studi awal teori “crack soil” sebagai salah satu … filedisebabkan oleh kondisi geologis tanah...

13
Studi Awal Teori “Crack Soil”..... 579 STUDI AWAL TEORI “CRACK SOIL” SEBAGAI SALAH SATU UPAYA MITIGASI BENCANA LONGSOR Studi Kasus: Perkebunan Kalijompo, Kecamatan Sukorambi Kabupaten Jember Diah Novianti 1* , Judiono 2 1* Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Timur Jalan Gayung Kebonsari 56 Surabaya [email protected] 2 Universitas Sunan Giri Surabaya Brigjen Katamso II Waru Sidoarjo [email protected] ABSTRACT The soil movement, called landslide disaster is one of the most common natural disasters in Indonesia every year. In general, the threat of landslide disaster overshadows the region in the highlands with hilly contours. Jember regency is one of the regencies in East Java Province that has the potential of disaster-prone one of them is landslide disaster. From field survey results in plantation area in Klungkung Village, Sukorambi District, Jember Regency is the area of Kalijompo watershed known to the existence of cracks in some locations. This condition indicates that the location is potentially landslide especially during heavy rains. Keywords: landslides, cracks, heavy rain ABSTRAK Pergerakan tanah atau yang sering disebut bencana alam tanah longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia setiap tahunnya. Secara umum, ancaman bencana alam tanah longsor membayang-bayangi wilayah di daerah dataran tinggi dengan kontur perbukitan. Kabupaten Jember merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang memiliki potensi rawan bencana salah satu diantaranya adalah bencana tanah longsor. Dari hasil survey lapangan di kawasan perkebunan di Desa Klungkung, Kecamatan Sukorambi Kabupaten Jember merupakan kawasan DAS Kalijompo diketahui adanya retakan-retakan tanah di beberapa lokasi. Kondisi ini mengindikasikan bahwa pada lokasi tersebut berpotensi longsor terutama pada saat turun hujan deras. Kata kunci: longsor, retakan, hujan deras PENDAHULUAN Pergerakan tanah atau yang sering disebut bencana alam tanah longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia setiap tahunnya. Hal ini antara lain disebabkan oleh kondisi geologis tanah di beberapa wilayah Indonesia rata-rata terdiri dari tanah lempung yang lunak sehingga merupakan salah satu ancaman bencana tanah longsor

Upload: lehuong

Post on 26-Apr-2019

243 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI AWAL TEORI “CRACK SOIL” SEBAGAI SALAH SATU … filedisebabkan oleh kondisi geologis tanah di beberapa wilayah Indonesia rata-rata terdiri dari

Studi Awal Teori “Crack Soil”.....

579

STUDI AWAL TEORI “CRACK SOIL” SEBAGAI SALAH SATU

UPAYA MITIGASI BENCANA LONGSOR

Studi Kasus: Perkebunan Kalijompo, Kecamatan Sukorambi Kabupaten Jember

Diah Novianti 1*

, Judiono2

1* Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Timur

Jalan Gayung Kebonsari 56 Surabaya

[email protected]

2 Universitas Sunan Giri Surabaya

Brigjen Katamso II Waru Sidoarjo

[email protected]

ABSTRACT

The soil movement, called landslide disaster is one of the most common natural disasters in

Indonesia every year. In general, the threat of landslide disaster overshadows the region in

the highlands with hilly contours. Jember regency is one of the regencies in East Java

Province that has the potential of disaster-prone one of them is landslide disaster. From

field survey results in plantation area in Klungkung Village, Sukorambi District, Jember

Regency is the area of Kalijompo watershed known to the existence of cracks in some

locations. This condition indicates that the location is potentially landslide especially

during heavy rains.

Keywords: landslides, cracks, heavy rain

ABSTRAK

Pergerakan tanah atau yang sering disebut bencana alam tanah longsor merupakan salah

satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia setiap tahunnya. Secara umum, ancaman

bencana alam tanah longsor membayang-bayangi wilayah di daerah dataran tinggi dengan

kontur perbukitan. Kabupaten Jember merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa

Timur yang memiliki potensi rawan bencana salah satu diantaranya adalah bencana tanah

longsor. Dari hasil survey lapangan di kawasan perkebunan di Desa Klungkung, Kecamatan

Sukorambi Kabupaten Jember merupakan kawasan DAS Kalijompo diketahui adanya

retakan-retakan tanah di beberapa lokasi. Kondisi ini mengindikasikan bahwa pada lokasi

tersebut berpotensi longsor terutama pada saat turun hujan deras.

Kata kunci: longsor, retakan, hujan deras

PENDAHULUAN

Pergerakan tanah atau yang sering disebut bencana alam tanah longsor merupakan

salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia setiap tahunnya. Hal ini antara lain

disebabkan oleh kondisi geologis tanah di beberapa wilayah Indonesia rata-rata terdiri dari

tanah lempung yang lunak sehingga merupakan salah satu ancaman bencana tanah longsor

Page 2: STUDI AWAL TEORI “CRACK SOIL” SEBAGAI SALAH SATU … filedisebabkan oleh kondisi geologis tanah di beberapa wilayah Indonesia rata-rata terdiri dari

Studi Awal Teori “Crack Soil”.....

