analisis penghitungan pajak penghasilan badan pada
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA
DUA PERUSAHAAN INDUSTRI JASA TELEKOMUNIKASI
(PT. EXCELCOMINDO PRATAMA Tbk. DAN PT. INDOSAT Tbk.)
Dr. Widyatmini SE, MM1
Gian Pratama Putra2
1Dosen
2Mahasiswa
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma
ABSTRAK
Penerimaan dalam negeri bukan migas (minyak dan gas) terutama penerimaan
dari sektor pajak dan penerimaan lainnya berupa penerimaan penjualan jasa-
jasa pemerintah kepada masyarakat, denda, keuntungan perusahaan milik negara
dan surplus anggaran belanja tahun lalu. Undang-undang perpajakan selalu
mengalami perubahan dengan mengikuti perkembangan etnis kerja yang
signifikan. Oleh karena itu untuk meningkatkan penerimaan pajak negara, maka
sistem dan prosedur perpajakan yang berlaku terus disempurnakan dan
disederhanakan dengan memperhatikan asas keadilan, pemerataan, manfaat, dan
kemampuan masyarakat melalui peningkatan mutu pelayanan dan kualitas aparat
yang mencerminkan dalam peningkatan kejujuran, tanggung jawab, dedikasi, dan
penyempurnaan sistem administrasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis laporan keuangan komersial PT. Excelcomindo Pratama Tbk dan
PT. Indosat Tbk yang sebagai dasar penghitungan pajak penghasilan badan.
Penelitian ini menggunakan Laporan Keuangan Konsolidasi dengan periode
akuntansi yang digunakan adalah 31 Desember 2008. Hasil analisis menunjukkan
bahwa setiap perusahaan telah melaksanakan kewajiban formal yaitu
melaksanakan pembukuan, pelaporan dan pembayaran pajak secara teratur,
serta telah melaksanakan pelaporan Pajak Penghasilan pada SPT Tahunan,
sesuai dengan ketentuan hal ini dibuktikan dengan dilakukannya koreksi positif
atas biaya yang non taxable.
Kata Kunci : Pajak Penghasilan Badan
PENDAHULUAN
Undang-undang perpajakan selalu mengalami perubahan dengan
mengikuti perkembangan etnis kerja yang signifikan. Oleh karena itu untuk
meningkatkan penerimaan pajak negara, maka sistem dan prosedur perpajakan
yang berlaku terus disempurnakan dan disederhanakan dengan memperhatikan
asas keadilan, pemerataan, manfaat, dan kemampuan masyarakat melalui
peningkatan mutu pelayanan dan kualitas aparat yang mencerminkan dalam
peningkatan kejujuran, tanggung jawab, dedikasi, dan penyempurnaan sistem
administrasi.
Peraturan-peraturan Perpajakan dan hasil pembaharuan Undang-Undang
Perpajakan sampai saat ini, antara lain :
1. UU No. 28 Tahun 2007 tentang perubahan UU No. 16 Tahun 2000, UU
No. 9 Tahun 1994 dan UU No. 6 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
2. UU No. 36 Tahun 2008 tentang perubahan UU No. 17 Tahun 2000, UU
No. 10 Tahun 1994, UU No. 7 Tahun 1991 dan UU No. 7 Tahun 1983
mengenai Pajak Penghasilan.
3. UU No. 18 Tahun 2000 tentang perubahan UU No. 11 Tahun 1994, UU
No. 8 Tahun 1984 dan UU No. 8 Tahun 1983 mengenai Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
4. UU No. 19 Tahun 2000 tentang perubahan UU No. 19 Tahun 1997
mengenai Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
5. UU No. 12 Tahun 1985 tentang perubahan UU No. 12 Tahun 1994
mengenai Pajak Bumi dan Bangunan.
6. UU No. 21 Tahun 1997 tentang perubahan UU No. 20 Tahun 2000
mengenai Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
7. UU No. 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai. Sampai saat ini belum
mengalami perubahan mengenai undang-undang tersebut.
8. UU No. 34 Tahun 2000 tentang perubahan UU No. 18 Tahun 1997
mengenai Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
9. UU No. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak. Sampai saat ini belum
ada perubahan mengenai undang-undang tersebut.
10. UU No. 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak. Sampai
saat ini belum ada perubahan mengenai undang-undang tersebut.
11. UU No. 39 Tahun 2007 tentang perubahan No. 11 Tahun 1995 mengenai
Cukai. UU No. 17 Tahun 2006 tentang perubahan UU No. 10 Tahun 1995
mengenai Kepabeanan.
Peranan Pajak sebagai penerimaan bagi negara kita merupakan sumber
utama yang masih sangat potensial untuk ditingkatkan agar penerimaan dari pajak
mampu memenuhi seluruh pembiayaan bagi negara. (Rumondang Bulan
Manullang,1999).
