analisis penggunaan hydrocarbon crack system …lib.unnes.ac.id/27712/1/5202412069.pdf · bahan...

38
i ANALISIS PENGGUNAAN HYDROCARBON CRACK SYSTEM (HCS) DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR SUPRA X 125 TAHUN 2008 SKRIPSI Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknik Otomotif oleh Muhammad Nur Akhsan 5202412069 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016

Upload: phamdung

Post on 03-Mar-2019

250 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PENGGUNAAN HYDROCARBON CRACK SYSTEM …lib.unnes.ac.id/27712/1/5202412069.pdf · bahan bakar bensin ditentukan CO ≤ 5,5 % dan HC ≤ 2.400 ppm. Saran penggunaan alat katalis

i

ANALISIS PENGGUNAAN HYDROCARBON CRACK SYSTEM

(HCS) DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN

PERTAMAX TERHADAP EMISI GAS BUANG

PADA SEPEDA MOTOR SUPRA X 125 TAHUN 2008

SKRIPSI

Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Teknik Otomotif

oleh

Muhammad Nur Akhsan

5202412069

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016

Page 2: ANALISIS PENGGUNAAN HYDROCARBON CRACK SYSTEM …lib.unnes.ac.id/27712/1/5202412069.pdf · bahan bakar bensin ditentukan CO ≤ 5,5 % dan HC ≤ 2.400 ppm. Saran penggunaan alat katalis

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh:

Nama : Muhammad Nur Akhsan

NIM : 5202412069

Program Studi : Pendidikan Teknik Otomotif S1

Judul Skripsi : Analisis Penggunaan Hydrocarbon Crack System (HCS)

dengan Bahan Bakar Premium dan Pertamax terhadap Emisi Gas

Buang pada Sepeda Motor Supra X 125 Tahun 2008

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji dan diterima sebagai persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Teknik pada Program Studi Pendidikan Teknik Mesin S1, Jurusan Teknik

Mesin, Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.

Panitia Ujian

Tanda Tangan Tanggal

Ketua : Rusiyanto, S.Pd., M.T. ( ) .........

NIP 197403211999031002

Sekretaris : Dr. Dwi Widjanarko, S.Pd., S.T., M.T.( ) .........

NIP 196901061994031003

Dewan Penguji

Pembimbing : Drs. Supraptono, M.Pd. ( ) .........

NIP.195508091982031002

Penguji Utama I : Wahyudi, S.Pd., M.Eng. ( ) .........

NIP.198003192005011001

Penguji Utama II : Dr. Hadromi S.Pd., MT. ( ) .........

NIP.196908071994031004

Penguji Pendamping : Drs. Supraptono, M.Pd. ( ) .........

NIP.195508091982031002

Ditetapkan di :Semarang

Pada tanggal :

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Teknik

Dr. Nur Qudus, M.T

NIP. 196911301994031001

Page 3: ANALISIS PENGGUNAAN HYDROCARBON CRACK SYSTEM …lib.unnes.ac.id/27712/1/5202412069.pdf · bahan bakar bensin ditentukan CO ≤ 5,5 % dan HC ≤ 2.400 ppm. Saran penggunaan alat katalis

iii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama Mahasiswa : Muhammad Nur Akhsan

NIM : 5202412069

Program Studi : Pendidikan Teknik Otomotif S1

Fakultas : Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Analisis Penggunaan

Hydrocarbon Crack System (HCS) dengan Bahan Bakar Premium dan

Pertamax terhadap Emisi Gas Buang pada Sepeda Motor Supra X 125 Tahun

2008” ini merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk

memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun, dan sepanjang

pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Semarang, 1 Agustus 2016

Yang membuat peryataan

Muhammad Nur Akhsan

NIM 5202412069

Page 4: ANALISIS PENGGUNAAN HYDROCARBON CRACK SYSTEM …lib.unnes.ac.id/27712/1/5202412069.pdf · bahan bakar bensin ditentukan CO ≤ 5,5 % dan HC ≤ 2.400 ppm. Saran penggunaan alat katalis

iv

ABSTRAK

Akhsan, Muhammad Nur. 2016. Analisis Penggunaan Hydrocarbon Crack System

(HCS) dengan Bahan Bakar Premium dan Pertamax Terhadap Emisi Gas Buang

pada Sepeda Motor Supra X 125 Tahun 2008. Skripsi. Jurusan Teknik Mesin

Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Drs.Supraptono, M.Pd.

Kata Kunci: HCS, Premium, Pertamax, Emisi Gas Buang

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui cara pembuatan dan

mengaplikasikan alat hydrcarbon crack system (HCS) pada sepeda motor supra x

125, Mengetahui hasil emisi gas buang dari penambahan katalis HCS dengan

premium dan pertamax.

Metode penelitian yang digunakan sengan pendekatan eksperimen tentang

penggunaan katalis HCS dengan bahan bakar premium dan pertamax pada sepeda

motor 125 cc. Pengujian emisi dengan alat SPTC Autocheck Gas untuk mengukur

hasil emisi gas buang dari kendaraan bermotor, kemudian diperoleh hasil berupa

data kandungan gas CO, CO2, HC, dan O2.

Data hasil penelitian diperoleh rata-rata pada HCS dengan menggunakan

premium CO 1,54 %vol, CO2 2,25 %vol, HC 596 ppmvol, dan O2 15,74 %vol.

Kemudian rata-rata pada HCS dengan menggunakan pertamax CO 0,38 %vol, CO2

2,98 %vol, HC 279 ppmvol, dan O2 16,13 %vol. Selanjutnya perbandingan hasil

emisi dari kedua bahan bakar tersebut yaitu terdapat emisi HC dengan selisih 317

ppmvol lebih banyak emisi HC dari bahan bakar premium dibandingkan bahan

bakar pertamax saat menggunakan katalis HCS. Emisi CO ada selisih 1,16 %vol

dari bahan bakar premium lebih banyak emisi CO dibandingkan bahan bakar

pertamax saat menggunakan katalis HCS. Pada emisi CO2 ada selisih 0,73%vol dari

bahan bakar pertamax lebih banyak emisi CO2 dibandingkan bahan bakar premium

saat menggunakan katalis HCS. Sehingga ada selisih 0,39 %vol dari bahan bakar

pertamax lebih banyak gas O2 dibandingkan bahan bakar premium saat

menggunakan katalis HCS. Dari data tersebut menunjukkan bahwa emisi gas buang

yang dihasilkan sepeda motor tahun 2008 saat menggunakan katalis HCS berbahan

bakar premium maupun pertamax lebih ramah lingkungan dilihat dari Keputusan

Menteri Lingkungan Hidup No.05 tahun 2006 yaitu sepeda motor 4 tak dengan

bahan bakar bensin ditentukan CO ≤ 5,5 % dan HC ≤ 2.400 ppm.

Saran penggunaan alat katalis HCS dapat diaplikasikan pada semua sepeda

motor bermesin konvensional sehingga emisi gas buang yang dihasilkan lebih

ramah lingkungan. Penggunaan HCS lebih efektif menggunakan bahan bakar jenis

pertamax karena menghasilkan tingkat emisi yang lebih rendah hingga 50%

dibandingkan dengan bahan bakar premium.

Page 5: ANALISIS PENGGUNAAN HYDROCARBON CRACK SYSTEM …lib.unnes.ac.id/27712/1/5202412069.pdf · bahan bakar bensin ditentukan CO ≤ 5,5 % dan HC ≤ 2.400 ppm. Saran penggunaan alat katalis

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah,

dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah sodaqoh.

Sesungguhnya ilmu pengetahuan menempatkan orangnya, dalam kedudukan

terhormat dan mulia (tinggi). Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di

dunia dan di akhirat. (HR. Ar-Rabii').

Persembahan:

Untuk ayah, ibu, kakak-kakak dan adik-adik tercinta

Untuk keluarga besar Ponpes Durrotu Aswaja

Untuk keluarga besar Universitas Negeri semarang

Page 6: ANALISIS PENGGUNAAN HYDROCARBON CRACK SYSTEM …lib.unnes.ac.id/27712/1/5202412069.pdf · bahan bakar bensin ditentukan CO ≤ 5,5 % dan HC ≤ 2.400 ppm. Saran penggunaan alat katalis

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan

hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Analisis Penggunaan Hydrocarbon Crack System (HCS) dengan Bahan Bakar

Premium dan Pertamax Terhadap Emisi Gas Buang pada Sepeda Motor Supra

X 125 Tahun 2008”.

Skripsi ini disusun dalam rangka menyelesaikan Studi Strata 1 untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Teknik Mesin, Fakultas

Teknik, Universitas Negeri Semarang. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan

dan bimbingan dari berbagai pihak, penelitian ini tidak akan terlaksana dengan

baik. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. Nur Qudus, M.T., Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.

3. Rusiyanto, S.Pd., M.T., Ketua Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri

Semarang.