580

longsoran tanah di beberapa wilayah Nusantara tersebut. Berdasar catatan kejadian bencana

alam, hampir seluruh pulau besar di Nusantara memiliki kabupaten dan atau kota yang

berpotensi mengalami ancaman tanah longsor. Ciri utama adalah wilayah tersebut memiliki

relief dan rupa tanah yang kasar, lembek, dengan lereng terjal. Kondisi tanah seperti itu

yang banyak terhampar khususnya di Pulau Jawa. Keadaan ini diperparah oleh curah hujan

yang tidak menentu, terkadang kering namun sering pula hujan deras tanpa henti. Kejadian

gempa bumi juga merupakan salah satu penyebab terjadinya longsoran tanah.

Secara umum, ancaman bencana alam tanah longsor membayang-bayangi wilayah

di daerah dataran tinggi dengan kontur perbukitan. Risiko bencana alam tanah longsor

memang dipengaruhi oleh faktor kepadatan dan kerentanan penduduk yang berada di lokasi

rawan tanah longsor. Kondisi bangunan dan infrastruktur di sekitar pergerakan tanah dapat

pula menjadi pemicu sejauh mana risiko kerugian yang ditimbulkan oleh bencana tanah

longsor. Akibat yang paling nyata dari bencana alam tanah longsor adalah tertimbunnya

desa atau kelompok masyarakat yang hidup persis di atas atau di bawah bukit yang labil

tanahnya. Jika hujan deras turun terus menerus tanpa henti pada suatu periode waktu pada

suatu kawasan di lereng perbukitan dengan jenis tanah adalah tanah lempung, maka perlu

diwaspadai akan terjadinya longsoran tanah.

Menurut Sutopo (2015), kejadian longsor seringkali jarang menjadi pembelajaran di

masa berikutnya. Saat terjadi bencana semua sibuk, namun selesai tanggap darurat,

semuanya lupa untuk memperbaiki agar longsor tidak berulang kembali. Permasalahan

banjir dan longsor yang terjadi selama ini, sangat terkait dengan adanya fenomena alam dan

perilaku manusia dalam penyelenggaraan/ pengelolaan alam.

Hasil penelitian Bagus S, dkk menyimpulkan, berdasarkan overlay penutup lahan,

jenis tanah, kemiringan, ketinggian, dan curah hujan, tingkat kerawanan sangat rendah dan

rendah berada di bagian selatan area penelitian meliputi kecamatan Ambulu, Ajung,

Balung, Bangsal Sari, Gumukmas, Jenggawah, Kali Wates, Puger, Rambipuji, Semboro,

Sukorambi, Sumber Baru, Tanggul, Umbul Sari, dan Wuluhan. Tingkat kerawanan

menengah dan tinggi berada di wilayah utara dan sebagian di bagian selatan yang meliputi

kecamatan Ambulu, Bangsal Sari, Gumukmas, Jenggawah, Kencong, Panti, Patrang,Puger,

Rambi Puji, Sumber Baru, Suko Rambi, Tanggul, Umbul Sari, dan Wuluhan. Desa

Klungkung, Kecamatan Sukorambi Kecamatan Jember merupakan salah satu wilayah yang

sering mengalami tanah longsor terutama saat hujan deras.

Sebagai salah satu bagian dari mitigasi, kegiatan inventarisasi retakan-retakan di

daerah rawan longsor sangat diperlukan untuk mendapatkan informasi tentang kedalaman

serta luasan kawasan yang diprediksi akan mengalami longsor.

Rumusan masalah kajian ini adalah:

a. Bagaimana kondisi lahan pada kawasan rawan bencana longsor,

b. Metode apa yang dapat digunakan untuk mendeteksi kerawanan terhadap bencana

longsor kawasan kajian.

Kajian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana kondisi lingkungan pada

kawasan rawan bencana longsor di Kecamatan Sukorambi Kabupaten Jember. Sedangkan

tujuannya adalah untuk menetukan metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi

kerawanan terhadap bencana longsor kawasan kajian.

Page 3: STUDI AWAL TEORI “CRACK SOIL” SEBAGAI SALAH SATU … filedisebabkan oleh kondisi geologis tanah di beberapa wilayah Indonesia rata-rata terdiri dari

Studi Awal Teori “Crack Soil”.....

581

Hasil yang diharapkan dari kajian ini adalah diketahuinya metode deteksi awal kondisi alam

suatu kawasan sehingga dapat mengurangi resiko kerugian yang timbul akibat terjadinya

bencana tanah longsor di Kabupaten Bondowoso.

BAHAN DAN METODE

Kabupaten Jember merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang

memiliki potensi rawan bencana. Data di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

Jember mencatat sebanyak 19 dari 31 kecamatan di Kabupaten Jember merupakan daerah

yang memiliki potensi rawan bencana alam seperti puting beliung, banjir, tanah longsor,

tsunami, dan kebakaran. Kejadian bencana alam tidak dapat diduga akan tetapi dengan

makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan peralatan deteksi semakin canggih dapat

dilakukan inventarisasi titik-titik rawan bencana. Inventarisasi dilakukan sebagai salah satu

upaya mitigasi sehingga keputusan tindakan bisa dilakukan secara terarah dan terencana.

Mitigasi tidak dapat mencegah terjadinya bencana alam akan tetapi dapat mengurangi

dampak serta kerugian yang ditimbulkan.

Kajian ini merupakan kajian deskriptif yang akan menguraikan kondisi visual

lingkungan kawasan rawan bencana longsor berdasarkan hasil survey di lokasi dan

pengumpulan data sekunder yang berasal dari beberapa sumber antara lain jurnal, buku

serta laporan hasil penelitian. Data yang diperoleh dikompilasikan dengan teori-teori yang

ada sehingga diperoleh suatu kesimpulan ilmiah sebagai dasar dalam pengusulan

rekomendasi pemecahan permasalahan yang dihadapi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan

rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng.

