analisis penghitungan pajak penghasilan badan pada

14
ANALISIS PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA DUA PERUSAHAAN INDUSTRI JASA TELEKOMUNIKASI (PT. EXCELCOMINDO PRATAMA Tbk. DAN PT. INDOSAT Tbk.) Dr. Widyatmini SE, MM 1 Gian Pratama Putra 2 1 Dosen 2 Mahasiswa Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma : [email protected] : [email protected] ABSTRAK Penerimaan dalam negeri bukan migas (minyak dan gas) terutama penerimaan dari sektor pajak dan penerimaan lainnya berupa penerimaan penjualan jasa- jasa pemerintah kepada masyarakat, denda, keuntungan perusahaan milik negara dan surplus anggaran belanja tahun lalu. Undang-undang perpajakan selalu mengalami perubahan dengan mengikuti perkembangan etnis kerja yang signifikan. Oleh karena itu untuk meningkatkan penerimaan pajak negara, maka sistem dan prosedur perpajakan yang berlaku terus disempurnakan dan disederhanakan dengan memperhatikan asas keadilan, pemerataan, manfaat, dan kemampuan masyarakat melalui peningkatan mutu pelayanan dan kualitas aparat yang mencerminkan dalam peningkatan kejujuran, tanggung jawab, dedikasi, dan penyempurnaan sistem administrasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis laporan keuangan komersial PT. Excelcomindo Pratama Tbk dan PT. Indosat Tbk yang sebagai dasar penghitungan pajak penghasilan badan. Penelitian ini menggunakan Laporan Keuangan Konsolidasi dengan periode akuntansi yang digunakan adalah 31 Desember 2008. Hasil analisis menunjukkan bahwa setiap perusahaan telah melaksanakan kewajiban formal yaitu melaksanakan pembukuan, pelaporan dan pembayaran pajak secara teratur, serta telah melaksanakan pelaporan Pajak Penghasilan pada SPT Tahunan, sesuai dengan ketentuan hal ini dibuktikan dengan dilakukannya koreksi positif atas biaya yang non taxable. Kata Kunci : Pajak Penghasilan Badan PENDAHULUAN Undang-undang perpajakan selalu mengalami perubahan dengan mengikuti perkembangan etnis kerja yang signifikan. Oleh karena itu untuk meningkatkan penerimaan pajak negara, maka sistem dan prosedur perpajakan yang berlaku terus disempurnakan dan disederhanakan dengan memperhatikan asas keadilan, pemerataan, manfaat, dan kemampuan masyarakat melalui peningkatan mutu pelayanan dan kualitas aparat yang mencerminkan dalam

Upload: dangkiet

Post on 01-Jan-2017

222 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA

ANALISIS PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA

DUA PERUSAHAAN INDUSTRI JASA TELEKOMUNIKASI

(PT. EXCELCOMINDO PRATAMA Tbk. DAN PT. INDOSAT Tbk.)

Dr. Widyatmini SE, MM1

Gian Pratama Putra2

1Dosen

2Mahasiswa

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma

: [email protected]

: [email protected]

ABSTRAK

Penerimaan dalam negeri bukan migas (minyak dan gas) terutama penerimaan

dari sektor pajak dan penerimaan lainnya berupa penerimaan penjualan jasa-

jasa pemerintah kepada masyarakat, denda, keuntungan perusahaan milik negara

dan surplus anggaran belanja tahun lalu. Undang-undang perpajakan selalu

mengalami perubahan dengan mengikuti perkembangan etnis kerja yang

signifikan. Oleh karena itu untuk meningkatkan penerimaan pajak negara, maka

sistem dan prosedur perpajakan yang berlaku terus disempurnakan dan

disederhanakan dengan memperhatikan asas keadilan, pemerataan, manfaat, dan

kemampuan masyarakat melalui peningkatan mutu pelayanan dan kualitas aparat

yang mencerminkan dalam peningkatan kejujuran, tanggung jawab, dedikasi, dan

penyempurnaan sistem administrasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

menganalisis laporan keuangan komersial PT. Excelcomindo Pratama Tbk dan

PT. Indosat Tbk yang sebagai dasar penghitungan pajak penghasilan badan.

Penelitian ini menggunakan Laporan Keuangan Konsolidasi dengan periode

akuntansi yang digunakan adalah 31 Desember 2008. Hasil analisis menunjukkan

bahwa setiap perusahaan telah melaksanakan kewajiban formal yaitu

melaksanakan pembukuan, pelaporan dan pembayaran pajak secara teratur,

serta telah melaksanakan pelaporan Pajak Penghasilan pada SPT Tahunan,

sesuai dengan ketentuan hal ini dibuktikan dengan dilakukannya koreksi positif

atas biaya yang non taxable.

Kata Kunci : Pajak Penghasilan Badan

PENDAHULUAN

Undang-undang perpajakan selalu mengalami perubahan dengan

mengikuti perkembangan etnis kerja yang signifikan. Oleh karena itu untuk

meningkatkan penerimaan pajak negara, maka sistem dan prosedur perpajakan

yang berlaku terus disempurnakan dan disederhanakan dengan memperhatikan

asas keadilan, pemerataan, manfaat, dan kemampuan masyarakat melalui

peningkatan mutu pelayanan dan kualitas aparat yang mencerminkan dalam

Page 2: ANALISIS PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA

peningkatan kejujuran, tanggung jawab, dedikasi, dan penyempurnaan sistem

administrasi.