4. Dr. Dwi Widjanarko, S.Pd., S.T., M.T., Ketua Program Studi Otomotif

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.

5. Drs. Supraptono, M.Pd., Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu

untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Wahyudi, S.Pd., M.Eng.,Dosen Penguji I yang telah meluangkan waktu dan

saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Dr. Hadromi S.Pd., MT., Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktu dan

saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 7: ANALISIS PENGGUNAAN HYDROCARBON CRACK SYSTEM …lib.unnes.ac.id/27712/1/5202412069.pdf · bahan bakar bensin ditentukan CO ≤ 5,5 % dan HC ≤ 2.400 ppm. Saran penggunaan alat katalis

vii

8. Orang tuaku tercinta yang telah memberikan dorongan moril maupun

materil.

9. Keluarga besar Pondok Pesantren Durrotu Ahlisunnah Waljamaah.

10. Teman-teman mahasiswa Universitas Negeri Semarang.

11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses penelitian hingga

terselesaikannya skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

yang membaca dan menelaahnya, khususnya untuk mahasiswa Teknik Mesin

Universitas Negeri Semarang.

Semarang, 14 Agustus 2016

Penulis

Page 8: ANALISIS PENGGUNAAN HYDROCARBON CRACK SYSTEM …lib.unnes.ac.id/27712/1/5202412069.pdf · bahan bakar bensin ditentukan CO ≤ 5,5 % dan HC ≤ 2.400 ppm. Saran penggunaan alat katalis

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................... iii

ABSTRAK ................................................................................................. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................ v

KATA PENGANTAR ............................................................................... vi

DAFTAR ISI .............................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xi

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 3

C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 4

D. Tujuan Penelitian ................................................................................ 4

E. Manfaat Penelitian .............................................................................. 4

F. Penegasan Istilah ................................................................................ 5

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ................................................................... 6

A. Kajian Teori ......................................................................................... 6

B. Kajian Penelitian yang Relevan ........................................................... 20

BAB III. METODE PENELITIAN ....................................................... 22

A. Desain Penelitian Eksperimen ............................................................ 22

B. Diagram Alir Penelitian ..................................................................... 22

C. Alat dan Bahan Penelitian ................................................................... 23

D. Proses pembuatan alat katalis HCS ...................................................... 25

E. Prosedur Penelitian dan Pengambilan Data ......................................... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 33

A. Hasil Penelitian .................................................................................... 33

B. Pembahasan .......................................................................................... 34

Page 9: ANALISIS PENGGUNAAN HYDROCARBON CRACK SYSTEM …lib.unnes.ac.id/27712/1/5202412069.pdf · bahan bakar bensin ditentukan CO ≤ 5,5 % dan HC ≤ 2.400 ppm. Saran penggunaan alat katalis

ix

BAB V PENUTUP ..................................................................................... 48

A. Simpulan .............................................................................................. 48

B. Saran ................................................................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 50

LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................... 54

Page 10: ANALISIS PENGGUNAAN HYDROCARBON CRACK SYSTEM …lib.unnes.ac.id/27712/1/5202412069.pdf · bahan bakar bensin ditentukan CO ≤ 5,5 % dan HC ≤ 2.400 ppm. Saran penggunaan alat katalis

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Spesifikasi Premium ................................................................... 7

Tabel 2.2 Spesifikasi Pertamax ................................................................... 9

Tabel 2.3. Batasan rasio λ (lamda) untuk methanol, ethanol, hidrogen

dan bensin. .................................................................................. 16

Tabel 2.4. Ambang batas emisi Keputusan Menteri LH No.6 tahun 2006 . 17

Tabel 3.1. Spesifikasi Supra X 125 ............................................................. 24

Tabel 3.2. Data yang diambil uji emisi gas buang HCS dengan

bahan bakar premium ................................................................. 31

Tabel 3.3. Data yang diambil uji emisi gas buang HCS dengan

bahan bakar pertamax ................................................................. 31

Tabel 3.4. Data rata-rata hasil pengujian emisi menggunakan HCS

dengan bahan bakar premium dan pertamax. ............................. 31

Tabel 4.1. Hasil pengujian emisi menggunakan katalis HCS

dengan bahan bakar premium. .................................................... 34

Tabel 4.2. Hasil pengujian emisi menggunakan katalis HCS

dengan bahan bakar pertamax .................................................... 34

Tabel 4.3. Rata-rata hasil pengujian emisi menggunakan katalis HCS

dengan bahan bakar premium dan pertamax. ............................. 40

Page 11: ANALISIS PENGGUNAAN HYDROCARBON CRACK SYSTEM …lib.unnes.ac.id/27712/1/5202412069.pdf · bahan bakar bensin ditentukan CO ≤ 5,5 % dan HC ≤ 2.400 ppm. Saran penggunaan alat katalis

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Skema diagram rangkaian katalis ........................................... 11

Gambar 2.2. Temperatur pada komponen mesin ........................................ 12

Gambar 2.3. Diagram proses pembakaran mesin bensin ............................ 14

Gambar 2.4. Diagram perbandingan AFR terhadap gas buang .................. 17

Gambar 3.1. Diagram alir penelitian ........................................................... 23

Gambar 3.2. Desain pipa katalis ................................................................. 26

Gambar 3.3. Desain pemasangan pipa katalis HCS .................................... 28

Gambar 3.4. Pemasukan pipa probe ke dalam pipa gas buang tanpa

sambungan ............................................................................. 30

Gambar 3.5. Pemasukan pipa probe ke dalam pipa gas buang dengan

sambungan ............................................................................. 30

Gambar 4.1. Grafik perbandingan hasil emisi dengan HCS premium dari

rata-rata putaran mesin ........................................................... 37

Gambar 4.2. Grafik perbandingan hasil emisi dengan HCS pertamax dari

rata-rata putaran mesin ........................................................... 38

Gambar 4.3. Grafik perbandingan rata-rata emisi HC bahan bakar premium

dengan pertamax pada penggunaan HCS ................................ 40

Gambar 4.4. Grafik perbandingan rata-rata emisi CO bahan bakar premium

dengan pertamax pada penggunaan HCS ................................ 41

Gambar 4.5. Grafik perbandingan rata-rata emisi CO2 bahan bakar premium

dengan pertamax pada penggunaan HCS ................................ 41

Gambar 4.6. Grafik perbandingan rata-rata gas O2 bahan bakar premium

dengan pertamax pada penggunaan HCS ................................ 40

Page 12: ANALISIS PENGGUNAAN HYDROCARBON CRACK SYSTEM …lib.unnes.ac.id/27712/1/5202412069.pdf · bahan bakar bensin ditentukan CO ≤ 5,5 % dan HC ≤ 2.400 ppm. Saran penggunaan alat katalis

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sumber energi dunia saat ini masih sangat tergantung pada bahan bakar fosil

seperti minyak bumi. Penggunaan minyak bumi memiliki dampak negatif terhadap

lingkungan salah satunya meningkatnya suhu bumi, efek rumah kaca, hujan asam,

gangguan kesehatan, ini terjadi akibat bertambahnya jumlah emisi gas buang CO2,

HC, CO, NOx, dan partikulat dari hasil pembakaran kendaraan bermotor (Arifin,

2009:19). Selain itu banyaknya kebutuhan energi fosil akan menimbulkan

kekurangan energi yang merupakan sumber daya alam tidak dapat diperbaharui.

Maka dari itu harus dilakukan usaha-usaha dengan meningkatkan teknologi

penyempurnaan proses pembakaran sehingga saat proses pembakaran dapat

menekan tingkat emisi gas buang yang dihasilkan dan menurunkan jumlah

pemakaian bahan bakar.

Bidang transportasi kendaraan bermotor menggunakan bahan bakar fosil

menimbulkan emisi gas buang. Di Indonesia yang termasuk dalam negara

berkembang mode transportasi yang banyak digunakan adalah sepeda motor,

selama ini sepeda motor mendominasi kendaraan yang digunakan oleh masyarakat.

Sepeda motor dengan bahan bakar irit merupakan penentu konsumen untuk

membelinya, alasan lain banyaknya penggunaan sepeda motor karena merupakan

alat transportasi yang cukup efektif untuk mempercepat aktivitas dari suatu tempat

ke tempat lainnya. Transportasi di kota-kota besar merupakan sumber pencemaran

Page 13: ANALISIS PENGGUNAAN HYDROCARBON CRACK SYSTEM …lib.unnes.ac.id/27712/1/5202412069.pdf · bahan bakar bensin ditentukan CO ≤ 5,5 % dan HC ≤ 2.400 ppm. Saran penggunaan alat katalis

2

udara yang terbesar, dimana 70% pencemaran udara diperkotaan disebabkan oleh

aktivitas kendaraan bermotor (Kusminingrum, 2008:1).