Proses terjadinya tanah longsor: air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot

tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang

gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti

lereng dan keluar lereng.

Jenis tanah pelapukan yang sering dijumpai di Indonesia adalah hasil letusan

gunung api. Tanah ini memiliki komposisi sebagian besar lempung dengan sedikit pasir dan

bersifat subur. Tanah pelapukan yang berada di atas batuan kedap air pada

perbukitan/punggungan dengan kemiringan sedang hingga terjal, berpotensi mengakibatkan

tanah longsor pada musim hujan dengan curah hujan berkuantitas tinggi. Jika perbukitan

tersebut tidak ada tanaman keras berakar kuat dan dalam, maka kawasan tersebut rawan

bencana tanah longsor.

Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong

dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi

material sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya

material tersebut.

Page 4: STUDI AWAL TEORI “CRACK SOIL” SEBAGAI SALAH SATU … filedisebabkan oleh kondisi geologis tanah di beberapa wilayah Indonesia rata-rata terdiri dari

Studi Awal Teori “Crack Soil”.....

582

Jenis-Jenis Tanah Longsor

Ada enam jenis tanah longsor, yaitu

(1). Longsoran Translasi

(2). Longsoran Rotasi

(3). Pergerakan Blok

(4). Runtuhan Batu

(5). Rayapan Tanah

(6). Aliran Bahan Rombakan.

Menurut Robert E.Sheriff’s dalam “Encyclopedic Dictionary of Applied

Geophysics”, geofisika didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari bumi dengan metoda

kuantitas fisika, khususnya melalui metoda seismik refleksi dan refraksi, gravitasi,

magnetik, elektrik, elektromagnet dan radioaktif. Eksplorasi geofisika merupakan

penggunaan metoda-metoda seismik, gravitasi, magnetik, kelistrikan dan elektromagnet

untuk mendapatkan minyak, gas, air dan sebagainya dengan tujuan eksploitasi yang

mempunyai nilai ekonomis.

Kelly, dkk (1993) menyimpulkan bahwa potensi dalam mengaplikasikan metode

geofisika dalam survey geologi dan geoteknik harus dipertimbangkan secara tepat. Metode

geofisika mampu menyajikan informasi penting tentang struktur atau sifat-sifat fisika

batuan dan tanah hasil pengeboran pada keadaan tertentu dengan mengurangi beberapa

tahapan pengukuran langsung. Keuntungan utama dari metode geofisika adalah

kemampuannya dalam menyajikan data dengan kualitas lebih baik dan lebih dapat

dipercaya. Untuk mencapai hasil yang tepat dalam aplikasi metode geofisika perlu

diperhatikan 3 (tiga) prinsip dasarnya, yaitu: (1). Penelitian harus terintegrasi; (2). Penelitian

harus melalui tahapan-tahapan yang tepat; dan (3). Penelitian harus ekonomis.

Lingkup dan jenis penelitian geofisika harus dirancang sedemikian hingga dapat

menghasilkan maksimal informasi penting yang dibutuhkan dengan biaya minimum serta

dapat dihindari terjadinya duplikasi dengan cara memanfaatkan hasil penelitian terdahulu

untuk penelitian selanjutnya.

Metode geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat

aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di permukaan bumi. Dalam

hal ini meliputi pengukuran potensial, arus dan medan elektromagnetik yang terjadi baik

secara alamiah maupun akibat injeksi arus ke dalam bumi. Ada beberapa macam metode

geolistrik, antara lain : Self Potential (SP), Arus Telluric, Magnetotelluric, Electromagnet,

Induced Polarization (IP), dan Resistivitas (tahanan jenis).

Metode geolistrik berhasil diaplikasikan dalam mengatasi permasalahan lingkungan

dalam 6 (enam) jenis kegiatan (Mazἀc and Cahyna, 1988 dalam Kelly and Mares, 1993),

antara lain :

Perlindungan dan pengembangan sumber daya air ;

Perlindungan dan eksploitasi tanah ;

Eksploitasi sumber daya alam yang tidak terbaharui dan prediksi dampak yang

ditimbulkan, misalnya pergeseran tanah, kestabilan lahan, dampak abiotik dan

antropogenetik) ;

Manajemen limbah ;

Page 5: STUDI AWAL TEORI “CRACK SOIL” SEBAGAI SALAH SATU … filedisebabkan oleh kondisi geologis tanah di beberapa wilayah Indonesia rata-rata terdiri dari

Studi Awal Teori “Crack Soil”.....

583

Optimalisasi manajemen lingkungan dan

Perencanaan dan pembangunan wilayah perkotaan.

Kabupaten Jember adalah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia yang

beribu- kota di Jember. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo dan

Kabupaten Bondowoso di Utara, Kabupaten Banyuwangi di Timur, Samudra Hindia di

Selatan, dan Kabupaten Lumajang di Barat. Kabupaten Jember terdiri dari 31 kecamatan.