Dengan uang yang berasal dari pungutan pajak, negara memperoleh
dukungan dana untuk lancarnya roda pemerintahan, tetapi disisi lain apabila
pungutan pajak dilaksanakan dengan tanpa terkendali dapat berakibat pemerasan
terhadap rakyat. Untuk tetap dalam koridor yang bermanfaat bagi kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara maka pungutan pajak harus taat asas dan
mematuhi aturan-aturan hukum yang berlaku. Untuk adanya control dari
masyarakat maka para wajib pajak perlu memahami apa yang menjadi kewajiban
sebagai wajib pajak, serta memahami apa fungsi pajak sebenarnya. (Suherman
Toha, 2001).
Penelitian yang dilakukan oleh Astrid Justine Kristiani (2002) sebagai
objek penelitiannya adalah PT. Asuransi Jasa Indonesia, hasil penelitian
menunjukkan bahwa meskipun perusahaan telah menyusun Laporan Keuangan
sesuai dengan Undang-Undang No. 7 Tahun 1983, yang telah diubah dengan
Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan, tetapi perusahaan
tetap membutuhkan koreksi fiskal untuk menentukan besarnya Pajak Penghasilan
Terutang.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh John Hutagaol (2005)
terhadap Bentuk Usaha Tetap (BUT). BUT adalah subjek pajak luar negeri yang
kewajiban perpajakannya diperlukan relatif sama dengan Wajib Pajak dalam
negeri lainnya. Perbedaan perlakuan perpajakannya dibandingkan dengan Wajib
Pajak dalam negeri antara lain adalah (i) BUT tidak dapat menikmati tax treaty
Indonesia dengan negara treaty partner lainnya karena ia bukan penduduk
Indonesia, dan (ii) atas laba bersih setelah pajak yang diterima atau diperoleh
suatu BUT dikenakan branch profit tax. Untuk menghindari pengenaan pajak
berganda atas penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh penduduk dari
negara treaty partner di Indonesia, pengujian keberadaan suatu BUT perusahaan
dari negara treaty partner tersebut di Indonesia sebagai kriteria diperlukan untuk
menentukan apakah Indonesia memiliki hak untuk memajaki penghasilan
tersebut.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh P. Helen Wijaya (2008)
Sunset Policy merupakan jawaban dari Direktorat Jenderal Pajak atas penantian
para Wajib Pajak tentang pengampunan pajak. Pengampunan pajak diberikan
hanya berupa penghapusan sanksi administrasi berupa bunga saja, sedangkan atas
pokok pajak yang belum dikenakan pajak, harus dilunasi oleh Wajib Pajak.
Penerapan Sunset Policy ini sebenarnya merupakan jalan terbaik bagi Wajib Pajak
untuk menyelesaikan kewajiban perpajakannya yang belum atau tidak
dipenuhinya selama ini, karena dengan memanfaatkan sunset policy ini
memberikan manfaat bagi Wajib Pajak untuk menjadi Wajib Pajak yang baik di
masa mendatang, karena Wajib Pajak telah melunasi kewajiban perpajaknnya
melalui program sunset policy dan memperoleh kepastian hukum atas
pengampunan pajak ini.
Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui penyebab terjadinya perbedaan antara laporan keuangan
komersial dan laporan keuangan fiskal dan untuk membahas sekaligus
memberikan pemahaman yang mendasar tentang pembaharuan Undang-Undang
Pajak Penghasilan saat ini.
METODE PENELITIAN
Untuk mendapatkan kelengkapan data dari informasi yang dibutuhkan,
maka menggunakan data sekunder sebagai berikut :
Metode Penelitian Kepustakaan (Library Research Method)
Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan pengumpulan data yang
berasal dari literatur-literatur, buku-buku perpustakaan, kumpulan bahan-bahan
kuliah, kumpulan informasi dari jaringan internet yang disediakan oleh
perusahaan melalui situs resmi perusahaan, peraturan-peraturan pemerintah dan
keterangan-keterangan lain yang berhubungan dengan pembahasan penulisan.
Objek Penelitian
Penulisan ini meneliti tentang pengaruh pajak penghasilan badan terhadap
laba bersih pada PT. Excelcomindo Pratama Tbk dan PT. Indosat Tbk. Berikut
data perusahaan yang bersangkutan :
1. Nama Perusahaan : PT. Excelcomindo Pratama Tbk.
Alamat : Kantor Pusat Graha XL di JL. Mega Kuningan
Lot. E4-7 No. 1 Kawasan Mega Kuningan, Jakarta.
2. Nama Perusahaan : PT. Indosat Tbk.
Alamat : Jalan Medan Merdeka Barat No. 21, Jakarta.