Untuk kendaraan bermotor penggunaan bahan bakar cair hendaknya

disesuaikan kompressi mesinnya, karena kompressi berbanding lurus dengan angka

oktan pada bahan bakar. Semakin tinggi nilai oktan yang digunakan, semakin besar

tenaga kendaraan yang dihasilkan dan konsumsi bahan bakar rendah (Supraptono,

2004:13). Perkembangan ilmu dan teknologi yang terus berjalan dan adanya

penemuan-penemuan tentang menyempurnakan proses pembakaran pada mesin

untuk mengurangi emisi sesuai standar baku yang telah ditetapkan.

Berkaitan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup yang menuntut terhadap

industri otomotif dan peneliti untuk membuat kendaraan yang sesuai dengan batas

ambang emisi yang telah ditetapkan pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup

No.05 tahun 2006 yaitu sepeda motor 4 tak dengan bahan bakar bensin ditentukan

CO ≤ 5,5 % dan HC ≤ 2.400 ppm. Kendaraan bermotor akan mengeluarkan polutan

berupa gas maupun partikulat, terdiri dari berbagai senyawa anorganik dan organik

dengan berat molekul kurang dari 0,01mikron yang dapat langsung terhirup melalui

hidung akibatnya bisa mempengaruhi kesehatan masyarakat saat di jalan raya dan

sekitarnya.

Pada gas CO akan menimbulkan keracunan dalam darah yang berikatan

dengan hemoglobin menjadi carbon oxida hemologen atau COHb (Arifin,

2009:38), kemudian gas HC akan menimbulkan kerusakan sistem pernafasan

terutama tenggorokan, sedangkan gas NOx akan membuat sakit hidung,

tenggorokan dan iritasi mata. Oleh karena itu terdapat berbagai upaya agar emisi

Page 14: ANALISIS PENGGUNAAN HYDROCARBON CRACK SYSTEM …lib.unnes.ac.id/27712/1/5202412069.pdf · bahan bakar bensin ditentukan CO ≤ 5,5 % dan HC ≤ 2.400 ppm. Saran penggunaan alat katalis

3

tidak melebihi batas ambang, salah satunya dengan mengembangkan efisiensi

sistem pembakaran yang tinggi.

Saat ini uap hidrokarbon juga merupakan emisi yang dihasilkan dari setiap

kendaraan bermotor, akan tetapi uap hidrokarbon dapat menjadi solusi alternatif

untuk meningkatkan kinerja mesin, hidrokarbon dari penguapan bahan bakar dapat

diuraikan (crack) menjadi hidrogen (H2) dan karbon (C) dengan menggunakan

katalis, dipasang pada bagian mesin yang panas seperti blok mesin dan knalpot

(Ikhsan, 2010:5). Sistem ini disebut juga Hydrocarbon Crack System (HCS),

hidrogen yang dihasilkan masuk dalam proses pembakaran kemudian pembakaran

akan berlangsung lebih sempurna karena hidrogen memiliki oktan yang tinggi

senilai 130 dengan kalor terendah yang dihasilkan 119.93 MJ/kg (Hairuddin dkk.

2014:1047). Hidrogen ini akan menjadi suplemen saat proses pembakaran sehingga

secara otomatis akan mengurangi emisi gas buang. Harapanya penggunaan sistem

HCS dapat menekan jumlah emisi gas buang yang dihasilkan kendaraan bermotor.

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana perancangan alat katalis hydrocarbon crack system (HCS) pada

sepeda motor 4 tak?

2. Bagaimana pengaplikasian alat katalis hydrocarbon crack system (HCS) pada

sepeda motor 4 tak?

3. Bagaimana pengaruh penggunaan hydrocarbon crack system (HCS) dengan

bahan bakar premium terhadap emisi gas buang?

Page 15: ANALISIS PENGGUNAAN HYDROCARBON CRACK SYSTEM …lib.unnes.ac.id/27712/1/5202412069.pdf · bahan bakar bensin ditentukan CO ≤ 5,5 % dan HC ≤ 2.400 ppm. Saran penggunaan alat katalis

4

4. Bagaimana pengaruh penggunaan hydrocarbon crack system (HCS) dengan

bahan bakar pertamax terhadap emisi gas buang?

C. Pembatasan Masalah

Penelitian mengenai penggunaan HCS terhadap emisi gas buang pada

sepeda motor ini akan dibatasi pada:

1. Pembuatan alat katalis hydrocarbon crack system (HCS) dengan bahan

utama logam tembaga, aluminium dan kawat nikelin.

2. Sepeda motor yang digunakan yaitu Supra X 125 tahun 2008.

3. Bahan bakar yang digunakan premium dan pertamax.

4. Pengamatan yang dilakukan hanya terhadap emisi gas buang yaitu CO, HC,

CO2, dan O2.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui cara pembuatan alat katalis hydrocarbon crack system (HCS)

pada sepeda motor supra x 125.

2. Mengetahui cara pengaplikasian alat katalis hydrocarbon crack system

(HCS) pada sepeda motor supra x 125

3. Mengetahui hasil emisi gas buang dari hydrocarbon crack system (HCS)

dengan premium.

4. Mengetahui hasil emisi gas buang dari hydrocarbon crack system (HCS)

dengan pertamax.

E. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa

manfaat antara lain :

Page 16: ANALISIS PENGGUNAAN HYDROCARBON CRACK SYSTEM …lib.unnes.ac.id/27712/1/5202412069.pdf · bahan bakar bensin ditentukan CO ≤ 5,5 % dan HC ≤ 2.400 ppm. Saran penggunaan alat katalis

5

1. Memberikan informasi tentang kontruksi rancangan hydrocarbon crack

system (HCS) yang dapat di terapkan pada sepeda motor.

2. Memberikan tambahan khasanah keilmuan di bidang bahan bakar dengan

menguraikan hidrokarbon menjadi atom hidrogen dan karbon pada kendaraan

bermotor untuk meminimalisir efek emisi gas buang.

3. Meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan di bidang pengurangan emisi dan

hasil penelitian dapat dijadikan referensi penelitian selanjutnya.

F. Penegasan Istilah

Untuk menghindari terjadinya salah penafsiran istilah kata dalam judul

skripsi ini, maka perlu adanya penjelasan istilah-istilah. Diantaranya yaitu:

1. Hydrocarbon Crack System (HCS)

HCS adalah suatu alat yang diaplikasikan pada kendaraan bermotor untuk

memecah unsur-unsur hidrokarbon seperti bahan bakar premium atau pertamax

menjadi atom hidrogen (H2) dan karbon (C). Prosesnya menggunakan uap bahan

bakar yang dipanaskan dengan memanfaatkan bagian-bagian mesin seperti knalpot

yang memiliki temperatur tinggi. Hidrogen yang terbentuk digunakan sebagai

suplemen dengan bahan bakar bernilai oktan 130.

2. Emisi Gas Buang

Emisi gas buang adalah sisa hasil pembakaran bahan bakar di dalam mesin

pembakaran dalam dan mesin pembakaran luar yang dikeluarkan melalui sistem

pembuangan mesin. Komposisi gas buang yang terdapat pada kendaraan bermotor

yang berupa air (H2O), karbon dioksida (CO2) merupakan gas rumah kaca, karbon

monoksida (CO) yang beracun, hidrokarbon (HC), berbagai senyawa nitrogen

oksida (NOx), dan partikulat asap debu termasuk timbel (Pb).

Page 17: ANALISIS PENGGUNAAN HYDROCARBON CRACK SYSTEM …lib.unnes.ac.id/27712/1/5202412069.pdf · bahan bakar bensin ditentukan CO ≤ 5,5 % dan HC ≤ 2.400 ppm. Saran penggunaan alat katalis

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Bahan Bakar

Minyak bumi mentah banyak mengandung senyawa utama gabungan dari

hidrogen dan karbon. unsur yang bisa terbakar adalah karbon dan hidrogen

sedangkan yang lainya adalah pengisi yaitu seperti belerang, oksigen dan nitrogen.

Pickrell (2003:19) menjelaskan bahwa emisi gas buang yang dihasilkan oleh mesin

bensin dapat dikurangi dengan bahan bakar alternatif seperti CNG (Compressed

Natural Gas), LPG (Liquified Petroleum Gas), dan hidrogen.

Karakteristik bahan bakar bensin adalah mudah sekali menguap dan

terbakar. Dengan karakteristik tersebut bensin dalam ruang bakar sangat mudah

meledak (detonasi) yang cenderung tidak terkontrol pada kondisi temperatur dan

tekanan tinggi. Kualitas bensin dinyatakan dengan angka oktan, angka oktan

diperoleh dari prosentase volume isooctane didalam campuran antara isooctane

dengan normal heptana yang menghasilkan intensitas knocking (Raharjo, 2008:44).