Jember memiliki luas 3.293,34 Km2 dengan ketinggian antara 0 - 3.330 mdpl. Iklim

Kabupaten Jember adalah tropis dengan kisaran suhu antara 23oC - 32

oC. Bagian Selatan

wilayah Kabupaten Jember adalah dataran rendah dengan titik terluarnya adalah Pulau

Barong. Pada kawasan ini terdapat Taman Nasional Meru Betiri yang berbatasan dengan

wilayah administratif Kabupaten Banyuwangi. Bagian Barat Laut (berbatasan dengan

Kabupaten Probolinggo adalah pegunungan, bagian dariPegunungan Iyang, dengan

puncaknya Gunung Argopuro (3.088 m). Bagian Timur merupakan bagian dari

rangkaian Dataran Tinggi Ijen. Jember memiliki beberapa sungai antara lain Sungai

Bedadung yang bersumber dari Pegunungan Iyang di bagian Tengah, Sungai Mayang yang

bersumber dari Pegunungan Raung di bagian Timur, dan Sungai Bondoyudo yang

bersumber dari Pegunungan Semeru di bagian Barat.

Jember berpenduduk 2.529.967 jiwa (JDA, BPS 2013) dengan kepadatan rata-rata

787,47 jiwa/km2.

PETA WILAYAH KABUPATEN JEMBER

Gambar 1. Peta Wilayah Kabupaten Jember

Page 6: STUDI AWAL TEORI “CRACK SOIL” SEBAGAI SALAH SATU … filedisebabkan oleh kondisi geologis tanah di beberapa wilayah Indonesia rata-rata terdiri dari

Studi Awal Teori “Crack Soil”.....

584

Tabel 1.

Data Curah Hujan Tahun Kabupaten Jember 2014 Kec. St.Pengukur Jan. Feb Mar Apr Mei Jun Juli Ags Sep Okt Nop Des

Kencong Kencong Kencong 312 138 84 181 101 105 15 - - 13 292 569

Wonorejo 844 143 128 220 167 145 34 - - 3 223 571

Gumukmas Gumukmas

(BT) 326 198 142 189 124 136 32 2 - 12 274 410

Gumukmas

(KT) 577 187 155 122 177 121 37 - - 38 241 539

Menampu 484 255 124 129 101 112 40 - - 40 218 518

Bedodo 387 148 168 187 204 109 47 - - 27 329 471

Bagorejo 362 110 54 124 102 116 18 - - 10 55 333

Puger Puger 502 105 74 175 65 139 17 - - 9 63 200

Grenden 442 129 47 173 64 99 10 - - 46 141 355

Jambearum 377 242 66 209 164 93 38 - - - 207 341

Wuluhan Tamansari 437 224 194 190 99 54 55 - - 16 215 414

Glundengan 495 164 192 217 83 86 149 - - 42 186 383

Lohjejer 268 82 163 139 24 103 32 - - 9 118 266

Ampel 425 137 156 139 65 83 29 - - 8 127 360

Tanjungrejo 549 172 223 152 69 72 81 - - 33 165 372

Kesilir 503 138 180 133 20 84 34 - - 43 218 248

Ambulu Sabrang DM 4 378 132 175 71 7 59 36 - - 35 177 263

Sabrang SB 1 476 234 147 72 46 91 37 - - 31 272 286

Sumberejo 555 209 165 86 57 88 45 - - 18 278 276

Karang Anyar 687 178 223 161 47 110 69 25 - 63 329 663

Tempurejo Tempurejo 727 260 257 161 80 50 68 10 - 76 278 639

Sanenrejo 594 306 228 301 199 208 91 - - 57 285 818

Silo Sumberjati 313 106 109 101 82 62 86 - - 25 149 414

Silo 439 204 71 126 74 136 146 - - 46 375 832

Mayang Seputih 630 221 184 225 235 206 80 12 - 71 248 496

Mumbulsari Karang

Kedawung 616 141 330 158 292 205 68 29 - 63 248 656

Jenggawah Kemuningsari 579 279 219 243 207 146 68 - - 112 391 546

Jenggawah 621 317 174 198 257 90 46 2 2 78 345 618

Jatisari 653 253 243 218 120 161 28 5 2 116 334 605

Dam Talang 540 208 232 192 291 191 93 5 4 42 237 597

Ajung Renes (Ajung) 745 158 191 187 137 228 103 5 - 100 183 447

Rambipuji Rambipuji 314 278 111 310 347 204 155 - - 18 288 534

Dam Makam 426 312 189 306 207 177 135 - - 32 403 694

Curah Malang 397 117 57 153 127 183 89 - - - 162 346

Rawatamtu 379 348 105 163 252 135 110 - - 4 249 761

Balung Balung 397 243 122 224 122 82 78 - - - 259 376

Karangduren 390 191 70 142 134 50 24 - - - 191 344

Gumelar Timur 346 315 144 150 78 78 60 - - - 205 404

Umbulsari Paleran - 150 121 137 332 47 - - - 8 231 291

Semboro Semboro 551 218 155 278 346 182 65 - - 19 317 421

Pondokjoyo 398 314 144 359 342 133 64 - - 57 244 334

Pondokjoyo 358 274 101 367 306 140 42 - - 42 205 299

Jombang Pladingan 239 203 97 171 209 191 55 - - 18 255 387

Pondokwaluh 561 267 131 199 311 190 69 - - 51 272 521

Wringin Agung 443 184 32 132 104 94 32 - - 20 189 207

Sumberbaru Watu urip 359 283 208 283 265 252 163 3 5 153 368 521

Tanggul Tanggul 342 263 68 244 207 132 142 - - 62 402 431

Darungan 411 304 87 338 308 81 205 - - 100 497 300

Bangsalsari Dam Pecoro 424 258 145 302 310 148 73 - - 36 315 489

Sukorejo 553 135 69 302 322 113 91 - - 6 262 345

Page 7: STUDI AWAL TEORI “CRACK SOIL” SEBAGAI SALAH SATU … filedisebabkan oleh kondisi geologis tanah di beberapa wilayah Indonesia rata-rata terdiri dari

Studi Awal Teori “Crack Soil”.....