Peraturan-peraturan Perpajakan dan hasil pembaharuan Undang-Undang

Perpajakan sampai saat ini, antara lain :

1. UU No. 28 Tahun 2007 tentang perubahan UU No. 16 Tahun 2000, UU

No. 9 Tahun 1994 dan UU No. 6 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan.

2. UU No. 36 Tahun 2008 tentang perubahan UU No. 17 Tahun 2000, UU

No. 10 Tahun 1994, UU No. 7 Tahun 1991 dan UU No. 7 Tahun 1983

mengenai Pajak Penghasilan.

3. UU No. 18 Tahun 2000 tentang perubahan UU No. 11 Tahun 1994, UU

No. 8 Tahun 1984 dan UU No. 8 Tahun 1983 mengenai Pajak

Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

4. UU No. 19 Tahun 2000 tentang perubahan UU No. 19 Tahun 1997

mengenai Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

5. UU No. 12 Tahun 1985 tentang perubahan UU No. 12 Tahun 1994

mengenai Pajak Bumi dan Bangunan.

6. UU No. 21 Tahun 1997 tentang perubahan UU No. 20 Tahun 2000

mengenai Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

7. UU No. 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai. Sampai saat ini belum

mengalami perubahan mengenai undang-undang tersebut.

8. UU No. 34 Tahun 2000 tentang perubahan UU No. 18 Tahun 1997

mengenai Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

9. UU No. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak. Sampai saat ini belum

ada perubahan mengenai undang-undang tersebut.

10. UU No. 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak. Sampai

saat ini belum ada perubahan mengenai undang-undang tersebut.

11. UU No. 39 Tahun 2007 tentang perubahan No. 11 Tahun 1995 mengenai

Cukai. UU No. 17 Tahun 2006 tentang perubahan UU No. 10 Tahun 1995

mengenai Kepabeanan.

Peranan Pajak sebagai penerimaan bagi negara kita merupakan sumber

utama yang masih sangat potensial untuk ditingkatkan agar penerimaan dari pajak

mampu memenuhi seluruh pembiayaan bagi negara. (Rumondang Bulan

Manullang,1999).

Dengan uang yang berasal dari pungutan pajak, negara memperoleh

dukungan dana untuk lancarnya roda pemerintahan, tetapi disisi lain apabila

pungutan pajak dilaksanakan dengan tanpa terkendali dapat berakibat pemerasan

terhadap rakyat. Untuk tetap dalam koridor yang bermanfaat bagi kehidupan

masyarakat, bangsa dan negara maka pungutan pajak harus taat asas dan

mematuhi aturan-aturan hukum yang berlaku. Untuk adanya control dari

masyarakat maka para wajib pajak perlu memahami apa yang menjadi kewajiban

sebagai wajib pajak, serta memahami apa fungsi pajak sebenarnya. (Suherman

Toha, 2001).

Penelitian yang dilakukan oleh Astrid Justine Kristiani (2002) sebagai

objek penelitiannya adalah PT. Asuransi Jasa Indonesia, hasil penelitian

menunjukkan bahwa meskipun perusahaan telah menyusun Laporan Keuangan

Page 3: ANALISIS PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA

sesuai dengan Undang-Undang No. 7 Tahun 1983, yang telah diubah dengan

Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan, tetapi perusahaan

tetap membutuhkan koreksi fiskal untuk menentukan besarnya Pajak Penghasilan

Terutang.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh John Hutagaol (2005)

terhadap Bentuk Usaha Tetap (BUT). BUT adalah subjek pajak luar negeri yang

kewajiban perpajakannya diperlukan relatif sama dengan Wajib Pajak dalam

negeri lainnya. Perbedaan perlakuan perpajakannya dibandingkan dengan Wajib

Pajak dalam negeri antara lain adalah (i) BUT tidak dapat menikmati tax treaty

Indonesia dengan negara treaty partner lainnya karena ia bukan penduduk

Indonesia, dan (ii) atas laba bersih setelah pajak yang diterima atau diperoleh

suatu BUT dikenakan branch profit tax. Untuk menghindari pengenaan pajak

berganda atas penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh penduduk dari

negara treaty partner di Indonesia, pengujian keberadaan suatu BUT perusahaan

dari negara treaty partner tersebut di Indonesia sebagai kriteria diperlukan untuk

menentukan apakah Indonesia memiliki hak untuk memajaki penghasilan

tersebut.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh P. Helen Wijaya (2008)

Sunset Policy merupakan jawaban dari Direktorat Jenderal Pajak atas penantian

para Wajib Pajak tentang pengampunan pajak. Pengampunan pajak diberikan

hanya berupa penghapusan sanksi administrasi berupa bunga saja, sedangkan atas

pokok pajak yang belum dikenakan pajak, harus dilunasi oleh Wajib Pajak.

Penerapan Sunset Policy ini sebenarnya merupakan jalan terbaik bagi Wajib Pajak

untuk menyelesaikan kewajiban perpajakannya yang belum atau tidak

dipenuhinya selama ini, karena dengan memanfaatkan sunset policy ini

memberikan manfaat bagi Wajib Pajak untuk menjadi Wajib Pajak yang baik di

masa mendatang, karena Wajib Pajak telah melunasi kewajiban perpajaknnya

melalui program sunset policy dan memperoleh kepastian hukum atas

pengampunan pajak ini.

Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah

untuk mengetahui penyebab terjadinya perbedaan antara laporan keuangan

komersial dan laporan keuangan fiskal dan untuk membahas sekaligus

memberikan pemahaman yang mendasar tentang pembaharuan Undang-Undang

Pajak Penghasilan saat ini.

METODE PENELITIAN

Untuk mendapatkan kelengkapan data dari informasi yang dibutuhkan,

maka menggunakan data sekunder sebagai berikut :

Metode Penelitian Kepustakaan (Library Research Method)

Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan pengumpulan data yang

berasal dari literatur-literatur, buku-buku perpustakaan, kumpulan bahan-bahan

kuliah, kumpulan informasi dari jaringan internet yang disediakan oleh

Page 4: ANALISIS PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA

perusahaan melalui situs resmi perusahaan, peraturan-peraturan pemerintah dan

keterangan-keterangan lain yang berhubungan dengan pembahasan penulisan.

Objek Penelitian

Penulisan ini meneliti tentang pengaruh pajak penghasilan badan terhadap

laba bersih pada PT. Excelcomindo Pratama Tbk dan PT. Indosat Tbk. Berikut

data perusahaan yang bersangkutan :

1. Nama Perusahaan : PT. Excelcomindo Pratama Tbk.

Alamat : Kantor Pusat Graha XL di JL. Mega Kuningan

Lot. E4-7 No. 1 Kawasan Mega Kuningan, Jakarta.

2. Nama Perusahaan : PT. Indosat Tbk.

Alamat : Jalan Medan Merdeka Barat No. 21, Jakarta.

Alat Analisis

Penulisan ini menggunakan alat analisis kuantitatif (angka) dengan

mempertimbangkan variabel-variabel (penghasilan kena pajak, beda waktu, beda

tetap, pendapatan usaha, biaya-biaya yang dapat dikurangkan biaya-biaya yang

tidak dapat dikurangkan, dan penyusutan serta amortisasi) yang digunakan dan

perhitungan yang didapat dari data laporan keuangan setiap perusahaan periode 31

Desember 2008 dengan menggunakan standar pelaporan dan penghitungan pajak

dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) untuk laporan keuangan komersial,

di dalam melakukan penghitungan pajak penghasilan khususnya untuk badan

menggunakan pedoman PSAK No. 46 tentang pajak penghasilan, dikarenakan

adanya perbedaan waktu dan perbedaan tetap antara laporan keuangan komersial

dengan laporan keuangan fiskal.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Laporan keuangan menurut Undang-undang Perpajakan adalah laporan

keuangan yang disusun khusus untuk kepentingan perpajakan dengan berpedoman

pada peraturan Undang-undang Perpajakan. Laporan Keuangan PT.

Excelcomindo Pratama Tbk secara formal telah memenuhi ketentuan dalam Pasal

28 Undang -Undang No.7 Tahun 1983 yang telah diubah dengan Undang-Undang

No.7 Tahun 1991, Undang-Undang No.10 Tahun 1994, UU No. 17 Tahun 2000

dan terakhir No. 36 Tahun 2008, tetapi secara yuridis fiskal perlu disesuaikan

terhadap peraturan perpajakan yang berlaku.

Perbedaan permanen

Perbedaan permanen adalah perbedaan pengakuan suatu penghasilan

atau biaya berdasarkan ketentuan perundang-undangan perpajakan dengan

prinsip akuntansi yang sifatnya permanen. Fiskus menghitung besarnya

penghasilan berdasarkan ketentuan perpajakan, sedangkan wajib pajak

memandang dari sudut akuntansi. Perbedaan ini dapat timbul karena :

Page 5: ANALISIS PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA

a. Penerimaan yang menurut akuntansi keuangan merupakan penghasilan,

sedangkan menurut perpajakan tidak termasuk obyek pajak penghasilan.

Perbedaan ini menguntungkan wajib pajak karena memperkecil

penghasilan kena pajak dan pajak penghasilan terhutang. Bagi perusahaan

dalam negri yang berbentuk perseroan terbatas, jenis penghasilan yang

bukan objek pajak penghasilan antara lain dividen yang berasal dari

cadangan laba yang ditahan, penggantian atau imbalan yang sehubungan

dengan pekerjaan atau jasa dalam bentuk natura dari Wajib Pajak.

b. Penerimaan yang menurut akuntansi keuangan bukan merupakan

penghasilan tetapi menurut perpajakan merupakan obyek pajak. Perbedaan

ini sifatnya merugikan wajib pajak karena menambah penghasilan kena

pajak dan pajak penghasilan terutang, misalnya premi asuransi yang

diterima perusahaan asuransi, penerimaan dalam bentuk natura yang

dibayar oleh pemberi kerja.

c. Penghasilan yang terkena pajak penghasilan yang bersifat final.

Penghasilan yang pajak penghasilannya telah dipotong atau dipungut oleh

pihak lain atau yang dibayarkan sendiri oleh wajib pajak yang

bersangkutan, terbatas pada jenis-jenis penghasilan tertentu yang sudah

ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah antara lain pendapatan

bunga, sewa, dividen.

d. Pengeluaran yang menurut akuntansi keuangan merupakan beban,

sedangkan menurut perpajakan tidak boleh dikurangkan dari penghasilan

bruto seperti yang diatur dalam pasal 9 Undang-undang Pajak Penghasilan

Tahun 1994. Perbedaan ini sifatnya merugikan wajib pajak karena wajib

pajak akan memperbesar penghasilan kena pajak dan pajak penghasilannya

contoh: biaya pengobatan, biaya jamuan tamu yang tidak didukung daftar

nominatif.

