕ, (e) Hubungan antara tegangan normal dan tegangan geser
saat runtuh.
Gambar 3. Kriteria Keruntuhan Mohr Coulomb Prinsip Uji Geser
(sumber : Lilirwati, 2007)
Konsep Faktor Keamanan
Dikutip dari Suryolelono (2000:3) faktor keamanan pada suatu lereng tergantung pada kualitas
hasil penyelidikan tanah, geometri lereng dan pengalaman perencana. Semakin rendah kualitas
penyelidikan tanah dan pengalaman perencana, semakin besar faktor keamanan yang diambil. Pada
umumnya, nilai faktor keamanan lebih besar sama dengan satu (FK1) adalah desain normal untuk
memberikan perkiraan faktor keamanan dalam analisis stabilitas lereng. Hal ini penting untuk
menyakinkan bahwa desain lereng aman dan untuk mencegah faktor yang tidak terduga selama analisis
dan konstruksi seperti data yang salah, kesalahan analisis, kecakapan kerja dan pengawasan di lapangan
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 2(3),258-267 (2019)
https;//doi.org/10.24815/jarsp.v2i2.13463
262
yang kurang.Parameter yang dihasilkan dalam analisis stabilitas lereng adalah bentuk bidang keruntuhan
dan faktor keamanan. Faktor keamanan digunakan untuk mengidentifikasi stabilitas lereng yang
didefinisikan sebagai perbandingan antara kuat geser tanah dan tegangan geser yang bekerja pada massa
tanah (Bowles, 1993 :530).
𝐹𝐾 =𝑠ℎ𝑒𝑎𝑟 𝑠𝑡𝑟𝑒𝑛𝑔𝑡ℎ
𝑠ℎ𝑒𝑎𝑟 𝑠𝑡𝑟𝑒𝑠𝑠 (3)
dimana: FK > 1 menunjukkan lereng stabil;
FK < 1 menunjukkan lereng tidak stabil; dan
FK = 1 menunjukkan lereng dalam kondisi keseimbangan batas kritis
Konsep Program Komputer Plaxis
Program komputer Plaxis mulai dikembangkan di Technical University of Delf sebagai lanjutan
inisiatif yang dilakukan oleh Departemen Pekerjaan Umum dan Manajemen Pengairan Belanda pada
Tahun 1987 (Brinkgreve,1998:2). Program Plaxis merupakan suatu alat bantu untuk menganalisis
permasalahan dalam bidang geoteknik berdasarkan elemen hingga. Grafik prosedur-prosedur input data
(soil properties) yang sederhana mampu menciptakan model-model elemen hingga yang kompleks dan
menyediakan output tampilan secara detail berupa hasil-hasil perhitungan. Perhitungan program ini
seluruhnya secara otomatis dan berdasarkan pada prosedur-prosedur penulisan angka yang tepat
(Balkema, 2012).
3. METODE PENELITIAN
Tahap-tahap penelitian yang dilakukan ditunjukkan pada Gambar 4.
Mulai
Permasalahan
Studi Pustaka
Pengumpulan Data
Data Sekunder :
Pengumpulan Data Historis
Data Primer :
Pengambilan Sampel Tanah
Penentuan Parameter Tanah
Analisis Tinggi Kritis dan Stabilitas Lereng Escape Hill
dengan permodelan timbunan 2,0 m sampai 12 m
menggunakan Program Plaxis 8.2
Mekanisme Keruntuhan Displacement dan Gaya geser yang dihasilkan FK ≥ 1
Hasil dan Pembahasan
Pengujian Sampel di Laboratorium uji sifat fisis dan sifat mekanis
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 2(3),258-267 (2019)
https;//doi.org/10.24815/jarsp.v2i2.13463
263
Gambar 4. Bagan Alir Penelitian
Lokasi Penelitian
Lokasi tinjauan dilakukan pada Desa Deah Baro, Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh.