585

Dam Langkap 516 70 127 243 283 156 87 - - 12 324 424

Dam Kijingan 948 311 173 355 445 269 169 - - 41 226 443

Dam Tugusari 1

052 437 500 462 149 134 238 - - 9 263 316

Panti Dam Klatakan 863 584 255 323 192 157 48 - - 28 466 805

Dam Kr. Anom 723 366 311 136 199 230 134 - - 47 582 575

Dam Pono 665 285 267 103 116 189 115 - - 27 522 547

Sukorambi Dam Manggis 721 293 316 297 193 234 75 - - 24 535 651

Arjasa Kopang 614 342 454 97 34 180 92 - - 46 129 256

Dam Arjasa 588 410 433 334 284 343 78 - - 40 265 488

Pakusari Kottok 727 221 454 364 293 192 110 13 14 45 204 554

Pakusari 676 190 192 205 28 135 81 6 - 36 363 514

Kalisat Jatian 656 256 255 213 214 161 99

-

- 36 309 778

Ajung 591 238 284 169 258 141 115 - - 135 275 617

Ledokombo Ledokombo 771 288 303 228 253 231 207 - - 337 624 624

Suren 326 232 115 85 278 180 24 - - 97 302 554

Sumberjam

be Sumberjambe 551 523 426 401 492 252 96 14 7 138 367 531

Cumedak 547 378 271 244 325 185 135 34 - 182 469 580

Sukowono Tamanan Bondowoso Sukowono 490 282 304 231 218 186 50 - - 56 301 344

Sbr. Kalong 429 264 331 145 225 158 119 - - 66 326 493

Sukorejo 437 261 69 123 200 148 117 6 - 59 295 331

Jelbuk Tegalbatu 496 277 253 92 175 109 34 - - 50 295 457

Kaliwates Dam Semangir 517 363 214 325 134 207 73 - - 26 484 616

Sumbersari Wirolegi 186 28 113 128 100 111 47 - - 37 83 194

Jember 763 467 350 401 481 341 134 14 - 107 318 596

Patrang Bintoro 329 150 323 160 150 85 10 - - 85 190 402

Dam Sembah 416 279 202 245 144 99 74 - - 179 393 470

Jember Dalam Angka Tahun 2015

Berdasarkan Peta Jenis Tanah, Kabupaten Jember memiliki 6 kelas jenis

tanah, yaitu : (1). Alluvial; (2). Glei; (3). Latosol; (4). Andosol; (5). Mediteran; dan

(6). Regosol

Luas masing-masing jenis tanah tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Luas Jenis Tanah

Jenis Tanah Luas (Ha) Luas (%)

Alluvial 19.250,660 11,44

Andosol 18.538,070 11,01

Glei 41.052,360 24,39

Latosol 79.764,720 47,38

Mediteran 5.265,440 3,13

Regosol 4.470,670 2,66

Sumber: Bagus Sulistiarso, 2011

Page 8: STUDI AWAL TEORI “CRACK SOIL” SEBAGAI SALAH SATU … filedisebabkan oleh kondisi geologis tanah di beberapa wilayah Indonesia rata-rata terdiri dari

Studi Awal Teori “Crack Soil”.....

586

Deskripsi mengenai jenis tanah adalah sebagai berikut :

a. Alluvial

Jenis tanah alluvial merupakan jenis tanah yang masih muda, belum mengalami

perkembangan, berasal dari batuan induk aluvium. Penyebarannya berada di tepi sungai dan

dataran pantai.

b. Glei

Jenis tanah ini perkembangannya lebih dipengaruhi oleh faktor lokal, yaitu

topografi.

Topografi berupa dataran rendah atau cekungan, hampir selalu tergenang air warna kelabu

hingga kekuningan.

c. Latosol

Jenis tanah Latosol merupakan jenis tanah yang berkembang, berwarna coklat

merah hingga kuning. Penyebarannya terletak pada daerah iklim basah, dan berasal dari

batuan induk Tuff.

d. Andosol

Andosol merupakan jenis tanah mineral yang telah mengalami perkembangan,

profil solum agak tebal, warna agak coklat kekelabuan hingga hitam. Tanah jenis ini

merupakan jenis tanah yang peka terhadap erosi. Tanah ini berasal dari batuan induk abu

atau tuf vulkanik.

e. Mediteran

Mediteran merupakan jenis tanah yang mempunyai perkembangan profil, solum

sedang hingga dangkal. Berwarna coklat hingga merah dengan daya absorpsi sedang. Jenis

tanah ini merupakan jenis tanah yang peka terhadap erosi.

f. Regosol

Jenis tanah Regosol merupakan jenis tanah yang masih muda, berasal dari batuan

induk vulkanik piroklastik. Penyebarannya pada daerah lereng vulkanik, beting pantai dan

gumuk pasir pantai.

Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya longsor. Kondisi topografi, kondisi

geologi, karakteristik tanah, keberadaan vegetasi di permukaan tanah, dan cuaca adalah

beberapa diantaranya. Kondisi geologi mengalami perubahan secara terus menerus meski

sangat lambat. Perubahan ini akan mempengaruhi karakteristik tanah.