Alat Analisis
Penulisan ini menggunakan alat analisis kuantitatif (angka) dengan
mempertimbangkan variabel-variabel (penghasilan kena pajak, beda waktu, beda
tetap, pendapatan usaha, biaya-biaya yang dapat dikurangkan biaya-biaya yang
tidak dapat dikurangkan, dan penyusutan serta amortisasi) yang digunakan dan
perhitungan yang didapat dari data laporan keuangan setiap perusahaan periode 31
Desember 2008 dengan menggunakan standar pelaporan dan penghitungan pajak
dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) untuk laporan keuangan komersial,
di dalam melakukan penghitungan pajak penghasilan khususnya untuk badan
menggunakan pedoman PSAK No. 46 tentang pajak penghasilan, dikarenakan
adanya perbedaan waktu dan perbedaan tetap antara laporan keuangan komersial
dengan laporan keuangan fiskal.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Laporan keuangan menurut Undang-undang Perpajakan adalah laporan
keuangan yang disusun khusus untuk kepentingan perpajakan dengan berpedoman
pada peraturan Undang-undang Perpajakan. Laporan Keuangan PT.
Excelcomindo Pratama Tbk secara formal telah memenuhi ketentuan dalam Pasal
28 Undang -Undang No.7 Tahun 1983 yang telah diubah dengan Undang-Undang
No.7 Tahun 1991, Undang-Undang No.10 Tahun 1994, UU No. 17 Tahun 2000
dan terakhir No. 36 Tahun 2008, tetapi secara yuridis fiskal perlu disesuaikan
terhadap peraturan perpajakan yang berlaku.
Perbedaan permanen
Perbedaan permanen adalah perbedaan pengakuan suatu penghasilan
atau biaya berdasarkan ketentuan perundang-undangan perpajakan dengan
prinsip akuntansi yang sifatnya permanen. Fiskus menghitung besarnya
penghasilan berdasarkan ketentuan perpajakan, sedangkan wajib pajak
memandang dari sudut akuntansi. Perbedaan ini dapat timbul karena :
a. Penerimaan yang menurut akuntansi keuangan merupakan penghasilan,
sedangkan menurut perpajakan tidak termasuk obyek pajak penghasilan.
Perbedaan ini menguntungkan wajib pajak karena memperkecil
penghasilan kena pajak dan pajak penghasilan terhutang. Bagi perusahaan
dalam negri yang berbentuk perseroan terbatas, jenis penghasilan yang
bukan objek pajak penghasilan antara lain dividen yang berasal dari
cadangan laba yang ditahan, penggantian atau imbalan yang sehubungan
dengan pekerjaan atau jasa dalam bentuk natura dari Wajib Pajak.
b. Penerimaan yang menurut akuntansi keuangan bukan merupakan
penghasilan tetapi menurut perpajakan merupakan obyek pajak. Perbedaan
ini sifatnya merugikan wajib pajak karena menambah penghasilan kena
pajak dan pajak penghasilan terutang, misalnya premi asuransi yang
diterima perusahaan asuransi, penerimaan dalam bentuk natura yang
dibayar oleh pemberi kerja.
c. Penghasilan yang terkena pajak penghasilan yang bersifat final.
Penghasilan yang pajak penghasilannya telah dipotong atau dipungut oleh
pihak lain atau yang dibayarkan sendiri oleh wajib pajak yang
bersangkutan, terbatas pada jenis-jenis penghasilan tertentu yang sudah
ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah antara lain pendapatan
bunga, sewa, dividen.
d. Pengeluaran yang menurut akuntansi keuangan merupakan beban,
sedangkan menurut perpajakan tidak boleh dikurangkan dari penghasilan
bruto seperti yang diatur dalam pasal 9 Undang-undang Pajak Penghasilan
Tahun 1994. Perbedaan ini sifatnya merugikan wajib pajak karena wajib
pajak akan memperbesar penghasilan kena pajak dan pajak penghasilannya
contoh: biaya pengobatan, biaya jamuan tamu yang tidak didukung daftar
nominatif.
Perbedaan waktu
Perbedaan waktu yang bersifat sementara adalah perbedaan waktu
pengakuan pendapatan dan beban tertentu menurut akuntansi dengan ketentuan
perpajakan misalnya penyusutan aktiva tetap, efek, tagihan atau utang dalam
valuta asing, harta berwujud dan tidak berwujud.
Laporan keuangan yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip dalam
Standar Akuntansi Keuangan merupakan laporan keuangan komersial, akibat
adanya perbedaan prinsip-prinsip antara Standar Akuntansi Keuangan dengan
peraturan perundang-undangan perpajakan dalam hal perhitungan laba kena pajak,
maka laporan keuangan komersial yang telah disusun tersebut perlu dikoreksi
sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku sehingga dapat dihasilkan
laporan keuangan fiskal. Koreksi fiskal merupakan koreksi atas jumlah pajak yang
terhutang. Koreksi ini dapat berupa koreksi positif dan koreksi negatif. Koreksi
fiskal positif adalah koreksi-koreksi yang akan mengakibatkan penambahan laba
kena pajak. Pada umumnya koreksi fiskal positif ini dilakukan benkenaan dengan:
- Biaya-biaya yang tidak diperbolehkan untuk mengurangi penghasilan
- Pendapatan yang dilaporkan terlalu kecil
- Beban yang dilaporkan terlalu besar.
Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan, dimana
penghasilan tersebut bukan merupakan obyek pajak dan atau penghasilan tersebut
telah dilakukan pemotongan atau pemungutan pajak yang bersifat final.
Koreksi fiskal negatif adalah koreksi-koreksi yang akan mengurangi
penghasilan kena pajak, koreksi fiskal negatif dapat berupa pendapatan yang
tidak dapat ditambahkan sebagai penghasilan dan biaya penyusutan. Dengan
dilakukannya koreksi fiskal terhadap perhitungan laba-rugi perusahaan, maka
dapat diketahui besarnya laba kena pajak yang sebenarnya.
PT. Excelcomindo Pratama Tbk
1. Objek PPh Pasal 21
Untuk objek PPh Pasal 21 terdapat perbedaan perhitungan antara
Wajib Pajak dengan pihak penulis yang menyebabkan koreksi fiskal untuk
objek PPh Pasal 21 sebesar :
- Objek PPh Pasal 21 menurut Wajib Pajak 722.515.000.000
- Objek PPh Pasal 21 menurut Penulis 672.690.000.000
Koreksi Fiskal Positif (49.825.000.000)
Koreksi fiskal positif PPh Pasal 21 sebesar Rp 49.825.000.000
dilakukan karena dalam perhitungan beban gaji dan kesejahteraan
karyawan terdapat akun penyisihan imbalan kerja dan akun gaji dan
tunjangan untuk dewan direksi dan komisaris, masing-masing sebesar Rp
14.753.000.000 dan Rp 35.072.000.000. Menurut fiskal akun penyisihan
atau pencadangan dalam bentuk apapun tidak akan diakui sebagai beban,
sedangkan gaji dan tunjangan untuk dewan direksi dan komisaris tidak
dapat dikurangkan dan harus dikeluarkan terlebih dahulu dari akun gaji
dan tunjangan.
2. Objek PPh Pasal 23
Berdasarkan penelitian atas Ledger dan Buku besar diketahui
bahwa objek PPh pasal 23 untuk tahun 2008 sebesar Rp 21.287.000.000
yang terdiri dari sewa kantor pada PT. Caraka Citra Sekar Lestari sebesar
Rp 11.088.000.000 dan sewa internet sebesar Rp 10.199.000.000.
3. Objek PPh Pasal 26
Berdasarkan Undang -Undang No.7 Tahun 1983 yang telah diubah
dengan Undang-Undang No.7 Tahun 1991, Undang-Undang No.10 Tahun
1994, Undang-Undang No.17 Tahun 2000 UU dan terakhir No. 36 Tahun
2008, yang menjadi objek PPh Pasal 26 adalah dividen, bunga, royalti,
sewa, imbalan sehubungan dengan jasa, hadiah, pensiun yang diterima
oleh Wajib Pajak Luar Negeri. Penelitian atas laporan keuangan, general
ledger, seluruh biaya yang menjadi objek PPh Pasal 26 tersebut telah
dibayar dan dibiayakan yang mengurangi Penghasilan Kena Pajak, akan
tetapi salah satu dari objek PPh Pasal 26 tersebut pada pembagian deviden
yang dibayarkan kepada para pemegang saham sebesar Rp
141.800.000.000 belum dibayar PPh Pasal 26.
Nama Pemegang Saham
Jumlah
Jumlah Lembar Saham %
Indocel Holding Sdn. Bhd.
5,940,937,000.00
118.828.400.000 (dahulu Nynex Indocel Holding Sdn.) 83.80
Emirates Telecommunications
1,132,497,500.00
22.645.460.000
Corporation (Etisalat)
International Indonesia Ltd. 15.97
Masyarakat 16,565,500.00 0.23 326.140.000
Jumlah 7,090,000,000.00 100.00 141.800.000.000
Koreksi yang telah dilakukan tersebut diatas terdiri dari perbedaan yang
sifatnya permanen dan juga yang bersifat beda waktu. Perbedaan itu merupakan
penyesuaian atas beban yang tidak dapat dikurangkan dari Penghasilan Kena
Pajak dan penghasilan yang secara fiskal bukan merupakan objek pajak.
Koreksi-koreksi fiskal yang digunakan untuk merekonsiliasi Laporan
Keuangan Komersial menjadi Laporan Keuangan Fiskal ada dua macam, yaitu :
a. Koreksi Fiskal Positif sebesar Rp 523.895.563.000 yang terdiri dari :
- Penyisihan Gaji dan Kesejahteraan Karyawan Rp 35.072.000.000
- Penyisihan Piutang Ragu-Ragu Rp 15.847.000.000
- Penyisihan Imbalan Kerja Rp 14.753.000.000
- Selisih antara penyusutan dan amortisasi
komersial dan fiskal Rp 418.918.563.000
- Selisih antara laba/(rugi) aset tetap
komersial dan fiskal Rp 11.656.000.000
- Pendapatan Bunga Rp 27.649.000.000
b. Koreksi Fiskal Negatif, sebesar Rp 0,-
Didalam penghitungan penghasilan neto fiskal, PT. Excelcomindo Pratama
Tbk, tidak melakukan penyesuaian fiskal negatif karena sudah dimasukkan dalam
penghasilan yang dikenakan PPh Final dan yang tidak termasuk objek pajak.