Perbedaan waktu

Perbedaan waktu yang bersifat sementara adalah perbedaan waktu

pengakuan pendapatan dan beban tertentu menurut akuntansi dengan ketentuan

perpajakan misalnya penyusutan aktiva tetap, efek, tagihan atau utang dalam

valuta asing, harta berwujud dan tidak berwujud.

Laporan keuangan yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip dalam

Standar Akuntansi Keuangan merupakan laporan keuangan komersial, akibat

adanya perbedaan prinsip-prinsip antara Standar Akuntansi Keuangan dengan

peraturan perundang-undangan perpajakan dalam hal perhitungan laba kena pajak,

maka laporan keuangan komersial yang telah disusun tersebut perlu dikoreksi

sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku sehingga dapat dihasilkan

laporan keuangan fiskal. Koreksi fiskal merupakan koreksi atas jumlah pajak yang

terhutang. Koreksi ini dapat berupa koreksi positif dan koreksi negatif. Koreksi

fiskal positif adalah koreksi-koreksi yang akan mengakibatkan penambahan laba

kena pajak. Pada umumnya koreksi fiskal positif ini dilakukan benkenaan dengan:

- Biaya-biaya yang tidak diperbolehkan untuk mengurangi penghasilan

- Pendapatan yang dilaporkan terlalu kecil

Page 6: ANALISIS PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA

- Beban yang dilaporkan terlalu besar.

Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan, dimana

penghasilan tersebut bukan merupakan obyek pajak dan atau penghasilan tersebut

telah dilakukan pemotongan atau pemungutan pajak yang bersifat final.

Koreksi fiskal negatif adalah koreksi-koreksi yang akan mengurangi

penghasilan kena pajak, koreksi fiskal negatif dapat berupa pendapatan yang

tidak dapat ditambahkan sebagai penghasilan dan biaya penyusutan. Dengan

dilakukannya koreksi fiskal terhadap perhitungan laba-rugi perusahaan, maka

dapat diketahui besarnya laba kena pajak yang sebenarnya.

PT. Excelcomindo Pratama Tbk

1. Objek PPh Pasal 21

Untuk objek PPh Pasal 21 terdapat perbedaan perhitungan antara

Wajib Pajak dengan pihak penulis yang menyebabkan koreksi fiskal untuk

objek PPh Pasal 21 sebesar :

- Objek PPh Pasal 21 menurut Wajib Pajak 722.515.000.000

- Objek PPh Pasal 21 menurut Penulis 672.690.000.000

Koreksi Fiskal Positif (49.825.000.000)

Koreksi fiskal positif PPh Pasal 21 sebesar Rp 49.825.000.000

dilakukan karena dalam perhitungan beban gaji dan kesejahteraan

karyawan terdapat akun penyisihan imbalan kerja dan akun gaji dan

tunjangan untuk dewan direksi dan komisaris, masing-masing sebesar Rp

14.753.000.000 dan Rp 35.072.000.000. Menurut fiskal akun penyisihan

atau pencadangan dalam bentuk apapun tidak akan diakui sebagai beban,

sedangkan gaji dan tunjangan untuk dewan direksi dan komisaris tidak

dapat dikurangkan dan harus dikeluarkan terlebih dahulu dari akun gaji

dan tunjangan.

2. Objek PPh Pasal 23

Berdasarkan penelitian atas Ledger dan Buku besar diketahui

bahwa objek PPh pasal 23 untuk tahun 2008 sebesar Rp 21.287.000.000

yang terdiri dari sewa kantor pada PT. Caraka Citra Sekar Lestari sebesar

Rp 11.088.000.000 dan sewa internet sebesar Rp 10.199.000.000.

3. Objek PPh Pasal 26

Berdasarkan Undang -Undang No.7 Tahun 1983 yang telah diubah

dengan Undang-Undang No.7 Tahun 1991, Undang-Undang No.10 Tahun

1994, Undang-Undang No.17 Tahun 2000 UU dan terakhir No. 36 Tahun

2008, yang menjadi objek PPh Pasal 26 adalah dividen, bunga, royalti,

sewa, imbalan sehubungan dengan jasa, hadiah, pensiun yang diterima

oleh Wajib Pajak Luar Negeri. Penelitian atas laporan keuangan, general

ledger, seluruh biaya yang menjadi objek PPh Pasal 26 tersebut telah

dibayar dan dibiayakan yang mengurangi Penghasilan Kena Pajak, akan

tetapi salah satu dari objek PPh Pasal 26 tersebut pada pembagian deviden

yang dibayarkan kepada para pemegang saham sebesar Rp

141.800.000.000 belum dibayar PPh Pasal 26.

Page 7: ANALISIS PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA

Nama Pemegang Saham

Jumlah

Jumlah Lembar Saham %

Indocel Holding Sdn. Bhd.