Tanda suatu kawasan yang rawan terhadap bahaya tanah longsor antara lain:

1. Daerah berbukit dengan kelerengan lebih dari 20 derajat; kawasan perbukitan dan

lereng-lereng yang terjal merupakan tanda kawasan rawan longsor pertama. Hal ini

diperparah lagi dengan banyaknya penebangan pohon secara tidak beraturan dan

pemotongan lereng yang sangat terjal untuk kepentingan pembangunan jalan.

2. Lapisan tanah tebal di atas lereng; negara kita yang beriklim tropis dengan curah hujan

yang sangat tinggi menyebabkan batuan pembentuk bukit menjadi terlapukkan.

Tingginya tingkat perlapukan batu yang akhirnya menjadi tanah ini ditunjukkan

dengan tebalnya lapisan tanah pembentuk lereng. Lapisan tanah yang tebal ini apabila

di bawahnya terdapat lapisan batu yang kedap air menyebabkan tanah lapisan batu

yang kedap air tadi menjadi bidang gelincir yang memungkinkan terjadinya longsor.

Lapisan tanah yang tebal di atas lereng ini menjadi tanda kawasan rawan tanah

longsor dan masyarakat harus jeli melihatnya.

Page 9: STUDI AWAL TEORI “CRACK SOIL” SEBAGAI SALAH SATU … filedisebabkan oleh kondisi geologis tanah di beberapa wilayah Indonesia rata-rata terdiri dari

Studi Awal Teori “Crack Soil”.....

587

3. Sistem tata air dan tata guna lahan yang kurang baik; Buruknya sistem drainase di

bawah lereng dan tata guna lahan yang buruk juga menjadi tanda-tanda suatu kawasan

yang mengalami tanah longsor. Sistem tata air yang buruk ini menyebabkan air hujan

yang masuk ke dalam lereng ketika hujan turun mengendap disana sehingga

menambah beban lereng dan terakhir terjadilah tanah longsor.

4. Lereng terbuka atau gundul; Lereng yang tidak ditumbuhi perpohonan dan tidak

ditutup dengan lapisan penutup menyebabkan air hujan langsung masuk ke dalam

lereng. Kasus nomor 4 sama dengan kasus nomor 3 di atas.

5. Terdapat retakan tapal kuda pada bagian atas tebing; Kawasan yang sudah retak

berbentuk tapak kuda di atas tebing mengindikasi bahwa tebing tersebut sudah mulai

bergerak. Keadaan ini akan diperparah apabila turunnya hujan dalam waktu yang

lama.

6. Banyaknya mata air/rembesan air; Rembesan air yang banyak di lereng sebuah tebing

menunjukkan tebing tersebut sudah sangat jenuh air atau sudah terpenuhi oleh air.

Banyaknya air dalam lereng seperti yang dijelaskan pada nomor 3 bisa menyebabkan

terjadinya tanah longsor.

7. Adanya aliran sungai di dasar lereng; Kejadian ini hampir sama dengan kejadian

nomor 6 namun pada nomor 7 ini tingkat kejenuhan airnya sudah sangat parah

sampai-sampai membentuk aliran sungai di bawah lereng.

8. Pembebanan yang berlebihan pada lereng; Pembangunan rumah dan bangunan lain di

atas lereng bisa menambah beban terhadap lereng. Ketika sebuah lereng awalnya

stabil namun karena beban di atasnya terlalu besar maka lama-kelamaan lereng

tersebut akan tidak stabil lagi dan lambat laun bisa menyebabkan bencana longsor.

9. Pemotongan tebing untuk pembangunan rumah atau jalan; Hampir sebagian besar

kejadian longsor yang terjadi di negara kita adalah longsoran yang diakibatkan

pemotongan lereng yang terjal untuk kepentingan pembangunan jalan. Hampir setiap

musim penghujan bisa dipastikan akan ada lereng-lereng di sepanjang jalan

perbukitan akan longsor.

Menurut Indrasurya (2017), filosofi “Cracke Soil” adalah:

- Hampir semua (>90%) kelongsoran di lapangan terjadi pada sa’at hujan lebat s/d

sangat lebat, baik pada sa’at masih terjadinya hujan maupun sesa’at setelah

terjadinya hujan. Hampir tidak pernah ada kelongsoran tebing yang terjadi saat

musim kemarau, atau saat hujan yang tidak lebat/gerimis.

- Kelongsoran tersebut dapat terjadi kapan saja pada musim penghujan, baik di awal

di tengah maupun di akhir musim penghujan. Yang utama adalah faktor intensitas

hujan yang tinggi (sangat lebat), bukan lamanya hujan.

- Banyak lereng/tebing di lapangan yang sudah lama – bertahun bahkan puluhan

tahun – dalam kondisi stabil, tetapi tiba-tiba longsor pada sa’at kondisi hujan lebat

- Banyak tebing yang longsor berupa tebing berbatu, atau dari tanah dominan lanau-

lempung yang kaku dan mengadung lapisan yang keras, yang kalau dilakukan

penyelidikan pada tanahnya akan didapatkan kestabilan lereng yang memenuhi

syarat (aman).

- Pada daerah yang sering mengalami kelongsoran, setelah disurvey beberapa hasil

bor dari lapangan pada tanah di luar bidang kelongsoran menunjukkan bahwa

Page 10: STUDI AWAL TEORI “CRACK SOIL” SEBAGAI SALAH SATU … filedisebabkan oleh kondisi geologis tanah di beberapa wilayah Indonesia rata-rata terdiri dari

Studi Awal Teori “Crack Soil”.....