Pemilihan lokasi berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian Iemura (2008) dan peninjauan di
lapangan terhadap Tsunami Height Memorial Poles, dengan tinggi Run Up maksimum pada saat tsunami
2004 di Desa Deah Baro mencapai 7,0 m, lebih besar dari desa lainnya yang ada di Kecamatan Meuraxa
dimana tinggi Run Up < 7,0 m. Dikutip dari Karan (2011) tinggi tsunami run up wave pada Kecamatan
Meuraxa adalah 10 m, sehingga escape hill yang direncanakan dalam penelitian ini adalah setinggi >
10 m.
Gambar 5. Radius Escape Hill terhadap capaian masyarakat.
Analisis Perhitungan dengan Software Plaxis 8.2
Perhitungan penurunan pada timbunan dengan Plaxis 8.2 ditinjau pada kondisi-kondisi dibawah ini
• Kondisi tanah asli (existing) tanpa timbunan
• Menaikkan tinggi timbunan 2,0 meter dari tinggi tanah asli (existing)
• Menaikkan tinggi timbunan 4,0 meter dari tinggi tanah asli (existing)
• Menaikkan tinggi timbunan 6,0 meter dari tinggi tanah asli (existing)
• Menaikkan tinggi timbunan 8,0 meter dari tinggi tanah asli (existing)
• Menaikkan tinggi timbunan 10,0 meter dari tinggi tanah asli (existing)
• Menaikkan tinggi timbunan 12,0 meter dari tinggi tanah asli (existing)
Geometri Escape Hill
Bentuk pemodelan bukit buatan (escape hill) dibuat berdasarkan kriteria desain pada buku
Pedoman Pelaksanaan Konstruksi Bangunan dan Bukit TES Tsunami oleh BNPB (Imran, 2014). Sudut
kemiringan lereng yang digunakan adalah sudut maksimum yang diizinkan yaitu 26,5º dengan panjang
timbunan 70 m, lebar timbunan 35 m dan tinggi timbunan 12 m. Koordinat pemodelan dapat dilihat pada
Gambar 6 dan bentuk pemodelan escape hill dapat dapat dilihat pada Gambar 7.
Kesimpulan dan Saran
Selesai
A
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 2(3),258-267 (2019)
https;//doi.org/10.24815/jarsp.v2i2.13463
264
Gambar 6. Penampang Melintang Escape Hill.
Gambar 7. Pemodelan Escape Hill
Input Material
Dalam memasukkan parameter tanah pada pemodelan disesuaikan dengan parameter tanah pada
sampel dari uji laboratorium yang telah dilakukan serta berdasarkan hasil korelasi parametrik tanah.
Perhitungan yang dilakukan pada program Plaxis menggunakan model Mohr-Coulomb dengan parameter
tanah yang diperlukan untuk di input antara lain kohesi (c), sudut geser (φ), Modulus Young (Eref),
Poisson rasio (v), berat volume (γ) dan permeabilitas (k).
a. Input Parameter Tanah Asli
Tanah asli pada pemodelan merupakan tanah lanau berpasir dengan parameter tanah diambil
berdasarkan penelitian di lapangan dan juga di laboratorium.
b. Input Paremeter Tanah Timbunan
Digunakan material set yang memenuhi spesifikasi dalam perencanaan bukit buatan (escape hill).
Didapat perilaku yang aman pada jenis tanah pasir kelanauan dengan kategori A-2-4 (AASHTO) dan SM
(USCS). Maka digunakan jenis tanah pasir kelanauan sebagai material timbunan pada penelitian ini.
Parameter tanah yang digunakan dalam penelitian ini diperlihatkan pada Tabel.1.