Adanya koreksi fiskal positif maupun koreksi fiskal negatif di atas
disebabkan oleh adanya Beda Tetap (Permanent Differences), kecuali untuk
penyusutan komersial dan penyusutan fiskal. Adanya penyusutan komersial dan
penyusutan fiskal disebabkan oleh adanya Beda Waktu (Timming Differences).
Adanya penyusutan komersial dan penyusutan fiskal terhadap aktiva tetap
disebabkan oleh adanya beda waktu. Dengan adanya perbedaan koreksi laporan
keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal maka berpengaruh terhadap laba
bersih perusahaan dan besarnya penghasilan yang dikenakan pajak yang
kemudian dijadikan sebagai dasar penetapan pajak penghasilan yang terutang.
Dimana perbedaan tersebut adalah sebagai berikut :
Penyusutan Komersial Rp 2.230.806.763.000
Penyusutan Fiskal Rp 1.811.888.200.000
Beda Waktu Rp 418.918.563.000
Perhitungan Pajak Penghasilan PT Excelcomindo Pratama Tbk.
Tujuan dari pembahasan diatas adalah untuk mengetahui berapa besarnya
Penghasilan Kena Pajak. Dari pembahasan diatas ditemukan :
1. Semua pendapatan yang tercantum dalam laporan laba-rugi adalah
pendapatan yang diakui oleh PT. Excelcomindo Pratama Tbk dan telah
dicatat sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.
2. Semua biaya yang tercantum dalam laporan laba-rugi adalah biaya yang
diakui oleh perusahaan dan berhubungan dengan kegiatan usaha
perusahaan kecuali untuk sebagian biaya kepegawaian dan perjamuan.
Biaya-biaya lainnya telah dicatat sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan.
3. Dengan berpedoman pada Undang-undang Perpajakan, pendapatan yang
telah dicatat perusahaan akan dianalisa kembali. Menurut Undang-undang
Perpajakan, penghasilan bunga adalah penghasilan yang telah dikenakan
pajak dan bersifat final. Jadi penghasilan ini tidak dimasukkan dalam
penghasilan yang akan dikenakan pajak.
4. Dengan pedoman pada Undang -undang Perpajakan, biaya-biaya yang
tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto dalam rangka
menentapkan besarnya Penghasilan Kena Pajak. Biaya-biaya itu adalah
biaya jamuan (entertainment), biaya gaji, biaya kepegawaian, biaya
pengobatan, biaya jamsostek (Astek), biaya majalah dan biaya pajak
lainnya.
5. Setelah dianalisa pendapatan dan biaya dengan pedoman pada Undang-
undang Perpajakan, maka ditemukan bahwa pada akhir Desember 2008
dalam laporan laba rugi perusahaan mendapatkan keuntungan (laba)
sebesar Rp 577.549.513.000 yang sebelumnya menurut penghitungan oleh
perusahaan mendapatkan kerugian sebesar Rp 15.109.000.000.
6. Besarnya pajak penghasilan yang terutang berdasarkan tarif sesuai dengan
pasal 17 ayat 1 Undang-Undang Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 dan
telah diubah menjadi Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun
2008 yang berlaku efektifnya untuk Tahun 2009. Oleh karena itu, untuk
periode Tahun 2008 ini berlaku Sunset Policy yang menjadi titik tinggal
landas undang-undang tersebut. Untuk keperluan penetapan tarif tersebut
jumlah Penghasilan Kena Pajak dibulatkan kebawah dalam ribuan rupiah
penuh.