588

lapisan-lapisan tanah di lereng pegunungan ternyata tidak jenuh air, dan muka air

tanah ternyata cukup dalam. Kondisi ini berlawanan dengan asumsi banyak orang

(ahli), bahwa tanah longsor akibat tanah di lereng sudah dalam kondisi jenuh-air.

- Pada sebagian tebing pergerakan kelongsoran tetap terjadi saat terjadi hujan sangat

lebat, walaupun kemiringan tebing relatif landai. Padahal, kalau dievaluasi

kestabilan lereng berdasarkan data tanah aslinya dan tanah dalam kondisi jenuh-air,

didapatkan Safety Factor (SF = Angka Keamanan) dari tebing yang memenuhi

syarat (SF >> 1.0).

- Pergerakan kelongsoran pada tebing-tebing sepanjang sisi suatu jalan raya di daerah

pegunungan biasanya terjadi pada tempat-tempat tertentu saja, tidak pada seluruh

tebing sepanjang jalan, walaupun kondisi batuan dan kemiringan lereng sepanjang

sisi jalan raya tersebut relatip sama. Kelongsoran tidak terjadi secara berbarengan

sepanjang tebing jalan, tetapi bergantian dari satu tempat ke sisi yang lain,

walaupun untuk sepanjang ruas jalan yang ditinjau ternyata curah hujan dan

intensitasnya praktis sama;

- Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:

o Penyebab utama longsor adalah hujan, terutama (>90%) pada sa’at hujan

sangat lebat;

o Tidak cukup bukti bahwa lapisan tanahnya telah jenuh- air terlebih dahulu

sebelum longsor;

o Tebing dari batu atau tanah yang keras-pun juga dapat longsor;

o Tebing yang sudah puluhan tahun stabil juga dapat runtuh;

o Di daerah perbukitan, keruntuhan terjadi setempat-setempat, tidak pada

seluruh panjang tebing, walaupun kemiringan tebing dan curah hujannya

praktis sama.

Lokasi kajian ini di Desa Klungkung, Kecamatan Sukorambi Kabupaten Jember.

Lokasi merupakan daerah perkebunan milik perusahaan swasta. Dari hasil survey di

beberapa titik terlihat adanya local sliding akibat dari aliran air yang cukup deras, akibat

dari berkumpulnya beberapa aliran air di sekitar titik tersebut. Untuk mengatasi keadaan ini,

aliran air pada titik-titik tersebut harus dibuat lancar, antara lain dengan membersihkan

sampah serta dibuatkan saluran air.

Page 11: STUDI AWAL TEORI “CRACK SOIL” SEBAGAI SALAH SATU … filedisebabkan oleh kondisi geologis tanah di beberapa wilayah Indonesia rata-rata terdiri dari

Studi Awal Teori “Crack Soil”.....

589

Di titik lainnya, daerah lebih atas, didapati beberapa retakan tanah yang

menunjukkan bahwa kestabilan tanah pada titik tersebut sudah berubah. Juga ditemukan

lembaran penutup lereng untuk mencegah masuknya air pada retakan-retakan tanah yang

ada. Lembaran penutup ini sudah tertutup oleh lapisan tanah dari longsoran yang terjadi

berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa di sekitar titik tersebut sering terjadi longsoran

tanah.

Kawasan perkebunan milik swasta ini termasuk dalam DAS Kalijompo yang

mencakup beberapa wilayah di Kabupaten Jember termasuk wilayah kota. Pada longsor

yang terjadi pada tahun 2009. Pada longsor yang terjadi pada tahun 2009, longsoran tanah

dari kawasan perbukitan jatuh di aliran sungai Kalijompo. Akibat dari berkumpulnya tanah

longsoran ini menghambat jalannya air sungai hingga terbendung beberapa waktu, ketika

kumpulan air sungai ini terbendung hingga mencapai volume yang besar dan memiliki

energi yang besar hingga mampu menjebol dinding penahan maka terjadilah banjir bandang

yang melanda hingga ke wilayah Kota Jember. Beberapa bagian wilayah yang terkena

banjir bandang tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari dan kegiatan ekonominya

sehingga kerugian yang timbul akibat bencana tersebut cukup besar.

Berdasarkan filosofi “Crack Soil”, meskipun permukaan lereng sudah ditutup

plastik agar hujan tidak masuk ke dalam talud dan juga sudah dipasang barrier untuk

mencegah rembesan langsung dari air hujan, pada saat hujan akan tetap terjadi pergerakan

tanah pada lereng. Makin lebat hujannya, makin besar pergerakannya. Kondisi ini akan

menjadi sangat berbahaya kalau tidak segera diatasi.

Mitigasi bencana alam mutlak dilakukan untuk mengurangi korban jiwa dan harta.

Salah satu caranya adalah dengan melakukan pemantauan pergerakan tanah sehingga bisa

diduga kapan suatu daerah akan mengalami tanah longsor atau dalam kondisi aman. Pada

prinsipnya pemantauan gerakan tanah bisa dilakukan dengan cara memantau perubahan

jarak, beda tinggi, sudut maupun koordinat dari titik-titik yang mewakili suatu daerah. Saat

ini banyak sekali metode yang bisa dilakukan atau diaplikasikan dalam upaya manusia

memantau pergerakan tanah seperti terlihat pada tabel 2 di bawah ini.