Adapun syarat–syarat bensin yang baik dan memberikan kerja mesin yang

lembut, sebagaimana dijelaskan oleh Supraptono (2004:18) :

a. Mudah terbakar, artinya mampu tercipta pembakaran serentak di dalam ruang

bakar dengan sedikit knocking atau dentuman.

b. Mudah menguap, artinya bensin harus mampu membentuk uap dengan mudah

untuk memberikan campuran udara dengan bahan bakar yang tepat saat

menghidupkan mesin yang masih dingin.

Page 18: ANALISIS PENGGUNAAN HYDROCARBON CRACK SYSTEM …lib.unnes.ac.id/27712/1/5202412069.pdf · bahan bakar bensin ditentukan CO ≤ 5,5 % dan HC ≤ 2.400 ppm. Saran penggunaan alat katalis

7

c. Tidak beroksidasi dan bersifat pembersih, artinya sedikit perubahan kualitas dan

perubahan bentuk selama di simpan. Selain itu juga bensin harus mencegah

pengendapan pada sistem intake.

d. Angka octane, adalah suatu angka untuk mengukur bahan bakar bensin terhadap

daya anti knock characteristic. Bensin dengan nilai oktan yang tinggi akan tahan

terhadap timbulnya engine knocking.

1) Premium

Premium adalah bahan bakar dengan warna kekuningan yang jernih,

mengandung timbal (TEL) sebagai octane booster dengan memiliki oktan 88.

Premium sering disebut gasoline atau petrol dan bahan bakar ini tidak boleh

digunakan pada kendaraan yang dilengkapi dengan katalitic konverter karena

timbal yang terkandung didalamnya dapat menutup pori-pori katalis yang

menyebabkan hilangnya kemampuan katalitic konverter (Arifin & Sukoco &

Sukoco, 2009:105). Tetra Ethyl lead (TEL) atau timbal adalah zat penambah ke

bensin untuk meningkatkan nilai oktan (Turns, 2012:657).

Spesifikasi bahan bakar premium dengan angka oktan 88 sesuai dengan

keputusan direktur jendral minyak dan gas bumi nomor 933. k/10/DJM.s/2013

yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Spesifikasi Premium

No Karakteristik Satuan Methode

Uji

Spesifikasi

Min Maks

1 Bilangan Oktana

Angka Oktan Riset

(RON)

RON D 2699 88.0 -

2 Tekanan Uap kPa D 323 62

3 Kandungan Sulfur % m/m D 2622 0.05

4 Berat jenis pada 15o Kg/m3 D 1298 715 780

Page 19: ANALISIS PENGGUNAAN HYDROCARBON CRACK SYSTEM …lib.unnes.ac.id/27712/1/5202412069.pdf · bahan bakar bensin ditentukan CO ≤ 5,5 % dan HC ≤ 2.400 ppm. Saran penggunaan alat katalis

8

5 Distilasi :

10% vol.penguapan.

50% vol. penguapan.

90% vol. penguapan.

Titik didih akhir

Residu

ºC

ºC

ºC

ºC

% Vol

D 86

88

-

74

125

180

215

2.0

6 Induction periode Menit D 525 360 -

7 Kandungan Timbal(Pb) g/l ASS 0.013

8 Washed Gum mg/100ml D 381 5

9 Korosi bilah tembaga No.ASTM D 130 Kelas 1

10 Uji doctor IP 30 Negative

11 Sulfur mercaptan % wt UOP 163 0.0020

12 Warna Visual Jernih dan terang

kuning

2) Pertamax

Pertamax adalah bensin tanpa timbal dengan kandungan aditif generasi

mutakhir yang dapat membersihkan intake valve port fuel injektor dan ruang bahan

bakar dari karbon. Mempunyai angka oktan 92 lebih tinggi dari premium dengan

angka oktan 88 dan dapat digunakan pada kendaraan dengan kompresi yang tinggi

(Arifin & Sukoco, 2009:105). Pertamax menggunakan ethanol sebagai campuran

untuk meningkatkan bilangan oktannya. Pembakaran mesin yang menggunakan

pertamax lebih optimal, sehingga menghasilkan NOx dan CO yang lebih sedikit dari

pada premium. Pertamax merupakan campuran kompleks hidrokarbon yang

mempunyai selang titik didih antara 30–225oC yang mengandung senyawa

hidrokarbon (C4-C12) yang terdiri dari paraffin, naphten, aromatic, dan olefin

(Auliya, 2013: 29).

Spesifikasi bahan bakar pertamax dengan angka oktan 92 sesuai dengan

keputusan direktur jendral minyak dan gas bumi nomor 3674 K/24/DJM2006

sebagai berikut ini:

Page 20: ANALISIS PENGGUNAAN HYDROCARBON CRACK SYSTEM …lib.unnes.ac.id/27712/1/5202412069.pdf · bahan bakar bensin ditentukan CO ≤ 5,5 % dan HC ≤ 2.400 ppm. Saran penggunaan alat katalis

9

Tabel 2.2 Spesifikasi Pertamax

No Karakteristik Satuan Methode

Uji

Spesifikasi

Min Maks

1 Bilangan Oktana

Angka Oktan Riset

(RON)

RON D 2699 92.0 -

2 Induction Period Minutes D 525 480

3 Kandungan Sulfur % m/m D 2622 0.05

4 Kandungan Timbal(Pb) g Pb/l D 3237 0.013

5 Distilation :

10% vol. penguapan

50% vol. penguapan

90% vol. penguapan

Titik didih akhir

Residu

ºC

ºC

ºC

ºC

% Vol

D 86

77

130

70

110

180

215

2.0

6 Existent Gum mg/100ml D 381 5

7 Tekanan Uap KPa D 323 45 60

8 Berat jenis pada 15o Kg/m3 D 1298 715,0 770,0

9 Korosi bilah tembaga Menit D 130 Class 1

10 Tes Doctor IP 30 Negatif

11 Sulfur mercaptan % m/m D 3227 0.0020

12 Warna Visual Biru

3) Hidrogen

Gas hidrogen dapat direkomendasikan sebagai bahan bakar alternatif untuk

transportasi (Chandrasa, 2009:17). Hidrogen dapat diproduksi lebih banyak dari

bahan bakar minyak bumi. Hidrogen dapat disimpan dalam bentuk fase gas, cair

dan padat. Pada bentuk fase gas dalam tekanan 350-700 bar, pada bentuk cair pada

tekanan 1 bar dan suhu -253o C, pada bentuk padat dibagi menjadi empat material:

1) Carbon and other high surface area material, 2) Chemical hydrides = H2O-

reactive, 3) Rechargeable hydrides, 4) Chemical hydrides =thermal (Riss, 2006:21-

28).

Page 21: ANALISIS PENGGUNAAN HYDROCARBON CRACK SYSTEM …lib.unnes.ac.id/27712/1/5202412069.pdf · bahan bakar bensin ditentukan CO ≤ 5,5 % dan HC ≤ 2.400 ppm. Saran penggunaan alat katalis

10

Kemudian hidrogen dapat diproduksi dari bahan bakar hidrokarbon,

material biologis dan air. Beberapa metode produksi hidrogen menurut Lipman

(2011:8-10) Salah satunya yaitu Gasification of Coal and Other Hydrocarbon

adalah cara memproduksi hidrogen dari mereaksikan hidrokarbon bisa dari bahan

bakar minyak, batubara, residu minyak dengan dioksidasikan hingga mencapai

kesetimbangan, sehingga menghasilkan hidrogen.

2. Katalis Hidrocarbon Crack System

a. Pipa katalisator

Dengan menggunakan katalis pemecah hidrokarbon untuk memisahkan

hidrogen dan karbon adalah alternatif untuk memproduksi hidrogen yang murni

(Wang dkk, 2003:900). Pipa katalisator berkerja dengan bantuan panas dari knalpot.

Berfungsi untuk memecah gas H2 dalam premium menjadi 8 atom karbon (C) dan

18 atom hidrogen (H2). Dengan demikian pipa katalisator menghasilkan gas

hidrogen dan menghisap unsur partikel karbon (Ikhsan, 2010:5). Menurut Abdillah

(2014:55), bertambahnya panjang pipa katalis dan volume premium akan

meningkatkan penghematan bahan bakar dan menurunya emisi gas buang.

Penghematan bahan bakar meningkat seiring bertambahnya panjang pipa katalis

dan volume premium. Penghematan bahan bakar sebesar 50 % pada putaran 700

rpm dan 61 % pada putaran 2500 rpm dengan panjang pipa katalis 200 mm dan

volume premium 30 L. David dalam Abdillah (2014:51) menerangkan bahwa

prosentase penghematan bahan bakar dengan metode pemisahan reaksi udara dan

bahan bakar tergantung diameter, panjang pipa katalis,volume uap dan aliran uap

hidrokarbon.