5,940,937,000.00

118.828.400.000 (dahulu Nynex Indocel Holding Sdn.) 83.80

Emirates Telecommunications

1,132,497,500.00

22.645.460.000

Corporation (Etisalat)

International Indonesia Ltd. 15.97

Masyarakat 16,565,500.00 0.23 326.140.000

Jumlah 7,090,000,000.00 100.00 141.800.000.000

Koreksi yang telah dilakukan tersebut diatas terdiri dari perbedaan yang

sifatnya permanen dan juga yang bersifat beda waktu. Perbedaan itu merupakan

penyesuaian atas beban yang tidak dapat dikurangkan dari Penghasilan Kena

Pajak dan penghasilan yang secara fiskal bukan merupakan objek pajak.

Koreksi-koreksi fiskal yang digunakan untuk merekonsiliasi Laporan

Keuangan Komersial menjadi Laporan Keuangan Fiskal ada dua macam, yaitu :

a. Koreksi Fiskal Positif sebesar Rp 523.895.563.000 yang terdiri dari :

- Penyisihan Gaji dan Kesejahteraan Karyawan Rp 35.072.000.000

- Penyisihan Piutang Ragu-Ragu Rp 15.847.000.000

- Penyisihan Imbalan Kerja Rp 14.753.000.000

- Selisih antara penyusutan dan amortisasi

komersial dan fiskal Rp 418.918.563.000

- Selisih antara laba/(rugi) aset tetap

komersial dan fiskal Rp 11.656.000.000

- Pendapatan Bunga Rp 27.649.000.000

b. Koreksi Fiskal Negatif, sebesar Rp 0,-

Didalam penghitungan penghasilan neto fiskal, PT. Excelcomindo Pratama

Tbk, tidak melakukan penyesuaian fiskal negatif karena sudah dimasukkan dalam

penghasilan yang dikenakan PPh Final dan yang tidak termasuk objek pajak.

Adanya koreksi fiskal positif maupun koreksi fiskal negatif di atas

disebabkan oleh adanya Beda Tetap (Permanent Differences), kecuali untuk

penyusutan komersial dan penyusutan fiskal. Adanya penyusutan komersial dan

penyusutan fiskal disebabkan oleh adanya Beda Waktu (Timming Differences).

Adanya penyusutan komersial dan penyusutan fiskal terhadap aktiva tetap

disebabkan oleh adanya beda waktu. Dengan adanya perbedaan koreksi laporan

keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal maka berpengaruh terhadap laba

bersih perusahaan dan besarnya penghasilan yang dikenakan pajak yang

kemudian dijadikan sebagai dasar penetapan pajak penghasilan yang terutang.

Dimana perbedaan tersebut adalah sebagai berikut :

Penyusutan Komersial Rp 2.230.806.763.000

Penyusutan Fiskal Rp 1.811.888.200.000

Beda Waktu Rp 418.918.563.000

Perhitungan Pajak Penghasilan PT Excelcomindo Pratama Tbk.

Tujuan dari pembahasan diatas adalah untuk mengetahui berapa besarnya

Penghasilan Kena Pajak. Dari pembahasan diatas ditemukan :

Page 8: ANALISIS PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA

1. Semua pendapatan yang tercantum dalam laporan laba-rugi adalah

pendapatan yang diakui oleh PT. Excelcomindo Pratama Tbk dan telah

dicatat sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.

2. Semua biaya yang tercantum dalam laporan laba-rugi adalah biaya yang

diakui oleh perusahaan dan berhubungan dengan kegiatan usaha

perusahaan kecuali untuk sebagian biaya kepegawaian dan perjamuan.

Biaya-biaya lainnya telah dicatat sesuai dengan Standar Akuntansi

Keuangan.

3. Dengan berpedoman pada Undang-undang Perpajakan, pendapatan yang

telah dicatat perusahaan akan dianalisa kembali. Menurut Undang-undang

Perpajakan, penghasilan bunga adalah penghasilan yang telah dikenakan

pajak dan bersifat final. Jadi penghasilan ini tidak dimasukkan dalam

penghasilan yang akan dikenakan pajak.

4. Dengan pedoman pada Undang -undang Perpajakan, biaya-biaya yang

tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto dalam rangka

menentapkan besarnya Penghasilan Kena Pajak. Biaya-biaya itu adalah

biaya jamuan (entertainment), biaya gaji, biaya kepegawaian, biaya

pengobatan, biaya jamsostek (Astek), biaya majalah dan biaya pajak

lainnya.

5. Setelah dianalisa pendapatan dan biaya dengan pedoman pada Undang-

undang Perpajakan, maka ditemukan bahwa pada akhir Desember 2008

dalam laporan laba rugi perusahaan mendapatkan keuntungan (laba)

sebesar Rp 577.549.513.000 yang sebelumnya menurut penghitungan oleh

perusahaan mendapatkan kerugian sebesar Rp 15.109.000.000.

6. Besarnya pajak penghasilan yang terutang berdasarkan tarif sesuai dengan

pasal 17 ayat 1 Undang-Undang Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 dan

telah diubah menjadi Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun

2008 yang berlaku efektifnya untuk Tahun 2009. Oleh karena itu, untuk

periode Tahun 2008 ini berlaku Sunset Policy yang menjadi titik tinggal

landas undang-undang tersebut. Untuk keperluan penetapan tarif tersebut

jumlah Penghasilan Kena Pajak dibulatkan kebawah dalam ribuan rupiah

penuh.