7. Berikut ini adalah perhitungan besarnya pajak penghasilan yang terutang
dan pajak yang lebih dibayar (PPh pasal 29) oleh PT. Excelcomindo
Pratama Tbk untuk saldo buku yang berakhir 31 Desember 2008 :
Laba sebelum pajak Tahun 2008 577.549.513.000
Kompensasi kerugian -
Laba/(rugi) dasar perhitungan 577.549.513.000
PPh Pasal 29 Tahun 2003
- 10 % x 50.000.000 = 5.000.000
- 15 % x 50.000.000 = 7.500.000
- 30 % x 577.449.513.000 = 173.234.853.900
Total PPh yang terutang 173.247.353.900
Kredit Pajak -
- PPh Pasal 23 atas Sewa 3.193.050.000
- PPh Pasal 23 atas Deviden 21.270.000.000
Jumlah Kredit Pajak (24.463.050.000)
PPh yang dibayar sendiri
- PPh Pasal 25 (83.733.000.000)
PPh Kurang Bayar (PPh Pasal 29) 65.051.303.900
- Jurnal Pencatatan Kredit Pajak :
Piutang PPh 25 83.733.000.000
Piutang PPh Pasal 23 Sewa 3.193.050.000
Piutang PPh Pasal 23 Deviden 21.270.000.000
Kas 83.733.000.000
Pendapatan Sewa 24.463.050.000
- Jurnal Pencatatan Kurang Bayar :
Biaya PPh 173.247.353.900
Piutang PPh 25 83.733.000.000
Piutang PPh Pasal 23 Sewa 3.193.050.000
Piutang PPh Pasal 23 Deviden 21.270.000.000
Kas/PPh Pasal 29 65.051.303.900
- Jurnal Pencacatan Pembayaran PPh Pasal 29 :
Hutang PPh 65.051.303.900
Kas 65.051.303.900
Selain itu perusahaan juga diwajibkan untuk menghitung dan melaporkan
dalam SPT PPh Tahun yang bersangkutan mengenai jumlah PPh pasal 25 tahun
berikutnya diangsur setiap bulan, yaitu dengan cara pajak penghasilan yang
terutang menurut SPT PPh Tahun yang bersangkutan dikurangi dengan PPh yang
dipotong atau dipungut serta PPh yang dibayar dan terhutang diluar negeri yang
boleh dikreditkan kemudian dibagi 12 (dua belas) bulan. Perhitungan Pajak yang
harus diangsur (PPh pasal 25) PT. Excelcomindo Pratama Tbk adalah sebagai
berikut :
Laba sebelum pajak 577.549.513.000
Pendapatan tidak teratur (rugi selisih kurs) (332.151.000.000)
Laba Dasar Perhitungan PPh pasal 29 245.398.513.000
Pajak Penghasilan Terutang :
- 10 % x Rp 50.000.000 = 5.000.000
- 15 % x Rp 50.000.000 = 7.500.000
- 30 % x Rp 245.298.513.000 = 73.589.553.900
Jumlah Pajak Penghasilan Terutang 73.602.053.900
Kredit Pajak
- PPh Pasal 23 atas Sewa 3.193.050.000
- PPh Pasal 23 atas Deviden 21.270.000.000
Jumlah Kredit Pajak (24.463.050.000)
PPh yang dibayar sendiri
- PPh Pasal 25 (83.733.000.000)
Dasar Perhitungan Angsuran per tahun 34.593.996.100
Angsuran PPh Pasal 25 per bulan 2.882.833.008
PT. INDOSAT Tbk
Adanya penyusutan komersial dan penyusutan fiskal terhadap aktiva tetap
disebabkan oleh adanya beda waktu, dimana perbedaan tersebut adalah sebagai
berikut :
Penyusutan Komersial Rp 1.998.634.660.000
Penyusutan Fiskal Rp 1.680.609.285.000
Beda Waktu Rp 318.025.375.000
- Selisih koreksi fiskal (beda waktu) :
Penyusutan aktiva tetap – akuntansi = Rp 1.998.634.660.000
Penyusutan aktiva tetap – fiskal = (Rp 1.680.609.285.000)
Penyisihan piutang = Rp 33.090.000.000
Penghapusan piutang = (Rp 97.795.000.000)
Jumlah selisih lebih koreksi negatif = (Rp 253.320.375.000)
Biaya pajak tangguhan (30%) = (Rp 75.996.112.500)
- Jurnal atas aktiva pajak tangguhan :
Biaya Pajak Tangguhan 75.996.112.500
Aktiva Pajak Tangguhan 75.996.112.500
Perhitungan Pajak Penghasilan PT Indosat Tbk.
Tujuan dari pembahasan diatas adalah untuk mengetahui berapa besarnya
Penghasilan Kena Pajak. Dari pembahasan diatas penulis menemukan:
1. Semua pendapatan yang tercantum dalam laporan laba-rugi adalah
pendapatan yang diakui oleh PT Indosat Tbk dan telah dicatat sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan.
2. Semua biaya yang tercantum dalam laporan laba-rugi adalah biaya yang
diakui oleh perusahaan dan berhubungan dengan kegiatan usaha
perusahaan kecuali untuk sebagian biaya kepegawaian dan perjamuan.
Biaya-biaya lainnya telah dicatat sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan.
3. Dengan berpedoman pada Undang-undang Perpajakan, pendapatan yang
telah dicatat perusahaan akan dianalisa kembali. Menurut Undang-undang
Perpajakan, penghasilan bunga adalah penghasilan yang telah dikenakan
pajak dan bersifat final. Jadi penghasilan ini tidak dimasukkan dalam
penghasilan yang akan dikenakan pajak.
4. Dengan pedoman pada Undang-undang Perpajakan, biaya-biaya yang
tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto dalam rangka
menentapkan besarnya Penghasilan Kena Pajak. Biaya-biaya itu adalah
biaya jamuan (entertainment), biaya gaji, biaya kepegawaian, biaya
pengobatan, biaya jamsostek (Astek), biaya majalah dan biaya pajak
lainnya.