Page 22: ANALISIS PENGGUNAAN HYDROCARBON CRACK SYSTEM …lib.unnes.ac.id/27712/1/5202412069.pdf · bahan bakar bensin ditentukan CO ≤ 5,5 % dan HC ≤ 2.400 ppm. Saran penggunaan alat katalis

11

b. Proses produksi hidrogen

Hidrogen mempunyai luas jarak perambatan saat pembakaran dan

pengapian otomatis yang tinggi sehingga baik untuk digunakan pada motor bensin,

hidrogen juga memiliki suhu titik terbakar sendiri yang tinggi yaitu pada suhu

858oC, sehingga adanya pengapian sangat dibutuhkan untuk membakar hidrogen

(Kalkan dkk, 2014:67). Hidrogen merupakan suplemen bahan bakar pada mesin

bensin dengan meningkatkan proses pembakaran, mulai dari mengurangi

keterlambatan pengapian, perambatan yang cepat saat terbakar, mempercepat

proses pembakaran, mengurangi konsumsi bahan bakar (Sadiq, 2006:347). Metode

pemecahan bahan bakar hidrokarbon untuk menghasilkan hidrogen dengan cara

menggunakan katalis dengan menyuling bensin (Setzer, 1976:3). Proses

penambahan gas hidrogen yang dihubungkan dengan mesin berbahan bakar bensin

sangat signifikan untuk mengurangi polusi udara (Robinvich, 1995:7). Skema

diagram katalis yang dapat diaplikasikan dalam gambar berikut ini :

Gambar 2.1. Skema diagram rangkaian katalis

(Cohn, 2006:26)

Mesin dengan bahan bakar tambahan hidrogen merupakan metode

meningkatkan performa dan memperbaiki hasil emisi gas buang (Ghazal, 2013:25-

26). Pemanasan uap bahan bakar hidrokarbon dengan alat pemindah kalor ( heat

Tangki

Bahan bakar

Cracking Fuel

Converter

Mesin

Bensin

Bensin C 8H18 9H2

Bensin

8C

Page 23: ANALISIS PENGGUNAAN HYDROCARBON CRACK SYSTEM …lib.unnes.ac.id/27712/1/5202412069.pdf · bahan bakar bensin ditentukan CO ≤ 5,5 % dan HC ≤ 2.400 ppm. Saran penggunaan alat katalis

12

exchanger) dan proses pemecahan (cracking) hidrokarbon untuk menghasilkan

karbon dan hidrogen dimulai dari temperatur 260o hingga 345o (Schmidt, 1976:6).

Saluran exhaust manipol memproduksi panas hingga 450 oC karena temperatur

yang tinggi dari aliran gas buang pembakaran di dalam silinder (Balich & Conrad,

2004:71). terutama pada dinding exhaust manipol seperti pada gambaran

temperatur yang terjadi pada mesin bensin sebagai berikut:

Gambar 2.2. Temperatur pada komponen mesin

(Salazar, 1998:49)

c. Material bahan katalis

Bahan yang digunakan dalam pembuatan katalis yaitu dengan nikel (Ni),

tembaga (Cu) dan aluminium (Al). Nikel dibentuk spiral di dalam tabung tembaga

dan aluminium berada di tengah spiral nikel (Setzer, 1976:5). Aluminium

merupakan material yang dapat dijadikan katalis hidrokarbon, karena relatif

memiliki permukaan yang tahan terhadap panas tinggi (Granlund, 2015:10). Pada

temperatur tinggi aluminium (Al) akan memecah hidrokarbon. Aluminium menjadi

Page 24: ANALISIS PENGGUNAAN HYDROCARBON CRACK SYSTEM …lib.unnes.ac.id/27712/1/5202412069.pdf · bahan bakar bensin ditentukan CO ≤ 5,5 % dan HC ≤ 2.400 ppm. Saran penggunaan alat katalis

13

sebagian besar luas permukaan komponen katalis, nikel dan tembaga sebagai

pemindah panas (heat exchager) sehingga dapat meningkatkan produksi gas

hidrogen dari bensin (Sadegbeigi, 2000:107-108).

3. Pembakaran di Motor Bensin

a. Proses Pembakaran

Pembakaran merupakan reaksi oksigen dan bahan yang dapat terbakar,

disertai timbulnya cahaya dan memiliki kalor. Pembakaran spontan dimana bahan

bakar mengalami oksidasi perlahan hingga kalor yang dihasilkan tidak dilepaskan,

akan tetapi digunakan untuk menaikan suhu secara perlahan hingga mencapai suhu

nyala. Pembakaran sempurna adalah dimana semua bahan yang dapat terbakar di

dalam bahan bakar membentuk gas CO2 dan H2O, sehingga tidak ada zat lain yang

tersisa setelah pembakaran. Pembakaran sempurna akan menghasilkan konsentrasi

CO2 tinggi. Sebenarnya molekul nitrogen tidak terbakar, tetapi pada suhu tinggi

akan terbentuk NOx (Sukidjo, 2011:62).

Pembakaran di dalam mesin bensin menurut Salazar (1998:37-40) dibagi

menjadi tiga kelompok yaitu:

1. Pengapian dan membangkitkan bunga api (ignition and flame development).

Dimana pengapian untuk campuran bahan bakar dan udara dimulai dari

percikan yang dilepaskan dari elektroda busi terjadi antara 10-30o sebelum

TMA. Sekitar 5-10% campuran yang terbakar dalam fase ini.

2. Perambatan nyala api (flame propagation). Ketika campuran gas terbakar

didalam ruang bakar, tekanan dan temperatur naik mengakibatkan volume

naik. Saat perambatan ledakan campuran gas yang terbakar mulai 5% hingga

95%.

Page 25: ANALISIS PENGGUNAAN HYDROCARBON CRACK SYSTEM …lib.unnes.ac.id/27712/1/5202412069.pdf · bahan bakar bensin ditentukan CO ≤ 5,5 % dan HC ≤ 2.400 ppm. Saran penggunaan alat katalis

14

3. Setelah perambatan nyala api (flame termination). Terjadi setelah TMA sekitar

15-20o dan 90- 95% proses pembakaran mencapai sudut seluruh ruang bakar.

Hanya sekitar 5-10% gas yang terbakar dengan dinding ruang bakar dan sudut-

sudutnya.

Gambar 2.3. Diagram proses pembakaran mesin bensin

(Pulkrabek, 1985:230)

b. Persamaan reaksi pembakaran

Mesin bensin mendapatkan tenaga dari pembakaran hidrokarbon dengan

udara. Bahan bakar bensin diubah menjadi energi dalam fase gas dalam ruang

bakar. Proses pembakaran terjadi reaksi hidrokarbon dengan oksigen menjadi air

dan CO2. Secara reaksi kimia antara isooctane dan oksigen adalah:

C8 H18 + 12.5 O2 8CO2 + 9H2O

Reaksi diatas merupakan dua reaksi dimana bensin dengan oksigen.

Sedangkan bensin direaksikan dengan udara akan mengubah reaksinya. Pada udara

kandungan gas nitrogen lebih mendominasi dengan nitrogen 78% mol dan oksigen

21% mol. Secara stoikiometrik pembakaran bensin dan udara adalah:

Page 26: ANALISIS PENGGUNAAN HYDROCARBON CRACK SYSTEM …lib.unnes.ac.id/27712/1/5202412069.pdf · bahan bakar bensin ditentukan CO ≤ 5,5 % dan HC ≤ 2.400 ppm. Saran penggunaan alat katalis

15

𝐶𝑎𝐻𝑏 + (𝑎 +𝑏

4) (𝑂2 + 3.76 𝑁2 ) → 𝑎𝐶𝑂2 +

𝑏

2 𝐻2𝑂 + 3.76 (𝑎 +

𝑏

4) 𝑁2

Sehingga pada reaksi pembakaran bensin adalah:

𝐶8𝐻18 + 12.5(𝑂2 + 3.76 𝑁2 ) → 8𝐶𝑂2 + 9 𝐻2𝑂 + 3.76 (12.5)𝑁2

Pembakaran dapat terjadi dengan berbagai campuran komposisi bahan bakar dan

udara. Ketidaksesuaian campuran mengakibatkan terjadinya produk lain pada gas

buang seperti CO yang menjadi polusi di udara (Salazar, 1998:29-30).

c. Air fuel ratio (AFR)

Air fuel ratio adalah perbandingan antara udara dengan bahan bakar,

sehingga AFR menjadi faktor paling utama yang mempengaruhi emisi gas buang

mesin bensin (Schwarz, 1999:9). Secara stoikiometris pada mesin bensin memiliki

angka AFR 1: 14,7 artinya 1 bahan bakar membutuhkan 14,7 udara dalam proses

pembakaran, campuran AFR kurus pada mesin bensin 4 tak dapat mereduksi emisi

karbon monoksida (CO) dan membakar hidrokarbon (HC). Pengaruh yang

merugikan ketika menggunakan perbandingan campuran udara dan bahan bakar

yang kurus akan memicu emisi NOx (Iyer, 2012:38). Menurut Lenz (1990:12)

istilah “kurus’’ yaitu batas penggunaan untuk sebutan kekurangan bahan bakar dan

‘‘kaya’’ yaitu batas penggunaan kelebihan bahan bakar, seperti tabel dibawah ini

dengan dua batasan rasio lamda untuk methanol, ethanol, hidrogen dan bensin.