7. Berikut ini adalah perhitungan besarnya pajak penghasilan yang terutang

dan pajak yang lebih dibayar (PPh pasal 29) oleh PT. Excelcomindo

Pratama Tbk untuk saldo buku yang berakhir 31 Desember 2008 :

Laba sebelum pajak Tahun 2008 577.549.513.000

Kompensasi kerugian -

Laba/(rugi) dasar perhitungan 577.549.513.000

PPh Pasal 29 Tahun 2003

- 10 % x 50.000.000 = 5.000.000

- 15 % x 50.000.000 = 7.500.000

- 30 % x 577.449.513.000 = 173.234.853.900

Total PPh yang terutang 173.247.353.900

Kredit Pajak -

- PPh Pasal 23 atas Sewa 3.193.050.000

- PPh Pasal 23 atas Deviden 21.270.000.000

Page 9: ANALISIS PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA

Jumlah Kredit Pajak (24.463.050.000)

PPh yang dibayar sendiri

- PPh Pasal 25 (83.733.000.000)

PPh Kurang Bayar (PPh Pasal 29) 65.051.303.900

- Jurnal Pencatatan Kredit Pajak :

Piutang PPh 25 83.733.000.000

Piutang PPh Pasal 23 Sewa 3.193.050.000

Piutang PPh Pasal 23 Deviden 21.270.000.000

Kas 83.733.000.000

Pendapatan Sewa 24.463.050.000

- Jurnal Pencatatan Kurang Bayar :

Biaya PPh 173.247.353.900

Piutang PPh 25 83.733.000.000

Piutang PPh Pasal 23 Sewa 3.193.050.000

Piutang PPh Pasal 23 Deviden 21.270.000.000

Kas/PPh Pasal 29 65.051.303.900

- Jurnal Pencacatan Pembayaran PPh Pasal 29 :

Hutang PPh 65.051.303.900

Kas 65.051.303.900

Selain itu perusahaan juga diwajibkan untuk menghitung dan melaporkan

dalam SPT PPh Tahun yang bersangkutan mengenai jumlah PPh pasal 25 tahun

berikutnya diangsur setiap bulan, yaitu dengan cara pajak penghasilan yang

terutang menurut SPT PPh Tahun yang bersangkutan dikurangi dengan PPh yang

dipotong atau dipungut serta PPh yang dibayar dan terhutang diluar negeri yang

boleh dikreditkan kemudian dibagi 12 (dua belas) bulan. Perhitungan Pajak yang

harus diangsur (PPh pasal 25) PT. Excelcomindo Pratama Tbk adalah sebagai

berikut :

Laba sebelum pajak 577.549.513.000

Pendapatan tidak teratur (rugi selisih kurs) (332.151.000.000)

Laba Dasar Perhitungan PPh pasal 29 245.398.513.000

Pajak Penghasilan Terutang :

- 10 % x Rp 50.000.000 = 5.000.000

- 15 % x Rp 50.000.000 = 7.500.000

- 30 % x Rp 245.298.513.000 = 73.589.553.900

Jumlah Pajak Penghasilan Terutang 73.602.053.900

Kredit Pajak

- PPh Pasal 23 atas Sewa 3.193.050.000

- PPh Pasal 23 atas Deviden 21.270.000.000

Jumlah Kredit Pajak (24.463.050.000)

PPh yang dibayar sendiri

- PPh Pasal 25 (83.733.000.000)

Dasar Perhitungan Angsuran per tahun 34.593.996.100

Angsuran PPh Pasal 25 per bulan 2.882.833.008

Page 10: ANALISIS PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA

PT. INDOSAT Tbk

Adanya penyusutan komersial dan penyusutan fiskal terhadap aktiva tetap

disebabkan oleh adanya beda waktu, dimana perbedaan tersebut adalah sebagai

berikut :

Penyusutan Komersial Rp 1.998.634.660.000

Penyusutan Fiskal Rp 1.680.609.285.000

Beda Waktu Rp 318.025.375.000

- Selisih koreksi fiskal (beda waktu) :

Penyusutan aktiva tetap – akuntansi = Rp 1.998.634.660.000

Penyusutan aktiva tetap – fiskal = (Rp 1.680.609.285.000)

Penyisihan piutang = Rp 33.090.000.000

Penghapusan piutang = (Rp 97.795.000.000)

Jumlah selisih lebih koreksi negatif = (Rp 253.320.375.000)

Biaya pajak tangguhan (30%) = (Rp 75.996.112.500)

- Jurnal atas aktiva pajak tangguhan :

Biaya Pajak Tangguhan 75.996.112.500

Aktiva Pajak Tangguhan 75.996.112.500

Perhitungan Pajak Penghasilan PT Indosat Tbk.

Tujuan dari pembahasan diatas adalah untuk mengetahui berapa besarnya

Penghasilan Kena Pajak. Dari pembahasan diatas penulis menemukan:

1. Semua pendapatan yang tercantum dalam laporan laba-rugi adalah

pendapatan yang diakui oleh PT Indosat Tbk dan telah dicatat sesuai

dengan Standar Akuntansi Keuangan.

2. Semua biaya yang tercantum dalam laporan laba-rugi adalah biaya yang

diakui oleh perusahaan dan berhubungan dengan kegiatan usaha

perusahaan kecuali untuk sebagian biaya kepegawaian dan perjamuan.