GELOMBANG TSUNAMI
BUKIT BUATAN
(ESCAPE HILL)
12 m
35 m
70 m
26,5
°
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 2(3),258-267 (2019)
https;//doi.org/10.24815/jarsp.v2i2.13463
265
Tabel 1. Nilai Parameter Tanah pada perencanaan Escape Hill
Normal
Parameter Name
Tanah dasar Tanah
timbunan
Lanau
berpasir
0-1 m
Lanau
berpasir
2-3 m
Pasir
kelanauan
>2 m
Unit
Material model Mode
l MC MC MC -
Type of behavior Type Undrained Undrained Drained -
Dry soil weight γunsat 10.3 9.7 11.5 kN/m3
Wet soil weight γsat 21.75 21.74 21.50 kN/m3
Horizontal
permeability Kx 8.640E-03 8.640E-03 8.640E-05 m/day
Vertical permeability Ky 8.640E-03 8.640E-03 8.640E-05 m/day
Young’s modulus Eref 8000 15000 5000 kN/m2
Poisson’s ratio v 0.33 0.33 0.25 -
Cohession c 10.7 0.4 1.0 kN/m2
Friction angel φ 32.3 37.6 25.0 º
Dilatancy angel ѱ 0 0 0 º
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Perhitungan Program Plaxis
Hasil analisis melaui perhitungan pada program Plaxis 8.2 ditunjukkan melalui tampilan gambar
Deformed Mesh dan tanda panah (arrow).
Gambar 8. Deformed Mesh dan tanda panah (arrow) dengan ketinggian timbunan 12 m.
Dari Gambar 8 dapat dilihat bahwa berdasarkan teori Terzaghi terhadap daya dukung tanah,
diketahui bahwa gaya-gaya yang bekerja adalah gaya akibat berat beban timbunan. Deformed Mesh dan
tanda panah (arrow) menunjukkan beban dari timbunan diteruskan sampai ke lapisan tanah dasar dan
dapat dikerahkan disepanjang bidang gesernya serta tidak melampaui kekuatan tanah dasar. Penurunan
(settlement) tanah yang terjadi akibat beban timbunan masih dalam batas toleransi, sehingga tanah dasar
masih cenderung dapat menahan timbunan. Pada ketinggian timbunan yang direncanakan yaitu 12 m,
hasil perhitungan dengan program Plaxis menunjukkan kondisi nilai penurunan sebesar 17,446 cm dan
nilai angka keamanan (FK) = 1,0441~1 yang menunjukkan lereng dalam kondisi aman tidak
menunjukkan indikasi kelongsoran slope. Berikut ini juga turut ditampilkan grafik angka keamanan dan
juga penurunan pada pemodelan ketinggian yang diperlihatkan Gambar 9.
Deformed Mesh
Extreme total displacement 174.46*10-3 m
(displacements scaled up 10.00 times)
Total displacements (Utot)
Extreme Utot 174.46*10-3 m
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 2(3),258-267 (2019)
https;//doi.org/10.24815/jarsp.v2i2.13463
266
Gambar 9. Grafik Hubungan antara Nilai Penurunan dan Faktor Keamanan pada variasi ketinggian
timbunan.
Dari Gambar 9 dapat dilihat adanya pengaruh ketinggian terhadap penurunan yang terjadi pada
timbunan, dimana nilai penurunan mengalami peningkatan akibat bertambahnya ketinggian timbunan.
Nilai penurunan yang terjadi masih dalam batas toleransi untuk skala kontruksi escape hill. Penurunan
nilai faktor keamanan (FK) akibat bertambahnya ketinggian menunjukkan adanya tingkat penurunan
kestabilan lereng namun masih dalam batas yang diizinkan. Besarnya persentase peningkatan nilai
penurunan dan penurunan nilai faktor keamanan (FK) akibat adanya penambahan ketinggian timbunan
tiap dua meter diperlihatkan pada tabel berikut:
Tabel 2. Persentase Peningkatan Nilai Penurunan dan Penurunan Nilai Faktor Keamanan terhadap variasi
timbunan.
Ketinggian
Timbunan Nilai Penurunan
Persentase Nilai
Penurunan
Faktor
Keamanan (FK)
Persentase
Penurunan Nilai
FK
(m) (cm) (%) (%)
2.0 0.271 0 1.6845 0
4.0 1.139 0.868 1.3652 0.3193
6.0 3.035 1.896 1.2140 0.1512
8.0 6.244 3.209 1.1358 0.0782
10 10.991 4.747 1.0955 0.0403
12 17.446 6.455 1.0441 0.0514
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Dari hasil analisis diperoleh bahwa besarnya nilai penurunan (settlement) yang terjadi akibat
beban tinggi timbunan (Hcrit) dari kondisi existing ke tinggi 12 m sebesar 17,446 cm dan nilai
faktor keamanan (FK) tinggi timbunan terhadap lereng masih dalam batas yang diizinkan yaitu
FK = 1,0441~1.