Tabel 2.3. Batasan rasio λ (lamda) untuk methanol, ethanol, hidrogen dan bensin.

Batasan ‘‘kaya’’

pada rasio λ

Batasan ‘‘kurus’’

pada rasio λ

Methanol

Ethanol

Hidrogen

Bensin

0,40

0,40

0,12

0,60

2,40

1,90

9,00

1,60

Page 27: ANALISIS PENGGUNAAN HYDROCARBON CRACK SYSTEM …lib.unnes.ac.id/27712/1/5202412069.pdf · bahan bakar bensin ditentukan CO ≤ 5,5 % dan HC ≤ 2.400 ppm. Saran penggunaan alat katalis

16

Untuk mengetahui perbandingan AFR aktual dan bukan stoikiometris,

dikenal dengan equivalent ratio (ϕ) atau λ (lamda) adalah perbandingan antara

jumlah (bahan bakar dan udara) yang digunakan dan jumlah (bahan bakar dan

udara) stoikiometris (Heywood, 1988:71). Dapat dirumuskan dengan,

λ = 𝜙−1 = (𝐴𝐹𝑅)𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙

(𝐴𝐹𝑅)𝑠𝑡𝑜𝑖

Sehingga diketahui harga AFR ideal adalah λ = 𝜙 = 1. Pada λ < 1 dan ϕ >1,

campuran kaya atau keperluan udara kurang. λ > 1 dan ϕ <1, campuran miskin atau

keperluan udara lebih dari stoikiometris (Heywood, 1988:72). Semakin bagus

kualitas campuran dan homogenitas akan mempermudah oksigen untuk bereaksi

dengan karbon. Jumlah oksigen dalam air fuel ratio sangat menentukan besar CO

yang dihasilkan, hal ini disebabkan kurangnya oksigen dalam campuran akan

mengakibatkan karbon bereaksi tidak sempurna dengan oksigen (Kabib, 2009:5).

Sedangkan perbandingan campuran bahan bakar stoikiometrik dengan emisi gas

buang dapat dilihat dalam grafik berikut ini:

Gambar 2.4.Diagram perbandingan AFR terhadap gas buang

(Soenarta & Shoichi, 2002:35).

Page 28: ANALISIS PENGGUNAAN HYDROCARBON CRACK SYSTEM …lib.unnes.ac.id/27712/1/5202412069.pdf · bahan bakar bensin ditentukan CO ≤ 5,5 % dan HC ≤ 2.400 ppm. Saran penggunaan alat katalis

17

4. Parameter Emisi Gas Hasil Pembakaran Mesin Bensin

Dalam peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.5 tahun 2006,

ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor lama adalah batas maksimum

zat atau bahan pencemar yang boleh dikeluarkan langsung dari pipa gas buang

kendaraan bermotor lama dengan batasan tertentu, adapun batas-batasnya dapat

dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.4. Ambang batas emisi dari Keputusan Menteri LH No.6 tahun 2006

Kategori Tahun

pembuatan

Parameter Metode

uji CO

(%)

HC

(ppm)

Sepeda motor 2 langkah < 2010 4.5 12000 Idle

Sepeda motor 4 langkah <2010 5.5 2400 Idle

Sepeda motor (2 langkah

dan 4 langkah) ≥2010 4.5 2000 Idle

Sehingga keputusan Menteri Lingkungan Hidup tentang batas emisi gas

buang kendaraan bermotor dapat disimpulkan bahwa batasan untuk sepeda motor

2 langkah kurang dari tahun 2010 kadar emisinya tidak lebih dari 4,5 % CO dan

12000 ppm HC pada kondisi idle, sepeda motor 4 langkah kurang dari tahun 2010

emisinya tidak lebih dari 5,5 % CO dan 2400 ppm HC pada kondisi idle dan sepeda

motor 2 langkah dan 4 langkah ≥ 2010 emisinya tidak lebih dari 4,5 % CO dan 2000

ppm HC pada kondisi idle.

a. CO (Carbon Monoxida)

Menurut Arifin & Sukoco (2009:37) karbon monoksida tidak berwarna dan

tidak beraroma, tidak mudah larut dalam air dengan perbandingan berat terhadap

udara (1 Atmo C) 0.967, didalam udara bila diberikan api akan terbakar dengan

mengeluarkan asap biru menjadi CO2 (karbon dioksida). CO timbul karena oksigen

Page 29: ANALISIS PENGGUNAAN HYDROCARBON CRACK SYSTEM …lib.unnes.ac.id/27712/1/5202412069.pdf · bahan bakar bensin ditentukan CO ≤ 5,5 % dan HC ≤ 2.400 ppm. Saran penggunaan alat katalis

18

yang dibutuhkan tidak cukup untuk proses pembakaran secara sempurna ataupun

karena campuran yang terlalu kaya (Nugraha, 2007:696). Emisi CO ada karena

campuran kaya dari AFR kurang dari 1 sehingga oksigen mengubah semua karbon

menjadi karbon monoksida, CO bisa dikurangi dengan cara mengatur AFR yang

masuk ke mesin (Faiz & Michael, 1996:82). Emisi CO tinggi ketika idling dan

mencapai minimum ketika akselerasi mencapai kecepatan konstan ( Kabib,

2009:5). Saat mesin bekerja dengan AFR yang tepat, emisi CO pada ujung knalpot

berkisar 0.5% sampai 1% untuk mesin yang dilengkapi dengan sistem injeksi atau

sekitar 2.5% untuk mesin yang masih menggunakan karburator (Bakeri dkk,

2012:84). Gas karbon monoksida ini bila dihirup dalam waktu yang lama seperti

menyalakan mesin dalam ruangan dapat menyebabkan keracunan dan hilang

kesadaran tanpa rasa sakit (Soenarta & Shoichi, 2002:35).

b. HC (Hydro Carbon)

Hidrokarbon merupakan ikatan kimia dari Carbon (C) dan Hydrogen (H).

Dalam bentuk kimianya yang aktif dibagi menjadi parafine, naftaline, olefine.

Sumber utama HC paling banyak dari kendaraan bermotor 57% dan lainnya dari

penyulingan minyak serta pembangkit listrik 43% (Arifin & Sukoco, 2009:38).

Hidrokarbon dapat terbentuk tidak hanya pada kondisi campuran udara bahan

bakarnya gemuk, tetapi bisa saja pada kondisi campurannya kurus (Soenarta &

Shoichi, 2002:35). HC timbul akibat dari campuran bahan bakar yang tidak terbakar

secara sempurna hingga katup exhaust terbuka. HC juga bersumber dari celah

volume yang ada diantara piston dan dinding silinder sehingga campuran bahan

bakar tidak ikut terbakar selama proses pembakaran (Faiz & Michael, 1996:82).

Pembentukan hidrokarbon juga dari bahan bakar yang tidak terbakar sehingga

Page 30: ANALISIS PENGGUNAAN HYDROCARBON CRACK SYSTEM …lib.unnes.ac.id/27712/1/5202412069.pdf · bahan bakar bensin ditentukan CO ≤ 5,5 % dan HC ≤ 2.400 ppm. Saran penggunaan alat katalis

19

keluar menjadi gas mentah, serta bahan bakar yang terpecah karena reaksi panas

berubah menjadi gugusan HC lain yang keluar bersama gas buang (Nugraha,

2007:694)

c. NOx (Nitrogen Oxydes)

NOx terdiri dari nitric oksida (NO), nitrogen dioksida (NO2), dan nitrous

oksida (N2O), memiliki ciri tidak berwarna tidak berbau, sukar larut dalam air, jika

di udara akan menjadi zat gas berwarna kemerahan dan sedikit berbau, larut dalam

air akan menjadi asam nitrit atau nitrat (Arifin & Sukoco, 2009:38-39). Jika unsur

N2 dan O2 pada temperatur 1800o C-2000o C akan terjadi reaksi pembentukan gas

NO seperti pada reaksi berikut ini :

N2 + 𝑂2 → 2NO

Schnelle (2002: 249) menambahkan bahwa NOx juga terdiri dari nitrogen

trioksida (N2O3 ) dan nitrogen pentoksida (N2O5), NOx dari hasil pembakaran mesin

90% adalah NO, gas ini terbentuk dari nitrogen dan oksigen pada temperatur tinggi.