5. Setelah dianalisa pendapatan dan biaya dengan pedoman pada Undang-
undang Perpajakan, maka ditemukan bahwa pada akhir Desember 2008
dalam laporan laba rugi perusahaan mendapatkan keuntungan (laba)
sebelum pajak sebesar Rp 2.192.061.591.000 yang sebelumnya menurut
penghitungan oleh perusahaan mendapatkan laba setelah pajak sebesar Rp
1.905.285.000.000, sedangkan laba sebelum dikenakan pajak menurut
penulis sebesar Rp 2.903.030.130.000 dan laba setelah dikenakan pajak
menurut perusahaan sebesar Rp 2.325.115.000.000
6. Besarnya pajak penghasilan yang terutang berdasarkan tarif sesuai dengan
pasal 17 ayat 1 Undang-Undang Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 dan
telah diubah menjadi Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun
2008 yang berlaku efektifnya untuk Tahun 2009. Oleh karena itu, untuk
periode Tahun 2008 ini berlaku Sunset Policy yang menjadi titik tinggal
landas undang-undang tersebut. Untuk keperluan penetapan tarif tersebut
jumlah Penghasilan Kena Pajak dibulatkan kebawah dalam ribuan rupiah
penuh.
7. Berikut ini adalah perhitungan besarnya pajak penghasilan yang terutang
dan pajak dan pajak penghasilan yang masih harus dibayar (PPh pasal 29)
oleh PT Indosat Tbk untuk saldo buku yang berakhir 31 Desember 2008 :
Laba sebelum pajak Tahun 2008 2.903.030.130.000
Kompensasi kerugian -
Laba/(rugi) dasar perhitungan 2.903.030.130.000
PPh Pasal 29 Tahun 2003
- 10 % x 50.000.000 = 5.000.000
- 15 % x 50.000.000 = 7.500.000
- 30 % x 2.902.930.130.000 = 870.879.039.000
Total PPh yang terutang 870.891.539.000
Kredit Pajak Dalam Negeri
- PPh Pasal 23 (9.053.000.000)
PPh yang dibayar sendiri
- PPh Pasal 25 (317.745.000.000)
PPh Kurang Bayar (PPh Pasal 29) 444.631.539.000
- Jurnal Pencatatan Kredit Pajak :
Piutang PPh 25 317.745.000.000
Piutang PPh Pasal 23 9.053.000.000
Kas 317.745.000.000
Pendapatan Sewa 9.053.000.000
- Jurnal Pencatatan Kurang Bayar :
Biaya PPh 870.891.539.000
Piutang PPh 25 317.745.000.000
Piutang PPh Pasal 23 9.053.000.000
Kas/PPh Pasal 29 444.631.539.000
- Jurnal Pencacatan Pembayaran PPh Pasal 29 :
Hutang PPh 444.631.539.000
Kas 444.631.539.000
8. Selain itu perusahaan juga diwajibkan untuk menghitung dan melaporkan
dalam SPT PPh Tahun yang bersangkutan mengenai jumlah PPh pasal 25
tahun berikutnya diangsur setiap bulan, yaitu dengan cara pajak
penghasilan yang terutang menurut SPT PPh Tahun yang bersangkutan
dikurangi dengan PPh yang dipotong atau dipungut serta PPh yang dibayar
dan terhutang diluar negeri yang boleh dikreditkan kemudian dibagi 12
(dua belas) bulan. Perhitungan Pajak yang harus diangsur (PPh pasal 25)
PT Indosat Tbk adalah sebagai berikut :
Laba sebelum pajak 2.903.030.130.000
Pendapatan tidak teratur (rugi selisih kurs) (885.729.000.000)
Laba Dasar Perhitungan PPh pasal 29 2.017.301.130.000
Pajak Penghasilan Terutang :
- 10 % x Rp 50.000.000 = 5.000.000
- 15 % x Rp 50.000.000 = 7.500.000
- 30 % x Rp2.017.201.130.000 = 605.190.339.000
Jumlah Pajak Penghasilan Terutang 605.202.839.000
Kredit Pajak Dalam Negeri
- PPh Pasal 23 (9.053.000.000)
PPh yang dibayar sendiri
PPh Pasal 25 (317.745.000.000)
Dasar Perhitungan Angsuran per tahun 278.404.839.000
Angsuran PPh Pasal 25 per bulan 23.200.403.250
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian atas data-data yang tersedia serta analisa
pelaksanaan kewajiban Pajak Penghasilan yang dilaksanakan PT. Excelcomindo
Pratama Tbk dan PT. Indosat Tbk yang merupakan judul skripsi ini dapat
disimpulkan bahwa :
1. PT. Excelcomindo Pratama Tbk dan PT. Indosat Tbk sama-sama telah
melaksanakan kewajiban formal yaitu melaksanakan pembukuan,
pelaporan dan pembayaran pajak secara teratur.