2. Dengan melakukan variasi terhadap tinggi timbunan yaitu menaikkan ketinggian tanah timbunan
tiap dua meter mengakibatkan terjadinya peningkatan nilai penurunan (settlement) dengan nilai
rata-rata sebesar 2,69% dan menurunnya nilai faktor keamanan (FK) dengan nilai rata-rata
sebesar 0,14% pada kondisi aman.
Saran
1. Nilai kestabilan timbunan dan lereng dapat ditingkatkan dengan melakukan alternatif perkuatan
diantaranya perkuatan dinding penahan tanah, penggunaan material geotekstil dan angkur, serta
dengan membuat lereng lebih landai.
0,271 1,139
3,035
6,244
10,991
17,446
2.0 m 4.0 m 6.0 m 8.0 m 10 m 12 m
Grafik Nilai Penurunan Pada Variasi Ketinggian Timbunan
Ketinggian Timbunan
Nil
ai P
en
uru
na
n (
cm
)
1,6845
1,36521,2140 1,1358 1,0955 1,0441
2.0 m 4.0 m 6.0 m 8.0 m 10 m 12 m
Grafik Nilai Faktor Keamanan Pada Variasi Ketinggian Timbunan
Ketinggian Timbunan
Fa
kto
rK
eam
an
an
(F
K)
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 2(3),258-267 (2019)
https;//doi.org/10.24815/jarsp.v2i2.13463
267
DAFTAR PUSTAKA
Abramson, Lee W A et all, 2002, Slope Stability and Stabilization Methods, Second Edition, John Wiley
and Sons, Inc. New York.
Balkema A.A. Rotterdam,. 2012. Plaxis Tutorial Manual. Netherlands.
BMKG, 2008, Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS),
https://inatews.bmkg.go.id/new/index.php
Brinkgreve, R. B. J dan P. A. Vermeer, 1998, Finite Element Code for Soil and Rock Analysis, A.A.
Balkema/Rotterdam/Brookfield.
Bowles, J. E., 1993, Sifat Fisis Dan Gioteknis Tanah, tejemahan J.K Hainim, Edisi Kedua, Erlangga,
Jakarta.
Hardiyatmo, H.C., 2006, Mekanika Tanah I, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Imran dkk., 2014, Pedoman Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Dan Bukit Tes Tsunami. Jakarta.
.
Lilirwati, 2007, Pengukuran Geser Pada Interface Kayu-Tanah Dengan Pengujian Geser Langsung
(Direct Shear Test), Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Padang Kampus Limau Manis
Padang, Vol. III, No. 1, ISSN : 1858-3695.
Munirwansyah dkk., 2017, Analisis Resiko Gempa Dan Studi Akurasi Perambatan Gelombang Geser
Dengan Variasi Modulus Geser Berpengaruh Kondisi Lokal, Laporan Akhir Penelitian Profesor
Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala.
Samaratunggadewa, G., 2017, Desain Konstruksi Kaki Seribu Untuk Meningkatkan Daya Dukung
Pondasi, https://www.scribd.com/doc/311846059/Desain-Konstruksi-Kaki-Seribu.
Sundary, D,. 2005, Studi Kestabilan Lereng Dengan Perkuatan Bored Pile Menggunakan Metode Elemen
Hingga, Tesis Magister ITB Bidang Khusus Geoteknik Program Studi Rekayasa Sipil,
Bandung.
Suryolelono, K. B., 2003, Bencana Alam Tanah Longsor dalam Perspektif Ilmu Geoteknik,
http://pidato.net/1575_pengukuhan-prof-dr-ir-kabul-basah-suryolelono.
Terzaghi, K., 1987, Mekanika Tanah Dalam Praktek Rekayasa, Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.