Biaya-biaya lainnya telah dicatat sesuai dengan Standar Akuntansi

Keuangan.

3. Dengan berpedoman pada Undang-undang Perpajakan, pendapatan yang

telah dicatat perusahaan akan dianalisa kembali. Menurut Undang-undang

Perpajakan, penghasilan bunga adalah penghasilan yang telah dikenakan

pajak dan bersifat final. Jadi penghasilan ini tidak dimasukkan dalam

penghasilan yang akan dikenakan pajak.

4. Dengan pedoman pada Undang-undang Perpajakan, biaya-biaya yang

tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto dalam rangka

menentapkan besarnya Penghasilan Kena Pajak. Biaya-biaya itu adalah

biaya jamuan (entertainment), biaya gaji, biaya kepegawaian, biaya

pengobatan, biaya jamsostek (Astek), biaya majalah dan biaya pajak

lainnya.

5. Setelah dianalisa pendapatan dan biaya dengan pedoman pada Undang-

undang Perpajakan, maka ditemukan bahwa pada akhir Desember 2008

dalam laporan laba rugi perusahaan mendapatkan keuntungan (laba)

Page 11: ANALISIS PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA

sebelum pajak sebesar Rp 2.192.061.591.000 yang sebelumnya menurut

penghitungan oleh perusahaan mendapatkan laba setelah pajak sebesar Rp

1.905.285.000.000, sedangkan laba sebelum dikenakan pajak menurut

penulis sebesar Rp 2.903.030.130.000 dan laba setelah dikenakan pajak

menurut perusahaan sebesar Rp 2.325.115.000.000

6. Besarnya pajak penghasilan yang terutang berdasarkan tarif sesuai dengan

pasal 17 ayat 1 Undang-Undang Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 dan

telah diubah menjadi Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun

2008 yang berlaku efektifnya untuk Tahun 2009. Oleh karena itu, untuk

periode Tahun 2008 ini berlaku Sunset Policy yang menjadi titik tinggal

landas undang-undang tersebut. Untuk keperluan penetapan tarif tersebut

jumlah Penghasilan Kena Pajak dibulatkan kebawah dalam ribuan rupiah

penuh.

7. Berikut ini adalah perhitungan besarnya pajak penghasilan yang terutang

dan pajak dan pajak penghasilan yang masih harus dibayar (PPh pasal 29)

oleh PT Indosat Tbk untuk saldo buku yang berakhir 31 Desember 2008 :

Laba sebelum pajak Tahun 2008 2.903.030.130.000

Kompensasi kerugian -

Laba/(rugi) dasar perhitungan 2.903.030.130.000

PPh Pasal 29 Tahun 2003

- 10 % x 50.000.000 = 5.000.000

- 15 % x 50.000.000 = 7.500.000

- 30 % x 2.902.930.130.000 = 870.879.039.000

Total PPh yang terutang 870.891.539.000

Kredit Pajak Dalam Negeri

- PPh Pasal 23 (9.053.000.000)

PPh yang dibayar sendiri

- PPh Pasal 25 (317.745.000.000)

PPh Kurang Bayar (PPh Pasal 29) 444.631.539.000

- Jurnal Pencatatan Kredit Pajak :

Piutang PPh 25 317.745.000.000

Piutang PPh Pasal 23 9.053.000.000

Kas 317.745.000.000

Pendapatan Sewa 9.053.000.000

- Jurnal Pencatatan Kurang Bayar :

Biaya PPh 870.891.539.000

Piutang PPh 25 317.745.000.000

Piutang PPh Pasal 23 9.053.000.000

Kas/PPh Pasal 29 444.631.539.000

- Jurnal Pencacatan Pembayaran PPh Pasal 29 :

Hutang PPh 444.631.539.000

Kas 444.631.539.000

8. Selain itu perusahaan juga diwajibkan untuk menghitung dan melaporkan

dalam SPT PPh Tahun yang bersangkutan mengenai jumlah PPh pasal 25

tahun berikutnya diangsur setiap bulan, yaitu dengan cara pajak

penghasilan yang terutang menurut SPT PPh Tahun yang bersangkutan

Page 12: ANALISIS PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA

dikurangi dengan PPh yang dipotong atau dipungut serta PPh yang dibayar

dan terhutang diluar negeri yang boleh dikreditkan kemudian dibagi 12

(dua belas) bulan. Perhitungan Pajak yang harus diangsur (PPh pasal 25)

PT Indosat Tbk adalah sebagai berikut :

Laba sebelum pajak 2.903.030.130.000

Pendapatan tidak teratur (rugi selisih kurs) (885.729.000.000)

Laba Dasar Perhitungan PPh pasal 29 2.017.301.130.000

Pajak Penghasilan Terutang :

- 10 % x Rp 50.000.000 = 5.000.000

- 15 % x Rp 50.000.000 = 7.500.000

- 30 % x Rp2.017.201.130.000 = 605.190.339.000

Jumlah Pajak Penghasilan Terutang 605.202.839.000

Kredit Pajak Dalam Negeri

- PPh Pasal 23 (9.053.000.000)

PPh yang dibayar sendiri

PPh Pasal 25 (317.745.000.000)

Dasar Perhitungan Angsuran per tahun 278.404.839.000

Angsuran PPh Pasal 25 per bulan 23.200.403.250

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian atas data-data yang tersedia serta analisa

pelaksanaan kewajiban Pajak Penghasilan yang dilaksanakan PT. Excelcomindo

Pratama Tbk dan PT. Indosat Tbk yang merupakan judul skripsi ini dapat

disimpulkan bahwa :

1. PT. Excelcomindo Pratama Tbk dan PT. Indosat Tbk sama-sama telah

melaksanakan kewajiban formal yaitu melaksanakan pembukuan,

pelaporan dan pembayaran pajak secara teratur.