Udara yang digunakan untuk pembakaran sebenarnya mengandung unsur nitrogen

80%. Pada temperatur tinggi (>1370o C), nitrogen bersatu dengan campuran bahan

bakar dan membentuk senyawa NOx (Nugraha, 2007:697). NOx dapat dikurangi

dengan memperlambat pembakaran dan meminimalisir waktu pembakaran hingga

temperatur tinggi (Faiz & Michael,1996:82).

Page 31: ANALISIS PENGGUNAAN HYDROCARBON CRACK SYSTEM …lib.unnes.ac.id/27712/1/5202412069.pdf · bahan bakar bensin ditentukan CO ≤ 5,5 % dan HC ≤ 2.400 ppm. Saran penggunaan alat katalis

20

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang penggunaan gas hidrogen sebagai campuran bahan bakar

kendaraan sepeda motor pernah dilakukan dengan memanfaatkan Hydrogen

Booster Electrolyzer untuk menghasilkan gas hidrogen pada sepeda motor. Hasil

dari Penggunaan Hydrogen Booster Electrolyzer pada sepeda motor Yamaha Vega

4 langkah tahun 2002, sehingga dapat menurunkan kadar emisi gas buang seperti

CO, HC, dan meningkatkan emisi CO2. Penurunan CO tertinggi sebesar 77,50%

didapatkan pada putaran 1500 rpm dengan menggunakan HHO pengisan spull.

Peningkatan CO2 tertinggi sebesar 45,56% didapatkan pada putaran 3500 rpm

dengan menggunakan HHO pengisian accu. Sedangkan penurunan HC tertinggi

sebesar 77,67% didapatkan pada lambda (λ) 1,215 dengan menggunakan bahan

bakar HHO pengisian accu (Wicahyo & I Made, 2013:127).

Selanjutnya Kosar dkk (2011:106) meneliti penggunaan hidrogen untuk

mengurangi emisi dan konsumsi bahan bakar di mesin kecil bensin. Mesin kecil

dalam penelitian masih menggunakan karburator. Disimpulkan bahwa penambahan

hidrogen pada mesin bensin dapat menurunkan konsumsi bahan bakar hingga 57%,

menurunkan emisi NOx hingga 66%, dan emisi CO, CO2, dan HC mendekani nol.

Kemudian dalam penelitian oleh Pinontoan tentang efisiensi pembakaran

bensin pada genset dengan penambahan gas hidrogen-oksigen dari hasil elektrolisis

plasma, menunjukan hasil semakin banyak hidrogen yang masuk keruang bakar,

menjadikan pemakaian bensin akan lebih hemat. Injeksi hidrogen dan oksigen

menyebabkan emisi gas CO, CO2, serta HC yang tak terbakar berkurang (Pinontoan,

2012:50).

Page 32: ANALISIS PENGGUNAAN HYDROCARBON CRACK SYSTEM …lib.unnes.ac.id/27712/1/5202412069.pdf · bahan bakar bensin ditentukan CO ≤ 5,5 % dan HC ≤ 2.400 ppm. Saran penggunaan alat katalis

21

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Ji dan Wang (2010:180), yaitu

pada pengaruh penambahan hidrogen saat pembakaran terhadap emisi pada mesin

bensin dengan kondisi campuran kurus. Disimpulkan bahwa terjadi pengurangan

panas mesin dengan memanfaatkan hidrogen terutama pada kondisi campuran

kurus. Penambahan hidrogen berguna untuk menyempurnakan proses pembakaran.

Emisi HC berkurang saat NOx lebih tinggi dengan penambahan hidrogen pada

kondisi campuran kaya. Emisi CO berkurang dengan menambah jumlah hidrogen

pada kondisi campuran kurus.

Page 33: ANALISIS PENGGUNAAN HYDROCARBON CRACK SYSTEM …lib.unnes.ac.id/27712/1/5202412069.pdf · bahan bakar bensin ditentukan CO ≤ 5,5 % dan HC ≤ 2.400 ppm. Saran penggunaan alat katalis

42

BAB V

PENUTUP

A. SIMPULAN

1. Pada perancangan alat katalis hydrocarbon crack system (HCS) yang berfungsi

untuk memecah rantai hidrokarbon dari uap bahan bakar bensin menjadi

hidrogen dan karbon, mengharuskan alat dapat mencegah aliran balik gas ke

tangki bahan bakar, saat membuat sambungan las pipa tembaga harus rapat dan

baik agar tidak ada kebocoran saat sistem bekerja.

2. Pengaplikasian katalis hydrocarbon crack system (HCS) dengan hasil hidrogen

yang masuk kedalam ruang bakar mengakibatkan hasil pembakaran lebih

banyak kandungan air (H2O), pada alat katalis karbon akan terperangkap. oleh

karena itu, perlu perawatan untuk membersihkan karbon yang ada didalam

katalis.

3. Hasil pengujian emisi didapatkan dari sepeda motor supra x 125 dengan

terpasang katalis hydrocarbon crack system (HCS) berbahan bakar premium

menghasilkan rata-rata gas CO sebanyak 1,54 %vol, gas HC sebanyak 596

ppmvol, gas CO2 sebanyak 2,25 %vol, gas O2 sebanyak 15,74 %vol dan lamda

aktual 3,47. Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.05 tahun

2006 yaitu sepeda motor 4 tak dengan bahan bakar bensin ditentukan CO ≤ 5,5

% dan HC ≤ 2.400 ppm. Jadi, penggunaan hydrocarbon crack system (HCS)

pada sepeda motor supra x 125 keluaran tahun 2008 menggunakan bahan bakar

premium menghasilkan emisi yang ramah lingkungan.

Page 34: ANALISIS PENGGUNAAN HYDROCARBON CRACK SYSTEM …lib.unnes.ac.id/27712/1/5202412069.pdf · bahan bakar bensin ditentukan CO ≤ 5,5 % dan HC ≤ 2.400 ppm. Saran penggunaan alat katalis

43

4. Hasil pengujian emisi didapatkan dari sepeda motor supra x 125 dengan

terpasang katalis hydrocarbon crack system (HCS) berbahan bakar pertamax

menghasilkan rata-rata gas CO sebanyak 0,38 %vol, gas HC sebanyak 279

ppmvol, gas CO2 sebanyak 2,98 %vol, gas O2 sebanyak 16,13 %vol dan lamda

aktual 3,92. Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.05 tahun

2006 yaitu sepeda motor 4 tak dengan bahan bakar bensin ditentukan CO ≤ 5,5

% dan HC ≤ 2.400 ppm. Jadi, penggunaan hydrocarbon crack system (HCS)

pada sepeda motor supra x 125 keluaran tahun 2008 menggunakan bahan bakar

pertamax menghasilkan emisi yang ramah lingkungan.

B. SARAN

1. Alat katalis hydrocarbon crack system (HCS) dapat diaplikasikan pada semua

sepeda motor dengan sistem bahan bakar konvensional sehingga emisi gas

buang yang dihasilkan lebih ramah lingkungan.

2. Penggunaan hydrocarbon crack system (HCS) lebih efektif menggunakan

bahan bakar pertamax karena menghasilkan tingkat emisi hingga 50% lebih

rendah dibandingkan dengan bahan bakar premium.

Page 35: ANALISIS PENGGUNAAN HYDROCARBON CRACK SYSTEM …lib.unnes.ac.id/27712/1/5202412069.pdf · bahan bakar bensin ditentukan CO ≤ 5,5 % dan HC ≤ 2.400 ppm. Saran penggunaan alat katalis

44

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, F. dan Sugondo. 2014. Prototipe Alat Penghemat Bahan Bakar Mobil

Menggunakan Metode Hydrocarbon Crack System untuk Menghemat

Bahan Bakar dan Mengurangi Emis Gas Buang. Prosiding SNATI F Ke - 1

ISBN: 978-602-1180-04-4.

Arifin, Zainal dan Sukoco. 2009. Pengendalian Polusi Kendaraan. Bandung:

Alfabeta.

Auliya, Anna M. 2013. Pertamina –Pertamax . Jakarta :Politeknik Negeri Jakarta.

Bakeri, M., akhmad Syarief, dan Ach. Kusairi. 2012. Analisa Gas Buang Mesin

Berteknologi Efi dengan Bahan Bakar Premium. INFO TEKNIK, 13/1.

Teknik Unlam Banjarmasin.

Balich, Garret W., dan Conrad R. A. 2004. The Gasoline 4-Stroke Engine for

Automobiles. Notre Dame: Department of Aerospace and Mechanical

Engineering, University of Notre Dame, IN 46556.

Cohn, Daniel. R. 2006. Onboard–Plasmatron Hydrogen Production. Argonne

National laboratory. Massachusetts Institute of Technology.

Buku Pedoman Reparasi Supra X 125. PT. Astra Honda Motor tahun 2002.

Chandrasa, Ganesha T. 2009. Penelitian Hidrogen sebagai Bahan Bakar Sepeda

Motor Listrik yang Berkesinambungan. Prosiding Seminar Nasional Daur

Bahan Bakar. Serpong: B2TE-BPPT Batan, Energy Technologi Laboratory.