2. PT. Excelcomindo Pratama Tbk dan PT. Indosat Tbk telah melaksanakan
pelaporan Pajak Penghasilan pada SPT Tahunan, sesuai dengan ketentuan
hal ini dibuktikan dengan dilakukannya koreksi positif atas biaya yang non
taxable.
3. Dengan adanya perubahan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku maka
selama Tahun 2008 pemerintah memberikan pengampunan pajak atau
lebeih dikenal dengan nama Sunset Policy, setiap perusahaan dapat
memanfaatkan fasilitas yang diberikan oleh pemerintah tersebut. Akan
tetapi, setelah dilakukan analisis setiap perusahaan tidak terdapat adanya
pelanggaran terhadap kewajiban perpajakannya.
Saran
Dari hasil analisa serta temuan data maka dapat disarankan sebagai
berikut:
1. Seluruh biaya entertainment dibukukan secara teratur agar pada saat
penyusunan SPT Tahunan dapat menyusun daftar nominatif atas biaya
jamuan tersebut.
2. Pendapatan bunga yang diterima Wajib Pajak telah dipotong pajak secara
Final oleh karenanya Pendapatan bunga dibukukan secara terpisah dari
pendapatan lainnya.
3. Pencatatan kewajiban serta pembayaran pajak dilakukan secara teratur
agar pada pelaporan dalam SPT Tahunan tidak perlu dilakukan koreksi
positif atau koreksi negatif.
4. PT. Excelcomindo Pratama Tbk dan PT. Indosat Tbk agar selalu
memperhatikan dan melakukan komunikasi dengan pihak Fiskus untuk
mengetahui ketentuan-ketentuan yang paling akhir baik berupa Keputusan
Menteri Keuangan maupun Peraturan Pemerintah lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Machmud. Pengantar Akuntansi 1. Seri Diktat Kuliah. Jakarta : Gunadarma. 1993.
Ali Machmud. Pengantar Akuntansi 2. Seri Diktat Kuliah. Jakarta : Gunadarma. 1993.
Bambang Suripto. Akuntansi Keuangan Menengah 2. Seri Diktat Kuliah. Jakarta :
Gunadarma. 1993.
Boediono, B. Perpajakan Indonesia. Jakarta : PT. Diadit Media, 2002.
Gunadi. Akuntansi Pajak. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 1997.
Hadi Wardoyo, Teguh. Pajak Terapan Brevet A & B. Jakarta : PT. Bina Artha
Profesitama, 2008.
Ibnu Subiyanto, Bambang Suripto. Akuntansi Biaya. Seri Diktat Kuliah. Jakarta :
Gunadarma. 1993.
Judi Suseno, Rimsky K. Perpajakan. Edisi Revisi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama. 1997.
Mardiasmo. Perpajakan. Edisi Revisi. Yogyakarta : Andi, 2002.
Mardiasmo. Akuntansi Biaya. Yogyakarta : Andi. 2002.
Miswanto, Eko Widodo. Manajemen Keuangan 1. Seri Diktat Kuliah. Jakarta :
Gunadarma. 1998.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 46 Tahun 1998 tentang Pajak
Penghasilan.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 238/PMK.03/2008 Tahun 2008 tentang Tata Cara
Pelaksanaan dan Pengawasan Pemberian Penurunan Tarif Bagi Wajib Pajak
Badan Dalam Negeri yang Berbentuk Perseroan Terbuka.
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 5 Tahun 2008 tentang Perubahan
Keempat atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 Mengenai Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan.
Helen Wijaya, P. Dampak Kenikmatan dan Pemberian dalam Bentuk Natura terhadap
Pajak Penghasilan Badan. Publikasi Fakultas Ekonomi Universitas
Tarumanegara/Tahun II/02/1999.
Helen Wijaya, P. The Sunset Policy, Pengampunan Pajak yang Diharapkan. Fakultas
Ekonomi Universitas Tarumanegara. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Volume 2
Nomor 1-April 2008: 311-320.
Soemitro, Rachmat. Pengantar Singkat Hukum Pajak. Bandung : PT. Eresco. 1992.
Sudarto, S. Akuntansi Manajemen. Seri Diktat Kuliah. Jakarta : Gunadarma. 1996.
Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 mengenai Perubahan Keempat atas Undang-
Undang No. 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan. Jakarta : PT. Cipta Bina
Parama. 2008.
Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 mengenai perubahan ketiga atas Undang-Undang
No. 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Jakarta
: PT. Cipta Bina Parama. 2008.
Yenni Mangoting. Tax Planning : Sebuah Pengantar Sebagai Alternatif Meminimalkan
Pajak. Universitas Kristen Petra. Jurnal Akuntansi dan Keuangan
(dipublikasikan). 1999.
http://www.indosat.co.id
http://www.xl.co.id