2. PT. Excelcomindo Pratama Tbk dan PT. Indosat Tbk telah melaksanakan

pelaporan Pajak Penghasilan pada SPT Tahunan, sesuai dengan ketentuan

hal ini dibuktikan dengan dilakukannya koreksi positif atas biaya yang non

taxable.

3. Dengan adanya perubahan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku maka

selama Tahun 2008 pemerintah memberikan pengampunan pajak atau

lebeih dikenal dengan nama Sunset Policy, setiap perusahaan dapat

memanfaatkan fasilitas yang diberikan oleh pemerintah tersebut. Akan

tetapi, setelah dilakukan analisis setiap perusahaan tidak terdapat adanya

pelanggaran terhadap kewajiban perpajakannya.

Saran

Dari hasil analisa serta temuan data maka dapat disarankan sebagai

berikut:

Page 13: ANALISIS PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA

1. Seluruh biaya entertainment dibukukan secara teratur agar pada saat

penyusunan SPT Tahunan dapat menyusun daftar nominatif atas biaya

jamuan tersebut.

2. Pendapatan bunga yang diterima Wajib Pajak telah dipotong pajak secara

Final oleh karenanya Pendapatan bunga dibukukan secara terpisah dari

pendapatan lainnya.

3. Pencatatan kewajiban serta pembayaran pajak dilakukan secara teratur

agar pada pelaporan dalam SPT Tahunan tidak perlu dilakukan koreksi

positif atau koreksi negatif.

4. PT. Excelcomindo Pratama Tbk dan PT. Indosat Tbk agar selalu

memperhatikan dan melakukan komunikasi dengan pihak Fiskus untuk

mengetahui ketentuan-ketentuan yang paling akhir baik berupa Keputusan

Menteri Keuangan maupun Peraturan Pemerintah lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Machmud. Pengantar Akuntansi 1. Seri Diktat Kuliah. Jakarta : Gunadarma. 1993.

Ali Machmud. Pengantar Akuntansi 2. Seri Diktat Kuliah. Jakarta : Gunadarma. 1993.

Bambang Suripto. Akuntansi Keuangan Menengah 2. Seri Diktat Kuliah. Jakarta :

Gunadarma. 1993.

Boediono, B. Perpajakan Indonesia. Jakarta : PT. Diadit Media, 2002.

Gunadi. Akuntansi Pajak. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 1997.

Hadi Wardoyo, Teguh. Pajak Terapan Brevet A & B. Jakarta : PT. Bina Artha

Profesitama, 2008.

Ibnu Subiyanto, Bambang Suripto. Akuntansi Biaya. Seri Diktat Kuliah. Jakarta :

Gunadarma. 1993.

Judi Suseno, Rimsky K. Perpajakan. Edisi Revisi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka

Utama. 1997.

Mardiasmo. Perpajakan. Edisi Revisi. Yogyakarta : Andi, 2002.

Mardiasmo. Akuntansi Biaya. Yogyakarta : Andi. 2002.

Miswanto, Eko Widodo. Manajemen Keuangan 1. Seri Diktat Kuliah. Jakarta :

Gunadarma. 1998.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 46 Tahun 1998 tentang Pajak

Penghasilan.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 238/PMK.03/2008 Tahun 2008 tentang Tata Cara

Pelaksanaan dan Pengawasan Pemberian Penurunan Tarif Bagi Wajib Pajak

Badan Dalam Negeri yang Berbentuk Perseroan Terbuka.

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 5 Tahun 2008 tentang Perubahan

Keempat atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 Mengenai Ketentuan Umum

dan Tata Cara Perpajakan.

Helen Wijaya, P. Dampak Kenikmatan dan Pemberian dalam Bentuk Natura terhadap

Pajak Penghasilan Badan. Publikasi Fakultas Ekonomi Universitas

Tarumanegara/Tahun II/02/1999.

Helen Wijaya, P. The Sunset Policy, Pengampunan Pajak yang Diharapkan. Fakultas

Ekonomi Universitas Tarumanegara. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Volume 2

Nomor 1-April 2008: 311-320.

Soemitro, Rachmat. Pengantar Singkat Hukum Pajak. Bandung : PT. Eresco. 1992.

Sudarto, S. Akuntansi Manajemen. Seri Diktat Kuliah. Jakarta : Gunadarma. 1996.

Page 14: ANALISIS PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA

Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 mengenai Perubahan Keempat atas Undang-

Undang No. 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan. Jakarta : PT. Cipta Bina

Parama. 2008.

Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 mengenai perubahan ketiga atas Undang-Undang

No. 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Jakarta

: PT. Cipta Bina Parama. 2008.

Yenni Mangoting. Tax Planning : Sebuah Pengantar Sebagai Alternatif Meminimalkan

Pajak. Universitas Kristen Petra. Jurnal Akuntansi dan Keuangan

(dipublikasikan). 1999.

http://www.indosat.co.id

http://www.xl.co.id