Faiz, A., Christoper S. W., dan Michael P.W. 1996. Air Pollution from Motor

Vehicles, Standards and Technologies for Controlling Emissions.

Washington, D.C.: The World Bank.

Ghazal, Osama. 2013. A Theoretical Study of the SI Engine Performance Operating

with Different Fuels. International Journal of Mechanical, Aerospace,

Industrial, Mechatronic and Manufacturing Engineering, 7/12: 2526-2529.

Granlund, Moa Z. 2015. Fuel Reforming for Hydrogen Production in Heavy- Duty

Vehicle Applications. Doctoral Thesis in Chemical Engineering.

Stockholm: KTH School of Chemical Science and Engineering, Sweden.

Hairuddin, A.A., A.P. Wandel dan T.Yusaf. 2014. An Introduction to A

Homogeneous Charge Compression Ignition Engine. Journal of Mechanical

Engineering and Sciences (JMES), 7/-:1042-1052. e-ISSN: 2231-8380.

Page 36: ANALISIS PENGGUNAAN HYDROCARBON CRACK SYSTEM …lib.unnes.ac.id/27712/1/5202412069.pdf · bahan bakar bensin ditentukan CO ≤ 5,5 % dan HC ≤ 2.400 ppm. Saran penggunaan alat katalis

45

Heywood, John B. 1998. Internal Combustion Engine Fundamentals. New York:

Mc.Graw Hill.

Ikhsan, Muadi. 2010. Pengaruh Jumlah Katalisator Pada Hydrocarbon Crack

System (Hcs) dan Jenis Busi Terhadap Daya Mesin Sepeda Motor Yamaha

Jupiter Z Tahun 2008. Jurusan Pendidikan Teknik Kejuruan. FKIP-UNS.

Iyer, Narayan V. 2012. A Technical Assessment of Emissions and Fuel

Consumption Reduction Potential From Two and Tree Wheelers in India.

Prepared for: the International Council on Clean Transportation.

Washington DC.

Ji, Changwei. dan Shuofeng Wang. 2010. Effect of Hydrogen Addition on

Combustion and Emissions Performance of a Spark-ignition Gasoline

Engine at 800 rpm and Lean Conditions. Proceedings of the WHEC Energy

& Environment, 78/6. Institute of Energy Research Fuel Cells (IEF-3).

Kabib, masruki. 2009. Pengaruh Pemakaian Campuran Premium Dengan

Champhor Terhadap Performasi Dan Emisi Gas Buang Mesin Bensin

Toyota Kijang Seri 4k. Jurnal Sains dan Teknologi, 2/2: 1-17. ISSN : 1979-

6870

Kalkan, N., K.H. Luo, dan Erdogan G. 2014. An Overview of Hydrogen Fuelled

Internal Combustion Engines. IJASR International Journal of Academic and

Scientific Research. 2/4: 58-70. ISSN: 2272-6446.

Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 3674 k/24/DJM/2006

Tentang Standar Mutu (Spesifikasi) Bahan Bakar Minyak Jenis Bensin

Yang Dipasarkan Di Dalam Negeri.

Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 933. k/10/DJM.s/2013

Tentang Standar Mutu (Spesifikasi) Bahan Bakar Minyak Jenis Bensin 88

Yang Dipasarkan Di Dalam Negeri.

Kosar, Murat. et al. 2011. The Usage of Hydrogen for Improving Emissions and

Fuel Consumption in a Small Gasoline Engine. Journal of Thermal Science

and Technology, 31/2: 101-108. Turkey. ISSN 1300-3615.

Kusminingrum Nanny, G. Gunawan. 2008. Polusi Udara Akibat Aktivitas

Kendaraan Bermotor di Jalan Perkotaan Pulau Jawa dan Bali. Bandung:

Pusat Litbang Jalan dan Jembatan.

Lipman, Thimothy. 2011. An Overview of Hydrogen Production and Storage

System with Renewable Hydrogen Case Studies. Oakland, California: Clean

Energy State Alliane.

Lenz, H.P. 1990. Mixture Formation in Spark-Ignition Engines. New York:

Springer.

Page 37: ANALISIS PENGGUNAAN HYDROCARBON CRACK SYSTEM …lib.unnes.ac.id/27712/1/5202412069.pdf · bahan bakar bensin ditentukan CO ≤ 5,5 % dan HC ≤ 2.400 ppm. Saran penggunaan alat katalis

46

Nugraha, Beni S. 2007. Aplikasi Teknologi Injeksi Bahan Bakar Elektronik (EFI)

Untuk Mengurangi Emisi Gas Buang Sepeda Motor. Jurnal Ilmiah Populer

dan Teknologi Terapan, 5/2: 692-706. ISSN 1693-3745.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2006 Tentang

Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama.

Pickrell, Don. 2003. Fuel Options for Reducing Greenhouse Gas Emissions from

Motor Vehicles. Springfield: The National Technical Information Service,

Virginia.

Pinontoan, V. R. CH. 2012. Efisiensi Pembakaran Bensin Pada Genset Dengan

Penambahan Gas Hidrogen-Oksigen Dari Hasil Elektrolisis Plasma.

Skripsi.Program Studi Teknik Kimia. FT. Depok:, Universitas Indonesia.

Pulkrabek Wiliard , W. 1985. Engineering Fundamentals of the Internal

Combustion Engine. New Jersey

Robinvich, Alexander et al. 1995. Plasmatron-Internal Combustion Engine System.

United States Patent 5.437,250. Appl. No.: 196,701.

Raharjo, Winarno D., dan Karnowo. 2008. Mesin Konversi Energi. Semarang:

Unnes Press.

Riss, Trygve., Elisabet F. H., Preben J. S., dan Oystein U. 2006. Hydrogen

Production and Storage. IEA Publications. Paris: Stedi medi, France.

Sadegbeigi, Reza. 2000. Fluid Catalytic Cracking Handbook, Design, Operation

and Troubleshooting of FCC Facilities ed. 2nd. Houston, TX: Gulf

Publishing Company.

Sadiq, Maher A.R. 2006. A Simulation Model for a Single Cylinder Four-Stroke

Spark Ignition Engine Fueled with Alternative Fuels. Turkish Journal Eng.

Env. Sci., 30: 331-350.

Salazar, Fernando. 1998. Internal Combution Engines. Notre Dame: Department of

Aerospace and Mechanical Engineering. University of Notre Dame.

Schmidt, Reinhold. 1976. Method of And Apparatus for Improved Methanol

Operation of Combution System.United States Patent, Appl: 551.841.

Schnelle, karl B. dan Charles A. Brown. 2002. Air Pollution Control Technology

Handbook. Boca Raton, Florida : CRC Press LCC.

Schwarz, H., karl H. D. dan Holzw F. D. 1999. Emission Control. German: Robert

Bosch Gmbh.

Page 38: ANALISIS PENGGUNAAN HYDROCARBON CRACK SYSTEM …lib.unnes.ac.id/27712/1/5202412069.pdf · bahan bakar bensin ditentukan CO ≤ 5,5 % dan HC ≤ 2.400 ppm. Saran penggunaan alat katalis

47

Setzer, Herbert J. 1976. Method for Catalytically Cracking A hydrocarbon Fuel.

United States Patent, Appl: 574.187.

Singh, Yogesh K., 2006. Fundamental of Research Methodology and Statistics.

New Age International Limited Publisher. New Delhi.

Soenarta N. dan Shoichi F. 2002. Motor Serba Guna (Small Engine for General

Use). Jakarta: Pradnya Paramita.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D. Alfabeta.

Bandung.

Sukidjo, FX. 2011. Performa Sepeda Motor Empat Langkah Berbahan Bakar

Premium Dan Pertamax. Forum Teknik,. 34/1. Program Dipoma Teknik

Mesin Sekolah Vokasi UGM.

Supraptono. 2004. Bahan Bakar dan Pelumas. Bahan Ajar. Semarang: Jurusan

Teknik Mesin Unnes.

Turns, Stephen R. 2012. An Intruduction to Combution :Concepts and Applications.

New Delhi: McGraw Hill Education Private Limited, India.

Wang, Y., Naresh S., dan Gerald P. H. 2003. Production of Pure Hydrogen and

Novel CarbonNanotube Structures by Catalytic Decomposition of Propane

and Cyclohexane. Prepr. Pap.-Am. Chem. Soc., Div. Fuel Chem, 48/2: 900-

901. Lexington : University of Kentucky.

Wicahyo, S. dan I Made Arsana. 2013. Pengaruh Penggunaan Hydrogen Booster

Electrolyzer Terhadap Performa Mesin dan Emisi Gas Buang Pada Sepeda

Motor Empat Langkah. Journal Teknik Mesin, 1/3: 121-128. UNESA.