Page 12: STUDI AWAL TEORI “CRACK SOIL” SEBAGAI SALAH SATU … filedisebabkan oleh kondisi geologis tanah di beberapa wilayah Indonesia rata-rata terdiri dari

Studi Awal Teori “Crack Soil”.....

590

Tabel 2. Metode memantau gerakan tanah (Gili et al, 2000)

KESIMPULAN

Kesimpulan

1. Kondisi fisik wilayah wilayah perkebunan Kalijompo Kecamatan Sukorambi

Kabupaten Jember memiliki topografi yang dominan curam sehingga berpotensi

terjadi bencana longsor. Dari hasil survey peninjauan langsung di lokasi diketahui

adanya retakan-retakan tanah yang menindikasikan bahwa kestabilan tanah di lokasi

tersebut sudah berubah dan berpotensi terjadinya longsor.

2. Aplikasi geolistrik tahanan jenis dalam bidang kebencanaan dapat digunakan untuk

mengamati bidang gelincir longsor. Hal ini dilakukan sebelum terjadinya longsor.

Sedangkan metode geolistrik GPS geodetik dual frekwensi (L1 & L2) merupakan

salah satu metode yang sangat efektif dan efisien digunakan untuk

memantau/memonitoring sebuah gerakan tanah. Teknik pemantauan yang

dilakukan adalah dengan cara membandingkan koordinat suatu waktu dengan

koordinat di waktu yang lain. Perbedaan koordinat ini menunjukkan arah dan jauh

pergerakan tanah di kawasan yang diukur.

Rekomendasi

Mengingat bahwa lokasi longsoran tanah berpotensi menuju dan akan membendung

air ke aliran sungai Kalijompo dimana dampak yang ditimbulkan dapat berpengaruh

hingga ke wilayah Kota Jember maka diperlukan upaya untuk mitigasi bencana khususnya

pada fase pra bencana. Mitigasi bencana tersebut merupakan upaya untuk mencegah

terjadinya bencana guna mengurangi kerugian resiko akibat terjadinya bencana tersebut.

Untuk itu diperlukan survey lebih detail untuk mengetahui posisi retakan, jenis-jenis tanah

penyusun dan analisis pergerakan tanah.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kami sampaikan kepada Prof. Indrasurya BM yang telah membantu dan

mensupport pelaksanaan kajian ini sejak dari perencanaan lokasi , mendampingi survey ke

lokasi hingga materi dalam penyusunan makalah ini.

Page 13: STUDI AWAL TEORI “CRACK SOIL” SEBAGAI SALAH SATU … filedisebabkan oleh kondisi geologis tanah di beberapa wilayah Indonesia rata-rata terdiri dari

Studi Awal Teori “Crack Soil”.....

591

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Abidin H.Z., Andreas H., Gamal M., Kusuma M.A., Darmawan D., Surono, Hendrasto M.,

dan Suganda O.K., (2005) : Studying Landslide Displacements in Ciloto Area

(Indonesia) Using GPS Survey Method, Jurnal, Spatial Science Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember, Kabupaten Jember Dalam Angka 2015

Balai Besar KSDA Sulawesi Selatan, Faktor Penyebab Tanah Longsor, 2015

Karous Milŏs, dkk, 1993. Applied Geophysics in Hydrogeological and Engineering

Practice”, edited by William E.Kelly and Stanislav Mareš, Elsevier, Amsterdam-

London_New York_Tokyo.

Loke M.H. 2000. Electrical Imaging Surveys For Environmental And Engineering Studies,

A practical guide to 2-D and 3-D surveys.

Sheriff, Robert E. Encyclopedic Dictionary of Applied Geophysics. Tulsa, OK: Society of

Exploration Geophysicists, 2002.

Jurnal dengan halaman Gili J.A., Jordi C, Joan Rius, (2000) : Using Global Positioning System Techniques in Landslide

Monitoring,Jurnal, Engineering Geology 55 (2000) 167-192

Jurnal online tanpa halaman

Aldila,dkk, Studi Pemantauan Lingkungan EksplorasiGeothermal di Kecamatan Sempol

Kabupaten Bondowoso dengan Sistem Informasi Geografis,2013, Jurnal Teknik

POMITS Vol. X, No. X

Bagus Sulistiarto, Agung Budi Cahyono, ST, MSc, DEA, Studi Tentang Identifikasi

Longsor dengan Menggunakan Citra Landsat dan Aster, Studi Kasus: Kabupaten

Jember, Program Studi Teknik Geomatika FTSP - ITS Surabaya

Koefoed, O, 1979, Geosounding Principles, Resistivity Sounding Measurement, Elsevier,

Amsterdam

Karous Milŏs, dkk, 1993. Applied Geophysics in Hydrogeological and Engineering

Practice”, edited by William E.Kelly and Stanislav Mareš, Elsevier, Amsterdam-

London_New York_Tokyo.

Hand Outs

Indrasurya BM, Perkembangan Terbaru tentang Filosofi “Cracked Soil” dan Implikasinya

bagi Pembangunan Jalan di Atas Tanah Lunak, ITS Surabaya, 2017

Website

http://www.ibnurusydy.com/geo-bencana/longsor/#ixzz42vZ4HCod http://www.ibnurusydy.com/peran-geofisika-fisika-bumi-dalam-mitigasi-dan-monitoring-bencana-

vi/#ixzz42vwcN3lF